SlideShare a Scribd company logo
i
MAKALAH
PENYAKIT RABIES
Kelompok 8 (delapan)
FENDA. HOMY (143010041)
SAMSURYA. ( 201231000023)
HENDRIK DUNAN MAMPORI(143010048)
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
MAKASSAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1.1 Sejarah Penyakit Rabies..................................................................................
2.1.2 Defenisi Penyakit Rabies....…….......................................................................
2.1.3 Struktur Virus Rabies........................................................................................
2.1.4 Siklus Hidup Rabies..........................................................................................
2.1.5 Epidemiologi dan Penularan Virus
Rabies..............................................................................................................
2.1.6 Tipe Penyakit Rabies…….....................…………………………………….......
2.1.7 Patogenesis Rabies...................................……………………………………..
2.1.8 Gejala Klinis Rabies.............................................………………….................
2.1.9 Jenis –Jenis Vaksin Rabies...........................................................................
2.1.10 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rabies........................................
2.1.11 Pengobatan Penyakit Rabies.......................................................................
2.1.12 Penangulan Penyakit Rabies.......................................................................
2.1.13 Perundang –undangan Penyakit Rabies.....................................................
BAB 3 PENUTUP
2.1.14 Kesimpulan....................................................................................................
2.1.15 Saran ...........................................................................................................
2.1.16 Daftar Pustaka............................................................................................
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang karena dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Penyakit Rabies sebagai
tugas kelompok mata kuliah Komunitas IV . Penulis mengucapkan terima kasih atas peran
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini terutama :
1. TYM atas rahmatnya makalah ini dapat di selesaikan dengan baik
2. Ibu Mirnawati S.kep. Ns, sebagai dosen mata kuliah Komunitas IV
3. Literatur yang ada di internet dan perpustakaan umum yang menambah
wawasan.
4. Semua teman dan yang lainnya yang telah membantu dan memberi semangat
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini jauh dari kata sempurna, maka
diperlukan saran dan kritik yang membangun dalam makalah ini.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi orang yang membacanya.
Makassar 17 januari 2015
Penulis
Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies.Penyakit anjing gila ini mempunyai sifat zoonotik yaitu penyakit
yang dapat ditularkan dari hewan pada manusia.penyakitanjing gila atau rabies ini bisa
menular kepada manusia melalui gigitan.
Rabies berasal dari kata latin “rabere” yang berarti “gila”, di Indonesia dikenal
sebagai penyakit anjing gila. Rabies merupakan suatu penyakit hewan menular akut yang
bersifat zoonosis (dapat menular ke manusia). Penyakit ini tidak saja dampak kematian
manusia yang ditimbulkannya tetapi juga dampak psikologis (kepanikan, kegelisahan,
kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan) pada orang-orang yang terpapar serta
kerugian ekonomi pada daerah yang tertular seperti biaya pendidikan, pengendalian yang
harus dibelanjakan pemerintah serta pendapatan negara dan masyarakat yang hilang akibat
pembatalan kunjungan wisatawan.
Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat dicegah dengan vaksin
yang terjadi di lebih dari 150 negara dan wilayah. Infeksi menyebabkan puluhan ribu
kematian setiap tahun, terutama di Asia dan Afrika. 40% dari orang-orang yang digigit oleh
hewan rabies adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Anjing adalah sumber dari sebagian
besar kematian rabies pada manusia. Segera bersihkan luka dan lakukan imunisasi dalam
beberapa jam setelah kontak dengan hewan rabies dapat mencegah timbulnya rabies dan
kematian.
Rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia oleh Schoorl (1884) di Jakarta pada
seekor kuda, kemudian oleh JW Esser (1889) di Bekasi pada seekor Kerbau. Setelah Penning
(1890) menemukan rabies pada anjing, rabies ini menjadi penyakit yang popular di Indonesia
(Hindia Belanda saat itu).Rabies pada manusia dilaporkan lebih belakangan yaitu oelh de
Haan pada tahun 1894.Campur tangan (intervensi) pemerintah terhadap pengendalian rabies
secara formal telah dilakukan sejak era 1920-an, terbukti dengan penetapan ordonansi rabies
– Hondsdolheids (Staatsblad 1926 No. 451 yo Staatblad 1926 No. 452) oleh pemerintah
colonial Belanda.
Dalam sejarah pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia, walaupun ada
wilayah yang berhasil dibebaskan, namun Indonesia tidak berhasil menghentikan perluasan
daerah tertular rabies di Indonesia. Daerah tertular rabies yang semula hanya beberapa
Page 2
provinsi saja sebelum Perang Dunia II, telah meluas ke daerah lain yang semula bebas yaitu:
Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara dan Sulawesi Utara
(1956), Sulawesi Selatan (1958), Sumatera Selatan (1959), Lampung (1969), Aceh (1970),
Jambi dan DI yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tengah (1972),
Kalimantan Timur (1974) dan Riau (1975).
Pada dekade 1990-an dan 2000-an Rabies masih terus menjalar ke wilayah yang
sebelumnya bebas hitoris menjadi tertular yaitu Pulau Flores (1998) Pulau Ambon dan Pulau
Seram (2003), Halmahera dan Morotai (2005) Ketapang (2005) serta Pulau Buru (2006)
kemudian Pulau Bali, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat di Provinsi Riau (2009). Saat ini
provinsi yang bebas rabies Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat,
Papua dan Papua Barat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah penyakit rabies?
2. Apa pengertianRhabdovirus dan rabies?
3. Bagaimana struktur Rhabdovirus?
4. Bagaimana siklus hidup virus rabies?
5. Bagaimana epidemiologi dan penularan rabies?
6. Bagaimana tipe rabies pada anjing dan kucing?
7. Bagaimana patogenesis rabies?
8. Bagaimana gejala klinis penyakit rabies?
9. Bagaimana diagnosis penyakit rabies?
10. Apa saja jenis-jenis vaksin anti rabies?
11. Bagaimana cara pencegahan dan pengendalian penyakit rabies?
12. Bagaimana cara pengobatan penyakit rabies?
13. Bagaimana cara penanggulangan penyakit rabies?
14. Bagaimana peraturan perundangan mengenai penyakit rabies?
Page 3
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas IV
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami sejarah penyakit rabies.
2. Mengetahui dan memahami pengertian Rhabdovirus dan rabies.
3. Mengetahui dan memahamistruktur Rhabdovirus.
4. Mengetahui dan memahami siklus hidup virus rabies.
5. Mengetahui dan memahami epidemiologi dan penularan rabies.
6. Mengetahui dan memahami tipe rabies pada anjing dan kucing.
7. Mengetahui dan memahami patogenesis rabies.
8. Mengetahui dan memahami gejala klinis penyakit rabies.
9. Mengetahui dan memahami diagnosis penyakit rabies.
10. Mengetahui dan memahami jenis-jenis vaksin anti rabies.
11. Mengetahui dan memahamicara pencegahandan pengendaian penyakit rabies.
12. Mengetahui dan memahamicara pengobatan penyakit rabies.
13. Mengetahui dan memahamicara penanggulangan penyakit rabies.
14. Mengetahui dan memahami peraturan perundangan mengenai penyakit rabies.
1.4 Manfaat
Mahasiswa lebih mengetahui tentang penyakit rabies itu sendiri.Baik dari segi
definisi, struktur virus, epidemiologi, pathogenesis, penularan, pencegahan, penanggulangan
penyakit rabies dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penyakit rabies.
BAB II
Page 4
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Penyakit Rabies
Rabies pertama kali ditemukan pada 2000 tahun SM, yaitu ketika Aristoteles
menemukan bahwa anjing dapat menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan.
Lalu pada tahun 1885, ketika seorang anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor
anjing yang terinfeksi virus rabies, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla
spinalis anjing tersebut.Hal ini menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas,
karena anak tersebut tidak menderita rabies.Kemudian pada tahun 1903 ditemukan badan
Negri yang bersifat diagnostik. Pada tahun 1940-an sudah dimulai penggunaan vaksin rabies
pada anjing. Penambahan globulin imun rabies untuk manusia setelah pemaparan pengobatan
vaksinasi dilakukan pada tahun 1954.Lalu pada tahun 1958 dilakukan penumbuhan virus
rabies dalam biakan sel. Pada tahun 1959 dilakukan pengembangan tes antibodi fluoresen
diagnostik.
2.2 Pengertian Rhabdovirus dan Rabies
Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang berarti berbentuk batang
dan Virus yang berarti virus.Jadi Rhabdovirus merupakan virus yang mempunyai bentuk
seperti batang.
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies (Rhabdovirus). Penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari
hewan ke manusia.Rabies merupakan salah satu penyakit di mana agen infektifnya berupa
virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat.Rabies yang menginfeksi kucing,
anjing,rakun,kelelawar atau kera dapat menular ke manusia melalui kontak dengan kelenjar
saliva (air liur) hewan yang terinfeksi.Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Klasifikasi Rhabdovirus
Order : Mononegavirales
Famili : Rhabdoviridae
Genus : Lyssavirus
Spesies: Rhabdovirus (Virus Rabies)
Page 5
2.3 Struktur Rhabdovirus
Virus rabies atau Rhabdovirus merupakan salah satu virus yang mempunyai sifat
morfologik dan biokimiawi yang lazim dengan virus somatis vesikuler sapi dan beberapa
virus hewan, tanaman, dan serangga.Virus rabies dan jenis virus lainnya terdiri dari dua
komponen dasar, yaitu sebuah inti dari asam nukleat yang disebut genom dan yang
mengelilingi protein yang disebut kapsid.
Gambar 1. Struktur Rhabdovirus
Rhabdovirus merupakan partikel berbentuk batang atau peluru berdiameter 75 nm x
panjang 180 nm.Partikel dikelilingi oleh selubung selaput dengan duri yang menonjol yang
panjangnya 10 nm, dan terdiri dari glikoprotein tunggal. Genom beruntai tunggal, RNA
negative-sense (12 kb; BM 4,6 x 106) yang berbentuk linear dan tidak bersegmen. Sebuah
virus rabies yang lengkap diluar inang (virion) mengandung polimerase RNA. Komposisi
dari virus rabies ini adalah RNA sebanyak 4%, protein sebanyak 67%, lipid sebanyak 26%,
dan karbohidrat sebanyak 3%. Rhabdovirus melakukan replikasi dalam sitoplasma dan virion
bertunas dari selaput plasma.Karakter yang menonjol dari Rhabdovirus ini merupakan virus
yang bersusun luas dengan rentang inang yang lebar.Virus ini merupakan jenis virus uang
mematikan.Kapsid melindungi genom dan juga memberikan bentuk pada virus.
Page 6
2.4 Siklus Hidup Virus Rabies
Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau menempel pada dinding sel inang.
Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat
dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies.Kemudian secara endositosis virus
dimasukan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi, virus telah masuk kedalam sel inang dan
melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ia tempati. Lalu terjadilah transkripsi dan
translasi. Genom RNA untai tunggal direkam oleh polimerase RNA terkait, virion menjadi
lima spesies mRNA. mRNAs monosistronik ini menyandi untuk lima protein virion. Genom
ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang menimbulkan pembentukan RNA
keturunan.RNA genomik berhubungan dengan transkriptase virus, fosfoprotein dan
