SlideShare a Scribd company logo
i
HYBRID CONTRACT / MULTI AKAD
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“PERBANKAN SYARI’AH DI INDONESIA”
Dosen Pengampu :
Bakhrul Huda, M.E.I.
Disusun oleh :
1. Ahmad Sobri (G04219003)
2. Andika Anindita Iftinan (G04219007)
3. Avita Agustin Listiawan (G04219012)
PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...........
Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-
Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai
dengan rencana. Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju jalan
terang benderang berupa agama islam.
Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perbankan
Syari’ah Di Indonesia dengan judul “Hybrid Contract”.
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat
terselesaikan.
2. Bapak Bakhrul Huda, M.E.I. Selaku dosen pembimbing mata kuliah
Perbankan Syari’ah Di Indonesia
3. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Baik
secara langsung atau tidak secara langsung.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas
makalah ini. Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Amin.
Surabaya, 11 Februari 2020
Kelompok 10
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................iii
BAB I ...................................................................................................................... 4
Pendahuluan ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang.......................................................................................... 4
B. Rumusan masalah..................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah........................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................... 6
Pembahasan......................................................................................................... 6
A. Pengertian Akad ....................................................................................... 6
B. Pengertian Hybrid Contract / Multi akad ................................................. 6
C. Macam-Macam Multi Akad ..................................................................... 9
D. Dalil-Dalil Kebolehan/Keharaman Dalam Multi Akad.......................... 11
E. Praktik Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syari’ah...................... 17
BAB III.................................................................................................................. 19
Penutup .............................................................................................................. 19
A. Kesimpulan............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
4
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan
mengembangkan industri atau bisnis praktisi telah melakukan berbagai
upaya untuk mecipatakan produk-produk baru. Salah satu pilar penting
untuk menciptakan produk pembiayaan syariah dalam menyahuti tuntutan
kebutuhan masyarakat modern, adalah pengembangan hibryd contract
(multi akad). Bentuk akad tunggal sudah tidak mampu merespon transaksi
keuangan kontemporer.
Produk-produk dalam kegiatan keuangan syariah, jika terhadapnya
dilakukan pencermatan, beberapa atau bahkan sebagian besar ternyata
mengandung beberapa akad (multi akad). Sebagai contoh, dalam transaksi
kartu kredit syariah terdapat akad ijarah, qard, dan kafalah. obligasi
syariah mengandung sekurang-kurangnya akad mudarabah (atau ijarah)
dan wakalah, serta terkadang disertai kafalah atau wa’d. Dalam setiap
transaksi, akad-akad tersebut dilakukan secara bersamaan atau setidak-
tidaknya setiap akad yang terdapat dalam suatu produk tidak bisa
ditinggalkan, karena kesemuanya merupakan satu kesatuan. Transaksi
seperti itulah yang dalam tulisan ini diistilahkan dengan multi akad.
Multi akad merupakan suatu terobosan baru dalam transaksi bisnis
modern, meskipun pada zaman Nabi multi akad ini telah terjadi. Terbukti
adanya hadits Nabi yang melarang praktek multi akad yang tidak sesuai
dengan syari‘at Islam. Dalam kegiatan bisnis modern, transaksi yang
menggunakan multi akad beragam dan bermacam-macam dan sebagian
besar umat membutuhkan transaksi tersebut.
5
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian akad?
2. Apa pengertian hybrid contract / multi akad?
3. Apa saja dalil-dalil kebolehan / keharaman dalam multi akad?
4. Bagaimana praktik multi akad dalam lembaga keungan syari’ah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian akad
2. Untuk mengetahui pengertian hybrid contract / multi akad
3. Untuk mengetahui dalil-dalil kebolehan / keharaman dalam multi akad
4. Untuk mengetahui praktik multi akad dalam Lembaga keuangan syari’ah
6
BAB II
Pembahasan
1. Pengertian Akad
Hubungan hukum antara nasabah dengan bank syariah adalah
hubungan kontraktual. Dalam bahasa Indonesia istilah kontrak sama
pengertiannya dengan perjanjian. Kontrak / perjanjian dalam bahasa Arab
disebut dengan akad berasal dari Al-aqdun yang berarti ikatan atau simpul
tali. Kata ‘akad’ secara terminology fikih adalah perikatan antara ijab
