Kawasan perlindungan laut harus ditempatkan di lokasi yang berdampak maksimal bagi biota dan habitat laut, dengan mempertimbangkan model biologi yang tepat seperti limpahan biologis. Zonasi dalam kawasan perlindungan laut perlu dirancang untuk menyamakan biaya sosial marjinal dari kegiatan manusia. Kebijakan pengawasan yang efektif dapat meningkatkan nilai guna ekonomi berkelanjutan dengan mengurangi ke
Perencanaan tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka.
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Mujiyanto -
Kawasan konservasi laut merupakan areal laut yamg sangat luas yang dikelola dengan sistem zonasi, adapun zonasi tersebut antara lain zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari, zona pemanfaatan komersial terbatas, zona perlindungan ketat habitat dan zona pengembangan kepariwisataan. Tujuan dari makalah ini adalah mengidentifikasi status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi habitat terumbu karang yang merupakan bagian dari zona pemanfaatan zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari di Pulau Rakit dan Pulau Ganteng, Teluk Saleh Kabupaten Subawa Besar. Dengan menggunakan pendekatan survei sosial. Rensponden diambil dari secara purposive sampling dengan jumlah 10 % n+1 dari data total populasi. Alat analisis yang digunakan meliputi alat analisis keuntungan, perimbangan manfaat dan biaya (revenue cost ratio), dan produktifitas kerja. Nilai CPUE masing-masing alat tangkap dominan adalah pancing (650 kg/unit/trip), bubu (1,24 kg/unit/trip), jaring tarik (75 kg/unit/trip), bagan perahu (650 kg/unit/trip), dan rawai (10 kg/unit/trip). Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan di lokasi penelitian cukup menguntungkan, dimana alat tangkap rawai dasar memiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi. Sedangkan alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkap yang memiliki produktifitas kerja paling tinggi.
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Mujiyanto -
Perikanan dan usaha dalam bidang ekonomi telah dilaksanakan dan terintegrasi pada sumber daya pantai dan laut. Usaha-usaha seperti itu dapat berakibat pada kondisi kehidupan masyarakat pantai, keanekaragaman hayati, dan beberapa fungsi ekosistem di laut. Strategi konservasi terhadap sumber daya di dalam laut saat ini sedang dibutuhkan. Salah satu strategi yang ditawarkan adalah menetapkan Marine Coastal Protected Areas (MCPAs). MCPAs dapat dibentuk dengan mengikuti beberapa pertimbangan, sebagai contoh: persetujuan dari masyarakat dan para pemanfaat sumberdaya lain (stakeholders), yang secara langsung atau secara tidak langsung menggunakan wilayah pantai, kondisi dan kepekaan beberapa jenis terhadap adanya perubahan-perubahan lingkungan, dan yang paling penting adalah usaha untuk memonitor dan mengevaluasi perlindungan laut, melaksanakan program secara terus menerus. Strategi melalui manajemen MCPAs diharapkan bisa untuk menyelamatkan dan melindungi ketersediaan sumber daya pantai dan laut, khususnya pada sektor perikanan, dengan memerhatikan rendahnya ekonomi nelayan tradisional di Indonesia.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Floating net cages (KJA) is one means of marine aquaculture (mariculture) are placed in water will act as FADs or fish aggregating devices (FAD) as a gathering place for various types of fish. Similarly to the artificial reef will serve as the breeding (nursery grounds) for various types of fish.
In general, the target fish belonging -Fish economically important fishes associated with artificial reefs and floating net which interact in the mornings and afternoons differ in amount and kind, this is because of differences in the nature and behavior based on the type of fish species. The target fish population changes from day to night fish in diurnal seen mostly during the day will take refuge in the reef and replaced by a nocturnal species that are not visible during the day. The fish-eating plankton are usually widely spread around the reefs during the day and hide or take refuge in the crevices of the reef at night, it is a cause of differences in the amount of the target fish species associated with artificial reefs and floating net. Thus the association structure of the target fish around the artificial reefs and floating net can be concluded that as a shelter and as a visitor species.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Floating net cages (KJA) is one means of marine aquaculture (mariculture) are placed in water will act as FADs or fish aggregating devices (FAD) as a gathering place for various types of fish. Similarly to the artificial reef will serve as the breeding (nursery grounds) for various types of fish.
