Presentasi Sidang Pleno
"Analisis Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamanan Termal Rumah Susun Industri Dalam"
Penyusun: Fathia Khairunnisa Agustin, Arif Kamaludin Firdaus Akbar, Rahmawati
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...Rahmawati Muslan
Presentasi Sidang Evaluasi Mata Kuliah Seminar Arsitektur
"Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan Rumah Susun Industri Dalam"
Peyusun: Fathia Khairunnisa A - Arif Kamaludin F A - Rahmawati
Pembimbing: Nur Laela Latifah, ST MT
Jurusan Teknik Arsitektur (FTSP)
Institut Teknologi Nasional
2015
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...Rahmawati Muslan
Presentasi Sidang Evaluasi Mata Kuliah Seminar Arsitektur
"Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan Rumah Susun Industri Dalam"
Peyusun: Fathia Khairunnisa A - Arif Kamaludin F A - Rahmawati
Pembimbing: Nur Laela Latifah, ST MT
Jurusan Teknik Arsitektur (FTSP)
Institut Teknologi Nasional
2015
Kenyamanan Thermal
REKAYASA THERMAL BANGUNAN
PENGERTIAN KENYAMANAN THERMAL
Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh manusia, bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya atau kondisi pikir seseorang yang mengekspresikan kepuasan dirinya terhadap lingkungan thermalnya.
ASHERE (1989), mendefinisikan kenyamanan thermal sebagai suatu pemikiran dimana kepuasan didapati. Oleh karena itu, kenyamanan adalah suatu pemikiran mengenai persamaan empiric. Meskipun digunakan untuk mengartikan tanggapan tubuh, kenyamanan thermal merupakan kepuasan yang dialami oleh manusia yang menerima suatu keadaan thermal, keadaan ini alami baik secara sadar ataupun tidak sadar. Pemikiran suhu netral atau suhu tertentu yang sesuai untuk seseorang dinilai agak kurang tepat karena nilai kenyamanan bukan merupakan nilai yang pasti dan selalu berbeda bagi setiap individu.
benda-benda di sekitar ars
Ada tiga pemaknaan kenyamanan thermal menurut Peter Hoppe2.
a) Pendekatan thermophysiological
b) Pendekatan heat balance (keseimbangan panas)
c) Pendekatan psikologis.
Kenyamanan thermal sebagai proses thermophisiological, menganggap bahwa nyaman dan tidaknya lingkungan thermal akan tergantung pada menyala dan matinya signal syarat reseptor thermal yang terdapat di kulit dan otak.
Pendekatan heat balance (keseimbangan panas), kenyamanan thermal dicapai bila aliran panas keadaan dari badan manusia seimbang dan temperatur kulit serta tingkat berkeringat badan ada dalam range nyaman.
Pendekatan psikologis, kenyamanan thermal adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan thermalnya.
Di antara tiga pemaknaan tersebut, pemaknaan berdasarkan pada pendekatan psikologis lebih banyak digunakan oleh pakar pada bidang ini.
Keseimbangan suhu tubuh manusia rata-rata adalah 37º C. Faktor-faktor alami yang dirasakan manusia akan merasa nyaman dengan lingkungannya secara sadar ataupun tidak sadar yang disebut daerah nyaman (comfort zone).
Georg Lippsmeier dalam buku Bangunan Tropis, daerah iklim tropis lembap berada disekitar khatulistiwa sampai sekitar 15º utara dan selatan. Indonesia berada dalam daerah tropis lembap ini, dengan ciri-ciri antara lain:
a) Kelembapan udara yang tinggi dan temperatur udara yang relatif panas sepanjang tahun. Kelembapan udara rata-rata adalah 80%, akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00 pagi dan minimum pukul 14.00. kelembapan ini hampir sama untuk dataran rendah, temperatur rata-rata sekitar 32º C. Makin tinggi letak suatu tempat terhadap permukaan laut, maka temperatur udara akan berkurang rata-rata 0,6º C untuk kenaikan 100 m.
b) Curah hujan yang tinggi dengan rata-rata 1500-2500 mm/tahun.
c) Radiasi matahari global horizontal rata-rata harian adalah 400 watt/m², dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun.
d) Keadaan langit pada umumnya selalu berawan.
BANGUNAN BERTINGKAT DIBAGI MENJADI DUA (BERDASARKAN KETINGGIAN GEDUNG DAN SPESIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT) :
LOW RISE BUILDING (3-4 LANTAI ATAU DGN KETINGGIAN 10 m)
HIGH RISE BUILDING (LBH DARI 4 LANTAI ATAU LEBIH 10 m)
Penerapan Struktur Bentang Lebar Pada Bangunan Masjid di BengkuluRabiyatul Adawiyah
Abstrak.
Berdasarkan hadist terdapat kebutuhan dalam fungsi bangunan masjid untuk jamaahnya merapatkan shaf dan menghindari tiang ketika sholat. Ternyata dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini membawa kita kepada kemungkinan membangung masjid tanpa tiang. Tapi, adakah dalam hadist hal yang harus diperhatikan ketika membangun sebuah bangunan masjid? Makalah ini membahas kemungkinan dalam membangun masjid tanpa tiang dari sudut pandang islam dan arsitektur. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat pedoman perancangan masjid bentang lebar dengan memperhatikan ketentuan daya tampung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan dan mengolah data literatur. Hasil dari penelitian ini berupa pedoman peracangan sebuah masjid bentang lebar di Bengkulu.
Kenyamanan Thermal
REKAYASA THERMAL BANGUNAN
PENGERTIAN KENYAMANAN THERMAL
Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh manusia, bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya atau kondisi pikir seseorang yang mengekspresikan kepuasan dirinya terhadap lingkungan thermalnya.
