SlideShare a Scribd company logo
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 876/Menkes/SK/VIII/2001
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, ketentuan tentang pedoman teknis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan yang ditetapkan dengan
Kep.Men No. 872/ Menkes/ SK/VIII/1997 sudah tidak sesuai
lagi;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a perlu
ditetapkan Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Negara RI Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Negara RI Nomor 3699);
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembar Negara RI Nomor 3839).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara RI Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Negara RI
Nomor 3838);
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 183/Menkes/SKB/ II/93
tentang Pelaksanaan Pemantauan Dampak Kesehatan
Lingkungan;
2
6. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Nomor 130/Menkes/SK/I/2000 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
M E M U T U S K A N
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN
TEKNIS ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
Pasal 1
(1) Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
yang merupakan kajian aspek kesehatan masyarakat yang
harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan perusahaan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dari suatu
usaha dan atau kegiatan pembangunan yang dapat
menimbulkan dampak penting.
(2) Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
Pasal 2
(1) Dalam melaksanakan Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL) harus dilengkapi dengan ringkasan
langkah-langkah oprasional ADKL.
(2) Ringkasan langkah-langkah operasional ADKL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini.
Pasal 3
Pedoman Teknis ADKL ini menjadi panduan bagi pejabat di
lingkungan kesehatan dan berbagai pihak yang berkepentingan
dalam melakukan penilaian dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL).
Pasal 4
Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 872/Menkes/SK/VIII/1997 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, dinyatakan
tidak berlaku lagi.
3
Pasal 5
Keputusan ini mulai belaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal: 13 Agustus 2001
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Dr. ACHMAD SUJUDI
4
Lampiran I
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor : 876/Menkes/SK/VIII/2001
Tanggal : 13 Agustus 2001
PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
I. PENDAHULUAN
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal
yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan
kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi
terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat, sehingga
keterkaitan antara kualitas atau karakteristik “lingkungan bermasalah dan
status kesehatan” perlu dipahami dan dikaji secara cermat agar dapat
digambarkan potensi besarnya risiko atau gangguan kesehatan.
Konsepsi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), pada dasarnya
merupakan model pendekatan guna mengkaji, dan atau menelaah secara
mendalam untuk mengenal, memahami, dan memprediksi kondisi dan
karakteristik lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya risiko
kesehatan, dengan mengembangkan tatalaksana terhadap sumber
perubahan media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak kesehatan
yang terjadi.
Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna menelaah
rencana usaha atau kegiatan dalam tahapan pelaksanaan maupun
pengelolaan kegiatan, serta melakukan penilaian guna menyusun atau
mengembangkan upaya pemantauan maupun pengelolaan untuk
mencegah, mengurangi, atau mengelola dampak kesehatan masyarakat
akibat suatu usaha atau kegiatan pembangunan.
Penerapan ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok, yaitu sebagai:
1. Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana usaha atau kegiatan
pembangunan baik yang wajib atau yang tidak wajib menyusun studi
AMDAL.
2. Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan lingkungan
dalam rangka pengelolaan kualitas lignkungan hidup yang terkait erat
dengan masalah kesehatan masyarakat.
5
II. T U J U A N
Pedoman teknis ini merupakan acuan yang disusun dengan tujuan untuk :
1. Memahami dan melakukan ADKL sebagai kajian aspek kesehatan
masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan, upaya
pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Memahami keterkaitan antara jenis usaha atau kegiatan, perubahan
parameter lingkungan, manusia yang terpajan dan bentuk dampak
kesehatan masyarakat serta sumber daya kesehatan.
3. Membantu mempermudah proses pengkajian aspek kesehatan
masyarakat dalam studi AMDAL
4. Membantu menyajikan hasil kajian dengan informasi yang relevan.
III. RUANG LINGKUP
Telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan masyarakat
meliputi :
1. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana
pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan;
2. Proses dan potensi terjadi pemajanan;
3. Potensi besarnya risiko penyakit (angka dan kesakitan dan angka
kematian);
4. Karakteristik penduduk yang berisiko; dan
5. Sumber daya kesehatan;
Telaah tersebut di atas dilakukan dengan pengukuran pada :
1. Sumber dampak atau sumber perubahan (emisi);
2. Media lingkungan (ambien) sebelum kontak dengan manusia;
3. Penduduk terpajan (Biomarker);
4. Potensi dampak kesehatan;
IV. LANGKAH-LANGKAH ADKL
A. DALAM KONTEKS RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN
1. Penapisan
2. Pelingkupan
3. Penyajian Rona Lingkungan Awal
4. Analisis Risiko
5. Rencana Pengelolaan Risiko
6
6. Implementasi dan Pengambilan Keputusan
7. Rencana Pemantauan
8. Rencana Pengelolaan
B. DALAM KONTEKS PEMANTAUAN ATAU PENGELOLAAN KEGIATAN
1. Penyehatan
2. Pengamanan
3. Pengendalian
4. Investigasi
V. PENERAPAN ADKL
1. Pada rencana usaha atau kegiatan yang wajib AMDAL ADKL diterapkan
dalam menilai dokumen yang meliputi :
a. Kerangka Acuan (KA) AMDAL
b. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
d. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
2. Rencana usaha kegiatan tidak wajib AMDAL, meliputi dokumen:
a. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
b. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
3. Pelaksanaan program-program kesehatan seperti Program Penyehatan
Lingkungan Permukiman, Program Penyediaan Air Bersih, Program
Pemberantasan Penyakit Menular, dan program lain yang terkait.
VI. PENUTUP
Dengan ditetapkannya Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan ini, pejabat di lingkungan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial dalam menilai Dokumen AMDAL memperoleh
panduan yang lebih terarah.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Dr. ACHMAD SUJUDI
7
LAMPIRAN II
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor : 876/Menkes/SK/VIII/2001
Tanggal : 13 Agustus 2001
RINGKASAN LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL ADKL
I. PENGERTIAN
ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN (ADKL)
Merupakan suatu pendekatan untuk mencermati masalah kesehatan
kesehatan masyarakat dengan menggunakan rencana pembangunan
sebagai titik awal dan melihat dampak kesehatan yang berhubungan.
Dampak kesehatan tersebut dapat bersifat langsung atau tidak langsung,
sehingga ADKL merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
perencanaan dalam suatu pembangunan (misalnya: industri baru)
ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL)
Merupakan suatu pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko
yang dimulai dengan mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah
dikenal dan melibatkan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang
berkaitan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan. Analisis risiko
kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah lingkungan saat ini atau
di masa lalu (misalnya: lokasi tercemar)
II. LANGKAH-LANGKAH
A. ANALISIS RISIKO
Langkah Pertama
Identifikasi Bahaya
Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan
suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan bukti-bukti yang
mendukungnya (daya racun sistematik dan karsinogenik)
Langkah kedua
Evaluasi “Dose – Response”
Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk
menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan (cara, dosis,
frekuensi, dan urasi) oleh suatu bahan berhubungan dengan timbulnya
dampak kesehatan.
8
Langkah ketiga
