SlideShare a Scribd company logo
Aliran Dua Fasa
OLEH:
Nama : Yosef Rianto Palumpun
Nim : D21114517
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKTIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
FLUKS KALOR KRITIS DAN POOL BOILING
Batas atas dari fluks kalor pada proses perpindahan kalor pendidihan yang
tercapai setelah penguapan cairan yang terjadi di sekitar dinding yang dipanaskan
berakhir disebut fluks kalor kritis (critical heat flux, CHF). Terbentuknya CHF terjadi
ketika cairan sudah tidak mampu lagi membasahi permukaan yang dipanaskan (heated
surface). Ketiadaan kontak antara cairan dengan permukaan yang dipanaskan
menyebabkan terjadinya pergeseran rejim didih, dari rejim didih inti langsung menjadi
rejim didih film tanpa terbentuknya proses pada rejim didih tansisi, dimana hasilnya
akan menghasilkan penurunan yang sangat drastis pada koefisien perpindahan
kalornya. Mekanisme perpindahaan rejim didih inti ke rejim didih film yang terjadi
secara mendadak pada suatu system yang diberikan masukan energy secara konstan
(heat control) akan mengarah pada kenaikan secara tiba-tiba temperature dinding yang
terjadi berlebihan dan dapat menyebabkan kerusakan struktur material dari benda
panas, proses ini dikenal dengan istilah burn-out (gosong). Berdasarkan uraian tersebut
patut difikirkan, bahwa persoalan CHF merupakan hal yang sangat esensial terkait
dengan keselamatan pengoperasian suatu system yang melibatkan pembangkitan kalor
yang tinggi.
Gambar 1. Skema gerakan air saat debris
bergerak ke bawah dan terhenti
Gambar 1a menjelaskan gerakan air ke arah atas karena adanya pergantian
volume. Sedangkan Gambar 1b menjelaskan ketika debris terhenti dan membentuk
celah karena adanya pendidihan yang cukup kuat menahan debris untuk tidak bergerak
dan kemudian didinginkan oleh air yang kembali turun karena gravitasi. Proses
pendinginan oleh air yang diindikasikan dengan pendidihan merupakan proses yang
kompleks dan melibatkan fenomena fasa-ganda (air dan uap). Pendinginan berlangsung
dengan lambat dan menjadikan debris mengalami pengerasan, yang dimulai dari bagian
luar hingga ke bagian dalam. Celah yang terbentuk [3], bervariasi dari 0,3 mm hingga
2,0 mm dan dirata-ratakan menjadi sekitar 1,0 mm.
Batasan pasokan cairan pada permukaan yang dipanaskan dapat menyebabkan
berbagai mekanisme uang tergantung juga pada geometri dan kondisi
termohidrolikanya mengikuti perpindahan kalor pendidihan yang berlangsung. Terkait
kasus didih kolam dan untuk didih aliran (flow boiling) dengan kuantitas laju aliran
rendah, pasokan cairan tertahan oleh proses hidrolika yang berbatasan dengan dinding
dipanaskan (heated wall). Sementara, pada kasus didih aliran, baik untuk kasus aliran
rendah (low flow) dan aliran yang tinggi (high flow), kondisi terjadinya CHF bukan
merupakan fenomena local, akan tetapi prosesnya terjadi diakibatkan oleh aliran transisi
dan entalpi non-lokal. Mekanisme CHF pada kasus didih aliran secara umum
diklasifikasikan kedalam dua tipe, tipe dryout dan tipe DNB (departure of nucleate
boiling). Mekanisme utama yang terjadi pada kasus aliran dengan kualitas tinggi dan
aliran anular (annular flow) adalah tipe dryout berdasarkan karakteristik film cairan
(liquid film) tertahan pada dinding dipanaskan. Dryout disebabkan oleh gangguan pada
lapisan cairan (liquid-layer) sebagai akibat instabilitas gelombang permukaan antar
cairan atau lapisan cairan di pada dinding dipanasakan. Sedangkan, pada kasus didih
pra-jenuh (subcooled boiling) atau pendidhan aliran kualitas rendah, mekanisme CHF
yang terjadi adalah DNB.
Konsekuensi jika Melebihi CHF
- Laju perpindahan kalor antara permukaan dengan pendingin menjadi berkurang secara
tiba-tiba.
- Kenaikan yang kecil pada fluks kalor akan menimbulkan kenaikan yang besar pada
suhu permukaan untuk permukaan dengan fluks kalor yang diatur (misal pada pemanas
listrik).
- Kenaikan yang kecil pada suhu permukaan akan menyebabkan berkurangnya fluks
kalor untuk permukaan dengan suhu yang diatur (misal pada kondenser uap).
