1. Dokumen tersebut membahas rencana pengembangan kota Tomohon sebagai kota bunga di Sulawesi Utara melalui festival bunga Tomohon 2008 untuk mempromosikan potensi kota tersebut sebagai pusat industri bunga.
2. Festival tersebut bertujuan untuk meningkatkan citra Tomohon sebagai kota bunga, meningkatkan kecintaan terhadap tanaman hias, dan memfasilitasi komunikasi antar pelaku usaha florikultura.
3
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Challenges in managing mangrove ecosystem in Indonesia
This session discusses what are the opportunities and challenges in mangrove management, especially from the policy aspects. One of the highlights of this session is the urgency of mangrove economic valuation along the line of one-map policy. This session also discusses the issue faced by the government at the national and sub national levels to perform good mangrove management practices. The need to involve scientists and NGO in supporting the government to implement the mangrove management strategy is also suggested.
Speaker: Victor Nikijuluw, Marine Program Director, Conservation International Indonesia
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Pembangunan dan ketimpangan wilayah pantai barat dan pantai timur sumatera utaraDahlan Tampubolon
Hasil penelitian menunjukkan kabupaten Mandailing Natal, Nias, Tapanuli Tengah dan secara umum wilayah Pantai Barat digolongkan tipe daerah kurang berkembang (terkebelakang) demikian p ula dengan Langkat.
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Deli Serdang digolon gkan tipe daerah yang sedang berkembang. Kota Sibolga, kabupaten Asahan, Labuhan Batu dan secara umum wilayah Pantai Timur digolongkan tipe daerah yang maju. Kota Medan dan Tanjung Balai digolongkan tipe daerah yang stagnan.
Di wilayah Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera Utara terjadi pertumbuhan dengan pola yang tidak seimbang. Gambaran tersebut menunjukkan suatu fenomena yang sesuai mengenai bag aimana proses pembangunan. Yaitu embangunan yang terjadi merupak an suatu rangkaian ketidakseimbangan-ketidakseimbangan (a chain of disequilibrium) pertumbuhan.
Struktur ekonomi wilayah Pantai Barat mengalami per ubahan dari pertanian ke industri dan diikuti sedikit sektor jasa seiring dengan pertumbuhan pendapatan perkapita. Wilayah Pantai Timur menunjukkan perubahan yang lebih tegas dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa.
Perubahan yang sama terjadi juga dengan penyerapan tenaga kerja. Perubahan di wilayah Pantai Barat banyak disebabkan faktor lokasional dan di wilayah Pantai Timur disebabkan faktor eksternal.
Peningkatan produktivitas pekerja akan menurunkan ketimpangan wilayah pantai Barat Sumatera Utara. Suatu fenomena yang bersifat paradoks muncul dari hasil model regresi ketimpanga n wilayah yaitu di wilayah pantai Barat Sumatera Utara peningkatan jum lah penduduk usia kerja yang berpendidikan baik malah memperbesar ketimpangan wilayah. Penurunan proporsi sektor pertanian cenderung memperkecil indeks ketimpangan wilayah wilayah Pantai Timur sedangkan kepadatan penduduk memperbesar ketimpangan wilayah.
Sektor pertanian memiliki keuntungan untuk dikemban gkan di wilayah pantai Barat kecuali di Sibolga. Di Kota Sibolga sektor yang menguntungkan adalah utiliti, perhubungan dan komunikasi, jasa ke uangan dan sosial.
Keuntungan lokasi sektor pertanian relatif tinggi di Labuhan Batu, Asahan dan Langkat. Konstruksi, perhubungan dan telekomun ikasi, jasa-jasa menguntungkan dikembangkan di Tanjung Balai dan Medan yang juga menguntungkan di sektor utiliti. Sektor industri menguntungkan dikembangkan di Deli Serdang dan pertambangan serta penggalian di Langkat.
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
Dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia dikenal berbagai jenis rencana menurut hirarkhinya, seperti RTRW, RTBL, RDTR, DED dan sebagainya. Di sini ditelaah bagaimana kedudukan RDTR, RTBL dan PZ dalam sistem tersebut.
Analisis Karakterisktik wisatawan dan implikasinya pada pengembangan destinas...ketutsuardanajogja
Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi wisata yang patut untuk dikembangkan. Kunjungan wisatawan ke daerah ini selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kabupaten Lombok Barat memiliki potensi wisata yang cukup terkenal, salah satunya adalah Pantai Senggigi. Namun meskipun kunjungan wisatawan di Pantai Senggigi selalu mengalamai kenaikan yang cukup signifikan, tetapi apabila dibandingkan maka wisatawan mancanegara jauh lebih banyak yang mengunjungi Pantai Senggigi dibandingkan wisatawan nusantara. Hal ini berarti bahwa produk wisata di Pantai Senggigi masih belum optimal.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik segmentasi wisatawan berdasarkan sosiografis dan demografis yang datang ke Pantai Senggigi sehingga dapat diketahui permintaan wisatawan yang berkunjung ke sana yang nantinya dapat dijadikan dasar pengembangan produk wisata di tempat tersebut. Metode yang digunakan adalah mix kualitatif dan kuantitatif dengan pengambilan sampel sebanyak 100 orang. Hasil kuesioner tersebut kemudian dideskripsikan mengenai karakteristik wisatawan berdasarkan sosiografis dan demografis.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik sosiografis wisatawan yang berkunjung ke Pantai Senggigi mayoritas merupakan karyawan swasta, Mayoritas berusia 36-39 tahun, tingkat pendidikannya sarjana (S1), menikah dengan jumlah anak rata-rata 1-2 orang, merupakan wisatawan berulang (repeater), memiliki pengeluaran per bulan antara 2,1 juta rupiah – 3 juta rupiah, berkunjung bersama keluarga, lama tinggal di Lombok Barat sekitar 2-5 hari, dan mayoritas wisatawan berasal dari luar pulau. Sedangkan karakteristik demografis wisatawan yang berkunjung ke Pantai Senggigi berdasarkan indikator venturesomeness merupakan wisatawan yang near allocentric yang artinya lebih menyukai atraksi yang bersifat adventure dan alami. Berdasarkan VALS, wisatawan yang berkunjung ke Senggigi dibagi menjadi tiga segmen.
Kata Kunci: segmentasi wisatawan, sosiodemografis, psikografis, Pantai Senggigi, Lombok Barat
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Challenges in managing mangrove ecosystem in Indonesia
This session discusses what are the opportunities and challenges in mangrove management, especially from the policy aspects. One of the highlights of this session is the urgency of mangrove economic valuation along the line of one-map policy. This session also discusses the issue faced by the government at the national and sub national levels to perform good mangrove management practices. The need to involve scientists and NGO in supporting the government to implement the mangrove management strategy is also suggested.
Speaker: Victor Nikijuluw, Marine Program Director, Conservation International Indonesia
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Pembangunan dan ketimpangan wilayah pantai barat dan pantai timur sumatera utaraDahlan Tampubolon
Hasil penelitian menunjukkan kabupaten Mandailing Natal, Nias, Tapanuli Tengah dan secara umum wilayah Pantai Barat digolongkan tipe daerah kurang berkembang (terkebelakang) demikian p ula dengan Langkat.
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Deli Serdang digolon gkan tipe daerah yang sedang berkembang. Kota Sibolga, kabupaten Asahan, Labuhan Batu dan secara umum wilayah Pantai Timur digolongkan tipe daerah yang maju. Kota Medan dan Tanjung Balai digolongkan tipe daerah yang stagnan.
Di wilayah Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera Utara terjadi pertumbuhan dengan pola yang tidak seimbang. Gambaran tersebut menunjukkan suatu fenomena yang sesuai mengenai bag aimana proses pembangunan. Yaitu embangunan yang terjadi merupak an suatu rangkaian ketidakseimbangan-ketidakseimbangan (a chain of disequilibrium) pertumbuhan.
Struktur ekonomi wilayah Pantai Barat mengalami per ubahan dari pertanian ke industri dan diikuti sedikit sektor jasa seiring dengan pertumbuhan pendapatan perkapita. Wilayah Pantai Timur menunjukkan perubahan yang lebih tegas dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa.
Perubahan yang sama terjadi juga dengan penyerapan tenaga kerja. Perubahan di wilayah Pantai Barat banyak disebabkan faktor lokasional dan di wilayah Pantai Timur disebabkan faktor eksternal.
