Analisis Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamanan Termal...Rahmawati Muslan
Presentasi Sidang Pleno
"Analisis Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamanan Termal Rumah Susun Industri Dalam"
Penyusun: Fathia Khairunnisa Agustin, Arif Kamaludin Firdaus Akbar, Rahmawati
Analisis Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamanan Termal...Rahmawati Muslan
Presentasi Sidang Pleno
"Analisis Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamanan Termal Rumah Susun Industri Dalam"
Penyusun: Fathia Khairunnisa Agustin, Arif Kamaludin Firdaus Akbar, Rahmawati
Penerapan Struktur Bentang Lebar Pada Bangunan Masjid di BengkuluRabiyatul Adawiyah
Abstrak.
Berdasarkan hadist terdapat kebutuhan dalam fungsi bangunan masjid untuk jamaahnya merapatkan shaf dan menghindari tiang ketika sholat. Ternyata dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini membawa kita kepada kemungkinan membangung masjid tanpa tiang. Tapi, adakah dalam hadist hal yang harus diperhatikan ketika membangun sebuah bangunan masjid? Makalah ini membahas kemungkinan dalam membangun masjid tanpa tiang dari sudut pandang islam dan arsitektur. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat pedoman perancangan masjid bentang lebar dengan memperhatikan ketentuan daya tampung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan dan mengolah data literatur. Hasil dari penelitian ini berupa pedoman peracangan sebuah masjid bentang lebar di Bengkulu.
BANGUNAN M.I.C.E INI MENGADOPSI KONSEP WILD & ICONIC. DIMANA WILD DITERJEMAHKAN DALAM BENTUK STRUKTUR FOLDED PADA AREA EXHIBITION HINGGA MEMBENTUK SEBUAH GUBAHAN MASSA SEGITIGA YANG REPETITIF DENGAN FASAD YANG DIDOMINAN OLEH KACA. PADA SISI ICONIC DITERJEMAHKAN KE DALAM GUBAHAN BENTUK DARI SEBUAH MAHKOTA YANG DILETAKAN PADA BAGIAN TENGAH BANGUNAN YANG BERFUNGSI JUGA SEBAGAI ATAP PLENARY HALL.
Sistem tabung adalah jenis sistem struktur bangunan tinggi yang menggunakan kolom-kolom hanya pada bagian sisi luar bangunan yang jarak antar kolomnya sangat dekat.
Penerapan Struktur Bentang Lebar Pada Bangunan Masjid di BengkuluRabiyatul Adawiyah
Abstrak.
Berdasarkan hadist terdapat kebutuhan dalam fungsi bangunan masjid untuk jamaahnya merapatkan shaf dan menghindari tiang ketika sholat. Ternyata dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini membawa kita kepada kemungkinan membangung masjid tanpa tiang. Tapi, adakah dalam hadist hal yang harus diperhatikan ketika membangun sebuah bangunan masjid? Makalah ini membahas kemungkinan dalam membangun masjid tanpa tiang dari sudut pandang islam dan arsitektur. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat pedoman perancangan masjid bentang lebar dengan memperhatikan ketentuan daya tampung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan dan mengolah data literatur. Hasil dari penelitian ini berupa pedoman peracangan sebuah masjid bentang lebar di Bengkulu.
BANGUNAN M.I.C.E INI MENGADOPSI KONSEP WILD & ICONIC. DIMANA WILD DITERJEMAHKAN DALAM BENTUK STRUKTUR FOLDED PADA AREA EXHIBITION HINGGA MEMBENTUK SEBUAH GUBAHAN MASSA SEGITIGA YANG REPETITIF DENGAN FASAD YANG DIDOMINAN OLEH KACA. PADA SISI ICONIC DITERJEMAHKAN KE DALAM GUBAHAN BENTUK DARI SEBUAH MAHKOTA YANG DILETAKAN PADA BAGIAN TENGAH BANGUNAN YANG BERFUNGSI JUGA SEBAGAI ATAP PLENARY HALL.
Sistem tabung adalah jenis sistem struktur bangunan tinggi yang menggunakan kolom-kolom hanya pada bagian sisi luar bangunan yang jarak antar kolomnya sangat dekat.
Tugas diskusi Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Administrasi
untuk melengkapi nilai mata kuliah tersebut
yang diberikan oleh Dosen Pengampu
Bpk Deny Hidayat, M.Pd
5. ..Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang
paling bermanfaat bagi manusia
(HR. Thabrani dan Daruquthni)
6.
7. Metode Perancangan Arsitektur
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-NYA lah
Buku ini dapat berada di tangan anda sekalian. Semua ini
semata-mata karena pertolongan-NYA, sehingga semua
hambatan dan kendala dalam peyusunan buku ini dapat
dilewati dengan baik.
Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada
junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita semua ke jalan yang benar dan penuh
ridho NYA.
Tidak seperti buku-buku sejenis, buku ini mencoba
menyisipkan nilai islam dalam khasanah arsitektur,
sehingga diharapkan tidak hanya mampu memberikan
wawasan secara keilmuan namun mampu turut serta
mengasah ketajaman religius bagi para calon arsitek.
Ucapan terimakasih penyusun haturkan sebesar-
besarnya kepada Prof. Dr. Moch. Sholeh M.Pd atas
segala inspirasi dan dukungannya untuk merintis
peradaban melalui integrasi sains dan islam.
Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada
Ibunda Syarofah, atas doa dan kasih sayang yang sampai
saat ini belum mampu terbalaskan. Kepada istri
penyusun yang sangat luar biasa, Tien Zubaidah, anak-
8. Metode Perancangan Arsitektur
ii
anakku, Muhammad Hanif Arrasyid dan Muhammad Ali
Junaid, teri akasih…kalian lah matahari sekaligus api
se a gatku…Da kepada se ua pihak ya g telah
membantu mewujudkan penulisan buku ini.
Tak ada gading yang tak retak, penulis sadari bahwa
buku ini masih jauh dari sempurna dan pastinya akan
terus mengalami perbaikan-perbaikan di masa yang akan
datang, sehingga saran dan masukannya sangat penulis
harapkan
Akhir kata, Semoga buku ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak
Surabaya, 2015
Penyusun
9. Metode Perancangan Arsitektur
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI Iii
BAB I PENGANTAR METODE PERANCANGAN
I.1. PENGERTIAN 1
I.2. KLASIFIKASI PERENCANAAN 5
I.3. EVOLUSI PERANCANGAN 7
I.4. HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN
PERANCANGAN
11
BAB II BENTUK, RUANG, SKALA DAN FUNGSI
II.1. PENGERTIAN BENTUK 13
II.2. RUANG 14
II.3. SKALA DALAM ARSITEKTUR 15
II.4. FUNGSI RUANG DAN FUNGSI
BANGUNAN
18
II.5. BENTUK, RUANG, SKALA DAN
FUNGSI DALAM PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
19
BAB III HUBUNGAN UNSUR YANG TERLIBAT DALAM
PEMBANGUNAN
III.1. UNSUR PELAKSANA PEMBANGUNAN &
TUGASNYA
31
III.2. LINGKUP TUGAS ARSITEK MUSLIM DALAM
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
35
III.3. PEMPROSESAN DATA DAN INFORMASI
YANG DIPERLUKAN DALAM PERENCANAAN
37
10. Metode Perancangan Arsitektur
iv
BAB IV FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
PERENCANAAN DAN KAITANNYA DENGAN
PERANCANGAN
IV.1. FAKTOR PENGGUNA / MANUSIA 38
IV.2. FAKTOR FISIK 43
IV.3. FAKTOR EKSTERNAL 52
BAB V PENGUMPULAN DATA & TEKNIK
PENGUMPULAN DATA ARSITEKTUR
V.1. PENELITIAN AWAL 57
V.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 59
BAB VI IDENTIFIKASI DALAM PERENCANAAN
VI.1 IDENTIFIKASI FUNGSI 72
V.2. IDENTIFIKASI LOKASI 82
BAB VII ANALISIS PERENCANAAN
VII.1. ANALISIS NON FISIK 86
VII.2. ANALISIS FISIK 95
VII.3. ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH 111
BAB VIII SINTESIS PERENCANAAN
VIII.1. SINTESIS NON FISIK 112
VIII.2. SINTESIS FISIK 120
BAB IX PERENCANAAN BERDASAR ANALISIS PERILAKU
IX.1. BATASAN LINGKUP PENGERTIAN 125
IX.2. POLA AKTIFITAS 127
IX.3. HUBUNGAN ARSITEKTUR DENGAN PERILAKU 128
BAB X KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR
X.1. TOPIK DAN TEMA 131
X.2. KONSEP PERUNTUKAN (ZONEPLAN) 138
X.3. KONSEP TATA RUANG LUAR 140
X.4 KONSEP SIRKULASI 141
X.5. KONSEP ORIENTASI BANGUNAN 144
X.6. KONSEP TITIK TANGKAP BANGUNAN 146
11. Metode Perancangan Arsitektur
v
X.7. KONSEP AS BANGUNAN DAN KAWASAN 147
X.8. KONSEP DIMENSI BANGUNAN 147
X.9 KONSEP BENTUK MASSA BANGUNAN 149
X.10. KONSEP STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN
150
X.11. KONSEP UTILITAS BANGUNAN 152
DAFTAR PUSTAKA 158
12.
13. Metode Perancangan Arsitektur
1
Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan
suatu pekerjaan dilakukan dengan tepat, terarah dan tuntas
HR.Al-Thabrani, Mu'jam al-Ausath, juz 2
BAB I
PENGANTAR METODE PERANCANGAN
ada bab ini akan dibahas mengenai konsep-konsep
dasar dari metode, perencanaan dan perancangan,
termasuk didalamnya memahami tentang pengertian-
pengertian, klasifikasi perencanaan, perkembangan
evolusinya hingga hubungan antara perencanaan dengan
perancangan.
I.1. PENGERTIAN
1. METODE
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang
bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur
mencakup merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu
perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur
lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan,
desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga
merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan
tersebut.
P
14. Metode Perancangan Arsitektur
2
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan
'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode
adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang
terdapat dalam sebuah metode adalah : cara
melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.
Terdapat banyak pengertian dan definisi dari metode
menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
Cara, pendekatan, atau proses untuk
menyampaikan informasi (Rothwell & Kazanas)
Rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola
untuk menegaskan bidang keilmuan (B Titus)
Suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan rencana tertentu (C. Macquarie)
Seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan)
yang tersusun secara sistematis atau urutannya
logis (Wiradi)
Cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
tertentu guna mencapai tujuan yang hendak
dicapai (Hardjana, A.M)
Cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
e apai tujua ya g dite tuka KBBI
15. Metode Perancangan Arsitektur
3
2. PERENCANAAN
Perencanaan sebagai padanan kata asing pla i g ,
dapat diartikan sebagai suatu sarana untuk
mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai
kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang
berarti dan dapat dilaksanakan dengan teratur (William
A. Shrode, 1974).
Sedangkan Davidoff (1962) menyatakan bahwa
perencanaan adalah sebuah proses untuk menetapkan
tindakan yang tepat di masa depan melalui berbagai
pilihan yang sistematik dan terstruktur.
Perencanaan sendiri merupakan suatu proses
menyusun konsepsi dasar suatu rencana yang meliputi
kegiatan-kegiatan:
a) Mengidentifikasi. Menentukan komponen yang
menunjang terhadap objek, yang merupakan
kompleksitas, fakta yang memiliki kontribusi
terhadap kesatuan pembangunan.
b) Mengadakan studi. Mencari hubungan dari
berbagai faktor terkait, yang memiliki pengaruh
spesifik.
c) Mendeterminasi. Menentukan setepat mungkin
faktor yang dominan dengan memperhatikan
kekhususan dari unit perubahan yang spesifik yang
memberikan perubahan terhadap faktor lain.
d) Memprediksi. Mengadakan ramalan bagaimana
suatu faktor akan berubah sehingga mencapai
keadaan lebih baik di masa depan.
16. Metode Perancangan Arsitektur
4
e) Melakukan tindakan. Berdasarkan prediksi di atas,
melakukan tindakan terstruktur untuk mencapai
tujuan pembangunan.
3. PERANCANGAN
Terdapat begitu banyak pengertian yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut :
Pera a ga erupaka proses pe arika keputusa
dari ketidakpastian yang tampak, dengan tindakan-
tindakan yang tegas bagi kekelirua ya g terjadi
(M.Asimow, 1982).
Pera a ga erupaka upaya u tuk e e uka
ko po e fisik ya g tepat dari se uah struktur fisik
(Christopher Alexander, 1983).
Pera a ga erupaka proses si ulasi dari apa
yang ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-
kali sehingga memungkinkan kita merasa puas dengan
hasil akhir ya P.J. Booker, .
Pera a ga erupaka sasara ya g dike dalika
dari aktifitas pe e aha asalah L. Bru e Ar her,
1985)
Pera a ga erupaka aktifitas kreatif, melibatkan
proses untuk membawa kepada sesuatu yang baru dan
er a faat ya g se elu ya tidak ada JB.Res i k,
1965).
Perancangan mempunyai makna memulai perubahan
dalam benda- e da uata a usia J.C. Jo es,
1990).
17. Metode Perancangan Arsitektur
5
Pera a ga adalah usula pokok ya g engubah
sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih
baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi masalah
masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan
masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah.
Dengan kata lain adalah perencanaan, penyusunan
ranca ga , da pelaksa aa ra a ga Joh Wade,
1977)
“uatu kreasi u tuk e dapatka suatu hasil akhir
dengan mengambil suatu tindakan yang jelas, atau
suatu kreasi atas sesuatu yang mempunyai kenyataan
fisik )ai u ,
I.2. KLASIFIKASI PERENCANAAN
Untuk dapat mengklasifikasikan sebuah perencanaan,
maka perlu dipahami terlebih dahulu mengenai teori
perencanaan. Dalam Teori perencanaan (planning
theory), teori dapat ditinjau dari 3 (tiga) sisi
pemahaman, yakni:
a) Theory in Planning (teori dalam proses
perencanaan);, adalah pendekatan yang dipakai
dalam perencanaan, dimana dalam eksistensi
perencanaan berkaitan erat dengan substansi atau
objeknya.
b) Theory for Planning (teori untuk perencanaan);
adalah pendekatan diajukan mencakup berbagai
teori sosial yang menjelaskan bagaimana
18. Metode Perancangan Arsitektur
6
seharusnya masyarakat dan perencanaan di masa
depan (tujuan)
c) Theory of Planning (teori perencanaan); adalah
pendekatan yang kemudian mendukung berbagai
kebijakan perencanaan baik dalam proses atau
prosedur dan cara melaksanakannya maupun
substansi perencanaannya.
