SlideShare a Scribd company logo
MEMPERTAHANKAN RENTE EKONOMI
SUMBERDAYA KELAUTAN :
KASUS KAWASAN PERLINDUNGAN LAUT
OLEH :
PAUL HALWOOD
JURUSAN EKONOMI UNIVERSITAS CONNECTICUT
ALIH BAHASA & PRESENTASE :
ROBERT P. MARYUNUS / 136 9109 001
ABSTRAK
Makalah ini mengkaji keterkaitan antara kawasan perlindungan laut
dengan biota yang menghuninya. Banyak ilmuwan kelautan
meyakini bahwa saat ini telah cukup bukti bahwa kajian biologi
kelautan secara ilmiah dalam penentuan tapak KPl. guna
perlindungan lingkungan laut menciptakan nilai-nilai ekonomi yang
saling berhubungan Dalam hal ini termasuk perlindungan genetik
dan keanekaragaman hayati, peningkatan populasi dan struktur
(misalnya umur, ukuran dan fekunditas), pengayaan ekosistem
melalui promosi interaksi species dan perlindungan landas
kontinen terhadap campur tangan manusia. Bahkan, beberapa ahli
kelautan dan ekonom perikanan memandang KPL sebagai suatu
‘polis asuransi’ terhadap penangkapan berlebih dan penggunaan
sumberdaya kelautan lainnya yang banyak berdampak buruk bagi
dunia perikanan. Analisis ekonomi yang disajikan disini merujuk
pada zonasi yang optimal, kebijakan dalam mempertahankan nilai
ekonomi berkelanjutan dan pengawasan optimal dari suatu KPL itu
sendiri.
Kata Kunci : nilai guna ekonomi, kawasan perlindungan laut,
sumberdaya kelautan, pengawasan optimal, keberlanjutan
 Kegagalan pemerintah dalam penciptaan lembaga yg efisien
guna mengelola SDI dan lingkungan laut terutama di bidang
penangkapan ;
 Kebijakan terbaik pengelolaan sulit ditentukan ;
 Perancangan secara tepat arah biaya atau hak kepemilikan
memungkinkan nelayan dan pengguna laut lainnya menikmati
manfaat ekonomi berkelanjutan ;
 KPL merupakan suatu realitas politik dan hukum. Telah didirikan
sekitar 1.300 KPL diseluruh dunia (Boerma dan Parrish, 1999)
3
LATAR BELAKANG
• KPL harus ditempatkan
dilokasi yang
berdampak maksimal
bagi biota dan habitat
laut – baik yang berada
dalam batas atau
disekitarnya (bahkan
mungkin jauh) pada
kawasan yang biasa
disebut ‘limpahan
biologis’
4
KPL & PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN BIOLOGI
Model Biologis : Allison, Lubchenco dan Carr (1988)
5
Elipsis : Populasi laut
Garis panah tebal : Perekrutan antara populasi
Garis Panah putus-putus : Tingkat perekrutan
Lanjutan
 Model A:
Melindungi penambahan diri
populasi tanpa limpahan biologis
ke populasi lainnya .
Contoh : avertebrata, ikan yang
hidupnya menyendiri, tunikata dan
sebagian besar rumput laut
 Model B
Limpahan biologis besar, perekrutan
kuat, terpisah dekat populasi. Contoh :
abalon dan beberapa ikan karang yg
berenang pada perairan dangkal
Lanjutan
6
 Model C:
Propagules jauh dari populasi ikan,
limpahan biologis lemah, dependensi
species yang tergantung arus kuat.
 Model D
Populasi yang terpisah,
dihubungkan melalui larva yg dihasilkan.
Contoh : ikan karang, bulu babi dan
lobster.
Pada model biologis B, C dan D baik
primer maupun sekunder ditunjukkan
dengan limpahan biologis. Perlindungan
dari suatu sumber populasi menciptakan
limpahan primer ke populasi sekunder,
karena itu lebih baik
Lanjutan
7
Auster dan Shackell (2000) melakukan penelitian pada ikan