Pengukuran Pemajanan
Perkiraan besaran, frekuensi, dan lamanya pemajanan pada manusia
oleh suatu bahan melalui semua jalur dan menghasilkan perkiraan
pemajanan numerik.
Langkah keempat
Penetapan Risiko
Integrasikan informasi daya racun dan pemajanan kedalam “Perkiraan
Batas Atas” risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan.
B. PENGELOLAAN RISIKO
Upaya untuk mengendalikan risiko dampak pada tingkat yang tidak
membahayakan. Umumnya meliputi 3 langkah: (a) Partisipasi
Masyarakat, (b) Pengendalian Bahaya, dan (c) Pemantauan Risiko.
Pengendalian diarahkan kepada dua sasaran, yaitu : (a) pengendalian
pada sumbernya dan (b) pengendalian pemajanan
C. KOMUNIKASI RISIKO
Upaya untuk menginformasikan dan menyarankan masyarakat tentang
hasil analisis risiko dan dampaknya, mendengar reaksi mereka, dan
melibatkan mereka dalam perencanaan pengelolaan risiko.
III. LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL ADKL
Langkah 1 : Evaluasi data dan informasi yang berkaitan dengan lokasi
kejadian (mencakup informasi simpul 1, 2, 3 dan 4)
Langkah 2 : Mempelajari kepedulian terhadap pencemaran
Langkah 3 : Menetapkan bahan pencemar sasaran kajian
Langkah 4 : Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan
Langkah 5 : Memperkirakan dampak kesehatan masyarakat
Langkah 6 : Kesimpulan dan rekomendasi
Langkah 7 : Pengelolaan risiko
Langkah 8 : Laporan
9
IV. SIMPUL INFORMASI ADKL
Simpul 1, Jenis dan skala kegiatan atau kondisi yang diduga menjadi
sumber pencemar/ bahaya kesehatan Misalnya: pabrik,
pembuangan limbah, bekas penambangan
Simpul 2, Media lingkungan (air, tanah, udara, biota, sosial), Misalnya:
iklim dan cuaca, hidrogen tanah, sosio demografi, topografi)
Simpul 3, Kontak antara bahan pencemar dan manusia pada titik
pemajanan, misalnya: minum air tercemar, menghirup udara
tercemar, makan makanan terkontaminasi
Simpul 4, Dampak kesehatan yang timbul akibat pemajanan melalui
berbagai cara, misalnya: keracunan pestisida, kanker,
hipertensi, “asma-bonchiale” dan sebagainya.
V. JALUR PEMAJANAN
Jalur 1, Sumber pencemar : asal pencemar, misalnya: pabrik yang
membuang limbah ke lingkungan atau timbunan sampah.
Jalur 2, Media lingkungan dan mekanisme penyebaran : lingkungan
dimana pencemar dilepaskan misalnya : air, tanah, udara, dan
biota yang menyebarkan pencemar dengan mekanisme
tertentu ke titik pemajanan
Jalur 3, Titik pemajanan : suatu area potensial atau riil dimana terjadi
kontak antara manusia dengan media lingkungan tercemar,
misal sumur atau lapangan bermain
Jalur 4, Cara pemajanan : pencemar masuk atau kontak dengan
tubuh manusia misalnya: tertelan, pernapasan atau kontak
kulit.
Jalur 5, Penduduk berisiko : orang-orang yang terpajan atau
berpotensi terpajan oleh pencemar pada titik pemajanan.
VI. KEPEDULIAN MASYARAKAT
Kepedulian dapat berupa keluhan, pernyataan tekat, atau bahkan program.
Kepedulian dan respons terhadap pencemaran dari masyarakat, LSM,
massmedia, pakar sektor terkait perlu diketahui dan digali untuk
memperoleh kesamaan pemahaman.
10
Untuk itu diperlukan informasi yang relevan dan memerlukan investigasi
secara aktif.
Langkah umum yang diambil, dikelompokkan dalam 5 bagian:
(a) sebelum kunjungan lapangan
(b) selama kunjungan lapangan
(c) setelah kunjungan lapangan
(d) komunikasi, dan
(e) laporan
Sebelum kunjungan, perlu dipersiapkan 3 langkah pokok, yaitu:
(a) Menentukan instansi atau organisasi yang dapat menyediakan informasi
dan dukungan
(b) Menentukan masyarakat atau individu yang akan dikunjungi.
Masyarakat atau individu yang paling tepat untuk dikunjungi tergantung
pada issue spesifik di lokasi, kepedulian dan sejauh mana mereka
dilibatkan.
(c) Menyusun strategi dan jadual serta metoda kunjungan
Selama Kunjungan
Kunjungan lapangan bertujuan untuk mengamati lokasi dan bertemu
dengan instansi yang berkepentingan. Hal yang perlu disampaikan adalah
pentingnya keterlibatan masyarakat secara terus menerus. Selama
kunjungan perlu dilakukan pertemuan untuk:
? mengindentifikasi karakteristik masyarakat sasaran
? menghimpun kepedulian mereka
? mengidentifikasi “key person”
? mempelajari status lokasi dan persepsi masyarakat.
? mencatat kemungkinan cara pemajanan dan potensi terjadinya
pemajanan,
? membangun kepercayaan masyarakat,
? penyuluhan tentang ADKL dan fungsinya.
? memberikan pengertian tehnis lanjutan dan informasi yang dapat
dijangkau
? membangun mekanisme dan jalur korespondensi
? mengidentifikasi calon penghubung
? mengidentifikasi cara menerima informasi yang disukai
? membangun kerangka komunikasi, dan
? mengindetifikasi bentuk keterlibatan yang diinginkan masyarakat.
Setelah kunjungan
Informasi harus didokumentasi dan segera melakukan pertemuan dengan
orang-orang yang ikut dalam kunjungan.
Mempublikasikan dokumen laporan ADKL untuk memperoleh komentar
terutama yang berkaitan dengan kesimpulan kesehatan dan rekomendasi
melalui instansi kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan.
11
Komentar masyarakat harus ditanggapi dan bila perlu dilakukan ADKL .Oleh
karena itu dalam pertemuan kembali dengan masyarakat perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(a) jenis komentar yang diterima
(b) saran dari kelompok masyarakat khusus
(c) pernyataan keinginan masyarakat
(d) jenis media yang diliput
(e) catatan minat masyarakat
(f) orang yang menghadiri pertemuan
Laporan permasalahan kesehatan dibahas dalam 2 tahap:
(a) pembahasan issue kesehatan masyarakat yang muncul dan
(b) jawaban terhadap issue kesehatan masyarakat.
VII. MENETAPKAN PENCEMAR SASARAN
Menetapkan pencemar sasaran adalah untuk menetapkan pencemar dan
dimana mereka berada
? identifiaksi pencemar:
? memasukan semua pencemar dalam daftar “review”
? menggolongkan pencemar menurut media, waktu dan tempat
? semua pencemar dalam kompleks dimasukkan kedalam pencemar di
lokasi.
? menyajikan pencemar dengan singkat kemudian dipilih pencemar
sasaran berdasarkan pada analisis komperatif
? verifikasi kekurangan dan kelemahan data sampling: mutu data
lapangan dan data laboratorium serta kecukupan data
? mempelajari tingkat konsentrasi pencemar dikaitkan dengan daftar
pencemar kondisi latar belakang
? membandingkan data secara langsung atau statistik
? membandingkan data lokasi dengan data latar belakang
Ketetapan
? Bila pencemar dalam media lingkungan lebih tinggi dari rona dan lebih
rendah dari standar, media perlu dianalisis lebih lanjut untuk melihat
kemungkinan migrasi pencemar. Pencemar tidak didaftar sebagai
pencemar sasaran
? Bila pencemar dalam media lingkungan lebih tinggi dari rona dan
standar, pencemar didaftar sebagai pencemar sasaran.
? Bila pencemar dalam media lingkungan lebih tinggi dari rona dan tidak
tersedia standar, pencemar didaftar sebagai pencemar sasaran.
? Bila tingkat pencemar dalam media lingkungan lebih rendah dari rona
dan standar, pencemar tidak didaftar sebagai pencemar sasaran.
12
Namun adanya kemungkinan pemajanan multi-media, efek interaktif,
atau perhatian masyarakat bisa ditetapkan bahwa pencemar itu
pencemar sasaran.
? Bila tingkat pencemar dalam media lingkungan leibh rendah dari tingkat
latar belakang tetapi lebih besar dari standar, pencemar hendaknya
didaftar sebagai pencemar sasaran.
? Bila tingkat pencemar dalam media lingkungan lebih rendah dari tingkat
latar belakang dan tidak ada standar, pencemar hendaknya tidak
didaftar sebagai pencemar sasaran.
VIII. INDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMAJANAN
Hal-hal yang perlu dijelaskan dalam identifikasi dan evaluasi :
(1) mengindentifikasi tiap 5 (lima) dalam identifikasi dan elemen jalur
pemajanan
(2) menentukan apakah elemen-elemen tersebut saling berhubungan dan
membentuk jalur pemajanan
(3) mengkategorikan suatu jalur pemajanan sebagai jalur pemajanan riel
atau jalur pemajanan potensial; dan
(4) menentukan apakah jalur pemajanan bisa diabaikan atau perlu
dibahas lebih lanjut.
IX. SUMBER PENCEMAR
Konsentrasi pencemar perlu dipelajari pada titik pelepasan yang dicurigai,
kemudian dilanjutkan dengan membandingkannya terhadap :
(1) konsentrasi latar belakang melalui sampling media lingkungan dari
bagian hulu aliran air, udara, atau daerah yang lebih tinggi dan
(2) sampling media yang dikumpulkan dari hilir aliran air, udara, atau daerah
yang lebih rendah atau aliran air tanah
Perbandingan ini membantu dalam memutuskan apakah titik pelepasan
yang dicurigai bisa dikategorikan sebagai sumber pencemaran. Bila
konsentrasi pencemar menurun menurut jarak ke hilir dari suatu titik
pelepasan dan tidak meningkat pada arah yang berlawanan, titik atau area
