Dokumen tersebut menjelaskan cara menilai ambang nyeri pasien berdasarkan penilaian PQRST, yang meliputi provokatif, kualitas, kuantitas, region, radiasi, skala seviritas, dan timing. Dokumen juga menjelaskan mekanisme terjadinya nyeri, prosesnya melalui reseptor dan sistem saraf, serta klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, tempat terjadinya, dan persepsi nyeri.
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
mempelajari sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT), defenisinya, prisip dari SPGDT, time saving is life and limb saving, SPGDT sehari hari, bencana dan TRIAGE,
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
mempelajari sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT), defenisinya, prisip dari SPGDT, time saving is life and limb saving, SPGDT sehari hari, bencana dan TRIAGE,
1. Ambang / Cara Menilai Nyeri Berdasar
PQRST
Post Description : Ambang | Cara | Menilai | Nyeri | Berdasar | PQRST | Provokatif | Paliatif |
Qualitas | Quantitas | Region | Radiasi | Skala | Seviritas | Timing | Mekanisme | Nyeri acut |
Nyeri kronis
Ditulis oleh: Kang Kapuk - Sabtu, 07 Januari 2012
Ambang / Cara Menilai Nyeri Berdasar PQRST - askep kapukonline.com.
Mungkin masih banyak teman-teman perawat yang masih rancu atau bahkan belum
mengetahui bagaimana menilai sebuah ambang nyeri pasien berdasarakan penilaian PQRST.
Baiklah, kali ini akan saya coba jabarkan, semoga bisa di pahami, kalaupun ada yang salah
atau kurang, mohon koreksinya
Ambang / Penilaian Nyeri Berdasar PQRST
1. P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena ruda paksa /
benturan..? Akibat penyayatan..? dll.
2. Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa sering
terjadinya..? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris, dll.
3. R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga menyebar
ke daerah lain / area penyebarannya..?
4. S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS ( Baca : Cara Mengukur GCS
(Glasgow's Coma Scale) ) untuk gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang
berkaitan dengan keluhan
5. T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa sering keluhan
nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi secara mendadak atau bertahap..?
Acut atau Kronis..?
2. Mekanisme Terjadinya Nyeri
Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan
tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh. Mekanisme nyeri adalah sebagai berikut
rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, di ubah dalam bentuk impuls yang di hantarkan ke
pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke perifer
dalam bentuk persepsi nyeri.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti
tekanan, tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain.
2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu, Rata-rata
manusia akan merasakan nyeri jika menerima panas diatas 450
C, dimana mulai pada
suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan
3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat
yang di sebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain:
bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin dan prostaglandin. Bradikinin merupakan
zat yang paling berperan dalam menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat
kimia lain yang berperan dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik,
Zat P dan ion K+ (ion K positif ).
Proses Terjadinya Nyeri
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada
setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua
sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Ad bermielin halus bergaris tengah 2-5
µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak
bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.
Serabut Ad berperan dalam menghantarkan 'Nyeri cepat' dan menghasilkan persepsi nyeri
yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan 'nyeri Lambat' dan
menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.
3. Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus
spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus
posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus
post sentral dari korteks otak.
Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain :
1. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis
1. Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat
contoh nyeri trauma
2. Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker
2. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeri
1. Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya
kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah ditangani,
contoh Nyeri karena tertusuk
2. Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri
karena trauma di hati atau paru-paru.
3. Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh nyeri
angina.
3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
1. Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas
2. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya :
Nyeri yang diakitbatkan oleh kelainan pada susunan saraf.