(penawaran) dengan Kabul (penerimaan) secara yang dibenarkan syara.1
Dengan adanya suatu akad maka pihak terikat oleh ketentuan hukum
islam yang berupa hak-hak dan pemenuhan kewajiban-kewajiban (iltizam)
yang harus diwujudkan. Oleh karena itu, akad harus dibentuk oleh hal-hal
yang dibenarkan syariah. Sahnya suatu akad menurut hukum islam
ditentukan terpenuhinya rukun dan syarat akad. Rukun adalah sesuatu yang
harus ada dalam kontrak. Sedangkan syarat adalah hal yang sangat
berpengaruh atas keberadaan sesuatu, tetapi bukan merupakan bagian atau
unsur pembentuk dari sesuatu tersebut. Ini berarti apabila syarat tidak ada
maka sesuatu tersebut juga tidak akan terbentuk.2
2. Pengertian Hybrid Contract / Multi Akad
Hybrid contract atau diterjemahkan menjadi multi akad, kata multi
akad terdiri dari dua kata yaitu ‘multi’ dan ‘akad’. Multi dalam Bahasa
Indonesia berarti (1) banyak; lebih dari satu; lebih dari dua; (2) berlipat ganda.
Akad dalam Bahasa Indonesia berarti (1) janji; perjanjian; (2) kontrak.3
Dengan demikian, multi akad dalam Bahasa Indonesia berarti perjanjian
berganda atau kontrak yang banyak, lebih dari satu.
1 A. Shomad. 2010. Hukum Islam Penormaan Syariah dalamHukum Indonesia.Jakarta: Prenada
Media, hlm. 177
2 Gemala Dewi. Aspek-Aspek Hukumdalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia.
Jakarta: Kencana, 2004, hlm. 14
3 Tim penyusun.Op-cit,hlm. 671
7
Sedangkan menurut istilah fikih, kata multi akad merupakan
terjemahan dari kata Arab yaitu Al-’uqûd al-murakkabah yang berarti akad
ganda (rangkap). Al-’uqûd al-murakkabah terdiri dari dua kata al-’uqûd dan
al-murakkabah. Kata ‘aqd secara etimologi artinya mengokohkan, meratifikasi
dan mengadakan perjanjian. Sedangkan secara terminologi ‘aqd berarti
mengadakan perjanjian atau ikatan yang mengakibatkan munculnya
kewajiban. Sedangkan kata Al-murakkabah (murakkab) secara etimologi,
yakni mengumpulkan atau menghimpun.4 Jadi Al-’uqûd al-murakkabah yaitu
perjanjian yang terkumpul atau akad yang menumpuk.
Adapun beberapa definisi tentang multi akad dari beberapa ulama :
1) Nazih Hammad mendefinisikan transaksi multi akad
sebagai berikut:
“Dua pihak bersepakat untuk melaksanakan akad yang
mengandung dua akad atau lebih, seperti jual beli dengan sewa
menyewa, hibah, wakalah, qardh, muzara’ah, sharaf, syirkah,
mudharabah dsb., sehingga semua akibat hukum akad-akad yang
terhimpun tersebut, serta semua hak dan kewajiban yang
ditimbulkannya dipandang seba gai satu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan, sebagaimana akibat hukum dari akad yang
satu”.5
2) Al-Imrani memberikan definisi yang dekat dengan
definisi “Nazih Hammad di atas sebagai berikut:
Kumpulan sejumlah akad maliyah yang beragam yang terdapat
dalam sebuah transaksi baik secara gabung (al-jam’) ataupun
secara timbal balik (al-taqabul) yang mana seluruh hak dan
4 Hasanudin, ”Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah
di Indonesia”,Multi Akad padaLembaga KeuanganSyariah, (Mei, 2009), 3.
5 Nazih Hammad, al-‘Uqud al-Murakkabah fi al-Fiqh al-Islami (Damaskus: Dar al-Qalam, 2005), hal.
7.
8
kewajiban yang menjadi konsekuensi dari transaksi itu dianggap
seperti akibat dari akad yang satu”.6
Dari definisi di atas dapat diambil beberapa kesimpulan tentang
batasan mengenai transaksi multi akad ini, yaitu bahwa: 1) transaksi multi
akad terjadi antara dua pihak atau lebih, 2) dalam transaksi ini terjadi dua
jenis akad yang beragam atau lebih, 3) beragam akad yang berbeda ini saling
terikat menjadi satu kesatuan akad, hingga seluruh akibat dari berbagai akad
tersebut seolah menjadi akibat dari akad yang satu, 4) jenis transaksi multi
akad dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu akad yang
mensyaratkan terjadinya adanya akad lain (mutaqabalah) dan berkumpulnya
sejumlah akad sekaligus dalam satu transaksi (mujtama’ah).
Terjadinya multi akad dalam transaksi bisa terjadi secara alamiah
(thabi’i) ataupun karena adanya modifikasi terhadap akad (ta’dili).7 Transaksi
multi akad yang alamiah terjadi antara akad pokok (al-‘aqd al-ashli) dan akad
yang mengikutinya (al-‘aqd al-tabi’i).
Di sisi lain, transaksi multi akad yang berupa modifikasi terjadi antara
berbagai akad yang bersifat mandiri tanpa tergantung dengan akad lainnya.
Tujuan adanya modifikasi tersebut di antaranya adalah untuk memudahkan
penerapan akad itu pada produk keuangan syariah, dengan harapan agar
poin-poin yang termuat pada ayat tersebut bisa diamalkan, sehingga praktik
transaksinya bisa sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, atau minimal tidak
bertentangan dengannya.
3. Macam-Macam Multi Akad
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah multi akad dibagi menjadi 5
macam, diantaranya sebagai berikut:
6 Abdullah bin Muhammad al-Imrani, al-‘Uqud al-Maliyyah al-Murakkabah (Riyadh: Dar Kunuz
Isybiliya, 2010), hal. 46.
7 Burhanuddin Susamto, “Tingkat Penggunaan Multi Akad dalamFatwa Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)” al-Ahkam vol 11 no. 1, Juni 2016, hal. 209-211.