Peningkatan produktivitas pekerja akan menurunkan ketimpangan wilayah pantai Barat Sumatera Utara. Suatu fenomena yang bersifat paradoks muncul dari hasil model regresi ketimpanga n wilayah yaitu di wilayah pantai Barat Sumatera Utara peningkatan jum lah penduduk usia kerja yang berpendidikan baik malah memperbesar ketimpangan wilayah. Penurunan proporsi sektor pertanian cenderung memperkecil indeks ketimpangan wilayah wilayah Pantai Timur sedangkan kepadatan penduduk memperbesar ketimpangan wilayah.
Sektor pertanian memiliki keuntungan untuk dikemban gkan di wilayah pantai Barat kecuali di Sibolga. Di Kota Sibolga sektor yang menguntungkan adalah utiliti, perhubungan dan komunikasi, jasa ke uangan dan sosial.
Keuntungan lokasi sektor pertanian relatif tinggi di Labuhan Batu, Asahan dan Langkat. Konstruksi, perhubungan dan telekomun ikasi, jasa-jasa menguntungkan dikembangkan di Tanjung Balai dan Medan yang juga menguntungkan di sektor utiliti. Sektor industri menguntungkan dikembangkan di Deli Serdang dan pertambangan serta penggalian di Langkat.
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
Dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia dikenal berbagai jenis rencana menurut hirarkhinya, seperti RTRW, RTBL, RDTR, DED dan sebagainya. Di sini ditelaah bagaimana kedudukan RDTR, RTBL dan PZ dalam sistem tersebut.
Analisis Karakterisktik wisatawan dan implikasinya pada pengembangan destinas...ketutsuardanajogja
Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi wisata yang patut untuk dikembangkan. Kunjungan wisatawan ke daerah ini selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kabupaten Lombok Barat memiliki potensi wisata yang cukup terkenal, salah satunya adalah Pantai Senggigi. Namun meskipun kunjungan wisatawan di Pantai Senggigi selalu mengalamai kenaikan yang cukup signifikan, tetapi apabila dibandingkan maka wisatawan mancanegara jauh lebih banyak yang mengunjungi Pantai Senggigi dibandingkan wisatawan nusantara. Hal ini berarti bahwa produk wisata di Pantai Senggigi masih belum optimal.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik segmentasi wisatawan berdasarkan sosiografis dan demografis yang datang ke Pantai Senggigi sehingga dapat diketahui permintaan wisatawan yang berkunjung ke sana yang nantinya dapat dijadikan dasar pengembangan produk wisata di tempat tersebut. Metode yang digunakan adalah mix kualitatif dan kuantitatif dengan pengambilan sampel sebanyak 100 orang. Hasil kuesioner tersebut kemudian dideskripsikan mengenai karakteristik wisatawan berdasarkan sosiografis dan demografis.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik sosiografis wisatawan yang berkunjung ke Pantai Senggigi mayoritas merupakan karyawan swasta, Mayoritas berusia 36-39 tahun, tingkat pendidikannya sarjana (S1), menikah dengan jumlah anak rata-rata 1-2 orang, merupakan wisatawan berulang (repeater), memiliki pengeluaran per bulan antara 2,1 juta rupiah – 3 juta rupiah, berkunjung bersama keluarga, lama tinggal di Lombok Barat sekitar 2-5 hari, dan mayoritas wisatawan berasal dari luar pulau. Sedangkan karakteristik demografis wisatawan yang berkunjung ke Pantai Senggigi berdasarkan indikator venturesomeness merupakan wisatawan yang near allocentric yang artinya lebih menyukai atraksi yang bersifat adventure dan alami. Berdasarkan VALS, wisatawan yang berkunjung ke Senggigi dibagi menjadi tiga segmen.
Kata Kunci: segmentasi wisatawan, sosiodemografis, psikografis, Pantai Senggigi, Lombok Barat
Ekspose model ekowisata berbasis masyarakatErwin Novianto
Ekowisata berbasis Masyarakat merupakan pendekatan yang mengawinkan partisipasi pemerintah, rakyat dan swasta untuk menciptakan manfaat ekonomi yang adil bagi masyarakat dengan tetap mempertahankan prinsip konservasi dan sosial bagai masyarakat di tinggal kawasan penyanggah
Pariwisata dalam dekade terakhir ini menunjukkan pertumbuhan yang mantap, ditandai dengan perkembangan perjalanan domestik oleh wisatawan nusantara, maupun per-kembangan kunjungan wisatawan mancanegara. Pariwisata nusantara, selain tumbuh dari segi jumlah pelaku perjalanannya, juga dari jumlah perjalanan yang dilakukan, sementara wisatawan mancanegara mengalami perluasan pasar.
Dari sisi sediaan, juga ditengarai munculnya berbagai destinasi baru, atas dukungan peme-rintah pusat maupun atas inisiatif daerah, selain itu juga muncul produk-produk baru menanggapi perkembangan pasar, termasuk diantaranya industri kreatif yang menjadi daya tarik wisata. Kontribusi pariwisata secara total terhadap PDB, penerimaan pajak, maupun penciptaan lapangan kerja meningkat dari tahun ke tahun. Di samping perolehan devisa, pariwisata juga menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat, mendorong pelestarian lingkungan hidup, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa dan mendorong perkembangan daerah.
Pekerjaan pariwisata juga merupakan pekerjaan yang sangat sensitif terhadap adanya perubahan, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal sehingga pekerjaan ini sangat membutuhkan kemampuan untuk terus menerus beradaptasi dengan kebutuhan wisatawan yang berubah. Bentuk adaptasi ini salah satunya adalah dengan perencanaan yang baik.
Namun demikian, perkembangan kepariwisataan Indonesia bukannya tidak menghadapi masalah dan kendala. Pertumbuhan masih perlu diikuti dengan persebaran karena sampai saat ini ketimpangan antar wilayah masih tinggi. Selain itu juga Kementerian Parekraf sudah mencanangkan pertumbuhan yang berkualitas untuk meningkatkan daya saing dan dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan.
Kapasitas sumber daya manusia masih menjadi kendala untuk tumbuh dan berkembang secara berkualitas, di samping hambatan klasik Koordinasi antar sektor maupun antar tingkat pemerintahan yang masih perlu ditingkatkan.
Perencanaan yang baik diharapkan dapat mengurangi hambatan-hambatan untuk melangkah ke depan menuju pariwisata Indonesia yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengembangkan industri yang kredibel, serta perluasan pasar didukung oleh institusi yang kondusif.
Wisata Bahari adalah wisata yang obyek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat pantai (coastal landscape). Jenis wisata ini dapat memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing, dan lain-lain. Kegiatan tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati atmosfer dan pemandangan wilayah pesisir dan laut.
Pembangunan Terpadu di Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat, akan merubah secara total pada kehidupan masyarakat di semua level, dimana HIGHLIGHT PEMBANGUNAN mencakup:
1. Ekonomi - Menigkatnya kegiatan dibidang perikanan, perkebunan, peternakan, pertambangan, pariwisata, rumah sakit, dan pendidikan dari segi kualitas dan kuantitas.
2. Keuangan - Meningkatnya transaksi mata uang asing dalam bentuk penempatan modal asing, penukaran mata uang asing dengan rupiah, dan pendapatan daerah yang berasal dari kegiatan eksport.
3. Industri - Berdirinya pabrik dan industry untuk mengolah bahan baku yang berasal dari perikanan, perkebunan, peternakan, pertambangan menjadi barang jadi yang siap dikonsumsi, baik oleh masyarakat di Indonesia maupun masyarakat internasioal, termasuk industry lainnya yang dapat memberikan nilai tambah.
4. SDM - Meningkatnya kualitas sumber daya manusia melalui transformasi ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dari warga diluar kabupaten (WNI)/ asing sebagai pendatang kepada masyarakat local yang bermukim di Kabupaten Lombok Timur, termasuk pengiriman tenaga kerja yang berada di Kabupaten Lombok Timur keluar negeri yang diselenggarakan dalam bentuk pendidikan formal dan non-formal.
5. ITC - Meningkatnya penguasaan ilmu pengetahuan yang berbasis system Informasi, Teknologi dan Telekomunikasi sebagai sarana dan pra-sarana komunikasi, dan penunjang dalam perluasan penguasaan ilmu pengetahuan.
