Patient Safety dan Pencegahan Infeksi Dalam Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita:
1. Masalah Keselamatan Utama Dalam Perawatan Ibu Dan Bayi
2. Beban Perawatan Ibu Dan Bayi Yang Tidak Aman
Patient Safety dan Pencegahan Infeksi Dalam Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita:
1. Pencegahan Infeksi
a. Kewaspadaan pencegahan infeksi
b. Cara pencegahan infeksi
c. Teknik aseptic untuk melakukan tindakan
Patient Safety dan Pencegahan Infeksi Dalam Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita:
1. Strategi Hemat Biaya Untuk Meningkatkan Keamanan Ibu Dan Perawatan Bayi Baru Lahir
2. Sumber Daya Dan Sistem yang Dibutuhkan Untuk Menerapkan Rekomendasi
Patient Safety dan Pencegahan Infeksi Dalam Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita:
1. Pencegahan Infeksi
a. Kewaspadaan pencegahan infeksi
b. Cara pencegahan infeksi
c. Teknik aseptic untuk melakukan tindakan
Patient Safety dan Pencegahan Infeksi Dalam Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita:
1. Strategi Hemat Biaya Untuk Meningkatkan Keamanan Ibu Dan Perawatan Bayi Baru Lahir
2. Sumber Daya Dan Sistem yang Dibutuhkan Untuk Menerapkan Rekomendasi
Dokter adalah bagian sangat penting dari bisnis inti rumah sakit. Dengan peran tersebut, penting bagi dokter untuk memahami mengenai gerakan keselamatan pasien rumah sakit yang memungkinkan asuhan pada pasien semakin aman dan selamat.
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan AbnormalGita Kostania
Asuhan pada neonatus, bayi, dan anak balita normal dan abnormal
1. Pengkajian data pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
2. Pencegahan infeksi
3. Rawat gabung
4. Anticipatory guidance
5. Konsep bermain
1. Dasar hukum sistem informasi kesehatan
2. Pengantar sistem informasi kesehatan
a. Pengertian data
b. Pengertian informasi
c. Pengertian sistem
d. Pengertian sistem informasi
e. Pengertian sistem informasi kesehatan
3. Tujuan sistem informasi kesehatan
4. Proses dasar dan ruang lingkup penggarapan SIK
5. Perspektif sistem informasi kesehatan
a. Perspektif fungsional
b. Perspektif arsitektur teknologi
6. Keamanan sistem informasi kesehatan
a. Pengamanan berbasis pada Hardware
b. Pengamanan berbasis pada Software
Materi:
- Pengukuran Antopometri
- Pengisian KMS
- Skrining tumbuh kembang menggunakan Denver Development - Skrining Test (DDST)
- Stimulasi menggunakan instrument Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
-Cara menjelaskan hasil pemantauan tumbuh kembang pada ibu/keluarga anak
3. Patient safety / Keselamatan pasien
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang
membuat asuhan pasien lebih aman.
asesmen risiko
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien
pelaporan dan analisis insiden
kemampuan belajar dari insiden
tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan risiko
Meliputi:
4. Sasaran Keselamatan Pasien
Mengidentifikasi
pasien dengan
benar
Meningkatkan
komunikasi yang
efektif
Meningkatkan keamanan
obat-obatan yang harus
diwaspadai
Memastikan dengan benar
lokasi, prosedur, dan pasien
pembedahan
Mengurangi risiko infeksi
akibat perawatan kesehatan
Mengurangi risiko cedera
pasien akibat terjatuh
5. WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada
tahun 2007 resmi menerbitkan “Nine Life Saving
Patient Safety Solutions” (Sembilan Solusi
Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
6. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM) atau Look-Alike, Sound-Alike (LASA).1
Obat LASA atau NORUM adalah obat yang nampak mirip dalam hal
bentuk, tulisan, warna, dan pengucapan.
Contoh daftar nama obat LASA
7. 2 Pastikan identifikasi pasien
Identifikasi dilakukan sebelum pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan darah
dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan atau tindakan lain.
Identifikasi juga dilakukan sebelum pengkajian (data subjektif dan objektif)
Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien
Identitas pasien terdiri dari nama lengkap pasien dan nomor rekam medis dapat dilihat pada
gelang identitas pasien dan memperhatikan warna gelang sebagai penanda kondisi pasien
mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut
Tujuan
P
R
O
S
E
D
U
R
8. 2 Pastikan identifikasi pasien
Cek Silang Identitas Ibu Dan Bayi pada saat:
Setiap pergantian jaga
Bayi akan dipindahkan
dari kamar bersalin
Transfer internal dan
eksternal
Posedur yang
memerlukan
pemisahan ibu dan
bayi
Pemberian botol yang
berisi ASI Ibu
10. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.3
terputusnya kesinambungan layanan
pengobatan yang tidak tepat
potensial mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien
11. Komunikator / sender Komunikan / receiver
ENCODE DECODE
Pesan
Feed back
Gangguan
/ noise
Komunikasi efektif tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan dipahami oleh resipien/penerima.
12. Pentingnya Komunikasi & Jenisnya Dalam Pelayanan Kesehatan
Komunikasi antar pemberi layanan dan pasien
Komunikasi antar
pemberi layanan
Informasi (Asuhan)
Jam pelayanan
Pelayanan yang tersedia
Cara mendapatkan pelayanan
Rencana tindakan
Edukasi (Pelayanan promosi)
Edukasi tentang penyakit
Edukasi tentang obat
Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
Edukasi peningkatan kualitas hidup pasca dari RS
Edukasi tentang gizi, dll
13. Komunikasi efektif metode REACH dan SBAR
R
E
A
C
H
R
A
B
S
ESPECT
MPATY
UDIBLE
LARITY
UMBLE
ITUATION
ACKGROUND
SSESSMENT
ECOMENDATION
15. 4 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
Praktek berbasis bukti, dalam Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint
Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery
Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang segera dapat dikenali.
