1. Dokumen tersebut membahas tentang taraduf (sinonim) dalam bahasa Arab. Taraduf didefinisikan sebagai beberapa lafazh yang mempunyai satu makna.
2. Ada beberapa pendapat ulama tentang taraduf, ada yang mendukung dan ada pula yang menolak adanya taraduf. Beberapa sebab terjadinya taraduf juga dibahas.
Wadiah, Qardh dan Rahn memberikan penjelasan tentang tiga konsep penting dalam ekonomi syariah yaitu wadiah, qardh, dan rahn. Wadiah adalah akad penitipan barang dengan prinsip amanah di mana penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kerusakan kecuali disebabkan kelalaiannya. Qardh adalah pinjam meminjam tanpa bunga. Rahn adalah jaminan barang untuk utang.
Riba refers to interest or usury, which is prohibited in Islam. There are two main categories of riba - debt riba, which includes interest on loans, and trade riba, which involves the exchange of goods with unequal quantities or delayed exchange. The Quran gradually prohibited riba over several verses. Riba is prohibited in Islam because it places an undue burden on borrowers and can have negative impacts on society as a whole.
1) Some scholars argue against Sekolah Harapan as it could encourage zina and does not follow Islamic punishments, violating maxim 4's principle of removing harm.
2) Supporters argue it reduces greater harms like baby dumping, prioritizing removing the public harm as in maxim 4 branch 2.
3) However, critics say it does not truly remove the
1. Dokumen tersebut membahas tentang taraduf (sinonim) dalam bahasa Arab. Taraduf didefinisikan sebagai beberapa lafazh yang mempunyai satu makna.
2. Ada beberapa pendapat ulama tentang taraduf, ada yang mendukung dan ada pula yang menolak adanya taraduf. Beberapa sebab terjadinya taraduf juga dibahas.
Wadiah, Qardh dan Rahn memberikan penjelasan tentang tiga konsep penting dalam ekonomi syariah yaitu wadiah, qardh, dan rahn. Wadiah adalah akad penitipan barang dengan prinsip amanah di mana penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kerusakan kecuali disebabkan kelalaiannya. Qardh adalah pinjam meminjam tanpa bunga. Rahn adalah jaminan barang untuk utang.
Riba refers to interest or usury, which is prohibited in Islam. There are two main categories of riba - debt riba, which includes interest on loans, and trade riba, which involves the exchange of goods with unequal quantities or delayed exchange. The Quran gradually prohibited riba over several verses. Riba is prohibited in Islam because it places an undue burden on borrowers and can have negative impacts on society as a whole.
1) Some scholars argue against Sekolah Harapan as it could encourage zina and does not follow Islamic punishments, violating maxim 4's principle of removing harm.
2) Supporters argue it reduces greater harms like baby dumping, prioritizing removing the public harm as in maxim 4 branch 2.
3) However, critics say it does not truly remove the
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA an nur
1) Ali opened an Islamic saving account with Bank Islam without stating his intent (niat) because the bank already offers Shariah-compliant saving accounts.
2) When applying for financial contracts like saving accounts, it is important to clearly specify choices like whether funds will be pooled or not to avoid confusion.
3) Minor mistakes in details like applying for a guarantee from one bank instead of another or opening an account in a different location than intended do not invalidate contracts if the overall intent is clear.
Makalah ini membahas tentang kafalah sebagai salah satu akad dalam muamalah Islam. Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung untuk memenuhi kewajiban pihak lain. Makalah ini menjelaskan pengertian kafalah, landasan syariatnya dari Al-Quran dan hadis, macam-macam kafalah, ketentuan umum dan rukun kafalah, serta penerapannya dalam perbankan syariah seperti bank
Dokumen tersebut merangkum istilah-istilah penting dalam ilmu hadis seperti sanad, matan, rawi, musnad, musnid, muhaddis, hafiz, dan hakim. Juga dijelaskan definisi dan pengertian masing-masing istilah tersebut. Selain itu, dibahas pula mengenai generasi periwayatan hadis seperti sahabat, tabi'in, dan al-mutaqoddimun.
Islamic legal maxims and their applications to Islamic banking and financeMohamed Ibrahim
The document discusses Islamic legal maxims (al-qawa'id al-fiqhiyyah) and their application to Islamic banking and finance. It defines legal maxims as principles that summarize related fiqh rules. The document outlines several prominent maxims, including: "Matters are determined according to their intentions"; "Hardship begets facility"; "Certainty cannot be overruled by doubt"; "The origin of all rules is permissibility"; and "Harm should not be inflicted nor reciprocated." It explains how these maxims are derived from the Quran and hadiths. The document argues that legal maxims provide flexibility and room for new interpretations needed to develop Islamic banking and finance products, given
Dokumen tersebut membahas konsep akad dalam muamalah menurut perspektif fiqih. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang: (1) definisi akad dan jenis-jenis muamalah berdasarkan keberadaan akad, (2) unsur-unsur akad yang sah, dan (3) jenis-jenis akad yang sah dan tidak sah menurut syariat Islam.
This document discusses Islamic financial planning tools for charitable giving and wealth distribution. It explains the concepts of sadaqah, waqf, and hibah under Islamic law. Sadaqah refers to voluntary charity, while waqf establishes a religious endowment where profits benefit the community. Hibah allows a living transfer of assets without compensation. The document provides details on the legal definitions and pillars for each, as well as evidence from the Quran and hadith. It emphasizes that wealth belongs to Allah and should be managed and distributed according to Islamic principles.
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...an nur
This document provides an introduction to legal maxims in Shariah law. It discusses the development of rules in early Islamic history and the role of legal maxims. Two key maxims are then examined in more detail:
1) "Ijtihad is not negated by ijtihad" which means that a ruling derived from diligent effort (ijtihad) to understand Islamic sources cannot be invalidated by another jurist's ijtihad, unless it contradicts clear evidence. This maxim originated from the companions of the Prophet Muhammad.
2) "When the permissible and impermissible occur together, the impermissible takes precedence" which provides guidance when situations involve both allowed and prohibited elements. The document
Teks tersebut membahas tentang Pengertian Qawaid Fiqhiyyah atau Kaidah-Kaidah Hukum Islam yang bersifat umum. Qawaid Fiqhiyyah dijelaskan sebagai aturan-aturan dasar yang mengatur perbuatan manusia dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah hukum. Lima Qawaid Fiqhiyyah Utama (Qawaid Asasiyyah al-Khams) diuraikan sebagai dasar dari kaidah-kaidah hukum
1. Presentasi membahas tentang syirkah dan mudharabah, termasuk definisi, dalil, jenis-jenis syirkah, rukun dan syarat syirkah, serta penjelasan musyarakah dan mudharabah.
2. Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam sebuah usaha dengan konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara bersama.
3. Musyarakah adalah kerjasama usaha antara pemilik modal
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian lafaz 'am (umum) dan khas muthlaq (khusus mutlak) dalam ilmu ushul fiqih. Lafaz 'am menunjukkan seluruh satuan tanpa batasan, sedangkan lafaz khas muthlaq terbatas pada sebagian satuan. Diberikan contoh-contoh lafaz 'am dalam Al-Quran dan hadits seperti lafaz كل, جميع, اسم جمع, كلما
Mujmal berarti sesuatu yang menunjukkan kemungkinan beberapa makna tanpa ada kelebihan salah satu makna. Mubayyan adalah mujmal yang sudah dijelaskan, baik penjelasan terdapat dalam dalil yang sama atau terpisah. Ada dua jenis mubayyan yaitu mubayyan muttashil dan munfashil. Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan semua aspek agama baik melalui ucapan, perbuatan, atau
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalatArif Arif
Hubungan antara ekonomi Islam, muamalat, dan fiqh muamalat adalah bahwa muamalat merupakan sistem kehidupan yang memberi warna pada setiap dimensi kehidupan manusia termasuk dunia ekonomi dan bisnis. Ekonomi Islam mencoba mendialektiskan nilai-nilai ekonomi dengan nilai-nilai akidah dan etika Islam melalui konsep-konsep seperti hukum asal muamalat yang diperbolehkan, mewujudkan kemaslahat
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian mudharabah menurut literatur fikih dan praktiknya dalam perbankan syariah di Indonesia. Mudharabah didefinisikan sebagai akad kerjasama antara pemilik modal dan pengelola untuk menjalankan usaha, dimana keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian ditanggung pemilik modal."
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA an nur
1) Ali opened an Islamic saving account with Bank Islam without stating his intent (niat) because the bank already offers Shariah-compliant saving accounts.
2) When applying for financial contracts like saving accounts, it is important to clearly specify choices like whether funds will be pooled or not to avoid confusion.
3) Minor mistakes in details like applying for a guarantee from one bank instead of another or opening an account in a different location than intended do not invalidate contracts if the overall intent is clear.
Makalah ini membahas tentang kafalah sebagai salah satu akad dalam muamalah Islam. Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung untuk memenuhi kewajiban pihak lain. Makalah ini menjelaskan pengertian kafalah, landasan syariatnya dari Al-Quran dan hadis, macam-macam kafalah, ketentuan umum dan rukun kafalah, serta penerapannya dalam perbankan syariah seperti bank
Dokumen tersebut merangkum istilah-istilah penting dalam ilmu hadis seperti sanad, matan, rawi, musnad, musnid, muhaddis, hafiz, dan hakim. Juga dijelaskan definisi dan pengertian masing-masing istilah tersebut. Selain itu, dibahas pula mengenai generasi periwayatan hadis seperti sahabat, tabi'in, dan al-mutaqoddimun.
Islamic legal maxims and their applications to Islamic banking and financeMohamed Ibrahim
The document discusses Islamic legal maxims (al-qawa'id al-fiqhiyyah) and their application to Islamic banking and finance. It defines legal maxims as principles that summarize related fiqh rules. The document outlines several prominent maxims, including: "Matters are determined according to their intentions"; "Hardship begets facility"; "Certainty cannot be overruled by doubt"; "The origin of all rules is permissibility"; and "Harm should not be inflicted nor reciprocated." It explains how these maxims are derived from the Quran and hadiths. The document argues that legal maxims provide flexibility and room for new interpretations needed to develop Islamic banking and finance products, given
Dokumen tersebut membahas konsep akad dalam muamalah menurut perspektif fiqih. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang: (1) definisi akad dan jenis-jenis muamalah berdasarkan keberadaan akad, (2) unsur-unsur akad yang sah, dan (3) jenis-jenis akad yang sah dan tidak sah menurut syariat Islam.
This document discusses Islamic financial planning tools for charitable giving and wealth distribution. It explains the concepts of sadaqah, waqf, and hibah under Islamic law. Sadaqah refers to voluntary charity, while waqf establishes a religious endowment where profits benefit the community. Hibah allows a living transfer of assets without compensation. The document provides details on the legal definitions and pillars for each, as well as evidence from the Quran and hadith. It emphasizes that wealth belongs to Allah and should be managed and distributed according to Islamic principles.
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...an nur
This document provides an introduction to legal maxims in Shariah law. It discusses the development of rules in early Islamic history and the role of legal maxims. Two key maxims are then examined in more detail:
1) "Ijtihad is not negated by ijtihad" which means that a ruling derived from diligent effort (ijtihad) to understand Islamic sources cannot be invalidated by another jurist's ijtihad, unless it contradicts clear evidence. This maxim originated from the companions of the Prophet Muhammad.
2) "When the permissible and impermissible occur together, the impermissible takes precedence" which provides guidance when situations involve both allowed and prohibited elements. The document
Teks tersebut membahas tentang Pengertian Qawaid Fiqhiyyah atau Kaidah-Kaidah Hukum Islam yang bersifat umum. Qawaid Fiqhiyyah dijelaskan sebagai aturan-aturan dasar yang mengatur perbuatan manusia dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah hukum. Lima Qawaid Fiqhiyyah Utama (Qawaid Asasiyyah al-Khams) diuraikan sebagai dasar dari kaidah-kaidah hukum
1. Presentasi membahas tentang syirkah dan mudharabah, termasuk definisi, dalil, jenis-jenis syirkah, rukun dan syarat syirkah, serta penjelasan musyarakah dan mudharabah.
2. Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam sebuah usaha dengan konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara bersama.
3. Musyarakah adalah kerjasama usaha antara pemilik modal
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian lafaz 'am (umum) dan khas muthlaq (khusus mutlak) dalam ilmu ushul fiqih. Lafaz 'am menunjukkan seluruh satuan tanpa batasan, sedangkan lafaz khas muthlaq terbatas pada sebagian satuan. Diberikan contoh-contoh lafaz 'am dalam Al-Quran dan hadits seperti lafaz كل, جميع, اسم جمع, كلما
Mujmal berarti sesuatu yang menunjukkan kemungkinan beberapa makna tanpa ada kelebihan salah satu makna. Mubayyan adalah mujmal yang sudah dijelaskan, baik penjelasan terdapat dalam dalil yang sama atau terpisah. Ada dua jenis mubayyan yaitu mubayyan muttashil dan munfashil. Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan semua aspek agama baik melalui ucapan, perbuatan, atau
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalatArif Arif
Hubungan antara ekonomi Islam, muamalat, dan fiqh muamalat adalah bahwa muamalat merupakan sistem kehidupan yang memberi warna pada setiap dimensi kehidupan manusia termasuk dunia ekonomi dan bisnis. Ekonomi Islam mencoba mendialektiskan nilai-nilai ekonomi dengan nilai-nilai akidah dan etika Islam melalui konsep-konsep seperti hukum asal muamalat yang diperbolehkan, mewujudkan kemaslahat
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian mudharabah menurut literatur fikih dan praktiknya dalam perbankan syariah di Indonesia. Mudharabah didefinisikan sebagai akad kerjasama antara pemilik modal dan pengelola untuk menjalankan usaha, dimana keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian ditanggung pemilik modal."