In general, the target fish belonging -Fish economically important fishes associated with artificial reefs and floating net which interact in the mornings and afternoons differ in amount and kind, this is because of differences in the nature and behavior based on the type of fish species. The target fish population changes from day to night fish in diurnal seen mostly during the day will take refuge in the reef and replaced by a nocturnal species that are not visible during the day. The fish-eating plankton are usually widely spread around the reefs during the day and hide or take refuge in the crevices of the reef at night, it is a cause of differences in the amount of the target fish species associated with artificial reefs and floating net. Thus the association structure of the target fish around the artificial reefs and floating net can be concluded that as a shelter and as a visitor species.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Perencanaan tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka.
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Mujiyanto -
Kawasan konservasi laut merupakan areal laut yamg sangat luas yang dikelola dengan sistem zonasi, adapun zonasi tersebut antara lain zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari, zona pemanfaatan komersial terbatas, zona perlindungan ketat habitat dan zona pengembangan kepariwisataan. Tujuan dari makalah ini adalah mengidentifikasi status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi habitat terumbu karang yang merupakan bagian dari zona pemanfaatan zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari di Pulau Rakit dan Pulau Ganteng, Teluk Saleh Kabupaten Subawa Besar. Dengan menggunakan pendekatan survei sosial. Rensponden diambil dari secara purposive sampling dengan jumlah 10 % n+1 dari data total populasi. Alat analisis yang digunakan meliputi alat analisis keuntungan, perimbangan manfaat dan biaya (revenue cost ratio), dan produktifitas kerja. Nilai CPUE masing-masing alat tangkap dominan adalah pancing (650 kg/unit/trip), bubu (1,24 kg/unit/trip), jaring tarik (75 kg/unit/trip), bagan perahu (650 kg/unit/trip), dan rawai (10 kg/unit/trip). Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan di lokasi penelitian cukup menguntungkan, dimana alat tangkap rawai dasar memiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi. Sedangkan alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkap yang memiliki produktifitas kerja paling tinggi.
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Mujiyanto -
Perikanan dan usaha dalam bidang ekonomi telah dilaksanakan dan terintegrasi pada sumber daya pantai dan laut. Usaha-usaha seperti itu dapat berakibat pada kondisi kehidupan masyarakat pantai, keanekaragaman hayati, dan beberapa fungsi ekosistem di laut. Strategi konservasi terhadap sumber daya di dalam laut saat ini sedang dibutuhkan. Salah satu strategi yang ditawarkan adalah menetapkan Marine Coastal Protected Areas (MCPAs). MCPAs dapat dibentuk dengan mengikuti beberapa pertimbangan, sebagai contoh: persetujuan dari masyarakat dan para pemanfaat sumberdaya lain (stakeholders), yang secara langsung atau secara tidak langsung menggunakan wilayah pantai, kondisi dan kepekaan beberapa jenis terhadap adanya perubahan-perubahan lingkungan, dan yang paling penting adalah usaha untuk memonitor dan mengevaluasi perlindungan laut, melaksanakan program secara terus menerus. Strategi melalui manajemen MCPAs diharapkan bisa untuk menyelamatkan dan melindungi ketersediaan sumber daya pantai dan laut, khususnya pada sektor perikanan, dengan memerhatikan rendahnya ekonomi nelayan tradisional di Indonesia.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Floating net cages (KJA) is one means of marine aquaculture (mariculture) are placed in water will act as FADs or fish aggregating devices (FAD) as a gathering place for various types of fish. Similarly to the artificial reef will serve as the breeding (nursery grounds) for various types of fish.
In general, the target fish belonging -Fish economically important fishes associated with artificial reefs and floating net which interact in the mornings and afternoons differ in amount and kind, this is because of differences in the nature and behavior based on the type of fish species. The target fish population changes from day to night fish in diurnal seen mostly during the day will take refuge in the reef and replaced by a nocturnal species that are not visible during the day. The fish-eating plankton are usually widely spread around the reefs during the day and hide or take refuge in the crevices of the reef at night, it is a cause of differences in the amount of the target fish species associated with artificial reefs and floating net. Thus the association structure of the target fish around the artificial reefs and floating net can be concluded that as a shelter and as a visitor species.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Floating net cages (KJA) is one means of marine aquaculture (mariculture) are placed in water will act as FADs or fish aggregating devices (FAD) as a gathering place for various types of fish. Similarly to the artificial reef will serve as the breeding (nursery grounds) for various types of fish.
