Dokumen tersebut membahas berbagai kelainan sistem persarafan seperti penurunan kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial, konvusi dan epilepsi, penyakit Alzheimer, serta infeksi sistem saraf pusat khususnya meningitis. Dokumen ini menjelaskan definisi, patofisiologi, gejala klinis, dan penatalaksanaan dari berbagai kondisi tersebut.
Dokumen tersebut membahas pendekatan klinis dalam mengevaluasi penurunan kesadaran pasien. Beberapa hal penting yang perlu diperiksa meliputi riwayat penyakit dan obat yang dikonsumsi, derajat penurunan kesadaran, dan hasil pemeriksaan fisik seperti tanda vital dan neurologis untuk menentukan kemungkinan penyebab penurunan kesadaran.
1. HIE terjadi akibat gangguan aliran darah ke otak bayi selama masa perinatal yang dapat menyebabkan nekrosis dan apoptosis neuron.
2. Terapi hipotermia dalam 6 jam setelah kelahiran selama 72 jam dapat mengurangi resiko kematian dan gangguan neurologis akibat HIE.
3. Lokasi kerusakan otak yang paling sering terkena dampak HIE antara lain hipokampus, neokortex, dan serebelum.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala, diagnosis dan terapi epilepsi. Secara ringkas, epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan terjadinya serangan epileptik yang disebabkan oleh faktor predisposisi dan perubahan neurobiologis di otak. Epilepsi umum terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia, dengan diagnosis utama didasarkan pada riway
Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan serangan berulang akibat aktivitas listrik berlebihan di otak. Dapat disebabkan oleh faktor genetik atau penyakit otak lain. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil EEG.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, gangguan saraf yang ditandai dengan serangan tiba-tiba dan berkala disertai perubahan kesadaran. Juga dijelaskan berbagai jenis epilepsi seperti grand mal, petit mal, dan spasme infantil serta penyebab dan mekanisme terjadinya epilepsi. Selanjutnya dibahas pula beberapa obat antiepilepsi seperti fenitoin, fenobarbital, dan karbamazepin beserta mekanisme kerja dan e
Dokumen tersebut membahas berbagai kelainan sistem persarafan seperti penurunan kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial, konvusi dan epilepsi, penyakit Alzheimer, serta infeksi sistem saraf pusat khususnya meningitis. Dokumen ini menjelaskan definisi, patofisiologi, gejala klinis, dan penatalaksanaan dari berbagai kondisi tersebut.
Dokumen tersebut membahas pendekatan klinis dalam mengevaluasi penurunan kesadaran pasien. Beberapa hal penting yang perlu diperiksa meliputi riwayat penyakit dan obat yang dikonsumsi, derajat penurunan kesadaran, dan hasil pemeriksaan fisik seperti tanda vital dan neurologis untuk menentukan kemungkinan penyebab penurunan kesadaran.
1. HIE terjadi akibat gangguan aliran darah ke otak bayi selama masa perinatal yang dapat menyebabkan nekrosis dan apoptosis neuron.
2. Terapi hipotermia dalam 6 jam setelah kelahiran selama 72 jam dapat mengurangi resiko kematian dan gangguan neurologis akibat HIE.
3. Lokasi kerusakan otak yang paling sering terkena dampak HIE antara lain hipokampus, neokortex, dan serebelum.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala, diagnosis dan terapi epilepsi. Secara ringkas, epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan terjadinya serangan epileptik yang disebabkan oleh faktor predisposisi dan perubahan neurobiologis di otak. Epilepsi umum terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia, dengan diagnosis utama didasarkan pada riway
Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan serangan berulang akibat aktivitas listrik berlebihan di otak. Dapat disebabkan oleh faktor genetik atau penyakit otak lain. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil EEG.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, gangguan saraf yang ditandai dengan serangan tiba-tiba dan berkala disertai perubahan kesadaran. Juga dijelaskan berbagai jenis epilepsi seperti grand mal, petit mal, dan spasme infantil serta penyebab dan mekanisme terjadinya epilepsi. Selanjutnya dibahas pula beberapa obat antiepilepsi seperti fenitoin, fenobarbital, dan karbamazepin beserta mekanisme kerja dan e
Dokumen tersebut membahas tentang farmakoterapi obat antiepilepsi. Obat-obat antiepilepsi bekerja dengan menstabilkan sel-sel saraf dengan memblokir kanal ion seperti sodium dan kalsium, meningkatkan transmisi inhibitori GABA, dan mengurangi transmisi glutamat. Tata laksana status konvulsi meliputi pemberian lorazepam, fenitoin, dan fenobarbital secara intravena secara bertahap jika kejang berlanjut.