- Permukaan menjadi terlalu panas dan dapat rusak.
- Korosi mungkin terjadi pada daerah CHF.
- Berkurangnya efisiensi operasi.
Persamaan yang digunakan pada fluks kalor kritis yaitu:
𝑞 𝑐
= (𝑅𝑓𝑏
𝜌1
2
𝜌𝑣
𝜌1 − 𝜌𝑣
)
1
2
ℎ1𝑔 𝑢 𝑖𝑛
𝑐
dengan:
qc = fluks kalor kritis (kW/m2)
𝑢 𝑖𝑛
𝑐
= kecepatan inlet kritis (m/s)
𝑅𝑓𝑏 = pressure different governing the liquid flow (Pa)
ℎ1𝑔= kalor laten penguapan (Joule)
𝜌1 = densitas gas (kg/m3)
𝜌𝑣 = densitas cairan (kg/m3)
Perpindahan Kalor Didih (Boiling Heat Transfer)
Pendidihan merupakan proses perubahan fasa dari cair ke gas karena temperatur cairnya
melebihi temperatur sarurasinya pada tekanan tertentu. Lain halnya dengan proses
evaporasi, terjadinya perubahan fasa dari cair ke gas dikarenakan tekanan uapnya
berada di bawah tekanan saturasi cairnya pada temperatur tertentu. Fenomena evaporasi
dan pendidihan diilustasikan pada gambar berikut:
Gambar 2.5. Proses Evaporasi Dan Pendidihan (Yunus A. Cengel, 2003)
Pendidihan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pool boiling dan flow boiling.
Pendidiahan dikatakan sebagai pool boiling jika selama proses pendidihan kondisi
fluida cairnya tidak mengalir/diam, sedangkan pendidihan dikatakan flow boiling jika
selama proses pendidihan kondisi fluida cairnya mengalir, seperti yang diilustrasikan
pada bambar 2.6.
Gambar 2.6. (a) Pool Boiling, (b) Flow Boiling (Yunus A. Cengel, 2003)
Pendidihan juga dapat diklasifikasikan lagi menjadi subcooled boiling dan saturated
boiling. Subcooled boiling adalah pendidihan yang terjadi ketika bulk temperatur dari
fluida cairnya masih berada di bawah temperatur saturasinya sedangkan pendidihan
dikatakan saturated boiling jika bulk temperatur dari fluida cairnya berada pada
temperatur saturasinya. Fenomena tersebut diilustrasikan oleh gambar berikut:
Gambar 2.7. (a) Subcooled Boiling, (b) Saturated Boiling (Yunus A. Cengel, 2003)
Pool Boiling
Pada kondisi pool boiling pergerakan fluida disebabkan oleh konveksi alami dan
pergerakan gelembung dipengaruhi oleh gaya apung. Fenomena paling mudah
ditemukan yang dapat menggambarkan Kondisi pool boiling yaitu ketika kita
memanaskan air pada wajan di atas kompor. Pada tahun 1934, Nukiyama (1896-1983)
melakukan suatu percobaan yaitu, memberikan kawat nichrome yang dipasang
horizontal dan dialiri arus listrik yang berfungsi sebagai pemanas pada suatu wadah
berisi air pada tekanan atmosfer. Dengan mengetahui tahanan dari kawat nichrome
tersebut Nukiyama dapat mengontrol flux kalor dan temperatur dengan mengatur arus
dan tegangan listrik, seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.8.
Gambar 2.8. Percobaan Nukiama
Nukiyama mengamati bahwa ketika ia menaikkan input daya pada kawat, flux kalor
meningkat tajam, tetapi suhu kawat meningkat relatif kecil dan air belum mulai
mendidih sampai ΔTw ≈ 5° C. Kemudian tiba-tiba pada titik tertentu, sedikit diatas q”max
suhu kawat melonjak ke titik leleh dan putus (burnout). Nukiyama kemudian kembali
mencoba dengan menggunakan kawat platinum yang memiliki titik leleh yang lebih
tinggi. Dan kali ini dia dapat mempertahankan flux kalor diatas flux kalor maksimum
tanpa terjadinya putus (burnout), walaupun kawat platinum tersebut menjadi hampir
putih-panas. Ketika ia membalikkan percobaan tersebut, dengan menurunkan input
daya ke kabel platinum, sehingga terjadi penurunan flux kalor dan temperatur secara
kontinyu, hingga nilai flux kalor jauh di bawah nilai dimana terjadi lonjakan temperatur
pertama terjadi. Dan pada saat flux kalor berada dibawah flux kalor minimum, lapisan
film uap jatuh, lapisan isolasi gelembung terbentuk. Kemudian temperatur drop dengan
tiba-tiba hingga ke posisi awal. Nukiyama menyadari bahwa bentuk dari pendidihan
yang terjadi berbedabeda, tergantung pada besarnya nilai excess temperature (ΔTe)
dimana Δte adalah Temperatur permukaan solid yang dipanaskan (Ts) dikurangi dengan
Temperatur saturasi cair (Tsat). Nukiyama membagi proses pool boiling kedalam 4
rezim, yaitu natural convection boiling, nucleat boiling, transition boiling dan film
