4. 4
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT., atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Baginda Rasulullah, Muhammad Saw. atas
bimbingannya kepada kita semua untuk senantiasa berada pada
jalan kebajikan, jalan islam yang mulia. Dalam kesempatan ini,
Penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen
Mata Kuliah, teman-teman karena dengan bantuan dan
arahannya Penulis termotivasi dan mendapatkan gambaran yang
inspiratif dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.Teman-
teman kelas juga memberikan kontribusi tersendiri dalam
penyelesaian makalah ini, untuk itu Penulis pun hendaknya
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya.
Dalam penulisan makalah ini, Penulis mencoba
menguraikan berbagai hal yang berkaitan dengan system belajar
jarak jauh dalam dunia pendidikan yang mencakup pada
pengertian system belajar jarak jauh dan apa itu Contextual
Teaching and Learning (CTL). Penulis sangat menyadari
akanterterbatasan dan kekurangan wawasan dan ilmu
5. 5
pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena demikian, Penulis
sangat mengharapkan kontribusi kritik dan saran dari rekan-
rekan pembaca yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan
makalah ini bahkan penyempurnaan makalah-makalah yang akan
disusun selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua demi menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan kita semua.Amin.
Kendari , November
Penulis
.
6. 6
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................
A. Latar Belakang................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.........................................................8
C. Tujuan.................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................
A. Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh.......................... 7
B. Hakekat Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh.............. 7
C. Prinsip Pendidikan Sistem Belajar Jarak jauh................. 7
D. Perkembangan Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh... 9
E. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh...11
F. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning
(CTL)... 12
7. 7
G. Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning
(CTL).....................13
H. Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching And
Learning........................ 13
BAB III
PENUTUP.....................................................................................
......
A. Kesimpulan
.................................................................................................. 19
B.
Saran..............................................................................................
............... 20
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................
..... 21
8. 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan pendidikan bukanlah lagi masalah yang harus
diselesaikan oleh satu pihak saja namun harus menjadi pola pikir
banyak pihak, tetapi bukan berarti semua pihak juga ikut
memutuskan masalah pendidikan ini.Karena jika semua ikut
memutuskan maka “centangprenanglah” dunia pendidikan
Indonesia. Banyak hal yang harus diselesaikan dalam tubuh
pendidikan itu sendiri, terutama tuntutan atas peran strategis
pendidikan sebagai suatu pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk mewujudkan pencerdasan kehidupan bangsa,
telah mendorong tumbuhnya berbagai inovasi dalam sistem
pendidikan.
Usaha pembangunan pendidikan dengan cara-cara yang
konvensional seperti membangun gedung-gedung sekolah dan
mengangkat guru baru, hal ini tidak lagi dapat dipandang sebagai
langkah yang mampu memecahkan masalah
pendidikan.Pembaharuan pendidikan tidak mungkin lagi dapat
dilakukan dengan cara-cara yang lama dengan menggunakan
metode yang lama. Seiring dengan perkembangan di banyak
bidang yang cenderung tidak menentu, tuntutan akan
9. 9
peningkatan kualitas sumber daya manusia semakin muncul
kepermukaan.
Kedudukan strategis, baik disektor umum maupun
swasta, menuntut sumber daya manusia yang memiliki latar
belakang pendidikan yang lebih tinggi.Sehingga wajar jika
motivasi publik untuk terus menambah pengetahuannya melalui
institusi pendidikan tinggi semakin meningkat.Namun karena
intensitas pekerjaan semakin bertambah, banyak kelompok
masyarakat yang ingin menempuh pendidikan sambil tetap
bekerja. Untuk itu kita harus bisa mengembangkan sistem
pendidikan yang lebih terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses
oleh siapa saja yang memerlukan tanpa memandang usia, jender,
lokasi, kondisi sosial ekonomi, maupun pengalaman pendidikan
sebelumnya. sistem tersebut juga mampu meningkatkan mutu
pendidikan secara merata. Sistem pendidikan tersebut adalah
sistem pendidikan terbuka atau sistem belajar jarak jauh, yang
merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.Sistem belajar
jarak jauh adalah suatu model pembelajaran yang tidak terikat
oleh segala peraturan yang mengikat seperti pada pendidikan
konvensional. Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari
istilah Contextual Teaching Learning (CTL).Kata contextual
berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks,
suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextualdiartikan
10. 10
”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga
Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi
suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil
penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa
akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan
apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa
yang terjadi disekelilingnya. Pengajaran kontekstual sendiri
pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali
dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextual
oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun
1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek
besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta
melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika
secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan
tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru
dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan
pembekalan sebelumnya.
Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat
baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya
direkomendasikan untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya.
Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari program ini
memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan
11. 11
ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi
aktif siswa secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian sisitempembelajran jarak
jauh, prinsip-prinsip sistem pembelajran jarak
jauh dan bagaimanakah pengembangan
pembelajaran jarak jauh.
2. .2 Apakah defenisi Contextual Teaching and
Learning (CTL), apa komponen-komponennya
dan karakteristiknya, cara penerapannya,
kelemahan dan kelebihannya?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan akan tercapai, setelah
membaca dan memahami makalah ini, yakni sebagai
berikut
1. Mengetahui pengertian pengertian apa itu
pembelajaran jarak jauh
2. Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan sistem
pembelajaran jarak jauh jarak jauh.
12. 12
3. Mengetahui bagaimanakah penyelenggaraan
pendidikan sistem pembelajaran jarak jauh .
4. Dapat mengetahui dan memahami arti dan hakekat
pembelajarn Contextual Teaching and Learnig (CTL)
5. Mampu mencari solusi ketika mengalami kesulitan
dalam menerapkan salah satu teori belajar dalam
pembelajaran jarak jauh dan Contextual Teaching
and Learning (CTL)
6. Dapat mengkombinasikan beberapa teori belajar
dalam pembelajaran jarak jauh dan Contextual
Teaching and Learning (CTL)
7. Dapat menggunakan teori belajar yang tepat dalam
pembelajaran jarak jauh dan Contextual Teaching
and Learning (CTL)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh
13. 13
Belajar jarak jauh bukanlah suatu hal yang baru dalam
dunia pendidikan mengingat cara belajar ini sudah
dikembangkan sejak tahun 1970-an. Bila dianalisis secara
gamblang saja maka dapat dikatakan belajar jarak jauh
merupakan suatu bentuk system pembelajaran yang proses
pembelajarannya jauh dari pusat penyelenggaraan
pendidikan dan bersifat mandiri. Pendidikan jarak jauh
adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan
pebelajar untuk dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan
waktu dengan sedikit mungkin bantuan dari orang lain.
Komunikasi yang berlangsung pada system pembelajaran ini
bersifat komunikasi tidak langsung, artinya proses
pembelajaran dilakukan dengan perantaraan dalam bentuk
media cetak maupun multimedia yang dirancang khusus.
Kalaupun ada kontak langsung, bukanlah suatu proses
proses pembelajaran, namun suatu kegiatan tutorial untuk
menyakinkan bahwa materi pembelajaran yang disampaikan
kepada pebelajar melalui media benar-benar mencapai
tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan.
Menurut HarinaYuhettu (2002) ada beberapa manfaat yang
dapat diperoleh dari pendidikan jarak jauh antara lain:
1. Dapat dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan
masyarakat dan pasaran kerja.
14. 14
2. Dapat menarik minat calon peserta yang banyak.
3. Tidak tergangggunya kegiatan kehidupan sehari-hari
karena pola jadwal pembelajaran yang luwes.
4. Harapan akan meningkatnya kerjasama dan dukungan
pengguna lulusan atau keluaran.
B. Hakekat Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh
Hakekat pendidikan merupakan suatu proses
pembentukan kepribadian dan peningkatan kemampuan
melalui berbagai kegiatan pengembangan dan pembelajaran.
