SlideShare a Scribd company logo
Uswatun Hasanah
MANAJEMEN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Disampaikan Dalam Pelatihan Intensive Care yang diselenggarakanan
Inst.Diklat & Simulasi Respirasi RSUP Persahabatan Jakarta
OUTLINE
1. Keseimbangan Cairan Tubuh
2. Anatomi & Fisiologi Pembuluh Darah Perifer
3. Jenis Cairan Intravena
4. Prosedur Insersi Kateter Intra vena
5. Komplikasi
5
FUNGSI CAIRAN BAGI TUBUH
Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur
tubuh
Transportasi : nutrien, partikel kimiawi, partikel darah,
energi, hormon, sisa metabolisme.
Pembentuk struktur tubuh
Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistim
kardiovaskuler.
KOMPOSISI CAIRAN TUBUH
BERDASARKAN USIA
Sumber: Medical Surgical Nursing: Assessment And Management of Clinical
MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN
Area konsentrasi rendah
Area konsentrasitinggi Area konsentrasirendah
Membran semi permiabel Zat terlarut
Area konsentrasi tinggi
OSMOSIS
DIFUSI
Pergerakan cairan melalui
membran dari area dengan
dengan konsentrasi zat terlarut
rendah ke area dengan
konsentrasi zat terlarut tinggi.
Pergerakan molekul melalui
membran dari area dengan
konsentrasi tinggi ke area
dengan konsentrasi rendah,
akan berhenti ketika sudah
terjadi keseimbangan konsentrasi
pada kedua area.
TRANSPORT AKTIF
TEKANAN ONKOTIK
Pergerakanmolekulmelawan
gradient konsentrasi, diperlukan
energieksternal (A
TP). Natrium
berpindahkeluarsel dan Kalium
berpindahkedalamsel untuk
mempertahankanperbedaan
konsentrasi antaraintradan
ekstrasel.Disebutjugapompa
Natrium-Kalium
Gaya tarik ini bersifat agar air tetap berada di intravaskuler.Tekanan
onkotikadalahtekanan osmotikyangdihasilkanolehprotein/albumin
FILTRASI
Merupakan proses transfer air
danzat terlarutdariareatekanan
tinggi ke area tekanan rendah;
melalui tekanan hidrostatik.
TEKANAN HIDROSTATIK
T
ekanan yang dihasilkan oleh cairan pada
dinding pembuluh darah. Merupakan
gaya utama yang mendorong air keluar
darisistemvaskular pada tingkat kapiler
KESEIMBANGAN CAIRAN (FLUID BALANCE)
Adalah Istilah yang digunakan
untuk menggambarkan
keseimbangan antara cairan
yang masuk dengan cairan
yang keluar baik melalui
proses metabolik dan fisiologis
secara tepat (Welch, 2010).
MEKANISME KESEIMBANGAN CAIRAN
1. Hormon Antidiuretik (ADH)
Jika volume darah turun (osmolaritas darah meningkat), dideteksi oleh hipotalamus untuk
memberikan signal ke kelenjar pituitary, kelenjar tersebut akan mengeluarkan ADH Antidiuretik
hormon (vasopresin) ke dalam aliran darah, ADH keluar menyebabkan ginjal menahan air, air yang
tertahan akan meningkatkan volume darah dan menurunkan osmolaritas
LANJUTAN
2. Sistem Renin Angiotensin
Aliran darah turun/volume cairan berkurang  renin  angiotensin I  angiotensin II.
Angiotensin II akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk memperoduksi aldosteron.
Aldosteron akan meretensi Na dan air.
KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH
Total intake cairan harian
2600 ml
 Minum 1500 ml
 Makan padat 800 ml
 Air oksidasi 300 ml
 Menghitung Urin output :
0.5 – 1 ml/kg/jam
 Menghitung feces : Bowel
output 100 -200 ml
Ginjal 1500 ml
Total Output cairan
harian 2600 ml
Pencernaan 100 ml
Paru 400 ml
Kulit 600 ml
Water lost through faeces, sweat and
evaporation cannot be regulated in the
same way by the body, and is influenced by
dietary intake, illness and the environment
(Scales and Pilsworth, 2008).
Maintenance Cairan
Anatomi & Fisiologi Pembuluh Darah
Terumo Academy Training Department
22
Arteri
Arteri besar memiliki dinding
yang tebal yang terbentuk dari
jaringan elastis 
menimbulkan recoil sehingga
mendorong darah kembali ke
sirkulasi. Bagian terdlm
(endothelium) berfungsi
mempertahankan
homeostasis, menjaga aliran
dan nilai normal gula darah
dalam tubuh, menginhibisi
koagulasi darah.
Vena
Vena memiliki diameter besar,
dinding pembuluh darah tipis
merupakan sistem dengan
tekanan rendah dan volume
tinggi. Vena yang lebih besar
memiliki katup berbentuk
semilunar untuk
mempertahankan aliran ke
jantung dan mencegah aliran
darah balik
KAPILER
Merupakan sel endotel tanpa jaringan elastis dan jaringan otot. Pertukaran
nutrisi dan sisa metabolik terjadi melalui dinding pembuluh darah yang
tipis ini. Kapiler-kapiler beranastomosis (berhubungan satu dengan lainnya)
membentuk jala-jala antar arteri-arteri dan vena-vena kecil.
TERAPI INFUS
PENGERTIAN
Terapi Infus adalah terapi yang
berkaitan dengan seluruh aspek
pemberian cairan dan atau obat-
obatan ke dalam tubuh klien
dengan menggunakan kateter
atau jarum.
TUJUAN
• Mengembalikan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
• Menyiapkan akses pemberian obat-
obatan melalui vena.
• Memberikan transfusi darah atau
komponen darah.
• Memberikan nutrisi parenteral.
• Melakukan koreksi asam basa.
29
AREA INSERSI KATETER INTRAVENA PERIFER
24
Vena Dorsalis Pedis
V. Mediana Basilika
V. Mediana Sefalika
Vena Sefalika
Vena Basilika
Vena Basilika
V. Great Saphenous
Vena Basilika
Vena Sefalika
Vena Dorsal Metakarpal
27
 Intraosseus: Metode pemberian cairan kedalam tubuh melalui sumsum tulang
 Intra Peritoneal: Metode pemberian obat-obatan kemoterapi langsung