http://dx.doi.org/10.19105/al-ihkam.v11i1.862
9
1) Al-’uqûd al-mutaqâbilah (akad Bergantung/akad Bersyarat)
Al-Mutaqâbilah menurut bahasa berarti berhadapan. Sesuatu dikatakan
berhadapan jika keduanya saling menghadapkan kepada yang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan al-’uqûd al-mutaqâbilah adalah
multi akad dalam bentuk akad kedua merespon akad pertama, di mana
kesempurnaan akad pertama bergantung pada sempurnanya akad
kedua melalui proses timbal balik. Dengan kata lain, akad satu
bergantung dengan akad lainnya.
2) Al-’uqûd al–mujtami’ah (akad Terkumpul)
Al-’uqûd al-mujtami’ah adalah multi akad yang terhimpun dalam satu
akad. Dua atau lebih akad terhimpun menjadi satu akad. Seperti
contoh “Saya jual rumah ini kepadamu dan saya sewakan rumah yang
lain kepadamu selama satu bulan dengan harga lima ratus ribu”. Multi
akad yang mujtami’ah ini dapat terjadi dengan terhimpunnya dua akad
yang memiliki akibat hukum berbeda di dalam satu akad terhadap dua
objek dengan satu harga, dua akad berbeda akibat hukum dalam satu
akad terhadap dua objek dengan dua harga, atau dua akad dalam satu
akad yang berbeda hukum atas satu objek dengan satu imbalan, baik
dalam waktu yang sama atau waktu yang berbeda.
3) Al-’uqûd al-mutanâqidhah wa al-mutadhâdah wa al-mutanâfiyah (akad
berlawanan)
Ketiga istilah al-mutanâqidhah, al-mutadhâdah, al-mutanâfiyah
memiliki kesamaan bahwa ketiganya mengandung maksud adanya
perbedaan. Tetapi ketiga istilah ini mengandung implikasi yang
berbeda. Mutanâqidhah mengandung arti berlawanan, seperti pada
contoh seseorang berkata sesuatu lalu berkata sesuatu lagi yang
berlawanan dengan yang pertama. Seseorang mengatakan bahwa
sesuatu benar, lalu berkata lagi sesuatu itu salah. Perkataan orang ini
disebut mutanâqidhah, saling berlawanan. Dikatakan mutanâqidhah
10
karena antara satu dengan yang lainnya tidak saling mendukung,
melainkan mematahkan.
4) Al-’uqûd al-mukhtalifah (akad berbeda)
Multi akad yang mukhtalifah adalah terhimpunnya dua akad atau lebih
yang memiliki perbedaan semua akibat hukum di antara kedua akad
itu atau sebagiannya. Seperti perbedaan akibat hukum dalam akad jual
beli dan sewa, dalam akad sewa diharuskan ada ketentuan waktu,
sedangkan dalam jual beli sebaliknya. Contoh lain, akad ijârah dan
salam. Dalam salam, harga salam harus diserahkan pada saat akad
berlangsung (fi al-majlis), sedangkan dalam ijârah, harga sewa tidak
harus diserahkan pada saat akad berlangsung. Perbedaan antara multi
akad yang mukhtalifah dengan yang mutanâqidhah, mutadhâdah, dan
mutanâfiyah terletak pada keberadaan akad masing-masing tersebut.
Meskipun kata mukhtalifah lebih umum dan dapat meliputi ketiga
jenis yang lainnya, namun dalam mukhtalifah meskipun berbeda tetapi
tetap dapat ditemukan menurut syariat. Sedangkan untuk kategori
berbeda yang ketiga mengandung adanya saling meniadakan di antara
akad-akad yang membangunnya. Dari pendapat Imam Abu Hanifah
tersebut dapat disimpulkan bahwa multi akad yang mutanâqidhah,
mutadhâdah, dan mutanâfiyah adalah akad-akad yang tidak boleh
dihimpun menjadi satu akad. Meski demikian, pandangan ulama
terhadap tiga bentuk multi akad tersebut tidak seragam.
5) Al-’uqûd al-mutajânisah (akad sejenis)
Al-’uqûd al-murakkabah al-mutajânisah adalah akad-akad yang
mungkin dihimpun dalam satu akad, dengan tidak memengaruhi di
dalam hukum dan akibat hukumnya. Multi akad jenis ini dapat terdiri
dari satu jenis akad seperti akad jual beli dan akad jual beli, atau dari
beberapa jenis seperti akad jual beli dan sewa menyewa. Multi akad
11
jenis ini dapat pula terbentuk dari dua akad yang memiliki hukum
yang sama atau berbeda.
Dari lima macam itu, menurutnya, dua macam yang pertama; al-’uqûd
al-mutaqâbilah, al-’uqûd al–mujtami’ah, adalah multi akad yang
diperbolehkan8
4. Dalil-dalil kebolehan / keharaman dalam multi akad
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa terdapat dua jenis transaksi
multi akad yang biasa digunakan, yaitu transaksi multi akad
bergantung/bersyarat (al-‘uqud al-mutaqabilah) dan multi akad tergabung (al-
‘uqud al-mujtami’ah). Maka pembahasan dalam bagian ini akan dibagi
menjadi dua pembahasan, yaitu transaksi bersyarat akad dan multi akad dalam
satu transaksi.
A. Dalil Transaksi Dengan Syarat Akad di Dalamnya (syarth ‘aqd fi
‘aqd)
Pembahasan mengenai akad bersyarat di dalam transaksi akan
berkisar pada beberapa hadis yang saling bertentangan mengenai
syarat. Beberapa hadis tersebut adalah:
a) Dalil yang Menunjukkan Kebolehan Syarat Akad
1) Dalil dari Jabir bin ‘Abdillah yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah membeli unta
darinya dengan syarat ditunggangi oleh Jabir sampai
Madinah.9 Dalil ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Abu
Dawud, Tirmidzi dan al-Nasa’i.
8 Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah di
Indonesia.Makalah Ekonomi Islam Edisi 28 Mei 2009. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009, Hlm.
3 – 4
9 Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Kairo: Makniz, tt.), hal. 747-748.; Muslim