Adapun hakekat pendidikan sistem belajar jarak jauh ini
adalah:
1. Pendidikan sepanjang hayat Salah satu bentuk hak azasi
manusia adalah bahwa setiap manusia mulai dari
kandungan hingga lianglahat berhak untuk memperoleh
yang diperlukannya untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat.
2. Pemberdayaan Pebelajar/ Warga Belajar Sistem
pendidikan ini juga memperhatikan kepentingan
pebelajarnya, kondisi, dan karakteristik mereka. Dengan
cara menyelenggarakan berbagai pola pilihan
pembelajaran, sumber belajar dan strategi dan
15. 15
pengelolaannya. Hal ini sesuai dengan tuntutan dari
kebutuhan pendidikan formal, hanya saja peserta diberi
kebebasan untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya,
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
lancar. Kondisi dan karakterisik peserta didik adalah
keadaan pribadi dan lingkungan yang menunjukkan
kemampuan, hambatan, dan peluang yang berbeda-
beda.Kondisi seperti ini tidak seharusnya dijadikan alasan
untuk tidak memberikan kesempatan belajar bagi
pebelajar.
3. Pemberdayaan Lembaga Pendidikan Pelaksanaan proses
pembelajaran, sistem pendidikan ini perlu
diselanggarakan oleh lembaga pendidikan yang khusus
dirancang untuk keperluan itu. Bentuk-bentuk lembaga
pendidikan yang dikhususkan saat ini sudah terdapat
Universitas Terbuka, Sekolah Dasar PAMONG, dan
SLTP terbuka.Tujuan dari adanya lembaga pendidikan ini
adalah untuk memusatkan kegiatan yang bersangkut paut
dengan pelaksanaan pendidikan ini.Hal ini dinamakan
pelayanan operasional yang dilakukan secara memusat,
mencakup registrasi, penyediaan bahan pelajaran,
bantuan belajar (tutorial), dan ujian yang paling
sederhana yang dilakukan melalui komunikasi pos.
16. 16
C. Prinsip Pendidikan Sistem Belajar Jarak jauh
Untuk pembuatan program ini dititikberatkan pada prinsip-
prinsip pendidikan jarak jauh, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Prinsip Kemandirian
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kurikulum
yang memungkinkan dapat dipelajari secara independent
learning, pebelajar dihadapkan pada pilihan yang terbaik
bagi dirinya sendiri, dari mulai pembentukan kelompok
belajar, program pendidikan yang digunakan, pola
belajar yang disukai, mengunakan sumber belajar yang
tepat sesuai dengan kebutuhan. Penyelesaian program
yang ditentukan sendiri oleh pebelajar.Bahan-bahan
pelajaran yang disediakan berupa paket-paket yang dapat
dipilih oleh pebelajar, yang didukung oleh pembimbing
atau tutorial dan ujian yang dirancang dengan
pendekatan belajar tuntas.Pebelajar belajar dengan
mandiri dengan sesedikit mungkin melakukan pertemuan
dengan tutor yang bersangkutan.
2. Prinsip Keluwesan
Prinsip ini diwujudkan dengan dimungkinkannya
peserta didik untuk memulai, mencari sumber belajar,
mengatur jadwal dan kegiatan belajar, mengikuti ujian
17. 17
dan mengakhiri pendidikannya di luar ketentuan waktu
dan tahun ajaran.Dikatakan luwes, pebelajar
dimungkinkan untuk berpindah dari pendidikan formal
ke pendidikan non-formal atau sebaliknya dari
pendidikan non-formal ke pendidikan formal.
3. Prinsip Keterkinian
Prinsip ini diwujudkan dengan tersedianya
program pembelajaran yang pada saat ini diperlukan
(just-in-time).Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan
dan pelatihan konvensional yang program atau
kurikulumnya termasuk buku-buku yang tersedia,
dirancang untuk mengantisipasi keperluan masa
mendatang (just-in-case).Kecepatan untuk memperoleh
informasi yang baru merupakan suatu peluang untuk
dapat bertahan dan berkembang dalam persaingan bebas
4.Prinsip Kesesuaia.
