Wawasan Wiyata Mandala merupakan sikap menghargai dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekolah sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan. Unsur-unsur Wiyata Mandala antara lain sekolah sebagai lingkungan pendidikan, kepala sekolah yang bertanggung jawab atas pendidikan, kerjasama antara guru dan orang tua, serta masyarakat yang menjunjung tinggi guru dan sekolah.
REFLEKSI MOTIVASI KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN - Dr. (C). ARIEF Y RUKMANA, S.T...Arief Rukmana
Materi "Refleksi Motivasi Kinerja Tenaga Kependidikan" yang ditulis oleh Dr. (C) Arief Yanto Rukmana, S.T., M.M. membahas tentang pentingnya motivasi dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan di lembaga pendidikan, mengembangkan konsep sekolah menyenangkan, membangun karakter peserta didik yang ber-akhlak, berlandaskan nilai nilai islam yang unggul.
Penulis menjelaskan bahwa motivasi adalah faktor penting dalam kinerja tenaga kependidikan, karena tanpa motivasi yang cukup, kinerja mereka cenderung menurun. Oleh karena itu, diperlukan refleksi diri untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memotivasi atau mempengaruhi kinerja tenaga kependidikan.
Penulis juga membahas tentang jenis-jenis motivasi, seperti motivasi intrinsik dan ekstrinsik, serta bagaimana cara meningkatkan motivasi tenaga kependidikan, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, dan membangun karakter peserta didik yang baik dan kuat dengan mengacu pada konsep konsep sekolah islam terpadu. Beberapa strategi yang disarankan antara lain memberikan penghargaan, pelatihan dan pengembangan karir, memberikan tanggung jawab yang lebih besar, serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
Kesimpulannya, penulis menekankan bahwa motivasi merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan refleksi diri dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memotivasi mereka. Dalam meningkatkan motivasi tenaga kependidikan, perlu dilakukan strategi-strategi yang dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan mereka di tempat kerja.
Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...Paulus Robert Tuerah
Sekolah sebagai lingkungan belajar formal memiliki tanggung jawab dalam pembentuk civic disposition siswa ditengah kemajuan iptek yang begitu pesat. Penenlitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang optimalisasi manajemen sekolah sebagai lingkungan belajar dalam pembentukan civic disposition di SMA Katolik Karitas Tomohon. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Sumber data adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, siswa dan orang tua. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengoptimalisasian manajemen sekolah sebagai lingkungan belajar dalam bembentukan civic dispositon di sekolah terlaksana melalui kegiatan di dalam kelas dan luar kelas yaitu dalam pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai Pancasila dan pembiasaan penanaman nilai-nilai karakter nasionalisme dan religius pada kegiatan ibadah pagi, upacara bendera, serta ekstrakurikuler. Selanjutnya faktor pendukung dalam pengoptimalisasian tersebut adalah sistem sekolah, fasilitias sekolah, koordinasi serta kerjasama yang baik antar guru mata pelajaran dan pembimbing, serta adanya RPP. Namun dalam pelaksanaanya ditemukan faktor penghambat yaitu rendahnya motivasi belajar dan keterlibatan siswa dalam kegiatan di luar kelas, dan kurangnya pengalaman atau contoh nyata dalam lingkungan keseharian yang dimanfaatkan guru sebagai media pembelajaran dalam proses pemahaman siswa terhadap materi. Optimalisasi manajemen sekolah sebagai lingkungan belajar dalam pembentukan civic disposition di SMA Katolik Karitas Tomohon belum berjalan secara maksimal.
REFLEKSI MOTIVASI KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN - Dr. (C). ARIEF Y RUKMANA, S.T...Arief Rukmana
Materi "Refleksi Motivasi Kinerja Tenaga Kependidikan" yang ditulis oleh Dr. (C) Arief Yanto Rukmana, S.T., M.M. membahas tentang pentingnya motivasi dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan di lembaga pendidikan, mengembangkan konsep sekolah menyenangkan, membangun karakter peserta didik yang ber-akhlak, berlandaskan nilai nilai islam yang unggul.
Penulis menjelaskan bahwa motivasi adalah faktor penting dalam kinerja tenaga kependidikan, karena tanpa motivasi yang cukup, kinerja mereka cenderung menurun. Oleh karena itu, diperlukan refleksi diri untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memotivasi atau mempengaruhi kinerja tenaga kependidikan.