kedalam rongga abdomen melalui kateter khusus.
 Intrathecal: Metode pemberian obat-obatan dalam jumlah yang sangat kecil
kedalam ruang dibawah membran arakhnoid otak atau saraf tulang belakang.
 Intra Arterial: Metode menempatkan kateter dalam arteri.
 Intra dermal: Pemberian cairan atau obat obatan ke dalam tubuh klien melalui
subkutan.
 Intra vena: Pemberian cairan, elektrolit, nutrisi atau obat-obatan ke dalam
tubuh klien melalui vena.
RUTE PEMBERIAN TERAPI INFUS
Anatomi tulang
Anatomi intraosseus
Intra Peritoneal
Intrathecal
Intra Arterial
Intra dermal
PERAN PERAWAT DALAM TERAPI INTRA VENA
 Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan dan kemasannya
 Memastikan cairan infus diberikan secara benar ( pasien, jeniscairan, dosis,
cara pemberian, waktupemberian dan pendokumentasian )
 Memeriksa apakah jarum vena tetap paten
 Observasi tempat penusukan ( insersi ) dan segera mengganti bila
terjadi pembengkakan
 Mengatur kecepatantetesansesuai dengan instruksi
 Memonitor kondisi pasien, mencatat dan melaporkan setiap ada perubahan
30
PENGERTIAN CAIRAN IV: TONISITAS
Cairan isotonik memiliki
osmolaritas kurang lebih
sama dengan serum. Karena
tinggal dalam ruang
intravaskular , cairan
mengekspansi kompartemen
intravaskular dan merupakan
pilihan terbaik utk hidrasi
contoh : RL, Rfundin, NaCl 0,9 %
Cairan hipotonik memiliki
osmolaritas lebih rendah
dari serum. Cairan akan
berpindah dari
kompartemen
intravaskular,
menghidrasi sel dan
kompartemen interstitial
Contoh : aquabidest
Cairan hipertonik
memiliki osmolaritas
lebih tinggi dari serum.
Cairan akan terdorong ke
kompartemen
intravaskular , dari sel
dan kompartemen
interstitial
contoh: NaCL 3 %. Na2HCO3
Cairan Contoh
Isotonik
Ringer Laktat (275 mOsm/L)
Ringer ( 275 mOsm/L)
Normal Saline (308 mOsm/L)
D5W (260 mOsm/L)
5% albumin (308 mOsm/L)
Hetastarch (310 mOsm/L)
Hipotonik
Half-normal saline (154 mOsm/L)
0.33% sodium chloride ( 103mOsm/L)
Dextrose 2.5% in water (126 mOSm/L)
Hipertonik
Dextrose 5% in half normal saline (406
mOsm/L)
Dextrose 5% in normal saline (560 mOsm/L)
Dextose 5% in lactated Ringer’s (575 mOsm/L)
3% sodium chloride ( 1.025 mOsm/L)
7.5% sodium chloride (2400 mOsm/L)
CAIRAN CONTOH
Koloid
a. Cairan yang mengandung albumin dalam
plasma
b.Tinggal dalam intravaskuler cukup lama
(waktu tinggal 3-6 jam )
a. Volume yang diberikan sama dengan volume
darah.
b.Memiliki sifat protein plasma sehingga cenderung
tidak keluar dari membran
TERAPI CAIRAN KOLOID
TERAPI CAIRAN KRISTALOID
• A. Cairan Resusitasi pada Dehidrasi.
Cairan resusitasi pada pasien dehidrasi tergantung
derajat dehidrasi.
• Rumus cairan resusitasi =
Derajat dehidrasi x kg BB (L)
LANJUTAN
 Cairan resusitasi dikatakan berhasil bila:
 MAP = Mean Arterial Pressure : ≥ 65 mmHg
 CVP = Central Venous Pressure : 8-12 mmHg
 Urine Output :≥ 0,5 mL/ kgBB/jam
 Central Venous (vena cava superior) atau Mixed Venous
Oxygen Saturation ≥70%.
 Status mental normal
B. Cairan pada luka bakar menurut Formula Baxter.
Total Cairan Kristaloid:
 Berikan 50% dari total cairan dalam
8 jam pertama dan sisanya dalam 16
jam berikutnya.
4 cc x berat badan x luas luka bakar
KOLOID KRISTALOID
1
Berat Molekul besar >
8000 dalton 1
Berat Molekul kecil <
8000 dalton
2 Tidak larut sempurna 2 Larut sempurna
3
Tahan 4-6 jam dalam
Intra Vena 3
Tahan 2-3 jam dalam
Intra Vena
4
Cepat meningkat
dalam sirkulasi 4
Lambat meningkat
dalam sirkulasi
5 Mengandung protein 5 Mengandung elektrolit
6
Jumlah koloid
sebanding dengan
volume darah yang
hilang
6
Jumlah kristaloid 3-4
kali volume darah
yang hilang
7 Harga lebih mahal 7 Harga lebih murah
PERBANDINGAN KOLOID & KRISTALOID
Dehidrasi
(Hypovolemic)
Oedema
(Hypervolemic)
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
Clinical Manifestations of Overhydration and
Dehydration
Mekanisme
Edema
Permeabilitas
membrane kapiler
Peningkatan
HPC
Obstruksi
limfatik
Retensi
natrium dan
Air
Penurunan
OPC
Oedema (Hypervolemic)
1. Peningkatan HPC (Peningkatan Tekanan Hidrostatik)
Tekanan dalam cairan yang berasal dari tekanan
dalam vaskuler
HPC > OPC Cairan masuk ke jaringan
2. Penurunan Tekanan Onkotik
Penurunan tekanan onkotik Protein sebagai zat yang
berfungsi mempertahankan tekanan onkotik.
Penurunan kadar Protein plasma tekanan onkotiknya
menurun perpindahan cairan dari vaskuler menuju sel
dalam jaringan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi sehingga
terjadi edema
3. Peningkatan Permeabilitas membrane kapiler
Peningkatan permeabilitas kapiler. Membran yang bersifat
semipermeabel yang dapat dilalui air dan elektrolit, namun untuk dilalui
protein sangat sulit.
Permeabilitas kapiler meningkat seperti pada
pengaruh adanya toksin saat infeksi atau alergi maka
protein akan keluar melalui kapiler akibatnya tekanan
osmotik darah menurun dan cairan akan keluar
kapiler dan masuk dalam jaringan dan terjadilah
edema.
Sebagai contoh pada kasus reaksi anafilaksis
4. Obstruksi Limfatik
Obstruksi limfatik Pada pederita post mastektomi dan
filaria akan mengalami bendungan aliran limfeyang
menyebabkan penimbunan cairan sehingga terjadi
edema yang disebut limfedama.
Pada filaria limfedema terjadi
pada daerah inguinal yang
menimbulkan edema di kaki
dan scrotum