ASHERE (1989), mendefinisikan kenyamanan thermal sebagai suatu pemikiran dimana kepuasan didapati. Oleh karena itu, kenyamanan adalah suatu pemikiran mengenai persamaan empiric. Meskipun digunakan untuk mengartikan tanggapan tubuh, kenyamanan thermal merupakan kepuasan yang dialami oleh manusia yang menerima suatu keadaan thermal, keadaan ini alami baik secara sadar ataupun tidak sadar. Pemikiran suhu netral atau suhu tertentu yang sesuai untuk seseorang dinilai agak kurang tepat karena nilai kenyamanan bukan merupakan nilai yang pasti dan selalu berbeda bagi setiap individu.
benda-benda di sekitar ars
Ada tiga pemaknaan kenyamanan thermal menurut Peter Hoppe2.
a) Pendekatan thermophysiological
b) Pendekatan heat balance (keseimbangan panas)
c) Pendekatan psikologis.
Kenyamanan thermal sebagai proses thermophisiological, menganggap bahwa nyaman dan tidaknya lingkungan thermal akan tergantung pada menyala dan matinya signal syarat reseptor thermal yang terdapat di kulit dan otak.
Pendekatan heat balance (keseimbangan panas), kenyamanan thermal dicapai bila aliran panas keadaan dari badan manusia seimbang dan temperatur kulit serta tingkat berkeringat badan ada dalam range nyaman.
Pendekatan psikologis, kenyamanan thermal adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan thermalnya.
Di antara tiga pemaknaan tersebut, pemaknaan berdasarkan pada pendekatan psikologis lebih banyak digunakan oleh pakar pada bidang ini.
Keseimbangan suhu tubuh manusia rata-rata adalah 37º C. Faktor-faktor alami yang dirasakan manusia akan merasa nyaman dengan lingkungannya secara sadar ataupun tidak sadar yang disebut daerah nyaman (comfort zone).
Georg Lippsmeier dalam buku Bangunan Tropis, daerah iklim tropis lembap berada disekitar khatulistiwa sampai sekitar 15º utara dan selatan. Indonesia berada dalam daerah tropis lembap ini, dengan ciri-ciri antara lain:
a) Kelembapan udara yang tinggi dan temperatur udara yang relatif panas sepanjang tahun. Kelembapan udara rata-rata adalah 80%, akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00 pagi dan minimum pukul 14.00. kelembapan ini hampir sama untuk dataran rendah, temperatur rata-rata sekitar 32º C. Makin tinggi letak suatu tempat terhadap permukaan laut, maka temperatur udara akan berkurang rata-rata 0,6º C untuk kenaikan 100 m.
b) Curah hujan yang tinggi dengan rata-rata 1500-2500 mm/tahun.
c) Radiasi matahari global horizontal rata-rata harian adalah 400 watt/m², dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun.
d) Keadaan langit pada umumnya selalu berawan.
BANGUNAN BERTINGKAT DIBAGI MENJADI DUA (BERDASARKAN KETINGGIAN GEDUNG DAN SPESIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT) :
LOW RISE BUILDING (3-4 LANTAI ATAU DGN KETINGGIAN 10 m)
HIGH RISE BUILDING (LBH DARI 4 LANTAI ATAU LEBIH 10 m)
Penerapan Struktur Bentang Lebar Pada Bangunan Masjid di BengkuluRabiyatul Adawiyah
Abstrak.
Berdasarkan hadist terdapat kebutuhan dalam fungsi bangunan masjid untuk jamaahnya merapatkan shaf dan menghindari tiang ketika sholat. Ternyata dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini membawa kita kepada kemungkinan membangung masjid tanpa tiang. Tapi, adakah dalam hadist hal yang harus diperhatikan ketika membangun sebuah bangunan masjid? Makalah ini membahas kemungkinan dalam membangun masjid tanpa tiang dari sudut pandang islam dan arsitektur. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat pedoman perancangan masjid bentang lebar dengan memperhatikan ketentuan daya tampung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan dan mengolah data literatur. Hasil dari penelitian ini berupa pedoman peracangan sebuah masjid bentang lebar di Bengkulu.
Arsitektur Kontekstual (Gino Feruci dan Ex Hotel Surabaya)Rahmawati Muslan
Arsitektur Kontekstual (Contextual Architecture)
Bangunan konservasi Hotel Surabaya merupakan bangunan peninggalan lama yang harus dilestarikan. Bangunan Hotel Gino Feruci di belakangnya adalah bangunan baru. Slide ini akan membahas bagaimana kontektual antara bangunan lama (Ex Hotel Surabaya) dan bangunan baru (Hotel Gino Feruci) yang berlokasi di Kota Bandung, Indonesia.
"SAAT RUANG DAN WAKTU BERTEMU
DISITU ADA ELEMEN FISIK DAN MAYA YANG
BERSINERGI DENGAN MENGATAS NAMAKAN
KONSEP LAMPAU MENUJU KINI"
Kelas Konservasi #1 Alun-alun Kota Bandung bersama Bandung Heritage dan FIMA Jabar
by Rahmawati, Rifqi Hadyan Damas, Arif Kamaludin F A, Dea Indria
Architectural Design VI
Middle-rise buildings as apartments and retail functions. Eco architecture is relations between human and nature.
by Rahmawati 212012189 Department of Architecture - Institute Technology National Bandung
Analisis Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamanan Termal Rumah Susun Industri Dalam
1. PENGHAWAAN ALAMI TERKAIT
SISTEM VENTILASI TERHADAP KENYAMANANTERMAL
BANGUNAN RUMAH SUSUN INDUSTRI DALAM
Penyusun :
Fathia Khairunissa Agustin21.2012.046
Arif Kamaludin Firdaus Akbar 21.2012.077
Rahmawati 21.2012.189
Studi Kasus:
Rumah Susun Industri Dalam
Pembimbing :
Nur Laela Latifah, ST,. MT.
AR 413 – Seminar Arsitektur
Semester Genap – Tahun Akademik 2015/2016
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015
2. Permasalahan Yang Akan Dibahas di Dalam Kajian Ini Meliputi:
Permasalahan Mayor
Apakah Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi
Pada Bangunan Rumah Susun Industri Dalam Sudah
Memenuhi Syarat Kenyamanan Termal?