bin Hajjaj al-Naisaburi, Shahih Muslim (Kairo: Makniz, tt.), hal. 821-823.
12
2) Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ahmad, dan Abu
Dawud bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
َ‫ين‬ِ‫م‬ِ‫ل‬ ْ‫س‬
ُ ْ
‫اْل‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ٌ‫ز‬ِ‫ائ‬ َ‫ج‬ ُ‫ح‬
ْ
‫ل‬ُّ‫الص‬‫ى‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
َ‫ن‬‫و‬ ُ‫م‬ِ‫ل‬ ْ‫س‬
ُ ْ
‫اْل‬َ‫و‬ ‫ا‬ ً‫ام‬َ‫ر‬ َ‫ح‬ َّ‫ل‬ َ‫ح‬
َ
‫أ‬ ْ‫و‬
َ
‫أ‬
ً
‫ال‬
َ
‫ال‬ َ‫ح‬ َ‫م‬َّ‫ر‬ َ‫ح‬‫ا‬ ً‫ح‬
ْ
‫ل‬ُ‫ص‬
َّ
‫ال‬ِ‫إ‬
‫ا‬ ً‫ام‬َ‫ر‬ َ‫ح‬ َّ‫ل‬ َ‫ح‬
َ
‫أ‬ ْ‫و‬
َ
‫أ‬
ً
‫ال‬
َ
‫ال‬ َ‫ح‬ َ‫م‬َّ‫ر‬ َ‫ح‬‫ا‬
ً
‫ط‬ْ‫ر‬
َ
‫ش‬
َّ
‫ال‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫وط‬ُ‫ر‬
ُ
‫ش‬
Janji perdamaian itu diperbolehkan di antara sesama
muslim, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram, sesama muslim
itu konsisten dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.
b) Dalil yang Melarang Adanya Syarat Akad.
1) Hadis yang dikenal dengan istilah hadis Barirah,
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa
Rasulullah saw. pernah bersabda:
ِ‫اب‬ َ‫ت‬ ِ‫ك‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ َ‫س‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ ‫ا‬
ً
‫ط‬ْ‫ر‬
َ
‫ش‬
َ
‫ط‬َ‫ر‬
َ
‫ت‬
ْ
‫اش‬ ِ‫ن‬ َ‫م‬ ِ
َّ
‫اَّلل‬ ِ‫اب‬ َ‫ت‬ ِ‫ك‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ْ‫ت‬ َ‫س‬ ْ‫ي‬
َ
‫ل‬‫ا‬
ً
‫وط‬ُ‫ر‬
ُ
‫ش‬
َ‫ن‬‫و‬
ُ
‫ط‬ِ‫ر‬
َ
‫ت‬
ْ
‫ش‬ َ‫ي‬ ٍ‫اس‬
َ
‫ن‬
ُ
‫أ‬ ُ‫ال‬ َ‫ب‬‫ا‬ َ‫م‬ُُ 
َ
‫ل‬ َ‫س‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
َ ِ
َّ
‫اَّلل‬
ِ
َّ
‫اَّلل‬
ُ
‫ط‬ْ‫ر‬
َ
‫ش‬ ٍ‫ة‬َّ‫ر‬ َ‫م‬
َ
‫ة‬
َ
‫ائ‬ ِ‫م‬
َ
‫ط‬َ‫ر‬
َ
‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ُ‫ق‬
َ
‫ث‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ ُّ‫ق‬ َ‫ح‬
َ
‫أ‬
Kenapa manusia membuat syarat-syarat yang tak ada di
dalam Kitabullah, siapa yang membuat syarat-syarat
yang tak ada di dalam Kitabullah maka syarat itu tidak
berlaku baginya, meski ia menegaskannya seratus kali.
Syaratnya Allah itu lebih berhak dan lebih kuat.
2) Hadis dari Abdullah bin Amru bin al-‘Ash yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi dan
Nasa’I bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
َ‫س‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬ ُ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬
َ
‫ال‬َ‫و‬ ْ‫ن‬ َ‫م‬ْ‫ض‬
َ
‫ت‬ ْ‫م‬
َ
‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬ ُ‫ح‬ْ‫ب‬ِ‫ر‬
َ
‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ان‬
َ
‫ط‬ْ‫ر‬
َ
‫ش‬
َ
‫ال‬َ‫و‬ ٌ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬َ‫و‬
ٌ
‫ف‬
َ
‫ل‬ َ‫س‬ ُّ‫ل‬ ِ‫ح‬َ‫ي‬
َ
‫ال‬ََِْْ‫ع‬
13
Tidak halal akad salaf (qardh) bersama akad bai’, dan
juga dua syarat dalam satu akad bai’, dan keuntungan
yang tidak kamu jamin, dan menjual apa yang tidak
kamu miliki.
Dalam hadis-hadis di atas, dan baik dari hadis yang membolehkan
ataupun yang melarang terdapat hadis yang bersifat umum dan bersifat
khusus.
Hadis kebolehan syarat akad. Hadis pertama bersifat khusus, secara
jelas menyatakan terjadinya syarat di dalam akad bai’ di masa Rasulullah.
Hadis kedua bersifat umum, mencakup berbagai syarat yang bisa dilakukan,
dengan syarat tidak mengganggu gugat konsep halal dan haram. Perpaduan
antara dua hadis umum dan khusus ini dapat menjadi landasan adanya syarat
di dalam akad, tak hanya terbatas pada akad bai’ saja namun juga berbagai
akad lain selama sesuai dengan petunjuk keumuman hadis yang kedua.
Hadis larangan syarat akad. Hadis pertama juga bersifat umum,
menyatakan batilnya segala syarat apapun yang tak ada di dalam Kitabullah,
baik syarat di dalam suatu akad ataupun syarat yang berada di luar akad. Dan
hadis kedua bersifat khusus, hadis itu jelas menyatakan bahwa tak boleh ada
dua syarat di dalam akad bai’. Bahkan terdapat riwayat lain yang menyatakan
bahwa Rasulullah melarang akad bai’ yang bersyarat.10
B. Dalil larangan multi akad dalam satu transaksi
Pembahasan mengenai hukum transaksi multi akad dalam fikih
akan selalu berkaitan dengan beberapa hadis Rasulullah yang
10 Hadis itu diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam Mu’jam al-Awsath, al-Ashbahani dalamMusnad Abi
Hanifah, al-Hakim dalam Ma’rifat Ulum al-Hadits, dan Ibnu Hazm dalam al-Muhalla, seluruhnya
berasal dari Abdullah bin Ayyub al-Qirabi dengan sanadnya dari Abu Hanifah. Namun sanad dari
hadis ini lemah, dan matannya jelas bertentangan dengan hadis dalam bab ini yang lebih kuat (hadis
no. 1).
14
melarang mengenai adanya dua akad dalam satu transaksi, beberapa
hadis itu adalah:
1) Hadis larangan melakukan dua jual beli dalam satu
jual beli
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan
sanadnya dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw.
bersabda:
ٍ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ع‬ِ‫ب‬
َ
‫ت‬
َ
‫ال‬َ‫و‬ ُُ ْ‫ع‬َ‫ب‬
ْ
‫ات‬
َ
َ ٍ‫ىء‬ ِ‫ل‬ َ‫م‬ ‫ى‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ت‬
ْ
‫ل‬ ِ‫ح‬
ُ
‫أ‬‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ٌ‫م‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ظ‬ ِ‫ى‬ ِ‫ن‬