nukleoprotein.Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru mendapatkan selubung melalui
pertunasan yang melewati selaput plasma.Protein matriks virus membentuk lapisan pada sisi
dalam selubung, sementara glikoprotein virus berada pada selaput luar dan membentuk
duri.Setelah bagian-bagian sel lengkap, sel virus tadi menyatukan diri kembali dan
membentuk virus yang baru.
Setelah itu virus keluar dari sel inang dan menginfeksi sel inang yang lainnya.
Keseluruhan proses dalam siklus hidup virus rabies ini terjadi dalam sitoplasma.Virus rabies
membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokulasi dan kemudian memasuki
saraf tepi pada sambungan neuromuskuler dan menyebar sampai ke susunan saraf pusat.
Virus membelah diri disini dan kemudian menyebar melalui saraf tepi ke kelenjar ludah dan
jaringan lain. Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung pada latar
belakang genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inang,
jumlah inokulum, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari
titik masuk ke susunan saraf pusat. Terdapat angka serangan yang lebih tinggi dan masa
inkubasi yang lebih pendek pada orang yang digigit pada wajah atau kepala.
Virus rabies menghasilkan inklusi sitoplasma eosinofilik spesifik, badan Negri, dalam
sel saraf yang terinfeksi.Adanya inklusi seperti ini bersifat patognomonik rabies tetapi tidak
terlihat pada sedikitnya 20% kasus.Karena itu, tidak adanya badan Negri tidak
menyingkirkan diagnosis rabies. Virus rabies memperbanyak diri diluar susunan saraf pusat
dan dapat menimbulkan infiltrat dan nekrosis seluler dalam kelenjar lain, dalam kornea, dan
di tempat lain.
Page 7
2.5 Epidemiologi dan Penularan Rabies
Diseluruh dunia, diperkirakan terjadi 15.000 kasus rabies yang ditularkan ke manusia
setiap tahunnya.Kejadian ini sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk
Indonesia.Rabies ditularkan kepada manusia melalui gigitan anjing pembawa virus rabies. Di
Kanada, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa Barat, virus rabies yang dibawa oleh anjing
dan kucing dapat dikendalikan. Namun manusia dapat tertular melalui gigitan hewan liar,
khususnya sigung, rubah, dan kelelawar. Di Amerika Latin, rabies khususnya ditularkan
melalui kelelawar vampir yang secara normal menghisap darah ternak, tetapi juga dapat
menggigit manusia. Peningkatan rabies hewan liar di AS dan beberapa negara maju lain
memberi risiko yang jauh lebih besar bagi manusia dibandingkan pada anjing atau kucing.
Hewan liar yang diperangkap dan dijual sebagai binatang peliharaan dapat menjadi sumber
pamaparan manusia.
Dari tahun 1980-1983, telah didiagnosis 18 kasus rabies manusia di AS.Dengan
menggunakan penanda molekuler, 7 dari 9 kasus yang diketahui merupakan rabies, terbukti
mengandung virus yang berkaitan dengan kelelawar.
Rakun telah menjadi reservoir penting untuk rabies di daerah timur AS dan pada saat
ini merupakan lebih dari setengah kasus rabies hewan yang dilaporkan.Telah diyakini bahwa
rabies racoon masuk ke daerah Atlantik tengah pada tahun 1970, ketika rakun yang terinfeksi
dibawa ke daerah tersebut dari AS bagian tengara untuk memenuhi persediaan pemburu.
Pada tahun 1981, lebih dari 7000 kasus rabies hewan yang dipastikan secara
laboratorium telah dilaporkan di AS dan sekitarnya. Tujuh jenis hewan yang terkena pada
97% kasus : sigung (62%), kelelawar (12%), rakun (7%), sapi (6%), kucing (4%), anjing
(3%), dan rubah (3%). Dari kasus-kasus ini, 85% kasus terjadi pada hewan liar dan 15% pada
hewan peliharaan.
Gambar 2.Hewan-hewan yang terkena virus rabies akan mengeluarkan air liur secara berlebihan
Kelelawar menimbulkan masalah khusus karena mereka dapat membawa virus rabies
sementara mereka tampak sehat, mengeluarkan rabies dalam liur, dan menularkannya ke
Page 8
hewan lain, termasuk kelelawar lain dan ke manusia. Kelelawar vampir Amerika Selatan
dapat menularkan rabies ke kelelawar insektivora yang hidup dalam gua-gua. Kelelawar ini
pada gilirannya, dapat menularkan rabies pada kelelawar pemakan buah yang mengunjungi
gua-gua ini dan bermigrasi ke tempat lain. Kelelawar gua dapat mengandung aerosol virus
rabies dan merupakan risiko bagi penelusur gua.Infeksi rabies dari manusia ke manusia
sangat jarang.Kasus rabies yang ditularkan melalui transplan kornea hanya merupakan kasus
tercatat.Kornea yang berasal dari donor yang meninggal dengan penyakit susunan saraf pusat
yang tidak terdiagnosis, dan resipien meninggal akibat rabies 50-80 hari kemudian. Secara
teoritis, rabies dapat berasal dari air liur pasien yang menderita rabies. Tetapi penularan
semacam ini tidak pernah tercatat.
2.6 Tipe Penyakit Rabies Pada Anjing dan Kucing
a. Pada Anjing :
1. Rabies Ganas
 Tidak menuruti lagi perintah pemilik.
 Air liur keluar berlebihan.
 Hewan menjadi ganas, menyerang, atau menggit apa saja yang ditemui dan
ekor dilekungkan kebawah perut diantara dua paha.
 Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak
timbul atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.
2. Rabies Tenang
 Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk.
 Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat.
 Kelumpuhan tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar
berlebihan.
 Kematian terjadi dalam waktu yang singkat.
3. Rabies Asystomatis.
Tanda- tanda yang sering terlihat:
 Hewan tidak menunjukkan gejala sakit.
 Hewan tiba-tiba mati.
b. Pada Kucing :
Gejala atau tanda-tanda yang terlihat hampir sama pada anjing, seperti :
 Menyembunyikan diri, banyak mengeong.
Page 9
 Mencakar-cakar lantai, menjadi agresif.
 2-4 hari setelah gejala pertama biasa terjadi kelumpuhan, terutama di bagian
belakang.
2.7Patogenesis Rabies
Rabies adalah penyakit zoonosis dimana manusia terinfeksi melalui jilatan atau
gigitan hewan yang terjangkit rabies seperti anjing, kucing, kera, musang, serigala, rakun,
kelelawar.Virus masuk melalui kulit yang terluka atau melalui mukosa utuh seperti
konjungtiva mata, mulut, anus, genitalia eksterna, atau transplantasi kornea.Infeksi melalui
inhalasi virus sangat jarang ditemukan.Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka
selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak
mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan
fungsinya.
Gambar 3. Patogenesis rabies
Sumber: www.nicd.ac.za/rabies
Masa inkubasi virus rabies sangat bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih dari 1
tahun, rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah virus yang masuk, berat dan luasnya kerusakan
jaringan tempat gigitan, jauh dekatnya lokasi gigitan ke sistem saraf pusat, persarafan daerah
Page
10
luka gigitan dan sistem kekebalan tubuh. Pada gigitan di kepala, muka dan leher 30
hari,gigitan di lengan, tangan, jari tangan 40 hari, gigitan di tungkai, kaki, jari kaki 60 hari,
gigitan di badan rata-rata 45 hari. Asumsi lain menyatakan bahwa masa inkubasi tidak
ditentukan dari jarak saraf yang ditempuh , melainkan tergantung dari luasnya persarafan
pada tiap bagian tubuh, contohnya gigitan pada jari dan alat kelamin akan mempunyai masa
inkubasi yang lebih cepat.
Tingkat infeksi dari kematian paling tinggi pada gigitan daerah wajah, menengah pada
gigitan daerah lengan dan tangan,paling rendah bila gigitan ditungkai dan kaki.
(Jackson,2003. WHO,2010). Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan
menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama predileksi terhadap sel-sel sistem
limbik, hipotalamus dan batang otak.Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron
sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter
maupun saraf otonom. Dengan demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan
didalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan
sebagainya.
2.8 Gejala Klinis
1. Pada Manusia
Gambar 4. Pasien yang mengidap rabies
Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium:
a. Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah
perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar,
kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.
b. Stadium Sensoris
Page
11
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka
kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan
sensoris.
c. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala
berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan
cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran
hilang.Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak
beraturan.Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif,
halusinasi, dan selalu ketakutan.Tubuh gemetar atau kaku kejang.
d. Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.Kadang-
kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot
yang bersifat progresif.Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
2. Pada Hewan
Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium:
a. Stadium Prodromal
Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung
antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang
masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri,
reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap
tuannya.Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada
provokasi.Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu
badan.
b. Stadium Eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan
dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain
ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada
provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti ketakutan.
Hewan mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan
bereaksi secara berlebihan dan tampak ketakutan.
c. Stadium Paralisis.
Page
12
Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk
dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian.Hewan
mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati.
2.9 Diagnosis Penyakit Rabies
Selama periode awal infeksi rabies, temuan laboratorium tidak spesifik. Seperti
temuan ensefalitis oleh virus lainnya, pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan
pleositosis dengan limfositosis, protein dapat sedikit meningkat, glukosa umumnya normal.
Untukmendiagnosis rabies antemortem diperlukan beberapates, tidak bisa dengan hanya satu
tes. Tes yang dapatdigunakan untuk mengkonfirmasi kasus rabies antara laindeteksi antibodi
spesifik virus rabies, isolasi virus, dandeteksi protein virus atau RNA. Spesimen yang
digunakanberupa cairan serebrospinal, serum, saliva, dan biopsi kulit. Pada pasien yang telah
meninggal, digunakan sampeljaringan otak yang masih segar. Diagnosis pasti
postmortemditegakkan dengan adanya badan Negri pada jaringanotak pasien, meskipun hasil
positif kurang dari 80% kasus.Tidak adanya badan Negri tidak menyingkirkankemungkinan
rabies. Badan Negri adalah badan inklusisitoplasma berbentuk oval atau bulat, yang
merupakangumpalan nukleokapsid virus. Ukuran badan Negri bervariasi, dari 0,25sampai 27
µm, paling seringditemukan di sel piramidal Ammon’s horn dan sel Purkinjeserebelum.
(Jawetz, 2010).
Rabies perlu dipertimbangkan jika terdapat indicator positif seperti adanya gejala
prodromal nonspesifiksebelum onset gejala neurologik,terdapat gejala dan tandaneurologik
ensefalitis atau mielitis seperti disfagia,hidrofobia, paresis dan gejala neurologi yang
progresifdisertai hasil tes laboratorium negatif terhadap etiologiensefalitis yang lain. Bentuk
paralitik rabies didiagnosisbanding dengan sindrom Guillain-Barre.Pada sindromGuillain-
Barre, sistem saraf perifer yang terkena adalahsensorik dan motorik, dengan kesadaran yang
masih baik.Spasme tetanus dapat menyerupai gejala rabies, namuntetanus dapat dibedakan
dengan rabies dengan adanyatrismus dan tidak adanya hidrofobia.(Merlin, 2009).
2.10Jenis-Jenis Vaksin Anti Rabies
1. Vaksin Sel Diploid Manusia (HDCV)