In general, the target fish belonging -Fish economically important fishes associated with artificial reefs and floating net which interact in the mornings and afternoons differ in amount and kind, this is because of differences in the nature and behavior based on the type of fish species. The target fish population changes from day to night fish in diurnal seen mostly during the day will take refuge in the reef and replaced by a nocturnal species that are not visible during the day. The fish-eating plankton are usually widely spread around the reefs during the day and hide or take refuge in the crevices of the reef at night, it is a cause of differences in the amount of the target fish species associated with artificial reefs and floating net. Thus the association structure of the target fish around the artificial reefs and floating net can be concluded that as a shelter and as a visitor species.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Mempertahankan Rente Ekonomi Sumberdaya Kelautan: Kasus Kawasan Perlindungan Laut
1. MEMPERTAHANKAN RENTE EKONOMI
SUMBERDAYA KELAUTAN :
KASUS KAWASAN PERLINDUNGAN LAUT
OLEH :
PAUL HALWOOD
JURUSAN EKONOMI UNIVERSITAS CONNECTICUT
ALIH BAHASA & PRESENTASE :
ROBERT P. MARYUNUS / 136 9109 001
2. ABSTRAK
Makalah ini mengkaji keterkaitan antara kawasan perlindungan laut
dengan biota yang menghuninya. Banyak ilmuwan kelautan
meyakini bahwa saat ini telah cukup bukti bahwa kajian biologi
kelautan secara ilmiah dalam penentuan tapak KPl. guna
perlindungan lingkungan laut menciptakan nilai-nilai ekonomi yang
saling berhubungan Dalam hal ini termasuk perlindungan genetik
dan keanekaragaman hayati, peningkatan populasi dan struktur
(misalnya umur, ukuran dan fekunditas), pengayaan ekosistem
melalui promosi interaksi species dan perlindungan landas
kontinen terhadap campur tangan manusia. Bahkan, beberapa ahli
kelautan dan ekonom perikanan memandang KPL sebagai suatu
‘polis asuransi’ terhadap penangkapan berlebih dan penggunaan
sumberdaya kelautan lainnya yang banyak berdampak buruk bagi
dunia perikanan. Analisis ekonomi yang disajikan disini merujuk
pada zonasi yang optimal, kebijakan dalam mempertahankan nilai
ekonomi berkelanjutan dan pengawasan optimal dari suatu KPL itu
sendiri.
Kata Kunci : nilai guna ekonomi, kawasan perlindungan laut,
sumberdaya kelautan, pengawasan optimal, keberlanjutan
3. Kegagalan pemerintah dalam penciptaan lembaga yg efisien
guna mengelola SDI dan lingkungan laut terutama di bidang
penangkapan ;
Kebijakan terbaik pengelolaan sulit ditentukan ;
Perancangan secara tepat arah biaya atau hak kepemilikan
memungkinkan nelayan dan pengguna laut lainnya menikmati
manfaat ekonomi berkelanjutan ;
KPL merupakan suatu realitas politik dan hukum. Telah didirikan
sekitar 1.300 KPL diseluruh dunia (Boerma dan Parrish, 1999)
3
LATAR BELAKANG
4. • KPL harus ditempatkan
dilokasi yang
berdampak maksimal
bagi biota dan habitat
laut – baik yang berada
dalam batas atau
disekitarnya (bahkan
mungkin jauh) pada
kawasan yang biasa
disebut ‘limpahan
biologis’
4
KPL & PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN BIOLOGI
5. Model Biologis : Allison, Lubchenco dan Carr (1988)
5
Elipsis : Populasi laut
Garis panah tebal : Perekrutan antara populasi
Garis Panah putus-putus : Tingkat perekrutan
Lanjutan
6. Model A:
Melindungi penambahan diri
populasi tanpa limpahan biologis
ke populasi lainnya .
Contoh : avertebrata, ikan yang
hidupnya menyendiri, tunikata dan
sebagian besar rumput laut
Model B
Limpahan biologis besar, perekrutan
kuat, terpisah dekat populasi. Contoh :
abalon dan beberapa ikan karang yg
berenang pada perairan dangkal
Lanjutan
6
7. Model C:
Propagules jauh dari populasi ikan,
limpahan biologis lemah, dependensi
species yang tergantung arus kuat.