Permasalahan Minor
a. Bagaimana faktor desain ditinjau dari konfigurasi bangunan pada tapak dan tipe unit
hunian berdasarkan dimensi ruang mempengaruhi kenyamanan termal pada bangunan
Rumah Susun Industri Dalam?
b. Bagaimana sistem ventilasi yang ada ditinjau dari orientasi bukaan, lokasi bukaan,
dimensi bukaan, rasio bukaan, tipe bukaan, pengarah bukaan, serta jalur sirkulasi dan
penghalang pada bangunan Rumah Susun Industri Dalam?
c. Bagaimana kenyamanan termal yang terjadi ditinjau dari arah dan kecepatan gerak
udara, suhu udara, kelembapan udara, laju udara (air flow), dan pergantian udara (air
changes) pada bangunan Rumah Susun Industri Dalam?
PERMASALAHAN
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
3. UNIT VARIABEL
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
4. FAKTOR DESAIN
Konfigurasi bangunan pada tapak| Tipe Unit Hunian dan Desain Bukaan
FAKTOR KENYAMANAN TERMAL
Arah dan Kecepatan Gerak Udara | Suhu Udara | Kelembapan Udara | Laju Udara (Air Flow) |
Pergantian Udara (Air Changes)
FAKTOR SISTEM VENTILASI
Orientasi Bukaan| Lokasi Bukaan | Dimensi Bukaan | Rasio Bukaan | Tipe Bukaan | Pengarah
Bukaan | Jalur Sirkulasi dan Penghalang
6. U
⌂
A
C2
C1
B
90°
U
⌂
A
C2
C1
B
overlap
Breez way
FAKTOR DESAIN
Konfigurasi Bangunan pada Tapak
TEORI
Penataan massa bangunan pada tapak:
1. Penataan massa acak
2. Massa bangunan disorder relasi 90
3. Penambahan maju mundur
4. Memperpanjang garis majiner
5. Relasi overlap
Konfigurasi terkait pergerakan udara pada tapak:
1. Konfigurasi bangunan dengan pergerakan udara
2. Konfigurasi bangunan dengan jalur angin
3. Konfigurasi bangunan dengan kecepatan gerak udara
DATA
Terkait pergerakan udara, angin berhembus dari arah Utara
Kawasan Rumah Susun Industri Dalam. Angin terasa pada
lapangan rumah susun, ruang terbuka, dan di antara
bangunan.
ANALISIS
Orderisasi 90° bangunan pada Blok A dan
Blok B. Garis-garis imajiner antara Blok A
dengan Blok B dan C2, serta antara Blok B
dengan Blok C1 dan C2
Pengolahan maju mundur pada bangunan
Blok A dan Blok B. Overlap antara Blok C1
dan C2
Angin berhembus dari arah Utara Kawasan Rumah
Susun Industri Dalam (Jalan Industri Dalam)
sehingga terdapat bayangan angin (leeward) pada
Selatan kawasan
Jarak antar blok menghasilkan jalur angin (breeez
way) merata
Angin yang melalui kawasan secara merata
terhalang oleh bangunan menyebabkan olakan
angin di Selatan bangunan dan menurunkan
kecepatan geraknya.
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
7. FAKTOR DESAIN
Tipe Unit Hunian dan Desain Bukaan
TEORI
Satu ruang : 18 m2 – 45 m2
Satu kamar tidur : 36 m2 – 54 m2
Dua kamar tidur : 45 m2 – 90 m2
Tiga kamar tidur : 54 m2 – 108 m2
Desain bukaan berdasarkan lokasi:
a. Desain bukaan di dalam bidang
b. Desain bukaan pada sudut
c. Desain bukaan di anatara bidang
DATA
Lantai 1 Lantai 2, 3, dan 4
Keterangan:
K1 = Tipe kecil 1 P1 = Tipe pintu 1
K2 = Tipe kecil 2 PJ = Tipe pintu jendela
B1 = Tipe besar 1 J1 = Tipe jendela 1
B2 = Tipe besar 2 J2 = Tipe jendela 2
B3 = Tipe besar 3 K = Kerawang
ANALISIS
No.
Tipe Unit
Hunian
Dimensi (m) Luas (m2) Jenis Bukaan
1 K1 4,8 x 2,4 11,52 P1, J1
2 K2 4,8 x 2,4 11,52 P1, J1, J2
3 B1 4,8 x 4,8 23,04 P1, J1, K
4 B2 4,8 x 4,8 23,04 P1, J1, J2, K
5 B3 4,8 x 4,8 23,04 P1, PJ, J1, K
No.
Tipe Unit
Hunian
Dimensi (m) Luas (m2)
Luas standar
(m2)
1 K1 4,8 x 2,4 11,52 18 – 45
2 K2 4,8 x 2,4 11,52 18 – 45
3 B1 4,8 x 4,8 23,04 36 – 54
4 B2 4,8 x 4,8 23,04 36 – 54
5 B3 4,8 x 4,8 23,04 36 – 54
Lima tipe unit Rumah Susun Industri Dalam belum dapat memperoleh
kenyamanan termal karena luasannya lebih kecil dari luasan minimal unit
rumah susun dengan aktivitas yang beragam.
Dari lima tipe jenis bukaan hanya satu jenis bukaan yang dapat
mengalirkan udara secara maksimal yaitu jenis bukaan J1 sehingga sulit
diperoleh kenyamanan termal pada unit dengan jenis bukaan lain.
Kisi - kisi
Swing door
Kisi - kisi
P1
PJ
Swing door
Kisi - kisi
Fixed
window
Fixed
window
Casement side
hung
J1
J2
Kisi - kisi
Fixed
window
Lubang-lubang
udara
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
8. FAKTOR SISTEM VENTILASI
Orientasi Bukaan| Lokasi Bukaan | Dimensi Bukaan | Rasio Bukaan | Tipe Bukaan | Pengarah
Bukaan | Jalur Sirkulasi dan Penghalang
9. FAKTOR SISTEM VENTILASI
Orientasi Bukaan
1. Orientasi inlet dengan arah gerak udara
TEORI
Perbedaan orientasi inlet terhadap arah angin datang
mengakibatkan perbedaan arah pergerakan udara.
