Presentasi seminar manajemen keuangan membahas analisis break even point untuk menentukan titik impas suatu perusahaan. Analisis ini menggunakan pendekatan persamaan dan grafis dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan volume penjualan. Analisis break even point berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan manajemen.
2. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada saat ini, banyak perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil, yang berskala nasional maupun
internasional bermunculan. Tentunya hal tersebut merupakan pertanda positif yang diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian nasional. Namun pada kenyataannya tidak bisa dipungkiri, beberapa perusahaan
terutama perusahaan-perusahaan kecil gulung tikar yang salah satu penyebabnya dikarenakan biaya-biaya yang
dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh.
Secara umum perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan mempunyai alat yaitu manajemen. Berhasil atau tidaknya
perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsinya serta dalam
melihat kemungkinan dimasa yang akan datang. Untuk itu manajemen dalam kegiatannya harus dapat
merencanakan tujuan dan kegiatan dalam mencapai tujuannya tersebut. Hal ini tentunya selaras dengan fungsi
pokok manajemen yaitu planning. Perencanaan ini penting bagi masa depan perusahaan baik untuk
memperoleh protective benefit maupun positive benefit.
Kemampuan untuk mencapai laba yang optimal dapat ditentukan oleh manajemen yang baik terutama dalam
perencanaan laba. Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahan dalam
memperoleh laba yang optimal.
Dalam perencanaan laba ini, harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba yaitu biaya, harga
jual dan volume penjualan. Biaya memiliki implikasi bagi penentuan harga jual untuk mencapai laba yang
dikehendaki. Kemudian harga jual ini mempengaruhi volume penjualan dan selanjutnya volume penjualan ini
akan mempengaruhi volume produksi seperti siklus, volume produksi ini pun nantinya akan mempengaruhi
biaya produksi dan seterusnya.
Untuk itu dalam penyusunan perencanaan laba, manajemen memerlukan berbagai informasi untuk menilai
berbagai kemungkinan dan alternatif-alternatif keputusan dengan memperhatikan pengaruh dari keputusan
yang akan diambil tersebut. Salah satu alat yang dapat digunakan manajemen dalam hal ini adalah analisis
Break Even Point.
3. 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Dari permasalahan yang akan diangkat, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perhitungan analisis Break Even Point dengan menggunakan pendekatan persamaan dan grafis?
Sedangkan penulis akan membatasi masalah dengan hanya menggunakan data produksi dan penjualan serta biaya-
biaya yang terjadi dalam. analisis yang akan digunakan adalah analisis Break Even Point dengan pendekatan
persamaan dan pendekatan grafis
PEMBAHASAN
Devinisi leverage opersi dan keuangan
adalah kombinasi antara utang, saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan untuk
merencanakan mendapatkan modal.
Kebijakan struktur modal melibatkan adany a suatu pertukaran antara resiko dalm pengambilan :
• Pengunaan lebih banyak utang akan meningkatkan resiko yang ditanggung oleh para pemegang saham
• Namun penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya eskpektasi tingkat
pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi
Resiko yang lebih tinggi akan menurunkan harga saham, tetapi eskpektasi tingkat pengembalian yang lebih
tinggi akan kenikannya. Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko
dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan
Empat factor yang dapat mempengaruhi keputusan struktur modal adalah :
• Resiko bisnis
• Posisi perpajakan
• Fleksibilitas keuangan
• Konservatisme atau keagresifan manajemen
4. 1 Pengertian Break even Point
Banyak para ahli berpendapat tentang penertian Break Even Point ( Titik Impas ), dimana
pengertian satu dengan yang lain berbeda, tetapi pada prinsipnya mempunyai konsep dasar yang
sama.
Menurut, Alwi ( 1994 : 265 ), menyatakan bahwa BEP adalah suatu keadaan dimana dalam
operasi perusahaan, perusahaan itu tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian (
penghasilan = total biaya ).
Menurut Mulyadi ( 1992 : 72)menyatakan bahwa Impas adalah suatu keadaan dimana suatu
usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, dengan kata lain suatu usaha dikatakan
Impas apabila jumlah penghasilan sama dengan biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat
digunakan untuk menutupi biaya tetap saja.
Menurut Hansen dan Mowen ( 1904 : 309 ) menyatakan “ break Even Analysis is a popular and
commonly used tool for analyzing the relationship between sales volume and prfitabiliy”.
Anallisis break even bukan semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break
even point saja, tetapi analisis BEP mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan
mengenai berbagai tingkat volume penjualan serta hubungannya kemungkinan memperoleh laba
menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perushaan dikaatakan mencapai break
even point apabila dalam suatu periode kerja tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita
kerugian dimana laba adalah nol. Jadi dapat dikatakan break even point hubungan antara volume
penjualan, biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada tingkat penjualan tertentu,
sehingga analisis break even point ini sering disebut dengan cost, volume, profit analisis.
