SlideShare a Scribd company logo
Seputar Indonesia 
Minggu, 24 Juni 2007 
Om Budi 
Cerpen: Lumaksono 
Lelaki itu bernama Budi, aku biasa memanggilnya Om Budi.Perawakannya pendek dan 
agak kurus, tetapi memiliki otot-otot kuat di bawah kulitsawo matangnya. Sorot matanya 
memancarkan semangat kerja keras. 
Dan memang kenyataannya,aku jarang melihat Om Budi bermalas-malasan atau pun santai 
berlama-lama. Walaupun aku memanggilnya dengan sebutan Om, tetapi tidak berarti dia 
adik dari bapak atau ibuku. Bahkan, asal-usulnya yang pasti aku tidak tahu, siapa orang 
tuanya dan dari mana asalnya. 
Aku dulu pernah menanyakannya, tetapi ia tak mau menjawab, bahkan air mukanya 
seketika menjadi keruh. Aku tak tega dan sejak saat itu aku tak pernah tanya-tanya lagi 
tentang hal itu. Aku hanya tahu kalau Om Budi dibawa ayah dari Pasar Langon sepuluh 
tahun yang lalu. Saat itu aku baru kelas satu SD. Aku tak tahu kenapa aku langsung akrab 
dengannya. 
Mungkin karena aku tidak mempunyai teman bermain di rumah, atau mungkin karena Om 
Budi yang pintar mengambil hatiku dan sayang kepada anak kecil.Yang pasti, sejak saat itu 
aku lengket dengannya. Om Budi menempati kamar di samping rumah agak ke belakang 
bekas gudang yang tak lagi dipakai.Dia sangat berterima kasih kepada keluargaku, terutama 
kepada ayahku karena memberikan tempat berlindung. Sebelumnya ia tidur di los pasar. 
Siang hari pasar itu jadi tempat mencari uang sebagai buruh angkut,malamnya ia gunakan 
sebagai tempat tidur. Sejak Om Budi tinggal bersama kami,ia tak lagi kerja di pasar,tapi 
kerja di rumah membantu ayah membuat kacang klitik. Usaha kecil-kecilan yang ditekuni 
ayah sejak lama ini mampu menghidupi kami sekeluarga. Ayah memang ulet, sehingga kini 
ia mempunyai lima orang karyawan,termasuk Om Budi. Dan rupanya, kehadiran Om Budi 
tidak sia-sia.Ia pekerja keras yang cepat belajar. 
Kalau semula ia hanya bertugas mengangkut kacang hijau dari pasar ke rumah, kemudian 
membersihkannya, kini ia sudah mahir mengupas, menggoreng bahkan 
membumbuinya.Karena itu tak heran jika ayah kemudian mempercayakan proses 
pengolahan kacang klitik ini kepada Om Budi.Pemuda yang tak kenal lelah bekerja 
sepanjang hari. 
Di sela-sela kerja kerasnya, aku ingat kebiasaan Om Budi saat istirahat makan siang, ia 
pasti akan berbaring di bangku panjang di bawah pohon jambu yang rindang. Aku sering 
menemaninya dudukduduk di situ, mendengarkan ceritanya sambil menikmati tiupan angin. 
Di saat seperti itulah, aku sering bermanjamanja kepada Om Budi. Aku tiduran di 
sampingnya, sesekali ia membelai kepalaku.Kadang Om Budi melucu,dan ia selalu 
sanggup membuatku tertawa. * * * 
Suatu hari sepulang sekolah, aku tak mendapatkan Om Budi di tempat biasanya. Ternyata 
ia sedang berada di warung menikmati es campur. Hari-hari berikutnya, ia sering sekali 
berada di warung itu seakan telah melupakan bangku panjang dan belaian angin di bawah 
pohon jambu. Beberapa hari kemudian, barulah aku tahu mengapa Om Budi melupakan 
bangku panjangnya. 
Ia menyukai Narti, gadis penjaga warung yang akhirnya ia nikahi setelah mendapat restu
ayah. Setelah melampaui upacara pernikahan yang sederhana, mereka tetap tinggal di 