Untuk mendapatkan suspensi virus rabies bebas dari protein asing dan susunan saraf
pusat, virus rabies diadaptasi untuk tumbuh dalam jalur sel fibroblas normal manusia WI-
38.Sediaan virus rabies dipekatkan melalui ultrafiltrasi dan diinaktivasi dengan β-
propiolakton.Bahan ini cukup antigenik sehingga hanya perlu diberikan lima dosis HDCV
Page
13
untuk mendapatkan respons antibodi substansial pada sebagian besar resipien. Reaksi lokal
(eritema, gatal, bengkak pada tempat suntikan) terjadi pada 30-70% resipien, dan reaksi
sistemik ringan (sakit kepala, mual, mialgia, pusing) terjadi pada sekitar seperlima
resipien.Tidak dilaporkan adanya reaksi anafilaktik, neuroparalitik, atau ensefalitik yang
serius.Vaksin ini telah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1980.
Berdasarkan atas jaringan asalnya, HDCV terdiri atas:
a. Nerve tissue vaccine (NTV)
NTV adalah vaksin yang terbuat dari jaringan saraf melalui vaksin yang
berasal dari otak hewan dewasa seperti kelinci, kambing, domba, kera dan tikus dan
vaksin yang berasal dari otak bayi mencit.
b. Non-nerve tissue vaccine
Merupakan vaksin yang terbuat dari jaringan bukan saraf, yang meliputi
vaksin yang berasal dari telur itik bertunas serta Tissue Culture Vaccine (TCV) yang
merpakan vaksin yang terbuat dari biakan jaringan.
2. Vaksin Rabies Absorpsi (RVA)
Vaksin yang dibuat dalam jalur sel diploid yang berasal dari sel paru janin monyet
resus telah diijinkan di Amerika Serikat pada tahun 1988. Vaksin virus diinaktivasi dengan β-
propiolakton dan dipekatkan melalui adsorpsi terhadap fosfat alumunium.Vaksin HDCV dan
RVA cukup manjur dan aman.
3. Vaksin Jaringan Saraf
Vaksin ini dibuat dari otak domba, kambing, atau tikus yang terinfeksi dan digunakan
di banyak bagian dunia termasuk Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Vaksin ini
menyebabkan sensitisasi terhadap jaringan saraf dan menyebabkan ensefalitis pasca
vaksinisasi (suatu penyakit alergik) dengan frekuensi yang tinggi (0,05%). Vaksin ini tidak
digunakan di AS selama beberapa dasawarsa.Perkiraankeberhasilannya pada orang yang
digigit oleh hewan rabies bervariasi dari 5% hingga50%.
4. Vaksin Embrio Bebek
Vaksin ini dikembangkan untuk mengurangi masalah ensefalitis pascavaksinasi.Virus
rabies ditumbuhkan dalam telur bebek terembrionasi, tetapi kepala diangkatsebelum vaksin
disiapkan, dengan tujuan untuk mengeluarkan jaringan saraf danmenghindari ensefalitis
alergi.Secara teratur vaksin ini menimbulkan reaksi setempatdan reaksi sistemik (demam,
malaise, mialgia) pada sepertiga resipien. Reaksineuroparalitik (<0,001%) dan anafilaktik
(<1%), jarang terjadi, tetapi antigenitas vaksin rendah. Karena itu harus diberikan banyak
Page
14
dosis (16-25) untuk menimbulkanrespon antibodi pascapemaparan yang memuaskan.Vaksin
ini digunakan di AS dimasa lalu tetapi sekarang tidak lagi digunakan.
5. Virus Hidup Di Lemahkan
Virus hidup dilemahkan yang diadaptasi untuk tumbuh dalam embrio
ayam(contohnya, strain Flury) digunakan untuk hewan tetapi tidak untuk manusia.Kadang-
kadang, vaksin seperti ini dapat menyebabkan kematian akibat rabies padakucing atau anjing
yang disuntikan.Virus rabies yang ditumbuhkan pada berbagaibiakan sel hewan juga telah
digunakan sebagai vaksin untuk hewan peliharaan.
2.11 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rabies
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan rutin,
hindari memelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit
rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring
berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi
terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya
vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara
pencegahan yang harus diperhatikan.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi
gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak segera dilakukan dapat
mematikan (letal). Imunisasi prapajanan harus dilakukan terhadap orang yang berisiko tinggi
terkena rabies mungkin perlu dilakukan dengan HDCV (human diploid cell rabies vaccine),
RVA (rabies vaccine adsorbed) atau PCBC (purified chick embryo cell vaccine) misalnya
pada orang -orang yang bekerja sebagai dokter hewan, petugas suaka alam pada daerah
anzootik atau epizootic, petugas karantina hewan, petugas laboratorium atau petugas
lapangan yang bekerja dengan rabies atau wisatawan yang berkunjung dalam waktu lama
pada daerah endemis rabies.
Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa
memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya, Menjaga kesehatan hewan peliharaan
dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan
Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan
Praktek. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang
diajak berjalan-jalan.
Page
15
Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan
melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang
terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies
kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat
terbatas.Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari
kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin
manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
2.12Pengobatan Penyakit Rabies
Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit
hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit
kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih
lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies.Tetapi bila digigit binatang buas
(sigung, rakun, rubah dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan
tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera
mungkin.Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot
dengan air sabun.Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah
mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies,
dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan. Jika belum pernah mendapatkan
imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari
ke 3, 7, 14 dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat
ringan.Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam
setelah menjalani vaksinasi. Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko
menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2
dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10
hari.Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalur pernafasan (asfiksia), kejang,
kelelahan atau kelumpuhan total.Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat
dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat.Mereka dipindahkan ke ruang
perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung dan
otak.Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat
penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
Page
16
2.13 Penanggulangan Rabies
Tindakan Penanganan Kasus Gigitan :
Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus diduga sebagai
tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan adalah:
 Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan:
1. Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan dan diberi
yodium tinture atau alcohol 70%
2. Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penanganan
lebih lanjut.
 Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian setempat.
 Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas
Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika hewan mati
dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka hewan tersangka dinyatakan
positif rabies.
 Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut divaksinasi
anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemilik.
2.14 Peraturan Perundang-undangan tentang Rabies
Sejak tahun 1926 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada
anjing, kucing, dan kera.Yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926 dan
pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926. Selanjutnya Ordonantie
tersebut tersebut mengalami perubahan/ penambahan-penambahan yang disesuaikan dengan
perkembangan yang ada.
Di DKI Jakarta terdapat SK Gubernur No. 3213 tahun 1984 tentang Tata-cara
Penertiban Hewan Piaraan Anjing, Kucing dan Kera di wilayah DKI Jakarta yang antara lain
berisi :
1. Kewajiban pemilik hewan piaraan untuk memvaksin hewannya dan menggantungkan
peneng tanda lunas pajak.
2. Menangkap dan menyerahkan hewannya apabila mengigit orang untuk diobservasi.
3. Hewan yang dibiarkan lepas dan dianggap liar atau tersangka menderita rabies akan
ditangkap oleh petugas penertiban.
Page
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari
hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan
saraf pusat.
Rabies disebabkan oleh virus rabies yaitu Rhabdovius genus Lyssavirus. Diseluruh
dunia, diperkirakan terjadi 15.000 kasus rabies yang ditularkan ke manusia setiap
tahunnya.Kejadian ini sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk
Indonesia.Rabies ditularkan kepada manusia melalui gigitan anjing pembawa virus rabies. Di
Kanada, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa Barat, virus rabies yang dibawa oleh anjing
dan kucing dapat dikendalikan. Namun manusia dapat tertular melalui gigitan hewan liar,
khususnya sigung, rubah, dan kelelawar.
Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air
liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia.
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit .Masa
inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari).
Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun
Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan
melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang
terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies
kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat
terbatas.Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari
kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin
manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
3.2 Saran
Saran penulis terhadap pembaca khususnya yang memiliki hewan peliharaan yakni
kucing, anjing, kera dan hewan lainnya yang rentan terkena virus rabies agar dapat menjadi
seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksakan hewan peliharaan dan
memberikan vaksin secara teratur. Selain itu apabila terdapat kasus gigitan dari hewan yang
diduga terjangkit rabies, secepatnya di laporkan ke dinas kesehatan atau pihak terkait agar
dapat meminimalisir terjadinya wabah dari penyakit tersebut.
Page
18
DAFTAR PUSTAKA
Tanzil, Kunadi. PENYAKIT RABIES DAN PENATALAKSANAANNYA.(Jurnal).Bagian
Mikrobiologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.ISSN 2338-7793
CHIN J.2006.Manual Pemberantasan PenyakMenular.Infomedika.Edisi 17,cetakan II,
497507. DEPKES RI, DIRJEN PPM & PL. 2000.Petunjuk Perencanaan &
Penatalaksanaan Kasus Gigitan HewanTersangka /Rabies di Indonesia.
JOKLIK WK, WILLET HP, AMOS DB, WILFERT CM. 1992. Zinsser Microbiology.20th
Ed.1028-1033.PATRIAWATI B dan ROSEMARY F, 2008.Rabies.
Wijaya, septiana.(2008). Virus Rabies. (Online)
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/septiana-wijaya-078114146.pdf,
diakses 24 September 2014
Rahayu, Asih. (2010). Rabies.Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma
Surabaya.(Jurnal
Online).http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol1.no2.Juli2010/RABIES.p
df,diakses 20 September 2014
World Health Organization.Rabies. (Online)
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs099/en/, diakses tanggal 24 September
2014
N,N. (2011). Epidemiologi dan Penularan
Rhabdovirus.(Online).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16929/4/Chap
ter%20II.pdf, diakses tanggal 25 September 2014.
Elcamo, E. I., 1997, Fundamentals of Microbiology, The Benjamin Cummings Publishing
Company, New York
Rohiman dan Nurtjahjo, 1985, Vaksin Anti-Rabies (Human Diploid Cell) dan Kegunaannya
Bagi Manusia, Medika Jurnal Kedokteran Farmasi, Jakarta

