Dokumen tersebut merupakan publikasi yang berisi analisis outlook (proyeksi) untuk 7 komoditas perkebunan strategis Indonesia yaitu kelapa sawit, kelapa, kakao, cengkeh, tembakau, nilam dan tebu untuk periode 2010-2012. Publikasi ini berisi data historis dan proyeksi produksi, konsumsi, harga, ekspor-impor masing-masing komoditas secara nasional maupun internasional."
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkVolker Hirsch
TEDx Manchester talk on artificial intelligence (AI) and how the ascent of AI and robotics impacts our future work environments.
The video of the talk is now also available here: https://youtu.be/dRw4d2Si8LA
Indonesia berkomitmen untuk menyukseskan pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/
SDGs) dengan mencapai agenda pembangunan 2030. Dalam hal ini, Peraturan Presiden no. 59/2017
berkenaan dengan pelaksanaan pencapaian TPB di Indonesia telah mengamanatkan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional untuk mempersiapkan Peta Jalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.
Peta Jalan TPB Indonesia dikembangkan melalui proses dan diskusi yang panjang dan melibatkan
partisipasi berbagai pemangku kepentingan, memastikan bahwa isi dari peta jalan ini dapat merefleksikan
aspirasi berbagai pemangku kepentingan. Peta jalan ini berisikan permasalahan dan proyeksi dari
indikator utama dari setiap tujuan dalam TPB, termasuk juga kebijakan progresif dalam mencapai targettarget TPB. Terdapat sekitar 60 indikator yang masuk dalam peta jalan ini. Hasil skenario proyeksi dan
skenario intervensi kebijakan dari setiap indikator menunjukkan dengan jelas bahwa pencapaian setiap
target memerlukan kerja sama dan kolaborasi yang kuat antar-pemangku kepentingan serta komitmen bersama baik dalam
pelaksanaan program kegiatan dan pembiayaan pencapaian agenda pembangunan 2030. Maka dari itu, peta jalan ini akan
menjadi suatu alat yang penting untuk memandu semua pemangku kepentingan ke arah pencapaian agenda pembangunan
Indonesia 2030 dengan menitikberatkan kolaborasi yang produktif dan pemahaman mendalam antar-pemangku kepentingan
bahwasanya setiap tujuan dan target pada agenda pembangunan 2030 saling terkait dan menjadi daya ungkit satu sama lain.
Saya mengucapkan terima kasih kepada tim SDGs di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atas segala upayanya
dalam mewujudkan peta jalan ini, juga kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dan mendukung penyempurnaan buku Peta Jalan TPB Indonesia ini.
Laporan Statistik: Kinerja Industri Indonesia 2014PT Indo Analisis
Laporan Statistik Kinerja Berbagai Sektor Industri di Indonesia 2014. Laporan ini Berisi Pertumbuhan Industri, Investasi, Ekspor Impor, dan Kinerja Industri.
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012Oswar Mungkasa
Berisikan perkembangan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman terutama yang terkait dengan kegiatan Kementerian Perumahan Rakyat Edisi Maret 2012. Diterbitkan oleh Biro Perencanaan dan naggaran Kemnterian Perumahan Rakyat setiap 3 bulan.
Ini adalah contoh laporan prakerin saya waktu SMK dulu. Kebetulan saya prakerin di salah satu station radio di kota Cirebon.
< a href="http://salam-tekno.blogspot.com" target="Blank" Title="Salam Tekno">Situs saya
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Outlook komoditas perkebunan
1. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
ISSN 1907-1507 2010
OUTLOOK
KOMODITAS PERTANIAN
PERKEBUNAN
Pusat Data Dan Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian
2010
Pusat Data dan Informasi Pertanian i
2. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
ii Pusat Data dan Informasi Pertanian
3. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN
PERKEBUNAN
ISSN : 1907-1507
Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)
Jumlah Halaman : 189 halaman
Penasehat : Dr. Ir. Edi Abdurachman, MSc
Penyunting :
Ir. Yasid Taufik, MM
Ir. Leli Nuryati, MSc.
Ir. Efi Respati, MSi.
Naskah :
Ir. Efi Respati, MSi
Ir. Sabarella, MSi
Ir. Anna Astrid Susanti, MSi
Ir. Noviati, MSi
Puji Nantoro, SSi, MM
Ir. Ekanantari
Megawaty M, SP
Design dan Layout :
Ir. Efi Respati, M.Si.
Roydatul Zikria, S.Si
Dyah Indarti, SE
Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian
2010
Pusat Data dan Informasi Pertanian iii
4. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
iv Pusat Data dan Informasi Pertanian
5. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
KATA PENGANTAR
Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Informasi Pertanian
mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu
hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditas
Perkebunan.
Publikasi Outlook Komoditas Perkebunan Tahun 2010 menyajikan
keragaan data series komoditas perkebunan secara nasional dan internasional
selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi
penawaran dan permintaan domestik untuk masing-masing komoditas dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2010 ini, analisis outlook komoditas
perkebunan mencakup 7 (tujuh) komoditas yakni kelapa sawit, kelapa, kakao,
cengkeh, tembakau, nilam dan tebu.
Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun juga
dalam bentuk soft copy (CD) dan dapat dengan mudah diperoleh atau diakses
melalui website Pusdatin yaitu http://www.deptan.go.id/pusdatin/.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat
memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi masing-masing komoditas
strategis pertanian secara lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
Jakarta, September 2010
Kepala Pusat Data dan
Informasi Pertanian,
Dr. Ir. Edi Abdurachman, MS.
NIP.19550517.197901.1.001
Pusat Data dan Informasi Pertanian v
6. ISSN 1907-1507
2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................xix
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
1.2. METODOLOGI ................................................................... 2
BAB II. KELAPA SAWIT ...................................................................... 5
2.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
KELAPA SAWIT INDONESIA................................................... 6
2.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA ............ 11
2.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA SAWIT DI INDONESIA.................12
2.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA SAWIT DI INDONESIA ...... 13
2.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN PRODUKSI
KELAPA SAWIT DUNIA ...................................................... 15
2.6. PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR KELAPA SAWIT DUNIA ............. 17
2.7. PROYEKSI PENAWARAN KELAPA SAWIT 2010-2012..................... 19
2.8. PROYEKSI PERMINTAAN MINYAK SAWIT 2010-2012 .................... 20
2.9. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT MINYAK SAWIT 2010-2012 ............... 21
LAMPIRAN ........................................................................... 22
BAB III. KELAPA ............................................................................. 31
3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
KELAPA INDONESIA ......................................................... 32
3.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA DI INDONESIA .................... 36
3.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA DI INDONESIA ........................ 38
3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA INDONESIA .................. 39
vi Pusat Data dan Informasi Pertanian
7. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
3.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI
DAN PRODUKTIVITAS KELAPA DUNIA .....................................41
3.6. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA DUNIA ........................44
3.7. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA DUNIA..................................46
3.8. PROYEKSI PENAWARAN KELAPA 2010-2012 ..............................47
3.9. PROYEKSI PERMINTAAN KELAPA 2010-2012..............................48
3.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KELAPA 2010-2012 ........................49
LAMPIRAN ............................................................................50
BAB IV. KAKAO ............................................................................ 59
4.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
KAKAO DI INDONESIA ........................................................59
4.2. KONSUMSI KAKAO DI INDONESIA...........................................64
4.3. PERKEMBANGAN HARGA KAKAO DI INDONESIA ..........................65
4.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KAKAO INDONESIA....................66
4.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KAKAO
DUNIA .........................................................................70
4.6. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN KAKAO DUNIA .....................73
4.7. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KAKAO DUNIA .........................74
4.8. PROYEKSI PENAWARAN KAKAO 2010-2012 ...............................76
4.9. PROYEKSI PERMINTAAN KAKAO 2008-2010 ..............................77
4.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KAKAO 2010-2012 .........................78
LAMPIRAN ............................................................................80
BAB V. CENGKEH ........................................................................... 91
5.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