َ
‫غ‬
ْ
‫ال‬ ُ‫ل‬
ْ
‫ط‬ َ‫م‬
“Mengulur waktu pemayaran hutang padahal ia mampu
adalah sebuah bentuk kezaliman, dan jika hutangmu dialihkan
kepada orang lain maka ikutilah, dan janganlah melakukan dua
jual beli dalam satu jual beli”.11
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan
sanadnya dari Abu Hurairah bahwa ia berkata:
ِ
َّ
‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫ى‬ َ‫ه‬
َ
‫ن‬‫ﷺ‬ٍ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬
“Rasulullah saw. melarang dua jual beli dalam satu jual
beli”.12
Abu Dawud juga meriwayatkan dengan sanadnya dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda:
‫ا‬ َ‫ب‬ِ‫الر‬ ِ‫و‬
َ
‫أ‬‫ا‬ َ‫م‬ُ‫ه‬ ُ‫س‬
َ
‫ك‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬ ُُ 
َ
‫ل‬
َ
َ ٍ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫اع‬ َ‫ب‬ ْ‫ن‬ َ‫م‬
“Siapa yang melakukan dua akad jual beli dalam satu
akad maka hendaklah ia mengambil yang paling kecil dari
keduanya atau (ia akan mendapatkan) riba”.13
11 Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi (Kairo: Makniz, tt.) hal. 407.
12 Ibid, 384.
15
2) Hadis larangan melakukan dua akad dalam satu
akad
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan
sanadnya dari ‘Abdullah bin Mas’ud bahwa ia berkata:
ِ
َّ
‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫ى‬ َ‫ه‬
َ
‫ن‬‫ﷺ‬ٍ‫ة‬ ََ ِ‫اح‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ف‬َ‫ص‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ف‬َ‫ص‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬
“Rasulullah saw. melarang dua akad di dalam satu
akad”.14
3) Hadis larangan menyatukan akad bai’ dan salaf
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan
sanadnya dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash bahwa ia
berkata:
ِ
َّ
‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫ى‬ َ‫ه‬
َ
‫ن‬‫ﷺ‬َ‫م‬ ِ‫ح‬ْ‫ب‬ِ‫ر‬
ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ ٍ‫ف‬
َ
‫ل‬ َ‫س‬َ‫و‬ ٍ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫م‬
َ
‫ل‬‫ا‬
ْ‫ن‬ِ‫ع‬
َ
‫ك‬َ‫د‬ َ‫س‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ ْ‫ن‬ َ‫م‬ْ‫ض‬ُ‫ي‬
“Rasulullah saw. melarang dua jual beli dalam satu jual
beli, juga melarang keuntungan dari sesuatu yang tidak
terjamin, dan melarang menjual barang yang bukan
milikmu”.15
Kata ‘naha’ dalam tiga hadis di atas jelas menunjukkan
sebuah pelarangan, dan hukum asal dari larangan adalah
menunjukkan keharaman perkara tersebut, dan selama tidak
ada qarinah yang memalingkan pelarangan ini kepada hal lain
13 Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abi Dawud (Kairo: Makniz, tt.), hal. 682.
14 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad (Beirut: Muassasah al-Risalah, tt.), jil. 6, hal. 324.
15 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, jil. 11, hal. 203.
16
maka ia akan kembali kepada hukum asalnya yaitu keharaman
perkara tersebut.
Mengenai hadis yang ketiga, yang menyatakan bahwa
Rasulullah melarang adanya akad bai’ dan akad salaf atau
qardh dalam satu transaksi, ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah
menyatakan bahwa larangan tesebut untuk menghindari dari
terjerumus ke dalam riba yang diharamkan. Sebagai
contohnya, hal itu terjadi karena seseorang meminjamkan uang
sejumlah seribu (qardh) lalu ia menjual barang yang bernilai
800 kepada orang itu dengan harga 1000 dengan niatan agar ia
bisa mendapatkan uang dua ribu darinya.16
Meski secara tekstual hadis-hadis di atas seolah
menyatakan pelarangan terhadap transaksi multi akad, namun
hadis-hadis tersebut tidak menunjukkan pengharaman terhadap
transaksi multi akad secara umum namun terkhusus kepada
beberapa bentuk multi akad saja, seperti terkumpulnya bai’ dan
salaf (qardh) dalam satu transaksi seperti yang ditunjukkan
pada hadis ketiga, atau tiga jenis penafsiran terhadap hadis
pertama dan kedua di atas.
Jika kembali pada kaidah tentang hukum asal pada
urusan muamalah maka dapat diketahui bahwa hukum asal
pada urusan muamalah adalah boleh kecuali jika ada dalil yang
menyatakan pengharaman atau pembatalannya.17
16 Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin (Dammam: Dar Ibn al-
Jauzi, 1423 H), jil 5, hal. 17-18.
17 Abdullah bin Muhammad al-Imrani, al-‘Uqud al-Maliyyah al-Murakkabah,hal.69-75.
17
5. Praktik Multi Akad dalam Lembaga Keuangan Syari’ah
Diantara banyak produk Bank Syariah yang mengandung multi akad
dan yang sudah lazim dipraktikan, diantaranya adalah pembiayaan
murabahah, ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) dan musyarakah
mutanaqishah (MMq).
Murabahah18 yang diterapkan di Bank Syariah adalah perpaduan dua
jual beli dan janji. Dapat dilihat pada produk Murabahah KPP (Kepada
Pemesan Pembeli) - al-Murabahah li al-Amir bi al-Syirā, yang melibatkan
tiga pihak, yaitu pembeli (nasabah), lembaga keuangan (Bank Syariah) dan
penjual (pemilik barang). Jual beli pertama antara Bank Syariah dengan
penyedia barang dan jual beli kedua antara nasabah dengan pihak bank.
Nasabah memesan suatu barang tertentu kepada Bank Syariah, kemudian