6. Politik - Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat internasional bahwa Kabupaten Lombok Timur dapat dijadikan sebagai basis transaksi keuangan internasional dalam bentuk penyediaan fasilitas pendirian perusahaan Unicorn dan Multi-National.
Potensi strategis Indonesia sebagai “Basis Ketahanan Pangan Dunia, Pusat Pengolahan Produk Pertanian, Perkebunan, dan Sumber Daya Mineral Serta Pusat Mobilitas Logistik Global” untuk masa yang akan datang telah disingkapi dengan serius oleh Pemerintah melalui penetapan berbagai dasar hukum bagi pengembangan ekonomi nasional, diantaranya adalah UU No. 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus.
Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. KEK yang dikembangkan harus merupakan kawasan yang bersifat strategis secara nasional dari sudut kepentingan ekonomi.
Dalam pengembangan dan penetapannya, KEK tidak dapat dipisahkan dari arahan rencana umum tata ruang dalam PP 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan penetapan Kawasan Andalan. Sebagai kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional, kawasan andalan merupakan kawasan yang memiliki kemampuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembanagan wilayah. RTRWN yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi memberikan arahan bagi Kawasan Bitung dan sekitarnya untuk pengembangan sektor yang bersifat unggulan dan pembangunan infrastruktur di dalam kawasan.
KEK Bitung memiliki keunggulan lokasi dalam pengembangan kawasan ekonomi karena terletak pada alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) 3 (jalur laut internasional yang melewati laut Banda). Ditunjang pula dengan penetapan Bitung sebagai Pusat Logistik Indonesia Timur dalam Sistem Logistik Nasional karena keberadaan pelabuhan kontainer dan pelabuhan perikanan, serta dukungan komoditas unggulan perkebunan khususnya kelapa dan perikanan tangkap.
Salah satu dari tujuan dikembangkannya KEK adalah untuk meningkatkan keunggulan kompetitif produk ekspor dan meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal, pelayan dan kapital bagi peningkatan ekspor. Dengan demikian, pengembangan KEK seharusnya dapat menarik pertumbuhan ekonomi di wilayahnya dan mendorong ekonomi secara merata diseluruh wilayah. Oleh karenanya dibutuhkan hubungan yang sinergis dan terpadu antara berbagai sektor dan wilayah sekitarnya.
NORATIQAH ZULFA BINTI MOHD HUSSIN (A168080)
Assalamualaikum prof.
Saya telah mengupload files powerpoint projek akhir tentang Pelan Pembangunan Kajang-Bangi untuk jangka masa 30 tahun ke hadapan.
Sekian terima kasih Prof.
Proposal kegiatan talkshow ekonomi sumut 2021 tema Sinergi Pengembangan UMKM dan Industri Pariwisata di Kawasan Danau Toba. Diselenggarakan oleh KAFEGAMA SUMUT bekerjsama dengan Bank Indonesia Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara dan Pematang Siantar.
Peranan Room Boy Terhadap Efektivitas Kerja Pada Housekeeping Department Di L...ketutsuardanajogja
Adapun hasil penelitian yang sudah dilaksanakan oleh penulis di Hotel LPP Convention Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa kefektivitasan sudah dilakukan sesuai dengan step by step dalam membersihkan kamar tamu mulai dari melakukan absen, menggunakan uniform, set up toolkit & toolbox, penggunaan lift karyawan, pengecekan kamar (room status), menulis form room status, dan proses pengerjaan kamar mulai dari making bed, membersihkan toilet, sweeping, mopping, dusting hingga menulis worksheet. Keefektivitasan dalam membersihkan kamar tanpa meninggalkan SOP (Standard Operational Procedure) menjadi acuan dalam pengerjaan kamar seorang room boy yang mana pengerjaan tersebut harus dilakukan dengan baik dan benar, sehingga hasil yang didapat saat pengerjaan kamar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh tamu dan supervisor sebagai karyawan yang menilai hasil kerja seorang room boy. Dengan adanya keefektivitasan kerja yang dilakukan di Hotel LPP Convention Yogyakarta para tamu yang melakukan check in dapat menggunakan kamar tanpa menunggu dibersihkan terlebih dahulu dan tamu akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh hotel.
PERANAN PRAMUSAJI DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PELANGGAN DI ABHAYAGIRI RESTAUR...ketutsuardanajogja
Abhayagiri Restaurant adalah restoran dengan kelas bintang lima (konsep fine dinning). Pelayanan yang penuh, makanan lebih spesifik, khusus dan berkelas. Suasana elegant saat memasuki restoran, di restoran ini terdapat aturan-aturan yang harus diikuti pelanggan. Pramusaji berpakaian formal dan terlatih, Chef yang sudah berpengalaman dan dengan harga yang tinggi pelanggan mendapatkan kepuasan dari berbagai aspek.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peranan layanan pramusaji terhadap kepuasan pelanggan di Abhayagiri restaurant. Metode yang digunakan adalah observasi, interview,dokumentasi, kepustakaan dan analisis data. Selanjutnya temuan tersebuat di analisis dan disimpulkan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Hasil dari penelitian akan menunjukan peranan pramusaji dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Hal tersebut akan menunjukan peningkatan kepuasan pelanggan yang berarti profit perusahaan bertambah.
Kata kunci : Peranan pramusaji, pelayanan pelanggan dan kepuasan pelanggan.
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN OBJEK WISATA PANTAI SENGGIGI DI LOMBOK ...ketutsuardanajogja
Pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dikembangkan oleh pemerintah NTB sebagai implikasi dari otonomi daerah merupakan metode atau tehnik yang paling tepat untuk membangun pariwisata.
Kerjasama yang sinergi atara pemerintah, stakeholder dan masyarakat menjadi dasar utama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Data telah menunjukkan dari tahun ke tahun kunjungan wisatawan di NTB terus meningkat, dampaknya meningkatnya PAD di NTB dan menurunnya angka pengangguran terutama masyarakat sekitar objek wisata.
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN OBJEK WISATA PANTAI SENGGIGI DI LOMBOK ...
PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA TOMOHON SEBAGAI KOTA BUNGA SULAWESI UTARA
1. PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA TOMOHON
SEBAGAI KOTA BUNGA SULAWESI UTARA
I Ketut Suardana
Dosen Akademi Pariwisata Dharma Nusantara Sakti Yogyakarta
Jl. Babarsari TB.VI/11. Depok, Sleman-Yogyakarta. Telp. (0274) 486836
Abstrac
Along with its geographical condition, local people culture, and some other aspects,
Tomohon city has some potential to develop as a leading industrial centre and flower
market in Indonesia. The presence of domestic industrial embryo that develop and
distribute flowers in kiosk centre exactly in Kakaskasen village can be model village that
must still to develop so that it can be a pioneer of grow of other small industrial centre in
the nearby villages
From potentials that owned by Tomohon town among other s natural potential that
support horticulture, people’s culture that like to cultivate and domestic small industry
grow. Tomohon city development focuses on the existing domestic industry in order to be
able to be advanced and developed, so that it can improve its surrounding people welfare.
Existing small industrial development involves for aspect: product, management, fund, and
marketing. The four aspect development is expected to run synergy and simultaneously so
that the result obtained can also be maximum and spread so that be able to reflect
Tomohon city as a flower city. Besides, as an industrial centre and flower marketing in
Indonesia is expected to spur on tourism development in Tomohon city and in Indonesia in
general
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintah Kota Tomohon telah mencanangkan “Tomohon Kota Bunga”
sebagai Ikon Kota dan sebagai referensi dasar pembangunan ekonomi daerah. Hal ini
mendorong berkembangnya usaha florikultura di Tomohon yang berdampak nyata
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, penyediaan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan masyarakat dan pertumbuhan sektor barang dan jasa.
2. Pada saat ini usaha florikultura di Tomohon telah berkembang dari usaha
sampingan menjadi usaha pokok yang menopang pertumbuhan ekonomi keluarga.
Produk florikultura yang dihasilkan oleh para petani Tomohon telah dipasarkan
tidak hanya ke pasar lokal, tetapi juga menyebar ke daerah sekitarnya, seperti
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, Sulawesi Selatan,
Maluku bahkan sampai ke Papua. Dari fakta tersebut dapat dinyatakan bahwa
pencanangan “Tomohon Kota Bunga” telah memberi dampak ganda (multiplier
effect) yang cukup signifikan terhadap kehidupan masyarakat Tomohon. Sesuai
dengan Grand Strategy “Pengembangan Industri Tanaman Hias Menuju Kota Bunga”
pada tahun 2012, pengembangan usaha tanaman hias diharapkan menjadi pusat
pertumbuhan industri tanaman hias di kawasan Indonesia Timur yang mampu
mengekspor produk florikultura ke luar negeri.
