Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi wisata yang patut untuk dikembangkan. Kunjungan wisatawan ke daerah ini selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kabupaten Lombok Barat memiliki potensi wisata yang cukup terkenal, salah satunya adalah Pantai Senggigi. Namun meskipun kunjungan wisatawan di Pantai Senggigi selalu mengalamai kenaikan yang cukup signifikan, tetapi apabila dibandingkan maka wisatawan mancanegara jauh lebih banyak yang mengunjungi Pantai Senggigi dibandingkan wisatawan nusantara. Hal ini berarti bahwa produk wisata di Pantai Senggigi masih belum optimal.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik segmentasi wisatawan berdasarkan sosiografis dan demografis yang datang ke Pantai Senggigi sehingga dapat diketahui permintaan wisatawan yang berkunjung ke sana yang nantinya dapat dijadikan dasar pengembangan produk wisata di tempat tersebut. Metode yang digunakan adalah mix kualitatif dan kuantitatif dengan pengambilan sampel sebanyak 100 orang. Hasil kuesioner tersebut kemudian dideskripsikan mengenai karakteristik wisatawan berdasarkan sosiografis dan demografis.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik sosiografis wisatawan yang berkunjung ke Pantai Senggigi mayoritas merupakan karyawan swasta, Mayoritas berusia 36-39 tahun, tingkat pendidikannya sarjana (S1), menikah dengan jumlah anak rata-rata 1-2 orang, merupakan wisatawan berulang (repeater), memiliki pengeluaran per bulan antara 2,1 juta rupiah – 3 juta rupiah, berkunjung bersama keluarga, lama tinggal di Lombok Barat sekitar 2-5 hari, dan mayoritas wisatawan berasal dari luar pulau. Sedangkan karakteristik demografis wisatawan yang berkunjung ke Pantai Senggigi berdasarkan indikator venturesomeness merupakan wisatawan yang near allocentric yang artinya lebih menyukai atraksi yang bersifat adventure dan alami. Berdasarkan VALS, wisatawan yang berkunjung ke Senggigi dibagi menjadi tiga segmen.
Kata Kunci: segmentasi wisatawan, sosiodemografis, psikografis, Pantai Senggigi, Lombok Barat
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...Muhammad Bahrudin
Prinsipnya teori pembangunan dunia ketiga ini adalah teori-teori yang berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara miskin/berkembang. Negara-negara ini disebut dengan negara dunia ketiga, yang identik dengan negara agraris dan negara tradisional. Dan ternyata, proses pemiskinan di negara dunia ketiga ini disinyalir akibat kontak dengan negara-negara maju (barat) dalam proses pembangunannya.
3 Teori ini akan dibahas pada Bab ini untuk menjelaskan sudut pandang pembangunan negara dunia ketiga yaitu;
- Teori Modernisasi yang melihat bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor internal negara yang bersangkutan;
- Teori Ketergantungan, yang memaknai kemiskinan sebagai akibat kekuatan-kekuatan dari luar; dan
- Teori Sistem Dunia, yang melihat bahwa dunia hanya sebagai satu sistem ekonomi yaitu kapitalis.
Referensi bahasan ini adalah buku "Sosiologi Perubahan Sosial" karya Nanang Martono pada Bab 5 tentang Teori Pembangunan Dunia Ketiga.
DI dalam slide ini dijelaskan mengenai pengertian migrasi penduduk, jenis-jenis migrasi, faktor-faktor yang mendorong terjadinya migrasi, dan dampak positif dan negatif dari migrasi penduduk.
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...Muhammad Bahrudin
Prinsipnya teori pembangunan dunia ketiga ini adalah teori-teori yang berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara miskin/berkembang. Negara-negara ini disebut dengan negara dunia ketiga, yang identik dengan negara agraris dan negara tradisional. Dan ternyata, proses pemiskinan di negara dunia ketiga ini disinyalir akibat kontak dengan negara-negara maju (barat) dalam proses pembangunannya.
3 Teori ini akan dibahas pada Bab ini untuk menjelaskan sudut pandang pembangunan negara dunia ketiga yaitu;
- Teori Modernisasi yang melihat bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor internal negara yang bersangkutan;
- Teori Ketergantungan, yang memaknai kemiskinan sebagai akibat kekuatan-kekuatan dari luar; dan
- Teori Sistem Dunia, yang melihat bahwa dunia hanya sebagai satu sistem ekonomi yaitu kapitalis.
Referensi bahasan ini adalah buku "Sosiologi Perubahan Sosial" karya Nanang Martono pada Bab 5 tentang Teori Pembangunan Dunia Ketiga.
DI dalam slide ini dijelaskan mengenai pengertian migrasi penduduk, jenis-jenis migrasi, faktor-faktor yang mendorong terjadinya migrasi, dan dampak positif dan negatif dari migrasi penduduk.
PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA TOMOHON SEBAGAI KOTA BUNGA SULAWESI UTARAketutsuardanajogja
Along with its geographical condition, local people culture, and some other aspects, Tomohon city has some potential to develop as a leading industrial centre and flower market in Indonesia. The presence of domestic industrial embryo that develop and distribute flowers in kiosk centre exactly in Kakaskasen village can be model village that must still to develop so that it can be a pioneer of grow of other small industrial centre in the nearby villages
From potentials that owned by Tomohon town among other s natural potential that support horticulture, people’s culture that like to cultivate and domestic small industry grow. Tomohon city development focuses on the existing domestic industry in order to be able to be advanced and developed, so that it can improve its surrounding people welfare. Existing small industrial development involves for aspect: product, management, fund, and marketing. The four aspect development is expected to run synergy and simultaneously so that the result obtained can also be maximum and spread so that be able to reflect Tomohon city as a flower city. Besides, as an industrial centre and flower marketing in Indonesia is expected to spur on tourism development in Tomohon city and in Indonesia in general
International Tourism_Kelompok Eko Pariwisata.pptxMohNurKhaqiqi
Dokumen ini adalah ppt yang berisi materi pariwisata internasional dan review beberapa jurnal scopus yang relevan. Menjelaskan fenomena pariwisata internasional di beberapa negara yang memiliki berbagai permasalahan tentang pariwisata seperti over-tourism, isu lingkungan, dan kenaikan harga akibat meningkatnya permintaan pariwisata. Di ppt ini dilanjut pembahasan dengan review singkat beberapa artikel jurnal scopus yang membahas tentang permasalahan pariwisata.
1. Di banyak negara Eropa, pariwisata kota merupakan kontributor utama bagi produk domestik bruto (PDB) pariwisata negara secara keseluruhan. Pada tahun 2016, misalnya, 60,3% dari PDB pariwisata langsung di Republik Ceko dihasilkan di Praha; di Irlandia, 59,1% dihasilkan di Dublin, dan Brussel menyumbang 52,6% dari PDB pariwisata langsung di Belgia. Kota adalah tujuan yang menarik untuk berbagai segmen pasar wisata. Kaum muda juga tertarik dengan kehidupan malam dan hiburan sebagai acara olahraga yang diadakan di kota. Turis yang lebih tua dan lebih berpendidikan tertarik pada warisan budaya kota. Pilihan yang tersedia untuk pelancong di suatu kota melampaui jenis tujuan lain karena kepadatan penawaran budaya yang tersedia. Sejak tahun 1980-an, banyak destinasi yang berfokus pada wisata budaya sebagai sumber pembangunan ekonomi. Ini terutama benar dalam kasus orang Eropa kota. Kota-kota Eropa semakin menargetkan pariwisata sebagai sektor kunci untuk pembangunan lokal dan berinvestasi dalam atraksi budaya dan infrastruktur untuk mengamankan posisi ceruk di pasar wisata. Pasar pariwisata budaya Eropa menjadi semakin kompetitif dengan semakin banyaknya kota dan wilayah Uni Eropa yang mengembangkan strategi pariwisata mereka di sekitar warisan budaya. Pembukaan Eropa Tengah dan Timur juga mengarah pada pengembangan tujuan wisata budaya "baru".
2. Kedatangan wisatawan internasional global meningkat dari 278 juta pada tahun 1980 menjadi 1.5 miliar pada tahun 2019. Kontribusi Langsung dari tourism terhadap perekonomian malaysia telah meningkat sebesar 471 persen dari RM 15,60 miliar pada tahun 1995 menjadi RM89, 13 miliar pada tahun 2019
Menurut teori permintaan, wisatawan termotivasi untuk melakukan perjalanan ke negara yang memiliki daya beli yang lebih tinggi karena mereka akan menjadi lebih kaya di negara tersebut. Biaya perjalanan juga menjadi pertimbangan penting bagi wisatawan internasional untuk memutuskan Perjalanan. Malaysia mendapat nilai tertinggi di antara negara-negara Asia Pasifik dalam hal daya saing harga, dengan skor 6.3. Negara tujuan utama Seperti Prancis (4,5), Spanyol (5,0), Amerika Serikat (5.3), China (5.7), dan Italia (4,4) memiliki Skor yang jauh lebih rendah dari Malaysia.
Negara-negara tersebut berkinerja lebih baik dari Malaysia dalam hal menarik wisatawan. Secara teoritis, pendapatan, harga, dan budaya mempengaruhi proses pengambilan keputusan masyarakat.
Semoga ppt ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...Lalu Permadi
This study aimed to determine the potential for tourism development in the city of Mataram based on tourist perceptions and preferences. The method of proving the research objectives uses descriptive research methods. In-depth interviews will carry out primary data collection. The study results will show the tourism potential in the city of Mataram and how the development is based on the perceptions and preferences of tourists in tourist locations in the capital of NTB Province. The results of this study indicate that the perception of tourists about the potential for tourism development in the city of Mataram is high, meaning that tourists consider the city of Mataram still has the potential to be developed into a classy tourist destination. In general, based on tourist preferences for tourism development in the city of Mataram, the existing attractions, amenities, ancillaries, and accessibility are still very possible to be developed. In general, the improvisations that are expected by tourists are including facilities, tourism attraction management, and environmental cleanliness.
