SlideShare a Scribd company logo
 Hizb mengartikan Iman berbeda dengan pengertian para „ulama pada
umumnya.
Iman menurut Hizb:
“Pembenaran yang bersifat pasti yang sesuai dengan fakta berdasarkan
suatu bukti”
Iman menurut „ulama pada umumnya:
“Pembenaran dengan hati, pernyataan dengan lisan, dan perbuatan
dengan anggota tubuh.”
Pengertian Iman oleh Hizb adalah pengertian Iman sesungguhnya
secara bahasa dan realita, sedangkan pengertian Iman oleh „Ulama
pada umumnya adalah Iman yang kaitannya dengan perbuatan
seorang hamba.
Ungkapan al-qaul bi-l-lisaan dan al-‟amal bi-l-jawaarih semata-mata
menandakan kesempurnaan Iman, bukan iman itu sendiri. Hal ini
karena keimanan yang benar akan meniscayakan „amal.
Contoh dalil bahwa iman adalah amalan batin:
Contoh dalil iman dengan konsekwensinya berupa amalan zhahir:
-
Imam Al-Bukhoriy: “keyakinan adalah ilmu yang sampai di hati
setelah pengkajian dan pembuktian, maka ia meniscayakan kuatnya
pembenaran sampai pada taraf menafikan keraguan dan
meniscayakan ketentraman, ketenangan, dan kelegaan hati dengan
keimanan tersebut. Ibnu Mas‟ud menganggap keyakinan adalah
keimanan itu sendiri. Demikian pula dikatakan oleh Imam Asy-
Sya‟biy” [Ibn Rojab, Fathu-l-Baariy, jilid I hal. 13]
"Ahli Sunnah dari kalangan ahli hadits, para fuqaha, dan ahli kalam,
telah sepakat bahwa seseorang mukmin yang dihukumi sebagai ahli
kiblat (muslim) dan tidak kekal di dalam neraka, hanyalah siapa-siapa
yang meyakini dienu-l-Islaam di dalamnya hatinya secara pasti tanpa
keraguan sedikitpun, dan ia mengucapkan dua kalimat syahadat.”
[An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal. 149]
“Ketahuilah, bahwa madzhab „ulama yang benar adalah bahwa
seorang ahlul kiblat tidak dihukumi kafir hanya dikarenakan suatu
dosa tertentu, dan tidak pula dihukumi kafir para pengikut hawa
nasfsu dan bid‟ah.” [An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal. 150]
 Hizbut Tahrir menolak penggunaan Hadits Ahad dalam masalah
Akidah, maka karenanya Hizb dianggap mengingkari Siksa Kubur
dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, Kemunculan Imam
Mahdi dan Dajjal, Turunnya Nabi Isa as, Syafa‟at Rasulullah saw,
dll., karena semuanya itu landasannya adalah hadits-hadits Ahad.
Karena itulah Hizbut Tahrir sama dengan Mu‟tazilah
Hizbut Tahrir tidak menggunakan Hadits Ahad sebagai landasan
akidah, karena ia bersifat zhanniy (dugaan) tidak qath‟iy (pasti).
Sementara memunculkan kayakinan tidak bisa kecuali hanya dengan
dalil yang bersifat qath‟iy, yaitu Al-Qur‟an dan Hadits Mutawatir.
Adapun terhadap Hadits Ahad yang shahih, jika terkait syari‟at wajib
diamalkan, dan jika terkait keyakinan cukup dibenarkan.
Hal ini tidak sebagaimana Mu‟tazilah yang menolak hadits Ahad
dalam hal akidah secara mutlak.
Apakah hadits ahad yang Shahih berfaedah „ilm (keyakinan) atau
zhann (dugaan)  perbedaan ulama sejak dulu:
1. Hadits ahad berfaedah „ilm (keyakinan)
a. Secara mutlak  imam ibn hazm azh-dzahiri
b. Jika ada qorinah  imam al-amidi
c. Jika telah disepakati umat untuk diterima (shahih Bukhari
dan shahih Muslim)  imam ibnu shalah
2. Hadits ahad berfaedah zhann (dugaan) tidak berfaedah „ilm
(keyakinan)  imam an-nawawi dan jumhur ulama
An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 1/131:
“dan yang merupakan pendapat mayoritas kaum muslim dari
kalangan sahabat, tabi‟ien dan siapa-siapa setelah mereka dari
kalangan ulama hadits, ulama fiqh, dan ulama ushul, bahwa khabar
ahad yang terpercaya (sahih) merupakan hujjah di antara hujjah-
hujjah syara‟ yang wajib diamalkan, dan bahwa dia berfaedah zhann
(dugaan) tidak berfaedah „ilm (keyakinan).”
“Sebagian „ulama hadits berpendapat bahwa hadits ahad di dalam
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim berfaeah „ilm (yakin), tidak hadits
ahad selainnya. Dan kami telah menjelaskan pendapat ini beserta
bantahan terhadapnya di banyak fashal. Semua pendapat-pendapat
ini selain pendapat jumhur adalah batil (salah) …
… Adapun orang yang berpendapat bahwa hadits ahad
meniscayakan „ilm maka dia telah berpaling dari kenyataan.
Bagaimana bisa hadits ahad menghasilkan „ilm sementara
kemungkinan adanya penyimpangan, kealpaan, pemalsuan dan yang
lainnya ada padanya. Wallahu „alam.” [An-Nawawi, Syarah Shahih
Muslim, jilid I hal. 132]
Bahwa khabar ahad tidak berfaedah ilmu = pendapat
jumhur „ulama  bukan klaim Imam An-Nawawi
---
Membedakan antara At-Tashdiiq (Pembenaran Saja/Tidak Bersifat Pasti)
dan At-Tashdiiqu-l-Jaazim (Pembenaran yang Bersifat Pasti)
Misalnya anda membeli beras dari sebuah toko seberat 3 kilogram dan penjual
menimbang beras tersebut di hadapan mata kepala anda langsung. Jika di
perjalanan pulang anda ditanya berapa berat beras yang anda bawa? Tentunya
anda akan langsung menjawab 3 kilogram! Tapi jika ditanya lebih lanjut: beranikah
anda bersumpah bahwa beras tersebut benar-benar 3 kilogram, tidak lebih dan
tidak kurang walau hanya 1 miligram pun? Tentu anda tidak akan berani, karena
timbangan penjual beras tadi berpeluang salah, bisa karena takaran timbangannya
dikurangi, rusak, penjual yang lalai, atau yang lainnya. Pembenaran anda
terhadap 3 kilogram di sini baru pembenaran saja yang tidak bersifat pasti.
Kecuali jika kemudian anda membuktikan berat beras tersebut dengan timbangan-
timbangan lainnya hingga jumlah timbangan yang memustahilkan terjadi kesalahan
bahwa berat beras tersebut benar-benar 3 kilogram persis, tidak kuarang dan tidak
lebih. Maka pembenaran anda atas 3 kilogram yang terakhir inilah
pembenaran yang bersifat pasti dan anda akan berani bersumpah atasnya!
 Hizb dianggap telah mengkafirkan umat islam serta para pemimpin
mereka, lantaran Hizb menyebut negeri-negeri kaum muslim yang
ada saat ini dengan sebutan Daaru-l-Kufr (negara kufur), karena
tidak menerapkan sistem islam, yakni Khilafah Islamiyyah. Serta
menyebut kematian kaum muslimin saat ini dengan mati dalam
keadaan jahiliyah, di mana kondisi jahiliyyah identik dengan
kesyirikan dan kekufuran.
Dalam pandangan Hizb, negeri-negeri kaum muslim saat ini adalah
daaru-l-kufr (negara kufur) karena tidak berhukum dengan hukum
Allah swt. Hal ini sesuai dengan pandangan jumhur „ulama, bahwa
negara yang tidak memberlakukan hukum Islam bukanlah daaru-l-
islaam (negara islam), melainkan daaru-l-kufr.
“Jumhur „ulama berkata: daaru-l-islaam adalah negara yang dihuni
oleh kaum muslim dan berlaku di dalamnya hukum-hukum Islam.
Setiap yang tidak berlaku di dalamnya hukum-hukum Islam, bukanlah
daaru-l-islaam meski ia berdekatan dengannya. Dan ini negeri Thaif,
sangat dekat dengan Mekah, tapi tidak secara otomatis menjadi
daaru-l-islaam dengan peristiwa Fathu Makkah.” (Ibn Qoyyim Al-