pelepasan yang dicurigai itu dapat dikategorikan sebagai sumber
pencemaran.
13
X. MEDIA LINGKUNGAN DAN TRANSPORT
Identifikasi media lingkungan dan transport mencakup identifikasi semua
media lingkungan yang bertindak sebagai pembawa pencemar dari
sumbernya ke suatu titik pemajanan. Bila media telah ditetapkan, maka
perhatian dipusatkan pada transport dan mekanisme transformasi.
Sampling media dan tindakan remedial, serta kegiatan lain perlu dicermati
karena dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar dalam media
lingkungan. Bila proses transport telah dianalisis dan kemungkinan luas
persebaran telah ditentukan, maka siap untuk menentukan titik pemajanan
yang berkaitan.
XI. TRANSFORMASI DAN MEKANISME TRANSPORT
Analisis transformasi pencemar dan transport dalam media lingkungan
dapat diarahkan untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut:
? pada kecepatan berapa pencemar memasuki media (kecepatan emisi) ?
? kemana pencemar itu pergi dan seberapa cepat mereka migrasi
(konveksi)?
? bagaimana pencemar menyebar dalam media (dispersi)?
? bagaimana tingkat penyangga atau degradasi dari pencemar ketika
mereka migrasi (attenuasi)?
? Bagaimana pemajanan masa lalu dan masa depan?
XII. MODEL TRANSPORT LINGKUNGAN
Model transport lingkungan dapat digunakan untuk analisis kualitatif
maupun kuantitatif transport pencemar di likasi. Ada beberapa kondisi yang
mengharuskan penggunaan model untuk membantu dalam konsepsualisasi
mekanisme transport dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa
penggunaan khusus dari model lingkungan antara lain untuk :
? evaluasi dan rekomendasi lokasi sampling
? identifikasi kesenjangan data dan informasi
? menjelaskan trend temporal dan spasial konsentrasi pencemar pada
suatu titik pemajanan
? memperkirakan durasi (dalam hal ini) dari pemajanan, dan
? memperkirakan konsentrasi pencemar pada titik pemajanan di masa lalu
atau dimasa datang bila tidak tersedia data pemantauan
XIII. TITIK PEMAJANAN
Kemungkinan titik pemajanan untuk tiap media lingkungan mencakup:
? air tanah: penggunaan sumur untuk kebutuhan domestik, industri dan
pertanian, kegiatan rekreasi air.
14
? Air permukaan : irigasi dan penyediaan air untuk masyarakat umum dan
industri
? Tanah: titik pemajanan bagi pekerja di lokasi; tanah di bawah
permukaan menjadi titik pemajanan bagi pekerja pengeboran dan
penggalian; permukaan tanah di permukiman merupakan titik
pemajanan bagi penduduk.
? Udara: melibatkan pencemar yang mudah menguap atau terabsorbsi
oleh partikel “airbone” dan bisa terjadi secara “indoor” atau “outdoor”.
Wilayah di bagian hilir aliran angin merupakan titik pemajanan udara
ambien.
? Rantai makanan: terjadi bila seseorang mengkonsumsi tanaman, hewan,
atau produk makanan yang telah kontak dengan media tercemar.
XIV. CARA PEMAJANAN
Cara pemajanan atau cara pencemar masuk kedalam tubuh manusia,
meliputi:
? Tertelannya pencemar dalam air tanah, air permukaan, tanah dan
makanan;
? Inhalasi pencemar dalam air tanah atau air permukaan melalui uap dan
aerosol, udara, atau tanah.
? Kontak kulit dengan pencemar dalam air, tanah, udara, makanan dan
media lain; dan
? Adsorbsi kulit dari pencemar dalam air, tanah, udara, makanan, dan
media lain.
XV. POPULASI RESEPTOR
Tiap jalur pemajanan harus dikaitkan dengan populasi yang mungkin kontak
dengannya, mereka harus diidentifikasi setepat mungkin. Misalnya, bila
satu- satunya jalur pemajanan adalah melalui tanah yang tercemar di
daerah permukiman sepanjang batas sebelah selatan lokasi, maka hanya
populasi yang ada permukiman di daerah tersebut yang perlu diperhatikan
untuk jalur tersebut, bukan semua pemukim. Namun semua pemakai air
yang disediakan oleh PDAM merupakan populasi terpajan bila sumber air
PDAM tercemar. Bila sumur pribadi tercemar, maka populasi terpajan
adalah hanya penduduk yang menggunakan sumur pribadi tersebut. Bila
lebih dari satu jalur melibatkan suatu elemen reseptor, perlu dibuat
perkiraan masing-masing jalur. Bila populasi memang tidak ada hubungan
dengan jalur pemajanan, jalur pemajanan itu tidak relevan.
15
XVI. JALUR PEMAJANAN RIIL DAN POTENSIAL
Jalur pemajanan riil terjadi bila terdapat lima elemen jalur pemajanan yang
menghubungkan sumber pencemar ke populasi reseptor. Bila ada jalur
pemajanan riil pada masa lalu, kini atau masa depan, maka populasi
dianggap terpajan. Jalur pemajanan potensial adalah bila satu atau lebih
dari lima elemen itu tidak ada, atau modeling digunakan mengganti data
sampling sebenarnya ( Membuat model data air tanah menggunakan data
tanah atau data air tanah yang lain).
XVII. PERKIRAAN DAMPAK
1. Evaluasi toksikologi
2. Evaluasi data “outcome” kesehatan
3. Evaluasi kepedulian kesehatan masyarakat
A. Evaluasi toksikologi
? memperkirakan potensi pemajanan
? membandingkan perkiraan pemajanan dengan baku mutu lingkungan
? mencatat dampak kesehatan yang berkaitan dengan pemajanan
? mengevaluasi faktor yang mempengaruhi dampak kesehatan
? memperkirakan dampak kesehatan oleh bahaya fisik dan bahaya lain
(kebakaran)
B. Evaluasi data “outcome” kesehatan
Data outcome kesehatan yang ada baik yang logis (secara profesional
diketahui berhubungan dengan pemajanan di lokasi) dan outcome yang
menjadi kepedulian masyarakat hendaknya dinilai dengan setepat-
tepatnya. Pertama hendaknya diidentifikasi outcome kesehatan yang
logis menggunakan informasi toksikologi dan lingkungan yang ada serta
penerapan kriteria-kriteria tertentu.
Pada bagian ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut :
? penggunaan data outcome kesehatan dalam proses analisis
kesehatan
? kriteria penilaian data outcome kesehatan
? menggunakan data outcome kesehatan untuk mengarahkan
kepedulian kesehatan masyarakat.
? Pedoman untuk evaluasi dan pembahasan data outcome kesehatan
dalam analisis kesehatan
16
C. Evaluasi kepedulian masyarakat
Setiap kepedulian masyarakat harus memperoleh perhatian. Perlu
ditetapkan apakah “outcome” yang menjadi perhatian itu logis secara
biologik. Bila tidak perlu mengindentifikasi dan mengevaluasi data
outcome kesehatan (evaluasi ini dilakukan untuk membantu
menjelaskan kepedulian tertentu), bila data outcome kesehatan tidak
tersedia. Perlu dijelaskan jalur pemajanan yang relevan serta informasi
toksikologi.
XVIII. KESIMPULAN
Kesimpulan secara eksplisit harus mengkonfirmasikan hal-hal berikut:
(a) dampak kesehatan dari lokasi,
(b) kepedulian masyarakat
(c) kelemahan informasi lingkungan dan kesehatan
(d) kesimpulan lain yang berkenaan dengan upaya untuk mengarahkan
kepedulian kesehatan tertentu atau jalur pemajanan
XIX. KATEGORI BAHAYA KESEHATAN
Perlu menggolongkan suatu lokasi dalam salah satu dari kategori tingkat
bahaya kesehatan masyarakat sbb :
(a) Bahaya kesehatan masyarakat yang urgen
(b) Bahaya kesehatan masyarakat biasa
(c) Bahaya kesehatan masyarakat yang belum bisa dipastikan
(d) Tidak tampak adanya bahaya kesehatan masyarakat
(e) Tidak ada bahaya kesehatanmasyarakat
XX. REKOMENDASI
Rekomendasi disusun untuk :
? kegiatan melindungi kesehatan masyarakat
? memperoleh tambahan informasi yang berhubungan dengan kesehatan
? melaksanakan tindak kesehatan masyarakat (lihat rencana tindak
kesehatan masyarakat)
? memperoleh tambahan informasi tentang sifat lokasi
XXI. PENGELOLAAN RISIKO
Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan untuk
mengendalikan risiko. Pengelolaan risiko dirumuskan berdasar pada hasil
analisis risiko dan acuan lain: Tujuan pengelolaan, faktor sosial – politik,
17
teknologi pengendalian yang tersedia, analisis manfaat dan biaya risiko
yang dapat diterima, dan dampak kesehatan yang dapat diterima.
Hal-hal pokok dalam pengelolaan risiko:
(1) pengelolaan risiko melibatkan banyak pihak:
(2) Risiko berada pada setiap tingkat proses mulai dari rencana sampai
akhir kegiatan, maka pengelolaan risiko harus memilih dimana
pengelolaan terbaik akan dilakukan
(3) Pengelolaan risiko harus dilaksanakan melalui penetapan keputusan
(4) Penetapan parameter lingkungan dan peraturan pendukungnya; dan
(5) Risiko itu harus dikomunikasikan sehingga dapat menurunkan dampak
yang ditimbulkannya.
XXII. LAPORAN
Laporan memusatkan perhatian pada tujuh jenis informasi utama:
? latar belakang dan peraturan perundangan yang berkaitan
? kepedulian kesehatan masyarakat
? hasil pengamatan kunjungan lapangan dan wawancara
? hasil analisis jalur pemajanan
? informasi toksikologi dan
? database “outcome” kesehatan yang relevan.
? data dasar
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Dr. ACHMAD SUJUDI