Dalam mengkaji perencanaan, dapat ditinjau dari
beberepa aspek, diantaranya:
1. Berdasarkan titik pusat perencanaan, maka
perencanaan dapat diklasifikasi menjadi 3 titik
pusat / fokus perencanaan (Faludi, 1982), yakni:
a. Objek (object centered), perencanaan
berdasarkan orientasi sasaran perencanaan,
b. Pemegang kekuasaan (control centered),
perencanaan dominan dipengaruhi oleh
pemegah modal
c. Pengambilan keputusan (decision centered),
perencanaan ditempuh melaluli jalan diskusi
atau keputusan bersama.
2. Berdasarkan orientasi perencanaan , maka
perencanaan diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yakni:
a. Planner Oriented (perencanaan tradisional),
dimana perencana sebagai pihak yang dominan
19. Metode Perancangan Arsitektur
7
dalam hal perencanaan, user menyerahkan
segalanya ke perencana.
b. User oriented (perencanaan rasional), pemakai
menjadi unsur utama dalam orientasi
perencanaan
3. Berdasarkan dimensi waktu perencanaan maka
perencanaan juga dapat di klasifikasi menjadi tiga
jenis yakni :
a. Perencanaan jangka pendek (short–range
planning). Jangka waktunya sampai 1 atau 2
tahun.
b. perencanaan jangka menengah (intermediate
planning).Jangka waktunya 2 - > 10 tahun.
c. Perencanaan jangka panjang (long-range
planning . Ja gka aktu ya ≥ tahu .
4. Berdasarkan arah alur , perencanaan dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yakni
a. Top Down Planning. Disusun secara
menyeluruh kemudian dirinci kepada tingkat
yang lebih rendah.
b. Bottom Up Planning. Disusun mulai dari bawah
kemudian dirangkum dalam tingkat tertentu.
I.3. EVOLUSI PERANCANGAN
Menurut Jones .J.C (1970) terdapat 3 fase evolusi
dalam desain, yang meliputi fase 1) Craftmanship, 2)
Draughtmanship dan 3) Design Method (yang sekarang
20. Metode Perancangan Arsitektur
8
digunakan). Ketiga fase tersebut secara garis besar,
berturut turut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Fase Craftmanship atau Craft Evolution
Dimana suatu perencanaan dilakukan dengan
mengandalkan kreativitas atau kerajinan (seni) semata
oleh sang perancang. Ciri-ciri perencanaannya adalah:
- Kreativitas tersebut akan menghasilan suatu
bentuk karya seni yang bagus dan indah.
- Pelaku perencanaan merupakan perancang
dengan skill atau kemampuan yang terlatih
- Hasil akhir sebagai penyempurnaan atas
kesalahan perancangan yang dibuat sebelumnya.
Contoh bangunan atau karya arsitektur dari craft
evolution ini adalah bangunan arsitektur tradisional
yang penuh dengan ornamen-ornamen.
Gambar 1.1 Bangunan candi sebagai contoh fase
Craftmanship
21. Metode Perancangan Arsitektur
9
2) Fase Draughtmanship
Atau fase perencanaan berdasarkan gambar,
merupakan perencanaan yang dilakukan dengan
menghitung ukuran atau dimensi dengan suatu ukuran
tertentu, mempunyai bentuk yang jelas, dan dapat
dibuat dengan jumlah yang banyak atau dibuat
kembali. Ciri-ciri perencanaan tersebut adalah:
- Memisahkan produksi menjadikan beberapa
bagian.
- Ada kemungkinan merubah bagian-bagian
produksi.
- Waktu yang digunakan untuk merealisasikan
rancangannya lebih efisien.
- Melibatkan banyak pelaksana untuk
merealisasikannya.
- Melaksanakan rencana-rencana yang sudah
dipersiapkan sebelumnya.
Gambar 1.2 Bangunan Rumah tinggal yang dibuat
berdasarkan gambar kerja
22. Metode Perancangan Arsitektur
10
3) Fase Design Method
Pada fase ini terbagi kembali menjadi dua tipe metode
perancangan, yakni tipe Tradisional dan Rasional.
Metode Perancangan Blackbox (Tradisional)
Metode perancangan blackbox ini, dilakukan secara
spontanitas oleh si perancang suatu karya tersebut. Ide
datang bisa dari mana saja dan kapan saja untuk
membuat suatu karya. Beberapa ciri-ciri metode
blackbox menurut Jones (1970) adalah:
Ide kreatifitas rancangan tidak jelas datang dari
mana konsepnya, bisa datang dari mimpi, suatu
ilham, mungkin bahkan wangsit, atau ujicoba
lainnya.
Sukar untuk menjelaskan konsep yang didapat,
mengingat ide datang secara spontanitas atau
dominan karena pengalaman terdahulu
Proses kreatif satu rancangan tidak dapat terlihat
jelas.
Hasil suatu karya tidak dapat di-kritik.
Kapasitas produksi yang bergantung kepada
ketersediaan waktu, mood, dan imajinasi si
perancang.
Metode Perancangan Glassbox (Rasional)
Metode perancangan glassbox ini, dilakukan secara
rasional dan logis oleh sang perancang terhadap karya
yang dibuatnya.Konsep perancangan yang dibuat tidak
datang secara spontan namun melalui beberapa tahap-
23. Metode Perancangan Arsitektur
11
tahap yang dilakukan dengan mempertimbangkan hal-
hal tertentu. Beberapa ciri-ciri metode glassbox
(Jones,1970) adalah:
Analisa dalam merancang dilakukan dengan
lengkap, bahkan bisa saja melalui suatu proses
pengujian.
Bukan rancangan yang dilakukan dengan coba-
coba, namun rancangannya penuh dengan makna
dan logis.
Beberapa strategi ditentukan dengan sangat
matang.
Dalam metode perancangan rasional, sang perencana
tidak selalu melakukan pembangunan terhadap karya
mereka. Karya yang mereka bikin, bisa dibangun oleh
orang lain. Berbeda dengan metode perancangan
dengan metode tradisional bahwasanya perencana
adalah pelaku pembangunannya.
I.4. HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN
PERANCANGAN
Dalam kaitan perencanaan dilihat sebagai bagian dari
proses perancangan, maka terdapat 3 (tiga) alternatif
hubungan meliputi :
(1). Hubungan terpadu (integrated), dimana proses
perencanaan berjalan bersamaan dengen proses
perancangan
24. Metode Perancangan Arsitektur
12
(2). Hubungan terpisah (segregated), proses
perancangan baru bisa dilaksanakan dan selesai
bila proses perencanaan sudah dilakukan.
(3). Hubungan interaktif (interactive), sebuah proses
berkelanjutan, proses perencanaan dan
perancangan dilihat sebagai suatu siklus satu
kesatuan yang selalu memberika feedback satu
dengan yang lain.
Gambaran skematiknya sebagai berikut :
Hubungan
terpadu
(integrated),
Hubungan
terpisah
(segregated)
Hubungan
interaktif
(interactive)
Skema 1.1 Skema jenis hubungan perencanaan dengan
perancangan
Perencanaan - Perancangan
Perencanaan Perancangan
Perencanaan Perancangan
Perencanaan
Perancangan
25. Metode Perancangan Arsitektur
13
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-
Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(QS 61:4)
BAB II
BENTUK, RUANG, SKALA DAN FUNGSI
ab ini akan membahas tentang konsep dasar
mengenai bentuk, ruang, skala dan fungsi serta
kaitannya serta aplikasi ke empat elemen tersebut ke
dalam proses perencanaan dan perancangan arsitektur.
II.1 PENGERTIAN BENTUK
Sebagai karya visual, bentuk memiliki peran yang
menetukan dalam perencanaan dan perancangan
arsitektur, diman bentuk berkait erat dengan aspek yang
mendasari keputusan dalam proses perancangan, yakni
citra. Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang
memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan
pada penampilanluar yang dapat dikenali seperti sebuah
kursi atau seseorang yang mendudukinya.
Bentuk sendiri diartikan sebagai alat pokok bagi
perancang, dimana dibutuhkan kepekaan untuk memilih,
menguji dan memanipulasi unsur-unsur berbagai bentuk
dasar juga organisasi ruang dan perubahan-perubahan
yang terjadi sehingga berkait satu sama lain, bermakna,
B
26. Metode Perancangan Arsitektur
14
ditunjang dengan pengorganisasian ruang, struktur dan
kesatuan yang tepat (Ching, 1996)
Sedangkan Hugo Haring mendefinisikan bentuk sebagai
suatu perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan
hasil dari suatu proses pemikiran. Proses ini didasarkan
atas pertimbangan fungsi dan usaha pernyataan
diri/ekspresi.
Eppi dkk (1986) mendefinisikan bentuk sebagai unsur yang
memiliki garis, lapisan, volume, tekstur dan warna, dimana
kombinasi kesemuanya akan menghasilkan
pengekspresian bangunan
II.2. RUANG
Ruang adalah daerah tiga dimensi dimana obyek dan
peristiwa berada. Ruang memiliki posisi serta arah yang
relatif, terutama bila suatu bagian dari daerah tersebut
dirancang sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Ruang
merupakan wadah dari aktifitas-aktifitas manusia, baik
aktifitas untuk kebutuhan fisik maupun emosi manusia.
Ruang digunakan untuk mewadahi satu aktifitas manusia
atau lebih. Ruang terkait dengan volume dan volume
mempunyai tiga aspek dimensi, yaitu panjang, lebar dan
tinggi.
Ruang yang digunakan lebih dari satu fungsi dan aktifitas
disebut ruang multifungsi. Ruang yang bisa digunakan
untuk mewadahi aktifitas yang berlainan bahkan untuk
aktifitas yang sangat bertentangan (seperti aktifitas sakral
dan profan) disebut ruang yang relatif.
27. Metode Perancangan Arsitektur
15
Gambar 2.1 Ruang sebagai bentuk 3 dimensi
II.3. SKALA DALAM ARSITEKTUR
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara
elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen
tertentu dengan ukuran manusia.
Skala terdiri dari dua macam, yakni :
1) Skala manusia, perbandingan ukuran elemen
bangunan atau ruang dengan dimensi tubuh manusia
2) Skala Generik, perbandingan ukuran elemen
bangunan atau ruang terhadap elemen lain yang
berhubungan dengannya atau disekitarnya
Gambar 2.2 Ilustrasi skala dalam arsitektur
28. Metode Perancangan Arsitektur
16
Pada lingkungan perkotaan, terdapat beberapa macam
skala, yakni diantaranya :
1) Skala Intim
Merupakan skala ruang kecil sehingga memberikan
rasa terlindung bagi manusia yang berada didalamnya.
Contoh taman kecil yang dikelilingi bangunan rumah
Gambar 2.3 Taman kecil yang mencerminkan skala
intim
2) Skala Perkotaan
Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan kota
serta lingkungan manusianya sehingga manusia
merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan itu.
Gambar 2.4 Ilustrasi skala kota
29. Metode Perancangan Arsitektur
17
3) Skala Monumental
Didefiniskan sebagai skala ruang yang besar dengan
suatu obyek yang mempunyai nilai tertentu sehingga
manusia akan merasakan keagungan akan ruangan itu
sendiri. Seperti pada ilustrasi gambar 1, peran ukuran
objek monumen (1) dan ruang terbuka yang besar (2)
bersama-sama menciptakan efek monumental
terhadap keberadaan objek itu sendiri
Gambar 2.5 Ilustrasi skala monumental
4) Skala Menakutkan
Skala ini mempunyai perbandingan yang jauh sekali
perbedaannya dari manusia sehingga menimbulkan
rasa menakutkan bagi manusia yang berada dalam
ruangan tersebut. Bangunan tinggi yang berdekatan
jaraknya akan menciptakan skala ruang yang
menakutkan pada orang yang berada diantaranya.
30. Metode Perancangan Arsitektur
18
Gambar 2.6 Ilustrasi skala menakutkan
II.4 FUNGSI RUANG DAN FUNGSI BANGUNAN
Fu gsi diartika se agai erjala ya suatu te a
kegiatan yang mencerminkan atau selaras dengan tema
ruang. Informasi yang diperlukan dalam perencanaan
rancangan fasilitasnya meliputi :
- Fungsi jamak (ruang yang dapat digunakan oleh
berbagai fungsi baik secara pararel, serial, maupun
bertahap), ruangnya disebut ruang multifungsi
- Fungsi tunggal (ruang yang hanya dapat digunakan
oleh satu fungsi saja), ruangnya disebut ruang
tunggal fungsional.
Peran ruang dalam rancangan fasilitas sangat dominan.
Ruang merupakan unsur pembentuk rancangan
arsitektur disamping 2 (dua) unsur yang lain ialah
e tuk da susu a .
Yang mempengaruhi perencanaannya meliputi:
Tipe-tipe ruang (kaitannya dengan fungsi ruang)
31. Metode Perancangan Arsitektur
19
Dimensi ruang (kaitannya dengan ukuran, luasan
dan volume ruang)
Hubungan antara ruang (kaitannya dengan zoning
dan organisasi ruang)
II.5. BENTUK, RUANG, SKALA DAN FUNGSI DALAM
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Konsep bentuk, penataan ruang, konsep skala dan fungsi
dari lingkungan binaan yang akan dibuat akan menjadi
elemen penting dalam proses perencanaan dan
perancangan. Le Corbusier pernah menyatakan bahwa
sebuah bentuk dari bangunan arsitektur itu mengikuti
fungsinya (form follow function), walaupun sesuai
perkembangan waktu muncul pendapat lain bahwa fungsi
dapat menyesuaikan dengan bentuk rancangan (function
follow form). Contoh nyata bagaimana ke empat elemen
ini berperan dalam perencanaan tercermin dalam
penentuan pola sirkulasi antar ruang maupun antar
bangunan. Berikut adalah beberapa tipe hubungan dan
bentuk sirkulasi akibat pengaruh bentuk, ruang, skala dan
fungsi
1. Hubungan Jalan dengan Ruang
Jalan yang melalui ruang-ruang Jalan-jalan yang melewati
ruang-ruang dihadapnya, yang dapat menjadi sirkulasi
bagi ruang.
a) Melalui ruang-ruang
Sirkulasi melewati ruang adalah suatu pergerakkan
atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai
32. Metode Perancangan Arsitektur
20
penghubung ruang satu dengan lainnya. Jalan ini
tetap mempertahankan kesatuan dari ruangan-
ruangan yang ada dan konfigurasi jalannya fleksibel.
Contoh dari sirkulasi yang melewati ruang adalah :
Ruang tamu1-melewati ruang Ruang keluarga -
melewati ruang
Gambar 2.7 Sirkulasi melalui ruangan
b) Menembus ruang yaitu, sirkulasi dengan sistem
menembus ruang, udara dapat menembus tiap-tiap
ruangan. Maksud menembus ruang disini adalah
suatu pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang
berfungsi sebagai penghubung ruang satu dengan
lainnya melalui atau menembus ruang yang lain.