Jauziyyah, Ahkaamu Ahli-dz-Dzimmah, 2/728)
Akan tetapi, penyebutan terhadap suatu negeri dengan sebutan
daaru-l-kufr, tidak berarti menganggap semua penghuninya kafir.
Istilah daaru-l-kufr hanya menandakan bahwa negeri tersebut tidak
berhukum dengan hukum-hukum Islam. Demikian sebaliknya,
sebutan daaru-l-islaam tidak berarti menganggap semua
penghuninya muslim, karena daaru-l-islam pada faktanya juga dihuni
oleh non-muslim, baik berstatus sebagai kafir dzimmiy maupun kafir
musta-min.
Adapun penguasa yang tidak menerapkan hukum islam, Hizb
memandang: jika perbuatannya disertai keyakinan maka dia kafir,
jika tidak disertai keyakinan maka dia brdosa (zhaalim/faasiq).
“Allah swt telah memerintahkan penguasa untuk berhukum dengan
apa yang Allah swt turunkan atas Rasulullah saw, dan menjadikan
siapa-siapa yang berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah
swt sebagai kafir jika menyakininya, dan meyakini tidak adanya
kemaslahatan pada apa yang diturunkan atas Rasul-Nya, serta
menjadikannya bermaksiat jika berhukum dengannya (selain hukum
Allah swt) tanpa meyakininya.” [Syaikh Taqyuddin An-Nabhaaniy,
Muqaddimatu-d-Dustuur, hlm 6]
“Berkata „Ikrimah ra: siapa-siapa yang tidak berhukum dengan apa
yang diturunkan Allah swt karena keingkaran terhadapnya maka dia
benar-benar telah kafir, dan siapa-siapa masih mengakuinya tapi tidak
mau berhukum dengannya maka dia zhalim lagi fasiq. Ini juga
perkataan Ibn „Abbas ra.” [Tafsiir Al-Khaazin, 2/289]
“Yang dimaksud dengan kematian jahiliyah [dengan mim dibaca
kasroh] adalah keadaan kematiannya seperti kematian masyarakat
jahiliyyah di atas kesesatan dan tidak memiliki seorang pemimpin
yang ditaati, karena mereka belum mengenal hal tersebut. Bukan
dimaksudkan mati dalam keadaan kafir, melainkan mati dalam
keadaan bermaksiat.” [Ibn Hajar, Fathu-l-baariy, 13/7]
“… Aspek argumentatif dari hadits ini adalah bahwa Rasulullah saw
mewajibkan atas setiap muslim untuk mengadakan di lehernya bai‟at
untuk seorang khalifah, dan tidak mewajibkan agar setiap muslim
membai‟at khalifah.” [Taqyuddiin An-Nabhaaniy, Muqaddimatu-d-Dustuur,
100]
 Hizb dianggap menafikan Qadar, sehingga tidak ada bedanya
dengan mu‟tazilah
 Hizb menyalahkan pemahaman Ahlus Sunnah dalam bab Qadha
dan Qadar dan menyamakannya dengan Jabriyyah
Firoq Konsep al-iraadah & khalqu-l-af‟aal Konsep tawalludu-l-af‟aal
Qadariyah
Manusia punya kebebasan berkehendak dan
menciptakan perbuatannya sendiri
Manusia yang menciptakan
tawalludu-l-af‟aal
Jabariyah
Manusia terikat dengan kehendak Allah swt
dan perbuatannya ciptaan Allah
Allah yang menciptakan
tawalludu-l-af‟aal
Ahlu Sunnah
(Asy‟ariyyah)
Manusia memiliki kasb ikhtiyari tapi terikat
dengan kehendak Allah dan perbuatannya
ciptaan Allah
Allah yang menciptakan
tawalludu-l-af‟aal
Hizb
Perbuatan yang bersifat pilihan terjadi atas
kehendak manusia dengan memanfaatkan
khashiyyat benda
Tawalludu-l-af‟aal timbul dari
khashiyat benda yang
dikenai perbuatan manusia
Hizb mengimani Qadar yang berarti ketetapan Allah atas benda-benda dan „ilmu-Nya
yang tertulis di Lauhi-l-Mahfuuzh:
(Hadits Nabi): “Jika dituturkan (tentang) Qadar maka diamlah” yakni jika disebut ilmu
Allah dan ketetapannya atas benda-benda maka jangan larut dalam
membicarakannya, karena ketetapan atas benda-benda oleh Allah yaitu bahwa Dia
telah menulisnya di Lauhu-l-Mahfuuzh, ini berarti Dia mengetahuinya. Dan
kemahatahuan Allah terhadapnya adalah diantara sifat-sifat Allah yang wajib diimani.
[Taqyuddin An-Nabhaaniy, Asy-Syakhshiyyatu-l-Islaamiyyah, 1/78]
Tidak sebagaimana disangkakan bahwa Hizb sama dengan Mu‟tazilah, karena
mu‟tazilah mengingkari Qadar secara mutlak.
yang beranggapan bahwa Al-Asy‟ariyyah termasuk Jabariyyah dalam bab ini bukan
hanya Syaikh Taqyuddin. Berikut berkata Imam Al-Aiji (data original):
Kelompok ke-Enam, Al-Jabriyyah … Al-Jabr (paksaan) adalah menisbatkan perbuatan hamba kepada Allah
swt. Al-Jabriyyah ada yang pertengahan, yaitu menetapkan adanya usaha pada diri hamba, seperti
kelompok Asy‟ariyyah. Dan ada yang murni, yang tidak menetapkan itu tadi, seperti kelompok Jahmiyyah,
mereka adalah pengikut Jahm bin Shafwaan. … [al-Iji, Al-Mawaaqif, 3/712]
Juga Imam Al-Jurjaniy (data original):
Kata Al-Jabriyyah berasal dari kata Al-Jabr yaitu menisbatkan perbuatan hamba kepada Allah swt. Dan Al-
Jabriyyah ada dua: Pertengahan, yaitu menetapkan adanya usaha pada diri hamba dalam melakukan
perbuatan, seperti kelompok Asy‟ariyyah. Dan Murni (pure), yang tidak menetapkan itu tadi, seperti
kelompok Jahmiyyah. [Al-Jurjaniy, Al-Ta’riifaat, hlm 101]
 Hizb dianggap membolehkan laki-laki dan wanita yang bukan
suami-isteri dan bukan mahramnya untuk saling berciuman.
Anggapan tersebut tidak benar dan bertentangan dengan apa yang
diadopsi oleh Hizb. Hizb mengatakan:
“Ciuman seorang laki-laki terhadap wanita asing yang diinginkannya,
atau sebaliknya, adalah ciuman yang diharamkan” [Taqyuddin An-
Nabhaniy, An-Nizhaamu-l-Ijtimaa’iy fi-l-islaam, 55]
 Hizb dianggap membolehkan laki-laki dan wanita yang bukan
suami-isteri dan bukan mahramnya untuk berjabat tangan,
sehingga siapa pun boleh menjabat tangan siapa saja dari
kalangan wanita yang bukan mahramnya.
Hizb memang mengadopsi pendapat yang menganggap berjabat
tangan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram adalah
mubah (boleh), tapi dengan syarat: tidak disertai syahwat dan aman
dari fitnah.
Kebolehan ini berdasarkan hadits:
Dari Ummu „Athiyyah, bahwa Rasulullah saw mengambil bai‟at atas
kaum wanita untuk tidak melakukan niyaahah (meratapi mayat),
berkata seorang wanita: wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang
wanita dulu menyertaiku ber-niyahah, tidakkah aku boleh
membalasnya, maka ia menarik tangannya, Rasulullah pun juga
menarik tangannya dan beliau tidak jadi membai‟atnya. [HR. Ahmad –
Sahih]
Memperkuat:
Dari Hindun binti „Utbah berkata: wahai Rasulullah saw, bai‟atlah aku.
Rasulullah saw melihat ke arah tangan Hindun, kemudian bersabda:
“aku tidak mau membai‟atmu sebelum kamu merubah kedua telapak
tanganmu (dengan pacar), kedua telapak tangan itu seperti kedua
telapak tangan binatang buas (seperti tangan laki-laki)”. [HR. Abu
Dawud – Hasan]
Wajhu-l-istidlaal: jika bai’at terhadap wanita cukup dengan isyarat atau
ucapan, maka tidak perlu Nabi saw memerintahkan Hindun berpacar.
“Adalah (Rasulullah saw) beliau menjabat tangan wanita pada saat bai‟at
ridhwan … ada yang mengatakan ini dikhususkan bagi Rasulullah saw
saja karena kema‟shumannya maka tidak boleh bagi selain beliau untuk
menjabat tangan wanita asing dikarenakan tidak ada jaminan aman dari
