SlideShare a Scribd company logo
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN
                                            ISSN 1907-1507 2010




OUTLOOK
KOMODITAS PERTANIAN
PERKEBUNAN




          Pusat Data Dan Informasi Pertanian
                      Kementerian Pertanian
                                       2010

                     Pusat Data dan Informasi Pertanian     i
2010         OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN




 ii    Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN       2010




OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN
PERKEBUNAN


ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)
Jumlah Halaman : 189 halaman


Penasehat : Dr. Ir. Edi Abdurachman, MSc


Penyunting :
Ir. Yasid Taufik, MM
Ir. Leli Nuryati, MSc.
Ir. Efi Respati, MSi.


Naskah :
Ir. Efi Respati, MSi
Ir. Sabarella, MSi
Ir. Anna Astrid Susanti, MSi
Ir. Noviati, MSi
Puji Nantoro, SSi, MM
Ir. Ekanantari
Megawaty M, SP

Design dan Layout :
Ir. Efi Respati, M.Si.
Roydatul Zikria, S.Si
Dyah Indarti, SE


Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian
2010




                                             Pusat Data dan Informasi Pertanian   iii
2010         OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN



Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya




 iv    Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN       2010


                               KATA PENGANTAR


        Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Informasi Pertanian
mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu
hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditas
Perkebunan.
        Publikasi Outlook Komoditas Perkebunan Tahun 2010 menyajikan
keragaan data series komoditas perkebunan secara nasional dan internasional
selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi
penawaran dan permintaan domestik untuk masing-masing komoditas dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2010 ini, analisis outlook komoditas
perkebunan mencakup 7 (tujuh) komoditas yakni kelapa sawit, kelapa, kakao,
cengkeh, tembakau, nilam dan tebu.
        Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun juga
dalam bentuk soft copy (CD) dan dapat dengan mudah diperoleh atau diakses
melalui website Pusdatin yaitu http://www.deptan.go.id/pusdatin/.
        Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat
memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi masing-masing komoditas
strategis pertanian secara lebih lengkap dan menyeluruh.
        Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.




                                                  Jakarta, September 2010
                                                  Kepala Pusat Data dan
                                                  Informasi Pertanian,




                                                  Dr. Ir. Edi Abdurachman, MS.
                                                  NIP.19550517.197901.1.001




                                            Pusat Data dan Informasi Pertanian    v
ISSN 1907-1507

2010           OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


                                       DAFTAR ISI

                                                                                      Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................xix
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
         1.1. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
         1.2. METODOLOGI ................................................................... 2
BAB II. KELAPA SAWIT ...................................................................... 5
         2.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
               KELAPA SAWIT INDONESIA................................................... 6
         2.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA ............ 11
         2.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA SAWIT DI INDONESIA.................12
         2.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA SAWIT DI INDONESIA ...... 13
         2.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN PRODUKSI
               KELAPA SAWIT DUNIA ...................................................... 15
         2.6. PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR KELAPA SAWIT DUNIA ............. 17
         2.7. PROYEKSI PENAWARAN KELAPA SAWIT 2010-2012..................... 19
         2.8. PROYEKSI PERMINTAAN MINYAK SAWIT 2010-2012 .................... 20
         2.9. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT MINYAK SAWIT 2010-2012 ............... 21
         LAMPIRAN ........................................................................... 22
BAB III. KELAPA ............................................................................. 31
         3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
               KELAPA INDONESIA ......................................................... 32
         3.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA DI INDONESIA .................... 36
         3.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA DI INDONESIA ........................ 38
         3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA INDONESIA .................. 39




 vi     Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


         3.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI
               DAN PRODUKTIVITAS KELAPA DUNIA .....................................41
        3.6. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA DUNIA ........................44
        3.7. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA DUNIA..................................46
        3.8. PROYEKSI PENAWARAN KELAPA 2010-2012 ..............................47
        3.9. PROYEKSI PERMINTAAN KELAPA 2010-2012..............................48
        3.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KELAPA 2010-2012 ........................49
        LAMPIRAN ............................................................................50
BAB IV. KAKAO ............................................................................ 59
        4.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
               KAKAO DI INDONESIA ........................................................59
        4.2. KONSUMSI KAKAO DI INDONESIA...........................................64
        4.3. PERKEMBANGAN HARGA KAKAO DI INDONESIA ..........................65
        4.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KAKAO INDONESIA....................66
        4.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KAKAO
               DUNIA .........................................................................70
        4.6. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN KAKAO DUNIA .....................73
        4.7. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KAKAO DUNIA .........................74
        4.8. PROYEKSI PENAWARAN KAKAO 2010-2012 ...............................76
        4.9. PROYEKSI PERMINTAAN KAKAO 2008-2010 ..............................77
        4.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KAKAO 2010-2012 .........................78
        LAMPIRAN ............................................................................80
BAB V. CENGKEH ........................................................................... 91
        5.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
               CENGKEH DI INDONESIA ....................................................93
        5.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI CENGKEH DI INDONESIA ..................98
        5.3. PERKEMBANGAN HARGA CENGKEH DI INDONESIA.......................99
        5.4. PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR CENGKEH DI INDONESIA ......... 100
        5.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI,
               DAN PRODUKTIVITAS CENGKEH DUNIA ................................. 102
        5.6. PERKEMBANGAN HARGA CENGKEH DUNIA ............................. 105
        5.7. PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR CENGKEH DUNIA .................. 106

                                                    Pusat Data dan Informasi Pertanian      vii
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


        5.8. PROYEKSI PENAWARAN CENGKEH 2009-2012.......................... 107
        5.9. PROYEKSI PERMINTAAN CENGKEH 2009-2012 ......................... 108
        5.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOMODITAS CENGKEH 2009-2012 ..... 109
        LAMPIRAN .......................................................................... 111
BAB VI. TEMBAKAU ........................................................................123
        6.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
               TEMBAKAU INDONESIA .................................................... 123
        6.2. PERKEMBANGAN HARGA KONSUMEN TEMBAKAU DI INDONESIA ..... 127
        6.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI TEMBAKAU DAN ROKOK INDONESIA ... 128
        6.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR TEMBAKAU PRIMER DAN
               MANUFAKTUR INDONESIA................................................. 130
        6.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEMBAKAU DUNIA ... 132
        6.6. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN TEMBAKAU DUNIA .............. 135
        6.7. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR TEMBAKAU DUNIA .................. 135
        6.8. PROYEKSI PENAWARAN TEMBAKAU 2010-2012 ........................ 137
        6.9. PROYEKSI PERMINTAAN TEMBAKAU 2010-2012 ........................ 139
        6.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT TEMBAKAU 2010-2012 .................. 140
        LAMPIRAN .......................................................................... 141
BAB VII. NILAM .............................................................................151
        7.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
               NILAM DI INDONESIA ...................................................... 151
        7.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI NILAM DI INDONESIA ..................... 156
        7.3. PERKEMBANGAN HARGA NILAM DI INDONESIA ......................... 157
        7.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR NILAM INDONESIA .................. 158
        7.5. PROYEKSI PENAWARAN NILAM 2009-2011 .............................. 159
        7.6. PROYEKSI PERMINTAAN NILAM 2009-2011 ............................. 160
        7.7. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT NILAM 2009-2011 ........................ 161
        LAMPIRAN .......................................................................... 163
BAB VIII. TEBU .............................................................................169
        8.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
               TEBU DI INDONESIA........................................................ 170
        8.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI GULA DI INDONESIA.......................177

 viii   Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


        8.3. PERKEMBANGAN HARGA GULA DI INDONESIA..........................178
        8.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR GULA INDONESIA ................... 179
        8.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI TEBU
              DUNIA ....................................................................... 180
        8.6. PROYEKSI PENAWARAN GULA 2010-2012 .............................. 184
        8.7. PROYEKSI PERMINTAAN GULA 2010-2012 .............................. 185
        8.8. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT GULA ...................................... 186
        LAMPIRAN .......................................................................... 188


DAFTAR PUSTAKA.........................................................................195




                                                   Pusat Data dan Informasi Pertanian      ix
2010         OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


                                  DAFTAR TABEL

                                                                                   Halaman
Tabel 2.1.   Perkembangan produktivitas kelapa sawit menurut status
             pengusahaan, 2003-2009. ..................................................10
Tabel 2.2.   Proyeksi produksi minyak sawit Indonesia, 2009-2012 ................20
Tabel 2.3.   Proyeksi volume ekspor minyak sawit dan penggunaan minyak
             goreng sawit dalam negeri di Indonesia, 2010-2012 ...................21
Tabel 2.4.   Proyeksi surplus/defisit minyak sawit Indonesia, 2010-2012 ........21
Tabel 3.1.   Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi luas areal dan
             produksi kelapa di Indonesia, 1970-2009 ................................33
Tabel 3.2.   Perkembangan produktivitas kelapa di Indonesia menurut
             status pengusahaan, 2004-2009 ...........................................36
Tabel 3.3.   Hasil analisis fungsi respon produksi kelapa ............................47
Tabel 3.4.   Hasil proyeksi produksi kelapa di Indonesia, 2010-2012 ..............48
Tabel 3.5.   Proyeksi permintaan kopra/minyak kelapa di Indonesia,
             2010-2012 ....................................................................49
Tabel 3.6.   Proyeksi surplus/defisit kelapa (kopra) di Indonesia 2010-2012 ....49
Tabel 4.1.   Perkembangan luas areal kakao Indonesia berdasarkan status
             pengusahaannya, 2005-2009...............................................60
Tabel 4.2.   Perkembangan produktivitas kakao Indonesia berdasarkan
             status pengusahaannya, 2003-2009 ......................................62
Tabel 4.3.   Perkembangan produksi biji kakao kering Indonesia
             berdasarkan status pengusahaannya, 2005-2009 .......................63
Tabel 4.4.   Neraca perdagangan total kakao Indonesia, 1996-2009 ...............69
Tabel 4.5.   Nilai statistik model produksi kakao dalam negeri ....................76
Tabel 4.6.   Proyeksi produksi kakao Indonesia, 2008-2010 .........................77
Tabel 4.7.   Proyeksi total permintaan kakao Indonesia, 2008-2010...............78
Tabel 4.8.   Proyeksi surplus/defisit kakao Indonesia, 2008-2010..................79




 x     Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN         2010


Tabel 5.1.   Kontribusi rata-rata luas areal dan produksi cengkeh di
             Indonesia menurut status pengusahaan, 1967-2009 ................... 94
Tabel 5.2.   Hasil proyeksi produksi cengkeh di Indonesia, 2010-2012 .......... 108
Tabel 5.3.   Hasil proyeksi konsumsi domestik cengkeh di Indonesia,
             2009-2011 .................................................................. 109
Tabel 5.4.   Proyeksi surplus/defisit cengkeh di Indonesia, tahun 2009-2012.. 110

Tabel 6.1.   Perkembangan produktivitas tembakau Indonesia, 2006-2009 .... 127
Tabel 6.2.   Perkembangan harga konsumen pedesaan tembakau Indonesia,
             2000-2006 .................................................................. 128
Tabel 6.3.   Hasil analisis fungsi respon produksi tembakau di Indonesia ...... 138
Tabel 6.4.   Hasil proyeksi produksi tembakau Indonesia, 2010-2012 ........... 138
Tabel 6.5.   Hasil proyeksi permintaan untuk industri tembakau Indonesia,
             2010-2012 .................................................................. 140
Tabel 6.6.   Proyeksi surplus/defisit tembakau Indonesia, 2010-2012 .......... 140
Tabel 7.1.   Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi luas areal dan
             produksi nilam di Indonesia ............................................. 153
Tabel 7.2.   Hasil proyeksi produksi nilam di Indonesia, 2009-2011 ............. 160
Tabel 7.3.   Hasil proyeksi permintaan nilam di Indonesia, 2009-2011 ......... 161
Tabel 7.4.   Proyeksi surplus/defisit nilam di Indonesia, 2009-2011 ............. 162
Tabel 8.1.   Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia berdasarkan,
             status pengusahaan, 1969-2009 ......................................... 173
Tabel 8.2.   Perkembangan rata-rata produksi gula hablur di Indonesia,
             berdasarkan status pengusahaan, 1969-2009 ......................... 175
Tabel 8.3.   Hasil proyeksi fungsi penawaran gula di Indonesia .................. 184
Tabel 8.4.   Proyeksi produksi gula Indonesia, 2010-2012 ......................... 185
Tabel 8.5.   Hasil proyeksi fungsi permintaan gula di Indonesia.................. 185
Tabel 8.6.   Proyeksi permintaan gula Indonesia, 2010-2012 ..................... 186
Tabel 8.7.   Proyeksi surplus/defisit gula Indonesia, 2010-2012 ................. 187




                                                 Pusat Data dan Informasi Pertanian      xi
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


                                 DAFTAR GAMBAR

                                                                                     Halaman
Gambar 2.1.      Perkembangan luas areal kelapa sawit menurut status
                 pengusahaan di Indonesia, 1970 - 2009 ................................ 6
Gambar 2.2.      Kontribusi luas areal kelapa sawit menurut status
                 pengusahaan di Indonesia, (rata-rata 1998-2009) .................... 7
Gambar 2.3.      Perkembangan produksi minyak sawit menurut status
                 pengusahaan di Indonesia, 1970-2009 .................................. 8
Gambar 2.4.      Kontribusi rata-rata produksi minyak sawit menurut status
                 pengusahaan, (rata-rata 1998-2009) .................................... 8
Gambar 2.5.      Provinsi sentra produksi minyak sawit di Indonesia,
                 (rata-rata 2005-2009) ..................................................... 9
Gambar 2.6.      Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia,
                 2003-2009 ..................................................................10
Gambar 2.7.      Perkembangan ketersediaan minyak sawit/minyak goreng
                 Indonesia menurut Neraca Bahan Makanan, 1999-2007 ............11
Gambar 2.8.      Perkembangan harga produsen TBS dan harga perdagangan
                 besar minyak sawit Indonesia, 2000-2008 ............................12
Gambar 2.9.      Perkembangan volume ekspor-impor kelapa sawit Indonesia,
                 1996-2009 ..................................................................13
Gambar 2.10. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan
                 kelapa sawit Indonesia, 1996-2009.....................................14
Gambar 2.11. Perkembangan harga ekspor-impor kelapa sawit Indonesia,
                 1996-2009 ..................................................................14
Gambar 2.12. Perkembangan luas areal dan produksi tandan buah segar
                 kelapa sawit dunia, 1961-2008 .........................................15
Gambar 2.13. Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia,
                 (rata-rata 2004-2008) ....................................................15
Gambar 2.14. Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia,
                 (rata-rata 2004-2008) ....................................................17



 xii   Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


Gambar 2.15. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia,
              (rata-rata 2003-2007) .................................................... 18
Gambar 2.16. Negara importir kelapa sawit terbesar dunia,
              (rata-rata 2003-2007) .................................................... 19
Gambar 3.1.   Perkembangan luas areal kelapa di Indonesia menurut status
              pengusahaan, 1970-2009 ................................................ 32
Gambar 3.2.   Perkembangan produksi kelapa di Indonesia, 1970-2009 ........... 34
Gambar 3.3.   Kontribusi sentra produksi kelapa di Indonesia, 2005-2009 ........ 35
Gambar 3.4.   Perkembangan produktivitas kelapa di Indonesia, 2004-2009 ..... 35
Gambar 3.5.   Perkembangan konsumsi kelapa butiran dan minyak kelapa di
              Indonesia, 1981-2008 ..................................................... 37
Gambar 3.6.   Perkembangan total penggunaan kelapa (kopra) di Indonesia,
              1990-2007 .................................................................. 38
Gambar 3.7.   Perkembangan harga kelapa di tingkat produsen dan
              konsumen di Indonesia, 1983-2008..................................... 39
Gambar 3.8.   Perkembangan volume ekspor kelapa Indonesia, 2000-2009 ...... 40
Gambar 3.9.   Perkembangan volume impor kelapa Indonesia, 2000-2009 ....... 40
Gambar 3.10. Perkembangan luas tanaman menghasilkan kelapa dunia,
              1970-2008 .................................................................. 41
Gambar 3.11. Perkembangan produksi kelapa dunia, 1970-2008................... 42
Gambar 3.12. Negara-negara produsen kelapa terbesar di dunia,
              (rata-rata 2004-2008) .................................................... 42
Gambar 3.13. Perkembangan produktivitas kelapa dunia, 1970-2008 ............. 43
Gambar 3.14. Negara dengan produktivitas kelapa terbesar di dunia,
              2004-2008 .................................................................. 44
Gambar 3.15. Negara eksportir minyak kelapa terbesar di dunia, 2003-2007 .... 45
Gambar 3.16. Negara importir minyak kelapa terbesar di dunia, 2003-2007 ..... 45

Gambar 3.17. Negara dengan harga kelapa tingkat produsen terbesar di
              dunia, 2003-2007 ......................................................... 46




                                                 Pusat Data dan Informasi Pertanian      xiii
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


Gambar 4.1.      Perkembangan luas areal kakao Indonesia berdasarkan status
                 pengusahaannya, 2005-2009 ............................................60
Gambar 4.2.      Perkembangan produktivitas kakao Indonesia berdasarkan
                 status pengusahaannya, 2003-2009 ....................................61
Gambar 4.3.      Perkembangan produksi biji kakao kering Indonesia
                 berdasarkan status pengusahaannya, 1967-2009 ....................62
Gambar 4.4.      Kontribusi PR, PBN dan PBS terhadap produksi kakao
                 Indonesia (rata-rata 2005-2009) ........................................63
Gambar 4.5.      Provinsi sentra produksi kakao PR (rata-rata 2005-2009) ..........64
Gambar 4.6.      Perkembangan konsumsi kakao di Indonesia, 1981-2008 ...........65
Gambar 4.7.      Perkembangan harga domestik biji kakao kering, 1992-2008......66
Gambar 4.8.      Perkembangan volume dan nilai ekspor total kakao
                 Indonesia, 1996-2009 .....................................................67
Gambar 4.9.      Kontribusi nilai ekspor kakao menurut bentuk hasilnya
                 (rata-rata 2005-2009) ....................................................67
Gambar 4.10. Perkembangan volume dan nilai impor kakao Indonesia,
                 1996-2009 ..................................................................68
Gambar 4.11. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan
                 kakao Indonesia, 1996-2009 .............................................69
Gambar 4.12. Perkembangan luas areal dan produksi kakao dunia,
                 1961-2008 ..................................................................70
Gambar 4.13. Negara dengan luas areal kakao terbesar di dunia
                 (rata-rata 2004-2008) ....................................................71
Gambar 4.14. Negara produsen kakao terbesar di dunia
                 (rata-rata 2004-2008) ....................................................72
Gambar 4.15. Negara dengan produktivitas kakao terbesar dunia
                 (rata-rata 2004-2008) ....................................................72
Gambar 4.16. Perkembangan harga produsen biji kakao kering dunia,
                 1991-2007 ..................................................................73
Gambar 4.17. Negara dengan harga produsen kakao terbesar dunia,
                 (rata-rata 2003-2007) ....................................................74



 xiv   Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


Gambar 4.18. Negara pengekspor kakao terbesar dunia
              (rata-rata 2003-2007) .................................................... 75
Gambar 4.19. Negara importir kakao terbesar dunia (rata-rata 2003-2007) ..... 75
Gambar 5.1.   Perkembangan luas areal cengkeh PR di Indonesia, 1967-2009 ... 94
Gambar 5.2.   Perkembangan luas areal cengkeh di Indonesia, 1971-2009 ....... 95
Gambar 5.3.   Perkembangan produksi cengkeh di Indonesia, 1967-2009 ......... 96
Gambar 5.4.   Kontribusi produksi cengkeh PR di provinsi sentra
              (rata-rata 2005-2009) .................................................... 97
Gambar 5.5.   Perkembangan produktivitas cengkeh di Indonesia,
              1970-2009 .................................................................. 98
Gambar 5.6.   Perkembangan konsumsi domestik cengkeh di Indonesia,
              1970-2008 .................................................................. 99
Gambar 5.7.   Perkembangan harga cengkeh di pasar domestik dan pasar
              dunia, 1987-2008 ....................................................... 100
Gambar 5.8.   Perkembangan volume ekspor impor cengkeh di Indonesia,
              1996-2008 ................................................................ 101
Gambar 5.9.   Perkembangan nilai ekspor impor cengkeh di Indonesia,
              1996-2008 ................................................................ 101
Gambar 5.10. Perkembangan luas areal tanaman menghasilkan cengkeh
              dunia dan Indonesia, 1967-2008 ...................................... 102
Gambar 5.11. Negara-negara dengan luas TM cengkeh terbesar dunia,
              (rata-rata 2004-2008) .................................................. 103
Gambar 5.12. Perkembangan produksi cengkeh dunia, 1961-2008............... 104
Gambar 5.13. Negara-negara produsen cengkeh terbesar dunia, 2004-2008 ... 104
Gambar 5.14. Negara-negara dengan rata-rata produktivitas cengkeh
              tertinggi dunia, 2004-2008 ............................................ 105
Gambar 5.15. Negara-negara dengan harga produsen cengkeh tertinggi
              dunia (rata-rata 2004-2008) ........................................... 105
Gambar 5.16. Negara eksportir cengkeh terbesar di dunia
              (rata-rata 2004-2008) .................................................. 106