Prinsip ini terwujud dengan tersedianya sumber
belajar yang terkait langsung dengan kebutuhan pribadi
maupun tuntutan lapangan kerja atau kemajuan
masyarakat. Sumber belajar tersebut bobotnya harus
setara dengan kompetensi yang diperlukan, tetapi
disajikan dalam bentuk yang sederhana yang dapat
dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.
18. 18
Prinsip ini disesuaikan dengan kebutuhan dan latar
belakang pebelajar.
5. Prinsip Mobilitas
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya
kesempatan bagi pebelajar untuk berpindah lokasi, jenis,
jalur dan jenjang pendidikan yang setara setelah
memenuhi kompetensi yang diperlukan.
6. Prinsip Efisiensi
Prinsip ini diwujudkan dengan pendayagunaan
berbagai macam sumber daya dan teknologi yang tersedia
seoptimal mungkin. Pemberdayaan segala sumber
disekeliling pebelajarakan membantu pebelajar untuk
dapat menggunakan sumber tersebut sebanyak mungkin,
sehingga pebelajar tidak merasa kerepotan mengenai
sumber belajarnya.
D. Perkembangan Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh
Sistem pendidikan jarak jauh ini awalnya ikut
berkembang ke dalam masyarakat Indonesia yang
dimaksudkan sebagai salah satu pemecahan terhadap
menjulangnya anak putus sekolah dan anak yang belum
sempat merasakan kehidupan pendidikan.Penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh di Indonesia sebenarnya telah
19. 19
berlangsung sejak lama.Menurut HARTilaar,
penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebenarnya sudah
lama diterapkan di Indonesia, yaitu sejak masuknya kolonial
ke Indonesia.Namun perkembangannya terhenti tanpa
diketahui sebabnya.
Pada tahun 50-an muncul kembali pendidikan jarak
jauh dalam bentuk penataran guru tertulis. Tujuan dari
penataran ini adalah meningkatkan kualifikasi guru yang
mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.Bahan belajar pada penataran ini terbatas hanya
pada media cetak, yaitu modul.Untuk umpan balik terhadap
peserta, bahan ajar dikirim melalui jasa pos.
Pada awal tahun 70-an muncul prakarsa baru dalam
penyelenggaraan pendidikan jarak jauh yaitu munculnya
penataran guru dengan berbasis siaran radio. Media utama
dalam penataran ini adalah siaran radio yang dilengkapi
dengan bahan penyerta cetak yang dikirim kepada peserta.
Perkembangan selanjutnya dalam rangka memajukan
pendidikan jarak jauh ini maka dibentuklah pendidikan yang
dinamai PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat
Orang Tua dan Guru). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan
dengan prinsip; belajar mandiri dengan menggunakan
modul, belajar dengan kelompok sebaya, kompetisi untuk
20. 20
berprestasi, fungsi guru sebagai pengelola kegiatan belajar
yang membantu pebelajar dalam memecahkan masalah yang
tidak dapat dipecahkannya, menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar, dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai
narasumber.
Dengan dibukanya SLTP Terbuka semakin menambah
semaraknya perkembangan pendidikan jarak jauh ini pada
tahun 1979.Pada tahun 1984, lembaga pendidikan tinggi
mulai membuka diri untuk melayani kebutuhan terhadap
pendidikan dengan dibukanya Universitas Terbuka. Agak
berbeda dengan pendidikan terbuka lainnya, pada SLTP
Terbuka dan Universitas Terbuka media pembelajarannya
yang digunakan lebih beragam.Mulai dari modul, siaran
radio, kaset audio video dan siaran televisi. Mulai saat itu
berbagai inisiatif dilakukan untuk menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan jarak jauh yang diselenggarakan
berbagai lembaga pendidikan.lembaga-lembaga tersebut
memanfaatkan sistem belajar jarak jauh untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang berada dilingkungan mereka
masing-masing. Namun karena sumber-sumber yang
diperlukan untuk pengembangan program belajar jarak jauh
yang baik amat terbatas dan itu pun berserakan diberbagai
21. 21
tempat, inisiatif itu tidak tumbuh dengan sehat.