boiling seperti yang ditunjukan pada gambar 2.9.
Gambar 2.9. Kurva Pool Boiling(Yunus A. Cengel, 2003)
Pengenalan Flow Boiling
Perpindahan kalor pada fluida dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu normal heat
transfer yang tidak mengubah fase fluida dan boiling heat transfer yang memainkan
perubahan fase fluida yang bersangkutan. Perpindahan kalor identik dengan energi
diparameterkan salah satunya dengan delta T atau perubahan temperatur. Hal ini terjadi
pada normal heat transfer, ketika kita ingin menaikkan energi atau kalor maka
perubahan temperatur harus diperbesar atau Q sebanding dengan ∆T. Namun hal lain
ditunjukkan pada boiling heat transfer, energi yang dapat diberikan atau diterima lebih
besar meskipun tidak terjadi perubahan temperatur, artinya kalor akan berpindah
dengan perubahan fase fluida sehingga mendapatkan enthalpy yang besar tanpa adanya
perubahan temperatur. Besarnya manfaat boiling heat transfer membuat engineering
terdahulu menemukan berbagai alat meskipun belum terlalu mengerti proses boiling
heat transfer secara mendetail dan hanya memberikan batasan aman seperti safety
factor serta trial error dalam mendapatkan nilai aman tersebut. Misalnya boiler untuk
menguapkan air, steam turbin untuk memanfaatkan air menjadi pembangkit dengan
mengubah fase menjadi uap air melalui penambahan heat, organic rankine cycle adalah
alat yang memanfaatkan siklus rankine menggunakan refrigerant sebagai fluida yang
dapat menghasilkan energi gerak melalui turbin, sistem pendingin yang memanfaatkan
kondensor untuk membuang kalor sehingga refrigerant berpindah fase dari gas ke liquid
dan evaporator dengan menerima kalor sehingga berubah fase refrigerant dari fase
liquid ke gas. Beberapa alat yang dijelaskan tersebut memanfaatkan boiling heat
transfer dengan mengubah fase fluida sehingga mendapatkan energi berupa kalor yang
besar pada temperatur konstan. Temperatur ini menjadi parameter penting yang disebut
temperatur saturasi atau didih dimana nilainya dipengaruhi oleh tekanan. Jika dilihat di
diagram thermodinamika misalkan P-h diagram, semakin besar tekanan maka semakin
besar temperatur saturasi fluida. Sampai sekarang peristiwa boiling heat transfer tetap
menjadi topik penelitian yang populer untuk mengetahui karakteristik dan menciptakan
suatu alat yang lebih efisien dengan memanfaatkan proses tersebut. Boiling heat
transfer dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pool boiling dan flow boiling. Perbedaan
antara dua jenis boiling tersebut adalah pada pool boiling mempunyai fluida diam atau
tidak mengalir misalnya memasak air pada panci sampai air yang dimasak semakin
sedikit karena telah menguap, sedangkat flow boiling mempunyai fluida yang bergerak
ketika berubah fase. Flow boiling banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari
contohnya pada evaporator, vaporator, reboiler, steam generator, dll.
Untuk mengetahui kejadian boiling kita dapat membayangkan suatu pipa diletakkan
secara horizontal dengan panjang 20 m yang dialiri suatu fluida misalnya air dengan
mass flux yang konstan dan diberi heat flux konstan pada dinding pipa. Kemudian
fluida masuk pada temperatur beberapa derajat lebih rendah dari temperatur saturasi
fluida tersebut dengan tekanan kerja meskipun telah diheater sebelumnya. Ketika
memasuki test section fluida mulai naik temperaturnya karena pengaruh heat flux di
dinding sampai temperatur saturasi fluida, pada bagaian ini perpindahan kalor masih
konveksi sampai timbul gelembung-gelembung uap air, timbulnya gelembung-
gelembung uap air yang terjadi sebelum temperatur saturasi disebut didih pra jenuh dan
temperatur fluida masih mengalami kenaikan. Gelembung uap air yang muncul pada
kondisi pra jenuh karena ketidak merataan dari heater yang menghasilkan heat flux
untuk meningkatkan temperatur dinding, artinya daerah yang timbul gelembung
mempunyai temperatur yang lebih tinggi dibanding daerah lain sehingga temperatur
fluida di daerah yang dekat dinding telah memasuki saturasi.
Gambar 1. Pola Aliran Flow Boiling