Peranan Room Boy Terhadap Efektivitas Kerja Pada Housekeeping Department Di L...ketutsuardanajogja
Adapun hasil penelitian yang sudah dilaksanakan oleh penulis di Hotel LPP Convention Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa kefektivitasan sudah dilakukan sesuai dengan step by step dalam membersihkan kamar tamu mulai dari melakukan absen, menggunakan uniform, set up toolkit & toolbox, penggunaan lift karyawan, pengecekan kamar (room status), menulis form room status, dan proses pengerjaan kamar mulai dari making bed, membersihkan toilet, sweeping, mopping, dusting hingga menulis worksheet. Keefektivitasan dalam membersihkan kamar tanpa meninggalkan SOP (Standard Operational Procedure) menjadi acuan dalam pengerjaan kamar seorang room boy yang mana pengerjaan tersebut harus dilakukan dengan baik dan benar, sehingga hasil yang didapat saat pengerjaan kamar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh tamu dan supervisor sebagai karyawan yang menilai hasil kerja seorang room boy. Dengan adanya keefektivitasan kerja yang dilakukan di Hotel LPP Convention Yogyakarta para tamu yang melakukan check in dapat menggunakan kamar tanpa menunggu dibersihkan terlebih dahulu dan tamu akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh hotel.
PERANAN PRAMUSAJI DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PELANGGAN DI ABHAYAGIRI RESTAUR...ketutsuardanajogja
Abhayagiri Restaurant adalah restoran dengan kelas bintang lima (konsep fine dinning). Pelayanan yang penuh, makanan lebih spesifik, khusus dan berkelas. Suasana elegant saat memasuki restoran, di restoran ini terdapat aturan-aturan yang harus diikuti pelanggan. Pramusaji berpakaian formal dan terlatih, Chef yang sudah berpengalaman dan dengan harga yang tinggi pelanggan mendapatkan kepuasan dari berbagai aspek.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peranan layanan pramusaji terhadap kepuasan pelanggan di Abhayagiri restaurant. Metode yang digunakan adalah observasi, interview,dokumentasi, kepustakaan dan analisis data. Selanjutnya temuan tersebuat di analisis dan disimpulkan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Hasil dari penelitian akan menunjukan peranan pramusaji dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Hal tersebut akan menunjukan peningkatan kepuasan pelanggan yang berarti profit perusahaan bertambah.
Kata kunci : Peranan pramusaji, pelayanan pelanggan dan kepuasan pelanggan.
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN OBJEK WISATA PANTAI SENGGIGI DI LOMBOK ...ketutsuardanajogja
Pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dikembangkan oleh pemerintah NTB sebagai implikasi dari otonomi daerah merupakan metode atau tehnik yang paling tepat untuk membangun pariwisata.
Kerjasama yang sinergi atara pemerintah, stakeholder dan masyarakat menjadi dasar utama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Data telah menunjukkan dari tahun ke tahun kunjungan wisatawan di NTB terus meningkat, dampaknya meningkatnya PAD di NTB dan menurunnya angka pengangguran terutama masyarakat sekitar objek wisata.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Analisis Karakterisktik wisatawan dan implikasinya pada pengembangan destinasi wisata.
1. i
ANALISIS KARAKTERISTIK WISATAWAN DAN IMPLIKASINYA
PADA PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA
(Studi Kasus di Pantai Senggigi Kabupaten Lombok Barat- NTB)
I Ketut Suardana1
, Budi Prayitno2
, Ike Janita Dewi3
INTISARI
Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi wisata yang patut untuk
dikembangkan. Kunjungan wisatawan ke daerah ini selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Kabupaten Lombok Barat memiliki potensi
wisata yang cukup terkenal, salah satunya adalah Pantai Senggigi. Namun
meskipun kunjungan wisatawan di Pantai Senggigi selalu mengalamai kenaikan
yang cukup signifikan, tetapi apabila dibandingkan maka wisatawan
mancanegara jauh lebih banyak yang mengunjungi Pantai Senggigi
dibandingkan wisatawan nusantara. Hal ini berarti bahwa produk wisata di Pantai
Senggigi masih belum optimal.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik segmentasi
wisatawan berdasarkan sosiografis dan demografis yang datang ke Pantai
Senggigi sehingga dapat diketahui permintaan wisatawan yang berkunjung ke
sana yang nantinya dapat dijadikan dasar pengembangan produk wisata di
tempat tersebut. Metode yang digunakan adalah mix kualitatif dan kuantitatif
dengan pengambilan sampel sebanyak 100 orang. Hasil kuesioner tersebut
kemudian dideskripsikan mengenai karakteristik wisatawan berdasarkan
sosiografis dan demografis.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik sosiografis wisatawan yang
berkunjung ke Pantai Senggigi mayoritas merupakan karyawan swasta, Mayoritas
berusia 36-39 tahun, tingkat pendidikannya sarjana (S1), menikah dengan jumlah
anak rata-rata 1-2 orang, merupakan wisatawan berulang (repeater), memiliki
pengeluaran per bulan antara 2,1 juta rupiah – 3 juta rupiah, berkunjung bersama
keluarga, lama tinggal di Lombok Barat sekitar 2-5 hari, dan mayoritas wisatawan
berasal dari luar pulau. Sedangkan karakteristik demografis wisatawan yang
berkunjung ke Pantai Senggigi berdasarkan indikator venturesomeness
merupakan wisatawan yang near allocentric yang artinya lebih menyukai atraksi
yang bersifat adventure dan alami. Berdasarkan VALS, wisatawan yang
berkunjung ke Senggigi dibagi menjadi tiga segmen.