5. Kelebihan Natrium dan Air
Natrium dan air adalah zat yang berperan
dalam pengaturan volume cairan dalam tubuh
bersama ginjal.
Bila tubuh mengalami kelebihan natrium
dan ginjal tidak mampu mengeluarkannya melalui
urine maka terjadi ketidakseimbangan cairan. Cairan
akan berpindah dari vaskuler dan sel
masuk ke dalam jaringan yang akibatnya terjadi
edema
Dehidrasi (Hypovolemic)
DEHIDRASI PRIMER dapat terjadi akibat dari
masuknya air ke dalam tubuh sangat terbatas
DEHIDRASI SEKUNDER (Sodium Depletion) terjadi
manakala tubuh kehilangan cairan yang mengandung
ELEKTROLIT melalui saluran pencernaan (muntah,
diare yang sangat berat)
Kehilangan
cairan minimal
10 – 15 %
Kehilangan
cairan sedang
25 %
Kehilangan cairan
berat 40 % atau
lebih
Tanda dan gejalanya Tanda dan gejalanya Tanda dan gejalanya
 Tacicardy ringan
 Tekanan darah normal
 Penurunan systole >
16 mmHg atau
peningkatan denyut
nadi > 20 x/mnt
 Peningkatan CRT > 3
det
 Urine output > 3
ml/jam
 Kulit pucat dan dingin
 Nadi cepat dan
lemah
 Hipotensi supinasi
 Kulit dingin
 Urine output sekitar
10
 30 %/ ml/ jam
 Sangat kehausan
 Gelisah bingung
dan cepat marah
 Takikardi
 Hipotensi
 Nadi perifer
lemah dan
hilang
 Kulit dingin dan
sianosis
 Urine output < 10 %
 Penurunan
kesadaran
Estimasi Kehilangan Cairan
DERAJAT DEHIDRASI
Derajat Dewasa Anak
Dehidrasi ringan 4 % 4% - 5%
Dehidrasi
Sedang
6% 5% -10 %
Dehidrasi Berat 8% 10% - 15%
Syok 15% - 20 % 15% - 20%
Rumus Dehidrasi = BB sebelum sakit – BB sesudah sakit x 100 %
BB sebelum sakit
A. Dehidrasi Primer
1. Penyakit yang menghalangi cairan masuk ke
system Pencernaan (mulut)
Infeksi
Mulut
A. Dehidrasi Primer
2. Penyakit mental yang disertai menolak air atau
ketakutan air
A. Dehidrasi Primer
3. Penyakit kompleks yang menyebabkan penderita
sangat lemah dan tidak dapat minum lagi
STADIUM AWAL DEHIDRASI
Ion Natrium & Chlor Ikut Menghilang Bersama Cairan Tubuh
Natrium & Chlor Berlebihan Diruang Ekstraseluler
Gangguan Keseimbangan Cairan Yang Disebut Hipertoni Ekstrselular
Perpindahan cairan dari intra ke ekstraseluler Peningkatan reabsorpsi ion dan air
di tubulus ginjal
Dehidrasi Intraseluler
HAUS
Kehilangan cairan yang sangat berat bila lebih dari 15% atau 22% TBW
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan berdampak terhadap
gangguan metabolisme tubuh yang mengancam jiwa penderita
Halusinasi
5 Tanda
dan Gejala
Muntah
Lelah/Lesu
Sakit Kepala
Kejang
Mual
B. Dehidrasi Sekunder
KOREKSI ELEKTROLIT
⚫ HCO3: Normal: 22 – 26 meq/liter
- (HCO3 normal – HCO3 hasil ) x 0,4 x BB
- BE x 1/3 BB
- Catatan : jika HCO3
turun Standar : 24
Natrium : normal :135 – 145 meq/liter
- ( Na normal – Na hasil ) x 0,2 x BB
- Catatan : jika Natrium
turun Standar : 140
⚫ KALIUM
- Kalium normal : 3,5 – 5,5 meq/ liter
- ( K normal – K hasil ) x 1/3 BB
- Maksimal pemberian kalium 20 meq / jam
- Standar kalium 4,5
CALSIUM
- Kalsium normal : 4,7 s/d 5,2mg/dl
- Koreksi 20 mg/ kg BB
PENGKAJIAN KLINIS – KESEIMBANGAN CAIRAN
(Clinical Assessment Fluid Balance)
1. Tekanan darah
Systolic
2. Heart Rate
3. Capillary refill Time
4. Akral dingin
5. Respiratory Rate
6. Turgor kulit
7. Membran mukosa
8. Urin Output
9. Oedama sign
10. JVP point
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit volume cairan
Kelebihan volume cairan
Penurunan curah jantung
Perfusi jaringan tidak efektif
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
Intervensi Keperawatan:
⚫ Observasi status hidrasi, tanda vital
⚫ Pantau hasil laboratorium yang relevan (peningkatan
BUN, Ht, osmolaritas urin)
⚫ Pantau tanda-tanda retensi cairan (peningkatan CVP,
ronkhi basah, edema, distensi vena leher)
⚫ Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
cairan
⚫ Pasang kateter bila perlu
⚫ Timbang BB pasien setiap hari
3. Koreksi Kalium:
Kompetensi Cairan Dan Elektrolit
( 4 – x ) x 0.3 x BB
Dikoreksi dengan KCL 25 meq dalam NaCl 0.9 %
1 cc KCL = 1 meq
Kecepatan : Maksimal 10 meq / jam atau
maksimal 60 meq dalam 1000 cc NaCl 0.9 %
3. Koreksi Albumin:
Kompetensi Cairan Dan Elektrolit
( 4 – x ) x 0.8 x BB
Dikoreksi dengan plasbumin 20 – 25 %
Kecepatan Pemberian : 1 ml / menit
3. Transfusi :
Kompetensi Cairan Dan Elektrolit
Rumus : Hb Normal – Hb pasien = hasil
Hasil x BB x produk darah ( PRC x 3 ) dan (WB x 6)
Rumus Transfusi darah:
1. Whole Blood: 6 x ð Hb x BB
2. PRC : 3 x ð Hb x BB
3. FFP: 10 x ð Hb x BB
4. Cryo: 0.5 x ð Hb x BB
Terima kasih
Kasus
Kelompok 1
(Luka Bakar
Grade 2, 20%)
Kasus
Kelompok 2
(Luka Bakar
Grade 3, 30%)
Kasus
Kelompok 5
(Edema
Anasarka)
Kasus
Kelompok 4
(Luka Bakar
Grade 3, 25%)
Kasus
Kelompok 3
(Asites)
Lengkapi pengkajian
data,tentukan masalah
keperawatan dengan
Patofisiologi, 2 rencana
intervensiprioritas yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas
Kasus Kelompok 1 (Luka
Bakar Grade 2, 20%)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)
Kasus Kelompok 2
(Luka Bakar Grade 3,
30%)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)
Kasus Kelompok
3 (Asites)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)
Kasus Kelompok 4 (Luka
Bakar Grade 2, 25%)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)
Kasus Kelompok 5
(Edema Anasarka)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)

