SlideShare a Scribd company logo
1 of 89
Man_HIM_2011
rahman83@rocketmail.com




           ii     Untuk kalangan peribadi
                              Man/02/11
KATA PENGANTAR

Bismillahiwabihamdihi
Assalamu'alikum wr wb
       Alahdulillahirabbil alamin segala puji kami haturkan
kehadirat allah sumbhaahuata'ala yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat sehingga kita mampu menyelesaikan
makalah ini
       Salawat beserta salam tak lupa kita haturkan keharibaan
junjungan alam nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing kita, sehingga kita mengenal yang namanya iman
dan islam.
       Buku ini kami buat dengan berbagai halangan dan
rintangan. Akan tetapi alhamdulillah semua ini bisa terlaksana.
       Tak lupa pula kami mengucapkan banyak trimakasih
kepada bapak dosen yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini,b agaimanapun juga makalah ini
tidak bisa terlaksana tanpa dukungan penuh serta bimbinganya.
       Akhirnya kami mengucapkan maaf jika ada kesalahan
baik dalam penulisan dan kata-kata kami dalam makalah ini,
bagaimanapun juga kami adalah manusia biasa yang tidak luput
dari kehilapan.
                  Wassalamu'alaikum Wr Wb

                               iii      Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
          A. Latar belakang.......................................................5
          B. Tujuan...................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
          A. Latar belakang nasilnalisme arab..........................7
          B. Sejarah terjadinya nasionalisme arab..................10
          C. Politik bangkitnya nasionalisme arab moderen...13
          D. Perluasan gerakan................................................16
          E. Arab memberontak selama pembrontakan
               1936-1939 di palestina................................. 20
          F. Hubungan dengan nazisme.................................23
          G. Puncak dibawah kepemimpinan mesir................25
          H. Tolak ..................................................................28
          I. Upaya persatuan..................................................29
          NASIONALISME ARAB
          Abdel Nasser Eclipse................................................32
          NegaraSah.................................................................38
          Suku, Sekte, Islam.....................................................45
                                           iv            Untuk kalangan peribadi
                                                                     Man/02/11
Defisit Demokrasi.....................................................53
         Kebebasan Dari Barat...............................................60
         Pengalihan Generasi..................................................67
         NASIONALISME ARAB SEBUAH CITA-CITA
         BANGSA ARAB
         1. Latar Belakang....................................................72
         POTENSI NASIONALISME ARAB SETELAH
         ISLAM
         1. Kbudayaan...........................................................73
         2. Asensi nasionalisme arab setelah islam..............77
         3. Potensi          Yang            Berpengaruh          Terhadap
              Nasionalisme Arab Setelah Islam....................79
BAB III PENUTUP
         A. Kesimpulan.........................................................80
DAFTAR PUSTAKA...........................................................84




                                         v           Untuk kalangan peribadi
                                                                 Man/02/11
BAB I
                     PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
           Nasionalisme Arab ( Arab : al-‫ القومية العربية‬al-
  `Qawmiyya Arabiyya) adalah nasionalis ideologi merayakan
  kemuliaan Arab periadaban, bahasa dan sastra Arab,
  menyerukan untuk peremajaan dan serikat pekerja politik di
  dunia Arab. Premis utamanya adalah bahwa orang-orang di
  Dunia Arab, dari Samudra Atlantik ke Laut Arab,
  merupakan satu bangsa diikat bersama oleh warisan
  linguistik, budaya, agama, dan sejarah yang sama. Salah
  satu tujuan utama Arab nasionalisme adalah akhir dari
  pengaruh Barat di Dunia Arab, yang dipandang sebagai
  "musuh" kekuatan Arab, dan penghapusan dari mereka
  pemerintah Arab dianggap tergantung pada kekuasaan
  Barat.    Itu naik ke menonjol dengan pelemahan dan
  kekalahan (non-Arab) Kekaisaran Ottoman pada abad ke-20
  awal dan menurun setelah kekalahan tentara Arab dalam
  Perang Enam Hari.
           Kepribadian dan kelompok yang terkait dengan
  Arab nasionalisme termasuk Mesir pemimpin Gamal Abdel
  Nasser, yang Gerakan Nasionalis Arab, pemimpin Libya
                             5        Untuk kalangan peribadi
                                                  Man/02/11
Muammar al-Gaddafi, Sosialis Arab Ba'ath Partai yang
  berkuasa di Suriah dan Irak untuk beberapa tahun, dan
  pendirinya Michel Aflaq. Pan-Arabisme adalah konsep
  yang terkait, sebanyak itu panggilan untuk komunalisme
  supranasional di antara negara-negara Arab.
B. TUJUAN
          Buku ini kami buat dengan tujuan agar nantinya
  mampu untuk memberikan pemahaman semua pembaca
  terutama mengenai sejarah terjadinya nasionalisme arab
  atau di asia barat daya dan begitu pula dengan keadaan
  politik ketika itu.




                             6        Untuk kalangan peribadi
                                                  Man/02/11
BAB II
                    PEMBAHASAN

A. LATAR BLELAKANG NASIONALISME ARAB
         Nasionalis Arab percaya bahwa bangsa Arab sudah
  ada sebagai sebuah entitas sejarah sebelum munculnya
  nasionalisme di abad ke-1920. Bangsa Arab dibentuk
  melalui pembentukan bertahap dari bahasa Arab sebagai
  bahasa komunikasi dan dengan munculnya Islam sebagai
  agama dan budaya di wilayah tersebut. Kedua Arab dan
  Islam menjabat sebagai pilar bangsa. Menurut penulis
  Youssef Choueiri, nasionalisme Arab merupakan "Arab
  'kesadaran karakteristik khusus mereka serta upaya mereka
  untuk membangun sebuah negara modern yang mampu
  mewakili kehendak bersama bangsa dan semua bagian
  penyusunnya."
          Dalam gerakan nasionalis Arab tiga pembedaan:
  bangsa Arab, nasionalisme Arab, dan pan-Arab persatuan.
  Jamil al-Sayyid, pendiri partai nasionalis Arab Ba'ath,
  klaim bangsa adalah kelompok orang yang berbahasa Arab,
  menghuni dunia Arab, dan yang memiliki perasaan milik
  negara yang sama. Nasionalisme adalah "jumlah total" dari
  karakteristik dan kualitas eksklusif untuk bangsa Arab,
  sedangkan persatuan pan-Arab adalah gagasan modern
                            7        Untuk kalangan peribadi
                                                 Man/02/11
yang menyatakan bahwa negara-negara Arab harus bisa
mempersatukan yang terpisah untuk membentuk satu
negara di bawah satu sistem politik.
        Patriotisme lokal yang berpusat di negara-negara
Arab individu dimasukkan ke dalam kerangka nasionalisme
Arab dimulai pada 1920-an. Ini dilakukan dengan
menempatkan Jazirah Arab sebagai tanah air dari bangsa
Semit (yang Kanaan dan Syriacs dari Levant dan Asyur dan
Babel dari Mesopotamia ) yang bermigrasi di seluruh Timur
Tengah pada zaman dahulu atau dengan menghubungkan
pra-Islam budaya lain, seperti orang-orang Mesir dan
Afrika Utara dan Tanduk Afrika, menjadi identitas Arab
berkembang.
       Bahasa Arab modern sebenarnya memiliki dua kata
yang berbeda yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris sebagai "nasionalisme": qawmiyya ‫ ,قومييية‬berasal
dari kata qawm (artinya "suku, kebangsaan etnis"), dan
wataniyya ‫ وطنييية‬makna, berasal dari kata watan ("tanah
negara, pribumi"). Kata ini qawmiyya telah digunakan
untuk merujuk kepada nasionalisme pan-Arab, sementara
wataniyya telah digunakan untuk merujuk pada patriotisme
pada tingkat yang lebih lokal (kadang-kadang diremehkan
sebagai "regionalisme" oleh mereka yang menganggap pan-
                           8           Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
Arabisme satu-satunya bentuk sebenarnya dari nasionalisme
Arab) .
          Dalam pasca - Perang Dunia tahun, konsep
qawmiyya"secara     bertahap   diasumsikan          warna   kiri,
menyerukan penciptaan persatuan Arab revolusioner."
Kelompok yang berlangganan ke titik oposisi pandang
menganjurkan, kekerasan dan non-kekerasan, melawan
Israel dan menentang Arab yang tidak berlangganan sudut
pandang ini. Orang yang paling diidentifikasi dengan
qawmiyya adalah Gamal Abdel Nasser dari Mesir, yang
digunakan baik kekuatan militer dan politik untuk
menyebarkan versinya ideologi pan-Arab di seluruh dunia
Arab. George Habash, pendiri Front Populer untuk
Pembebasan Palestina, dipengaruhi Arab Palestina untuk
menerima      pendekatan   Nasserist     politik.     Sementara
qawmiyya masih tetap merupakan kekuatan politik yang
kuat hari ini, kematian Nasser dan kekalahan Arab dalam
Perang Enam Hari telah melemah iman ideal ini. Ideologi
dominan saat ini di antara para pembuat kebijakan Arab
telah bergeser ke wataniyya.




                           9           Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
B. SEJARAH TERJADINYA NASIONALISME ARAB
         Sepanjang akhir abad 19, dimulai pada 1860-an,
  rasa kesetiaan kepada "Tanah" yang dikembangkan di
  kalangan intelektual yang berbasis di Levant dan Mesir,
  tetapi belum tentu "Tanah Arab". Ini dikembangkan dari
  ketaatan terhadap keberhasilan teknologi Eropa Barat yang
  mereka dikaitkan dengan patriotisme yang berlaku di
  negara-negara. Selama periode ini, masuknya berat Kristen
  misionaris dan pendidik dari negara-negara Barat yang
  disediakan apa yang disebut kebangkitan "politik Arab",
  sehingga dalam pembentukan masyarakat rahasia di dalam
  kekaisaran.
         Pada 1860-an, sastra diproduksi di Mashreq
  (kawasan Mediterania timur dan Mesopotamia) yang berada
  di bawah kendali Ottoman pada saat itu, terdapat intensitas
  emosional dan sangat mengutuk Turki Ottoman untuk
  "Islam mengkhianati" dan Tanah ke Barat Kristen. Dalam
  pandangan Arab patriot, Islam tidak selalu berada dalam
  "keadaan yang menyedihkan" dan menyatakan bahwa
  kemenangan militer dan kejayaan budaya Arab kedatangan
  agama, bersikeras bahwa modernisme Eropa itu sendiri
  adalah asal Islam. Orang-orang Arab, di sisi lain, telah
  menyimpang dari Islam yang benar dan dengan demikian
                            10        Untuk kalangan peribadi
                                                  Man/02/11
mengalami penurunan. Ottoman dan Mesir reformasi
pemerintah disalahkan karena situasi karena mereka
mencoba untuk meminjam praktik Barat dari Eropa yang
dipandang sebagai tidak alami dan korup. Melihat patriot
Arab adalah bahwa pemerintah Islam harus menghidupkan
kembali Islam yang sejati yang akan pada gilirannya,
membuka jalan bagi pembentukan pemerintah perwakilan
konstitusional dan kebebasan yang, meskipun Islam di asal,
diwujudkan di Barat pada saat itu.
        Arabisme dan patriotisme regional (seperti di Mesir
atau di Levant) dominasi campuran dan memperoleh lebih
dari Ottomanism antara beberapa orang Arab di Suriah dan
Libanon. Ibrahim al-Yazigi, seorang filsuf Kristen Suriah,
yang disebut orang Arab untuk "memulihkan vitalitas
kehilangan kuno mereka dan membuang kuk Turki "pada
1868. Sebuah kelompok rahasia mempromosikan tujuan ini
dibentuk pada akhir 1870, dengan al-Yazigi sebagai
anggota. Kelompok ini ditempatkan plakat di Beirut
menyerukan pemberontakan melawan Ottoman. Sementara
itu,   Lebanon    dan   Damaskus     terkemuka     berbasis,
kebanyakan Muslim, membentuk gerakan rahasia yang
sama, meskipun mereka berbeda kelompok Kristen yang
disfavoured Arabisme menyerukan Lebanon yang benar-
                           11        Untuk kalangan peribadi
                                                 Man/02/11
benar independen sedangkan masyarakat Arab Muslim
yang umumnya dipromosikan otonom yang lebih besar
Suriah masih di bawah Ottoman.
      Pada awal abad ke-20, kelompok Muslim Arab
memeluk    nasionalis    Arab    "self-view"   yang    akan
memberikan sebagai dasar dari ideologi nasionalis Arab
dari abad ke-20. Versi baru dari patriotisme Arab secara
langsung   dipengaruhi   oleh    modernisme    Islam   dan
kebangkitan dari Muhammad Abduh, di Mesir sarjana
Muslim. Abduh percaya nenek moyang Muslim Arab
dianugerahkan "rasionalitas pada manusia dan menciptakan
esensi modernitas," dipinjam oleh Barat. Jadi, sementara
Eropa maju dari mengadopsi cita-cita modernis Islam yang
benar, kaum Muslim gagal, merusak dan meninggalkan
Islam yang benar. Abduh dipengaruhi nasionalisme Arab
modern pada khususnya, karena kebangkitan leluhur sejati
Islam (yang Arab) juga akan menjadi kebangkitan budaya
Arab dan pemulihan posisi Arab sebagai pemimpin dunia
Islam. Salah satu pengikut Abduh, Abd al-Rahman al-
Kawakibi , secara terbuka menyatakan bahwa Kekaisaran
Ottoman harus baik Turki dan Arab, dengan yang terakhir
berolahraga kepemimpinan agama dan budaya.


                          12        Untuk kalangan peribadi
                                                Man/02/11
C. POLITIK BANGKITNYA NASIONALISME ARAB
  MODERN
         Pada tahun 1911, intelektual Muslim dan politisi
  dari seluruh Levant membentuk al-Fatat ("Masyarakat Arab
  Muda"), sebuah klub kecil nasionalis Arab, di Paris.
  Tujuannya   dinyatakan   adalah   "meningkatkan    tingkat
  bangsa Arab untuk tingkat bangsa-bangsa modern." Dalam
  beberapa tahun pertama keberadaannya, Al-Fatat meminta
  otonomi lebih besar dalam negara Ottoman bersatu
  ketimbang kemerdekaan Arab dari kekaisaran. Al-Fatat
  tuan rumah Kongres Arab 1913 di Paris, yang tujuannya
  adalah untuk mendiskusikan reformasi yang diinginkan
  dengan individu setuju lain dari dunia Arab. Mereka juga
  meminta agar wajib militer Arab untuk tentara Ottoman
  tidak diminta untuk melayani di daerah non-Arab kecuali
  dalam masa perang. Namun, karena pemerintah Ottoman
  menindak aktivitas organisasi dan anggota, al-Fatat
  bergerak di bawah tanah dan menuntut kemerdekaan penuh
  dan kesatuan provinsi Arab.
         Nasionalis individu menjadi lebih menonjol selama
  tahun-tahun memudarnya Ottoman otoritas, tetapi gagasan
  nasionalisme Arab hampir tidak berdampak pada sebagian
  besar orang Arab karena mereka menganggap diri mereka
                            13       Untuk kalangan peribadi
                                                 Man/02/11
subyek setia dari Kekaisaran Ottoman. Para Inggris , untuk
bagian mereka, menghasut yang Sharif Mekkah untuk
melancarkan Pemberontakan Arab selama Perang Dunia
Pertama.   Para   Ottoman       dikalahkan      dan    pasukan
pemberontak, setia pada Sharif putra Faysal bin al-Husain
masuk Damaskus di tahun 1918. Sekarang, Faysal bersama
dengan banyak intelektual Irak dan perwira militer telah
bergabung dengan Al-Fatat yang akan membentuk tulang
punggung dari negara yang baru-dibuat Arab yang terdiri
dari banyak Levant dan Hijaz.
       Damaskus    menjadi      pusat     koordinasi   gerakan
nasionalis Arab karena dipandang sebagai tempat kelahiran
ideologi, kursi Faysal-pertama Arab yang "berdaulat"
setelah hampir 400 tahun Turki kedaulatan-dan karena
nasionalis wilayah seluruh Mashreq yang akrab dengannya.
Meskipun demikian, Yerusalem, Beirut, dan Baghdad tetap
basis yang signifikan dukungan. Setelah penciptaan negara
Faysal, ketegangan yang serius dalam gerakan nasionalis
Arab menjadi terlihat; konflik antara yang ideal ideologi
tertinggi membentuk unit independen tunggal yang terdiri
dari semua negara yang berbagi bahasa Arab dan warisan,
dan kecenderungan untuk mendahulukan lokal ambisi.


                          14            Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
Untuk ketegangan lebih lanjut, keretakan terbentuk
antara anggota nasionalis yang lebih tua dari berbagai kota
Suriah-keluarga kelas dan nasionalis umumnya lebih muda
yang menjadi dekat dengan Faysal-pasukannya Hijazi,
perwira militer Irak dan Suriah, dan intelektual Palestina
dan Suriah. Penjaga tua terutama diwakili oleh Ridha Pasha
al-Rikabi, yang menjabat sebagai perdana menteri Faysal,
sedangkan penjaga muda itu tidak memiliki satu pemimpin
tertentu. Namun, para pemuda dalam al-Fatat mendirikan
Partai Kemerdekaan Arab ("al -Istiqlal ") pada Februari
1919. Tujuannya adalah untuk mencapai persatuan dan
kemerdekaan Arab lengkap. Anggota terkemuka termasuk
Izzat Darwaza dan Shukri al-Quwatli.             Berpusat di
Damaskus dengan cabang di berbagai kota di seluruh
Levant,   Al-Istiqlal   menerima   dukungan      politik   dan
keuangan dari Faysal, tetapi bergantung pada lingkaran
dalam al-Fatat untuk bertahan hidup.
          Selama perang, Inggris telah menjadi sponsor
utama pemikiran dan ideologi nasionalis Arab, terutama
sebagai senjata untuk melawan kekuatan dari Kekaisaran
Ottoman. Meskipun pasukan Arab dijanjikan sebuah negara
yang meliputi lebih dari Semenanjung Arab dan Fertile
Crescent rahasia Perjanjian Sykes-Picot antara Inggris dan
                           15          Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
Perancis yang disediakan untuk pembagian wilayah dari
  banyak bahwa wilayah antara dua kekuatan-kekuatan
  imperialis. Selama perang antar-tahun dan Mandat Inggris
  periode, ketika tanah Arab berada di bawah kekuasaan
  Prancis dan Inggris, nasionalisme Arab menjadi anti-
  kekaisaran penting oposisi gerakan melawan kekuasaan
  Eropa.
D. PERLUASAN GERAKAN
           Sejumlah pemberontakan Arab terhadap kekuatan-
  kekuatan Eropa terjadi setelah pembentukan mandat Inggris
  dan Perancis. Kebencian pemerintahan Inggris memuncak
  dalam pemberontakan Irak tahun 1920. Pemberontakan
  yang dilakukan oleh penduduk perkotaan serta pedesaan
  suku-suku Irak berakhir pada tahun 1921. Inggris drastis
  mengubah kebijakan mereka di Irak setelah itu. Meskipun
  mandat masih di tempat resmi, peran Inggris hampir
  dikurangi menjadi satu penasihat. Pada tahun 1925, Druze
  selatan Suriah di bawah kepemimpinan Sultan Pasha al-
  Atrash memberontak melawan pemerintahan Prancis.
  Pemberontakan kemudian menyebar ke seluruh Suriah,
  khususnya di Damaskus di mana pemberontakan oleh
  warga berlangsung. Prancis menjawab dengan sistematis
  membombardir kota, yang mengakibatkan ribuan kematian.
                            16       Untuk kalangan peribadi
                                                 Man/02/11
Pemberontakan itu diletakkan pada akhir tahun ini, namun
dikreditkan dengan memaksa Prancis untuk mengambil
langkah-langkah lebih untuk menjamin kemerdekaan
Suriah.     Di    Mesir,    kebencian        hegemoni     Inggris
menyebabkan skala luas pemberontakan di seluruh negeri
pada 1919. Sebagai hasil dari tiga tahun perundingan
berikutnya       pemberontakan,    Inggris       setuju    untuk
mengizinkan kemerdekaan resmi Mesir pada tahun 1922,
tapi militer mereka masih memegang pengaruh besar di
negara tersebut. Hal ini juga harus dicatat bahwa para
pemimpin politik revolusi Mesir yang dianut nasionalisme
Mesir, bukan alternatif nasionalis Arab.
          Independensi relatif dari Mesir, Irak, Arab Saudi
dan Yaman Utara mendorong nasionalis Arab untuk
menaruh program-program ke depan tindakan terhadap
kekuasaan kolonial di wilayah tersebut. Menurut sejarawan
Youssef Choueiri, yang "glimmerings publik pertama"
pendekatan pan-Arab terjadi pada tahun 1931, selama
konvensi     konferensi    pan-Islam    di    Yerusalem     yang
menyoroti        kekhawatiran      Muslim          pertumbuhan
meningkatnya Zionisme di Palestina. Delegasi Arab
mengadakan konferensi terpisah dan untuk pertama kalinya
delegasi dari Afrika Utara, Mesir, Semenanjung Arab dan
                             17         Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
Fertile Crescent berkumpul bersama untuk mendiskusikan
masalah-masalah Arab.     Sebuah panci-Arabist perjanjian
diproklamasikan berpusat pada tiga artikel utama:
    Negara-negara Arab membentuk suatu keseluruhan
    yang integral dan tak terpisahkan.    Oleh karena itu
    bangsa Arab tidak menerima atau mengenali divisi
    dalam bentuk apapun yang telah dikenakan.
    Semua upaya di setiap negara Arab harus diarahkan
    kepada pencapaian independensi total dalam satu
    kesatuan tunggal. Setiap usaha yang membatasi
    kegiatan politik untuk isu-isu lokal atau regional yang
    akan melawan.
   Karena kolonialisme adalah, dalam segala bentuk dan
    manifestasinya, bertentangan dengan martabat dan
    tujuan terpenting dari bangsa Arab, bangsa Arab
    menolak dan akan melawan dengan segala cara dengan
    pembuangan.
       Rencana konferensi dekat di masa depan dibuat,
tetapi tidak pernah datang ke dalam bermain karena
kematian Faysal pada tahun 1933 (delegasi memilih Faysal
Irak menjadi pelindung mereka dan dia setuju untuk
memberikan dukungan moral dan material untuk gerakan)
dan oposisi Inggris sengit. Namun, Partai Kemerdekaan
                          18        Untuk kalangan peribadi
                                                Man/02/11
Arab dibentuk oleh aktivis Palestina dan Irak dari al-Fatat
sebagai akibat langsung dari konferensi Yerusalem pada 13
Agustus 1932. Sebagian besar kegiatan AIP yang berpusat
di bidang politik Palestina, tetapi partai juga bekerja untuk
mencapai persatuan Arab dan solidaritas sebagai sarana
untuk memperkuat perlawanan Arab terhadap Mandat
Inggris di Palestina dan peningkatan Yahudi pemukiman
terjadi di sana. Pada bulan Agustus 1933, Liga Aksi
Nasionalis   didirikan    di    Lebanon    oleh   kelompok
berpendidikan Barat-layanan profesional sipil dengan
tujuan menciptakan pasar Arab umum dan industri dasar
serta penghapusan hambatan bea cukai antara negara-
negara Arab. Oleh mengusulkan reformasi agraria untuk
membatasi kekuasaan pemilik tanah, menghapuskan apa
yang mereka anggap " feodalisme "dan mempromosikan
pertumbuhan industri, LNA berusaha untuk merusak
absentee tuan tanah di Levant yang cenderung untuk
mendorong nasionalisme lokal dan terbuka untuk bekerja
sama dengan otoritas Eropa atau pembeli tanah Yahudi.
LNA menikmati popularitas sepanjang tahun 1930-an, tapi
tidak bertahan sampai tahun 1940.