fitnah.” [Al-Haafizh Al-Manawi, At-Taisiir bi-syarhi-l-jaami’ish-shaghiir, 2/538]
Di situ Al-Haafizh Al-Manawi menuliskan apa adanya bahwa Nabi saw
benar-benar bejabat tangan dengan wanita saat bai‟at, hanya saja jika itu
merupakan kekhususan bagi Beliau maka harus ada qariinah (indikasi)
yang menunjukkan hal tersebut.
-
-
“Haram hukumnya menjabat tangan wanita berdasarkan sabda Nabi saw:
“sesungguhnya aku tidak menjabat tangan wanita”, akan tetapi mayoritas „ulama
selain syafi‟iyyah membolehkan berjabat tangan dan menyentuh tangan wanita
tua yang tidak menimbulkan syahwat, karena tidak ditakutkan akan timbul fitnah.
Berkata „ulama hanabilah: Imam Ahmad bin Hambal memakruhkan berjabat
tangan dengan wanita, dan sangat memakruhkannya meski terhadap mahram,
namun membolehkannya bagi orang tua, dan membolehkan pula menyentuh
tangan wanita tua yang buruk rupa. Ulama syafi‟iyyah mengharamkan menyentuh
dan melihat wanita secara mutlak, meskipun wanita yang sudah tua, berjabat
tangan boleh dengan menggunakan pelapis yang mencegah dari bersentuhan
secara langsung.” [Wahbah Zuhaili, Al-fiqhu-l-islaamiy wa adillatuhu, 4/206]
 Hizb dianggap memberontak terhadap penguasa yang sah, padahal
hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam
Pemberontakan yang dilarang dalam Islam adalah pemberontakan
terhadap penguasa kaum muslim atau khalifah yang berhukum
dengan syari‟at Islam.
Adapun terhadap pengauasa kaum muslim yang mencampakkan
syari‟at Islam di tengah-tengah perjalanan kekuasaannya maka harus
diperangi. Dan terhadap penguasa negara sekular yang tidak
berhukum dengan syari‟at Islam sejak awal kekuasaannya maka harus
berlepas diri darinya, disertai perjuangan untuk mengembalikan
kehidupan islami.
Lafazh aimmatikum (imam-imam kalian) di situ menunjukkan para khalifah,
karena merekalah pemimpin kaum muslim (yang dimaksud “kalian” oleh
Nabi saw di hadits itu adalah kaum muslim). Sedangkan para pemimpin
selain negara Khilafah tidak bisa disebut atau diklaim sebagai pemimpin
kaum muslim.
Alasan “selama mereka masih mendirikan shalat” menunjukkan bahwa
sistem yang dimaksud Rasulullah saw adalah sistem Islam, karena
mengharuskan pemimpinnya muslim ditandai dengan “mendirikan shalat”.
“Allah mengingkari siapa-siapa (penguasa) yang tidak menerapkan hukum Allah
swt yang jelas, konprehensif meliputi segala kebaikan dan mencegah dari segala
keburukan, serta berpaling kepada selainnya yang berupa pendapat, hawa
nafsu, dan istilah-istilah yang ditetapkan oleh manusia tanpa bersandar kepada
syari'at Allah ... siapa-siapa dari mereka melakukan hal tersebut maka ia telah
kafir wajib diperangi hingga kembali menerapkah hukum Allah dan Rasul-Nya,
maka tidak boleh berhukum kepada selain hukum Allah, baik sedikit maupun
banyak” [Ibnu Katsir, Tafsiru-l-Qur-aani-l-’Azhiim, 3/131]
“... Sedangkan siapa-siapa dari mereka (penguasa) yang
memberhentikan penerapan syari'at Allah swt, tidak berhukum
dengannya dan berhukum dengan selainnya, maka mereka itu keluar
dari (tidak layak) mendapat ketaatan kaum muslim, maka tidak ada
kewajiban bagi kaum muslimin menaati mereka, karena mereka telah
menghilangkan tujuan dari pada imamah (menerapkan syari'at Allah),
dimana untuk itulah mereka diangkat serta diberikan ketaatan dan
kepatuhan, dan tidak boleh memberontak (terhadap mereka).” [Al-
Atsariy, ‘Aqiidatu-s-Salafi-sh-Shaalih Ahli-s-Sunnah wa-l-Jamaa’ah, 132]
Jika kaum muslim tidak lagi memiliki pemimpin (khalifah), maka
solusinya berlepas diri dari pemimpin-pemimpin yang menyeru pada
kesesatan, selain tentunya mendakwahkan islam semampunya.
Dari Hudzaifah bin Yaman berkata, orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw tentang
kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir akan
menimpaku, maka aku katakan: wahai Rasulullah saw, kami dahulu berada dalam masa
jahiliyyah dan keburukan, kemudian Allah swt datangkan kebaikan ini (Islam), lalu apakah
setelah kebaikan ini ada keburukan? beliau berkata: “Ya”. aku berkata: dan apakah setelah
keburukan tesebut ada kebaikan lagi? beliau berkata: “Ya, dan di masa itu ada asap (bertanda
polusi)”. aku bertanya: apa asapnya? beliau menjawab: “kaum yang memberi petunjuk dengan
selain petunjukku, kamu mengenali di antara mereka dan mengingkarinya”. aku bertanya:
apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? beliau menjawab: “Ya, para pendakwah di depan
pintu-pintu neraka jahannam, siapa yang memenuhi seruan mereka maka mereka akan
melemparkannya kedalamnya (Jahannam)”. aku bertanya: gambarkanlah (tentang mereka)
kepada kami wahai Rasulullah saw. Beliau berkata: “mereka adalah dari kalangan kita, berkata-
kata dengan bahasa kita pula”. aku bertanya: lalu apa yang engkau perintahkan kepadaku jika
aku ada di masa itu? beliau bersabda: “Berpegang teguhlah terhadap jama'ah kaum muslimin
dan imam mereka (khalifah)”. aku berkata: bagaimana jika mereka tidak lagi memiliki jama'ah
dan imam? beliau berkata: “Maka jauhilah kelompok-kelompok (yang menyeru kepada
kesesatan) tersebut seluruhnya, sekalipun kamu harus menggigit akar pohon hingga kematian
menjumpaimu sedangkan kamu dalam kondisi seperti itu”. [HR. Al-Bukhori]
 Hizb dianggap tidak mewajibkan jihad sebelum berdiri Khilafah
 Hizb dianggap tidak akan bisa menegakkan khilafah tanpa
menggunakan jihad
Hizb berpendapat bahwa jihad baik yang bersifat offensive maupun
ketika musuh datang menyerang adalah wajib. Disebutkan di dalam
kitab Asy-Syakhshiyyatu-l-Islaamiyyah jilid II sebagai berikut:
“Jihad (hukumnya) fardhu kifayah jika bersifat offensive, dan fardhu
„ain atas mereka yang diserang musuh dan fardhu kifayah atas selain
mereka yang diserang musuh.” [Taqyuddin An-Nabhaaniy, Asy-
Syakhshiyyatu-l-Islamiyyah, 2/151]
Kewajiban berjihad berlaku terus hingga hari kiamat tiba. Dalam kitab
Muqaddimatu-d-Dustur, Syaikh Taqyuddin mengutip hadits berikut:
Rasulullah saw bersabda: “… (kewajiban) jihad berlaku sejak Allah
swt mengutusku sampai umatku yang terakhir memerangi Dajjal,
kezhaliman dan keadilan seseorang (peguasa) tidak bisa
menggugurkannya, ...” [HR. Abu Dawud dan Al-Baihaqi]
Akan tetapi dalam penerapannya, baik menurut ketentuan syara‟
maupun secara faktual, jihad yang bersifat offensive tidak bisa
dilakukan tanpa keberadaan khalifah. Jihad yang saat ini bisa
dilakukan baru jihad yang berisfat diffesive, yaitu ketika musuh
datang menyerang negeri-negeri kaum muslim.
Sedangkan perkara Hizb tidak mendirikan khilafah dengan jihad, itu
dikarenakan jihad bukanlah metode yang dicontohkan Nabi saw
untuk mendirikan suatu negara. Metode yang beliau contohkan
adalah thalabu-n-nushrah, bukan jihad.
Menepis persepsi salah tentang ht