ANALISIS
DATA
Bangunan Rumah Susun Industri Dalam Blok A memiliki orientasi
Barat – Timur dengan muka menghadap Timur. Inlet di dalam unit
Rusun memiliki 4 orientasi, tetapi lebih dominan ke arah Barat dan
Timur.
Angin yang masuk melewati inlet dengan orientasi ke Barat kurang
optimal, sedangkan angin yang masuk melewati inlet dengan
orientasi ke Timur dapat masuk dengan cukup optimal karena
pengarah bukaan menghadap Selatan.
Angin bergerak melewati
bangunan melalui sisi Barat,
Timur, dan koridor
bangunan. Orientasi inlet
yang dominan menghadap
ke arah Barat dan Timur
tegak lurus terhadap arah
angin yang datang pada
bangunan
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
10. DATA
Pada Rumah Susun Industri Dalam Blok A terdapat 2 tipe
letak inlet dan outlet, yaitu terletak pada dua sisi yang
berhadapan juga sisi yang berhadapan dan bersebelahan.
Kecepatan gerak udara di dalam unit cenderung menurun pada tipe
unit karena angin yang masuk ke dalam unit akan mengenai
dinding kemudian berbelok.
Orientasi Bukaan
2. Orientasi inlet dan outlet dengan kecepatan gerak udara
TEORI
Perbedaan orientasi inlet dan outlet
terhadap arah angin datang
mengakibatkan perbedaan kecepatan
gerak udara.
U U
U
Posisi outlet terhadap inlet sebagai
berikut:
1. Berhadapan
2. Bersebelahan
3. Pada sisi yang sama
ANALISIS
Pergerakan udara pada site merupakan potensi sehingga
penurunan kecepatan gerak udara di dalam unit harus dihindari
U
FAKTOR SISTEM VENTILASI
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
11. TEORI
Agar arah gerak udara semerata mungkin di dalam ruang maka inlet
dan outlet diletakkan pada posisi yang tepat, sehingga dapat
menghasilkan kenyamanan termal.
ANALISIS
Udara yang dapat masuk ke dalam unit kurang optimal dan memiliki
kecepatan gerak yang kecil mengakibatan efek cross ventilation dan
olakan yang terjadi sangat kecil sehingga kurang mendukung
kenyamanan termal.
Lokasi Bukaan
1. Lokasi inlet dan outlet dengan arah gerak udara
2. Perbedaan elevasi antara inlet dan outlet dengan arah
gerak udara.
TEORI
DATA
Inlet berupa daun jendela memiliki perbedaan elevasi 30 cm
terhadap kisi outlet.
DATA
Pada Rumah Susun Industri Dalam Blok A terdapat 2 tipe lokasi inlet
dan outlet, yaitu pada dua sisi yang berhadapan dan sisi yang
berhadapan juga bersebelahan
ANALISIS
Pada beberapa unit inlet berhadapan dengan outlet tetapi tidak
frontal, oleh karena itu angin tidak langsung bergerak lurus keluar
menuju outlet. Selain itu pada beberapa unit memiliki inlet lebih dari
satu buah sehingga dapat membantu pemerataan aliran udara yang
masuk
Perbedaan elevasi inlet
dan outlet akan
terbentuk cross
ventilation yang
mendukung
kenyamanan termal.
FAKTOR SISTEM VENTILASI
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
12. TEORI
Makin besar dimensi inlet, laju udara (air flow) dan pergantian udara
(air changes) makin tinggi.
Luas minimal suatu bukaan udara masuk (inlet) pada suatu ruang
adalah:
1.Berdasarkan luas dinding fasad ruang.
40% - 80% luas dinding.
2. Berdasarkan luas ruang.
20% luas ruang.
ANALISIS
Dimensi Bukaan
DATA
Terdapat 5 tipe bukaan pada Blok A
Unit Luas dinding fasad
min (40%-80%)
Luas ruang
min (20%)
K1 12,11 % 7,06 %
K2 4,41 % 7,73 %
B1 9,01 % 10,51 %
B2 6,34 % 7,4 %
B3 6,75 % 7,88 %
Dimensi dan luas bukaan pada semua unit Rumah Susun Industri
Dalam Blok A memiliki persentase di bawah syarat luas minimal
bukaan. Hal tersebut terjadi karena dimensi bukaan udara efektif
yang mengalirkan udara ke dalam unit terlalu kecil dibandingkan
dengan luas fasad dan luas ruang yang ada pada unit. Sedangkan
tipe inlet dominan pada unit adalah jenis fixed yang hanya dapat
mengalirkan udara dari kisi di atas inlet. Kedua hal tersebut
mengakibatkan pergerakan udara yang terjadi di dalam ruang yang
meliputi laju udara (air flow) dan pergantian udara (air changes)
akan rendah sehingga perolehan penghawaan alami pada unit tidak
optimal kurang mendukung kenyamanan termal pada unit.
Uni
t
Luas
dinding
fasad (m2)
Luas
ruang (m2)
Tipe
bukaan
Luas
bukaan
(m2)
K1 6,72 11,52 J1 0,814
K2 20,16 11,52 J1,J2 0,891
B1 26,88 23,04 3x J1 2,422
B2 26,88 23,04 2x J1, J2 1,705
B3 26,88 23,04 2xJ1, PJ 1,817
P1 PJ, J1 J2 K
FAKTOR SISTEM VENTILASI
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
13. TEORI
Rasio luas bukaan akan
mempengaruhi kecepatan udara
yang masuk ke dalam ruang.
Dengan rasio tertentu antara
luas outlet terhadap luas inlet
diperoleh peningkatan
kecepatan udara yang akan
mendukung kenyamanan termal
(0,6 m/det hingga 1,5 m/det).