More Related Content

Similar to Manajemen cairan dan elektrolit 8 september 2022.pdf

Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
pjj_kemenkes
 
PR TERAPI CIARAN.pptx
PR TERAPI CIARAN.pptxPR TERAPI CIARAN.pptx
PR TERAPI CIARAN.pptx
RasyiduMashuri
 
Cairan Resusitasi dan Keseimbangan cairan .pptx
Cairan Resusitasi dan Keseimbangan cairan  .pptxCairan Resusitasi dan Keseimbangan cairan  .pptx
Cairan Resusitasi dan Keseimbangan cairan .pptx
BayuAnggoro48
 
PPT-Haemoragic-Post-Partum-melia zahra.pptx
PPT-Haemoragic-Post-Partum-melia zahra.pptxPPT-Haemoragic-Post-Partum-melia zahra.pptx
PPT-Haemoragic-Post-Partum-melia zahra.pptx
MeliaAgustin2
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
pjj_kemenkes
 
Pendekatan Klinis Syok
Pendekatan Klinis SyokPendekatan Klinis Syok
Pendekatan Klinis Syok
Evan Permana
 
Homeostasis , cairan, asam basa
Homeostasis , cairan, asam basaHomeostasis , cairan, asam basa
Homeostasis , cairan, asam basa
SAPRIL1
 
Keseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.ppt
Keseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.pptKeseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.ppt
Keseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.ppt
Kharisma Pratama
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan ElektrolitKeseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
pjj_kemenkes
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
Hamdan Hariawan
 
.13184877.ppt
.13184877.ppt.13184877.ppt
.13184877.ppt
DeziIlham2
 
Asuhan keperawatan hemodialisa
Asuhan keperawatan hemodialisaAsuhan keperawatan hemodialisa
Asuhan keperawatan hemodialisa
Wilva Latifah
 
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanikMakalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Delina Damanik
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
ryan ryno
 
18039410.ppt
18039410.ppt18039410.ppt
18039410.ppt
jofafrizkykandaralex
 
Fisiologi Cairan Tubuh.ppt
Fisiologi Cairan Tubuh.pptFisiologi Cairan Tubuh.ppt
Fisiologi Cairan Tubuh.ppt
DeziIlham2
 
Kb 5(1)
Kb 5(1)Kb 5(1)
Kb 5(1)
pjj_kemenkes
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
pjj_kemenkes
 