More Related Content

What's hot

Debit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifikDebit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifik
Ady Purnomo
 
Fenomena perpindahan
Fenomena perpindahanFenomena perpindahan
Fenomena perpindahan
Ezron Wenggo
 
Materi Transduser
Materi TransduserMateri Transduser
Materi Transduser
Ramatechno Ramatechno
 
Perencanaan turbin air
Perencanaan turbin airPerencanaan turbin air
Perencanaan turbin airKhairul Fadli
 
Evaporator
EvaporatorEvaporator
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi DasarBahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
Rizaldi Satria N
 
Rangkuman sensor & tranduser by suparman
Rangkuman sensor & tranduser by suparmanRangkuman sensor & tranduser by suparman
Rangkuman sensor & tranduser by suparman
suparman unkhair
 
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
YOHANIS SAHABAT
 
Prinsip kerja PID
Prinsip kerja PIDPrinsip kerja PID
Prinsip kerja PID
Supar Ramah
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 
Instalasi perpipaan
Instalasi perpipaanInstalasi perpipaan
Instalasi perpipaan
Amirul AmMu
 
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
AnnisaSeptiana14
 
Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses
Rahmah Fadhilah
 
Belajar kontrol
Belajar kontrolBelajar kontrol
Belajar kontrol
ketutjuan
 
Potensial Termodinamika
 Potensial Termodinamika Potensial Termodinamika
Potensial Termodinamika
Mutiara Cess
 
Voltage sag and swell
Voltage sag and swellVoltage sag and swell
Voltage sag and swell
Instansi
 
Pertemuan 2 boiler.ok
Pertemuan 2  boiler.okPertemuan 2  boiler.ok
Pertemuan 2 boiler.ok
Marfizal Marfizal
 

What's hot (20)

Debit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifikDebit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifik
 
Fenomena perpindahan
Fenomena perpindahanFenomena perpindahan
Fenomena perpindahan
 
Boiler PLTU
Boiler PLTUBoiler PLTU
Boiler PLTU
 
Materi Transduser
Materi TransduserMateri Transduser
Materi Transduser
 
Perencanaan turbin air
Perencanaan turbin airPerencanaan turbin air
Perencanaan turbin air
 
Evaporator
EvaporatorEvaporator
Evaporator
 
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi DasarBahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
 
Rangkuman sensor & tranduser by suparman
Rangkuman sensor & tranduser by suparmanRangkuman sensor & tranduser by suparman
Rangkuman sensor & tranduser by suparman
 
Double Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat ExcangerDouble Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat Excanger
 
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
 
Prinsip kerja PID
Prinsip kerja PIDPrinsip kerja PID
Prinsip kerja PID
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 
Instalasi perpipaan
Instalasi perpipaanInstalasi perpipaan
Instalasi perpipaan
 
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
 
Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses
 
Belajar kontrol
Belajar kontrolBelajar kontrol
Belajar kontrol
 
Entropi (new)
Entropi (new)Entropi (new)
Entropi (new)
 
Potensial Termodinamika
 Potensial Termodinamika Potensial Termodinamika
Potensial Termodinamika
 
Voltage sag and swell
Voltage sag and swellVoltage sag and swell
Voltage sag and swell
 
Pertemuan 2 boiler.ok
Pertemuan 2  boiler.okPertemuan 2  boiler.ok
Pertemuan 2 boiler.ok
 

Similar to Paper aliran dua fasa

Siklus rankine
Siklus rankineSiklus rankine
Siklus rankine
Sulistiyo Wibowo
 
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhanaPerpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
GGM Spektafest
 
Geothermal 3-4.ppt
Geothermal 3-4.pptGeothermal 3-4.ppt
Geothermal 3-4.ppt
Putri426595
 
9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panasHabibur Rohman
 
14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panasHabibur Rohman
 
Termodinamika suhu dan kalor non reg
Termodinamika suhu dan kalor non regTermodinamika suhu dan kalor non reg
Termodinamika suhu dan kalor non regKlik Bayoe
 
