Dokumen tersebut membahas tentang Wawasan Wiyata Mandala yang merupakan sikap menghargai dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekolah sebagai tempat belajar. Dokumen ini juga menjelaskan fungsi sekolah sebagai tempat pembelajaran, pembentukan karakter, dan hubungan antarmanusia, serta prinsip-prinsip sekolah sebagai lembaga pendidikan dan masyarakat belajar.
Pendekatan saintifik digunakan dalam langkah-langkah pembelajaran pada RPP. Disarankan memilih model pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi ajar, di dalamnya menyiratkan pendekatan saintifik...
Memuat materi menulis fiksi tentang latar/setting, riset, sinopsis/outline disampaikan dalam #SelasaBerbagi Komunitas Lagerunal edisi tanggal 2 Februari 2021
Blended Learning bukan sekedar mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dan online. Tapi lebih jauh meramu strategi pembelajaran terbaik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pendekatan saintifik digunakan dalam langkah-langkah pembelajaran pada RPP. Disarankan memilih model pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi ajar, di dalamnya menyiratkan pendekatan saintifik...
Memuat materi menulis fiksi tentang latar/setting, riset, sinopsis/outline disampaikan dalam #SelasaBerbagi Komunitas Lagerunal edisi tanggal 2 Februari 2021
Blended Learning bukan sekedar mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dan online. Tapi lebih jauh meramu strategi pembelajaran terbaik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. MATERI WAWASAN WIYATA MANDALA
A. ARTI DAN MAKNA WAWASAN WIYATA MANDALA
Wawasan : Suatu pandangan atau sikap yang mendalam terhadap suatu hakikat.
Wiyata : Pendidikan
Mandala : Tempat atau lingkungan
Wiyata mandala adalah sikap menghargai dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekolah sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan. Unsur -unsur wiyata
mandala:
1. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
2. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas
penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan sekolah.
3. Antara guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama
erat untuk mengemban tugas pendidikan (hubungan yang serasi)
4. Warga sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus menjunjung tinggi
martabat dan citra guru
5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya dan mendukung
antarwarga.
B. SEKOLAH DAN FUNGSINYA
Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan PBM, menanamkan dan
mengembangkan berbagai nilai, ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat berlangsungnya PBM untuk
membina dan mengembangkan:
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pandangan hidup/kepribadian
3. Hubungan antara manusia dengan lingkungan atau manusia dengan
Tuhannya.
4. Kemampuan berkarya.
C. FUNGSI SEKOLAH
Fungsi sekolah adalah sebagai tempat masyarakat belajar karena memiliki
aturan/tata tertib kehidupan yang mengatur hubungan antara guru, pengelola
2. pendidikan siswa dalam PBM untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dlam suasana yang dinamis.
D. CIRI-CIRI SEKOLAH SEBAGAI MASYARAKAT BELAJAR
Ciri-ciri sekolah sebagai masyarakat belajar adalah:
1. Ada guru dan siswa, timbulnya PBM yang tertib.
2. Tercapainya masyarakat yang sadar, mau belajar dan bekerja keras.
3. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya.
E. PRINSIP SEKOLAH
Sekolah sebagai Wiyata Mandala selain harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya,
juga harus mencegah masuknya faham sikap dan perbuatan yang secara sadar
ataupun tidak dapat menimbulkan pertentangan antara sesama karena perbedaan
suku, agama, asal/usul/keturunan, tingkat sosial ekonomi serta perbedaan paham
politik.
Sekolah tidak boleh hidup menyendiri melepaskan diri dari tantangan sosial budaya
dalam masyarakat tempat sekolah itu berada. Sekolah juga menjadi suri teladan bagi
kehidupan masyarakat sekitarnya, serta mampu mencegah masuknya sikap dan
perbuatan yang akan menimbulkan pertentangan. Untuk itu sekolah memiliki
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Sekolah sebagai wadah/lembaga yang memberikan bekal hidup.
- Dalam hal ini sekolah seharusnya bukan hanya sekedar lembaga yang
mencetak para intelektual muda namun lebih dari itu sekolah harus
menjadi rumah kedua yang memberikan pelayanan dan pengalaman
tentang hidup, mulai dari berorganisasi, bermasyarakat (bersosialisasi),
pendidikan lingkungan hidup (PLH) atau bahkan pengalaman hidup yang
sesungguhnya.