Akad memiliki peranan penting dalam fiqh muamalah karena menentukan sah atau tidaknya suatu transaksi. Makalah ini membahas konsep akad meliputi asal-usul, pengertian, rukun dan syarat akad, serta jenis-jenis akad dan implikasinya terhadap transaksi."
teori dan aplikasi akuntansinya. kami menyadur aplikasi akuntansinya dari buku pak Rizal. musyarakah belum diminati masyarakat. oleh karenanya, jumlah transaksi musyarakah di perbankan syariah masih nol.
semoga bermanfaat :)
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingAZA Zulfi
Makalah ini membahas tentang pembidangan hukum Islam dalam bidang muamalah khususnya asuransi dan multi level marketing, dengan menjelaskan pengertian muamalah, ruang lingkup fiqh muamalah, pengertian asuransi dan asuransi syariah serta sistem kerja multi level marketing."
Makalah ini membahas tentang konsep jasa dalam perbankan syariah yang mencakup lima prinsip dasar yaitu wakalah, kafalah, hawalah, al-rahn, dan al-qard. Konsep jasa mencakup layanan non-pembiayaan seperti pengiriman uang, letter of credit, dan jaminan bank. Aplikasi jasa dalam perbankan syariah meliputi letters of credit, syariah charge card, dan sharf.
Akad dalam ekonomi dan keuangan syariahMeity Yunus
Dokumen tersebut membahas tentang akad dalam ekonomi dan keuangan syariah menurut fatwa Dewan Syariah Nasional MUI. DSN-MUI telah mengeluarkan sembilan fatwa mengenai berbagai jenis akad yang relevan dengan transaksi ekonomi dan keuangan syariah seperti akad ijarah, ju'alah, kafalah, tabarru', wakalah, mudharabah musytarakah, dan murabahah.
Makalah ini membahas tentang akad al-kafalah sebagai salah satu bentuk aktivitas ekonomi Islam. Al-kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak yang ditanggung. Al-kafalah memiliki landasan hukum dalam Al-Quran, hadis, dan ijma ulama. Terdapat tiga unsur rukun al-kafalah yaitu pelaku, objek akad, dan ij
Dokumen tersebut membahas tentang qardh atau pinjaman dalam perspektif hukum Islam. Secara ringkas, dibahas mengenai definisi qardh secara bahasa dan hukum, landasan syariat qardh berdasarkan Al-Quran dan hadis, ketentuan hukum qardh menurut mazhab-mazhab, serta penerapan qardh dalam perbankan syariah.
Similar to Makalah Multi Akad (Hybrid Contract) (20)
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxanselmusl280
Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan yang cukup populer di Indonesia. Banyak mahasiswa yang memilih jurusan ini karena prospek kerja yang menjanjikan. Namun, sebelum memilih jurusan ini, sebaiknya Anda mengetahui terlebih dahulu apa itu jurusan akuntansi.
Akuntansi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, dan pelaporan transaksi keuangan. Jurusan akuntansi sendiri merupakan suatu program studi yang mengajarkan ilmu akuntansi, mulai dari dasar-dasar akuntansi hingga akuntansi lanjutan.
Dalam jurusan akuntansi, Anda akan mempelajari berbagai materi, seperti dasar-dasar akuntansi, teori akuntansi, analisis laporan keuangan, audit, pajak, hingga manajemen keuangan. Selain itu, Anda juga akan belajar menggunakan software akuntansi, seperti Microsoft Excel dan SAP.
Gelar akademik yang akan didapatkan oleh para lulusan S-1 jurusan akuntansi adalah Sarjana Akuntansi (S.Ak.). Memiliki gelar sarjana akuntansi merupakan salah satu syarat penting untuk menjadi seorang akuntan profesional.
Dengan memperoleh gelar sarjana akuntansi, seseorang dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai akuntansi, audit, pajak, dan manajemen keuangan.
Setelah lulus dari jurusan akuntansi, Anda memiliki peluang kerja yang sangat luas. Anda bisa bekerja di berbagai bidang, seperti akuntan publik, auditor, konsultan pajak, pegawai bank, pegawai asuransi, broker saham, hingga dosen akuntansi. Bahkan, jika Anda memiliki kemampuan untuk memulai bisnis, Anda juga bisa membuka usaha konsultan akuntansi.
Anda juga bisa memperoleh gaji yang cukup tinggi jika bekerja di bidang akuntansi. Gaji rata-rata untuk lulusan akuntansi di Indonesia bervariasi, tergantung dari posisi dan pengalaman kerja. Namun, umumnya gaji untuk lulusan akuntansi di Indonesia berkisar antara 4 hingga 10 juta rupiah per bulan.
Secara keseluruhan, jurusan akuntansi memiliki prospek kerja yang menjanjikan dan peluang karier yang luas. Namun, sebelum memilih jurusan ini, pastikan Anda memiliki minat dan bakat dalam bidang akuntansi. Selain itu, perlu juga memiliki kemampuan analisis yang baik, teliti, dan detail-oriented.
Salah satu prospek kerja yang menarik bagi lulusan akuntansi adalah menjadi broker saham.
Sebagai broker saham, tugas utama adalah membantu investor dalam membeli dan menjual saham di pasar saham. Selain itu, seorang broker saham juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis data dan memprediksi pergerakan harga saham.
Meskipun menjadi broker saham terdengar menarik dan menjanjikan, tetapi tidak semua lulusan akuntansi bisa menjadi broker saham dengan mudah. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi broker saham, antara lain harus memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan harus memiliki lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Namun, bagi lulusan akuntansi yang memiliki sertifikasi dan lisensi tersebut, prospek kerja sebagai broker saham di Indonesia
1. i
HYBRID CONTRACT / MULTI AKAD
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“PERBANKAN SYARI’AH DI INDONESIA”
Dosen Pengampu :
Bakhrul Huda, M.E.I.