Bank Syariah membeli barang tersebut dari penyedia barang, baik secara
langsung atau wakalah kepada nasabah19. Tahap selanjutnya Bank Syariah
menjual barang itu kepada nasabah dengan harga perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati. Baik Bank Syariah maupun nasabah saling
berjanji untuk membeli barang sesuai dengan pesanan. Bank Syariah dapat
menjual barang tersebut setelah barang dimiliki bank. Dua akad jual beli dan
janji tersebut dilaksanakan dalam satu transaksi dan tidak terpisah. Dampak
hukum dari transaksi itu, yaitu beralihnya objek jual beli dari Bank Syariah
kepada nasabah.
Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT)20 adalah kontrak sewa menyewa
yang diakhiri dengan kepemilikan atas objek sewa. Praktik ijarah muntahiya
bittamlik di Bank Syariah adalah Bank Syariah menyewakan suatu objek sewa
18 Lihat Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Ps.116-124 KHES. Ps. 9 PBI No.
7/46/PBI/2005/PBI No. 9/19/PBI/2007. Fatwa DSN-MUI No. 111/DSN-MUI/IX/2017.
19 Akad muarabahah biasanya digabung dengan akad wadi’ah atau akad wakalah,sehingga
melahirkan model akad baru muarabahah wa wadi’ah dan murabahah wa wakalah.
20 Lihat Fatwa DSN-MUI No. 27/DSN-MUI/III/2002. Ps.322-329 KHES. PS.16 PBI No.
7/46/PBI/2005. Butir III.7.d/PBI No. 9/19/PBI/2007. SEBI Nomor 10/14/DPbs tanggal 17 Maret 2008,
Fatwa DSN-MUI NO. 102/DSN-MUI/X/2016.
18
kepada nasabah untuk waktu tertentu dengan harga sewa yang disepakati.
Setelah masa sewa selesai dan semua cicilan dibayar, objek sewa tersebut
beralih kepemilikannya kepada nasabah dengan menggunakan akad baru,
yakni hibah atau jual beli sesuai wa’ad.
Implementasi musyarakah mutanaqishah (MMq)21 dalam operasional
Bank Syariah adalah merupakan kerjasama antara Bank Syariah dengan
nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang atau benda, dimana
asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besarnya kepemilikan dapat
ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam
kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya nasabah akan membayar
(mengangsur) sejumlah modal/dana yang dimiliki Bank Syariah. Perpindahan
kepemilikan dari porsi Bank Syariah kepada nasabah seiring dengan
bertambahnya jumlah modal/dana nasabah dari pertambahan angsuran yang
dilakukan nasabah. Hingga angsuran berakhir berarti kepemilikan suatu
barang tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi
kepemilikan Bank Syariah terhadap barang berkurang secara proporsional
sesuai dengan besarnya angsuran.
21 Lihat Fatwa DSN-MUI No. 73/DSN-MUI/XI/2008 dan Lampiran IV SEOJK No.
36/SEOJK.03/2015 Bagian II.1.2.
19
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Terjadinya multi akad dalam transaksi bisa terjadi secara alamiah
(thabi’i) ataupun karena adanya modifikasi terhadap akad (ta’dili).
Transaksi multi akad yang alamiah terjadi antara akad pokok (al-‘aqd al-
ashli) dan akad yang mengikutinya (al-‘aqd al-tabi’i).
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah multi akad dibagi menjadi 5
macam, diantaranya sebagai berikut:
1) Al-’uqûd al-mutaqâbilah (akad Bergantung/akad Bersyarat)
2) Al-’uqûd al–mujtami’ah (akad Terkumpul)
3) Al-’uqûd al-mutanâqidhah wa al-mutadhâdah wa al-mutanâfiyah
(akad berlawanan)
4) Al-’uqûd al-mukhtalifah (akad berbeda)
5) Al-’uqûd al-mutajânisah (akad sejenis)
Terdapat dua jenis transaksi multi akad yang biasa digunakan,
yaitu transaksi multi akad bergantung/bersyarat (al-‘uqud al-mutaqabilah)
dan multi akad tergabung (al-‘uqud al-mujtami’ah).
Murabahah yang diterapkan di Bank Syariah adalah perpaduan
dua jual beli dan janji. Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) adalah kontrak
sewa menyewa yang diakhiri dengan kepemilikan atas objek sewa.
Implementasi musyarakah mutanaqishah (MMq) dalam operasional Bank
Syariah adalah merupakan kerjasama antara Bank Syariah dengan
nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang atau benda,
dimana asset barang tersebut jadi milik bersama.
20
DAFTAR PUSTAKA
A. Shomad. 2010. Hukum Islam Penormaan Syariah dalam Hukum Indonesia.
Jakarta: Prenada Media.
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi (Kairo: Makniz, tt.).
2013. Ensiklopedia hadits jami' at-Tirmidzi. Jakarta: Almahira.
Fu'ad Abdul Baqi, Muhammad. 2016. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim (Al-
Lu’lu Wal Marjan). Aqwam Medika.
Gemala Dewi. 2004. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Huda, Nurul. Heykal, Mohamad. 2010. Lembaga Keuangan Islam (Tinjauan Teoritis
dan Praktis). Jakarta: Kencana.
Hasanudin. 2009. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga
Keuangan Syariah di Indonesia. Jakarta.
Mujahidin, Akhmad. 2017. Hukum Perbankan Syariah. Depok: PT Raja Grafindo
Persada.
Nazih Hammad. 2005. al-‘Uqud al-Murakkabah fi al-Fiqh al-Islami. Damaskus: Dar
al-Qalam.
Umam, Khotibul. 2016. Perbankan Syariah (Dasar-dasar dan Dinamika
Perkembangannya di Indonesia). Jakarta: Rajawali Pers.
Usanti, Trisadini P. dkk. 2013. Transaksi Bank Syariah. Jakarta: Bumi Aksara.