Usaha florikultura bersifat multi dimensional yang penanganannya perlu
melibatkan sektor-sektor yang terkait secara terpadu, karena di dalamnya
menyangkut aspek pengelolaan agroinput, penanganan produksi, pasca panen dan
pemasaran, pembinaan kelembagaan usaha, pembangunan infrastruktur, aspek
edukasi, investasi, penyuluhan, promosi dan regulasi. Di antara semua aspek
tersebut, kegiatan promosi merupakan aspek yang penting dan strategis. Melalui
promosi, produk petani dapat diperkenalkan kepada publik, termasuk calon pembeli,
yang pada akhirnya diharapkan terjadi transaksi pemesanan produk florikultura
untuk periode jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Kegiatan promosi juga dapat dimanfaatkan untuk pengenalan potensi Kota
Tomohon, termasuk pengembangan pariwisata dan jasa travel serta pagelaran seni
dan budaya. Dengan demikian prestasi kinerja usaha florikultura di Tomohon dan
sektor-sektor pendukungnya dapat ditampilkan secara simultan. Penampilan dan
pengemasan substansi yang atraktif merupakan unsur penting di dalam promosi.
Oleh karena itu penyelenggaraan promosi perlu dilakukan secara profesional dengan
mempertimbangkan target pengunjung.
Dari berbagai pengalaman di luar negeri, keberhasilan kegiatan promosi
ditentukan oleh cara pengemasan sesuai preferensi pengunjung. Keberhasilan
penyelenggaraan promosi tidak sekedar dinilai dari suksesnya pada saat
3. penyelenggaraan, tetapi juga dinilai dari jumlah wisatawan yang hadir dan jumlah
investasi pada pasca penyelenggaraan promosi.
Mengingat strategisnya kegiatan promosi dalam pengembangan usaha
florikultura dan sektor-sektor pendukungnya, maka Pemerintah Kota Tomohon akan
menyelenggarakan TOMOHON FLOWER FESTIVAL 2008 (TFF 2008) yang
melibatkan seluruh potensi sumberdaya lokal dan berkolaborasi dengan beberapa
Departemen / Kementerian Negara RI. Kegiatan ini dinilai strategis terutama bila
dikaitkandengan beberapa kegiatan promosi skala nasional maupun internasional
seperti: PEKAN FLORIKULTURA NASIONAL 2008, VISIT INDONESIA 2008, WORLD
OCEAN CONFERENCE 2009 serta VISIT NORTH SULAWESI 2010.
Sehubungan dengan itu, pelaksanaan TFF 2008 yang dilaksanakan
Pemerintah Kota Tomohon akan berkoordinasi dengan instansi terkait dalam rangka
kesinambungan fungsi pelaksana masing-masing kegiatan. Dengan koordinasi yang
intensif diharapkan penyelenggaraan TFF 2008 akan memberi nilai tambah bagi
pembangunan ekonomi di kota Tomohon.
1.2. Permasalahan
1.2.1. Industri Kecil
1.2.1.1. Produk
Terbatasnya Variasi dan Kualitas Dari Produk Bunga.
1.2.1.2. Modal / Manajemen
Stagnannya Pertumbuhan Karena Terbatasnya cakupan Pasar dan
Keterbatasan Modal Untuk Meningkatkan Skala Produksi Agriculture.
1.2.1.3. Pemasaran
Skala Lokal Daripada Skala Regional Maupun Nasional. Industri bunga rumah
tangga sepertinya hanya beroperasi dalam skala lokal dari pada skala regional/
nasional atau bahkan internasional. Hal ini terindikasikan dari sistem manajemen dan
pemasaran mereka yang sederhana.
1.3. Tujuan
1. Tomohon Flower Festival 2008 bertujuan untuk mempromosikan potensi
Tomohon sebagai Kota Bunga beserta industri pendukungnya agar dapat menjadi
pusat industri bunga di Indonesia Timur, sekaligus sebagai tujuan wisata
lingkungan, baik ecotourism maupun agrotourism
4. 2. Meningkatkan citra kota Tomohon sebagai Kota Bunga yang mensejahterakan
masyarakat
3. Meningkatkan kecintaan terhadap bunga dan tanaman hias sebagai bagian dari
budaya masyarakat
4. Memfasilitasi komunikasi antar stakeholder dalam pengembangan usaha tanaman
florikultura
5. Memfasilitasi temu bisnis antar pelaku usaha dalam rangka pengembangan
investasi usaha florikultura di Tomohon
6. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM di bidang usaha berbasis
produk florikultura
6. II. PROFIL KOTA TOMOHON
2.1. Visi dan Misi Kota Tomohon
2.1.1. Visi Kota Tomohon
Menjadikan Tomohon kota budaya yang indah, dimana masyarakat merasa
nyaman, bangga dan bersatu. Masyarakat menjunjung tinggi norma
kehidupan beriman, mapalus dan demokrasi. Menjadikan Kota Tomohon
sebagai tempat yang menarik bagi investor, bebas KKN, aman, bersih dan
ramah lingkungan hidup.
2.1.2. Misi Kota Tomohon
1. Pembuatan rencana tata ruang jangka panjang yang mencakup semua aspek
berkaitan dengan kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan hidup.
2. Mengembangkan rasa kebersamaan masyarakat yang bangga dengan sejarah
dan budaya Toumbulu yang demokratis dan mapalus sebagai bagian dari
masyarakat tanah Minahasa.
3. Mengembangkan potensi ekonomi yang selama ini belum digarap dan
menciptakan lapangan kerja jenis baru terutama di sektor pelayanan,
ekowisata dan jenis produk pertanian dan hortikultura khas.
4. Menciptakan pemerintahan kota yang bersih dan adil, dengan transparansi
dan akuntabilitas total, yang melindungi kepentingan rakyat Tomohon.
2.2. Sejarah dan Budaya Kota Tomohon
" .... tanah liar telah dibangun menjadi ladang, perkampungan yang kotor menjadi
negeri yang bersih. Jalan, hutan yang sempit dan kasar menjadi mudah dilalui ...
ada keadaan damai dan tenang .....
dan kerajaan kegelapan diganti oleh kerajaan terang yang diberkati.
Itulah kesan pertama yang anda peroleh pada saat memasuki Negeri Tomohon
Dan bila anda melihat gerakan lalu lalang pedati, orang dan penunggang kuda yang
gemuruh dan tidak sabar, tentu mudah anda bayangkan bahwa anda dipindahkan
ke suatu negeri yang besar dan makmur di suatu jalan perdagangan yang ramai."
Dikutip dalam buku
"Minahasa, Negeri, Rakyat dan Budayanya".
7. 2.2.1. Sejarah Kota Tomohon
Tomohon sejak dahulu telah dituliskan dalam beberapa catatan
sejarah. Salah satunya terdapat dalam karya etnografis Pendeta N.
Graafland yang ketika pada tanggal 14 Januari 1864 di atas kapal Queen
Elisabeth, ia menuliskan tentang suatu negeri yang bernama Tomohon yang
dikunjunginya pada sekitar tahun 1850. Perkembangan peradaban dan
dinamika penyelenggaraan pembangunan dan kemasyarakatan dari tahun
ke tahun menjadikan Tomohon sebagai salah satu ibukota kecamatan di
Kabupaten Minahasa.
Dekade awal tahun 2000-an masyarakat di beberapa bagian wilayah
kabupaten Minahasa melahirkan inspirasi dan aspirasi kecenderungan
lingkungan strategis baik internal maupun eksternal untuk melakukan
pemekaran daerah.
Berhembusnya angin reformasi dan diimplementasikannya
kebijakan otonomi daerah, semakin mempercepat proses akomodasi
aspirasi masyarakat untuk pemekaran daerah dimaksud. Melalui proses
yang panjang secara yuridis dan pertimbangan yang matang dalam rangka
akselerasi pembangunan bangsa bagi kesejahteraan masyarakat secara
luas, maka Pemerintah Kabupaten Minahasa beserta Dewan Perwakilan
Daerah Kabupaten Minahasa merekomendasikan aspirasi masyarakat
untuk pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan, Kota Tomohon, dan
Kabupaten Minahasa Utara; yang didukung oleh Pemerintah Propinsi
Sulawesi Utara.
Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon
ditetapkan Pemerintah Pusat dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2003, dan pembentukan Kabupaten Minahasa Utara
melalui Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003. Terbentuknya lembaga
legislatif Kota Tomohon hasil Pemilihan Umum Tahun 2004, menghasilkan
8. Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 22 Tahun 2005 tentang Lambang
Daerah dan Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 29 Tahun 2005
tentang Hari Jadi Kota Tomohon.
2.2.2. Budaya Masyarakat Tomohon
Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan masyarakat
Tomohon terjadi pada pola pengelompokan sosial, dimana pada umumnya
masyarakat di Kota Tomohon ber-etnis Minahasa, maka kebiasaan dan
adat istiadat Minahasa yang hidupnya berkelompok dan mengumpul dalam
sebuah lingkungan kecil terbawa dan teraplikasikan dalam kondisi
bermasyarakat saat ini, yaitu lingkungan permukiman menjadi padat dan
bahkan pada kondisi asli tidak memiliki batas yang jelas antara satu rumah
dengan rumah yang lainnya. Pola pengelompokan berdasar ikatan
kekeluargaan dan kekerabatan terlihat jelas dalam permukiman. Kota
Tomohon juga kaya akan budaya, antara lain:
1. Mapalus
Masyarakat Kota Tomohon sama seperti masyarakat Minahasa pada
umumnya memiliki adat istiadat dan budaya yang dikenal dengan
sebutan Mapalus. Budaya mapalus atau bekerja bersama dan saling
bantu ini telah berakar dan membudaya di kalangan masyarakat
Minahasa. Budaya tersebut sampai saat ini masih terjaga dan
terpelihara. Pada kehidupan sehari-hari masih bisa dirasakan sikap
suka membantu dan bekerjasama. Kecuali beberapa kegiatan yang
merupakan rangkaian dari ‘mapalus’ seperti memakai alat tiup ketika
mengajak kelompok untuk ber’mapalus’ sudah mulai hilang. Perlahan
keaslian mulai terkikis dengan modernisasi.
9. 2. Syukuran
Di samping itu di seluruh tanah Minahasa setiap tahunnya di setiap
kecamatan atau kawasan diadakan upacara syukuran yang dikaitkan
dengan upacara keagamaan. Kegiatan ini dipusatkan di gereja-gereja
yang ada di kecamatan atau kawasan tersebut. Maksud diadakannya
upacara syukuran adalah untuk mengucap syukur atas segala berkat
dan anugerah yang telah Tuhan berikan di Tanah Minahasa termasuk
masyarakat Tomohon dalam setahun, upacara syukuran ini memiliki
kemiripan dengan upacara "Thanksgiving" di Amerika.
3. Naik Rumah Baru
Selain upacara syukuran di atas, di tanah Minahasa juga dikenal
memiliki upacara-upacara adat yang lain seperti jika
seseorang/keluarga akan menempati sebuah rumah atau menempati
tempat kediaman baru maka orang/keluarga tersebut akan
melaksanakan upacara syukuran "Naik Rumah Baru", hal ini
dianalogikan dengan bentuk rumah tradisional Minahasa yang
berbentuk rumah panggung sehingga untuk memasukinya harus
menaiki sejumlah anak tangga.
4. Kesenian/ kebudayaan Tari
Tari Perang Kabasaran
Kota Tomohon yang
penduduknya sebagian
besar adalah suku
Minahasa, mempunyai
tarian perang yang
bernama Kabasaran.
Kabasaran adalah
sekelompok pria yang
memakai baju adat perang Minahasa. Kabasaran juga sering disebut
dengan Cakalele, tapi sebutan Cakalele adalah sama dengan tarian
10. perang dari daerah Maluku. Pada saat ini Tarian Perang Kabasaran
dipertunjukan pada saat-saat pawai dan juga pada waktu penjemputan
tamu-tamu penting daerah.
5. Musik
a. Kolintang
Kolintang adalah instrument
musik yang berasal dari
Minahasa biasanya Kolintang
dipakai sebagai pengiring dari
seorang penyanyi lagu-lagu daerah ataupun cuma musik instrumen
saja. Kolintang sudah sangat terkenal di Indonesia bahkan juga
sudah dipromosikan ke luar negeri. Kolintang dimainkan oleh
sebuah regu, biasanya satu regu itu terdiri dari 5 sampai 6 orang.
b. Musik Bambu
Musik bambu juga adalah musik tradisional dari Minahasa satu regu
terdiri 30 - 40 orang bahkan ada yang lebih. Musik bambu dari
Minahasa juga sudah sangat terkenal di Indonesia bahkan tidak
jarang acara dari luar Sulawesi Utara yang mengundang 1 regu
musik bambu.
6. Bahasa
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon
selain menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan juga
menggunakan bahasa daerah Minahasa. Seperti diketahui di Minahasa
terdiri dari delapan macam jenis bahasa daerah yang dipergunakan
oleh delapan etnis yang ada, seperti Tountemboan, Toulour, Tombulu,
dll. Bahasa daerah yang paling sering digunakan di Kota Tomohon
11. adalah bahasa Tombulu, karena memang wilayah Tomohon termasuk
dalam etnis Tombulu.
Selain bahasa percakapan di atas, ternyata ada juga masyarakat
di Minahasa dan Kota Tomohon khususnya para orang tua yang
menguasai Bahasa Belanda karena pengaruh jajahan dari Belanda serta
sekolah-sekolah jaman dahulu yang menggunakan Bahasa Belanda.
Saat ini, semakin hari masyarakat yang menguasai dan menggunakan
Bahasa Belanda tersebut semakin berkurang seiring dengan semakin
berkurangnya masyarakat berusia lanjut.
2.3. Kota Tomohon Secara Geografis dan Fisiografis
Kota Tomohon terletak pada 1015’ LU
dan 1240 50’ BT dengan luas wilayah
sebesar 147,2178 km2 atau
14.721,78 Ha.
12. Diagram Luas Wilayah Kota Tomohon Per Kecamatan,
Sumber: Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kota Tomohon)
Kota Tomohon terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan 35 kelurahan/desa.
Secara geografis Kota Tomohon dikelilingi oleh wilayah Kabupaten
Minahasa. Artinya, dari bagian utara, selatan, timur dan barat, berbatasan
langsung dengan Kabupaten Minahasa. Secara umum, Kota Tomohon
terletak pada jalur sirkulasi utama yang menghubungkan antara Kota
Manado sebagai ibukota propinsi dan kota-kota lainnya yang berada di
wilayah Kabupaten Minahasa.
Jarak Kota Tomohon dengan beberapa kota lainnya di Sulawesi Utara adalah:
Tomohon – Bitung berjarak ± 55,0 kilometer
Tomohon – Manado berjarak ± 22,0 kilometer
Tomohon – Tondano berjarak ± 15,0 kilometer
Kota Tomohon dapat dicapai secara langsung dari Kota Manado dan
pencapaian dari Bitung menuju Tomohon dapat melalui Kota Tondano atau
13. melintasi Manado. Aksesibilitas ke kota-kota lain di Propinsi Sulawesi Utara
cukup lancar, melalui jalan-jalan dengan kualitas yang baik.
Untuk Iklim berdasarkan hasil pengamatan unsur-unsur iklim
yakni, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah
angin yang mewakili Tomohon diperoleh dari BMG Stasiun Manado.
Sedangkan Gambaran kondisi curah hujan rata-rata bulanan selama tahun
1993-2004 diamati oleh Stasiun Geofisika Tondano, memperlihatkan curah
hujan maksimum pertama terjadi pada bulan April dan maksimum kedua
terjadi pada bulan Nopember sebesar 245 mm. Sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 98 mm. Berdasarkan peta
iklim Oldeman tipe iklim untuk lokasi Tomohon dan sekitarnya termasuk
tipe iklim D1.
Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Mewakili Lokasi Tomohon
(Sumber: Stasiun Geofisika Tondano)
Suhu udara rata-rata bulanan dari bulan ke bulan sepanjang tahun
relatif kecil variasinya. Suhu rata-rata bulanan mencapai maksimum
sekitar bulan Juli dan suhu rata-rata bulanan terendah sekitar bulan
Januari. Suhu rata-rata hanya berfluktuasi antara 22.02oC pada bulan
Januari sampai 22.8oC.