Perempuan berusia 50 tahun masuk rumah sakit dengan kesadaran menurun selama 2 jam. Pasien mengalami mendengkur, tidak dapat membuka mata, dan hanya bereaksi fleksi saat dirangsang. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan riwayat hipertensi.
1. Dokumen tersebut membahas tentang peran anestesiologis dalam bedah saraf dan fisiologi aliran darah otak serta regulasi tekanan intrakranial.
2. Faktor-faktor seperti PaCO2, PaO2, suhu, dan hematokrit mempengaruhi aliran darah otak melalui mekanisme autoregulasi.
3. Anestesiologis berperan untuk menjaga tekanan darah, gas darah, dan tekanan intrakranial selama operasi saraf.
Epilepsi adalah gangguan paroksismal otak yang menyebabkan pergerakan, sensasi, dan tingkah laku tidak normal yang bermula dan berakhir secara spontan. Ia disebabkan oleh faktor genetik, usia, jenis kelamin, masalah otak seperti tekanan cairan otak dan infeksi, serta faktor luar seperti racun dan masalah metabolik. Serangan epilepsi boleh dicetuskan oleh keletihan, stres, demam, dan pengambilan alk
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, yang merupakan kelompok gejala yang ditandai dengan terjadinya kejang berulang akibat gangguan listrik pada sel-sel saraf otak. Epilepsi dapat disebabkan oleh faktor primer maupun sekunder seperti trauma, infeksi, dan tumor otak. Gejalanya bervariasi namun umumnya meliputi kehilangan kesadaran, kejang, dan peningkatan produksi liur. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan seperti
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang cidera kepala, termasuk pengertian, patofisiologi, gejala, pemeriksaan diagnostik, dan rencana perawatan untuk cidera kepala.
Cidera kepala dapat menyebabkan kerusakan otak primer langsung akibat trauma atau sekunder akibat gangguan metabolisme dan sirkulasi darah. Gejala yang muncul antara lain gangguan kesadaran, pernapasan, tekanan darah, dan fungsi organ vital lainnya yang dapat memburukkan kondisi pasien. Prioritas penatalaksanaannya adalah memaksimalkan perfusi otak, mencegah komplikasi, dan memulihkan fungsi organ secara optimal.
Laporan pendahuluan ini membahas intracerebral hematoma (ICH) yang merupakan penyebab ketiga dari cerebrovaskular accident. ICH dapat terjadi akibat trauma kepala dan lebih dari 50% kasus disertai hematoma epidural atau subdural. Laporan ini menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan ICH serta diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan rencan
Kejang dan spasme pada neonatus dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti asfiksia perinatal, perdarahan intrakranial, gangguan metabolik seperti hipoglikemia dan hipokalsemia, serta infeksi. Manifestasi klinis kejang pada bayi baru lahir sangat bervariasi dan sulit dibedakan dari gerakan normal karena perbedaan status neurologis dan fisiologis. Diagnosis dan penanganan cepat diperlukan untuk mencegah kerusakan saraf lebi
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan keadaan darurat di bidang neurologi, termasuk penurunan kesadaran, status epileptikus, infeksi sistem saraf pusat, dan stroke. Terdapat penjelasan mengenai gejala, penyebab, dan tatalaksana awal untuk kondisi-kondisi tersebut.
Dokumen tersebut membahas manfaat coklat bagi otak dan beberapa kelainan pada sistem saraf dan sistem hormon manusia. Coklat dapat membantu meningkatkan kemampuan menghitung dan menurunkan tingkat stres. Kelainan pada sistem saraf antara lain stroke, epilepsi, dan Alzheimer. Sedangkan kelainan pada sistem hormon meliputi sindrom Cushing, diabetes, dan hipotirodisme.
Dokumen tersebut membahas tentang farmakoterapi obat antiepilepsi. Obat-obat antiepilepsi bekerja dengan menstabilkan sel-sel saraf dengan memblokir kanal ion seperti sodium dan kalsium, meningkatkan transmisi inhibitori GABA, dan mengurangi transmisi glutamat. Tata laksana status konvulsi meliputi pemberian lorazepam, fenitoin, dan fenobarbital secara intravena secara bertahap jika kejang berlanjut.