More Related Content

What's hot

Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranTanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranAgus Witono
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
Hafiz Duallist
 
Rikes, yankes, gizi
Rikes, yankes, giziRikes, yankes, gizi
Rikes, yankes, gizi
Krismadies Rizal
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
infosanitasi
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi...
infosanitasi
 
Analisis mengenai dampak lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkunganAnalisis mengenai dampak lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkunganAlex Luttu
 
2459987 peraturan-menteri-lh-11-tahun-2006
2459987 peraturan-menteri-lh-11-tahun-20062459987 peraturan-menteri-lh-11-tahun-2006
2459987 peraturan-menteri-lh-11-tahun-2006Tonni Kurniawan
 
Amdal
AmdalAmdal
Per menlh 03 tahun 2013 audit lh
Per menlh 03 tahun 2013 audit lhPer menlh 03 tahun 2013 audit lh
Per menlh 03 tahun 2013 audit lh
Dewi Hadiwinoto
 
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Muhammad Kennedy Ginting
 
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
mataram indonesia
 
STANDAR PROFESI SANITARIAN
STANDAR PROFESI SANITARIANSTANDAR PROFESI SANITARIAN
STANDAR PROFESI SANITARIAN
Pipit Ike
 
Program Pemerintah Terhadap Pengelolaan Lingkungan
Program Pemerintah Terhadap Pengelolaan LingkunganProgram Pemerintah Terhadap Pengelolaan Lingkungan
Program Pemerintah Terhadap Pengelolaan LingkunganRahaden Lingga Bhumi
 
Pedoman penanggulangan masalah kes kompleks
Pedoman penanggulangan masalah kes kompleksPedoman penanggulangan masalah kes kompleks
Pedoman penanggulangan masalah kes komplekslaksamanakoetaradja
 
Power point rkl kelompok 3
Power point rkl kelompok 3Power point rkl kelompok 3
Power point rkl kelompok 3
Gusti Hartanti
 
Bab I, II, III
Bab I, II, IIIBab I, II, III
Bab I, II, III
Nursidiq 92
 
Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes ...
Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes ...Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes ...
Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes ...
Toriq Pavana
 

What's hot (17)

Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranTanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
 
Rikes, yankes, gizi
Rikes, yankes, giziRikes, yankes, gizi
Rikes, yankes, gizi
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi...
 
Analisis mengenai dampak lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkunganAnalisis mengenai dampak lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkungan
 
2459987 peraturan-menteri-lh-11-tahun-2006
2459987 peraturan-menteri-lh-11-tahun-20062459987 peraturan-menteri-lh-11-tahun-2006
2459987 peraturan-menteri-lh-11-tahun-2006
 
Amdal
AmdalAmdal
Amdal
 
Per menlh 03 tahun 2013 audit lh
Per menlh 03 tahun 2013 audit lhPer menlh 03 tahun 2013 audit lh
Per menlh 03 tahun 2013 audit lh
 
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
 
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
 
STANDAR PROFESI SANITARIAN
STANDAR PROFESI SANITARIANSTANDAR PROFESI SANITARIAN
STANDAR PROFESI SANITARIAN
 
Program Pemerintah Terhadap Pengelolaan Lingkungan
Program Pemerintah Terhadap Pengelolaan LingkunganProgram Pemerintah Terhadap Pengelolaan Lingkungan
Program Pemerintah Terhadap Pengelolaan Lingkungan
 
Pedoman penanggulangan masalah kes kompleks
Pedoman penanggulangan masalah kes kompleksPedoman penanggulangan masalah kes kompleks
Pedoman penanggulangan masalah kes kompleks
 
Power point rkl kelompok 3
Power point rkl kelompok 3Power point rkl kelompok 3
Power point rkl kelompok 3
 
Bab I, II, III
Bab I, II, IIIBab I, II, III
Bab I, II, III
 
Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes ...
Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes ...Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes ...
Penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman by muhammad toriq, stikes ...
 