Tugas termodinamika
Tugas termodinamikaTugas termodinamika
Tugas termodinamikacucucuit
 
Transfer kalor(power point)
Transfer kalor(power point)Transfer kalor(power point)
Transfer kalor(power point)
nuelsitohang
 
Otk 2 he kelompok a 19
Otk 2 he kelompok a 19Otk 2 he kelompok a 19
Otk 2 he kelompok a 19
Ulil Anshori
 
Alat penukar kalor bagian 1.pdf
Alat penukar kalor bagian 1.pdfAlat penukar kalor bagian 1.pdf
Alat penukar kalor bagian 1.pdf
AryoRaga
 
MODUL 8.pptx
MODUL 8.pptxMODUL 8.pptx
MODUL 8.pptx
Fitria567751
 
Hukum ii termodinamika
Hukum ii termodinamikaHukum ii termodinamika
Hukum ii termodinamikaFisikadi4bhe
 
Hukum II dan III termodinamika
Hukum II dan III termodinamikaHukum II dan III termodinamika
Hukum II dan III termodinamikaBughis Berkata
 
Temperatur dan aliran panas tanah
Temperatur dan aliran panas tanahTemperatur dan aliran panas tanah
Temperatur dan aliran panas tanahDicky Pulungan
 
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Novan Ardhiyangga
 
02_Termodinamika.pptx
02_Termodinamika.pptx02_Termodinamika.pptx
02_Termodinamika.pptx
SuperBoy35
 
Heat exchanger
Heat exchangerHeat exchanger
Heat exchanger
Ibnu Khoirul Fajar
 
ppt termodinamika.pdf
ppt termodinamika.pdfppt termodinamika.pdf
ppt termodinamika.pdf
safirahestymaghfiro
 

Similar to Paper aliran dua fasa (20)

Siklus rankine
Siklus rankineSiklus rankine
Siklus rankine
 
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhanaPerpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
 
Geothermal 3-4.ppt
Geothermal 3-4.pptGeothermal 3-4.ppt
Geothermal 3-4.ppt
 
9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas
 
14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas14. panas & perpindahan panas
14. panas & perpindahan panas
 
Termodinamika suhu dan kalor non reg
Termodinamika suhu dan kalor non regTermodinamika suhu dan kalor non reg
Termodinamika suhu dan kalor non reg
 
Thermo mklh 1
Thermo mklh 1Thermo mklh 1
Thermo mklh 1
 
Bab ii perpindahan panas
Bab ii perpindahan panasBab ii perpindahan panas
Bab ii perpindahan panas
 
Tugas termodinamika
Tugas termodinamikaTugas termodinamika
Tugas termodinamika
 
Transfer kalor(power point)
Transfer kalor(power point)Transfer kalor(power point)
Transfer kalor(power point)
 
Otk 2 he kelompok a 19
Otk 2 he kelompok a 19Otk 2 he kelompok a 19
Otk 2 he kelompok a 19
 
Alat penukar kalor bagian 1.pdf
Alat penukar kalor bagian 1.pdfAlat penukar kalor bagian 1.pdf
Alat penukar kalor bagian 1.pdf
 
MODUL 8.pptx
MODUL 8.pptxMODUL 8.pptx
MODUL 8.pptx
 
Hukum ii termodinamika
Hukum ii termodinamikaHukum ii termodinamika
Hukum ii termodinamika
 
Hukum II dan III termodinamika
Hukum II dan III termodinamikaHukum II dan III termodinamika
Hukum II dan III termodinamika
 
Temperatur dan aliran panas tanah
Temperatur dan aliran panas tanahTemperatur dan aliran panas tanah
Temperatur dan aliran panas tanah
 
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
 
02_Termodinamika.pptx
02_Termodinamika.pptx02_Termodinamika.pptx
02_Termodinamika.pptx
 
Heat exchanger
Heat exchangerHeat exchanger
Heat exchanger
 
ppt termodinamika.pdf
ppt termodinamika.pdfppt termodinamika.pdf
ppt termodinamika.pdf
 