Perempuan berusia 50 tahun masuk rumah sakit dengan kesadaran menurun selama 2 jam. Pasien mengalami mendengkur, tidak dapat membuka mata, dan hanya bereaksi fleksi saat dirangsang. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan riwayat hipertensi.
1. Dokumen tersebut membahas tentang peran anestesiologis dalam bedah saraf dan fisiologi aliran darah otak serta regulasi tekanan intrakranial.
2. Faktor-faktor seperti PaCO2, PaO2, suhu, dan hematokrit mempengaruhi aliran darah otak melalui mekanisme autoregulasi.
3. Anestesiologis berperan untuk menjaga tekanan darah, gas darah, dan tekanan intrakranial selama operasi saraf.
Epilepsi adalah gangguan paroksismal otak yang menyebabkan pergerakan, sensasi, dan tingkah laku tidak normal yang bermula dan berakhir secara spontan. Ia disebabkan oleh faktor genetik, usia, jenis kelamin, masalah otak seperti tekanan cairan otak dan infeksi, serta faktor luar seperti racun dan masalah metabolik. Serangan epilepsi boleh dicetuskan oleh keletihan, stres, demam, dan pengambilan alk
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, yang merupakan kelompok gejala yang ditandai dengan terjadinya kejang berulang akibat gangguan listrik pada sel-sel saraf otak. Epilepsi dapat disebabkan oleh faktor primer maupun sekunder seperti trauma, infeksi, dan tumor otak. Gejalanya bervariasi namun umumnya meliputi kehilangan kesadaran, kejang, dan peningkatan produksi liur. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan seperti
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang cidera kepala, termasuk pengertian, patofisiologi, gejala, pemeriksaan diagnostik, dan rencana perawatan untuk cidera kepala.
Cidera kepala dapat menyebabkan kerusakan otak primer langsung akibat trauma atau sekunder akibat gangguan metabolisme dan sirkulasi darah. Gejala yang muncul antara lain gangguan kesadaran, pernapasan, tekanan darah, dan fungsi organ vital lainnya yang dapat memburukkan kondisi pasien. Prioritas penatalaksanaannya adalah memaksimalkan perfusi otak, mencegah komplikasi, dan memulihkan fungsi organ secara optimal.
Laporan pendahuluan ini membahas intracerebral hematoma (ICH) yang merupakan penyebab ketiga dari cerebrovaskular accident. ICH dapat terjadi akibat trauma kepala dan lebih dari 50% kasus disertai hematoma epidural atau subdural. Laporan ini menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan ICH serta diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan rencan
Kejang dan spasme pada neonatus dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti asfiksia perinatal, perdarahan intrakranial, gangguan metabolik seperti hipoglikemia dan hipokalsemia, serta infeksi. Manifestasi klinis kejang pada bayi baru lahir sangat bervariasi dan sulit dibedakan dari gerakan normal karena perbedaan status neurologis dan fisiologis. Diagnosis dan penanganan cepat diperlukan untuk mencegah kerusakan saraf lebi
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan keadaan darurat di bidang neurologi, termasuk penurunan kesadaran, status epileptikus, infeksi sistem saraf pusat, dan stroke. Terdapat penjelasan mengenai gejala, penyebab, dan tatalaksana awal untuk kondisi-kondisi tersebut.
Dokumen tersebut membahas manfaat coklat bagi otak dan beberapa kelainan pada sistem saraf dan sistem hormon manusia. Coklat dapat membantu meningkatkan kemampuan menghitung dan menurunkan tingkat stres. Kelainan pada sistem saraf antara lain stroke, epilepsi, dan Alzheimer. Sedangkan kelainan pada sistem hormon meliputi sindrom Cushing, diabetes, dan hipotirodisme.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, yang merupakan gangguan sistem saraf pusat yang ditandai dengan terjadinya serangan kejang secara berulang. Dokumen ini menjelaskan definisi, klasifikasi, epidemiologi, dampak, diagnosis, penyebab, penatalaksanaan, dan obat-obat antiepilepsi untuk mengontrol dan mencegah terjadinya serangan epilepsi.
Dokumen tersebut membahas tentang gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal akut. Definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosa, komplikasi, dan penatalaksanaan gagal ginjal akut dijelaskan secara singkat.