More Related Content

What's hot

Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Muhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
 penilaian syiah terhadap ahli sunnah penilaian syiah terhadap ahli sunnah
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
R&R Darulkautsar
 
Hadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslimHadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslimAsep Bunyamin
 
Hadits arbain nawawiah
Hadits arbain nawawiahHadits arbain nawawiah
Hadits arbain nawawiah
Idrus Abidin
 
ASBABUL NUZUL JULYANA
ASBABUL NUZUL JULYANAASBABUL NUZUL JULYANA
ASBABUL NUZUL JULYANA
Julia Na O Mee
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ah
ALI FIKRI
 
Bersegera Melaksanakan Syariat v3
Bersegera Melaksanakan Syariat v3Bersegera Melaksanakan Syariat v3
Bersegera Melaksanakan Syariat v3
Erwin Wahyu
 
Tafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishosTafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishos
Muhammad Jamhuri
 
Surat al falaq
Surat al falaqSurat al falaq
Surat al falaq
laluagus3
 
Kitab iman
Kitab imanKitab iman
Mengenal syirik kecil dan besar
Mengenal syirik kecil dan besarMengenal syirik kecil dan besar
Mengenal syirik kecil dan besarMuhsin Hariyanto
 

What's hot (15)

Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
 penilaian syiah terhadap ahli sunnah penilaian syiah terhadap ahli sunnah
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
 
Hadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslimHadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslim
 
Hadits arbain nawawiah
Hadits arbain nawawiahHadits arbain nawawiah
Hadits arbain nawawiah
 
ASBABUL NUZUL JULYANA
ASBABUL NUZUL JULYANAASBABUL NUZUL JULYANA
ASBABUL NUZUL JULYANA
 
Dalil syara (2)
Dalil syara (2)Dalil syara (2)
Dalil syara (2)
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ah
 
Al ghurbah
Al ghurbahAl ghurbah
Al ghurbah
 
Bersegera Melaksanakan Syariat v3
Bersegera Melaksanakan Syariat v3Bersegera Melaksanakan Syariat v3
Bersegera Melaksanakan Syariat v3
 
Tafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishosTafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishos
 
Surat al falaq
Surat al falaqSurat al falaq
Surat al falaq
 
Kitab iman
Kitab imanKitab iman
Kitab iman
 
Mengenal syirik kecil dan besar
Mengenal syirik kecil dan besarMengenal syirik kecil dan besar
Mengenal syirik kecil dan besar
 

Similar to Menepis persepsi salah tentang ht

Menepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htMenepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htAditya Hayuningtyas
 
Mafahim yajibantusahah ina
Mafahim yajibantusahah inaMafahim yajibantusahah ina
Mafahim yajibantusahah ina
Andi Siswanto
 
Polemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbihPolemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbihMuhsin Hariyanto
 
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap UmmatPentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
Mohammad Luqman Firmansyah
 
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)UD. Berkah Jaya Komputer
 
Aqidah islamiyah
Aqidah islamiyahAqidah islamiyah
Aqidah islamiyah
nyongkoh
 
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdfCokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
NaserMuhammad2
 
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islamPembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islamRa Hardianto
 
Murtad : Perbincangan Mengikut Pandangan Ulama Silam dan Ulama Kontemporari
Murtad : Perbincangan Mengikut Pandangan Ulama Silam dan Ulama KontemporariMurtad : Perbincangan Mengikut Pandangan Ulama Silam dan Ulama Kontemporari
Murtad : Perbincangan Mengikut Pandangan Ulama Silam dan Ulama Kontemporari
Aiisy Afifah
 
makalah hadist Dhaif serta pembagiannya
makalah hadist Dhaif serta pembagiannyamakalah hadist Dhaif serta pembagiannya
makalah hadist Dhaif serta pembagiannya
fajar ramadhan alfarisi
 
Amalan khurafat
Amalan khurafatAmalan khurafat
Amalan khurafat
hudhud321
 
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyurdefinisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
Madani
 
Ulumul hadits 2
Ulumul hadits 2Ulumul hadits 2
Ulumul hadits 2
Doddy Elzha Al Jambary
 
Ulumul hadits 3
Ulumul hadits 3Ulumul hadits 3
Ulumul hadits 3
Doddy Elzha Al Jambary
 
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiHijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Anas Wibowo
 

Similar to Menepis persepsi salah tentang ht (20)

Menepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htMenepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang ht
 
Mafahim yajibantusahah ina
Mafahim yajibantusahah inaMafahim yajibantusahah ina
Mafahim yajibantusahah ina
 
makalah studi hadis
makalah studi hadismakalah studi hadis
makalah studi hadis
 
Paham yang harus_diluruskan
Paham yang harus_diluruskanPaham yang harus_diluruskan
Paham yang harus_diluruskan
 