Similar to Menkes 876 2001

355568888-Analisis-Dampak-Kesehatan-Lingkungan-Adkl.pptx
355568888-Analisis-Dampak-Kesehatan-Lingkungan-Adkl.pptx355568888-Analisis-Dampak-Kesehatan-Lingkungan-Adkl.pptx
355568888-Analisis-Dampak-Kesehatan-Lingkungan-Adkl.pptx
dini890779
 
Penyusunan Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.pptx
Penyusunan Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.pptxPenyusunan Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.pptx
Penyusunan Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.pptx
Pahruddin1
 
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
EkaOnwardana
 
Week 06.a adkl
Week 06.a   adklWeek 06.a   adkl
Week 06.a adkl
sunarto bin sudi
 
Topic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
Topic 9-10 Evaluasi dampak.pptTopic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
Topic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
mustiatin7
 
Adkl ehia
Adkl ehiaAdkl ehia
Adkl ehia
ujtheaaa
 
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling PuskemasPermenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
UFDK
 
AMDAL.pdf
AMDAL.pdfAMDAL.pdf
Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdal
Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdalPihak yang terlibat dalam penyusunan amdal
Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdal
Martheana Kencanawati
 
Amdal
AmdalAmdal
Lampiran ii permen 16 th 2012 andal
Lampiran ii permen 16 th 2012 andalLampiran ii permen 16 th 2012 andal
Lampiran ii permen 16 th 2012 andalDewi Hadiwinoto
 
8. PENYUSUNAN DOKUMEN akreditasi Mega Boutiq, oke.ppt
8. PENYUSUNAN DOKUMEN akreditasi Mega Boutiq, oke.ppt8. PENYUSUNAN DOKUMEN akreditasi Mega Boutiq, oke.ppt
8. PENYUSUNAN DOKUMEN akreditasi Mega Boutiq, oke.ppt
GekSintaManuaba
 
BAB 2 - PISPK.pptx
BAB 2 - PISPK.pptxBAB 2 - PISPK.pptx
BAB 2 - PISPK.pptx
HDetchGaming
 
bbm amdal RKL & RPL.ppt
bbm amdal RKL & RPL.pptbbm amdal RKL & RPL.ppt
bbm amdal RKL & RPL.ppt
agungwaskito4
 
#2. PAPARAN MPL 7 Jitupasna Kesehatan (1).pptx
#2.  PAPARAN MPL 7 Jitupasna Kesehatan (1).pptx#2.  PAPARAN MPL 7 Jitupasna Kesehatan (1).pptx
#2. PAPARAN MPL 7 Jitupasna Kesehatan (1).pptx
sintachsc
 
Permenkes No -2349-organisasi- BBTKL - PP
Permenkes No -2349-organisasi- BBTKL - PPPermenkes No -2349-organisasi- BBTKL - PP
Permenkes No -2349-organisasi- BBTKL - PP
Ditjen P2P
 
Ilmu lingkungan by nizar
Ilmu lingkungan by nizarIlmu lingkungan by nizar
Ilmu lingkungan by nizar
nizar amody
 
Materiamdalforup pptx-130121223558-phpapp03
Materiamdalforup pptx-130121223558-phpapp03Materiamdalforup pptx-130121223558-phpapp03
Materiamdalforup pptx-130121223558-phpapp03
M Nasution
 
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkunganProspek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
Ayuw Damayanti
 

Similar to Menkes 876 2001 (20)

355568888-Analisis-Dampak-Kesehatan-Lingkungan-Adkl.pptx
355568888-Analisis-Dampak-Kesehatan-Lingkungan-Adkl.pptx355568888-Analisis-Dampak-Kesehatan-Lingkungan-Adkl.pptx
355568888-Analisis-Dampak-Kesehatan-Lingkungan-Adkl.pptx
 
Penyusunan Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.pptx
Penyusunan Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.pptxPenyusunan Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.pptx
Penyusunan Laporan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.pptx
 
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
 
Week 06.a adkl
Week 06.a   adklWeek 06.a   adkl
Week 06.a adkl
 
Topic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
Topic 9-10 Evaluasi dampak.pptTopic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
Topic 9-10 Evaluasi dampak.ppt
 
Adkl ehia
Adkl ehiaAdkl ehia
Adkl ehia
 
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling PuskemasPermenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
 
AMDAL.pdf
AMDAL.pdfAMDAL.pdf
AMDAL.pdf
 
Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdal
Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdalPihak yang terlibat dalam penyusunan amdal
Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdal
 
Amdal
AmdalAmdal
Amdal
 
Lampiran ii permen 16 th 2012 andal
Lampiran ii permen 16 th 2012 andalLampiran ii permen 16 th 2012 andal
Lampiran ii permen 16 th 2012 andal
 
8. PENYUSUNAN DOKUMEN akreditasi Mega Boutiq, oke.ppt
8. PENYUSUNAN DOKUMEN akreditasi Mega Boutiq, oke.ppt8. PENYUSUNAN DOKUMEN akreditasi Mega Boutiq, oke.ppt
8. PENYUSUNAN DOKUMEN akreditasi Mega Boutiq, oke.ppt
 
BAB 2 - PISPK.pptx
BAB 2 - PISPK.pptxBAB 2 - PISPK.pptx
BAB 2 - PISPK.pptx
 
Amdal
AmdalAmdal
Amdal
 
bbm amdal RKL & RPL.ppt
bbm amdal RKL & RPL.pptbbm amdal RKL & RPL.ppt
bbm amdal RKL & RPL.ppt
 
#2. PAPARAN MPL 7 Jitupasna Kesehatan (1).pptx
#2.  PAPARAN MPL 7 Jitupasna Kesehatan (1).pptx#2.  PAPARAN MPL 7 Jitupasna Kesehatan (1).pptx
#2. PAPARAN MPL 7 Jitupasna Kesehatan (1).pptx
 
Permenkes No -2349-organisasi- BBTKL - PP
Permenkes No -2349-organisasi- BBTKL - PPPermenkes No -2349-organisasi- BBTKL - PP
Permenkes No -2349-organisasi- BBTKL - PP
 
Ilmu lingkungan by nizar
Ilmu lingkungan by nizarIlmu lingkungan by nizar
Ilmu lingkungan by nizar
 
Materiamdalforup pptx-130121223558-phpapp03
Materiamdalforup pptx-130121223558-phpapp03Materiamdalforup pptx-130121223558-phpapp03
Materiamdalforup pptx-130121223558-phpapp03
 
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkunganProspek tenaga kesehatan lingkungan
Prospek tenaga kesehatan lingkungan
 

Recently uploaded

farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 

Recently uploaded (20)

farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 

Menkes 876 2001

  • 1. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 876/Menkes/SK/VIII/2001 TENTANG PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketentuan tentang pedoman teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan yang ditetapkan dengan Kep.Men No. 872/ Menkes/ SK/VIII/1997 sudah tidak sesuai lagi; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a perlu ditetapkan Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Negara RI Nomor 3495); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok- pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Negara RI Nomor 3699); 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembar Negara RI Nomor 3839). 4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Negara RI Nomor 3838); 5. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 183/Menkes/SKB/ II/93 tentang Pelaksanaan Pemantauan Dampak Kesehatan Lingkungan;
  • 2. 2 6. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 130/Menkes/SK/I/2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN Pasal 1 (1) Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan yang merupakan kajian aspek kesehatan masyarakat yang harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan perusahaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dari suatu usaha dan atau kegiatan pembangunan yang dapat menimbulkan dampak penting. (2) Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini. Pasal 2 (1) Dalam melaksanakan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) harus dilengkapi dengan ringkasan langkah-langkah oprasional ADKL. (2) Ringkasan langkah-langkah operasional ADKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini. Pasal 3 Pedoman Teknis ADKL ini menjadi panduan bagi pejabat di lingkungan kesehatan dan berbagai pihak yang berkepentingan dalam melakukan penilaian dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Pasal 4 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 872/Menkes/SK/VIII/1997 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, dinyatakan tidak berlaku lagi.
  • 3. 3 Pasal 5 Keputusan ini mulai belaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal: 13 Agustus 2001 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Dr. ACHMAD SUJUDI
  • 4. 4 Lampiran I Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 876/Menkes/SK/VIII/2001 Tanggal : 13 Agustus 2001 PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN I. PENDAHULUAN Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat, sehingga keterkaitan antara kualitas atau karakteristik “lingkungan bermasalah dan status kesehatan” perlu dipahami dan dikaji secara cermat agar dapat digambarkan potensi besarnya risiko atau gangguan kesehatan. Konsepsi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), pada dasarnya merupakan model pendekatan guna mengkaji, dan atau menelaah secara mendalam untuk mengenal, memahami, dan memprediksi kondisi dan karakteristik lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya risiko kesehatan, dengan mengembangkan tatalaksana terhadap sumber perubahan media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak kesehatan yang terjadi. Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna menelaah rencana usaha atau kegiatan dalam tahapan pelaksanaan maupun pengelolaan kegiatan, serta melakukan penilaian guna menyusun atau mengembangkan upaya pemantauan maupun pengelolaan untuk mencegah, mengurangi, atau mengelola dampak kesehatan masyarakat akibat suatu usaha atau kegiatan pembangunan. Penerapan ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok, yaitu sebagai: 1. Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana usaha atau kegiatan pembangunan baik yang wajib atau yang tidak wajib menyusun studi AMDAL. 2. Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan lingkungan dalam rangka pengelolaan kualitas lignkungan hidup yang terkait erat dengan masalah kesehatan masyarakat.
  • 5. 5 II. T U J U A N Pedoman teknis ini merupakan acuan yang disusun dengan tujuan untuk : 1. Memahami dan melakukan ADKL sebagai kajian aspek kesehatan masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan, upaya pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup. 2. Memahami keterkaitan antara jenis usaha atau kegiatan, perubahan parameter lingkungan, manusia yang terpajan dan bentuk dampak kesehatan masyarakat serta sumber daya kesehatan. 3. Membantu mempermudah proses pengkajian aspek kesehatan masyarakat dalam studi AMDAL 4. Membantu menyajikan hasil kajian dengan informasi yang relevan. III. RUANG LINGKUP Telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan masyarakat meliputi : 1. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan; 2. Proses dan potensi terjadi pemajanan; 3. Potensi besarnya risiko penyakit (angka dan kesakitan dan angka kematian); 4. Karakteristik penduduk yang berisiko; dan 5. Sumber daya kesehatan; Telaah tersebut di atas dilakukan dengan pengukuran pada : 1. Sumber dampak atau sumber perubahan (emisi); 2. Media lingkungan (ambien) sebelum kontak dengan manusia; 3. Penduduk terpajan (Biomarker); 4. Potensi dampak kesehatan; IV. LANGKAH-LANGKAH ADKL A. DALAM KONTEKS RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN 1. Penapisan 2. Pelingkupan 3. Penyajian Rona Lingkungan Awal 4. Analisis Risiko 5. Rencana Pengelolaan Risiko
  • 6. 6 6. Implementasi dan Pengambilan Keputusan 7. Rencana Pemantauan 8. Rencana Pengelolaan B. DALAM KONTEKS PEMANTAUAN ATAU PENGELOLAAN KEGIATAN 1. Penyehatan 2. Pengamanan 3. Pengendalian 4. Investigasi V. PENERAPAN ADKL 1. Pada rencana usaha atau kegiatan yang wajib AMDAL ADKL diterapkan dalam menilai dokumen yang meliputi : a. Kerangka Acuan (KA) AMDAL b. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) c. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) d. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) 2. Rencana usaha kegiatan tidak wajib AMDAL, meliputi dokumen: a. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) b. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) 3. Pelaksanaan program-program kesehatan seperti Program Penyehatan Lingkungan Permukiman, Program Penyediaan Air Bersih, Program Pemberantasan Penyakit Menular, dan program lain yang terkait. VI. PENUTUP Dengan ditetapkannya Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan ini, pejabat di lingkungan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dalam menilai Dokumen AMDAL memperoleh panduan yang lebih terarah. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Dr. ACHMAD SUJUDI
  • 7. 7 LAMPIRAN II Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 876/Menkes/SK/VIII/2001 Tanggal : 13 Agustus 2001 RINGKASAN LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL ADKL I. PENGERTIAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN (ADKL) Merupakan suatu pendekatan untuk mencermati masalah kesehatan kesehatan masyarakat dengan menggunakan rencana pembangunan sebagai titik awal dan melihat dampak kesehatan yang berhubungan. Dampak kesehatan tersebut dapat bersifat langsung atau tidak langsung, sehingga ADKL merupakan bagian tak terpisahkan dari proses perencanaan dalam suatu pembangunan (misalnya: industri baru) ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL) Merupakan suatu pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah lingkungan saat ini atau di masa lalu (misalnya: lokasi tercemar) II. LANGKAH-LANGKAH A. ANALISIS RISIKO Langkah Pertama Identifikasi Bahaya Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya (daya racun sistematik dan karsinogenik) Langkah kedua Evaluasi “Dose – Response” Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan urasi) oleh suatu bahan berhubungan dengan timbulnya dampak kesehatan.