2. Sekolah sebagai institusi tempat peserta didik belajar dibawah bimbingan
pendidik.
- Bimbingan lebih dari sekedar pengajaran. Dalam bimbingan peran
pendidik berubah dari seorang pendidik menjadi seorang orangtua
bahkan menjadi seorang kakak.
3. 3. Sekolah sebagai lembaga dengan pelayanan yang adil/merata bagi
stakeholdernya.
- Hal tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan mendapatkan transfer
of knowledge, maupun transfer of experience, dengan tanpa membedakan
baik dari segi kemampuan ekonomi, kemampuan intelegensia, dan juga
kemampuan fisik (gagasan sekolah inklusi).
4. Sekolah sebagai lembaga pengembangan bakat dan minat siswa.
- Prinsip ini sejalan dengan teori multiple intelligence (Howard Gardner)
yang memandang bahwa kecerdasan intelektual bukanlah satu-satunya
yang perlu diperhatikan oleh lembaga pendidikan, terutama sekolah.
Kemampuan bersosialisasi, kemampuan kinestik, kemampuan seni dan
kemampuan kemampuan lainnya juga perlu diperhatikan secara
seimbang.
5. Sekolah sebagai lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi.
- Peningkatan kemampuan intelektual, emosional maupun kemampuan-kemampuan
lainnya mendapat perhatian yang seimbang.
6. Sekolah harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan
kemampuan emosional dan sosial, kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi, kemampuan bekerjasama dalam kelompok, dan lain-lain.
7. Sekolah sebagai wahana pengembangan sikap dan watak.
- Sikap sederhana, jujur, terbuka, penuh toleransi, rela berkomunikasi dan
berinteraksi, ramah tamah dan bersahabat, cinta negara, cinta lingkungan,
siap bantu membantu khususnya kepada yang kurang beruntung
merupakan sikap dan watak yang perlu dibentuk di dalam lingkungan
sekolah.
8. Sekolah sebagai wahana pendewasaan diri:
- Di dalam dunia yang berubah begitu cepat, salah satu kompetensi dasar
yang harus dimiliki tiap peserta didik adalah kompetensi dasar: belajar
secara mandiri.
- Dengan proses pendewasaan yang diberikan di sekolah, pendidik tidak
lagi perlu menjejali pemikiran peserta didik dengan perintah. Lebih dari
itu peserta didik akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar ketika
ia mencari dan mendapatkan apa yang ia butuhkan untuk hidupnya.
4. 9. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar (learning society).
- Sekolah bukan hanya sebagai tempat pembelajaran bagi peserta didik,
namun juga seharusnya sekolah mampu menjadi pusat pembelajaran bagi
masyarakat di lingkungan sekitar.
F. PENGGUNAAN SEKOLAH
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang diperuntukan sebagai tempat proses
kegiatan belajar mengajar, tidak diperbolehkan dijadikan sebagai tempat :
1. Ajang promosi /penjualan produk-produk perniagaan yang tidak
berhubungan dengan pendidikan.
2. Sekolah merupakan lingkungan bebas rokok bagi semua pihak.
3. Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu yang
bertentangan dengan undang-undang.
4. Propaganda politik/kampanye.
5. Shooting film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
6. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan, perpecahan, dan
perselisihan, sehingga menjadikan suasana sekolah tidak kondusif.
G. PENATAAN WIYATA MANDALA DALAM UPAYA KETAHANAN SEKOLAH
1. Ketahanan sekolah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang bersifat
preventif. Upaya represif dilakukan apabila upaya-upaya lain sekolah tidak
memungkinkan.
2. Untuk menjadikan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya, perlu dilakukan
penataan Wiyata Mandala di sekolah melalui langkah-langkah :
a. Meningkatkan koordinasi dan konsolidasai sesama warga sekolah untuk
dapat mencegah sedini mungkin adanya kegiatan dan tindakan yang dapat
mengganggu proses belajar mengajar.
b. Melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.
c. Melakukan koordinasi dengan Komite sekolah dan pihak keamanan
setempat untuk terselenggaranya ketahanan sekolah.
d. Mengadakan penyuluhan bagi orangtua dan siswa yang bermasalah
e. Mengadakan penyuluhan dan pembinanan kesadaran hukum bagi siswa.
