Manajemen cairan dan elektrolit membahas tentang keseimbangan cairan tubuh, anatomi dan fisiologi pembuluh darah perifer, jenis-jenis cairan intravena, prosedur insersi kateter intravena, dan komplikasinya. Dokumen ini juga menjelaskan tentang fungsi cairan bagi tubuh, komposisi cairan tubuh berdasarkan usia, mekanisme pergerakan cairan, dan mekanisme keseimbangan cairan tubuh.
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Manajemen cairan dan elektrolit 8 september 2022.pdf
1. Uswatun Hasanah
MANAJEMEN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Disampaikan Dalam Pelatihan Intensive Care yang diselenggarakanan
Inst.Diklat & Simulasi Respirasi RSUP Persahabatan Jakarta
2. OUTLINE
1. Keseimbangan Cairan Tubuh
2. Anatomi & Fisiologi Pembuluh Darah Perifer
3. Jenis Cairan Intravena
4. Prosedur Insersi Kateter Intra vena
5. Komplikasi
4. FUNGSI CAIRAN BAGI TUBUH
Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur
tubuh
Transportasi : nutrien, partikel kimiawi, partikel darah,
energi, hormon, sisa metabolisme.
Pembentuk struktur tubuh
Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistim
kardiovaskuler.
6. MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN
Area konsentrasi rendah
Area konsentrasitinggi Area konsentrasirendah
Membran semi permiabel Zat terlarut
Area konsentrasi tinggi
OSMOSIS
DIFUSI
Pergerakan cairan melalui
membran dari area dengan
dengan konsentrasi zat terlarut
rendah ke area dengan
konsentrasi zat terlarut tinggi.
Pergerakan molekul melalui
membran dari area dengan
konsentrasi tinggi ke area
dengan konsentrasi rendah,
akan berhenti ketika sudah
terjadi keseimbangan konsentrasi
pada kedua area.
7. TRANSPORT AKTIF
TEKANAN ONKOTIK
Pergerakanmolekulmelawan
gradient konsentrasi, diperlukan
energieksternal (A
TP). Natrium
berpindahkeluarsel dan Kalium
berpindahkedalamsel untuk
mempertahankanperbedaan
konsentrasi antaraintradan
ekstrasel.Disebutjugapompa
Natrium-Kalium
Gaya tarik ini bersifat agar air tetap berada di intravaskuler.Tekanan
onkotikadalahtekanan osmotikyangdihasilkanolehprotein/albumin
8. FILTRASI
Merupakan proses transfer air
danzat terlarutdariareatekanan
tinggi ke area tekanan rendah;
melalui tekanan hidrostatik.
TEKANAN HIDROSTATIK
T
ekanan yang dihasilkan oleh cairan pada
dinding pembuluh darah. Merupakan
gaya utama yang mendorong air keluar
darisistemvaskular pada tingkat kapiler
9. KESEIMBANGAN CAIRAN (FLUID BALANCE)
Adalah Istilah yang digunakan
untuk menggambarkan
keseimbangan antara cairan
yang masuk dengan cairan
yang keluar baik melalui
proses metabolik dan fisiologis
secara tepat (Welch, 2010).
10. MEKANISME KESEIMBANGAN CAIRAN
1. Hormon Antidiuretik (ADH)
Jika volume darah turun (osmolaritas darah meningkat), dideteksi oleh hipotalamus untuk
memberikan signal ke kelenjar pituitary, kelenjar tersebut akan mengeluarkan ADH Antidiuretik
hormon (vasopresin) ke dalam aliran darah, ADH keluar menyebabkan ginjal menahan air, air yang
tertahan akan meningkatkan volume darah dan menurunkan osmolaritas
11. LANJUTAN
2. Sistem Renin Angiotensin
Aliran darah turun/volume cairan berkurang renin angiotensin I angiotensin II.
Angiotensin II akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk memperoduksi aldosteron.
Aldosteron akan meretensi Na dan air.
12. KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH
Total intake cairan harian
2600 ml
Minum 1500 ml
Makan padat 800 ml
Air oksidasi 300 ml
Menghitung Urin output :
0.5 – 1 ml/kg/jam
Menghitung feces : Bowel
output 100 -200 ml
Ginjal 1500 ml
Total Output cairan
harian 2600 ml
Pencernaan 100 ml
Paru 400 ml
Kulit 600 ml
13. Water lost through faeces, sweat and
evaporation cannot be regulated in the
same way by the body, and is influenced by
dietary intake, illness and the environment
(Scales and Pilsworth, 2008).
17. Arteri
Arteri besar memiliki dinding
yang tebal yang terbentuk dari
jaringan elastis
menimbulkan recoil sehingga
mendorong darah kembali ke
sirkulasi. Bagian terdlm
(endothelium) berfungsi
mempertahankan
homeostasis, menjaga aliran
dan nilai normal gula darah
dalam tubuh, menginhibisi
koagulasi darah.
18. Vena
Vena memiliki diameter besar,
dinding pembuluh darah tipis
merupakan sistem dengan
tekanan rendah dan volume
tinggi. Vena yang lebih besar
memiliki katup berbentuk
semilunar untuk
mempertahankan aliran ke
jantung dan mencegah aliran
darah balik
19. KAPILER
Merupakan sel endotel tanpa jaringan elastis dan jaringan otot. Pertukaran
nutrisi dan sisa metabolik terjadi melalui dinding pembuluh darah yang
tipis ini. Kapiler-kapiler beranastomosis (berhubungan satu dengan lainnya)
membentuk jala-jala antar arteri-arteri dan vena-vena kecil.
20. TERAPI INFUS
PENGERTIAN
Terapi Infus adalah terapi yang
berkaitan dengan seluruh aspek
pemberian cairan dan atau obat-
obatan ke dalam tubuh klien
dengan menggunakan kateter
atau jarum.
TUJUAN
• Mengembalikan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
• Menyiapkan akses pemberian obat-
obatan melalui vena.
• Memberikan transfusi darah atau
komponen darah.
• Memberikan nutrisi parenteral.
• Melakukan koreksi asam basa.
22. AREA INSERSI KATETER INTRAVENA PERIFER
24
Vena Dorsalis Pedis
V. Mediana Basilika
V. Mediana Sefalika
Vena Sefalika
Vena Basilika
Vena Basilika
V. Great Saphenous
Vena Basilika
Vena Sefalika
Vena Dorsal Metakarpal
23. 27
Intraosseus: Metode pemberian cairan kedalam tubuh melalui sumsum tulang
Intra Peritoneal: Metode pemberian obat-obatan kemoterapi langsung
kedalam rongga abdomen melalui kateter khusus.
Intrathecal: Metode pemberian obat-obatan dalam jumlah yang sangat kecil
kedalam ruang dibawah membran arakhnoid otak atau saraf tulang belakang.
Intra Arterial: Metode menempatkan kateter dalam arteri.
Intra dermal: Pemberian cairan atau obat obatan ke dalam tubuh klien melalui
subkutan.
Intra vena: Pemberian cairan, elektrolit, nutrisi atau obat-obatan ke dalam
tubuh klien melalui vena.
RUTE PEMBERIAN TERAPI INFUS
26. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI INTRA VENA
Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan dan kemasannya
Memastikan cairan infus diberikan secara benar ( pasien, jeniscairan, dosis,
cara pemberian, waktupemberian dan pendokumentasian )
Memeriksa apakah jarum vena tetap paten
Observasi tempat penusukan ( insersi ) dan segera mengganti bila
terjadi pembengkakan
Mengatur kecepatantetesansesuai dengan instruksi
Memonitor kondisi pasien, mencatat dan melaporkan setiap ada perubahan
28. PENGERTIAN CAIRAN IV: TONISITAS
Cairan isotonik memiliki
osmolaritas kurang lebih
sama dengan serum. Karena
tinggal dalam ruang
intravaskular , cairan
mengekspansi kompartemen
intravaskular dan merupakan
pilihan terbaik utk hidrasi
contoh : RL, Rfundin, NaCl 0,9 %
Cairan hipotonik memiliki
osmolaritas lebih rendah
dari serum. Cairan akan
berpindah dari
kompartemen
intravaskular,
menghidrasi sel dan
kompartemen interstitial
Contoh : aquabidest
Cairan hipertonik
memiliki osmolaritas
lebih tinggi dari serum.