  • 8. 8 Langkah ketiga Pengukuran Pemajanan Perkiraan besaran, frekuensi, dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan melalui semua jalur dan menghasilkan perkiraan pemajanan numerik. Langkah keempat Penetapan Risiko Integrasikan informasi daya racun dan pemajanan kedalam “Perkiraan Batas Atas” risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan. B. PENGELOLAAN RISIKO Upaya untuk mengendalikan risiko dampak pada tingkat yang tidak membahayakan. Umumnya meliputi 3 langkah: (a) Partisipasi Masyarakat, (b) Pengendalian Bahaya, dan (c) Pemantauan Risiko. Pengendalian diarahkan kepada dua sasaran, yaitu : (a) pengendalian pada sumbernya dan (b) pengendalian pemajanan C. KOMUNIKASI RISIKO Upaya untuk menginformasikan dan menyarankan masyarakat tentang hasil analisis risiko dan dampaknya, mendengar reaksi mereka, dan melibatkan mereka dalam perencanaan pengelolaan risiko. III. LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL ADKL Langkah 1 : Evaluasi data dan informasi yang berkaitan dengan lokasi kejadian (mencakup informasi simpul 1, 2, 3 dan 4) Langkah 2 : Mempelajari kepedulian terhadap pencemaran Langkah 3 : Menetapkan bahan pencemar sasaran kajian Langkah 4 : Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan Langkah 5 : Memperkirakan dampak kesehatan masyarakat Langkah 6 : Kesimpulan dan rekomendasi Langkah 7 : Pengelolaan risiko Langkah 8 : Laporan
  • 9. 9 IV. SIMPUL INFORMASI ADKL Simpul 1, Jenis dan skala kegiatan atau kondisi yang diduga menjadi sumber pencemar/ bahaya kesehatan Misalnya: pabrik, pembuangan limbah, bekas penambangan Simpul 2, Media lingkungan (air, tanah, udara, biota, sosial), Misalnya: iklim dan cuaca, hidrogen tanah, sosio demografi, topografi) Simpul 3, Kontak antara bahan pencemar dan manusia pada titik pemajanan, misalnya: minum air tercemar, menghirup udara tercemar, makan makanan terkontaminasi Simpul 4, Dampak kesehatan yang timbul akibat pemajanan melalui berbagai cara, misalnya: keracunan pestisida, kanker, hipertensi, “asma-bonchiale” dan sebagainya. V. JALUR PEMAJANAN Jalur 1, Sumber pencemar : asal pencemar, misalnya: pabrik yang membuang limbah ke lingkungan atau timbunan sampah. Jalur 2, Media lingkungan dan mekanisme penyebaran : lingkungan dimana pencemar dilepaskan misalnya : air, tanah, udara, dan biota yang menyebarkan pencemar dengan mekanisme tertentu ke titik pemajanan Jalur 3, Titik pemajanan : suatu area potensial atau riil dimana terjadi kontak antara manusia dengan media lingkungan tercemar, misal sumur atau lapangan bermain Jalur 4, Cara pemajanan : pencemar masuk atau kontak dengan tubuh manusia misalnya: tertelan, pernapasan atau kontak kulit. Jalur 5, Penduduk berisiko : orang-orang yang terpajan atau berpotensi terpajan oleh pencemar pada titik pemajanan. VI. KEPEDULIAN MASYARAKAT Kepedulian dapat berupa keluhan, pernyataan tekat, atau bahkan program. Kepedulian dan respons terhadap pencemaran dari masyarakat, LSM, massmedia, pakar sektor terkait perlu diketahui dan digali untuk memperoleh kesamaan pemahaman.
  • 10. 10 Untuk itu diperlukan informasi yang relevan dan memerlukan investigasi secara aktif. Langkah umum yang diambil, dikelompokkan dalam 5 bagian: (a) sebelum kunjungan lapangan (b) selama kunjungan lapangan (c) setelah kunjungan lapangan (d) komunikasi, dan (e) laporan Sebelum kunjungan, perlu dipersiapkan 3 langkah pokok, yaitu: (a) Menentukan instansi atau organisasi yang dapat menyediakan informasi dan dukungan (b) Menentukan masyarakat atau individu yang akan dikunjungi. Masyarakat atau individu yang paling tepat untuk dikunjungi tergantung pada issue spesifik di lokasi, kepedulian dan sejauh mana mereka dilibatkan. (c) Menyusun strategi dan jadual serta metoda kunjungan Selama Kunjungan Kunjungan lapangan bertujuan untuk mengamati lokasi dan bertemu dengan instansi yang berkepentingan. Hal yang perlu disampaikan adalah pentingnya keterlibatan masyarakat secara terus menerus. Selama kunjungan perlu dilakukan pertemuan untuk: ? mengindentifikasi karakteristik masyarakat sasaran ? menghimpun kepedulian mereka ? mengidentifikasi “key person” ? mempelajari status lokasi dan persepsi masyarakat. ? mencatat kemungkinan cara pemajanan dan potensi terjadinya pemajanan, ? membangun kepercayaan masyarakat, ? penyuluhan tentang ADKL dan fungsinya. ? memberikan pengertian tehnis lanjutan dan informasi yang dapat dijangkau ? membangun mekanisme dan jalur korespondensi ? mengidentifikasi calon penghubung ? mengidentifikasi cara menerima informasi yang disukai ? membangun kerangka komunikasi, dan ? mengindetifikasi bentuk keterlibatan yang diinginkan masyarakat. Setelah kunjungan Informasi harus didokumentasi dan segera melakukan pertemuan dengan orang-orang yang ikut dalam kunjungan. Mempublikasikan dokumen laporan ADKL untuk memperoleh komentar terutama yang berkaitan dengan kesimpulan kesehatan dan rekomendasi melalui instansi kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan.
  • 11. 11 Komentar masyarakat harus ditanggapi dan bila perlu dilakukan ADKL .Oleh karena itu dalam pertemuan kembali dengan masyarakat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) jenis komentar yang diterima (b) saran dari kelompok masyarakat khusus (c) pernyataan keinginan masyarakat (d) jenis media yang diliput (e) catatan minat masyarakat (f) orang yang menghadiri pertemuan Laporan permasalahan kesehatan dibahas dalam 2 tahap: (a) pembahasan issue kesehatan masyarakat yang muncul dan (b) jawaban terhadap issue kesehatan masyarakat. VII. MENETAPKAN PENCEMAR SASARAN Menetapkan pencemar sasaran adalah untuk menetapkan pencemar dan dimana mereka berada ? identifiaksi pencemar: ? memasukan semua pencemar dalam daftar “review” ? menggolongkan pencemar menurut media, waktu dan tempat ? semua pencemar dalam kompleks dimasukkan kedalam pencemar di lokasi. ? menyajikan pencemar dengan singkat kemudian dipilih pencemar sasaran berdasarkan pada analisis komperatif ? verifikasi kekurangan dan kelemahan data sampling: mutu data lapangan dan data laboratorium serta kecukupan data ? mempelajari tingkat konsentrasi pencemar dikaitkan dengan daftar pencemar kondisi latar belakang ? membandingkan data secara langsung atau statistik ? membandingkan data lokasi dengan data latar belakang Ketetapan ? Bila pencemar dalam media lingkungan lebih tinggi dari rona dan lebih rendah dari standar, media perlu dianalisis lebih lanjut untuk melihat kemungkinan migrasi pencemar. Pencemar tidak didaftar sebagai pencemar sasaran ? Bila pencemar dalam media lingkungan lebih tinggi dari rona dan standar, pencemar didaftar sebagai pencemar sasaran. ? Bila pencemar dalam media lingkungan lebih tinggi dari rona dan tidak tersedia standar, pencemar didaftar sebagai pencemar sasaran. ? Bila tingkat pencemar dalam media lingkungan lebih rendah dari rona dan standar, pencemar tidak didaftar sebagai pencemar sasaran.
  • 12. 12 Namun adanya kemungkinan pemajanan multi-media, efek interaktif, atau perhatian masyarakat bisa ditetapkan bahwa pencemar itu pencemar sasaran. ? Bila tingkat pencemar dalam media lingkungan leibh rendah dari tingkat latar belakang tetapi lebih besar dari standar, pencemar hendaknya didaftar sebagai pencemar sasaran. ? Bila tingkat pencemar dalam media lingkungan lebih rendah dari tingkat latar belakang dan tidak ada standar, pencemar hendaknya tidak didaftar sebagai pencemar sasaran. VIII. INDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMAJANAN Hal-hal yang perlu dijelaskan dalam identifikasi dan evaluasi : (1) mengindentifikasi tiap 5 (lima) dalam identifikasi dan elemen jalur pemajanan (2) menentukan apakah elemen-elemen tersebut saling berhubungan dan membentuk jalur pemajanan (3) mengkategorikan suatu jalur pemajanan sebagai jalur pemajanan riel atau jalur pemajanan potensial; dan (4) menentukan apakah jalur pemajanan bisa diabaikan atau perlu dibahas lebih lanjut. IX. SUMBER PENCEMAR Konsentrasi pencemar perlu dipelajari pada titik pelepasan yang dicurigai, kemudian dilanjutkan dengan membandingkannya terhadap : (1) konsentrasi latar belakang melalui sampling media lingkungan dari bagian hulu aliran air, udara, atau daerah yang lebih tinggi dan (2) sampling media yang dikumpulkan dari hilir aliran air, udara, atau daerah yang lebih rendah atau aliran air tanah Perbandingan ini membantu dalam memutuskan apakah titik pelepasan yang dicurigai bisa dikategorikan sebagai sumber pencemaran. Bila konsentrasi pencemar menurun menurut jarak ke hilir dari suatu titik pelepasan dan tidak meningkat pada arah yang berlawanan, titik atau area pelepasan yang dicurigai itu dapat dikategorikan sebagai sumber pencemaran.