5. f. Pembinaan dan pengembangan keimanan, ketaqwaan, etika bermoral
Pancasila, kepribadian sopan santun dan berdisiplin.
g. Pengembangan logika para siswa, rajin belajar, gairah menulis, gemar
membaca/ informasi/penemuan para ahli.
h. Mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan
pengembangan diri.
i. Mengadakan karya wisata dalam rangka pengembangan iptek.
G. TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB KEPALA SEKOLAH DALAM HAL
PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
Kepala Sekolah sebagai pimpinan utama, bertugas dan bertanggung jawab
memimpin penyelenggaraan belajar mengajar serta membina pendidik dan tenaga
kependidikan serta membina hubungan kerja sama dan peran serta masyarakat.
Kepala Sekolah dalam melaksanakan penataan Wiyata Mandala di sekolah, dengan
melakukan kegiatan-kegiatan :
1. Melaksanakan program-program yang telah disusun bersama Komite Sekolah.
2. Menyelenggarakan musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik, OSIS,
Komite Sekolah, tokoh masyarakat serta pihak keamanan setempat.
3. Menertibkan lingkungan sekolah baik yang berbentuk perangkat keras
(sarana prasarana) dan perangkat lunak (peraturan-peraturan, tata tertib,
tata upacara dan lain lain).
4. Mengadakan pertemuan baik rutin maupun insidentil yang bersifat intern
sekolah (kepala sekolah, pendidik, orangtua siswa, siswa).
5. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat menunjang ketahanan sekolah seperti
PKS, Pramuka, PMR, Paskibraka, kesenian dan sebagainya.
H. MEKANISME DALAM PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
Dalam rangka pelaksanaan Wiyata Mandala perlu upaya penang-gulangan secara dini
setiap permasalahan yang timbul sehingga dapat menghilangkan dampak negatifnya,
yaitu dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berlanjut sebagai berikut :
6. 1. Tahap Preventif
Upaya untuk meniadakan peluang-peluang yang dapat memungkinkan terjadinya
kasus-kasus negatif di sekolah, melalui antara lain :
a. Memelihara sekolah, dan lingkungan sekolah serta menciptakan
kebersihan dan ketertiban agar siswa merasa nyaman dan menyenangkan
dan tidak ada tempat tertentu yang dijadikan siswa untuk hal-hal negatif.
b. Menciptakan suasana yang harmonis antara pihak pendidik/staf dan siswa
serta penduduk di sekitar sekolah.
c. Membentuk jaring-jaring pengawasan/kontrol dan razia terhadap kegiatan
siswa di lingkungan sekolah.
d. Menghilangkan bentuk-bentuk perpeloncoan pada saat MOS.
e. Meminimalisir keterlibatan kelompok maupun perorangan dalam kegiatan
sekolah.
f. Mengisi jam-jam kosong dengan pelajaran atau kegiatan ekstra lainnya.
g. Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler pada masa awal/akhir semester
dan masa liburan sekolah.
h. Peningkatan keamanan dan ketertiban khususnya pada saat berangkat/
usai sekolah.
2. Tahap Represif
Upaya untuk menindak siswa yang telah melanggar peraturan-peraturan dan tata
tertib sekolah.
Upaya Represif seperti :
a. Mendamaikan para pihak yang terlibat perselisihan berikut
orangtua/pendidik pembinanya.
b. Membatasi areal tempat terjadinya aksi.
c. Menetralisir isu-isu yang berkembang dan mencegah timbulnya isu-isu
baru.
d. Berkoordinasi dengan pihak keamanan apabila terdapat pihak luar sekolah
yang melanggar keamanan, ketertiban dan perbuatan kriminalitas di
lingkungan sekolah.
e. Mengungkap lebih lanjut keterlibatan pihak luar sekolah atas kasus yang
timbul dan menyelesaikan secara hukum.
7. f. Mengikutsertakan para ahli untuk mengadakan bimbingan dan
penyuluhan.
g. Memberikan sanksi sesuai tata tertib yang berlaku.