rumah kami, menempati kamar Om Budi. Kami semua memang telah menganggap Om 
Budi sebagai keluarga sendiri.Di samping ia memang sebatang kara,kami juga menyukai 
sifat Om Budi yang pandai membawa diri. 
Kulihat mereka sangat bahagia.Wajah Om Budi tampak selalu cerah sehingga lebih 
bergairah dalam bekerja. Sedangkan Narti begitu sigap melayani Om Budi, suaminya, 
walaupun masih tetap menjadi penjaga warung. Namun, kebahagiaan mereka sepertinya tak 
bertahan lama.Tak sempat menikmati bulan madu karena mereka memaksakan terus 
bekerja. Tak sempat menimang buah cinta mereka karena benih yang mereka tanam tak 
juga tumbuh. 
Tepat setahun mereka bercerai! Kami semua sangat menyayangkan hal ini.Tetapi kami tak 
bisa berbuat banyak sebab ini adalah putusan Om Budi.Kata ayah, biarlah Om Budi 
menentukan jalan hidupnya sendiri. Aku tak tahu pasti sebab perceraian mereka, semuanya 
terasa tiba-tiba sama seperti pernikahan mereka yang juga tiba-tiba.Tetapi kata ayah dan 
beberapa karyawan teman Om Budi, mungkin Narti diceraikan karena perilaku 
kehidupannya tak berubah walaupun statusnya telah berubah. 
Ia masih saja sering melayani keusilan tamu-tamu pelanggannya. Mungkin Om Budi tak 
mau menerima hal ini. Namun, Narti berdalih semua dilakukan hanya untuk menarik 
pembeli. ”Aku sudah tak tahan mendengar igauannya setiap malam!” begitu Oo Budi 
akhirnya mau bercerita kepadaku, ”Tapi tolong jangan kau katakan rahasia ini kepada siapa 
pun, termasuk ayahmu!”. ”Memangnya, apa yang diigaukan Mbak Narti, sampai-sampai 
Om Budi harus menceraikannya?” 
”Kata-katanya membuka luka lama. Ah, sebaiknya kau nggak perlu tahu!” ia tak ingin 
berbagi cerita rupanya. Aku tidak memaksanya. Om Budi memang termasuk pendiam, 
jarang sekali bercerita, apalagi menyangkut masalah kehidupan pribadinya.Aku hanya 
menerka, kalau yang diigaukan adalah kejadian siang hari di warung Mbak Narti.Yang 
menurut cerita orang, apa yang dilakukan Mbak Narti dengan beberapa pelanggannya 
memang kurang senonoh.Ah,kasihan kau Om Budi! 
Sekarang Om Budi makin gila kerja. Seharian ia sibuk dengan pekerjaannya; melupakan 
istirahat dan melupakan orang-orang di sekitarnya. Mungkin untuk menghilangkan 
kesedihan hatinya dan melupakan kegagalan perkawinannya. Ia terlihat makin pendiam dan 
wajahnya terlihat murung, kulit mukanya memucat. Om Budi terkena sakit lever. Ayah 
menghendaki Om Budi dirawat di rumah sakit,tetapi Om Budi bersikeras untuk tetap di 
rumah, hanya berobat jalan. 
Bahkan ia tetap memaksakan bekerja, walaupun dengan porsi ringan. Lengkaplah 
deritanya. Hingga senyum tak pernah singgah di bibirnya. Satusatunya hal yang 
membuatnya ceria adalah saat menonton film silat kegemarannya. Dan setiap malam,dari 
kamarnya akan terdengar teriakan-teriakan yang riuh, seakan-akan mewakili keriuhan 
hatinya. Untuk terus membuatnya ceria, setiap Sabtu sore, dengan sepeda motor, aku 
antarkan Om Budi ke tempat penyewaan VCD. 
Kadang aku ajak ia putarputar kota, duduk-duduk di alun-alun atau menikmati matahari 
tenggelam di pantai. Namun, keramaian kota di sore hari dan keindahan semburat merah 
matahari di ujung laut tak mampu membuat Om Budi ceria. Ia tetap tenggelam dengan 
perasaannya. Walaupun demikian, sedikit demi sedikit aku mulai bisa menyelami isi hati 