Kata Kunci: segmentasi wisatawan, sosiodemografis, psikografis, Pantai
Senggigi, Lombok Barat
1
Mahasiswa Magister Arsitektur dan Perencanaan Pariwisata, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Pariwisata, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
2. ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………… ii
INTISARI ……………………………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………… 3
BAB III METODELOGI PENELITIAN …………………………………………….. 7
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN …………………………………………. 8
BAB V KESIMPULAN ………………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 14
4. 1
I PENDAHULUAN
Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satu provinsi Indonesia yang memiliki
potensi wisata yang patut untuk dikembangkan, arus kunjungan wisatawan ke
daerah ini selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu
Kabupaten yang memiliki potensi wisata yang cukup terkenal adalah kabupaten
Lombok Barat, dimana kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi NTB yang memiliki beberapa kawasan wisata yang cukup terkenal yaitu:
destinasi wisata pantai seperti Pantai Senggigi, Pantai Sire, Objek wisata Tiga
Gili (Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan); destinasi wisata peninggalan sejarah
seperti : Taman Narmada, Lingsar dan Batu Bolong; destinasi wisata alam
seperti : Sesaot, Danau Segara Anak, air terjun Sindang Gile dan lainnya.
Salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lombok Barat adalah
kawasan Pantai Senggigi, yang berlokasi Kecamatan Gunung Sari, Desa
Senggigi, Kab. Lombok Barat - NTB. Kawasan Pantai Senggigi mampu
mengundang animo wisatawan lokal maupun mancanegara karena keindahan
alamnya, sebagai gambarannya banyaknya wisatawan yang berkunjung ke
Lombok barat, maka tabel di bawah akan memberikan informasi:
Tabel.1.1. Pertumbuhan Jumlah Kunjungan Wisatawan
ke Kabupaten Lombok Barat Tahun 2001-2010
No Tahun
Pertumbuhan Wisatawan
Nusantara Mancanegara Jumlah
1. 2001 54.540 40.098 94.638
2. 2002 104.898 51.606 156.504
3. 2003 72.593 73.410 146.006
4. 2004 96.107 104.133 200.240
5. 2005 88.199 134.531 222.730
6. 2006 87.819 131.461 229.280
7. 2007 122.260 131.352 253.612
8. 2008 229.114 315.387 544.501
9. 2009 232.120 387.250 619.370
10. 2010 240.120 435.130 675.250
Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan LOBAR
Namun meskipun kunjungan wisatawan di Pantai Senggigi selalu mengalamai
kenaikan yang cukup signifikan, tetapi apabila dibandingkan maka wisatawan
mancanegara jauh lebih banyak yang mengunjungi Pantai Senggigi dibandingkan
wisatawan nusantara. Hal ini berarti bahwa produk wisata di Pantai Senggigi
5. 2
masih belum optimal. Salah satu cara perbaikan pada destinasi wisata adalah
dengan memperhatikan keinginan dari para wisatawan. Perhatian-perhatian
tersebut dapat dijadikan sebagai panduan untuk membuat segmentasi pasar
pada masing-masing destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lombok Barat
termasuk di Kawasan Pantai Senggigi.
Mendasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka segmentasi pasar
untuk peningkatkan destinasi wisata perlu dilakukan. Perlunya dilakukan
segmentasi pasar terutama di Kawasan Pantai Senggigi ini karena belum
optimalnya destinasi wisata Pantai Senggigi sehingga belum mampu
memberikan kontribusi pada pemasukan daerah serta peningkatan
kesejahteraan penduduk sekitar. Setelah dilakukan pengembangan destinasi
wisata Kawasan Pantai Senggigi berdasarkan segmentasi pasar tersebut, maka
diharapkan minat berkunjung baik wisatawan domistik maupun wisatawan manca
negara semakin tinggi
6. 3
II TINJAUAN PUSTAKA
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-
kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau
perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran
yang berbeda. Atau segmentasi pasar bisa diartikan segmentasi pasar adalah
proses pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk,
menganalisia perbedaan antara pembeli di pasar.
1. Segmentasi sosiodemografis
Segmentasi demografis membagi pasar menjadi berkelompok-kelompok
berdasarkan umur, jenis kelamin, siklus hidup, pendapatan, pekerjaan, tingkat
pendidikan, agama, dan kelompok etnis. Dasar pengelompokkan pasar yang
paling populer dan yang paling mudahdiukur. Alasan pokoknya adalah bahwa
kebutuhan dan selera konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik
demografisnya. Sebagai contoh, kebutuhan dan selera konsumen akan berubah
seiring dengan pertambahan usia dan perubahan siklus hidup. Kebutuhan dan
seseorang saat anak-anak, remaja dan dewasa akan banyak mengalami
perubahan demikian juga sebelum dan setelah menikah, mempunyai anak balita
atau setelah anak mandiri.