Penulis juga membahas tentang jenis-jenis motivasi, seperti motivasi intrinsik dan ekstrinsik, serta bagaimana cara meningkatkan motivasi tenaga kependidikan, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, dan membangun karakter peserta didik yang baik dan kuat dengan mengacu pada konsep konsep sekolah islam terpadu. Beberapa strategi yang disarankan antara lain memberikan penghargaan, pelatihan dan pengembangan karir, memberikan tanggung jawab yang lebih besar, serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
Kesimpulannya, penulis menekankan bahwa motivasi merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan refleksi diri dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memotivasi mereka. Dalam meningkatkan motivasi tenaga kependidikan, perlu dilakukan strategi-strategi yang dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan mereka di tempat kerja.
Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...Paulus Robert Tuerah
Sekolah sebagai lingkungan belajar formal memiliki tanggung jawab dalam pembentuk civic disposition siswa ditengah kemajuan iptek yang begitu pesat. Penenlitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang optimalisasi manajemen sekolah sebagai lingkungan belajar dalam pembentukan civic disposition di SMA Katolik Karitas Tomohon. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Sumber data adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, siswa dan orang tua. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengoptimalisasian manajemen sekolah sebagai lingkungan belajar dalam bembentukan civic dispositon di sekolah terlaksana melalui kegiatan di dalam kelas dan luar kelas yaitu dalam pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai Pancasila dan pembiasaan penanaman nilai-nilai karakter nasionalisme dan religius pada kegiatan ibadah pagi, upacara bendera, serta ekstrakurikuler. Selanjutnya faktor pendukung dalam pengoptimalisasian tersebut adalah sistem sekolah, fasilitias sekolah, koordinasi serta kerjasama yang baik antar guru mata pelajaran dan pembimbing, serta adanya RPP. Namun dalam pelaksanaanya ditemukan faktor penghambat yaitu rendahnya motivasi belajar dan keterlibatan siswa dalam kegiatan di luar kelas, dan kurangnya pengalaman atau contoh nyata dalam lingkungan keseharian yang dimanfaatkan guru sebagai media pembelajaran dalam proses pemahaman siswa terhadap materi. Optimalisasi manajemen sekolah sebagai lingkungan belajar dalam pembentukan civic disposition di SMA Katolik Karitas Tomohon belum berjalan secara maksimal.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
4. A. DEFINISI
Wawasan merupakan suatu pandangan atau
sikap yang mendalam terhadap suatu hakikat.
Wiyata adalah pendidikan.
Mandala berarti tempat atau lingkungan
Wawasan Wiyata mandala adalah sikap
menghargai dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekolah sebagai tempat menuntut
ilmu pengetahuan.
5. Unsur-unsur wiyata mandala:
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab
penuh atas penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan
sekolah.
Antara guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian
dan kerjasama erat untuk mengemban tugas pendidikan
(hubungan yang serasi)
Warga sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus
menjunjung tinggi martabat dan citra guru.
Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya dan
mendukung antarwarga.
6. B. SEKOLAH DAN FUNGSINYA
Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan PBM,
menanamkan dan mengembangkan berbagai nilai, ilmu
pengetahuan, teknologi dan keterampilan.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat
berlangsungnya PBM untuk membina dan
mengembangkan:
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pandangan hidup/kepribadian
3. Hubungan antara manusia dengan lingkungan atau
manusia dengan Tuhannya
4. Kemampuan berkarya.
7. C. FUNGSI SEKOLAH
Fungsi sekolah adalah sebagai tempat
masyarakat belajar karena memiliki
aturan/tata tertib kehidupan yang
mengatur hubungan antara guru, pengelola
pendidikan siswa dalam PBM untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dlam suasana yang dinamis.
8. D. CIRI-CIRI SEKOLAH SEBAGAI
MASYARALAT BELAJAR
Ciri-ciri sekolah sebagai masyarakat belajar
adalah :
Ada guru dan siswa, timbulnya PBM yang
tertib
Tercapainya masyarakat yang sadar, mau
belajar dan bekerja keras.
Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya.
9. E. PRINSIP SEKOLAH
1. Sekolah sebagai wadah/lembaga yang memberikan bekal hidup.
2. Sekolah sebagai institusi tempat peserta didik belajar dibawah bimbingan
pendidik.
3. Sekolah sebagai lembaga dengan pelayanan yang adil/merata bagi
stakeholdernya.
4. Sekolah sebagai lembaga pengembangan bakat dan minat siswa.
5. Sekolah sebagai lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi.
6. Sekolah harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan
kemampuan emosional dan sosial, kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi, kemampuan bekerjasama dalam kelompok, dan lain-lain.
7. Sekolah sebagai wahana pengembangan sikap dan watak.
8. Sekolah sebagai wahana pendewasaan diri.
9. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar (learning society).