boreal di barat laut Atlantik :
“ batas sekumpulan ikan dapat berfungsi sebagai filter
utama dalam pemilihan wilayah KPL” (Auster dan Shackell,
2000, halaman 423).
Lokasi yang cocok bagi KPL : dipilih sejauh mungkin dari
dasar perairan laut yang tercampur (pasir, batu, kerikil,
sedimen kohesif) dengan tujuan memaksimalkan baik
species dan interaksi-interaksi species – sehingga
mempromosikan ekosistem yang lebih luas ketimbang
satu atau beberapa species target.
Ada satu kasus dalam penentuan KPL, ditetapkan
berdasarkan daerah pemijahan dan tempat berkumpulnya
juvenil.
Penelitian terbaru oleh Bellwood dan Hughes (2001) pada
terumbu karang menggambarkan adanya limpahan
biologis yang keluar dari daerah pusat. Mereka
menemukan, inter alia, bahwa yang terpenting dalam
peramalan keragaman species ikan karang dan terumbu
karang yang diriset oleh meraka adalah luasnya habitat
terumbu karang dalam jarak 600 km dari lokasi – ruang
biologis ditentukan oleh pergerakan ikan dan plankton.
8
Lanjutan
Ukuran Layak dari suatu KPL
9
Ward, Heinemann dan Evans (2001) :
20 - 70 % daerah penangkapan ikan
tergantung pada keadaan yang dibutuhkan
bagi perlindungan ukuran yang berdampak
pada biomassa ikan
Kenchington (1990) :
- Komunitas pd link. darat : 101– 104 m
- Daerah pasut & komunitas bentik : 101 – 104 m
- Species Planktonik : 104 – 106 m
- Nektonik & Species bermigrasi : 104 – 107 m
Boersma dan Parrish (1999) :
Karang memiliki tingkat kemurnian, selama fase
distribusi, arus samudera dapat membawa larva
sejauh ratusan kilometer. Banyak ikan karang memiliki
habitat yang lebih besar dibandingkan polip karang,
tetapi lebih kecil dari jarak penyebaran mahkluk
pelagis. Sebuah KPL perlu menargetkan setidaknya
salah satu dari dua dimensi.
Lanjutan
10
Dimana :
V : Nilai Moneter ekonomi berkelanjutan
x : Jarak dr pusat kawasan lindung
h : Tingkat pra – definisi
Tanda negatif turunan parsial fx dan fh menunjukkan fungsi jarak
dari pusat KPL.
Asumsi :
- Limpahan biologis dari KPL menurun seiring jarak
- fh < 0 berarti penangkapan ikan berlebih mengurangi nilai guna
ekonomi berkelanjutan
MODEL EKONOMI DASAR
fh < 0 berarti bahwa kegiatan manusia
berdampak buruk bagi nilai guna berkelanjutan
dV / dh :
biaya sosial marjinal diumpamakan dapat
bervariasi seiring dengan variasi ruang kondisi
kelautan.
11
ZONASI
• Sb x : Jarak dari pusat zona tertutup
• Sy : Nilai guna satuan luas persegi (mis m2 ) diukur dari dasar laut diukur
dalam dollar
• Fungsi x mengukur nilai ekonomi berkelanjutan per satuan luas yang secara
mutlak bergantung dengan jarak dari pusat zona tertutup. Fungsi ini menurun
secara konsisten dengan asumsi bahwa nilai limpahan menurun berdasarkan
jarak. Pada persamaan (1) f(x) < 0
• Pada Gambar 2, jarak 0x1 menunjukkan zona tertutup. Hal itu diasumsikan,
seiring dengan waktu, produktifitas biologis dari zona tertutup meningkat –
yang berakhir pada tingkatan moneter maksimum, IMAX
• Pada gambar 3 fungsi f(x) dianggap sebagai tepi luar sebuah “gelembung” nilai
guna ekonomi berkelanjutan yang berada dalam ruang tiga dimensi dengan
titik tertinggi yang berpusat pada titik asal 12