Paper aliran dua fasa

  • 1. Aliran Dua Fasa OLEH: Nama : Yosef Rianto Palumpun Nim : D21114517 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKTIK JURUSAN TEKNIK MESIN
  • 2. FLUKS KALOR KRITIS DAN POOL BOILING Batas atas dari fluks kalor pada proses perpindahan kalor pendidihan yang tercapai setelah penguapan cairan yang terjadi di sekitar dinding yang dipanaskan berakhir disebut fluks kalor kritis (critical heat flux, CHF). Terbentuknya CHF terjadi ketika cairan sudah tidak mampu lagi membasahi permukaan yang dipanaskan (heated surface). Ketiadaan kontak antara cairan dengan permukaan yang dipanaskan menyebabkan terjadinya pergeseran rejim didih, dari rejim didih inti langsung menjadi rejim didih film tanpa terbentuknya proses pada rejim didih tansisi, dimana hasilnya akan menghasilkan penurunan yang sangat drastis pada koefisien perpindahan kalornya. Mekanisme perpindahaan rejim didih inti ke rejim didih film yang terjadi secara mendadak pada suatu system yang diberikan masukan energy secara konstan (heat control) akan mengarah pada kenaikan secara tiba-tiba temperature dinding yang terjadi berlebihan dan dapat menyebabkan kerusakan struktur material dari benda panas, proses ini dikenal dengan istilah burn-out (gosong). Berdasarkan uraian tersebut patut difikirkan, bahwa persoalan CHF merupakan hal yang sangat esensial terkait dengan keselamatan pengoperasian suatu system yang melibatkan pembangkitan kalor yang tinggi. Gambar 1. Skema gerakan air saat debris bergerak ke bawah dan terhenti Gambar 1a menjelaskan gerakan air ke arah atas karena adanya pergantian volume. Sedangkan Gambar 1b menjelaskan ketika debris terhenti dan membentuk celah karena adanya pendidihan yang cukup kuat menahan debris untuk tidak bergerak dan kemudian didinginkan oleh air yang kembali turun karena gravitasi. Proses pendinginan oleh air yang diindikasikan dengan pendidihan merupakan proses yang kompleks dan melibatkan fenomena fasa-ganda (air dan uap). Pendinginan berlangsung dengan lambat dan menjadikan debris mengalami pengerasan, yang dimulai dari bagian luar hingga ke bagian dalam. Celah yang terbentuk [3], bervariasi dari 0,3 mm hingga 2,0 mm dan dirata-ratakan menjadi sekitar 1,0 mm. Batasan pasokan cairan pada permukaan yang dipanaskan dapat menyebabkan berbagai mekanisme uang tergantung juga pada geometri dan kondisi termohidrolikanya mengikuti perpindahan kalor pendidihan yang berlangsung. Terkait
  • 3. kasus didih kolam dan untuk didih aliran (flow boiling) dengan kuantitas laju aliran rendah, pasokan cairan tertahan oleh proses hidrolika yang berbatasan dengan dinding dipanaskan (heated wall). Sementara, pada kasus didih aliran, baik untuk kasus aliran rendah (low flow) dan aliran yang tinggi (high flow), kondisi terjadinya CHF bukan merupakan fenomena local, akan tetapi prosesnya terjadi diakibatkan oleh aliran transisi dan entalpi non-lokal. Mekanisme CHF pada kasus didih aliran secara umum diklasifikasikan kedalam dua tipe, tipe dryout dan tipe DNB (departure of nucleate boiling). Mekanisme utama yang terjadi pada kasus aliran dengan kualitas tinggi dan aliran anular (annular flow) adalah tipe dryout berdasarkan karakteristik film cairan (liquid film) tertahan pada dinding dipanaskan. Dryout disebabkan oleh gangguan pada lapisan cairan (liquid-layer) sebagai akibat instabilitas gelombang permukaan antar cairan atau lapisan cairan di pada dinding dipanasakan. Sedangkan, pada kasus didih pra-jenuh (subcooled boiling) atau pendidhan aliran kualitas rendah, mekanisme CHF yang terjadi adalah DNB. Konsekuensi jika Melebihi CHF - Laju perpindahan kalor antara permukaan dengan pendingin menjadi berkurang secara tiba-tiba. - Kenaikan yang kecil pada fluks kalor akan menimbulkan kenaikan yang besar pada suhu permukaan untuk permukaan dengan fluks kalor yang diatur (misal pada pemanas listrik). - Kenaikan yang kecil pada suhu permukaan akan menyebabkan berkurangnya fluks kalor untuk permukaan dengan suhu yang diatur (misal pada kondenser uap). - Permukaan menjadi terlalu panas dan dapat rusak. - Korosi mungkin terjadi pada daerah CHF. - Berkurangnya efisiensi operasi. Persamaan yang digunakan pada fluks kalor kritis yaitu: 𝑞 𝑐 = (𝑅𝑓𝑏 𝜌1 2 𝜌𝑣 𝜌1 − 𝜌𝑣 ) 1 2 ℎ1𝑔 𝑢 𝑖𝑛 𝑐 dengan: qc = fluks kalor kritis (kW/m2) 𝑢 𝑖𝑛 𝑐 = kecepatan inlet kritis (m/s) 𝑅𝑓𝑏 = pressure different governing the liquid flow (Pa) ℎ1𝑔= kalor laten penguapan (Joule) 𝜌1 = densitas gas (kg/m3) 𝜌𝑣 = densitas cairan (kg/m3)