                           19        Untuk kalangan peribadi
                                                 Man/02/11
E. ARAB MEMBERONTAK SELAMA
  PEMBERONTAKAN 1936-39 DI PALESTINA
         Setelah    pembunuhan      pemimpin      gerilya   Arab
  Palestina, Izz al-Din al-Qassam, oleh pasukan Inggris di
  Ya'bad, Arab-Yahudi ketegangan di Palestina berada di
  klimaks. Anti-Zionis sentimen mencapai titik didih pada
  tanggal 15 April 1936, saat sebuah kelompok bersenjata
  Arab tewas seorang warga sipil Yahudi setelah mencegat
  mobilnya dekat desa Bal'a. Setelah orang-orang Yahudi
  membalas dengan menewaskan dua petani Arab yang dekat
  Jaffa , ini memicu pemberontakan Arab di Palestina. AIP
  bersama dengan tokoh-tokoh Palestina yang dipilih
  pemimpin yang populer dan Mufti Yerusalem , Haji Amin
  al-Husayni untuk memimpin pemberontakan. Para Komite
  Tinggi Arab (AHC), sebuah komite nasional menyatukan
  faksi Arab di Palestina, didirikan untuk mengkoordinasikan
  pemberontakan. Untuk memprotes imigrasi Yahudi, sebuah
  pemogokan umum dinyatakan dan boikot politik, ekonomi,
  dan sosial dari orang-orang Yahudi segera terjadi.
  Peristiwa-peristiwa di Palestina mengikuti serupa kegiatan
  anti-kolonial di Mesir dan Suriah yang membantu
  menginspirasi     pemberontakan.     Di   Mesir,      sepekan
  demonstrasi      anti-Inggris    menghasilkan       pemulihan
                              20       Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
konstitusi Mesir sementara di Suriah, sebuah pemogokan
umum yang diselenggarakan pada bulan Januari-Februari
1936 menyebabkan negosiasi besar pada kesepakatan
kemerdekaan dengan pemerintah Perancis. Penduduk
Inggris membawa sikap tegas terhadap pemberontakan
nasionalis di Palestina, AHC dibubarkan dan al-Husayni
dipaksa ke pengasingan di Lebanon pada tahun 1937.
Meskipun al-Husayni bersandar lebih ke arah nasionalisme
Palestina dan Islamisme, ia berperan dalam mengatur pan-
Arab Bloudan Konferensi pada tanggal 9 September 1937
di Suriah yang mengumpulkan 524 delegasi dari seluruh
dunia Arab, meski al-Husayni sendiri tidak hadir.
       Raja Irak Ghazi adalah seorang pendukung kuat dari
nasionalisme Arab. Dia meninggal dalam kecelakaan mobil
pada 1939, tetapi kematiannya disalahkan di Inggris dengan
Irak tentara yang setia kepadanya.
       Sementara itu, masyarakat nasionalis klandestin
Arab dibentuk di Irak pada tahun 1938 yang kemudian
dikenal sebagai Partai Nasionalis Arab (ANP). ANP
biasanya membatasi diri untuk mempengaruhi peristiwa dan
para pemimpin di Irak daripada mengambil memimpin
gerakan nasionalis massa. Raja Ghazi dari Irak adalah salah
satu   pemimpin    tersebut.    Ghazi    dimaksudkan     untuk
                           21           Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
membangun tentara Irak yang kuat dan secara aktif
berusaha untuk lampiran Kuwait. Banyak politisi nasionalis
Arab di Kuwait disediakan tempat yang aman di Irak
setelah ditekan oleh kuasi-penguasa Sheikhdom, para al-
Sabah keluarga (Kuwait masih wilayah Inggris pada waktu
itu), yang mendukung kemerdekaan terutama setelah
penemuan minyak ada pada tahun 1938. Ghazi meninggal
dalam kecelakaan mobil pada tahun 1939, memicu tuduhan
oleh sejumlah perwira militer bahwa ia dibunuh oleh
pasukan Inggris. Pada tahun yang sama, al-Husayni tiba di
Baghdad setelah melarikan diri dari Lebanon. Hal ini
memberikan dorongan moral untuk dimensi pan-Arab
dalam politik Irak. Perdana menteri saat itu, Nuri al-Kata
dan Bupati Raja Abdul Illah, tidak pelabuhan simpati
nasionalis Arab Ghazi dianut. pemimpin nasionalis Arab
Rashid Ali al-Gaylani, bersama dengan al-Husayni,
mendapat dukungan dari para perwira militer yang tidak
puas dan pada tanggal 1 April 1941, Nuri al-Said
digulingkan dalam kudeta yang dipimpin oleh al-Gaylani.
Irak berada di bawah pemerintahan langsung dari tentara
dengan al-Gaylani mengambil alih sebagai perdana menteri.
Untuk mengatasi respon militer Inggris untuk kudeta, dia
meminta dukungan dari Jerman yang sedang berperang
                          22       Untuk kalangan peribadi
                                               Man/02/11
dengan Inggris dan Perancis pada saat itu, namun militer
  Jerman tidak datang untuk membantu pemerintah nasionalis
  Arab. Inggris menduduki kembali Irak Mei untuk mencegah
  dari bergabung dengan Axis Powers selama Perang Dunia
  II. Al-Gaylani dan al-Husayni melarikan diri ke Jerman,
  sementara   perwira   militer      yang    melakukan          kudeta
  ditangkap dan dieksekusi. Peristiwa-peristiwa di Irak
  menimbulkan kemarahan dan frustrasi di seluruh dunia
  Arab dan Inggris mengakui pertumbuhan yang cepat dari
  nasionalis Arab perasaan di antara penduduk Arab. Menteri
  Luar Negeri Inggris, Anthony Eden, resmi menyatakan
  dukungan Inggris yang kuat pan-Arab hubungan dalam
  upaya untuk meredakan sentimen anti-Inggris di wilayah
  tersebut.
F. HUBUNGAN DENGAN NAZISME
         Haji Amin al-Husayni bertemu dengan Hitler dan
  pejabat Nazi lainnya pada berbagai kesempatan dan
  mencoba mengkoordinasi kebijakan Nazi dan Arab untuk
  memecahkan apa yang dia yakini adalah " masalah Yahudi
  "di   Palestina.   Karena        peran    al-Husayni          tentang
  kepemimpinan dan nya . asosiasi dengan pemimpin Nazi, ia
  didukung oleh orang banyak sebagai "Fuhrer dunia Arab"
                                                    [32] [33]
  selama kunjungan ke Berlin pada tahun 1941                    Dalam
                              23           Untuk kalangan peribadi
                                                       Man/02/11
salah satu pidato mufti, ia berkata: "Bunuh orang-orang
Yahudi di mana pun Anda menemukan mereka-ini
menyenangkan Allah ".
         Pada 1930, pemuda Arab kaya, berpendidikan di
Jerman    dan   setelah   menyaksikan   munculnya    fasis
kelompok paramiliter, mulai kembali ke rumah dengan ide
menciptakan sebuah "Partai Nazi Arab". Suasana dari
gerakan 1930-an Arab digambarkan oleh salah satu dari
para pemimpin Suriah Partai Ba'ath , Sami al-Jundi : "Kami
rasis, mengagumi Nazisme, membaca buku dan sumber
pikirannya. Pada tahun 1935, Jamal al-Husayni (kakak Haji
Amin) membentuk Palestina Arab Partai, partai itu
digunakan untuk menciptakan "fasis-gaya" organisasi
pemuda, al-Futuwwa, secara resmi bernama "Pramuka
Nazi". Organisasi merekrut anak-anak dan pemuda, yang
mengambil sumpah sebagai berikut: "Hidup - kanan saya;
kemerdekaan - aspirasi saya Arabisme - negara saya, dan
ada ruang ada di dalamnya untuk setiap tetapi Arab. Dalam
hal ini saya percaya dan Allah adalah saksiku. "Perhatian
menyatakan Inggris di situasi di Palestina, menyatakan
dalam sebuah laporan bahwa "pemuda tumbuh dan gerakan
pramuka harus dianggap sebagai yang paling faktor
kemungkinan untuk gangguan perdamaian."
                          24       Untuk kalangan peribadi
                                               Man/02/11
G. PUNCAK DI BAWAH KEPEMIMPINAN MESIR
         Mesir Presiden Gamal Abdel Nasser kembali ke
  kerumunan orang bersorak di Kairo setelah mengumumkan
  nasionalisasi Terusan Suez Perusahaan, Agustus 1956
         Setelah Perang Dunia Kedua, Gamal Abdel Nasser,
  pemimpin Mesir, adalah pemain penting dalam kebangkitan
  nasionalisme Arab. Berlawanan dengan kontrol Inggris dari
  Zona Terusan Suez di Mesir dan prihatin menjadi medan
  pertempuran Perang Dingin Nasser mendorong untuk pakta
  keamanan kolektif Arab dalam kerangka dari Liga Arab.
  Sebuah aspek kunci dari ini adalah kebutuhan untuk
  bantuan ekonomi yang tidak tergantung pada perdamaian
  dengan Israel dan pendirian pangkalan AS atau militer
  Inggris di negara-negara Arab. Nasser menasionalisasi
  Terusan Suez dan langsung menantang dominasi kekuatan
  Barat di wilayah tersebut.       Pada saat yang sama ia
  membuka Mesir sebagai zona Perang Dingin dengan
  menerima bantuan dan pengiriman senjata dari Uni Soviet
  yang   tidak   tergantung    pada    perjanjian,   basa    dan
  kesepakatan    damai.   Namun,      karena   konotasi     untuk
  dominasi Perang Dingin di wilayah ini, Mesir juga
  menerima bantuan dari Amerika Serikat, yang berusaha


                              25        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
untuk mempromosikan nasionalisme Arab muncul sebagai
penghalang untuk komunisme.
       Pertanyaan   tentang    Palestina   dan   perlawanan
terhadap Zionisme menjadi titik kumpul bagi nasionalisme
Arab baik dari perspektif agama dan perspektif militer.
Fakta bahwa     Yahudi dipromosikan rasa agama untuk
retorika xenofobia dan memperkuat Islam sebagai ciri
nasionalisme Arab. Kekalahan memalukan dalam Perang
Arab-Israel 1948 memperkuat Arab memutuskan untuk
bersatu dalam mendukung sebuah pan-Arab yang ideal
nasionalis. Dengan munculnya nasionalisme Palestina ,
debat berputar antara mereka yang percaya bahwa persatuan
pan-Arab akan membawa kehancuran Israel (pandangan
yang dianjurkan oleh Gerakan Nasionalis Arab ) atau
apakah kehancuran Israel akan membawa persatuan pan-
Arab (pandangan yang dianjurkan oleh Fatah ).
       Nasionalis Arab umumnya menolak agama sebagai
unsur utama dalam identitas politik, dan mempromosikan
kesatuan Arab tanpa identitas sektarian.     Namun, fakta
bahwa orang Arab kebanyakan Muslim digunakan oleh
beberapa sebagai sebuah blok bangunan penting dalam
menciptakan identitas nasional yang baru Arab. Contoh dari
ini adalah Michel Aflaq, pendiri bersama dengan Salah al-
                          26         Untuk kalangan peribadi
                                                 Man/02/11
Din al-Bitar dan Zaki al-Arsuzi dari Partai Ba'ath di Suriah
pada 1940-an. Aflaq, meskipun dirinya seorang Kristen,
Islam dipandang sebagai wasiat ke "jenius Arab", dan
pernah berkata "Muhammad adalah teladan dari semua
orang Arab Jadi biarlah semua orang Arab saat ini akan
Muhammad." Karena orang-orang Arab telah mencapai
kejayaan mereka yang terbesar melalui ekspansi Islam,
Islam dilihat sebagai pesan universal serta ekspresi jenius
sekuler pada bagian dari orang-orang Arab. Islam telah
diberi Arab suatu "masa lalu yang mulia", yang sangat
berbeda dari "hadir memalukan". Akibatnya, masalah
kehadiran Arab karena orang Arab telah menyimpang dari
"simbol abadi dan sempurna" mereka, Islam. Orang-orang
Arab yang diperlukan untuk memiliki "kebangkitan"
(Ba'ath dalam bahasa Arab). Setelah kudeta militer Ba'thist
di Irak dan Suriah pada tahun 1960, yang Ba'thists
"memberikan       kontribusi    sangat     sedikit    untuk
pengembangan semua nasionalisme-Arab, yang aslinya
raison d'etre."




                           27       Untuk kalangan peribadi
                                                Man/02/11
H. TOLAK
          Setelah kekalahan koalisi Arab oleh Israel selama
  tahun 1967 Perang Enam Hari-mana pemimpin nasionalis
  Arab Nasser berkuasa telah dijuluki al-Ma'raka al-
  Masiriya, (pertempuran takdir)-gerakan nasionalis Arab
  dikatakan telah menderita sebuah "ireversibel" geser ke
  arah "keterpinggiran politik". Yang dulu pro-Nasser
  Gerakan Nasionalis Arab, publik ditinggalkan "Nasserisme"
  yang mendukung Marxisme-Leninisme.            Selain dari
  kekalahan memalukan 1967, faktor dikreditkan dengan
  melemahnya gerakan meliputi
     penghapusan dari banyak iritasi yang memicu semangat
      nasionalis sebagai imperialisme dan pro-Westernism
      wained di dunia Arab selama 1950-an dan awal 60-an.
             Kehadiran Inggris di Mesir dan Irak telah
      dihilangkan,   sedangkan    Pakta    Baghdad     telah
      dikalahkan; Kepala Inggris Yordania staf, Sir John
      Bagot Glubb, telah dipecat pro-Barat presiden Lebanon,
      Camille Chamoun, telah digantikan oleh independen
      Chehab Fuad, dan Aljazair, mengorbankan mati juta
      dalam perjuangan heroik, telah menang atas kekuatan
      kolonial Perancis


                            28       Untuk kalangan peribadi
                                                 Man/02/11
 "Daerah" lampiran seperti presiden Irak Abd Al-Karim

     Qasim kebijakan "pertama Irak"
   lampiran ke suku dan "nilai-nilai suku sangat-tertanam"

   Kecurigaan    dari persatuan Arab oleh kelompok-
     kelompok minoritas seperti Kurdi di Irak yang non-
     Arab, atau Syiah Muslim di Irak dan Lebanon yang
     takut nasionalisme Arab sebenarnya "sebuah Sunni
     proyek "untuk mendirikan" hegemoni Sunni "
   Dengan kebangkitan Islam , yang tumbuh nasionalisme

     Arab menurun, dan pengikut yang sangat memusuhi
     nasionalisme secara umum, percaya itu tidak punya
     tempat dalam Islam
   Kurangnya     minat oleh gerakan dalam pluralisme,
     pemisahan kekuasaan, kebebasan ekspresi politik dan
     konsep    demokrasi    lain   yang     mungkin     telah
     "menghidupkan kembali" ideologi dalam momen
     kelemahan.


I. UPAYA PERSATUAN
         Pada tahun 1940, penguasa seperti Abdullah I dari
  Yordania dan Nuri sebagai-Kata Irak berusaha untuk
  menciptakan sebuah kerajaan Arab yang diperluas dibangun
  dari kecil negara-bangsa yang telah dibuat dalam periode
                           29         Untuk kalangan peribadi
                                                  Man/02/11
mandat. Mimpi Abdullah adalah untuk menjadi raja dari
Suriah Raya, sementara mimpi sebagai-Said adalah untuk
Federasi Fertile Crescent. Aspirasi ini, bagaimanapun, tidak
populer dan bertemu dengan kecurigaan di negara-negara
mereka berusaha untuk menaklukkan. Penciptaan Liga Arab
dan desakan terhadap integritas teritorial dan menghormati
kedaulatan masing-masing negara anggota, pembunuhan
Abdullah, dan 14 Juli Revolusi melemah kelayakan politis
dari ide-ide ini.
        Selama sebagian besar abad ke-20, persaingan
antara Suriah dan Nasser di Mesir yang akan memimpin
serikat menggerogoti upaya membentuk sebuah negara
Arab bersatu. Pada tahun 1958, Mesir dan Suriah sementara
bergabung untuk menciptakan Republik Persatuan Arab.
Hal itu disertai dengan upaya untuk memasukkan Irak dan
Yaman Utara di dalam serikat. Latihan ini sangat,
sementara mendorong posisi Mesir di pusat politik Arab,
menyebabkan melemahnya Suriah.
        Dengan revolusi Irak terjadi di tahun yang sama,
kekuatan-kekuatan Barat takut fallouts dari nasionalisme
Arab yang kuat di wilayah tersebut. Kekuatan asing tidak
hanya peduli tentang kemungkinan penyebaran gerakan-
gerakan revolusioner seperti di negara-negara Arab lainnya,
                          30        Untuk kalangan peribadi
                                                Man/02/11
tetapi juga khawatir tentang kehilangan kontrol dan
monopoli atas sumber daya alam di wilayah minyak.
Namun, karena ketidakpuasan atas hegemoni Mesir dan
setelah     kudeta    di   Suriah    yang    memperkenalkan
pemerintahan yang lebih radikal untuk kekuasaan, Republik
Persatuan Arab runtuh pada tahun 1961. Amerika jangka
Republik Arab terus digunakan di Mesir sampai tahun 1971,
setelah kematian Nasser.
          Upaya lain tidak berhasil serikat terjadi pada tahun
1963. Bahwa tahun nasionalis Arab Ba'ath Partai berkuasa
di Suriah dan Irak dan pembicaraan diadakan pada
menyatukan dua negara dengan Mesir.




                             31        Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
NASIONALISME ARAB


       Butuh beberapa waktu untuk cahaya untuk pergi keluar
pada nasionalisme Arab, tapi generator listrik yang turun pada
bulan Juni 1967. Setelah Perang Enam Hari, slide nasionalisme
Arab terhadap keterpinggiran politik menjadi ireversibel. Dan
apa selesai itu adalah fakta bahwa Mesir, di bawah Gamal
Abdel Nasser, kalah perang. Kekalahan yang menghancurkan
Mesir adalah kerugian fana nasionalisme Arab, untuk nasib
nasionalisme Arab selama perjuangan, kemenangan, dan
pembalikan dari 1950-an dan 1960-an tak terelakkan terkait
dengan Mesir dan presiden karismatik nya.
Abdel Nasser Eclipse
        Apakah Suriah atau Yordania, atau bahkan keduanya,
kalah perang, itu tidak akan menjadi petaka besar bagi
nasionalisme Arab itu terbukti. Tapi nasionalisme Arab tidak
bisa bertahan penghinaan hina yang diderita Nabi mengakui
nya, yang, melalui mesin propaganda nyaring dan terlalu
bersemangat, telah menjanjikan kemenangan dongeng di al-
Ma'raka al-Masiriya, pertempuran takdir. Memang, stasiun
radio Kairo "Suara orang-orang Arab," dalam suatu tindakan
membingungkan menipu diri sendiri, terus memberitakan


                             32        Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
kemenangan demi kemenangan di medan perang Sinai lama
setelah kekalahan ringkasan tentara Mesir.
         Intrinsik terkait untuk mengalahkan Mesir adalah
kerugian sendiri Abdel Nasser dari karisma. Max Weber
mendefinisikan kharisma sebagai "kualitas tertentu dari
kepribadian individu berdasarkan yang ia terpisah dari manusia
biasa dan diperlakukan seolah-olah diberkati dengan kualitas
khusus yang luar biasa supranatural, super atau, setidaknya,."
ini dirasakan kualitas diperbolehkan Abdel Nasser untuk
menganggap kepemimpinan yang tidak terbantahkan dari
barisan nasionalis Arab. Dia sendiri, sehingga diyakini, bisa
menyatukan Arab dan mengalahkan musuh-musuh mereka.
Halo karismatik mulai memudar setelah runtuhnya Republik
Persatuan Arab (UAR) pada tahun 1961, tetapi menguap
dengan kekalahan Juni 1967. Fouad Ajami menulis,
        Hubungan karismatik antara [Abdel Nasser] dan massa
terbentuk selama hari muda terang Bandung dan Suez, hancur
dengan kekalahan; varian lain lahir dari keputusasaan dan rasa
kehilangan, berkelanjutan dia sampai kematiannya. Dia akan
tetap   berkuasa   bukan   sebagai   pahlawan,   percaya   diri
bersemangat, tetapi sebagai sosok yang tragis, simbol hari yang
lebih baik, indikasi akan untuk melawan.


                              33        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
Kelemahan Ajami melebih-lebihkan Abdel Nasser,
presiden    Mesir   untuk   masih   pemimpin    Arab   paling
berpengaruh. Setelah semua, pada puncak perang sipil
Yordania pada bulan September 1970, mana Raja Hussein dari
Yordania, Yasir Arafat, dan para pemimpin Arab lainnya pergi,
tetapi ke Kairo, dan Abdel Nasser, untuk menyelesaikan krisis?
Namun, berpengaruh sebagai dia mungkin telah, ini Abdel
Nasser akhir bukan pemimpin kharismatik yang telah satu
dekade sebelumnya. Untuk domba, ia tidak lagi tampak
memiliki kualitas-kualitas super tua, dan di antara para
pemimpin Arab lainnya, ia sekarang, di terbaik, yang pertama
di antara yang sederajat. Bahkan pengikutnya yang paling setia
dan murid-murid, sekarang dibebaskan dari terus karismatik,
mulai melompat kapal. Begitulah jalannya aksi diikuti oleh
Gerakan Nasionalis Arab (ANM), yang sejak pertengahan
1950-an, telah mutlak terikat nasib untuk Abdel Nasser.
Setelah bencana 1967, ANM secara terbuka ditinggalkan
"Nasserisme" yang dicap sebagai "gerakan borjuis yang telah
ditakdirkan untuk gagal," dan malah didukung prinsip-prinsip
Marxis-Leninis. Perang Enam Hari adalah puncak dari sebuah
string kemunduran dan pembalikan diderita oleh Abdel Nasser,
dimulai dengan penolakan Irak untuk bergabung UAR tersebut.
 Kekalahan bukan lagi sebuah kata, melainkan telah menjadi
                              34       Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
suatu budaya, menggerogoti aura Abdel Nasser dan mistik dari
nasionalisme Arab.
             Salah satu alasan kemunduran tersebut adalah
hilangnya bertahap "imperialisme" sebagai sasaran misi
nasionalis Arab Mesir. Pada saat revolusi Mesir di tahun 1952,
ada sangat sedikit negara-negara Arab benar-benar independen.
   Bahkan       negara-negara   seolah-olah     berdaulat   dengan
keanggotaan di PBB, seperti Mesir dan Irak, masih memiliki
basis Inggris dan personel di tanah mereka. Jadi imperialisme,
yang untuk orang Arab digolongkan kolonialisme, menjadi
sangat dibutuhkan "lain" untuk nasionalisme Arab.
            Perang salib anti-imperialis dimulai dengan serangan
Mesir di mana perjanjian Baghdad, itu pindah ke semua
kepentingan imperialis, proyek, dan agen yang diduga di daerah
tersebut.     Imperialisme   adalah   foil    nyaman.    "Kekuatan
imperialis" yang luar, asing bagi daerah tersebut. Mereka telah
melakukan banyak ketidakadilan terhadap orang-orang Arab,
dan karena itu, "pantas" penyalahgunaan menumpuk pada
mereka. Dan itu cukup banyak menyimpulkan perjuangan
melawan imperialisme. Seolah banyak tentang bahasa seperti
yang tentang kebijakan beton. Melemparkan hinaan di luar
sekaligus tak terkalahkan sebagus mengalahkan mereka secara


                                35           Untuk kalangan peribadi
                                                         Man/02/11
militer.    nasionalisme   Arab        makmur     asalkan     itu   bisa
mengucapkan slogan-slogan anti-imperialis.
           Pada tahun 1960-an, bagaimanapun, imperialisme telah
menjadi kurang relevan. Kehadiran Inggris di Mesir dan Irak
telah dihapuskan pakta Baghdad telah dikalahkan; Kepala
Inggris Yordania staf, Sir John Bagot Glubb, telah dipecat; pro-
Barat presiden Lebanon, Camille Chamoun, telah digantikan
oleh 'independen Fu iklan Shihab, dan Aljazair, mengorbankan
mati juta dalam perjuangan heroik, telah menang atas kekuatan
kolonial Perancis. Abdel Nasser, sebagai kustodian dari narasi
nasionalis Arab, harus mencari target baru, baru "lain" Jadi
Abdel Nasser berpaling kemarahan nasionalis Arab terhadap
negara-negara Arab yang ia dianggap "reaksioner."
           Tapi sedemikian lingkungan, dengan Arab diadu
melawan Arab, tidak ada kemenangan mudah pada rak. Tidak
ada kata atau istilah yang bisa menandingi kekuatan simbolik
dan    resonansi     emosional         "anti-imperialisme,"     dengan
pemisahan konseptual Arab dari non-Arab, dari "kita" dari
"mereka." Irak 'Abd Al-Karim Qasim, Raja Arab Saudi Faisal,
atau kerajaan di Yaman tidak bisa dikalahkan oleh simbol-
simbol saja. Pada 1967, hilangnya foil imperialis telah terkikis
karisma Abdel Nasser, merusak kemampuannya dianggap
membawa bagian lain dari dunia Arab ke karavan nasionalis
                                  36          Untuk kalangan peribadi
                                                          Man/02/11
Arab nya. Ini berkurangnya simbolis aura Abdel Nasser adalah
sebagai menghancurkan nasionalisme Arab sebagai kekalahan
Juni 1967 militer Mesir dan Arab lainnya.
        Dalam kasus apapun, setelah Juni 1967, Abdel Nasser
menghadapi masalah domestik yang menghebohkan yang
diklaim efektif setiap sedikitpun energi dan isu-isu nasionalis
Arab diturunkan ke dasar agenda. Untuk mulai dengan, ada
massa tentara Israel berkemah di tepi timur Terusan Suez,
berkendara tiga jam hanya 'dari Kairo. Jika komandan mereka
merasa seperti membuat perjalanan, Abdel Nasser tahu bahwa
dia tidak memiliki tentara untuk menghentikan mereka.
Kemudian ada kondisi kepalang ekonomi yang rapuh, dibuat
bahkan lebih lemah oleh strain keuangan perang dan dislokasi
yang menyertainya demografis. Tugas rekonstruksi negeri itu
Hercules, merampok Abdel Nasser dari setiap kecenderungan
untuk melihat melampaui batas-batas Mesir penyok.
         Abdel Nasser, dengan bergerak menjauh dari
nasionalisme Arab revolusioner dan batu ujian atas persatuan
Arab komprehensif dan organik, setidaknya sebagian untuk
menyalahkan     untuk   keunggulan     pertumbuhan    ideologi
bersaing. Nya memperdalam ketergantungan pada dukungan
finansial dari negara-negara Arab konservatif-kerajaan minyak
yang sama yang telah berjuang gigi nasionalisme Arab Abdel
                              37        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
Nasser dan kuku-set segel pada kredo nasionalis Arab.
Pertimbangan pragmatis melebihi kesetiaan ideologis dalam
keputusan Abdel Nasser untuk mencari detente dengan
kekuatan status quo di daerah tersebut. Dia mengisyaratkan
perubahan sikap ini dengan menutup tombol "Suara orang-
orang Arab" stasiun radio, yang begitu lama telah suara
melengking nasionalisme Arab radikal. Kemudian datang
pertemuan puncak Khartoum, menahbiskan nasionalisme
teritorial setiap negara Arab (Wataniya) sebagai ideologi yang
dominan,    mengatur   hubungan    antar-Arab    pada      prinsip
kedaulatan negara.
Negara Sah
        Argumen untuk kedaulatan negara itu tidak baru, dan
bahkan di masa jayanya, nasionalisme Arab harus bersaing
dengan sentimen statis. 'Sati al-Husri menyuarakan frustrasi
nasionalis Arab dalam pengantar sebuah buku yang diterbitkan
pada tahun 1950. Ditulis dalam bentuk sebuah elegi, pengantar
berjudul "Bagaimana Aneh":
           Kita   memberontak     melawan       Inggris,    kami
memberontak melawan Prancis. Kita memberontak melawan
orang-orang yang dijajah tanah kami dan mencoba untuk
memperbudak kita. Kami mengulangi revolusi merah berkali-


                             38        Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
kali, dan kami dilanjutkan dengan revolusi putih kami selama
beberapa tahun.
         Dan untuk ini kita mengalami begitu banyak
penderitaan, begitu banyak menderita kerugian, dan berkorban
begitu   banyak     kehidupan    Tapi        Ketika    kita   akhirnya
mendapatkan       kebebasan   kita,   kita     mulai    menguduskan
perbatasan bahwa mereka telah menetapkan setelah mereka
telah membagi tanah kami. Dan kita lupa bahwa ini adalah
perbatasan namun batas-batas dari "kurungan soliter" dan
"tahanan rumah" yang mereka telah dipaksakan pada kami!
         Sebagian alasan untuk ini "pengudusan" perbatasan
adalah bahwa elit politik dan ekonomi Arab mengembangkan
kepentingan dalam kelangsungan hidup masing-masing negara
tertentu. Tidak mengherankan, para elit yang enggan untuk
menempatkan diri pada risiko demi persatuan Arab. Jadi
mereka berpendapat bahwa nasionalisme Arab benar-benar
hanya lisensi untuk beberapa elit untuk menggertak orang lain.
Para pendukung nasionalisme teritorial juga mengandalkan
pada argumen geo-politik dan budaya dalam membuat kasus
mereka. Mereka bersikeras bahwa nasionalis Arab telah gagal
untuk memahami bahwa meskipun berbagai negara-negara
Arab mungkin menerima identitas Arab menyeluruh, geografis
dan bahkan perbedaan budaya yang cukup nyata untuk
                                39            Untuk kalangan peribadi
                                                          Man/02/11
mencegah kesatuan organik. Dan mereka benar: penurunan
nasionalisme Arab dari 1961 divalidasi argumen mereka.
        Irak adalah kasus di titik. Nasionalis Irak Banyak yang
telah mendukung Abdel Nasser dalam perseteruan dengan pro-
Perdana Menteri Inggris, Nuri as-Sa'id, yang tetap sangat
waspada tentang frasa seperti "orang-orang Arab Irak."
Nasserists   dan   Baathists   henti-hentinya    dipanggil   itu,
mengabaikan keberadaan masyarakat Kurdi non-Arab yang
merupakan sekitar 20 persen dari penduduk Irak. Syiah Arab
juga tidak banyak dijual di persatuan Arab, yang mereka
anggap sebagai kedok untuk hegemoni Sunni. Mosaik komunal
Irak Qasim diberikan kesempatan untuk menangkis tuntutan
bahwa Irak bergabung UAR, bahkan pada saat ketika
nasionalisme   Arab    tampaknya    tak     terbendung.   Qasim
dipromosikan sebuah "Irak pertama" identitas, menekankan
status sejarah negara itu sebagai tempat lahir besar pra-Arab
peradaban. Dia sengaja ditambahkan bintang delapan titik
Akkadia Ishtar ke bendera nasional, dan juga memasukkan
lambang dewa matahari Shamash pada lambang nasional Irak.
Para prestise nasionalisme Arab banyak menderita karena Irak,
sepanjang lima tahun Qasim aturan, mengejar kebijakan yang
keras anti-serikat dan bersemangat untuk kedaulatan Irak.


