Teks tersebut membahas urgensi zakat dalam Islam. Ia menjelaskan definisi zakat secara etimologi dan istilah, beserta tujuannya menurut beberapa ulama. Zakat merupakan salah satu rukun Islam penting untuk membantu fakir miskin dan mengurangi kemiskinan. Teks tersebut juga menjelaskan keunggulan sistem ekonomi Islam yang didukung oleh sektor riil, ekonomi syariah, serta zakat dan
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Miqda r zakat
1. Rabu, 09 Mei 2012
Makalah Urgensi Zakat
oleh: Jarkasih & Emma Krisma
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih dari berjuta-juta manusia yang tinggal di berbagai belahan dunia, terkhusus di benua
Asia salah satunya yaitu Negara Indonesia yang memiliki potensi tingkat pengangguran dan
kemiskinan besar. Di susul dengan banyaknya kasus bunuh diri, pembunuhan, perampokan dan lain
sebagainya akibat kurang adanya perhatian dan tanggung jawab kita dan terkhusus pemerintah.
Beban ekonomi yang berat mengikat mereka sehingga banyak dari mereka melakukan tindak
criminal.
Belum lama ini di masyarakat kita banyak dikejutkan dengan berita penggelapan uang Negara
yang dilakukan oleh para koruptor. Berbagai media masa telah mengangkat berita ini namun sejauh
ini tingkat penggelapan uang Negara masih saja ada. Belum lama seorang Gayus tambunan yang
menjabat di sebuah instansi pemerintah yaitu perpajakan. Sudah kita dengar lagi di instansi yang
sama melakukan penggelapan uang. Gambaran diatas merupakan sedikit dari beberapa kegiatan
penggelapan uang yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, bahkan mungkin
sampai saat ini banyak dari para koruptor yang belum tercium kebusukannya. Hal inilah yang
sebenarnya banyak merugikan sebagian besar masyarakat di Indonesia. “Mereka yang kaya ingin
semakin kaya sedangkan yang miskin semakin mereka miskinkan”. Itu mungkin bahasa kasar yang
bisa di uangkapkan.
Minimnya pengelolaan sumber daya manusia yang dilakukan sejak dini memberikan dampak
tingkat pengangguran yang cukup besar. Masih banyaknya angka putus sekolah, yang bila mana
pengelolaan sumber daya manusia itu dijalankan dengan baik sejak dini. Maka angka kemiskinan
pun akan berkurang. Sekolah gratis yang mereka tawarkan bagi mereka yang kurang mampu masih
saja diberi embel-embel biaya-biaya yang sebenarnya masih bisa di tanggung oleh pihak instansi
terkait. Upaya penanggulangan untuk pengelolaan sumber daya manusia yang kelak akan
memberikan dampak positif tidak hanya untuk diri dan keluarganya kelak namun mereka akan
mengabdi pada Negara dicintainya perlu adanya peranserta masyarakat, terkhusus bagi mereka yang
memiliki tingkat ekonomi diatas kebutuhan mereka. Telebih lagi jika zakat bagi mereka yang muslim
dan mampu mereka bayar zakat tidak hanya zakat fitrah, tetapi infaq dan sedekah mereka berikan
2. kepada yang pengelola zakat dan dapat dikelola secara professional oleh lembaga pengelola zakat
sehinggi sumber daya manusia masyarakat dapat berjalan baik.
Bantuan langsung tunai (BLT) yang dijanjikan pemerintah kedepan mudah-mudahan dapat
memberikan dampak positif bagi masyarakat atas kenaikan bbm yang oleh sebagian orang dinilai
memberatkan. Pada JAKARTA, KOMPAS.com setelah mengadakan survey yang dilakukan oleh
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang disampaikan Peneliti LSI Adjie Alfaraby dengan
menggunakan metode multistage random sampling Sebanyak 69,64 persen responden setuju program
bantuan tunai yang bersifat langsung. Segmen yang menyatakan setuju tersebut merata[1]. Contoh
bantuan langsung tunai diatas seandainya dilakukan dengan professional dan bagi mereka pihak-
pihak yang tidak mau bertanggun jawab tidak urus campur dalam hal ini akan memberikan sedikit
dampak positif dari kebijakan pemerintah atas mereka yang kurang mampu.
Dengan diputuskannya undang-undang mengenai kewenangan lembaga yang mengelola
zakat atau biasa disebut dengan LAZ, atau rumah zakat yang insyaalloh kedepan akan memberikan
dampak positif bagi mereka yang memerlukan dan ikut serta mereka yang peduli responsibility atas
mereka. Sehingga zakat dapat tersalurkan dengan benar dan bermanfaat bagi mereka. Hal ini yang
menjadi latar belakang penulisan makasalah ini.