Hasil perbandingan rasio inlet dan outlet pada tiap unit di Rumah
Susun Industri Dalam Blok A adalah di bawah 1:1. Perbandingan
rasio tersebut menunjukan tidak terjadinya peningkatan kecepatan
udara yang masuk ke dalam unit. Kecepatan udara yang masuk ke
dalam unit mempengaruhi aliran udara yang baik sehingga kurang
mendukung tercapainya kenyamanan termal pada unit.
Rasio Bukaan
ANALISIS
Bila rasio perbandingan inlet dan outlet di atas 1:1 maka udara di
dalam unit akan mengalami pengingkatan kecepatan gerak
sehingga akan mendukung tercapainya kenyamanan termal pada
unit.
Rasio Peningkatan (%)
1:1 0
1,5:1 17,5
2:1 26
2,5:1 31
3:1 34
3,5:1 36
4:1 37
6:1 38
DATA
Luas outlet = 0,112 m
Unit Luas inlet Luas outlet
K1 J1 = 0,814 P1 = 0,112
K2 J1, J2
Total =0,891
P1 = 0,112
B1 3 x J1 = 2,422 P1 = 0,112
B2 2 x J1, J2
Total = 1,705
P1 = 0,112
B3 2 x J1, PJ
Total = 1,817
P1 = 0,112
Unit Perbandingan
K1 0,138 : 1
K2 0,126 : 1
B1 0,046 : 1
B2 0,066 : 1
B3 0,062 : 1
FAKTOR SISTEM VENTILASI
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
14. DATA
Rumah Susun Industri Dalam Blok A memiliki 5 jenis bukaan yang
berbeda
Bukaan udara masuk (inlet) pada unit Rusun di dominasi oleh tipe
bukaan fixed sehingga udara hanya dapat masuk dari kisi di atas
bukaan mengakibatkan udara yang masuk ke dalam unit tidak
optimal berpengaruh pada laju udara (air flow) dan pergantian
udara dalam ruang sehingga kurang mendukung kenyamanan
termal pada unit.
Tipe Bukaan
TEORI
Terkait kenyamanan termal, bila kecepatan gerak udara/ angin
adalah potensi maka tipe inlet yang dibutuhkan, yaitu sebagai
berikut:
1. Tipe inlet harus dapat mengarahkan gerak udara dalam
ruang semerata mungkin.
2. Tipe inlet harus optimal dalam mendukung laju udara (air
flow) dan pergantian udara dalam ruang.
3. Tipe inlet harus fleksibel untuk dibuka tutup tergantung
kebutuhan.
P1 PJ, J1 J2 K
P1: Swing door
PJ: Swing door & fixed windows
J1: Casement side hung & fixed windows
J2: Fixed windows
K : Kerawang
ANALISIS
Berikut analisis jenis bukaan pada Rusun:
1. P1: cukup efektif untuk mengalirkan udara ke luar unit
tetapi memiliki dimensi yang kecil.
2. PJ: kurang efektif untuk mengalirkan udara ke dalam unit
karena dimensi bukaannya terlalu kecil yaitu kisi yang
berada di atas inlet.
3. J1: kurang efektif untuk mengalirkan udara ke dalam unit
karena hanya pada bagian bukaan casement side
hung yang efektif mengalirkan udara ke dalam unit
sedangkan pada bukaan bagian fixed udara hanya
dapat mengalir masuk ke unit dari kisi diatas bukaan.
4. J2: kurang efektif untuk mengalirkan udara ke dalam unit
karena tipe bukaannya fixed sehingga udara hanya
dapat mengalir masuk ke unit dari kisi diatas bukaan.
FAKTOR SISTEM VENTILASI
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
15. FAKTOR DESAIN
Pengarah Bukaan
TEORI
Inlet A dan D : Daun jendela tipe bukaan horizontally
pivoted yang mengarahkan gerak udara ke bawah dan ke
atas
Inlet B : Kisi-kisi yang mengarahkan gerak udara ke atas
Inlet C : Daun jendela tipe bukaan casement top hung
yang mengarahkan gerak udara ke bawah
Inlet A dan B : Kisi-kisi yang mengarahkan gerak udara ke
atas dan ke bawah
Inlet C : Daun jendela tipe bukaan casement top hung
yang mengarahkan gerak udara ke atas.
Inlet D : Lubang pada dinding dengan tambahan tirai
gulung (screen) yang mengarahkan gerak udara ke bawah.
DATA
Pengarah tersebut berupa daun
jendela dengan tipe bukaan
casement side hung dan kisi-kisi.
Tipe bukaan dengan daun
jendela yang dapat dibuka
adalah J1, sedangakan tipe
bukaan yg lain merupakan jenis
fixed sehingga tidak dapat
dibuka. Kisi-kisi ada pada semua
tipe bukaan.
ANALISIS
90°
Jendela fixed
Kisi-kisi
Casement side hung
U
U
Casement side hung yaitu bagian jendela
yang memiliki pengarah yang dapat dibuka
menyamping dengan sudut kemiringan
adalah 90° sehingga udara lurus dapat
berbelok dan masuk ke dalam unit hunian,
jenis ini hanya terdapat pada tipe jendela
J1.
Pengarah pada unit hunian dengan orientasi inlet
menghadap Barat mempersulit udara untuk
masuk ke dalamnya.
Pengarah pada unit hunian dengan orientasi inlet
menghadap Timur akan mempermudah udara
untuk masuk ke dalamnya. Udara lurus akan
menabrak pengarah melintang dan berbelok 90°
sehingga angin yang masuk ke dalam unit hunian
adalah lurus.
Orientasi inlet outlet menghadap barat
Orientasi inlet outlet menghadap timur
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
16. FAKTOR DESAIN
Jalur Sirkulasi dan Penghalang
TEORI
Pada penghawaan alami, sistem ventilasi meliputi inlet,
outlet, dan jalur sirkulasi antara inlet dan outlet.