CENGKEH DI INDONESIA ....................................................93
5.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI CENGKEH DI INDONESIA ..................98
5.3. PERKEMBANGAN HARGA CENGKEH DI INDONESIA.......................99
5.4. PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR CENGKEH DI INDONESIA ......... 100
5.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI,
DAN PRODUKTIVITAS CENGKEH DUNIA ................................. 102
5.6. PERKEMBANGAN HARGA CENGKEH DUNIA ............................. 105
5.7. PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR CENGKEH DUNIA .................. 106
Pusat Data dan Informasi Pertanian vii
8. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
5.8. PROYEKSI PENAWARAN CENGKEH 2009-2012.......................... 107
5.9. PROYEKSI PERMINTAAN CENGKEH 2009-2012 ......................... 108
5.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOMODITAS CENGKEH 2009-2012 ..... 109
LAMPIRAN .......................................................................... 111
BAB VI. TEMBAKAU ........................................................................123
6.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
TEMBAKAU INDONESIA .................................................... 123
6.2. PERKEMBANGAN HARGA KONSUMEN TEMBAKAU DI INDONESIA ..... 127
6.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI TEMBAKAU DAN ROKOK INDONESIA ... 128
6.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR TEMBAKAU PRIMER DAN
MANUFAKTUR INDONESIA................................................. 130
6.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEMBAKAU DUNIA ... 132
6.6. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN TEMBAKAU DUNIA .............. 135
6.7. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR TEMBAKAU DUNIA .................. 135
6.8. PROYEKSI PENAWARAN TEMBAKAU 2010-2012 ........................ 137
6.9. PROYEKSI PERMINTAAN TEMBAKAU 2010-2012 ........................ 139
6.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT TEMBAKAU 2010-2012 .................. 140
LAMPIRAN .......................................................................... 141
BAB VII. NILAM .............................................................................151
7.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
NILAM DI INDONESIA ...................................................... 151
7.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI NILAM DI INDONESIA ..................... 156
7.3. PERKEMBANGAN HARGA NILAM DI INDONESIA ......................... 157
7.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR NILAM INDONESIA .................. 158
7.5. PROYEKSI PENAWARAN NILAM 2009-2011 .............................. 159
7.6. PROYEKSI PERMINTAAN NILAM 2009-2011 ............................. 160
7.7. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT NILAM 2009-2011 ........................ 161
LAMPIRAN .......................................................................... 163
BAB VIII. TEBU .............................................................................169
8.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
TEBU DI INDONESIA........................................................ 170
8.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI GULA DI INDONESIA.......................177
viii Pusat Data dan Informasi Pertanian
9. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
8.3. PERKEMBANGAN HARGA GULA DI INDONESIA..........................178
8.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR GULA INDONESIA ................... 179
8.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI TEBU
DUNIA ....................................................................... 180
8.6. PROYEKSI PENAWARAN GULA 2010-2012 .............................. 184
8.7. PROYEKSI PERMINTAAN GULA 2010-2012 .............................. 185
8.8. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT GULA ...................................... 186
LAMPIRAN .......................................................................... 188
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................195
Pusat Data dan Informasi Pertanian ix
10. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perkembangan produktivitas kelapa sawit menurut status
pengusahaan, 2003-2009. ..................................................10
Tabel 2.2. Proyeksi produksi minyak sawit Indonesia, 2009-2012 ................20
Tabel 2.3. Proyeksi volume ekspor minyak sawit dan penggunaan minyak
goreng sawit dalam negeri di Indonesia, 2010-2012 ...................21
Tabel 2.4. Proyeksi surplus/defisit minyak sawit Indonesia, 2010-2012 ........21
Tabel 3.1. Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi luas areal dan
produksi kelapa di Indonesia, 1970-2009 ................................33
Tabel 3.2. Perkembangan produktivitas kelapa di Indonesia menurut
status pengusahaan, 2004-2009 ...........................................36
Tabel 3.3. Hasil analisis fungsi respon produksi kelapa ............................47
Tabel 3.4. Hasil proyeksi produksi kelapa di Indonesia, 2010-2012 ..............48
Tabel 3.5. Proyeksi permintaan kopra/minyak kelapa di Indonesia,
2010-2012 ....................................................................49
Tabel 3.6. Proyeksi surplus/defisit kelapa (kopra) di Indonesia 2010-2012 ....49
Tabel 4.1. Perkembangan luas areal kakao Indonesia berdasarkan status
pengusahaannya, 2005-2009...............................................60
Tabel 4.2. Perkembangan produktivitas kakao Indonesia berdasarkan
status pengusahaannya, 2003-2009 ......................................62
Tabel 4.3. Perkembangan produksi biji kakao kering Indonesia
berdasarkan status pengusahaannya, 2005-2009 .......................63
Tabel 4.4. Neraca perdagangan total kakao Indonesia, 1996-2009 ...............69
Tabel 4.5. Nilai statistik model produksi kakao dalam negeri ....................76
Tabel 4.6. Proyeksi produksi kakao Indonesia, 2008-2010 .........................77
Tabel 4.7. Proyeksi total permintaan kakao Indonesia, 2008-2010...............78
Tabel 4.8. Proyeksi surplus/defisit kakao Indonesia, 2008-2010..................79
x Pusat Data dan Informasi Pertanian
11. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Tabel 5.1. Kontribusi rata-rata luas areal dan produksi cengkeh di
Indonesia menurut status pengusahaan, 1967-2009 ................... 94
Tabel 5.2. Hasil proyeksi produksi cengkeh di Indonesia, 2010-2012 .......... 108
Tabel 5.3. Hasil proyeksi konsumsi domestik cengkeh di Indonesia,
2009-2011 .................................................................. 109
Tabel 5.4. Proyeksi surplus/defisit cengkeh di Indonesia, tahun 2009-2012.. 110
Tabel 6.1. Perkembangan produktivitas tembakau Indonesia, 2006-2009 .... 127
Tabel 6.2. Perkembangan harga konsumen pedesaan tembakau Indonesia,
2000-2006 .................................................................. 128
Tabel 6.3. Hasil analisis fungsi respon produksi tembakau di Indonesia ...... 138
Tabel 6.4. Hasil proyeksi produksi tembakau Indonesia, 2010-2012 ........... 138
Tabel 6.5. Hasil proyeksi permintaan untuk industri tembakau Indonesia,
2010-2012 .................................................................. 140
Tabel 6.6. Proyeksi surplus/defisit tembakau Indonesia, 2010-2012 .......... 140
Tabel 7.1. Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi luas areal dan
produksi nilam di Indonesia ............................................. 153
Tabel 7.2. Hasil proyeksi produksi nilam di Indonesia, 2009-2011 ............. 160
Tabel 7.3. Hasil proyeksi permintaan nilam di Indonesia, 2009-2011 ......... 161
Tabel 7.4. Proyeksi surplus/defisit nilam di Indonesia, 2009-2011 ............. 162
Tabel 8.1. Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia berdasarkan,
status pengusahaan, 1969-2009 ......................................... 173
Tabel 8.2. Perkembangan rata-rata produksi gula hablur di Indonesia,
berdasarkan status pengusahaan, 1969-2009 ......................... 175
Tabel 8.3. Hasil proyeksi fungsi penawaran gula di Indonesia .................. 184
Tabel 8.4. Proyeksi produksi gula Indonesia, 2010-2012 ......................... 185
Tabel 8.5. Hasil proyeksi fungsi permintaan gula di Indonesia.................. 185
Tabel 8.6. Proyeksi permintaan gula Indonesia, 2010-2012 ..................... 186
Tabel 8.7. Proyeksi surplus/defisit gula Indonesia, 2010-2012 ................. 187
Pusat Data dan Informasi Pertanian xi
12. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit menurut status
pengusahaan di Indonesia, 1970 - 2009 ................................ 6
Gambar 2.2. Kontribusi luas areal kelapa sawit menurut status
pengusahaan di Indonesia, (rata-rata 1998-2009) .................... 7
Gambar 2.3. Perkembangan produksi minyak sawit menurut status
pengusahaan di Indonesia, 1970-2009 .................................. 8
Gambar 2.4. Kontribusi rata-rata produksi minyak sawit menurut status
pengusahaan, (rata-rata 1998-2009) .................................... 8
Gambar 2.5. Provinsi sentra produksi minyak sawit di Indonesia,
(rata-rata 2005-2009) ..................................................... 9
Gambar 2.6. Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia,
2003-2009 ..................................................................10
Gambar 2.7. Perkembangan ketersediaan minyak sawit/minyak goreng
Indonesia menurut Neraca Bahan Makanan, 1999-2007 ............11