10. F. PENGGUNAAN SEKOLAH
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang diperuntukan sebagai tempat
proses kegiatan belajar mengajar, tidak diperbolehkan dijadikan sebagai
tempat :
Ajang promosi /penjualan produk-produk perniagaan yang tidak berhubungan
dengan pendidikan.
Sekolah merupakan lingkungan bebas rokok bagi semua pihak.
Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu yang
bertentangan dengan undang-undang.
Propaganda politik/kampanye.
Shooting film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan, perpecahan, dan
perselisihan, sehingga menjadikan suasana sekolah tidak kondusif.
11. G. MEKANISME DALAM PELAKSANAAN
WIYATA MANDALA
Dalam rangka pelaksanaan Wiyata Mandala perlu upaya penang-gulangan secara dini setiap
permasalahan yang timbul sehingga dapat menghilangkan dampak negatifnya, yaitu dilaksanakan
secara terpadu, bertahap dan berlanjut sebagai berikut :
Tahap Preventif :
Upaya untuk
meniadakan peluang-
peluang yang dapat
memungkinkan
terjadinya kasus-
kasus negatif di
sekolah, melalui
antara lain :
1. Memelihara sekolah, dan lingkungan
sekolah serta menciptakan kebersihan dan
ketertiban agar siswa merasa nyaman dan
menyenangkan dan tidak ada tempat tertentu
yang dijadikan siswa untuk hal-hal negatif.
2. Menciptakan suasana yang harmonis antara
pihak pendidik/staf dan siswa serta penduduk
di sekitar sekolah.
12. Lanjutan…..
3. Membentuk jaring-jaring pengawasan/kontrol dan razia
terhadap kegiatan siswa di lingkungan sekolah.
4. Menghilangkan bentuk-bentuk perpeloncoan pada saat MOS.
5. Meminimalisir keterlibatan kelompok maupun perorangan
dalam kegiatan sekolah.
6. Mengisi jam-jam kosong dengan pelajaran atau kegiatan
ekstra lainnya.
7. Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler pada masa
awal/akhir semester dan masa liburan sekolah.
8. Peningkatan keamanan dan ketertiban khususnya pada saat
berangkat/ usai sekolah.
13. Tahap Represif
Upaya untuk
menindak siswa
yang telah
melanggar
peraturan-
peraturan dan
tata tertib
sekolah. Upaya
Represif seperti
:
1. Mendamaikan para pihak yang terlibat
perselisihan berikut orangtua/pendidik
pembinanya.
2. Membatasi areal tempat terjadinya aksi.
3. Menetralisir isu-isu yang berkembang dan
mencegah timbulnya isu-isu baru.
4. Berkoordinasi dengan pihak keamanan apabila
terdapat pihak luar sekolah yang melanggar
keamanan, ketertiban dan perbuatan kriminalitas
di lingkungan sekolah.
5. Mengungkap lebih lanjut keterlibatan pihak
luar sekolah atas kasus yang timbul dan
menyelesaikan secara hukum.
6. Mengikutsertakan para ahli untuk mengadakan
bimbingan dan penyuluhan.
7. Memberikan sanksi sesuai tata tertib yang
berlaku.
14. H. PENATAAN WIYATA MANDALA DALAM UPAYA
KETAHANAN SEKOLAH
Ketahanan sekolah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang bersifat preventif.
Untuk menjadikan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya, perlu dilakukan
penataan Wiyata Mandala di sekolah melalui langkah-langkah :
1. Meningkatkan koordinasi dan konsolidasai sesama warga sekolah untuk dapat
mencegah sedini
mungkin adanya kegiatan dan tindakan yang dapat mengganggu proses belajar
mengajar.
2. Melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.
3. Melakukan koordinasi dengan Komite sekolah dan pihak keamanan setempat untuk
terselenggaranya ketahanan sekolah.
4. Mengadakan penyuluhan bagi orangtua dan siswa yang bermasalah
5. Mengadakan penyuluhan dan pembinanan kesadaran hukum bagi siswa.
6. Pembinaan dan pengembangan keimanan, ketaqwaan, etika bermoral Pancasila,
kepribadian sopan
santun dan berdisiplin.
7. Pengembangan logika para siswa, rajin belajar, gairah menulis, gemar membaca/
informasi/penemuan para ahli.
8. Mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.
9. Mengadakan karya wisata dalam rangka pengembangan iptek.
15. SOAL WAWASAN WIYATA MANDALA
1. Jelaskan arti dari Wawasan Wiyata Mandala!
2. Sebutkan unsur-unsur dari Wiyata Mandala!