Kondisi A : inlet bersebelahan outlet
Kondisi B & C: Outlet bersebelahan
dengan inlet dan penambahan dinding
penghalang
Kondisi D : Outlet bersebelahan dengan
inlet, dinding memanjang di depan inlet
Kondisi E & F : Outlet berhadapan
dengan inlet
DATA
ANALISIS
K1 K2 B1 sekat A B1 sekat B
B2 sekat A B2 sekat B B2 sekat C B2 sekat D
B2 sekat E B3 sekat A B3 sekat B
Lantai 1 Lantai 3 Lantai 4
K1 K2 B1 sekat A B1 sekat B
B2 sekat A B2 sekat B B2 sekat C B2 sekat D
B2 sekat E B3 sekat A B3 sekat B
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
17. FAKTOR KENYAMANAN TERMAL
Arah dan Kecepatan Gerak Udara | Suhu Udara | Kelembapan Udara | Laju Udara (Air Flow) |
Pergantian Udara (Air Changes)
18. Lantai 1
ANALISIS
Arah gerak udara pada unit hunian Rumah Susun
Industri Dalam beragam tergantung pada letak inlet
dan outlet yang sejajar atau berlawanan dengan
arah datangnya angin.
LANTAI 1
Kecepatan gerak udara pada Lantai 1 relatif kecil
LANTAI 3
Kecepatan gerak udara pada Lantai 3 beragam
tergantung dari letak unit hunian, apakah dibagian
luarnya terdapat penghalang atau tidak yang
mengakibatkan pembelokan arah gerak dan
penurunan kecepatan udara
LANTAI 4
Kecepatan gerak udara pada Lantai 4 rata-rata
meningkat dibanding Lantai 1 dan Lantai 3
Tabel Kecepatan udara (m/s) Rumah Susun
Industri Dalam Blok A pada tanggal 31 Oktober
2015 pukul 12.00-15.00 dan pukul 15.00-18.00
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
FAKTOR KENYAMANAN TERMAL
Arah dan kecepatan Udara
Lantai 2 dan 4
TEORI
Pergerakan udara yang diharapkan melalui
desain bukaan (opening), yaitu:
1.Arah gerak udara
Udara bergerak semerata mungkin dalam ruang.
Terjadi ventilasi silang (cross ventilation).
2. Kecepatan gerak udara
Udara bergerak dengan kecepatan sesuai kebutuhan yang cukup (0,6 m/s
s/d 1,5 m/s).
Gambar Pergantian udara untuk
memperoleh kenyamanan termal
DATA
0,7
0,6
0,7
1,1
0,8
0,8
19. ANALISIS
Siang
Pada siang hari paparan sinar matahari
banyak mengenai area sisi Barat
bangunan Blok A Rusun Indal, dimana
terjadi peningkatan suhu udara tiap
lantainya (suhu udara tertinggi lantai
4), karena tidak terhalang oleh
vegetasi dan bangunan sekitar
sehingga matahari memapari langsung
dan suhu udara meningkat
Suhu udara tertinggi siang hari terjadi
pada unit hunian 4.B2A yaitu 28,80C
(sisi Timur bangunan)
Sore
Pada sore hari paparan sinar matahari
mengalami penurunan suhu udara
secara signifikan di seluruh unit hunian
bangunan tersebut.
Suhuudara tertinggi sore hari terjadi
pada unit hunian 3.B1A dan 4.K1A
yaitu 28,40C (sisi Barat bangunan)
Lantai 1
Tabel Kondisi suhu udara (°C) Rumah Susun
Industri Dalam Blok A pada siang (pukul 12.00-
15.00) dan sore (pukul 15.00-18.00).
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
FAKTOR KENYAMANAN TERMAL
Suhu Udara
Lantai 2 dan 4
TEORI
Syarat kondisi ruang agar tercapai kenyamanan termal untuk iklim tropis
basah adalah Suhu udara di antara suhu ideal 24 C < T < 26 C
DATA
28,70
28,80
28,50
28,50
28,70
28,50
30,10
29,70
20. Tabel Kondisi kelembapan udara (°C) Rumah Susun
Industri Dalam Blok A pada siang (pukul 12.00-
15.00) dan sore (pukul 15.00-18.00).
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
FAKTOR KENYAMANAN TERMAL
Kelembapan Udara
TEORI
Nilai kelembapan udara adalah indikator banyaknya kandungan uap air di udara.
Kelembapan udara yang ideal untuk daerah tropis basah memiliki nilai syarat kenyaman
termal 40% < RH < 60%.
ANALISIS
siang
Pada siang hari paparan sinar matahari
langsung mengenai dalam unit hunian
sehingga kelembapan menurun.
Kelembapan tertinggi siang hari terjadi
pada unit hunian 3.K2B yaitu 53,40%.
Sore
Kelembapan tertinggi terjadi pada sore hari
di semua unit hunian bangunan Blok A
Rusun Indal, karena sinar matahari tidak
langsung memapar kedalam unit hunian
maka terjadi kenaikan kelembapan udara
secara signifikan di seluruh unit hunian
bangunan tersebut.
Kelembapan udara tertinggi sore hari terjadi
pada lantai 1dan 4.K2A yaitu 59,40%.
Kelembapan berbanding terbalik
dengan suhu. Semakin tinggi
kelembapan udara maka semakin
rendah suhu udara begitupun
sebaliknya semakin rendah kelembapan
udara maka semakin tinggi suhu udara.
Lantai 1
Lantai 2 dan 4
DATA
50,20
57,10
47,80
59,30
53,40
57,30
21. TEORI
Laju udara adalah jumlah unit udara (volume atau berat) per satuan
waktu yang melalui sistem ventilasi.