  • 13. 13 X. MEDIA LINGKUNGAN DAN TRANSPORT Identifikasi media lingkungan dan transport mencakup identifikasi semua media lingkungan yang bertindak sebagai pembawa pencemar dari sumbernya ke suatu titik pemajanan. Bila media telah ditetapkan, maka perhatian dipusatkan pada transport dan mekanisme transformasi. Sampling media dan tindakan remedial, serta kegiatan lain perlu dicermati karena dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar dalam media lingkungan. Bila proses transport telah dianalisis dan kemungkinan luas persebaran telah ditentukan, maka siap untuk menentukan titik pemajanan yang berkaitan. XI. TRANSFORMASI DAN MEKANISME TRANSPORT Analisis transformasi pencemar dan transport dalam media lingkungan dapat diarahkan untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut: ? pada kecepatan berapa pencemar memasuki media (kecepatan emisi) ? ? kemana pencemar itu pergi dan seberapa cepat mereka migrasi (konveksi)? ? bagaimana pencemar menyebar dalam media (dispersi)? ? bagaimana tingkat penyangga atau degradasi dari pencemar ketika mereka migrasi (attenuasi)? ? Bagaimana pemajanan masa lalu dan masa depan? XII. MODEL TRANSPORT LINGKUNGAN Model transport lingkungan dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif transport pencemar di likasi. Ada beberapa kondisi yang mengharuskan penggunaan model untuk membantu dalam konsepsualisasi mekanisme transport dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa penggunaan khusus dari model lingkungan antara lain untuk : ? evaluasi dan rekomendasi lokasi sampling ? identifikasi kesenjangan data dan informasi ? menjelaskan trend temporal dan spasial konsentrasi pencemar pada suatu titik pemajanan ? memperkirakan durasi (dalam hal ini) dari pemajanan, dan ? memperkirakan konsentrasi pencemar pada titik pemajanan di masa lalu atau dimasa datang bila tidak tersedia data pemantauan XIII. TITIK PEMAJANAN Kemungkinan titik pemajanan untuk tiap media lingkungan mencakup: ? air tanah: penggunaan sumur untuk kebutuhan domestik, industri dan pertanian, kegiatan rekreasi air.
  • 14. 14 ? Air permukaan : irigasi dan penyediaan air untuk masyarakat umum dan industri ? Tanah: titik pemajanan bagi pekerja di lokasi; tanah di bawah permukaan menjadi titik pemajanan bagi pekerja pengeboran dan penggalian; permukaan tanah di permukiman merupakan titik pemajanan bagi penduduk. ? Udara: melibatkan pencemar yang mudah menguap atau terabsorbsi oleh partikel “airbone” dan bisa terjadi secara “indoor” atau “outdoor”. Wilayah di bagian hilir aliran angin merupakan titik pemajanan udara ambien. ? Rantai makanan: terjadi bila seseorang mengkonsumsi tanaman, hewan, atau produk makanan yang telah kontak dengan media tercemar. XIV. CARA PEMAJANAN Cara pemajanan atau cara pencemar masuk kedalam tubuh manusia, meliputi: ? Tertelannya pencemar dalam air tanah, air permukaan, tanah dan makanan; ? Inhalasi pencemar dalam air tanah atau air permukaan melalui uap dan aerosol, udara, atau tanah. ? Kontak kulit dengan pencemar dalam air, tanah, udara, makanan dan media lain; dan ? Adsorbsi kulit dari pencemar dalam air, tanah, udara, makanan, dan media lain. XV. POPULASI RESEPTOR Tiap jalur pemajanan harus dikaitkan dengan populasi yang mungkin kontak dengannya, mereka harus diidentifikasi setepat mungkin. Misalnya, bila satu- satunya jalur pemajanan adalah melalui tanah yang tercemar di daerah permukiman sepanjang batas sebelah selatan lokasi, maka hanya populasi yang ada permukiman di daerah tersebut yang perlu diperhatikan untuk jalur tersebut, bukan semua pemukim. Namun semua pemakai air yang disediakan oleh PDAM merupakan populasi terpajan bila sumber air PDAM tercemar. Bila sumur pribadi tercemar, maka populasi terpajan adalah hanya penduduk yang menggunakan sumur pribadi tersebut. Bila lebih dari satu jalur melibatkan suatu elemen reseptor, perlu dibuat perkiraan masing-masing jalur. Bila populasi memang tidak ada hubungan dengan jalur pemajanan, jalur pemajanan itu tidak relevan.
  • 15. 15 XVI. JALUR PEMAJANAN RIIL DAN POTENSIAL Jalur pemajanan riil terjadi bila terdapat lima elemen jalur pemajanan yang menghubungkan sumber pencemar ke populasi reseptor. Bila ada jalur pemajanan riil pada masa lalu, kini atau masa depan, maka populasi dianggap terpajan. Jalur pemajanan potensial adalah bila satu atau lebih dari lima elemen itu tidak ada, atau modeling digunakan mengganti data sampling sebenarnya ( Membuat model data air tanah menggunakan data tanah atau data air tanah yang lain). XVII. PERKIRAAN DAMPAK 1. Evaluasi toksikologi 2. Evaluasi data “outcome” kesehatan 3. Evaluasi kepedulian kesehatan masyarakat A. Evaluasi toksikologi ? memperkirakan potensi pemajanan ? membandingkan perkiraan pemajanan dengan baku mutu lingkungan ? mencatat dampak kesehatan yang berkaitan dengan pemajanan ? mengevaluasi faktor yang mempengaruhi dampak kesehatan ? memperkirakan dampak kesehatan oleh bahaya fisik dan bahaya lain (kebakaran) B. Evaluasi data “outcome” kesehatan Data outcome kesehatan yang ada baik yang logis (secara profesional diketahui berhubungan dengan pemajanan di lokasi) dan outcome yang menjadi kepedulian masyarakat hendaknya dinilai dengan setepat- tepatnya. Pertama hendaknya diidentifikasi outcome kesehatan yang logis menggunakan informasi toksikologi dan lingkungan yang ada serta penerapan kriteria-kriteria tertentu. Pada bagian ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut : ? penggunaan data outcome kesehatan dalam proses analisis kesehatan ? kriteria penilaian data outcome kesehatan ? menggunakan data outcome kesehatan untuk mengarahkan kepedulian kesehatan masyarakat. ? Pedoman untuk evaluasi dan pembahasan data outcome kesehatan dalam analisis kesehatan
  • 16. 16 C. Evaluasi kepedulian masyarakat Setiap kepedulian masyarakat harus memperoleh perhatian. Perlu ditetapkan apakah “outcome” yang menjadi perhatian itu logis secara biologik. Bila tidak perlu mengindentifikasi dan mengevaluasi data outcome kesehatan (evaluasi ini dilakukan untuk membantu menjelaskan kepedulian tertentu), bila data outcome kesehatan tidak tersedia. Perlu dijelaskan jalur pemajanan yang relevan serta informasi toksikologi. XVIII. KESIMPULAN Kesimpulan secara eksplisit harus mengkonfirmasikan hal-hal berikut: (a) dampak kesehatan dari lokasi, (b) kepedulian masyarakat (c) kelemahan informasi lingkungan dan kesehatan (d) kesimpulan lain yang berkenaan dengan upaya untuk mengarahkan kepedulian kesehatan tertentu atau jalur pemajanan XIX. KATEGORI BAHAYA KESEHATAN Perlu menggolongkan suatu lokasi dalam salah satu dari kategori tingkat bahaya kesehatan masyarakat sbb : (a) Bahaya kesehatan masyarakat yang urgen (b) Bahaya kesehatan masyarakat biasa (c) Bahaya kesehatan masyarakat yang belum bisa dipastikan (d) Tidak tampak adanya bahaya kesehatan masyarakat (e) Tidak ada bahaya kesehatanmasyarakat XX. REKOMENDASI Rekomendasi disusun untuk : ? kegiatan melindungi kesehatan masyarakat ? memperoleh tambahan informasi yang berhubungan dengan kesehatan ? melaksanakan tindak kesehatan masyarakat (lihat rencana tindak kesehatan masyarakat) ? memperoleh tambahan informasi tentang sifat lokasi XXI. PENGELOLAAN RISIKO Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan untuk mengendalikan risiko. Pengelolaan risiko dirumuskan berdasar pada hasil analisis risiko dan acuan lain: Tujuan pengelolaan, faktor sosial – politik,
  • 17. 17 teknologi pengendalian yang tersedia, analisis manfaat dan biaya risiko yang dapat diterima, dan dampak kesehatan yang dapat diterima. Hal-hal pokok dalam pengelolaan risiko: (1) pengelolaan risiko melibatkan banyak pihak: (2) Risiko berada pada setiap tingkat proses mulai dari rencana sampai akhir kegiatan, maka pengelolaan risiko harus memilih dimana pengelolaan terbaik akan dilakukan (3) Pengelolaan risiko harus dilaksanakan melalui penetapan keputusan (4) Penetapan parameter lingkungan dan peraturan pendukungnya; dan (5) Risiko itu harus dikomunikasikan sehingga dapat menurunkan dampak yang ditimbulkannya. XXII. LAPORAN Laporan memusatkan perhatian pada tujuh jenis informasi utama: ? latar belakang dan peraturan perundangan yang berkaitan ? kepedulian kesehatan masyarakat ? hasil pengamatan kunjungan lapangan dan wawancara ? hasil analisis jalur pemajanan ? informasi toksikologi dan ? database “outcome” kesehatan yang relevan. ? data dasar MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Dr. ACHMAD SUJUDI