                                                 Pusat Data dan Informasi Pertanian      xv
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


Gambar 5.17. Negara importir cengkeh terbesar di dunia
                 (rata-rata 2004-2008) .................................................. 107
Gambar 6.1.      Perkembangan luas areal tembakau menurut status
                 pengusahaannya, 1971-2009 .......................................... 124
Gambar 6.2.      Kontribusi luas areal tembakau di Indonesia menurut status
                 pengusahaan (rata-rata 2005-2009) .................................. 124
Gambar 6.3.      Perkembangan produksi tembakau menurut status
                 pengusahaan, 1971-2009............................................... 125
Gambar 6.4.      Kontribusi sentra produksi tembakau PR di Indonesia
                 (rata-rata 2006-2009) .................................................. 126
Gambar 6.5.      Rata-rata produktivitas tembakau Indonesia menurut status
                 pengusahaan, 2006-2009............................................... 126
Gambar 6.6.      Perkembangan harga konsumen tembakau di Indonesia,
                 2000-2008 ................................................................ 128
Gambar 6.7.      Perkembangan konsumsi tembakau di Indonesia, 1987-2008 .... 129
Gambar 6.8.      Perkembangan konsumsi rokok di Indonesia, 1987-2008 ......... 129
Gambar 6.9.      Perkembangan volume dan harga ekspor - impor tembakau
                 primer, 1996-2009 ...................................................... 130
Gambar 6.10. Perkembangan volume dan harga ekspor – impor tembakau
                 manufaktur, 1996-2009 ................................................ 131
Gambar 6.11. Perkembangan luas areal tembakau dunia, 1961-2008 ........... 132
Gambar 6.12. Negara dengan luas area tembakau terbesar di dunia,
                 2004-2008 ................................................................ 133
Gambar 6.13. Perkembangan produksi tembakau dunia, 1961-2008 ............. 134
Gambar 6.14. Sepuluh negara produsen tembakau dunia, 2004-2008 ........... 134
Gambar 6.15. Perkembangan rata-rata harga produsen tembakau dunia,
                 1991-2007 ................................................................ 135
Gambar 6.16. Perkembangan volume ekspor dan impor tembakau dunia,
                 1961-2007 ................................................................ 136
Gambar 6.17. Negara pengekspor tembakau terbesar dunia
                 (rata-rata 2003-2007) .................................................. 136



 xvi   Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


Gambar 6.18. Negara pengimpor tembakau terbesar dunia
              (rata-rata 2003-2007) .................................................. 137
Gambar 7.1.   Perkembangan luas areal nilam di Indonesia, 1989-2008 ........ 152
Gambar 7.2.   Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia,
              1989-2008 ................................................................ 154
Gambar 7.3.   Provinsi sentra produksi minyak nilam di Indonesia
              (rata-rata 2004-2008) .................................................. 154
Gambar 7.4.   Perkembangan produktivitas nilam di Indonesia
              (rata-rata 2004-2008) .................................................. 155
Gambar 7.5.   Perkembangan konsumsi minyak nilam di Indonesia,
              1989-2008 ................................................................ 156
Gambar 7.6.   Perkembangan harga ekspor minyak nilam di Indonesia,
              1989-2006 ................................................................ 157

Gambar 7.7.   Perkembangan volume ekspor minyak nilam dan daun nilam
              di Indonesia, 1989-2006................................................ 159
Gambar 8.1.   Perkembangan luas areal tebu di Indonesia, 1969 - 2009 ........ 170
Gambar 8.2.   Perkembangan luas areal tebu Indonesia berdasarkan status
              pengusahaan,1969-2009 ............................................... 171
Gambar 8.3.   Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia, 1969-2009 ..... 172
Gambar 8.4.   Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia berdasarkan
              status pengusahaan, 1969-2009) ..................................... 173
Gambar 8.5.   Perkembangan produksi gula hablur di Indonesia,1969-2009 .... 174
Gambar 8.6.   Perkembangan produksi gula hablur berdasarkan status,
              pengusahaan, 1969-2005 .............................................. 174
Gambar 8.7.   Provinsi sentra produksi tebu Perkebunan Rakyat, 2006-2010 .. 176
Gambar 8.8.   Provinsi sentra produksi tebu Nasional, 2009 ...................... 177
Gambar 8.9.   Perkembangan konsumsi gula oleh rumah tangga di
              Indonesia, 1990-2009 ................................................... 178
Gambar 8.10. Perkembangan harga gula pasir dalam negeri, 1997-2009 ...... 179
Gambar 8.11. Perkembangan volume ekspor dan impor gula di Indonesia,
              1969-2009 ................................................................ 179


                                                Pusat Data dan Informasi Pertanian     xvii
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


Gambar 8.12. Perkembangan luas areal tebu dunia, 1970-2008 .................. 181
Gambar 8.13. Perkembangan produktivitas tebu dunia, 1970-2008 ............. 181
Gambar 8.14. Perkembangan produksi tebu dunia, 1970-2008 .................. 182
Gambar 8.15. Negara dengan luas areal tebu terbesar di dunia, 2004-2008 ... 182
Gambar 8.16. Negara produsen tebu terbesar dunia, 2004-2008 ................. 183
Gambar 8.17. Perkembangan penawaran dan permintaan gula Indonesia,
                 1990-2012 ................................................................ 186




xviii   Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN           2010


                                 DAFTAR LAMPIRAN

                                                                                  Halaman
Lampiran 2.1.   Perkembangan luas areal kelapa sawit (palm oil) Indonesia
                menurut status pengusahaan, 1970-2009. .......................... 22
Lampiran 2.2.   Perkembangan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO)
                Indonesia menurut status pengusahaan, 1970-2009 .............. 23
Lampiran 2.3.   Provinsi sentra produksi kelapa sawit Indonesia, 2005-2009 .... 24
Lampiran 2.4.   Penggunaan dan ketersediaan untuk konsumsi minyak sawit
                Indonesia, 1990-2007 .................................................. 24
Lampiran 2.5.   Perkembangan harga produsen tandan buah segar dan
                minyak sawit (CPO) Indonesia, 2000-2008 .......................... 25
Lampiran 2.6.   Perkembangan ekspor – impor, neraca perdagangan serta
                harga minyak sawit Indonesia, 1996-2009 .......................... 26
Lampiran 2.7.   Perkembangan luas tanaman menghasilkan, yield dan
                produksi kelapa sawit dunia, 1961-2008 ............................ 27
Lampiran 2.8.   Negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit
                terbesar di dunia, 2004-2008 ......................................... 28
Lampiran 2.9    Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia, 2004-2008....... 28
Lampiran 2.10. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, 2003-2007 ...... 29
Lampiran 2.11. Negara importir minyak sawit terbesar dunia, 2003-2007 ....... 29
Lampiran 3.1.   Perkembangan luas areal kelapa di Indonesia menurut
                status pengusahaannya, 1970 - 2009. ............................... 50
Lampiran 3.2.   Perkembangan produksi kelapa di Indonesia menurut status
                pengusahaannya, 1970 - 2009 ........................................ 51
Lampiran 3.3.   Provinsi sentra produksi kelapa di Indonesia, 2005-2009 ........ 52
Lampiran 3.4.   Perkembangan konsumsi kelapa dan minyak kelapa di
                Indonesia, 1981-2008 .................................................. 53
Lampiran 3.5.   Penggunaan dan ketersediaan konsumsi kopra di Indonesia,
                1990-2007 ................................................................ 54
Lampiran 3.6.   Perkembangan harga kelapa di tingkat produsen dan
                konsumen di Indonesia, 1983-2008 .................................. 55

                                                Pusat Data dan Informasi Pertanian       xix
2010         OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


Lampiran 3.7.     Perkembangan ekspor-impor kelapa Indonesia, 2000-2009 ......56
Lampiran 3.8.     Perkembangan luas tanaman menghasilkan, produksi dan
                  produktivitas kelapa dunia, 1970-2008 .............................57
Lampiran 3.9.     Negara produsen kelapa terbesar di dunia, 2004-2008 ...........58
Lampiran 4.1.     Perkembangan luas areal kakao Indonesia menurut status
                  pengusahaan, 1967-2009 ..............................................80
Lampiran 4.2.     Perkembangan produksi kakao Indonesia menurut status
                  pengusahaan, 1967-2009 ..............................................81
Lampiran 4.3.     Perkembangan produksi kakao PR di provinsi sentra di
                  Indonesia, 2005-2009 ..................................................82
Lampiran 4.4.     Perkembangan konsumsi coklat instan dan coklat bubuk di
                  Indonesia , 1981-2008..................................................82
Lampiran 4.5.     Perkembangan harga domestik kakao Indonesia, 1992-2007 ....83
Lampiran 4.6.     Perkembangan volume dan nilai ekspor total kakao
                  Indonesia, 1996-2009 ..................................................84
Lampiran 4.7.     Perkembangan volume dan nilai impor total kakao
                  Indonesia, 1996-2009 ..................................................85
Lampiran 4.8.     Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi kakao
                  dunia, 1961-2008 .......................................................86
Lampiran 4.9.     Negara dengan luas areal kakao terbesar dunia, 2004-2008 ....87
Lampiran 4.10. Negara produsen kakao terbesar dunia, 2004-2008 ...............87
Lampiran 4.11. Negara dengan produktivitas kakao terbesar dunia,
                  2004-2008 ................................................................88
Lampiran 4.12. Negara dengan harga produsen kakao terbesar dunia,
                  2003-2007 ................................................................88
Lampiran 4.13. Negara eksportir kakao terbesar dunia, 2003-2007 ...............89

Lampiran 4.14. Negara importir kakao terbesar dunia, 2003-2007 ................89

Lampiran 5.1.     Luas areal cengkeh di Indonesia berdasarkan status
                  pengusahaan, 1967-2009 ............................................ 111




 xx    Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010



Lampiran 5.2.   Produksi cengkeh di Indonesia berdasarkan status
                pengusahaan, 1967-2009 ............................................ 112
Lampiran 5.3.   Perkembangan produksi cengkeh di provinsi sentra di
                Indonesia, 2005-2009 ................................................ 113
Lampiran 5.4.   Produktivitas cengkeh di Indonesia, 2005-2009 ................. 114
Lampiran 5.5.   Perkembangan produksi, ekspor, impor, dan konsumsi
                cengkeh Indonesia, 1970-2008 ..................................... 115
Lampiran 5.6.   Perkembangan harga cengkeh di pasar dalam negeri dan
                pasar dunia, 1987-2008 .............................................. 116
Lampiran 5.7.   Perkembangan ekspor-impor dan neraca perdagangan
                cengkeh di Indonesia, 1996-2009 .................................. 117
Lampiran 5.8.   Luas tanaman menghasilkan, produksi, dan produktivitas
                cengkeh dunia, 1961-2008 .......................................... 118
Lampiran 5.9.   Negara dengan luas areal cengkeh terbesar di dunia,
                2004-2008 .............................................................. 119
Lampiran 5.10. Negara produsen cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008 ....... 119
Lampiran 5.11. Negara-negara dengan rata-rata produktivitas cengkeh
                tertinggi di dunia, 2004-2008 ....................................... 120
Lampiran 5.12. Harga produsen cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008 ........ 120
Lampiran 5.13. Negara eksportir cengkeh terbesar di dunia, 2004-2007 ....... 121
Lampiran 5.14. Negara importir cengkeh terbesar di dunia, 2004-2007 ........ 121
Lampiran 6.1.   Perkembangan luas areal tembakau Indonesia menurut
                status pengusahaan, 1971-2009 .................................... 141
Lampiran 6.2.   Perkembangan produksi tembakau Indonesia menurut
                status pengusahaan, 1971-2009 .................................... 142
Lampiran 6.3.   Perkembangan produksi tembakau di provinsi sentra di
                Indonesia, 2006-2009 ................................................ 143
Lampiran 6.4.   Perkembangan harga konsumen pedesaan tembakau di
                Indonesia menurut provinsi, 2004-2008 ........................... 144
Lampiran 6.5.   Perkembangan konsumsi tembakau dan rokok di Indonesia,
                1987-2008 .............................................................. 145


                                                Pusat Data dan Informasi Pertanian      xxi
2010         OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


Lampiran 6.6.     Perkembangan ekspor-impor tembakau primer, 1996-2009 ... 145
Lampiran 6.7.     Perkembangan ekspor-impor tembakau manufaktur, 1996-
                  2009..................................................................... 146
Lampiran 6.8.     Perkembangan produksi dan luas areal tembakau dunia,
                  1961-2008 .............................................................. 147
Lampiran 6.9.     Negara dengan luas areal tembakau terbesar dunia,
                  2004-2008 .............................................................. 148
Lampiran 6.10. Negara produsen tembakau terbesar dunia, 2004-2008 ........ 148
Lampiran 6.11. Negara dengan harga produsen tembakau terbesar dunia,
                  2003-2007 .............................................................. 149
Lampiran 6.12. Perkembangan ekspor-impor tembakau dunia, 1961-2007..... 150
Lampiran 7.1.     Perkembangan luas areal nilam di Indonesia menurut jenis
                  pengusahaan, 1989-2008 ............................................ 163
Lampiran 7.2.     Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia menurut
                  status pengusahaan, 1989-2008 .................................... 164
Lampiran 7.3.     Perkembangan produksi minyak nilam di provinsi sentra
                  Indonesia, 2004-2008 ................................................ 165
Lampiran 7.4.     Perkembangan total konsumsi minyak nilam di Indonesia,
                  1989-2008 .............................................................. 166
Lampiran 7.5.     Perkembangan harga ekspor minyak nilam di Indonesia,
                  1989-2006 .............................................................. 167
Lampiran 7.6.     Perkembangan ekspor-impor nilam di Indonesia, 1989-2006 .. 168
Lampiran 7.1.     Perkembangan luas areal nilam di Indonesia menurut jenis
                  pengusahaan, 1989-2008 ............................................ 163
Lampiran 7.2.     Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia menurut
                  status pengusahaan, 1989-2008 .................................... 164
Lampiran 7.3.     Perkembangan produksi minyak nilam di provinsi sentra
                  Indonesia, 2004-2008 ................................................ 165
Lampiran 7.4.     Perkembangan total konsumsi minyak nilam di Indonesia,
                  1989-2008 .............................................................. 166




xxii   Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


Lampiran 7.5.   Perkembangan harga ekspor minyak nilam di Indonesia,
                1989-2006 .............................................................. 167
Lampiran 7.6.   Perkembangan ekspor-impor nilam di Indonesia, 1989-2006 .. 168
Lampiran 8.1.   Perkembangan luas areal tebu di Indonesia berdasarkan
                status pengusahaan, 1969-2009 .................................... 188
Lampiran 8.2.   Perkembangan produksi gula hablur di Indonesia
                berdasarkan status pengusahaan, 1969-2009 .................... 189
Lampiran 8.3.   Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia berdasarkan
                status pengusahaan, 1969-2009 .................................... 190
Lampiran 8.4.   Produksi gula Perkebunan Rakyat di provinsi sentra di
                Indonesia, 2006-2010 ................................................ 191
Lampiran 8.5.   Perkembangan ekspor dan impor tebu Indonesia,1969-2009 .. 192
Lampiran 8.6.   Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi tebu
                dunia, 1970-2008 ..................................................... 193
Lampiran 8.7.   Negara dengan luas areal tebu terbesar di dunia,
                2004-2008 .............................................................. 194
Lampiran 8.8.   Negara produsen tebu terbesar di dunia, 2004-2008 ........... 194




                                                Pusat Data dan Informasi Pertanian     xxiii
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN         2010


                         BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

     Perkebunan sebagai bagian integral dari sektor pertanian merupakan salah
satu sub sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional. Peranannya terlihat nyata dalam penerimaan devisa
negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan
konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan
nilai tambah dan daya saing serta optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam
secara berkelanjutan. Peranan sub sektor perkebunan bagi perekonomian
nasional tercermin dari realisasi pencapaian PDB yang mencapai Rp. 112,52
trilyun (atas dasar harga berlaku) pada tahun 2009. Sementara, peranan ekspor
komoditas perkebunan pada tahun 2009 memberikan sumbangan surplus neraca
perdagangan bagi sektor pertanian sebesar US$ 17,63 milyar dimana sub sektor
lainnya mengalami defisit.
     Dalam rangka meningkatkan peran sub sektor perkebunan, Kementerian
Pertanian telah menyusun rencana strategis beserta program dan kebijakan
pembangunan yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan
pengembangan    masing-masing   komoditas      perkebunan.       Dalam       penyusunan
rencana strategis ketersediaan data dan informasi yang berkualitas maka sangat
dibutuhkan agar kebijakan yang diputuskan menjadi efektif.
     Dalam mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Informasi Pertanian
(Pusdatin) senantiasa menyediakan data dan informasi yang diperlukan oleh
berbagai pihak yang berkecimpung dalam sektor pertanian, seperti penentu
kebijakan, asosiasi, akademisi maupun masyarakat umum lainnya. Salah satu
produk informasi yang secara reguler dihasilkan oleh Pusdatin adalah Analisis
Outlook Perkebunan, yang didalamnya mengulas keragaan data nasional dan
situasi global disertai dengan proyeksi penawaran dan permintaan masing-masing
komoditas.



                                              Pusat Data dan Informasi Pertanian    1
2010         OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


       Pada tahun 2010, analisis outlook komoditas perkebunan mencakup 7
(tujuh) komoditas yakni kelapa sawit, kelapa, kakao, cengkeh, tembakau, nilam
dan tebu.


1.2. METODOLOGI


Sumber Data dan Informasi
       Outlook Komoditas Perkebunan tahun 2010 disusun berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi
terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian
Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture
Organization (FAO).


Metode Analisis
       Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas Perkebunan
adalah sebagai berikut:
a. Analisis keragaan atau perkembangan komoditas perkebunan dilakukan
    berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas
    areal dan luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta
    harga di tingkat produsen maupun konsumen dengan analisis deskriptif
    sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional
    maupun dunia.
b. Analisis Penawaran
          Analisis penawaran komoditas perkebunan dilakukan berdasarkan
    analisis fungsi produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi
    tersebut dilakukan dengan pendekatan model Regresi Berganda (Multivariate
    Regression).
          Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah :
            Y = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + ... + bn X n + ε
                        n
               = b0 + ∑ b j X j + ε
                       j =1



2   Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


   dimana :   Y     =   Peubah respons/tak bebas
              Xn =      Peubah penjelas/bebas
              n     =   1,2,…
              b0 =      nilai konstanta
              bn =      koefisien arah regresi atau parameter model regresi untuk
                        peubah xn
              ε =       sisaan

        Produksi pada periode ke-t diduga merupakan fungsi dari produksi pada
   periode sebelumnya, luas areal periode sebelumnya, harga ekspor dan
   pengaruh inflasi.
        Dengan       memperhatikan        ketersediaan    data,    analisis     penawaran
   dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk peubah-
   peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang
   bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan
   model analisis trend (trend analysis) atau model pemulusan eksponensial
   berganda (double exponential smoothing).


c. Analisis Permintaan
        Analisis     permintaan     komoditas     perkebunan       merupakan       analisis
   permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas perkebunan yang
   dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah maupun
   telah diolah, maupun permintaan untuk kepentingan ekspor.
        Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan juga
   menggunakan Model Regresi Berganda menggunakan peubah penjelas, namun
   karena keterbatasan ketersediaan data, analisis permintaan untuk beberapa
   komoditas menggunakan model analisis trend (trend analysis) atau model
   pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing). Periode
   series data yang digunakan adalah tahunan. Pada komoditas tertentu dimana
   sebagian besar produksinya digunakan untuk bahan baku industry pengolahan,
   maka analisis permintaan didekati dengan cara melihat proporsi permintaan
   untuk industry pengolahan menggunakan bantuan Tabel I-O BPS.

                                                  Pusat Data dan Informasi Pertanian    3
2010           OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


d. Kelayakan Model
          Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan
    koefisien determinasi (R2).
          Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari
    peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah–peubah bebas (X).
    Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan:

                       SS R egresi
                R2 =
                        SS Total

    dimana :      SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi
                  SS Total adalah jumlah kuadrat total


        Sementara, untuk model data deret waktu baik analisis tren maupun
    model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing),
    ukuran kelayakan model dilihat berdasarkan kecilnya nilai kesalahan yakni
    menggunakan statistik MAPE (mean absolute percentage error) atau
    kesalahan persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sbb.:




    dengan, Xt adalah data aktual dan Ft adalah nilai ramalan.