Strok merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan neurologis di Indonesia. Dokumen ini membahas tentang definisi, etiologi, jenis, patofisiologi, gejala, faktor risiko, dan penatalaksanaan strok serta konsep asuhan keperawatan untuk gangguan mobilisasi, defisit perawatan diri, dan cemas yang mungkin timbul akibat strok.
Ensefalopati adalah penyakit otak yang mengubah fungsi dan struktur otak yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, alkohol, gagal hati, gagal ginjal, disfungsi metabolisme, tumor otak, paparan zat kimia dan trauma. Gejalanya bervariasi mulai dari gangguan kognitif, perubahan kepribadian, letargi hingga kejang dan demensia. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan darah, cairan serebrosp
Premature birth and low birth weight (LBW) are still major health problems associated with high morbidity and mortality. While medical advances have increased LBW survival, these infants remain at high risk for long-term neurocognitive deficits. LBW is defined as birth weight under 2500g and can be due to prematurity or intrauterine growth restriction. Management of LBW infants focuses on providing warmth, proper feeding, and treatment of any complications through interventions like kangaroo mother care, antibiotics for infection, and monitoring for issues such as respiratory distress, hypoglycemia, or hyperbilirubinemia. The goal is optimal growth and development for these high-risk newborns.
Lingkungan di NICU perlu diperhatikan karena berdampak pada hasil perawatan bayi. Faktor lingkungan fisik seperti suhu, sinar, suara dan prosedural yang menyakitkan dapat memengaruhi bayi, terutama prematur. Dengan mengelola lingkungan secara baik untuk menjadikannya nyaman, diharapkan akan ada perubahan positif dalam perawatan bayi di NICU seperti peningkatan survival dan tanpa gangguan neurologik.
1. NICU care involves complicated, invasive, and high-cost treatment for critically ill newborns in a stressful environment, requiring a sense of emergency from doctors.
2. Doctors in charge of NICU care have responsibilities to provide competent, dedicated care and treatment for high-risk newborns with indications like respiratory failure or shock, while avoiding ethical hazards.
3. The doctor hierarchy in a pediatric department ranges from Doctor in Charge I as the team leader overseeing all patients, to Doctors in Charge in specific units like NICU who are responsible for admissions and consultations in those areas.
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponekmsholehkosim
Dokumen tersebut membahas deteksi dini dan manajemen gangguan napas pada neonatus. Secara ringkas, dokumen menjelaskan pengenalan awal gejala dan faktor risiko gangguan napas, diagnosa awal, serta pengelolaan dan rujukan lanjutan untuk neonatus dengan gangguan napas berat.
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponekmsholehkosim
Dokumen tersebut membahas deteksi dini dan manajemen gangguan napas pada neonatus. Secara ringkas, dokumen menjelaskan pengenalan awal gejala dan faktor risiko gangguan napas, diagnosa awal, serta pengelolaan dan rujukan lanjutan untuk neonatus dengan gangguan napas berat.
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Webmsholehkosim
BKB memiliki risiko tinggi kematian dan kecacatan karena kesulitan beradaptasi dengan lingkungan ekstra uterin. Kondisi gawat darurat neonatus dapat menyebabkan kematian atau kecacatan jika proses adaptasi gagal. Berbagai faktor seperti ibu, janin, dan lingkungan dapat memengaruhi persalinan prematur atau BKB. Masalah yang sering dialami BKB dapat terjadi pada sistem organ penting dengan dampak negatif.
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Webmsholehkosim
BKB memiliki risiko tinggi kematian dan kecacatan akibat kesulitan beradaptasi kehidupan di luar rahim. Kondisi gawat darurat neonatus dapat menyebabkan kematian atau kecacatan karena proses adaptasi yang gagal. Faktor ibu, janin, dan lingkungan dapat mempengaruhi persalinan prematur atau BKB. Masalah sering dialami BKB terkait sistem organ penting dengan dampak negatif.
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Webmsholehkosim
BKB memiliki risiko tinggi kematian dan kecacatan akibat kesulitan beradaptasi kehidupan di luar rahim. Kondisi gawat darurat neonatus dapat menyebabkan kematian atau kecacatan karena proses adaptasi yang gagal. Faktor ibu, janin, dan lingkungan dapat mempengaruhi persalinan prematur atau BKB. Masalah sering dialami BKB terkait sistem organ penting dengan dampak negatif.