14. Suhu Udara Rata-rata Bulanan di Kota Tomohon
(Sumber: Stasiun Geofisika Tondano)
Pola kelembaban udara Tomohon dari bulan ke bulan cukup tinggi
walaupun pada musim kemarau. Kelembaban udara pada Bulan Juli,
Agustus dan September lebih besar dari 80%, dengan demikian berarti
pada bulan-bulan tersebut kadar uap air di udara cukup tinggi.
Kelembaban Udara Rata-rata Bulanan Kota Tomohon
(Sumber: Stasiun Geofisika Tondano)
Kondisi kecepatan dan arah angin disajikan dalam bentuk mawar
angin yang melukiskan distribusi frekuensi arah dan kecepatan angin (%).
Distribusi frekuensi arah dan kecepatan angin pada Bulan Desember dan
15. Januari sebagian besar berhembus angin barat dengan kecepatan dari 2
km/jam hingga lebih besar dari 11 km/jam yang memiliki kisaran 2%-33%
dan sebagian lagi angin Utara dengan kisaran 2%-37%. Pada Bulan
Februari, Maret dan April didominasi oleh angin Utara dengan kisaran 2%-
37%, sedangkan Bulan Mei sampai dengan Oktober didominasi oleh angin
selatan dengan kisaran sebesar 2%-50%. Pada bulan Juni, Juli dan Agustus
berhembus angin selatan dengan kecepatan cukup kencang. Bulan
Nopember berhembus angin barat juga cukup kencang dan sebagian angin
selatan dan utara. Kecepatan angin rata-rata berkisar antara 0.5 Km/Jam
sampai dengan 36 Km/Jam.
Wilayah Kota Tomohon memiliki karakteristik topografi yang
bergunung dan berbukit yang membentang dari utara ke selatan. Akibat
kondisi topografi tersebut maka pengembangan wilayah kota menjadi
terbatas.
Terdapat empat buah gunung di Kota Tomohon dan dua
diantaranya adalah gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Lokon
dan Gunung Mahawu dimana Gunung Lokon adalah gunung tertinggi di
Kota Tomohon, memiliki ketinggian 1.580 meter.
Tabel Tinggi Gunung di Kota Tomohon
Gunung Ketinggian (meter)
Lokon 1.580
Tampusu 1.500
Tatawiran 1.474
Mahawu 1.311
(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005)
16. Tabel Jumlah Kelurahan Menurut Topografi dan Kecamatan
No Kecamatan Datar Berbukit-bukit Jumlah
1. Tomohon Utara 5 4 9
2. Tomohon Timur
7 10 173. Tomohon Barat
4. Tomohon Tengah
5. Tomohon Selatan 5 4 9
Jumlah 17 18 35
(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005)
2.4. Kependudukan Kota Tomohon
Penduduk Kota Tomohon pada tahun 2004 dalam Draft Kota
Tomohon Dalam Angka Tahun 2005 berjumlah sebanyak 86.997 jiwa.
Jumlah ini mencakup penduduk yang bertempat tinggal tetap maupun
penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap. Tabel di bawah
memperlihatkan komposisi penduduk laki-laki dan perempuan di tiap
kecamatan.
Jumlah Penduduk Kota Tomohon Tahun 2004
No. Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun 2004 Jiwa)
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Tomohon Utara 12.137 11.821 23.958
2. Tomohon Timur 4.954 4.753 9.707
3. Tomohon Barat 9.489 9.945 19.434
17. 4. Tomohon Tengah 6.778 6.432 13.210
5. Tomohon Selatan 10.578 10.110 20.688
Jumlah 43.936 43.061 86.997
(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005 (BPS & Bappeda Kota
Tomohon)
Komposisi penduduk yang dirinci menurut jenis kelamin di Kota
Tomohon memperlihatkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dari jumlah penduduk perempuan dengan angka ratio mencapai 102. Dari
kelima kecamatan hanya satu kecamatan dengan jumlah penduduk laki-laki
lebih sedikit yaitu di Kecamatan Tomohon Tengah.
Untuk petumbuhan penduduk, dari data estimasi hasil Survey Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukan Penduduk Tomohon pada tahun
2003 sebanyak 83.544 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata
2,79% pertahun (pertumbuhan penduduk sebelum tahun 2003).
Jumlah Penduduk Kota Tomohon Tahun 2000-2004
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Angka Pertumbuhan (%)
2000 76.423 -
2001 76.943 0,68
2002 79.031 2,71
2003 83.544 5,7
2004 86.997 4,13
Rata-rata 4,13
(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005 (BPS & Bappeda Kota
Tomohon)
18. Secara umum apabila dihitung sejak tahun 2000 maka angka
pertumbuhan rata-rata penduduk di Kota Tomohon (2000-2004) adalah
3,31 %.
2.5. Pariwisata Kota Tomohon
Kota Tomohon memiliki pontensi yang besar untuk pengembangan
pariwisata, karena memiliki cukup banyak obyek wisata yang memiliki
daya tarik untuk mengundang para pengunjung. Obyek wisata yang
terdapat di Kota Tomohon antara lain :
2.5.1. Agrowisata Rurukan
Terdapat di sebelah timur Kota Tomohon, ke arah gunung Mahawu
terdapat lokasi agrowisata, dengan hamparan kebun pertanian yang
dikelola oleh penduduk setempat secara tradisional. Dengan peralatan
sederhana lokasi pertanian ini terletak diantara lereng-lereng bukit yang
dibuat bedengan-bedengan secara terasering, pada saat tanaman
holtikultura ini mulai tumbuh, akan melahirkan pemandangan indah yang
menyejukkan. Tempat ini juga berudara sejuk dan nyaman.
2.5.2. Amfitheater di Woloan
Di lokasi Woloan Tua (Kelurahan Woloan I) terdapat Amfitheater terbuka
dengan pemandangan indah yang dijadikan tempat pertunjukkan tarian
dan musik asli Minahasa serta acara khusus. Amfitheater ini dikelilingi oleh
banyak waruga yang masih berada dalam posisi aslinya. Di tempat ini
masih terdapat sekitar 100 waruga.
19. 2.5.3. Danau Linow
Danau kecil ini unik karena
mengandung kadar belerang tinggi
ini memiliki warna yang selalu
berubah tergantung pada sudut
pandang dan pencahayaan danau. Di
sekitar danau ini terdapat satwa
endemik berupa burung blibis dan
serangga yang oleh penduduk
setempat dinamakan "sayok" atau
"komo". Serangga unik yang hidup
di air tapi bersayap dan bisa terbang ini menjadi konsumsi penduduk
setempat. Kadang-kadang terdengar kicauan burung-burung kecil dan
burung putih besar yang melintasi danau.
2.5.4. Gunung Lokon
Terletak di sebelah barat dengan ketinggian 1.580 meter. Gunung berapi
aktif yang luar biasa. Menyajikan panorama pegunungan dengan kawah
yang begitu indah. Waktu yang tepat untuk memulai perjalanan dari
Kakaskasen, Tomohon adalah sekitar jam 7 pagi, dan dapat tiba di kawah
pada saat udara pagi masih sejuk.
2.5.5. Gunung Mahawu
Berada berlawanan arah dengan Gunung Lokon, memiliki lereng yang
cukup landai dengan ketinggian 1.311 meter. Memiliki pemandangan yang
menakjubkan, dengan danau kawah berwarna hijau dengan kuning
belerang.
20. 2.5.6. Pembuatan Rumah Kayu Tradisional
Tempat pembuatan rumah kayu
traditional yang menarik ini berada di
desa Woloan. Rumah dengan
menggunakan sistem knock-down ini
dirancang untuk dapat dibongkar-
pasang agar dapat dibawah untuk
dibangun kembali di tempat yang
diinginkan oleh pembeli.
2.5.7. Rumah Makan Tinoor
Dari Kawasan Rumah Makan Tomohon akan terlihat jelas hamparan kota
Manado, serta teluk Manado yang dihiasi gugusan pulau Manado Tua,
Bunaken, Siladen, Mantehage.