4    Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


                         BAB II. KELAPA SAWIT

      Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai
peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia, karena merupakan
komoditas andalan ekspor sehingga menjadi penghasil devisa negara di luar
minyak dan gas.    Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar dalam
negeri juga masih cukup besar.     Pasar yang banyak menyerap produk minyak
sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) adalah industri fraksinasi/ranifasi
(terutama insdustri minyak goreng), lemak khusus (cocoa butter substitute),
margarin/shortening, oleochemical dan sabun mandi (BPS, 2006).                Disamping
produk konvensional, minyak kelapa sawit juga merupakan salah satu bahan yang
dapat dijadikan sumber bahan bakar/energi (biodisel) yang terbarukan untuk
menggantikan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang semakin tipis
persediaannya (Ditjen Perkebunan, 2006).
      Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan bagi
Indonesia, hal ini dikarenakan kondisi geografis wilayah Indonesia memang sangat
cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit.             Pada tahun 2009, luas
areal kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,51 juta hektar dengan produksi
sebesar 18,64 juta ton minyak sawit dan 3,47 juta ton inti sawit. Sementara,
bila dilihat dari luas areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata
tahun 1998-2009 sebanyak 52,23% diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta
(PBS), 36,70% diusahakan oleh Perkebunn Rakyat (PR) dan 11,07% diusahakan
oleh Perkebunan Besar Negara (PBN).
     Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia menjadi sangat
berkembang pesat dikarenakan:
1. Kebutuhan minyak nabati dunia cukup besar dan akan terus meningkat,
   sebagai akibat jumlah penduduk maupun tingkat konsumsi per kapita yang
   masih rendah.
2. Di antara berbagai jenis tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit
   tanaman dengan potensi produksi minyak tertinggi.



                                                Pusat Data dan Informasi Pertanian     5
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


3. Semakin berkembangnya jenis-jenis industri hulu pabrik kelapa sawit maupun
     industri hilir oleokimia dan oleomakanan (oleochemical dan oleofoods),
     hingga industri konversi minyak sawit sebagai bahan bakar biodiesel.
       Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan
minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan areal perkebunan kelapa sawit, hingga tahun 2008, sekitar 41,39%
produksi minyak sawit dunia dihasilkan oleh Indonesia sebagai negara produsen
dunia minyak sawit kedua setelah Malaysia.


2.1.     PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
         KELAPA SAWIT INDONESIA

       Secara umum pola perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia pada
periode tahun 1970–2009 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan       sebesar    11,12%     (Gambar      2.1).   Berdasarkan   atas   status
pengusahaannya, maka luas areal kelapa sawit sangat berfluktuasi namun
cenderung terus mengalami peningkatan untuk luas areal PR dan PBS masing-
masing sebesar 34,53% dan 14,18%, sedangkan pola pertumbuhan luas areal
kelapa sawit PBN hanya sebesar 4,75% (Lampiran 2.1).




Gambar 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan
                          di Indonesia,1970–2009



 6     Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010




 Gambar 2.2. Konstribusi luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan di
                      Indonesia, (rata-rata 1998 – 2009)

     Jika ditinjau kontribusi rata-rata luas areal kelapa sawit di Indonesia tahun
1998 – 2009, terlihat bahwa PBS berkontribusi sebesar 52,23% terhadap luas areal
kelapa sawit Indonesia, sedangkan PR dan PBN masing-masing               berkontribusi
sebesar 36,70% dan 11,07% (Gambar 2.2).
     Selama periode tahun 1970-2009, perkembangan luas areal perkebunan
kelapa sawit Indonesia meningkat cukup tinggi dari 133,30 ribu hektar pada
tahun 1970 menjadi 7,51 juta hektar tahun 2009 atau meningkat rata-rata 11,12%
per tahun. Apabila dilihat dari status pengusahaannya maka rata-rata
pertumbuhan per tahun setelah krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998-2009
semakin menurun yaitu PR hanya sebesar 11,83%, PBN sebesar 1,89% dan PBS
sebesar 8,34% (Lampiran 2.1).
     Seiring dengan peningkatan luas areal kelapa sawit, maka produksi kelapa
sawit Indonesia dalam wujud produksi minyak sawit selama tahun 1970-2009 juga
cenderung meningkat. Jika pada tahun 1970 produksi minyak sawit Indonesia
hanya sebesar 216,8 ribu ton maka pada tahun 2009 meningkat menjadi 18,64
juta ton atau tumbuh rata-rata sebesar 12,47% per tahun (Gambar 2.3).




                                               Pusat Data dan Informasi Pertanian     7
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN




 Gambar 2.3. Perkembangan produksi minyak sawit menurut status pengusahaan
                         di Indonesia, 1970-2009

       Berdasarkan status pengusahaan selama kurun waktu 1970 – 2009, produksi
minyak sawit yang berasal dari PR meningkat dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 63,88%, PBS meningkat sebesar 14,67% dan PBN meningkat sebesar
7,47%. Peningkatan produksi minyak sawit PR terutama terjadi pada tahun 1982,
1985, 1987 dan 1990 yang meningkat di atas 100%, namun setelah tahun 1997,
yaitu tahun 1998 – 2009 hanya tumbuh sebesar 16,11% per tahun (Lampiran 2.2).




       Gambar 2.4. Kontribusi rata-rata produksi minyak sawit menurut status
                             pengusahaan, (rata-rata 1998 – 2009)

       Seiring dengan besarnya luas areal, maka produksi minyak sawit Indonesia
didominasi juga oleh produksi yang berasal dari PBS. Kontribusi rata-rata

 8     Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


produksi minyak sawit PBS selama periode tahun 1998 – 2009 sebesar 51,36%
terhadap rata-rata produksi minyak sawit Indonesia, sedangkan kontribusi PR dan
PBN masing-masing sebesar 34,23% dan 14,41% (Gambar 2.4).
       Sentra produksi minyak sawit Indonesia terutama berasal dari 7 (tujuh)
provinsi yang memberikan kontribusi sebesar 81,80% terhadap produksi minyak
sawit Indonesia, seperti yang disajikan pada      Gambar 2.5. Provinsi Riau dan
Sumatera Utara merupakan provinsi sentra produksi terbesar yang berkontribusi
masing-masing sebesar 28,52%      dan 17,77%, disusul berturut-turut provinsi
Sumsel, Kalteng, Jambi, Kalbar dan Sumbar masing-masing sebesar 10,19%,
7,92%, 7,04%, 5,44%, dan 4,94%.




        Gambar 2.5. Provinsi sentra produksi minyak sawit di Indonesia,
                           (rata-rata 2005 - 2009)

       Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selama tahun 2003
– 2009 menunjukkan pola yang sama untuk ketiga status pengusahaan. Rata-rata
produktivitas kelapa sawit Indonesia selama periode tahun 2003 – 2009 adalah
sebesar 3,27 ton per hektar, dimana rata-rata produktivitas minyak sawit
terbesar pada PBS sebesar 3,59 ton per hektar disusul PBN sebesar 3,48 ton per
hektar dan PR sebesar 2,97 ton per hektar (Gambar 2.6 ).




                                               Pusat Data dan Informasi Pertanian     9
2010                  OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN




Gambar 2.6. Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia, 2003– 2009


         Rata-rata pertumbuhan produktivitas kelapa sawit tersaji secara lengkap
pada Tabel 2.1. Produktivitas kelapa sawit Indonesia tahun 2003 - 2009 secara
keseluruhan naik sebesar 3,00%                                per tahun, yang dirinci, pertumbuhan
produktivitas PR sebesar 2,97% per tahun, PBN sebesar 2,91% per tahun,
sedangkan PBS terlihat sangat fluktuatif dan cenderung menurun sebesar 0,93%
per tahun. Meskipun demikian, realisasi produktivitas kelapa sawit PBS tertinggi
dibandingkan dengan PR dan PBN paling yakni mencapai 3,59 ton per hektar
bahkan pada tahun 2009 mencapai 3,72 ton per hektar.

Tabel 2.1. Perkembangan produktivitas kelapa sawit Indonesia menurut status
           pengusahaan, 2003 – 2009

                                                              Produktivitas (Ton/Ha)
       Tahun               PR 1)                    PBN 2)    Pertumb.        PBS   3)
                                                                                           Pertumb.    Perkebunan   Pertumb.
                                      Pertumb.
                                         (%)                     (%)                          (%)      Indonesia       (%)
        2003                   2.75                    3.25                         4.29                     3.05
        2004                   2.49       -9.33        3.16           -2.83         3.03      -29.26         2.83       -6.98
        2005                   2.69       7.75         3.31           4.64          3.05       0.38          2.93       3.27
        2006                   3.13      16.51         3.62           9.32          3.74      22.87          3.50      19.57
        2007                   3.21       2.39         3.37           -6.94         3.86       3.11          3.63       3.89
        2008                   3.33       3.84         3.82          13.49          3.42      -11.25         3.42       -5.78
       2009 *)                 3.16       -4.99        3.81           -0.24         3.72       8.56          3.56       4.03
Rata-rata
2003-2009                      2.97       2.69         3.48           2.91          3.59       -0.93         3.27       3.00
Sumber: Ditjen Perkebunan
                                                              2)
Keterangan : *) Angka Sementara                                    PR = Perkebunan Rakyat
               3)                                             4)
                    PBN = Perkebunan Besar Negara                  PBS = Perkebunan Besar Swasta


10      Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


2.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA


     Ditinjau dari sisi ketersediaan kelapa sawit berdasarkan perhitungan Neraca
Bahan Makanan (NBM), kelapa sawit di Indonesia umumnya digunakan sebagai
bahan untuk diolah menjadi minyak sawit/minyak goreng yang dirinci sebagai
bahan makanan dan diolah non makanan (Lampiran 2.4). Pada tahun 1990-2007
rata-rata ketersediaan minyak   sawit/minyak goreng        sebagai bahan makanan
mencapai 1.928 ribu ton per tahun atau 98,36% dari total penggunaan, sedangkan
diolah non makanan rata-rata sebesar 23 ribu ton per tahun atau 1,19% dari total
penggunaan dan tercecer sebesar 36 ribu ton per tahun atau 1,83%. Untuk
mengurangi persentase tercecer perlu dilakukan pengelolaan yang baik pada saat
panen dan pasca panen maupun proses pengolahan dan distribusi ke konsumen.
     Pemakaian minyak sawit/minyak goreng di dalam negeri sebagai bahan
makanan terlihat menurun pada tahun 2005 (Gambar 2.7). Pada tahun 2004
penggunaan minyak sawit/minyak goreng untuk bahan makanan sebesar 1.969
ribu ton, pada tahun 2005 menurun menjadi 920 ribu ton dan kemudian
meningkat kembali hingga menjadi 3.081 ribu ton pada tahun 2007.




Gambar 2.7. Perkembangan ketersediaan minyak sawit/minyak goreng Indonesia
                 menurut Neraca Bahan Makanan, 1999-2007




                                               Pusat Data dan Informasi Pertanian    11
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


2.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA SAWIT DI INDONESIA


       Perkembangan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat produsen dan
harga minyak sawit di perdagangan besar selama tahun 2000–2008 memiliki pola
yang berbeda. Harga minyak sawit di perdagangan besar terus mengalami
peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 13,05% per tahun. Sedangkan
harga TBS relatif berfluktuasi, namun cenderung meningkat dengan rata-rata
sebesar 18,83% per tahun. Harga TBS pada tahun 2001 dan 2005 mengalami
penurunan masing-masing sebesar 15,59% dan 12,90%, sedangkan peningkatan
harga yang cukup tajam terjadi pada tahun 2002, 2003 dan 2007 masing-masing
naik sebesar 30,66%, 26,57% dan 61,43% (Gambar 2.8).
       Besarnya konversi dari TBS ke minyak sawit dalam buku Pembakuan
Statistik Perkebunan tahun 2007 adalah 18 – 26%, yang berarti 100 kg TBS
menjadi 18-26 kg minyak sawit atau perbandingan kurang lebih 5 : 1. Namun jika
dilihat perbandingan harga rata-rata TBS sebesar Rp 504.099,-/ton sedangkan
harga rata-rata minyak sawit sebesar Rp 4.551.507,-/ton atau dengan
perbandingan 1 : 9, hal ini terlihat adanya nilai tambah yang cukup besar dari
komoditas kelapa sawit yaitu wujud produksi saat panen sampai menjadi wujud
produksi yang diperdagangkan. Keragaan harga kelapa sawit secara rinci disajikan
pada Lampiran 2.5.




  Gambar 2.8. Perkembangan harga produsen TBS dan harga perdagangan besar
                     minyak sawit Indonesia, 2000–2008


12     Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


2.4. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR KELAPA SAWIT DI INDONESIA


     Ekspor- impor kelapa sawit Indonesia dilakukan dalam wujud minyak sawit,
minyak inti sawit dan wujud lainnya. Perkembangan volume ekspor kelapa sawit
pada periode 1996–2009 cenderung terus meningkat, yaitu dari 2,62 juta ton
tahun 1996 menjadi 21,67 juta ton tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan per
tahun sebesar 21,30% per tahun, sementara rata-rata pertumbuhan volume impor
kelapa sawit meningkat sebesar 14,85% per tahun (Gambar 2.9). Besarnya volume
ekspor dibandingkan dengan volume impor yang cukup besar menjadikan
Indonesia selalu mengalami surplus kelapa sawit yang dapat menyumbang devisa
negara.




Gambar 2.9. Perkembangan volume ekspor - impor kelapa sawit Indonesia,
                               1996–2009

     Perkembangan surplus neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia tahun
1996 – 2009 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 26,81%
(Gambar 2.10).    Pada tahun 1996, surplus neraca perdagangan kelapa sawit
sebesar US$ 1,05 milyar, dan pada tahun 2009 telah mencapai US$ 11,71 milyar.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia
tahun 1996 - 2009 secara rinci disajikan pada Lampiran 2.6.




                                                Pusat Data dan Informasi Pertanian    13
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN




     Gambar 2.10. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa
                          sawit Indonesia, 1996–2009

       Sementara itu bila dilihat perbandingan antara harga ekspor dan harga
impor kelapa sawit tahun 1996 – 2009 terlihat cenderung selalu lebih tinggi harga
impornya, kecuali pada tahun 1999 (Gambar 2.11). Selisih antara harga ekspor
terhadap harga impor terbesar terjadi pada tahun 2005 dan 2007 yaitu masing-
masing mencapai US$ 519,28 dan US$ 912,43 per ton. Harga ekspor dan impor
kelapa sawit Indonesia dari tahun 1996 – 2009 secara rinci disajikan pada
Lampiran 2.6.




     Gambar 2.11. Perkembangan harga ekspor - impor kelapa sawit Indonesia,
                                 1996–2009




14     Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


2.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN                         MENGHASILKAN                   DAN
     PRODUKSI KELAPA SAWIT DUNIA

     Berdasarkan data yang bersumber dari FAO, secara umum perkembangan
luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia selama periode tahun 1961–2008
cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 3,09% per tahun
(Gambar 2.12). Peningkatan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit yang cukup
besar terjadi pada tahun 1979 dan 1984 yaitu masing-masing meningkat sebesar
11,75% dan 10,50% (Lampiran 2.7).




 Gambar 2.12. Perkembangan luas areal dan produksi tandan buah segar kelapa
                         sawit dunia, 1961–2008




     Gambar 2.13. Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia,
                           (rata-rata 2004-2008)

                                                 Pusat Data dan Informasi Pertanian    15
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


       Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan kelapa sawit tahun
2004-2008 yang bersumber dari FAO, terdapat 3 negara produsen kelapa sawit
terbesar di dunia yang memberikan kontribusi hingga 85,60% terhadap total luas
tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia. Indonesia merupakan negara dengan
luas tanaman menghasilkan terbesar di dunia dengan rata-rata tahun 2004 – 2008
sebesar 4,57 juta hektar atau 34,18% dari total luas tanaman menghasilkan
kelapa sawit dunia. Selanjutnya disusul Malaysia dengan kontribusi sebesar
27,34% atau rata-rata luas sebesar 3,65 juta hektar dan Nigeria dengan kontribusi
sebesar 24,08% atau rata-rata luas sebesar 3,22 juta hektar. Sementara negara
Thailand, Ghana dan Guinea masing-masing berkontribusi kurang dari 3%
(Gambar 2.13 dan Lampiran 2.8).
       Perkembangan produksi tandan buah segar kelapa sawit dunia tahun 1961–
2008 menunjukkan pola yang hampir sama dengan perkembangan luas tanaman
menghasilkan. Rata-rata pertumbuhan produksi tandan buah segar kelapa sawit
dunia sebesar 6,08% per tahun (Gambar 2.12 dan Lampiran 2.7).
       Berdasarkan data rata-rata produksi tandan buah segar kelapa sawit tahun
2004-2008 yang bersumber dari FAO, terdapat 2 negara produsen kelapa sawit
terbesar di dunia yang memberikan kontribusi hingga 81,43% terhadap total
produksi kelapa sawit dunia. Malaysia merupakan negara produsen kelapa sawit
terbesar di dunia dengan pencapaian produksi rata-rata tahun 2004 – 2008
sebesar 77,24 juta ton TBS atau 41,17% dari total produksi kelapa sawit dunia.
Selanjutnya adalah Indonesia dengan kontribusi sebesar 40,26% atau rata-rata
produksi sebesar 75,54 juta ton TBS (Gambar 2.14). Sementara itu, Nigeria
meskipun luas arealnya memberikan kontribusi yang hampir sejajar dengan kedua
negara terbesar namun dari sisi produksi hanya berkontribusi sebesar 4,53% atau
8,5 juta ton TBS.        Dua negara lainnya yakni Thailand dan Colombia hanya
berkontribusi masing-masing sebesar 3,32% dan 1,70%.      Produksi tandan buah
segar kelapa sawit dari negara produsen terbesar dunia secara rinci tersaji pada
Lampiran 2.9.




16     Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010




           Gambar 2.14. Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia,
                            (rata-rata 2004-2008)


2.6.    PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KELAPA SAWIT DUNIA


       Perkembangan volume ekspor dan impor kelapa sawit dunia dalam bentuk
minyak sawit menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data FAO, pada tahun 2003–2007 terdapat dua negara eksportir
minyak sawit terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi
sebesar 86,88% terhadap total volume ekspor minyak sawit di dunia. Malaysia
merupakan negara eksportir minyak sawit terbesar di dunia dengan rata-rata
volume ekspor mencapai 12,86 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi
sebesar 50,46% dan peringkat kedua ditempati oleh Indonesia yang memberikan
kontribusi 36,42% dengan rata-rata volume ekspor 9,28 juta ton per tahun.
Sementara,    Netherland   dan   Papua    New     Guinea     masing-masing     hanya
berkontribusi sebesar 3,25% dan 1,33% terhadap total volume ekspor dunia
(Lampiran 2.10).




                                               Pusat Data dan Informasi Pertanian    17
2010          OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN




            Gambar 2.15. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia,
                             (rata-rata 2003-2007)


       Berdasarkan data FAO, pada tahun 2003–2007 terdapat delapan negara
importir kelapa sawit terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan
kontribusi sebesar 54,37% terhadap total volume impor kelapa sawit di dunia.
China merupakan negara importir kelapa sawit terbesar di dunia dengan rata-rata
volume impor mencapai 4,46 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi
sebesar 17,62%, disusul oleh India dengan realisasi impor sebesar 3,25 juta ton
atau berkontribusi sebesar 12,81%. Peringkat ke-3 dan ke-4 ditempati oleh
Pakistan dan Belanda yang masing-masing memberikan kontribusi 5,84% (1,48
juta ton per tahun) dan 5,72% (1,45 juta ton per tahun). Negara-negara importir
kelapa sawit terbesar lainnya adalah Bangladesh, Jerman, Inggris dan Malaysia
dengan realisasi impor dibawah 1 juta ton. Indonesia berada pada urutan ke-113
dengan realisasi hanya sebesar 6,3 ribu ton per tahun. Sementara, Malaysia
meskipun merupakan negara eksportir terbesar kelapa sawit di dunia ternyata
juga menjadi negara importir kelapa sawit pada urutan ke-8 karena volume
impor mencapai 578,3 ribu ton. Negara importir kelapa sawit di dunia secara
rinci tersaji pada Lampiran 2.11.