Namun demikian, sejak berlakunya ujian akhir
nasional yang standar pencapaiannya menjulang tinggi,
timbul kembali fenomena baru dalam dunia pendidikan.
Bagi anak-anak yang dinyatakan tidak lulus dalam UAS
ataupun UAN maka mereka dapat mengikuti ujian
penyetaraan melaui sekolah teruka. Mirisnya sekolah
terbuka atau kejar paket ini dijadikan seolah-olah
pelarian.Tentunya ini mempengaruhi pamor sekolah terbuka,
yang menambah beban seolah-olah ini adalah sekolah
pelarian? Namun yang lebih mirisnya lagi masih ada juga
perguruan tinggi yang “ragu-ragu” menerima surat tanda
tamat belajar dari sekolah terbuka, seolah-olah tidak percaya
pada kelegalan surat tersebut.
Namun perkembangan pendidikan yang beragam, seperi
adanya “homeschooling” menambah maraknya ragam
system belajar jarak jauh yaitu dengan melibatkan internet.
Seandainya sekolah system belajar jarak jauh dapat
dimaksimalkan fungsinya dan adanya “sharing” pada
lembaga-lembaga yang ada, maka dapatlah dibalikkan judul
dalam artikel ini bahwa system belajar jarak jauh tetap
menjadi pilihan!
22. 22
E. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh
Jika Kita lihat prinsip-prinsip di atas, penggunaan PJJ
(Pembelajaran Jarak Jauh) dapat sangat efektif, khususnya bagi
para peserta yang lebih dewasa dan memiliki motivasi kuat untuk
mengejar sukses dan senang diberi kepercayaan melakukan
proses belajar secara mandiri. Tetapi, kesuksesan Pembelajaran
Jarak Jauh yang meninggalkan ketaatan pada jadwal seperti pada
proses pembelajaran tatap muka, bukanlah merupakan suatu
pilihan yang mudah baik bagi instruktur maupun peserta didik.
Maka dari itu PJJ memiliki keterbatasan sekaligus kelebihan.
Berikut kelebihan pembelajaran jarak jauh (Rusman. 2011:351) :
a. . Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan
peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui
fasilitas internet tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, waktu.
b. . Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran
setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan.
c. . Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang
berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat
melakukan akses di internet secara mudah.
d. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan
diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah
peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas.
23. 23
e.. Peserta didik dapat benar-benar menjadi titik pusat kegiatan
belajar-mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada
pembelajaran mandiri untuk pengembangan diri pribadi.
(OemarHamalik, 1994:52) Walaupun demikian, pembelajaran
jarak jauh juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan
kekurangan, antara lain (Rusman. 2011:352) :
1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik
atau bahkan antarsesama peserta didik itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya
values dalam proses pembelajaran. b.Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek
bisnis/komersial.
2. Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari
puast pengelolaan pembelajaran jarak jauh kepada para
peserta di daerah sering tidak tepat waktu, dank arenanya
dapat menghambat kegiatan pembelajaran.
(OemarHamalik, 1994:53)
3. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar
yang tinggi cenderung gagal.
4. Dukungan administratif untuk proses pembelajaran jarak
jauh dibutuhkan untuk melayani jumlah peserta didik
yang mungkin sangat banyak.
24. 24
f Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah
Contextual Teaching Learning (CTL).Kata contextual berasal
dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau
keada demikian contextualdiartikan ”yang berhubungan dengan
suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning
(CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang
berhubungan dengan suasana tertentu. Pembelajaran kontekstual
didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa
yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan
dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di
Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington
State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan
Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah
diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk
mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas
penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual.
Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah
dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75
orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.
25. 25
Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk
level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan
untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat
sekolah, pelaksanaan dari program ini memperlihatkan suatu
hasil yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa
untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa secara
keseluruhan. Pembelajaran kontekstual berbeda dengan
pembelajaran konvensional, Departemen Pendidikan Nasional
(2002:5) mengemukakan perbedaan antara pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL) dengan pembelajaran
konvensional sebagai berikut: CTL Konvensional Pemilihan
informasi kebutuhan individu siswa;
Pemilihan informasi ditentukan oleh guru; Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin); Cenderung
terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu; Selalu mengkaitkan
informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa;
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada
saatnya diperlukan; Menerapkan penilaian autentik melalui
melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah; Penilaian
hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa
ujian/ulang
G. Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning
(CTL)
26. 26
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama
dari pembelajaran produktif yaitu :konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya
(Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).