MiqdaR ZakaT
Jumlah Unta dan Besar Zakatnya
Nishab Jumlah yang dikeluarkan zakatnya
05 sampai 09 unta 1 ekor kambing
10 sampai 14 unta 2 ekor kambing
15 sampai 19 unta 3 ekor kambing
20 sampai 24 unta 4 ekor kambing
25 sampai 35 unta 1 ekor bintu makhadh (anak unta betina 1 tahun – 2 tahun)
36 sampai 45 unta 1 ekor bintu labun (anak unta jantan 2 tahun – 3 tahun)
46 sampai 60 unta 1 ekor huqqah (unta betina 3 tahun – 4 tahun)
61 sampai 75 unta 1 ekor jadz’ah (unta betina 4 tahun – 5 tahun)
76 sampai 90 unta 2 ekor bintu labun
91 sampai 120 unta 2 ekor huqqah
Keterangan: jika bilangan unta lebih dari angka angka tersebut diatas maka peraturanya:
setiap 40 unta zakatnya 1 bintu labun (anak unta genap 2 tahun masuk 3 tahun)
setiap 50 unta zakatnya 1 huqqah (unta betina genap 3 tahun masuk 4 tahun)
3. contohnya:
121 sampai 129 unta 3 ekor bintu labun
130 sampai 139 unta 1 ekor huqqah dan 2 ekor bintu labun
140 sampai 149 unta 3 ekor huqqah
Dalil dari ketentuan tersebut adalah hadist panjang yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas
ra, “bahwa Abu Bakar ra telah menetapkan ketentuan zakat ini seperti apa yang telah
disampaikannya kepada penduduk Bahrain”
Nishab Sapi dan Kerbau
Nishab sapi dan kerbau adalah 30 ekor sapi. Kurang dari itu, tidak wajib zakat.
30 ekor sapi zakatnya seekor tabi’ (1 ekor anak sapi usia 1 tahun dan masuk ke tahun kedua,
disebut tabi’ artinya ikut, karena ia masih mengikuti induknya),
40 ekor sapi zakatnya seekor sapi musinnah (1 ekor anak sapi usia 2 tahun dan masuk 3 tahun,
disebut musinnah artinya bergigi karena sudah mulai tampak giginya).
Peraturan nisab sapi sbb:
Nishab Jumlah yang dikeluarkan zakatnya
60 ekor sapi 2 ekor anak sapi tabi’
70 ekor sapi 1 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah
80 ekor sapi 2 ekor musinnah
90 ekor sapi 3 ekor tabi’
100 ekor sapi 2 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah
Dan seterusnya
Dalil masalah ini adalah hadits dari Mu’adz bin Jabal.
َف ِنَمَيْال ىَلِإ َمهلَسَو ِهْيَلَع ُ هاَّلل ىهلَص ِ هاَّلل ُلوُسَر يِنَثَعَب َلاَق ُهْنَع ُهللا َي ِض َر ٍلَبَج ْنِب اذَعُم عنْْ ََ يَََِِمََأِلُك ْنِم َو ًةهنِسُم ًةَََقَب َنيِعَب ْرََ ِلُك ْنِم َذُخآ
)داود َبو و مالك (حسن ًةَيعَِبت ْوََ اًعيَِبت َنيِث ََلَث
Muadz bin Jabal ra, ia berkata, “Rasulullah saw. mengutusku ke Yaman, dan menyuruhku untuk
mengambil setiap 40 ekor sapi seekor musinnah dan setiap 30 ekor sapi satu ekor tabi’ jantan
atau betina” (HR Malik, Abu Dawud)
Nishab Kambing
Nishab kambing adalah 40 ekor. Kurang dari itu walaupun kurang satu ekor, tidak wajib zakat.
4. Peraturan nishab kambing sbb:
Nishab Jumlah yang dikeluarkan zakatnya
40 sampai 120 ekor 1 ekor kambing
121 sampai 200 ekor 2 ekor kambing
201 sampai 299 ekor 3 ekor kambing
300 sampai 399 ekor 4 ekor kambing
400 sampai 499 ekor 5 ekor kambing
Dan seterusnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Urgensi Zakat
Secara etimologi dalam kamus besar bahasa Indonesia ur·gen·si /urgénsi/ nkeharusan yg
mendesak; hal sangat penting. Sehingga menurut isltilah urgensi zakat ialah yaitu sesuatu yang perlu
adanya perhatian dari setiap umat muslim atas zakat atau zakat menjadi suatu yang sangat fital
untuk perbaikan ekonomi. Jika memiliki harta lebih atau telah mencapai nisabnya, hendaklah ia
keluarkan hartanya untuk menunaikan zakat, seperti yang kita kenal dengan adanya zakat mal dan
zakat fitrah.
Kewajiban zakat atas umat Islam merupakan salah satu prestasi Islam yang sangat menonjol
dan perhatiannya terhadap berbagai urusan para pemeluknya, karena banyak manfaatnya dan kaum
fakir miskin membutuhkanya.