Disusun oleh :
1. Ahmad Sobri (G04219003)
2. Andika Anindita Iftinan (G04219007)
3. Avita Agustin Listiawan (G04219012)
PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
2. ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...........
Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-
Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai
dengan rencana. Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju jalan
terang benderang berupa agama islam.
Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perbankan
Syari’ah Di Indonesia dengan judul “Hybrid Contract”.
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat
terselesaikan.
2. Bapak Bakhrul Huda, M.E.I. Selaku dosen pembimbing mata kuliah
Perbankan Syari’ah Di Indonesia
3. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Baik
secara langsung atau tidak secara langsung.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas
makalah ini. Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Amin.
Surabaya, 11 Februari 2020
Kelompok 10
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................iii
BAB I ...................................................................................................................... 4
Pendahuluan ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang.......................................................................................... 4
B. Rumusan masalah..................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah........................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................... 6
Pembahasan......................................................................................................... 6
A. Pengertian Akad ....................................................................................... 6
B. Pengertian Hybrid Contract / Multi akad ................................................. 6
C. Macam-Macam Multi Akad ..................................................................... 9
D. Dalil-Dalil Kebolehan/Keharaman Dalam Multi Akad.......................... 11
E. Praktik Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syari’ah...................... 17
BAB III.................................................................................................................. 19
Penutup .............................................................................................................. 19
A. Kesimpulan............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
4. 4
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan
mengembangkan industri atau bisnis praktisi telah melakukan berbagai
upaya untuk mecipatakan produk-produk baru. Salah satu pilar penting
untuk menciptakan produk pembiayaan syariah dalam menyahuti tuntutan
kebutuhan masyarakat modern, adalah pengembangan hibryd contract
(multi akad). Bentuk akad tunggal sudah tidak mampu merespon transaksi
keuangan kontemporer.
Produk-produk dalam kegiatan keuangan syariah, jika terhadapnya
dilakukan pencermatan, beberapa atau bahkan sebagian besar ternyata
mengandung beberapa akad (multi akad). Sebagai contoh, dalam transaksi
kartu kredit syariah terdapat akad ijarah, qard, dan kafalah. obligasi
syariah mengandung sekurang-kurangnya akad mudarabah (atau ijarah)
dan wakalah, serta terkadang disertai kafalah atau wa’d. Dalam setiap
transaksi, akad-akad tersebut dilakukan secara bersamaan atau setidak-
tidaknya setiap akad yang terdapat dalam suatu produk tidak bisa
ditinggalkan, karena kesemuanya merupakan satu kesatuan. Transaksi
seperti itulah yang dalam tulisan ini diistilahkan dengan multi akad.
Multi akad merupakan suatu terobosan baru dalam transaksi bisnis
modern, meskipun pada zaman Nabi multi akad ini telah terjadi. Terbukti
adanya hadits Nabi yang melarang praktek multi akad yang tidak sesuai
dengan syari‘at Islam. Dalam kegiatan bisnis modern, transaksi yang
menggunakan multi akad beragam dan bermacam-macam dan sebagian
besar umat membutuhkan transaksi tersebut.
5. 5
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian akad?
2. Apa pengertian hybrid contract / multi akad?
3. Apa saja dalil-dalil kebolehan / keharaman dalam multi akad?
4. Bagaimana praktik multi akad dalam lembaga keungan syari’ah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian akad
2. Untuk mengetahui pengertian hybrid contract / multi akad
3. Untuk mengetahui dalil-dalil kebolehan / keharaman dalam multi akad
4. Untuk mengetahui praktik multi akad dalam Lembaga keuangan syari’ah
6. 6
BAB II
Pembahasan
1. Pengertian Akad
Hubungan hukum antara nasabah dengan bank syariah adalah
hubungan kontraktual. Dalam bahasa Indonesia istilah kontrak sama
pengertiannya dengan perjanjian. Kontrak / perjanjian dalam bahasa Arab
disebut dengan akad berasal dari Al-aqdun yang berarti ikatan atau simpul
tali. Kata ‘akad’ secara terminology fikih adalah perikatan antara ijab
(penawaran) dengan Kabul (penerimaan) secara yang dibenarkan syara.1
Dengan adanya suatu akad maka pihak terikat oleh ketentuan hukum
islam yang berupa hak-hak dan pemenuhan kewajiban-kewajiban (iltizam)
yang harus diwujudkan. Oleh karena itu, akad harus dibentuk oleh hal-hal
yang dibenarkan syariah. Sahnya suatu akad menurut hukum islam
ditentukan terpenuhinya rukun dan syarat akad. Rukun adalah sesuatu yang
harus ada dalam kontrak. Sedangkan syarat adalah hal yang sangat
berpengaruh atas keberadaan sesuatu, tetapi bukan merupakan bagian atau
unsur pembentuk dari sesuatu tersebut. Ini berarti apabila syarat tidak ada
maka sesuatu tersebut juga tidak akan terbentuk.2
2. Pengertian Hybrid Contract / Multi Akad
Hybrid contract atau diterjemahkan menjadi multi akad, kata multi
akad terdiri dari dua kata yaitu ‘multi’ dan ‘akad’. Multi dalam Bahasa
Indonesia berarti (1) banyak; lebih dari satu; lebih dari dua; (2) berlipat ganda.
Akad dalam Bahasa Indonesia berarti (1) janji; perjanjian; (2) kontrak.3
Dengan demikian, multi akad dalam Bahasa Indonesia berarti perjanjian
berganda atau kontrak yang banyak, lebih dari satu.
1 A. Shomad. 2010. Hukum Islam Penormaan Syariah dalamHukum Indonesia.Jakarta: Prenada
Media, hlm. 177
2 Gemala Dewi. Aspek-Aspek Hukumdalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia.
Jakarta: Kencana, 2004, hlm. 14
3 Tim penyusun.Op-cit,hlm. 671
7. 7
Sedangkan menurut istilah fikih, kata multi akad merupakan
terjemahan dari kata Arab yaitu Al-’uqûd al-murakkabah yang berarti akad
ganda (rangkap). Al-’uqûd al-murakkabah terdiri dari dua kata al-’uqûd dan
al-murakkabah. Kata ‘aqd secara etimologi artinya mengokohkan, meratifikasi
dan mengadakan perjanjian. Sedangkan secara terminologi ‘aqd berarti
mengadakan perjanjian atau ikatan yang mengakibatkan munculnya
kewajiban. Sedangkan kata Al-murakkabah (murakkab) secara etimologi,
yakni mengumpulkan atau menghimpun.4 Jadi Al-’uqûd al-murakkabah yaitu
perjanjian yang terkumpul atau akad yang menumpuk.