Selain itu Analisis Break Even Point sangat berguna untuk menentukan kebijaksanaan
dalam perusahaan, baik perusahaan yang sudah maju maupun perusahaan yang baru
mengadakan perencanaan
5. 2. Unsur-Unsur Pokok Dalam Break Even Point
Analisis unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu Biaya, Volume, Harga, harga jual serta laba
itu sendiri. Didalam pengertian biaya dan beban didalam bahasa Indonesia belum dibedakan dengan tepat. Sering
kali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah Expense.
perbedakan antara cost dan expense sebagai berikut :
Cost adalah bagian dari harga perolehan tahun harga belli aktiva yang ditunda pembebanannya atau belum di
manfaatkan dalam hubungannya realisasi penghasilan.
Sedangkan expense adalah cost yang di korbankan didalam usaha memperoleh penghasilan.
Volume yang terdapat dalam analisis BEP adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.
Harga jual perunit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa
kepada setiap consume dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual bersih atau bisa harga jual kotor.
Sedangkan yang digunakan dalam analisis BEP adalah harga jual bersih yang terlepas dari berbagai potongan.
Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal dari penghasilan setelah
dikurangi biaya.
.
3. Keterbatasan Analisis Break Even Point
Bebrapa ahli mengungkapkan tetang keterbatasan penggunaan analisis Break Even Point, diantaranya
menurut Horngren yang
Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 1997 : 364 ) mengungkapkan bahwa terdapat kelemahan-kelemahan di
dalam analisis BEP antara lain:
a). Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini kadang-kadang harus berubah
sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.
b). Asumsi terhadap cost
penggolongan biaya tetap dan biaya variable juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk
memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin dan
peralatan lainnya. Dengan demikian juga perhitungan biaya variable perunit juga akan dapat di pengaruhi
perubahan ini.
c). Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
d). biaya variable juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
6. 4. Perhitungan Dalam Analisis Break Even Point
Alwi ( 1994 : 269 ) menyatakan bahwa terdapat berbagai macam cara untuk menentukan besarnya Break Even
Point, antara lain dengan menggunakan teknik persamaan dan pendekatan grafik.
a). Teknik Persamaan
penentuan besarnya Break Even Point menggunakan teknik persamaan dengan menggunakan rumus sbb:
Y = Cx – Bx – A
Keterangan :
Y = Laba
C = Harga jual per unit
X = Jumlah produk yang dijual
B = Biaya variable per unit
A = Biaya tetap
7. Berdasarkan definisi di atas suatu perusahaan akan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya
( laba = 0 ).
Berangkat dari rumus persamaan yang telah diungkapkan tersebut dengan menggunakan pengolahan rumus yang
dimaksud, maka akan di peroleh persamaan sebagai berikut:
0 = Cx – Bx – A
Cx = Bx + A
Berdasarkan persamaan tersebut, dengan melalui berbagai penyelesaian persamaan akan di peroleh rumus turunan
sebagai berikut :
Cx = Bx + A
Cx – Bx = A
( C-B ) x = A
Sebagai penyelesaian persamaan di atas, diperoleh rumus lebih lanjut sebagai berikut :
AX= ( BEP)=C-B
Keterangan :
Cx = Bx + A………Hasil penjualan = Biaya
Cx - Bx = A………Contribution Margin = Biaya
7. 5. Margin of Safety
Alwi ( 1994 : 278 ) menyatakan :” Margin of safety yaitu untuk menentukan seberapa jauh
berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian “. Atau dengan kata lain
margin of safety memberikan informasi sampai seberapa jauh volume penjualan yang di
rencanakan tersebut boleh turun agar supaya perusahaan tidak menderita kerugian.
Penjualan per budget – penjualan per Break Even
M / S x 100 %
Penjualan per budget
6. Asumsi Dasar Break Even Point
Terkait dengan masalah - masalah asumsi dasar BEP, Reiyanto ( 1991 : 279 )
mengemukakan :
Asumsi asumsi dasar Break Even Point adalah sebagai beikut :
a.Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variable dengan golongan biaya tetap.
b. Besarnya biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proposional dengan volume
penjualan produksi / penjualan.
c. Berdasarkan biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi.
d.Harga per unit tidak berubah selama periode yang di analisis.
e. Prusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih dari satu
macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “
Sales Mix “ –nya adalah tetap konstan.
8. 7. Kegunaan Analisis Break Even Point
Analisis break Even Point dapat digunakan untuk berbagai tujuan terutama bagi perusahaan yang sedang
menyusun perencanaan. Disamping itu juga dapat di gunakan sebagai alat pengendalian waktu perusahaan
masih dalam kegiatan sebelum berakhirnya suatu periode.
Menurut Adikoesoemah ( 1996 : 359 ) mengemukakan bahwa analisa Break Even Point digunakan oleh
perusahaan- perusahaan dengan tujuan untuk :
a. Mengevaluasi tujuan laba dari perusahaan secara keseluruhan
b. Menyajikan data biaya dan laba kepada top management, yang di pereelukaan untuk mengambil
keputusan dan merumuskan kebijakan-kebijakan.
c. Mengganti sistim laporan yang tebal-tebal dengan sutu grafik yang mudah di baca dan di mengerti.