More Related Content

What's hot

Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
Anggita Dewi
 
Konsep penularan penyakit
Konsep penularan penyakitKonsep penularan penyakit
Konsep penularan penyakitanwar marzuki
 
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan MartapuraSurveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Helda Zakiya Fitri
 
survey kepadatan kecoa
survey kepadatan kecoasurvey kepadatan kecoa
survey kepadatan kecoa
AnNo ANdi
 
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...
Tata Naipospos
 
Strategi One Health: Pembelajaran Dari Flu Burung - KIVNAS XII PDHI, Semarang...
Strategi One Health: Pembelajaran Dari Flu Burung - KIVNAS XII PDHI, Semarang...Strategi One Health: Pembelajaran Dari Flu Burung - KIVNAS XII PDHI, Semarang...
Strategi One Health: Pembelajaran Dari Flu Burung - KIVNAS XII PDHI, Semarang...
Tata Naipospos
 
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasiSterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
HildaHerman1
 
MAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDALMAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDAL
Winniey Tillich Wahyuni
 
Makalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aidsMakalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aidsrobin2dompas
 
Vii pengendalian vektor
Vii  pengendalian vektorVii  pengendalian vektor
Vii pengendalian vektor
AnNo ANdi
 
Penyakit Rabies
Penyakit RabiesPenyakit Rabies
Penyakit Rabies
BEM FKM UNSRI
 
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan NyamukIndeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan NyamukNindya Harum Solicha
 
Ordo orthoptera
Ordo orthopteraOrdo orthoptera
Ordo orthoptera
triwijiwastiti
 
Infeksi
InfeksiInfeksi
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
Awe Wardani
 
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
Tata Naipospos
 
Infeksi_Nosokomial.ppt
Infeksi_Nosokomial.pptInfeksi_Nosokomial.ppt
Infeksi_Nosokomial.ppt
TYASLARASATI
 
Pengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahPengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabah
Anggita Dewi
 
Infeksi Nosokomial
Infeksi NosokomialInfeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial
Udayana University
 
Sosialisasi One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 - 31 Agustus 2019
Sosialisasi One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 - 31 Agustus 2019Sosialisasi One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 - 31 Agustus 2019
Sosialisasi One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 - 31 Agustus 2019
Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
 
Konsep penularan penyakit
Konsep penularan penyakitKonsep penularan penyakit
Konsep penularan penyakit
 
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan MartapuraSurveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
 
survey kepadatan kecoa
survey kepadatan kecoasurvey kepadatan kecoa
survey kepadatan kecoa
 
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...
 
Strategi One Health: Pembelajaran Dari Flu Burung - KIVNAS XII PDHI, Semarang...
Strategi One Health: Pembelajaran Dari Flu Burung - KIVNAS XII PDHI, Semarang...Strategi One Health: Pembelajaran Dari Flu Burung - KIVNAS XII PDHI, Semarang...
Strategi One Health: Pembelajaran Dari Flu Burung - KIVNAS XII PDHI, Semarang...
 
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasiSterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
 
MAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDALMAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDAL
 
Makalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aidsMakalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aids
 
Vii pengendalian vektor
Vii  pengendalian vektorVii  pengendalian vektor
Vii pengendalian vektor
 
Penyakit Rabies
Penyakit RabiesPenyakit Rabies
Penyakit Rabies
 
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan NyamukIndeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
Indeks Lalat - Indeks Tungau/Pinjal - Kepadatan Nyamuk
 
Ordo orthoptera
Ordo orthopteraOrdo orthoptera
Ordo orthoptera
 
Infeksi
InfeksiInfeksi
Infeksi
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
 
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
 
Infeksi_Nosokomial.ppt
Infeksi_Nosokomial.pptInfeksi_Nosokomial.ppt
Infeksi_Nosokomial.ppt
 
Pengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahPengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabah
 
Infeksi Nosokomial
Infeksi NosokomialInfeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial
 
Sosialisasi One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 - 31 Agustus 2019
Sosialisasi One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 - 31 Agustus 2019Sosialisasi One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 - 31 Agustus 2019
Sosialisasi One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 - 31 Agustus 2019
 

Viewers also liked

PENGERTIAN DAN FUNGSI RUMAH POTONG HEWAN
PENGERTIAN DAN FUNGSI RUMAH POTONG HEWANPENGERTIAN DAN FUNGSI RUMAH POTONG HEWAN
PENGERTIAN DAN FUNGSI RUMAH POTONG HEWAN
Muhammad Eko
 
Program rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmasProgram rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmasJoni Iswanto
 
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus HansenMakalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Noveldy Pitna
 
Makalah hepatitis
Makalah hepatitisMakalah hepatitis
Makalah hepatitisandrayou
 
Pendidikan Agama Kristen Kelas XI kurikulum 2013
Pendidikan Agama Kristen Kelas XI kurikulum 2013Pendidikan Agama Kristen Kelas XI kurikulum 2013
Pendidikan Agama Kristen Kelas XI kurikulum 2013
Christina Dwi Rahayu
 

Viewers also liked (10)

Rabies veteriner
Rabies veterinerRabies veteriner
Rabies veteriner
 
PENGERTIAN DAN FUNGSI RUMAH POTONG HEWAN
PENGERTIAN DAN FUNGSI RUMAH POTONG HEWANPENGERTIAN DAN FUNGSI RUMAH POTONG HEWAN
PENGERTIAN DAN FUNGSI RUMAH POTONG HEWAN
 
Makalah malaria fatin
Makalah malaria fatinMakalah malaria fatin
Makalah malaria fatin
 
Program rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmasProgram rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmas
 
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus HansenMakalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
 
RABIES
RABIESRABIES
RABIES
 
Makalah hepatitis
Makalah hepatitisMakalah hepatitis
Makalah hepatitis
 
Sejarah komunikasi.ppt
Sejarah komunikasi.pptSejarah komunikasi.ppt
Sejarah komunikasi.ppt
 