Adapun beberapa definisi tentang multi akad dari beberapa ulama :
1) Nazih Hammad mendefinisikan transaksi multi akad
sebagai berikut:
“Dua pihak bersepakat untuk melaksanakan akad yang
mengandung dua akad atau lebih, seperti jual beli dengan sewa
menyewa, hibah, wakalah, qardh, muzara’ah, sharaf, syirkah,
mudharabah dsb., sehingga semua akibat hukum akad-akad yang
terhimpun tersebut, serta semua hak dan kewajiban yang
ditimbulkannya dipandang seba gai satu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan, sebagaimana akibat hukum dari akad yang
satu”.5
2) Al-Imrani memberikan definisi yang dekat dengan
definisi “Nazih Hammad di atas sebagai berikut:
Kumpulan sejumlah akad maliyah yang beragam yang terdapat
dalam sebuah transaksi baik secara gabung (al-jam’) ataupun
secara timbal balik (al-taqabul) yang mana seluruh hak dan
4 Hasanudin, ”Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah
di Indonesia”,Multi Akad padaLembaga KeuanganSyariah, (Mei, 2009), 3.
5 Nazih Hammad, al-‘Uqud al-Murakkabah fi al-Fiqh al-Islami (Damaskus: Dar al-Qalam, 2005), hal.
7.
8. 8
kewajiban yang menjadi konsekuensi dari transaksi itu dianggap
seperti akibat dari akad yang satu”.6
Dari definisi di atas dapat diambil beberapa kesimpulan tentang
batasan mengenai transaksi multi akad ini, yaitu bahwa: 1) transaksi multi
akad terjadi antara dua pihak atau lebih, 2) dalam transaksi ini terjadi dua
jenis akad yang beragam atau lebih, 3) beragam akad yang berbeda ini saling
terikat menjadi satu kesatuan akad, hingga seluruh akibat dari berbagai akad
tersebut seolah menjadi akibat dari akad yang satu, 4) jenis transaksi multi
akad dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu akad yang
mensyaratkan terjadinya adanya akad lain (mutaqabalah) dan berkumpulnya
sejumlah akad sekaligus dalam satu transaksi (mujtama’ah).
Terjadinya multi akad dalam transaksi bisa terjadi secara alamiah
(thabi’i) ataupun karena adanya modifikasi terhadap akad (ta’dili).7 Transaksi
multi akad yang alamiah terjadi antara akad pokok (al-‘aqd al-ashli) dan akad
yang mengikutinya (al-‘aqd al-tabi’i).
Di sisi lain, transaksi multi akad yang berupa modifikasi terjadi antara
berbagai akad yang bersifat mandiri tanpa tergantung dengan akad lainnya.
Tujuan adanya modifikasi tersebut di antaranya adalah untuk memudahkan
penerapan akad itu pada produk keuangan syariah, dengan harapan agar
poin-poin yang termuat pada ayat tersebut bisa diamalkan, sehingga praktik
transaksinya bisa sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, atau minimal tidak
bertentangan dengannya.
3. Macam-Macam Multi Akad
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah multi akad dibagi menjadi 5
macam, diantaranya sebagai berikut:
6 Abdullah bin Muhammad al-Imrani, al-‘Uqud al-Maliyyah al-Murakkabah (Riyadh: Dar Kunuz
Isybiliya, 2010), hal. 46.
7 Burhanuddin Susamto, “Tingkat Penggunaan Multi Akad dalamFatwa Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)” al-Ahkam vol 11 no. 1, Juni 2016, hal. 209-211.
http://dx.doi.org/10.19105/al-ihkam.v11i1.862
9. 9
1) Al-’uqûd al-mutaqâbilah (akad Bergantung/akad Bersyarat)
Al-Mutaqâbilah menurut bahasa berarti berhadapan. Sesuatu dikatakan
berhadapan jika keduanya saling menghadapkan kepada yang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan al-’uqûd al-mutaqâbilah adalah
multi akad dalam bentuk akad kedua merespon akad pertama, di mana
kesempurnaan akad pertama bergantung pada sempurnanya akad
kedua melalui proses timbal balik. Dengan kata lain, akad satu
bergantung dengan akad lainnya.
2) Al-’uqûd al–mujtami’ah (akad Terkumpul)
Al-’uqûd al-mujtami’ah adalah multi akad yang terhimpun dalam satu
akad. Dua atau lebih akad terhimpun menjadi satu akad. Seperti
contoh “Saya jual rumah ini kepadamu dan saya sewakan rumah yang
lain kepadamu selama satu bulan dengan harga lima ratus ribu”. Multi
akad yang mujtami’ah ini dapat terjadi dengan terhimpunnya dua akad
yang memiliki akibat hukum berbeda di dalam satu akad terhadap dua
objek dengan satu harga, dua akad berbeda akibat hukum dalam satu
akad terhadap dua objek dengan dua harga, atau dua akad dalam satu
akad yang berbeda hukum atas satu objek dengan satu imbalan, baik
dalam waktu yang sama atau waktu yang berbeda.
3) Al-’uqûd al-mutanâqidhah wa al-mutadhâdah wa al-mutanâfiyah (akad
berlawanan)
Ketiga istilah al-mutanâqidhah, al-mutadhâdah, al-mutanâfiyah
memiliki kesamaan bahwa ketiganya mengandung maksud adanya
perbedaan. Tetapi ketiga istilah ini mengandung implikasi yang
berbeda. Mutanâqidhah mengandung arti berlawanan, seperti pada
contoh seseorang berkata sesuatu lalu berkata sesuatu lagi yang
berlawanan dengan yang pertama. Seseorang mengatakan bahwa
sesuatu benar, lalu berkata lagi sesuatu itu salah. Perkataan orang ini
disebut mutanâqidhah, saling berlawanan. Dikatakan mutanâqidhah
10. 10
karena antara satu dengan yang lainnya tidak saling mendukung,
melainkan mematahkan.
4) Al-’uqûd al-mukhtalifah (akad berbeda)
Multi akad yang mukhtalifah adalah terhimpunnya dua akad atau lebih
yang memiliki perbedaan semua akibat hukum di antara kedua akad
itu atau sebagiannya. Seperti perbedaan akibat hukum dalam akad jual
beli dan sewa, dalam akad sewa diharuskan ada ketentuan waktu,
sedangkan dalam jual beli sebaliknya. Contoh lain, akad ijârah dan
salam. Dalam salam, harga salam harus diserahkan pada saat akad
berlangsung (fi al-majlis), sedangkan dalam ijârah, harga sewa tidak
harus diserahkan pada saat akad berlangsung. Perbedaan antara multi
akad yang mukhtalifah dengan yang mutanâqidhah, mutadhâdah, dan
mutanâfiyah terletak pada keberadaan akad masing-masing tersebut.