More Related Content

What's hot

14 HUKUM WADI'AH
14 HUKUM WADI'AH14 HUKUM WADI'AH
14 HUKUM WADI'AH
fissilmikaffah1
 
Qiyas
QiyasQiyas
Qiyas
Nur Rohmah
 
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
an nur
 
MAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAHMAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAH
Alief Reza KC
 
Istilah Ulumul Hadits
Istilah Ulumul HaditsIstilah Ulumul Hadits
Istilah Ulumul Hadits
Jimatul Arrobi
 
Mutlaq Muqayyad
Mutlaq MuqayyadMutlaq Muqayyad
Mutlaq Muqayyad
Fauzil Adzim
 
Islamic legal maxims and their applications to Islamic banking and finance
Islamic legal maxims and their applications to Islamic banking and financeIslamic legal maxims and their applications to Islamic banking and finance
Islamic legal maxims and their applications to Islamic banking and finance
Mohamed Ibrahim
 
002 konsep akad
002 konsep akad002 konsep akad
002 konsep akad
Puspita Ningtiyas
 
Chapter 6 Sadaqah, Waqf and Hibah Planning
Chapter 6 Sadaqah, Waqf and Hibah PlanningChapter 6 Sadaqah, Waqf and Hibah Planning
Chapter 6 Sadaqah, Waqf and Hibah Planning
Mahyuddin Khalid
 
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
an nur
 
13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH
fissilmikaffah1
 
power poin syirkah
power poin syirkahpower poin syirkah
power poin syirkah
panduazis
 
'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana
Marhamah Saleh
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabah
Marhamah Saleh
 
Assignment fiqh muamalat
Assignment fiqh muamalatAssignment fiqh muamalat
Assignment fiqh muamalat
Junaida Abdul Aziz
 
3 'am dan khas
3 'am dan khas3 'am dan khas
3 'am dan khas
Asep Suryanto
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
Marhamah Saleh
 
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalatHubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Arif Arif
 

What's hot (20)

14 HUKUM WADI'AH
14 HUKUM WADI'AH14 HUKUM WADI'AH
14 HUKUM WADI'AH
 
Qiyas
QiyasQiyas
Qiyas
 
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
 
MAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAHMAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAH
 
Istilah Ulumul Hadits
Istilah Ulumul HaditsIstilah Ulumul Hadits
Istilah Ulumul Hadits
 
Mutlaq Muqayyad
Mutlaq MuqayyadMutlaq Muqayyad
Mutlaq Muqayyad
 
Islamic legal maxims and their applications to Islamic banking and finance
Islamic legal maxims and their applications to Islamic banking and financeIslamic legal maxims and their applications to Islamic banking and finance
Islamic legal maxims and their applications to Islamic banking and finance
 
002 konsep akad
002 konsep akad002 konsep akad
002 konsep akad
 
Chapter 6 Sadaqah, Waqf and Hibah Planning
Chapter 6 Sadaqah, Waqf and Hibah PlanningChapter 6 Sadaqah, Waqf and Hibah Planning
Chapter 6 Sadaqah, Waqf and Hibah Planning
 
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
 
13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH
 
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syakMakalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
 
power poin syirkah
power poin syirkahpower poin syirkah
power poin syirkah
 
'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyah
 
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabah
 
Assignment fiqh muamalat
Assignment fiqh muamalatAssignment fiqh muamalat
Assignment fiqh muamalat
 
3 'am dan khas
3 'am dan khas3 'am dan khas
3 'am dan khas
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalatHubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
Hubungan Ekonomi islam dengan muamalat dan fiqh muamalat
 

Similar to Makalah Multi Akad (Hybrid Contract)

PPT Akad.pptx
PPT Akad.pptxPPT Akad.pptx
PPT Akad.pptx
GustiDirgaAlfakhriPu
 
Makalah
MakalahMakalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalahKonsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
 
Akuntansi Musyarakah
Akuntansi MusyarakahAkuntansi Musyarakah
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingMakalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
AZA Zulfi
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Trie Nakita Sabrina
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10Marhamah Saleh
 
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
GilangIlhamFirdaus
 
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptxPPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
CheciAlichia
 
Azizah Othman
Azizah OthmanAzizah Othman
Azizah Othman
idmac2015
 
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.pptAKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
SafwanMulyani1
 
Akad dalam ekonomi dan keuangan syariah
Akad dalam ekonomi dan keuangan syariahAkad dalam ekonomi dan keuangan syariah
Akad dalam ekonomi dan keuangan syariah
Meity Yunus
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
Mulyanah
 
Makalah hk bisnis
Makalah hk bisnisMakalah hk bisnis
Makalah hk bisnis
Nanda Dwi Ratna
 
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis IslamSyirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Fkip Sda7
 
Mengenal fiqih muamalat kontemporer
Mengenal fiqih muamalat kontemporerMengenal fiqih muamalat kontemporer
Mengenal fiqih muamalat kontemporer
Ekanaluky Anggono
 
Konsep Umum Aqad.ppt
Konsep Umum Aqad.pptKonsep Umum Aqad.ppt
Konsep Umum Aqad.ppt
BuleLoeGeliea
 
Makalah qardh al hasan
Makalah qardh al hasanMakalah qardh al hasan
Makalah qardh al hasan
IAIN Sunan Ampel Surabaya
 

Similar to Makalah Multi Akad (Hybrid Contract) (20)

PPT Akad.pptx
PPT Akad.pptxPPT Akad.pptx
PPT Akad.pptx
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalahKonsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
 
Akuntansi Musyarakah
Akuntansi MusyarakahAkuntansi Musyarakah
Akuntansi Musyarakah
 
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingMakalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
 
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
(Kel 8) jasa dalam perbankan syariah.fix
 
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptxPPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
 