Sirkulasi dapat menembus sebuah ruang menerus
sumbunya, miring, atau sepanjang sisinya. Dalam
memotong sebuah ruang, sirkulasi membentuk
wilayah-wilayah tertentu untuk aktifitas dan gerak
33. Metode Perancangan Arsitektur
21
dalam ruang tersebut. Pada bagian ini sebuah
ruangan dibagi menurut sumbunya dan tercipta jalan
di tengahnya da secara tidak langsung tercipta pola-
pola akibatnya pada ruangan tersebut.
Gambar 2.8 Sirkulasi dibuat membelah ruangan
Gambar 2.9 Sirkulasi dibuat melalui ruangan
34. Metode Perancangan Arsitektur
22
c) Berakhir dalam ruang, yakni sirkulasi dengan sistem
udara memasuki ruang dan udara hanya berputar
pada ruang tersebut.
Gambar 2.10 Ilustrasi sirkulasi berakhir dalam
ruangan
Gambar 2.11 Ruang Rapat, contoh sirkulasi yang
berakhir dalam ruang
35. Metode Perancangan Arsitektur
23
Sirkulasi yang berakhir dalam ruang adalah suatu
pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi
sebagai pemfokus akses penghubung ruang yang
dianggap penting (mempunyai keunggulan
dibandingkan yang ruang yang lain) dan berakhir
pada satu ruang. Biasanya sirkulasi yang berakhir
dalam ruang terdapat pada ruangan pertemuan.
2. Bentuk Ruang Sirkulasi
a) Tertutup
Membentuk galeri umum atau koridor pribadi
yang berkaitan dengan ruang-ruang yang
dihubungan melalui pintu-pintu masuk pada
bidang dinding.
Gambar 2.12 Contoh Sirkulasi tertutup
b) Terbuka pada salah satu sisinya
Membentuk balkon atau galeri yang memberikan
kontinuitas visual dan kontinuitas ruang dengan
ruang-ruang yang dihubungkannya.
36. Metode Perancangan Arsitektur
24
Gambar 2.13 Contoh Sirkulasi terbuka pada satu
sisi
c) Terbuka pada Kedua sisinya
Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas
yang menjadi sebuah perluasan fisik dari ruang
yang ditembusnya.
Gambar 2.14 Contoh Sirkulasi terbuka pada
kedua sisi
37. Metode Perancangan Arsitektur
25
3. Konfigurasi Jalan
a) Linier
yaitu urutan ruang yang berada dalam satu garis
dan berulang. Organisasi linier pada dasarnya
terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat
berhubungan secara langsung satu dengan yang
lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang
berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya
terdiri dan ruang-ruang yang berulang, serupa
dalam ukuran, bentuk, dan fungsi. Ruang-ruang
yang secara fungsional atau simbolis penting
keberadaannya terhadap organisasi dapat berada
di manapun sepanjang rangkaian linier.
Gambar 2.15 Ilustrasi konfigurasi linier
b) Radial
Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur
organisasi terpusat dan linier.Organisasi ini terdiri
dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah
organisasi linier berkembang menurut arah jari-
38. Metode Perancangan Arsitektur
26
jarinya. Ruang pusat pada suatu organisasi radial
pada umumnya berbentuk teratur. Lengan-lengan
liniernya, mungkin mirip satu sama lain dalam hal
bentuk dan panjang untuk mempertahankan
keteraturan bentuk organisasi secara
keseluruhan.Lengan-lengan radialnya juga dapat
berbeda satu sama lain untuk menanggapi
kebutuhan-kebutuhan akan fungsi dan
konteksnya.
39. Metode Perancangan Arsitektur
27
Gambar 2.15 Contoh konfigurasi radial
Gambar 2.16 Ilustrasi konfigurasi radial
c) Spiral (Berputar)
Membentuk sebuah jalan lulur yang bergerak
mengelilingi pusat dan bertambah jauh dari
pusatnya.
Gambar 2.17 Ilustrasi konfigurasi spiral
d) Grid
Pola ini terdiri dari beberapa jalan yang
menghubungkan titik-titik terpadu dalam
ruang,organisasi grid terdiri dan bentuk-bentuk
dan ruang-ruang di mana posisinya dalam ruang
dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau
40. Metode Perancangan Arsitektur
28
bidang grid tiga dimensi. Sebuah grid diciptakan
oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus yang
membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada
pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam
dimensi-ketiga, maka pola grid berubah menjadi
satu set unit ruang modular berulang.Suatu grid di
dalam arsitektur paling sering dibangun oleh
sistem struktur rangka dari kolom dan balok.
Kekuatan mengorganisir suatu grid dihasilkan dari
keteraturan dan kontinultas pola-polanya. Pola-
pola ini membuat satu set atau daerah titik-titik
dan garis-garis referensi yang stabiI dalam ruang-
ruang organisasi grid.
Gambar 2.18 Ilustrasi konfigurasi Grid pada
kawasan
41. Metode Perancangan Arsitektur
29
Gambar 2.19 Contoh konfigurasi Grid
e) Jaringan
Suatu bangunan biasanya memiliki suatu
kombinasi dari pola-pola diatas. Oleh karena itu
maka dibentuk aturan urutan utama dalam
sirkulasi tersebut agar tidak membingungkan.
Gambar 2.20 Ilustrasi konfigurasi jaringan
43. Metode Perancangan Arsitektur
31
Maka ingatlah akan anugrah Allah dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi membuat kerusakan”.
(QS 7 : 74)
BAB III
HUBUNGAN UNSUR YANG TERLIBAT
DALAM PEMBANGUNAN
ada bab ini akan mebahas mengenai unsur-unsur
atau pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses
pembangunan, mulai dari tahap perencanaan,
perancangan hingga pelaksanaannya berikut ranah
tugasnya masing. Bab ini juga akan memaparkan
bagaimana hubungan antara unsur-unsur tersebut, ruang
lingkup peranan seorang arsitek dalam perencanaan
arsitektur serta pemrosesan data dan informasi yang
diperlukan dalam kegiatan perencanaan.
III.1. UNSUR PELAKSANA PEMBANGUNAN &
TUGASNYA
Secara garis besar Terdapat 3 (tiga) unsur yang terlibat
dalam proses perencanaan sampai dengan pembangunan
fasilitas, yakni:
1) Klien
Klien dapat diartikan sebagai pihak yang
berkepentingan dengan berdirinya suatu bangunan
arsitektural. Klien merupakan pemberi tugas serta
P
44. Metode Perancangan Arsitektur
32
pemilik modal. Klien sendiri dapat besifat perorangan /
individu, kelompok ataupun lembaga / organisasi.
Peran dan fungsi klien secara garis besar terdiri dari
dua hal, yakni :
Menginformasikan kepada arsitek dan tim
berbagai gagasan yang berupa tujuan dan
kei gi a klie u tuk e dapatka suatu adah
kegiata ya g sesuai de ga tu tuta klie .
Menginformasikan gambaran hambatan-
hambatan / kendala (handicap) dan juga
keterbatasan-keterbatasan (constraint) yang ada
kepada arsitek. Hambatan merupakan faktor yang
harus dihindari seperti : kondisi alam yang tidak
memungkinkan fasilitas tersebut dibangun (misal:
daerah bahaya dekat dengan gunung api), atau
daerah gempa daerah banjir, dan sebagainya.
Sedangkan faktor pembatas (constraint)
merupakan faktor yang harus dicari dan diketahui
sebelum proyek dilaksanakan, agar persiapan &
proses pencarian data bisa lebih efektif dan
efisien. Contoh misalnya : ketersediaan dana yang
terbatas, kesenjangan komunikasi, keterbatasan
luasan tapak/ lahan, dan lain-lain.
2) Arsitek
Arsitek merupakan pihak yang diberi tugas oleh klien
untuk mewujudkan keinginan atau tujuan mereka dan
dapat bersifat individu ataupun tim. Arsitek
45. Metode Perancangan Arsitektur
33
mempunyai tugas untuk menterjemahkan keinginan /
gagasan klien melalui : pengetahuan perancangannya
(design know how) dan pengalaman dalam menangani
proyek perancangan. Informasi dari klien lebih
erorie tasi pada pe ggu aa ahasa klie ,
sehingga arsitek harus menterjemahkan ke dalam
bahasa arsitektur agar bisa lebih dipahami oleh
anggota tim yang lain dan sekaligus dipahami oleh
klien. Terjemahan bahasa arsitektur diperlukan untuk
memahami /menterjemahkan keinginan klien. Tingkat
pengalaman sangat berpengaruh pada kualitas produk
fasilitas . Ti gkat pe gala a juga e udahka
arsitek berkomunikasi lebih lancar dengan klien.
Melalui design know how dan pengalaman, arsitek
dapat elaksa aka design management se aik-
baiknya, sehingga hasil bisa lebih optimum memenuhi
tuntutan pengguna.
3) Pengembang / Kontraktor / Pelaksana Pembangunan
Pengembang atau kontraktor / pelaksana
pembangunan merupakan unsur yang
mengimplementasikan karya desain sebagai fasilitas
yang siap untuk dioperasionalkan / dimanfaatkan oleh
pengguna. Secara fungsional, teknis dan estetis
fasilitas yang dibangun oleh kontraktor harus
memenuhi kelayakan pakai. Kontraktor sebagai
institusi pembangun yang mempunyai 3 (tiga) sumber
daya berupa :
(1). Perangkat teknologi
(2). Tenaga ahli dan
(3). Tenaga kerja
46. Metode Perancangan Arsitektur
34
Skema 3.1 Hubungan antara unsur yang terkait dengan
perencanaan
Terkait fenomena maraknya praktek-praktek
penyimpangan yang dilakukan oleh satu pihak dengan
pihak yang lain untuk mengeruk keuntungan pribadi,
Alloh SWT telah jelas memberikan petunjuk dalam Asurat
Al Maidah ayat 100
Kataka lah: tidak sa a ya g uruk de ga ya g aik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu,
Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang
47. Metode Perancangan Arsitektur
35
berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."(QS
5:100)
Dan Rasulullah SAW juga pernah bersabda :
“u gguh, seora g ha a e asukka satu suap
makanan haram ke perutnya, Allah SWT tidak menerima
amalnya selama empat puluh hari, dan siapapun seorang
hamba yang dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram,
aka eraka le ih aik agi ya HR Ath –Thabrani )
III.2. LINGKUP TUGAS ARSITEK MUSLIM DALAM
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Secara garis besar, ruang lingkup arsitek muslim ialah
mencakup melaksanakan pendekatan untuk perencanaan
dan perancangan dengan melihat metode apa yang paling
tepat digunakan dalam kaitan :
a) Kebutuhan untuk desain
b) Kebutuhan untuk evaluasi desain
Untuk kedua hal tersebut diatas perlu dilakukan secara
tepat terstruktur,dan terkoordinasi. Dalam hal
perancangan, informasi perencanaan menjadi input yang
berguna bagi penentuan langkah perancangan
selanjutnya. Selain kemampuan yang bersifat teknis, ruang
lingkup seorang arsitek muslim juga melingkupi
kemampuannya untuk menerapkam etika yang baik atau
akhlaqul karimah dalam setiap langkah dan interaksinya
dengan pihak-pihak lain maupun dengan lingkungan.
Setiap langkah dalam proses perencanaan dan
48. Metode Perancangan Arsitektur
36
perancangan haruslah dilandaskan dengan semangat nilai
ibadah, mencari ridho Alloh SWT dan keinginan besar
untuk berlaku amanah dalam memakmurkan alam dan
lingkungan, seperti yang telah Alloh SWT firmankan
didalam QS Al Baqarah ayat 30 dan QS Hud ayat 61
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (QS.2:30)
dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh.
Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
49. Metode Perancangan Arsitektur
37
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan
(doa hamba-Nya)."(QS.11:61)
III.3. PEMPROSESAN DATA DAN INFORMASI YANG
DIPERLUKAN DALAM PERENCANAAN
Pemprosesan informasi merupakan tugas arsitek yang
dalam proses pelaksanaannya harus selalu mendapat
masukkan dari klien atau dapat juga sebagai hasil interaksi
antara arsitek dengan klien. Pemprosesan informasi
tersebut meliputi : Koleksi data, organisasi data,
mengkomunikasikan data, analisis data dan mengevaluasi
data. Secara detail ke lima tahap tersebut dapat dijelaskan
pada tabel 3.1 berikut
Tabel 3.1 Tahapan pemprosesan data dalam perencanaan
Tahapan Meliputi
Koleksi data Menyusun pertanyaan, interview, melakukan
survei, studi pustaka, observasi dan mencatat
data yang masuk
Organisasi data Menyusun, mengurutkan, mengklasifikasikan,
mengkatagorikan, mengelompokkan dalam
group sesuai klasifikasinya
Mengkomunikasikan data Menuliskan, mengilustrasikan,
menginteraksikan, menjelaskan,
mendokumentasikan, menterjemahkan, dan
menginterpretasikan
Analisis data Melakukan sorting dan seleksi membandingkan
membobot, melakukan tes validitas data dan
komputasi (mengolah dengan komputer).
Mengevaluasi data Melakukan review, melakukan verifikasi,
optimasi, membuat prioritas, menanyakan dan
50. Metode Perancangan Arsitektur
38
membuat alternatif
“Sesungguhnya Allah mewajibkan (kepada kita) untuk
berbuat yang optimal dalam segala sesuatu..”
Muslim al-Hajaj, Shahih Muslim, juz 10
BAB IV
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
PERENCANAAN DAN KAITANNYA DENGAN
PERANCANGAN
alam bab ini akan dibahas secara rinci mengenai
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap proses
perencanaan, diantaranya faktor pengguna, faktor
fisik dan faktor eksternal serta kaitannya dengan
perancangan. Sehingga diharapkan mahasiswa mampu
memahami secara komprehensif mengenai faktor yang
berpengaruh terhadap perencanaan sehingga mampu
melakukan analisis perencanaan dengan baik.
IV.1. FAKTOR PENGGUNA / MANUSIA
Faktor manusia menjadi faktor penting terhadap proses
perencanaan, mengingat manusia lah yang akan menjadi
pengguna dari hasil perancangan seorang arsitek.
Seorang arsitek tidak sekedar menghasilkan suatu karya
yang mengandung nilai estetika, tapi harus dapat melihat
D
51. Metode Perancangan Arsitektur
39
dari sudut pandang manusia sebagai penggunanya.