Similar to Manajemen cairan dan elektrolit 8 september 2022.pdf (20)

Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Modul 2 kb 5
Modul 2 kb 5Modul 2 kb 5
Modul 2 kb 5
 
PR TERAPI CIARAN.pptx
PR TERAPI CIARAN.pptxPR TERAPI CIARAN.pptx
PR TERAPI CIARAN.pptx
 
Cairan Resusitasi dan Keseimbangan cairan .pptx
Cairan Resusitasi dan Keseimbangan cairan  .pptxCairan Resusitasi dan Keseimbangan cairan  .pptx
Cairan Resusitasi dan Keseimbangan cairan .pptx
 
PPT-Haemoragic-Post-Partum-melia zahra.pptx
PPT-Haemoragic-Post-Partum-melia zahra.pptxPPT-Haemoragic-Post-Partum-melia zahra.pptx
PPT-Haemoragic-Post-Partum-melia zahra.pptx
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Pendekatan Klinis Syok
Pendekatan Klinis SyokPendekatan Klinis Syok
Pendekatan Klinis Syok
 
Homeostasis , cairan, asam basa
Homeostasis , cairan, asam basaHomeostasis , cairan, asam basa
Homeostasis , cairan, asam basa
 
Keseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.ppt
Keseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.pptKeseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.ppt
Keseimbangan_cairan_dan_elektrolit_ppt.ppt
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan ElektrolitKeseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
.13184877.ppt
.13184877.ppt.13184877.ppt
.13184877.ppt
 
Asuhan keperawatan hemodialisa
Asuhan keperawatan hemodialisaAsuhan keperawatan hemodialisa
Asuhan keperawatan hemodialisa
 
Sistem Sirkulasi
Sistem SirkulasiSistem Sirkulasi
Sistem Sirkulasi
 
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanikMakalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
Makalah cairan ( sendi & otak) by: delina damanik
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
18039410.ppt
18039410.ppt18039410.ppt
18039410.ppt
 
Fisiologi Cairan Tubuh.ppt
Fisiologi Cairan Tubuh.pptFisiologi Cairan Tubuh.ppt
Fisiologi Cairan Tubuh.ppt
 
Kb 5(1)
Kb 5(1)Kb 5(1)
Kb 5(1)
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 