MODELISASI NILAI GUNA”GELEMBUNG”
KEGIATAN PENGAWASAN
• TC adalah total biaya pengawasan
= biaya per kapal x jumlah kapal pengawas
• Jumlah optimum dari kapal pengawasan
(ukuran dari upaya pengawasan) adalah POL1,
yang ditentukan dimana manfaat marjinal sama
dengan biaya marjinal. Ciri-ciri penting lainnya
dalam solusi ekuilibrium adalah a) jarak AB
dihitung berdasarkan keuntungan bersih
terhadap upaya pengawasan, dan b) VMAX – V1
menghitung nilai guna ekonomi berkelanjutan
yang hilang sebagai dampak lanjut dari
kegiatan-kegiatan ilegal. Dengan kata lain,
penyediaan biaya pengawasan, tidak optimal
untuk memaksimalkan nilai guna ekonomi
sepanjang f (x).
13
DAMPAK BEBERAPA KEGIATAN EKSOGEN :
SOLUSI EKUILIBRIUM
14
• Rotasi keatas dari TB1 ke TB2 meningkatkan
keuntungan bersih dari AB ke CD, menurunkan
kehilangan nilai guna ekonomi yang hilang
akibat aktifitas ilegal dari VMAX - V1 to VMAX – V2
dan penurunan biaya total pengawasan pada
tingkat B ke tingkat D
• Faktor-faktor penyebab rotasi TB ketas pada
Gambar 5, menyiratkan meningkatnya
penghematan biaya per kapal pengawasan,
seperti yang dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, teknik pengawasan yang lebih baik
atau sosialisasi aturan yang membuat
pengawasan lebih mudah (misalnya keharusan
bagi nelayan untuk secara terus-menerus
melaporkan kedudukan mereka) akan
meningkatkan produktifitas pengawasan.
Lanjutan
• Pertama, teknik pengawasan yang lebih baik
atau sosialisasi aturan yang membuat
pengawasan lebih mudah (misalnya keharusan
bagi nelayan untuk secara terus-menerus
melaporkan kedudukan mereka) akan
meningkatkan produktifitas pengawasan
Tercapainya ekuilibrium mengurangi
pengawasan di POL2, tetapi lebih banyak nilai
guna ekononomi terlindungi, V2 > V1,
penghematan biaya per kapal pengawasan
harus dapat ditingkatkan. Iut berarti setiap
kapal pengawasan yang tersisa akan
memotong lebih banyak biaya akibat ekstraksi
ilegal
• Kedua, hasil penghematan biaya per kapal
pengawas dapat ditingkatkan melalui
pendidikan yang lebih baik bagi nelayan dan
manusia pengguna lainnya dari KPL tentang
kerugian biologi dan ekonomi sebagai akibat
dari kegiatan-kegiatan ilegal.
• Ketiga, pemberlakuan hukum yang lebih ketat
akan merotasi TB keatas pada Gambar 5. Jika
hukum lebih ketat kegiatan ilegal berkurang,
penghematan biaya per kapal pengawasan
akan meningkat
15
16
KESIMPULAN
• Pertimbangan utama dalam pembentukan suatu
KPL adalah penggunaan model biologi yang benar –
Sebaliknya mungkin tidak dapat digunakan untuk
memaksimalkan hasil biologis dan ekonomi;.
• Zona harus dirancang dan diawasi sehingga ada
kesamaan diantara biaya sosial marjinal dari
kegiatan manusia;
• Kebijakan dari suatu KPL berdampak positif
terhadap biaya marjinal, tetapi umumnya tidak
optimal untuk menurunkan biaya sosial marjinal
pada tingkat nol. Lebih dari beberapa biaya ekonomi
berkelanjutan harus dilepaskan karena kehabisan
biaya penangkapan (diharapkan beberapa)
penggunaan ilegal oleh manusia terlalu tinggi
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Mempertahankan Rente Ekonomi Sumberdaya Kelautan: Kasus Kawasan Perlindungan Laut