Seorang arsitek harus mampu memanusiakan manusia
dalam setiap karyanya, seperti yang tersirat dalam QS. Al
Israa’ ayat
dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan,
Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan(QS 17:70)
Berikut adalah beberapa apek yang termasuk ke dalam
faktor pengguna
1. Aktifitas
Manusia sebagai pelaku kegiatan didalam ruang, baik
rua g luar aupu rua g dala aka
menciptakan pola aktifitas. Pola aktifitas pada
dasarnya merupakan gambaran karakteristik kegiatan
yang harus dicari oleh perencana. Tujuannya agar
dapat merekomendasikan kepada klien kebutuhan
ruang yang paling sesuai bagi kegiatan tersebut.
Bentuk-bentuk aktifitas manusia biasanya juga
melibatkan unsur-unsur pembentuk ruang sebagai
media bagi berlangsungnya kegiatan tersebut. Bentuk
52. Metode Perancangan Arsitektur
40
kegiata terte tu ya g dilakuka se agai habit
ke iasaa , iasa ya aka e i ggalka ekas
pada u sur rua g. Bekas terse ut dapat digu aka
oleh perencana sebagai peneliti lapangan untuk
mengidentifikasi pola kegiatan yang terjadi pada ruang
tersebut.
2. Perilaku
Perilaku selalu berhubungan dengan lingkungan
dimana ia berada. Sebagai contoh perilaku pelaku
kegiata pada space rua g aka e erka
gambaran pola perilaku yang diterjemahkan melalui
peta perilaku pada space tersebut Dengan peta
perilaku ini akan sangat membantu perencana dalam
menterjemahkan setting aktifitas pada ruang.
Perencanaan rancangan fasilitas selalu terkait dengan
ruang, sehingga perilaku merupakan unsur yang cukup
besar mempengaruhi perencanaan tersebut.
3. Tujuan yang hendak dicapai
Klien sangat berperan didalam memberikan gambaran
tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan
menggambarkan keinginan klien. Untuk fungsi atau
tema bangunan yang sama, tetapi dari 2 (dua) klien
yang memilik perbedaan persepsi, maka akan
berpengaruh pada perencanaan dan hasil
perencanaannya itu sendiri.
4. Organisasi
Organisasi ialah struktur pengguna kolektif yang nanti
akan mempengaruhi fasilitas. Organisasi memberikan
gambaran dari berbagai aspek meliputi hirarki,
53. Metode Perancangan Arsitektur
41
kelompok, posisi pengguna, dan kepemimpinan.
Sebagai contoh informasi yang berbeda pada image
ruang/bangunan, misal perencanaan fasilitas
Kementerian pertahanan akan berbeda dengan
Kementerian Pariwisata. Jelas disini pengguna kolektif
dengan karakteristik tertentu yang melekat pada label
organisasi akan mempengaruhi perencanaan dan
perancangan arsitekturnya.
5. Karakteristik Kependudukan
Karakteristik kependudukan disuatu wilayah akan
memberikan gambaran tentang struktur penduduk
berdasar : usia, pekerjaan, penghasilan, dan susunan /
komposisi keluarga. Gambaran yang terkait dengan
masalah spasial misalnya : tingkat kepadatan
penduduk dan mobilitas penduduk akan memberikan
dukungan informasi kepada perencana dalam kaitan
penentuan karakteristik kegiatan dan perhitungan
kapasitas bangunan.
6. Sikap
Sikap merupakan suatu tingkatan afek baik positif
aupu egatif terhadap o yek sikap . Jika o yek
sikap terse ut adalah tujua ya g diru uska oleh
klie , atau erupaka usula -usula gagasa oleh
arsitek dalam rangka menterjemahkan keinginan klien,
maka sikap terhadap kedua hal tersebut sangat
mempengaruhi seberapa jauh perencanaan dilakukan.
Hal tersebut terjadi karena sikap mempunyai nilai
yang gradatif atau berskala, mulai dari nilai positif
54. Metode Perancangan Arsitektur
42
sampai dengan nilai negatif. Alat pengukur skala sikap
dikenal dengan sebutan : Skala Likert.
7. Tata nilai atau kepercayaan
Tata nilai atau kepercayaan adalah merupakan unsur
yang sangat mendasar dan merupakan pedoman
untuk manusia bagaimana seharusnya berperilaku
termasuk dalam konteks perencanaan rancangan
fasilitas. Kedua hal tersebut (tata nilai dan
kepercayaan) akan sangat berpengaruh khususnya
dalam perencangan yang berkaitan aspek filosofis
rancangan.
8. Persepsi
Persepsi pada dasarnya merupakan suatu hasil
i teraksi i di idu de ga o yek . Jika persepsi
berada pada batas-batas optimal maka individu
dkatakan dalam keadaan homeostatis yaitu suatu
keadaan yang serba seimbang. Namun jika obyek
dipersepsikan diluar batas-batas optimal, maka akan
terjadi teka a pada perseptor, sehi gga i di idu
akan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan
(coping). Dengan demikian jelas karena persepsi obyek
sebagai rancangan fasilitas akan sangat berpengaruh
terhadap perencanaannya. Contoh dua persepsi yang
berbeda pada kasus yang sama, misal: ruang makan
yang dipersiapkan sebagai ruang yang terbuka
wel o e bagi setiap orang yang dikenal dan atau
sebagai ruang yang khusus / tertutup hanya bagi
orang-orang tertentu saja. Substansi perencanaan
55. Metode Perancangan Arsitektur
43
akan sangat berbeda satu dengan yang lain khususnya
dengan tujuan penciptaan suasana / kualitas ruang
yang berbeda.
9. Kecenderungan
Kecenderungan merupakan kondisi yang selalu
erorie tasi pada arah‟ terte tu ya g erdi e si
waktu (masa lalu, saat sekarang atau masa yang akan
datang). Nilai-nilai kualitatif atau kuantitatif menjadi
ikon yang dapat memberikan gambaran
kecenderungan tersebut. Contoh:
Kecenderungan pertambahan pengguna ruang,
akan berpengaruh terhadap perencanaan
rancangan fasilitas khususnya yang berkaitan
de ga pe e tua kapasitas / daya ta pu g
rua g ,
Kecenderungan perubahan suasana ruang terjadi
karena adanya perubahan karakteristik kegiatan
yang terjadi di dalam ruang. Hal tersebut akan
berpengaruh pada perencanan rancangan fasilitas
khusus ya ya g erkaita de ga itra rua g .
IV.2. FAKTOR FISIK
Faktor fisik, seperti juga faktor pengguna memainkan
pengaruh yang penting dalam proses perencanaan dan
perancangan. Aspek lingkungan, lokasi, sumber daya dan
teknologi merupakan beberapa kajian utama terkait
56. Metode Perancangan Arsitektur
44
faktor fisik. Berikut adalah beberapa diantara kajian yang
termasuk ke dalam faktor fisik
1. Kualitas Lokasi / Lingkungan
Faktor lokasi se agai te pat ra a ga fasilitas
berada dapat dilihat dari berbagai aspek yang terkait
di dalamnya, meliputi :
- Keterkaitannya dengan distrik/kawasan secara
spasial
- Terdapatnya unsur-unsur spesifik, misal : nilai-nilai
lokal / setempat yang memberikan gambaran
identitas yang jelas dari lokasi tersebut
- Bentuk komunitas yang ada (misal : masyarakat
petani, pedagang, masyarakat campuran, dll)
- Kondisi area disekitarnya (misal : daerah
pegunungan, daerah perkampungan, perkotaan,
dsb)
- Aspek lokasi tersebut secara substansial amat
berpengaruh terhadap perencanaan rancangan
fasilitasnya. Perbedaan aspek pada lokasi yang
berbeda akan memberikan gambaran perencanaan
yang berbeda pula.
2. Kondisi Site
Kondisi site bisa digambarkan meliputi berbagai aspek
sebagai berikut :
- Topografi (gambaran countour dan relief
permukaan site), morfologi (gambaran bentuk
57. Metode Perancangan Arsitektur
45
batuan), ekologi(gambaran ekosistem yang ada
pada site), hidrologi (gambaran kondisi perilaku
dan potensi sumber daya air), flora (kondisi
tanaman yang ada), fauna (kondisi binatang yang
ada) dan infrastruktur (bangunan jalan, jembatan,
jaringan listrik, jaringan distribusi air bersih, dll)
- Kompleksitas permasalah aspek fisik pada site
akan berpengaruh pada kompleksitas informasi
yang digunakan / diperlukan pada perencanaan
rancangan faslitasnya.
3. Bangunan / Fasilitas yang ada
Kondisi bangunan / fasilitas yang ada meliputi
berbagai aspek informasi, meliputi: typology
bangunan, bentuk bangunan, fungsi bangunan,
kapasitas bangunan dan kelengkapan bangunan.
Kompleksitas permasalah aspek fisik pada bangunan
akan berpengaruh pada kompleksitas informasi yang
digunakan / diperlukan pada perancangan rancangan
fasilitasnya.
4. Pelingkup / cangkang bangunan
Pelingkup / cangkang bangunan merupakan aspek
eksterior yang sangat berpengaruh terhadap citra
visual bangunan atau penampilan visualnya. Aspek-
aspek informasi fisik yang digunakan dalam
perencanaan rancangan fasilitasnya dapat disebutkan
sebagai berikut : Bentuk pelingkup, Dimensi
pelingkup, komposisi bidang dan material pelingkup,
58. Metode Perancangan Arsitektur
46
serta aspek-aspek estetika yang terkait. Kadang-
kadang batas antara aspek fisik (kuantitatif) dan
aspek kualitatif sangat tipis, seperti misalnya : aspek
fisik ya g e u jukka perula ga pada peli gkup
dengan dimensi, jarak dan susunan yang tertentu
(kuantitatif) dikaitkan (dibaca) sebagai aspek
kualitatif dala e tuk rythme ira a .
5. Struktur
Struktur pada bangunan atau fasilitas, maka
informasi perencanaannya dapat disebutkan sebagai
berikut :
- Tingkatan struktur (struktur konvensional) atau
struktur yang canggih (advanced).
- Jenis struktur (struktur rangka, struktur ruang,
dsb).
- Bahan struktur (beton, baja, kayu, dsb)
- Kemampuan struktur (menahan beban dan daya
tahan terhadap kondisi alam).
6. Sistem Bangunan
Sistem bangunan merupakan bagian kelengkapan
pendukung bangunan yang dipasang dengan tujuan
agar bangunan dapat dioperasikan secara optimum.
Informasi yang diperlukan dalam perencanaan
rancangan fasilitasnya, meliputi :
59. Metode Perancangan Arsitektur
47
- Sistem keteknikan/ teknologi yang digunakan
(hitech atau medium tech, dst)
- Sistem komunikasi ( telepon, faxsimille, layar
monitor, earphone, handphone, pengeras suara,
morse / kode, dan sebagainya).
- Sistem lighting (pencahayaan buatan / lampu dan
alami / matahari)
- Sistem keamanan (pencegahan terhadap bahaya
kebakaran, sistem pencegahan terhadap bahaya
gempa dan angin topan, sistem keamanan ruang
terhadap bahaya pencurian, dsb).
7. Perlengkapan / Perabot
Perlengkapan atau perabot merupakan unsur
pendukung yang tidak boleh diabaikan. Informasi
yang diperlukan dari aspek fisik pada perencanaan
rancangan fasilitasnya meliputi : perlengkapan yang
bersifat fixed element dan non fixed element.
Perlengkapan yang fixed merupakan pendukung
bangunan yang bersifat unity / menyatu dengan
bentuk, struktur dan ruang pada bangunan.
Sedangkan perlengkapan yang non fixed merupakan
perle gkapa ya g ersifat optio al dan
movable , o toh:
- Perlengkapan yang fixed : built in & mesin /
peralatan yang tertanam pada badan bangunan
- Perlengkapan non fixed : meja,kursi,almari,dsb.
8. Material Bangunan dan Finishing
60. Metode Perancangan Arsitektur
48
Bahan bangunan merupakan unsur fisik pembentuk
dan pelapis bangunan. Sedangkan finishing diartikan
sebagai pengolahan bahan bangunan yang bertujuan
untuk meningkatkan keindahan, kekuatan dan
keawetan rancangan fasilitasnya, meliputi :
- Bahan bangunan sebagai pembentuk struktur
(baja, beton, kayu, batu kali,dsb)
- Bahan bangunan sebagai pelapis (keramik,
klinker, kaca, marmer, granit, dsb)
- Finishing bahan bangunan untuk keindahan dan
keawetan bisa berupa: penggunaan cat (kayu,
tembok, besi), politur, cat meni, lapisan
waterproofing, dsb.
9. Pendukung / service
Pendukung / service merupakan bagian bangunan
berupa ruang, sistem atau alat yang bersifat
pendukung operasionalisasi fasilitas. Informasi yang
diperlukan dalam perencanaannya antara lain
meliputi:
- Bersifat ruang (tempat parkir, lavatory (tempat
penyimpanan / gudang) dan sebagainya)
- Bersifat alat (IPAL : Instalasi Pengolah Air Limbah,
eskalator, lift, dll)
- Bersifat sistem (jaringan drainase, sanitasi,
pembuangan limbah, jaringan listrik, jaringan
jalan, dsb).
10. Penggunaan
61. Metode Perancangan Arsitektur
49
Pe ggu aa diartika se agai ti gkat pe ggu aa
dalam kaitan pemanfaatan fasilitas. Informasi yang
diperlukan dalam perencanaannya meliputi :
- Penggunaan yang bersifat terus menerus
(kontinyu).
- Penggunaan sesaat (temporer)
- Karakteristik penggunaan, meliputi :
o Campuran (multi use) misal: ruang
multifungsi
o Bagian per bagian (separatory use).
11. Setting aktifitas
Setting aktifitas adalah kondisi suatu tempat
beraktifitas yang dapat menunjukkan perilaku
beraktifitas pada tempat tersebut, melalui pola
tertentu dan karakteristik tertentu. Perencanaan
rancangan fasilitas yang bisa didapat dari setting
aktifitas tersebut adalah:
- Identifikasi kegiatan persatuan waktu
- Peta perilaku
- Kondisi area perilaku
Tanda atau jejak yang tampak pada tempat aktifitas
akan memudahkan perencanaan di dalam melakukan
identifikasi pola dan karakter kegiatan yang terjadi.
12. Operasionalisasi fasilitas / sirkulasi
62. Metode Perancangan Arsitektur
50
Sirkulasi merupakan gambaran pergerakan yang
terjadi didalam ruang (interior) maupun diluar ruang
oleh pengguna ruang, sirkulasi juga memberikan
gambaran tentang proses kegiatan yang terjadi dan
pola pencapaiannya. Informasi perencanaan
rancangan fasilitas yang diperlukan dalam kaitan
sirkulasi ini ialah :
- Jenis sirkulasi (orang, barang dan kendaraan)
- Pola sirkulasi (linier, memusat, radial,dsb).