                               40         Untuk kalangan peribadi
                                                      Man/02/11
Bahkan ketika Baath merebut kekuasaan pada tahun
1968, antusiasme mereka untuk proyek-proyek nasionalis Arab
marah oleh pengakuan kebutuhan negara mereka sendiri.
Sebuah resolusi pihak mengakui bahwa
        ada kekurangan dan kesalahan dalam pemahaman dan
definisi hubungan dialektis antara (watani) tugas-tugas lokal
dengan partai yang [itu] dihadapkan dan [nasionalis Arab]
tugas Partai itu didorong ke arena [nasionalis Arab] dengan
cara yang sebagian besar melampaui kemampuan [sebelum]
banyak tugas telah dicapai pada tingkat lokal Irak seperti
menstabilkan rezim dan [penuh] memecahkan masalah Kurdi.
         Ini tidak berarti bahwa rezim Baath Irak telah
meninggalkan komitmennya terhadap nasionalisme Arab.
Sebaliknya mereka merasa bahwa fokus pada Irak-mencapai
beberapa bentuk harmoni politik, menghidupkan kembali
perekonomian    negara,    pembangunan     infrastruktur,   dan
terutama pemecahan etnis dan sektarian masalah-adalah
prioritas yang lebih mendesak daripada muatan penuh terhadap
persatuan Arab. Dalam menginstruksikan komite pendidikan,
Saddam Hussein mengatakan:
        Ketika kita berbicara tentang bangsa [Arab], kita tidak
boleh lupa untuk berbicara tentang orang-orang Irak Ketika kita
berbicara tentang tanah air Arab, kita tidak boleh mengabaikan
                              41        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
untuk mendidik Irak untuk bangga dengan sebidang tanah di
mana ia hidup [Irak] terdiri dari Arab dan non-Arab, [sehingga]
ketika kita berbicara tentang tanah air yang besar [Arab], kita
tidak harus mendorong-orang Arab non untuk mencari negara
di luar Irak.
         Mungkinkah ada ekspresi yang lebih jelas tentang
keinginan untuk reorientasi kompas ideologis loyalis partai,
memang untuk menumbangkan keyakinan seumur hidup
mereka Baath? Nasionalisme Arab tidak dibuang, tapi
menghasilkan keutamaan tempat untuk nasionalisme teritorial.
Saddam menunjukkan realitas: kondisi internal Irak adalah hal-
hal politik.
         Para Baath Suriah tidak kurang terfokus pada Suriah.
Ketika mereka bergegas ke Kairo setelah kudeta Baath Maret
1963 untuk membicarakan kesatuan dengan Abdel Nasser,
motif mereka lebih lokal dari daerah. Mereka menyatakan
nasionalisme Arab menjadi tujuan mereka, tetapi mereka
mengusulkan ke proyek mereka sendiri yang sah di dalam
wilayah Suriah. "Kita perlu untuk mengeksploitasi nama mulia
Anda," kata seorang anggota delegasi Suriah Abdel Nasser, "itu
semua ada untuk itu." Dalam pembicaraan itu, Baath Suriah,
dai pendukung dari persatuan Arab yang komprehensif,
bersikeras langkah-langkah otonomi sejauh luas bahwa mereka
                              42        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
akan membuat setiap serikat hampir tidak penting. Pada
akhirnya, pembicaraan hanya diberikan pada Baath Suriah
ruang bernapas yang mereka butuhkan untuk menetralkan
semua lawan untuk memerintah mereka di Suriah-termasuk
pro-Nasser elemen.
        Sinis manuver mereka mungkin telah, para Baath
Suriah dalam kenyataannya yang mencerminkan dualitas
ideologis ditenun menjadi sosio-politik kain Suriah: ketegangan
antara nasionalisme Arab dan Suriah, antara memahami Suriah
itu sendiri sebagai "jantung dari Arabisme" di satu sisi, dan
sebagai pusat bilad Syam ("Suriah Raya") di sisi lain. Konsep
yang terakhir diberikan koherensi intelektual oleh Antun Sa'ada
sedini tahun 1930-an. Sa'ada dieksekusi pada tahun 1949,
partainya dilarang segera sesudahnya, dan program nya
tersingkir pada 1950-an oleh nasionalisme Arab kemenangan.
Tapi ide tentang keunikan dan keunggulan Suriah tertentu
masih ditemukan gema di sensibilitas Suriah. Sementara rasa
keterpisahan tidak aktif selama tahun 1950-nasionalis Arab
dekade-Suriah pengalaman pahit di bawah UAR pindah ke
garis depan kesadaran Suriah. Terlepas dari retorika agung
tentang persatuan Arab, pemimpin Suriah berturut-turut selalu
melayani pertama dan terutama untuk kepentingan Suriah.
Presiden Hafez al-Assad, yang memerintah Suriah 1970-2000,
                              43        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
tak terkecuali. Sementara menabuh genderang nasionalisme
Arab di setiap kesempatan, Assad adalah seorang politikus
pragmatis,   bahkan   Machiavellian,   yang    regional   dan
internasional kebijakan yang disesuaikan dengan kepentingan
Suriah.
          Dan kemudian di Mesir, di rumah Abdel Nasser,
dengan semua sarana yang digunakan oleh negara otoriter
untuk menanamkan nasionalisme Arab ke dalam jiwa Mesir,
Mesir nasionalisme tidak bisa terhapus. Pada akhir 1963,
setelah hampir satu dekade bersama kampanye nasionalis Arab,
Abdel Nasser menyuarakan keraguan tentang kedalaman
loyalitas Arab countrymen. Mengingat kekuatan yang melekat
dari perasaan "Egyptianism," itu tidak mengherankan bahwa
penerus Abdel Nasser, Anwar Sadat, akan menggunakannya
untuk menghindari sombong warisan pendahulunya yang
menjulang itu.
          Sadat mulai dengan mengubah nama negara dari
Republik Persatuan Arab untuk Republik Arab Mesir, "di mana
'Arab' hanya sifat dan 'Mesir' adalah kata benda." Dan
kebijakan Sadat, terutama setelah Oktober 1973 perang, yang
memuncak dalam perjanjian 1979 perdamaian Mesir-Israel,
yang semata-mata didorong oleh pertimbangan kepentingan
Mesir. Kebijakan-kebijakan ini dilakukan tanpa memperhatikan
                            44         Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
sisa Arab, memang, mereka dianggap universal di dunia Arab
untuk melawan kehendak Arab. Bersamaan, Sadat memulai
sebuah kebijakan reorientasi budaya menuju Mesir. Hal ini
terbukti pada perubahan halus dalam kurikulum sekolah,
menyoroti sejarah panjang Mesir, keunggulan budaya, dan
kepribadian yang unik. Pemerintah-media yang dikontrol juga
menyoroti prestise Mesir dan status dalam urusan internasional.
 Pada akhir 1970-an, nasionalisme Mesir telah memenangkan
hari di Mesir.
Suku, Sekte, Islam
        Itu tidak hanya negara tetapi juga sub-negara identitas
yang bersaing dengan nasionalisme Arab. Di sejumlah negara-
negara Arab, suku, agama, dan sekte terus menjadi fokus utama
dari loyalitas. Ini adalah hambatan besar untuk pertumbuhan
nasionalisme Arab sebelum Perang Dunia II. Leksikon
nasionalis Arab dibenci dan loyalitas seperti meremehkan.
Dengan kenaikan spektakuler nasionalisme Arab pada tahun
1950, menjadi jelas ketinggalan zaman untuk memeluk
identitas kesukuan atau sektarian. Tapi itu tidak berarti bahwa
identitas-identitas yang dihapus dari kesadaran orang. Mereka
hanya bergerak di bawah tanah.
        Di beberapa negara, afiliasi suku membentuk tulang
punggung dukungan populer yang terlindung kepemimpinan
                              45        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
lokal   dari     gelombang     memajukan      nasionalisme    Arab
revolusioner. Itulah yang terjadi di Arab Saudi, di mana
struktur demografi suku-berbasis berkontribusi pada stabilitas
tatanan politik. Berturut-turut raja Saudi, dalam proses
pergeseran loyalitas Badui dari suku ke negara, memastikan
untuk bertindak dan dianggap sebagai penguasa suku. Sebagai
contoh, pada tahun 1952 monarki dilembagakan majelis oleh
dekrit kerajaan. Hal ini diberikan setiap subjek, dalam cara
suku benar, hak akses ke keluarga kerajaan Dalam pertemuan,
penguasa       diharapkan    untuk    menyelesaikan   perselisihan,
mencatat keluhan, mengakui sumpah kesetiaan, mendengarkan
panegyrics puitis,. Dan hanya obrolan di umum percakapan.
Pandering untuk identitas suku memungkinkan penguasa Saudi
untuk menahan serangan nasionalis Arab Abdel Nasser selama
dekade antara tahun 1957 dan 1967.
           Tapi Saudi tidak berhenti di situ. Mereka juga
menciptakan       kekuatan    militer,   Garda   Nasional,    yang
independen dari angkatan bersenjata reguler dan yang
dipercayakan dengan menjaga monarki, supaya elemen
Nasserist berhasil dalam infiltrasi pasukan bersenjata reguler.
Kebaruan dari Garda Nasional adalah bahwa itu terdiri hampir
secara eksklusif orang Badui dari suku-suku yang mendiami
provinsi Najd Arab Saudi, dari mana House of Saud berasal.
                                 46         Untuk kalangan peribadi
                                                        Man/02/11
Badui personil militer juga bertanggung jawab untuk
kelangsungan hidup anak muda Yordania Raja Hussein, dalam
menghadapi rintangan yang tampaknya mustahil. Jordan
"Legiun Arab" awalnya dibentuk untuk memerangi anarki
Badui di negara baru. Dalam jenius, pendiri Legiun Arab,
perwira Inggris John Bagot Glubb, memutuskan untuk
memanfaatkan kualitas suka perang dari suku Badui dengan
merekrut mereka ke dalam tentara. Sangat cepat, Legiun Arab
menjadi kekuatan tempur yang paling disiplin di dunia Arab.
Tapi satu hal yang Glubb tidak berubah adalah suku solidaritas,
yang dibina setiap langkah dari cara untuk membuat Legiun
Arab "penyangga Badui dari pemerintahan Hashemit." Ini tahta
Hussein tentu simpan saat kudeta dicoba oleh petugas Nasserist
pada tahun 1957. Uraian berikut memberikan rasa kejadian
dari koneksi suku:
        Pada malam 13 April, Hussein menerima kunjungan
dari pamannya didampingi oleh petugas Badui yang baru saja
tiba dari Zerqa. Mereka membawa laporan sensasional. Pada
saat itu, Hadari (non-Badui) petugas menghasut resimen
tertentu untuk berbaris di Amman dan "menyelamatkan negara"
dengan menangkap atau bahkan membunuh raja. [Hussein]
dihadapkan Abu Nawar (pemimpin diduga kudeta) yang
mengaku takjub. Hussein kemudian mengambil Abu Nawar
                              47        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
dengan dia untuk Zerqa untuk menyelidiki. Sementara itu,
kegembiraan dalam Zerqa meningkat menjadi puncaknya.
Perkelahian berdarah pecah antara Badui dan unit Hadari.
Dalam beberapa kasus, prajurit Badui diserang dan dikurung
[anti-raja] petugas. Prajurit Badui lainnya dicurahkan ke jalan
Amman, bersorak [raja] dan bersumpah kematian Abu Nawar.
Hussein menyapa mereka, memeluk mereka, dan bersumpah
persaudaraan.
        Berbeda dengan ketergantungan sadar Hussein pada
sambungan suku, pemerintah Irak berturut-turut mencoba untuk
menghancurkan       semangat    kesukuan.     Pada   tahun    1950,
nasionalis   Arab     Irak     diremehkan     tribalisme     sebagai
"reaksioner." Para nasionalis yang digunakan argumen yang
kuat: orang-orang Arab sekali orang-orang hebat, tapi
kemudian mereka memulai perjalanan yang tampaknya tak
berujung dilupakan, dan ketika mereka akhirnya diaduk dari
tidur nyenyak mereka di sekitar pergantian abad kedua puluh,
mereka muncul ke dalam dunia yang tidak lagi mereka-dunia
Barat; dunia teknologi, ilmu pengetahuan, dan kemajuan
budaya yang terkait dengan modernitas. Untuk mengejar
ketinggalan dengan Barat, orang Arab telah menyerap ide-ide
Barat, untuk meninggalkan cara-cara lama, mengubah sudut,


                                 48         Untuk kalangan peribadi
                                                        Man/02/11
dan mengambil rute modernitas. Dan tribalisme itu jelas bukan
barang dari modernitas.
        Mengingat dominasi dan kekuasaan politik argumen ini
dalam wacana ideologis dan politik tahun 1950-an dan 1960-an,
seseorang akan berpikir bahwa tribalisme dan nilai-nilai suku
akan surut tidak relevan. Namun sosiolog terkemuka Irak 'Ali
al-Wardi, menulis tentang Irak pada akhir tahun 1960,
memberitahu kita bahwa bahkan di kota-kota, modernisasi
dangkal, banyak orang kota itu Badui di hati, dan perangkap
modernitas, seperti Barat pakaian, hanya kamuflase nilai-nilai
suku sangat-mendarah daging. Pada akhir tahun 1982, seorang
anggota terkemuka Irak Partai Baath akan mengeluh bahwa,
bersama dengan sektarianisme, sukuisme adalah "merobek
kesatuan masyarakat untuk potongan." Satu dekade kemudian,
setelah kekalahan Irak dalam perang Kuwait, bahwa anggota
nasionalis dan seumur hidup mantan Arab dari Partai Baath,
Saddam Hussein, akan menarik pada reservoir abadi nilai-nilai
suku, mengangkat tribalisme ke garis depan yang sangat
keprihatinan Irak politik dan ideologi .
        Perpecahan sektarian Irak yang dibentuk rintangan lain
dalam pawai nasionalis Arab. Negara mayoritas Syiah tidak
pernah mengatasi kecurigaan atas nasionalisme Arab sebagai
proyek Sunni. Keluhan Syiah melawan Sunni terutama politik,
                               49          Untuk kalangan peribadi
                                                       Man/02/11
berkaitan dengan dominasi Sunni atas tatanan politik Irak.
Syiah akan menunjuk kurangnya jumlah mereka di kalangan
elite pengambilan keputusan dan dalam jajaran lembaga-
lembaga administratif dan militer. Irak pemimpin seperti 'Abd
as-Salam' Arif, yang mengenakan nasionalisme Arab pada-Nya
lengan    tapi   terkenal   anti-Syiah    nya   prasangka, hanya
menambah ketegangan sektarian. Dia cenderung berpikir Syiah
Irak sebagai Persia dan tidak menolak kelepasan pikiran seperti
itu bahkan kepada anggota Syiah dari Partai Baath. Selain itu,
tidak hanya Syiah yang menjadi target ' Arif Sunni prasangka
namun umat Kristen juga. Dia pernah mengatakan kepada
seorang menteri Suriah bahwa ia tidak bisa mengerti bagaimana
Gerakan Nasionalis Arab (ANM) dapat memungkinkan seorang
Kristen    (George     Habash)    untuk     memimpin     "pemuda
Muhammad." Akibatnya, antusiasme Syiah untuk persatuan
Arab marah oleh rasa takut bahwa itu hanya tipu muslihat
untuk membenarkan dominasi Arab Sunni.
          Ini tidak berarti bahwa kaum Syiah tidak percaya pada
nasionalisme Arab, atau bahwa mereka tidak menganggap
dirinya sebagai orang Arab. Laki-laki Syiah surat menulis
beberapa keajaiban sastra Arab. Irak dari semua agama dan
denominasi berbondong-bondong ke penyebab nasionalis Arab
di bawah kepemimpinan Abdel Nasser pada 1950-an dan 1960-
                                 50        Untuk kalangan peribadi
                                                       Man/02/11
an. Tapi itu tidak berarti bahwa tribalisme dan sektarianisme
yang terhapus. Mereka terlalu mendarah daging menghilang,
mereka hanya mundur ke dalam relung kesadaran masyarakat.
Setelah nasionalisme Arab mulai menderita membalikkan dan
kemunduran, dan kemampuan Abdel Nasser untuk bekerja sihir
datang dipertanyakan, semua partikular, kecenderungan anti-
nasional dan bahkan muncul kembali melonjak ke permukaan.
       Pesaing lain dengan nasionalisme Arab untuk kesetiaan
rakyat adalah Islam radikal. Di satu sisi, kompetisi ini cukup
mengejutkan. Sebagian besar orang Arab adalah Muslim, dan
periode yang paling mulia dari sejarah Arab terjadi selama
kerajaan Islam abad pertengahan yang mempesona. Demikian
pula, semua Muslim, moderat atau radikal, tidak bisa tidak
mengakui peran sentral dari Arab dalam agama mereka.
Setelah semua, Islam lahir di Jazirah Arab, Nabi Muhammad
adalah Arab, dan pesan Tuhan terungkap dalam bahasa Arab.
Orang akan berpikir bahwa kedua gerakan sosial akan berbagi
hubungan kerja sama.
        Sebaliknya, itu benar-benar bermusuhan. Nasionalis
Arab, dari Husri untuk Abdel Nasser dan Michel Aflaq, pendiri
dan filsuf dari Partai Baath, menerima tempat khusus bahwa
Islam diduduki dalam gerakan nasionalis Arab. Tapi mereka
hanya menekankan aspek-aspek Islam yang moral dan spiritual
                             51        Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
dalam alam. Mereka dengan tegas menolak implikasi Islam
politik dan konstitusional dan bersikeras subordinasi yang
lengkap untuk nasionalisme Arab. Para nasionalis keras
berpendapat bahwa itu bukan agama tetapi bahasa dan sejarah
hubungan yang akan merajut bangsa Arab menjadi satu
kesatuan yang kohesif.
          Ini adalah penghujatan belaka untuk kelompok-
kelompok Muslim radikal, dan nasionalis menjadi sasaran
kelompok-kelompok jihad. Konsep jihad, perjuangan suci,
adalah pusat leksikon militansi Islam. Jihad akan dilancarkan
melawan musuh-musuh dianggap Islam-yaitu, semua orang
yang akan mencoba untuk menanamkan masyarakat Muslim
dengan ide-ide asing dan menghujat, terutama yang diimpor
dari Barat. Untuk kaum radikal Islam, mungkin pelanggar
terbesar adalah nasionalis sekuler, yang disebarkan etnis
dengan mengorbankan agama dan menganjurkan pemisahan
Islam dari politik.
         Militansi Islam mencapai sedikit kemajuan selama
tempat dan janji-janji nasionalisme Arab sekuler dipecat
imajinasi populasi Arab. Tapi saat matahari terbenam pada
nasionalisme, itu naik pada militansi Islam. Ini tidak berarti
bahwa tidak ada oposisi Islam terwujud dalam tahun 1950-an
dan 1960-an, ada. Tapi potensinya, baik secara objektif dan di
                             52        Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
mata orang-orang itu menantang, mengambil langkah raksasa
setelah tahun 1967, seperti nasionalisme merawat luka fatal.
Dalam tiga dekade terakhir abad kedua puluh, Islam radikal
menjadi kekuatan oposisi utama untuk pemimpin Arab. Para
Islamiyyun (sebagai radikal Islam yang disebut sendiri)
dipasang tantangan untuk pemerintah Arab di seluruh Timur
Tengah, terutama terhadap pemerintah Baath di Irak pada akhir
tahun 1970, yang Baath lainnya di Suriah pada 1980-an,
kepemimpinan sekuler Aljazair pada 1990-an, dan berturut-
turut pemerintah Mesir selama semua tiga dekade. Peremajaan
Islam sebagai alternatif politik radikal kehilangan nasionalisme
apapun kesempatan pemulihan mungkin punya setelah tahun
1967.   Nasionalisme Arab menemukan dirinya terjepit dari
arena politik oleh dominasi nasionalisme negara di tingkat
resmi, dan Islam radikal pada tingkat populer.
Defisit Demokrasi
   Mengapa jatuh nasionalisme Arab mangsa sehingga mudah
   untuk kekuatan-kekuatan politik lainnya yang muncul?
   Bagaimana bisa sebuah ideologi, yang dulu begitu perkasa,
   runtuh dan hancur karena kemunduran beberapa?
   Did Arab nationalism, while projecting an image of
   invincibility, actually lack inner strength and vitality?


                               53         Untuk kalangan peribadi
                                                      Man/02/11
Apakah nasionalisme Arab, sementara memproyeksikan
   gambar tak terkalahkan, sebenarnya kurangnya kekuatan
   dan vitalitas?
         Pertanyaan-pertanyaan ini telah diminta berkali-kali,
dan banyak jawaban telah diberikan. R. Stephen Humphreys
mengisyaratkan mungkin jawaban yang paling menarik:
        Pemikir nasionalis Arab telah melihat masalah krusial
yang dihadapi mereka dan orang mereka sebagai salah satu
identitas ketimbang sebagai salah satu lembaga. Pertanyaan
itu, yang seorang Arab, bukan bagaimana orang-orang Arab
membangun kehidupan politik umum dan institusi yang efektif
dari pemerintah? Sangat sedikit penulis bertanya serius
bagaimana [memproyeksikan Arab] negara akan dibentuk,
bagaimana hubungan antara wilayah-wilayah yang banyak
yang   berbeda      itu    harus   didefinisikan,   dan   bagaimana
kelompok-kelompok sosial yang berbeda akan diwakili dalam
sistem politik.
         Meskipun Humphreys tidak mengejanya keluar, apa
yang    tersirat    di    sini   adalah   bahwa     ketidakmampuan
nasionalisme Arab untuk bertahan hidup kemunduran politik
setidaknya sebagian karena keengganan kustodian untuk
menciptakan lembaga-lembaga demokrasi bisa diterapkan.


                                   54        Untuk kalangan peribadi
                                                         Man/02/11
Sistem otoriter meningkatkan pemimpin politik mereka
untuk posisi dominasi atas struktur hukum-kelembagaan,
meninggalkan legitimasi sistem politik dan nilai-nilainya
bergantung hanya pada kredibilitas pemimpin. Jadi, ketika
seorang pemimpin otoriter jatuh, ideologi sistem dan nilai-nilai
menjadi rentan, karena mereka tidak didukung oleh pengaturan
konstitusional independen dari pemimpin. Dalam demokrasi,
kepala eksekutif memperoleh otoritas mereka dari legitimasi
konstitusional sistem politik. Sistem demokrasi dan nilai-nilai
mereka melampaui kepribadian, kebijakan, dan kelangsungan
hidup para pemimpin politik mereka. Diktum Eropa lama, raja
ini mati, lama tinggal raja, dilambangkan legitimasi prosedural.
Kemudian, dengan penyebaran demokrasi yang populer,
diktum    akan    memperoleh     substansi    konstitusi   dengan
menandakan legitimasi lanjutan dari lembaga-lembaga politik,
terlepas dari pemimpin mereka.
          Nasionalisme Arab beroperasi di seluruh hari
kemuliaan dalam lautan otoritarianisme, dan ini terjadi bukan
karena beberapa keadaan malang. Memang, nasionalisme cara
yang     sangat   Arab    didefinisikan      dan   dikembangkan
menyumbang ketiadaan demokrasi. Dan ketika nasionalisme
akhirnya runtuh, ada beberapa lembaga yang berharga untuk
datang untuk menyelamatkan nya.
                               55         Untuk kalangan peribadi
                                                      Man/02/11
Prinsip-prinsip nasionalisme Arab, yang dirumuskan
oleh 'Sati al-Husri, mencerminkan ide-ide abad kesembilan
belas nasionalisme budaya Jerman. Untuk pemikir nasionalis
Jerman, pemersatu bangsa adalah tujuan tertinggi dan tindakan
suci, yang mengharuskan subordinasi akan individu untuk akan
nasional. ide kebebasan atau kebebasan adalah gangguan, dan
ketika mereka bertentangan dengan nasional akan, mereka telah
harus ditekan. Bagaimana lagi sejarawan terkemuka Jerman,
Heinrich von Trietschke, membenarkan aneksasi pada tahun
1871 penduduk berbahasa Jerman dari Alsace, mayoritas dari
mereka ingin tetap politik di Perancis? "Kami menginginkan,"
tulis Trietschke dengan nada dingin, "bahkan bertentangan
dengan kehendak mereka, untuk mengembalikan mereka
kepada diri mereka sendiri."
        Nasionalisme Inggris dan Prancis tanggapan ideologis
untuk upaya masyarakat adat untuk meliberalisasi negara
absolut dan menciptakan masyarakat liberal dan berbudi luhur.
Nasionalisme Jerman, sebaliknya, berusaha untuk tidak Aman
pemerintahan yang lebih baik, kebebasan individu, dan proses
hukum, tapi     untuk mengusir penguasa asing dan untuk
mengamankan kemerdekaan nasional. Kata kebebasan tidak
berarti terutama, seperti yang dilakukan untuk orang-orang
barat penegasan hak-hak individu terhadap pemerintah, tetapi
                               56      Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
kemerdekaan bangsa melawan kekuasaan asing Ketika orang-
orang barat berusaha untuk regenerasi, mereka terutama yang
bersangkutan dengan kebebasan individu. Di pusat dan timur
Eropa permintaan untuk regenerasi sering berpusat pada
kesatuan dan kekuatan kelompok
       Ini adalah warisan intelektual yang di atasnya dibangun
Husri teorinya tentang bangsa Arab. Nasionalisme Arab,
sampai penurunan akhir akhir abad kedua puluh, terus untuk
mewujudkan prinsip-prinsip nasionalisme budaya Jerman.
Nasionalis Arab menganjurkan peremajaan bangsa Arab,
kesatuan politik, sekularisme, dan kedaulatannya. Namun
nasionalis Arab, diresapi dengan ide-ide liberal nasionalisme
budaya, hampir tidak ada katakan tentang kebebasan pribadi
dan   kebebasan.   Husri   pernah   berkata   bahwa    bentuk
pemerintahan yang tidak menarik bagi dia perhatian publik
harus fokus pada masalah kesatuan: itu [adalah] tugas nasional
setiap orang Arab untuk mendukung pemimpin yang mampu
mencapai persatuan Arab.
         Pada kesempatan langka ketika para pendukung
nasionalisme Arab disebutkan kebebasan pribadi, itu untuk
membuatnya bersyarat dengan baik bangsa sedang. Dalam
kata-kata Husri dirinya sendiri: "Patriotisme dan nasionalisme
sebelum dan di atas semua       bahkan di atas dan sebelum
                             57        Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
kebebasan" Husri pesan ini ditujukan terutama pada mereka
yang berbahasa Arab orang-orang yang tidak berbagi
pandangan, dan yang mungkin kurang dari terang benderang
dengan kegembiraan pada prospek yang disebut Arab. Respon
Husri adalah tanpa kompromi:
       Dalam situasi yang harus kita katakan: "Selama [Arab]
tidak ingin menjadi orang Arab, dan selama ia meremehkan
Arabisme, maka ia bukan orang Arab."Dia adalah seorang Arab
apakah ia ingin menjadi satu atau tidak. Apakah bodoh, acuh
tak acuh, undutiful, atau tidak setia, ia adalah seorang Arab,
tetapi Arab tanpa perasaan atau kesadaran, dan mungkin
bahkan tanpa nurani.
        Husri tidak menawarkan pengobatan spesifik metode
yang "Arab tanpa nurani" akan, dalam kata-kata Trietschke itu,
"dikembalikan ke diri mereka sendiri."Michel Aflaq tidak
begitu malu. Aflaq, yang tulisan-tulisannya menanggung
pengaruh jelas dari ide-ide Husri itu, terang diidentifikasi
"kekejaman" sebagai instrumen yang paling diandalkan untuk
efek transformasi yang diinginkan: "Ketika kita kejam kepada
orang lain, kita tahu bahwa kekejaman kami adalah dalam
rangka untuk membawa mereka kembali ke mereka diri sejati,
yang mereka tidak mengetahui."Memang, kekejaman Aflaq