Om Budi. Kadang ia pun mulai berani untuk mengungkapkan perasaannya, pikirannya dan 
membuka sedikit rahasia hatinya yang sebelumnya tertutup rapat.
Ia mulai mengungkapkan sendiri bagaimana perihnya hidup ditinggalkan kedua 
orangtuanya dalam waktu berdekatan. Saat berumur sepuluh tahun, ayahnya meninggalkan 
ia dan ibunya karena tersuruk dalam pelukan wanita lain. ”Kata ibuku, sebenarnya bapak 
sudah punya istri waktu menikahi ibu.” begitu Om Budi mengawali kisahnya. Ia menggigit 
bibirnya, sambil mengatur nafas memberi ruang paru-parunya, kemudian mulai 
melanjutkan kisahnya. 
”Sebagai sopir truk, bapakku selalu mampir untuk makan di warung ibu, hingga akhirnya 
ibu menyerah untuk dinikahinya walaupun tahu kalau bapak sudah beristri. Hingga setahun 
kemudian lahirlah aku.” ”Sebenarnya kehidupan kami normal saja. Sampai pada suatu hari 
Bapak dan Ibu bertengkar karena Bapak jarang pulang hingga berminggu-minggu. 
Padahal, biasanya tiga hari sekali Bapak pulang. Ibu mengira Bapak kembali ke istri 
lamanya, tetapi Bapak berterus terang bahwa ia sudah mempunyai istri baru lagi. Dan hari 
itu menjadi hari terakhir aku melihat wajah bapakku.” Om Budi menghirup udara pantai 
dalamdalam, sementara matanya menikmati merahnya matahari sore yang segera tertelan 
air laut. ”Apa yang terjadi setelah itu?” ”Ibu menyesali diri, mengapa ia dulu tega merebut 
suami orang. Hingga ia merasa bahwa kepergian Bapak menikahi perempuan lain sebagai 
hukum karma yang harus diterimanya. Akhirnya Ibu sakit-sakitan dan meninggal dunia.” 
tutur Om Budi. 
Wajahnya seperti pucuk gunung yang selalu diselimuti kabut, walaupun sinar matahari 
sering melecut, tetapi tak mampu mengenyahkan kabut itu selamanya. Sejak saat itu 
dimulailah petualangan Om Budi menyambung hidup. Ia isi perutnya dengan bekerja kasar 
sebagai buruh angkut di pasar. Ia selalu berpindah dari satu pasar ke pasar yang lain. Dari 
satu kota ke kota yang lain, tentunya sambil berharap bisa menemukan ayahnya yang 
hilang. Sampai akhirnya ia terdampar di Pasar Langon dan diajak ayah ke rumah. * * * 
Sepulang sekolah, aku mencari Om Budi di bangku panjang di bawah pohon jambu. 
Kulihat ia terbaring dengan setelan rapi, celana biru dan baju putih. Rambutnya tersisir rapi. 
Penampilan yang benar-benar baru.Kudekati ia, kulihat matanya terpejam, wajahnya 
memancarkan senyum. Sangat damai.Tetapi tubuhnya membeku, kuguncang diam saja. 
Kupegang pergelangan tangan, tak ada denyut! Aku langsung menghambur ke rumah. 
Kuberi tahu ayah. Menjelang pemakaman, kulihat Narti ikut berduka. 
Kuperhatikan ternyata mata Om Budi dan Narti sangat mirip. Mata yang diturunkan oleh 
benih yang sama. Narti, tahukah kau bahwa igauanmu menyebut nama ayah yang telah 
meninggalkanmu, membuat Om Budi terpaksa menceraikanmu? Tahukah kau bahwa 
perkawinan denganmu membuat ia merasa sangat berdosa? Bahwa igauanmu menjadi 
peneguh kalau kau adalah adiknya? 
Ah, semua telah menjadi masa lalu, masa lalu yang telah membungkus penderitaan Om 
Budi. Sekuntum bunga kamboja tertiup angin menerpa wajahku. Kuambil dan kuletakkan 
di atas pusara Om Budi, ”Semoga di sana kau akan menemui kebahagiaan.” *** 
Tegal, Juni 2007