Manajemen cairan dan elektrolit 8 september 2022.pdf

  • 1. Uswatun Hasanah MANAJEMEN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Disampaikan Dalam Pelatihan Intensive Care yang diselenggarakanan Inst.Diklat & Simulasi Respirasi RSUP Persahabatan Jakarta
  • 2. OUTLINE 1. Keseimbangan Cairan Tubuh 2. Anatomi & Fisiologi Pembuluh Darah Perifer 3. Jenis Cairan Intravena 4. Prosedur Insersi Kateter Intra vena 5. Komplikasi
  • 3. 5
  • 4. FUNGSI CAIRAN BAGI TUBUH Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh Transportasi : nutrien, partikel kimiawi, partikel darah, energi, hormon, sisa metabolisme. Pembentuk struktur tubuh Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistim kardiovaskuler.
  • 5. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH BERDASARKAN USIA Sumber: Medical Surgical Nursing: Assessment And Management of Clinical
  • 6. MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN Area konsentrasi rendah Area konsentrasitinggi Area konsentrasirendah Membran semi permiabel Zat terlarut Area konsentrasi tinggi OSMOSIS DIFUSI Pergerakan cairan melalui membran dari area dengan dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut tinggi. Pergerakan molekul melalui membran dari area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah, akan berhenti ketika sudah terjadi keseimbangan konsentrasi pada kedua area.
  • 7. TRANSPORT AKTIF TEKANAN ONKOTIK Pergerakanmolekulmelawan gradient konsentrasi, diperlukan energieksternal (A TP). Natrium berpindahkeluarsel dan Kalium berpindahkedalamsel untuk mempertahankanperbedaan konsentrasi antaraintradan ekstrasel.Disebutjugapompa Natrium-Kalium Gaya tarik ini bersifat agar air tetap berada di intravaskuler.Tekanan onkotikadalahtekanan osmotikyangdihasilkanolehprotein/albumin
  • 8. FILTRASI Merupakan proses transfer air danzat terlarutdariareatekanan tinggi ke area tekanan rendah; melalui tekanan hidrostatik. TEKANAN HIDROSTATIK T ekanan yang dihasilkan oleh cairan pada dinding pembuluh darah. Merupakan gaya utama yang mendorong air keluar darisistemvaskular pada tingkat kapiler
  • 9. KESEIMBANGAN CAIRAN (FLUID BALANCE) Adalah Istilah yang digunakan untuk menggambarkan keseimbangan antara cairan yang masuk dengan cairan yang keluar baik melalui proses metabolik dan fisiologis secara tepat (Welch, 2010).
  • 10. MEKANISME KESEIMBANGAN CAIRAN 1. Hormon Antidiuretik (ADH) Jika volume darah turun (osmolaritas darah meningkat), dideteksi oleh hipotalamus untuk memberikan signal ke kelenjar pituitary, kelenjar tersebut akan mengeluarkan ADH Antidiuretik hormon (vasopresin) ke dalam aliran darah, ADH keluar menyebabkan ginjal menahan air, air yang tertahan akan meningkatkan volume darah dan menurunkan osmolaritas
  • 11. LANJUTAN 2. Sistem Renin Angiotensin Aliran darah turun/volume cairan berkurang  renin  angiotensin I  angiotensin II. Angiotensin II akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk memperoduksi aldosteron. Aldosteron akan meretensi Na dan air.
  • 12. KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH Total intake cairan harian 2600 ml  Minum 1500 ml  Makan padat 800 ml  Air oksidasi 300 ml  Menghitung Urin output : 0.5 – 1 ml/kg/jam  Menghitung feces : Bowel output 100 -200 ml Ginjal 1500 ml Total Output cairan harian 2600 ml Pencernaan 100 ml Paru 400 ml Kulit 600 ml
  • 13. Water lost through faeces, sweat and evaporation cannot be regulated in the same way by the body, and is influenced by dietary intake, illness and the environment (Scales and Pilsworth, 2008).
  • 15.
  • 16. Anatomi & Fisiologi Pembuluh Darah Terumo Academy Training Department 22
  • 17. Arteri Arteri besar memiliki dinding yang tebal yang terbentuk dari jaringan elastis  menimbulkan recoil sehingga mendorong darah kembali ke sirkulasi. Bagian terdlm (endothelium) berfungsi mempertahankan homeostasis, menjaga aliran dan nilai normal gula darah dalam tubuh, menginhibisi koagulasi darah.
  • 18. Vena Vena memiliki diameter besar, dinding pembuluh darah tipis merupakan sistem dengan tekanan rendah dan volume tinggi. Vena yang lebih besar memiliki katup berbentuk semilunar untuk mempertahankan aliran ke jantung dan mencegah aliran darah balik
  • 19. KAPILER Merupakan sel endotel tanpa jaringan elastis dan jaringan otot. Pertukaran nutrisi dan sisa metabolik terjadi melalui dinding pembuluh darah yang tipis ini. Kapiler-kapiler beranastomosis (berhubungan satu dengan lainnya) membentuk jala-jala antar arteri-arteri dan vena-vena kecil.
  • 20. TERAPI INFUS PENGERTIAN Terapi Infus adalah terapi yang berkaitan dengan seluruh aspek pemberian cairan dan atau obat- obatan ke dalam tubuh klien dengan menggunakan kateter atau jarum. TUJUAN • Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit. • Menyiapkan akses pemberian obat- obatan melalui vena. • Memberikan transfusi darah atau komponen darah. • Memberikan nutrisi parenteral. • Melakukan koreksi asam basa.
  • 21. 29
  • 22. AREA INSERSI KATETER INTRAVENA PERIFER 24 Vena Dorsalis Pedis V. Mediana Basilika V. Mediana Sefalika Vena Sefalika Vena Basilika Vena Basilika V. Great Saphenous Vena Basilika Vena Sefalika Vena Dorsal Metakarpal