  • 4. Perpindahan Kalor Didih (Boiling Heat Transfer) Pendidihan merupakan proses perubahan fasa dari cair ke gas karena temperatur cairnya melebihi temperatur sarurasinya pada tekanan tertentu. Lain halnya dengan proses evaporasi, terjadinya perubahan fasa dari cair ke gas dikarenakan tekanan uapnya berada di bawah tekanan saturasi cairnya pada temperatur tertentu. Fenomena evaporasi dan pendidihan diilustasikan pada gambar berikut: Gambar 2.5. Proses Evaporasi Dan Pendidihan (Yunus A. Cengel, 2003) Pendidihan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pool boiling dan flow boiling. Pendidiahan dikatakan sebagai pool boiling jika selama proses pendidihan kondisi fluida cairnya tidak mengalir/diam, sedangkan pendidihan dikatakan flow boiling jika selama proses pendidihan kondisi fluida cairnya mengalir, seperti yang diilustrasikan pada bambar 2.6. Gambar 2.6. (a) Pool Boiling, (b) Flow Boiling (Yunus A. Cengel, 2003) Pendidihan juga dapat diklasifikasikan lagi menjadi subcooled boiling dan saturated boiling. Subcooled boiling adalah pendidihan yang terjadi ketika bulk temperatur dari fluida cairnya masih berada di bawah temperatur saturasinya sedangkan pendidihan dikatakan saturated boiling jika bulk temperatur dari fluida cairnya berada pada temperatur saturasinya. Fenomena tersebut diilustrasikan oleh gambar berikut:
  • 5. Gambar 2.7. (a) Subcooled Boiling, (b) Saturated Boiling (Yunus A. Cengel, 2003) Pool Boiling Pada kondisi pool boiling pergerakan fluida disebabkan oleh konveksi alami dan pergerakan gelembung dipengaruhi oleh gaya apung. Fenomena paling mudah ditemukan yang dapat menggambarkan Kondisi pool boiling yaitu ketika kita memanaskan air pada wajan di atas kompor. Pada tahun 1934, Nukiyama (1896-1983) melakukan suatu percobaan yaitu, memberikan kawat nichrome yang dipasang horizontal dan dialiri arus listrik yang berfungsi sebagai pemanas pada suatu wadah berisi air pada tekanan atmosfer. Dengan mengetahui tahanan dari kawat nichrome tersebut Nukiyama dapat mengontrol flux kalor dan temperatur dengan mengatur arus dan tegangan listrik, seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.8. Gambar 2.8. Percobaan Nukiama Nukiyama mengamati bahwa ketika ia menaikkan input daya pada kawat, flux kalor meningkat tajam, tetapi suhu kawat meningkat relatif kecil dan air belum mulai mendidih sampai ΔTw ≈ 5° C. Kemudian tiba-tiba pada titik tertentu, sedikit diatas q”max suhu kawat melonjak ke titik leleh dan putus (burnout). Nukiyama kemudian kembali mencoba dengan menggunakan kawat platinum yang memiliki titik leleh yang lebih tinggi. Dan kali ini dia dapat mempertahankan flux kalor diatas flux kalor maksimum tanpa terjadinya putus (burnout), walaupun kawat platinum tersebut menjadi hampir putih-panas. Ketika ia membalikkan percobaan tersebut, dengan menurunkan input daya ke kabel platinum, sehingga terjadi penurunan flux kalor dan temperatur secara kontinyu, hingga nilai flux kalor jauh di bawah nilai dimana terjadi lonjakan temperatur pertama terjadi. Dan pada saat flux kalor berada dibawah flux kalor minimum, lapisan film uap jatuh, lapisan isolasi gelembung terbentuk. Kemudian temperatur drop dengan