18     Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010




Gambar 2.16. Negara importir kelapa sawit terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007)


2.7.     PROYEKSI PENAWARAN KELAPA SAWIT 2010 – 2012


       Penawaran kelapa sawit merupakan representasi dari produksi. Pemodelan
produksi kelapa sawit nasional dalam analisis ini dalam wujud produksi minyak
sawit.   Produksi minyak sawit sebagian besar diperuntukan bagi kepentingan
ekspor, sehingga dalam menyusun model proyeksi penawaran pada awalnya
digunakan data harga ekspor dan luas areal, namun demikian peubah tersebut
secara statistik tidak signifikan mempengaruhi model produksi. Oleh karenanya,
proyeksi penawaran dilakukan dengan menggunakan model deret waktu dari data
produksi minyak sawit secara langsung dan diperoleh model terbaik adalah model
tren kuadratik. Model tersebut kemudian digunakan untuk memproyeksi produksi
minyak sawit hingga tahun 2012 seperti tersaji pada Tabel 2.2.
       Dengan menggunakan model tren kuadratik, maka produksi minyak sawit di
Indonesia tahun 2010 – 2012 diperkirakan mengalami peningkatan dengan rata-
rata per tahun sebesar 8,07%, yaitu meningkat sebesar 9,27% di tahun 2010, yaitu
dari 18,64 juta ton pada tahun 2009 menjadi 20,37 juta ton tahun 2010 (Tabel
2.2). Selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012 diperkirakan akan naik masing-
masing menjadi 21,92 juta ton dan 23,52 juta ton.




                                               Pusat Data dan Informasi Pertanian    19
2010           OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


       Tabel   2.2. Proyeksi produksi minyak sawit Indonesia, 2009-2012



                   Tahun             Produksi (Ton)       Pertumbuhan (%)

                    20091)             18.640.881
                    2010               20.369.032               9,27
                    2011               21.916.549               7,60
                   2012           23.523.775                    7,33
                 Rata-rata Pertumbuhan (%)
                                                                8,07
                        2010 – 2012
          Keterangan : Tahun 20091) Angka Sementara dari Ditjen Perkebunan
                       Tahun 2010 – 2012 Angka hasil proyeksi



2.8. PROYEKSI PERMINTAAN MINYAK SAWIT 2010 – 2012


       Permintaan minyak sawit terdiri atas permintaan untuk ekspor dan
penggunaan dalam negeri, dimana sebagian besar permintaan diperuntukkan bagi
kepentingan ekspor.          Selama periode     tahun     1996 hingga 2009, total ekspor
minyak sawit Indonesia mencapai sekitar 73% dari total produksi dan penggunaan
dalam negeri minyak goreng berdasarkan data Neraca Bahan Makanan sekitar 17%
dari total produksi. Berdasarkan kenyataan tersebut maka pemodelan permintaan
minyak sawit dilakukan dengan menggunakan model deret waktu dari data
volume ekspor dan penggunaan dalam negeri minyak goreng. Berdasarkan hasil
penelusuran model dihasilkan model terbaik adalah tren kuadratik untuk peubah
volume ekspor dan penggunaan minyak goreng. Dengan menggunakan model
tersebut maka proyeksi permintaan total minyak sawit disajikan pada Tabel 2.3.
       Selama periode tahun 2010 – 2012, permintaan minyak sawit diproyeksikan
akan naik sebesar 7,34%. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh kenaikan volume
ekspor sebesar 8,96%, sementara penggunaan dalam negeri turun sebesar 0,28%.
Pada tahun 2010 total permintaan minyak sawit diproyeksikan 18,82 juta ton,
kemudian naik menjadi 19,75 juta ton pada tahun 2011 dan 21,40 juta ton pada
tahun 2012.


20     Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN          2010


Tabel 2.3. Proyeksi volume ekspor minyak sawit dan penggunaan minyak goreng
           sawit dalam negeri di Indonesia, 2010 – 2012

                                                Penggunaan
                                                                       Total
                           Volume Ekspor       minyak goreng
            Tahun                                                   Permintaan
                               (Ton)               sawit
                                                                       (Ton)
                                                   (Ton)
             2009*)          14.163.417          3.152.730          17.316.147
             2010            15.490.990           3.327.800         18.818.790
             2011            16.877.746           2.869.050         19.746.796
             2012            18.323.684           3.081.260         21.404.944
           Rata-rata
         Pertumbuhan             8,96                -0,28              7,34
              (%)
        Keterangan: Tahun 2009*) : Angka Sementara Ditjen Perkebunan
                    Tahun 2010 – 2012 : Angka hasil proyeksi


2.9. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT MINYAK SAWIT 2010 – 2012


     Selama periode 2010 – 2012, surplus produksi minyak sawit diproyeksikan
akan semakin besar yaitu dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 18,81%. Pada
tahun 2010, surplus produksi minyak sawit Indonesia mencapai 1,55 juta ton dan
meningkat menjadi 2,17 juta ton pada tahun 2011, kemudian akan mengalami
peningkatan kembali pada tahun 2012 menjadi 2,12 juta ton (Tabel 2.4). Surplus
tersebut diduga digunakan dalam industri dalam negeri yang menggunakan bahan
dari minyak sawit selain industri pembuatan minyak goreng.


     Tabel 2.4. Proyeksi surplus/defisit minyak sawit Indonesia, 2010-2012

                                 Produksi           Permintaan         Surplus/Defisit
             Tahun
                                  (Ton)                (Ton)                (Ton)

              2010              20.369.032          18.818.790           1.550.242

              2011              21.916.549          19.746.796           2.169.753

              2012              23.523.775          21.404.944           2.118.831
          Rata-rata
                                                                            18,81
       Pertumbuhan (%)


                                                  Pusat Data dan Informasi Pertanian     21
2010                    OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


Lampiran 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit (palm oil) Indonesia
              menurut status pengusahaan, 1970 – 2009

                               PR 1)                            PBN   2)
                                                                                               PBS   3)
                                                                                                                            Nasional
     Tahun
                       (Ha)        Pertumb. (%)          (Ha)      Pertumb. (%)         (Ha)         Pertumb. (%)    (Ha)       Pertumb. (%)
     1970                      0                          86,640                         46,658                      133,298
     1971                      0                          91,153             5.21        47,950              2.77    139,103            4.35
     1972                      0                          96,562             5.93        55,497             15.74    152,059            9.31
     1973                      0                          98,033             1.52        59,747              7.66    157,780            3.76
     1974                      0                        117,513            19.87         64,223              7.49    181,736           15.18
     1975                      0                        120,940              2.92        67,885              5.70    188,825            3.90
     1976                      0                        141,333            16.86         69,772              2.78    211,105           11.80
     1977                      0                        148,775              5.27        71,626              2.66    220,401            4.40
     1978                      0                        163,465              9.87        86,651             20.98    250,116           13.48
     1979                 3,125                         176,408              7.92        81,406             -6.05    260,939            4.33
     1980                 6,175           97.60         199,538            13.11         88,847              9.14    294,560           12.88
     1981                 5,695           -7.77         213,264              6.88       100,008             12.56    318,967            8.29
     1982                 8,537           49.90         224,440              5.24        96,924             -3.08    329,901            3.43
     1983               37,043           333.91         261,339            16.44        107,264             10.67    405,646           22.96
     1984               40,552             9.47         340,511            30.29        130,958             22.09    512,021           26.22
     1985              118,564           192.38         335,195             -1.56       143,603              9.66    597,362           16.67
     1986              129,904             9.56         332,694             -0.75       144,182              0.40    606,780            1.58
     1987              203,047            56.31         365,575              9.88       160,040             11.00    728,662           20.09
     1988              196,279            -3.33         373,409              2.14       293,171             83.19    862,859           18.42
     1989              223,832            14.04         366,028             -1.98       383,668             30.87    973,528           12.83
     1990              291,338            30.16         372,246              1.70       463,093             20.70   1,126,677          15.73
     1991              384,594            32.01         395,183              6.16       531,219             14.71   1,310,996          16.36
     1992              439,468            14.27         389,761             -1.37       638,241             20.15   1,467,470          11.94
     1993              502,332            14.30         380,746             -2.31       730,109             14.39   1,613,187           9.93
     1994              572,544            13.98         386,309              1.46       845,296             15.78   1,804,149          11.84
     1995              658,536            15.02         404,732              4.77       961,718             13.77   2,024,986          12.24
     1996              738,887            12.20         426,804              5.45      1,083,823            12.70   2,249,514          11.09
     1997              813,175            10.05         517,064            21.15       1,592,057            46.89   2,922,296          29.91
     1998              890,506             9.51         556,640              7.65      2,113,050            32.72   3,560,196          21.83
     1999            1,041,046            16.90         576,999              3.66      2,283,757             8.08   3,901,802           9.60
     2000            1,166,758            12.08         588,125              1.93      2,403,194             5.23   4,158,077           6.57
     2001            1,561,031            33.79         609,947              3.71      2,542,457             5.79   4,713,435          13.36
     2002            1,808,424            15.85         631,566              3.54      2,627,068             3.33   5,067,058           7.50
     2003            1,854,394             2.54         662,803              4.95      2,766,360             5.30   5,283,557           4.27
     2004            2,220,338            19.73         605,865             -8.59      2,458,520           -11.13   5,284,723           0.02
     2005            2,356,895             6.15         529,854            -12.55      2,567,068             4.42   5,453,817           3.20
     2006            2,549,572             8.18         687,428            29.74       3,357,914            30.81   6,594,914          20.92
     2007            2,752,172             7.95         606,248            -11.81      3,408,416             1.50   6,766,836           2.61
     2008            2,881,898             4.71         602,963             -0.54      3,878,986            13.81   7,363,847           8.82
   2009 *)           3,013,973             4.58         608,580              0.93      3,885,470             0.17   7,508,023           1.96
                                                          Rata-rata laju pertumbuhan (%)
1970-2009 *)                             34.53                              4.75                           14.18                       11.12
1970-1997                                49.67                              7.11                           15.01                       12.33
1998-2009 *)                             11.83                              1.89                            8.34                        8.39
                                                  Kontribusi luas areal terhadap nasional (%)
1970-2009 *)                              34.24                            15.95                            49.81                        100
1970-1997                                 24.38                            34.14                            41.49                        100
1998-2009 *)                              36.70                            11.07                            52.23                        100
Sumber : Ditjen. Perkebunan
                                                  1)
Keterangan: *) Angka Sementara                         PR = Perkebunan Rakyat
             2)                                   3)
                  PBN = Perkebunan Besar Negara        PBS = Perkebunan Besar Swasta



22      Pusat Data dan Informasi Pertanian
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN                                2010


Lampiran 2.2. Perkembangan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO)
              Indonesia menurut status pengusahaan, 1970 – 2009

                               PR 1)                            PBN   2)
                                                                                                PBS   3)
                                                                                                                               Nasional
    Tahun
                       (Ton)       Pertumb. (%)         (Ton)       Pertumb. (%)        (Ton)         Pertumb. (%)     (Ton)        Pertumb. (%)
    1970                       0                         147,003                          69,824                       216,827
    1971                       0                         170,304            15.85         79,653             14.08     249,957             15.28
    1972                       0                         189,261            11.13         80,203              0.69     269,464              7.80
    1973                       0                         207,448             9.61         82,229              2.53     289,677              7.50
    1974                       0                         243,641            17.45       104,035              26.52     347,676             20.02
    1975                       0                         271,171            11.30       126,082              21.19     397,253             14.26
    1976                       0                         286,096             5.50       144,910              14.93     431,006              8.50
    1977                       0                         336,891            17.75       120,716             -16.70     457,607              6.17
    1978                       0                         336,224            -0.20       165,060              36.73     501,284              9.54
    1979                    760                          438,756            30.50       201,724              22.21     641,240             27.92
    1980                    770            1.32          498,858            13.70       221,544               9.83     721,172             12.47
    1981                  1,045           35.71          533,399             6.92       265,616              19.89     800,060             10.94
    1982                  2,955          182.78          598,653            12.23       285,212               7.38     886,820             10.84
    1983                  3,454           16.89          710,431            18.67        269,102             -5.65     982,987             10.84
    1984                  4,031           16.71          814,015            14.58        329,144             22.31    1,147,190            16.70
    1985                43,016           967.13          861,173             5.79        339,241              3.07    1,243,430             8.39
    1986                53,504            24.38          912,306             5.94        384,919             13.46    1,350,729             8.63
    1987               165,162           208.69          988,480             8.35        352,413             -8.44    1,506,055            11.50
    1988               156,148            -5.46        1,102,692            11.55        454,495             28.97    1,713,335            13.76
    1989               183,689            17.64        1,184,226             7.39        597,039             31.36    1,964,954            14.69
    1990               376,950           105.21        1,247,156             5.31       788,506              32.07    2,412,612            22.78
    1991               413,319             9.65        1,360,963             9.13       883,918              12.10    2,658,200            10.18
    1992               699,605            69.27        1,489,745             9.46      1,076,900             21.83    3,266,250            22.87
    1993               582,021           -16.81        1,469,156            -1.38      1,370,272             27.24    3,421,449             4.75
    1994               839,334            44.21        1,571,501             6.97      1,597,227             16.56    4,008,062            17.15
    1995             1,001,443            19.31        1,613,848             2.69      1,864,379             16.73    4,479,670            11.77
    1996             1,135,547            13.39        1,706,852             5.76      2,058,259             10.40    4,900,658             9.40
    1997             1,282,823            12.97        1,586,879            -7.03      2,578,806             25.29    5,448,508            11.18
    1998             1,344,569             4.81        1,501,747            -5.36      3,084,099             19.59    5,930,415             8.84
    1999             1,547,811            15.12        1,468,949            -2.18      3,438,830             11.50    6,455,590             8.86
    2000             1,905,653            23.12        1,460,954            -0.54      5,633,901             63.83    9,000,508            39.42
    2001             2,798,032            46.83        1,519,289             3.99      4,079,151            -27.60    8,396,472            -6.71
    2002             3,426,740            22.47        1,607,734             5.82      4,589,871             12.52    9,624,345            14.62
    2003             3,517,324             2.64        1,750,651             8.89      5,172,859             12.70   10,440,834             8.48
    2004             3,847,157             9.38        1,617,706            -7.59      5,365,526              3.72   10,830,389             3.73
    2005             4,500,769            16.99        1,449,254           -10.41      5,911,592             10.18   11,861,615             9.52
    2006             5,783,088            28.49        2,313,729            59.65      9,254,031             56.54   17,350,848            46.28
    2007             6,358,389             9.95        2,117,035            -8.50      9,189,301             -0.70   17,664,725             1.81
    2008             6,923,042             8.88        1,938,134            -8.45      8,678,612             -5.56   17,539,788            -0.71
   2009 *)           7,247,979             4.69        1,961,813             1.22      9,431,089              8.67   18,640,881             6.28
                                                          Rata-rata laju pertumbuhan (%)
1970-2009 *)                              63.88                              7.47                            14.67                         12.47
1970-1997                                95.72                              9.44                            15.06                         12.81
1998-2009 *)                             16.11                              3.04                            13.78                         11.70
                                                   Kontribusi produksi terhadap nasional (%)
1970-2009 *)                              29.48                             22.88                            47.63                        100.00
1970-1997                                 14.87                             48.97                            36.16                        100.00
1998-2009 *)                              34.23                             14.41                            51.36                        100.00
Sumber : Ditjen. Perkebunan
                                                  1)
Keterangan: *) Angka Sementara                         PR = Perkebunan Rakyat
             2)                                   3)
                  PBN = Perkebunan Besar Negara        PBS = Perkebunan Besar Swasta




                                                                                       Pusat Data dan Informasi Pertanian                    23
2010                  OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN


Lampiran 2.3. Provinsi sentra produksi kelapa sawit Indonesia, 2005 – 2009

                                                                Produksi (Ton)                                                    Share
No         Provinsi                                                                                                   Share (%) kumulatif
                                  2005          2006          2007           2008          2009 *)      Rata-rata                  (%)
 1 Riau                       2,370,465        4,685,660     5,117,730      5,764,203      5,751,461     4,737,904       28.52      28.52

 2 Sumatera Utara             2,511,587        3,244,922     3,083,389      2,738,279      3,179,507     2,951,537       17.77      46.29

 3 Sumatera Selatan           1,439,974        1,616,161     1,809,949      1,753,212      1,841,242     1,692,108       10.19      56.48

 4 Kalimantan Tengah               908,301     1,383,317     1,387,696      1,449,294      1,445,992     1,314,920        7.92      71.43

 5 Jambi                           930,265     1,281,636     1,194,354      1,203,430      1,233,538     1,168,645        7.04      63.51

 6 Kalimantan Barat                761,963     1,050,450     1,005,100        845,409        851,603       902,905        5.44      76.86

 7 Sumatera Barat                  662,877       925,155       824,406        794,167        893,640       820,049        4.94      81.80

 8 Lainnya                        2,276,183     3,163,547     3,242,101      2,991,794      3,443,898    3,023,505       18.20     100.00

     Indonesia               11,861,615       17,350,848    17,664,725     17,539,788     18,640,881    16,611,571      100.00
Sumber : Ditjen Perkebunan diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka sementara




Lampiran 2.4. Penggunaan dan ketersediaan untuk konsumsi minyak sawit
              Indonesia, 1990 – 2007

                        Diolah                          Bahan                Total          ketersediaan              Jumlah
                                Tercecer
      Tahun           untuk non                        makanan            penggunaan       untuk konsumsi            Penduduk
                                                  (000 Ton)                                 (Kg/kapita/th)           (000 orang)
       1990                                                  1,055               1,055                    5.92          178,170
       1991                                                     993                 993                   5.48          181,094
       1992                                                  1,334               1,334                    7.23          184,491
       1993                                                  1,431               1,431                    7.63          187,589
       1994                                                  1,517               1,517                    7.96          190,538
       1995                                                  2,090               2,090                    10.8          193,486
       1996                    16                            2,150               2,166                   10.92          196,807
       1997                    16                            1,614               1,630                    8.08          199,837
       1998                                                  2,262               2,262                   11.15          202,873
       1999                    24              27            1,722               1,773                    8.49          205,915
       2000                    30              35            2,209               2,274                   10.73          208,489
       2001                    36              42            2,635               2,713                   12.64          209,776
       2002                    32              37            2,309               2,378                   10.94          211,063
       2003                    36              41            2,597               2,675                   12.15          213,722
       2004                    27              31            1,969               2,027                      9.1         216,415
       2005                    13              15               920                 948                  4.18           219,852
       2006                    13              45            2,819               2,877                  12.65           222,747
    2007*)                     13              49            3,081               3,143                  13.66           225,642
Rata-rata                      23              36            1,928               1,960                   9.43
Share (%)                   1.19              1.83           98.36             100.00
Sumber      : Neraca Bahan Makanan Indonesia, Badan Ketahanan Pangan-Departemen Pertanian
Keterangan : *) Angka Sementara


24       Pusat Data dan Informasi Pertanian
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan
Outlook komoditas perkebunan

More Related Content

What's hot

KB pohon industri-19
KB pohon industri-19KB pohon industri-19
KB pohon industri-19
PUPUK
 
Teknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganTeknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan pangan
Agnescia Sera
 
Teori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaTeori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaPuw Elroy
 
Soal uts technopreneurship
Soal uts technopreneurshipSoal uts technopreneurship
Soal uts technopreneurship
Masriani Situmorang
 
Revisi benchmarking (mq)
Revisi   benchmarking (mq)Revisi   benchmarking (mq)
Revisi benchmarking (mq)
johanna merlinawati
 
Elastisitas permintaan dan penawaran
Elastisitas permintaan dan penawaran Elastisitas permintaan dan penawaran
Elastisitas permintaan dan penawaran
PT. Asia Cipta Management
 
Perkembangan pendidikan tinggi indonesia kekinian
Perkembangan pendidikan tinggi indonesia kekinianPerkembangan pendidikan tinggi indonesia kekinian
Perkembangan pendidikan tinggi indonesia kekinian
LSP3I
 
Apple Presentasi Sangat Baru
Apple Presentasi Sangat BaruApple Presentasi Sangat Baru
Apple Presentasi Sangat Baruguest8ff96e
 
2693007 KEBIJAKAN & PERATURAN BIDANG PERTANIAN.ppt
2693007 KEBIJAKAN & PERATURAN BIDANG PERTANIAN.ppt2693007 KEBIJAKAN & PERATURAN BIDANG PERTANIAN.ppt
2693007 KEBIJAKAN & PERATURAN BIDANG PERTANIAN.ppt
NasrunGayo2
 
KEBIJAKAN HARGA PERTANIAN
KEBIJAKAN HARGA PERTANIANKEBIJAKAN HARGA PERTANIAN
KEBIJAKAN HARGA PERTANIAN
Mira Aryuni
 
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajakKeseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Anzilina Nisa
 
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemenLecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemenUniversity of Brawijaya
 
Rencana Bisnis
Rencana BisnisRencana Bisnis
Rencana Bisnis
Dhea Natalia
 
Ppt kwu
Ppt kwuPpt kwu
Ppt kwu
Merryetha N
 
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi dan PembangunanPertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Dadang Solihin
 