Model D
Populasi yang terpisah,
dihubungkan melalui larva yg dihasilkan.
Contoh : ikan karang, bulu babi dan
lobster.
Pada model biologis B, C dan D baik
primer maupun sekunder ditunjukkan
dengan limpahan biologis. Perlindungan
dari suatu sumber populasi menciptakan
limpahan primer ke populasi sekunder,
karena itu lebih baik
Lanjutan
7
8. Auster dan Shackell (2000) melakukan penelitian pada ikan
boreal di barat laut Atlantik :
“ batas sekumpulan ikan dapat berfungsi sebagai filter
utama dalam pemilihan wilayah KPL” (Auster dan Shackell,
2000, halaman 423).
Lokasi yang cocok bagi KPL : dipilih sejauh mungkin dari
dasar perairan laut yang tercampur (pasir, batu, kerikil,
sedimen kohesif) dengan tujuan memaksimalkan baik
species dan interaksi-interaksi species – sehingga
mempromosikan ekosistem yang lebih luas ketimbang
satu atau beberapa species target.
Ada satu kasus dalam penentuan KPL, ditetapkan
berdasarkan daerah pemijahan dan tempat berkumpulnya
juvenil.
Penelitian terbaru oleh Bellwood dan Hughes (2001) pada
terumbu karang menggambarkan adanya limpahan
biologis yang keluar dari daerah pusat. Mereka
menemukan, inter alia, bahwa yang terpenting dalam
peramalan keragaman species ikan karang dan terumbu
karang yang diriset oleh meraka adalah luasnya habitat
terumbu karang dalam jarak 600 km dari lokasi – ruang
biologis ditentukan oleh pergerakan ikan dan plankton.
8
Lanjutan
9. Ukuran Layak dari suatu KPL
9
Ward, Heinemann dan Evans (2001) :
20 - 70 % daerah penangkapan ikan
tergantung pada keadaan yang dibutuhkan
bagi perlindungan ukuran yang berdampak
pada biomassa ikan
Kenchington (1990) :
- Komunitas pd link. darat : 101– 104 m
- Daerah pasut & komunitas bentik : 101 – 104 m
- Species Planktonik : 104 – 106 m
- Nektonik & Species bermigrasi : 104 – 107 m
Boersma dan Parrish (1999) :
Karang memiliki tingkat kemurnian, selama fase
distribusi, arus samudera dapat membawa larva
sejauh ratusan kilometer. Banyak ikan karang memiliki
habitat yang lebih besar dibandingkan polip karang,
tetapi lebih kecil dari jarak penyebaran mahkluk
pelagis. Sebuah KPL perlu menargetkan setidaknya
salah satu dari dua dimensi.
Lanjutan
10. 10
Dimana :
V : Nilai Moneter ekonomi berkelanjutan
x : Jarak dr pusat kawasan lindung
h : Tingkat pra – definisi
Tanda negatif turunan parsial fx dan fh menunjukkan fungsi jarak
dari pusat KPL.
Asumsi :
- Limpahan biologis dari KPL menurun seiring jarak
- fh < 0 berarti penangkapan ikan berlebih mengurangi nilai guna
ekonomi berkelanjutan
MODEL EKONOMI DASAR
11. fh < 0 berarti bahwa kegiatan manusia
berdampak buruk bagi nilai guna berkelanjutan
dV / dh :
biaya sosial marjinal diumpamakan dapat
bervariasi seiring dengan variasi ruang kondisi
kelautan.