Hadits Maudlu
Hadits MaudluHadits Maudlu
Hadits Maudlu
 
168815644 prilaku-jujur
168815644 prilaku-jujur168815644 prilaku-jujur
168815644 prilaku-jujur
 
169102081 prilaku-jujur
169102081 prilaku-jujur169102081 prilaku-jujur
169102081 prilaku-jujur
 
Polemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbihPolemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbih
 
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap UmmatPentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
 
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
 
Aqidah islamiyah
Aqidah islamiyahAqidah islamiyah
Aqidah islamiyah
 
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdfCokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
Cokelat Estetik Tugas Presentasi_20240524_094127_0000.pdf
 
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islamPembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
 
Murtad : Perbincangan Mengikut Pandangan Ulama Silam dan Ulama Kontemporari
Murtad : Perbincangan Mengikut Pandangan Ulama Silam dan Ulama KontemporariMurtad : Perbincangan Mengikut Pandangan Ulama Silam dan Ulama Kontemporari
Murtad : Perbincangan Mengikut Pandangan Ulama Silam dan Ulama Kontemporari
 
makalah hadist Dhaif serta pembagiannya
makalah hadist Dhaif serta pembagiannyamakalah hadist Dhaif serta pembagiannya
makalah hadist Dhaif serta pembagiannya
 
Amalan khurafat
Amalan khurafatAmalan khurafat
Amalan khurafat
 
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyurdefinisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
 
Ulumul hadits 2
Ulumul hadits 2Ulumul hadits 2
Ulumul hadits 2
 
Ulumul hadits 3
Ulumul hadits 3Ulumul hadits 3
Ulumul hadits 3
 
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiHijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
 

More from Dawat Fadhila

Basis Edisi II Karya Mahasiswa PSPBSI Universitas Riau
Basis Edisi II Karya Mahasiswa PSPBSI Universitas RiauBasis Edisi II Karya Mahasiswa PSPBSI Universitas Riau
Basis Edisi II Karya Mahasiswa PSPBSI Universitas Riau
Dawat Fadhila
 
Imsakiyah ramadhan 2012 1433
Imsakiyah ramadhan 2012 1433Imsakiyah ramadhan 2012 1433
Imsakiyah ramadhan 2012 1433
Dawat Fadhila
 
Surat permohonan pelatihan menulis
Surat permohonan pelatihan menulisSurat permohonan pelatihan menulis
Surat permohonan pelatihan menulis
Dawat Fadhila
 
Surat bebas pustaka
Surat bebas pustakaSurat bebas pustaka
Surat bebas pustaka
Dawat Fadhila
 
Silabus tik berkaraktersmpkelasviiisms1
Silabus tik berkaraktersmpkelasviiisms1Silabus tik berkaraktersmpkelasviiisms1
Silabus tik berkaraktersmpkelasviiisms1
Dawat Fadhila
 
Rpp tik smp vii sms 1
Rpp tik smp vii sms 1Rpp tik smp vii sms 1
Rpp tik smp vii sms 1
Dawat Fadhila
 
Rpp tik smp viii sms1
Rpp tik smp viii sms1Rpp tik smp viii sms1
Rpp tik smp viii sms1
Dawat Fadhila
 
Proses Menuju Keimanan
Proses Menuju KeimananProses Menuju Keimanan
Proses Menuju Keimanan
Dawat Fadhila
 
Materi Valentine ROHIS
 Materi Valentine ROHIS Materi Valentine ROHIS
Materi Valentine ROHIS
Dawat Fadhila
 

More from Dawat Fadhila (10)

Basis Edisi II Karya Mahasiswa PSPBSI Universitas Riau
Basis Edisi II Karya Mahasiswa PSPBSI Universitas RiauBasis Edisi II Karya Mahasiswa PSPBSI Universitas Riau
Basis Edisi II Karya Mahasiswa PSPBSI Universitas Riau
 
Imsakiyah ramadhan 2012 1433
Imsakiyah ramadhan 2012 1433Imsakiyah ramadhan 2012 1433
Imsakiyah ramadhan 2012 1433
 
Surat permohonan pelatihan menulis
Surat permohonan pelatihan menulisSurat permohonan pelatihan menulis
Surat permohonan pelatihan menulis
 
Surat bebas pustaka
Surat bebas pustakaSurat bebas pustaka
Surat bebas pustaka
 
Silabus tik berkaraktersmpkelasviiisms1
Silabus tik berkaraktersmpkelasviiisms1Silabus tik berkaraktersmpkelasviiisms1
Silabus tik berkaraktersmpkelasviiisms1
 
Rpp tik smp vii sms 1
Rpp tik smp vii sms 1Rpp tik smp vii sms 1
Rpp tik smp vii sms 1
 
Rpp tik smp viii sms1
Rpp tik smp viii sms1Rpp tik smp viii sms1
Rpp tik smp viii sms1
 
Korban atau kurban
Korban atau kurbanKorban atau kurban
Korban atau kurban
 
Proses Menuju Keimanan
Proses Menuju KeimananProses Menuju Keimanan
Proses Menuju Keimanan
 
Materi Valentine ROHIS
 Materi Valentine ROHIS Materi Valentine ROHIS
Materi Valentine ROHIS
 

Recently uploaded

Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 

Recently uploaded (20)

Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 

Menepis persepsi salah tentang ht

  • 1.
  • 2.  Hizb mengartikan Iman berbeda dengan pengertian para „ulama pada umumnya. Iman menurut Hizb: “Pembenaran yang bersifat pasti yang sesuai dengan fakta berdasarkan suatu bukti” Iman menurut „ulama pada umumnya: “Pembenaran dengan hati, pernyataan dengan lisan, dan perbuatan dengan anggota tubuh.”
  • 3. Pengertian Iman oleh Hizb adalah pengertian Iman sesungguhnya secara bahasa dan realita, sedangkan pengertian Iman oleh „Ulama pada umumnya adalah Iman yang kaitannya dengan perbuatan seorang hamba. Ungkapan al-qaul bi-l-lisaan dan al-‟amal bi-l-jawaarih semata-mata menandakan kesempurnaan Iman, bukan iman itu sendiri. Hal ini karena keimanan yang benar akan meniscayakan „amal.
  • 4. Contoh dalil bahwa iman adalah amalan batin:
  • 5. Contoh dalil iman dengan konsekwensinya berupa amalan zhahir:
  • 6. - Imam Al-Bukhoriy: “keyakinan adalah ilmu yang sampai di hati setelah pengkajian dan pembuktian, maka ia meniscayakan kuatnya pembenaran sampai pada taraf menafikan keraguan dan meniscayakan ketentraman, ketenangan, dan kelegaan hati dengan keimanan tersebut. Ibnu Mas‟ud menganggap keyakinan adalah keimanan itu sendiri. Demikian pula dikatakan oleh Imam Asy- Sya‟biy” [Ibn Rojab, Fathu-l-Baariy, jilid I hal. 13]
  • 7. "Ahli Sunnah dari kalangan ahli hadits, para fuqaha, dan ahli kalam, telah sepakat bahwa seseorang mukmin yang dihukumi sebagai ahli kiblat (muslim) dan tidak kekal di dalam neraka, hanyalah siapa-siapa yang meyakini dienu-l-Islaam di dalamnya hatinya secara pasti tanpa keraguan sedikitpun, dan ia mengucapkan dua kalimat syahadat.” [An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal. 149]
  • 8. “Ketahuilah, bahwa madzhab „ulama yang benar adalah bahwa seorang ahlul kiblat tidak dihukumi kafir hanya dikarenakan suatu dosa tertentu, dan tidak pula dihukumi kafir para pengikut hawa nasfsu dan bid‟ah.” [An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal. 150]
  • 9.  Hizbut Tahrir menolak penggunaan Hadits Ahad dalam masalah Akidah, maka karenanya Hizb dianggap mengingkari Siksa Kubur dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, Kemunculan Imam Mahdi dan Dajjal, Turunnya Nabi Isa as, Syafa‟at Rasulullah saw, dll., karena semuanya itu landasannya adalah hadits-hadits Ahad. Karena itulah Hizbut Tahrir sama dengan Mu‟tazilah
  • 10. Hizbut Tahrir tidak menggunakan Hadits Ahad sebagai landasan akidah, karena ia bersifat zhanniy (dugaan) tidak qath‟iy (pasti). Sementara memunculkan kayakinan tidak bisa kecuali hanya dengan dalil yang bersifat qath‟iy, yaitu Al-Qur‟an dan Hadits Mutawatir. Adapun terhadap Hadits Ahad yang shahih, jika terkait syari‟at wajib diamalkan, dan jika terkait keyakinan cukup dibenarkan. Hal ini tidak sebagaimana Mu‟tazilah yang menolak hadits Ahad dalam hal akidah secara mutlak.
  • 11. Apakah hadits ahad yang Shahih berfaedah „ilm (keyakinan) atau zhann (dugaan)  perbedaan ulama sejak dulu: 1. Hadits ahad berfaedah „ilm (keyakinan) a. Secara mutlak  imam ibn hazm azh-dzahiri b. Jika ada qorinah  imam al-amidi c. Jika telah disepakati umat untuk diterima (shahih Bukhari dan shahih Muslim)  imam ibnu shalah 2. Hadits ahad berfaedah zhann (dugaan) tidak berfaedah „ilm (keyakinan)  imam an-nawawi dan jumhur ulama
  • 12. An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 1/131: “dan yang merupakan pendapat mayoritas kaum muslim dari kalangan sahabat, tabi‟ien dan siapa-siapa setelah mereka dari kalangan ulama hadits, ulama fiqh, dan ulama ushul, bahwa khabar ahad yang terpercaya (sahih) merupakan hujjah di antara hujjah- hujjah syara‟ yang wajib diamalkan, dan bahwa dia berfaedah zhann (dugaan) tidak berfaedah „ilm (keyakinan).”
  • 13. “Sebagian „ulama hadits berpendapat bahwa hadits ahad di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim berfaeah „ilm (yakin), tidak hadits ahad selainnya. Dan kami telah menjelaskan pendapat ini beserta bantahan terhadapnya di banyak fashal. Semua pendapat-pendapat ini selain pendapat jumhur adalah batil (salah) …
  • 14. … Adapun orang yang berpendapat bahwa hadits ahad meniscayakan „ilm maka dia telah berpaling dari kenyataan. Bagaimana bisa hadits ahad menghasilkan „ilm sementara kemungkinan adanya penyimpangan, kealpaan, pemalsuan dan yang lainnya ada padanya. Wallahu „alam.” [An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal. 132]
  • 15. Bahwa khabar ahad tidak berfaedah ilmu = pendapat jumhur „ulama  bukan klaim Imam An-Nawawi ---
  • 16. Membedakan antara At-Tashdiiq (Pembenaran Saja/Tidak Bersifat Pasti) dan At-Tashdiiqu-l-Jaazim (Pembenaran yang Bersifat Pasti) Misalnya anda membeli beras dari sebuah toko seberat 3 kilogram dan penjual menimbang beras tersebut di hadapan mata kepala anda langsung. Jika di perjalanan pulang anda ditanya berapa berat beras yang anda bawa? Tentunya anda akan langsung menjawab 3 kilogram! Tapi jika ditanya lebih lanjut: beranikah anda bersumpah bahwa beras tersebut benar-benar 3 kilogram, tidak lebih dan tidak kurang walau hanya 1 miligram pun? Tentu anda tidak akan berani, karena timbangan penjual beras tadi berpeluang salah, bisa karena takaran timbangannya dikurangi, rusak, penjual yang lalai, atau yang lainnya. Pembenaran anda terhadap 3 kilogram di sini baru pembenaran saja yang tidak bersifat pasti. Kecuali jika kemudian anda membuktikan berat beras tersebut dengan timbangan- timbangan lainnya hingga jumlah timbangan yang memustahilkan terjadi kesalahan bahwa berat beras tersebut benar-benar 3 kilogram persis, tidak kuarang dan tidak lebih. Maka pembenaran anda atas 3 kilogram yang terakhir inilah pembenaran yang bersifat pasti dan anda akan berani bersumpah atasnya!
  • 17.  Hizb dianggap telah mengkafirkan umat islam serta para pemimpin mereka, lantaran Hizb menyebut negeri-negeri kaum muslim yang ada saat ini dengan sebutan Daaru-l-Kufr (negara kufur), karena tidak menerapkan sistem islam, yakni Khilafah Islamiyyah. Serta menyebut kematian kaum muslimin saat ini dengan mati dalam keadaan jahiliyah, di mana kondisi jahiliyyah identik dengan kesyirikan dan kekufuran.
  • 18. Dalam pandangan Hizb, negeri-negeri kaum muslim saat ini adalah daaru-l-kufr (negara kufur) karena tidak berhukum dengan hukum Allah swt. Hal ini sesuai dengan pandangan jumhur „ulama, bahwa negara yang tidak memberlakukan hukum Islam bukanlah daaru-l- islaam (negara islam), melainkan daaru-l-kufr.
  • 19. “Jumhur „ulama berkata: daaru-l-islaam adalah negara yang dihuni oleh kaum muslim dan berlaku di dalamnya hukum-hukum Islam. Setiap yang tidak berlaku di dalamnya hukum-hukum Islam, bukanlah daaru-l-islaam meski ia berdekatan dengannya. Dan ini negeri Thaif, sangat dekat dengan Mekah, tapi tidak secara otomatis menjadi daaru-l-islaam dengan peristiwa Fathu Makkah.” (Ibn Qoyyim Al- Jauziyyah, Ahkaamu Ahli-dz-Dzimmah, 2/728)
