1. Seorang ibu menceritakan penyesalannya setelah kehilangan putranya satu-satunya, Santi, pada hari Natal setahun yang lalu. Ibu menghukum Santi karena marah ketika anak itu tidak menuruti perintahnya untuk tinggal di rumah. Hujan deras membuat Santi kedinginan dan akhirnya meninggal di luar gubuk mereka. 2. Ibu menemukan secarik kertas dari Santi yang berisi ucapan selamat ulang
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
Monolog Natal 2014
1. 1.
MONOLOG NATAL 2014
"Happy Birthday To Me"
(MENGALUN LAGU WHITE CHRISTMAS, SEORANG IBU MASUK DAN
MEMEGANG SEBUAH BONEKA KUMAL MENGELUSNYA KEMUDIAN MULAI
MENANGIS PERLAHAN DAN MERATAP)
IBU
Santi anakku... maafkan ibumu nak...
(mengusap air mata)
Sudah setahun berlalu... Natal tahun lalu nak ibu
kehilanganmu ...
(menatap jemaat)
Akulah ibu terjahat di dunia ini...
(terisak)
Hari itu aku ingat kami tidak punya uang tapi aku ingin
Santi bisa mengalami Natal yang indah seperti anak anak
lain... aku berniat menjual cincin kawinku harta
terakhir yang kupunya peninggalan almarhum suamiku...
aku ingin membelikannya boneka ini sebagai hadiah
Natal.
Sudah 2 tahun Santi anakku selalu berdiri di depan toko
mainan di ujung jalan dan menatap boneka ini. Aku
melihat matanya bercahaya saat mengelus boneka ini dari
balik kaca etalase.
(tersenyum kecil)
Kami memang terlalu miskin... jangankan membeli boneka
untuk makan saja kami susah... Hari itu aku menyuruhnya
tinggal di rumah aku menjual cincinku dan membeli
boneka ini... tapi saat aku pulang pintu gubuk kami
tidak terkunci, santi tidak ada di dalam...
Aku sangat geram dan marah...saat aku sedang susah
hanya diminta tinggal di rumah saja dia tetap bermain
dengan teman-temannya. Aku harus memberinya hukuman...
kukunci pintu gubuk dan aku pergi ke pasar menawarkan
tenagaku untuk membantu para pedagang.
Hari itu seingatku hujan sangat lebat dengan petir yang
menggelegar... kilat sambar menyambar... karna aku
sibuk bekerja tak kuingat bahwa santi tidak dapat masuk
dalam gubuk kami. Sepulang dari pasar dengan tubuh
penat kulihat Santi duduk terkulai di pinggir gubuk,
aku berlari mendapatinya oh anakku pasti kedinginan dan
lapar anak berumur 6 tahun yang tabah dan sering diam
saat hanya bisa meminum air gula guna mengganjal perut
mungilnya.
(CONTINUED)
2. CONTINUED: 2.
Santi...Santi... aku mengguncang tubuhnya... badan
kurus itu dingin dan basah... aku menggendongnya ke
dalam gubuk sambil menangis...ku peluk ke dadaku yang
tirus agar dia mendapatkan kehangatan...bangun
nak...bangun anakku... permataku... ibu tidak marah
lagi nak... maafkan ibu.
Santiku... tubuh itu tidak juga bergerak... kubungkus
dengan selimut usang yang kami miliki... kuusap
wajahnya kubisikkan ditelinganya aku menyayanginya
bahwa aku menghukumnya karna aku cinta padanya... tapi
Santi tak juga membuka matanya... nafasnya memberat...
ku guncang tubuhnya, kupeluk erat dan kuteriakkan
namanya...
Santi..Santiku... hartaku satu satunya di dunia ini...
kuguncang lagi tubuh tirus tipis itu dan sepotong kue
pancong yang terbungkus kertas terlempar dari
kantungnya... kubuka lipatan kertas itu dan kulihat
tulisan cakar ayam Santiku...
"mama...hi..hi...hi...mama pasti lupa hari istimewa
mama...Aku hanya bisa membelikan sepotong kue pancong
untuk mama... karna uangku tak cukup...Selamat Ulang
tahun mama..."
dan aku menjerit... karna kemarahanku aku kehilangan
belahan jiwaku sedangkan dia tidak melakukan kesalahan
yang aku sangkakan bahkan semua dilakukan karna Santi
sangat mencintaiku...
(tertunduk, terduduk dan terisak)
Santiku mati...aku ditinggalnya seorang diri karna
kemarahanku... Maafkan aku sayang....
(LAGU WHITE CHRISTMAS)
Lagu ini akan selalu mengingatkan aku bahwa cinta putih
anakku selalu menyisakan pengharapan suatu saat aku
akan menjumpainya di Surga dan aku dapat meminta maaf
secara langsung padanya...kita memang selalu dapat
melihat kasih Allah dalam keluarga dan bagiku kasih
Allah adalah dalam kue ulangtahunku, sepotong kue
pancong yang ditebus dengan Santiku... Santi....
(sambil bergumam menyanyikan lagu "Happy birthday
to me" meninggalkan panggung. Selesai)