- Volume sirkulasi (frekuensi sirkulasi).
- Sifat sirkulasi (kontinyu, temporer).
13. Aspek Lingkungan
Merupakan gambaran situasi atau kondisi lingkungan
dimana fasilitas tersebut berada, meliputi:
kenyamanan lingkungan, visualisasi lingkungan dan
akustik lingkungan. Informasi perencanaan rancangan
fasilitasnya meliputi:
- Kenyamanan lingkungan (udara sejuk, sinar
matahari yang terdistribusi secara optimum,
temperatur yang ideal, dsb)
- Visualisasi lingkungan (orientasi lingkungan
dalam kaitan view yang menarik, bisa berupa
view alami atau buatan)
- Akustik lingkungan (pola flora yang bersifat barier
terhadap kebisingan, pola kontur dan relief
permukaan lahan yang akustik, dll).
63. Metode Perancangan Arsitektur
51
14. Pemanfaatan dan Konservasi Energi
Pemanfaatan dan konservasi energi merupakan
paradigma ekologis yang banyak digunakan sebagai
kriteria perancangan fasilitas, khususnya yang
berkaitan dengan pendekatan eko-arsitektur, desain
yang berkelanjutan (sustainable development), desain
bioklimatik dan sebagainya. Informasi perencanaan
dalam kaitan perancangan fasilitasnya meliputi:
- Gambaran sumber dan jenis energi yang
dimanfaatkan
- Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan
energi tersebut.
- Kebijakan yang perlu diambil khususnya, yang
berkaitan dengan faktor dalam mengkonservasi
energi.
15. Daya tahan dan Fleksibilitas
Daya tahan (bangunan) selalu dikaitkan dengan
kemampuan bertahan terhadap beban waktu usia
dan faktor alam, sedangkan fleksibilitas (ruang)
merupakan aspek fungsional yang menawarkan
berbagai kemungkinan pemanfaatan solusi yang
paling optimum. Informasi perencanaan yang
diperlukan meliputi:
- Daya tahan (bangunan)
o Jenis material
o Sistem konstruksi
64. Metode Perancangan Arsitektur
52
o Sistem pembebanan
o Sistem pondasi
- Fleksibilitas (ruang)
o Kemampuan ruang untuk berubah
o Fleksibilitas bentuk dan luasan ruang
o Fleksibltas pembatas ruang
o Fleksibilitas fungsi
o Karakteristik kegiatan yang secara
fungsional dilakukan di dalam ruang
(meliputi : volume, intensitas, frekuensi,
dan proses kegiatan)
IV.3. FAKTOR EKSTERNAL
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah setiap
faktor yang berada diluar ranah lingkup arsitek namun
memiliki pengaruh terhadap proses perencanaan dan
perancangan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ketentuan Legal
Yang dimaksud dengan ketentuan legal ialah
ketentuan yang sudah mempunyai kekuatan hukum
atau diakui eksistensinya dalam perannya sebagai
alat pengendali pembangunan rancangan fasilitas.
Yang termasuk dalam ketentuan legal meliputi:
a) Peraturan Pembangunan (ketinggian lantai,
sempadan bangunan, sempadan jalan, building
65. Metode Perancangan Arsitektur
53
coverage, floor area ratio, karakteristik
penampilan / langgam bangunan )
b) Standar ( merupakan ketentuan –ketentuan
secara kuantitatif sebagai hasil temuan / riset
yang secara scientific diakui keberadaannya,
contoh: standar luasan dan kapasitas ruang,
standar bentuk, volume, dan kegiatan dalam
ruang, standar perabot / furnitur yang digunakan,
standar keamanan untuk penggunaan fasilitas
tertentu
c) Peraturan – Peraturan berdasar kebijakan yang
diambil disuatu wilayah tertentu, contoh :
Untuk pemilikan lahan kering dengan luas
tertentu, harus segera dibangun SRAH (
sumur resapan air hujan )
Peraturan tentang Tata Ruang Hijau
Perkotaan.
Peraturan Zoning dan Tata Guna lahan.
Peraturan yang mengatur penggunaan atau
pelarangan penggunaan material tertentu
untuk bangunan pada daerah yang bersifat
khusus.
Peraturan yang mengatur ketinggian lantai
bangunan berkaitan dengan lokasi yang
berhubungan dengan keselamatan
penerbangan.
66. Metode Perancangan Arsitektur
54
Peraturan yang mengatur pemanfaatan dan
sekaligus upaya konservasi energi.
Peraturan yang berkaitan aspek lingkungan
misal : Konservasi DAS, konservasi SDA, dll
2. Topografi
Faktor topografi ( kontur dan relief permukaan lahan)
mengkait dengan aspek tapak / site dimana fasilitas
tersebut berada. Hal tersebut berpengaruh terhadap
informasi perencanaan rancangan fasilitas khususnya
berkaitan dengan bentuk bangunan, susunan ruang,
struktur bangunan dan sistem fasilitas bangunannya.
3. Iklim
Faktor iklim makro ( regional ) dan iklim mikro (
kawasan ) berupa suhu, kelembaban, angin dan curah
hujan, berpengaruh terhadap informasi perencanaan
rancangan fasilitas khususnya yang berkaitan dengan
sistem penghawaan pada bangunan, bidang bukaan,
sistem ruang dan penggunaan material pada
selubung bangunan ( facade ).
4. Ekologi
Ekologi yang merupakan gambaran ekosistem suatu
wilayah, merupakan hal yang berpengaruh pada
perencanaan rancangan fasilitas khususnya yang
berkaitan dengan pemanfaatan SDA, konservasi
sumber daya air, konservasi energi, pemanfaatan
bangunan berdasarkan aspek berkelanjutan, dan
sebagainya.
67. Metode Perancangan Arsitektur
55
5. Ketersediaan Sumber Daya
Faktor ini merupakan kondisi dilapangan yang
berkaitan dengan area tapak atau lingkungan sekitar
tapak yang secara langsung terpengaruh oleh
rancangan fasilitas yang dibuat. Substansi
perencanaan rancangan fasilitasnya meliputi
gambaran potensi sumber daya, gambaran sistem
bangunan yang sesuai dengan potensi ketersediaan
sumber daya tersebut, strategi pemanfaatan sumber
daya dalam kaitan pemenuhan fungsi fasilitas yang
dibangun.
6. Pasokan Energi dan Biaya yang dikeluarkan
Faktor ini berhubungan dengan sistem pemanfaatan
energi pada fasilitas yang dirancang, dimana kaitan
substansi perencanaannya meliputi:
a) Gambaran teknologi yang digunakan
(konvensional atau advanced/canggih )
b) Pemanfaatan energi yang murah (misal energi
matahari / didaerah tropis), energi angin, energi
dari pemanfaatan sumber daya air, hingga
energi alternatif lainnya.
7. Ekonomi , Keuangan dan Anggaran Biaya
Faktor ini merupakan faktor non-arsitektural yang
sangat berpengaruh pada aspek arsitektur. Substansi
perencanaan yang perlu diketahui kaitan dengan
faktor ini ialah:
68. Metode Perancangan Arsitektur
56
a) Kondisi moneter dimana fasilitas tersebut
dirancang dan dibangun
b) Ekonomi bangunan dalam kaitan optimalisasi dan
efisiensi penggunaan sumber dana
pembangunan, khususnya terkait dengan biaya
pembangunan (konstruksi dan material), biaya
operasional dan biaya perawatan
c) Aspek arsitektur yang perlu dipertimbangkan
yakni sistem struktur, teknologi bangunan,
penggunaan material dan biaya pembangunan
secara keseluruhan.
d) Nilai manfaat / kelayakan ekonomi pembangunan
8. Waktu
Faktor waktu menyangkut ketersediaan atau jumlah
waktu yang diperlukan dalam kaitan; penggunaan
program, perencanaan, perancangan, pembangunan
dan operasionalisasi fasilitas. Substansi perencanaan
rancangan fasilitasnya berkaitan dengan:
a) Penyusunan schedule / waktu
b) Penentuan waktu akhir (deadline)
c) Waktu operasional kegiatan mulai perencanaan
s/d operasionalisasi fasilitas.
69. Metode Perancangan Arsitektur
57
“dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
(QS 25:2)
BAB V
PENGUMPULAN DATA & TEKNIK
PENGUMPULAN DATA ARSITEKTUR
engumpulan data merupakan prosedur sistematis
dan standar untuk memperoleh data dan informasi
yang diperlukan. Pada bidang arsitektur data yang
diperoleh cenderung menonjolkan faktor subjektif dari
pengguna, arsitek ataupun pihak-pihak yang terkait
dengan bangunan yang akan di disain.
V.1. PENELITIAN AWAL
Penelitian awal dapat dipandang sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan data yang dapat digunakan
sebagai landasan dalam proses perencanaan dan
perancangan ke depannya.
1. Tujuan
Mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi yang
sudah tersedia (dari klien dan pustaka) dan
P
70. Metode Perancangan Arsitektur
58
menganalisisnya untuk merumuskan kebutuhan data dan
analisis selanjutnya.
2. Kegunaan
Terdapat empat kegunaan utama dari penelitian awal,
yakni :
1) Merumuskan kebutuhan data dan rincian tugas
perencanaan
2) Identifkasi sumber-sumber data
3) Pengenalan tujuan, filosofi, organisasi dan
pengoperasian klien
4) Membuat database (basis data) untuk data yang
diperlukan
3. Macam Informasi yang diperlukan
Berdasarkan sumber informasinya, maka informasi
dibedakan menjadi dua jenis, yakni :
(1). Penjelasan dari klien, yang meliputi informasi
tentang:
- Tujuan dan sasaran proyek yang akan
dibangun
- Dasar filosofi dan sejarah (klien)
- Organisasi dan kebijakan
- Fasilitas yang akan di rancang/dibangun
- Keinginan rancangan dan penggunaannya
- Teknologi yang ingin dipakai/diterapkan
/digunakan
- Isu kebutuhan pemakai
71. Metode Perancangan Arsitektur
59
(2). Sumber informasi lain , meliputi informasi
tentang Peraturan dan pedoman yang kerkaitan
dengan bangunan yang akan dirancang (kode,
standar, ketentuan internal dari klien, ketentuan
eksternal: instansi, masyarakat, lingkungan ,dll)
V.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Survey
Survey :pengumpulan data (arti umum)
Teknik survey : penelitian yang menggunakan teknik al:
survey dengan sample,serta analisis (bisa dengan
statistik)
2. Teknik Observasi (pengamatan)
Dalam perencanaan, teknik observasi bertujuan untuk
(1)mengamati dan mempelajari cara organisasi
menggunakan ruang, (2)melihat pengaruh lingkungan
terhadap perilaku serta (3)melihat dan mengamati
interaksi antar pelaku/orang maupun antara orang
dengan lingkungan. Berdasarkan macam / jenisnya,
teknik observasi dibedakan menjadi lima macam , yakni :
1) Observasi langsung
Merupakan kegiatan pengamatan langsung
dilapangan dimana perencana atau observator
berperan seperti reporter surat kabar.
Pengamatan terhadap aktifitas yang terjadi pada
area amatan meliputi : jenis, frekuensi, durasi
dan tahapan dari aktifitas. Contoh :
72. Metode Perancangan Arsitektur
60
o Jenis aktifitas : bekerja, tidur, istirahat,
makan,dsb.
o Frekuensi aktifitas : merupakan gambaran
jenis aktifitas persatuan waktu (detik,
menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Misal: frekuensi pergerakan (flow of
traffic): 20 mobil pribadi/menit yang
melewati ruas jalan ini.
o Durasi aktivtas: lamanya jenis kegiatan
persatuan waktu, misal: melakukan
pekerjaan rutin setiap hari 6 jam dari jam
09.00 s/d 15.00
o Tahapan aktifitas : menggambarkan
tahapan kegiatan perjenis kegiatan, misal:
tahapan kegiatan belajar di rumah meliputi:
persiapan, menulis/mencatat, menghafal
dan evaluasi.
Pengamatan juga dilakukan terhadap setting
area amatan yang dilakukan pada aspek fisik dan
karakteristiknya misal: terdapat gardu ronda,
ruang terbuka, dll. Selain itu pengamatan
dilakukan pula terhadap interaksi yang terjadi
antara individu dengan individu, antara individu
dengan kelompok, dan antara individu dengan
setting lingkungannya diarea pengamatan.
Produk yang dihasilkan dari kegiatan observasi
langsung, meliputi :
73. Metode Perancangan Arsitektur
61
Pola-pola perilaku pada setting
Pola-pola pengguna / pemanfaatan dari
ruang
Hubungan diantara ruang yang terjadi karena
adanya hubungan kegiatan.
Pengaruh lingkungan terhadap perilaku dan
sebaliknya.
Jumlah ruang (berbagai jenis dan besaran /
luasan ruang yang diperlukan untuk berbagai
kegiatan).
Disfungsi (penggunaan yang kurang sesuai)
pada lingkungan.
Karakteristik dari setting aktifitas
Pengelompokan pengguna ruang / pelaku
kegiatan.
Penggunaan dari perabot dan perlengkapan
ruang (baik ruang luar / eksterior maupun
ruang dalam / interior)
Pengumpulan data (data collection) harus jelas,
benar,gagasan jelas. Lingkup perilaku apa saja
yang akan dilihat atau ingin diobservasi. Data
ya g terku pul harus e e uhi pri sip R
ialah : Reliabel (keandalan), representative
(layak untuk digunakan/sesuai/cocok) dan
recording (layak /mudah/jelas untuk dicatat).
74. Metode Perancangan Arsitektur
62
2) Observasi partisipatori
Metoda observasi partisipasi merupakan
pengamatan langsung di lapangan (pada setting)
dimana pengamat melakukan kegiatan amatan
de ga ara e yatu atau larut de ga
obyek observasi dengan harapan agar obyek
tidak tahu kalau sedang diamati.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan
gambaran aktifitas / perlaku dan karakteristik
dari setting lingkungan dan untuk mendapatkan
pengetahuan khusus dengan prosedur khusus
melalui pengalaman langsung di lapangan
/setting amatan, motto yang digunakan oleh
pe ga ata adalah Des living in des pe eliti /
pengamat ikut larut ke dalam obyek observasi.
Sebagai produk dari kegiatan observasi
partisipasi ini ialah :
Data aktifitas dan karakteristik dari setting
lingkungan
Data perilaku dari pelaku aktifitas pada
setting yang disusun terstruktur agar lebih
mudah dipahami
Gambaran/latar belakang kegunaan/fungsi
lingkungan yang difokuskan untuk dilihat
dari aspek pengguna.
75. Metode Perancangan Arsitektur
63
Data yang menggambarkan hubungan
antar aktifitas yang terjadi pada setting
amatan.