Meskipun kata mukhtalifah lebih umum dan dapat meliputi ketiga
jenis yang lainnya, namun dalam mukhtalifah meskipun berbeda tetapi
tetap dapat ditemukan menurut syariat. Sedangkan untuk kategori
berbeda yang ketiga mengandung adanya saling meniadakan di antara
akad-akad yang membangunnya. Dari pendapat Imam Abu Hanifah
tersebut dapat disimpulkan bahwa multi akad yang mutanâqidhah,
mutadhâdah, dan mutanâfiyah adalah akad-akad yang tidak boleh
dihimpun menjadi satu akad. Meski demikian, pandangan ulama
terhadap tiga bentuk multi akad tersebut tidak seragam.
5) Al-’uqûd al-mutajânisah (akad sejenis)
Al-’uqûd al-murakkabah al-mutajânisah adalah akad-akad yang
mungkin dihimpun dalam satu akad, dengan tidak memengaruhi di
dalam hukum dan akibat hukumnya. Multi akad jenis ini dapat terdiri
dari satu jenis akad seperti akad jual beli dan akad jual beli, atau dari
beberapa jenis seperti akad jual beli dan sewa menyewa. Multi akad
11. 11
jenis ini dapat pula terbentuk dari dua akad yang memiliki hukum
yang sama atau berbeda.
Dari lima macam itu, menurutnya, dua macam yang pertama; al-’uqûd
al-mutaqâbilah, al-’uqûd al–mujtami’ah, adalah multi akad yang
diperbolehkan8
4. Dalil-dalil kebolehan / keharaman dalam multi akad
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa terdapat dua jenis transaksi
multi akad yang biasa digunakan, yaitu transaksi multi akad
bergantung/bersyarat (al-‘uqud al-mutaqabilah) dan multi akad tergabung (al-
‘uqud al-mujtami’ah). Maka pembahasan dalam bagian ini akan dibagi
menjadi dua pembahasan, yaitu transaksi bersyarat akad dan multi akad dalam
satu transaksi.
A. Dalil Transaksi Dengan Syarat Akad di Dalamnya (syarth ‘aqd fi
‘aqd)
Pembahasan mengenai akad bersyarat di dalam transaksi akan
berkisar pada beberapa hadis yang saling bertentangan mengenai
syarat. Beberapa hadis tersebut adalah:
a) Dalil yang Menunjukkan Kebolehan Syarat Akad
1) Dalil dari Jabir bin ‘Abdillah yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah membeli unta
darinya dengan syarat ditunggangi oleh Jabir sampai
Madinah.9 Dalil ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Abu
Dawud, Tirmidzi dan al-Nasa’i.
8 Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah di
Indonesia.Makalah Ekonomi Islam Edisi 28 Mei 2009. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009, Hlm.
3 – 4
9 Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Kairo: Makniz, tt.), hal. 747-748.; Muslim
bin Hajjaj al-Naisaburi, Shahih Muslim (Kairo: Makniz, tt.), hal. 821-823.
12. 12
2) Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ahmad, dan Abu
Dawud bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
َينِمِل ْس
ُ ْ
اْل َنْيَب ٌزِائ َج ُح
ْ
لُّالصى
َ
لَع
َنو ُمِل ْس
ُ ْ
اْلَو ا ًامَر َح َّل َح
َ
أ ْو
َ
أ
ً
ال
َ
ال َح َمَّر َحا ًح
ْ
لُص
َّ
الِإ
ا ًامَر َح َّل َح
َ
أ ْو
َ
أ
ً
ال
َ
ال َح َمَّر َحا
ً
طْر
َ
ش
َّ
الِإ ْمِه ِوطُر
ُ
ش
Janji perdamaian itu diperbolehkan di antara sesama
muslim, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram, sesama muslim
itu konsisten dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.
b) Dalil yang Melarang Adanya Syarat Akad.
1) Hadis yang dikenal dengan istilah hadis Barirah,
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa
Rasulullah saw. pernah bersabda:
ِاب َت ِك ىِف َسْي
َ
ل ا
ً
طْر
َ
ش
َ
طَر
َ
ت
ْ
اش ِن َم ِ
َّ
اَّلل ِاب َت ِك ىِف ْت َس ْي
َ
لا
ً
وطُر
ُ
ش
َنو
ُ
طِر
َ
ت
ْ
ش َي ٍاس
َ
ن
ُ
أ ُال َبا َمُُ
َ
ل َسْي
َ
ل
َ
َ ِ
َّ
اَّلل
ِ
َّ
اَّلل
ُ
طْر
َ
ش ٍةَّر َم
َ
ة
َ
ائ ِم
َ
طَر
َ
ش ْنِإَوُق
َ
ثْو
َ
أَو ُّق َح
َ
أ
Kenapa manusia membuat syarat-syarat yang tak ada di
dalam Kitabullah, siapa yang membuat syarat-syarat
yang tak ada di dalam Kitabullah maka syarat itu tidak
berlaku baginya, meski ia menegaskannya seratus kali.
Syaratnya Allah itu lebih berhak dan lebih kuat.
2) Hadis dari Abdullah bin Amru bin al-‘Ash yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi dan
Nasa’I bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
َسْي
َ
لا َم ُعْيَب
َ
الَو ْن َمْض
َ
ت ْم
َ
لا َم ُحْبِر
َ
الَو ٍعْيَب ىِف ِان
َ
طْر
َ
ش
َ
الَو ٌعْيَبَو
ٌ
ف
َ
ل َس ُّل ِحَي
َ
الََِْْع
13. 13
Tidak halal akad salaf (qardh) bersama akad bai’, dan
juga dua syarat dalam satu akad bai’, dan keuntungan
yang tidak kamu jamin, dan menjual apa yang tidak
kamu miliki.
Dalam hadis-hadis di atas, dan baik dari hadis yang membolehkan
ataupun yang melarang terdapat hadis yang bersifat umum dan bersifat
khusus.
Hadis kebolehan syarat akad. Hadis pertama bersifat khusus, secara
jelas menyatakan terjadinya syarat di dalam akad bai’ di masa Rasulullah.
Hadis kedua bersifat umum, mencakup berbagai syarat yang bisa dilakukan,
dengan syarat tidak mengganggu gugat konsep halal dan haram. Perpaduan
antara dua hadis umum dan khusus ini dapat menjadi landasan adanya syarat
di dalam akad, tak hanya terbatas pada akad bai’ saja namun juga berbagai
akad lain selama sesuai dengan petunjuk keumuman hadis yang kedua.