Dalam segementasi pasar, karakteristik demografis hampir selalu menyertai
dasar segmentasi lainnya. Walaupun dasar-dasar segementasiyang muktahir
bermunculan, termasuk psikografis, karakteristik demografis masih dianggap
menjadi dasar pengelompokkan yang sangat berarti dan terpasang dengan kuat
(embedded) dalam semua riset pemasaran (Plogg, 2002). Dalam penelitian ini,
walaupun karakteristik psikografis dianggap mempunyai “daya penjelas” yang
kuat terhadap profil wisatawan domestik, karekateristik demografis akan
mendapatkan porsi perhatian yang sama besarnya. Karakteristik demografi yang
diteliti akan meliputi pekerjaan, usia, pendidikan, status perkawinan, daur hidup,
dan jumlah pengeluaran untuk belanja sehari-hari.
2. Segmentasi psikografis
Penelitian ini akan menghasilkan kelompok-kelompok atau segmen-segmen
wisatawan berdasarkan karakteristik psikografis. Masing-masing kelompok
diyakini akan mempunyai “gaya, cara, dan selera” yang berbeda. Karakteristik
7. 4
psikografis bisa dianggap sebagai gaya hidup dan nilai yang dianut oleh
seseorang, dan akan menentukan preferensi dan cara menikmati suatu produk
atau jasa.
Dalam studi perilaku konsumen, psikografi lazim digunakan sebagai dasar
segmentasi (Solomon, 1994). Sebuah riset psikografis akan mengelompokkan
konsumen berdasarkan kombinasi-kombinasi dari tiga variabel, yaitu aktivitas,
ketertarikan pada berbagai hal, dan pendapat tentang berbagai masalah.
Berdasarkan data dari sampel yang diteliti, konsumen kemudian dimasukkan
dalam kelompok-kelompok, di mana anggota-anggota masing kelompok
mempunyai kemiripan dalam hal karakteristik psikologis, preferensi terhadap
berbagai aktivitas, sikap terhadap suatu produk dan pola penggunaan produk
tersebut. Strategi pemasaran kemudian bisa dirancang untuk memaksimalkan
pelayanan pada satu (biasanya pengguna produk dengan frekuensi tertinggi)
kelompok konsumen tertentu.
Konsep venturesomeness
Beberapa model telah dikembangkan untuk menggolong-golongkan
wisatawan berdasarkan tipe psikografis mereka. Salah satu model yang
paling terkenal adalah model Plogg (Plogg, 2002; McIntosh et.al., 2004)
yang mengkasifikasikan masyarakat Amerika Serikat sepanjang skala
psikografis, yang merenstang dari titik ekstrem psychocentrics ke titik
ekstrem lainnya yaitu allocentrics. Pada dasarnya, orang yang
psychocentric adalah orang yang berpusat pada diri sendiri, mencari
keamanan, dan hanya peduli pada masalah-masalah yang berkenaan
dengan dirinya dan lingkungan sekitar yang didefinisikan secara sempit.
Orang seperti ini cenderung menjadi orang yang tertutup dan tidak suka
berpergian. Sebaliknya, allocentric adalah orang yang berwawasan luas
dan tertarik dengan berbagai macam pokok persolaan. Orang tipe ini
adalah pribadi terbuka dan suka berpergian ke tempat-tempat yang
eksotis dan belum pernah dikunjungi.
Karakteristik psychocentrics – allocentrics yang menentukan
venturesomeness (kecenderungan/frekuensi untuk berpergian) ini juga
menentukkan pengambilan keputusan wisata dalam banyak hal.
Termasuk didalamnya adalah pemilihan daerah tujuan wisata dan objek-
8. 5
objek wisata yang dikunjungi, aktivitas yang dilakukan selama berwisata,
dan pola interaksi dengan masyarakat di tujuan wisata tersebut.
Penelitian Basala dan Klenosky (2001) dan Pizam et al. (2004) juga
menghasilkan kesimpulan yang serupa bahwa tipe kepribadian
(personality) seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam berwisata.
Ada perbedaan yang signifikan antara individu yang mempunyai
kecenderungan sebagai pencari sensasi (sensation-seeker) dan bersedia
menanggung resiko (risk-taker) dibanding yang kurang mencari sensasi
dan bersedia menanggung risiko (risk-taker) dibanding yang kurang
mencari sensasi dan kurang berani mengambil risiko, dalam hal pemilihan
tujuan wisata (yang belum pernah dikunjungi versus yang sudah dikenal
dengan baik) dan aktivitas wisata.