Pertama yang harus dilakukan oleh observer
ialah melakukan riset awal untuk mendapatkan
data obyek kajian (primer), data pendukung
(sekunder), setting lingkungan dan teknik (yang
digunakan):
o Menemukan beberapa penggunaan spesifik
pada tempat-tempat spesifik yang ada
diarea amatan.
o Menemukan dan mendokumentasikan
pola-pola tingkah laku dari : individu atau
group yang dijadikan obyek kajian.
Gambar 5.1 Contoh pola hasil observasi pada suatu
area amatan
76. Metode Perancangan Arsitektur
64
3) Tracking (penjejakan)
Pengetahuan penjejakan ini pada dasarnya
sudah dicontohkan pada kehidupan binatang
dan manusia dimana kehidupan masih sangat
bergantung dengan alam.
Gambar 5.2 Penjejakan pada binatang dan
manusia
Tracker merupakan pengamatan langsung
dilapangan dengan melihat dan sekaligus
mengidentifikasi tanda-tanda (jejak) yang
ditinggalkan oleh adanya aktifitas pelaku pada
ruang kegatan. Tujuannya untuk mendapatkan
gambaran pola perlaku pengguna ruang dan
bagamana pelaku aktivtas menggunakan aspek
aspek fisik pada setting.Tracker mengamati
bekas / tanda fisik peninggalan aktifitas manusia
pada lokasi setting tertentu. Tanda-tanda
77. Metode Perancangan Arsitektur
65
tersebut adalah sesuatu yang dapat dilihat ecara
visual yang dtinggalkan secara sengaja atau tidak
oleh pihak pelaku aktifitas. Tanda-tanda
tersebut biasanya bersifat permanen / tetap,
karena merupakan tanda / jejak yang
ditinggalkan oleh pelaku aktifitas melalui
kegiatan dengan karakteristik yang sama secara
berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang
relatif lama. Pada prinsipnya produk dari
kegiatan observasi penjejakan ini adalah
gambaran petunjuk pola perilaku. Gambaran
tersebut memberikan informasi bagaimana
manusia sebagai pelaku aktifitas menggunakan
aspek-aspek fisik dalam setting.
Kunci sukses metoda tracking sangat tergantung
dari kualitas tracker sebagai observer. Ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
tracker agar observasi bisa sukses, antara lain
tracker harus :
o Sabar/tidak terburu-buru dan diharapkan
cukup teliti
o Mempunyai kemampuan mengungkap
alasan secara komprehensif dan
kuat/mantap
o Penyampaian hasil-hasil kesimpulan
secara jelas dan konkrit
78. Metode Perancangan Arsitektur
66
o Mempunyai pemahaman pengetahuan
yang cukup sesuai tujuan observasi
dengan metoda tracking tersebut.
o Disamping itu juga mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang
aktifitas yang terjadi pada daerah
investigasi, sehingga akan membantu atau
memberi kemudahan dalam melakukan
identifikasi.
o Identifkasi dilakukan dengan
pe ye pita atau pe fokusa
aktifitas obyek sehingga hasilnya lebih
detil, lebih effisien dan lebih
terkonsentrasi dengan lebih baik.
4) Pemetaan perilaku
Pemetaan perilaku pada dasarnya merupakan
kegiatan pengamatan langsung dilapangan oleh
observer terhadap aktifitas pelaku (responden)
pada sebuah setting tertentu. Tujuan dari
pemetaan perilaku adalah untuk mendapatkan
gambar peta perilaku melalui aktifitas
responden pada sebuah setting tertentu.
Peneliti melihat perilaku dan aktifitas responden
dala se uah setti g juga ter asuk
frekuensinya dilihat dan direkam. Dari peta
perilaku tersebut maka dapat diketahui:
79. Metode Perancangan Arsitektur
67
Lokasi aktifitas (area amatan)
Frekuensi aktifitas yang terjadi pada lokasi
amatan
Bentuk yang terjadi dari pergerakan obyek
dengan setting (area amatan)
Pengaruh setting terhadap perilaku dari
obyek/pelaku kegiatan
Perlaku yang digambarkan melalui aktiftas
yang selalu berulang, gambaran tersebut
berupa pola-pola perlaku (behavior
patterns)
Intensitas aktiftas
Perbedaan perilaku yang dibedakan melalui
katagorisasi obyek berdasar perbedaan:
jenis kelamin (laki-laki / perempuan)
Umur (tua-muda, anak-anak)
Pekerjaan (pedagang-PNS, petani, dll)
Status sosial (Ketua RW, Kepala
Rumah tangga, ibu rumah tangga,dll)
Status hunian (penyewa-pemilik, dst)
Secara garis besar gambaran prosedur kegiatan
pemetaan perilaku dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Variabel pada awalnya dipilih secara
random/acak
80. Metode Perancangan Arsitektur
68
Data-data rekaman data harus mudah
diidentifikasi oleh pengamat
Menentukan jadwal operasi dengan contoh
yang mewakili aktifitas (sampling activities
yang representatif)
Menyediakan sketsa peta dari rencana
lantai / ruang / area yang akan diobservasi
(catatan: harus mencakup notasi / tanda
yang jelas sehingga dapat menunjukkan
keberadaan dari peralatan, perabot, partisi
/ pembatas, bidang bukaan,dll)
Posisi pengamat harus berada pada tempat
kecil atau berada tempat khusus yang
mudah untuk dapat mengamati dan
mengakses setting sebaik-baiknya atau
dapat juga pengamat berada pada tempat
yang luas / besar dimana pada tempat
tersebut peneliti dapat berjalan-jalan
sambil mengamati obyek.
Waktu amatan misal ±15 menit serta
diulang-ulang untuk menjamin kelengkapan
dan kelayakan hasil observasi (jam perlu
juga direkam atau agar hasil lebih valid dan
akurat)
Masing-masing aktifitas diberi kode atau
identifikasi sebagai persiapan sebelum
81. Metode Perancangan Arsitektur
69
pemberian kode perlu ada kategorisasi
aktifitas
Pemberian notasi/identifikasi pada
tingkatan intensitas aktifitas yang ada
dapat dilakukan dengan memberi tanda
dengan alpabet, numeric / graphis, dll.
Pengamat memberikan catatan pada setiap
data individu baru dalam setting, kemudian
merekam aktifitasnya dilokasi tersebut.
Hasil ditabulasikan untuk kemudian
dilakukan evaluasi, kemudian
dipresentasikan dalam bentuk master map
(peta master).
Gambar 5.3 Contoh pemetaan perilaku pengguna
pada area amatan
82. Metode Perancangan Arsitektur
70
5) Pencatatan Spesimen Perilaku
Merupakan kegiatan yang berupa pengamatan
langsung dilapangan melalui sampling
responden berupa individu atau group yang
diharapkan dapat mewakili karakteristik
kelompok tertentu. Tujuannya adalah
mendapatkan gambaran pola perilaku pada
suatu lingkungan tertentu. Kegiatan ini dapat
dianalogikan seperti pengambilan contoh darah
untuk dianalisa dengan tujuan untuk melihat
komponen yang ada dalam darah tersebut yang
mana kemudian dapat digambarkan. Gambaran
hasil dari kegiatan ini adalah pola lingkungan
sebagai hasil analisis dari kegunaan dan
spesimen perilaku, contohnya:
Bentuk komunikasi yang ada di lingkungan
tersebut
Fungsi bangunan
Ruang-ruang dalam (interior) sebagai
wadah kegiatan
Perabot dalam ruang sebagai unsur
pendukung kegiatan dalam ruang.
3. Teknik Wawancara
Teknik wawancara bertujuan untuk berinteraksi
dengan klien, serta mendapatkan tanggapan.komentar
terhadap segala sesuatu yang menyangkut perencanaan
dan perancangan. Berdasarakan macamnya, teknik
wawancara terbagi atas dua macam, yakni wawancara
83. Metode Perancangan Arsitektur
71
terbuka (tak berstruktur), dan wawancara tertutup
(berstruktur). Kelemahan dari metode ini adalah
terkadang jawaban dari narasumber / klien bias atau
bersifat subjektif.
84. Metode Perancangan Arsitektur
72
“…Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi,
tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul
yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman”
(QS 10 : 101)
BAB VI
IDENTIFIKASI DALAM PERENCANAAN
alam tahap identifikasi dalam perencanaan, terdapat
dua tahap identifikasi yang dilakukan dalam upaya
penyusunan perencanaan arsitektur yakni identifikasi
fungsi dan identifikasi lokasi. Proses identifikasi yang
tepat dan meyeluruh akan turut mempertajam proses
analisis
VI.1 IDENTIFIKASI FUNGSI
1. Fungsi
Garis besar fungsi adalah penguraian secara garis besar
tentang fungsi dari judul yang ditetapkan, yaitu berupa
pengertian dan cakupan artinya. Pengertian dan
penjelasan fungsi meliputi arti dan detail kegiatannya,
baik jenis, pelaku, sifat dan syarat. Contoh: pengertian
dari rumah sakit ibu dan anak adalah rumah sakit yang
melayani dan merawat kesehatan ibu yang sakit
kandungan dan kehamilan dilengkapi dengan fasilitas
D
85. Metode Perancangan Arsitektur
73
persalinan, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan ibu dan
anak, serta berada dibawah pengawasan dokter.
Ditinjau dari filosofinya, fungsi merupakan nilai-nilai dari
hal-hal yang bersifat abstrak yang mendasari adanya latar
belakang dari fungsi. Filosofi fungsi menunjukkan sifat
dan karakter dari suatu kegiatan yang terjadi dan
menimbulkan kesan dari suatu keadaan. Tiga hal yang
terkait dengan filosofi fungsi adalah :
a) Citra
Adalah ekspresi dari penampilan kulit luar bangunan
dan merupakan wujud sampul penutup bangunan.
Tampilan dari bangunan akan menimbulkan kesan
dan pesan bagi masyarakat yang beranggapan bahwa
tampilan harus sesuai dengan fungsinya (form follows
function). Dengan kata lain citra bangunan
merupakan pernyataan dari jati diri bangunan yang
terekspresi dalam pengolahan bentuk, warna,
maupun material tampak bangunan
b) Nuansa
Adalah keadaan yang ditimbulkan oleh lingkungan di
sekeliling bangunan sehingga memperkuat citra
bangunan. Pengolahan tapak disekeliling bangunan
dapat mewujudkan kesesuaian tampilan dengan
persyaratan fungsinya. Kesatuan antara citra dan
nuansa dapat mendukung keberadaan fungsi. Bentuk
dan nuansa bangunan memiliki ciri khas yang
berbeda-beda. Contoh Istana Negara, nuansa yang
diharapkan adalah kemegahan dan salah satu hal
yang dapat dilakukan untuk mendapatkan nuansa ini
adalah penataan sirkulasi, penggunaan kolom
86. Metode Perancangan Arsitektur
74
berukuran besar dan peletakan gerbang masuk
utama (main gate). Selain itu nuansa dapat
ditimbulkan dari terdapatnya halaman yang luas,
jumlah anak tangga yang cukup banyak, serta
material penutup yang mewah dan mahal, seperti
marmer atau granito.
Gambar 6.1 Citra kemegahan yang ditampilkan pada
bangunan Istana Negara
c) Suasana
Adalah keadaan yang dapat dirasakan pengunjung
didalam ruangan yang terdiri dari perpaduan kesan
antara tampilan dinding, plafon, lantai, lampu,
furniture dan aksesoris lain sesuai yang dikehendaki
oleh sang arsitek. Aspek keserasian dan
kesinambungan antara nuansa di luar bangunan
dengan suasana di dalam harus tetap terjaga. Perlu
ada kesesuaian kesan antara citra dengan nuansa
lingkungan dan suasana di dalam bangunan walaupun
87. Metode Perancangan Arsitektur
75
pada beberapa kasus hal ini tidak menjadi hal yang
mutlak.
Gambar 6.2 Kesinambungan suasana interior dari Sidney
Opera (atas) dengan tampilan eksteriornya (bawah)
Di dalam setiap bangunan yang dirancang oleh arsitek
selalu berdasarkan pada fungsi-fungsi dengan kegiatan-
kegiatan yang terjadi didalamnya. Secara keseluruhan
fungsi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok antara
lain sebagai berikut :
a) Fungsi Utama
88. Metode Perancangan Arsitektur
76
Merupakan fungsi pokok yang ruang-ruang dalam
bangunan dipergunakan oleh sebagian besar
kelompok pelaku kegiatan. Fungsi utama merupakan
pemikiran logis bahwa kegiatan utama dan terbesar
tersebut harus ada. Fungsi utama ini mempunyai
persyaratan untuk penentuan tempat, sehingga
perletakannya harus tepat dan benar dalam
bangunan atau dalam tapak bila fungsi utama
tersebut berupa bangunan.
Gambar 6.3 Ruang rawat inap sebagai bagian utama
dari sebuah Rumah Sakit
Sebagai contoh bagian utama rumah sakit adalah
ruang rawat inap yang dilengkapi dengan ruang
pengelola, manajemen office, ruang poliklinik, ruang
unit gawat darurat, ruang operasi dan sebagainya.
b) Fungsi Penunjang
Merupakan penunjang dari kegiatan-kegiatan utama.
Dengan kegiatan dari fungsi penunjang, maka fungsi
89. Metode Perancangan Arsitektur
77
pokok dapat terselenggara dengan baik, aman dan
nyaman. Hubungan fungsi penunjang dengan fungsi
utama dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung namun tetap memperhatikan aspek
pencapaian (accebility) dari ke dua fungsi tersebut.
Sebagai contoh pada Rumah Sakit mempunyai fungsi
penunjang seperti laboratorium, Ruang CT Scan,
dapur, laundry, ruang mayat, dan ruang penunjang
medis lainnya.
Gambar 6.4 Ruang laboratorium sebagai bagian
penunjang dari sebuah Rumah Sakit
c) Fungsi Pelengkap
Merupakan fungsi yang melengkapi kegiatan-kegiatan
yang sudah ada. Keberadaannya pun tidak mutlak
dan tidak selalu harus terkait dengan fungsi utama
dan fungsi penunjang. Akan tetapi fungsi pelengkap
dapat menjadi faktor daya tarik dan penambah nilai
90. Metode Perancangan Arsitektur
78
fungsi serta ikut menentukan keberhasilan fungsi-
fungsi lain.
Gambar 6.5 Foodcourt sebagai bagian pelengkap
dari sebuah Rumah Sakit
2. Ruang Lingkup Fungsi
Yang dimaksud ruang lingkup disini adalah penggolongan
tingkat dan status perekonomian atau status finasial dari
pemakai dan pengguna fungsi. Kemampuan financial
tersebut secara logika dapat mempengaruhi pola perilaku
sehari-harinya. Pembagian golongan ini sebenernya tidak
tedapat pemisahan yang jelas diantara level satu dengan
level yang lainnya. Hal ini dikarenakan kondisi
perekonomian pemakai sulit dibedakan dengan suatu
garis pemisah yang jelas. Pola hidup dan cita rasa dapat
diprediksi, meskipun masih bersifat relatif dari sudut
pandang pengamatnya. Kondisi finansial juga akan
berpengaruh dimensi dan kualitas bangunannya.