                               58      Untuk kalangan peribadi
                                                   Man/02/11
didefinisikan sebagai aspek dari kasih nasionalis bagi umat-
Nya.
         Keyakinan nasionalis Husri yang telah terbawa ke
tahun 1950-an dan 1960-an, menjadi slogan dari longsor
nasionalis.   Pada saat itu, nasionalisme budaya Arab telah
muncul menang atas ideologi dan identitas lainnya bersaing,
menangkap hati dan pikiran yang nasionalis generasi dasarnya,
generasi yang sungguh-sungguh percaya pada nasionalisme
Arab sebagai obat mujarab dimana masa lalu yang berkilauan
akan berubah menjadi masa depan yang gemilang .
        Tapi itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Tugas ke depan itu penuh dengan kesulitan dan rintangan yang
tak terhitung. Kekuatan asing masih menguasai sebagian besar
tanah Arab. Ada divisi politik ke banyak negara, artifisial
diciptakan (jadi nasionalis percaya), tapi jelas mendapatkan
penerimaan dan legitimasi dengan berlalunya waktu. Dan ada
orang-orang identitas daerah, sektarian, dan suku, yang
nasionalis Arab melihat sebagai produk dari "kesadaran palsu,"
didorong dan diabadikan oleh para kolonialis dan imperialis. Ini
adalah menjadi perjuangan titanic, dan sebagai nasionalis
memulai atasnya, mereka tidak sabar untuk kata-kata seperti
kebebasan, kebebasan, dan demokrasi. Apa yang perlu ada di
sana untuk mendengarkan sudut pandang yang lain, untuk
                              59        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
berdebat sebaliknya suatu perspektif? Apakah itu tidak menjadi
gangguan, pengalihan dari program perjuangan? Apakah semua
orang Arab tidak bersatu dalam satu usaha suci mereka untuk
efek kesatuan organik dari tanah mereka dan rakyat mereka, an
untuk membebaskan mereka di dominasi Barat? Bagaimana d
bisa ada posisi bertentangan dengan itu?
Kebebasan-Dari Barat
         Otoritarianisme intelektual Husri merasuki jiwa
nasionalis dan diperkuat oleh situasi politik era. Generasi
nasionalis tahun 1950-an dan 1960-an datang untuk percaya
sungguh-sungguh bahwa Barat akan sengaja dan secara efektif
menghalangi tujuan nasionalisme Arab, bahwa itu akan melihat
visi nasionalis dari bangsa Arab yang independen dan tegas
sebagai langkah yang berbahaya terhadap kepentingan ekonomi
dan politik Barat di daerah tersebut. Perjuangan nasionalis,
karena itu, menjadi dasarnya perjuangan melawan Barat.
        Di tengah-tengah ini memfermentasi nasionalis muncul
Abdel Nasser karismatik. Ia difitnah Barat sebagai khianat
"lainnya," musuh yang abadi dari Arab, hambatan bertekad
untuk kemajuan mereka. Dalam pidato berapi-api, Abdel
Nasser mengingatkan orang Arab terus sejarah yang mulia dan
superioritas militer mereka dan intelektual di Barat. Semua
frase menangkap nasionalisme budaya Husri ada di sana:
                              60           Untuk kalangan peribadi
                                                       Man/02/11
kemuliaan warisan Arab, keunggulan dan orisinalitas nenek
moyang mereka, kekuatan luar biasa dari orang-orang Arab
ketika mereka bersatu, kelemahan mereka berikutnya ketika
mereka bertengkar dan dilarutkan ke dalam entitas kecil , dan
kebutuhan untuk bersatu sekarang untuk bebas dan kuat lagi.
         Dalam menjanjikan kebebasan Arab, Abdel Nasser
bergema konsepsi Husri itu, itu bukan kebebasan pribadi dan
kebebasan, lebih tepatnya, itu adalah kebebasan dari dominasi
Barat. Demokrasi liberal tidak punya tempat dalam tatanan
baru. Abdel Nasser tidak menawarkan itu, ia meremehkan itu.
"Pemisahan kekuasaan," ia pernah berkata, "tidak lain adalah
sebuah penipuan besar, karena benar-benar ada hal seperti
pemisahan kekuasaan." Namun begitu pula banyak nasionalis
di   hari-hari   memabukkan    meminta      demokrasi,   apalagi
permintaan itu. Tradisi intelektual liberal nasionalisme budaya,
digabungkan dengan perjuangan anti-Barat, yang mencapai
puncaknya pada 1950-an dan 1960-an, dibenarkan sentralisasi
kekuasaan di benak sebagian besar orang Arab, dan
memberikan kontribusi terhadap munculnya populer Abdel
Nasser, populis, dan otoriter memerintah.
         Partai Baath, pemimpin lain dari pawai nasionalis
Arab, mengikuti rute yang paralel. Penjaga ideologi Baath
memfokuskan energi intelektual mereka pada "persatuan Arab"
                              61         Untuk kalangan peribadi
                                                     Man/02/11
dan "anti-imperialis perjuangan" tetapi mengatakan sedikit
tentang lembaga-lembaga demokratis.       Sementara konstitusi
Partai Baath itu menegaskan prinsip kedaulatan rakyat dan
dukungan Baath untuk sistem konstitusional, juga memberikan
partai Baath peran sentral dalam menentukan lingkup dan
tingkat kebebasan politik.    Sejak awal, ide-ide Aflaq yang
diberkati dengan "regangan statis yang kuat [yang] individu
realisasi-diri [akan] berasal dari partisipasi dalam kehendak
umum masyarakat."       Kebebasan akan dikaitkan        dengan
perjuangan melawan imperialisme daripada dengan kebebasan
individu. Orientasi liberal akan diperkuat selama godaan partai
dengan kekuatan politik pada tahun 1950 dan awal 1960-an.
Dalam keenam partai nasional kongres pada tahun 1963, Partai
Baath akhirnya dan secara tegas menolak gagasan liberal
parlementer, bukan mengemban konsep Soviet sentralisme
demokratis, berdasarkan peran partai sebagai institusi "pelopor"
politik di negara.
         Kemalangan demokrasi liberal di dunia Arab itu
diperparah oleh hubungannya dengan kekuatan-kekuatan pro-
Barat di daerah tersebut. Untuk nasionalis, bukan hanya Israel
yang adalah "boneka" Barat, tetapi juga (dan mungkin lebih
menyakitkan untuk perjuangan nasionalis) elit tradisional Arab.
 Para nasionalis menuduh bahwa para elit, di Arab Saudi,
                              62        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
Libanon,    Yordania,     dan      pra-republik    Mesir      dan    Irak,
bergantung sepenuhnya pada kekuatan-kekuatan Barat untuk
kelangsungan hidup mereka. Para elite tradisional melakukan
penawaran Barat di daerah itu, dengan imbalan patronase Barat
dan perlindungan. Tema sentral dari serangan Abdel Nasser
melawan "musuh-musuh nasionalisme Arab" adalah hubungan
mereka     dirasakan     dengan       imperialisme        Barat.    Mesin
propaganda luas dan selalu lapar dengan cepat mengambil
isyarat itu. Mereka melancarkan kampanye tak kenal lelah dan
kejam terhadap teman-teman Arab Barat, label mereka semua
sebagai "antek-antek imperialisme" Para pemimpin Irak
monarki tidak punya hak untuk berbicara tentang urusan negara
mereka     sendiri     karena   mereka        berbicara     "atas   nama
imperialisme Barat" Presiden Kristen Lebanon tidak punya hak
untuk berbicara atas nama Kristen Arab karena ia"bawahan
Barat" Adapun Raja Hussein dari Yordania, Mesir propaganda
menakutkan mengingatkannya pada pembunuhan kakeknya
oleh Palestina, dan kemudian memungkinkan dia untuk
merenungkan      pertanyaan        retoris:   "Apakah       imperialisme
menyimpan [Anda] kakek dari akhir di tangan rakyat "?
           Hal   ini    antipati     terhadap     imperialisme      Barat
diterjemahkan ke dalam permusuhan tidak hanya dengan
kebijakan Barat tetapi juga untuk lembaga-lembaganya.
                                    63          Untuk kalangan peribadi
                                                            Man/02/11
Sejumlah pro-Barat negara-negara Arab telah mengadopsi
sistem parlementer, model sistem politik Inggris atau Perancis.
Mesir, Irak, dan Yordania punya parlemen dan dewan legislatif
sejak 1920-an, dan Suriah dan Libanon dilembagakan mereka
segera setelah mereka memperoleh kemerdekaan mereka
setelah Perang Dunia II. Pada paruh kedua 1940-an dan awal
1950-an, semua negara-negara ini telah bereksperimen dengan
berbagai bentuk multi-partai politik. Memang, mereka bukan
demokrasi liberal yang berarti benar kalau dinilai berdasarkan
standar Barat. Ada kasus pemilu dicurangi, pelecehan partai
oposisi, lembaga hukum darurat, dan sejenisnya. Tapi, ketika
semua dikatakan dan dilakukan, sistem ini masih jauh lebih
terbuka dan jauh lebih sipil daripada yang kemudian
dilembagakan oleh generasi nasionalis.
        Ambil kasus pers di Mesir dan di Irak. Dalam pra-
revolusioner Mesir, Kairo membual harian empat belas dan dua
puluh tiga mingguan, dan Alexandria, kota kedua terbesar di
Mesir, telah empat belas dan tujuh harian mingguan. Semuanya
baik milik swasta maupun milik partai politik, yang dibuat
untuk pers bersemangat dan freewheeling. Di Irak monarki,
satu tahun sebelum kudeta militer 1958 yang menggulingkan
monarki dan menciptakan sebuah pemerintahan nasionalis,
non-pemerintah empat belas surat kabar diterbitkan di
                              64         Untuk kalangan peribadi
                                                     Man/02/11
Baghdad, lima di Mosul, dan empat di Bashrah. Sementara
pemerintah terkadang akan melarang surat kabar untuk sebuah
serangan terutama yang jahat, larangan itu biasanya akan
berlangsung selama jangka pendek dan kertas mestinya akan
muncul. Setelah revolusi nasionalis Mesir dan Irak, tekan
berada di bawah kontrol pemerintah ketat, dan di kedua negara
beberapa negara milik harian diterbitkan, dibedakan satu sama
lain hanya dengan nama di halaman depan.
        Hal yang sama diadakan untuk partai politik. Benar,
pada era pra-Nasserist, konsep partai politik yang kompetitif
bukanlah universal dihormati atau seragam diterapkan. Namun
generasi nasionalis di tahun 1950-an dan 1960-an berusaha
untuk mendelegitimasi konsep itu sendiri. "Nasionalisme Arab
exterminates partai politik Barat!" Ini adalah salah satu slogan
favorit diteriakkan oleh perusuh dan demonstran yang
merayakan kematian monarki Irak pada Juli 1958. Tidak perlu
untuk pihak yang berbeda dengan visi yang berbeda karena
semua orang Arab seharusnya ditaati satu mempersatukan visi-
yaitu syahadat, nasionalis.
        Tapi partai-partai lebih merusak belum: mereka akan
merusak barisan nasionalis, mereka akan menabur perpecahan
di jajaran Arab, mereka akan menjadi kolom kelima untuk
kekuatan-kekuatan luar serakah. Abdel Nasser menyatakan
                              65        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
bahwa partai-partai ini tidak akan pernah bawahan kepentingan
mereka sendiri untuk kepentingan umum, khususnya di dunia
berkembang, masih menderita dari perpecahan sosial dan
dominasi asing. Oleh karena itu, jika partai politik masih
dimungkinkan di Mesir, Abdel Nasser memperingatkan,
mereka akan bertindak hanya sebagai agen untuk intelijen dari
berbagai kekuatan imperialis. Baath penulis dan aktivis
menggemakan sentimen ini, menunjukkan kebencian terhadap
sistem multipartai Barat yang diilhami. Dalam arti, posisi
Abdel Nasser dan Partai Baath pada dasarnya perpaduan dari
unsur eksistensial anti-Westernism dengan warisan intelektual
nasionalisme budaya. Hasilnya adalah penghapusan sistem
multipartai dan penggantian mereka dengan lembaga-lembaga
politik kesatuan, yang fungsinya tidak lebih dari mobilisasi
massa.
          Selama nasionalisme Arab mendominasi lanskap
politik   dan     psikologi,   membayar    harga     tidak    untuk
kecenderungan otoriter, dan karisma sendiri Abdel Nasser
membantu        untuk   melegitimasi   mereka.     Tetapi    sebagai
membalikkan diatur dalam, yang mencapai klimaksnya dalam
kegagalan perang tahun 1967, nasionalisme Arab berdiri
telanjang. Representasi dan partisipasi politik, kebebasan
berekspresi, dan aturan hukum-semuanya sayangnya tidak ada-
                                66        Untuk kalangan peribadi
                                                      Man/02/11
mungkin menghidupkan kembali ideologi yang sakit. Tetapi
pasca-1967 para pemimpin Arab, sementara mereka berbagi
kelaparan Abdel Nasser untuk aturan yang absolut, tidak
memiliki terus karismatik pada rakyat. Di bawah mereka,
otoritarianisme menjadi semakin keras dan lebih brutal.
Totalitarianisme tak kenal ampun ini "nasionalis" pemimpin
lebih lanjut akan mengasingkan orang dari nasionalisme Arab.
Pengalihan Generasi
         Ide-ide politik membuat realitas mereka sendiri. Sering
bertentangan dengan logika, mereka memegang laki-laki dan
pada gilirannya diselenggarakan oleh mereka, menciptakan
dunia dalam citra mereka sendiri, hanya untuk bermain sendiri
keluar pada akhirnya, terbelenggu oleh masalah rutin tidak
diramalkan oleh mereka yang berputar mitos, atau hidup masa
lalu utama mereka dan berhenti untuk memindahkan orang
cukup.
           Jadi dengan nasionalisme Arab. Banyak faktor
militated terhadap keberhasilan yang terus menerus. Banyak
dari mereka internal untuk wilayah lain eksternal untuk itu.
Beberapa melekat dalam ideologi yang sangat nasionalisme,
yang lain muncul sebagai konsekuensi tak terduga dari
perkembangan sejarah. Pada akhirnya, sebagai gagasan dan
ideologi, nasionalisme Arab lari nya saja, pada akhirnya gagal
                               67        Untuk kalangan peribadi
                                                     Man/02/11
karena tidak bisa memenuhi janjinya untuk membawa tentang
kesatuan dari orang-orang Arab.
        Pada akhir abad kedua puluh, nasionalisme Arab saat
telah kehilangan semangat dan arah politik, ketika orang tidak
lagi percaya    pada kemungkinan persatuan Arab yang
komprehensif, dan ketika nasionalisme Arab telah diambil alih
oleh kekuatan lain dan ideologi, orang cenderung melupakan
keagungan itu semua R. Stephen Humphreys menulis,
       Dari semua ideologi yang telah dimainkan di panggung
Timur Tengah di abad ke-liberalisme borjuis, Marxisme,
Islamisme-tidak memiliki dampak yang lebih besar baik di
dalam kawasan dan di seluruh dunia, tidak ada harapan lebih
bersemangat dan kecemasan, dari nasionalisme Arab.
        Penjelajah Inggris, Freya Stark, bepergian di Irak pada
1930-an, ingat satu semi-terpelajar Arab yang menceritakan:"?
Apa yang kita hidup, jika bukan kata-kata yang diucapkan dari
kita saat kita mati" Gagasan, tidak tidak seperti orang (baik
mati atau masih hidup) harus dinilai dengan apa yang mereka
capai di utama mereka. Nasionalisme Arab, di masa jayanya,
tampaknya telah diberikan banyak hadiah pada anak-anaknya:
kemerdekaan dari luar, langkah-langkah terarah ke jalan untuk
modernitas sosial dan ekonomi, rasa harga diri setelah
bertahun-tahun kolonisasi, satu set kata-kata dan frase yang
                              68        Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
memungkinkan orang-orang Arab untuk menceritakan sejarah
mereka sendiri, dan keyakinan tinggal dalam kemampuan Arab
untuk menyapu menyingkirkan semua ragu dan penentang yang
memblokir jalan untuk kemajuan.
        Terlalu lama, orang-orang Arab telah mendekam di
bawah kontrol asing, menderita rasa rendah diri tak henti-
hentinya sangat khas dari orang yang tidak tuan rumah mereka
sendiri. Tentu, mereka mencari solusi untuk menyamakan skor.
Tidak sampai gelombang nasionalis Arab tahun 1950-an dan
1960-an melakukan Arab memperoleh kepercayaan dalam
kecakapan mereka sendiri untuk percaya bahwa mereka bisa
berdiri dengan penjajah perkasa. Orang Arab telah menjadi
terbiasa dengan pipi yang lain, bukan karena kemurahan hati
tapi keluar dari penyerahan dan rendah diri. Sekarang, selama
dekade nasionalis, mereka bisa berdiri, dihitung, dan menampar
kembali. Dalam arti inilah regenerasi kepercayaan diri Arab,
sebuah revitalisasi semangat Arab, itu hadiah nasionalisme
Arab terbesar dan paling abadi prestasi.
        Tapi seperti sebuah dinasti besar yang jatuh pada masa-
masa sulit, membawa kehancuran di belakangnya, nasionalisme
Arab dikenang lebih kekurangan ketimbang prestasi. Hal ini
diingat untuk bencana dari, perang 1967 kegagalan untuk
menyembuhkan perpecahan Arab, ketidakmampuan untuk
                               69          Untuk kalangan peribadi
                                                       Man/02/11
datang ke bantuan anak-anak Palestina nya, retorika berlebihan
dan tak berarti, terutama dibandingkan dengan tindakan yang
sedikit. Pada akhir abad kedua puluh, banyak orang Arab
melihat nasionalisme Arab bukan sebagai cermin yang
memungkinkan mereka untuk mengintip ke masa lalu yang
mulia dan mengumpulkan kemungkinan masa depan, tetapi
sebagai cermin yang pemimpin politik telah berubah pada
orang-orang mereka sendiri, membutakan mereka dengan
kosong janji-janji dan mencegah mereka dari melihat wajah
sejati dan kepalang kekalahan.
         Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa analis telah
mendeteksi munculnya jenis baru Arabisme-ikatan spiritual dan
politik yang berkembang secara independen dari lembaga
negara, khususnya di kalangan elite intelektual Arab. Dan
memang, orang dapat dengan mudah mengumpulkan Arabist
ini sentimen dari editorial dan pelaporan di bagian-bagian dari
media Arab yang berada di Eropa, di luar kendali pemerintah
Arab.
    Bagaimana ini "Arabisme baru" mungkin mengembangkan
tidak pasti. Sejauh ini, bagaimanapun, tidak sebesar banyak. Ini
adalah   keturunan   dari   media     nasionalis,   tetapi   telah
menemukan gema kecil di antara orang-orang. Dalam sejumlah
isu terbaru yang paling nasionalis koran, al-Quds al-Arabi,
                                 70      Untuk kalangan peribadi
                                                     Man/02/11
editor memarahi pemimpin Arab dan orang-orang untuk
"impotensi" mereka dalam menghadapi ancaman Israel dan
Amerika terhadap Irak, kontras ini dengan banyak demonstrasi
di ibukota Eropa. "Berapa banyak ribuan lainnya mati [di
Palestina]," keluhnya dalam satu editorial, "sebelum kita dapat
menyaksikan satu demonstrasi di jalanan Arab atau di balik
tembok sebuah universitas atau masjid?"
        Kebenaran adalah bahwa ini Arabisme baru akan tetap
efektif asalkan tidak diterjemahkan ke dalam perbuatan.
Merajuk jauh di kafe-kafe tidak mengukur sampai hawa nafsu
yang kacau yang ditimbulkan oleh letusan populer dari generasi
nasionalis dua atau tiga dekade sebelumnya. Ini tidak berarti
bahwa orang Arab saat ini tidak merasa kuat tentang isu-isu
tertentu "Arabist". Ini hanyalah bahwa membiarkan sentimen-
sentimen Arabist untuk menghaluskan semua kepentingan
lainnya bersaing dan keprihatinan sekarang menjadi sesuatu
dari   masa   lalu,   sebagai   misterius    dan    kuno   sebagai
nasionalisme Arab itu sendiri. Adeed Dawisha adalah profesor
ilmu politik di Universitas Miami, Ohio. Artikel ini didasarkan
pada sebuah bab dari bukunya, Kebangkitan dan Kejatuhan
Nasionalisme Arab (Princeton University Press, akan terbit
pada Januari 2003)


                                71          Untuk kalangan peribadi
                                                        Man/02/11
NASIONALISME ARAB SEBUAH CITA-CITA BANGSA
                          ARAB
1. LATAR BELAKANG
         Orang-orang Arab memainkan peren yang sangat
  penting dan berarti bagi peradaban Byzantium selama
  zaman pertengahan. Sebab, merekalah penyebar tradisi
  budaya Yunani-Romawi. Lebih dari itu, mereka juga
  melakukan kreasi-kreasi atas tradisi original Yunani-
  Romawi. Kepemimpinan berlangsung dari abad VIII hingga
  awal abad XIV. Selama enam abad itu peradaban Eropa
  sangat berhutang kepada umat muslim.
         Arab merupakan kawasan yang sangat menarik
  dimana daerahnya terdiri dari kawasan gurun pasiryang luas
  dan panas. Disana sini terdapat oase-oase yang banyak
  ditumbuhi tanaman palm. Bangsa Arab hidup berpindah-
  pindah dari satu tempat ketempat yang lainnya untuk
  mencari daerah yang subur dan ditumbuhi oleh stepa atau
  padang rumput. Padang rumput diperlukan oleh bangsa
  Arab untuk mengembalakan ternak mereka yang berupa
  domba, dan unta serta kuda, sebagai binatang ungulan.
         Dalam perkembangannya        Arab telah menjadi
  sebuah negara setelah      pengaruh islam masuk         dan
  berkembang kedalam kebudayaan masyarakat Arab. Islam
                            72        Untuk kalangan peribadi
                                                  Man/02/11
adalah agama yang diwahyukan oleh Allah kepada
  Muhammad dan telah menjadi suatu kepercayaan atau
  doktrin yang mengajarkan bahwa Tuhan adalah asas rohani
  tertinggi dari segala kehidupan yang ada.
         Nasionalisme Arab muncul setelah suku bangsa
  menyadari atau disadarkan oleh Islam bahwa mereka
  merupakan satu dari kesatuan bangsa yang memiliki satu
  bahasa, satu kebudayaan, satu sejarah, satu nasib dan satu
  bangsa yang ingin menjadi bangsa yang berjaya dan
  terbebas dari tekanan bangsa Romawi.


 POTENSI NASIONALISME ARAB SETELAH ISLAM


A. KEBUDAYAAN
  Dalam bidang kebudayaan Arab Islam mencakup beberapa
  aspek, yaitu:
 1. Bahasa
       Bahasa yang dipergunakan dalam keseharian bangsa
  Arab adalah bahasa Arab itu sendiri hal ini merupakan
  suatu ciri dari keragaman bangsa Arab. Bahasa Arab juga
  dipergunakan sebagai bahasa didalam penyampaian ajaran
  Islam seperti kitab suci Al-Qur’an.
 2. Agama
                             73         Untuk kalangan peribadi
                                                    Man/02/11
Sebelum Islam agama orang-orang Arab bermacam-
 macam, antara lain yang terkenal adalah penyembahan
 terhadap berhala atau paganisme. Hingga pada akhirnya
 Islam muncul menjadi suatu kepercayaan yang menyatukan
 seluruh bangsa Arab walaupun sebenarnya Islam bukan
 hanya diperuntukan bagi bangsa Arab melainkan untuk
 seluruh umat manusia yang percaya dan bertakwa kepada
 Allah s.w.a.
3. Pendidikan
      Pendidikan Agama merupakan sesuatu hal yang sa-
 ngat penting bagi para murid, dimana mereka didorong
 untuk mempelajari, menghayati dan kemudian mengamal-
 kan ajaran-ajaran yang terkandung didalam Islam.
4. Seni
      Seperti halnya segi-segi lain dalam peradaban Arab,
 seni mereka sebagian diadopsikan dari seni suku-suku yang
 mereka taklukan. Dalam seni mereka hadirlah unsur-unsur
 Syria, Byzantium, Persia, Mesir dan Romawi.
5. Kesusastraan Arab
      Dengan berinpirasi dari Al-Qur’an, dunia Arab
 menghasilkan    karya-karya    sastrayang   mengagumkan,
 misalnya Rubaiyat-nya Omar Khayyam, yang dapat
 disejajarkan dengan karya-karya sastra besar dunia lainnya.
                           74        Untuk kalangan peribadi
                                                 Man/02/11
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab

More Related Content

What's hot

4. demokrasi dan pendidikan demokrasi
4. demokrasi dan pendidikan demokrasi4. demokrasi dan pendidikan demokrasi
4. demokrasi dan pendidikan demokrasiMardiah Ahmad
 
ALIRAN - ALIRAN PENDIDIKAN
ALIRAN - ALIRAN PENDIDIKANALIRAN - ALIRAN PENDIDIKAN
ALIRAN - ALIRAN PENDIDIKANHanifa Zulfitri
 
Makalah 4 PILAR KEBANGSAAN
Makalah 4 PILAR KEBANGSAANMakalah 4 PILAR KEBANGSAAN
Makalah 4 PILAR KEBANGSAANMardinalMatoda
 
Idealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialismeIdealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialismeUmi Nisa
 
Islam masuk ke Afrika
Islam masuk ke AfrikaIslam masuk ke Afrika
Islam masuk ke AfrikaIsaka Yoga
 
Makalah islam masa modern ok.
Makalah islam masa modern ok.Makalah islam masa modern ok.
Makalah islam masa modern ok.nanang aw aw
 
Makalah Komprehensif-Pascasarjana UIN Walisongo Semarang-Islamic Studies
Makalah Komprehensif-Pascasarjana UIN Walisongo Semarang-Islamic StudiesMakalah Komprehensif-Pascasarjana UIN Walisongo Semarang-Islamic Studies
Makalah Komprehensif-Pascasarjana UIN Walisongo Semarang-Islamic StudiesAkhlis Nur Fu'adi
 
ALIRAN ESENSIALISME
ALIRAN ESENSIALISMEALIRAN ESENSIALISME
ALIRAN ESENSIALISMEReni Nazta
 
Bab iii 2.pokok-pokok pikiran tentang ketahanan nasional
Bab iii  2.pokok-pokok pikiran tentang ketahanan nasionalBab iii  2.pokok-pokok pikiran tentang ketahanan nasional
Bab iii 2.pokok-pokok pikiran tentang ketahanan nasionalnatal kristiono
 
Sejarah peradaban islam 1
Sejarah peradaban islam 1Sejarah peradaban islam 1
Sejarah peradaban islam 1Chaerul Uman
 
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan PembelajaranInovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan PembelajaranJujun Muhamad Jubaerudin
 
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan Pendidikan Islam Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan Pendidikan Islam IkaNurjanah12
 
Kelompok 11 masyarakat madani
Kelompok 11   masyarakat madaniKelompok 11   masyarakat madani
Kelompok 11 masyarakat madanidayurikaperdana19
 
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusiaBab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusiahadisukmo
 
Tiga pandangan mengenai proses globalisasi
Tiga pandangan mengenai proses globalisasiTiga pandangan mengenai proses globalisasi
Tiga pandangan mengenai proses globalisasiCyndieN
 

What's hot (20)

ISLAM DI SPANYOL
ISLAM DI SPANYOLISLAM DI SPANYOL
ISLAM DI SPANYOL
 
4. demokrasi dan pendidikan demokrasi
4. demokrasi dan pendidikan demokrasi4. demokrasi dan pendidikan demokrasi
4. demokrasi dan pendidikan demokrasi
 
ALIRAN - ALIRAN PENDIDIKAN
ALIRAN - ALIRAN PENDIDIKANALIRAN - ALIRAN PENDIDIKAN
ALIRAN - ALIRAN PENDIDIKAN
 
Makalah 4 PILAR KEBANGSAAN
Makalah 4 PILAR KEBANGSAANMakalah 4 PILAR KEBANGSAAN
Makalah 4 PILAR KEBANGSAAN
 
Idealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialismeIdealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialisme
 
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu PengetahuanTugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
 
Manusia dan Peradaban
Manusia dan PeradabanManusia dan Peradaban
Manusia dan Peradaban
 
Gerakan Pembaharuan Islam
Gerakan Pembaharuan IslamGerakan Pembaharuan Islam
Gerakan Pembaharuan Islam
 
Islam masuk ke Afrika
Islam masuk ke AfrikaIslam masuk ke Afrika
Islam masuk ke Afrika
 
Makalah islam masa modern ok.
Makalah islam masa modern ok.Makalah islam masa modern ok.
Makalah islam masa modern ok.
 