Gaya dan selera kelompok yang psychocentrics maupun sensation-
seeking dan risk-taking ini bisa memberikan jawaban yang menyakinkan
untuk pertayaan mengapa orang tidak mengunjungi kembali tujuan wisata
yang pernah dikunjungi, walupun dia merasa senang dan puas dengan
tempat tersebut, dan mengapa pilihan tujuan wisata tidak selalu
berkolerasi dengan kelengkapan infrastruktur di suatu tujuan wisata itu
(Plogg, dalam Dewi, 2005). Segmen wisatawan ini cenderung suka
memilih objek wisata yang belum pernah dikunjungi, yang alami, dan
suka berbaur dengan masyarakat sekitar. Fasilitas tambahan yang
nyaman mungkin malah mengurangi daya tarik suatu objek wisata.
Reruntuhan candi akan lebih menarik dan eksotis dibanding candi utuh
hasil rekonstruksi, dan penginapan yang juga merupakan rumah
penduduk akan dinilai lebih dari hotel berfasilitas lengkap.
Segmen-segmen psikografis yang akan dihasilkan oleh penelitian ini
didasarkan pada dua kriteria. Kriteria yang pertama yaitu skor
venturesomeness dari masing-masing wisatawan dan motivasi dan
motivasi kunjungan wisata dan preferensi aktivitas (dan tempat kunjungan
wisata) sewaktu berwisata. Sebagai contoh, jika wisatawan memilih untuk
mempelajari budaya setempat atau menyaksikan pertujunjukkan kesenian
maka secara psikografi akan digolongkan menjadi “penikmat
kebudayaan”. Tingkat venturesomness seseorang mempunyai hubungan
9. 6
dengan preferensi atau motivasi kunjungan (Dewi, 2005). Perbedaan skor
venturesomeness akan terlihat dalam perbedaan karakteristik preferensi
aktivitas (atau motivasi kunjungan).
Pengelompokkan wisatawan secara psikografis biasanya dilakukan
bersamaan dengan pengelompokkan secara demografis. Beberapa
penelitian menemukan adanya korelasi yang cukup signifikan antara
kedua faktor tersebut, walaupun terkadang kesamaan latar belakang
demografis tidak harus mengindikasikan gaya dan selera berwisata yang
sama. Chandler dan Costello (dalam Dewi, 2005) mengembangkan profil
psikografis dan demografis pengunjung objek-objek budaya (heritage
tourism) dan menarik kesimpulan bahwa pengunjung pada semua objek-
objek tersebut mempunyai karakteristik demografis dan gaya hidup dan
pilihan tingkat aktivitas yang sangat homogen. Akan tetapi, Plogg (dalam
Dewi, 2005) menegaskan bahwa individu-individu dengan tingkat
penghasilan yang sama (yang secara demogris digolongkan menjadi satu
kelompok demografis) sangatlah mungkin memilih tujuan dan aktivitas
wisata yang berbeda. Orang-orang yang psychocentric, walaupun dengan
tingkat penghasilan yang berbeda, akan cenderung mempunyai gaya dan
selera berwisata yang sama.
10. 7
III METODE PENELITIAN
Wilayah Amatan
Wilayah administratif yang diteliti adalah objek wisata Pantai Senggigi di
Kabupaten Lombok Barat-NTB serta objek yang diteliti adalah wisatawan yang
mengunjungi Obyek Wisata Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat-NTB
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data
yakni data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
metode kuesioner, wawancara dan observasi langsung.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari instansi terkait misalnya dari
Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat-NTB. Data sekunder digunakan sebagai
pendukung informasi terutama mengenai segmentasi pasar yang telah dilakukan
oleh pihak yang berkepentingan.
Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
purposive sampling adalah sebuah teknik pengambilan sampel dengan ciri-ciri
tertentu. Adapun ciri-ciri yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wisatawan nusantara yang berusia minimal 17 tahun.
2. Wisatawan nusantara yang sudah pernah berkunjung ke Pantai Senggigi
minimal sebanyak 2 kali.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yakni sebanyak 100 responden.
Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu sosiodemografis dan psikografis.
Dari masing-masing variabel tersebut, diturunkan indikator-indikator yang nantinya
dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner.
Metode Analisis Penelitian
Analisis data dalam hal penelitian ini adalah menggunakan Analisis Deskriptif
Kuantitatif. Penggunaan Analisis Deskriptif Kuantitatif bertujuan mengkaji
keterkaitan segmentasi pasar pada pengembangan destinasi pariwisata pantai
senggigi di Lombok Barat-NTB, serta merumuskan guide lines terhadap peningkatan
kunjungan para wisatawan di Lombok Barat. Alat analisis yang akan digunakan
11. 8
dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif frekuensi dan crosstabs (tabel
silang).
IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
a. Karakter Sosiodemografis Wisatawan
Berdasarkan kesepuluh indikator yang telah dipaparkan diatas, maka
karakteristik wisatawan yang datang ke Lombok Barat berdasarkan
sosiodemografis adalah sebagai berikut:
Mayoritas merupakan karyawan swasta
Mayoritas berusia 30-39 tahun
Tingkat pendidikannya sarjana (S1)
Menikah, dengan jumlah anak rata-rata 1-2 orang
Merupakan wisatawan berulang (repeater)
Memiliki pengeluaran per bulan antara 2,1 juta rupiah – 3 juta rupiah
Berkunjung bersama keluarga
Lama tinggal di Lombok Barat sekitar 2-5 hari
Menggunakan pesawat sebagai moda transportasi dari tempat asal
menuju Lombok Barat, sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas
wisatawan bukan penduduk Lombok dan berasal dari luar pulau.
b. Karakter Psikografis Wisatawan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa wisatawan yang berkunjung
ke Senggigi cenderung wisatawan yang mempunyai karakteristik near allocentric.
Sehingga dapat dikatakan bahwa wisatawan yang datang ke Senggigi cenderung
lebih menyukai sesuatu yang baru baik dari segi daerah tujuan wisata di kawasan
tersebut, aktivitasnya, dan terutama menyenangi interaksi dengan masyarakat di
tujuan wisata tersebut.
Metode VALS dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
preferensi wisatawan pada terhadap aktivitas yang akan mereka lakukan selama
berkunjung ke Lombok Barat. Pertama-tama, peneliti melihat bagaimana penlilaian
wisatawan terhadap tempat-tempat wisata di Lombok Barat yang dikunjungi oleh
wisatawan. Dari penilaian ini peneliti dapat mengetahui destinasi wisata mana yang
12. 9
paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, sehingga peneliti dapat melihat gambaran
secara cepat preferensi aktivitas apa yang disukai/dipilih oleh wisatawan.
Berdasarkan hasil analisis maka didapatkan tiga segmen seperti yang tertera
pada tabel di bawah ini.
Tabel. 5.2. Segemen Psikografis Wisatawan Lombok Barat
SEGMEN PSIKOGRAFIS ITEM PERTANYAAN
SEGMEN 1 Menambah ilmu pengetahuan
Menikmati pemandangan alam
Mencicipi kuliner tradisional
Menghilangkan kejenuhan
Menikmati suasana yang berbeda dari
aktivitas rutin
SEGMEN 2 Mempelajari budaya suku Sasak
Menonton event budaya atau kesenian
yang sedang berlangsung/menonton
pertunjukkan kesenian
Mengunjungi event/acara yang
diselenggaraan oleh klub/organsisai
Beraktivitas dengan warga pedesaan
suku Sasak Sade
SEGMEN 3 Mengunjungi konveni/konferensi yang
sedang berlangsung
Surfing, snorkeling, sky boat
Berpetualang
Berbelanja souvenir
Bisnis cinderamata
Sumber: Analisis (2013)
c. Hubungan Faktor Demografis dan Perilaku Berwisata berdasarkan
Venturesomeness
Socio – Demografis Psikografis
Mayoritas merupakan karyawan swasta Near Allocentric
Mayoritas berusia 30-39 tahun Near Allocentric
Tingkat pendidikannya sarjana (S1) Near Allocentric
Menikah, dengan jumlah anak rata-rata
1-2 orang
Near Allocentric
Wisatawan yang baru datang pertama
kali dan wisatawan berulang 2-3 kali
Near Allocentric
Memiliki pengeluaran per bulan antara
2,1 juta rupiah – 3 juta rupiah
Near Allocentric
Berkunjung bersama keluarga Near Allocentric
13. 10
Lama tinggal di Lombok Barat sekitar
2-5 hari
Near Allocentric
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa karakter psikografis wisatawan yang
datang di Senggigi adalah near allocentric, yang berarti wisatawan tersebut
menyukai hal-hal yang alami, explorer, dan cenderung menyukai kegiatan yang
penuh tantangan.Apabila dilihat dari segmen pasar berdasarkan aktivitasnya maka
dari ketiga segmen kegiatan yang ada, dipilih kegiatan yang sesuai untuk karakter
tersebut. Sehingga, secara konseptual segmen kegiatan yang akan dikembangkan
adalah sebagai berikut:
Segmen Jenis Aktivitas
SEGMEN 1 Menambah ilmu pengetahuan
Mencicipi kuliner tradisional
Menikmati suasana yang berbeda dari
aktivitas rutin
SEGMEN 2 Mempelajari budaya suku Sasak
Menonton event budaya atau kesenian
yang sedang berlangsung/menonton
pertunjukkan kesenian
Beraktivitas dengan warga pedesaan
suku Sasak Sade
SEGMEN 3 Surfing, snorkeling, sky boat
Berpetualang
d. Rencana Konseptual Pengembangan Produk Wisata
Pengembangan Produk Wisata di Senggigi meliputi tiga hal, yaitu:
atraksi, akomodasi (penginapan), dan transportasi. Hal ini dilakukan karena
menurut Middleton (2001), tiga komponen utama dari produk wisata adalah
atraksi, amenitas, dan aksesibilitas.
Dalam penyusunan konsep, maka selain memperhatikan karakter
psikografis wisatawan, karakter demografis wisatawan harus dijadikan
sebagai pertimbangan utama dalam pengembangan wisata Pantai Senggigi.