Gambar 2.8. Perkembangan harga produsen TBS dan harga perdagangan
besar minyak sawit Indonesia, 2000-2008 ............................12
Gambar 2.9. Perkembangan volume ekspor-impor kelapa sawit Indonesia,
1996-2009 ..................................................................13
Gambar 2.10. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan
kelapa sawit Indonesia, 1996-2009.....................................14
Gambar 2.11. Perkembangan harga ekspor-impor kelapa sawit Indonesia,
1996-2009 ..................................................................14
Gambar 2.12. Perkembangan luas areal dan produksi tandan buah segar
kelapa sawit dunia, 1961-2008 .........................................15
Gambar 2.13. Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia,
(rata-rata 2004-2008) ....................................................15
Gambar 2.14. Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia,
(rata-rata 2004-2008) ....................................................17
xii Pusat Data dan Informasi Pertanian
13. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Gambar 2.15. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia,
(rata-rata 2003-2007) .................................................... 18
Gambar 2.16. Negara importir kelapa sawit terbesar dunia,
(rata-rata 2003-2007) .................................................... 19
Gambar 3.1. Perkembangan luas areal kelapa di Indonesia menurut status
pengusahaan, 1970-2009 ................................................ 32
Gambar 3.2. Perkembangan produksi kelapa di Indonesia, 1970-2009 ........... 34
Gambar 3.3. Kontribusi sentra produksi kelapa di Indonesia, 2005-2009 ........ 35
Gambar 3.4. Perkembangan produktivitas kelapa di Indonesia, 2004-2009 ..... 35
Gambar 3.5. Perkembangan konsumsi kelapa butiran dan minyak kelapa di
Indonesia, 1981-2008 ..................................................... 37
Gambar 3.6. Perkembangan total penggunaan kelapa (kopra) di Indonesia,
1990-2007 .................................................................. 38
Gambar 3.7. Perkembangan harga kelapa di tingkat produsen dan
konsumen di Indonesia, 1983-2008..................................... 39
Gambar 3.8. Perkembangan volume ekspor kelapa Indonesia, 2000-2009 ...... 40
Gambar 3.9. Perkembangan volume impor kelapa Indonesia, 2000-2009 ....... 40
Gambar 3.10. Perkembangan luas tanaman menghasilkan kelapa dunia,
1970-2008 .................................................................. 41
Gambar 3.11. Perkembangan produksi kelapa dunia, 1970-2008................... 42
Gambar 3.12. Negara-negara produsen kelapa terbesar di dunia,
(rata-rata 2004-2008) .................................................... 42
Gambar 3.13. Perkembangan produktivitas kelapa dunia, 1970-2008 ............. 43
Gambar 3.14. Negara dengan produktivitas kelapa terbesar di dunia,
2004-2008 .................................................................. 44
Gambar 3.15. Negara eksportir minyak kelapa terbesar di dunia, 2003-2007 .... 45
Gambar 3.16. Negara importir minyak kelapa terbesar di dunia, 2003-2007 ..... 45
Gambar 3.17. Negara dengan harga kelapa tingkat produsen terbesar di
dunia, 2003-2007 ......................................................... 46
Pusat Data dan Informasi Pertanian xiii
14. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Gambar 4.1. Perkembangan luas areal kakao Indonesia berdasarkan status
pengusahaannya, 2005-2009 ............................................60
Gambar 4.2. Perkembangan produktivitas kakao Indonesia berdasarkan
status pengusahaannya, 2003-2009 ....................................61
Gambar 4.3. Perkembangan produksi biji kakao kering Indonesia
berdasarkan status pengusahaannya, 1967-2009 ....................62
Gambar 4.4. Kontribusi PR, PBN dan PBS terhadap produksi kakao
Indonesia (rata-rata 2005-2009) ........................................63
Gambar 4.5. Provinsi sentra produksi kakao PR (rata-rata 2005-2009) ..........64
Gambar 4.6. Perkembangan konsumsi kakao di Indonesia, 1981-2008 ...........65
Gambar 4.7. Perkembangan harga domestik biji kakao kering, 1992-2008......66
Gambar 4.8. Perkembangan volume dan nilai ekspor total kakao
Indonesia, 1996-2009 .....................................................67
Gambar 4.9. Kontribusi nilai ekspor kakao menurut bentuk hasilnya
(rata-rata 2005-2009) ....................................................67
Gambar 4.10. Perkembangan volume dan nilai impor kakao Indonesia,
1996-2009 ..................................................................68
Gambar 4.11. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan
kakao Indonesia, 1996-2009 .............................................69
Gambar 4.12. Perkembangan luas areal dan produksi kakao dunia,
1961-2008 ..................................................................70
Gambar 4.13. Negara dengan luas areal kakao terbesar di dunia
(rata-rata 2004-2008) ....................................................71
Gambar 4.14. Negara produsen kakao terbesar di dunia
(rata-rata 2004-2008) ....................................................72
Gambar 4.15. Negara dengan produktivitas kakao terbesar dunia
(rata-rata 2004-2008) ....................................................72
Gambar 4.16. Perkembangan harga produsen biji kakao kering dunia,
1991-2007 ..................................................................73
Gambar 4.17. Negara dengan harga produsen kakao terbesar dunia,
(rata-rata 2003-2007) ....................................................74
xiv Pusat Data dan Informasi Pertanian
15. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Gambar 4.18. Negara pengekspor kakao terbesar dunia
(rata-rata 2003-2007) .................................................... 75
Gambar 4.19. Negara importir kakao terbesar dunia (rata-rata 2003-2007) ..... 75
Gambar 5.1. Perkembangan luas areal cengkeh PR di Indonesia, 1967-2009 ... 94
Gambar 5.2. Perkembangan luas areal cengkeh di Indonesia, 1971-2009 ....... 95
Gambar 5.3. Perkembangan produksi cengkeh di Indonesia, 1967-2009 ......... 96
Gambar 5.4. Kontribusi produksi cengkeh PR di provinsi sentra
(rata-rata 2005-2009) .................................................... 97
Gambar 5.5. Perkembangan produktivitas cengkeh di Indonesia,
1970-2009 .................................................................. 98
Gambar 5.6. Perkembangan konsumsi domestik cengkeh di Indonesia,
1970-2008 .................................................................. 99
Gambar 5.7. Perkembangan harga cengkeh di pasar domestik dan pasar
dunia, 1987-2008 ....................................................... 100
Gambar 5.8. Perkembangan volume ekspor impor cengkeh di Indonesia,
1996-2008 ................................................................ 101
Gambar 5.9. Perkembangan nilai ekspor impor cengkeh di Indonesia,
1996-2008 ................................................................ 101
Gambar 5.10. Perkembangan luas areal tanaman menghasilkan cengkeh
dunia dan Indonesia, 1967-2008 ...................................... 102
Gambar 5.11. Negara-negara dengan luas TM cengkeh terbesar dunia,
(rata-rata 2004-2008) .................................................. 103
Gambar 5.12. Perkembangan produksi cengkeh dunia, 1961-2008............... 104
Gambar 5.13. Negara-negara produsen cengkeh terbesar dunia, 2004-2008 ... 104
Gambar 5.14. Negara-negara dengan rata-rata produktivitas cengkeh
tertinggi dunia, 2004-2008 ............................................ 105
Gambar 5.15. Negara-negara dengan harga produsen cengkeh tertinggi
dunia (rata-rata 2004-2008) ........................................... 105
Gambar 5.16. Negara eksportir cengkeh terbesar di dunia
(rata-rata 2004-2008) .................................................. 106
Pusat Data dan Informasi Pertanian xv
16. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Gambar 5.17. Negara importir cengkeh terbesar di dunia
(rata-rata 2004-2008) .................................................. 107
Gambar 6.1. Perkembangan luas areal tembakau menurut status
pengusahaannya, 1971-2009 .......................................... 124
Gambar 6.2. Kontribusi luas areal tembakau di Indonesia menurut status
pengusahaan (rata-rata 2005-2009) .................................. 124
Gambar 6.3. Perkembangan produksi tembakau menurut status
pengusahaan, 1971-2009............................................... 125
Gambar 6.4. Kontribusi sentra produksi tembakau PR di Indonesia
(rata-rata 2006-2009) .................................................. 126
Gambar 6.5. Rata-rata produktivitas tembakau Indonesia menurut status
pengusahaan, 2006-2009............................................... 126
Gambar 6.6. Perkembangan harga konsumen tembakau di Indonesia,
2000-2008 ................................................................ 128
Gambar 6.7. Perkembangan konsumsi tembakau di Indonesia, 1987-2008 .... 129
Gambar 6.8. Perkembangan konsumsi rokok di Indonesia, 1987-2008 ......... 129
Gambar 6.9. Perkembangan volume dan harga ekspor - impor tembakau
primer, 1996-2009 ...................................................... 130
Gambar 6.10. Perkembangan volume dan harga ekspor – impor tembakau
manufaktur, 1996-2009 ................................................ 131
Gambar 6.11. Perkembangan luas areal tembakau dunia, 1961-2008 ........... 132
Gambar 6.12. Negara dengan luas area tembakau terbesar di dunia,
2004-2008 ................................................................ 133
Gambar 6.13. Perkembangan produksi tembakau dunia, 1961-2008 ............. 134