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan gejala sisa neurologis pada bayi yang mengalami asfiksia. Secara garis besar dibahas mengenai patofisiologi kerusakan otak akibat asfiksia, faktor-faktor yang mempengaruhi aliran darah otak, strategi neuroproteksi seperti resusitasi cepat dan pemberian agen neuroprotektif, serta hipotermia sebagai salah satu intervensi yang menjanjikan untuk mencegah kerusak
The document discusses human life cycles and survival from birth, focusing on birth asphyxia. It summarizes that birth asphyxia is a major cause of neonatal death and neurological disability. Interventions are needed during the antenatal, intrapartum, and postnatal periods to improve survival and prevent complications of birth asphyxia. These include good antenatal care, skilled birth attendance, emergency obstetric care, newborn resuscitation, and community-based newborn care.
Dokumen ini membahas tentang kunjungan tindak lanjut bayi baru lahir di rumah sakit. Terdapat penjelasan mengenai faktor risiko gangguan pertumbuhan bayi, tujuan kunjungan, parameter yang dievaluasi seperti pertumbuhan, tekanan darah, dan perkembangan neurologi, serta kriteria pemulangan bayi. Dokumen ini juga memberikan panduan untuk konseling orang tua dan tindakan lanjutan bila terjadi masalah.
Dokumen ini membahas tentang kunjungan tindak lanjut untuk bayi baru lahir. Terdapat penjelasan mengenai tujuan kunjungan, parameter yang dievaluasi seperti pertumbuhan dan perkembangan neurologi, serta kriteria pemulangan dari rumah sakit seperti kondisi stabil dan sudah mendapat imunisasi. Dokumen ini juga menyarankan konseling untuk orang tua tentang perawatan bayi.
1. MENCEGAH GEJALA SISA
NEUROLOGIS
M. Sholeh Kosim
Sub Bagian Perinatologi
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNDIP/RS.Dr. Kariadi
Semarang
1
2. Pendahuluan
segala proses yang
mengakibatkan kerusakan atau
kematian sel syaraf atau sel otak
• Gejala sisa neurologis
gejala sisa ( sekuele)
2
3. Ensefalopati Hipoksik Iskemik
(EHI) Hipoksia berat & berkepanjangan
iskemia atau infark serebri
perdarahan periventrikular
dan intraventrikular
proses kerusakan
atau
kematian sel syaraf /sel otak
• Jejas otak
Palsiserebral • Gejala sisa neurologis
dampak jangka panjang
(CP) ( sekuele )
3
4. Manifestasi predominan CP
Manifestasi predominan CP
• Gangguan gerak yang dapat berupa :
– karakter spastik,
– ataksik atau atetoid.
– disfungsi motorik ini biasanya
disertai gangguan neurologik lain
nya seperti :
–retardasi mental
–gangguan visual kortikal
–kejang
4
5. CP (Palsi Serebral)
• 50% ---- intelegensi yang normal
• 25% ---- menderita retardasi mental berat.
• Hanya CP dengan retardasi mental berat yang bisa
dihubungkan dengan dugaan etiologi prepartum.
• Penyebab retardasi mental berat yang tidak disertai dengan
CP biasanya adalah :
– genetik,
– viral,
– dan tidak dihubungkan dengan kejadian perinatal.
• Retardasi mental sedang
– juga tidak dapat dihubungkan idengan kejadian
peripartum
– tetapi lebih cenderung akibat kondisi sosial dan
lingkungan. 5
7. Patofisiologi
Penghentian pertukaran gas janin / plasenta
pH ↓, pO2↓, pCO2↑ à Metabolisme anaerob à Kehilangan energi
Penurunan Cardiac Output à Hipotensi
Penurunan aliran darah dan suplai O2 ke otak
HEI otak
Papile LA, 2004
7
8. ……Lanjutan patofisilogi
Fase pertama :
àterjadi saat EHI berlanjut beberapa jam
sesudah resusitasi
Dua mekanisme utama kerusakan otak selama
fase ini:
1. Depolarisasi cepat membran sel à
masuknya natrium klorida dan air secara
pasif ke dalam sel, dan akumulasi kalsium
intraseluler à repolarisasi membran sel,
jalur-jalur reseptor NMDA glutamate-
activation
2. Pembentukan radikal bebas.
à Kematian sel neuron ditandai dengan nekrosis
8
9. ……Lanjutan patofisilogi
Fase ke dua :
àdimulai sekitar 8-72 jam setelah kejadian
hipoksik/iskemik (dapat berlangsung sampai
beberapa hari atau minggu)
Tiga mekanisme utama:
1. Excitotoxicity oleh karena stimulasi neuron
yang berlebihan oleh sejumlah besar glutamat
ekstraselular
2. Aktivasi mikroglia yang menyebabkan
peningkatan produksi sitokin dan atau
sitotoksin
3. Percepatan kematian sel yang terprogram.
Fase ini ditandai dengan kematian sel apoptik
9
10. NEUROPATOLOGI
Neuropatologi dari HEI à CP
1. Jejas otak parasagital
2. Leukomalasia periventrikular
3. Jejas iskemik fokal / multifokal
4. Status mammoratus
5. Nekrosis neuronal selektif
10
11. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
CEREBRAL BLOOD FLOW ( CBF) PADA BAYI
DENGAN ASFIKSIA
Kejadian asfiksia
adaptasi sistemik
respons sirkulasi serebral
:
untuk memelihara perfusi otak
. 11
13. Ad.1 Respon biokimiawi:
Sirkulasi serebral sangat sensitif
• Perubahan didalam tekanan oksigen
berhubungan terbalik dengan perubahan pada
CBF
• Respons serebro vaskuler terhadap pO2 dan
pCO2 bervariasi sangat luas pada regio otak
13
14. Ad.2 Autoregulasi :
• CBF tetap konstan pada suatu rentang perubahan
sistemik ´Mean arterial Blood pressure “ à
autoregulasi
• Autoregulasi dihambat atau dihalangi oleh keadaan
hipoksia,hipo atau hiperkarbia atau asidosis.
• Pada beberapa keadaan sirkulasi serebral dapat
berubah menjadi tekanan sirkulasi pasip dan secara
langsung menggambarkan perubahan tekanan darah
sistemik.
• Dampaknya à menurunnya tekanan darah yang
mengakibatkan turun nya CBF dan ini secara nyata
meningkatkan kerentanan terjadinya jejas neuronal
14
15. Ad 3. Respons sirkulasi :
dikategorikan kedalam :
• Fase redistribusi dari curah jantung ( COP )à
melayani terutama aliran darah ke organ vital (
otak, miokardium dan kelenjar adrenal ) dibanding
melayani aliran darah ke organ yang kurang
penting ( ginjal, usus dan otot )
• Hilangnya autoregulasi pembuluh darah serebral
à mengakibatkan tekanan sirkulasi pasip
• Menurunnya Curah jantung à berakibat terjadi
nya hipotensi dan penurunan CBF
15
16. Faktor non sirkulasi yang memberi kontribusi pada
keutuhan neuron
• Perubahan biologik yang menyertai maturasi organ
• Peningkatan kecepatan metabolisme otak bayi kurang
bulan lebih rendah dibanding dengan bayi cukup bulan
• Otak bayi mempunyai kemampuan alternatip menggunakan
sumber energi lain (laktat dan keton bodies) sebagai
sumber energi
• Resistensi relatip miokardium janin dan bayi baru lahir
terhadap iskemia hipoksia
• Peran potensi protektip dari hemoglobin fetal
16
17. PENGELOLAAN
• Tujuan utama à pencegahan!
• Resusitasi segera à baik apneu primer
/ sekunder.
• Strategi Neuroproteksi à mencegah
kematian neuron saat asfiksia
17
18. Tujuan utama à pencegahan!
mengidentifikasi janin yang
cenderung mengalami iskemik-
hipoksik pd proses persalinan &
kelahiran
18
19. Resusitasi segera à baik apneu primer / sekunder
– Mempertahankan ventilasi adekuat.
– Mempertahankan oksigenasi adekuat
– Mempertahankan perfusi adekuat. .
– Mengkoreksi asidosis metabolik
Mempertahankan kadar serum
glukosa normal
– Mengendalikan kejang
– Mencegah edema otak.