Contoh : penandaan lokasi operasi pada lokasi tubuh yang ada
lateralisasi dan adanya sign in, time out, dan sign out.
16. Sign
out
Time
out
Sign inTiga Fase Operasi
Fase sign In adalah fase sebelum induksi
anestesi secara verbal memeriksa apakah
identitas pasien telah dikonfirmasi,
prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi
yang akan dioperasi telah ditandai,
persetujuan untuk operasi telah
diberikan, oksimeter pulse pada pasien
berfungsi.
Fase Time Out adalah fase sebelum
melakukan sayatan pertama pada kulit,
tim mengkonfirmasi dengan suara yang
keras untuk melakukan operasi yang
benar, pada pasien yang benar. Dan juga
mengkonfirmasi antibiotik profilaksis
telah diberikan dalam 60 menit
sebelumnya.
Fase Sign Out adalah fase tim bedah
meninjau operasi yang telah dilakukan. Dan
pengecekan kelengkapan instrumen,
pemberian label pada spesimen, kerusakan
alat atau masalah lain yang perlu ditangani.
Terakhir adalah manajemen post operasi
serta pemulihan sebelum memindahkan
pasien dari kamar operasi.
17. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)5
Cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya, adalah berbahaya. Sehingga
diperlukan standarisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas penyimpanan,
pelabelan dan pengenceran cairan elektrolit pekat yang spesifik.
Contoh : penyimpanan elektrolit pekat, pemberian
label high allert, instruksi yang jelas untuk
pengenceran, SPO pemberian obat high allert
dengan double check.
18. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)5
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang persentasinya
tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event),
obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
19. 6 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat
transisi/pengalihan pasien. Sehingga diperlukan suatu daftar
yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang
sedang diterima pasien.
Contoh : adanya formulir transfer pasien pada
rekam medis yang berisi catatan tentang obat
yang diberikan bila pasien dipindahkan
keruangan rawat lain/ transfer.
20. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube).7
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera pasien melalui penyambungan slang dan spuit yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Contoh : SPO pemasangan NGT, SPO pemasangan kateter urine
21. 8 Gunakan alat injeksi sekali pakai
Contoh : Kebijakan single use
untuk jarum suntik
Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi.9
Kebijakan dan SPO tentang
hand hygiene.
22. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/Patient Safety Incident
adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dan lainlain) yang tidak seharusnya terjadi.
Insiden meliputi Kondisi Potensial Cedera (KPC),) Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD.
Selain Insiden diatas, terdapat KTD yang mengakibatkan kematian,
cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan
membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik
fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit
atau keadaan pasien yang dikenal dengan kejadian sentinel.
23. Contoh Kejadian Sentinel
Tindakan invasif/pembedahan pada pasien yang salah, Tindakan invasif/ pembedahan
pada bagian tubuh yang keliru, Ketinggalan instrumen/alat/ benda-benda lain di dalam
tubuh pasien sesudah tindakan pembedahan, Bunuh diri pada pasien rawat inap,
Embolisme gas intravaskuler yang mengakibatkan kematian/kerusakan neurologis,
Reaksi Haemolitis transfusi darah akibat inkompatibilitas ABO, Kematian ibu melahirkan,
Kematian bayi “Full-Term” yang tidak di antipasi, Penculikan bayi, Bayi tertukar,
Perkosaan /tindakan kekerasan terhadap pasien, staf, maupun pengunjung.
24.
25. CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik.
TERIMA KASIH
26. References
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). 2015. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
(Ikp) (Patient Safety Incident Report). Jakarta : Kemenkes RI.
WHO. 2015. Panduan Kurikulum Keselamatan Pasien Edisi Multi-Profesional. Jakarata : Lembaga Kesehatan
Budi Kemuliaan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta.
Rusli. 2018. Bahan Ajar Farmasi Klinik. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, PPSDMK.
Tutiany, Lindawati, dan Paula K. 2017. Manajemen Keselamatan Pasien. Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI, PPSDMK.
Editor's Notes
· Respect
Rasa hormat dan sikap menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Suatu komunikasi yang dibangun atas dasar sikap saling menghargai dan menghormati akan membangun kerjasama diantara orang-orang yang terlibat di dalamnya.
· Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Seperti diutarakan Stephen Covey, Seek First to Understand - understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust. Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Sikap empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
· Audible
Audibel atau audible artinya dapat didengar atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini menyatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
· Clarity
Clarity adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan penafsiran dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan. Clarity juga dapat diartikan sebagai keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
· Humble
Humble artinya sikap rendah hati (bukan rendah diri). Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum yang pertama, yaitu membangun rasa menghargai orang yang diberi pesan. Sikap rendah hati dapat dikatakan sebagai bentuk penghargaan komunikator terhadap komunikan sebagai penerima pesan.
Kunci komunikasi efektif bukan hanya tentang Menyampaikan dengan tepat, tetapi juga Mendengarkan dengan baik. Yang dimaksud di sini bukan hanya hearing, melainkan listening atau menyimak dengan penuh perhatian – yaitu ketika kita menunjukkan minat yang tulus terhadap apa yang disampaikan lawan bicara, dengan tujuan untuk mengerti. 5 Hukum Komunikasi Efektif sendiri mengusung prinsip Mendengarkan dalam setiap poinnya. Secara khusus Covey bahkan menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First To Understand, Then To Be Understood).