More Related Content

What's hot

Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
Tito Aloysius
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Irfan Rosyidin
 
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Arvinoor Siregar SH MH
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaGhina Siti Ramadhanty
 
Sebatang pen
Sebatang penSebatang pen
Sebatang pen
Rosli MOhd Zaman
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
rully prasetyawati
 
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpen
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpenSemangat yang tak terkalahkan versi cerpen
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpen
Muhammad Jaenal
 
Pantun
PantunPantun
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi   helvy tiana rosaKetika mas gagah pergi   helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa
tengkiu
 
Kliping cerpen
Kliping cerpenKliping cerpen
Kliping cerpen
Rohman Efendi
 
Kado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaKado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bunda
Reza Mahendra
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Fajar Sany
 
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiCerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiDevi Putri
 
Adhe
AdheAdhe
Contoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatanContoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatan
Operator Warnet Vast Raha
 
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menantiSekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti
Arif Rohman Pembangun
 

What's hot (18)

Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
 
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Sebatang pen
Sebatang penSebatang pen
Sebatang pen
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpen
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpenSemangat yang tak terkalahkan versi cerpen
Semangat yang tak terkalahkan versi cerpen
 
Pantun
PantunPantun
Pantun
 
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi   helvy tiana rosaKetika mas gagah pergi   helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa
 
Kliping cerpen
Kliping cerpenKliping cerpen
Kliping cerpen
 
Kado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaKado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bunda
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
 
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiCerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman Pribadi
 
Adhe
AdheAdhe
Adhe
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Contoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatanContoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatan
 
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menantiSekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti
 

Viewers also liked

Ng... (alex r)
Ng... (alex r)Ng... (alex r)
Ng... (alex r)
Arvinoor Siregar SH MH
 
ライター・イン・レジデンスとはなにか
ライター・イン・レジデンスとはなにかライター・イン・レジデンスとはなにか
ライター・イン・レジデンスとはなにか
Tell-Kaz Dambala
 
Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)
Arvinoor Siregar SH MH
 
Fei (jusuf an)
Fei (jusuf an)Fei (jusuf an)
Fei (jusuf an)
Arvinoor Siregar SH MH
 
11 клас презентує power point
11 клас презентує  power point11 клас презентує  power point
11 клас презентує power point
Diana Fedinishinets
 
проект 9 б класу
проект 9   б класу проект 9   б класу
проект 9 б класу
Diana Fedinishinets
 

Viewers also liked (6)

Ng... (alex r)
Ng... (alex r)Ng... (alex r)
Ng... (alex r)
 
ライター・イン・レジデンスとはなにか
ライター・イン・レジデンスとはなにかライター・イン・レジデンスとはなにか
ライター・イン・レジデンスとはなにか
 
Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)
 
Fei (jusuf an)
Fei (jusuf an)Fei (jusuf an)
Fei (jusuf an)
 
11 клас презентує power point
11 клас презентує  power point11 клас презентує  power point
11 клас презентує power point
 
проект 9 б класу
проект 9   б класу проект 9   б класу
проект 9 б класу
 

Similar to Om budi (lumaksono)

Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docx
BackLinking
 
Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docx
BackLinking
 
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Arvinoor Siregar SH MH
 
Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)
Arvinoor Siregar SH MH
 
Hikayat Cabe Rawit
Hikayat Cabe RawitHikayat Cabe Rawit
Hikayat Cabe Rawit
Satria
 
Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)
Arvinoor Siregar SH MH
 
Kisah Hidup Damayanti
Kisah Hidup Damayanti Kisah Hidup Damayanti
Ciuman seorang anak
Ciuman seorang anakCiuman seorang anak
Ciuman seorang anak
heri baskoro
 
Humor
HumorHumor
Ayah dan aku
Ayah dan akuAyah dan aku
Drama serial
Drama serialDrama serial
Drama serial
Ahmad Kosasih
 
Drama serial
Drama serialDrama serial
Drama serial
Ahmad Kosasih
 
Cerpen panggil namaku aisyah p. nuraeni (ponnoer)
Cerpen panggil namaku aisyah p. nuraeni (ponnoer)Cerpen panggil namaku aisyah p. nuraeni (ponnoer)
Cerpen panggil namaku aisyah p. nuraeni (ponnoer)
Iwan Sumantri
 
kuis ptm.docx
kuis ptm.docxkuis ptm.docx
kuis ptm.docx
GoldaMair2
 
Aku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamikuAku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamiku
aunyazuhry
 