EKSPLORASI SDA.pdf
EKSPLORASI SDA.pdfEKSPLORASI SDA.pdf
EKSPLORASI SDA.pdf
Nurfadilah92926
 
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Mujiyanto -
 
Hak atas Tanah di Laut_Penyimpangan Yuridis_Suharyanto.pdf
Hak atas Tanah di Laut_Penyimpangan Yuridis_Suharyanto.pdfHak atas Tanah di Laut_Penyimpangan Yuridis_Suharyanto.pdf
Hak atas Tanah di Laut_Penyimpangan Yuridis_Suharyanto.pdf
EngelineElin
 
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Mujiyanto -
 
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdfPENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
MuhammadSumsanto1
 
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian hmp4 l2_revisi_oktober_2013
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian  hmp4 l2_revisi_oktober_20131. deskripsi materi mapel dasar program keahlian  hmp4 l2_revisi_oktober_2013
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian hmp4 l2_revisi_oktober_2013MULDAN MARTIN, A.Pi., M.Si
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
asyawalarkan
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
Muhammad Yahya
 
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDABIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
Repository Ipb
 
Bahagian b kuliah 6 - Penduduk dan Alam Sekitar
Bahagian b kuliah 6 - Penduduk dan Alam SekitarBahagian b kuliah 6 - Penduduk dan Alam Sekitar
Bahagian b kuliah 6 - Penduduk dan Alam Sekitar
Asmawi Abdullah
 
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
Repository Ipb
 
MODEL SURSHING: MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING ...
MODEL SURSHING: MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING ...MODEL SURSHING: MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING ...
MODEL SURSHING: MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING ...
Repository Ipb
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
asyawalarkan
 
Pikp modul06-ss perik tangkap
Pikp modul06-ss perik tangkapPikp modul06-ss perik tangkap
Pikp modul06-ss perik tangkap
Yosie Andre Victora
 
Kepentingan biodiversiti dan langkah
Kepentingan biodiversiti dan langkahKepentingan biodiversiti dan langkah
Kepentingan biodiversiti dan langkahFez Na
 
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanAlat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Jaya Nugraha
 
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Cahya Panduputra
 

Similar to Mempertahankan Rente Ekonomi Sumberdaya Kelautan: Kasus Kawasan Perlindungan Laut (20)

EKSPLORASI SDA.pdf
EKSPLORASI SDA.pdfEKSPLORASI SDA.pdf
EKSPLORASI SDA.pdf
 
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
 
Hak atas Tanah di Laut_Penyimpangan Yuridis_Suharyanto.pdf
Hak atas Tanah di Laut_Penyimpangan Yuridis_Suharyanto.pdfHak atas Tanah di Laut_Penyimpangan Yuridis_Suharyanto.pdf
Hak atas Tanah di Laut_Penyimpangan Yuridis_Suharyanto.pdf
 
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
 
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdfPENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
 
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian hmp4 l2_revisi_oktober_2013
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian  hmp4 l2_revisi_oktober_20131. deskripsi materi mapel dasar program keahlian  hmp4 l2_revisi_oktober_2013
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian hmp4 l2_revisi_oktober_2013
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDABIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
BIO-ECOLOGI KERANG LAMIS (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MARUNDA
 
Bahagian b kuliah 6 - Penduduk dan Alam Sekitar
Bahagian b kuliah 6 - Penduduk dan Alam SekitarBahagian b kuliah 6 - Penduduk dan Alam Sekitar
Bahagian b kuliah 6 - Penduduk dan Alam Sekitar
 
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGK...
 
MODEL SURSHING: MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING ...
MODEL SURSHING: MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING ...MODEL SURSHING: MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING ...
MODEL SURSHING: MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING ...
 