Konsep pengembangan produk wisata di Senggigi adalah sebagai
berikut:
1. Atraksi
14. 11
Pengembangan atraksi dilakukan dengan mengembangkan atraksi-
atraksi yang sifatnya menonjolkan sisi petualangannya. Pengembangan-
pengembangan itu antara lain pengembangan Watersport (surfing,
snorkeling, sky boat), pengembangan desa wisata di suku Sasak Sade,
pengembangan festival/event dan pertunjukan kebudayaan (tari,
legenda), pengembangan atraksi untuk keluarga, dan pengembangan
kuliner tradisional
2. Amenitas
Pengembangan amenitas hendaknya juga memperhatikan karakter
wisatawan. Sesuai dengan hasil analisis maka pengembangan
akomodasi/penginapan yang sesuai adalah penginapan homestay di
rumah penduduk atau hotel dengan arsitektur dan suasana khas. Lombok
Barat. Untuk fasilitas pendukung wisata lainnya seperti restoran/tempat
makan hendaknya menyajikan kuliner khas Lombok Barat dan arsitektur
restoran/tempat makan yang khas.
3. Transportasi
Untuk menjelajah area Lombok Barat, dapat disediakan transportasi
tradisional seperti cidomo (dokar/andong) atau transportasi khusus wisata
yang menghubungkan antar destinasi di Lombok Barat
15. 12
V KESIMPULAN
Karakteristik wisatawan yang datang ke Lombok Barat berdasarkan
sosiodemografis adalah sebagai berikut:
Mayoritas merupakan karyawan swasta
Mayoritas berusia 30-39 tahun
Tingkat pendidikannya sarjana (S1)
Menikah, dengan jumlah anak rata-rata 1-2 orang
Merupakan wisatawan berulang (repeater)
Memiliki pengeluaran per bulan antara 2,1 juta rupiah – 3 juta rupiah
Berkunjung bersama keluarga
Lama tinggal di Lombok Barat sekitar 2-5 hari
Menggunakan pesawat sebagai moda transportasi dari tempat asal
menuju Lombok Barat, sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas
wisatawan bukan penduduk Lombok dan berasal dari luar pulau.
Wisatawan yang berkunjung ke Senggigi cenderung wisatawan yang
mempunyai karakteristik near allocentric. Sehingga dapat dikatakan bahwa
wisatawan yang datang ke Senggigi cenderung lebih menyukai sesuatu yang
baru baik dari segi daerah tujuan wisata di kawasan tersebut, aktivitasnya,
dan terutama menyenangi interaksi dengan masyarakat di tujuan wisata
tersebut.
Bila dilihat hubungan antara karakter psikografis dan sosiodemografisnya
seluruh karakter wisatawan berdasarkan sosiodemografisnya bersifat near
16. 13
allocentric. Sehingga, secara konseptual segmen kegiatan yang akan dikembangkan
adalah sebagai berikut:
1. Atraksi
Pengembangan atraksi dilakukan dengan mengembangkan atraksi-atraksi
yang sifatnya menonjolkan sisi petualangannya. Pengembangan-
pengembangan itu antara lain pengembangan Watersport (surfing,
snorkeling, sky boat), pengembangan desa wisata di suku Sasak Sade,
pengembangan festival/event dan pertunjukan kebudayaan (tari, legenda),
pengembangan atraksi untuk keluarga, dan pengembangan kuliner
tradisional
2. Amenitas
Pengembangan amenitas hendaknya juga memperhatikan karakter
wisatawan. Sesuai dengan hasil analisis maka pengembangan
akomodasi/penginapan yang sesuai adalah penginapan homestay di rumah
penduduk atau hotel dengan arsitektur dan suasana khas. Lombok Barat.
Untuk fasilitas pendukung wisata lainnya seperti restoran/tempat makan
hendaknya menyajikan kuliner khas Lombok Barat dan arsitektur
restoran/tempat makan yang khas.
3. Transportasi
Untuk menjelajah area Lombok Barat, dapat disediakan transportasi
tradisional seperti cidomo (dokar/andong) atau transportasi khusus wisata
yang menghubungkan antar destinasi di Lombok Barat
17. 14
DAFTAR PUSTAKA
Basala, Sandra L. and David B. Klenosky (2001). “Travel-Style Preferences for
Visiting a Novel Destination : A Conjoint Investigation across the Novelty-
Familiarity Continuum”, Journal of Travel Research, Vol. 40 (November),
pp.172-182.
Dewi, Ike Janita & Luciana Kurniawati. (2005). Strategi Segmentasi dalam Turisme
Profil Psikologis dan Demografis Wisatawan Domestik di DIY. Penelitian tidak
diterbitkan. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
McIntosh, (1986). Tourism Principles, Practice, Philosophies, Canada: John Willey
and Son. Inc.
Plogg, S. (2002). “The Power of Psychographics and The Concept of
Venturesomeness”. Journal of Travel Research, 40, 244-251.
Solomon, Michael R. (1994), Consumer Behavior: Buying , Having, and Being, 2nd
Edition, Massachusetts: Allyn and Bacon.