91. Metode Perancangan Arsitektur
79
Gambar 6.6 Bangunan Apartement
Gambar 6.7 Bangunan Rumah Susun Sederhana
Contoh kasus pada bangunan hunian vertikal, penampilan
apartement untuk golongan atas akan berbeda dengan
penampilan rumah susun untuk golongan bawah.
Dimensi dan ukuran pada apartemen meskipun memiliki
keterbatasan akan tetapi dapat digolongkan lebih besar
daripada rumah susun.
92. Metode Perancangan Arsitektur
80
3. Radius Pelayanan
Radius pelayanan adalah jarak pelayanan fungsi dan
pelayanan yang dapat dijangkau oleh pemakai fungsi
tersebut. Capaian tersebut berkaitan erat dengan jenis
dan ruang lingkup fungsi, yaitu tipologi bangunan dan
golongan tingkat sosial perekonomian dari pengguna atau
pemakai fungsi. Tingkat radius pelayanan ini merupakan
cerminan kemampuan dari potensi fungsi yang akan
bersinggungan dengan potensi lain baik yang sejenis atau
tidak, bersinergi atau berlawanan. Contoh: kedekatan
antara mall dengan hotel dapat saling menguntungkan,
berbeda antara mall dengan sekolah. Cakupan area yang
dapat dilayani oleh potensi fungsi ini meliputi :
1) Pelayanan sekitar tapak
2) Pelayanan tingkat lingkungan
3) Pelayanan tingkat wilayah
4) Pelayanan tingkat kota
5) Pelayanan tingkat regional/propinsi
6) Pelayanan tingkat internasional
4. Asumsi Yang Akan Datang
Kemampuan arsitek untuk menciptakan sarana dan
prasarana yang tadinya tidak ada menjadi ada dapat
mengurangi kesenjangan dan kesalahan asumsi yang
akan datang. Asumsi ini didapat dari pengalaman
bertahun-tahun diiringi ketelitian dalam mengkaji fenome
yang terjadi di masyarakat maupun fenomena dalam
bidang kearsitekturan masa lalu, sekarang dan yang akan
datang. Asumsi yang akan datang dalam perencanaan
menyentuh dua aspek yakni fungsi dan tapak.
93. Metode Perancangan Arsitektur
81
Pada fungsi, sebuah rancangan arsitek dapat
mempengaruhi sikap dan pola kehidupan masyarakat
penggunanya. Asumsi fungsi meliputi memprediksi
pemilihan fungsi yang tepat pada sebuah tapak dan lokasi
yang sesuai di masa yang akan datang. Selain itu asumsi
yang tepat diperlukan ketepatannya terkait dalam
pemilihan lokasi, penampilan bangunan,pemilihan style,
luas lantai yang efektif sehingga memberikan keuntungan
komersial yang direncanakan.
Gambar 6.6 Asumsi pengembangan kawasan disekitar
Ka’ ah di asa ya g aka data g
Sedangkan memprediksi kemungkinan berkembangnya
lokasi dan tapak dapat dikaitkan dengan peruntukan
daerah baru yang menjadi pertimbangan tepat-tidaknya
fungsi yang akan dibangun. Dengan demikian
keberhasilan rancangan arsitek dapat dicapai karena
sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan
pengguna dan pemiliknya serta membawa dampak positif
94. Metode Perancangan Arsitektur
82
bagi lingkungan, masyarakat, pengguna, pemilik atau
investornya.
V.2. IDENTIFIKASI LOKASI
Lokasi adalah kawasan atau area yang luas, baik yang
terletak dibagian wilayah perkotaan, pinggir kota,
maupun luar kota. Sementara Tapak adalah kavling tanah
yang dibatasi oleh pagar pembatas dan terletak disuatu
lokasi maupun kawasan. Identifikasi lokasi merupakan
proses pencarian lokasi dan tapak untuk dipilih dan
ditentukan. Proses ini dilakukan secara bertahap dan urut
dimulai dari penentuan kriteria dan syarat tapak,
alternatif tapak, dan penentuan tapak.
1. Kriteria Penentuan Lokasi dan Tapak
Sebelum penentuan tapak dilakukan diperlukan acuan
dan pedoman pemilihan lokasi terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan agar kelak kedepannya tidak terjadi konflik
kepentingan dan interaksi negatif antara fungsi dengan
potensi fungsi disekitar tapak maupun lingkungan.
Beberapa kriteria dalam menentukan pemilihan tapak
diantaranya :
- Lokasi
- Penguasaan/pembebasan lahan
- Peruntukan
- Ukuran
- Bentuk
- Karakteristik tapak
95. Metode Perancangan Arsitektur
83
- Akses jalan dan pencapaian ke tapak
- Ketampakan (visibility)
- Guna Lahan
Gambar 6.7 Ilustrasi peta peruntukan wilayah
Sebagai contoh syarat dan kriteria pemilihan lokasi dan
tapak untuk museum, yakni diantaranya :
Lokasi tidak boleh dekat dengan daerah kumuh
yang mudah terbakar
Tanah harus kering dan tidak berair
Lokasi mudah dicapai kendaraan umum
Luas tapak memadai dan sebanding dengan citra
dan penampilan museum
Tapak sesuai RTRW dan RTRK yang ditentukan
oleh Pemda
96. Metode Perancangan Arsitektur
84
Syarat-syarat lain sesuai dengan jenis museum
dan keinginan yang diminta oleh pemilik
2. Potensi Terkait
Setiap fungsi yang dibangun pasti akan berinteraksi
dengan potensi-potensi lain. Potensi tersebut dapat
berada disekitar tapak atau bahkan berada didalam
tapak. Potensi tersebut juga perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan dan perancangan. Fungsi dari fasilitas
dan potensi yang dirancang tersebut dapat merupakan
fungsi baru atau pengembangan fungsi yang telah ada.
Untuk memastikan fungsi dan potensi yang akan
dibangun dapat mempengaruhi pemilihan tapak,
diperlukan data data aktual yang terletak pada suatu
kawasan.
3. Alternatif Lokasi & Tapak
Dari kriteria persyaratan penentuan yang sudah dibuat
dapat diperkirakaan lokasi dan tapak yang sesuai. Hal ini
dapat dilihat dari garis besar fungsi sejenis pada lokasi-
lokasi didalam peta kota, kepadatan penduduk, dan
kerapatan letak bangunan, termasuk keterkaitannya
dengan fungsi-fungsi lain secara jarak capaian. Dengan
demikian dapat ditentukan beberapa alternatif lokasi dan
tapak dengan kesetaraan kualitas fungsi.
97. Metode Perancangan Arsitektur
85
Gambar 6.8 Menentukan alternatif lokasi dan tapak
4. Pemilihan Tapak
Untuk menentukan tapak yang tepat dari alternatif-
alternatif lokasi yang dipilih, perlu dilakukan langkah-
langkah dengan menggunakan matriks pemilihan berupa
tabel korelasi.
Skala penilaian yang digunakan adalah skala 1 (sangat
kurang) sampai dengan 5 (sangat baik). Proses pemilihan
tapak akan lebih tepat dan teliti jika angka skalanya
semakin kecil, misal skala 1 sampai dengan 10.
Tabel 6.1 Contoh tabel pemilihan tapak
98. Metode Perancangan Arsitektur
86
“Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah
meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat.”
(Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)
BAB VII
ANALISIS PERENCANAAN
nalisis menjadi tahap penting dalam proses
perencanaan. Setiap aspek fisik dan non fisik menjadi
sasaran analisis perencanaan, mulai dari aspek fungsi dan
kegiatan, aspek pengguna, besaran ruang, potensi tapak
dan kawasan, kondisi eksisting hingga aspek sosial,
budaya dan teknologi
VII.1. ANALISIS NON FISIK
1. Analisis Fungsi dan Kegiatan
Jenis Kegiatan
Dari kompilasi data yang telah arsitek kumpulkan,
sebaiknya dikelompokkan dulu jenis kelompok
A
99. Metode Perancangan Arsitektur
87
kegiatannya, utama, penunjang dan pelengkap, kemudian
baru diuraikan lebih detail setiap jenis kelompok
kegiatan. Misal pada perencanaan dan perancangan
hotel, maka didapat kelompok kegiatan para tamu
menginap, penerima tamu, pelayanan tamu, pengelola
hotel, kelompok fungsi penunjang (dapur, foodcourt, gym
dsb), kelompok pelayanan lainnya (security, area parkir,
dsb) dan seterusnya.
Dari berbagai kelompok tersebut dapat diuraikan lagi
menjadi lebih rinci, sebagai contoh : kelompok tamu
menginap kelas standar, khusus, atau VIP, kelompok
penerima tamu untuk aktifitas check in/check out,
pembayaran, penerima keluhan, kelompok pelayanan
tamu, termasuk kegiatan penyiapan makan dan minum
tamu, pembersihan kamar, laundry dan sebagainya.
Pelaku Kegiatan
Dari studi kelayakan dan pengumpulan data yang telah
dilakukan dapat ditentukan jumlah dan status jabatan
dari masing-masing pelaku kegiatan. Hal ini harus
dilakukan untuk mendapatkan standar ukuran kegiatan
maupun tingkat kenyamanan yang sesuai dengan status
sosialnya. Dengan diketahuinya jumlah pelaku kegiatan
beserta status dan jabatannya dapat ditentukan ruang,
kualitas keamanan dan kenyamanan yang dipersyaratkan.
Sifat Kegiatan
Jenjang keadaan dan kondisi pelaku kegiatan dalam suatu
fungsi dapat membedakan urutan sifat kegiatan. Apabila
telah diketahui sifat dari masing-masing jenis dan pelaku
100. Metode Perancangan Arsitektur
88
kegiatan akan memudahkan peletakan ruang-ruang
dalam perencanaan denah bangunan.
Tabel 7.1 Jenis sifat kegiatan
Kedudukan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan urutan
penempatan ruang dalam bangunan, atau sering
diistilahkan sebagai hirarki kegiatan atau tingkatan
kegiatan.
Syarat Kegiatan
Pelaku dan penggunan sebuah fungsi didalam melakukan
kegiatannya memerlukan suasana dan kondisi tertentu.
Keadaan ini dapat dilakukan apabila memenuhi syarat
fungsi dan kegiatan yang ditetapkan. Persyaratan
kegiatan umumnuya meliputi keadaan yang diinginkan
yang berkatian dengan utilitas bangunan, seperti terang-
gelap, dingin-panas, basah-kering, hening-ramai dsb.
Tujuan dari pengondisian adalah untuk mendapatkan
kenyamanan dan kelancaran dalam menjalankan aktifitas.
Standar Kegiatan
Setiap gerak manusia memerlukan ruang yang
disesuaikan dengan postur tubuh dari pengguna dan
pemakai fungsi. Selain itu jumlah pelaku juga harus
101. Metode Perancangan Arsitektur
89
disesuaikan dengan jenis kegiatan dan sifat kegiatannya
dimana seluruhnya dinyatakan dalam satuan ukuran-
ukuran. Ukuran-ukuran ini digunakan sebagai acuan
dalam menentukan dimensi ruang, peralatan dan
perlengkapan furniture, serta pola perilaku.Beberapa
literature dapat digunakan dalam menentukan standar
kegiatan, diantaranya Data Arsitektur (Neufert) dan
Building Types (De Chiara).
Tabel 7.2 Contoh analisis fungsi dan kegiatan
2. Analisis Sosial Ekonomi
Tingkat Penghasilan Pengguna
Menurut tatanan kehidupan sosial perekonomian,
masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan
besar, yakni golongan berpenghasilan rendah, sedang dan
tinggi. Masing-masing golongan memiliki selera dan cita
rasa yang berbeda, sehingga tercipta lingkungan
kehidupan yang bertingkat-tingkat dan bervariasi.
Anggaran Biaya
Pada tahap ini meliputi perhitungan ekonomi bangunan,
serta harus diprediksi dalam pertimbangan teknik
102. Metode Perancangan Arsitektur
90
pelaksanaannya, baik yang berkaitan dengan keuntungan
finansial secara langsung maupun keuntungan sosial
kemasyarakatan. Anggaran biaya pada umumnya didapat
dari owners yang nsudah menganggarkan untuk proyek.
Pada pelaksanaan bangunan awalnya anggaran dihitung
secara garis besar dengan cara membagi harga per meter
persegi harga perkiraan bangunan.
Efektif dan Efisien
Perencanaan bangunan dengan teknologi modern tak
pelak membutuhkan kondisi yang memungkinkan
mencapai bentuk-bentuk yang unik dan spektakuler.
Akan tetapi pada tahap perancangan terkadang tidak
hanya memperhatikan segi efektif dan efisien semata,
tapi kearah keindahan, monumentalitas serta
komersialitas yang akan mempengaruhi bentuk dan
pemakaian material dan pelaksanaan yang pada akhirnya
berimbas pada aspek anggaran biaya
Ekspresi
Penampilan suatu bangunan menunjukkan sifat, bentuk
dan karakter fungsi. Terbuka atau tertutup, ke luar atau
ke dalam, kokoh ataupun ringan, semua tergantung
kepada fungsi kegiatannya. Ekspresi juga dapat
diakibatkan dari material strukturnya, apakah ringan atau
berat tergantung dari filosofinya.
3. Analisis Sosial Budaya
Pola Perilaku
Pola Perilaku dapat berbeda-beda antara satu pengguna
dengan pengguna lainnya tergantung faktor latar
103. Metode Perancangan Arsitektur
91
belakang budayanya masing-masing. Perilaku antara
pengguna dari latar belakang budaya asia akan berbeda
dengan perilaku dari pengguna dengan latar belakang
budaya eropa misalnya.
Adat Istiadat
Perancangan bangunan pada daerah tertentu perlu
mempertimbangkan dan mengantisipasi adat istiadat
yang masih dipegang erat oleh warga dan masyarakatnya,
dan biasanya adat istiadat ini menjadi semacam pakem
dalam setiap aspek kehidupan warganya termasuk dalam
aspek perencanaan dan perancangan bangunannya. Adat
istiadat sendiri umumya bersumber dari kearifan lokal
dan berorientasi pada keseimbangan ekologi dalam
kehidupan jangka panjang.
Tradisi
Seperti adat istiadat, tradisi merupakan ciri khas yang
dimiliki masyarakat secara turun temurun dan
merupakan aset yang sangat berharga bagi peradaban
manusia. Pada kasus-kasus tertentu tradisi dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap tipologi
bangunan-bangunan tradisional yang sarat akan filosofi.