Oh, begitu (sunaryono basuki ks)
Oh, begitu (sunaryono basuki ks)Oh, begitu (sunaryono basuki ks)
Oh, begitu (sunaryono basuki ks)
Arvinoor Siregar SH MH
 
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasicerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
HendryPutrihijau
 
ILANA TAN " summer in seoul "
ILANA TAN "  summer in seoul "ILANA TAN "  summer in seoul "
ILANA TAN " summer in seoul "
Tara Clara
 
Dua tanjung (farizal sikumbang)
Dua tanjung (farizal sikumbang)Dua tanjung (farizal sikumbang)
Dua tanjung (farizal sikumbang)
Andri Goodwood
 

Similar to Om budi (lumaksono) (20)

Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docx
 
Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docx
 
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
Ibu tahu rahasiaku (puthut ea)
 
Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)
 
Hikayat Cabe Rawit
Hikayat Cabe RawitHikayat Cabe Rawit
Hikayat Cabe Rawit
 
Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)
 
Kisah Hidup Damayanti
Kisah Hidup Damayanti Kisah Hidup Damayanti
Kisah Hidup Damayanti
 
Ciuman seorang anak
Ciuman seorang anakCiuman seorang anak
Ciuman seorang anak
 
Humor
HumorHumor
Humor
 
Likaliku hati
Likaliku hatiLikaliku hati
Likaliku hati
 
Ayah dan aku
Ayah dan akuAyah dan aku
Ayah dan aku
 
Drama serial
Drama serialDrama serial
Drama serial
 
Drama serial
Drama serialDrama serial
Drama serial
 
Cerpen panggil namaku aisyah p. nuraeni (ponnoer)
Cerpen panggil namaku aisyah p. nuraeni (ponnoer)Cerpen panggil namaku aisyah p. nuraeni (ponnoer)
Cerpen panggil namaku aisyah p. nuraeni (ponnoer)
 
kuis ptm.docx
kuis ptm.docxkuis ptm.docx
kuis ptm.docx
 
Aku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamikuAku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamiku
 
Oh, begitu (sunaryono basuki ks)
Oh, begitu (sunaryono basuki ks)Oh, begitu (sunaryono basuki ks)
Oh, begitu (sunaryono basuki ks)
 
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasicerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
 
ILANA TAN " summer in seoul "
ILANA TAN "  summer in seoul "ILANA TAN "  summer in seoul "
ILANA TAN " summer in seoul "
 
Dua tanjung (farizal sikumbang)
Dua tanjung (farizal sikumbang)Dua tanjung (farizal sikumbang)
Dua tanjung (farizal sikumbang)
 

More from Arvinoor Siregar SH MH

Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212
Arvinoor Siregar SH MH
 
Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223
Arvinoor Siregar SH MH
 
Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501
Arvinoor Siregar SH MH
 
Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225
Arvinoor Siregar SH MH
 
Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572
Arvinoor Siregar SH MH
 
Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223
Arvinoor Siregar SH MH
 
Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184
Arvinoor Siregar SH MH
 
Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223
Arvinoor Siregar SH MH
 
Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433
Arvinoor Siregar SH MH
 
Thurgood marshall
Thurgood marshallThurgood marshall
Thurgood marshall
Arvinoor Siregar SH MH
 
The rainbow coalition
The rainbow coalitionThe rainbow coalition
The rainbow coalition
Arvinoor Siregar SH MH
 
The halls of power
The halls of powerThe halls of power
The halls of power
Arvinoor Siregar SH MH
 
The dred scott decision
The dred scott decisionThe dred scott decision
The dred scott decision
Arvinoor Siregar SH MH
 
Slavery
SlaverySlavery
Rosa parks
Rosa parksRosa parks
Martin luther king's dream
Martin luther king's dreamMartin luther king's dream
Martin luther king's dream
Arvinoor Siregar SH MH
 
Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.
Arvinoor Siregar SH MH
 
Jordon and ali
Jordon and aliJordon and ali
Jordon and ali
Arvinoor Siregar SH MH
 
Jackie robinson
Jackie robinsonJackie robinson
Jackie robinson
Arvinoor Siregar SH MH
 
Harriet tubman
Harriet tubmanHarriet tubman
Harriet tubman
Arvinoor Siregar SH MH
 

More from Arvinoor Siregar SH MH (20)

Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212
 
Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223
 
Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501
 
Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225
 
Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572
 
Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223
 
Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184
 
Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223
 
Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433
 
Thurgood marshall
Thurgood marshallThurgood marshall
Thurgood marshall
 
The rainbow coalition
The rainbow coalitionThe rainbow coalition
The rainbow coalition
 
The halls of power
The halls of powerThe halls of power
The halls of power
 
The dred scott decision
The dred scott decisionThe dred scott decision
The dred scott decision
 
Slavery
SlaverySlavery
Slavery
 
Rosa parks
Rosa parksRosa parks
Rosa parks
 
Martin luther king's dream
Martin luther king's dreamMartin luther king's dream
Martin luther king's dream
 
Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.
 
Jordon and ali
Jordon and aliJordon and ali
Jordon and ali
 
Jackie robinson
Jackie robinsonJackie robinson
Jackie robinson
 
Harriet tubman
Harriet tubmanHarriet tubman
Harriet tubman
 

Om budi (lumaksono)

  • 1. Seputar Indonesia Minggu, 24 Juni 2007 Om Budi Cerpen: Lumaksono Lelaki itu bernama Budi, aku biasa memanggilnya Om Budi.Perawakannya pendek dan agak kurus, tetapi memiliki otot-otot kuat di bawah kulitsawo matangnya. Sorot matanya memancarkan semangat kerja keras. Dan memang kenyataannya,aku jarang melihat Om Budi bermalas-malasan atau pun santai berlama-lama. Walaupun aku memanggilnya dengan sebutan Om, tetapi tidak berarti dia adik dari bapak atau ibuku. Bahkan, asal-usulnya yang pasti aku tidak tahu, siapa orang tuanya dan dari mana asalnya. Aku dulu pernah menanyakannya, tetapi ia tak mau menjawab, bahkan air mukanya seketika menjadi keruh. Aku tak tega dan sejak saat itu aku tak pernah tanya-tanya lagi tentang hal itu. Aku hanya tahu kalau Om Budi dibawa ayah dari Pasar Langon sepuluh tahun yang lalu. Saat itu aku baru kelas satu SD. Aku tak tahu kenapa aku langsung akrab dengannya. Mungkin karena aku tidak mempunyai teman bermain di rumah, atau mungkin karena Om Budi yang pintar mengambil hatiku dan sayang kepada anak kecil.Yang pasti, sejak saat itu aku lengket dengannya. Om Budi menempati kamar di samping rumah agak ke belakang bekas gudang yang tak lagi dipakai.Dia sangat berterima kasih kepada keluargaku, terutama kepada ayahku karena memberikan tempat berlindung. Sebelumnya ia tidur di los pasar. Siang hari pasar itu jadi tempat mencari uang sebagai buruh angkut,malamnya ia gunakan sebagai tempat tidur. Sejak Om Budi tinggal bersama kami,ia tak lagi kerja di pasar,tapi kerja di rumah membantu ayah membuat kacang klitik. Usaha kecil-kecilan yang ditekuni ayah sejak lama ini mampu menghidupi kami sekeluarga. Ayah memang ulet, sehingga kini ia mempunyai lima orang karyawan,termasuk Om Budi. Dan rupanya, kehadiran Om Budi tidak sia-sia.Ia pekerja keras yang cepat belajar. Kalau semula ia hanya bertugas mengangkut kacang hijau dari pasar ke rumah, kemudian membersihkannya, kini ia sudah mahir mengupas, menggoreng bahkan membumbuinya.Karena itu tak heran jika ayah kemudian mempercayakan proses pengolahan kacang klitik ini kepada Om Budi.Pemuda yang tak kenal lelah bekerja sepanjang hari. Di sela-sela kerja kerasnya, aku ingat kebiasaan Om Budi saat istirahat makan siang, ia pasti akan berbaring di bangku panjang di bawah pohon