Hadis larangan syarat akad. Hadis pertama juga bersifat umum,
menyatakan batilnya segala syarat apapun yang tak ada di dalam Kitabullah,
baik syarat di dalam suatu akad ataupun syarat yang berada di luar akad. Dan
hadis kedua bersifat khusus, hadis itu jelas menyatakan bahwa tak boleh ada
dua syarat di dalam akad bai’. Bahkan terdapat riwayat lain yang menyatakan
bahwa Rasulullah melarang akad bai’ yang bersyarat.10
B. Dalil larangan multi akad dalam satu transaksi
Pembahasan mengenai hukum transaksi multi akad dalam fikih
akan selalu berkaitan dengan beberapa hadis Rasulullah yang
10 Hadis itu diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam Mu’jam al-Awsath, al-Ashbahani dalamMusnad Abi
Hanifah, al-Hakim dalam Ma’rifat Ulum al-Hadits, dan Ibnu Hazm dalam al-Muhalla, seluruhnya
berasal dari Abdullah bin Ayyub al-Qirabi dengan sanadnya dari Abu Hanifah. Namun sanad dari
hadis ini lemah, dan matannya jelas bertentangan dengan hadis dalam bab ini yang lebih kuat (hadis
no. 1).
14. 14
melarang mengenai adanya dua akad dalam satu transaksi, beberapa
hadis itu adalah:
1) Hadis larangan melakukan dua jual beli dalam satu
jual beli
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan
sanadnya dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw.
bersabda:
ٍةَعْيَب ىِف ِنْيَتَعْيَب ْعِب
َ
ت
َ
الَو ُُ ْعَب
ْ
ات
َ
َ ٍىء ِل َم ى
َ
لَع َت
ْ
ل ِح
ُ
أا
َ
ذِإَو ٌم
ْ
ل
ُ
ظ ِى ِن
َ
غ
ْ
ال ُل
ْ
ط َم
“Mengulur waktu pemayaran hutang padahal ia mampu
adalah sebuah bentuk kezaliman, dan jika hutangmu dialihkan
kepada orang lain maka ikutilah, dan janganlah melakukan dua
jual beli dalam satu jual beli”.11
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan
sanadnya dari Abu Hurairah bahwa ia berkata:
ِ
َّ
اَّلل ُلو ُسَر ى َه
َ
نﷺٍةَعْيَب ىِف ِنْيَتَعْيَب ْنَع
“Rasulullah saw. melarang dua jual beli dalam satu jual
beli”.12
Abu Dawud juga meriwayatkan dengan sanadnya dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda:
ا َبِالر ِو
َ
أا َمُه ُس
َ
كْو
َ
أ ُُ
َ
ل
َ
َ ٍةَعْيَب ىِف ِنْيَتَعْيَب َاع َب ْن َم
“Siapa yang melakukan dua akad jual beli dalam satu
akad maka hendaklah ia mengambil yang paling kecil dari
keduanya atau (ia akan mendapatkan) riba”.13
11 Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi (Kairo: Makniz, tt.) hal. 407.
12 Ibid, 384.
15. 15
2) Hadis larangan melakukan dua akad dalam satu
akad
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan
sanadnya dari ‘Abdullah bin Mas’ud bahwa ia berkata:
ِ
َّ
اَّلل ُلو ُسَر ى َه
َ
نﷺٍة ََ ِاحَو ٍة
َ
ق
ْ
فَص ىِف ِنْيَت
َ
ق
ْ
فَص ْنَع
“Rasulullah saw. melarang dua akad di dalam satu
akad”.14
3) Hadis larangan menyatukan akad bai’ dan salaf
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan
sanadnya dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash bahwa ia
berkata:
ِ
َّ
اَّلل ُلو ُسَر ى َه
َ
نﷺَم ِحْبِر
ْنَعَو ٍف
َ
ل َسَو ٍعْيَب ْنَعَو ٍةَعْيَب ىِف ِنْيَتَعْيَب ْنَعْم
َ
لا
ْنِع
َ
كَد َسْي
َ
لا َم ِعْيَب ْنَعَو ْن َمْضُي
“Rasulullah saw. melarang dua jual beli dalam satu jual
beli, juga melarang keuntungan dari sesuatu yang tidak
terjamin, dan melarang menjual barang yang bukan
milikmu”.15
Kata ‘naha’ dalam tiga hadis di atas jelas menunjukkan
sebuah pelarangan, dan hukum asal dari larangan adalah
menunjukkan keharaman perkara tersebut, dan selama tidak
ada qarinah yang memalingkan pelarangan ini kepada hal lain
13 Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abi Dawud (Kairo: Makniz, tt.), hal. 682.
14 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad (Beirut: Muassasah al-Risalah, tt.), jil. 6, hal. 324.
15 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, jil. 11, hal. 203.
16. 16
maka ia akan kembali kepada hukum asalnya yaitu keharaman
perkara tersebut.
Mengenai hadis yang ketiga, yang menyatakan bahwa
Rasulullah melarang adanya akad bai’ dan akad salaf atau
qardh dalam satu transaksi, ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah
menyatakan bahwa larangan tesebut untuk menghindari dari
terjerumus ke dalam riba yang diharamkan. Sebagai
contohnya, hal itu terjadi karena seseorang meminjamkan uang
sejumlah seribu (qardh) lalu ia menjual barang yang bernilai
800 kepada orang itu dengan harga 1000 dengan niatan agar ia
bisa mendapatkan uang dua ribu darinya.16
Meski secara tekstual hadis-hadis di atas seolah
menyatakan pelarangan terhadap transaksi multi akad, namun
hadis-hadis tersebut tidak menunjukkan pengharaman terhadap
transaksi multi akad secara umum namun terkhusus kepada
beberapa bentuk multi akad saja, seperti terkumpulnya bai’ dan
salaf (qardh) dalam satu transaksi seperti yang ditunjukkan
pada hadis ketiga, atau tiga jenis penafsiran terhadap hadis
pertama dan kedua di atas.
Jika kembali pada kaidah tentang hukum asal pada
urusan muamalah maka dapat diketahui bahwa hukum asal
pada urusan muamalah adalah boleh kecuali jika ada dalil yang
menyatakan pengharaman atau pembatalannya.17
16 Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin (Dammam: Dar Ibn al-
Jauzi, 1423 H), jil 5, hal. 17-18.
17 Abdullah bin Muhammad al-Imrani, al-‘Uqud al-Maliyyah al-Murakkabah,hal.69-75.
17. 17
5. Praktik Multi Akad dalam Lembaga Keuangan Syari’ah
Diantara banyak produk Bank Syariah yang mengandung multi akad
dan yang sudah lazim dipraktikan, diantaranya adalah pembiayaan
murabahah, ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) dan musyarakah
mutanaqishah (MMq).