Makalah Komprehensif-Pascasarjana UIN Walisongo Semarang-Islamic Studies
Makalah Komprehensif-Pascasarjana UIN Walisongo Semarang-Islamic StudiesMakalah Komprehensif-Pascasarjana UIN Walisongo Semarang-Islamic Studies
Makalah Komprehensif-Pascasarjana UIN Walisongo Semarang-Islamic Studies
 
ALIRAN ESENSIALISME
ALIRAN ESENSIALISMEALIRAN ESENSIALISME
ALIRAN ESENSIALISME
 
Bab iii 2.pokok-pokok pikiran tentang ketahanan nasional
Bab iii  2.pokok-pokok pikiran tentang ketahanan nasionalBab iii  2.pokok-pokok pikiran tentang ketahanan nasional
Bab iii 2.pokok-pokok pikiran tentang ketahanan nasional
 
Sejarah peradaban islam 1
Sejarah peradaban islam 1Sejarah peradaban islam 1
Sejarah peradaban islam 1
 
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan PembelajaranInovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
 
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan Pendidikan Islam Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan Pendidikan Islam
 
Resensi buku ilmu kalam
Resensi buku ilmu kalamResensi buku ilmu kalam
Resensi buku ilmu kalam
 
Kelompok 11 masyarakat madani
Kelompok 11   masyarakat madaniKelompok 11   masyarakat madani
Kelompok 11 masyarakat madani
 
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusiaBab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
 
Tiga pandangan mengenai proses globalisasi
Tiga pandangan mengenai proses globalisasiTiga pandangan mengenai proses globalisasi
Tiga pandangan mengenai proses globalisasi
 

Similar to Nasionalisme Arab

sejarah-Nasionalisme Arab abad19
sejarah-Nasionalisme Arab abad19sejarah-Nasionalisme Arab abad19
sejarah-Nasionalisme Arab abad19Sinar Siraing
 
Perkembangan islam pada masa abbasiyah
Perkembangan islam pada masa abbasiyahPerkembangan islam pada masa abbasiyah
Perkembangan islam pada masa abbasiyahOsmar Simamora
 
NASIONALISME MESIR.pptx
NASIONALISME MESIR.pptxNASIONALISME MESIR.pptx
NASIONALISME MESIR.pptxnikzulfah
 
Amir Hizbut Tahrir Menyeru Seruan Sebelum yang Terakhir
Amir Hizbut Tahrir Menyeru Seruan Sebelum yang TerakhirAmir Hizbut Tahrir Menyeru Seruan Sebelum yang Terakhir
Amir Hizbut Tahrir Menyeru Seruan Sebelum yang TerakhirAnas Wibowo
 
Perkembangan islam pada masa modern 2
Perkembangan islam pada masa modern 2Perkembangan islam pada masa modern 2
Perkembangan islam pada masa modern 2rizaldwi2
 
makalah Dinasti Abbasiyah
makalah Dinasti Abbasiyahmakalah Dinasti Abbasiyah
makalah Dinasti AbbasiyahRizalFahri5
 
Khilafah runtuh karena nasionalisme
Khilafah runtuh karena nasionalismeKhilafah runtuh karena nasionalisme
Khilafah runtuh karena nasionalismeAlat_Survey_Pemetaan
 
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan BAB II
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan BAB IIMakalah Pendidikan Kewarganegaraan BAB II
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan BAB IIRika Hariany
 
PERANG BARATA YUDHA DIGITAL ANTAR BUDAYA.docx
PERANG BARATA YUDHA DIGITAL ANTAR BUDAYA.docxPERANG BARATA YUDHA DIGITAL ANTAR BUDAYA.docx
PERANG BARATA YUDHA DIGITAL ANTAR BUDAYA.docxSatyaWati3
 
Bab 7 perkembangan islam pada masa daulah bani abbasyiyah
Bab 7 perkembangan islam pada masa daulah bani abbasyiyahBab 7 perkembangan islam pada masa daulah bani abbasyiyah
Bab 7 perkembangan islam pada masa daulah bani abbasyiyahhadisukmo
 
Makalah softskill bab 2 (Kamal Qrimly /14412018)
Makalah softskill bab 2 (Kamal Qrimly /14412018)Makalah softskill bab 2 (Kamal Qrimly /14412018)
Makalah softskill bab 2 (Kamal Qrimly /14412018)Kamal Qrimly
 
02__MASYARAKAT_ARAB_DAN_BUDAYA_ISLAM.pdf
02__MASYARAKAT_ARAB_DAN_BUDAYA_ISLAM.pdf02__MASYARAKAT_ARAB_DAN_BUDAYA_ISLAM.pdf
02__MASYARAKAT_ARAB_DAN_BUDAYA_ISLAM.pdfMandiriTour
 
Ringkasan Samih Athef az-Zein, "Mengapa islam mundur?"
Ringkasan Samih Athef az-Zein, "Mengapa islam mundur?"Ringkasan Samih Athef az-Zein, "Mengapa islam mundur?"
Ringkasan Samih Athef az-Zein, "Mengapa islam mundur?"DickyAdhiPutra
 
S p-i-dinasti-abasiyyah
S p-i-dinasti-abasiyyahS p-i-dinasti-abasiyyah
S p-i-dinasti-abasiyyahLtfltf
 
Makalah softskill bab 2
Makalah softskill bab 2Makalah softskill bab 2
Makalah softskill bab 2Rika Hariany
 
Makalah softskill bab 2
Makalah softskill bab 2Makalah softskill bab 2
Makalah softskill bab 2Rika Hariany
 

Similar to Nasionalisme Arab (20)

sejarah-Nasionalisme Arab abad19
sejarah-Nasionalisme Arab abad19sejarah-Nasionalisme Arab abad19
sejarah-Nasionalisme Arab abad19
 
Perkembangan islam pada masa abbasiyah
Perkembangan islam pada masa abbasiyahPerkembangan islam pada masa abbasiyah
Perkembangan islam pada masa abbasiyah
 
NASIONALISME MESIR.pptx
NASIONALISME MESIR.pptxNASIONALISME MESIR.pptx
NASIONALISME MESIR.pptx
 
3PNEW.docx
3PNEW.docx3PNEW.docx
3PNEW.docx
 
Nasionalisme itu Sampah
Nasionalisme itu SampahNasionalisme itu Sampah
Nasionalisme itu Sampah
 
Amir Hizbut Tahrir Menyeru Seruan Sebelum yang Terakhir
Amir Hizbut Tahrir Menyeru Seruan Sebelum yang TerakhirAmir Hizbut Tahrir Menyeru Seruan Sebelum yang Terakhir
Amir Hizbut Tahrir Menyeru Seruan Sebelum yang Terakhir
 
Perkembangan islam pada masa modern 2
Perkembangan islam pada masa modern 2Perkembangan islam pada masa modern 2
Perkembangan islam pada masa modern 2
 
makalah Dinasti Abbasiyah
makalah Dinasti Abbasiyahmakalah Dinasti Abbasiyah
makalah Dinasti Abbasiyah
 
Seputar Nasionalisme
Seputar NasionalismeSeputar Nasionalisme
Seputar Nasionalisme
 
Khilafah runtuh karena nasionalisme
Khilafah runtuh karena nasionalismeKhilafah runtuh karena nasionalisme
Khilafah runtuh karena nasionalisme
 
Makalah pmdi
Makalah pmdiMakalah pmdi
Makalah pmdi
 
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan BAB II
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan BAB IIMakalah Pendidikan Kewarganegaraan BAB II
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan BAB II
 
PERANG BARATA YUDHA DIGITAL ANTAR BUDAYA.docx
PERANG BARATA YUDHA DIGITAL ANTAR BUDAYA.docxPERANG BARATA YUDHA DIGITAL ANTAR BUDAYA.docx
PERANG BARATA YUDHA DIGITAL ANTAR BUDAYA.docx
 
Bab 7 perkembangan islam pada masa daulah bani abbasyiyah
Bab 7 perkembangan islam pada masa daulah bani abbasyiyahBab 7 perkembangan islam pada masa daulah bani abbasyiyah
Bab 7 perkembangan islam pada masa daulah bani abbasyiyah
 
Makalah softskill bab 2 (Kamal Qrimly /14412018)
Makalah softskill bab 2 (Kamal Qrimly /14412018)Makalah softskill bab 2 (Kamal Qrimly /14412018)
Makalah softskill bab 2 (Kamal Qrimly /14412018)
 
02__MASYARAKAT_ARAB_DAN_BUDAYA_ISLAM.pdf
02__MASYARAKAT_ARAB_DAN_BUDAYA_ISLAM.pdf02__MASYARAKAT_ARAB_DAN_BUDAYA_ISLAM.pdf
02__MASYARAKAT_ARAB_DAN_BUDAYA_ISLAM.pdf
 
Ringkasan Samih Athef az-Zein, "Mengapa islam mundur?"
Ringkasan Samih Athef az-Zein, "Mengapa islam mundur?"Ringkasan Samih Athef az-Zein, "Mengapa islam mundur?"
Ringkasan Samih Athef az-Zein, "Mengapa islam mundur?"
 
S p-i-dinasti-abasiyyah
S p-i-dinasti-abasiyyahS p-i-dinasti-abasiyyah
S p-i-dinasti-abasiyyah
 
Makalah softskill bab 2
Makalah softskill bab 2Makalah softskill bab 2
Makalah softskill bab 2
 
Makalah softskill bab 2
Makalah softskill bab 2Makalah softskill bab 2
Makalah softskill bab 2
 

More from Rahman Klu

Pengertian sejarah a5
Pengertian sejarah a5Pengertian sejarah a5
Pengertian sejarah a5Rahman Klu
 
Makalah perkembangan koloni di australia
Makalah perkembangan koloni di australiaMakalah perkembangan koloni di australia
Makalah perkembangan koloni di australiaRahman Klu
 
Makalah medetrania
Makalah medetraniaMakalah medetrania
Makalah medetraniaRahman Klu
 
Laporan penelitian pariwisata
Laporan penelitian pariwisataLaporan penelitian pariwisata
Laporan penelitian pariwisataRahman Klu
 
Konflik palestina israel palestian israel dari tahun 1920 sampai tahun 2000
Konflik palestina israel  palestian israel dari tahun 1920 sampai tahun 2000Konflik palestina israel  palestian israel dari tahun 1920 sampai tahun 2000
Konflik palestina israel palestian israel dari tahun 1920 sampai tahun 2000Rahman Klu
 
Kehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesiaKehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesiaRahman Klu
 
study masyarakat indonesia
study masyarakat indonesiastudy masyarakat indonesia
study masyarakat indonesiaRahman Klu
 
Rahman study masyarakat ind iii
Rahman study masyarakat ind iiiRahman study masyarakat ind iii
Rahman study masyarakat ind iiiRahman Klu
 

More from Rahman Klu (8)

Pengertian sejarah a5
Pengertian sejarah a5Pengertian sejarah a5
Pengertian sejarah a5
 
Makalah perkembangan koloni di australia
Makalah perkembangan koloni di australiaMakalah perkembangan koloni di australia
Makalah perkembangan koloni di australia
 
Makalah medetrania
Makalah medetraniaMakalah medetrania
Makalah medetrania
 
Laporan penelitian pariwisata
Laporan penelitian pariwisataLaporan penelitian pariwisata
Laporan penelitian pariwisata
 
Konflik palestina israel palestian israel dari tahun 1920 sampai tahun 2000
Konflik palestina israel  palestian israel dari tahun 1920 sampai tahun 2000Konflik palestina israel  palestian israel dari tahun 1920 sampai tahun 2000
Konflik palestina israel palestian israel dari tahun 1920 sampai tahun 2000
 
Kehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesiaKehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesia
 
study masyarakat indonesia
study masyarakat indonesiastudy masyarakat indonesia
study masyarakat indonesia
 
Rahman study masyarakat ind iii
Rahman study masyarakat ind iiiRahman study masyarakat ind iii
Rahman study masyarakat ind iii
 