Cairan akan terdorong ke
kompartemen
intravaskular , dari sel
dan kompartemen
interstitial
contoh: NaCL 3 %. Na2HCO3
29. Cairan Contoh
Isotonik
Ringer Laktat (275 mOsm/L)
Ringer ( 275 mOsm/L)
Normal Saline (308 mOsm/L)
D5W (260 mOsm/L)
5% albumin (308 mOsm/L)
Hetastarch (310 mOsm/L)
Hipotonik
Half-normal saline (154 mOsm/L)
0.33% sodium chloride ( 103mOsm/L)
Dextrose 2.5% in water (126 mOSm/L)
Hipertonik
Dextrose 5% in half normal saline (406
mOsm/L)
Dextrose 5% in normal saline (560 mOsm/L)
Dextose 5% in lactated Ringer’s (575 mOsm/L)
3% sodium chloride ( 1.025 mOsm/L)
7.5% sodium chloride (2400 mOsm/L)
CAIRAN CONTOH
30. Koloid
a. Cairan yang mengandung albumin dalam
plasma
b.Tinggal dalam intravaskuler cukup lama
(waktu tinggal 3-6 jam )
a. Volume yang diberikan sama dengan volume
darah.
b.Memiliki sifat protein plasma sehingga cenderung
tidak keluar dari membran
TERAPI CAIRAN KOLOID
31.
32. TERAPI CAIRAN KRISTALOID
• A. Cairan Resusitasi pada Dehidrasi.
Cairan resusitasi pada pasien dehidrasi tergantung
derajat dehidrasi.
• Rumus cairan resusitasi =
Derajat dehidrasi x kg BB (L)
33. LANJUTAN
Cairan resusitasi dikatakan berhasil bila:
MAP = Mean Arterial Pressure : ≥ 65 mmHg
CVP = Central Venous Pressure : 8-12 mmHg
Urine Output :≥ 0,5 mL/ kgBB/jam
Central Venous (vena cava superior) atau Mixed Venous
Oxygen Saturation ≥70%.
Status mental normal
34. B. Cairan pada luka bakar menurut Formula Baxter.
Total Cairan Kristaloid:
Berikan 50% dari total cairan dalam
8 jam pertama dan sisanya dalam 16
jam berikutnya.
4 cc x berat badan x luas luka bakar
35. KOLOID KRISTALOID
1
Berat Molekul besar >
8000 dalton 1
Berat Molekul kecil <
8000 dalton
2 Tidak larut sempurna 2 Larut sempurna
3
Tahan 4-6 jam dalam
Intra Vena 3
Tahan 2-3 jam dalam
Intra Vena
4
Cepat meningkat
dalam sirkulasi 4
Lambat meningkat
dalam sirkulasi
5 Mengandung protein 5 Mengandung elektrolit
6
Jumlah koloid
sebanding dengan
volume darah yang
hilang
6
Jumlah kristaloid 3-4
kali volume darah
yang hilang
7 Harga lebih mahal 7 Harga lebih murah
PERBANDINGAN KOLOID & KRISTALOID
39. 1. Peningkatan HPC (Peningkatan Tekanan Hidrostatik)
Tekanan dalam cairan yang berasal dari tekanan
dalam vaskuler
HPC > OPC Cairan masuk ke jaringan
40. 2. Penurunan Tekanan Onkotik
Penurunan tekanan onkotik Protein sebagai zat yang
berfungsi mempertahankan tekanan onkotik.