Murabahah18 yang diterapkan di Bank Syariah adalah perpaduan dua
jual beli dan janji. Dapat dilihat pada produk Murabahah KPP (Kepada
Pemesan Pembeli) - al-Murabahah li al-Amir bi al-Syirā, yang melibatkan
tiga pihak, yaitu pembeli (nasabah), lembaga keuangan (Bank Syariah) dan
penjual (pemilik barang). Jual beli pertama antara Bank Syariah dengan
penyedia barang dan jual beli kedua antara nasabah dengan pihak bank.
Nasabah memesan suatu barang tertentu kepada Bank Syariah, kemudian
Bank Syariah membeli barang tersebut dari penyedia barang, baik secara
langsung atau wakalah kepada nasabah19. Tahap selanjutnya Bank Syariah
menjual barang itu kepada nasabah dengan harga perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati. Baik Bank Syariah maupun nasabah saling
berjanji untuk membeli barang sesuai dengan pesanan. Bank Syariah dapat
menjual barang tersebut setelah barang dimiliki bank. Dua akad jual beli dan
janji tersebut dilaksanakan dalam satu transaksi dan tidak terpisah. Dampak
hukum dari transaksi itu, yaitu beralihnya objek jual beli dari Bank Syariah
kepada nasabah.
Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT)20 adalah kontrak sewa menyewa
yang diakhiri dengan kepemilikan atas objek sewa. Praktik ijarah muntahiya
bittamlik di Bank Syariah adalah Bank Syariah menyewakan suatu objek sewa
18 Lihat Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Ps.116-124 KHES. Ps. 9 PBI No.
7/46/PBI/2005/PBI No. 9/19/PBI/2007. Fatwa DSN-MUI No. 111/DSN-MUI/IX/2017.
19 Akad muarabahah biasanya digabung dengan akad wadi’ah atau akad wakalah,sehingga
melahirkan model akad baru muarabahah wa wadi’ah dan murabahah wa wakalah.
20 Lihat Fatwa DSN-MUI No. 27/DSN-MUI/III/2002. Ps.322-329 KHES. PS.16 PBI No.
7/46/PBI/2005. Butir III.7.d/PBI No. 9/19/PBI/2007. SEBI Nomor 10/14/DPbs tanggal 17 Maret 2008,
Fatwa DSN-MUI NO. 102/DSN-MUI/X/2016.
18. 18
kepada nasabah untuk waktu tertentu dengan harga sewa yang disepakati.
Setelah masa sewa selesai dan semua cicilan dibayar, objek sewa tersebut
beralih kepemilikannya kepada nasabah dengan menggunakan akad baru,
yakni hibah atau jual beli sesuai wa’ad.
Implementasi musyarakah mutanaqishah (MMq)21 dalam operasional
Bank Syariah adalah merupakan kerjasama antara Bank Syariah dengan
nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang atau benda, dimana
asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besarnya kepemilikan dapat
ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam
kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya nasabah akan membayar
(mengangsur) sejumlah modal/dana yang dimiliki Bank Syariah. Perpindahan
kepemilikan dari porsi Bank Syariah kepada nasabah seiring dengan
bertambahnya jumlah modal/dana nasabah dari pertambahan angsuran yang
dilakukan nasabah. Hingga angsuran berakhir berarti kepemilikan suatu
barang tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi
kepemilikan Bank Syariah terhadap barang berkurang secara proporsional
sesuai dengan besarnya angsuran.
21 Lihat Fatwa DSN-MUI No. 73/DSN-MUI/XI/2008 dan Lampiran IV SEOJK No.
36/SEOJK.03/2015 Bagian II.1.2.
19. 19
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Terjadinya multi akad dalam transaksi bisa terjadi secara alamiah
(thabi’i) ataupun karena adanya modifikasi terhadap akad (ta’dili).
Transaksi multi akad yang alamiah terjadi antara akad pokok (al-‘aqd al-
ashli) dan akad yang mengikutinya (al-‘aqd al-tabi’i).
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah multi akad dibagi menjadi 5
macam, diantaranya sebagai berikut:
1) Al-’uqûd al-mutaqâbilah (akad Bergantung/akad Bersyarat)
2) Al-’uqûd al–mujtami’ah (akad Terkumpul)
3) Al-’uqûd al-mutanâqidhah wa al-mutadhâdah wa al-mutanâfiyah
(akad berlawanan)
4) Al-’uqûd al-mukhtalifah (akad berbeda)
5) Al-’uqûd al-mutajânisah (akad sejenis)
Terdapat dua jenis transaksi multi akad yang biasa digunakan,
yaitu transaksi multi akad bergantung/bersyarat (al-‘uqud al-mutaqabilah)
dan multi akad tergabung (al-‘uqud al-mujtami’ah).
Murabahah yang diterapkan di Bank Syariah adalah perpaduan
dua jual beli dan janji. Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) adalah kontrak
sewa menyewa yang diakhiri dengan kepemilikan atas objek sewa.
Implementasi musyarakah mutanaqishah (MMq) dalam operasional Bank
Syariah adalah merupakan kerjasama antara Bank Syariah dengan
nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang atau benda,
dimana asset barang tersebut jadi milik bersama.
20. 20
DAFTAR PUSTAKA
A. Shomad. 2010. Hukum Islam Penormaan Syariah dalam Hukum Indonesia.
Jakarta: Prenada Media.
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi (Kairo: Makniz, tt.).
2013. Ensiklopedia hadits jami' at-Tirmidzi. Jakarta: Almahira.
Fu'ad Abdul Baqi, Muhammad. 2016. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim (Al-
Lu’lu Wal Marjan). Aqwam Medika.
Gemala Dewi. 2004. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Huda, Nurul. Heykal, Mohamad. 2010. Lembaga Keuangan Islam (Tinjauan Teoritis
dan Praktis). Jakarta: Kencana.
Hasanudin. 2009. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga
Keuangan Syariah di Indonesia. Jakarta.
Mujahidin, Akhmad. 2017. Hukum Perbankan Syariah. Depok: PT Raja Grafindo
Persada.
Nazih Hammad. 2005. al-‘Uqud al-Murakkabah fi al-Fiqh al-Islami. Damaskus: Dar
al-Qalam.
Umam, Khotibul. 2016. Perbankan Syariah (Dasar-dasar dan Dinamika
Perkembangannya di Indonesia). Jakarta: Rajawali Pers.
Usanti, Trisadini P. dkk. 2013. Transaksi Bank Syariah. Jakarta: Bumi Aksara.