Gambar 6.14. Sepuluh negara produsen tembakau dunia, 2004-2008 ........... 134
Gambar 6.15. Perkembangan rata-rata harga produsen tembakau dunia,
1991-2007 ................................................................ 135
Gambar 6.16. Perkembangan volume ekspor dan impor tembakau dunia,
1961-2007 ................................................................ 136
Gambar 6.17. Negara pengekspor tembakau terbesar dunia
(rata-rata 2003-2007) .................................................. 136
xvi Pusat Data dan Informasi Pertanian
17. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Gambar 6.18. Negara pengimpor tembakau terbesar dunia
(rata-rata 2003-2007) .................................................. 137
Gambar 7.1. Perkembangan luas areal nilam di Indonesia, 1989-2008 ........ 152
Gambar 7.2. Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia,
1989-2008 ................................................................ 154
Gambar 7.3. Provinsi sentra produksi minyak nilam di Indonesia
(rata-rata 2004-2008) .................................................. 154
Gambar 7.4. Perkembangan produktivitas nilam di Indonesia
(rata-rata 2004-2008) .................................................. 155
Gambar 7.5. Perkembangan konsumsi minyak nilam di Indonesia,
1989-2008 ................................................................ 156
Gambar 7.6. Perkembangan harga ekspor minyak nilam di Indonesia,
1989-2006 ................................................................ 157
Gambar 7.7. Perkembangan volume ekspor minyak nilam dan daun nilam
di Indonesia, 1989-2006................................................ 159
Gambar 8.1. Perkembangan luas areal tebu di Indonesia, 1969 - 2009 ........ 170
Gambar 8.2. Perkembangan luas areal tebu Indonesia berdasarkan status
pengusahaan,1969-2009 ............................................... 171
Gambar 8.3. Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia, 1969-2009 ..... 172
Gambar 8.4. Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia berdasarkan
status pengusahaan, 1969-2009) ..................................... 173
Gambar 8.5. Perkembangan produksi gula hablur di Indonesia,1969-2009 .... 174
Gambar 8.6. Perkembangan produksi gula hablur berdasarkan status,
pengusahaan, 1969-2005 .............................................. 174
Gambar 8.7. Provinsi sentra produksi tebu Perkebunan Rakyat, 2006-2010 .. 176
Gambar 8.8. Provinsi sentra produksi tebu Nasional, 2009 ...................... 177
Gambar 8.9. Perkembangan konsumsi gula oleh rumah tangga di
Indonesia, 1990-2009 ................................................... 178
Gambar 8.10. Perkembangan harga gula pasir dalam negeri, 1997-2009 ...... 179
Gambar 8.11. Perkembangan volume ekspor dan impor gula di Indonesia,
1969-2009 ................................................................ 179
Pusat Data dan Informasi Pertanian xvii
18. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Gambar 8.12. Perkembangan luas areal tebu dunia, 1970-2008 .................. 181
Gambar 8.13. Perkembangan produktivitas tebu dunia, 1970-2008 ............. 181
Gambar 8.14. Perkembangan produksi tebu dunia, 1970-2008 .................. 182
Gambar 8.15. Negara dengan luas areal tebu terbesar di dunia, 2004-2008 ... 182
Gambar 8.16. Negara produsen tebu terbesar dunia, 2004-2008 ................. 183
Gambar 8.17. Perkembangan penawaran dan permintaan gula Indonesia,
1990-2012 ................................................................ 186
xviii Pusat Data dan Informasi Pertanian
19. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit (palm oil) Indonesia
menurut status pengusahaan, 1970-2009. .......................... 22
Lampiran 2.2. Perkembangan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO)
Indonesia menurut status pengusahaan, 1970-2009 .............. 23
Lampiran 2.3. Provinsi sentra produksi kelapa sawit Indonesia, 2005-2009 .... 24
Lampiran 2.4. Penggunaan dan ketersediaan untuk konsumsi minyak sawit
Indonesia, 1990-2007 .................................................. 24
Lampiran 2.5. Perkembangan harga produsen tandan buah segar dan
minyak sawit (CPO) Indonesia, 2000-2008 .......................... 25
Lampiran 2.6. Perkembangan ekspor – impor, neraca perdagangan serta
harga minyak sawit Indonesia, 1996-2009 .......................... 26
Lampiran 2.7. Perkembangan luas tanaman menghasilkan, yield dan
produksi kelapa sawit dunia, 1961-2008 ............................ 27
Lampiran 2.8. Negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit
terbesar di dunia, 2004-2008 ......................................... 28
Lampiran 2.9 Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia, 2004-2008....... 28
Lampiran 2.10. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, 2003-2007 ...... 29
Lampiran 2.11. Negara importir minyak sawit terbesar dunia, 2003-2007 ....... 29
Lampiran 3.1. Perkembangan luas areal kelapa di Indonesia menurut
status pengusahaannya, 1970 - 2009. ............................... 50
Lampiran 3.2. Perkembangan produksi kelapa di Indonesia menurut status
pengusahaannya, 1970 - 2009 ........................................ 51
Lampiran 3.3. Provinsi sentra produksi kelapa di Indonesia, 2005-2009 ........ 52
Lampiran 3.4. Perkembangan konsumsi kelapa dan minyak kelapa di
Indonesia, 1981-2008 .................................................. 53
Lampiran 3.5. Penggunaan dan ketersediaan konsumsi kopra di Indonesia,
1990-2007 ................................................................ 54
Lampiran 3.6. Perkembangan harga kelapa di tingkat produsen dan
konsumen di Indonesia, 1983-2008 .................................. 55
Pusat Data dan Informasi Pertanian xix
20. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Lampiran 3.7. Perkembangan ekspor-impor kelapa Indonesia, 2000-2009 ......56
Lampiran 3.8. Perkembangan luas tanaman menghasilkan, produksi dan
produktivitas kelapa dunia, 1970-2008 .............................57
Lampiran 3.9. Negara produsen kelapa terbesar di dunia, 2004-2008 ...........58
Lampiran 4.1. Perkembangan luas areal kakao Indonesia menurut status
pengusahaan, 1967-2009 ..............................................80
Lampiran 4.2. Perkembangan produksi kakao Indonesia menurut status
pengusahaan, 1967-2009 ..............................................81
Lampiran 4.3. Perkembangan produksi kakao PR di provinsi sentra di
Indonesia, 2005-2009 ..................................................82
Lampiran 4.4. Perkembangan konsumsi coklat instan dan coklat bubuk di
Indonesia , 1981-2008..................................................82
Lampiran 4.5. Perkembangan harga domestik kakao Indonesia, 1992-2007 ....83
Lampiran 4.6. Perkembangan volume dan nilai ekspor total kakao
Indonesia, 1996-2009 ..................................................84
Lampiran 4.7. Perkembangan volume dan nilai impor total kakao
Indonesia, 1996-2009 ..................................................85
Lampiran 4.8. Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi kakao
dunia, 1961-2008 .......................................................86
Lampiran 4.9. Negara dengan luas areal kakao terbesar dunia, 2004-2008 ....87
Lampiran 4.10. Negara produsen kakao terbesar dunia, 2004-2008 ...............87
Lampiran 4.11. Negara dengan produktivitas kakao terbesar dunia,
2004-2008 ................................................................88
Lampiran 4.12. Negara dengan harga produsen kakao terbesar dunia,
2003-2007 ................................................................88
Lampiran 4.13. Negara eksportir kakao terbesar dunia, 2003-2007 ...............89
Lampiran 4.14. Negara importir kakao terbesar dunia, 2003-2007 ................89
Lampiran 5.1. Luas areal cengkeh di Indonesia berdasarkan status
pengusahaan, 1967-2009 ............................................ 111
xx Pusat Data dan Informasi Pertanian
21. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Lampiran 5.2. Produksi cengkeh di Indonesia berdasarkan status
pengusahaan, 1967-2009 ............................................ 112
Lampiran 5.3. Perkembangan produksi cengkeh di provinsi sentra di
Indonesia, 2005-2009 ................................................ 113
Lampiran 5.4. Produktivitas cengkeh di Indonesia, 2005-2009 ................. 114
Lampiran 5.5. Perkembangan produksi, ekspor, impor, dan konsumsi
cengkeh Indonesia, 1970-2008 ..................................... 115
Lampiran 5.6. Perkembangan harga cengkeh di pasar dalam negeri dan
pasar dunia, 1987-2008 .............................................. 116
Lampiran 5.7. Perkembangan ekspor-impor dan neraca perdagangan
cengkeh di Indonesia, 1996-2009 .................................. 117
Lampiran 5.8. Luas tanaman menghasilkan, produksi, dan produktivitas
cengkeh dunia, 1961-2008 .......................................... 118
Lampiran 5.9. Negara dengan luas areal cengkeh terbesar di dunia,
2004-2008 .............................................................. 119
Lampiran 5.10. Negara produsen cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008 ....... 119
Lampiran 5.11. Negara-negara dengan rata-rata produktivitas cengkeh
tertinggi di dunia, 2004-2008 ....................................... 120
Lampiran 5.12. Harga produsen cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008 ........ 120
Lampiran 5.13. Negara eksportir cengkeh terbesar di dunia, 2004-2007 ....... 121
Lampiran 5.14. Negara importir cengkeh terbesar di dunia, 2004-2007 ........ 121