jambu yang rindang. Aku sering menemaninya dudukduduk di situ, mendengarkan ceritanya sambil menikmati tiupan angin. Di saat seperti itulah, aku sering bermanjamanja kepada Om Budi. Aku tiduran di sampingnya, sesekali ia membelai kepalaku.Kadang Om Budi melucu,dan ia selalu sanggup membuatku tertawa. * * * Suatu hari sepulang sekolah, aku tak mendapatkan Om Budi di tempat biasanya. Ternyata ia sedang berada di warung menikmati es campur. Hari-hari berikutnya, ia sering sekali berada di warung itu seakan telah melupakan bangku panjang dan belaian angin di bawah pohon jambu. Beberapa hari kemudian, barulah aku tahu mengapa Om Budi melupakan bangku panjangnya. Ia menyukai Narti, gadis penjaga warung yang akhirnya ia nikahi setelah mendapat restu
  • 2. ayah. Setelah melampaui upacara pernikahan yang sederhana, mereka tetap tinggal di rumah kami, menempati kamar Om Budi. Kami semua memang telah menganggap Om Budi sebagai keluarga sendiri.Di samping ia memang sebatang kara,kami juga menyukai sifat Om Budi yang pandai membawa diri. Kulihat mereka sangat bahagia.Wajah Om Budi tampak selalu cerah sehingga lebih bergairah dalam bekerja. Sedangkan Narti begitu sigap melayani Om Budi, suaminya, walaupun masih tetap menjadi penjaga warung. Namun, kebahagiaan mereka sepertinya tak bertahan lama.Tak sempat menikmati bulan madu karena mereka memaksakan terus bekerja. Tak sempat menimang buah cinta mereka karena benih yang mereka tanam tak juga tumbuh. Tepat setahun mereka bercerai! Kami semua sangat menyayangkan hal ini.Tetapi kami tak bisa berbuat banyak sebab ini adalah putusan Om Budi.Kata ayah, biarlah Om Budi menentukan jalan hidupnya sendiri. Aku tak tahu pasti sebab perceraian mereka, semuanya terasa tiba-tiba sama seperti pernikahan mereka yang juga tiba-tiba.Tetapi kata ayah dan beberapa karyawan teman Om Budi, mungkin Narti diceraikan karena perilaku kehidupannya tak berubah walaupun statusnya telah berubah. Ia masih saja sering melayani keusilan tamu-tamu pelanggannya. Mungkin Om Budi tak mau menerima hal ini. Namun, Narti berdalih semua dilakukan hanya untuk menarik pembeli. ”Aku sudah tak tahan mendengar igauannya setiap malam!” begitu Oo Budi akhirnya mau bercerita kepadaku, ”Tapi tolong jangan kau katakan rahasia ini kepada siapa pun, termasuk ayahmu!”. ”Memangnya, apa yang diigaukan Mbak Narti, sampai-sampai Om Budi harus menceraikannya?” ”Kata-katanya membuka luka lama. Ah, sebaiknya kau nggak perlu tahu!” ia tak ingin berbagi cerita rupanya. Aku tidak memaksanya. Om Budi memang termasuk pendiam, jarang sekali bercerita, apalagi menyangkut masalah kehidupan pribadinya.Aku hanya menerka, kalau yang diigaukan adalah kejadian siang hari di warung Mbak Narti.Yang menurut cerita orang, apa yang dilakukan Mbak Narti dengan beberapa pelanggannya memang kurang senonoh.Ah,kasihan kau Om Budi! Sekarang Om Budi makin gila kerja. Seharian ia sibuk dengan pekerjaannya; melupakan istirahat dan melupakan orang-orang di sekitarnya. Mungkin untuk menghilangkan kesedihan hatinya dan melupakan kegagalan perkawinannya. Ia terlihat makin pendiam dan wajahnya terlihat murung, kulit mukanya memucat. Om Budi terkena sakit lever. Ayah menghendaki Om Budi dirawat di rumah sakit,tetapi Om Budi bersikeras untuk tetap di rumah, hanya berobat jalan. Bahkan ia tetap memaksakan bekerja, walaupun dengan porsi ringan. Lengkaplah deritanya. Hingga senyum tak pernah singgah di bibirnya. Satusatunya hal yang membuatnya ceria adalah saat menonton film silat kegemarannya. Dan setiap malam,dari kamarnya akan terdengar teriakan-teriakan yang riuh, seakan-akan mewakili keriuhan