Dari beberapa urain tersebut tentang Break Even Point, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegunaan
analisis Break Even Point antara lain:
a. Analisis Break Even Point dapat di pakai sebagai alat pemberi informasikepada manajemen secara
sederhana dan singkat
b. Analisis Break Even Point dapat di gunakan sebagai alat pedoman dalam mengambil keputusan terutama
yang menyangkut biaya, pendapatan, dan perencanaan biaya
c. Analisis Break Even Point dapat pula memberikan gambaran tentang biaya dan hasil produknya yang
diharapkan secara menyeluruh didalam aktivitas utama perusahaan di masa mendatang
d. Analisis Break Even Point dapat digunakan sebagai landasan untuk mengendalikan kegiatan oprasional
yang sedang berjalan, yaitu sebagai sarana untuk antara relisasi dengan perhitungan dengan berdasarkan
analisa break even point sebagai alat pengendali atau controlling.
e. Analisis Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual,
yaitu setelah di ketahui hasil-hasil perhitungan menurut analisa break even point dan laba yang ditargetkan.
9. 2.3 Definisi 'tingkat pengungkit operasi - DOL'
Jenis rasio leverage meringkas efeknya jumlah tertentu leverage operasi memiliki pada
pendapatan perusahaan sebelum bunga dan pajak (EBIT). Operasi memanfaatkan melibatkan
menggunakan sebagian besar biaya tetap untuk biaya variabel dalam operasi perusahaan.
Semakin tinggi tingkat leverage operasi, angka itu lebih tidak stabil EBIT akan relatif terhadap
perubahan diberikan dalam penjualan, semua hal lain tetap sama.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
2.4 Definisi 'Gelar Of Financial Leverage - DFL'
Sebuah rasio leverage meringkas mempengaruhi jumlah tertentu leverage keuangan memiliki
pada pendapatan perusahaan per saham (EPS). Leverage keuangan melibatkan menggunakan
biaya tetap untuk membiayai perusahaan, dan akan mencakup biaya lebih tinggi sebelum bunga
dan pajak (EBIT). Semakin tinggi tingkat leverage keuangan, EPS lebih tidak stabil akan, semua
hal lain tetap sama. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Gelar Of Financial Leverage (DFL)
10. Cara mudah menghitung Analisa leverage dalam manajemen keuangan
Analisa Leverage
Perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu menggunakan modal kerja dan modal tetap seperti
bangunan, tanah, gedung dan lain lain yang usianya relatif untuk jangka panjang atau diatas satu tahun.
Dengan menggunakan aktiva tetap tersebut maka perusahan akan menanggung biaya tetap..
Dalam memenuhi kebutuhan modal tetap perusahaan bisa menggunakan modal sendiri atau pinjaman
dari pihak lain yang tentunya akan menanggung beban bunga. Untuk mana penggunaan yang tepat
menggunakan modal sendiri atau pinjaman maka diperlukan analisis leverage.
Leverage adalah penggunaan sumber dana atau aktiva tetap dimana untuk penggunaan tersebut
perusahaan harus menanggung biaya tetap atau menanggung beban tetap.
Leverage terdiri dari 2 macam :
1. Leverage operasi : penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan terus menanggung biaya tetap
berupa penyusutan. Dan perusahaan mengharapkan penghasilan yang diperoleh mencukupi untuk
menutup biaya tetap dan biaya variabel
2. Leverage Financial : penggunaan dana yang menyebabkan perusahaan menanggung beban tetap
berupa bunga.dan diharapkan penghasilan akan lebih besar dibanding biaya bunga.
Hubungan leverage dengan laporan rugi laba adalah
Penjualan, Harga pokok penjualan, laba kotor biaya operasi, EBIT adalah masuk pada leverage operasi.
Bunga, EBT, Pajak, EAT adalah masuk pada kelompok leverage Financial.
DOL = % perubahan EBIT dibagi dengan % perubahan sales.
http://paknurcahyo.wordpress.com/2010/10/07/
cara-mudah-menghitung-analisa-leverage-
dalam-manajemen-keuangan/
11. Contoh Kasus :
Sebuah perusahaan dihadapkan oleh dua mesin yaitu :
Mesin A Mesin B
Harga per unit 5.000 5.000
Biaya Variabel 4.000 3.000
Biaya Tetap 100.000 500.000
Volume penjualan diperkirakan 500 unit , maka bila dihitung besarnya DOL masing masing jenis mesin adalah.
Perhitungan Laba Operasi :
Mesin A Mesin B
Penjualan 2.500.000 2.500.000
Biaya Variabel 2.000.000 1.500.000
Kont. Margin 500.000 1. 000.000
Biaya Tetap 100.000 500.000
EBIT 400.000 500.000
Bunga 100.000 300.000
EBT
Pajak
EAT
DOL A = 2.500.000 - 2.000.000
2.500.000 – 2.000.000 – 100.000
= 500.000
400.000
Dengan DOL A = apabila penjualan mengalami penurunan sebesar 40%
maka EBIT akan turun 400.000x 40% = 160.000.
dengan demikian EBIT mesin A akan turun sebesar 40% x 400.000 =160.000