  • 20. Akan tetapi, penyebutan terhadap suatu negeri dengan sebutan daaru-l-kufr, tidak berarti menganggap semua penghuninya kafir. Istilah daaru-l-kufr hanya menandakan bahwa negeri tersebut tidak berhukum dengan hukum-hukum Islam. Demikian sebaliknya, sebutan daaru-l-islaam tidak berarti menganggap semua penghuninya muslim, karena daaru-l-islam pada faktanya juga dihuni oleh non-muslim, baik berstatus sebagai kafir dzimmiy maupun kafir musta-min. Adapun penguasa yang tidak menerapkan hukum islam, Hizb memandang: jika perbuatannya disertai keyakinan maka dia kafir, jika tidak disertai keyakinan maka dia brdosa (zhaalim/faasiq).
  • 21. “Allah swt telah memerintahkan penguasa untuk berhukum dengan apa yang Allah swt turunkan atas Rasulullah saw, dan menjadikan siapa-siapa yang berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah swt sebagai kafir jika menyakininya, dan meyakini tidak adanya kemaslahatan pada apa yang diturunkan atas Rasul-Nya, serta menjadikannya bermaksiat jika berhukum dengannya (selain hukum Allah swt) tanpa meyakininya.” [Syaikh Taqyuddin An-Nabhaaniy, Muqaddimatu-d-Dustuur, hlm 6]
  • 22. “Berkata „Ikrimah ra: siapa-siapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah swt karena keingkaran terhadapnya maka dia benar-benar telah kafir, dan siapa-siapa masih mengakuinya tapi tidak mau berhukum dengannya maka dia zhalim lagi fasiq. Ini juga perkataan Ibn „Abbas ra.” [Tafsiir Al-Khaazin, 2/289]
  • 23. “Yang dimaksud dengan kematian jahiliyah [dengan mim dibaca kasroh] adalah keadaan kematiannya seperti kematian masyarakat jahiliyyah di atas kesesatan dan tidak memiliki seorang pemimpin yang ditaati, karena mereka belum mengenal hal tersebut. Bukan dimaksudkan mati dalam keadaan kafir, melainkan mati dalam keadaan bermaksiat.” [Ibn Hajar, Fathu-l-baariy, 13/7]
  • 24. “… Aspek argumentatif dari hadits ini adalah bahwa Rasulullah saw mewajibkan atas setiap muslim untuk mengadakan di lehernya bai‟at untuk seorang khalifah, dan tidak mewajibkan agar setiap muslim membai‟at khalifah.” [Taqyuddiin An-Nabhaaniy, Muqaddimatu-d-Dustuur, 100]
  • 25.  Hizb dianggap menafikan Qadar, sehingga tidak ada bedanya dengan mu‟tazilah  Hizb menyalahkan pemahaman Ahlus Sunnah dalam bab Qadha dan Qadar dan menyamakannya dengan Jabriyyah
  • 26. Firoq Konsep al-iraadah & khalqu-l-af‟aal Konsep tawalludu-l-af‟aal Qadariyah Manusia punya kebebasan berkehendak dan menciptakan perbuatannya sendiri Manusia yang menciptakan tawalludu-l-af‟aal Jabariyah Manusia terikat dengan kehendak Allah swt dan perbuatannya ciptaan Allah Allah yang menciptakan tawalludu-l-af‟aal Ahlu Sunnah (Asy‟ariyyah) Manusia memiliki kasb ikhtiyari tapi terikat dengan kehendak Allah dan perbuatannya ciptaan Allah Allah yang menciptakan tawalludu-l-af‟aal Hizb Perbuatan yang bersifat pilihan terjadi atas kehendak manusia dengan memanfaatkan khashiyyat benda Tawalludu-l-af‟aal timbul dari khashiyat benda yang dikenai perbuatan manusia
  • 27. Hizb mengimani Qadar yang berarti ketetapan Allah atas benda-benda dan „ilmu-Nya yang tertulis di Lauhi-l-Mahfuuzh: (Hadits Nabi): “Jika dituturkan (tentang) Qadar maka diamlah” yakni jika disebut ilmu Allah dan ketetapannya atas benda-benda maka jangan larut dalam membicarakannya, karena ketetapan atas benda-benda oleh Allah yaitu bahwa Dia telah menulisnya di Lauhu-l-Mahfuuzh, ini berarti Dia mengetahuinya. Dan kemahatahuan Allah terhadapnya adalah diantara sifat-sifat Allah yang wajib diimani. [Taqyuddin An-Nabhaaniy, Asy-Syakhshiyyatu-l-Islaamiyyah, 1/78] Tidak sebagaimana disangkakan bahwa Hizb sama dengan Mu‟tazilah, karena mu‟tazilah mengingkari Qadar secara mutlak.
  • 28. yang beranggapan bahwa Al-Asy‟ariyyah termasuk Jabariyyah dalam bab ini bukan hanya Syaikh Taqyuddin. Berikut berkata Imam Al-Aiji (data original): Kelompok ke-Enam, Al-Jabriyyah … Al-Jabr (paksaan) adalah menisbatkan perbuatan hamba kepada Allah swt. Al-Jabriyyah ada yang pertengahan, yaitu menetapkan adanya usaha pada diri hamba, seperti kelompok Asy‟ariyyah. Dan ada yang murni, yang tidak menetapkan itu tadi, seperti kelompok Jahmiyyah, mereka adalah pengikut Jahm bin Shafwaan. … [al-Iji, Al-Mawaaqif, 3/712]
  • 29. Juga Imam Al-Jurjaniy (data original): Kata Al-Jabriyyah berasal dari kata Al-Jabr yaitu menisbatkan perbuatan hamba kepada Allah swt. Dan Al- Jabriyyah ada dua: Pertengahan, yaitu menetapkan adanya usaha pada diri hamba dalam melakukan perbuatan, seperti kelompok Asy‟ariyyah. Dan Murni (pure), yang tidak menetapkan itu tadi, seperti kelompok Jahmiyyah. [Al-Jurjaniy, Al-Ta’riifaat, hlm 101]
  • 30.  Hizb dianggap membolehkan laki-laki dan wanita yang bukan suami-isteri dan bukan mahramnya untuk saling berciuman.
  • 31. Anggapan tersebut tidak benar dan bertentangan dengan apa yang diadopsi oleh Hizb. Hizb mengatakan: “Ciuman seorang laki-laki terhadap wanita asing yang diinginkannya, atau sebaliknya, adalah ciuman yang diharamkan” [Taqyuddin An- Nabhaniy, An-Nizhaamu-l-Ijtimaa’iy fi-l-islaam, 55]
  • 32.  Hizb dianggap membolehkan laki-laki dan wanita yang bukan suami-isteri dan bukan mahramnya untuk berjabat tangan, sehingga siapa pun boleh menjabat tangan siapa saja dari kalangan wanita yang bukan mahramnya.
  • 33. Hizb memang mengadopsi pendapat yang menganggap berjabat tangan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram adalah mubah (boleh), tapi dengan syarat: tidak disertai syahwat dan aman dari fitnah.
  • 34. Kebolehan ini berdasarkan hadits: Dari Ummu „Athiyyah, bahwa Rasulullah saw mengambil bai‟at atas kaum wanita untuk tidak melakukan niyaahah (meratapi mayat), berkata seorang wanita: wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang wanita dulu menyertaiku ber-niyahah, tidakkah aku boleh membalasnya, maka ia menarik tangannya, Rasulullah pun juga menarik tangannya dan beliau tidak jadi membai‟atnya. [HR. Ahmad – Sahih]
  • 35. Memperkuat: Dari Hindun binti „Utbah berkata: wahai Rasulullah saw, bai‟atlah aku. Rasulullah saw melihat ke arah tangan Hindun, kemudian bersabda: “aku tidak mau membai‟atmu sebelum kamu merubah kedua telapak tanganmu (dengan pacar), kedua telapak tangan itu seperti kedua telapak tangan binatang buas (seperti tangan laki-laki)”. [HR. Abu Dawud – Hasan] Wajhu-l-istidlaal: jika bai’at terhadap wanita cukup dengan isyarat atau ucapan, maka tidak perlu Nabi saw memerintahkan Hindun berpacar.