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan TunaLaporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Ernalia Rosita
 
Ekonomi makro 1 ruang lingkup
Ekonomi makro 1 ruang lingkupEkonomi makro 1 ruang lingkup
Ekonomi makro 1 ruang lingkupmuktarif
 

What's hot (20)

Makalah_50 Makalah mosher
Makalah_50 Makalah mosherMakalah_50 Makalah mosher
Makalah_50 Makalah mosher
 
KB pohon industri-19
KB pohon industri-19KB pohon industri-19
KB pohon industri-19
 
Teknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganTeknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan pangan
 
Teori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaTeori produksi dan biaya
Teori produksi dan biaya
 
Soal uts technopreneurship
Soal uts technopreneurshipSoal uts technopreneurship
Soal uts technopreneurship
 
Revisi benchmarking (mq)
Revisi   benchmarking (mq)Revisi   benchmarking (mq)
Revisi benchmarking (mq)
 
Elastisitas permintaan dan penawaran
Elastisitas permintaan dan penawaran Elastisitas permintaan dan penawaran
Elastisitas permintaan dan penawaran
 
Perkembangan pendidikan tinggi indonesia kekinian
Perkembangan pendidikan tinggi indonesia kekinianPerkembangan pendidikan tinggi indonesia kekinian
Perkembangan pendidikan tinggi indonesia kekinian
 
Apple Presentasi Sangat Baru
Apple Presentasi Sangat BaruApple Presentasi Sangat Baru
Apple Presentasi Sangat Baru
 
2693007 KEBIJAKAN & PERATURAN BIDANG PERTANIAN.ppt
2693007 KEBIJAKAN & PERATURAN BIDANG PERTANIAN.ppt2693007 KEBIJAKAN & PERATURAN BIDANG PERTANIAN.ppt
2693007 KEBIJAKAN & PERATURAN BIDANG PERTANIAN.ppt
 
KEBIJAKAN HARGA PERTANIAN
KEBIJAKAN HARGA PERTANIANKEBIJAKAN HARGA PERTANIAN
KEBIJAKAN HARGA PERTANIAN
 
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajakKeseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
 
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemenLecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
 
Rencana Bisnis
Rencana BisnisRencana Bisnis
Rencana Bisnis
 
Perencanaan usaha
Perencanaan usahaPerencanaan usaha
Perencanaan usaha
 
5. proses thermal
5. proses thermal5. proses thermal
5. proses thermal
 
Ppt kwu
Ppt kwuPpt kwu
Ppt kwu
 
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi dan PembangunanPertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
 
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan TunaLaporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
 
Ekonomi makro 1 ruang lingkup
Ekonomi makro 1 ruang lingkupEkonomi makro 1 ruang lingkup
Ekonomi makro 1 ruang lingkup
 

Viewers also liked

Indonesia Commodites Market Outlook 2014
Indonesia Commodites Market Outlook 2014Indonesia Commodites Market Outlook 2014
Indonesia Commodites Market Outlook 2014
Iwan Suryadi
 
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Kuliah 1 2012
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Kuliah 1 2012UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Kuliah 1 2012
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Kuliah 1 2012
Sri Hartatik
 
Pertemuan ii angka indeks
Pertemuan ii   angka indeksPertemuan ii   angka indeks
Pertemuan ii angka indeksEman Mendrofa
 
Analisis market place toko buah fresh fruit
Analisis market place toko buah fresh fruitAnalisis market place toko buah fresh fruit
Analisis market place toko buah fresh fruit
Universitas Negeri Jakarta
 
Perencanaan pembangunan perkebunan ks
Perencanaan pembangunan perkebunan ksPerencanaan pembangunan perkebunan ks
Perencanaan pembangunan perkebunan ksMuhammad Yuswani
 
Statistik Angka Indeks
Statistik Angka IndeksStatistik Angka Indeks
Statistik Angka Indeks
Rizki Amalia
 
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkTEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
Volker Hirsch
 

Viewers also liked (7)

Indonesia Commodites Market Outlook 2014
Indonesia Commodites Market Outlook 2014Indonesia Commodites Market Outlook 2014
Indonesia Commodites Market Outlook 2014
 
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Kuliah 1 2012
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Kuliah 1 2012UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Kuliah 1 2012
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Kuliah 1 2012
 
Pertemuan ii angka indeks
Pertemuan ii   angka indeksPertemuan ii   angka indeks
Pertemuan ii angka indeks
 
Analisis market place toko buah fresh fruit
Analisis market place toko buah fresh fruitAnalisis market place toko buah fresh fruit
Analisis market place toko buah fresh fruit
 
Perencanaan pembangunan perkebunan ks
Perencanaan pembangunan perkebunan ksPerencanaan pembangunan perkebunan ks
Perencanaan pembangunan perkebunan ks
 
Statistik Angka Indeks
Statistik Angka IndeksStatistik Angka Indeks
Statistik Angka Indeks
 
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkTEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
 

Similar to Outlook komoditas perkebunan

Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAHLaporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
EKPD
 
Statistik Tanaman Hortikultura Tahun 2021
Statistik Tanaman Hortikultura Tahun 2021Statistik Tanaman Hortikultura Tahun 2021
Statistik Tanaman Hortikultura Tahun 2021
TiaSofiani
 
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan SosialMateri Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
Akademi Desa 4.0
 
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload.pdf
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload.pdfRoadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload.pdf
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload.pdf
SahabatEdu
 
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload (1).pdf
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload (1).pdfRoadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload (1).pdf
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload (1).pdf
ssuserec2055
 
Statistik Tanaman Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan 2020.pdf
Statistik Tanaman Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan 2020.pdfStatistik Tanaman Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan 2020.pdf
Statistik Tanaman Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan 2020.pdf
NurHidayah160763
 
Profile kota padangsidimpuan 2015
Profile kota padangsidimpuan 2015Profile kota padangsidimpuan 2015
Profile kota padangsidimpuan 2015
manafhsb
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - UnhalLaporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
EKPD
 
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
HappyZulfi
 
Laporan Statistik: Kinerja Industri Indonesia 2014
Laporan Statistik: Kinerja Industri Indonesia 2014Laporan Statistik: Kinerja Industri Indonesia 2014
Laporan Statistik: Kinerja Industri Indonesia 2014
PT Indo Analisis
 
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
Vonny Soru
 
Pengembangan Sistem Pemilihan Varietas Unggul Kedelai
Pengembangan Sistem Pemilihan Varietas Unggul KedelaiPengembangan Sistem Pemilihan Varietas Unggul Kedelai
Pengembangan Sistem Pemilihan Varietas Unggul Kedelai
Repository Ipb
 
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengahBuku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengaherlangga13
 
R 0279-panduansawit
R 0279-panduansawitR 0279-panduansawit
R 0279-panduansawit
patrianadi
 
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit MiniPanduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
Zul Rapi
 
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Oswar Mungkasa
 
Cover investasi-pmd-a4-aslie
Cover investasi-pmd-a4-aslieCover investasi-pmd-a4-aslie
Cover investasi-pmd-a4-aslie
Aji Uhfatun M
 
Contoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
Contoh Laporan Prakerin SMK MultimediaContoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
Contoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
Muhamad Nursidik
 
Studi uso 2010
Studi uso 2010Studi uso 2010
Studi uso 2010fsfarisya
 

Similar to Outlook komoditas perkebunan (20)

Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAHLaporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
 
Statistik Tanaman Hortikultura Tahun 2021
Statistik Tanaman Hortikultura Tahun 2021Statistik Tanaman Hortikultura Tahun 2021
Statistik Tanaman Hortikultura Tahun 2021
 
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan SosialMateri Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
 
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload.pdf
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload.pdfRoadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload.pdf
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload.pdf
 
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload (1).pdf
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload (1).pdfRoadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload (1).pdf
Roadmap_Bahasa-Indonesia_File-Upload (1).pdf
 
Statistik Tanaman Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan 2020.pdf
Statistik Tanaman Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan 2020.pdfStatistik Tanaman Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan 2020.pdf
Statistik Tanaman Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan 2020.pdf
 
Profile kota padangsidimpuan 2015
Profile kota padangsidimpuan 2015Profile kota padangsidimpuan 2015
Profile kota padangsidimpuan 2015
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - UnhalLaporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
 
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
 
Laporan Statistik: Kinerja Industri Indonesia 2014
Laporan Statistik: Kinerja Industri Indonesia 2014Laporan Statistik: Kinerja Industri Indonesia 2014
Laporan Statistik: Kinerja Industri Indonesia 2014
 
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
 
Pengembangan Sistem Pemilihan Varietas Unggul Kedelai
Pengembangan Sistem Pemilihan Varietas Unggul KedelaiPengembangan Sistem Pemilihan Varietas Unggul Kedelai
Pengembangan Sistem Pemilihan Varietas Unggul Kedelai
 
LAPORAN PKL ACC BISMILAH
LAPORAN PKL ACC BISMILAHLAPORAN PKL ACC BISMILAH
LAPORAN PKL ACC BISMILAH
 
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengahBuku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
 
R 0279-panduansawit
R 0279-panduansawitR 0279-panduansawit
R 0279-panduansawit
 
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit MiniPanduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
Panduan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Mini
 
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
 
Cover investasi-pmd-a4-aslie
Cover investasi-pmd-a4-aslieCover investasi-pmd-a4-aslie
Cover investasi-pmd-a4-aslie
 
Contoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
Contoh Laporan Prakerin SMK MultimediaContoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
Contoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
 
Studi uso 2010
Studi uso 2010Studi uso 2010
Studi uso 2010
 

Recently uploaded

INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 

Recently uploaded (20)

INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 

Outlook komoditas perkebunan

  • 1. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN ISSN 1907-1507 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Pusat Data Dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2010 Pusat Data dan Informasi Pertanian i
  • 2. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN ii Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 3. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 189 halaman Penasehat : Dr. Ir. Edi Abdurachman, MSc Penyunting : Ir. Yasid Taufik, MM Ir. Leli Nuryati, MSc. Ir. Efi Respati, MSi. Naskah : Ir. Efi Respati, MSi Ir. Sabarella, MSi Ir. Anna Astrid Susanti, MSi Ir. Noviati, MSi Puji Nantoro, SSi, MM Ir. Ekanantari Megawaty M, SP Design dan Layout : Ir. Efi Respati, M.Si. Roydatul Zikria, S.Si Dyah Indarti, SE Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2010 Pusat Data dan Informasi Pertanian iii
  • 4. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya iv Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 5. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 KATA PENGANTAR Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditas Perkebunan. Publikasi Outlook Komoditas Perkebunan Tahun 2010 menyajikan keragaan data series komoditas perkebunan secara nasional dan internasional selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik untuk masing-masing komoditas dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2010 ini, analisis outlook komoditas perkebunan mencakup 7 (tujuh) komoditas yakni kelapa sawit, kelapa, kakao, cengkeh, tembakau, nilam dan tebu. Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun juga dalam bentuk soft copy (CD) dan dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui website Pusdatin yaitu http://www.deptan.go.id/pusdatin/. Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi masing-masing komoditas strategis pertanian secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta, September 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian, Dr. Ir. Edi Abdurachman, MS. NIP.19550517.197901.1.001 Pusat Data dan Informasi Pertanian v
  • 6. ISSN 1907-1507 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................... x DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................xix BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1. LATAR BELAKANG .............................................................. 1 1.2. METODOLOGI ................................................................... 2 BAB II. KELAPA SAWIT ...................................................................... 5 2.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT INDONESIA................................................... 6 2.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA ............ 11 2.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA SAWIT DI INDONESIA.................12 2.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA SAWIT DI INDONESIA ...... 13 2.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT DUNIA ...................................................... 15 2.6. PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR KELAPA SAWIT DUNIA ............. 17 2.7. PROYEKSI PENAWARAN KELAPA SAWIT 2010-2012..................... 19 2.8. PROYEKSI PERMINTAAN MINYAK SAWIT 2010-2012 .................... 20 2.9. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT MINYAK SAWIT 2010-2012 ............... 21 LAMPIRAN ........................................................................... 22 BAB III. KELAPA ............................................................................. 31 3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KELAPA INDONESIA ......................................................... 32 3.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA DI INDONESIA .................... 36 3.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA DI INDONESIA ........................ 38 3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA INDONESIA .................. 39 vi Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 7. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 3.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KELAPA DUNIA .....................................41 3.6. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA DUNIA ........................44 3.7. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA DUNIA..................................46 3.8. PROYEKSI PENAWARAN KELAPA 2010-2012 ..............................47 3.9. PROYEKSI PERMINTAAN KELAPA 2010-2012..............................48 3.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KELAPA 2010-2012 ........................49 LAMPIRAN ............................................................................50 BAB IV. KAKAO ............................................................................ 59 4.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KAKAO DI INDONESIA ........................................................59 4.2. KONSUMSI KAKAO DI INDONESIA...........................................64 4.3. PERKEMBANGAN HARGA KAKAO DI INDONESIA ..........................65 4.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KAKAO INDONESIA....................66 4.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KAKAO DUNIA .........................................................................70 4.6. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN KAKAO DUNIA .....................73 4.7. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KAKAO DUNIA .........................74 4.8. PROYEKSI PENAWARAN KAKAO 2010-2012 ...............................76 4.9. PROYEKSI PERMINTAAN KAKAO 2008-2010 ..............................77 4.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KAKAO 2010-2012 .........................78 LAMPIRAN ............................................................................80 BAB V. CENGKEH ........................................................................... 91 5.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS CENGKEH DI INDONESIA ....................................................93 5.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI CENGKEH DI INDONESIA ..................98 5.3. PERKEMBANGAN HARGA CENGKEH DI INDONESIA.......................99 5.4. PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR CENGKEH DI INDONESIA ......... 100 5.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS CENGKEH DUNIA ................................. 102 5.6. PERKEMBANGAN HARGA CENGKEH DUNIA ............................. 105 5.7. PERKEMBANGAN EKSPOR – IMPOR CENGKEH DUNIA .................. 106 Pusat Data dan Informasi Pertanian vii
  • 8. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 5.8. PROYEKSI PENAWARAN CENGKEH 2009-2012.......................... 107 5.9. PROYEKSI PERMINTAAN CENGKEH 2009-2012 ......................... 108 5.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOMODITAS CENGKEH 2009-2012 ..... 109 LAMPIRAN .......................................................................... 111 BAB VI. TEMBAKAU ........................................................................123 6.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI TEMBAKAU INDONESIA .................................................... 123 6.2. PERKEMBANGAN HARGA KONSUMEN TEMBAKAU DI INDONESIA ..... 127 6.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI TEMBAKAU DAN ROKOK INDONESIA ... 128 6.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR TEMBAKAU PRIMER DAN MANUFAKTUR INDONESIA................................................. 130 6.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEMBAKAU DUNIA ... 132 6.6. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN TEMBAKAU DUNIA .............. 135 6.7. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR TEMBAKAU DUNIA .................. 135 6.8. PROYEKSI PENAWARAN TEMBAKAU 2010-2012 ........................ 137 6.9. PROYEKSI PERMINTAAN TEMBAKAU 2010-2012 ........................ 139 6.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT TEMBAKAU 2010-2012 .................. 140 LAMPIRAN .......................................................................... 141 BAB VII. NILAM .............................................................................151 7.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS NILAM DI INDONESIA ...................................................... 151 7.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI NILAM DI INDONESIA ..................... 156 7.3. PERKEMBANGAN HARGA NILAM DI INDONESIA ......................... 157 7.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR NILAM INDONESIA .................. 158 7.5. PROYEKSI PENAWARAN NILAM 2009-2011 .............................. 159 7.6. PROYEKSI PERMINTAAN NILAM 2009-2011 ............................. 160 7.7. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT NILAM 2009-2011 ........................ 161 LAMPIRAN .......................................................................... 163 BAB VIII. TEBU .............................................................................169 8.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI TEBU DI INDONESIA........................................................ 170 8.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI GULA DI INDONESIA.......................177 viii Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 9. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 8.3. PERKEMBANGAN HARGA GULA DI INDONESIA..........................178 8.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR GULA INDONESIA ................... 179 8.5. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI TEBU DUNIA ....................................................................... 180 8.6. PROYEKSI PENAWARAN GULA 2010-2012 .............................. 184 8.7. PROYEKSI PERMINTAAN GULA 2010-2012 .............................. 185 8.8. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT GULA ...................................... 186 LAMPIRAN .......................................................................... 188 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................195 Pusat Data dan Informasi Pertanian ix
  • 10. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Perkembangan produktivitas kelapa sawit menurut status pengusahaan, 2003-2009. ..................................................10 Tabel 2.2. Proyeksi produksi minyak sawit Indonesia, 2009-2012 ................20 Tabel 2.3. Proyeksi volume ekspor minyak sawit dan penggunaan minyak goreng sawit dalam negeri di Indonesia, 2010-2012 ...................21 Tabel 2.4. Proyeksi surplus/defisit minyak sawit Indonesia, 2010-2012 ........21 Tabel 3.1. Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi luas areal dan produksi kelapa di Indonesia, 1970-2009 ................................33 Tabel 3.2. Perkembangan produktivitas kelapa di Indonesia menurut status pengusahaan, 2004-2009 ...........................................36 Tabel 3.3. Hasil analisis fungsi respon produksi kelapa ............................47 Tabel 3.4. Hasil proyeksi produksi kelapa di Indonesia, 2010-2012 ..............48 Tabel 3.5. Proyeksi permintaan kopra/minyak kelapa di Indonesia, 2010-2012 ....................................................................49 Tabel 3.6. Proyeksi surplus/defisit kelapa (kopra) di Indonesia 2010-2012 ....49 Tabel 4.1. Perkembangan luas areal kakao Indonesia berdasarkan status pengusahaannya, 2005-2009...............................................60 Tabel 4.2. Perkembangan produktivitas kakao Indonesia berdasarkan status pengusahaannya, 2003-2009 ......................................62 Tabel 4.3. Perkembangan produksi biji kakao kering Indonesia berdasarkan status pengusahaannya, 2005-2009 .......................63 Tabel 4.4. Neraca perdagangan total kakao Indonesia, 1996-2009 ...............69 Tabel 4.5. Nilai statistik model produksi kakao dalam negeri ....................76 Tabel 4.6. Proyeksi produksi kakao Indonesia, 2008-2010 .........................77 Tabel 4.7. Proyeksi total permintaan kakao Indonesia, 2008-2010...............78 Tabel 4.8. Proyeksi surplus/defisit kakao Indonesia, 2008-2010..................79 x Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 11. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Tabel 5.1. Kontribusi rata-rata luas areal dan produksi cengkeh di Indonesia menurut status pengusahaan, 1967-2009 ................... 94 Tabel 5.2. Hasil proyeksi produksi cengkeh di Indonesia, 2010-2012 .......... 108 Tabel 5.3. Hasil proyeksi konsumsi domestik cengkeh di Indonesia, 2009-2011 .................................................................. 109 Tabel 5.4. Proyeksi surplus/defisit cengkeh di Indonesia, tahun 2009-2012.. 110 Tabel 6.1. Perkembangan produktivitas tembakau Indonesia, 2006-2009 .... 127 Tabel 6.2. Perkembangan harga konsumen pedesaan tembakau Indonesia, 2000-2006 .................................................................. 128 Tabel 6.3. Hasil analisis fungsi respon produksi tembakau di Indonesia ...... 138 Tabel 6.4. Hasil proyeksi produksi tembakau Indonesia, 2010-2012 ........... 138 Tabel 6.5. Hasil proyeksi permintaan untuk industri tembakau Indonesia, 2010-2012 .................................................................. 140 Tabel 6.6. Proyeksi surplus/defisit tembakau Indonesia, 2010-2012 .......... 140 Tabel 7.1. Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi luas areal dan produksi nilam di Indonesia ............................................. 153 Tabel 7.2. Hasil proyeksi produksi nilam di Indonesia, 2009-2011 ............. 160 Tabel 7.3. Hasil proyeksi permintaan nilam di Indonesia, 2009-2011 ......... 161 Tabel 7.4. Proyeksi surplus/defisit nilam di Indonesia, 2009-2011 ............. 162 Tabel 8.1. Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia berdasarkan, status pengusahaan, 1969-2009 ......................................... 173 Tabel 8.2. Perkembangan rata-rata produksi gula hablur di Indonesia, berdasarkan status pengusahaan, 1969-2009 ......................... 175 Tabel 8.3. Hasil proyeksi fungsi penawaran gula di Indonesia .................. 184 Tabel 8.4. Proyeksi produksi gula Indonesia, 2010-2012 ......................... 185 Tabel 8.5. Hasil proyeksi fungsi permintaan gula di Indonesia.................. 185 Tabel 8.6. Proyeksi permintaan gula Indonesia, 2010-2012 ..................... 186 Tabel 8.7. Proyeksi surplus/defisit gula Indonesia, 2010-2012 ................. 187 Pusat Data dan Informasi Pertanian xi
  • 12. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan di Indonesia, 1970 - 2009 ................................ 6 Gambar 2.2. Kontribusi luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan di Indonesia, (rata-rata 1998-2009) .................... 7 Gambar 2.3. Perkembangan produksi minyak sawit menurut status pengusahaan di Indonesia, 1970-2009 .................................. 8 Gambar 2.4. Kontribusi rata-rata produksi minyak sawit menurut status pengusahaan, (rata-rata 1998-2009) .................................... 8 Gambar 2.5. Provinsi sentra produksi minyak sawit di Indonesia, (rata-rata 2005-2009) ..................................................... 9 Gambar 2.6. Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia, 2003-2009 ..................................................................10 Gambar 2.7. Perkembangan ketersediaan minyak sawit/minyak goreng Indonesia menurut Neraca Bahan Makanan, 1999-2007 ............11 Gambar 2.8. Perkembangan harga produsen TBS dan harga perdagangan besar minyak sawit Indonesia, 2000-2008 ............................12 Gambar 2.9. Perkembangan volume ekspor-impor kelapa sawit Indonesia, 1996-2009 ..................................................................13 Gambar 2.10. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia, 1996-2009.....................................14 Gambar 2.11. Perkembangan harga ekspor-impor kelapa sawit Indonesia, 1996-2009 ..................................................................14 Gambar 2.12. Perkembangan luas areal dan produksi tandan buah segar kelapa sawit dunia, 1961-2008 .........................................15 Gambar 2.13. Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia, (rata-rata 2004-2008) ....................................................15 Gambar 2.14. Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia, (rata-rata 2004-2008) ....................................................17 xii Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 13. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Gambar 2.15. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007) .................................................... 18 Gambar 2.16. Negara importir kelapa sawit terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007) .................................................... 19 Gambar 3.1. Perkembangan luas areal kelapa di Indonesia menurut status pengusahaan, 1970-2009 ................................................ 32 Gambar 3.2. Perkembangan produksi kelapa di Indonesia, 1970-2009 ........... 34 Gambar 3.3. Kontribusi sentra produksi kelapa di Indonesia, 2005-2009 ........ 35 Gambar 3.4. Perkembangan produktivitas kelapa di Indonesia, 2004-2009 ..... 35 Gambar 3.5. Perkembangan konsumsi kelapa butiran dan minyak kelapa di Indonesia, 1981-2008 ..................................................... 37 Gambar 3.6. Perkembangan total penggunaan kelapa (kopra) di Indonesia, 1990-2007 .................................................................. 38 Gambar 3.7. Perkembangan harga kelapa di tingkat produsen dan konsumen di Indonesia, 1983-2008..................................... 39 Gambar 3.8. Perkembangan volume ekspor kelapa Indonesia, 2000-2009 ...... 40 Gambar 3.9. Perkembangan volume impor kelapa Indonesia, 2000-2009 ....... 40 Gambar 3.10. Perkembangan luas tanaman menghasilkan kelapa dunia, 1970-2008 .................................................................. 41 Gambar 3.11. Perkembangan produksi kelapa dunia, 1970-2008................... 42 Gambar 3.12. Negara-negara produsen kelapa terbesar di dunia, (rata-rata 2004-2008) .................................................... 42 Gambar 3.13. Perkembangan produktivitas kelapa dunia, 1970-2008 ............. 43 Gambar 3.14. Negara dengan produktivitas kelapa terbesar di dunia, 2004-2008 .................................................................. 44 Gambar 3.15. Negara eksportir minyak kelapa terbesar di dunia, 2003-2007 .... 45 Gambar 3.16. Negara importir minyak kelapa terbesar di dunia, 2003-2007 ..... 45 Gambar 3.17. Negara dengan harga kelapa tingkat produsen terbesar di dunia, 2003-2007 ......................................................... 46 Pusat Data dan Informasi Pertanian xiii
  • 14. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Gambar 4.1. Perkembangan luas areal kakao Indonesia berdasarkan status pengusahaannya, 2005-2009 ............................................60 Gambar 4.2. Perkembangan produktivitas kakao Indonesia berdasarkan status pengusahaannya, 2003-2009 ....................................61 Gambar 4.3. Perkembangan produksi biji kakao kering Indonesia berdasarkan status pengusahaannya, 1967-2009 ....................62 Gambar 4.4. Kontribusi PR, PBN dan PBS terhadap produksi kakao Indonesia (rata-rata 2005-2009) ........................................63 Gambar 4.5. Provinsi sentra produksi kakao PR (rata-rata 2005-2009) ..........64 Gambar 4.6. Perkembangan konsumsi kakao di Indonesia, 1981-2008 ...........65 Gambar 4.7. Perkembangan harga domestik biji kakao kering, 1992-2008......66 Gambar 4.8. Perkembangan volume dan nilai ekspor total kakao Indonesia, 1996-2009 .....................................................67 Gambar 4.9. Kontribusi nilai ekspor kakao menurut bentuk hasilnya (rata-rata 2005-2009) ....................................................67 Gambar 4.10. Perkembangan volume dan nilai impor kakao Indonesia, 1996-2009 ..................................................................68 Gambar 4.11. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan kakao Indonesia, 1996-2009 .............................................69 Gambar 4.12. Perkembangan luas areal dan produksi kakao dunia, 1961-2008 ..................................................................70 Gambar 4.13. Negara dengan luas areal kakao terbesar di dunia (rata-rata 2004-2008) ....................................................71 Gambar 4.14. Negara produsen kakao terbesar di dunia (rata-rata 2004-2008) ....................................................72 Gambar 4.15. Negara dengan produktivitas kakao terbesar dunia (rata-rata 2004-2008) ....................................................72 Gambar 4.16. Perkembangan harga produsen biji kakao kering dunia, 1991-2007 ..................................................................73 Gambar 4.17. Negara dengan harga produsen kakao terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007) ....................................................74 xiv Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 15. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Gambar 4.18. Negara pengekspor kakao terbesar dunia (rata-rata 2003-2007) .................................................... 75 Gambar 4.19. Negara importir kakao terbesar dunia (rata-rata 2003-2007) ..... 75 Gambar 5.1. Perkembangan luas areal cengkeh PR di Indonesia, 1967-2009 ... 94 Gambar 5.2. Perkembangan luas areal cengkeh di Indonesia, 1971-2009 ....... 95 Gambar 5.3. Perkembangan produksi cengkeh di Indonesia, 1967-2009 ......... 96 Gambar 5.4. Kontribusi produksi cengkeh PR di provinsi sentra (rata-rata 2005-2009) .................................................... 97 Gambar 5.5. Perkembangan produktivitas cengkeh di Indonesia, 1970-2009 .................................................................. 98 Gambar 5.6. Perkembangan konsumsi domestik cengkeh di Indonesia, 1970-2008 .................................................................. 99 Gambar 5.7. Perkembangan harga cengkeh di pasar domestik dan pasar dunia, 1987-2008 ....................................................... 100 Gambar 5.8. Perkembangan volume ekspor impor cengkeh di Indonesia, 1996-2008 ................................................................ 101 Gambar 5.9. Perkembangan nilai ekspor impor cengkeh di Indonesia, 1996-2008 ................................................................ 101 Gambar 5.10. Perkembangan luas areal tanaman menghasilkan cengkeh dunia dan Indonesia, 1967-2008 ...................................... 102 Gambar 5.11. Negara-negara dengan luas TM cengkeh terbesar dunia, (rata-rata 2004-2008) .................................................. 103 Gambar 5.12. Perkembangan produksi cengkeh dunia, 1961-2008............... 104 Gambar 5.13. Negara-negara produsen cengkeh terbesar dunia, 2004-2008 ... 104 Gambar 5.14. Negara-negara dengan rata-rata produktivitas cengkeh tertinggi dunia, 2004-2008 ............................................ 105 Gambar 5.15. Negara-negara dengan harga produsen cengkeh tertinggi dunia (rata-rata 2004-2008) ........................................... 105 Gambar 5.16. Negara eksportir cengkeh terbesar di dunia (rata-rata 2004-2008) .................................................. 106 Pusat Data dan Informasi Pertanian xv