  • 23. 27  Intraosseus: Metode pemberian cairan kedalam tubuh melalui sumsum tulang  Intra Peritoneal: Metode pemberian obat-obatan kemoterapi langsung kedalam rongga abdomen melalui kateter khusus.  Intrathecal: Metode pemberian obat-obatan dalam jumlah yang sangat kecil kedalam ruang dibawah membran arakhnoid otak atau saraf tulang belakang.  Intra Arterial: Metode menempatkan kateter dalam arteri.  Intra dermal: Pemberian cairan atau obat obatan ke dalam tubuh klien melalui subkutan.  Intra vena: Pemberian cairan, elektrolit, nutrisi atau obat-obatan ke dalam tubuh klien melalui vena. RUTE PEMBERIAN TERAPI INFUS
  • 26. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI INTRA VENA  Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan dan kemasannya  Memastikan cairan infus diberikan secara benar ( pasien, jeniscairan, dosis, cara pemberian, waktupemberian dan pendokumentasian )  Memeriksa apakah jarum vena tetap paten  Observasi tempat penusukan ( insersi ) dan segera mengganti bila terjadi pembengkakan  Mengatur kecepatantetesansesuai dengan instruksi  Memonitor kondisi pasien, mencatat dan melaporkan setiap ada perubahan
  • 27. 30
  • 28. PENGERTIAN CAIRAN IV: TONISITAS Cairan isotonik memiliki osmolaritas kurang lebih sama dengan serum. Karena tinggal dalam ruang intravaskular , cairan mengekspansi kompartemen intravaskular dan merupakan pilihan terbaik utk hidrasi contoh : RL, Rfundin, NaCl 0,9 % Cairan hipotonik memiliki osmolaritas lebih rendah dari serum. Cairan akan berpindah dari kompartemen intravaskular, menghidrasi sel dan kompartemen interstitial Contoh : aquabidest Cairan hipertonik memiliki osmolaritas lebih tinggi dari serum. Cairan akan terdorong ke kompartemen intravaskular , dari sel dan kompartemen interstitial contoh: NaCL 3 %. Na2HCO3
  • 29. Cairan Contoh Isotonik Ringer Laktat (275 mOsm/L) Ringer ( 275 mOsm/L) Normal Saline (308 mOsm/L) D5W (260 mOsm/L) 5% albumin (308 mOsm/L) Hetastarch (310 mOsm/L) Hipotonik Half-normal saline (154 mOsm/L) 0.33% sodium chloride ( 103mOsm/L) Dextrose 2.5% in water (126 mOSm/L) Hipertonik Dextrose 5% in half normal saline (406 mOsm/L) Dextrose 5% in normal saline (560 mOsm/L) Dextose 5% in lactated Ringer’s (575 mOsm/L) 3% sodium chloride ( 1.025 mOsm/L) 7.5% sodium chloride (2400 mOsm/L) CAIRAN CONTOH
  • 30. Koloid a. Cairan yang mengandung albumin dalam plasma b.Tinggal dalam intravaskuler cukup lama (waktu tinggal 3-6 jam ) a. Volume yang diberikan sama dengan volume darah. b.Memiliki sifat protein plasma sehingga cenderung tidak keluar dari membran TERAPI CAIRAN KOLOID
  • 31.
  • 32. TERAPI CAIRAN KRISTALOID • A. Cairan Resusitasi pada Dehidrasi. Cairan resusitasi pada pasien dehidrasi tergantung derajat dehidrasi. • Rumus cairan resusitasi = Derajat dehidrasi x kg BB (L)
  • 33. LANJUTAN  Cairan resusitasi dikatakan berhasil bila:  MAP = Mean Arterial Pressure : ≥ 65 mmHg  CVP = Central Venous Pressure : 8-12 mmHg  Urine Output :≥ 0,5 mL/ kgBB/jam  Central Venous (vena cava superior) atau Mixed Venous Oxygen Saturation ≥70%.  Status mental normal
  • 34. B. Cairan pada luka bakar menurut Formula Baxter. Total Cairan Kristaloid:  Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama dan sisanya dalam 16 jam berikutnya. 4 cc x berat badan x luas luka bakar
  • 35. KOLOID KRISTALOID 1 Berat Molekul besar > 8000 dalton 1 Berat Molekul kecil < 8000 dalton 2 Tidak larut sempurna 2 Larut sempurna 3 Tahan 4-6 jam dalam Intra Vena 3 Tahan 2-3 jam dalam Intra Vena 4 Cepat meningkat dalam sirkulasi 4 Lambat meningkat dalam sirkulasi 5 Mengandung protein 5 Mengandung elektrolit 6 Jumlah koloid sebanding dengan volume darah yang hilang 6 Jumlah kristaloid 3-4 kali volume darah yang hilang 7 Harga lebih mahal 7 Harga lebih murah PERBANDINGAN KOLOID & KRISTALOID
  • 37. Clinical Manifestations of Overhydration and Dehydration
  • 39. 1. Peningkatan HPC (Peningkatan Tekanan Hidrostatik) Tekanan dalam cairan yang berasal dari tekanan dalam vaskuler HPC > OPC Cairan masuk ke jaringan
  • 40. 2. Penurunan Tekanan Onkotik Penurunan tekanan onkotik Protein sebagai zat yang berfungsi mempertahankan tekanan onkotik. Penurunan kadar Protein plasma tekanan onkotiknya menurun perpindahan cairan dari vaskuler menuju sel dalam jaringan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi sehingga terjadi edema
  • 41. 3. Peningkatan Permeabilitas membrane kapiler Peningkatan permeabilitas kapiler. Membran yang bersifat semipermeabel yang dapat dilalui air dan elektrolit, namun untuk dilalui protein sangat sulit. Permeabilitas kapiler meningkat seperti pada pengaruh adanya toksin saat infeksi atau alergi maka protein akan keluar melalui kapiler akibatnya tekanan osmotik darah menurun dan cairan akan keluar kapiler dan masuk dalam jaringan dan terjadilah edema. Sebagai contoh pada kasus reaksi anafilaksis
  • 42. 4. Obstruksi Limfatik Obstruksi limfatik Pada pederita post mastektomi dan filaria akan mengalami bendungan aliran limfeyang menyebabkan penimbunan cairan sehingga terjadi edema yang disebut limfedama. Pada filaria limfedema terjadi pada daerah inguinal yang menimbulkan edema di kaki dan scrotum
  • 43. 5. Kelebihan Natrium dan Air Natrium dan air adalah zat yang berperan dalam pengaturan volume cairan dalam tubuh bersama ginjal. Bila tubuh mengalami kelebihan natrium dan ginjal tidak mampu mengeluarkannya melalui urine maka terjadi ketidakseimbangan cairan. Cairan akan berpindah dari vaskuler dan sel masuk ke dalam jaringan yang akibatnya terjadi edema
  • 44. Dehidrasi (Hypovolemic) DEHIDRASI PRIMER dapat terjadi akibat dari masuknya air ke dalam tubuh sangat terbatas DEHIDRASI SEKUNDER (Sodium Depletion) terjadi manakala tubuh kehilangan cairan yang mengandung ELEKTROLIT melalui saluran pencernaan (muntah, diare yang sangat berat)