19
20. Mempertahankan ventilasi adekuat
• Mempertahankan level fisiologik pa CO2
• Hiperkarbia asidosis intraselular
serebral, mengganggu autoregulasi
serebrovaskular
• Hipokarbia leukomalasia
periventrikuler (bayi prematur), onset
lambat gangguan pendengaran bayi
cukup bulan
20
21. Mengkoreksi asidosis metabolik
• Dg ekspansi volume secara hati-hati
• Tujuan utama : menyokong perfusi
jaringan
• Bik. Nat. hanya digunakan :
– Bila resusitasi berlanjut ,bayi tdk
respons
– Ventilasi bayi --- baik
21
22. Mengendalikan kejang
• Fenobarbital
• obat pilihan
• sampai > 2 bln, tdk kejang, EEG
normal
• Dosis tinggi (40 mg/kg BB)
– menurunkan insiden kejang
– memperbaiki output
neurologik
• Obat lain : fenitoin, lorazepam
22
23. Mencegah edema otak
• Dasar pencegahan : menghindari
kelebihan cairan
• Restriksi cairan moderat : 60 ml/kg
• Edema berat – restriksi sampai 50
ml/kg/BB
• Tidak direkomendasi penggunaan
glukokortikoid dan agen osmotik
23
24. Strategi untuk Neuroproteksi
Data penelitian model bayi hewan
à kerusakan otak dapat diredakan, jika terapi segera
dilakukan setelah kejadian hipoksik/iskemik.
à Durasi jendela terapi ini bervariasi di antara spesies
à derajat kerusakan otak dapat ringan bila terapi dimulai
dalam 6 jam setelah kejadian hipoksik/iskemik.
Bayi manusia, diperkirakan serupa
à memulai terapi segera setelah lahir
akan bermanfaat
24
25. Strategi Neuroproteksi
à Penekanan metabolisme serebral secara keseluruhan
dan penekanan agen neurotoksik spesifik yang ditargetkan
• Waktu 6-12 jam setelah asfiksia dengan pemberian
agen neuroprotektif à menurunkan / mencegah
kerusakan otak.
• Mencegah kerusakan otak tergantung dari status awal
otak janin
25
26. Tabel 2. Terapi potensial yang mungkin bermanfaat
1. Penurunan energi
– Barbiturat
– Hipotermia
2. ↑ Pelepasan glutamat
– Penghambat jalur Ca (Ca channels
blockers)
– Hipotermia
3. ↑ Ambilan glutamat
– Magnesium
– Hipotermia
4. ↑ Pembentukan radikal bebas
– Allupurinol
– Magnesium
– Salvia miltiorrhizae
– Hipotermia
Papile LA, 2004 26
27. Hipotermia
• Menurunkan energi
• Meningkatkan pelepasan glutamat
• Meningkatkan ambilan glutamat
• Meningkatkan pembentukan
radikal bebas
27
28. Hipotermia
• Hipotermi à Intervensi non farmakologik paling
menjanjikan
• Dapat menjaga otak dari kerusakan dengan cara
mencegah penurunan fosfat energi tinggi.
• Fosfokreatinin dan trifosfat adenosin dipertahankan
saat kadar laktat otak diturunkan.
• Pendinginan selektif kepala yang digabung dengan
hipotermi sistemik ringan diketahui aman bagi bayi
cukup bulan yang mengalami asfiksia.
28
30. Gunn AJ, et al 1998
• Pertama kali menunjukkan bahwa pendinginan
kepala dengan hipotermia sistemik ringan
merupakan terapi yang mudah dilakukan dan
aman bagi neonatus dengan EIH.
• Pendinginan kepala dilakukan dengan mengalirkan
air dingin melalui gulungan pipa yang
dibungkuskan ke sekeliling kepala bayi selama 72
jam.
• Bayi dihangatkan dengan pemanas servocontrolled
untuk menjaga suhu rektal yang ditetapkan.
• Sinus bradikardi dilaporkan pada suhu rektal <
35,5°C dan 1 bayi mengalami peningkatan
kebutuhan oksigen .
30
31. • Frekuensi gejala sisa neurodevelopmental tidak
ditemukan berbeda secara statistik antara bayi
hipotermik dan normotermik, walau ada
kecenderungan keluaran yang lebih baik pada
bayi dengan hipotermia.
Gunn AJ, 1998
31
32. PROGNOSIS
• 12,5% risiko kematian seluruh bayi dengan semua derajat
HIE
• 14,3% hambatan neurologik
• 25% kemungkinan kematian dan ditambah kecacatan.
• pengaruh lingkungan,psikososial, tingkah laku dan
perkembangan mempengaruhi keluaran jangka panjang
secara bermakna.
Peliowski dan Finer (1992)
32
33. Risiko sekuele neurologik meningkat
• Skor Apgar 0-3 saat usia 20 menit.