Penurunan kadar Protein plasma tekanan onkotiknya
menurun perpindahan cairan dari vaskuler menuju sel
dalam jaringan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi sehingga
terjadi edema
41. 3. Peningkatan Permeabilitas membrane kapiler
Peningkatan permeabilitas kapiler. Membran yang bersifat
semipermeabel yang dapat dilalui air dan elektrolit, namun untuk dilalui
protein sangat sulit.
Permeabilitas kapiler meningkat seperti pada
pengaruh adanya toksin saat infeksi atau alergi maka
protein akan keluar melalui kapiler akibatnya tekanan
osmotik darah menurun dan cairan akan keluar
kapiler dan masuk dalam jaringan dan terjadilah
edema.
Sebagai contoh pada kasus reaksi anafilaksis
42. 4. Obstruksi Limfatik
Obstruksi limfatik Pada pederita post mastektomi dan
filaria akan mengalami bendungan aliran limfeyang
menyebabkan penimbunan cairan sehingga terjadi
edema yang disebut limfedama.
Pada filaria limfedema terjadi
pada daerah inguinal yang
menimbulkan edema di kaki
dan scrotum
43. 5. Kelebihan Natrium dan Air
Natrium dan air adalah zat yang berperan
dalam pengaturan volume cairan dalam tubuh
bersama ginjal.
Bila tubuh mengalami kelebihan natrium
dan ginjal tidak mampu mengeluarkannya melalui
urine maka terjadi ketidakseimbangan cairan. Cairan
akan berpindah dari vaskuler dan sel
masuk ke dalam jaringan yang akibatnya terjadi
edema
44. Dehidrasi (Hypovolemic)
DEHIDRASI PRIMER dapat terjadi akibat dari
masuknya air ke dalam tubuh sangat terbatas
DEHIDRASI SEKUNDER (Sodium Depletion) terjadi
manakala tubuh kehilangan cairan yang mengandung
ELEKTROLIT melalui saluran pencernaan (muntah,
diare yang sangat berat)
45. Kehilangan
cairan minimal
10 – 15 %
Kehilangan
cairan sedang
25 %
Kehilangan cairan
berat 40 % atau
lebih
Tanda dan gejalanya Tanda dan gejalanya Tanda dan gejalanya
Tacicardy ringan
Tekanan darah normal
Penurunan systole >
16 mmHg atau
peningkatan denyut
nadi > 20 x/mnt
Peningkatan CRT > 3
det
Urine output > 3
ml/jam
Kulit pucat dan dingin
Nadi cepat dan
lemah
Hipotensi supinasi
Kulit dingin
Urine output sekitar
10
30 %/ ml/ jam
Sangat kehausan
Gelisah bingung
dan cepat marah
Takikardi
Hipotensi
Nadi perifer
lemah dan
hilang
Kulit dingin dan
sianosis
Urine output < 10 %
Penurunan
kesadaran
Estimasi Kehilangan Cairan
46. DERAJAT DEHIDRASI
Derajat Dewasa Anak
Dehidrasi ringan 4 % 4% - 5%
Dehidrasi
Sedang
6% 5% -10 %
Dehidrasi Berat 8% 10% - 15%
Syok 15% - 20 % 15% - 20%
Rumus Dehidrasi = BB sebelum sakit – BB sesudah sakit x 100 %
BB sebelum sakit
47. A. Dehidrasi Primer
1. Penyakit yang menghalangi cairan masuk ke
system Pencernaan (mulut)
Infeksi
Mulut
49. A. Dehidrasi Primer
3. Penyakit kompleks yang menyebabkan penderita
sangat lemah dan tidak dapat minum lagi
50. STADIUM AWAL DEHIDRASI
Ion Natrium & Chlor Ikut Menghilang Bersama Cairan Tubuh
Natrium & Chlor Berlebihan Diruang Ekstraseluler
Gangguan Keseimbangan Cairan Yang Disebut Hipertoni Ekstrselular
Perpindahan cairan dari intra ke ekstraseluler Peningkatan reabsorpsi ion dan air
di tubulus ginjal
Dehidrasi Intraseluler
HAUS
51. Kehilangan cairan yang sangat berat bila lebih dari 15% atau 22% TBW