  • 16. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Gambar 5.17. Negara importir cengkeh terbesar di dunia (rata-rata 2004-2008) .................................................. 107 Gambar 6.1. Perkembangan luas areal tembakau menurut status pengusahaannya, 1971-2009 .......................................... 124 Gambar 6.2. Kontribusi luas areal tembakau di Indonesia menurut status pengusahaan (rata-rata 2005-2009) .................................. 124 Gambar 6.3. Perkembangan produksi tembakau menurut status pengusahaan, 1971-2009............................................... 125 Gambar 6.4. Kontribusi sentra produksi tembakau PR di Indonesia (rata-rata 2006-2009) .................................................. 126 Gambar 6.5. Rata-rata produktivitas tembakau Indonesia menurut status pengusahaan, 2006-2009............................................... 126 Gambar 6.6. Perkembangan harga konsumen tembakau di Indonesia, 2000-2008 ................................................................ 128 Gambar 6.7. Perkembangan konsumsi tembakau di Indonesia, 1987-2008 .... 129 Gambar 6.8. Perkembangan konsumsi rokok di Indonesia, 1987-2008 ......... 129 Gambar 6.9. Perkembangan volume dan harga ekspor - impor tembakau primer, 1996-2009 ...................................................... 130 Gambar 6.10. Perkembangan volume dan harga ekspor – impor tembakau manufaktur, 1996-2009 ................................................ 131 Gambar 6.11. Perkembangan luas areal tembakau dunia, 1961-2008 ........... 132 Gambar 6.12. Negara dengan luas area tembakau terbesar di dunia, 2004-2008 ................................................................ 133 Gambar 6.13. Perkembangan produksi tembakau dunia, 1961-2008 ............. 134 Gambar 6.14. Sepuluh negara produsen tembakau dunia, 2004-2008 ........... 134 Gambar 6.15. Perkembangan rata-rata harga produsen tembakau dunia, 1991-2007 ................................................................ 135 Gambar 6.16. Perkembangan volume ekspor dan impor tembakau dunia, 1961-2007 ................................................................ 136 Gambar 6.17. Negara pengekspor tembakau terbesar dunia (rata-rata 2003-2007) .................................................. 136 xvi Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 17. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Gambar 6.18. Negara pengimpor tembakau terbesar dunia (rata-rata 2003-2007) .................................................. 137 Gambar 7.1. Perkembangan luas areal nilam di Indonesia, 1989-2008 ........ 152 Gambar 7.2. Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia, 1989-2008 ................................................................ 154 Gambar 7.3. Provinsi sentra produksi minyak nilam di Indonesia (rata-rata 2004-2008) .................................................. 154 Gambar 7.4. Perkembangan produktivitas nilam di Indonesia (rata-rata 2004-2008) .................................................. 155 Gambar 7.5. Perkembangan konsumsi minyak nilam di Indonesia, 1989-2008 ................................................................ 156 Gambar 7.6. Perkembangan harga ekspor minyak nilam di Indonesia, 1989-2006 ................................................................ 157 Gambar 7.7. Perkembangan volume ekspor minyak nilam dan daun nilam di Indonesia, 1989-2006................................................ 159 Gambar 8.1. Perkembangan luas areal tebu di Indonesia, 1969 - 2009 ........ 170 Gambar 8.2. Perkembangan luas areal tebu Indonesia berdasarkan status pengusahaan,1969-2009 ............................................... 171 Gambar 8.3. Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia, 1969-2009 ..... 172 Gambar 8.4. Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia berdasarkan status pengusahaan, 1969-2009) ..................................... 173 Gambar 8.5. Perkembangan produksi gula hablur di Indonesia,1969-2009 .... 174 Gambar 8.6. Perkembangan produksi gula hablur berdasarkan status, pengusahaan, 1969-2005 .............................................. 174 Gambar 8.7. Provinsi sentra produksi tebu Perkebunan Rakyat, 2006-2010 .. 176 Gambar 8.8. Provinsi sentra produksi tebu Nasional, 2009 ...................... 177 Gambar 8.9. Perkembangan konsumsi gula oleh rumah tangga di Indonesia, 1990-2009 ................................................... 178 Gambar 8.10. Perkembangan harga gula pasir dalam negeri, 1997-2009 ...... 179 Gambar 8.11. Perkembangan volume ekspor dan impor gula di Indonesia, 1969-2009 ................................................................ 179 Pusat Data dan Informasi Pertanian xvii
  • 18. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Gambar 8.12. Perkembangan luas areal tebu dunia, 1970-2008 .................. 181 Gambar 8.13. Perkembangan produktivitas tebu dunia, 1970-2008 ............. 181 Gambar 8.14. Perkembangan produksi tebu dunia, 1970-2008 .................. 182 Gambar 8.15. Negara dengan luas areal tebu terbesar di dunia, 2004-2008 ... 182 Gambar 8.16. Negara produsen tebu terbesar dunia, 2004-2008 ................. 183 Gambar 8.17. Perkembangan penawaran dan permintaan gula Indonesia, 1990-2012 ................................................................ 186 xviii Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 19. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit (palm oil) Indonesia menurut status pengusahaan, 1970-2009. .......................... 22 Lampiran 2.2. Perkembangan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia menurut status pengusahaan, 1970-2009 .............. 23 Lampiran 2.3. Provinsi sentra produksi kelapa sawit Indonesia, 2005-2009 .... 24 Lampiran 2.4. Penggunaan dan ketersediaan untuk konsumsi minyak sawit Indonesia, 1990-2007 .................................................. 24 Lampiran 2.5. Perkembangan harga produsen tandan buah segar dan minyak sawit (CPO) Indonesia, 2000-2008 .......................... 25 Lampiran 2.6. Perkembangan ekspor – impor, neraca perdagangan serta harga minyak sawit Indonesia, 1996-2009 .......................... 26 Lampiran 2.7. Perkembangan luas tanaman menghasilkan, yield dan produksi kelapa sawit dunia, 1961-2008 ............................ 27 Lampiran 2.8. Negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar di dunia, 2004-2008 ......................................... 28 Lampiran 2.9 Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia, 2004-2008....... 28 Lampiran 2.10. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, 2003-2007 ...... 29 Lampiran 2.11. Negara importir minyak sawit terbesar dunia, 2003-2007 ....... 29 Lampiran 3.1. Perkembangan luas areal kelapa di Indonesia menurut status pengusahaannya, 1970 - 2009. ............................... 50 Lampiran 3.2. Perkembangan produksi kelapa di Indonesia menurut status pengusahaannya, 1970 - 2009 ........................................ 51 Lampiran 3.3. Provinsi sentra produksi kelapa di Indonesia, 2005-2009 ........ 52 Lampiran 3.4. Perkembangan konsumsi kelapa dan minyak kelapa di Indonesia, 1981-2008 .................................................. 53 Lampiran 3.5. Penggunaan dan ketersediaan konsumsi kopra di Indonesia, 1990-2007 ................................................................ 54 Lampiran 3.6. Perkembangan harga kelapa di tingkat produsen dan konsumen di Indonesia, 1983-2008 .................................. 55 Pusat Data dan Informasi Pertanian xix
  • 20. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Lampiran 3.7. Perkembangan ekspor-impor kelapa Indonesia, 2000-2009 ......56 Lampiran 3.8. Perkembangan luas tanaman menghasilkan, produksi dan produktivitas kelapa dunia, 1970-2008 .............................57 Lampiran 3.9. Negara produsen kelapa terbesar di dunia, 2004-2008 ...........58 Lampiran 4.1. Perkembangan luas areal kakao Indonesia menurut status pengusahaan, 1967-2009 ..............................................80 Lampiran 4.2. Perkembangan produksi kakao Indonesia menurut status pengusahaan, 1967-2009 ..............................................81 Lampiran 4.3. Perkembangan produksi kakao PR di provinsi sentra di Indonesia, 2005-2009 ..................................................82 Lampiran 4.4. Perkembangan konsumsi coklat instan dan coklat bubuk di Indonesia , 1981-2008..................................................82 Lampiran 4.5. Perkembangan harga domestik kakao Indonesia, 1992-2007 ....83 Lampiran 4.6. Perkembangan volume dan nilai ekspor total kakao Indonesia, 1996-2009 ..................................................84 Lampiran 4.7. Perkembangan volume dan nilai impor total kakao Indonesia, 1996-2009 ..................................................85 Lampiran 4.8. Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi kakao dunia, 1961-2008 .......................................................86 Lampiran 4.9. Negara dengan luas areal kakao terbesar dunia, 2004-2008 ....87 Lampiran 4.10. Negara produsen kakao terbesar dunia, 2004-2008 ...............87 Lampiran 4.11. Negara dengan produktivitas kakao terbesar dunia, 2004-2008 ................................................................88 Lampiran 4.12. Negara dengan harga produsen kakao terbesar dunia, 2003-2007 ................................................................88 Lampiran 4.13. Negara eksportir kakao terbesar dunia, 2003-2007 ...............89 Lampiran 4.14. Negara importir kakao terbesar dunia, 2003-2007 ................89 Lampiran 5.1. Luas areal cengkeh di Indonesia berdasarkan status pengusahaan, 1967-2009 ............................................ 111 xx Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 21. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Lampiran 5.2. Produksi cengkeh di Indonesia berdasarkan status pengusahaan, 1967-2009 ............................................ 112 Lampiran 5.3. Perkembangan produksi cengkeh di provinsi sentra di Indonesia, 2005-2009 ................................................ 113 Lampiran 5.4. Produktivitas cengkeh di Indonesia, 2005-2009 ................. 114 Lampiran 5.5. Perkembangan produksi, ekspor, impor, dan konsumsi cengkeh Indonesia, 1970-2008 ..................................... 115 Lampiran 5.6. Perkembangan harga cengkeh di pasar dalam negeri dan pasar dunia, 1987-2008 .............................................. 116 Lampiran 5.7. Perkembangan ekspor-impor dan neraca perdagangan cengkeh di Indonesia, 1996-2009 .................................. 117 Lampiran 5.8. Luas tanaman menghasilkan, produksi, dan produktivitas cengkeh dunia, 1961-2008 .......................................... 118 Lampiran 5.9. Negara dengan luas areal cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008 .............................................................. 119 Lampiran 5.10. Negara produsen cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008 ....... 119 Lampiran 5.11. Negara-negara dengan rata-rata produktivitas cengkeh tertinggi di dunia, 2004-2008 ....................................... 120 Lampiran 5.12. Harga produsen cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008 ........ 120 Lampiran 5.13. Negara eksportir cengkeh terbesar di dunia, 2004-2007 ....... 121 Lampiran 5.14. Negara importir cengkeh terbesar di dunia, 2004-2007 ........ 121 Lampiran 6.1. Perkembangan luas areal tembakau Indonesia menurut status pengusahaan, 1971-2009 .................................... 141 Lampiran 6.2. Perkembangan produksi tembakau Indonesia menurut status pengusahaan, 1971-2009 .................................... 142 Lampiran 6.3. Perkembangan produksi tembakau di provinsi sentra di Indonesia, 2006-2009 ................................................ 143 Lampiran 6.4. Perkembangan harga konsumen pedesaan tembakau di Indonesia menurut provinsi, 2004-2008 ........................... 144 Lampiran 6.5. Perkembangan konsumsi tembakau dan rokok di Indonesia, 1987-2008 .............................................................. 145 Pusat Data dan Informasi Pertanian xxi
  • 22. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Lampiran 6.6. Perkembangan ekspor-impor tembakau primer, 1996-2009 ... 145 Lampiran 6.7. Perkembangan ekspor-impor tembakau manufaktur, 1996- 2009..................................................................... 146 Lampiran 6.8. Perkembangan produksi dan luas areal tembakau dunia, 1961-2008 .............................................................. 147 Lampiran 6.9. Negara dengan luas areal tembakau terbesar dunia, 2004-2008 .............................................................. 148 Lampiran 6.10. Negara produsen tembakau terbesar dunia, 2004-2008 ........ 148 Lampiran 6.11. Negara dengan harga produsen tembakau terbesar dunia, 2003-2007 .............................................................. 149 Lampiran 6.12. Perkembangan ekspor-impor tembakau dunia, 1961-2007..... 150 Lampiran 7.1. Perkembangan luas areal nilam di Indonesia menurut jenis pengusahaan, 1989-2008 ............................................ 163 Lampiran 7.2. Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia menurut status pengusahaan, 1989-2008 .................................... 164 Lampiran 7.3. Perkembangan produksi minyak nilam di provinsi sentra Indonesia, 2004-2008 ................................................ 165 Lampiran 7.4. Perkembangan total konsumsi minyak nilam di Indonesia, 1989-2008 .............................................................. 166 Lampiran 7.5. Perkembangan harga ekspor minyak nilam di Indonesia, 1989-2006 .............................................................. 167 Lampiran 7.6. Perkembangan ekspor-impor nilam di Indonesia, 1989-2006 .. 168 Lampiran 7.1. Perkembangan luas areal nilam di Indonesia menurut jenis pengusahaan, 1989-2008 ............................................ 163 Lampiran 7.2. Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia menurut status pengusahaan, 1989-2008 .................................... 164 Lampiran 7.3. Perkembangan produksi minyak nilam di provinsi sentra Indonesia, 2004-2008 ................................................ 165 Lampiran 7.4. Perkembangan total konsumsi minyak nilam di Indonesia, 1989-2008 .............................................................. 166 xxii Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 23. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Lampiran 7.5. Perkembangan harga ekspor minyak nilam di Indonesia, 1989-2006 .............................................................. 167 Lampiran 7.6. Perkembangan ekspor-impor nilam di Indonesia, 1989-2006 .. 168 Lampiran 8.1. Perkembangan luas areal tebu di Indonesia berdasarkan status pengusahaan, 1969-2009 .................................... 188 Lampiran 8.2. Perkembangan produksi gula hablur di Indonesia berdasarkan status pengusahaan, 1969-2009 .................... 189 Lampiran 8.3. Perkembangan produktivitas tebu di Indonesia berdasarkan status pengusahaan, 1969-2009 .................................... 190 Lampiran 8.4. Produksi gula Perkebunan Rakyat di provinsi sentra di Indonesia, 2006-2010 ................................................ 191 Lampiran 8.5. Perkembangan ekspor dan impor tebu Indonesia,1969-2009 .. 192 Lampiran 8.6. Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi tebu dunia, 1970-2008 ..................................................... 193 Lampiran 8.7. Negara dengan luas areal tebu terbesar di dunia, 2004-2008 .............................................................. 194 Lampiran 8.8. Negara produsen tebu terbesar di dunia, 2004-2008 ........... 194 Pusat Data dan Informasi Pertanian xxiii
  • 24. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkebunan sebagai bagian integral dari sektor pertanian merupakan salah satu sub sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranannya terlihat nyata dalam penerimaan devisa negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan nilai tambah dan daya saing serta optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Peranan sub sektor perkebunan bagi perekonomian nasional tercermin dari realisasi pencapaian PDB yang mencapai Rp. 112,52 trilyun (atas dasar harga berlaku) pada tahun 2009. Sementara, peranan ekspor komoditas perkebunan pada tahun 2009 memberikan sumbangan surplus neraca perdagangan bagi sektor pertanian sebesar US$ 17,63 milyar dimana sub sektor lainnya mengalami defisit. Dalam rangka meningkatkan peran sub sektor perkebunan, Kementerian Pertanian telah menyusun rencana strategis beserta program dan kebijakan pembangunan yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan masing-masing komoditas perkebunan. Dalam penyusunan rencana strategis ketersediaan data dan informasi yang berkualitas maka sangat dibutuhkan agar kebijakan yang diputuskan menjadi efektif. Dalam mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin) senantiasa menyediakan data dan informasi yang diperlukan oleh berbagai pihak yang berkecimpung dalam sektor pertanian, seperti penentu kebijakan, asosiasi, akademisi maupun masyarakat umum lainnya. Salah satu produk informasi yang secara reguler dihasilkan oleh Pusdatin adalah Analisis Outlook Perkebunan, yang didalamnya mengulas keragaan data nasional dan situasi global disertai dengan proyeksi penawaran dan permintaan masing-masing komoditas. Pusat Data dan Informasi Pertanian 1
  • 25. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Pada tahun 2010, analisis outlook komoditas perkebunan mencakup 7 (tujuh) komoditas yakni kelapa sawit, kelapa, kakao, cengkeh, tembakau, nilam dan tebu. 1.2. METODOLOGI Sumber Data dan Informasi Outlook Komoditas Perkebunan tahun 2010 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Metode Analisis Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas Perkebunan adalah sebagai berikut: a. Analisis keragaan atau perkembangan komoditas perkebunan dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas areal dan luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di tingkat produsen maupun konsumen dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional maupun dunia. b. Analisis Penawaran Analisis penawaran komoditas perkebunan dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut dilakukan dengan pendekatan model Regresi Berganda (Multivariate Regression). Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah : Y = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + ... + bn X n + ε n = b0 + ∑ b j X j + ε j =1 2 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 26. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 dimana : Y = Peubah respons/tak bebas Xn = Peubah penjelas/bebas n = 1,2,… b0 = nilai konstanta bn = koefisien arah regresi atau parameter model regresi untuk peubah xn ε = sisaan Produksi pada periode ke-t diduga merupakan fungsi dari produksi pada periode sebelumnya, luas areal periode sebelumnya, harga ekspor dan pengaruh inflasi. Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis penawaran dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk peubah- peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan model analisis trend (trend analysis) atau model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing). c. Analisis Permintaan Analisis permintaan komoditas perkebunan merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas perkebunan yang dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah maupun telah diolah, maupun permintaan untuk kepentingan ekspor. Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan juga menggunakan Model Regresi Berganda menggunakan peubah penjelas, namun karena keterbatasan ketersediaan data, analisis permintaan untuk beberapa komoditas menggunakan model analisis trend (trend analysis) atau model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing). Periode series data yang digunakan adalah tahunan. Pada komoditas tertentu dimana sebagian besar produksinya digunakan untuk bahan baku industry pengolahan, maka analisis permintaan didekati dengan cara melihat proporsi permintaan untuk industry pengolahan menggunakan bantuan Tabel I-O BPS. Pusat Data dan Informasi Pertanian 3
  • 27. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN d. Kelayakan Model Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah–peubah bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: SS R egresi R2 = SS Total dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total Sementara, untuk model data deret waktu baik analisis tren maupun model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing), ukuran kelayakan model dilihat berdasarkan kecilnya nilai kesalahan yakni menggunakan statistik MAPE (mean absolute percentage error) atau kesalahan persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sbb.: dengan, Xt adalah data aktual dan Ft adalah nilai ramalan. 4 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 28. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 BAB II. KELAPA SAWIT Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia, karena merupakan komoditas andalan ekspor sehingga menjadi penghasil devisa negara di luar minyak dan gas. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar dalam negeri juga masih cukup besar. Pasar yang banyak menyerap produk minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) adalah industri fraksinasi/ranifasi (terutama insdustri minyak goreng), lemak khusus (cocoa butter substitute), margarin/shortening, oleochemical dan sabun mandi (BPS, 2006). Disamping produk konvensional, minyak kelapa sawit juga merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sumber bahan bakar/energi (biodisel) yang terbarukan untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang semakin tipis persediaannya (Ditjen Perkebunan, 2006). Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan bagi Indonesia, hal ini dikarenakan kondisi geografis wilayah Indonesia memang sangat cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2009, luas areal kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,51 juta hektar dengan produksi sebesar 18,64 juta ton minyak sawit dan 3,47 juta ton inti sawit. Sementara, bila dilihat dari luas areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata tahun 1998-2009 sebanyak 52,23% diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS), 36,70% diusahakan oleh Perkebunn Rakyat (PR) dan 11,07% diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN). Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia menjadi sangat berkembang pesat dikarenakan: 1. Kebutuhan minyak nabati dunia cukup besar dan akan terus meningkat, sebagai akibat jumlah penduduk maupun tingkat konsumsi per kapita yang masih rendah. 2. Di antara berbagai jenis tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit tanaman dengan potensi produksi minyak tertinggi. Pusat Data dan Informasi Pertanian 5
  • 29. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 3. Semakin berkembangnya jenis-jenis industri hulu pabrik kelapa sawit maupun industri hilir oleokimia dan oleomakanan (oleochemical dan oleofoods), hingga industri konversi minyak sawit sebagai bahan bakar biodiesel. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit, hingga tahun 2008, sekitar 41,39% produksi minyak sawit dunia dihasilkan oleh Indonesia sebagai negara produsen dunia minyak sawit kedua setelah Malaysia. 2.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT INDONESIA Secara umum pola perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia pada periode tahun 1970–2009 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 11,12% (Gambar 2.1). Berdasarkan atas status pengusahaannya, maka luas areal kelapa sawit sangat berfluktuasi namun cenderung terus mengalami peningkatan untuk luas areal PR dan PBS masing- masing sebesar 34,53% dan 14,18%, sedangkan pola pertumbuhan luas areal kelapa sawit PBN hanya sebesar 4,75% (Lampiran 2.1). Gambar 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan di Indonesia,1970–2009 6 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 30. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Gambar 2.2. Konstribusi luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan di Indonesia, (rata-rata 1998 – 2009) Jika ditinjau kontribusi rata-rata luas areal kelapa sawit di Indonesia tahun 1998 – 2009, terlihat bahwa PBS berkontribusi sebesar 52,23% terhadap luas areal kelapa sawit Indonesia, sedangkan PR dan PBN masing-masing berkontribusi sebesar 36,70% dan 11,07% (Gambar 2.2). Selama periode tahun 1970-2009, perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat cukup tinggi dari 133,30 ribu hektar pada tahun 1970 menjadi 7,51 juta hektar tahun 2009 atau meningkat rata-rata 11,12% per tahun. Apabila dilihat dari status pengusahaannya maka rata-rata pertumbuhan per tahun setelah krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998-2009 semakin menurun yaitu PR hanya sebesar 11,83%, PBN sebesar 1,89% dan PBS sebesar 8,34% (Lampiran 2.1). Seiring dengan peningkatan luas areal kelapa sawit, maka produksi kelapa sawit Indonesia dalam wujud produksi minyak sawit selama tahun 1970-2009 juga cenderung meningkat. Jika pada tahun 1970 produksi minyak sawit Indonesia hanya sebesar 216,8 ribu ton maka pada tahun 2009 meningkat menjadi 18,64 juta ton atau tumbuh rata-rata sebesar 12,47% per tahun (Gambar 2.3). Pusat Data dan Informasi Pertanian 7
  • 31. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Gambar 2.3. Perkembangan produksi minyak sawit menurut status pengusahaan di Indonesia, 1970-2009 Berdasarkan status pengusahaan selama kurun waktu 1970 – 2009, produksi minyak sawit yang berasal dari PR meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 63,88%, PBS meningkat sebesar 14,67% dan PBN meningkat sebesar 7,47%. Peningkatan produksi minyak sawit PR terutama terjadi pada tahun 1982, 1985, 1987 dan 1990 yang meningkat di atas 100%, namun setelah tahun 1997, yaitu tahun 1998 – 2009 hanya tumbuh sebesar 16,11% per tahun (Lampiran 2.2). Gambar 2.4. Kontribusi rata-rata produksi minyak sawit menurut status pengusahaan, (rata-rata 1998 – 2009) Seiring dengan besarnya luas areal, maka produksi minyak sawit Indonesia didominasi juga oleh produksi yang berasal dari PBS. Kontribusi rata-rata 8 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 32. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 produksi minyak sawit PBS selama periode tahun 1998 – 2009 sebesar 51,36% terhadap rata-rata produksi minyak sawit Indonesia, sedangkan kontribusi PR dan PBN masing-masing sebesar 34,23% dan 14,41% (Gambar 2.4). Sentra produksi minyak sawit Indonesia terutama berasal dari 7 (tujuh) provinsi yang memberikan kontribusi sebesar 81,80% terhadap produksi minyak sawit Indonesia, seperti yang disajikan pada Gambar 2.5. Provinsi Riau dan Sumatera Utara merupakan provinsi sentra produksi terbesar yang berkontribusi masing-masing sebesar 28,52% dan 17,77%, disusul berturut-turut provinsi Sumsel, Kalteng, Jambi, Kalbar dan Sumbar masing-masing sebesar 10,19%, 7,92%, 7,04%, 5,44%, dan 4,94%. Gambar 2.5. Provinsi sentra produksi minyak sawit di Indonesia, (rata-rata 2005 - 2009) Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selama tahun 2003 – 2009 menunjukkan pola yang sama untuk ketiga status pengusahaan. Rata-rata produktivitas kelapa sawit Indonesia selama periode tahun 2003 – 2009 adalah sebesar 3,27 ton per hektar, dimana rata-rata produktivitas minyak sawit terbesar pada PBS sebesar 3,59 ton per hektar disusul PBN sebesar 3,48 ton per hektar dan PR sebesar 2,97 ton per hektar (Gambar 2.6 ). Pusat Data dan Informasi Pertanian 9