Pendidikan Agama Kristen Kelas XI kurikulum 2013
Pendidikan Agama Kristen Kelas XI kurikulum 2013Pendidikan Agama Kristen Kelas XI kurikulum 2013
Pendidikan Agama Kristen Kelas XI kurikulum 2013
 
Rabies ppt
Rabies pptRabies ppt
Rabies ppt
 

Similar to Makalah Rabies

Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular RabiesPedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
MosesWingky
 
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdfBUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
AvinoMulanaFikri1
 
IW RABIES.pdf
IW RABIES.pdfIW RABIES.pdf
IW RABIES.pdf
IndahSariRumapea
 
Laporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi TikusLaporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi Tikus
danivita
 
Demam lassa
Demam lassaDemam lassa
Demam lassa
Bebyta Ambalagan
 
Makalah kaki gajahhh
Makalah kaki gajahhhMakalah kaki gajahhh
Makalah kaki gajahhh
Septian Muna Barakati
 
kajian penyakit berjangkit vs tak berjangkit.docx
kajian penyakit berjangkit vs tak berjangkit.docxkajian penyakit berjangkit vs tak berjangkit.docx
kajian penyakit berjangkit vs tak berjangkit.docx
NURUL AIRIN DZILWANI
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
19941004
 
Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...
Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...
Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...
winaldy21
 
Keperawatan
KeperawatanKeperawatan
Keperawatan
Reza Fazaki
 
355117989 makalah-pengendalian-tikus
355117989 makalah-pengendalian-tikus355117989 makalah-pengendalian-tikus
355117989 makalah-pengendalian-tikus
PuskesmasSamudera
 
Strategi Menghadapi Masalah Zoonosis dan Aplikasinya Dari Sudut Pandang Kedok...
Strategi Menghadapi Masalah Zoonosis dan Aplikasinya Dari Sudut Pandang Kedok...Strategi Menghadapi Masalah Zoonosis dan Aplikasinya Dari Sudut Pandang Kedok...
Strategi Menghadapi Masalah Zoonosis dan Aplikasinya Dari Sudut Pandang Kedok...
Tata Naipospos
 
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 BanjarmasinFaktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Erdina Lulu
 
Vektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptxVektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptx
nopia wati
 
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
AlbarFirdaus
 
FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...
FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...
FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...
Tata Naipospos
 
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKITContoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT
010907
 
Makalah filariasis
Makalah filariasisMakalah filariasis
Makalah filariasis
Jazirah Compter
 
Entomologi dan Mikologi
 Entomologi dan Mikologi Entomologi dan Mikologi
Entomologi dan Mikologi
pjj_kemenkes
 

Similar to Makalah Rabies (20)

Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular RabiesPedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
 
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdfBUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
 
IW RABIES.pdf
IW RABIES.pdfIW RABIES.pdf
IW RABIES.pdf
 
Laporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi TikusLaporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi Tikus
 
Demam lassa
Demam lassaDemam lassa
Demam lassa
 
Makalah kaki gajahhh
Makalah kaki gajahhhMakalah kaki gajahhh
Makalah kaki gajahhh
 
kajian penyakit berjangkit vs tak berjangkit.docx
kajian penyakit berjangkit vs tak berjangkit.docxkajian penyakit berjangkit vs tak berjangkit.docx
kajian penyakit berjangkit vs tak berjangkit.docx
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...
Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...
Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...
 
Keperawatan
KeperawatanKeperawatan
Keperawatan
 
355117989 makalah-pengendalian-tikus
355117989 makalah-pengendalian-tikus355117989 makalah-pengendalian-tikus
355117989 makalah-pengendalian-tikus
 
Strategi Menghadapi Masalah Zoonosis dan Aplikasinya Dari Sudut Pandang Kedok...
Strategi Menghadapi Masalah Zoonosis dan Aplikasinya Dari Sudut Pandang Kedok...Strategi Menghadapi Masalah Zoonosis dan Aplikasinya Dari Sudut Pandang Kedok...
Strategi Menghadapi Masalah Zoonosis dan Aplikasinya Dari Sudut Pandang Kedok...
 
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 BanjarmasinFaktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
 
Vektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptxVektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptx
 
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
Analisis Situasi Berdasarkan Evidence Besed Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan ...
 
FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...
FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...
FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...
 
Penyakit menular
Penyakit menularPenyakit menular
Penyakit menular
 
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKITContoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT
 
Makalah filariasis
Makalah filariasisMakalah filariasis
Makalah filariasis
 
Entomologi dan Mikologi
 Entomologi dan Mikologi Entomologi dan Mikologi
Entomologi dan Mikologi
 

More from Noveldy Pitna

Makalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomenMakalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomen
Noveldy Pitna
 
Makalah turp sindrome
Makalah turp sindromeMakalah turp sindrome
Makalah turp sindrome
Noveldy Pitna
 
Makalah Demam Berdarah Dengue
Makalah Demam Berdarah DengueMakalah Demam Berdarah Dengue
Makalah Demam Berdarah Dengue
Noveldy Pitna
 
Makalah Pnemukoniosis
Makalah PnemukoniosisMakalah Pnemukoniosis
Makalah Pnemukoniosis
Noveldy Pitna
 
Makalah Pnemukoniosis
Makalah Pnemukoniosis Makalah Pnemukoniosis
Makalah Pnemukoniosis
Noveldy Pitna
 
Presentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansenPresentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansen
Noveldy Pitna
 
Makalah Teori Self Care Dorthea Orem Dalam Keperawatan Komunitas
Makalah Teori Self Care Dorthea Orem Dalam Keperawatan KomunitasMakalah Teori Self Care Dorthea Orem Dalam Keperawatan Komunitas
Makalah Teori Self Care Dorthea Orem Dalam Keperawatan Komunitas
Noveldy Pitna
 
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawatiPenyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Noveldy Pitna
 
Aplikasi teori orem terhadap kep.komunitas
Aplikasi teori orem terhadap kep.komunitasAplikasi teori orem terhadap kep.komunitas
Aplikasi teori orem terhadap kep.komunitas
Noveldy Pitna
 
Skoliosis
Skoliosis Skoliosis
Skoliosis
Noveldy Pitna
 
Asuhan keperawatan klien dengan waham
Asuhan keperawatan klien dengan wahamAsuhan keperawatan klien dengan waham
Asuhan keperawatan klien dengan wahamNoveldy Pitna
 

More from Noveldy Pitna (11)

Makalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomenMakalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomen
 
Makalah turp sindrome
Makalah turp sindromeMakalah turp sindrome
Makalah turp sindrome
 
Makalah Demam Berdarah Dengue
Makalah Demam Berdarah DengueMakalah Demam Berdarah Dengue
Makalah Demam Berdarah Dengue
 
Makalah Pnemukoniosis
Makalah PnemukoniosisMakalah Pnemukoniosis
Makalah Pnemukoniosis
 
Makalah Pnemukoniosis
Makalah Pnemukoniosis Makalah Pnemukoniosis
Makalah Pnemukoniosis
 
Presentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansenPresentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansen
 
Makalah Teori Self Care Dorthea Orem Dalam Keperawatan Komunitas
Makalah Teori Self Care Dorthea Orem Dalam Keperawatan KomunitasMakalah Teori Self Care Dorthea Orem Dalam Keperawatan Komunitas
Makalah Teori Self Care Dorthea Orem Dalam Keperawatan Komunitas
 
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawatiPenyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
 
Aplikasi teori orem terhadap kep.komunitas
Aplikasi teori orem terhadap kep.komunitasAplikasi teori orem terhadap kep.komunitas
Aplikasi teori orem terhadap kep.komunitas
 
Skoliosis
Skoliosis Skoliosis
Skoliosis
 
Asuhan keperawatan klien dengan waham
Asuhan keperawatan klien dengan wahamAsuhan keperawatan klien dengan waham
Asuhan keperawatan klien dengan waham
 

Recently uploaded

Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 

Recently uploaded (20)

Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 

Makalah Rabies

  • 1. i MAKALAH PENYAKIT RABIES Kelompok 8 (delapan) FENDA. HOMY (143010041) SAMSURYA. ( 201231000023) HENDRIK DUNAN MAMPORI(143010048) FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PATRIA ARTHA MAKASSAR
  • 2. ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR....................................................................................................i DAFTAR ISI.................................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................... 1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1.1 Sejarah Penyakit Rabies.................................................................................. 2.1.2 Defenisi Penyakit Rabies....……....................................................................... 2.1.3 Struktur Virus Rabies........................................................................................ 2.1.4 Siklus Hidup Rabies.......................................................................................... 2.1.5 Epidemiologi dan Penularan Virus Rabies.............................................................................................................. 2.1.6 Tipe Penyakit Rabies…….....................……………………………………....... 2.1.7 Patogenesis Rabies...................................…………………………………….. 2.1.8 Gejala Klinis Rabies.............................................…………………................. 2.1.9 Jenis –Jenis Vaksin Rabies........................................................................... 2.1.10 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rabies........................................ 2.1.11 Pengobatan Penyakit Rabies....................................................................... 2.1.12 Penangulan Penyakit Rabies....................................................................... 2.1.13 Perundang –undangan Penyakit Rabies..................................................... BAB 3 PENUTUP 2.1.14 Kesimpulan.................................................................................................... 2.1.15 Saran ........................................................................................................... 2.1.16 Daftar Pustaka............................................................................................
  • 3. iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Penyakit Rabies sebagai tugas kelompok mata kuliah Komunitas IV . Penulis mengucapkan terima kasih atas peran semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini terutama : 1. TYM atas rahmatnya makalah ini dapat di selesaikan dengan baik 2. Ibu Mirnawati S.kep. Ns, sebagai dosen mata kuliah Komunitas IV 3. Literatur yang ada di internet dan perpustakaan umum yang menambah wawasan. 4. Semua teman dan yang lainnya yang telah membantu dan memberi semangat dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini jauh dari kata sempurna, maka diperlukan saran dan kritik yang membangun dalam makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya. Makassar 17 januari 2015 Penulis
  • 4. Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies.Penyakit anjing gila ini mempunyai sifat zoonotik yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan pada manusia.penyakitanjing gila atau rabies ini bisa menular kepada manusia melalui gigitan. Rabies berasal dari kata latin “rabere” yang berarti “gila”, di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila. Rabies merupakan suatu penyakit hewan menular akut yang bersifat zoonosis (dapat menular ke manusia). Penyakit ini tidak saja dampak kematian manusia yang ditimbulkannya tetapi juga dampak psikologis (kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan) pada orang-orang yang terpapar serta kerugian ekonomi pada daerah yang tertular seperti biaya pendidikan, pengendalian yang harus dibelanjakan pemerintah serta pendapatan negara dan masyarakat yang hilang akibat pembatalan kunjungan wisatawan. Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat dicegah dengan vaksin yang terjadi di lebih dari 150 negara dan wilayah. Infeksi menyebabkan puluhan ribu kematian setiap tahun, terutama di Asia dan Afrika. 40% dari orang-orang yang digigit oleh hewan rabies adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Anjing adalah sumber dari sebagian besar kematian rabies pada manusia. Segera bersihkan luka dan lakukan imunisasi dalam beberapa jam setelah kontak dengan hewan rabies dapat mencegah timbulnya rabies dan kematian. Rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia oleh Schoorl (1884) di Jakarta pada seekor kuda, kemudian oleh JW Esser (1889) di Bekasi pada seekor Kerbau. Setelah Penning (1890) menemukan rabies pada anjing, rabies ini menjadi penyakit yang popular di Indonesia (Hindia Belanda saat itu).Rabies pada manusia dilaporkan lebih belakangan yaitu oelh de Haan pada tahun 1894.Campur tangan (intervensi) pemerintah terhadap pengendalian rabies secara formal telah dilakukan sejak era 1920-an, terbukti dengan penetapan ordonansi rabies – Hondsdolheids (Staatsblad 1926 No. 451 yo Staatblad 1926 No. 452) oleh pemerintah colonial Belanda. Dalam sejarah pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia, walaupun ada wilayah yang berhasil dibebaskan, namun Indonesia tidak berhasil menghentikan perluasan daerah tertular rabies di Indonesia. Daerah tertular rabies yang semula hanya beberapa
  • 5. Page 2 provinsi saja sebelum Perang Dunia II, telah meluas ke daerah lain yang semula bebas yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara dan Sulawesi Utara (1956), Sulawesi Selatan (1958), Sumatera Selatan (1959), Lampung (1969), Aceh (1970), Jambi dan DI yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tengah (1972), Kalimantan Timur (1974) dan Riau (1975). Pada dekade 1990-an dan 2000-an Rabies masih terus menjalar ke wilayah yang sebelumnya bebas hitoris menjadi tertular yaitu Pulau Flores (1998) Pulau Ambon dan Pulau Seram (2003), Halmahera dan Morotai (2005) Ketapang (2005) serta Pulau Buru (2006) kemudian Pulau Bali, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat di Provinsi Riau (2009). Saat ini provinsi yang bebas rabies Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah penyakit rabies? 2. Apa pengertianRhabdovirus dan rabies? 3. Bagaimana struktur Rhabdovirus? 4. Bagaimana siklus hidup virus rabies? 5. Bagaimana epidemiologi dan penularan rabies? 6. Bagaimana tipe rabies pada anjing dan kucing? 7. Bagaimana patogenesis rabies? 8. Bagaimana gejala klinis penyakit rabies? 9. Bagaimana diagnosis penyakit rabies? 10. Apa saja jenis-jenis vaksin anti rabies? 11. Bagaimana cara pencegahan dan pengendalian penyakit rabies? 12. Bagaimana cara pengobatan penyakit rabies? 13. Bagaimana cara penanggulangan penyakit rabies? 14. Bagaimana peraturan perundangan mengenai penyakit rabies?
  • 6. Page 3 1.3 Tujuan a. Tujuan Umum Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas IV b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui dan memahami sejarah penyakit rabies. 2. Mengetahui dan memahami pengertian Rhabdovirus dan rabies. 3. Mengetahui dan memahamistruktur Rhabdovirus. 4. Mengetahui dan memahami siklus hidup virus rabies. 5. Mengetahui dan memahami epidemiologi dan penularan rabies. 6. Mengetahui dan memahami tipe rabies pada anjing dan kucing. 7. Mengetahui dan memahami patogenesis rabies. 8. Mengetahui dan memahami gejala klinis penyakit rabies. 9. Mengetahui dan memahami diagnosis penyakit rabies. 10. Mengetahui dan memahami jenis-jenis vaksin anti rabies. 11. Mengetahui dan memahamicara pencegahandan pengendaian penyakit rabies. 12. Mengetahui dan memahamicara pengobatan penyakit rabies. 13. Mengetahui dan memahamicara penanggulangan penyakit rabies. 14. Mengetahui dan memahami peraturan perundangan mengenai penyakit rabies. 1.4 Manfaat Mahasiswa lebih mengetahui tentang penyakit rabies itu sendiri.Baik dari segi definisi, struktur virus, epidemiologi, pathogenesis, penularan, pencegahan, penanggulangan penyakit rabies dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penyakit rabies. BAB II
  • 7. Page 4 PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Penyakit Rabies Rabies pertama kali ditemukan pada 2000 tahun SM, yaitu ketika Aristoteles menemukan bahwa anjing dapat menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan. Lalu pada tahun 1885, ketika seorang anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing yang terinfeksi virus rabies, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis anjing tersebut.Hal ini menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas, karena anak tersebut tidak menderita rabies.Kemudian pada tahun 1903 ditemukan badan Negri yang bersifat diagnostik. Pada tahun 1940-an sudah dimulai penggunaan vaksin rabies pada anjing. Penambahan globulin imun rabies untuk manusia setelah pemaparan pengobatan vaksinasi dilakukan pada tahun 1954.Lalu pada tahun 1958 dilakukan penumbuhan virus rabies dalam biakan sel. Pada tahun 1959 dilakukan pengembangan tes antibodi fluoresen diagnostik. 2.2 Pengertian Rhabdovirus dan Rabies Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus.Jadi Rhabdovirus merupakan virus yang mempunyai bentuk seperti batang. Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies (Rhabdovirus). Penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.Rabies merupakan salah satu penyakit di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat.Rabies yang menginfeksi kucing, anjing,rakun,kelelawar atau kera dapat menular ke manusia melalui kontak dengan kelenjar saliva (air liur) hewan yang terinfeksi.Rabies disebut juga penyakit anjing gila. Klasifikasi Rhabdovirus Order : Mononegavirales Famili : Rhabdoviridae Genus : Lyssavirus Spesies: Rhabdovirus (Virus Rabies)
  • 8. Page 5 2.3 Struktur Rhabdovirus Virus rabies atau Rhabdovirus merupakan salah satu virus yang mempunyai sifat morfologik dan biokimiawi yang lazim dengan virus somatis vesikuler sapi dan beberapa virus hewan, tanaman, dan serangga.Virus rabies dan jenis virus lainnya terdiri dari dua komponen dasar, yaitu sebuah inti dari asam nukleat yang disebut genom dan yang mengelilingi protein yang disebut kapsid. Gambar 1. Struktur Rhabdovirus Rhabdovirus merupakan partikel berbentuk batang atau peluru berdiameter 75 nm x panjang 180 nm.Partikel dikelilingi oleh selubung selaput dengan duri yang menonjol yang panjangnya 10 nm, dan terdiri dari glikoprotein tunggal. Genom beruntai tunggal, RNA negative-sense (12 kb; BM 4,6 x 106) yang berbentuk linear dan tidak bersegmen. Sebuah virus rabies yang lengkap diluar inang (virion) mengandung polimerase RNA. Komposisi dari virus rabies ini adalah RNA sebanyak 4%, protein sebanyak 67%, lipid sebanyak 26%, dan karbohidrat sebanyak 3%. Rhabdovirus melakukan replikasi dalam sitoplasma dan virion bertunas dari selaput plasma.Karakter yang menonjol dari Rhabdovirus ini merupakan virus yang bersusun luas dengan rentang inang yang lebar.Virus ini merupakan jenis virus uang mematikan.Kapsid melindungi genom dan juga memberikan bentuk pada virus.