Lampiran 6.1. Perkembangan luas areal tembakau Indonesia menurut
status pengusahaan, 1971-2009 .................................... 141
Lampiran 6.2. Perkembangan produksi tembakau Indonesia menurut
status pengusahaan, 1971-2009 .................................... 142
Lampiran 6.3. Perkembangan produksi tembakau di provinsi sentra di
Indonesia, 2006-2009 ................................................ 143
Lampiran 6.4. Perkembangan harga konsumen pedesaan tembakau di
Indonesia menurut provinsi, 2004-2008 ........................... 144
Lampiran 6.5. Perkembangan konsumsi tembakau dan rokok di Indonesia,
1987-2008 .............................................................. 145
Pusat Data dan Informasi Pertanian xxi
22. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Lampiran 6.6. Perkembangan ekspor-impor tembakau primer, 1996-2009 ... 145
Lampiran 6.7. Perkembangan ekspor-impor tembakau manufaktur, 1996-
2009..................................................................... 146
Lampiran 6.8. Perkembangan produksi dan luas areal tembakau dunia,
1961-2008 .............................................................. 147
Lampiran 6.9. Negara dengan luas areal tembakau terbesar dunia,
2004-2008 .............................................................. 148
Lampiran 6.10. Negara produsen tembakau terbesar dunia, 2004-2008 ........ 148
Lampiran 6.11. Negara dengan harga produsen tembakau terbesar dunia,
2003-2007 .............................................................. 149
Lampiran 6.12. Perkembangan ekspor-impor tembakau dunia, 1961-2007..... 150
Lampiran 7.1. Perkembangan luas areal nilam di Indonesia menurut jenis
pengusahaan, 1989-2008 ............................................ 163
Lampiran 7.2. Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia menurut
status pengusahaan, 1989-2008 .................................... 164
Lampiran 7.3. Perkembangan produksi minyak nilam di provinsi sentra
Indonesia, 2004-2008 ................................................ 165
Lampiran 7.4. Perkembangan total konsumsi minyak nilam di Indonesia,
1989-2008 .............................................................. 166
Lampiran 7.5. Perkembangan harga ekspor minyak nilam di Indonesia,
1989-2006 .............................................................. 167
Lampiran 7.6. Perkembangan ekspor-impor nilam di Indonesia, 1989-2006 .. 168
Lampiran 7.1. Perkembangan luas areal nilam di Indonesia menurut jenis
pengusahaan, 1989-2008 ............................................ 163
Lampiran 7.2. Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia menurut
status pengusahaan, 1989-2008 .................................... 164
Lampiran 7.3. Perkembangan produksi minyak nilam di provinsi sentra
Indonesia, 2004-2008 ................................................ 165
Lampiran 7.4. Perkembangan total konsumsi minyak nilam di Indonesia,
1989-2008 .............................................................. 166
xxii Pusat Data dan Informasi Pertanian
23. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Lampiran 7.5. Perkembangan harga ekspor minyak nilam di Indonesia,
1989-2006 .............................................................. 167
Lampiran 7.6. Perkembangan ekspor-impor nilam di Indonesia, 1989-2006 .. 168
Lampiran 8.1. Perkembangan luas areal tebu di Indonesia berdasarkan
status pengusahaan, 1969-2009 .................................... 188
Lampiran 8.2. Perkembangan produksi gula hablur di Indonesia
berdasarkan status pengusahaan, 1969-2009 .................... 189
Lampiran 8.3. Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia berdasarkan
status pengusahaan, 1969-2009 .................................... 190
Lampiran 8.4. Produksi gula Perkebunan Rakyat di provinsi sentra di
Indonesia, 2006-2010 ................................................ 191
Lampiran 8.5. Perkembangan ekspor dan impor tebu Indonesia,1969-2009 .. 192
Lampiran 8.6. Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi tebu
dunia, 1970-2008 ..................................................... 193
Lampiran 8.7. Negara dengan luas areal tebu terbesar di dunia,
2004-2008 .............................................................. 194
Lampiran 8.8. Negara produsen tebu terbesar di dunia, 2004-2008 ........... 194
Pusat Data dan Informasi Pertanian xxiii
24. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Perkebunan sebagai bagian integral dari sektor pertanian merupakan salah
satu sub sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional. Peranannya terlihat nyata dalam penerimaan devisa
negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan
konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan
nilai tambah dan daya saing serta optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam
secara berkelanjutan. Peranan sub sektor perkebunan bagi perekonomian
nasional tercermin dari realisasi pencapaian PDB yang mencapai Rp. 112,52
trilyun (atas dasar harga berlaku) pada tahun 2009. Sementara, peranan ekspor
komoditas perkebunan pada tahun 2009 memberikan sumbangan surplus neraca
perdagangan bagi sektor pertanian sebesar US$ 17,63 milyar dimana sub sektor
lainnya mengalami defisit.
Dalam rangka meningkatkan peran sub sektor perkebunan, Kementerian
Pertanian telah menyusun rencana strategis beserta program dan kebijakan
pembangunan yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan
pengembangan masing-masing komoditas perkebunan. Dalam penyusunan
rencana strategis ketersediaan data dan informasi yang berkualitas maka sangat
dibutuhkan agar kebijakan yang diputuskan menjadi efektif.
Dalam mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Informasi Pertanian
(Pusdatin) senantiasa menyediakan data dan informasi yang diperlukan oleh
berbagai pihak yang berkecimpung dalam sektor pertanian, seperti penentu
kebijakan, asosiasi, akademisi maupun masyarakat umum lainnya. Salah satu
produk informasi yang secara reguler dihasilkan oleh Pusdatin adalah Analisis
Outlook Perkebunan, yang didalamnya mengulas keragaan data nasional dan
situasi global disertai dengan proyeksi penawaran dan permintaan masing-masing
komoditas.
Pusat Data dan Informasi Pertanian 1
25. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Pada tahun 2010, analisis outlook komoditas perkebunan mencakup 7
(tujuh) komoditas yakni kelapa sawit, kelapa, kakao, cengkeh, tembakau, nilam
dan tebu.
1.2. METODOLOGI
Sumber Data dan Informasi
Outlook Komoditas Perkebunan tahun 2010 disusun berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi
terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian
Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture
Organization (FAO).
Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas Perkebunan
adalah sebagai berikut:
a. Analisis keragaan atau perkembangan komoditas perkebunan dilakukan
berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas
areal dan luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta
harga di tingkat produsen maupun konsumen dengan analisis deskriptif
sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional
maupun dunia.
b. Analisis Penawaran
Analisis penawaran komoditas perkebunan dilakukan berdasarkan
analisis fungsi produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi
tersebut dilakukan dengan pendekatan model Regresi Berganda (Multivariate
Regression).
Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah :
Y = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + ... + bn X n + ε
n
= b0 + ∑ b j X j + ε
j =1
2 Pusat Data dan Informasi Pertanian
26. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
dimana : Y = Peubah respons/tak bebas
Xn = Peubah penjelas/bebas
n = 1,2,…
b0 = nilai konstanta
bn = koefisien arah regresi atau parameter model regresi untuk
peubah xn
ε = sisaan
Produksi pada periode ke-t diduga merupakan fungsi dari produksi pada
periode sebelumnya, luas areal periode sebelumnya, harga ekspor dan
pengaruh inflasi.
Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis penawaran
dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk peubah-
peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang
bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan
model analisis trend (trend analysis) atau model pemulusan eksponensial
berganda (double exponential smoothing).
c. Analisis Permintaan
Analisis permintaan komoditas perkebunan merupakan analisis
permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas perkebunan yang
dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah maupun
telah diolah, maupun permintaan untuk kepentingan ekspor.
Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan juga
menggunakan Model Regresi Berganda menggunakan peubah penjelas, namun
karena keterbatasan ketersediaan data, analisis permintaan untuk beberapa
komoditas menggunakan model analisis trend (trend analysis) atau model
pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing). Periode
series data yang digunakan adalah tahunan. Pada komoditas tertentu dimana
sebagian besar produksinya digunakan untuk bahan baku industry pengolahan,
maka analisis permintaan didekati dengan cara melihat proporsi permintaan
untuk industry pengolahan menggunakan bantuan Tabel I-O BPS.
Pusat Data dan Informasi Pertanian 3
27. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
d. Kelayakan Model
Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan
koefisien determinasi (R2).
Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari
peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah–peubah bebas (X).
Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan:
SS R egresi
R2 =
SS Total
dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi
SS Total adalah jumlah kuadrat total
Sementara, untuk model data deret waktu baik analisis tren maupun
model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing),
ukuran kelayakan model dilihat berdasarkan kecilnya nilai kesalahan yakni
menggunakan statistik MAPE (mean absolute percentage error) atau
kesalahan persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sbb.:
dengan, Xt adalah data aktual dan Ft adalah nilai ramalan.
4 Pusat Data dan Informasi Pertanian
28. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
BAB II. KELAPA SAWIT
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai
peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia, karena merupakan
komoditas andalan ekspor sehingga menjadi penghasil devisa negara di luar
minyak dan gas. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar dalam
negeri juga masih cukup besar. Pasar yang banyak menyerap produk minyak
sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) adalah industri fraksinasi/ranifasi
(terutama insdustri minyak goreng), lemak khusus (cocoa butter substitute),
margarin/shortening, oleochemical dan sabun mandi (BPS, 2006). Disamping
produk konvensional, minyak kelapa sawit juga merupakan salah satu bahan yang
dapat dijadikan sumber bahan bakar/energi (biodisel) yang terbarukan untuk
menggantikan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang semakin tipis
persediaannya (Ditjen Perkebunan, 2006).
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan bagi
Indonesia, hal ini dikarenakan kondisi geografis wilayah Indonesia memang sangat
cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2009, luas
areal kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,51 juta hektar dengan produksi
sebesar 18,64 juta ton minyak sawit dan 3,47 juta ton inti sawit. Sementara,
bila dilihat dari luas areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata
tahun 1998-2009 sebanyak 52,23% diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta
(PBS), 36,70% diusahakan oleh Perkebunn Rakyat (PR) dan 11,07% diusahakan
oleh Perkebunan Besar Negara (PBN).
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia menjadi sangat
berkembang pesat dikarenakan:
1. Kebutuhan minyak nabati dunia cukup besar dan akan terus meningkat,
sebagai akibat jumlah penduduk maupun tingkat konsumsi per kapita yang
masih rendah.
2. Di antara berbagai jenis tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit
tanaman dengan potensi produksi minyak tertinggi.
Pusat Data dan Informasi Pertanian 5
29. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
3. Semakin berkembangnya jenis-jenis industri hulu pabrik kelapa sawit maupun
industri hilir oleokimia dan oleomakanan (oleochemical dan oleofoods),
hingga industri konversi minyak sawit sebagai bahan bakar biodiesel.
Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan
minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan areal perkebunan kelapa sawit, hingga tahun 2008, sekitar 41,39%
produksi minyak sawit dunia dihasilkan oleh Indonesia sebagai negara produsen
dunia minyak sawit kedua setelah Malaysia.
2.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
KELAPA SAWIT INDONESIA
Secara umum pola perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia pada
periode tahun 1970–2009 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 11,12% (Gambar 2.1). Berdasarkan atas status
pengusahaannya, maka luas areal kelapa sawit sangat berfluktuasi namun
cenderung terus mengalami peningkatan untuk luas areal PR dan PBS masing-
masing sebesar 34,53% dan 14,18%, sedangkan pola pertumbuhan luas areal
kelapa sawit PBN hanya sebesar 4,75% (Lampiran 2.1).
Gambar 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan
di Indonesia,1970–2009
6 Pusat Data dan Informasi Pertanian
30. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Gambar 2.2. Konstribusi luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan di
Indonesia, (rata-rata 1998 – 2009)
Jika ditinjau kontribusi rata-rata luas areal kelapa sawit di Indonesia tahun
1998 – 2009, terlihat bahwa PBS berkontribusi sebesar 52,23% terhadap luas areal
kelapa sawit Indonesia, sedangkan PR dan PBN masing-masing berkontribusi
sebesar 36,70% dan 11,07% (Gambar 2.2).
Selama periode tahun 1970-2009, perkembangan luas areal perkebunan
kelapa sawit Indonesia meningkat cukup tinggi dari 133,30 ribu hektar pada
tahun 1970 menjadi 7,51 juta hektar tahun 2009 atau meningkat rata-rata 11,12%
per tahun. Apabila dilihat dari status pengusahaannya maka rata-rata
pertumbuhan per tahun setelah krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998-2009
semakin menurun yaitu PR hanya sebesar 11,83%, PBN sebesar 1,89% dan PBS
sebesar 8,34% (Lampiran 2.1).
Seiring dengan peningkatan luas areal kelapa sawit, maka produksi kelapa
sawit Indonesia dalam wujud produksi minyak sawit selama tahun 1970-2009 juga
cenderung meningkat. Jika pada tahun 1970 produksi minyak sawit Indonesia
hanya sebesar 216,8 ribu ton maka pada tahun 2009 meningkat menjadi 18,64
juta ton atau tumbuh rata-rata sebesar 12,47% per tahun (Gambar 2.3).
Pusat Data dan Informasi Pertanian 7
31. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Gambar 2.3. Perkembangan produksi minyak sawit menurut status pengusahaan
di Indonesia, 1970-2009
Berdasarkan status pengusahaan selama kurun waktu 1970 – 2009, produksi
minyak sawit yang berasal dari PR meningkat dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 63,88%, PBS meningkat sebesar 14,67% dan PBN meningkat sebesar
7,47%. Peningkatan produksi minyak sawit PR terutama terjadi pada tahun 1982,
1985, 1987 dan 1990 yang meningkat di atas 100%, namun setelah tahun 1997,
yaitu tahun 1998 – 2009 hanya tumbuh sebesar 16,11% per tahun (Lampiran 2.2).
Gambar 2.4. Kontribusi rata-rata produksi minyak sawit menurut status
pengusahaan, (rata-rata 1998 – 2009)
Seiring dengan besarnya luas areal, maka produksi minyak sawit Indonesia
didominasi juga oleh produksi yang berasal dari PBS. Kontribusi rata-rata
8 Pusat Data dan Informasi Pertanian
32. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
produksi minyak sawit PBS selama periode tahun 1998 – 2009 sebesar 51,36%
terhadap rata-rata produksi minyak sawit Indonesia, sedangkan kontribusi PR dan
PBN masing-masing sebesar 34,23% dan 14,41% (Gambar 2.4).
Sentra produksi minyak sawit Indonesia terutama berasal dari 7 (tujuh)
provinsi yang memberikan kontribusi sebesar 81,80% terhadap produksi minyak
sawit Indonesia, seperti yang disajikan pada Gambar 2.5. Provinsi Riau dan
Sumatera Utara merupakan provinsi sentra produksi terbesar yang berkontribusi
masing-masing sebesar 28,52% dan 17,77%, disusul berturut-turut provinsi
Sumsel, Kalteng, Jambi, Kalbar dan Sumbar masing-masing sebesar 10,19%,
7,92%, 7,04%, 5,44%, dan 4,94%.
Gambar 2.5. Provinsi sentra produksi minyak sawit di Indonesia,
(rata-rata 2005 - 2009)
Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selama tahun 2003
– 2009 menunjukkan pola yang sama untuk ketiga status pengusahaan. Rata-rata
produktivitas kelapa sawit Indonesia selama periode tahun 2003 – 2009 adalah
sebesar 3,27 ton per hektar, dimana rata-rata produktivitas minyak sawit
terbesar pada PBS sebesar 3,59 ton per hektar disusul PBN sebesar 3,48 ton per
hektar dan PR sebesar 2,97 ton per hektar (Gambar 2.6 ).
Pusat Data dan Informasi Pertanian 9
33. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Gambar 2.6. Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia, 2003– 2009
Rata-rata pertumbuhan produktivitas kelapa sawit tersaji secara lengkap
pada Tabel 2.1. Produktivitas kelapa sawit Indonesia tahun 2003 - 2009 secara
keseluruhan naik sebesar 3,00% per tahun, yang dirinci, pertumbuhan
produktivitas PR sebesar 2,97% per tahun, PBN sebesar 2,91% per tahun,
sedangkan PBS terlihat sangat fluktuatif dan cenderung menurun sebesar 0,93%
per tahun. Meskipun demikian, realisasi produktivitas kelapa sawit PBS tertinggi
dibandingkan dengan PR dan PBN paling yakni mencapai 3,59 ton per hektar
bahkan pada tahun 2009 mencapai 3,72 ton per hektar.
Tabel 2.1. Perkembangan produktivitas kelapa sawit Indonesia menurut status
pengusahaan, 2003 – 2009
Produktivitas (Ton/Ha)
Tahun PR 1) PBN 2) Pertumb. PBS 3)
Pertumb. Perkebunan Pertumb.
Pertumb.