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan berdampak terhadap
gangguan metabolisme tubuh yang mengancam jiwa penderita
Halusinasi
55. KOREKSI ELEKTROLIT
⚫ HCO3: Normal: 22 – 26 meq/liter
- (HCO3 normal – HCO3 hasil ) x 0,4 x BB
- BE x 1/3 BB
- Catatan : jika HCO3
turun Standar : 24
Natrium : normal :135 – 145 meq/liter
- ( Na normal – Na hasil ) x 0,2 x BB
- Catatan : jika Natrium
turun Standar : 140
⚫ KALIUM
- Kalium normal : 3,5 – 5,5 meq/ liter
- ( K normal – K hasil ) x 1/3 BB
- Maksimal pemberian kalium 20 meq / jam
- Standar kalium 4,5
CALSIUM
- Kalsium normal : 4,7 s/d 5,2mg/dl
- Koreksi 20 mg/ kg BB
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64. PENGKAJIAN KLINIS – KESEIMBANGAN CAIRAN
(Clinical Assessment Fluid Balance)
1. Tekanan darah
Systolic
2. Heart Rate
3. Capillary refill Time
4. Akral dingin
5. Respiratory Rate
6. Turgor kulit
7. Membran mukosa
8. Urin Output
9. Oedama sign
10. JVP point
65.
66. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit volume cairan
Kelebihan volume cairan
Penurunan curah jantung
Perfusi jaringan tidak efektif
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
67. Intervensi Keperawatan:
⚫ Observasi status hidrasi, tanda vital
⚫ Pantau hasil laboratorium yang relevan (peningkatan
BUN, Ht, osmolaritas urin)
⚫ Pantau tanda-tanda retensi cairan (peningkatan CVP,
ronkhi basah, edema, distensi vena leher)
⚫ Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
cairan
⚫ Pasang kateter bila perlu
⚫ Timbang BB pasien setiap hari
68.
69.
70.
71.
72. 3. Koreksi Kalium:
Kompetensi Cairan Dan Elektrolit
( 4 – x ) x 0.3 x BB
Dikoreksi dengan KCL 25 meq dalam NaCl 0.9 %
1 cc KCL = 1 meq
Kecepatan : Maksimal 10 meq / jam atau
maksimal 60 meq dalam 1000 cc NaCl 0.9 %
73. 3. Koreksi Albumin:
Kompetensi Cairan Dan Elektrolit
( 4 – x ) x 0.8 x BB
Dikoreksi dengan plasbumin 20 – 25 %
Kecepatan Pemberian : 1 ml / menit
74. 3. Transfusi :
Kompetensi Cairan Dan Elektrolit
Rumus : Hb Normal – Hb pasien = hasil
Hasil x BB x produk darah ( PRC x 3 ) dan (WB x 6)
Rumus Transfusi darah:
1. Whole Blood: 6 x ð Hb x BB
2. PRC : 3 x ð Hb x BB
3. FFP: 10 x ð Hb x BB
4. Cryo: 0.5 x ð Hb x BB
76. Kasus
Kelompok 1
(Luka Bakar
Grade 2, 20%)
Kasus
Kelompok 2
(Luka Bakar
Grade 3, 30%)
Kasus
Kelompok 5
(Edema
Anasarka)
Kasus
Kelompok 4
(Luka Bakar
Grade 3, 25%)
Kasus
Kelompok 3
(Asites)
Lengkapi pengkajian
data,tentukan masalah
keperawatan dengan
Patofisiologi, 2 rencana
intervensiprioritas yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas
77. Kasus Kelompok 1 (Luka
Bakar Grade 2, 20%)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)
78. Kasus Kelompok 2
(Luka Bakar Grade 3,
30%)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)
79. Kasus Kelompok
3 (Asites)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)
80. Kasus Kelompok 4 (Luka
Bakar Grade 2, 25%)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)
81. Kasus Kelompok 5
(Edema Anasarka)
Lengkapi pengkajian data,
tentukan masalah keperawatan
dan rencana intervensi yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas (3
masalah prioritas)