• Gagal organ ganda (oliguri 24 jam kehidupan)
• HIE berat (Sarnat derajat 3) bayi yang selamat sering
• memiliki kecacatan ganda, termasuk palsi serebralis
spastik,
– retardasi mental berat ,
– kebutaan kortikal,
– kejang
• Durasi kelainan neurologik neonatal.
• Kejang neonatal, terutama terjadi dalam 12 jam pertama
setelah lahir
• Gambaran MRI abnormal yang didapat 24-72 jam pertama
• Derajat keparahan dan durasi kelainan EEG.
• Kelainan fungsi batang otak yang berlangsung lama
33
34. ……Lanjutan penemuan skuel neurologik
• Kelainan pendengaran, penglihatan atau somatosensoris
berpotensi timbul berlangsung > hari ke 7 kehidupan.
• Defisit neurologik pada asfiksia berfrekuensi lebih banyak
mengalami kehilangan pendengaran perifer dan kelainan
komponen sentral pendengaran.
• Mikrosefali saat usia 3 bulan merupakan perkiraan keluaran
neurodevelopmental yang buruk.
• Penurunan kadar ATP atau fofokreatinin otak saat lahir
• Peningkatan kadar laktat otak, peningkatan rasio laktat
terhadap N-acetylaspartate dan laktat terhadap kolin
• Peningkatan aliran darah ke otak pada sonografi Doppler
• Adanya atrofi optikus merupakan indikator keluaran
penglihatan yang buruk
34
35. Anak yang selamat dari HIE sedang
• tidak memiliki kecacatan
• mengalami keterlambatan
ketrampilan membaca, mengeja,atau
aritmatika
• mengalami kesulitan lebih banyak
dalam pemusatan perhatian dan
memori jangka pendek
35
36. Hasil medikolegal
Pengawasan janin.
Adanya pola denyut jantung janin(DJJ) yang reaktif
merupakan kunci dalam pengawasan pola dasar
Peningkatan atau penurunan DJJ harus membuat
tim penolong persalinan dan kelahiran berjaga-jaga
terhadap ancaman asfiksia janin.
36
37. Saat terjadi asfiksia intrauterin dapat menjadi penyebab
palsi serebralis jika tidak ada bukti adanya trauma
antenatal (secara klinis atau pemeriksaan neuroimaging)
dan ditemukan kriteria klasik asfiksia berat (ACOG) sambil
menyingkirkan penyebab lain ensefalopati neonatal
Nucleated red blood cells (nRBC).
Phelan dkk (1998) ,dikutip dari Gomella menghubungkan
saat asfiksia dengan penghitungan nRBC
à bahwa asfiksia yang terjadi sebelum masuk RS
memiliki nRBC yang lebih tinggi daripada asfiksia akut.
!!Peningkatan nRBC juga dapat terjadi pada
prematuritas,retardasi pertumbuhan intrauterin,
korioamnionitis dan diabetes
37
38. Kesimpulan
• Gejala sisa neurologis merupakan dampak jangka panjang
akibat kelainan sel neuron yang sering terjadi pada bayi
baru lahir yang mengalami asfiksia perinatal
• Penyebab utama kelainan atau gangguan neurologis pada
bayi baru lahir adalah Ensefalopati Hipoksik Iskemik (EHI),
perdarahan periventrikular dan intraventrikular
• Perlu dipahami tentang Patologi Asfiksia Perinatal dan
Neuropatologi dari dampak Asfiksia perinatal
38
39. • Ada 2 faktor yang mempengaruhi keutuhan
neuron , yaitu CBF ( Cerebral Blood Flow =
Aliran Darah Otak) merupakan faktor sirkulasi
dan beberapa faktor non sirkulasi yang sangat
menentukan keutuhan jaringan neuron
39
40. • Pengelolaan yang paling penting adalah pencegahan jangan sampai
terjadi EHI.
• Bila sampai terjadi maka pengelolaan harus cepat & tepat
• Pengelolaan terdiri dari pencegahan, melakukan resusitasi dengan
baik dan benar dan melakukan Strategi neuroproteksi
• Neuroproteksi dapat dilakukan dengan menggunakan obat atau
pendinginan kepala ( ’ head coooling ”)
• Untuk peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia)
diperlukan SDM yang berkualitas yang dimulai sejak masa
perinatal. Untuk itu upaya pencegahan terjadi nya gejala sisa
neurologis sangatlah penting untuk dilakukan