Lingkungan perikanan
Lingkungan perikananLingkungan perikanan
Lingkungan perikanan
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
Pikp modul06-ss perik tangkap
Pikp modul06-ss perik tangkapPikp modul06-ss perik tangkap
Pikp modul06-ss perik tangkap
 
Kepentingan biodiversiti dan langkah
Kepentingan biodiversiti dan langkahKepentingan biodiversiti dan langkah
Kepentingan biodiversiti dan langkah
 
Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)
 
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanAlat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
 
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
 

Recently uploaded

Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
d1051231041
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
ssuserb357a32
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
YUZANAPRATIWI
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
d1051231072
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
MUhammadIlham484521
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
miftahzannah
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
BrigittaBelva
 

Recently uploaded (7)

Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
 

Mempertahankan Rente Ekonomi Sumberdaya Kelautan: Kasus Kawasan Perlindungan Laut

  • 1. MEMPERTAHANKAN RENTE EKONOMI SUMBERDAYA KELAUTAN : KASUS KAWASAN PERLINDUNGAN LAUT OLEH : PAUL HALWOOD JURUSAN EKONOMI UNIVERSITAS CONNECTICUT ALIH BAHASA & PRESENTASE : ROBERT P. MARYUNUS / 136 9109 001
  • 2. ABSTRAK Makalah ini mengkaji keterkaitan antara kawasan perlindungan laut dengan biota yang menghuninya. Banyak ilmuwan kelautan meyakini bahwa saat ini telah cukup bukti bahwa kajian biologi kelautan secara ilmiah dalam penentuan tapak KPl. guna perlindungan lingkungan laut menciptakan nilai-nilai ekonomi yang saling berhubungan Dalam hal ini termasuk perlindungan genetik dan keanekaragaman hayati, peningkatan populasi dan struktur (misalnya umur, ukuran dan fekunditas), pengayaan ekosistem melalui promosi interaksi species dan perlindungan landas kontinen terhadap campur tangan manusia. Bahkan, beberapa ahli kelautan dan ekonom perikanan memandang KPL sebagai suatu ‘polis asuransi’ terhadap penangkapan berlebih dan penggunaan sumberdaya kelautan lainnya yang banyak berdampak buruk bagi dunia perikanan. Analisis ekonomi yang disajikan disini merujuk pada zonasi yang optimal, kebijakan dalam mempertahankan nilai ekonomi berkelanjutan dan pengawasan optimal dari suatu KPL itu sendiri. Kata Kunci : nilai guna ekonomi, kawasan perlindungan laut, sumberdaya kelautan, pengawasan optimal, keberlanjutan
  • 3.  Kegagalan pemerintah dalam penciptaan lembaga yg efisien guna mengelola SDI dan lingkungan laut terutama di bidang penangkapan ;  Kebijakan terbaik pengelolaan sulit ditentukan ;  Perancangan secara tepat arah biaya atau hak kepemilikan memungkinkan nelayan dan pengguna laut lainnya menikmati manfaat ekonomi berkelanjutan ;  KPL merupakan suatu realitas politik dan hukum. Telah didirikan sekitar 1.300 KPL diseluruh dunia (Boerma dan Parrish, 1999) 3 LATAR BELAKANG
  • 4. • KPL harus ditempatkan dilokasi yang berdampak maksimal bagi biota dan habitat laut – baik yang berada dalam batas atau disekitarnya (bahkan mungkin jauh) pada kawasan yang biasa disebut ‘limpahan biologis’ 4 KPL & PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN BIOLOGI
  • 5. Model Biologis : Allison, Lubchenco dan Carr (1988) 5 Elipsis : Populasi laut Garis panah tebal : Perekrutan antara populasi Garis Panah putus-putus : Tingkat perekrutan Lanjutan