  • 33. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Gambar 2.6. Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia, 2003– 2009 Rata-rata pertumbuhan produktivitas kelapa sawit tersaji secara lengkap pada Tabel 2.1. Produktivitas kelapa sawit Indonesia tahun 2003 - 2009 secara keseluruhan naik sebesar 3,00% per tahun, yang dirinci, pertumbuhan produktivitas PR sebesar 2,97% per tahun, PBN sebesar 2,91% per tahun, sedangkan PBS terlihat sangat fluktuatif dan cenderung menurun sebesar 0,93% per tahun. Meskipun demikian, realisasi produktivitas kelapa sawit PBS tertinggi dibandingkan dengan PR dan PBN paling yakni mencapai 3,59 ton per hektar bahkan pada tahun 2009 mencapai 3,72 ton per hektar. Tabel 2.1. Perkembangan produktivitas kelapa sawit Indonesia menurut status pengusahaan, 2003 – 2009 Produktivitas (Ton/Ha) Tahun PR 1) PBN 2) Pertumb. PBS 3) Pertumb. Perkebunan Pertumb. Pertumb. (%) (%) (%) Indonesia (%) 2003 2.75 3.25 4.29 3.05 2004 2.49 -9.33 3.16 -2.83 3.03 -29.26 2.83 -6.98 2005 2.69 7.75 3.31 4.64 3.05 0.38 2.93 3.27 2006 3.13 16.51 3.62 9.32 3.74 22.87 3.50 19.57 2007 3.21 2.39 3.37 -6.94 3.86 3.11 3.63 3.89 2008 3.33 3.84 3.82 13.49 3.42 -11.25 3.42 -5.78 2009 *) 3.16 -4.99 3.81 -0.24 3.72 8.56 3.56 4.03 Rata-rata 2003-2009 2.97 2.69 3.48 2.91 3.59 -0.93 3.27 3.00 Sumber: Ditjen Perkebunan 2) Keterangan : *) Angka Sementara PR = Perkebunan Rakyat 3) 4) PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta 10 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 34. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 2.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA Ditinjau dari sisi ketersediaan kelapa sawit berdasarkan perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM), kelapa sawit di Indonesia umumnya digunakan sebagai bahan untuk diolah menjadi minyak sawit/minyak goreng yang dirinci sebagai bahan makanan dan diolah non makanan (Lampiran 2.4). Pada tahun 1990-2007 rata-rata ketersediaan minyak sawit/minyak goreng sebagai bahan makanan mencapai 1.928 ribu ton per tahun atau 98,36% dari total penggunaan, sedangkan diolah non makanan rata-rata sebesar 23 ribu ton per tahun atau 1,19% dari total penggunaan dan tercecer sebesar 36 ribu ton per tahun atau 1,83%. Untuk mengurangi persentase tercecer perlu dilakukan pengelolaan yang baik pada saat panen dan pasca panen maupun proses pengolahan dan distribusi ke konsumen. Pemakaian minyak sawit/minyak goreng di dalam negeri sebagai bahan makanan terlihat menurun pada tahun 2005 (Gambar 2.7). Pada tahun 2004 penggunaan minyak sawit/minyak goreng untuk bahan makanan sebesar 1.969 ribu ton, pada tahun 2005 menurun menjadi 920 ribu ton dan kemudian meningkat kembali hingga menjadi 3.081 ribu ton pada tahun 2007. Gambar 2.7. Perkembangan ketersediaan minyak sawit/minyak goreng Indonesia menurut Neraca Bahan Makanan, 1999-2007 Pusat Data dan Informasi Pertanian 11
  • 35. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perkembangan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat produsen dan harga minyak sawit di perdagangan besar selama tahun 2000–2008 memiliki pola yang berbeda. Harga minyak sawit di perdagangan besar terus mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 13,05% per tahun. Sedangkan harga TBS relatif berfluktuasi, namun cenderung meningkat dengan rata-rata sebesar 18,83% per tahun. Harga TBS pada tahun 2001 dan 2005 mengalami penurunan masing-masing sebesar 15,59% dan 12,90%, sedangkan peningkatan harga yang cukup tajam terjadi pada tahun 2002, 2003 dan 2007 masing-masing naik sebesar 30,66%, 26,57% dan 61,43% (Gambar 2.8). Besarnya konversi dari TBS ke minyak sawit dalam buku Pembakuan Statistik Perkebunan tahun 2007 adalah 18 – 26%, yang berarti 100 kg TBS menjadi 18-26 kg minyak sawit atau perbandingan kurang lebih 5 : 1. Namun jika dilihat perbandingan harga rata-rata TBS sebesar Rp 504.099,-/ton sedangkan harga rata-rata minyak sawit sebesar Rp 4.551.507,-/ton atau dengan perbandingan 1 : 9, hal ini terlihat adanya nilai tambah yang cukup besar dari komoditas kelapa sawit yaitu wujud produksi saat panen sampai menjadi wujud produksi yang diperdagangkan. Keragaan harga kelapa sawit secara rinci disajikan pada Lampiran 2.5. Gambar 2.8. Perkembangan harga produsen TBS dan harga perdagangan besar minyak sawit Indonesia, 2000–2008 12 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 36. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 2.4. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR KELAPA SAWIT DI INDONESIA Ekspor- impor kelapa sawit Indonesia dilakukan dalam wujud minyak sawit, minyak inti sawit dan wujud lainnya. Perkembangan volume ekspor kelapa sawit pada periode 1996–2009 cenderung terus meningkat, yaitu dari 2,62 juta ton tahun 1996 menjadi 21,67 juta ton tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan per tahun sebesar 21,30% per tahun, sementara rata-rata pertumbuhan volume impor kelapa sawit meningkat sebesar 14,85% per tahun (Gambar 2.9). Besarnya volume ekspor dibandingkan dengan volume impor yang cukup besar menjadikan Indonesia selalu mengalami surplus kelapa sawit yang dapat menyumbang devisa negara. Gambar 2.9. Perkembangan volume ekspor - impor kelapa sawit Indonesia, 1996–2009 Perkembangan surplus neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia tahun 1996 – 2009 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 26,81% (Gambar 2.10). Pada tahun 1996, surplus neraca perdagangan kelapa sawit sebesar US$ 1,05 milyar, dan pada tahun 2009 telah mencapai US$ 11,71 milyar. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia tahun 1996 - 2009 secara rinci disajikan pada Lampiran 2.6. Pusat Data dan Informasi Pertanian 13
  • 37. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Gambar 2.10. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia, 1996–2009 Sementara itu bila dilihat perbandingan antara harga ekspor dan harga impor kelapa sawit tahun 1996 – 2009 terlihat cenderung selalu lebih tinggi harga impornya, kecuali pada tahun 1999 (Gambar 2.11). Selisih antara harga ekspor terhadap harga impor terbesar terjadi pada tahun 2005 dan 2007 yaitu masing- masing mencapai US$ 519,28 dan US$ 912,43 per ton. Harga ekspor dan impor kelapa sawit Indonesia dari tahun 1996 – 2009 secara rinci disajikan pada Lampiran 2.6. Gambar 2.11. Perkembangan harga ekspor - impor kelapa sawit Indonesia, 1996–2009 14 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 38. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 2.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT DUNIA Berdasarkan data yang bersumber dari FAO, secara umum perkembangan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia selama periode tahun 1961–2008 cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 3,09% per tahun (Gambar 2.12). Peningkatan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit yang cukup besar terjadi pada tahun 1979 dan 1984 yaitu masing-masing meningkat sebesar 11,75% dan 10,50% (Lampiran 2.7). Gambar 2.12. Perkembangan luas areal dan produksi tandan buah segar kelapa sawit dunia, 1961–2008 Gambar 2.13. Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia, (rata-rata 2004-2008) Pusat Data dan Informasi Pertanian 15
  • 39. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan kelapa sawit tahun 2004-2008 yang bersumber dari FAO, terdapat 3 negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia yang memberikan kontribusi hingga 85,60% terhadap total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia. Indonesia merupakan negara dengan luas tanaman menghasilkan terbesar di dunia dengan rata-rata tahun 2004 – 2008 sebesar 4,57 juta hektar atau 34,18% dari total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia. Selanjutnya disusul Malaysia dengan kontribusi sebesar 27,34% atau rata-rata luas sebesar 3,65 juta hektar dan Nigeria dengan kontribusi sebesar 24,08% atau rata-rata luas sebesar 3,22 juta hektar. Sementara negara Thailand, Ghana dan Guinea masing-masing berkontribusi kurang dari 3% (Gambar 2.13 dan Lampiran 2.8). Perkembangan produksi tandan buah segar kelapa sawit dunia tahun 1961– 2008 menunjukkan pola yang hampir sama dengan perkembangan luas tanaman menghasilkan. Rata-rata pertumbuhan produksi tandan buah segar kelapa sawit dunia sebesar 6,08% per tahun (Gambar 2.12 dan Lampiran 2.7). Berdasarkan data rata-rata produksi tandan buah segar kelapa sawit tahun 2004-2008 yang bersumber dari FAO, terdapat 2 negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia yang memberikan kontribusi hingga 81,43% terhadap total produksi kelapa sawit dunia. Malaysia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan pencapaian produksi rata-rata tahun 2004 – 2008 sebesar 77,24 juta ton TBS atau 41,17% dari total produksi kelapa sawit dunia. Selanjutnya adalah Indonesia dengan kontribusi sebesar 40,26% atau rata-rata produksi sebesar 75,54 juta ton TBS (Gambar 2.14). Sementara itu, Nigeria meskipun luas arealnya memberikan kontribusi yang hampir sejajar dengan kedua negara terbesar namun dari sisi produksi hanya berkontribusi sebesar 4,53% atau 8,5 juta ton TBS. Dua negara lainnya yakni Thailand dan Colombia hanya berkontribusi masing-masing sebesar 3,32% dan 1,70%. Produksi tandan buah segar kelapa sawit dari negara produsen terbesar dunia secara rinci tersaji pada Lampiran 2.9. 16 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 40. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Gambar 2.14. Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia, (rata-rata 2004-2008) 2.6. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KELAPA SAWIT DUNIA Perkembangan volume ekspor dan impor kelapa sawit dunia dalam bentuk minyak sawit menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data FAO, pada tahun 2003–2007 terdapat dua negara eksportir minyak sawit terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 86,88% terhadap total volume ekspor minyak sawit di dunia. Malaysia merupakan negara eksportir minyak sawit terbesar di dunia dengan rata-rata volume ekspor mencapai 12,86 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi sebesar 50,46% dan peringkat kedua ditempati oleh Indonesia yang memberikan kontribusi 36,42% dengan rata-rata volume ekspor 9,28 juta ton per tahun. Sementara, Netherland dan Papua New Guinea masing-masing hanya berkontribusi sebesar 3,25% dan 1,33% terhadap total volume ekspor dunia (Lampiran 2.10). Pusat Data dan Informasi Pertanian 17
  • 41. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Gambar 2.15. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007) Berdasarkan data FAO, pada tahun 2003–2007 terdapat delapan negara importir kelapa sawit terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 54,37% terhadap total volume impor kelapa sawit di dunia. China merupakan negara importir kelapa sawit terbesar di dunia dengan rata-rata volume impor mencapai 4,46 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi sebesar 17,62%, disusul oleh India dengan realisasi impor sebesar 3,25 juta ton atau berkontribusi sebesar 12,81%. Peringkat ke-3 dan ke-4 ditempati oleh Pakistan dan Belanda yang masing-masing memberikan kontribusi 5,84% (1,48 juta ton per tahun) dan 5,72% (1,45 juta ton per tahun). Negara-negara importir kelapa sawit terbesar lainnya adalah Bangladesh, Jerman, Inggris dan Malaysia dengan realisasi impor dibawah 1 juta ton. Indonesia berada pada urutan ke-113 dengan realisasi hanya sebesar 6,3 ribu ton per tahun. Sementara, Malaysia meskipun merupakan negara eksportir terbesar kelapa sawit di dunia ternyata juga menjadi negara importir kelapa sawit pada urutan ke-8 karena volume impor mencapai 578,3 ribu ton. Negara importir kelapa sawit di dunia secara rinci tersaji pada Lampiran 2.11. 18 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 42. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Gambar 2.16. Negara importir kelapa sawit terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007) 2.7. PROYEKSI PENAWARAN KELAPA SAWIT 2010 – 2012 Penawaran kelapa sawit merupakan representasi dari produksi. Pemodelan produksi kelapa sawit nasional dalam analisis ini dalam wujud produksi minyak sawit. Produksi minyak sawit sebagian besar diperuntukan bagi kepentingan ekspor, sehingga dalam menyusun model proyeksi penawaran pada awalnya digunakan data harga ekspor dan luas areal, namun demikian peubah tersebut secara statistik tidak signifikan mempengaruhi model produksi. Oleh karenanya, proyeksi penawaran dilakukan dengan menggunakan model deret waktu dari data produksi minyak sawit secara langsung dan diperoleh model terbaik adalah model tren kuadratik. Model tersebut kemudian digunakan untuk memproyeksi produksi minyak sawit hingga tahun 2012 seperti tersaji pada Tabel 2.2. Dengan menggunakan model tren kuadratik, maka produksi minyak sawit di Indonesia tahun 2010 – 2012 diperkirakan mengalami peningkatan dengan rata- rata per tahun sebesar 8,07%, yaitu meningkat sebesar 9,27% di tahun 2010, yaitu dari 18,64 juta ton pada tahun 2009 menjadi 20,37 juta ton tahun 2010 (Tabel 2.2). Selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012 diperkirakan akan naik masing- masing menjadi 21,92 juta ton dan 23,52 juta ton. Pusat Data dan Informasi Pertanian 19
  • 43. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Tabel 2.2. Proyeksi produksi minyak sawit Indonesia, 2009-2012 Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan (%) 20091) 18.640.881 2010 20.369.032 9,27 2011 21.916.549 7,60 2012 23.523.775 7,33 Rata-rata Pertumbuhan (%) 8,07 2010 – 2012 Keterangan : Tahun 20091) Angka Sementara dari Ditjen Perkebunan Tahun 2010 – 2012 Angka hasil proyeksi 2.8. PROYEKSI PERMINTAAN MINYAK SAWIT 2010 – 2012 Permintaan minyak sawit terdiri atas permintaan untuk ekspor dan penggunaan dalam negeri, dimana sebagian besar permintaan diperuntukkan bagi kepentingan ekspor. Selama periode tahun 1996 hingga 2009, total ekspor minyak sawit Indonesia mencapai sekitar 73% dari total produksi dan penggunaan dalam negeri minyak goreng berdasarkan data Neraca Bahan Makanan sekitar 17% dari total produksi. Berdasarkan kenyataan tersebut maka pemodelan permintaan minyak sawit dilakukan dengan menggunakan model deret waktu dari data volume ekspor dan penggunaan dalam negeri minyak goreng. Berdasarkan hasil penelusuran model dihasilkan model terbaik adalah tren kuadratik untuk peubah volume ekspor dan penggunaan minyak goreng. Dengan menggunakan model tersebut maka proyeksi permintaan total minyak sawit disajikan pada Tabel 2.3. Selama periode tahun 2010 – 2012, permintaan minyak sawit diproyeksikan akan naik sebesar 7,34%. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh kenaikan volume ekspor sebesar 8,96%, sementara penggunaan dalam negeri turun sebesar 0,28%. Pada tahun 2010 total permintaan minyak sawit diproyeksikan 18,82 juta ton, kemudian naik menjadi 19,75 juta ton pada tahun 2011 dan 21,40 juta ton pada tahun 2012. 20 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 44. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Tabel 2.3. Proyeksi volume ekspor minyak sawit dan penggunaan minyak goreng sawit dalam negeri di Indonesia, 2010 – 2012 Penggunaan Total Volume Ekspor minyak goreng Tahun Permintaan (Ton) sawit (Ton) (Ton) 2009*) 14.163.417 3.152.730 17.316.147 2010 15.490.990 3.327.800 18.818.790 2011 16.877.746 2.869.050 19.746.796 2012 18.323.684 3.081.260 21.404.944 Rata-rata Pertumbuhan 8,96 -0,28 7,34 (%) Keterangan: Tahun 2009*) : Angka Sementara Ditjen Perkebunan Tahun 2010 – 2012 : Angka hasil proyeksi 2.9. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT MINYAK SAWIT 2010 – 2012 Selama periode 2010 – 2012, surplus produksi minyak sawit diproyeksikan akan semakin besar yaitu dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 18,81%. Pada tahun 2010, surplus produksi minyak sawit Indonesia mencapai 1,55 juta ton dan meningkat menjadi 2,17 juta ton pada tahun 2011, kemudian akan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2012 menjadi 2,12 juta ton (Tabel 2.4). Surplus tersebut diduga digunakan dalam industri dalam negeri yang menggunakan bahan dari minyak sawit selain industri pembuatan minyak goreng. Tabel 2.4. Proyeksi surplus/defisit minyak sawit Indonesia, 2010-2012 Produksi Permintaan Surplus/Defisit Tahun (Ton) (Ton) (Ton) 2010 20.369.032 18.818.790 1.550.242 2011 21.916.549 19.746.796 2.169.753 2012 23.523.775 21.404.944 2.118.831 Rata-rata 18,81 Pertumbuhan (%) Pusat Data dan Informasi Pertanian 21
  • 45. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Lampiran 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit (palm oil) Indonesia menurut status pengusahaan, 1970 – 2009 PR 1) PBN 2) PBS 3) Nasional Tahun (Ha) Pertumb. (%) (Ha) Pertumb. (%) (Ha) Pertumb. (%) (Ha) Pertumb. (%) 1970 0 86,640 46,658 133,298 1971 0 91,153 5.21 47,950 2.77 139,103 4.35 1972 0 96,562 5.93 55,497 15.74 152,059 9.31 1973 0 98,033 1.52 59,747 7.66 157,780 3.76 1974 0 117,513 19.87 64,223 7.49 181,736 15.18 1975 0 120,940 2.92 67,885 5.70 188,825 3.90 1976 0 141,333 16.86 69,772 2.78 211,105 11.80 1977 0 148,775 5.27 71,626 2.66 220,401 4.40 1978 0 163,465 9.87 86,651 20.98 250,116 13.48 1979 3,125 176,408 7.92 81,406 -6.05 260,939 4.33 1980 6,175 97.60 199,538 13.11 88,847 9.14 294,560 12.88 1981 5,695 -7.77 213,264 6.88 100,008 12.56 318,967 8.29 1982 8,537 49.90 224,440 5.24 96,924 -3.08 329,901 3.43 1983 37,043 333.91 261,339 16.44 107,264 10.67 405,646 22.96 1984 40,552 9.47 340,511 30.29 130,958 22.09 512,021 26.22 1985 118,564 192.38 335,195 -1.56 143,603 9.66 597,362 16.67 1986 129,904 9.56 332,694 -0.75 144,182 0.40 606,780 1.58 1987 203,047 56.31 365,575 9.88 160,040 11.00 728,662 20.09 1988 196,279 -3.33 373,409 2.14 293,171 83.19 862,859 18.42 1989 223,832 14.04 366,028 -1.98 383,668 30.87 973,528 12.83 1990 291,338 30.16 372,246 1.70 463,093 20.70 1,126,677 15.73 1991 384,594 32.01 395,183 6.16 531,219 14.71 1,310,996 16.36 1992 439,468 14.27 389,761 -1.37 638,241 20.15 1,467,470 11.94 1993 502,332 14.30 380,746 -2.31 730,109 14.39 1,613,187 9.93 1994 572,544 13.98 386,309 1.46 845,296 15.78 1,804,149 11.84 1995 658,536 15.02 404,732 4.77 961,718 13.77 2,024,986 12.24 1996 738,887 12.20 426,804 5.45 1,083,823 12.70 2,249,514 11.09 1997 813,175 10.05 517,064 21.15 1,592,057 46.89 2,922,296 29.91 1998 890,506 9.51 556,640 7.65 2,113,050 32.72 3,560,196 21.83 1999 1,041,046 16.90 576,999 3.66 2,283,757 8.08 3,901,802 9.60 2000 1,166,758 12.08 588,125 1.93 2,403,194 5.23 4,158,077 6.57 2001 1,561,031 33.79 609,947 3.71 2,542,457 5.79 4,713,435 13.36 2002 1,808,424 15.85 631,566 3.54 2,627,068 3.33 5,067,058 7.50 2003 1,854,394 2.54 662,803 4.95 2,766,360 5.30 5,283,557 4.27 2004 2,220,338 19.73 605,865 -8.59 2,458,520 -11.13 5,284,723 0.02 2005 2,356,895 6.15 529,854 -12.55 2,567,068 4.42 5,453,817 3.20 2006 2,549,572 8.18 687,428 29.74 3,357,914 30.81 6,594,914 20.92 2007 2,752,172 7.95 606,248 -11.81 3,408,416 1.50 6,766,836 2.61 2008 2,881,898 4.71 602,963 -0.54 3,878,986 13.81 7,363,847 8.82 2009 *) 3,013,973 4.58 608,580 0.93 3,885,470 0.17 7,508,023 1.96 Rata-rata laju pertumbuhan (%) 1970-2009 *) 34.53 4.75 14.18 11.12 1970-1997 49.67 7.11 15.01 12.33 1998-2009 *) 11.83 1.89 8.34 8.39 Kontribusi luas areal terhadap nasional (%) 1970-2009 *) 34.24 15.95 49.81 100 1970-1997 24.38 34.14 41.49 100 1998-2009 *) 36.70 11.07 52.23 100 Sumber : Ditjen. Perkebunan 1) Keterangan: *) Angka Sementara PR = Perkebunan Rakyat 2) 3) PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta 22 Pusat Data dan Informasi Pertanian
  • 46. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN 2010 Lampiran 2.2. Perkembangan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia menurut status pengusahaan, 1970 – 2009 PR 1) PBN 2) PBS 3) Nasional Tahun (Ton) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%) 1970 0 147,003 69,824 216,827 1971 0 170,304 15.85 79,653 14.08 249,957 15.28 1972 0 189,261 11.13 80,203 0.69 269,464 7.80 1973 0 207,448 9.61 82,229 2.53 289,677 7.50 1974 0 243,641 17.45 104,035 26.52 347,676 20.02 1975 0 271,171 11.30 126,082 21.19 397,253 14.26 1976 0 286,096 5.50 144,910 14.93 431,006 8.50 1977 0 336,891 17.75 120,716 -16.70 457,607 6.17 1978 0 336,224 -0.20 165,060 36.73 501,284 9.54 1979 760 438,756 30.50 201,724 22.21 641,240 27.92 1980 770 1.32 498,858 13.70 221,544 9.83 721,172 12.47 1981 1,045 35.71 533,399 6.92 265,616 19.89 800,060 10.94 1982 2,955 182.78 598,653 12.23 285,212 7.38 886,820 10.84 1983 3,454 16.89 710,431 18.67 269,102 -5.65 982,987 10.84 1984 4,031 16.71 814,015 14.58 329,144 22.31 1,147,190 16.70 1985 43,016 967.13 861,173 5.79 339,241 3.07 1,243,430 8.39 1986 53,504 24.38 912,306 5.94 384,919 13.46 1,350,729 8.63 1987 165,162 208.69 988,480 8.35 352,413 -8.44 1,506,055 11.50 1988 156,148 -5.46 1,102,692 11.55 454,495 28.97 1,713,335 13.76 1989 183,689 17.64 1,184,226 7.39 597,039 31.36 1,964,954 14.69 1990 376,950 105.21 1,247,156 5.31 788,506 32.07 2,412,612 22.78 1991 413,319 9.65 1,360,963 9.13 883,918 12.10 2,658,200 10.18 1992 699,605 69.27 1,489,745 9.46 1,076,900 21.83 3,266,250 22.87 1993 582,021 -16.81 1,469,156 -1.38 1,370,272 27.24 3,421,449 4.75 1994 839,334 44.21 1,571,501 6.97 1,597,227 16.56 4,008,062 17.15 1995 1,001,443 19.31 1,613,848 2.69 1,864,379 16.73 4,479,670 11.77 1996 1,135,547 13.39 1,706,852 5.76 2,058,259 10.40 4,900,658 9.40 1997 1,282,823 12.97 1,586,879 -7.03 2,578,806 25.29 5,448,508 11.18 1998 1,344,569 4.81 1,501,747 -5.36 3,084,099 19.59 5,930,415 8.84 1999 1,547,811 15.12 1,468,949 -2.18 3,438,830 11.50 6,455,590 8.86 2000 1,905,653 23.12 1,460,954 -0.54 5,633,901 63.83 9,000,508 39.42 2001 2,798,032 46.83 1,519,289 3.99 4,079,151 -27.60 8,396,472 -6.71 2002 3,426,740 22.47 1,607,734 5.82 4,589,871 12.52 9,624,345 14.62 2003 3,517,324 2.64 1,750,651 8.89 5,172,859 12.70 10,440,834 8.48 2004 3,847,157 9.38 1,617,706 -7.59 5,365,526 3.72 10,830,389 3.73 2005 4,500,769 16.99 1,449,254 -10.41 5,911,592 10.18 11,861,615 9.52 2006 5,783,088 28.49 2,313,729 59.65 9,254,031 56.54 17,350,848 46.28 2007 6,358,389 9.95 2,117,035 -8.50 9,189,301 -0.70 17,664,725 1.81 2008 6,923,042 8.88 1,938,134 -8.45 8,678,612 -5.56 17,539,788 -0.71 2009 *) 7,247,979 4.69 1,961,813 1.22 9,431,089 8.67 18,640,881 6.28 Rata-rata laju pertumbuhan (%) 1970-2009 *) 63.88 7.47 14.67 12.47 1970-1997 95.72 9.44 15.06 12.81 1998-2009 *) 16.11 3.04 13.78 11.70 Kontribusi produksi terhadap nasional (%) 1970-2009 *) 29.48 22.88 47.63 100.00 1970-1997 14.87 48.97 36.16 100.00 1998-2009 *) 34.23 14.41 51.36 100.00 Sumber : Ditjen. Perkebunan 1) Keterangan: *) Angka Sementara PR = Perkebunan Rakyat 2) 3) PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta Pusat Data dan Informasi Pertanian 23
  • 47. 2010 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN Lampiran 2.3. Provinsi sentra produksi kelapa sawit Indonesia, 2005 – 2009 Produksi (Ton) Share No Provinsi Share (%) kumulatif 2005 2006 2007 2008 2009 *) Rata-rata (%) 1 Riau 2,370,465 4,685,660 5,117,730 5,764,203 5,751,461 4,737,904 28.52 28.52 2 Sumatera Utara 2,511,587 3,244,922 3,083,389 2,738,279 3,179,507 2,951,537 17.77 46.29 3 Sumatera Selatan 1,439,974 1,616,161 1,809,949 1,753,212 1,841,242 1,692,108 10.19 56.48 4 Kalimantan Tengah 908,301 1,383,317 1,387,696 1,449,294 1,445,992 1,314,920 7.92 71.43 5 Jambi 930,265 1,281,636 1,194,354 1,203,430 1,233,538 1,168,645 7.04 63.51 6 Kalimantan Barat 761,963 1,050,450 1,005,100 845,409 851,603 902,905 5.44 76.86 7 Sumatera Barat 662,877 925,155 824,406 794,167 893,640 820,049 4.94 81.80 8 Lainnya 2,276,183 3,163,547 3,242,101 2,991,794 3,443,898 3,023,505 18.20 100.00 Indonesia 11,861,615 17,350,848 17,664,725 17,539,788 18,640,881 16,611,571 100.00 Sumber : Ditjen Perkebunan diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara Lampiran 2.4. Penggunaan dan ketersediaan untuk konsumsi minyak sawit Indonesia, 1990 – 2007 Diolah Bahan Total ketersediaan Jumlah Tercecer Tahun untuk non makanan penggunaan untuk konsumsi Penduduk (000 Ton) (Kg/kapita/th) (000 orang) 1990 1,055 1,055 5.92 178,170 1991 993 993 5.48 181,094 1992 1,334 1,334 7.23 184,491 1993 1,431 1,431 7.63 187,589 1994 1,517 1,517 7.96 190,538 1995 2,090 2,090 10.8 193,486 1996 16 2,150 2,166 10.92 196,807 1997 16 1,614 1,630 8.08 199,837 1998 2,262 2,262 11.15 202,873 1999 24 27 1,722 1,773 8.49 205,915 2000 30 35 2,209 2,274 10.73 208,489 2001 36 42 2,635 2,713 12.64 209,776 2002 32 37 2,309 2,378 10.94 211,063 2003 36 41 2,597 2,675 12.15 213,722 2004 27 31 1,969 2,027 9.1 216,415 2005 13 15 920 948 4.18 219,852 2006 13 45 2,819 2,877 12.65 222,747 2007*) 13 49 3,081 3,143 13.66 225,642 Rata-rata 23 36 1,928 1,960 9.43 Share (%) 1.19 1.83 98.36 100.00 Sumber : Neraca Bahan Makanan Indonesia, Badan Ketahanan Pangan-Departemen Pertanian Keterangan : *) Angka Sementara 24 Pusat Data dan Informasi Pertanian