Nasionalisme Arab

  • 2. rahman83@rocketmail.com ii Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 3. KATA PENGANTAR Bismillahiwabihamdihi Assalamu'alikum wr wb Alahdulillahirabbil alamin segala puji kami haturkan kehadirat allah sumbhaahuata'ala yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat sehingga kita mampu menyelesaikan makalah ini Salawat beserta salam tak lupa kita haturkan keharibaan junjungan alam nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita, sehingga kita mengenal yang namanya iman dan islam. Buku ini kami buat dengan berbagai halangan dan rintangan. Akan tetapi alhamdulillah semua ini bisa terlaksana. Tak lupa pula kami mengucapkan banyak trimakasih kepada bapak dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini,b agaimanapun juga makalah ini tidak bisa terlaksana tanpa dukungan penuh serta bimbinganya. Akhirnya kami mengucapkan maaf jika ada kesalahan baik dalam penulisan dan kata-kata kami dalam makalah ini, bagaimanapun juga kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kehilapan. Wassalamu'alaikum Wr Wb iii Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 4. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................i KATA PENGANTAR............................................................ii DAFTAR ISI ........................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.......................................................5 B. Tujuan...................................................................6 BAB II PEMBAHASAN A. Latar belakang nasilnalisme arab..........................7 B. Sejarah terjadinya nasionalisme arab..................10 C. Politik bangkitnya nasionalisme arab moderen...13 D. Perluasan gerakan................................................16 E. Arab memberontak selama pembrontakan 1936-1939 di palestina................................. 20 F. Hubungan dengan nazisme.................................23 G. Puncak dibawah kepemimpinan mesir................25 H. Tolak ..................................................................28 I. Upaya persatuan..................................................29 NASIONALISME ARAB Abdel Nasser Eclipse................................................32 NegaraSah.................................................................38 Suku, Sekte, Islam.....................................................45 iv Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 5. Defisit Demokrasi.....................................................53 Kebebasan Dari Barat...............................................60 Pengalihan Generasi..................................................67 NASIONALISME ARAB SEBUAH CITA-CITA BANGSA ARAB 1. Latar Belakang....................................................72 POTENSI NASIONALISME ARAB SETELAH ISLAM 1. Kbudayaan...........................................................73 2. Asensi nasionalisme arab setelah islam..............77 3. Potensi Yang Berpengaruh Terhadap Nasionalisme Arab Setelah Islam....................79 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.........................................................80 DAFTAR PUSTAKA...........................................................84 v Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 6. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nasionalisme Arab ( Arab : al-‫ القومية العربية‬al- `Qawmiyya Arabiyya) adalah nasionalis ideologi merayakan kemuliaan Arab periadaban, bahasa dan sastra Arab, menyerukan untuk peremajaan dan serikat pekerja politik di dunia Arab. Premis utamanya adalah bahwa orang-orang di Dunia Arab, dari Samudra Atlantik ke Laut Arab, merupakan satu bangsa diikat bersama oleh warisan linguistik, budaya, agama, dan sejarah yang sama. Salah satu tujuan utama Arab nasionalisme adalah akhir dari pengaruh Barat di Dunia Arab, yang dipandang sebagai "musuh" kekuatan Arab, dan penghapusan dari mereka pemerintah Arab dianggap tergantung pada kekuasaan Barat. Itu naik ke menonjol dengan pelemahan dan kekalahan (non-Arab) Kekaisaran Ottoman pada abad ke-20 awal dan menurun setelah kekalahan tentara Arab dalam Perang Enam Hari. Kepribadian dan kelompok yang terkait dengan Arab nasionalisme termasuk Mesir pemimpin Gamal Abdel Nasser, yang Gerakan Nasionalis Arab, pemimpin Libya 5 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 7. Muammar al-Gaddafi, Sosialis Arab Ba'ath Partai yang berkuasa di Suriah dan Irak untuk beberapa tahun, dan pendirinya Michel Aflaq. Pan-Arabisme adalah konsep yang terkait, sebanyak itu panggilan untuk komunalisme supranasional di antara negara-negara Arab. B. TUJUAN Buku ini kami buat dengan tujuan agar nantinya mampu untuk memberikan pemahaman semua pembaca terutama mengenai sejarah terjadinya nasionalisme arab atau di asia barat daya dan begitu pula dengan keadaan politik ketika itu. 6 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 8. BAB II PEMBAHASAN A. LATAR BLELAKANG NASIONALISME ARAB Nasionalis Arab percaya bahwa bangsa Arab sudah ada sebagai sebuah entitas sejarah sebelum munculnya nasionalisme di abad ke-1920. Bangsa Arab dibentuk melalui pembentukan bertahap dari bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi dan dengan munculnya Islam sebagai agama dan budaya di wilayah tersebut. Kedua Arab dan Islam menjabat sebagai pilar bangsa. Menurut penulis Youssef Choueiri, nasionalisme Arab merupakan "Arab 'kesadaran karakteristik khusus mereka serta upaya mereka untuk membangun sebuah negara modern yang mampu mewakili kehendak bersama bangsa dan semua bagian penyusunnya." Dalam gerakan nasionalis Arab tiga pembedaan: bangsa Arab, nasionalisme Arab, dan pan-Arab persatuan. Jamil al-Sayyid, pendiri partai nasionalis Arab Ba'ath, klaim bangsa adalah kelompok orang yang berbahasa Arab, menghuni dunia Arab, dan yang memiliki perasaan milik negara yang sama. Nasionalisme adalah "jumlah total" dari karakteristik dan kualitas eksklusif untuk bangsa Arab, sedangkan persatuan pan-Arab adalah gagasan modern 7 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 9. yang menyatakan bahwa negara-negara Arab harus bisa mempersatukan yang terpisah untuk membentuk satu negara di bawah satu sistem politik. Patriotisme lokal yang berpusat di negara-negara Arab individu dimasukkan ke dalam kerangka nasionalisme Arab dimulai pada 1920-an. Ini dilakukan dengan menempatkan Jazirah Arab sebagai tanah air dari bangsa Semit (yang Kanaan dan Syriacs dari Levant dan Asyur dan Babel dari Mesopotamia ) yang bermigrasi di seluruh Timur Tengah pada zaman dahulu atau dengan menghubungkan pra-Islam budaya lain, seperti orang-orang Mesir dan Afrika Utara dan Tanduk Afrika, menjadi identitas Arab berkembang. Bahasa Arab modern sebenarnya memiliki dua kata yang berbeda yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai "nasionalisme": qawmiyya ‫ ,قومييية‬berasal dari kata qawm (artinya "suku, kebangsaan etnis"), dan wataniyya ‫ وطنييية‬makna, berasal dari kata watan ("tanah negara, pribumi"). Kata ini qawmiyya telah digunakan untuk merujuk kepada nasionalisme pan-Arab, sementara wataniyya telah digunakan untuk merujuk pada patriotisme pada tingkat yang lebih lokal (kadang-kadang diremehkan sebagai "regionalisme" oleh mereka yang menganggap pan- 8 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 10. Arabisme satu-satunya bentuk sebenarnya dari nasionalisme Arab) . Dalam pasca - Perang Dunia tahun, konsep qawmiyya"secara bertahap diasumsikan warna kiri, menyerukan penciptaan persatuan Arab revolusioner." Kelompok yang berlangganan ke titik oposisi pandang menganjurkan, kekerasan dan non-kekerasan, melawan Israel dan menentang Arab yang tidak berlangganan sudut pandang ini. Orang yang paling diidentifikasi dengan qawmiyya adalah Gamal Abdel Nasser dari Mesir, yang digunakan baik kekuatan militer dan politik untuk menyebarkan versinya ideologi pan-Arab di seluruh dunia Arab. George Habash, pendiri Front Populer untuk Pembebasan Palestina, dipengaruhi Arab Palestina untuk menerima pendekatan Nasserist politik. Sementara qawmiyya masih tetap merupakan kekuatan politik yang kuat hari ini, kematian Nasser dan kekalahan Arab dalam Perang Enam Hari telah melemah iman ideal ini. Ideologi dominan saat ini di antara para pembuat kebijakan Arab telah bergeser ke wataniyya. 9 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 11. B. SEJARAH TERJADINYA NASIONALISME ARAB Sepanjang akhir abad 19, dimulai pada 1860-an, rasa kesetiaan kepada "Tanah" yang dikembangkan di kalangan intelektual yang berbasis di Levant dan Mesir, tetapi belum tentu "Tanah Arab". Ini dikembangkan dari ketaatan terhadap keberhasilan teknologi Eropa Barat yang mereka dikaitkan dengan patriotisme yang berlaku di negara-negara. Selama periode ini, masuknya berat Kristen misionaris dan pendidik dari negara-negara Barat yang disediakan apa yang disebut kebangkitan "politik Arab", sehingga dalam pembentukan masyarakat rahasia di dalam kekaisaran. Pada 1860-an, sastra diproduksi di Mashreq (kawasan Mediterania timur dan Mesopotamia) yang berada di bawah kendali Ottoman pada saat itu, terdapat intensitas emosional dan sangat mengutuk Turki Ottoman untuk "Islam mengkhianati" dan Tanah ke Barat Kristen. Dalam pandangan Arab patriot, Islam tidak selalu berada dalam "keadaan yang menyedihkan" dan menyatakan bahwa kemenangan militer dan kejayaan budaya Arab kedatangan agama, bersikeras bahwa modernisme Eropa itu sendiri adalah asal Islam. Orang-orang Arab, di sisi lain, telah menyimpang dari Islam yang benar dan dengan demikian 10 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 12. mengalami penurunan. Ottoman dan Mesir reformasi pemerintah disalahkan karena situasi karena mereka mencoba untuk meminjam praktik Barat dari Eropa yang dipandang sebagai tidak alami dan korup. Melihat patriot Arab adalah bahwa pemerintah Islam harus menghidupkan kembali Islam yang sejati yang akan pada gilirannya, membuka jalan bagi pembentukan pemerintah perwakilan konstitusional dan kebebasan yang, meskipun Islam di asal, diwujudkan di Barat pada saat itu. Arabisme dan patriotisme regional (seperti di Mesir atau di Levant) dominasi campuran dan memperoleh lebih dari Ottomanism antara beberapa orang Arab di Suriah dan Libanon. Ibrahim al-Yazigi, seorang filsuf Kristen Suriah, yang disebut orang Arab untuk "memulihkan vitalitas kehilangan kuno mereka dan membuang kuk Turki "pada 1868. Sebuah kelompok rahasia mempromosikan tujuan ini dibentuk pada akhir 1870, dengan al-Yazigi sebagai anggota. Kelompok ini ditempatkan plakat di Beirut menyerukan pemberontakan melawan Ottoman. Sementara itu, Lebanon dan Damaskus terkemuka berbasis, kebanyakan Muslim, membentuk gerakan rahasia yang sama, meskipun mereka berbeda kelompok Kristen yang disfavoured Arabisme menyerukan Lebanon yang benar- 11 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 13. benar independen sedangkan masyarakat Arab Muslim yang umumnya dipromosikan otonom yang lebih besar Suriah masih di bawah Ottoman. Pada awal abad ke-20, kelompok Muslim Arab memeluk nasionalis Arab "self-view" yang akan memberikan sebagai dasar dari ideologi nasionalis Arab dari abad ke-20. Versi baru dari patriotisme Arab secara langsung dipengaruhi oleh modernisme Islam dan kebangkitan dari Muhammad Abduh, di Mesir sarjana Muslim. Abduh percaya nenek moyang Muslim Arab dianugerahkan "rasionalitas pada manusia dan menciptakan esensi modernitas," dipinjam oleh Barat. Jadi, sementara Eropa maju dari mengadopsi cita-cita modernis Islam yang benar, kaum Muslim gagal, merusak dan meninggalkan Islam yang benar. Abduh dipengaruhi nasionalisme Arab modern pada khususnya, karena kebangkitan leluhur sejati Islam (yang Arab) juga akan menjadi kebangkitan budaya Arab dan pemulihan posisi Arab sebagai pemimpin dunia Islam. Salah satu pengikut Abduh, Abd al-Rahman al- Kawakibi , secara terbuka menyatakan bahwa Kekaisaran Ottoman harus baik Turki dan Arab, dengan yang terakhir berolahraga kepemimpinan agama dan budaya. 12 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 14. C. POLITIK BANGKITNYA NASIONALISME ARAB MODERN Pada tahun 1911, intelektual Muslim dan politisi dari seluruh Levant membentuk al-Fatat ("Masyarakat Arab Muda"), sebuah klub kecil nasionalis Arab, di Paris. Tujuannya dinyatakan adalah "meningkatkan tingkat bangsa Arab untuk tingkat bangsa-bangsa modern." Dalam beberapa tahun pertama keberadaannya, Al-Fatat meminta otonomi lebih besar dalam negara Ottoman bersatu ketimbang kemerdekaan Arab dari kekaisaran. Al-Fatat tuan rumah Kongres Arab 1913 di Paris, yang tujuannya adalah untuk mendiskusikan reformasi yang diinginkan dengan individu setuju lain dari dunia Arab. Mereka juga meminta agar wajib militer Arab untuk tentara Ottoman tidak diminta untuk melayani di daerah non-Arab kecuali dalam masa perang. Namun, karena pemerintah Ottoman menindak aktivitas organisasi dan anggota, al-Fatat bergerak di bawah tanah dan menuntut kemerdekaan penuh dan kesatuan provinsi Arab. Nasionalis individu menjadi lebih menonjol selama tahun-tahun memudarnya Ottoman otoritas, tetapi gagasan nasionalisme Arab hampir tidak berdampak pada sebagian besar orang Arab karena mereka menganggap diri mereka 13 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 15. subyek setia dari Kekaisaran Ottoman. Para Inggris , untuk bagian mereka, menghasut yang Sharif Mekkah untuk melancarkan Pemberontakan Arab selama Perang Dunia Pertama. Para Ottoman dikalahkan dan pasukan pemberontak, setia pada Sharif putra Faysal bin al-Husain masuk Damaskus di tahun 1918. Sekarang, Faysal bersama dengan banyak intelektual Irak dan perwira militer telah bergabung dengan Al-Fatat yang akan membentuk tulang punggung dari negara yang baru-dibuat Arab yang terdiri dari banyak Levant dan Hijaz. Damaskus menjadi pusat koordinasi gerakan nasionalis Arab karena dipandang sebagai tempat kelahiran ideologi, kursi Faysal-pertama Arab yang "berdaulat" setelah hampir 400 tahun Turki kedaulatan-dan karena nasionalis wilayah seluruh Mashreq yang akrab dengannya. Meskipun demikian, Yerusalem, Beirut, dan Baghdad tetap basis yang signifikan dukungan. Setelah penciptaan negara Faysal, ketegangan yang serius dalam gerakan nasionalis Arab menjadi terlihat; konflik antara yang ideal ideologi tertinggi membentuk unit independen tunggal yang terdiri dari semua negara yang berbagi bahasa Arab dan warisan, dan kecenderungan untuk mendahulukan lokal ambisi. 14 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 16. Untuk ketegangan lebih lanjut, keretakan terbentuk antara anggota nasionalis yang lebih tua dari berbagai kota Suriah-keluarga kelas dan nasionalis umumnya lebih muda yang menjadi dekat dengan Faysal-pasukannya Hijazi, perwira militer Irak dan Suriah, dan intelektual Palestina dan Suriah. Penjaga tua terutama diwakili oleh Ridha Pasha al-Rikabi, yang menjabat sebagai perdana menteri Faysal, sedangkan penjaga muda itu tidak memiliki satu pemimpin tertentu. Namun, para pemuda dalam al-Fatat mendirikan Partai Kemerdekaan Arab ("al -Istiqlal ") pada Februari 1919. Tujuannya adalah untuk mencapai persatuan dan kemerdekaan Arab lengkap. Anggota terkemuka termasuk Izzat Darwaza dan Shukri al-Quwatli. Berpusat di Damaskus dengan cabang di berbagai kota di seluruh Levant, Al-Istiqlal menerima dukungan politik dan keuangan dari Faysal, tetapi bergantung pada lingkaran dalam al-Fatat untuk bertahan hidup. Selama perang, Inggris telah menjadi sponsor utama pemikiran dan ideologi nasionalis Arab, terutama sebagai senjata untuk melawan kekuatan dari Kekaisaran Ottoman. Meskipun pasukan Arab dijanjikan sebuah negara yang meliputi lebih dari Semenanjung Arab dan Fertile Crescent rahasia Perjanjian Sykes-Picot antara Inggris dan 15 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 17. Perancis yang disediakan untuk pembagian wilayah dari banyak bahwa wilayah antara dua kekuatan-kekuatan imperialis. Selama perang antar-tahun dan Mandat Inggris periode, ketika tanah Arab berada di bawah kekuasaan Prancis dan Inggris, nasionalisme Arab menjadi anti- kekaisaran penting oposisi gerakan melawan kekuasaan Eropa. D. PERLUASAN GERAKAN Sejumlah pemberontakan Arab terhadap kekuatan- kekuatan Eropa terjadi setelah pembentukan mandat Inggris dan Perancis. Kebencian pemerintahan Inggris memuncak dalam pemberontakan Irak tahun 1920. Pemberontakan yang dilakukan oleh penduduk perkotaan serta pedesaan suku-suku Irak berakhir pada tahun 1921. Inggris drastis mengubah kebijakan mereka di Irak setelah itu. Meskipun mandat masih di tempat resmi, peran Inggris hampir dikurangi menjadi satu penasihat. Pada tahun 1925, Druze selatan Suriah di bawah kepemimpinan Sultan Pasha al- Atrash memberontak melawan pemerintahan Prancis. Pemberontakan kemudian menyebar ke seluruh Suriah, khususnya di Damaskus di mana pemberontakan oleh warga berlangsung. Prancis menjawab dengan sistematis membombardir kota, yang mengakibatkan ribuan kematian. 16 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 18. Pemberontakan itu diletakkan pada akhir tahun ini, namun dikreditkan dengan memaksa Prancis untuk mengambil langkah-langkah lebih untuk menjamin kemerdekaan Suriah. Di Mesir, kebencian hegemoni Inggris menyebabkan skala luas pemberontakan di seluruh negeri pada 1919. Sebagai hasil dari tiga tahun perundingan berikutnya pemberontakan, Inggris setuju untuk mengizinkan kemerdekaan resmi Mesir pada tahun 1922, tapi militer mereka masih memegang pengaruh besar di negara tersebut. Hal ini juga harus dicatat bahwa para pemimpin politik revolusi Mesir yang dianut nasionalisme Mesir, bukan alternatif nasionalis Arab. Independensi relatif dari Mesir, Irak, Arab Saudi dan Yaman Utara mendorong nasionalis Arab untuk menaruh program-program ke depan tindakan terhadap kekuasaan kolonial di wilayah tersebut. Menurut sejarawan Youssef Choueiri, yang "glimmerings publik pertama" pendekatan pan-Arab terjadi pada tahun 1931, selama konvensi konferensi pan-Islam di Yerusalem yang menyoroti kekhawatiran Muslim pertumbuhan meningkatnya Zionisme di Palestina. Delegasi Arab mengadakan konferensi terpisah dan untuk pertama kalinya delegasi dari Afrika Utara, Mesir, Semenanjung Arab dan 17 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 19. Fertile Crescent berkumpul bersama untuk mendiskusikan masalah-masalah Arab. Sebuah panci-Arabist perjanjian diproklamasikan berpusat pada tiga artikel utama:  Negara-negara Arab membentuk suatu keseluruhan yang integral dan tak terpisahkan. Oleh karena itu bangsa Arab tidak menerima atau mengenali divisi dalam bentuk apapun yang telah dikenakan.  Semua upaya di setiap negara Arab harus diarahkan kepada pencapaian independensi total dalam satu kesatuan tunggal. Setiap usaha yang membatasi kegiatan politik untuk isu-isu lokal atau regional yang akan melawan.  Karena kolonialisme adalah, dalam segala bentuk dan manifestasinya, bertentangan dengan martabat dan tujuan terpenting dari bangsa Arab, bangsa Arab menolak dan akan melawan dengan segala cara dengan pembuangan. Rencana konferensi dekat di masa depan dibuat, tetapi tidak pernah datang ke dalam bermain karena kematian Faysal pada tahun 1933 (delegasi memilih Faysal Irak menjadi pelindung mereka dan dia setuju untuk memberikan dukungan moral dan material untuk gerakan) dan oposisi Inggris sengit. Namun, Partai Kemerdekaan 18 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 20. Arab dibentuk oleh aktivis Palestina dan Irak dari al-Fatat sebagai akibat langsung dari konferensi Yerusalem pada 13 Agustus 1932. Sebagian besar kegiatan AIP yang berpusat di bidang politik Palestina, tetapi partai juga bekerja untuk mencapai persatuan Arab dan solidaritas sebagai sarana untuk memperkuat perlawanan Arab terhadap Mandat Inggris di Palestina dan peningkatan Yahudi pemukiman terjadi di sana. Pada bulan Agustus 1933, Liga Aksi Nasionalis didirikan di Lebanon oleh kelompok berpendidikan Barat-layanan profesional sipil dengan tujuan menciptakan pasar Arab umum dan industri dasar serta penghapusan hambatan bea cukai antara negara- negara Arab. Oleh mengusulkan reformasi agraria untuk membatasi kekuasaan pemilik tanah, menghapuskan apa yang mereka anggap " feodalisme "dan mempromosikan pertumbuhan industri, LNA berusaha untuk merusak absentee tuan tanah di Levant yang cenderung untuk mendorong nasionalisme lokal dan terbuka untuk bekerja sama dengan otoritas Eropa atau pembeli tanah Yahudi. LNA menikmati popularitas sepanjang tahun 1930-an, tapi tidak bertahan sampai tahun 1940. 19 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 21. E. ARAB MEMBERONTAK SELAMA PEMBERONTAKAN 1936-39 DI PALESTINA Setelah pembunuhan pemimpin gerilya Arab Palestina, Izz al-Din al-Qassam, oleh pasukan Inggris di Ya'bad, Arab-Yahudi ketegangan di Palestina berada di klimaks. Anti-Zionis sentimen mencapai titik didih pada tanggal 15 April 1936, saat sebuah kelompok bersenjata Arab tewas seorang warga sipil Yahudi setelah mencegat mobilnya dekat desa Bal'a. Setelah orang-orang Yahudi membalas dengan menewaskan dua petani Arab yang dekat Jaffa , ini memicu pemberontakan Arab di Palestina. AIP bersama dengan tokoh-tokoh Palestina yang dipilih pemimpin yang populer dan Mufti Yerusalem , Haji Amin al-Husayni untuk memimpin pemberontakan. Para Komite Tinggi Arab (AHC), sebuah komite nasional menyatukan faksi Arab di Palestina, didirikan untuk mengkoordinasikan pemberontakan. Untuk memprotes imigrasi Yahudi, sebuah pemogokan umum dinyatakan dan boikot politik, ekonomi, dan sosial dari orang-orang Yahudi segera terjadi. Peristiwa-peristiwa di Palestina mengikuti serupa kegiatan anti-kolonial di Mesir dan Suriah yang membantu menginspirasi pemberontakan. Di Mesir, sepekan demonstrasi anti-Inggris menghasilkan pemulihan 20 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 22. konstitusi Mesir sementara di Suriah, sebuah pemogokan umum yang diselenggarakan pada bulan Januari-Februari 1936 menyebabkan negosiasi besar pada kesepakatan kemerdekaan dengan pemerintah Perancis. Penduduk Inggris membawa sikap tegas terhadap pemberontakan nasionalis di Palestina, AHC dibubarkan dan al-Husayni dipaksa ke pengasingan di Lebanon pada tahun 1937. Meskipun al-Husayni bersandar lebih ke arah nasionalisme Palestina dan Islamisme, ia berperan dalam mengatur pan- Arab Bloudan Konferensi pada tanggal 9 September 1937 di Suriah yang mengumpulkan 524 delegasi dari seluruh dunia Arab, meski al-Husayni sendiri tidak hadir. Raja Irak Ghazi adalah seorang pendukung kuat dari nasionalisme Arab. Dia meninggal dalam kecelakaan mobil pada 1939, tetapi kematiannya disalahkan di Inggris dengan Irak tentara yang setia kepadanya. Sementara itu, masyarakat nasionalis klandestin Arab dibentuk di Irak pada tahun 1938 yang kemudian dikenal sebagai Partai Nasionalis Arab (ANP). ANP biasanya membatasi diri untuk mempengaruhi peristiwa dan para pemimpin di Irak daripada mengambil memimpin gerakan nasionalis massa. Raja Ghazi dari Irak adalah salah satu pemimpin tersebut. Ghazi dimaksudkan untuk 21 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 23. membangun tentara Irak yang kuat dan secara aktif berusaha untuk lampiran Kuwait. Banyak politisi nasionalis Arab di Kuwait disediakan tempat yang aman di Irak setelah ditekan oleh kuasi-penguasa Sheikhdom, para al- Sabah keluarga (Kuwait masih wilayah Inggris pada waktu itu), yang mendukung kemerdekaan terutama setelah penemuan minyak ada pada tahun 1938. Ghazi meninggal dalam kecelakaan mobil pada tahun 1939, memicu tuduhan oleh sejumlah perwira militer bahwa ia dibunuh oleh pasukan Inggris. Pada tahun yang sama, al-Husayni tiba di Baghdad setelah melarikan diri dari Lebanon. Hal ini memberikan dorongan moral untuk dimensi pan-Arab dalam politik Irak. Perdana menteri saat itu, Nuri al-Kata dan Bupati Raja Abdul Illah, tidak pelabuhan simpati nasionalis Arab Ghazi dianut. pemimpin nasionalis Arab Rashid Ali al-Gaylani, bersama dengan al-Husayni, mendapat dukungan dari para perwira militer yang tidak puas dan pada tanggal 1 April 1941, Nuri al-Said digulingkan dalam kudeta yang dipimpin oleh al-Gaylani. Irak berada di bawah pemerintahan langsung dari tentara dengan al-Gaylani mengambil alih sebagai perdana menteri. Untuk mengatasi respon militer Inggris untuk kudeta, dia meminta dukungan dari Jerman yang sedang berperang 22 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 24. dengan Inggris dan Perancis pada saat itu, namun militer Jerman tidak datang untuk membantu pemerintah nasionalis Arab. Inggris menduduki kembali Irak Mei untuk mencegah dari bergabung dengan Axis Powers selama Perang Dunia II. Al-Gaylani dan al-Husayni melarikan diri ke Jerman, sementara perwira militer yang melakukan kudeta ditangkap dan dieksekusi. Peristiwa-peristiwa di Irak menimbulkan kemarahan dan frustrasi di seluruh dunia Arab dan Inggris mengakui pertumbuhan yang cepat dari nasionalis Arab perasaan di antara penduduk Arab. Menteri Luar Negeri Inggris, Anthony Eden, resmi menyatakan dukungan Inggris yang kuat pan-Arab hubungan dalam upaya untuk meredakan sentimen anti-Inggris di wilayah tersebut. F. HUBUNGAN DENGAN NAZISME Haji Amin al-Husayni bertemu dengan Hitler dan pejabat Nazi lainnya pada berbagai kesempatan dan mencoba mengkoordinasi kebijakan Nazi dan Arab untuk memecahkan apa yang dia yakini adalah " masalah Yahudi "di Palestina. Karena peran al-Husayni tentang kepemimpinan dan nya . asosiasi dengan pemimpin Nazi, ia didukung oleh orang banyak sebagai "Fuhrer dunia Arab" [32] [33] selama kunjungan ke Berlin pada tahun 1941 Dalam 23 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 25. salah satu pidato mufti, ia berkata: "Bunuh orang-orang Yahudi di mana pun Anda menemukan mereka-ini menyenangkan Allah ". Pada 1930, pemuda Arab kaya, berpendidikan di Jerman dan setelah menyaksikan munculnya fasis kelompok paramiliter, mulai kembali ke rumah dengan ide menciptakan sebuah "Partai Nazi Arab". Suasana dari gerakan 1930-an Arab digambarkan oleh salah satu dari para pemimpin Suriah Partai Ba'ath , Sami al-Jundi : "Kami rasis, mengagumi Nazisme, membaca buku dan sumber pikirannya. Pada tahun 1935, Jamal al-Husayni (kakak Haji Amin) membentuk Palestina Arab Partai, partai itu digunakan untuk menciptakan "fasis-gaya" organisasi pemuda, al-Futuwwa, secara resmi bernama "Pramuka Nazi". Organisasi merekrut anak-anak dan pemuda, yang mengambil sumpah sebagai berikut: "Hidup - kanan saya; kemerdekaan - aspirasi saya Arabisme - negara saya, dan ada ruang ada di dalamnya untuk setiap tetapi Arab. Dalam hal ini saya percaya dan Allah adalah saksiku. "Perhatian menyatakan Inggris di situasi di Palestina, menyatakan dalam sebuah laporan bahwa "pemuda tumbuh dan gerakan pramuka harus dianggap sebagai yang paling faktor kemungkinan untuk gangguan perdamaian." 24 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 26. G. PUNCAK DI BAWAH KEPEMIMPINAN MESIR Mesir Presiden Gamal Abdel Nasser kembali ke kerumunan orang bersorak di Kairo setelah mengumumkan nasionalisasi Terusan Suez Perusahaan, Agustus 1956 Setelah Perang Dunia Kedua, Gamal Abdel Nasser, pemimpin Mesir, adalah pemain penting dalam kebangkitan nasionalisme Arab. Berlawanan dengan kontrol Inggris dari Zona Terusan Suez di Mesir dan prihatin menjadi medan pertempuran Perang Dingin Nasser mendorong untuk pakta keamanan kolektif Arab dalam kerangka dari Liga Arab. Sebuah aspek kunci dari ini adalah kebutuhan untuk bantuan ekonomi yang tidak tergantung pada perdamaian dengan Israel dan pendirian pangkalan AS atau militer Inggris di negara-negara Arab. Nasser menasionalisasi Terusan Suez dan langsung menantang dominasi kekuatan Barat di wilayah tersebut. Pada saat yang sama ia membuka Mesir sebagai zona Perang Dingin dengan menerima bantuan dan pengiriman senjata dari Uni Soviet yang tidak tergantung pada perjanjian, basa dan kesepakatan damai. Namun, karena konotasi untuk dominasi Perang Dingin di wilayah ini, Mesir juga menerima bantuan dari Amerika Serikat, yang berusaha 25 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 27. untuk mempromosikan nasionalisme Arab muncul sebagai penghalang untuk komunisme. Pertanyaan tentang Palestina dan perlawanan terhadap Zionisme menjadi titik kumpul bagi nasionalisme Arab baik dari perspektif agama dan perspektif militer. Fakta bahwa Yahudi dipromosikan rasa agama untuk retorika xenofobia dan memperkuat Islam sebagai ciri nasionalisme Arab. Kekalahan memalukan dalam Perang Arab-Israel 1948 memperkuat Arab memutuskan untuk bersatu dalam mendukung sebuah pan-Arab yang ideal nasionalis. Dengan munculnya nasionalisme Palestina , debat berputar antara mereka yang percaya bahwa persatuan pan-Arab akan membawa kehancuran Israel (pandangan yang dianjurkan oleh Gerakan Nasionalis Arab ) atau apakah kehancuran Israel akan membawa persatuan pan- Arab (pandangan yang dianjurkan oleh Fatah ). Nasionalis Arab umumnya menolak agama sebagai unsur utama dalam identitas politik, dan mempromosikan kesatuan Arab tanpa identitas sektarian. Namun, fakta bahwa orang Arab kebanyakan Muslim digunakan oleh beberapa sebagai sebuah blok bangunan penting dalam menciptakan identitas nasional yang baru Arab. Contoh dari ini adalah Michel Aflaq, pendiri bersama dengan Salah al- 26 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 28. Din al-Bitar dan Zaki al-Arsuzi dari Partai Ba'ath di Suriah pada 1940-an. Aflaq, meskipun dirinya seorang Kristen, Islam dipandang sebagai wasiat ke "jenius Arab", dan pernah berkata "Muhammad adalah teladan dari semua orang Arab Jadi biarlah semua orang Arab saat ini akan Muhammad." Karena orang-orang Arab telah mencapai kejayaan mereka yang terbesar melalui ekspansi Islam, Islam dilihat sebagai pesan universal serta ekspresi jenius sekuler pada bagian dari orang-orang Arab. Islam telah diberi Arab suatu "masa lalu yang mulia", yang sangat berbeda dari "hadir memalukan". Akibatnya, masalah kehadiran Arab karena orang Arab telah menyimpang dari "simbol abadi dan sempurna" mereka, Islam. Orang-orang Arab yang diperlukan untuk memiliki "kebangkitan" (Ba'ath dalam bahasa Arab). Setelah kudeta militer Ba'thist di Irak dan Suriah pada tahun 1960, yang Ba'thists "memberikan kontribusi sangat sedikit untuk pengembangan semua nasionalisme-Arab, yang aslinya raison d'etre." 27 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 29. H. TOLAK Setelah kekalahan koalisi Arab oleh Israel selama tahun 1967 Perang Enam Hari-mana pemimpin nasionalis Arab Nasser berkuasa telah dijuluki al-Ma'raka al- Masiriya, (pertempuran takdir)-gerakan nasionalis Arab dikatakan telah menderita sebuah "ireversibel" geser ke arah "keterpinggiran politik". Yang dulu pro-Nasser Gerakan Nasionalis Arab, publik ditinggalkan "Nasserisme" yang mendukung Marxisme-Leninisme. Selain dari kekalahan memalukan 1967, faktor dikreditkan dengan melemahnya gerakan meliputi  penghapusan dari banyak iritasi yang memicu semangat nasionalis sebagai imperialisme dan pro-Westernism wained di dunia Arab selama 1950-an dan awal 60-an. Kehadiran Inggris di Mesir dan Irak telah dihilangkan, sedangkan Pakta Baghdad telah dikalahkan; Kepala Inggris Yordania staf, Sir John Bagot Glubb, telah dipecat pro-Barat presiden Lebanon, Camille Chamoun, telah digantikan oleh independen Chehab Fuad, dan Aljazair, mengorbankan mati juta dalam perjuangan heroik, telah menang atas kekuatan kolonial Perancis 28 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 30.  "Daerah" lampiran seperti presiden Irak Abd Al-Karim Qasim kebijakan "pertama Irak"  lampiran ke suku dan "nilai-nilai suku sangat-tertanam"  Kecurigaan dari persatuan Arab oleh kelompok- kelompok minoritas seperti Kurdi di Irak yang non- Arab, atau Syiah Muslim di Irak dan Lebanon yang takut nasionalisme Arab sebenarnya "sebuah Sunni proyek "untuk mendirikan" hegemoni Sunni "  Dengan kebangkitan Islam , yang tumbuh nasionalisme Arab menurun, dan pengikut yang sangat memusuhi nasionalisme secara umum, percaya itu tidak punya tempat dalam Islam  Kurangnya minat oleh gerakan dalam pluralisme, pemisahan kekuasaan, kebebasan ekspresi politik dan konsep demokrasi lain yang mungkin telah "menghidupkan kembali" ideologi dalam momen kelemahan. I. UPAYA PERSATUAN Pada tahun 1940, penguasa seperti Abdullah I dari Yordania dan Nuri sebagai-Kata Irak berusaha untuk menciptakan sebuah kerajaan Arab yang diperluas dibangun dari kecil negara-bangsa yang telah dibuat dalam periode 29 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 31. mandat. Mimpi Abdullah adalah untuk menjadi raja dari Suriah Raya, sementara mimpi sebagai-Said adalah untuk Federasi Fertile Crescent. Aspirasi ini, bagaimanapun, tidak populer dan bertemu dengan kecurigaan di negara-negara mereka berusaha untuk menaklukkan. Penciptaan Liga Arab dan desakan terhadap integritas teritorial dan menghormati kedaulatan masing-masing negara anggota, pembunuhan Abdullah, dan 14 Juli Revolusi melemah kelayakan politis dari ide-ide ini. Selama sebagian besar abad ke-20, persaingan antara Suriah dan Nasser di Mesir yang akan memimpin serikat menggerogoti upaya membentuk sebuah negara Arab bersatu. Pada tahun 1958, Mesir dan Suriah sementara bergabung untuk menciptakan Republik Persatuan Arab. Hal itu disertai dengan upaya untuk memasukkan Irak dan Yaman Utara di dalam serikat. Latihan ini sangat, sementara mendorong posisi Mesir di pusat politik Arab, menyebabkan melemahnya Suriah. Dengan revolusi Irak terjadi di tahun yang sama, kekuatan-kekuatan Barat takut fallouts dari nasionalisme Arab yang kuat di wilayah tersebut. Kekuatan asing tidak hanya peduli tentang kemungkinan penyebaran gerakan- gerakan revolusioner seperti di negara-negara Arab lainnya, 30 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 32. tetapi juga khawatir tentang kehilangan kontrol dan monopoli atas sumber daya alam di wilayah minyak. Namun, karena ketidakpuasan atas hegemoni Mesir dan setelah kudeta di Suriah yang memperkenalkan pemerintahan yang lebih radikal untuk kekuasaan, Republik Persatuan Arab runtuh pada tahun 1961. Amerika jangka Republik Arab terus digunakan di Mesir sampai tahun 1971, setelah kematian Nasser. Upaya lain tidak berhasil serikat terjadi pada tahun 1963. Bahwa tahun nasionalis Arab Ba'ath Partai berkuasa di Suriah dan Irak dan pembicaraan diadakan pada menyatukan dua negara dengan Mesir. 31 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 33. NASIONALISME ARAB Butuh beberapa waktu untuk cahaya untuk pergi keluar pada nasionalisme Arab, tapi generator listrik yang turun pada bulan Juni 1967. Setelah Perang Enam Hari, slide nasionalisme Arab terhadap keterpinggiran politik menjadi ireversibel. Dan apa selesai itu adalah fakta bahwa Mesir, di bawah Gamal Abdel Nasser, kalah perang. Kekalahan yang menghancurkan Mesir adalah kerugian fana nasionalisme Arab, untuk nasib nasionalisme Arab selama perjuangan, kemenangan, dan pembalikan dari 1950-an dan 1960-an tak terelakkan terkait dengan Mesir dan presiden karismatik nya. Abdel Nasser Eclipse Apakah Suriah atau Yordania, atau bahkan keduanya, kalah perang, itu tidak akan menjadi petaka besar bagi nasionalisme Arab itu terbukti. Tapi nasionalisme Arab tidak bisa bertahan penghinaan hina yang diderita Nabi mengakui nya, yang, melalui mesin propaganda nyaring dan terlalu bersemangat, telah menjanjikan kemenangan dongeng di al- Ma'raka al-Masiriya, pertempuran takdir. Memang, stasiun radio Kairo "Suara orang-orang Arab," dalam suatu tindakan membingungkan menipu diri sendiri, terus memberitakan 32 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 34. kemenangan demi kemenangan di medan perang Sinai lama setelah kekalahan ringkasan tentara Mesir. Intrinsik terkait untuk mengalahkan Mesir adalah kerugian sendiri Abdel Nasser dari karisma. Max Weber mendefinisikan kharisma sebagai "kualitas tertentu dari kepribadian individu berdasarkan yang ia terpisah dari manusia biasa dan diperlakukan seolah-olah diberkati dengan kualitas khusus yang luar biasa supranatural, super atau, setidaknya,." ini dirasakan kualitas diperbolehkan Abdel Nasser untuk menganggap kepemimpinan yang tidak terbantahkan dari barisan nasionalis Arab. Dia sendiri, sehingga diyakini, bisa menyatukan Arab dan mengalahkan musuh-musuh mereka. Halo karismatik mulai memudar setelah runtuhnya Republik Persatuan Arab (UAR) pada tahun 1961, tetapi menguap dengan kekalahan Juni 1967. Fouad Ajami menulis, Hubungan karismatik antara [Abdel Nasser] dan massa terbentuk selama hari muda terang Bandung dan Suez, hancur dengan kekalahan; varian lain lahir dari keputusasaan dan rasa kehilangan, berkelanjutan dia sampai kematiannya. Dia akan tetap berkuasa bukan sebagai pahlawan, percaya diri bersemangat, tetapi sebagai sosok yang tragis, simbol hari yang lebih baik, indikasi akan untuk melawan. 33 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 35. Kelemahan Ajami melebih-lebihkan Abdel Nasser, presiden Mesir untuk masih pemimpin Arab paling berpengaruh. Setelah semua, pada puncak perang sipil Yordania pada bulan September 1970, mana Raja Hussein dari Yordania, Yasir Arafat, dan para pemimpin Arab lainnya pergi, tetapi ke Kairo, dan Abdel Nasser, untuk menyelesaikan krisis? Namun, berpengaruh sebagai dia mungkin telah, ini Abdel Nasser akhir bukan pemimpin kharismatik yang telah satu dekade sebelumnya. Untuk domba, ia tidak lagi tampak memiliki kualitas-kualitas super tua, dan di antara para pemimpin Arab lainnya, ia sekarang, di terbaik, yang pertama di antara yang sederajat. Bahkan pengikutnya yang paling setia dan murid-murid, sekarang dibebaskan dari terus karismatik, mulai melompat kapal. Begitulah jalannya aksi diikuti oleh Gerakan Nasionalis Arab (ANM), yang sejak pertengahan 1950-an, telah mutlak terikat nasib untuk Abdel Nasser. Setelah bencana 1967, ANM secara terbuka ditinggalkan "Nasserisme" yang dicap sebagai "gerakan borjuis yang telah ditakdirkan untuk gagal," dan malah didukung prinsip-prinsip Marxis-Leninis. Perang Enam Hari adalah puncak dari sebuah string kemunduran dan pembalikan diderita oleh Abdel Nasser, dimulai dengan penolakan Irak untuk bergabung UAR tersebut. Kekalahan bukan lagi sebuah kata, melainkan telah menjadi 34 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 36. suatu budaya, menggerogoti aura Abdel Nasser dan mistik dari nasionalisme Arab. Salah satu alasan kemunduran tersebut adalah hilangnya bertahap "imperialisme" sebagai sasaran misi nasionalis Arab Mesir. Pada saat revolusi Mesir di tahun 1952, ada sangat sedikit negara-negara Arab benar-benar independen. Bahkan negara-negara seolah-olah berdaulat dengan keanggotaan di PBB, seperti Mesir dan Irak, masih memiliki basis Inggris dan personel di tanah mereka. Jadi imperialisme, yang untuk orang Arab digolongkan kolonialisme, menjadi sangat dibutuhkan "lain" untuk nasionalisme Arab. Perang salib anti-imperialis dimulai dengan serangan Mesir di mana perjanjian Baghdad, itu pindah ke semua kepentingan imperialis, proyek, dan agen yang diduga di daerah tersebut. Imperialisme adalah foil nyaman. "Kekuatan imperialis" yang luar, asing bagi daerah tersebut. Mereka telah melakukan banyak ketidakadilan terhadap orang-orang Arab, dan karena itu, "pantas" penyalahgunaan menumpuk pada mereka. Dan itu cukup banyak menyimpulkan perjuangan melawan imperialisme. Seolah banyak tentang bahasa seperti yang tentang kebijakan beton. Melemparkan hinaan di luar sekaligus tak terkalahkan sebagus mengalahkan mereka secara 35 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 37. militer. nasionalisme Arab makmur asalkan itu bisa mengucapkan slogan-slogan anti-imperialis. Pada tahun 1960-an, bagaimanapun, imperialisme telah menjadi kurang relevan. Kehadiran Inggris di Mesir dan Irak telah dihapuskan pakta Baghdad telah dikalahkan; Kepala Inggris Yordania staf, Sir John Bagot Glubb, telah dipecat; pro- Barat presiden Lebanon, Camille Chamoun, telah digantikan oleh 'independen Fu iklan Shihab, dan Aljazair, mengorbankan mati juta dalam perjuangan heroik, telah menang atas kekuatan kolonial Perancis. Abdel Nasser, sebagai kustodian dari narasi nasionalis Arab, harus mencari target baru, baru "lain" Jadi Abdel Nasser berpaling kemarahan nasionalis Arab terhadap negara-negara Arab yang ia dianggap "reaksioner." Tapi sedemikian lingkungan, dengan Arab diadu melawan Arab, tidak ada kemenangan mudah pada rak. Tidak ada kata atau istilah yang bisa menandingi kekuatan simbolik dan resonansi emosional "anti-imperialisme," dengan pemisahan konseptual Arab dari non-Arab, dari "kita" dari "mereka." Irak 'Abd Al-Karim Qasim, Raja Arab Saudi Faisal, atau kerajaan di Yaman tidak bisa dikalahkan oleh simbol- simbol saja. Pada 1967, hilangnya foil imperialis telah terkikis karisma Abdel Nasser, merusak kemampuannya dianggap membawa bagian lain dari dunia Arab ke karavan nasionalis 36 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 38. Arab nya. Ini berkurangnya simbolis aura Abdel Nasser adalah sebagai menghancurkan nasionalisme Arab sebagai kekalahan Juni 1967 militer Mesir dan Arab lainnya. Dalam kasus apapun, setelah Juni 1967, Abdel Nasser menghadapi masalah domestik yang menghebohkan yang diklaim efektif setiap sedikitpun energi dan isu-isu nasionalis Arab diturunkan ke dasar agenda. Untuk mulai dengan, ada massa tentara Israel berkemah di tepi timur Terusan Suez, berkendara tiga jam hanya 'dari Kairo. Jika komandan mereka merasa seperti membuat perjalanan, Abdel Nasser tahu bahwa dia tidak memiliki tentara untuk menghentikan mereka. Kemudian ada kondisi kepalang ekonomi yang rapuh, dibuat bahkan lebih lemah oleh strain keuangan perang dan dislokasi yang menyertainya demografis. Tugas rekonstruksi negeri itu Hercules, merampok Abdel Nasser dari setiap kecenderungan untuk melihat melampaui batas-batas Mesir penyok. Abdel Nasser, dengan bergerak menjauh dari nasionalisme Arab revolusioner dan batu ujian atas persatuan Arab komprehensif dan organik, setidaknya sebagian untuk menyalahkan untuk keunggulan pertumbuhan ideologi bersaing. Nya memperdalam ketergantungan pada dukungan finansial dari negara-negara Arab konservatif-kerajaan minyak yang sama yang telah berjuang gigi nasionalisme Arab Abdel 37 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 39. Nasser dan kuku-set segel pada kredo nasionalis Arab. Pertimbangan pragmatis melebihi kesetiaan ideologis dalam keputusan Abdel Nasser untuk mencari detente dengan kekuatan status quo di daerah tersebut. Dia mengisyaratkan perubahan sikap ini dengan menutup tombol "Suara orang- orang Arab" stasiun radio, yang begitu lama telah suara melengking nasionalisme Arab radikal. Kemudian datang pertemuan puncak Khartoum, menahbiskan nasionalisme teritorial setiap negara Arab (Wataniya) sebagai ideologi yang dominan, mengatur hubungan antar-Arab pada prinsip kedaulatan negara. Negara Sah Argumen untuk kedaulatan negara itu tidak baru, dan bahkan di masa jayanya, nasionalisme Arab harus bersaing dengan sentimen statis. 'Sati al-Husri menyuarakan frustrasi nasionalis Arab dalam pengantar sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1950. Ditulis dalam bentuk sebuah elegi, pengantar berjudul "Bagaimana Aneh": Kita memberontak melawan Inggris, kami memberontak melawan Prancis. Kita memberontak melawan orang-orang yang dijajah tanah kami dan mencoba untuk memperbudak kita. Kami mengulangi revolusi merah berkali- 38 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 40. kali, dan kami dilanjutkan dengan revolusi putih kami selama beberapa tahun. Dan untuk ini kita mengalami begitu banyak penderitaan, begitu banyak menderita kerugian, dan berkorban begitu banyak kehidupan Tapi Ketika kita akhirnya mendapatkan kebebasan kita, kita mulai menguduskan perbatasan bahwa mereka telah menetapkan setelah mereka telah membagi tanah kami. Dan kita lupa bahwa ini adalah perbatasan namun batas-batas dari "kurungan soliter" dan "tahanan rumah" yang mereka telah dipaksakan pada kami! Sebagian alasan untuk ini "pengudusan" perbatasan adalah bahwa elit politik dan ekonomi Arab mengembangkan kepentingan dalam kelangsungan hidup masing-masing negara tertentu. Tidak mengherankan, para elit yang enggan untuk menempatkan diri pada risiko demi persatuan Arab. Jadi mereka berpendapat bahwa nasionalisme Arab benar-benar hanya lisensi untuk beberapa elit untuk menggertak orang lain. Para pendukung nasionalisme teritorial juga mengandalkan pada argumen geo-politik dan budaya dalam membuat kasus mereka. Mereka bersikeras bahwa nasionalis Arab telah gagal untuk memahami bahwa meskipun berbagai negara-negara Arab mungkin menerima identitas Arab menyeluruh, geografis dan bahkan perbedaan budaya yang cukup nyata untuk 39 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 41. mencegah kesatuan organik. Dan mereka benar: penurunan nasionalisme Arab dari 1961 divalidasi argumen mereka. Irak adalah kasus di titik. Nasionalis Irak Banyak yang telah mendukung Abdel Nasser dalam perseteruan dengan pro- Perdana Menteri Inggris, Nuri as-Sa'id, yang tetap sangat waspada tentang frasa seperti "orang-orang Arab Irak." Nasserists dan Baathists henti-hentinya dipanggil itu, mengabaikan keberadaan masyarakat Kurdi non-Arab yang merupakan sekitar 20 persen dari penduduk Irak. Syiah Arab juga tidak banyak dijual di persatuan Arab, yang mereka anggap sebagai kedok untuk hegemoni Sunni. Mosaik komunal Irak Qasim diberikan kesempatan untuk menangkis tuntutan bahwa Irak bergabung UAR, bahkan pada saat ketika nasionalisme Arab tampaknya tak terbendung. Qasim dipromosikan sebuah "Irak pertama" identitas, menekankan status sejarah negara itu sebagai tempat lahir besar pra-Arab peradaban. Dia sengaja ditambahkan bintang delapan titik Akkadia Ishtar ke bendera nasional, dan juga memasukkan lambang dewa matahari Shamash pada lambang nasional Irak. Para prestise nasionalisme Arab banyak menderita karena Irak, sepanjang lima tahun Qasim aturan, mengejar kebijakan yang keras anti-serikat dan bersemangat untuk kedaulatan Irak. 40 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 42. Bahkan ketika Baath merebut kekuasaan pada tahun 1968, antusiasme mereka untuk proyek-proyek nasionalis Arab marah oleh pengakuan kebutuhan negara mereka sendiri. Sebuah resolusi pihak mengakui bahwa ada kekurangan dan kesalahan dalam pemahaman dan definisi hubungan dialektis antara (watani) tugas-tugas lokal dengan partai yang [itu] dihadapkan dan [nasionalis Arab] tugas Partai itu didorong ke arena [nasionalis Arab] dengan cara yang sebagian besar melampaui kemampuan [sebelum] banyak tugas telah dicapai pada tingkat lokal Irak seperti menstabilkan rezim dan [penuh] memecahkan masalah Kurdi. Ini tidak berarti bahwa rezim Baath Irak telah meninggalkan komitmennya terhadap nasionalisme Arab. Sebaliknya mereka merasa bahwa fokus pada Irak-mencapai beberapa bentuk harmoni politik, menghidupkan kembali perekonomian negara, pembangunan infrastruktur, dan terutama pemecahan etnis dan sektarian masalah-adalah prioritas yang lebih mendesak daripada muatan penuh terhadap persatuan Arab. Dalam menginstruksikan komite pendidikan, Saddam Hussein mengatakan: Ketika kita berbicara tentang bangsa [Arab], kita tidak boleh lupa untuk berbicara tentang orang-orang Irak Ketika kita berbicara tentang tanah air Arab, kita tidak boleh mengabaikan 41 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 43. untuk mendidik Irak untuk bangga dengan sebidang tanah di mana ia hidup [Irak] terdiri dari Arab dan non-Arab, [sehingga] ketika kita berbicara tentang tanah air yang besar [Arab], kita tidak harus mendorong-orang Arab non untuk mencari negara di luar Irak. Mungkinkah ada ekspresi yang lebih jelas tentang keinginan untuk reorientasi kompas ideologis loyalis partai, memang untuk menumbangkan keyakinan seumur hidup mereka Baath? Nasionalisme Arab tidak dibuang, tapi menghasilkan keutamaan tempat untuk nasionalisme teritorial. Saddam menunjukkan realitas: kondisi internal Irak adalah hal- hal politik. Para Baath Suriah tidak kurang terfokus pada Suriah. Ketika mereka bergegas ke Kairo setelah kudeta Baath Maret 1963 untuk membicarakan kesatuan dengan Abdel Nasser, motif mereka lebih lokal dari daerah. Mereka menyatakan nasionalisme Arab menjadi tujuan mereka, tetapi mereka mengusulkan ke proyek mereka sendiri yang sah di dalam wilayah Suriah. "Kita perlu untuk mengeksploitasi nama mulia Anda," kata seorang anggota delegasi Suriah Abdel Nasser, "itu semua ada untuk itu." Dalam pembicaraan itu, Baath Suriah, dai pendukung dari persatuan Arab yang komprehensif, bersikeras langkah-langkah otonomi sejauh luas bahwa mereka 42 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 44. akan membuat setiap serikat hampir tidak penting. Pada akhirnya, pembicaraan hanya diberikan pada Baath Suriah ruang bernapas yang mereka butuhkan untuk menetralkan semua lawan untuk memerintah mereka di Suriah-termasuk pro-Nasser elemen. Sinis manuver mereka mungkin telah, para Baath Suriah dalam kenyataannya yang mencerminkan dualitas ideologis ditenun menjadi sosio-politik kain Suriah: ketegangan antara nasionalisme Arab dan Suriah, antara memahami Suriah itu sendiri sebagai "jantung dari Arabisme" di satu sisi, dan sebagai pusat bilad Syam ("Suriah Raya") di sisi lain. Konsep yang terakhir diberikan koherensi intelektual oleh Antun Sa'ada sedini tahun 1930-an. Sa'ada dieksekusi pada tahun 1949, partainya dilarang segera sesudahnya, dan program nya tersingkir pada 1950-an oleh nasionalisme Arab kemenangan. Tapi ide tentang keunikan dan keunggulan Suriah tertentu masih ditemukan gema di sensibilitas Suriah. Sementara rasa keterpisahan tidak aktif selama tahun 1950-nasionalis Arab dekade-Suriah pengalaman pahit di bawah UAR pindah ke garis depan kesadaran Suriah. Terlepas dari retorika agung tentang persatuan Arab, pemimpin Suriah berturut-turut selalu melayani pertama dan terutama untuk kepentingan Suriah. Presiden Hafez al-Assad, yang memerintah Suriah 1970-2000, 43 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 45. tak terkecuali. Sementara menabuh genderang nasionalisme Arab di setiap kesempatan, Assad adalah seorang politikus pragmatis, bahkan Machiavellian, yang regional dan internasional kebijakan yang disesuaikan dengan kepentingan Suriah. Dan kemudian di Mesir, di rumah Abdel Nasser, dengan semua sarana yang digunakan oleh negara otoriter untuk menanamkan nasionalisme Arab ke dalam jiwa Mesir, Mesir nasionalisme tidak bisa terhapus. Pada akhir 1963, setelah hampir satu dekade bersama kampanye nasionalis Arab, Abdel Nasser menyuarakan keraguan tentang kedalaman loyalitas Arab countrymen. Mengingat kekuatan yang melekat dari perasaan "Egyptianism," itu tidak mengherankan bahwa penerus Abdel Nasser, Anwar Sadat, akan menggunakannya untuk menghindari sombong warisan pendahulunya yang menjulang itu. Sadat mulai dengan mengubah nama negara dari Republik Persatuan Arab untuk Republik Arab Mesir, "di mana 'Arab' hanya sifat dan 'Mesir' adalah kata benda." Dan kebijakan Sadat, terutama setelah Oktober 1973 perang, yang memuncak dalam perjanjian 1979 perdamaian Mesir-Israel, yang semata-mata didorong oleh pertimbangan kepentingan Mesir. Kebijakan-kebijakan ini dilakukan tanpa memperhatikan 44 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 46. sisa Arab, memang, mereka dianggap universal di dunia Arab untuk melawan kehendak Arab. Bersamaan, Sadat memulai sebuah kebijakan reorientasi budaya menuju Mesir. Hal ini terbukti pada perubahan halus dalam kurikulum sekolah, menyoroti sejarah panjang Mesir, keunggulan budaya, dan kepribadian yang unik. Pemerintah-media yang dikontrol juga menyoroti prestise Mesir dan status dalam urusan internasional. Pada akhir 1970-an, nasionalisme Mesir telah memenangkan hari di Mesir. Suku, Sekte, Islam Itu tidak hanya negara tetapi juga sub-negara identitas yang bersaing dengan nasionalisme Arab. Di sejumlah negara- negara Arab, suku, agama, dan sekte terus menjadi fokus utama dari loyalitas. Ini adalah hambatan besar untuk pertumbuhan nasionalisme Arab sebelum Perang Dunia II. Leksikon nasionalis Arab dibenci dan loyalitas seperti meremehkan. Dengan kenaikan spektakuler nasionalisme Arab pada tahun 1950, menjadi jelas ketinggalan zaman untuk memeluk identitas kesukuan atau sektarian. Tapi itu tidak berarti bahwa identitas-identitas yang dihapus dari kesadaran orang. Mereka hanya bergerak di bawah tanah. Di beberapa negara, afiliasi suku membentuk tulang punggung dukungan populer yang terlindung kepemimpinan 45 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 47. lokal dari gelombang memajukan nasionalisme Arab revolusioner. Itulah yang terjadi di Arab Saudi, di mana struktur demografi suku-berbasis berkontribusi pada stabilitas tatanan politik. Berturut-turut raja Saudi, dalam proses pergeseran loyalitas Badui dari suku ke negara, memastikan untuk bertindak dan dianggap sebagai penguasa suku. Sebagai contoh, pada tahun 1952 monarki dilembagakan majelis oleh dekrit kerajaan. Hal ini diberikan setiap subjek, dalam cara suku benar, hak akses ke keluarga kerajaan Dalam pertemuan, penguasa diharapkan untuk menyelesaikan perselisihan, mencatat keluhan, mengakui sumpah kesetiaan, mendengarkan panegyrics puitis,. Dan hanya obrolan di umum percakapan. Pandering untuk identitas suku memungkinkan penguasa Saudi untuk menahan serangan nasionalis Arab Abdel Nasser selama dekade antara tahun 1957 dan 1967. Tapi Saudi tidak berhenti di situ. Mereka juga menciptakan kekuatan militer, Garda Nasional, yang independen dari angkatan bersenjata reguler dan yang dipercayakan dengan menjaga monarki, supaya elemen Nasserist berhasil dalam infiltrasi pasukan bersenjata reguler. Kebaruan dari Garda Nasional adalah bahwa itu terdiri hampir secara eksklusif orang Badui dari suku-suku yang mendiami provinsi Najd Arab Saudi, dari mana House of Saud berasal. 46 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 48. Badui personil militer juga bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup anak muda Yordania Raja Hussein, dalam menghadapi rintangan yang tampaknya mustahil. Jordan "Legiun Arab" awalnya dibentuk untuk memerangi anarki Badui di negara baru. Dalam jenius, pendiri Legiun Arab, perwira Inggris John Bagot Glubb, memutuskan untuk memanfaatkan kualitas suka perang dari suku Badui dengan merekrut mereka ke dalam tentara. Sangat cepat, Legiun Arab menjadi kekuatan tempur yang paling disiplin di dunia Arab. Tapi satu hal yang Glubb tidak berubah adalah suku solidaritas, yang dibina setiap langkah dari cara untuk membuat Legiun Arab "penyangga Badui dari pemerintahan Hashemit." Ini tahta Hussein tentu simpan saat kudeta dicoba oleh petugas Nasserist pada tahun 1957. Uraian berikut memberikan rasa kejadian dari koneksi suku: Pada malam 13 April, Hussein menerima kunjungan dari pamannya didampingi oleh petugas Badui yang baru saja tiba dari Zerqa. Mereka membawa laporan sensasional. Pada saat itu, Hadari (non-Badui) petugas menghasut resimen tertentu untuk berbaris di Amman dan "menyelamatkan negara" dengan menangkap atau bahkan membunuh raja. [Hussein] dihadapkan Abu Nawar (pemimpin diduga kudeta) yang mengaku takjub. Hussein kemudian mengambil Abu Nawar 47 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 49. dengan dia untuk Zerqa untuk menyelidiki. Sementara itu, kegembiraan dalam Zerqa meningkat menjadi puncaknya. Perkelahian berdarah pecah antara Badui dan unit Hadari. Dalam beberapa kasus, prajurit Badui diserang dan dikurung [anti-raja] petugas. Prajurit Badui lainnya dicurahkan ke jalan Amman, bersorak [raja] dan bersumpah kematian Abu Nawar. Hussein menyapa mereka, memeluk mereka, dan bersumpah persaudaraan. Berbeda dengan ketergantungan sadar Hussein pada sambungan suku, pemerintah Irak berturut-turut mencoba untuk menghancurkan semangat kesukuan. Pada tahun 1950, nasionalis Arab Irak diremehkan tribalisme sebagai "reaksioner." Para nasionalis yang digunakan argumen yang kuat: orang-orang Arab sekali orang-orang hebat, tapi kemudian mereka memulai perjalanan yang tampaknya tak berujung dilupakan, dan ketika mereka akhirnya diaduk dari tidur nyenyak mereka di sekitar pergantian abad kedua puluh, mereka muncul ke dalam dunia yang tidak lagi mereka-dunia Barat; dunia teknologi, ilmu pengetahuan, dan kemajuan budaya yang terkait dengan modernitas. Untuk mengejar ketinggalan dengan Barat, orang Arab telah menyerap ide-ide Barat, untuk meninggalkan cara-cara lama, mengubah sudut, 48 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 50. dan mengambil rute modernitas. Dan tribalisme itu jelas bukan barang dari modernitas. Mengingat dominasi dan kekuasaan politik argumen ini dalam wacana ideologis dan politik tahun 1950-an dan 1960-an, seseorang akan berpikir bahwa tribalisme dan nilai-nilai suku akan surut tidak relevan. Namun sosiolog terkemuka Irak 'Ali al-Wardi, menulis tentang Irak pada akhir tahun 1960, memberitahu kita bahwa bahkan di kota-kota, modernisasi dangkal, banyak orang kota itu Badui di hati, dan perangkap modernitas, seperti Barat pakaian, hanya kamuflase nilai-nilai suku sangat-mendarah daging. Pada akhir tahun 1982, seorang anggota terkemuka Irak Partai Baath akan mengeluh bahwa, bersama dengan sektarianisme, sukuisme adalah "merobek kesatuan masyarakat untuk potongan." Satu dekade kemudian, setelah kekalahan Irak dalam perang Kuwait, bahwa anggota nasionalis dan seumur hidup mantan Arab dari Partai Baath, Saddam Hussein, akan menarik pada reservoir abadi nilai-nilai suku, mengangkat tribalisme ke garis depan yang sangat keprihatinan Irak politik dan ideologi . Perpecahan sektarian Irak yang dibentuk rintangan lain dalam pawai nasionalis Arab. Negara mayoritas Syiah tidak pernah mengatasi kecurigaan atas nasionalisme Arab sebagai proyek Sunni. Keluhan Syiah melawan Sunni terutama politik, 49 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 51. berkaitan dengan dominasi Sunni atas tatanan politik Irak. Syiah akan menunjuk kurangnya jumlah mereka di kalangan elite pengambilan keputusan dan dalam jajaran lembaga- lembaga administratif dan militer. Irak pemimpin seperti 'Abd as-Salam' Arif, yang mengenakan nasionalisme Arab pada-Nya lengan tapi terkenal anti-Syiah nya prasangka, hanya menambah ketegangan sektarian. Dia cenderung berpikir Syiah Irak sebagai Persia dan tidak menolak kelepasan pikiran seperti itu bahkan kepada anggota Syiah dari Partai Baath. Selain itu, tidak hanya Syiah yang menjadi target ' Arif Sunni prasangka namun umat Kristen juga. Dia pernah mengatakan kepada seorang menteri Suriah bahwa ia tidak bisa mengerti bagaimana Gerakan Nasionalis Arab (ANM) dapat memungkinkan seorang Kristen (George Habash) untuk memimpin "pemuda Muhammad." Akibatnya, antusiasme Syiah untuk persatuan Arab marah oleh rasa takut bahwa itu hanya tipu muslihat untuk membenarkan dominasi Arab Sunni. Ini tidak berarti bahwa kaum Syiah tidak percaya pada nasionalisme Arab, atau bahwa mereka tidak menganggap dirinya sebagai orang Arab. Laki-laki Syiah surat menulis beberapa keajaiban sastra Arab. Irak dari semua agama dan denominasi berbondong-bondong ke penyebab nasionalis Arab di bawah kepemimpinan Abdel Nasser pada 1950-an dan 1960- 50 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 52. an. Tapi itu tidak berarti bahwa tribalisme dan sektarianisme yang terhapus. Mereka terlalu mendarah daging menghilang, mereka hanya mundur ke dalam relung kesadaran masyarakat. Setelah nasionalisme Arab mulai menderita membalikkan dan kemunduran, dan kemampuan Abdel Nasser untuk bekerja sihir datang dipertanyakan, semua partikular, kecenderungan anti- nasional dan bahkan muncul kembali melonjak ke permukaan. Pesaing lain dengan nasionalisme Arab untuk kesetiaan rakyat adalah Islam radikal. Di satu sisi, kompetisi ini cukup mengejutkan. Sebagian besar orang Arab adalah Muslim, dan periode yang paling mulia dari sejarah Arab terjadi selama kerajaan Islam abad pertengahan yang mempesona. Demikian pula, semua Muslim, moderat atau radikal, tidak bisa tidak mengakui peran sentral dari Arab dalam agama mereka. Setelah semua, Islam lahir di Jazirah Arab, Nabi Muhammad adalah Arab, dan pesan Tuhan terungkap dalam bahasa Arab. Orang akan berpikir bahwa kedua gerakan sosial akan berbagi hubungan kerja sama. Sebaliknya, itu benar-benar bermusuhan. Nasionalis Arab, dari Husri untuk Abdel Nasser dan Michel Aflaq, pendiri dan filsuf dari Partai Baath, menerima tempat khusus bahwa Islam diduduki dalam gerakan nasionalis Arab. Tapi mereka hanya menekankan aspek-aspek Islam yang moral dan spiritual 51 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 53. dalam alam. Mereka dengan tegas menolak implikasi Islam politik dan konstitusional dan bersikeras subordinasi yang lengkap untuk nasionalisme Arab. Para nasionalis keras berpendapat bahwa itu bukan agama tetapi bahasa dan sejarah hubungan yang akan merajut bangsa Arab menjadi satu kesatuan yang kohesif. Ini adalah penghujatan belaka untuk kelompok- kelompok Muslim radikal, dan nasionalis menjadi sasaran kelompok-kelompok jihad. Konsep jihad, perjuangan suci, adalah pusat leksikon militansi Islam. Jihad akan dilancarkan melawan musuh-musuh dianggap Islam-yaitu, semua orang yang akan mencoba untuk menanamkan masyarakat Muslim dengan ide-ide asing dan menghujat, terutama yang diimpor dari Barat. Untuk kaum radikal Islam, mungkin pelanggar terbesar adalah nasionalis sekuler, yang disebarkan etnis dengan mengorbankan agama dan menganjurkan pemisahan Islam dari politik. Militansi Islam mencapai sedikit kemajuan selama tempat dan janji-janji nasionalisme Arab sekuler dipecat imajinasi populasi Arab. Tapi saat matahari terbenam pada nasionalisme, itu naik pada militansi Islam. Ini tidak berarti bahwa tidak ada oposisi Islam terwujud dalam tahun 1950-an dan 1960-an, ada. Tapi potensinya, baik secara objektif dan di 52 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 54. mata orang-orang itu menantang, mengambil langkah raksasa setelah tahun 1967, seperti nasionalisme merawat luka fatal. Dalam tiga dekade terakhir abad kedua puluh, Islam radikal menjadi kekuatan oposisi utama untuk pemimpin Arab. Para Islamiyyun (sebagai radikal Islam yang disebut sendiri) dipasang tantangan untuk pemerintah Arab di seluruh Timur Tengah, terutama terhadap pemerintah Baath di Irak pada akhir tahun 1970, yang Baath lainnya di Suriah pada 1980-an, kepemimpinan sekuler Aljazair pada 1990-an, dan berturut- turut pemerintah Mesir selama semua tiga dekade. Peremajaan Islam sebagai alternatif politik radikal kehilangan nasionalisme apapun kesempatan pemulihan mungkin punya setelah tahun 1967. Nasionalisme Arab menemukan dirinya terjepit dari arena politik oleh dominasi nasionalisme negara di tingkat resmi, dan Islam radikal pada tingkat populer. Defisit Demokrasi Mengapa jatuh nasionalisme Arab mangsa sehingga mudah untuk kekuatan-kekuatan politik lainnya yang muncul? Bagaimana bisa sebuah ideologi, yang dulu begitu perkasa, runtuh dan hancur karena kemunduran beberapa? Did Arab nationalism, while projecting an image of invincibility, actually lack inner strength and vitality? 