Maghfirah salah satu Dosen Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru. Alumni IAIN Sulthan Syarif Qasim Pekanbaru (1998). dalam tulisannya mengatakan
Dalam kitab fiqh al zakah, Yusuf al Qardhawi menyebutkan tiga aspek tujuan zakat; pertama,
tujuan zakat yang dinisbatkan kepada si pemberi (muzakki); kedua, tujuan zakat yang
dihubungkan kepada si penerima (mustahiq), dan ketiga tujuan yang dampaknya dalam
kehidupan bermasyarakat.
B. Islam dan urgensi zakat
Kata zakat adalah bukan hal yang asing lagi bagi, Secara etimologi Zakat
(Bahasa Arab: ;زكاة arinya: Zakah) yaitu sejumlah harta tertentu yang wajib
5. dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang
berhak menerimanya (fakir, miskin dan lain sebagainya) menurut ketentuan yang
telah ditetapkan oleh syarak. merupakan rukun ketiga dari pada rukun islam yaitu
menunaikan zakat.
Maghfirah dalam tulisannya mengatakan bahwa zakat secara terminologi, terdapat berbagai
pendapat di antaranya dikemukakan oleh :
1. Ulama mazhab Hanafi mendefenisikannya dengan ; “pemilikan bagian tertentu dari harta tertentu
yang dimiliki seseorang berdasarkan ketetapan Allah Ta‟ala”
2. Ulama mazhab Maliki mendefenisikan zakat dengan ; “mengeluarkan bagian tertentu dari
harta tertentu yang telah mencapai satu nisab kepada orang yang berhak menerimanya, dengan
ketentuan harta itu milik sempurna, telah haul, dan bukan merupakan barang tambang”
3. Ulama mazhab Syafi‟i, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan zakat ialah ; “sesuatu yang
dikeluarkan dari harta atau jiwa dengan cara tertentu”, dan
4. Ulama mazhab Hanbali, menyebutkan zakat ialah ; “hak wajib pada harta tertentu bagi
(merupakan hak) kelompok orang tertentu pada pada waktu yang tertentu pula”.
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, M.Sc dalam artikelnya mengatakan
bahwa[2] Keunggulan sistem ekonomi Islam adalah karena memiliki tiga pilar,
yaitu Pilar Pertama, sektor riil (kegiatan usaha/bisnis). Banyak ayat dan hadits yang
mendorong kaum muslimin untuk melakukan kegiatan bisnis/usaha dan sektor riil
lainnya. Pilar Kedua, ialah Ekonomi Syariah adalah sektor moneter seperti Lembaga
Keuangan Syariah (LKS), baik perbankan syariah maupun non-perbankan
syariah. Pilar Ketiga: Sektor Zakat dan sektor voluntary, seperti infaq/sedekah, dan
wakaf. Ekonomi Islam atau sering disebut ekonomi syariah yang dalam dekade
terakhir terlihat signifikan perkembangannya, memiliki keunggulan yang telah
cukup teruji, dan karena itu diharapkan dapat menjadi solusi alternatif di tengah
ketidakpastian kondisi ekonomi dunia.
Banyak dari ayat-ayat al-qur’an yang menyebutkan tentang mengelurkan
sebagian harta yang dimiki atau dicintai, seperti zakat yang dalam bebera ayat
menyebutkan dengan bersamaan menuaikan solat dan membanyar zakat dalam
surat al-Baqarah ayat 43 dan 277.
Ust. Satriawan, Lc, M.A. mengatakan tiga hal urgensi zakat yaitupertama zakat
merupakan empat dari rukun islam dan menjadi salah satu
6. ibadah maliyah, bentuk taqarrub kepada Allah ta’ala, kedua pendapatan Negara utama
yang memberikan dampak posisif bagi masyarakat, ketigalembaga utama untuk
solidaritas social dalam islam.[3]
Ganjaran ancaman yang sangat keras terhadap orang yang bakhil dengan hartanya,
atau lalai mengeluarkannya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
"Artinya : Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam Neraka Jahannam,
lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada
mereka, inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu" [At-Taubah 34-35]
Setiap harta yang tidak ditunaikan zakatnya adalah simpanan, yang karenanya
pemiliknya akan diadzab pada hari Kiamat, sebagaimana yang ditunjukkan oleh
hadits shahih dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda.
"Artinya : Setiap orang yang memiliki emas dan perak yang tidak menunaikan hak
hartanya tersebut, pasti tatkala pada hari Kiamat kelak akan dibentangkan untuknya
lempengan-lempengan terbuat dari api, lalu dia dipanggang di atasnya dalam Neraka
Jahannam, kemudian lambung, kedua kening dan punggungnya diseterika dengannya.