Kebutuhan laju udara (air flow) ditentukan oleh:
1. Fungsi ruang
2. Kerapatan pengguna ruang
3. Asap rokok
Perolehan laju udara (air flow) ditentukan oleh:
1. Luas inlet (A)
2. Besar kecepatan udara (v)
ANALISIS
Berdasarkan hasil analisis nilai laju udara yang memenuhi standar
kebutuhan laju udara berdasarkan kecepatan gerak udara paling
banyak terjadi pada siang hari. Nilai laju udara tertinggi berada di
lantai 4 karena kecepatan gerak udara pada lantai tersebut cukup
(tidak terhalang vegetasi dan bangunan sekitar), sehingga mudah
memperoleh kenyamanan termal. Laju udara (air flow) kaitannya
dengan kecepatan gerak udara, jika udara tidak bergerak dengan
kecepatan yang cukup maka laju udara tidak dapat memenuhi
syarat minimal kenyamana termal
Q= 0,5682Av
Rumus laju udara
Tabel Perhitungan laju udara (m3/s) Lantai 1, 3, dan 4
Rumah Susun Industri Dalam Blok A pada tanggal 31
Oktober 2015 pukul 12.00–15.00 dan 15.00-18.00
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
FAKTOR KENYAMANAN TERMAL
Laju Udara (Air Flow)
Tabel kebutuhan laju udara ventilasi
Lantai 1
Lantai 3 dan 4
Fungsi Gedung
Kerapatan
Penghunian Per
100 m2 Luas
Lantai (Orang)
Kebutuhan Udara Luar
Satuan
Merokok
Tidak
Merokok
Rumah Tinggal
a. Ruang
duduk
- - 0,30 m3/ min/ kmr
a. Ruang tidur - - 0,30 m3/ min/ kmr
a. Dapur - - 3,00 m3/min/ kmr
a. Toilet - - 1,50 m3/ min/ kmr
a. Koridor - - - -
DATA
0,5550
0,4625
0,3700
0,3238
0,5550
0,3700
22. TEORI
Air changes/ pergantian udara adalah jumlah pergantian udara yang
terjadi di suatu ruang.
Kebutuhan pergantian udara pada suatu ruang ditentukan oleh:
1. Fungsi ruang
2. Kerapatan pengguna ruang
Perolehan pergantian udara ditentukan oleh:
1. Laju udara (air flow)
2. Volume ruang
ANALISIS
nilai pergantian udara yang memenuhi standar kebutuhan laju
udara berdasarkan kecepatan gerak udara paling banyak terjadi
pada siang hari. Nilai pergantian udara tertinggi berada di lantai 4
karena kecepatan gerak udara dan laju udara (air flow) pada lantai
tersebut cukup (tidak terhalang vegetasi dan bangunan sekitar),
sehingga mudah memperoleh kenyamanan termal.
Tabel Perhitungan pergerakan duara (ACH) Lantai 1, 3, dan 4
Rumah Susun Industri Dalam Blok A pada tanggal 31 Oktober
2015 pukul 12.00–15.00 dan 15.00-18.00
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
FAKTOR KENYAMANAN TERMAL
Pergantian Udara (Air Changes)
DATA
Lantai 1
Lantai 3 dan 4
Rumus pergerakan udara
Jika udara tidak bergerak dengan kecepatan yang cukup, maka laju
udara (air flow) dan pergantian udara per jam (air changes per
hour) tidak dapat memenuhi syarat kenyamaan termal
Tabel kebutuhan pergantian udara per jam
92,9330
72,2589
82,5816
72,2589
154,8887
108,4220
Pergantian
Udara (ACH) pagi
Pergantian
Udara (ACH) sore
23. KUESIONER
Analisis Data Kuesioner
No Pertanyaan STS TS S SS
1
Jarak Blok A dengan bangunan di sekitarnya terlalu
dekat
0.00% 43.33% 43.33% 13.33%
2
Ukuran unit hunian cukup untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-hari
3.33% 43.33% 50.00% 3.33%
3
Arah buka jendela memudahkan angin masuk ke
dalam unit hunian
0.00% 0.00% 96.67% 3.33%
4
Lokasi jendela memudahkan angin masuk ke dalam
unit hunian
0.00% 0.00% 96.67% 3.33%
5
Ukuran jendela sudah cukup besar untuk
memenuhi kebutuhan udara pada tiap unitnya
0.00% 3.33% 93.33% 3.33%
6
Jumlah jendela cukup memenuhi kebutuhan udara
pada tiap unitnya
0.00% 3.33% 93.33% 3.33%
7
Jenis jendela cukup untuk mengalirkan udara
masuk dan udara keluar pada unit hunian
0.00% 3.33% 93.33% 3.33%
8
Sekat di dalam unit hunian menghambat alur angin
di dalamnya
3.33% 33.33% 60.00% 3.33%
9
Jendela mempengaruhi suhu udara untuk
mendukung aktivitas di dalam unit hunian
3.33% 0.00% 93.33% 3.33%
10 Sinar matahari siang masuk ke dalam unit hunian 0.00% 3.33% 70.00% 26.67%
11 Sinar matahari sore masuk ke dalam unit hunian 0.00% 16.67% 56.67% 26.67%
12
Jumlah udara yang masuk sudah cukup untuk
mendukung aktivitas di dalam unit hunian pada
siang hari
3.33% 3.33% 86.67% 6.67%
13
Jumlah udara yang masuk ke dalam unit hunian
sudah cukup untuk mendukung aktivitas di dalam
unit hunian pada sore hari
3.33% 3.33% 83.33% 10.00%
14
Udara cepat berganti di dalam unit hunian pada
siang hari
0.00% 0.00% 93.33% 6.67%
15
Udara cepat berganti di dalam unit hunian pada
sore hari
0.00% 3.33% 90.00% 6.67%
16 Suhu sejuk pada siang hari di dalam unit hunian 3.33% 46.67% 46.67% 3.33%
17 Suhu sejuk pada sore hari di dalam unit hunian 3.33% 43.33% 50.00% 3.33%
18 Udara lembap pada siang hari di dalam unit hunian 3.33% 30.00% 63.33% 3.33%
19 Udara lembap pada sore hari di dalam unit hunian 3.33% 33.33% 60.00% 3.33%
20
Angin masuk dengan kecepatan yang cukup pada
siang hari di dalam unit hunian
0.00% 3.33% 90.00% 6.67%
21
Angin masuk dengan kecepatan yang cukup pada
sore hari di dalam unit hunian
0.00% 3.33% 90.00% 6.67%
Dari hasil analisis kuesioner diatas dapat disimpulkan bahwa:
Tidak dapat disimpulkan jarak Blok A dengan bangunan disekitar
Rumah Susun Industri dalam terlalu dekat karena responden
menjawan </ tidak =50%. (pertanyaan no.1)
Penghuni Rumah Susun Industri Dalam setuju bahwa ukuran unit
hunian cukup untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari karena
responden menjawab >/=50% (pertanyaan no.2)
Penghuni Rumah Susun Industri Dalam setuju bahwa faktor sistem
ventilasi terkai arah buka jendela, Lokasi jendela, jumlah jendela, jenis
jendela, dan sekat cukup memenuhi kebutuhan udara di dalam unit
hunian karena jumlah responden yang menjawab setuju >/=50%
(pertanyaan no.3-8)
Penghuni Rumah Susun Industri Dalam setuju bahwa faktor
kenyamanan termal terkait jendela mempengaruhi suhu, sinar
matahari yang masuk siang hari, sinar matahari yang masuk pada sore
hari, jumlah udara yang masuk sing hari, jumlah udara yang masuk
sore hari, udara yang berganti sing hari, udara yang berganti sore hari,
suhu sejuk sore hari, udara lembap siang hari, udara lembap sore hari,
angin masuk dengan kecepat cukup siang hari, dan angin masuk
dengan kecepatan cukup sore hari pada unit hunian mendukung
aktivitas di dalam unit hunian kaarena responden yang menjawab
setuju >/=50% (pertanyaan no.9-15 dan 17-21)
Tidak dapat disimpulkan bahwa suhu sejuk pada siang hari di unit
hunian karena responden menjawab </ tidak =50% (pertanyaan
no.16)
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
24. PEMBOBOTAN
Variabel Teori Data Analisis
1. Faktor Desain
1.1 Konfigurasi bangunan pada tapak √ √ +++
1.2 Tipe unit hunian dan desain bukaan √ √ ++
2. Faktor sistem ventilasi
2.1 Orientasi bukaan √ √ +
2.2Lokasi bukaan
2.1.1 Lokasi inlet dan outlet √ √ +++
2.1.2 Perbedaan elevasi inlet dan outlet √ √ ++
2.3 Dimensi bukaan √ √ +
2.4 Rasio bukaan √ √ +
2.5 Tipe bukaan √ √ ++
2.6 Pengarah bukaan √ √ ++
2.7 Jalur sirkulasi dan penghalang √ √ +++
3. Faktor kenyamanan termal
3.1 Arah dan kecepatan gerak udara √ √ +++
3.2 Suhu udara √ √ ++
3.3 Kelembapan udara √ √ ++
3.4 Laju udara (air flow) √ √ +
3.5 Pergantian udara (air changes) √ √ +
4. Data kuesioner - √ ++++
Total 15 16 33
Dari hasil perhitungan tabel pembobotan di atas, terdapat total
33 (+) analisis dari jumlah seharusnya 64 (+). Dengan demikian
dapat dihitung seberapa besar bangunan Rumah Susun
Industri Dalam telah memenuhi kriteria kenyamanan termal
bila ditinjau dari aspek faktor desain, faktor sistem ventilasi,
dan faktor kenyamanan termal, dengan perhitungan:
Angka 52% merupakan sejauh mana kenyamanan termal
terpenuhi bila ditinjau dari aspek-aspek tersebut.
33/64 x 100% = 52%
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
25. Permasalahan Mayor
Apakah Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi
Pada Bangunan Rumah Susun Industri Dalam Sudah
Memenuhi Syarat Kenyamanan Termal?
Permasalahan Minor
a. Bagaimana faktor desain ditinjau dari konfigurasi bangunan pada tapak dan tipe unit
hunian berdasarkan dimensi ruang mempengaruhi kenyamanan termal pada bangunan
Rumah Susun Industri Dalam?
b. Bagaimana sistem ventilasi yang ada ditinjau dari orientasi bukaan, lokasi bukaan,
dimensi bukaan, rasio bukaan, tipe bukaan, pengarah bukaan, serta jalur sirkulasi dan
penghalang pada bangunan Rumah Susun Industri Dalam?
c. Bagaimana kenyamanan termal yang terjadi ditinjau dari arah dan kecepatan gerak
udara, suhu udara, kelembapan udara, laju udara (air flow), dan pergantian udara (air
changes) pada bangunan Rumah Susun Industri Dalam?
PERMASALAHAN
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
26. KESIMPULAN
FAKTOR DESAIN
Meskipun tatanan massa dan pergerakan udara yang melalui bangunan Blok A sudah baik namun luasan unit
dan desain bukaan belum baik dan kurang mendukung kenyamanan termal di dalamnya.
FAKTOR KENYAMANAN TERMAL
Meskipun kelembapan udara bangunan Blok A sudah baik namun arah dan kecepatan udara, suhu udara, laju
udara (air flow), serta pergantian udara (air changes) belum baik dan kurang mendukung kenyamanan termal di
dalamnya.
FAKTOR SISTEM VENTILASI
Secara keseluruhan faktor sistem ventilasi dinijau dari orientasi bukaan, lokasi bukaan, dimensi bukaan, rasio
bukaan, tipe bukaan, pengarah bukaan, dan jalur sirkulasi serta penghalang pada Rumah Susun Industri Dalam
Blok A kurang mendukung untuk mendapatkan kenyamanan termal
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
Permasalahan Minor
27. Apakah Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi
Pada Bangunan Rumah Susun Industri Dalam Sudah
Memenuhi Syarat Kenyamanan Termal?
PERMASALAHAN
AR 413 Seminar I Studi Kasus : Rumah Susun Industri Dalam I FTSP-Jurusan ArsitekturI ITENAS I 2015 ← ⌂
←
Berdasarkan variabel yang dianalisis (52%) penghawaan alami
terkait sistem ventilasi pada bangunan rumah susun industri
dalam sudah memenuhi syarat kenyamanan termal
Permasalahan Mayor