  • 6. tiba-tiba hingga ke posisi awal. Nukiyama menyadari bahwa bentuk dari pendidihan yang terjadi berbedabeda, tergantung pada besarnya nilai excess temperature (ΔTe) dimana Δte adalah Temperatur permukaan solid yang dipanaskan (Ts) dikurangi dengan Temperatur saturasi cair (Tsat). Nukiyama membagi proses pool boiling kedalam 4 rezim, yaitu natural convection boiling, nucleat boiling, transition boiling dan film boiling seperti yang ditunjukan pada gambar 2.9. Gambar 2.9. Kurva Pool Boiling(Yunus A. Cengel, 2003) Pengenalan Flow Boiling Perpindahan kalor pada fluida dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu normal heat transfer yang tidak mengubah fase fluida dan boiling heat transfer yang memainkan perubahan fase fluida yang bersangkutan. Perpindahan kalor identik dengan energi diparameterkan salah satunya dengan delta T atau perubahan temperatur. Hal ini terjadi pada normal heat transfer, ketika kita ingin menaikkan energi atau kalor maka perubahan temperatur harus diperbesar atau Q sebanding dengan ∆T. Namun hal lain ditunjukkan pada boiling heat transfer, energi yang dapat diberikan atau diterima lebih besar meskipun tidak terjadi perubahan temperatur, artinya kalor akan berpindah dengan perubahan fase fluida sehingga mendapatkan enthalpy yang besar tanpa adanya perubahan temperatur. Besarnya manfaat boiling heat transfer membuat engineering terdahulu menemukan berbagai alat meskipun belum terlalu mengerti proses boiling heat transfer secara mendetail dan hanya memberikan batasan aman seperti safety factor serta trial error dalam mendapatkan nilai aman tersebut. Misalnya boiler untuk menguapkan air, steam turbin untuk memanfaatkan air menjadi pembangkit dengan
  • 7. mengubah fase menjadi uap air melalui penambahan heat, organic rankine cycle adalah alat yang memanfaatkan siklus rankine menggunakan refrigerant sebagai fluida yang dapat menghasilkan energi gerak melalui turbin, sistem pendingin yang memanfaatkan kondensor untuk membuang kalor sehingga refrigerant berpindah fase dari gas ke liquid dan evaporator dengan menerima kalor sehingga berubah fase refrigerant dari fase liquid ke gas. Beberapa alat yang dijelaskan tersebut memanfaatkan boiling heat transfer dengan mengubah fase fluida sehingga mendapatkan energi berupa kalor yang besar pada temperatur konstan. Temperatur ini menjadi parameter penting yang disebut temperatur saturasi atau didih dimana nilainya dipengaruhi oleh tekanan. Jika dilihat di diagram thermodinamika misalkan P-h diagram, semakin besar tekanan maka semakin besar temperatur saturasi fluida. Sampai sekarang peristiwa boiling heat transfer tetap menjadi topik penelitian yang populer untuk mengetahui karakteristik dan menciptakan suatu alat yang lebih efisien dengan memanfaatkan proses tersebut. Boiling heat transfer dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pool boiling dan flow boiling. Perbedaan antara dua jenis boiling tersebut adalah pada pool boiling mempunyai fluida diam atau tidak mengalir misalnya memasak air pada panci sampai air yang dimasak semakin sedikit karena telah menguap, sedangkat flow boiling mempunyai fluida yang bergerak ketika berubah fase. Flow boiling banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari contohnya pada evaporator, vaporator, reboiler, steam generator, dll. Untuk mengetahui kejadian boiling kita dapat membayangkan suatu pipa diletakkan secara horizontal dengan panjang 20 m yang dialiri suatu fluida misalnya air dengan mass flux yang konstan dan diberi heat flux konstan pada dinding pipa. Kemudian fluida masuk pada temperatur beberapa derajat lebih rendah dari temperatur saturasi fluida tersebut dengan tekanan kerja meskipun telah diheater sebelumnya. Ketika memasuki test section fluida mulai naik temperaturnya karena pengaruh heat flux di dinding sampai temperatur saturasi fluida, pada bagaian ini perpindahan kalor masih konveksi sampai timbul gelembung-gelembung uap air, timbulnya gelembung- gelembung uap air yang terjadi sebelum temperatur saturasi disebut didih pra jenuh dan temperatur fluida masih mengalami kenaikan. Gelembung uap air yang muncul pada kondisi pra jenuh karena ketidak merataan dari heater yang menghasilkan heat flux untuk meningkatkan temperatur dinding, artinya daerah yang timbul gelembung mempunyai temperatur yang lebih tinggi dibanding daerah lain sehingga temperatur fluida di daerah yang dekat dinding telah memasuki saturasi. Gambar 1. Pola Aliran Flow Boiling