  • 9. Page 6 2.4 Siklus Hidup Virus Rabies Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau menempel pada dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies.Kemudian secara endositosis virus dimasukan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi, virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ia tempati. Lalu terjadilah transkripsi dan translasi. Genom RNA untai tunggal direkam oleh polimerase RNA terkait, virion menjadi lima spesies mRNA. mRNAs monosistronik ini menyandi untuk lima protein virion. Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang menimbulkan pembentukan RNA keturunan.RNA genomik berhubungan dengan transkriptase virus, fosfoprotein dan nukleoprotein.Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru mendapatkan selubung melalui pertunasan yang melewati selaput plasma.Protein matriks virus membentuk lapisan pada sisi dalam selubung, sementara glikoprotein virus berada pada selaput luar dan membentuk duri.Setelah bagian-bagian sel lengkap, sel virus tadi menyatukan diri kembali dan membentuk virus yang baru. Setelah itu virus keluar dari sel inang dan menginfeksi sel inang yang lainnya. Keseluruhan proses dalam siklus hidup virus rabies ini terjadi dalam sitoplasma.Virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler dan menyebar sampai ke susunan saraf pusat. Virus membelah diri disini dan kemudian menyebar melalui saraf tepi ke kelenjar ludah dan jaringan lain. Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung pada latar belakang genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inang, jumlah inokulum, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari titik masuk ke susunan saraf pusat. Terdapat angka serangan yang lebih tinggi dan masa inkubasi yang lebih pendek pada orang yang digigit pada wajah atau kepala. Virus rabies menghasilkan inklusi sitoplasma eosinofilik spesifik, badan Negri, dalam sel saraf yang terinfeksi.Adanya inklusi seperti ini bersifat patognomonik rabies tetapi tidak terlihat pada sedikitnya 20% kasus.Karena itu, tidak adanya badan Negri tidak menyingkirkan diagnosis rabies. Virus rabies memperbanyak diri diluar susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan infiltrat dan nekrosis seluler dalam kelenjar lain, dalam kornea, dan di tempat lain.
  • 10. Page 7 2.5 Epidemiologi dan Penularan Rabies Diseluruh dunia, diperkirakan terjadi 15.000 kasus rabies yang ditularkan ke manusia setiap tahunnya.Kejadian ini sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.Rabies ditularkan kepada manusia melalui gigitan anjing pembawa virus rabies. Di Kanada, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa Barat, virus rabies yang dibawa oleh anjing dan kucing dapat dikendalikan. Namun manusia dapat tertular melalui gigitan hewan liar, khususnya sigung, rubah, dan kelelawar. Di Amerika Latin, rabies khususnya ditularkan melalui kelelawar vampir yang secara normal menghisap darah ternak, tetapi juga dapat menggigit manusia. Peningkatan rabies hewan liar di AS dan beberapa negara maju lain memberi risiko yang jauh lebih besar bagi manusia dibandingkan pada anjing atau kucing. Hewan liar yang diperangkap dan dijual sebagai binatang peliharaan dapat menjadi sumber pamaparan manusia. Dari tahun 1980-1983, telah didiagnosis 18 kasus rabies manusia di AS.Dengan menggunakan penanda molekuler, 7 dari 9 kasus yang diketahui merupakan rabies, terbukti mengandung virus yang berkaitan dengan kelelawar. Rakun telah menjadi reservoir penting untuk rabies di daerah timur AS dan pada saat ini merupakan lebih dari setengah kasus rabies hewan yang dilaporkan.Telah diyakini bahwa rabies racoon masuk ke daerah Atlantik tengah pada tahun 1970, ketika rakun yang terinfeksi dibawa ke daerah tersebut dari AS bagian tengara untuk memenuhi persediaan pemburu. Pada tahun 1981, lebih dari 7000 kasus rabies hewan yang dipastikan secara laboratorium telah dilaporkan di AS dan sekitarnya. Tujuh jenis hewan yang terkena pada 97% kasus : sigung (62%), kelelawar (12%), rakun (7%), sapi (6%), kucing (4%), anjing (3%), dan rubah (3%). Dari kasus-kasus ini, 85% kasus terjadi pada hewan liar dan 15% pada hewan peliharaan. Gambar 2.Hewan-hewan yang terkena virus rabies akan mengeluarkan air liur secara berlebihan Kelelawar menimbulkan masalah khusus karena mereka dapat membawa virus rabies sementara mereka tampak sehat, mengeluarkan rabies dalam liur, dan menularkannya ke
  • 11. Page 8 hewan lain, termasuk kelelawar lain dan ke manusia. Kelelawar vampir Amerika Selatan dapat menularkan rabies ke kelelawar insektivora yang hidup dalam gua-gua. Kelelawar ini pada gilirannya, dapat menularkan rabies pada kelelawar pemakan buah yang mengunjungi gua-gua ini dan bermigrasi ke tempat lain. Kelelawar gua dapat mengandung aerosol virus rabies dan merupakan risiko bagi penelusur gua.Infeksi rabies dari manusia ke manusia sangat jarang.Kasus rabies yang ditularkan melalui transplan kornea hanya merupakan kasus tercatat.Kornea yang berasal dari donor yang meninggal dengan penyakit susunan saraf pusat yang tidak terdiagnosis, dan resipien meninggal akibat rabies 50-80 hari kemudian. Secara teoritis, rabies dapat berasal dari air liur pasien yang menderita rabies. Tetapi penularan semacam ini tidak pernah tercatat. 2.6 Tipe Penyakit Rabies Pada Anjing dan Kucing a. Pada Anjing : 1. Rabies Ganas  Tidak menuruti lagi perintah pemilik.  Air liur keluar berlebihan.  Hewan menjadi ganas, menyerang, atau menggit apa saja yang ditemui dan ekor dilekungkan kebawah perut diantara dua paha.  Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak timbul atau paling lama 12 hari setelah penggigitan. 2. Rabies Tenang  Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk.  Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat.  Kelumpuhan tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar berlebihan.  Kematian terjadi dalam waktu yang singkat. 3. Rabies Asystomatis. Tanda- tanda yang sering terlihat:  Hewan tidak menunjukkan gejala sakit.  Hewan tiba-tiba mati. b. Pada Kucing : Gejala atau tanda-tanda yang terlihat hampir sama pada anjing, seperti :  Menyembunyikan diri, banyak mengeong.
  • 12. Page 9  Mencakar-cakar lantai, menjadi agresif.  2-4 hari setelah gejala pertama biasa terjadi kelumpuhan, terutama di bagian belakang. 2.7Patogenesis Rabies Rabies adalah penyakit zoonosis dimana manusia terinfeksi melalui jilatan atau gigitan hewan yang terjangkit rabies seperti anjing, kucing, kera, musang, serigala, rakun, kelelawar.Virus masuk melalui kulit yang terluka atau melalui mukosa utuh seperti konjungtiva mata, mulut, anus, genitalia eksterna, atau transplantasi kornea.Infeksi melalui inhalasi virus sangat jarang ditemukan.Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Gambar 3. Patogenesis rabies Sumber: www.nicd.ac.za/rabies Masa inkubasi virus rabies sangat bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih dari 1 tahun, rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah virus yang masuk, berat dan luasnya kerusakan jaringan tempat gigitan, jauh dekatnya lokasi gigitan ke sistem saraf pusat, persarafan daerah
  • 13. Page 10 luka gigitan dan sistem kekebalan tubuh. Pada gigitan di kepala, muka dan leher 30 hari,gigitan di lengan, tangan, jari tangan 40 hari, gigitan di tungkai, kaki, jari kaki 60 hari, gigitan di badan rata-rata 45 hari. Asumsi lain menyatakan bahwa masa inkubasi tidak ditentukan dari jarak saraf yang ditempuh , melainkan tergantung dari luasnya persarafan pada tiap bagian tubuh, contohnya gigitan pada jari dan alat kelamin akan mempunyai masa inkubasi yang lebih cepat. Tingkat infeksi dari kematian paling tinggi pada gigitan daerah wajah, menengah pada gigitan daerah lengan dan tangan,paling rendah bila gigitan ditungkai dan kaki. (Jackson,2003. WHO,2010). Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama predileksi terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak.Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya. 2.8 Gejala Klinis 1. Pada Manusia Gambar 4. Pasien yang mengidap rabies Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium: a. Stadium Prodromal Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari. b. Stadium Sensoris
  • 14. Page 11 Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris. c. Stadium Eksitasi Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang.Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan.Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan.Tubuh gemetar atau kaku kejang. d. Stadium Paralis Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.Kadang- kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif.Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan. 2. Pada Hewan Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium: a. Stadium Prodromal Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya.Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi.Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan. b. Stadium Eksitasi Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti ketakutan. Hewan mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan tampak ketakutan. c. Stadium Paralisis.