  • 45. Kehilangan cairan minimal 10 – 15 % Kehilangan cairan sedang 25 % Kehilangan cairan berat 40 % atau lebih Tanda dan gejalanya Tanda dan gejalanya Tanda dan gejalanya  Tacicardy ringan  Tekanan darah normal  Penurunan systole > 16 mmHg atau peningkatan denyut nadi > 20 x/mnt  Peningkatan CRT > 3 det  Urine output > 3 ml/jam  Kulit pucat dan dingin  Nadi cepat dan lemah  Hipotensi supinasi  Kulit dingin  Urine output sekitar 10  30 %/ ml/ jam  Sangat kehausan  Gelisah bingung dan cepat marah  Takikardi  Hipotensi  Nadi perifer lemah dan hilang  Kulit dingin dan sianosis  Urine output < 10 %  Penurunan kesadaran Estimasi Kehilangan Cairan
  • 46. DERAJAT DEHIDRASI Derajat Dewasa Anak Dehidrasi ringan 4 % 4% - 5% Dehidrasi Sedang 6% 5% -10 % Dehidrasi Berat 8% 10% - 15% Syok 15% - 20 % 15% - 20% Rumus Dehidrasi = BB sebelum sakit – BB sesudah sakit x 100 % BB sebelum sakit
  • 47. A. Dehidrasi Primer 1. Penyakit yang menghalangi cairan masuk ke system Pencernaan (mulut) Infeksi Mulut
  • 48. A. Dehidrasi Primer 2. Penyakit mental yang disertai menolak air atau ketakutan air
  • 49. A. Dehidrasi Primer 3. Penyakit kompleks yang menyebabkan penderita sangat lemah dan tidak dapat minum lagi
  • 50. STADIUM AWAL DEHIDRASI Ion Natrium & Chlor Ikut Menghilang Bersama Cairan Tubuh Natrium & Chlor Berlebihan Diruang Ekstraseluler Gangguan Keseimbangan Cairan Yang Disebut Hipertoni Ekstrselular Perpindahan cairan dari intra ke ekstraseluler Peningkatan reabsorpsi ion dan air di tubulus ginjal Dehidrasi Intraseluler HAUS
  • 51. Kehilangan cairan yang sangat berat bila lebih dari 15% atau 22% TBW menyebabkan gangguan keseimbangan cairan berdampak terhadap gangguan metabolisme tubuh yang mengancam jiwa penderita Halusinasi
  • 52. 5 Tanda dan Gejala Muntah Lelah/Lesu Sakit Kepala Kejang Mual B. Dehidrasi Sekunder
  • 53.
  • 54.
  • 55. KOREKSI ELEKTROLIT ⚫ HCO3: Normal: 22 – 26 meq/liter - (HCO3 normal – HCO3 hasil ) x 0,4 x BB - BE x 1/3 BB - Catatan : jika HCO3 turun Standar : 24 Natrium : normal :135 – 145 meq/liter - ( Na normal – Na hasil ) x 0,2 x BB - Catatan : jika Natrium turun Standar : 140 ⚫ KALIUM - Kalium normal : 3,5 – 5,5 meq/ liter - ( K normal – K hasil ) x 1/3 BB - Maksimal pemberian kalium 20 meq / jam - Standar kalium 4,5 CALSIUM - Kalsium normal : 4,7 s/d 5,2mg/dl - Koreksi 20 mg/ kg BB
  • 56.
  • 57.
  • 58.
  • 59.
  • 60.
  • 61.
  • 62.
  • 63.
  • 64. PENGKAJIAN KLINIS – KESEIMBANGAN CAIRAN (Clinical Assessment Fluid Balance) 1. Tekanan darah Systolic 2. Heart Rate 3. Capillary refill Time 4. Akral dingin 5. Respiratory Rate 6. Turgor kulit 7. Membran mukosa 8. Urin Output 9. Oedama sign 10. JVP point
  • 65.
  • 66. DIAGNOSA KEPERAWATAN Defisit volume cairan Kelebihan volume cairan Penurunan curah jantung Perfusi jaringan tidak efektif Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  • 67. Intervensi Keperawatan: ⚫ Observasi status hidrasi, tanda vital ⚫ Pantau hasil laboratorium yang relevan (peningkatan BUN, Ht, osmolaritas urin) ⚫ Pantau tanda-tanda retensi cairan (peningkatan CVP, ronkhi basah, edema, distensi vena leher) ⚫ Pertahankan keakuratan catatan intake dan output cairan ⚫ Pasang kateter bila perlu ⚫ Timbang BB pasien setiap hari
  • 68.
  • 69.
  • 70.
  • 71.
  • 72. 3. Koreksi Kalium: Kompetensi Cairan Dan Elektrolit ( 4 – x ) x 0.3 x BB Dikoreksi dengan KCL 25 meq dalam NaCl 0.9 % 1 cc KCL = 1 meq Kecepatan : Maksimal 10 meq / jam atau maksimal 60 meq dalam 1000 cc NaCl 0.9 %
  • 73. 3. Koreksi Albumin: Kompetensi Cairan Dan Elektrolit ( 4 – x ) x 0.8 x BB Dikoreksi dengan plasbumin 20 – 25 % Kecepatan Pemberian : 1 ml / menit
  • 74. 3. Transfusi : Kompetensi Cairan Dan Elektrolit Rumus : Hb Normal – Hb pasien = hasil Hasil x BB x produk darah ( PRC x 3 ) dan (WB x 6) Rumus Transfusi darah: 1. Whole Blood: 6 x ð Hb x BB 2. PRC : 3 x ð Hb x BB 3. FFP: 10 x ð Hb x BB 4. Cryo: 0.5 x ð Hb x BB
  • 76. Kasus Kelompok 1 (Luka Bakar Grade 2, 20%) Kasus Kelompok 2 (Luka Bakar Grade 3, 30%) Kasus Kelompok 5 (Edema Anasarka) Kasus Kelompok 4 (Luka Bakar Grade 3, 25%) Kasus Kelompok 3 (Asites) Lengkapi pengkajian data,tentukan masalah keperawatan dengan Patofisiologi, 2 rencana intervensiprioritas yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah diatas
  • 77. Kasus Kelompok 1 (Luka Bakar Grade 2, 20%) Lengkapi pengkajian data, tentukan masalah keperawatan dan rencana intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah diatas (3 masalah prioritas)
  • 78. Kasus Kelompok 2 (Luka Bakar Grade 3, 30%) Lengkapi pengkajian data, tentukan masalah keperawatan dan rencana intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah diatas (3 masalah prioritas)
  • 79. Kasus Kelompok 3 (Asites) Lengkapi pengkajian data, tentukan masalah keperawatan dan rencana intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah diatas (3 masalah prioritas)
  • 80. Kasus Kelompok 4 (Luka Bakar Grade 2, 25%) Lengkapi pengkajian data, tentukan masalah keperawatan dan rencana intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah diatas (3 masalah prioritas)
  • 81. Kasus Kelompok 5 (Edema Anasarka) Lengkapi pengkajian data, tentukan masalah keperawatan dan rencana intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah diatas (3 masalah prioritas)