(%) (%) (%) Indonesia (%)
2003 2.75 3.25 4.29 3.05
2004 2.49 -9.33 3.16 -2.83 3.03 -29.26 2.83 -6.98
2005 2.69 7.75 3.31 4.64 3.05 0.38 2.93 3.27
2006 3.13 16.51 3.62 9.32 3.74 22.87 3.50 19.57
2007 3.21 2.39 3.37 -6.94 3.86 3.11 3.63 3.89
2008 3.33 3.84 3.82 13.49 3.42 -11.25 3.42 -5.78
2009 *) 3.16 -4.99 3.81 -0.24 3.72 8.56 3.56 4.03
Rata-rata
2003-2009 2.97 2.69 3.48 2.91 3.59 -0.93 3.27 3.00
Sumber: Ditjen Perkebunan
2)
Keterangan : *) Angka Sementara PR = Perkebunan Rakyat
3) 4)
PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta
10 Pusat Data dan Informasi Pertanian
34. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
2.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA
Ditinjau dari sisi ketersediaan kelapa sawit berdasarkan perhitungan Neraca
Bahan Makanan (NBM), kelapa sawit di Indonesia umumnya digunakan sebagai
bahan untuk diolah menjadi minyak sawit/minyak goreng yang dirinci sebagai
bahan makanan dan diolah non makanan (Lampiran 2.4). Pada tahun 1990-2007
rata-rata ketersediaan minyak sawit/minyak goreng sebagai bahan makanan
mencapai 1.928 ribu ton per tahun atau 98,36% dari total penggunaan, sedangkan
diolah non makanan rata-rata sebesar 23 ribu ton per tahun atau 1,19% dari total
penggunaan dan tercecer sebesar 36 ribu ton per tahun atau 1,83%. Untuk
mengurangi persentase tercecer perlu dilakukan pengelolaan yang baik pada saat
panen dan pasca panen maupun proses pengolahan dan distribusi ke konsumen.
Pemakaian minyak sawit/minyak goreng di dalam negeri sebagai bahan
makanan terlihat menurun pada tahun 2005 (Gambar 2.7). Pada tahun 2004
penggunaan minyak sawit/minyak goreng untuk bahan makanan sebesar 1.969
ribu ton, pada tahun 2005 menurun menjadi 920 ribu ton dan kemudian
meningkat kembali hingga menjadi 3.081 ribu ton pada tahun 2007.
Gambar 2.7. Perkembangan ketersediaan minyak sawit/minyak goreng Indonesia
menurut Neraca Bahan Makanan, 1999-2007
Pusat Data dan Informasi Pertanian 11
35. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
2.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA SAWIT DI INDONESIA
Perkembangan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat produsen dan
harga minyak sawit di perdagangan besar selama tahun 2000–2008 memiliki pola
yang berbeda. Harga minyak sawit di perdagangan besar terus mengalami
peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 13,05% per tahun. Sedangkan
harga TBS relatif berfluktuasi, namun cenderung meningkat dengan rata-rata
sebesar 18,83% per tahun. Harga TBS pada tahun 2001 dan 2005 mengalami
penurunan masing-masing sebesar 15,59% dan 12,90%, sedangkan peningkatan
harga yang cukup tajam terjadi pada tahun 2002, 2003 dan 2007 masing-masing
naik sebesar 30,66%, 26,57% dan 61,43% (Gambar 2.8).
Besarnya konversi dari TBS ke minyak sawit dalam buku Pembakuan
Statistik Perkebunan tahun 2007 adalah 18 – 26%, yang berarti 100 kg TBS
menjadi 18-26 kg minyak sawit atau perbandingan kurang lebih 5 : 1. Namun jika
dilihat perbandingan harga rata-rata TBS sebesar Rp 504.099,-/ton sedangkan
harga rata-rata minyak sawit sebesar Rp 4.551.507,-/ton atau dengan
perbandingan 1 : 9, hal ini terlihat adanya nilai tambah yang cukup besar dari
komoditas kelapa sawit yaitu wujud produksi saat panen sampai menjadi wujud
produksi yang diperdagangkan. Keragaan harga kelapa sawit secara rinci disajikan
pada Lampiran 2.5.
Gambar 2.8. Perkembangan harga produsen TBS dan harga perdagangan besar
minyak sawit Indonesia, 2000–2008
12 Pusat Data dan Informasi Pertanian
36. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
2.4. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR KELAPA SAWIT DI INDONESIA
Ekspor- impor kelapa sawit Indonesia dilakukan dalam wujud minyak sawit,
minyak inti sawit dan wujud lainnya. Perkembangan volume ekspor kelapa sawit
pada periode 1996–2009 cenderung terus meningkat, yaitu dari 2,62 juta ton
tahun 1996 menjadi 21,67 juta ton tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan per
tahun sebesar 21,30% per tahun, sementara rata-rata pertumbuhan volume impor
kelapa sawit meningkat sebesar 14,85% per tahun (Gambar 2.9). Besarnya volume
ekspor dibandingkan dengan volume impor yang cukup besar menjadikan
Indonesia selalu mengalami surplus kelapa sawit yang dapat menyumbang devisa
negara.
Gambar 2.9. Perkembangan volume ekspor - impor kelapa sawit Indonesia,
1996–2009
Perkembangan surplus neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia tahun
1996 – 2009 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 26,81%
(Gambar 2.10). Pada tahun 1996, surplus neraca perdagangan kelapa sawit
sebesar US$ 1,05 milyar, dan pada tahun 2009 telah mencapai US$ 11,71 milyar.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia
tahun 1996 - 2009 secara rinci disajikan pada Lampiran 2.6.
Pusat Data dan Informasi Pertanian 13
37. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Gambar 2.10. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa
sawit Indonesia, 1996–2009
Sementara itu bila dilihat perbandingan antara harga ekspor dan harga
impor kelapa sawit tahun 1996 – 2009 terlihat cenderung selalu lebih tinggi harga
impornya, kecuali pada tahun 1999 (Gambar 2.11). Selisih antara harga ekspor
terhadap harga impor terbesar terjadi pada tahun 2005 dan 2007 yaitu masing-
masing mencapai US$ 519,28 dan US$ 912,43 per ton. Harga ekspor dan impor
kelapa sawit Indonesia dari tahun 1996 – 2009 secara rinci disajikan pada
Lampiran 2.6.
Gambar 2.11. Perkembangan harga ekspor - impor kelapa sawit Indonesia,
1996–2009
14 Pusat Data dan Informasi Pertanian
38. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
2.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN
PRODUKSI KELAPA SAWIT DUNIA
Berdasarkan data yang bersumber dari FAO, secara umum perkembangan
luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia selama periode tahun 1961–2008
cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 3,09% per tahun
(Gambar 2.12). Peningkatan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit yang cukup
besar terjadi pada tahun 1979 dan 1984 yaitu masing-masing meningkat sebesar
11,75% dan 10,50% (Lampiran 2.7).
Gambar 2.12. Perkembangan luas areal dan produksi tandan buah segar kelapa
sawit dunia, 1961–2008
Gambar 2.13. Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia,
(rata-rata 2004-2008)
Pusat Data dan Informasi Pertanian 15
39. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan kelapa sawit tahun
2004-2008 yang bersumber dari FAO, terdapat 3 negara produsen kelapa sawit
terbesar di dunia yang memberikan kontribusi hingga 85,60% terhadap total luas
tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia. Indonesia merupakan negara dengan
luas tanaman menghasilkan terbesar di dunia dengan rata-rata tahun 2004 – 2008
sebesar 4,57 juta hektar atau 34,18% dari total luas tanaman menghasilkan
kelapa sawit dunia. Selanjutnya disusul Malaysia dengan kontribusi sebesar
27,34% atau rata-rata luas sebesar 3,65 juta hektar dan Nigeria dengan kontribusi
sebesar 24,08% atau rata-rata luas sebesar 3,22 juta hektar. Sementara negara
Thailand, Ghana dan Guinea masing-masing berkontribusi kurang dari 3%
(Gambar 2.13 dan Lampiran 2.8).
Perkembangan produksi tandan buah segar kelapa sawit dunia tahun 1961–
2008 menunjukkan pola yang hampir sama dengan perkembangan luas tanaman
menghasilkan. Rata-rata pertumbuhan produksi tandan buah segar kelapa sawit
dunia sebesar 6,08% per tahun (Gambar 2.12 dan Lampiran 2.7).
Berdasarkan data rata-rata produksi tandan buah segar kelapa sawit tahun
2004-2008 yang bersumber dari FAO, terdapat 2 negara produsen kelapa sawit
terbesar di dunia yang memberikan kontribusi hingga 81,43% terhadap total
produksi kelapa sawit dunia. Malaysia merupakan negara produsen kelapa sawit
terbesar di dunia dengan pencapaian produksi rata-rata tahun 2004 – 2008
sebesar 77,24 juta ton TBS atau 41,17% dari total produksi kelapa sawit dunia.