1. Konstruktivisme
(Constructivism) Setiap individu dapat membuat struktur
kognitif atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka
setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini
dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000).Fungsi guru
disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode
penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa
berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru. Menurut
Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan
inti, yaitu :
a. Mengandung pengalaman nyata (Experience);
b. Adanya interaksi sosial (Social interaction);
c. Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense
making);
d. Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior
Knowledge).
27. 27
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat.Manusia
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan
tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan (Depdiknas,
2003:6). Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi
pengetahuan dalam otak.Manusia memiliki struktur pengetahuan
dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi
informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan
diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap
individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan
kotak yang sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat
dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia
dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran
kontekstual.Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir
siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian
28. 28
penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis
inquiry. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan
bertanya berguna untuk :
a. Menggali informasi, baik administratif maupun
akademis;
b. Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman
siswa;
c. Membangkitkan respon kepada siswa;
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
e. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru;
f. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
g. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis
CTL.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri
dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan
pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu :
a. Merumuskan masalah ;
29. 29
b. Mengajukan hipotesis;
c. Mengumpulkan data;
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;
e. Membuat kesimpulan. Melalui proses berpikir yang
sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan
logis untuk pembentukan kreativitas siswa.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kejasama dengan orang lain.
Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa,
antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang
belum tahu tentang suatu materi.Setiap elemen masyarakat
dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman
(Depdiknas, 2003).
5.Pemodelan(Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual
merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu
dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa
berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi
contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti guru memberi
model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam
30. 30
pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya
model.Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru
dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan
meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru
siswa digolongkan menjadi : Kehidupan yang nyata (real
life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.; Simbolik
(symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis
atau dalam bentuk gambar ; Representasi (representation),
model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat
audiovisual, misalnya televisi dan radio.
6.Refleksi(Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang
baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang
sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa
yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau
pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003). Pada
kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru
pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak
agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat
31. 31
berupa : Pernyataan langsung tentang apa-apa yang
diperoleh pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.;
Catatan atau jurnal di buku siswa; Kesan dan saran
mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
7.Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan
apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar.
Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran
sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan
proses pembelajaran. Karakteristik authentic assessment
menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan
selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur
keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat
fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan
sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa
kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi
atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil
tes tulis dan karya tulis. Menurut Depdiknas untuk
penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki
32. 32
tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme
(constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya
(Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
yang sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya
sebagai berikut:
a.Konstruktivisme (constructivism).
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses
belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental
mebangunpengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur
pengetahuanyang dimilikinya.
b. Menemukan (Inquiry).
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry)
merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi
(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan
33. 33
(hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),
penyimpulan (conclusion).
c. Bertanya (Questioning).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari
bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan
berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk :
1) menggali informasi,
2) menggali pemahaman siswa,
3) membangkitkan respon kepada siswa,
4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang
dikehendaki guru,
7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari
siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan
siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community).
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain.
Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar
kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau.
Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah,
34. 34
dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi
pembelajaran saling belajar.
e. Pemodelan (Modeling).
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang
dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan
siswanya untuk belajar dan malakukanapa yang guru
inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran
kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan
dari luar.
f. Refleksi (Reflection).
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa
yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa
yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam
pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung
tentang apa yang diperoleh hari itu.
g. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment).
Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan
belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang
35. 35
benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang
relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap
proses maupun hasil. H. Kelebihan & Kekurangan
Contextual Teaching And Learning Kelebihan
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya
siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode
pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan
”menghafal”. Kelemahan
c. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam
metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat
informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
36. 36
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.
Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur
atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru
adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak
siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan
perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan
semula.
37. 37
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Seperti pada pembahasan di atas menerangkan bahwa
pembelajaran jarak jauh merupakan pembelajaran yang berciri
khas kemandirian.Pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi suatu masalah dalam
pembelajaran.Misalnya, memberikan kemudahan bagi siswa
yang mengalami kesulitan untuk mengakses pembelajaran karena
jarak yang yang jauh. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran
jarak jauh ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, misalnya
interaksi, pengalaman,dll.selain itu juga dalam pembelajaran
jarak jauh terdapat 9 prinsip dan unsur-unsur yang perlu
diperhatikan.
Pada pembahasan di atas juga menjabarkan teori belajar mana
yang ada dan sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaranjarak
jauh, yakni teori behavioristik, kognitif, dan psikomotor.Teori
behaviorisme menjadi rujukan dalam mengembangkan desain
pembelajaran khususnya dalam bentuk pemberian umpan balik
dalam latihan soal dan petunjuk praktis dalam tugas.
38. 38
Teori kognitivisme menjadi acuan dalam
mengembangkan dan mengorganisasi materi serta aktivitas
pembelajaran.Dan Teori konstruktivisme menjadi inspirasi dalam
mengemb angkan bahan ajar, tugas dan diskusi agar
mengandung muatan-muatan yang bersifat kontekstual dan
memberikan pengalaman belajar peserta didik.
Sistem belajar jarak jauh merupakan suatu alternatif
untuk memperoleh kesempatan belajar bagi pebelajar atau warga
belajar yang karena berbagai alasan tidak dapat mengikuti
pendidikan pada sistem pendidikan formal atau konvensional.
Pendidikan jarak jauh ini merupakan sistem pendidikan yang
bebas untuk diikuti oleh siapa saja tanpa terikat pada batasan
tempat, jarak, waktu, usia, jender dan batasan non akademik
lainnya. Sistem ini memberikan kebebasan kepada pebelajar atau
warga belajar untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara
bebas dan mandiri.Keberhasilan dari program pendidikan jarak
jauh ini sangat tergantung pada pihak-pihak yang saling
membantu, baik itu dari pebelajarsendiri, lembaga pendidikan
yang menyelenggara, anggota masyarakat. Selain itu kita juga
harus lebih perduli terhadap perkembangan Sistem belajar jarak
jauh ini meski telah merupakan kegiatan yang sudah sejak lama
sudah dilakukan oleh dinas pendidikan.
39. 39
Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah
Contextual Teaching Learning (CTL).Kata contextual berasal
dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau
keadaan”. Dengan demikian contextualdiartikan ”yang
berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual
Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil
penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa
akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan
apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa
yang terjadi disekelilingnya. Pengajaran kontekstual sendiri
pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali
dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextual
oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun
1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek
besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta
melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika
secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan
tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru
dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan
pembekalan sebelumnya. Penyelenggaraan program ini berhasil
dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga
40. 40
hasilnya direkomendasikan untuk segera disebarluaskan
pelaksanaannya.
B.Saran
Mudah-mudaham makalah kami ini menjadi bahan masukan
dan menjadi referensi bagi teman-teman sekalian khususnya
dalam materi Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dan Contextual
Teaching.
41. 41
DAFTAR PUSTAKA
BuletinSLTP Terbuka. (2000). Padang,Proyek Perluasan dan
Peningkatan Mutu SLTP Propinsi Sumatera Bara. edisi 3 tahun
2000
HamalikOemar. 1994. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dan
pembinaan Ketenagaan. Bandung: Trigenda Karya.
HamzahB.Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
http://portalkuliah.blogspot.com/2009/01/sistem-pembelajaran-
jarak-jauh-berbasis.html. Diakses Pada Hari Senin 27 Mei 2013.
http://blog.tp.ac.id/penerapan-pembelajaran-jarak-jauh-dalam-
pembelajaran. Diakses Pada Hari Senin 27 Mei 2013. Make
Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub
di September 13, 2018