Setiap kali terasa dingin maka diulang lagi untuknya pada hari yang panjangnya 50.000
tahun hingga urusan di antara hamba diputuskan, lalu ia akan melihat jalannya ; apakah ke
Surga atau ke Neraka".
Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa salam menyebut pemilik unta, sapi dan
kambing yang tidak menunaikan zakatnya. Beliau mengabarkan bahwa ia akan
diadzab dengan hartanya itu pada hari Kiamat kelak.
Telah diriwayatkan dengan shahih dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bahwa beliau bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah Azza wa Jalla, lalu ia tidak
menunaikan zakatnya, (maka) pada hari Kiamat hartanya dijelmakan menjadi seekor ular
jantan aqra (yang putih kepalanya, karena banyaknya racun pada kepala itu) yang berbusa di
dua sudut mulutnya. Ular itu dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Ular itu
7. mencengkeram dengan kedua rahangnya, lalu ular itu berkata, Saya adalah hartamu, saya
adalah simpananmu".
Kemudian beliau membaca ayat ini :
"Artinya : Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil terhadap harta-harta yang
Allah berikan kepada mereka sebagai karunia-Nya itu menyangka bahwa kebakhilan itu baik
bagi mereka. Sesungguhnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan
itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada hari Kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
urusan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan" [Ali-Imran : 180]
C. Manfaat (faedah) Zakat
Dengan adanya zakat memberikan beberapa manfaat yang akan menjadikan
suatu Negara atau kelompok ia tinggal menjadi salah satu Negara damai dan
sejahtera. Saling menghormati antara mereka yang kaya dengan yang miskin
ataupun sebaliknya. Sehingga dalam hal ini perlu adanya pengembangan
pengelolaan zakat dengan menjadikan sebuah lembaga pengumpul zakat yang
bekerja secara professional dan dapat dirasakan tidak hanya sesaat bagi mereka
namun seterusnya mereka dapat rasakan.
Berikut beberapa manfaat dan faedah yang di kutip dalam sebuah artikel
wikipedia.org yaitu sebagai berikut:[4]
1. Faedah Diniyah (segi agama)
a. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang
mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan
akhirat.
b. Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-
nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa
macam ketaatan.
c. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana
firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah"
(QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq "alaih Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan
ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
8. d. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan
Rasulullah Muhammad SAW.
2. Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)
a. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.
b. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.
c. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa
harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan
jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai
tingkat pengorbanannya.
d. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
3. Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)
a. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
b. Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi
mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya
adalah mujahidin fi sabilillah.
c. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada
dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka
yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang
tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta
yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu
akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
d. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya
akan melimpah.
e. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena
ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak
yang mengambil manfaat.
9. Ketika pengelolaan zakat dilakukan dengan baik salah satunya seperti yang
dilakukan oleh rumah zakat yang bertugas melakukan pengelolaan zakat. Hasil dari
beberapa program rumah zakat memberikan salah satu dampak positif bagi
sebagian orang seperti Mobil juara menjadi program terfaforit di 13 sekolah
Jakarta.[5] Sehingga hal ini yang menjadi tolak ukur kita untuk menyalurkan zakat
ketika telah mencapai nisabnya dan sekiranya berlebihan untuk kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sedikit uraian diatas yang penulis sampaikan lewat tulisan dan presentasi
makalah yang berjudul urgensi zakat dalam ajaran islam, ada beberapa kesimpulan
yang dapat kita ambil dari pembahasan diatas, diantaranya yaitu:
1. Padangan ajaran Islam tentang urgensi zakat
Banyak sekali ajaran Islam yang berbicara tentang urgensi zakat salah satunya dalam al-Qur’an
banyak perintah mengenai pengeluaran zakat bagi mereka yang memiliki harta telah mencapai nisab
atau haul. Sehingga zakat merupakan suatu hal yang sangat fital yang apabila dikembangkan dengan
dikelola dengan benar, insyaallah kedepan akan memberikan dampak positif bagi mereka yang
kekurangan.
2. Realisasi dari pada urgensi zakat dalam ajaran Islam
Sejauh ini mengingat dari pada urgensi zakat dalam ajaran islam telah dibentuk yang dinamakan
LAZ dan BAZ. Yaitu sebuah lembaga yang di sahkan dan diatur dalam undang undang yang
memiliki fungsi menampung dan mengelola zakat agar terkordir secara professional. Sehingga
sampai saat ini banyak dari sebagian masyarakat telah menerima manfaat dari program yang
dilakukan oleh LAZ dan BAZ seperti rumah zakat yang telah tersebar dibeberapa kota di Indonesia.
Daftar Pustaka
Kurnia Hikmat dan A. Hidayat. 2008. Panduan Pintar Zakat. QultumMedia. Jakarta.
Sudirman. 2007. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas. UIN Malang Press. malang