  • 36. “Adalah (Rasulullah saw) beliau menjabat tangan wanita pada saat bai‟at ridhwan … ada yang mengatakan ini dikhususkan bagi Rasulullah saw saja karena kema‟shumannya maka tidak boleh bagi selain beliau untuk menjabat tangan wanita asing dikarenakan tidak ada jaminan aman dari fitnah.” [Al-Haafizh Al-Manawi, At-Taisiir bi-syarhi-l-jaami’ish-shaghiir, 2/538] Di situ Al-Haafizh Al-Manawi menuliskan apa adanya bahwa Nabi saw benar-benar bejabat tangan dengan wanita saat bai‟at, hanya saja jika itu merupakan kekhususan bagi Beliau maka harus ada qariinah (indikasi) yang menunjukkan hal tersebut.
  • 37. -
  • 38. -
  • 39. “Haram hukumnya menjabat tangan wanita berdasarkan sabda Nabi saw: “sesungguhnya aku tidak menjabat tangan wanita”, akan tetapi mayoritas „ulama selain syafi‟iyyah membolehkan berjabat tangan dan menyentuh tangan wanita tua yang tidak menimbulkan syahwat, karena tidak ditakutkan akan timbul fitnah. Berkata „ulama hanabilah: Imam Ahmad bin Hambal memakruhkan berjabat tangan dengan wanita, dan sangat memakruhkannya meski terhadap mahram, namun membolehkannya bagi orang tua, dan membolehkan pula menyentuh tangan wanita tua yang buruk rupa. Ulama syafi‟iyyah mengharamkan menyentuh dan melihat wanita secara mutlak, meskipun wanita yang sudah tua, berjabat tangan boleh dengan menggunakan pelapis yang mencegah dari bersentuhan secara langsung.” [Wahbah Zuhaili, Al-fiqhu-l-islaamiy wa adillatuhu, 4/206]
  • 40.  Hizb dianggap memberontak terhadap penguasa yang sah, padahal hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam
  • 41. Pemberontakan yang dilarang dalam Islam adalah pemberontakan terhadap penguasa kaum muslim atau khalifah yang berhukum dengan syari‟at Islam. Adapun terhadap pengauasa kaum muslim yang mencampakkan syari‟at Islam di tengah-tengah perjalanan kekuasaannya maka harus diperangi. Dan terhadap penguasa negara sekular yang tidak berhukum dengan syari‟at Islam sejak awal kekuasaannya maka harus berlepas diri darinya, disertai perjuangan untuk mengembalikan kehidupan islami.
  • 42. Lafazh aimmatikum (imam-imam kalian) di situ menunjukkan para khalifah, karena merekalah pemimpin kaum muslim (yang dimaksud “kalian” oleh Nabi saw di hadits itu adalah kaum muslim). Sedangkan para pemimpin selain negara Khilafah tidak bisa disebut atau diklaim sebagai pemimpin kaum muslim. Alasan “selama mereka masih mendirikan shalat” menunjukkan bahwa sistem yang dimaksud Rasulullah saw adalah sistem Islam, karena mengharuskan pemimpinnya muslim ditandai dengan “mendirikan shalat”.
  • 43. “Allah mengingkari siapa-siapa (penguasa) yang tidak menerapkan hukum Allah swt yang jelas, konprehensif meliputi segala kebaikan dan mencegah dari segala keburukan, serta berpaling kepada selainnya yang berupa pendapat, hawa nafsu, dan istilah-istilah yang ditetapkan oleh manusia tanpa bersandar kepada syari'at Allah ... siapa-siapa dari mereka melakukan hal tersebut maka ia telah kafir wajib diperangi hingga kembali menerapkah hukum Allah dan Rasul-Nya, maka tidak boleh berhukum kepada selain hukum Allah, baik sedikit maupun banyak” [Ibnu Katsir, Tafsiru-l-Qur-aani-l-’Azhiim, 3/131]
  • 44. “... Sedangkan siapa-siapa dari mereka (penguasa) yang memberhentikan penerapan syari'at Allah swt, tidak berhukum dengannya dan berhukum dengan selainnya, maka mereka itu keluar dari (tidak layak) mendapat ketaatan kaum muslim, maka tidak ada kewajiban bagi kaum muslimin menaati mereka, karena mereka telah menghilangkan tujuan dari pada imamah (menerapkan syari'at Allah), dimana untuk itulah mereka diangkat serta diberikan ketaatan dan kepatuhan, dan tidak boleh memberontak (terhadap mereka).” [Al- Atsariy, ‘Aqiidatu-s-Salafi-sh-Shaalih Ahli-s-Sunnah wa-l-Jamaa’ah, 132]
  • 45. Jika kaum muslim tidak lagi memiliki pemimpin (khalifah), maka solusinya berlepas diri dari pemimpin-pemimpin yang menyeru pada kesesatan, selain tentunya mendakwahkan islam semampunya.
  • 46. Dari Hudzaifah bin Yaman berkata, orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir akan menimpaku, maka aku katakan: wahai Rasulullah saw, kami dahulu berada dalam masa jahiliyyah dan keburukan, kemudian Allah swt datangkan kebaikan ini (Islam), lalu apakah setelah kebaikan ini ada keburukan? beliau berkata: “Ya”. aku berkata: dan apakah setelah keburukan tesebut ada kebaikan lagi? beliau berkata: “Ya, dan di masa itu ada asap (bertanda polusi)”. aku bertanya: apa asapnya? beliau menjawab: “kaum yang memberi petunjuk dengan selain petunjukku, kamu mengenali di antara mereka dan mengingkarinya”. aku bertanya: apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? beliau menjawab: “Ya, para pendakwah di depan pintu-pintu neraka jahannam, siapa yang memenuhi seruan mereka maka mereka akan melemparkannya kedalamnya (Jahannam)”. aku bertanya: gambarkanlah (tentang mereka) kepada kami wahai Rasulullah saw. Beliau berkata: “mereka adalah dari kalangan kita, berkata- kata dengan bahasa kita pula”. aku bertanya: lalu apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku ada di masa itu? beliau bersabda: “Berpegang teguhlah terhadap jama'ah kaum muslimin dan imam mereka (khalifah)”. aku berkata: bagaimana jika mereka tidak lagi memiliki jama'ah dan imam? beliau berkata: “Maka jauhilah kelompok-kelompok (yang menyeru kepada kesesatan) tersebut seluruhnya, sekalipun kamu harus menggigit akar pohon hingga kematian menjumpaimu sedangkan kamu dalam kondisi seperti itu”. [HR. Al-Bukhori]
  • 47.  Hizb dianggap tidak mewajibkan jihad sebelum berdiri Khilafah  Hizb dianggap tidak akan bisa menegakkan khilafah tanpa menggunakan jihad
  • 48. Hizb berpendapat bahwa jihad baik yang bersifat offensive maupun ketika musuh datang menyerang adalah wajib. Disebutkan di dalam kitab Asy-Syakhshiyyatu-l-Islaamiyyah jilid II sebagai berikut: “Jihad (hukumnya) fardhu kifayah jika bersifat offensive, dan fardhu „ain atas mereka yang diserang musuh dan fardhu kifayah atas selain mereka yang diserang musuh.” [Taqyuddin An-Nabhaaniy, Asy- Syakhshiyyatu-l-Islamiyyah, 2/151]
  • 49. Kewajiban berjihad berlaku terus hingga hari kiamat tiba. Dalam kitab Muqaddimatu-d-Dustur, Syaikh Taqyuddin mengutip hadits berikut: Rasulullah saw bersabda: “… (kewajiban) jihad berlaku sejak Allah swt mengutusku sampai umatku yang terakhir memerangi Dajjal, kezhaliman dan keadilan seseorang (peguasa) tidak bisa menggugurkannya, ...” [HR. Abu Dawud dan Al-Baihaqi]
  • 50. Akan tetapi dalam penerapannya, baik menurut ketentuan syara‟ maupun secara faktual, jihad yang bersifat offensive tidak bisa dilakukan tanpa keberadaan khalifah. Jihad yang saat ini bisa dilakukan baru jihad yang berisfat diffesive, yaitu ketika musuh datang menyerang negeri-negeri kaum muslim. Sedangkan perkara Hizb tidak mendirikan khilafah dengan jihad, itu dikarenakan jihad bukanlah metode yang dicontohkan Nabi saw untuk mendirikan suatu negara. Metode yang beliau contohkan adalah thalabu-n-nushrah, bukan jihad.