  • 6.  Model A: Melindungi penambahan diri populasi tanpa limpahan biologis ke populasi lainnya . Contoh : avertebrata, ikan yang hidupnya menyendiri, tunikata dan sebagian besar rumput laut  Model B Limpahan biologis besar, perekrutan kuat, terpisah dekat populasi. Contoh : abalon dan beberapa ikan karang yg berenang pada perairan dangkal Lanjutan 6
  • 7.  Model C: Propagules jauh dari populasi ikan, limpahan biologis lemah, dependensi species yang tergantung arus kuat.  Model D Populasi yang terpisah, dihubungkan melalui larva yg dihasilkan. Contoh : ikan karang, bulu babi dan lobster. Pada model biologis B, C dan D baik primer maupun sekunder ditunjukkan dengan limpahan biologis. Perlindungan dari suatu sumber populasi menciptakan limpahan primer ke populasi sekunder, karena itu lebih baik Lanjutan 7
  • 8. Auster dan Shackell (2000) melakukan penelitian pada ikan boreal di barat laut Atlantik : “ batas sekumpulan ikan dapat berfungsi sebagai filter utama dalam pemilihan wilayah KPL” (Auster dan Shackell, 2000, halaman 423). Lokasi yang cocok bagi KPL : dipilih sejauh mungkin dari dasar perairan laut yang tercampur (pasir, batu, kerikil, sedimen kohesif) dengan tujuan memaksimalkan baik species dan interaksi-interaksi species – sehingga mempromosikan ekosistem yang lebih luas ketimbang satu atau beberapa species target. Ada satu kasus dalam penentuan KPL, ditetapkan berdasarkan daerah pemijahan dan tempat berkumpulnya juvenil. Penelitian terbaru oleh Bellwood dan Hughes (2001) pada terumbu karang menggambarkan adanya limpahan biologis yang keluar dari daerah pusat. Mereka menemukan, inter alia, bahwa yang terpenting dalam peramalan keragaman species ikan karang dan terumbu karang yang diriset oleh meraka adalah luasnya habitat terumbu karang dalam jarak 600 km dari lokasi – ruang biologis ditentukan oleh pergerakan ikan dan plankton. 8 Lanjutan
  • 9. Ukuran Layak dari suatu KPL 9 Ward, Heinemann dan Evans (2001) : 20 - 70 % daerah penangkapan ikan tergantung pada keadaan yang dibutuhkan bagi perlindungan ukuran yang berdampak pada biomassa ikan Kenchington (1990) : - Komunitas pd link. darat : 101– 104 m - Daerah pasut & komunitas bentik : 101 – 104 m - Species Planktonik : 104 – 106 m - Nektonik & Species bermigrasi : 104 – 107 m Boersma dan Parrish (1999) : Karang memiliki tingkat kemurnian, selama fase distribusi, arus samudera dapat membawa larva sejauh ratusan kilometer. Banyak ikan karang memiliki habitat yang lebih besar dibandingkan polip karang, tetapi lebih kecil dari jarak penyebaran mahkluk pelagis. Sebuah KPL perlu menargetkan setidaknya salah satu dari dua dimensi. Lanjutan
  • 10. 10 Dimana : V : Nilai Moneter ekonomi berkelanjutan x : Jarak dr pusat kawasan lindung h : Tingkat pra – definisi Tanda negatif turunan parsial fx dan fh menunjukkan fungsi jarak dari pusat KPL. Asumsi : - Limpahan biologis dari KPL menurun seiring jarak - fh < 0 berarti penangkapan ikan berlebih mengurangi nilai guna ekonomi berkelanjutan MODEL EKONOMI DASAR
  • 11. fh < 0 berarti bahwa kegiatan manusia berdampak buruk bagi nilai guna berkelanjutan dV / dh : biaya sosial marjinal diumpamakan dapat bervariasi seiring dengan variasi ruang kondisi kelautan. 11 ZONASI