2.6. Tomohon Sebagai Kota Bunga
Iklim, struktur tanah Kota Tomohon sangat sesuai untuk pengembangan
berbagai potensi pertanian. Kota Tomohon dikenal sebagai salah satu
penghasil sayuran (hortikultura) dengan wilayah pemasaran Indonesia
bagian Timur. Salah satu potensi pertanian yang dikembangkan oleh
penduduk Kota Tomohon sejak dahulu adalah budidaya tanaman hias
(floriculture). Pengembangan tanaman hias di Kota Tomohon selain karena
beberapa faktor teknis di atas, juga karena faktor budaya masyarakat yang
sejak dahulu terkenal sebagai petani tanaman hias.
Gambar 00 : Beberapa kios bunga di Kota Tomohon
Sumber : www.tomohon.go.id
21. Berdasarkan hasil penelitian dari BALITBANG Pengembangan
Tanaman Hias Direktorat Tanaman Hias Departemen Pertanian RI
menjelaskan bahwa Kota Tomohon terletak pada garis Wallace yang
menyebabkan beberapa jenis tanaman hias yang spesifik di Indonesia
tumbuh di Kota Tomohon.
Gambar 00 : Beberapa contoh bunga di Kota Tomohon
Sumber : www.tomohon.go.id
Budidaya tanaman hias dalam hubungannya dengan perekonomian
memiliki backward linkage serta forward linkage dengan kegiatan lainnya.
Selain itu kegiatan di bidang pertanian khususnya budidaya tanaman hias
memiliki keunggulan berbanding (comparative advantage) dengan kegiatan
lainnya. Budidaya tanaman hias adalah suatu kegiatan yang memiliki
keterkaitan lintas sektor yang mampu membangkitkan multiplier
effect yang sangat signifikan bagi tumbuhnya mata rantai usaha, terutama
UKM (Usaha Kecil Menengah) sehingga membantu penciptaan lapangan
kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.
22. Diagram : Multiplier Effect Pengembangan Bunga
Sumber : www.tomohon.go.id
Dari gambar ini, komoditas tanaman hias memiliki arti strategis
bagi Kota Tomohon karena tanaman hias diharapkan sebagai suatu prime
mover dalam dunia pariwisata dan sekaligus menjadi leverage (pengungkit)
bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kota
Tomohon.
Letak Kota Tomohon yang strategis yang merupakan pelintasan
kabupaten/kota menuju ke ibukota Propinsi Sulawesi Utara, karena
terletak pada daerah dataran tinggi (400-1200 dpl) sehingga merupakan
daerah tujuan wisata (DTW) yang baik untuk
minat ecotourism danagrotourism karena kondisi alam yang menjanjikan.
Untuk itulah maka kota ini sangat tepat untuk dijadikan pilihan bagi
masyarakat untuk menjadikan tempat ini secondary house.
Luas panen Tanaman Hias di Kota Tomohon dalam beberapa
tahun terakhir mengalami peningkatan. Hingga tahun 2003, sentra
pengembangan tanaman hias (khususnya bunga potong) masih berada
bagian utara kota yaitu Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kakaskasen III.
23. Perkembangan tanaman hias di Kota Tomohon selama tahun 2005 dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Jenis Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Tangkai)
Gladiol 15,00 12,00 2.400.000
Krisan 3,25 2,70 533.250
Anyelir 1,80 1,50 450.000
Kerklilly 0,31 0,20 3.200
Anthurium 1,30 1,23 31.980
Amarilis 8,51 8,34 95.910
Rosida 14,70 14,40 159.998
Anggrek 0,05 0,05 5.900
Aster 19,20 16,00 1.360.000
Mawar 0,31 0,30 1.350
Total 64,43 56,72 5.041.588
Tabel Jenis, Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Total Tanaman Hias diKota
Tomohon Tahun 2005
(Sumber: Profil Tanaman Hias di Kota Tomohon Tahun 2004. Dinas Pertanian
Kota Tomohon, Sulawesi Utara)
Dari diagram di atas terindikasi bahwa luas tanaman hias
tertinggi dicapai oleh Aster (19,2 Ha), sedangkan terendah oleh Anggrek
(0,05 Ha), namun jumlah tanaman hias Gladiol menduduki produksi total
tertinggi (2.400.000 tangkai) dan disusul oleh Aster (1.360.000 tangkai).
24. Urutan lima besar produksi total tanaman hias di Kota Tomohon adalah:
Gladiol, Aster, Krisan, Anyelir, dan Rosida. Adapun jenis tanaman hias yang
menjadi prioritas untuk dikembangkan di Kota Tomohon meliputi bunga
potong, bunga pot, bunga taman dan bunga anggrek.
Tahun 2004 usaha pengembangan tanaman hias mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena
mampu memberdayakan 80% masyarakat Kota Tomohon, sekalipun
hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri yakni untuk penataan halaman
rumah/pekarangan.Di sampng itu peningkatan ini dapat dilihat dari
hasil/produksi tanaman hias dimana pada tahun 2004 baru mencapai ± 2
juta tangkai dan menembus angka 5 juta tangkai tahun 2005 atau
meningkat sebesar 250%, juga disebabkan karena terjadi peningkatan
jumlah kelompok tani tanaman hias dari 16 kelompok pada tahun 2004,
menjadi 55 kelompok (342,75%) pada tahun 2006.
Pengembangan tanaman hias diarahkan untuk pemanfaatan lahan
pekarangan maupun lahan tidur sehingga tidak mengganggu fungsi lahan
yang sudah diperuntukkan untuk kegiatan agro lainnya yang juga menjadi
komoditas andalan Kota Tomohon. Pengembangan tanaman hias ini
dimaksudkan untuk memberikan pendapatan tambahan, penataan lahan
yang tidak terpakai yang pada gilirannya akan menjadi tujuan wisata.
Pemanfaatan lahan pekarangan dengan penanaman tanaman hias
tidak cukup untuk konsumsi ekspor. Untuk itu dalam rangka menunjang
program pemerintah Kota Tomohon Tahun 2008 yaitu sebagai pintu
gerbang ekspor tanaman hias di kawasan Indonesia Timur maka perlu
disiapkan lahan terbuka untuk pengembangan tanaman hias seperti pada
lahan kering, sawah, lahan pertamanan kota, landscape, sedangkan lahan
tertutup untuk lahan-lahan di rumah kaca, rumah plastik, penggunaan
indoor (hotel, restoran dsb).
25. 2.7. Instansi Terkait Dalam Program ”Tomoho Kota Bunga”
Guna mendukung upaya tersebut Presiden RI pada tanggal 13 Januari
2007 dalam perjalanan pulang dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN di Philipina melakukan kunjungan ke Kota Tomohon dan
melakukan Temu Wicara dengan petani tanaman hias setempat. Temu
Wicara Presiden RI di Tomohon dihadiri oleh Menteri Pertanian beserta
Istri, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Menteri Dalam Negeri
beserta Istri, Gubernur Sulawesi Utara beserta Istri, Walikota Tomohon
beserta Istri, dan para petani serta anggota ASBINDO cabang Tomohon
yang berjumlah sekitar 100 orang.
Dalam temu wicara dengan Presiden tersebut petani menyampaikan beberapa
informasi mengenai pengembangan tanaman hias yang sudah dilakukan
diantaranya, adalah; pembentukan kelompok tani dan Asosiasi Bunga Indonesia
cabang Tomohon, pembangunan Laboratorium Kultur Jaringan untuk mendukung
pengembangan industri florikultura dan pencanangan”Tomohon Kota Bunga”
pada tahun 2006. Disamping itu telah dilakukan festival bunga secara berkala,
pada tahun ini akan dilaksanakan pada 27-29 Januari 2007 serta telah ditetapkan
2 komoditas khas Tomohon yaitu tanaman Anggrek dan Phaius
tankerrvillaeMedimila.
26. Presiden RI merespon dengan baik informasi yang telah disampaikan petani, dan Presiden
RI menyarankan beberapa hal, yaitu :
1. Tumbuhkan budaya menggunakan bunga untuk ornamen pertemuan, resepsi
pernikahan, dan event-event lain yang dilaksanakan oleh masyarakat Sulawesi Utara
2. Diinstruksikan kepada Gubernur agar di dalam menyongsong WOS (World Ocean
Summit) 2009, Manado dan sekitarnya agar ditata menjadi indah dan bersih dengan
menggunakan komoditas bunga dan tanaman hias dalam penataan lanskapnya.