Selanjutnya adalah Indonesia dengan kontribusi sebesar 40,26% atau rata-rata
produksi sebesar 75,54 juta ton TBS (Gambar 2.14). Sementara itu, Nigeria
meskipun luas arealnya memberikan kontribusi yang hampir sejajar dengan kedua
negara terbesar namun dari sisi produksi hanya berkontribusi sebesar 4,53% atau
8,5 juta ton TBS. Dua negara lainnya yakni Thailand dan Colombia hanya
berkontribusi masing-masing sebesar 3,32% dan 1,70%. Produksi tandan buah
segar kelapa sawit dari negara produsen terbesar dunia secara rinci tersaji pada
Lampiran 2.9.
16 Pusat Data dan Informasi Pertanian
40. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Gambar 2.14. Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia,
(rata-rata 2004-2008)
2.6. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KELAPA SAWIT DUNIA
Perkembangan volume ekspor dan impor kelapa sawit dunia dalam bentuk
minyak sawit menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data FAO, pada tahun 2003–2007 terdapat dua negara eksportir
minyak sawit terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi
sebesar 86,88% terhadap total volume ekspor minyak sawit di dunia. Malaysia
merupakan negara eksportir minyak sawit terbesar di dunia dengan rata-rata
volume ekspor mencapai 12,86 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi
sebesar 50,46% dan peringkat kedua ditempati oleh Indonesia yang memberikan
kontribusi 36,42% dengan rata-rata volume ekspor 9,28 juta ton per tahun.
Sementara, Netherland dan Papua New Guinea masing-masing hanya
berkontribusi sebesar 3,25% dan 1,33% terhadap total volume ekspor dunia
(Lampiran 2.10).
Pusat Data dan Informasi Pertanian 17
41. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Gambar 2.15. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia,
(rata-rata 2003-2007)
Berdasarkan data FAO, pada tahun 2003–2007 terdapat delapan negara
importir kelapa sawit terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan
kontribusi sebesar 54,37% terhadap total volume impor kelapa sawit di dunia.
China merupakan negara importir kelapa sawit terbesar di dunia dengan rata-rata
volume impor mencapai 4,46 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi
sebesar 17,62%, disusul oleh India dengan realisasi impor sebesar 3,25 juta ton
atau berkontribusi sebesar 12,81%. Peringkat ke-3 dan ke-4 ditempati oleh
Pakistan dan Belanda yang masing-masing memberikan kontribusi 5,84% (1,48
juta ton per tahun) dan 5,72% (1,45 juta ton per tahun). Negara-negara importir
kelapa sawit terbesar lainnya adalah Bangladesh, Jerman, Inggris dan Malaysia
dengan realisasi impor dibawah 1 juta ton. Indonesia berada pada urutan ke-113
dengan realisasi hanya sebesar 6,3 ribu ton per tahun. Sementara, Malaysia
meskipun merupakan negara eksportir terbesar kelapa sawit di dunia ternyata
juga menjadi negara importir kelapa sawit pada urutan ke-8 karena volume
impor mencapai 578,3 ribu ton. Negara importir kelapa sawit di dunia secara
rinci tersaji pada Lampiran 2.11.
18 Pusat Data dan Informasi Pertanian
42. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Gambar 2.16. Negara importir kelapa sawit terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007)
2.7. PROYEKSI PENAWARAN KELAPA SAWIT 2010 – 2012
Penawaran kelapa sawit merupakan representasi dari produksi. Pemodelan
produksi kelapa sawit nasional dalam analisis ini dalam wujud produksi minyak
sawit. Produksi minyak sawit sebagian besar diperuntukan bagi kepentingan
ekspor, sehingga dalam menyusun model proyeksi penawaran pada awalnya
digunakan data harga ekspor dan luas areal, namun demikian peubah tersebut
secara statistik tidak signifikan mempengaruhi model produksi. Oleh karenanya,
proyeksi penawaran dilakukan dengan menggunakan model deret waktu dari data
produksi minyak sawit secara langsung dan diperoleh model terbaik adalah model
tren kuadratik. Model tersebut kemudian digunakan untuk memproyeksi produksi
minyak sawit hingga tahun 2012 seperti tersaji pada Tabel 2.2.
Dengan menggunakan model tren kuadratik, maka produksi minyak sawit di
Indonesia tahun 2010 – 2012 diperkirakan mengalami peningkatan dengan rata-
rata per tahun sebesar 8,07%, yaitu meningkat sebesar 9,27% di tahun 2010, yaitu
dari 18,64 juta ton pada tahun 2009 menjadi 20,37 juta ton tahun 2010 (Tabel
2.2). Selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012 diperkirakan akan naik masing-
masing menjadi 21,92 juta ton dan 23,52 juta ton.
Pusat Data dan Informasi Pertanian 19
43. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
Tabel 2.2. Proyeksi produksi minyak sawit Indonesia, 2009-2012
Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan (%)
20091) 18.640.881
2010 20.369.032 9,27
2011 21.916.549 7,60
2012 23.523.775 7,33
Rata-rata Pertumbuhan (%)
8,07
2010 – 2012
Keterangan : Tahun 20091) Angka Sementara dari Ditjen Perkebunan
Tahun 2010 – 2012 Angka hasil proyeksi
2.8. PROYEKSI PERMINTAAN MINYAK SAWIT 2010 – 2012
Permintaan minyak sawit terdiri atas permintaan untuk ekspor dan
penggunaan dalam negeri, dimana sebagian besar permintaan diperuntukkan bagi
kepentingan ekspor. Selama periode tahun 1996 hingga 2009, total ekspor
minyak sawit Indonesia mencapai sekitar 73% dari total produksi dan penggunaan
dalam negeri minyak goreng berdasarkan data Neraca Bahan Makanan sekitar 17%
dari total produksi. Berdasarkan kenyataan tersebut maka pemodelan permintaan
minyak sawit dilakukan dengan menggunakan model deret waktu dari data
volume ekspor dan penggunaan dalam negeri minyak goreng. Berdasarkan hasil
penelusuran model dihasilkan model terbaik adalah tren kuadratik untuk peubah
volume ekspor dan penggunaan minyak goreng. Dengan menggunakan model
tersebut maka proyeksi permintaan total minyak sawit disajikan pada Tabel 2.3.
Selama periode tahun 2010 – 2012, permintaan minyak sawit diproyeksikan
akan naik sebesar 7,34%. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh kenaikan volume
ekspor sebesar 8,96%, sementara penggunaan dalam negeri turun sebesar 0,28%.
Pada tahun 2010 total permintaan minyak sawit diproyeksikan 18,82 juta ton,
kemudian naik menjadi 19,75 juta ton pada tahun 2011 dan 21,40 juta ton pada
tahun 2012.
20 Pusat Data dan Informasi Pertanian
44. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010
Tabel 2.3. Proyeksi volume ekspor minyak sawit dan penggunaan minyak goreng
sawit dalam negeri di Indonesia, 2010 – 2012
Penggunaan
Total
Volume Ekspor minyak goreng
Tahun Permintaan
(Ton) sawit
(Ton)
(Ton)
2009*) 14.163.417 3.152.730 17.316.147
2010 15.490.990 3.327.800 18.818.790
2011 16.877.746 2.869.050 19.746.796
2012 18.323.684 3.081.260 21.404.944
Rata-rata
Pertumbuhan 8,96 -0,28 7,34
(%)
Keterangan: Tahun 2009*) : Angka Sementara Ditjen Perkebunan
Tahun 2010 – 2012 : Angka hasil proyeksi
2.9. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT MINYAK SAWIT 2010 – 2012
Selama periode 2010 – 2012, surplus produksi minyak sawit diproyeksikan
akan semakin besar yaitu dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 18,81%. Pada
tahun 2010, surplus produksi minyak sawit Indonesia mencapai 1,55 juta ton dan
meningkat menjadi 2,17 juta ton pada tahun 2011, kemudian akan mengalami
peningkatan kembali pada tahun 2012 menjadi 2,12 juta ton (Tabel 2.4). Surplus
tersebut diduga digunakan dalam industri dalam negeri yang menggunakan bahan
dari minyak sawit selain industri pembuatan minyak goreng.
Tabel 2.4. Proyeksi surplus/defisit minyak sawit Indonesia, 2010-2012
Produksi Permintaan Surplus/Defisit
Tahun
(Ton) (Ton) (Ton)
2010 20.369.032 18.818.790 1.550.242
2011 21.916.549 19.746.796 2.169.753
2012 23.523.775 21.404.944 2.118.831
Rata-rata
18,81
Pertumbuhan (%)
Pusat Data dan Informasi Pertanian 21