  • 12. • Sb x : Jarak dari pusat zona tertutup • Sy : Nilai guna satuan luas persegi (mis m2 ) diukur dari dasar laut diukur dalam dollar • Fungsi x mengukur nilai ekonomi berkelanjutan per satuan luas yang secara mutlak bergantung dengan jarak dari pusat zona tertutup. Fungsi ini menurun secara konsisten dengan asumsi bahwa nilai limpahan menurun berdasarkan jarak. Pada persamaan (1) f(x) < 0 • Pada Gambar 2, jarak 0x1 menunjukkan zona tertutup. Hal itu diasumsikan, seiring dengan waktu, produktifitas biologis dari zona tertutup meningkat – yang berakhir pada tingkatan moneter maksimum, IMAX • Pada gambar 3 fungsi f(x) dianggap sebagai tepi luar sebuah “gelembung” nilai guna ekonomi berkelanjutan yang berada dalam ruang tiga dimensi dengan titik tertinggi yang berpusat pada titik asal 12 MODELISASI NILAI GUNA”GELEMBUNG”
  • 13. KEGIATAN PENGAWASAN • TC adalah total biaya pengawasan = biaya per kapal x jumlah kapal pengawas • Jumlah optimum dari kapal pengawasan (ukuran dari upaya pengawasan) adalah POL1, yang ditentukan dimana manfaat marjinal sama dengan biaya marjinal. Ciri-ciri penting lainnya dalam solusi ekuilibrium adalah a) jarak AB dihitung berdasarkan keuntungan bersih terhadap upaya pengawasan, dan b) VMAX – V1 menghitung nilai guna ekonomi berkelanjutan yang hilang sebagai dampak lanjut dari kegiatan-kegiatan ilegal. Dengan kata lain, penyediaan biaya pengawasan, tidak optimal untuk memaksimalkan nilai guna ekonomi sepanjang f (x). 13
  • 14. DAMPAK BEBERAPA KEGIATAN EKSOGEN : SOLUSI EKUILIBRIUM 14 • Rotasi keatas dari TB1 ke TB2 meningkatkan keuntungan bersih dari AB ke CD, menurunkan kehilangan nilai guna ekonomi yang hilang akibat aktifitas ilegal dari VMAX - V1 to VMAX – V2 dan penurunan biaya total pengawasan pada tingkat B ke tingkat D • Faktor-faktor penyebab rotasi TB ketas pada Gambar 5, menyiratkan meningkatnya penghematan biaya per kapal pengawasan, seperti yang dijelaskan sebagai berikut. Pertama, teknik pengawasan yang lebih baik atau sosialisasi aturan yang membuat pengawasan lebih mudah (misalnya keharusan bagi nelayan untuk secara terus-menerus melaporkan kedudukan mereka) akan meningkatkan produktifitas pengawasan.
  • 15. Lanjutan • Pertama, teknik pengawasan yang lebih baik atau sosialisasi aturan yang membuat pengawasan lebih mudah (misalnya keharusan bagi nelayan untuk secara terus-menerus melaporkan kedudukan mereka) akan meningkatkan produktifitas pengawasan Tercapainya ekuilibrium mengurangi pengawasan di POL2, tetapi lebih banyak nilai guna ekononomi terlindungi, V2 > V1, penghematan biaya per kapal pengawasan harus dapat ditingkatkan. Iut berarti setiap kapal pengawasan yang tersisa akan memotong lebih banyak biaya akibat ekstraksi ilegal • Kedua, hasil penghematan biaya per kapal pengawas dapat ditingkatkan melalui pendidikan yang lebih baik bagi nelayan dan manusia pengguna lainnya dari KPL tentang kerugian biologi dan ekonomi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan ilegal. • Ketiga, pemberlakuan hukum yang lebih ketat akan merotasi TB keatas pada Gambar 5. Jika hukum lebih ketat kegiatan ilegal berkurang, penghematan biaya per kapal pengawasan akan meningkat 15
  • 16. 16 KESIMPULAN • Pertimbangan utama dalam pembentukan suatu KPL adalah penggunaan model biologi yang benar – Sebaliknya mungkin tidak dapat digunakan untuk memaksimalkan hasil biologis dan ekonomi;. • Zona harus dirancang dan diawasi sehingga ada kesamaan diantara biaya sosial marjinal dari kegiatan manusia; • Kebijakan dari suatu KPL berdampak positif terhadap biaya marjinal, tetapi umumnya tidak optimal untuk menurunkan biaya sosial marjinal pada tingkat nol. Lebih dari beberapa biaya ekonomi berkelanjutan harus dilepaskan karena kehabisan biaya penangkapan (diharapkan beberapa) penggunaan ilegal oleh manusia terlalu tinggi