Kepercayaan
Kepercayaan merupakan keyakinan akan adanya penjaga
dan pengawas kehidupan serta segala sesuatu memiliki
jiwa yang hidup. Manifestasi dari kepercayaan ini adalah
ritual-ritual ibadah, baik dari aliran kepercayaan nenek
moyang sampai dengan agama samawi yang dianut
pengikutnya. Dalam Islam sendiri bahwa setiap langkah
104. Metode Perancangan Arsitektur
92
dan perilaku umatnya mengandung nilai ibadah di mata
Allah SWT, mendorong manusia untuk memberikan
kontribusi postif baik terhadap kepada sesame manusia
maupun ke lingkungan sekitarnya.
4. Analisis Kejiwaan
Persepsi
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang
mempunyai derajat paling tinggi dibandingkan makhluk-
makhluk lain di dunia. Dengan kreatifitasnya manusia
mampu menciptakan lingkungan untuk ditata dan diatur
menjadi indah dan dapat dipergunakan oleh masyarakat.
Akan tetapi merupakan sifat manusia juga yang tidak
dapat mengendalikan diri sehingga mengakibatkan
kerusakan dan disharmoni dalam system dan tatanan
kehidupan masyarakat dan lingkungan. Persepsi manusia
akan lingkungannya tergantun dari aksi dan reaksi yang
tiap-tiap individu terima dan mereka ciptakan sendiri.
Stimulus
Stimulus atau rangsangan dapat diciptakan oleh hasil
karya arsitek kepada setiap pelaku kegiatan yang
berinteraksi dengan karyanya. Stimulus tersebut dapat
memicu kemampuan personifikasi atau kemampuan
merasakan dari pelaku kegiatan pada setiap titik
rancangannya. Rasa tersebut dapat berkaitan dengan
gerakan badan, dimensi, warna, ukuran dan skala,
pencahayaan, pengudaraan bahkan kenyamanan
utilitasnya.
Reaksi
105. Metode Perancangan Arsitektur
93
Penampilan atau ekspresi bangunan menunjukkan fungsi
kegiatannya.Ribuan ekspresi diakibatkan oleh sifat
fungsinya yang dapat menimbulkan reaksi positif ataupun
negatif.
Tingkatan (Levelling)
Yang dimaksud dengan tingkatan adalah tingkat
pendidikan dan mata pencaharian yang akan
mempengaruhi pola kehidupan individu maupun
sekelompok masyarakat. Ketepatan menganalisis dan
menilai harus didasarkan kepada pemahaman bahwa
untuk siapa bangunan itu dirancang, baik latar
belakangnya maupun pola perilakunya.
VII.2. ANALISIS FISIK
1. Analisis Tapak
Analisis tapak digunakan untuk mengurai dan mendalami
masalah yang terkait lahan dan lokasi dimana projek akan
dilaksanakan. Ada beberapa point yang perlu dianalisis
dalam analisis tapak, yakni :
Analisis dimensi
yang terdiri dari Dimensi dan bentuk ukuran tapak, garis
kontur tanah, arah dan garis edar matahari, rencana dan
jenis jalan
107. Metode Perancangan Arsitektur
95
Analisis Peraturan Daerah, yakni analisis mengenai :
Rencana Tata Ruang Kota (RTRK)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), untuk mencari
Luas Dasar Bangunan (LDB) maksimum yang
diizinkan, dengan rumus LDB = KDB x luas tapak.
Koefisien Luas Bangunan (KLB), merupakan faktor
perhitungan untuk mencari luas lantai bangunan
dalam bentuk angka untuk memperoleh Luas
Total Bangunan (LTB), rumusnya adalah LTB =
KLB x luas tanah
Koefisien Daerah Hijau (KDH), bertujuan untuk
penghijauan dan taman dengan besaran standar
adalah 40% dari luas tapak.
Koefisien Tapak Basement (KTB), merupakan
angka persentas perbandingan antara luas tapak
dengan basement dari luas tanah perpetakan
atau daerah perencanaan yang dikuasai owner.
Tinggi Bangunan, dinyatakan dalam perda dalam
jumlah lantai.
Garis Sempadan Bangunan (GSB), merupakan
garis batas dinding bangunan bagian depan
rumah atau bangunan yang boleh didirikan. Jarak
GSB dengan pagar jalan ditentukan setengah
lebar jalan
108. Metode Perancangan Arsitektur
96
Garis Sempadan Jalan (GSJ), merupakan batas
jalan yang berhimpit dengan pagar pekarangan
bagian depan
Garis Sempadan Sungai (GSS), merupakan jarak
antar tepi bagunan dengan badan sungai, sebesar
1xlebar sungai hingga 50 meter dari bibir sungai
untuk daerah luar kota.
Garis Sempadan Pantai (GSP), jarak antara garis
pantai dengan batas bangunan biasanya sekitar
50-100 meter dari garis pantai.
Analisis Potensi
Merupakan tahap pembahasan mengenai penjabaran
dan penguraian tentang fungsi-fungsi yang ada kaitan
dengan fungsi yang dirancang. Potensi ini dapat berada di
dalam tapak maupun diluar tapak. Secara sifatnya potensi
tapak dibedakan menjadi dua jenis yakni (1)Potensi alam
dan (2)Potensi buatan. Selain itu yang dianggap potensi
adalah fungsi sejenis yang berbeda atau sejenis yang
berada di sekitar tapak.
109. Metode Perancangan Arsitektur
97
Gambar 7.3 Ilustrasi analisis potensi tapak
Analisis Klimatologi
Iklim
Secara garis besar, Indonesia berada pada daerah
beriklim tropis, sehingga kelembaban udara kadang
begitu tinggi dan mempengaruhi kualitas material
bangunan yang akan dipakai, begitupula dengan
pengondisian udara dalam pengaturan suhu dan
kelembababan udara ruangan. Selain itu curah hujan
menjadi faktor krusial bagi perencanaan dan
perancangan bentuk bangunan, baik fasad maupun
atap
110. Metode Perancangan Arsitektur
98
Gambar 7.3 Ilustrasi analisis iklim (curah hujan)
Garis Edar Matahari
Pengaruh garis edar terkait dengan paparan sinar
radiasi matahari. Intensitas sinar matahari yang
diterima kulit bangunan, baik bidang padat dan kaca
perlu diantisipasi. Dalam perancangan, garis edar
matahari akan mempengaruhi penentuan as dan kulit
penutup bangunan. Pada bangunan yang memiliki
bentuk massa memanjang as bangunannya
diusahakan sejajar dengan garis edar matahari
111. Metode Perancangan Arsitektur
99
Gambar 7.4 Ilustrasi analisis garis edar matahari
Angin
Angin terjadi disetiap lokasi dan tapak yang yang
diakibatkan adanya perbedaan suhu udara. Pada
bangunan pengaruh angin sangat dirasakan pada
bidang-bidang lebar fasad dan atap bangunan.
Pengaruh angin juga berdampak pada sudut
kemiringan atap.
112. Metode Perancangan Arsitektur
100
Gambar 7.5 Ilustrasi analisis pergerakan angin
Analisis Topografi
Merupakan penjabaran dan uraian tentang kondisi tanah
dari tapak yang telah dipilih sebagai lokasi letak
bangunan. Pada analisa tapak, hal yang dianalisis adalah
Jenis tanah / kondisi geologi
Bentuk permukaan tanah (datar, landai, tegak
atau curam). Pada tahap ini melakukan kajian
peta geografis yang dinyatakan dalam bentuk
garis kontur. Garis kontur ini didapat dari
pengukuran dengan alat theodolit maupun
pencitraan udara. Kerapatan garis kontur
menandakan kemiringan bentuk tanah, yaitu
renggang berarti kemiringan landai, rapat
berarti kemiringan rapat.
113. Metode Perancangan Arsitektur
101
Gambar 7.6 Analisis garis kontur pada tapak
Potong dan urug / cut and fill
Untuk kepentingan pelaksanaan proyek
diperlukan daerah yang rata. Pada daerah
dengan kontur yang memiliki kemiringan
yang tinggi perlu dilakukan cut (pemotongan
tanah) dan fill (pengurugan).Dengan
demikian seorang arsitek harus mempunyai
kemampuan untuk membaca peta kontur
tapak.
Gambar 7.7 teknik cut and fill pada tapak
114. Metode Perancangan Arsitektur
102
Aliran air permukaan atau drainase
Aliran air permukaan haruslah direncanakan
dan diarahkan sedemikian rupa sehingga
tidak mempengaruhi perletakan bangunan
dan kegiatan-kegiatan didalamnya.
Gambar 7.8 Analisis arah aliran air permukaan
115. Metode Perancangan Arsitektur
103
Analisis Pencapaian
Tahap ini diperlukan untuk mengetahui dan menguraikan
arah terbesar pemakai serta pengguna bangunan datang
ke tapak. Hasil analisis ini digunakan sebagai panduan
penentuan letak pintu gerbang dan titik tangkap ke arah
bangunan. Untuk itu diperlukan peta kota yang lebih
besar disesuaikan dengan radius pelayanan fungsi yang
bersangkutan. Hasil dari analisis pencapaian akan juga
mempengaruhi as atau sumbu bangunan, letak pintu
gerbang tapak dan titik tangkap massa bangunan.
Gambar 7.9 Analisis pencapaian ke tapak
Analisis Sirkulasi
Analisis ini dilakukan untuk mengambil gambaran lebih
detail tentang hal-hal yang berkaitan dengan pergerakan
dan sirkulasi oleh pengguna bangunan. Tahap ini sebagai
kelanjutan dari tahap analisis pencapaian yang telah
116. Metode Perancangan Arsitektur
104
menentukan arah terbesar pemakai datang dengan
berbagai macam sarana dan cara.
Gambar 7.10 Analisis sirkulasi tapak
Dalam analisis sirkulasi ini juga di bahas mengenai jenis
jalan , sarana dan fasilitas pejalan kaki, titik halte
kendaraan umum (jika ada), titik lampu lalulintas (traffic
light) dan fasilitas penyeberangan jalan.
Analisis Arah Pandang
Kajian ini menyangkut arah pandang dari pengguna dan
pemakai fungsi bangunan. Dengan mempertimbangkan
117. Metode Perancangan Arsitektur
105
hasil analisis dimensi, potensi, pencapaian dan sirkulasi,
maka arah pandang dapat dilakukan dari arah dalam
ataupun luar tapak.
Gambar 7.11 Analisis arah pandang
Analisis Ruang Kota
Ruang kota adalah ruang terbuka tingkat kota. Bentuk
fisiknya dapat berupa taman terbuka, plaza, lapangan
upacara, atau tempat parker kendaraan tamu. Tahap ini
dilakukan untuk mengetahui peran dan pengaruh ruang
118. Metode Perancangan Arsitektur
106
kota terhadap letak bangunan pada suatu kawasan dan
tapak. Secara garis besar ruang kota terbagi dalam dua
tipe, yakni Ruang Kota Horizontal, yakni ruang terbuka
yang bersifat melebar ke samping maupun memanjang,
serta Ruang Kota Vertikal, yakni berupa ruang yang
muncul akibat perbedaan ketinggian bangunan pada
suatu kawasan yang biasa disebut dengan skyline
Gambar 7.13 Ilustrasi Ruang Kota Vertikal (atas) dan
Horisontal (bawah)
Analisis Vegetatif
Tahap ini merupakan kajian yang menyangkut
keberadaan tanaman dan tumbuhan yang berada dalam
tapak dan disekitar tapak. Tanaman dapat menjadi
potensi geografis dan historis serta dapat berperan
119. Metode Perancangan Arsitektur
107
dalam menjaga dan mengendalikan kelembaban dan
temperatur dilingkungan tapak.
Dengan dipertahankannya vegetasi dalam suatu tapak
maka perancangan harus mempertimbangkan dan
mengikuti keberadaan, posisi dan perletakan dari
vegetasi itu sendiri.
Gambar 7.14 Contoh analisis vegetasi tapak
Analisis Utilitas Kota
Analisis utilitas kota merupakan pengungkapan semua
fasilitas penunjang kota yang harus disediakan oleh
Pemda, yang meliputi jaringan-jaringan listrik, air bersih,
riol kota, telepon, dan gas. Kelengkapan datanya akan
mempengaruhi biaya yang harus dirancang agar tidak
menimbulkan permasalahan anggaran biaya dikemudian
hari.
120. Metode Perancangan Arsitektur
108
Gambar 7.15 Illustrasi Analisis utilitas tapak
Analisis Kebisingan
Kebisingan adalah suara berisik yang melebihi standar
normal yang mampu diterima telinga manusia. Analisis
kebisingan bertujuan untuk mendapatkan gambaran
terkait arah dan sumber kebisingan berasal dan
pengaruhnya terhadap bangunan dan penghuninya.
Gambar 7.16 Illustrasi Analisis Sumber Kebisingan
121. Metode Perancangan Arsitektur
109
Cara yang paling umum digunakan dalam meredam
kebisingan yang masuk ke tapak adalah penggunaan
vegetasi sebagai noise buffer.
Gambar 7.17 Vegetasi sebagai buffer noise pada tapak
2. Analisis Teknologi Bangunan
a) Rekayasa Teknik dan Konstruksi
Terdapat lima jenis sistem struktur yang sering
digunakan hingga saat ini, yakni:
- Sistem struktur Bentuk Aktif
- Sistem struktur Vektor Aktif
- Sistem struktur Blok Aktif
- Sistem struktur Permukaan Aktif
- Sistem struktur Vertikal
122. Metode Perancangan Arsitektur
110
b) Analisis Sistem Utilitas Bangunan
Yang termasuk dalam anal`isis system utilitas
bangunan, diantaranya adalah :
- Jaringan Air bersih dan kotor
- Jaringan listrik dan Penerangan
- Jaringan Penyegar Udara
- Jaringan Komunikasi dan Tata Suara
- Jaringan Sampah
- Jaringan Pemadam Kebakaran
- Jaringan Penangkal Petir
- Jaringan Keamanan
VII.3. ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH
1. Komponen Analisis Kawasan
Dalam melakukan analisis kawasan, maka
komponen-komponen berikut menjadi aspek
penting dalam perencanaan, yakni :
1) Perkembangan sosial penduduk, dimana analisis
ini mencoba memahami aspek demografi dari
penduduk yang mendiami kawasan tersebut
2) Prospek Pertumbuhan Ekonomi, merupakan
gambaran dari sektor pendorong ekonomi serta
kegiatan ekonomi yang telah berjalan yang
mampu mendorong produktivitas kawasan
3) Daya dukung fisik dan lingkungan, mengenai
kemampuan fisik lingkungan dan tahan