3. Disarankan festival bunga yang dilaksanakan secara berkala tidak hanya bersifat lokal
tetapi ditingkatkan menjadi skala nasional. Oleh karena itu diinstruksikan kepada
Gubernur, Menteri Koperasi, Menteri Pariwisata, Menteri Pertanian dan Menteri
terkait lainnya agar membantu untuk mewujudkan festival tersebut menjadi event
nasional.
4. Agar ditangkap peluang kesepakatan Negara-negara ASEAN terutama Brunei,
Malaysia, Philipina, Indonesia (yang tergabung dalam BIMP-EAGA) yang bersepakat
membenahi infrastuktur dan transportasi untuk kepentingan perdagangan, terutama
untuk pengembangan florikultura.
5. Memerintahkan Menteri Pertanian untuk merencanakan magang beberapa petani
bunga Tomohon ke negara lain seperti Jepang. Agar disiapkan bantuan finansial untuk
program magang tersebut.
Sedangkan guna memecahkan kendala dan masalah yang dihadapi petani tanaman hias di
Kota Tomohon, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian telah
mengupayakan beberapa solusi, diantaranya adalah :
1. Departemen Pertanian telah mengalokasikan bantuan langsung masyarakat (BLM)
dalam dua tahun terakhir dengan jumlah dana sekitar Rp. 210.000.000,-
2. Telah dilakukan pembentukan dan pengembangan kelompok tani tanaman hias
(kelompok tani dan asosiasi bunga) dalam Asosiasi Bunga Indonesia cabang Tomohon
3. Sedang dilakukan inisiasi pelaksanaan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) bunga
Krisan dan penataan lansekap
4. Menyampaikan hasil temu wicara tersebut kepada Departemen, Pemerintah Daerah,
Asosiasi dan kelembagaan lain yang terkait.
27. 5. Akan dilakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk menyusun Grand Design
Pengembangan Industri Florikultura Kota Tomohon dan Rencana Tindak pelaksanaan
instruksi Presiden tersebut.
6. Grand Design diarahkan kepada penataan sistem produksi yang terintegrasi dengan
sistem pemasaran lokal dalam negeri dan pasar internasional. Sedangkan rencana
tindak difokuskan pada pengembangan SDM, kelembagaan, teknologi spesifik lokasi,
sistem perbenihan, sistem produksi, perdagangan, dan pengembangan sistem
pendukung, pengembangan investasi serta pengembangan partisipasi masyarakat.
Dengan adanya perhatian yang begitu besar dari Presiden Dr. Susilo B. Yudhoyono maka
momentum ini supaya dapat mengingatkan dan meningkatkan perhatian bagi instansi
terkait dan stakeholders lainnya agar apa yang telah dicanangkan dan menjadi harapan
masyarakat Kota Tomohon khususnya dan Propinsi Sulawesi utara pada umumnya dapat
tercapai dengan baik. Diperlukan kerjasama, dukungan dan sinergisme agar institusi,
pelaku usaha dan petani dalam mewujudkan Tomohon Kota Bunga.
Sumber : Redaksi Ditjen Hortikultura / Sabtu, 03 Maret 2007
III. ANALISA
3.1. Strength/ Kekuatan
1. Kuatnya inisiatif dan motivasi masyarakat lokal untuk mengembangkan
industri bunga rumah tangga.
2. Pertumbuhan “pusat bunga” (kios pinggir jalan) pada titik tertentu sepanjang
jalan Tomohon-Manado memperkuat citra Tomohon sebagai kota bunga
3.2. Weakness/ Kelemahan
1. Terbatasnya variasi bunga
2. Display dan pengemasan bunga yang tidak menarik
3. Lemahnya manajemen dan pemasaran yang mengarah pada terbatasnya pasar
yang dapat dimasuki
4. Keterbatasan modal untuk meningkatkan produksi dan pemasaran
5. Kurangnya usaha promosi dari produksi bunga di Tomohon
3.3. Oportunity/ Kesempatan
1. Pertumbuhan industri pariwisata dan industri terkait lainnya (seperti MICE)
akan dapat meningkatkan konsumsi bunga
28. 2. Penyelanggaraan even tahunan atas inisiatif pemerintah akan dapat
menstimulasi pengembangan agrobisnis bunga yang diselenggarakan oleh
UKM local
3. Produksi berorientasi ekspor
3.4. Threath/ Ancaman
1. Ketidakstabilan saluran pemasaran dan distribusi produk agrikultur akan
mengganggu keberlanjutan produksi bunga
2. Minimnya infrastruktur ekspor dan impor akan menjadi halangan utama
dalam mengembangankan skala produksi
3. Permintaan produk bunga yang terbatas pada tingkat lokal akan menurunkan
produksi agrikultur di Tomohon
IV. KESIMPULAN
Dengan dukungan kondisi geografis, budaya masyarakat lokal, dan berbagai
aspek lainnya, Kota Tomohon memiliki potensi untuk berkembang sebagai pusat sentra
industri dan pemasaran bunga terkemuka di Indonesia. Adanya embrio industri rumah
tangga yang membudidayakan dan mendistribusikan bungan di sentra kios tepatnya
Desa Kakaskasen bisa menjadi desa percontohan yang masih harus dikembangkan lagi,
sehingga bisa menjadi cikal bakal tumbuhnya sentra industri kecil lainnya di desa-desa
sekitar.
Dari potensi yang dimiliki kota Tomohon diantaranya potensi alam yang
mendukung holtikultura, budaya masyarakat yang memang menyukai kegiatan bercocok
tanam, dan sudah tumbuhnya industri kecil rumah tangga. Fokus pengembangan kota
Tomohon ditekankan pada pengembangan industri rumah tangga yang sudah ada, agar
bisa lebih maju dan berkembang sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitar. Pengembangan industri kecil yang sudah ada, mencakup empat aspek yakni,
untuk produk, manajemen, modal, dan pemasaran. Pengembangan ke empat aspek ini
diharapkan dapat berjalan dengan sinergi dan saling berkesinambungan sehingga hasil
yang didapat juga bisa maksimal dan merata hingga mampu mencitrakan kota Tomohon
sebagai Kota Bunga. Selain itu, sebagai pusat sentra industri dan pemasaran bunga di
Indonesia, diharapkan memacu perkembangan pariwisata Kota Tomohon dan Indonesia
pada umumnya.
29. DAFTAR PUSTAKA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA TOMOHON, BADAN
PUSAT STATISTIK KOTA TOMOHON, 2007, Tomohon Dalam Angka 2007, BPS
Kota Tomohon– Sulawesi Utara
Cooper, Chris (2005) Tourism Principles and Practice. Third Edition. Essex: Pearson
Education Limited.
Hall, Michael Colin & Jenkins, John M. (1995) Tourism & Public Policy. London:
Rountledge.
DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA, 2005, Indonesia Khazanah
Pariwisata Nusantara, Jakarta.
Jennings, Gayle & Nickerson, N.P. (2005) Quality Tourism Experiences. Amsterdam:
Elsevier.
Gill, Pushpinder S. (1999) Dynamics of Tourism Vol. 2: Tourism Planning and
Management. New Delhi: Anmol Publications PVT LTD.
Gunn, Clare A. (2002) Tourism Planning; Basics, Concepts and Cases. Fourth Edition.
New York: Routhledge.
Lea, John (1993) Tourism and Development in the Third World. London: Routhledge.
Lwas, Eric (1995) Tourist Destination Management. London: Routlege.
Mowforth, Martin & Munt, Ian (2003) Tourism and Sustainability: New Tourism n the Third
World. New York: Routledge.
Nirwandar, Sapta (2008) Pembangunan Sektor Pariwisata di Era Otonomi Daerah.
Diakses dari http://www.wisatamelayu.com, Tanggal 2 Juli 2008, Jam 19.13.
Nuryanti, Wiendu & Hwang, Won Gyu (2001) Private and Public Sector Partnership in
Tourism Development. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pemerintahan Kota Tomohon, 2008, Tomohon Flower Festival 2008, Pemerintahan Kota
Tomohon
Theobold, William F. (2005) Global Tourism. Third Edition. Amsterdam: Elsevier.
WTO (1998) Guide or Local Authorities on Developing Sustainable Tourism. Madrid: World
Tourism Organization.
Vellas, Francois & Becherel, Lionel (1995) International Tourism An Economic Perpective.
London: Machillen Press LTD.
www.tomohonkota.go.id
Wuryan.files.wordpress.com
elviesukrisni.wordpress.com
www.panoramio.com
www.skyscrapercity.com
www.travel.webshots.com