hatinya. Untuk terus membuatnya ceria, setiap Sabtu sore, dengan sepeda motor, aku antarkan Om Budi ke tempat penyewaan VCD. Kadang aku ajak ia putarputar kota, duduk-duduk di alun-alun atau menikmati matahari tenggelam di pantai. Namun, keramaian kota di sore hari dan keindahan semburat merah matahari di ujung laut tak mampu membuat Om Budi ceria. Ia tetap tenggelam dengan perasaannya. Walaupun demikian, sedikit demi sedikit aku mulai bisa menyelami isi hati Om Budi. Kadang ia pun mulai berani untuk mengungkapkan perasaannya, pikirannya dan membuka sedikit rahasia hatinya yang sebelumnya tertutup rapat.
  • 3. Ia mulai mengungkapkan sendiri bagaimana perihnya hidup ditinggalkan kedua orangtuanya dalam waktu berdekatan. Saat berumur sepuluh tahun, ayahnya meninggalkan ia dan ibunya karena tersuruk dalam pelukan wanita lain. ”Kata ibuku, sebenarnya bapak sudah punya istri waktu menikahi ibu.” begitu Om Budi mengawali kisahnya. Ia menggigit bibirnya, sambil mengatur nafas memberi ruang paru-parunya, kemudian mulai melanjutkan kisahnya. ”Sebagai sopir truk, bapakku selalu mampir untuk makan di warung ibu, hingga akhirnya ibu menyerah untuk dinikahinya walaupun tahu kalau bapak sudah beristri. Hingga setahun kemudian lahirlah aku.” ”Sebenarnya kehidupan kami normal saja. Sampai pada suatu hari Bapak dan Ibu bertengkar karena Bapak jarang pulang hingga berminggu-minggu. Padahal, biasanya tiga hari sekali Bapak pulang. Ibu mengira Bapak kembali ke istri lamanya, tetapi Bapak berterus terang bahwa ia sudah mempunyai istri baru lagi. Dan hari itu menjadi hari terakhir aku melihat wajah bapakku.” Om Budi menghirup udara pantai dalamdalam, sementara matanya menikmati merahnya matahari sore yang segera tertelan air laut. ”Apa yang terjadi setelah itu?” ”Ibu menyesali diri, mengapa ia dulu tega merebut suami orang. Hingga ia merasa bahwa kepergian Bapak menikahi perempuan lain sebagai hukum karma yang harus diterimanya. Akhirnya Ibu sakit-sakitan dan meninggal dunia.” tutur Om Budi. Wajahnya seperti pucuk gunung yang selalu diselimuti kabut, walaupun sinar matahari sering melecut, tetapi tak mampu mengenyahkan kabut itu selamanya. Sejak saat itu dimulailah petualangan Om Budi menyambung hidup. Ia isi perutnya dengan bekerja kasar sebagai buruh angkut di pasar. Ia selalu berpindah dari satu pasar ke pasar yang lain. Dari satu kota ke kota yang lain, tentunya sambil berharap bisa menemukan ayahnya yang hilang. Sampai akhirnya ia terdampar di Pasar Langon dan diajak ayah ke rumah. * * * Sepulang sekolah, aku mencari Om Budi di bangku panjang di bawah pohon jambu. Kulihat ia terbaring dengan setelan rapi, celana biru dan baju putih. Rambutnya tersisir rapi. Penampilan yang benar-benar baru.Kudekati ia, kulihat matanya terpejam, wajahnya memancarkan senyum. Sangat damai.Tetapi tubuhnya membeku, kuguncang diam saja. Kupegang pergelangan tangan, tak ada denyut! Aku langsung menghambur ke rumah. Kuberi tahu ayah. Menjelang pemakaman, kulihat Narti ikut berduka. Kuperhatikan ternyata mata Om Budi dan Narti sangat mirip. Mata yang diturunkan oleh benih yang sama. Narti, tahukah kau bahwa igauanmu menyebut nama ayah yang telah meninggalkanmu, membuat Om Budi terpaksa menceraikanmu? Tahukah kau bahwa perkawinan denganmu membuat ia merasa sangat berdosa? Bahwa igauanmu menjadi peneguh kalau kau adalah adiknya? Ah, semua telah menjadi masa lalu, masa lalu yang telah membungkus penderitaan Om Budi. Sekuntum bunga kamboja tertiup angin menerpa wajahku. Kuambil dan kuletakkan di atas pusara Om Budi, ”Semoga di sana kau akan menemui kebahagiaan.” *** Tegal, Juni 2007