53 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 55. Apakah nasionalisme Arab, sementara memproyeksikan gambar tak terkalahkan, sebenarnya kurangnya kekuatan dan vitalitas? Pertanyaan-pertanyaan ini telah diminta berkali-kali, dan banyak jawaban telah diberikan. R. Stephen Humphreys mengisyaratkan mungkin jawaban yang paling menarik: Pemikir nasionalis Arab telah melihat masalah krusial yang dihadapi mereka dan orang mereka sebagai salah satu identitas ketimbang sebagai salah satu lembaga. Pertanyaan itu, yang seorang Arab, bukan bagaimana orang-orang Arab membangun kehidupan politik umum dan institusi yang efektif dari pemerintah? Sangat sedikit penulis bertanya serius bagaimana [memproyeksikan Arab] negara akan dibentuk, bagaimana hubungan antara wilayah-wilayah yang banyak yang berbeda itu harus didefinisikan, dan bagaimana kelompok-kelompok sosial yang berbeda akan diwakili dalam sistem politik. Meskipun Humphreys tidak mengejanya keluar, apa yang tersirat di sini adalah bahwa ketidakmampuan nasionalisme Arab untuk bertahan hidup kemunduran politik setidaknya sebagian karena keengganan kustodian untuk menciptakan lembaga-lembaga demokrasi bisa diterapkan. 54 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 56. Sistem otoriter meningkatkan pemimpin politik mereka untuk posisi dominasi atas struktur hukum-kelembagaan, meninggalkan legitimasi sistem politik dan nilai-nilainya bergantung hanya pada kredibilitas pemimpin. Jadi, ketika seorang pemimpin otoriter jatuh, ideologi sistem dan nilai-nilai menjadi rentan, karena mereka tidak didukung oleh pengaturan konstitusional independen dari pemimpin. Dalam demokrasi, kepala eksekutif memperoleh otoritas mereka dari legitimasi konstitusional sistem politik. Sistem demokrasi dan nilai-nilai mereka melampaui kepribadian, kebijakan, dan kelangsungan hidup para pemimpin politik mereka. Diktum Eropa lama, raja ini mati, lama tinggal raja, dilambangkan legitimasi prosedural. Kemudian, dengan penyebaran demokrasi yang populer, diktum akan memperoleh substansi konstitusi dengan menandakan legitimasi lanjutan dari lembaga-lembaga politik, terlepas dari pemimpin mereka. Nasionalisme Arab beroperasi di seluruh hari kemuliaan dalam lautan otoritarianisme, dan ini terjadi bukan karena beberapa keadaan malang. Memang, nasionalisme cara yang sangat Arab didefinisikan dan dikembangkan menyumbang ketiadaan demokrasi. Dan ketika nasionalisme akhirnya runtuh, ada beberapa lembaga yang berharga untuk datang untuk menyelamatkan nya. 55 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 57. Prinsip-prinsip nasionalisme Arab, yang dirumuskan oleh 'Sati al-Husri, mencerminkan ide-ide abad kesembilan belas nasionalisme budaya Jerman. Untuk pemikir nasionalis Jerman, pemersatu bangsa adalah tujuan tertinggi dan tindakan suci, yang mengharuskan subordinasi akan individu untuk akan nasional. ide kebebasan atau kebebasan adalah gangguan, dan ketika mereka bertentangan dengan nasional akan, mereka telah harus ditekan. Bagaimana lagi sejarawan terkemuka Jerman, Heinrich von Trietschke, membenarkan aneksasi pada tahun 1871 penduduk berbahasa Jerman dari Alsace, mayoritas dari mereka ingin tetap politik di Perancis? "Kami menginginkan," tulis Trietschke dengan nada dingin, "bahkan bertentangan dengan kehendak mereka, untuk mengembalikan mereka kepada diri mereka sendiri." Nasionalisme Inggris dan Prancis tanggapan ideologis untuk upaya masyarakat adat untuk meliberalisasi negara absolut dan menciptakan masyarakat liberal dan berbudi luhur. Nasionalisme Jerman, sebaliknya, berusaha untuk tidak Aman pemerintahan yang lebih baik, kebebasan individu, dan proses hukum, tapi untuk mengusir penguasa asing dan untuk mengamankan kemerdekaan nasional. Kata kebebasan tidak berarti terutama, seperti yang dilakukan untuk orang-orang barat penegasan hak-hak individu terhadap pemerintah, tetapi 56 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 58. kemerdekaan bangsa melawan kekuasaan asing Ketika orang- orang barat berusaha untuk regenerasi, mereka terutama yang bersangkutan dengan kebebasan individu. Di pusat dan timur Eropa permintaan untuk regenerasi sering berpusat pada kesatuan dan kekuatan kelompok Ini adalah warisan intelektual yang di atasnya dibangun Husri teorinya tentang bangsa Arab. Nasionalisme Arab, sampai penurunan akhir akhir abad kedua puluh, terus untuk mewujudkan prinsip-prinsip nasionalisme budaya Jerman. Nasionalis Arab menganjurkan peremajaan bangsa Arab, kesatuan politik, sekularisme, dan kedaulatannya. Namun nasionalis Arab, diresapi dengan ide-ide liberal nasionalisme budaya, hampir tidak ada katakan tentang kebebasan pribadi dan kebebasan. Husri pernah berkata bahwa bentuk pemerintahan yang tidak menarik bagi dia perhatian publik harus fokus pada masalah kesatuan: itu [adalah] tugas nasional setiap orang Arab untuk mendukung pemimpin yang mampu mencapai persatuan Arab. Pada kesempatan langka ketika para pendukung nasionalisme Arab disebutkan kebebasan pribadi, itu untuk membuatnya bersyarat dengan baik bangsa sedang. Dalam kata-kata Husri dirinya sendiri: "Patriotisme dan nasionalisme sebelum dan di atas semua bahkan di atas dan sebelum 57 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 59. kebebasan" Husri pesan ini ditujukan terutama pada mereka yang berbahasa Arab orang-orang yang tidak berbagi pandangan, dan yang mungkin kurang dari terang benderang dengan kegembiraan pada prospek yang disebut Arab. Respon Husri adalah tanpa kompromi: Dalam situasi yang harus kita katakan: "Selama [Arab] tidak ingin menjadi orang Arab, dan selama ia meremehkan Arabisme, maka ia bukan orang Arab."Dia adalah seorang Arab apakah ia ingin menjadi satu atau tidak. Apakah bodoh, acuh tak acuh, undutiful, atau tidak setia, ia adalah seorang Arab, tetapi Arab tanpa perasaan atau kesadaran, dan mungkin bahkan tanpa nurani. Husri tidak menawarkan pengobatan spesifik metode yang "Arab tanpa nurani" akan, dalam kata-kata Trietschke itu, "dikembalikan ke diri mereka sendiri."Michel Aflaq tidak begitu malu. Aflaq, yang tulisan-tulisannya menanggung pengaruh jelas dari ide-ide Husri itu, terang diidentifikasi "kekejaman" sebagai instrumen yang paling diandalkan untuk efek transformasi yang diinginkan: "Ketika kita kejam kepada orang lain, kita tahu bahwa kekejaman kami adalah dalam rangka untuk membawa mereka kembali ke mereka diri sejati, yang mereka tidak mengetahui."Memang, kekejaman Aflaq 58 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 60. didefinisikan sebagai aspek dari kasih nasionalis bagi umat- Nya. Keyakinan nasionalis Husri yang telah terbawa ke tahun 1950-an dan 1960-an, menjadi slogan dari longsor nasionalis. Pada saat itu, nasionalisme budaya Arab telah muncul menang atas ideologi dan identitas lainnya bersaing, menangkap hati dan pikiran yang nasionalis generasi dasarnya, generasi yang sungguh-sungguh percaya pada nasionalisme Arab sebagai obat mujarab dimana masa lalu yang berkilauan akan berubah menjadi masa depan yang gemilang . Tapi itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Tugas ke depan itu penuh dengan kesulitan dan rintangan yang tak terhitung. Kekuatan asing masih menguasai sebagian besar tanah Arab. Ada divisi politik ke banyak negara, artifisial diciptakan (jadi nasionalis percaya), tapi jelas mendapatkan penerimaan dan legitimasi dengan berlalunya waktu. Dan ada orang-orang identitas daerah, sektarian, dan suku, yang nasionalis Arab melihat sebagai produk dari "kesadaran palsu," didorong dan diabadikan oleh para kolonialis dan imperialis. Ini adalah menjadi perjuangan titanic, dan sebagai nasionalis memulai atasnya, mereka tidak sabar untuk kata-kata seperti kebebasan, kebebasan, dan demokrasi. Apa yang perlu ada di sana untuk mendengarkan sudut pandang yang lain, untuk 59 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 61. berdebat sebaliknya suatu perspektif? Apakah itu tidak menjadi gangguan, pengalihan dari program perjuangan? Apakah semua orang Arab tidak bersatu dalam satu usaha suci mereka untuk efek kesatuan organik dari tanah mereka dan rakyat mereka, an untuk membebaskan mereka di dominasi Barat? Bagaimana d bisa ada posisi bertentangan dengan itu? Kebebasan-Dari Barat Otoritarianisme intelektual Husri merasuki jiwa nasionalis dan diperkuat oleh situasi politik era. Generasi nasionalis tahun 1950-an dan 1960-an datang untuk percaya sungguh-sungguh bahwa Barat akan sengaja dan secara efektif menghalangi tujuan nasionalisme Arab, bahwa itu akan melihat visi nasionalis dari bangsa Arab yang independen dan tegas sebagai langkah yang berbahaya terhadap kepentingan ekonomi dan politik Barat di daerah tersebut. Perjuangan nasionalis, karena itu, menjadi dasarnya perjuangan melawan Barat. Di tengah-tengah ini memfermentasi nasionalis muncul Abdel Nasser karismatik. Ia difitnah Barat sebagai khianat "lainnya," musuh yang abadi dari Arab, hambatan bertekad untuk kemajuan mereka. Dalam pidato berapi-api, Abdel Nasser mengingatkan orang Arab terus sejarah yang mulia dan superioritas militer mereka dan intelektual di Barat. Semua frase menangkap nasionalisme budaya Husri ada di sana: 60 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 62. kemuliaan warisan Arab, keunggulan dan orisinalitas nenek moyang mereka, kekuatan luar biasa dari orang-orang Arab ketika mereka bersatu, kelemahan mereka berikutnya ketika mereka bertengkar dan dilarutkan ke dalam entitas kecil , dan kebutuhan untuk bersatu sekarang untuk bebas dan kuat lagi. Dalam menjanjikan kebebasan Arab, Abdel Nasser bergema konsepsi Husri itu, itu bukan kebebasan pribadi dan kebebasan, lebih tepatnya, itu adalah kebebasan dari dominasi Barat. Demokrasi liberal tidak punya tempat dalam tatanan baru. Abdel Nasser tidak menawarkan itu, ia meremehkan itu. "Pemisahan kekuasaan," ia pernah berkata, "tidak lain adalah sebuah penipuan besar, karena benar-benar ada hal seperti pemisahan kekuasaan." Namun begitu pula banyak nasionalis di hari-hari memabukkan meminta demokrasi, apalagi permintaan itu. Tradisi intelektual liberal nasionalisme budaya, digabungkan dengan perjuangan anti-Barat, yang mencapai puncaknya pada 1950-an dan 1960-an, dibenarkan sentralisasi kekuasaan di benak sebagian besar orang Arab, dan memberikan kontribusi terhadap munculnya populer Abdel Nasser, populis, dan otoriter memerintah. Partai Baath, pemimpin lain dari pawai nasionalis Arab, mengikuti rute yang paralel. Penjaga ideologi Baath memfokuskan energi intelektual mereka pada "persatuan Arab" 61 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 63. dan "anti-imperialis perjuangan" tetapi mengatakan sedikit tentang lembaga-lembaga demokratis. Sementara konstitusi Partai Baath itu menegaskan prinsip kedaulatan rakyat dan dukungan Baath untuk sistem konstitusional, juga memberikan partai Baath peran sentral dalam menentukan lingkup dan tingkat kebebasan politik. Sejak awal, ide-ide Aflaq yang diberkati dengan "regangan statis yang kuat [yang] individu realisasi-diri [akan] berasal dari partisipasi dalam kehendak umum masyarakat." Kebebasan akan dikaitkan dengan perjuangan melawan imperialisme daripada dengan kebebasan individu. Orientasi liberal akan diperkuat selama godaan partai dengan kekuatan politik pada tahun 1950 dan awal 1960-an. Dalam keenam partai nasional kongres pada tahun 1963, Partai Baath akhirnya dan secara tegas menolak gagasan liberal parlementer, bukan mengemban konsep Soviet sentralisme demokratis, berdasarkan peran partai sebagai institusi "pelopor" politik di negara. Kemalangan demokrasi liberal di dunia Arab itu diperparah oleh hubungannya dengan kekuatan-kekuatan pro- Barat di daerah tersebut. Untuk nasionalis, bukan hanya Israel yang adalah "boneka" Barat, tetapi juga (dan mungkin lebih menyakitkan untuk perjuangan nasionalis) elit tradisional Arab. Para nasionalis menuduh bahwa para elit, di Arab Saudi, 62 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 64. Libanon, Yordania, dan pra-republik Mesir dan Irak, bergantung sepenuhnya pada kekuatan-kekuatan Barat untuk kelangsungan hidup mereka. Para elite tradisional melakukan penawaran Barat di daerah itu, dengan imbalan patronase Barat dan perlindungan. Tema sentral dari serangan Abdel Nasser melawan "musuh-musuh nasionalisme Arab" adalah hubungan mereka dirasakan dengan imperialisme Barat. Mesin propaganda luas dan selalu lapar dengan cepat mengambil isyarat itu. Mereka melancarkan kampanye tak kenal lelah dan kejam terhadap teman-teman Arab Barat, label mereka semua sebagai "antek-antek imperialisme" Para pemimpin Irak monarki tidak punya hak untuk berbicara tentang urusan negara mereka sendiri karena mereka berbicara "atas nama imperialisme Barat" Presiden Kristen Lebanon tidak punya hak untuk berbicara atas nama Kristen Arab karena ia"bawahan Barat" Adapun Raja Hussein dari Yordania, Mesir propaganda menakutkan mengingatkannya pada pembunuhan kakeknya oleh Palestina, dan kemudian memungkinkan dia untuk merenungkan pertanyaan retoris: "Apakah imperialisme menyimpan [Anda] kakek dari akhir di tangan rakyat "? Hal ini antipati terhadap imperialisme Barat diterjemahkan ke dalam permusuhan tidak hanya dengan kebijakan Barat tetapi juga untuk lembaga-lembaganya. 63 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 65. Sejumlah pro-Barat negara-negara Arab telah mengadopsi sistem parlementer, model sistem politik Inggris atau Perancis. Mesir, Irak, dan Yordania punya parlemen dan dewan legislatif sejak 1920-an, dan Suriah dan Libanon dilembagakan mereka segera setelah mereka memperoleh kemerdekaan mereka setelah Perang Dunia II. Pada paruh kedua 1940-an dan awal 1950-an, semua negara-negara ini telah bereksperimen dengan berbagai bentuk multi-partai politik. Memang, mereka bukan demokrasi liberal yang berarti benar kalau dinilai berdasarkan standar Barat. Ada kasus pemilu dicurangi, pelecehan partai oposisi, lembaga hukum darurat, dan sejenisnya. Tapi, ketika semua dikatakan dan dilakukan, sistem ini masih jauh lebih terbuka dan jauh lebih sipil daripada yang kemudian dilembagakan oleh generasi nasionalis. Ambil kasus pers di Mesir dan di Irak. Dalam pra- revolusioner Mesir, Kairo membual harian empat belas dan dua puluh tiga mingguan, dan Alexandria, kota kedua terbesar di Mesir, telah empat belas dan tujuh harian mingguan. Semuanya baik milik swasta maupun milik partai politik, yang dibuat untuk pers bersemangat dan freewheeling. Di Irak monarki, satu tahun sebelum kudeta militer 1958 yang menggulingkan monarki dan menciptakan sebuah pemerintahan nasionalis, non-pemerintah empat belas surat kabar diterbitkan di 64 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 66. Baghdad, lima di Mosul, dan empat di Bashrah. Sementara pemerintah terkadang akan melarang surat kabar untuk sebuah serangan terutama yang jahat, larangan itu biasanya akan berlangsung selama jangka pendek dan kertas mestinya akan muncul. Setelah revolusi nasionalis Mesir dan Irak, tekan berada di bawah kontrol pemerintah ketat, dan di kedua negara beberapa negara milik harian diterbitkan, dibedakan satu sama lain hanya dengan nama di halaman depan. Hal yang sama diadakan untuk partai politik. Benar, pada era pra-Nasserist, konsep partai politik yang kompetitif bukanlah universal dihormati atau seragam diterapkan. Namun generasi nasionalis di tahun 1950-an dan 1960-an berusaha untuk mendelegitimasi konsep itu sendiri. "Nasionalisme Arab exterminates partai politik Barat!" Ini adalah salah satu slogan favorit diteriakkan oleh perusuh dan demonstran yang merayakan kematian monarki Irak pada Juli 1958. Tidak perlu untuk pihak yang berbeda dengan visi yang berbeda karena semua orang Arab seharusnya ditaati satu mempersatukan visi- yaitu syahadat, nasionalis. Tapi partai-partai lebih merusak belum: mereka akan merusak barisan nasionalis, mereka akan menabur perpecahan di jajaran Arab, mereka akan menjadi kolom kelima untuk kekuatan-kekuatan luar serakah. Abdel Nasser menyatakan 65 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 67. bahwa partai-partai ini tidak akan pernah bawahan kepentingan mereka sendiri untuk kepentingan umum, khususnya di dunia berkembang, masih menderita dari perpecahan sosial dan dominasi asing. Oleh karena itu, jika partai politik masih dimungkinkan di Mesir, Abdel Nasser memperingatkan, mereka akan bertindak hanya sebagai agen untuk intelijen dari berbagai kekuatan imperialis. Baath penulis dan aktivis menggemakan sentimen ini, menunjukkan kebencian terhadap sistem multipartai Barat yang diilhami. Dalam arti, posisi Abdel Nasser dan Partai Baath pada dasarnya perpaduan dari unsur eksistensial anti-Westernism dengan warisan intelektual nasionalisme budaya. Hasilnya adalah penghapusan sistem multipartai dan penggantian mereka dengan lembaga-lembaga politik kesatuan, yang fungsinya tidak lebih dari mobilisasi massa. Selama nasionalisme Arab mendominasi lanskap politik dan psikologi, membayar harga tidak untuk kecenderungan otoriter, dan karisma sendiri Abdel Nasser membantu untuk melegitimasi mereka. Tetapi sebagai membalikkan diatur dalam, yang mencapai klimaksnya dalam kegagalan perang tahun 1967, nasionalisme Arab berdiri telanjang. Representasi dan partisipasi politik, kebebasan berekspresi, dan aturan hukum-semuanya sayangnya tidak ada- 66 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 68. mungkin menghidupkan kembali ideologi yang sakit. Tetapi pasca-1967 para pemimpin Arab, sementara mereka berbagi kelaparan Abdel Nasser untuk aturan yang absolut, tidak memiliki terus karismatik pada rakyat. Di bawah mereka, otoritarianisme menjadi semakin keras dan lebih brutal. Totalitarianisme tak kenal ampun ini "nasionalis" pemimpin lebih lanjut akan mengasingkan orang dari nasionalisme Arab. Pengalihan Generasi Ide-ide politik membuat realitas mereka sendiri. Sering bertentangan dengan logika, mereka memegang laki-laki dan pada gilirannya diselenggarakan oleh mereka, menciptakan dunia dalam citra mereka sendiri, hanya untuk bermain sendiri keluar pada akhirnya, terbelenggu oleh masalah rutin tidak diramalkan oleh mereka yang berputar mitos, atau hidup masa lalu utama mereka dan berhenti untuk memindahkan orang cukup. Jadi dengan nasionalisme Arab. Banyak faktor militated terhadap keberhasilan yang terus menerus. Banyak dari mereka internal untuk wilayah lain eksternal untuk itu. Beberapa melekat dalam ideologi yang sangat nasionalisme, yang lain muncul sebagai konsekuensi tak terduga dari perkembangan sejarah. Pada akhirnya, sebagai gagasan dan ideologi, nasionalisme Arab lari nya saja, pada akhirnya gagal 67 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 69. karena tidak bisa memenuhi janjinya untuk membawa tentang kesatuan dari orang-orang Arab. Pada akhir abad kedua puluh, nasionalisme Arab saat telah kehilangan semangat dan arah politik, ketika orang tidak lagi percaya pada kemungkinan persatuan Arab yang komprehensif, dan ketika nasionalisme Arab telah diambil alih oleh kekuatan lain dan ideologi, orang cenderung melupakan keagungan itu semua R. Stephen Humphreys menulis, Dari semua ideologi yang telah dimainkan di panggung Timur Tengah di abad ke-liberalisme borjuis, Marxisme, Islamisme-tidak memiliki dampak yang lebih besar baik di dalam kawasan dan di seluruh dunia, tidak ada harapan lebih bersemangat dan kecemasan, dari nasionalisme Arab. Penjelajah Inggris, Freya Stark, bepergian di Irak pada 1930-an, ingat satu semi-terpelajar Arab yang menceritakan:"? Apa yang kita hidup, jika bukan kata-kata yang diucapkan dari kita saat kita mati" Gagasan, tidak tidak seperti orang (baik mati atau masih hidup) harus dinilai dengan apa yang mereka capai di utama mereka. Nasionalisme Arab, di masa jayanya, tampaknya telah diberikan banyak hadiah pada anak-anaknya: kemerdekaan dari luar, langkah-langkah terarah ke jalan untuk modernitas sosial dan ekonomi, rasa harga diri setelah bertahun-tahun kolonisasi, satu set kata-kata dan frase yang 68 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 70. memungkinkan orang-orang Arab untuk menceritakan sejarah mereka sendiri, dan keyakinan tinggal dalam kemampuan Arab untuk menyapu menyingkirkan semua ragu dan penentang yang memblokir jalan untuk kemajuan. Terlalu lama, orang-orang Arab telah mendekam di bawah kontrol asing, menderita rasa rendah diri tak henti- hentinya sangat khas dari orang yang tidak tuan rumah mereka sendiri. Tentu, mereka mencari solusi untuk menyamakan skor. Tidak sampai gelombang nasionalis Arab tahun 1950-an dan 1960-an melakukan Arab memperoleh kepercayaan dalam kecakapan mereka sendiri untuk percaya bahwa mereka bisa berdiri dengan penjajah perkasa. Orang Arab telah menjadi terbiasa dengan pipi yang lain, bukan karena kemurahan hati tapi keluar dari penyerahan dan rendah diri. Sekarang, selama dekade nasionalis, mereka bisa berdiri, dihitung, dan menampar kembali. Dalam arti inilah regenerasi kepercayaan diri Arab, sebuah revitalisasi semangat Arab, itu hadiah nasionalisme Arab terbesar dan paling abadi prestasi. Tapi seperti sebuah dinasti besar yang jatuh pada masa- masa sulit, membawa kehancuran di belakangnya, nasionalisme Arab dikenang lebih kekurangan ketimbang prestasi. Hal ini diingat untuk bencana dari, perang 1967 kegagalan untuk menyembuhkan perpecahan Arab, ketidakmampuan untuk 69 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 71. datang ke bantuan anak-anak Palestina nya, retorika berlebihan dan tak berarti, terutama dibandingkan dengan tindakan yang sedikit. Pada akhir abad kedua puluh, banyak orang Arab melihat nasionalisme Arab bukan sebagai cermin yang memungkinkan mereka untuk mengintip ke masa lalu yang mulia dan mengumpulkan kemungkinan masa depan, tetapi sebagai cermin yang pemimpin politik telah berubah pada orang-orang mereka sendiri, membutakan mereka dengan kosong janji-janji dan mencegah mereka dari melihat wajah sejati dan kepalang kekalahan. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa analis telah mendeteksi munculnya jenis baru Arabisme-ikatan spiritual dan politik yang berkembang secara independen dari lembaga negara, khususnya di kalangan elite intelektual Arab. Dan memang, orang dapat dengan mudah mengumpulkan Arabist ini sentimen dari editorial dan pelaporan di bagian-bagian dari media Arab yang berada di Eropa, di luar kendali pemerintah Arab. Bagaimana ini "Arabisme baru" mungkin mengembangkan tidak pasti. Sejauh ini, bagaimanapun, tidak sebesar banyak. Ini adalah keturunan dari media nasionalis, tetapi telah menemukan gema kecil di antara orang-orang. Dalam sejumlah isu terbaru yang paling nasionalis koran, al-Quds al-Arabi, 70 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 72. editor memarahi pemimpin Arab dan orang-orang untuk "impotensi" mereka dalam menghadapi ancaman Israel dan Amerika terhadap Irak, kontras ini dengan banyak demonstrasi di ibukota Eropa. "Berapa banyak ribuan lainnya mati [di Palestina]," keluhnya dalam satu editorial, "sebelum kita dapat menyaksikan satu demonstrasi di jalanan Arab atau di balik tembok sebuah universitas atau masjid?" Kebenaran adalah bahwa ini Arabisme baru akan tetap efektif asalkan tidak diterjemahkan ke dalam perbuatan. Merajuk jauh di kafe-kafe tidak mengukur sampai hawa nafsu yang kacau yang ditimbulkan oleh letusan populer dari generasi nasionalis dua atau tiga dekade sebelumnya. Ini tidak berarti bahwa orang Arab saat ini tidak merasa kuat tentang isu-isu tertentu "Arabist". Ini hanyalah bahwa membiarkan sentimen- sentimen Arabist untuk menghaluskan semua kepentingan lainnya bersaing dan keprihatinan sekarang menjadi sesuatu dari masa lalu, sebagai misterius dan kuno sebagai nasionalisme Arab itu sendiri. Adeed Dawisha adalah profesor ilmu politik di Universitas Miami, Ohio. Artikel ini didasarkan pada sebuah bab dari bukunya, Kebangkitan dan Kejatuhan Nasionalisme Arab (Princeton University Press, akan terbit pada Januari 2003) 71 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 73. NASIONALISME ARAB SEBUAH CITA-CITA BANGSA ARAB 1. LATAR BELAKANG Orang-orang Arab memainkan peren yang sangat penting dan berarti bagi peradaban Byzantium selama zaman pertengahan. Sebab, merekalah penyebar tradisi budaya Yunani-Romawi. Lebih dari itu, mereka juga melakukan kreasi-kreasi atas tradisi original Yunani- Romawi. Kepemimpinan berlangsung dari abad VIII hingga awal abad XIV. Selama enam abad itu peradaban Eropa sangat berhutang kepada umat muslim. Arab merupakan kawasan yang sangat menarik dimana daerahnya terdiri dari kawasan gurun pasiryang luas dan panas. Disana sini terdapat oase-oase yang banyak ditumbuhi tanaman palm. Bangsa Arab hidup berpindah- pindah dari satu tempat ketempat yang lainnya untuk mencari daerah yang subur dan ditumbuhi oleh stepa atau padang rumput. Padang rumput diperlukan oleh bangsa Arab untuk mengembalakan ternak mereka yang berupa domba, dan unta serta kuda, sebagai binatang ungulan. Dalam perkembangannya Arab telah menjadi sebuah negara setelah pengaruh islam masuk dan berkembang kedalam kebudayaan masyarakat Arab. Islam 72 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 74. adalah agama yang diwahyukan oleh Allah kepada Muhammad dan telah menjadi suatu kepercayaan atau doktrin yang mengajarkan bahwa Tuhan adalah asas rohani tertinggi dari segala kehidupan yang ada. Nasionalisme Arab muncul setelah suku bangsa menyadari atau disadarkan oleh Islam bahwa mereka merupakan satu dari kesatuan bangsa yang memiliki satu bahasa, satu kebudayaan, satu sejarah, satu nasib dan satu bangsa yang ingin menjadi bangsa yang berjaya dan terbebas dari tekanan bangsa Romawi. POTENSI NASIONALISME ARAB SETELAH ISLAM A. KEBUDAYAAN Dalam bidang kebudayaan Arab Islam mencakup beberapa aspek, yaitu: 1. Bahasa Bahasa yang dipergunakan dalam keseharian bangsa Arab adalah bahasa Arab itu sendiri hal ini merupakan suatu ciri dari keragaman bangsa Arab. Bahasa Arab juga dipergunakan sebagai bahasa didalam penyampaian ajaran Islam seperti kitab suci Al-Qur’an. 2. Agama 73 Untuk kalangan peribadi Man/02/11
  • 75. Sebelum Islam agama orang-orang Arab bermacam- macam, antara lain yang terkenal adalah penyembahan terhadap berhala atau paganisme. Hingga pada akhirnya Islam muncul menjadi suatu kepercayaan yang menyatukan seluruh bangsa Arab walaupun sebenarnya Islam bukan hanya diperuntukan bagi bangsa Arab melainkan untuk seluruh umat manusia yang percaya dan bertakwa kepada Allah s.w.a. 3. Pendidikan Pendidikan Agama merupakan sesuatu hal yang sa- ngat penting bagi para murid, dimana mereka didorong untuk mempelajari, menghayati dan kemudian mengamal- kan ajaran-ajaran yang terkandung didalam Islam. 4. Seni Seperti halnya segi-segi lain dalam peradaban Arab, seni mereka sebagian diadopsikan dari seni suku-suku yang mereka taklukan. Dalam seni mereka hadirlah unsur-unsur Syria, Byzantium, Persia, Mesir dan Romawi. 5. Kesusastraan Arab Dengan berinpirasi dari Al-Qur’an, dunia Arab menghasilkan karya-karya sastrayang mengagumkan, misalnya Rubaiyat-nya Omar Khayyam, yang dapat disejajarkan dengan karya-karya sastra besar dunia lainnya. 74 Untuk kalangan peribadi Man/02/11