11
ZONASI
12. • Sb x : Jarak dari pusat zona tertutup
• Sy : Nilai guna satuan luas persegi (mis m2 ) diukur dari dasar laut diukur
dalam dollar
• Fungsi x mengukur nilai ekonomi berkelanjutan per satuan luas yang secara
mutlak bergantung dengan jarak dari pusat zona tertutup. Fungsi ini menurun
secara konsisten dengan asumsi bahwa nilai limpahan menurun berdasarkan
jarak. Pada persamaan (1) f(x) < 0
• Pada Gambar 2, jarak 0x1 menunjukkan zona tertutup. Hal itu diasumsikan,
seiring dengan waktu, produktifitas biologis dari zona tertutup meningkat –
yang berakhir pada tingkatan moneter maksimum, IMAX
• Pada gambar 3 fungsi f(x) dianggap sebagai tepi luar sebuah “gelembung” nilai
guna ekonomi berkelanjutan yang berada dalam ruang tiga dimensi dengan
titik tertinggi yang berpusat pada titik asal 12
MODELISASI NILAI GUNA”GELEMBUNG”
13. KEGIATAN PENGAWASAN
• TC adalah total biaya pengawasan
= biaya per kapal x jumlah kapal pengawas
• Jumlah optimum dari kapal pengawasan
(ukuran dari upaya pengawasan) adalah POL1,
yang ditentukan dimana manfaat marjinal sama
dengan biaya marjinal. Ciri-ciri penting lainnya
dalam solusi ekuilibrium adalah a) jarak AB
dihitung berdasarkan keuntungan bersih
terhadap upaya pengawasan, dan b) VMAX – V1
menghitung nilai guna ekonomi berkelanjutan
yang hilang sebagai dampak lanjut dari
kegiatan-kegiatan ilegal. Dengan kata lain,
penyediaan biaya pengawasan, tidak optimal
untuk memaksimalkan nilai guna ekonomi
sepanjang f (x).
13
14. DAMPAK BEBERAPA KEGIATAN EKSOGEN :
SOLUSI EKUILIBRIUM
14
• Rotasi keatas dari TB1 ke TB2 meningkatkan
keuntungan bersih dari AB ke CD, menurunkan
kehilangan nilai guna ekonomi yang hilang
akibat aktifitas ilegal dari VMAX - V1 to VMAX – V2
dan penurunan biaya total pengawasan pada
tingkat B ke tingkat D
• Faktor-faktor penyebab rotasi TB ketas pada
Gambar 5, menyiratkan meningkatnya
penghematan biaya per kapal pengawasan,
seperti yang dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, teknik pengawasan yang lebih baik
atau sosialisasi aturan yang membuat
pengawasan lebih mudah (misalnya keharusan
bagi nelayan untuk secara terus-menerus
melaporkan kedudukan mereka) akan
meningkatkan produktifitas pengawasan.
15. Lanjutan
• Pertama, teknik pengawasan yang lebih baik
atau sosialisasi aturan yang membuat
pengawasan lebih mudah (misalnya keharusan
bagi nelayan untuk secara terus-menerus
melaporkan kedudukan mereka) akan
meningkatkan produktifitas pengawasan
Tercapainya ekuilibrium mengurangi
pengawasan di POL2, tetapi lebih banyak nilai
guna ekononomi terlindungi, V2 > V1,
penghematan biaya per kapal pengawasan
harus dapat ditingkatkan. Iut berarti setiap
kapal pengawasan yang tersisa akan
memotong lebih banyak biaya akibat ekstraksi
ilegal
• Kedua, hasil penghematan biaya per kapal
pengawas dapat ditingkatkan melalui
pendidikan yang lebih baik bagi nelayan dan
manusia pengguna lainnya dari KPL tentang
kerugian biologi dan ekonomi sebagai akibat
dari kegiatan-kegiatan ilegal.
• Ketiga, pemberlakuan hukum yang lebih ketat
akan merotasi TB keatas pada Gambar 5. Jika
hukum lebih ketat kegiatan ilegal berkurang,
penghematan biaya per kapal pengawasan
akan meningkat
15
16. 16
KESIMPULAN
• Pertimbangan utama dalam pembentukan suatu
KPL adalah penggunaan model biologi yang benar –
Sebaliknya mungkin tidak dapat digunakan untuk
memaksimalkan hasil biologis dan ekonomi;.
• Zona harus dirancang dan diawasi sehingga ada
kesamaan diantara biaya sosial marjinal dari
kegiatan manusia;
• Kebijakan dari suatu KPL berdampak positif
terhadap biaya marjinal, tetapi umumnya tidak
optimal untuk menurunkan biaya sosial marjinal
pada tingkat nol. Lebih dari beberapa biaya ekonomi
berkelanjutan harus dilepaskan karena kehabisan
biaya penangkapan (diharapkan beberapa)
penggunaan ilegal oleh manusia terlalu tinggi