  • 15. Page 12 Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian.Hewan mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati. 2.9 Diagnosis Penyakit Rabies Selama periode awal infeksi rabies, temuan laboratorium tidak spesifik. Seperti temuan ensefalitis oleh virus lainnya, pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis dengan limfositosis, protein dapat sedikit meningkat, glukosa umumnya normal. Untukmendiagnosis rabies antemortem diperlukan beberapates, tidak bisa dengan hanya satu tes. Tes yang dapatdigunakan untuk mengkonfirmasi kasus rabies antara laindeteksi antibodi spesifik virus rabies, isolasi virus, dandeteksi protein virus atau RNA. Spesimen yang digunakanberupa cairan serebrospinal, serum, saliva, dan biopsi kulit. Pada pasien yang telah meninggal, digunakan sampeljaringan otak yang masih segar. Diagnosis pasti postmortemditegakkan dengan adanya badan Negri pada jaringanotak pasien, meskipun hasil positif kurang dari 80% kasus.Tidak adanya badan Negri tidak menyingkirkankemungkinan rabies. Badan Negri adalah badan inklusisitoplasma berbentuk oval atau bulat, yang merupakangumpalan nukleokapsid virus. Ukuran badan Negri bervariasi, dari 0,25sampai 27 µm, paling seringditemukan di sel piramidal Ammon’s horn dan sel Purkinjeserebelum. (Jawetz, 2010). Rabies perlu dipertimbangkan jika terdapat indicator positif seperti adanya gejala prodromal nonspesifiksebelum onset gejala neurologik,terdapat gejala dan tandaneurologik ensefalitis atau mielitis seperti disfagia,hidrofobia, paresis dan gejala neurologi yang progresifdisertai hasil tes laboratorium negatif terhadap etiologiensefalitis yang lain. Bentuk paralitik rabies didiagnosisbanding dengan sindrom Guillain-Barre.Pada sindromGuillain- Barre, sistem saraf perifer yang terkena adalahsensorik dan motorik, dengan kesadaran yang masih baik.Spasme tetanus dapat menyerupai gejala rabies, namuntetanus dapat dibedakan dengan rabies dengan adanyatrismus dan tidak adanya hidrofobia.(Merlin, 2009). 2.10Jenis-Jenis Vaksin Anti Rabies 1. Vaksin Sel Diploid Manusia (HDCV) Untuk mendapatkan suspensi virus rabies bebas dari protein asing dan susunan saraf pusat, virus rabies diadaptasi untuk tumbuh dalam jalur sel fibroblas normal manusia WI- 38.Sediaan virus rabies dipekatkan melalui ultrafiltrasi dan diinaktivasi dengan β- propiolakton.Bahan ini cukup antigenik sehingga hanya perlu diberikan lima dosis HDCV
  • 16. Page 13 untuk mendapatkan respons antibodi substansial pada sebagian besar resipien. Reaksi lokal (eritema, gatal, bengkak pada tempat suntikan) terjadi pada 30-70% resipien, dan reaksi sistemik ringan (sakit kepala, mual, mialgia, pusing) terjadi pada sekitar seperlima resipien.Tidak dilaporkan adanya reaksi anafilaktik, neuroparalitik, atau ensefalitik yang serius.Vaksin ini telah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1980. Berdasarkan atas jaringan asalnya, HDCV terdiri atas: a. Nerve tissue vaccine (NTV) NTV adalah vaksin yang terbuat dari jaringan saraf melalui vaksin yang berasal dari otak hewan dewasa seperti kelinci, kambing, domba, kera dan tikus dan vaksin yang berasal dari otak bayi mencit. b. Non-nerve tissue vaccine Merupakan vaksin yang terbuat dari jaringan bukan saraf, yang meliputi vaksin yang berasal dari telur itik bertunas serta Tissue Culture Vaccine (TCV) yang merpakan vaksin yang terbuat dari biakan jaringan. 2. Vaksin Rabies Absorpsi (RVA) Vaksin yang dibuat dalam jalur sel diploid yang berasal dari sel paru janin monyet resus telah diijinkan di Amerika Serikat pada tahun 1988. Vaksin virus diinaktivasi dengan β- propiolakton dan dipekatkan melalui adsorpsi terhadap fosfat alumunium.Vaksin HDCV dan RVA cukup manjur dan aman. 3. Vaksin Jaringan Saraf Vaksin ini dibuat dari otak domba, kambing, atau tikus yang terinfeksi dan digunakan di banyak bagian dunia termasuk Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Vaksin ini menyebabkan sensitisasi terhadap jaringan saraf dan menyebabkan ensefalitis pasca vaksinisasi (suatu penyakit alergik) dengan frekuensi yang tinggi (0,05%). Vaksin ini tidak digunakan di AS selama beberapa dasawarsa.Perkiraankeberhasilannya pada orang yang digigit oleh hewan rabies bervariasi dari 5% hingga50%. 4. Vaksin Embrio Bebek Vaksin ini dikembangkan untuk mengurangi masalah ensefalitis pascavaksinasi.Virus rabies ditumbuhkan dalam telur bebek terembrionasi, tetapi kepala diangkatsebelum vaksin disiapkan, dengan tujuan untuk mengeluarkan jaringan saraf danmenghindari ensefalitis alergi.Secara teratur vaksin ini menimbulkan reaksi setempatdan reaksi sistemik (demam, malaise, mialgia) pada sepertiga resipien. Reaksineuroparalitik (<0,001%) dan anafilaktik (<1%), jarang terjadi, tetapi antigenitas vaksin rendah. Karena itu harus diberikan banyak
  • 17. Page 14 dosis (16-25) untuk menimbulkanrespon antibodi pascapemaparan yang memuaskan.Vaksin ini digunakan di AS dimasa lalu tetapi sekarang tidak lagi digunakan. 5. Virus Hidup Di Lemahkan Virus hidup dilemahkan yang diadaptasi untuk tumbuh dalam embrio ayam(contohnya, strain Flury) digunakan untuk hewan tetapi tidak untuk manusia.Kadang- kadang, vaksin seperti ini dapat menyebabkan kematian akibat rabies padakucing atau anjing yang disuntikan.Virus rabies yang ditumbuhkan pada berbagaibiakan sel hewan juga telah digunakan sebagai vaksin untuk hewan peliharaan. 2.11 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rabies Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan rutin, hindari memelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies. Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara pencegahan yang harus diperhatikan. Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak segera dilakukan dapat mematikan (letal). Imunisasi prapajanan harus dilakukan terhadap orang yang berisiko tinggi terkena rabies mungkin perlu dilakukan dengan HDCV (human diploid cell rabies vaccine), RVA (rabies vaccine adsorbed) atau PCBC (purified chick embryo cell vaccine) misalnya pada orang -orang yang bekerja sebagai dokter hewan, petugas suaka alam pada daerah anzootik atau epizootic, petugas karantina hewan, petugas laboratorium atau petugas lapangan yang bekerja dengan rabies atau wisatawan yang berkunjung dalam waktu lama pada daerah endemis rabies. Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya, Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.
  • 18. Page 15 Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas.Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini. 2.12Pengobatan Penyakit Rabies Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies.Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies. Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin.Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun.Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan. Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14 dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan.Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi. Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2). Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari.Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalur pernafasan (asfiksia), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total.Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat.Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung dan otak.Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
  • 19. Page 16 2.13 Penanggulangan Rabies Tindakan Penanganan Kasus Gigitan : Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus diduga sebagai tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan adalah:  Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan: 1. Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan dan diberi yodium tinture atau alcohol 70% 2. Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut.  Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian setempat.  Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka hewan tersangka dinyatakan positif rabies.  Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemilik. 2.14 Peraturan Perundang-undangan tentang Rabies Sejak tahun 1926 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing, kucing, dan kera.Yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926 dan pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926. Selanjutnya Ordonantie tersebut tersebut mengalami perubahan/ penambahan-penambahan yang disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Di DKI Jakarta terdapat SK Gubernur No. 3213 tahun 1984 tentang Tata-cara Penertiban Hewan Piaraan Anjing, Kucing dan Kera di wilayah DKI Jakarta yang antara lain berisi : 1. Kewajiban pemilik hewan piaraan untuk memvaksin hewannya dan menggantungkan peneng tanda lunas pajak. 2. Menangkap dan menyerahkan hewannya apabila mengigit orang untuk diobservasi. 3. Hewan yang dibiarkan lepas dan dianggap liar atau tersangka menderita rabies akan ditangkap oleh petugas penertiban.
  • 20. Page 17 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies disebabkan oleh virus rabies yaitu Rhabdovius genus Lyssavirus. Diseluruh dunia, diperkirakan terjadi 15.000 kasus rabies yang ditularkan ke manusia setiap tahunnya.Kejadian ini sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.Rabies ditularkan kepada manusia melalui gigitan anjing pembawa virus rabies. Di Kanada, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa Barat, virus rabies yang dibawa oleh anjing dan kucing dapat dikendalikan. Namun manusia dapat tertular melalui gigitan hewan liar, khususnya sigung, rubah, dan kelelawar. Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia. Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit .Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas.Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini. 3.2 Saran Saran penulis terhadap pembaca khususnya yang memiliki hewan peliharaan yakni kucing, anjing, kera dan hewan lainnya yang rentan terkena virus rabies agar dapat menjadi seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksakan hewan peliharaan dan memberikan vaksin secara teratur. Selain itu apabila terdapat kasus gigitan dari hewan yang diduga terjangkit rabies, secepatnya di laporkan ke dinas kesehatan atau pihak terkait agar dapat meminimalisir terjadinya wabah dari penyakit tersebut.
  • 21. Page 18 DAFTAR PUSTAKA Tanzil, Kunadi. PENYAKIT RABIES DAN PENATALAKSANAANNYA.(Jurnal).Bagian Mikrobiologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.ISSN 2338-7793 CHIN J.2006.Manual Pemberantasan PenyakMenular.Infomedika.Edisi 17,cetakan II, 497507. DEPKES RI, DIRJEN PPM & PL. 2000.Petunjuk Perencanaan & Penatalaksanaan Kasus Gigitan HewanTersangka /Rabies di Indonesia. JOKLIK WK, WILLET HP, AMOS DB, WILFERT CM. 1992. Zinsser Microbiology.20th Ed.1028-1033.PATRIAWATI B dan ROSEMARY F, 2008.Rabies. Wijaya, septiana.(2008). Virus Rabies. (Online) http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/septiana-wijaya-078114146.pdf, diakses 24 September 2014 Rahayu, Asih. (2010). Rabies.Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya.(Jurnal Online).http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol1.no2.Juli2010/RABIES.p df,diakses 20 September 2014 World Health Organization.Rabies. (Online) http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs099/en/, diakses tanggal 24 September 2014 N,N. (2011). Epidemiologi dan Penularan Rhabdovirus.(Online).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16929/4/Chap ter%20II.pdf, diakses tanggal 25 September 2014. Elcamo, E. I., 1997, Fundamentals of Microbiology, The Benjamin Cummings Publishing Company, New York Rohiman dan Nurtjahjo, 1985, Vaksin Anti-Rabies (Human Diploid Cell) dan Kegunaannya Bagi Manusia, Medika Jurnal Kedokteran Farmasi, Jakarta