Kel.4 salam
Kel.4 salamKel.4 salam
Kel.4 salam
 
Azizah Othman
Azizah OthmanAzizah Othman
Azizah Othman
 
Presentasi Fiqh 9
Presentasi Fiqh 9Presentasi Fiqh 9
Presentasi Fiqh 9
 
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.pptAKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
 
Akad dalam ekonomi dan keuangan syariah
Akad dalam ekonomi dan keuangan syariahAkad dalam ekonomi dan keuangan syariah
Akad dalam ekonomi dan keuangan syariah
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
 
Makalah hk bisnis
Makalah hk bisnisMakalah hk bisnis
Makalah hk bisnis
 
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis IslamSyirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
 
Mengenal fiqih muamalat kontemporer
Mengenal fiqih muamalat kontemporerMengenal fiqih muamalat kontemporer
Mengenal fiqih muamalat kontemporer
 
Konsep Umum Aqad.ppt
Konsep Umum Aqad.pptKonsep Umum Aqad.ppt
Konsep Umum Aqad.ppt
 
Makalah qardh al hasan
Makalah qardh al hasanMakalah qardh al hasan
Makalah qardh al hasan
 

Recently uploaded

ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptxANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
AnisaSyahfitri1
 
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptxKelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
ErvinYogi
 
Good Ethic will create good business to run with
Good Ethic will create good business to run withGood Ethic will create good business to run with
Good Ethic will create good business to run with
ssuser781f6d1
 
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
DebiCarolina2
 
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptxANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdfMateri Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
WiwikDewiSusilawati
 
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxBAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
anselmusl280
 
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptxPPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
nugrohoaditya12334
 

Recently uploaded (8)

ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptxANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
ANGGARAN_BIAYA_PRODUKSIiiiiiiiiiiii.pptx
 
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptxKelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
Kelompok 11_Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (1).pptx
 
Good Ethic will create good business to run with
Good Ethic will create good business to run withGood Ethic will create good business to run with
Good Ethic will create good business to run with
 
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
12 INVESTASI ASING LANGSUNG (Direct Foreign Investment)
 
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptxANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
ANALISI KESEMBANGAN PASAR UANG (KURVA-LM).pptx
 
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdfMateri Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
Materi Presentasi Berita Resmi Statistik (BRS) BPS Pusat tanggal 6 Mei 2024.pdf
 
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxBAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptx
 
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptxPPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
PPT Kelompok BAB III PENGGUNAAN BMN DAN BMD.pptx
 

Makalah Multi Akad (Hybrid Contract)

  • 1. i HYBRID CONTRACT / MULTI AKAD Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “PERBANKAN SYARI’AH DI INDONESIA” Dosen Pengampu : Bakhrul Huda, M.E.I. Disusun oleh : 1. Ahmad Sobri (G04219003) 2. Andika Anindita Iftinan (G04219007) 3. Avita Agustin Listiawan (G04219012) PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2019
  • 2. ii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim........... Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat- Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan rencana. Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju jalan terang benderang berupa agama islam. Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perbankan Syari’ah Di Indonesia dengan judul “Hybrid Contract”. Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada : 1. Allah SWT karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan. 2. Bapak Bakhrul Huda, M.E.I. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Perbankan Syari’ah Di Indonesia 3. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Baik secara langsung atau tidak secara langsung. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin. Surabaya, 11 Februari 2020 Kelompok 10
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................ii Daftar Isi..................................................................................................................iii BAB I ...................................................................................................................... 4 Pendahuluan ........................................................................................................ 4 A. Latar Belakang.......................................................................................... 4 B. Rumusan masalah..................................................................................... 5 C. Tujuan Masalah........................................................................................ 5 BAB II..................................................................................................................... 6 Pembahasan......................................................................................................... 6 A. Pengertian Akad ....................................................................................... 6 B. Pengertian Hybrid Contract / Multi akad ................................................. 6 C. Macam-Macam Multi Akad ..................................................................... 9 D. Dalil-Dalil Kebolehan/Keharaman Dalam Multi Akad.......................... 11 E. Praktik Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syari’ah...................... 17 BAB III.................................................................................................................. 19 Penutup .............................................................................................................. 19 A. Kesimpulan............................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
  • 4. 4 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengembangkan industri atau bisnis praktisi telah melakukan berbagai upaya untuk mecipatakan produk-produk baru. Salah satu pilar penting untuk menciptakan produk pembiayaan syariah dalam menyahuti tuntutan kebutuhan masyarakat modern, adalah pengembangan hibryd contract (multi akad). Bentuk akad tunggal sudah tidak mampu merespon transaksi keuangan kontemporer. Produk-produk dalam kegiatan keuangan syariah, jika terhadapnya dilakukan pencermatan, beberapa atau bahkan sebagian besar ternyata mengandung beberapa akad (multi akad). Sebagai contoh, dalam transaksi kartu kredit syariah terdapat akad ijarah, qard, dan kafalah. obligasi syariah mengandung sekurang-kurangnya akad mudarabah (atau ijarah) dan wakalah, serta terkadang disertai kafalah atau wa’d. Dalam setiap transaksi, akad-akad tersebut dilakukan secara bersamaan atau setidak- tidaknya setiap akad yang terdapat dalam suatu produk tidak bisa ditinggalkan, karena kesemuanya merupakan satu kesatuan. Transaksi seperti itulah yang dalam tulisan ini diistilahkan dengan multi akad. Multi akad merupakan suatu terobosan baru dalam transaksi bisnis modern, meskipun pada zaman Nabi multi akad ini telah terjadi. Terbukti adanya hadits Nabi yang melarang praktek multi akad yang tidak sesuai dengan syari‘at Islam. Dalam kegiatan bisnis modern, transaksi yang menggunakan multi akad beragam dan bermacam-macam dan sebagian besar umat membutuhkan transaksi tersebut.
  • 5. 5 B. Rumusan masalah 1. Apa pengertian akad? 2. Apa pengertian hybrid contract / multi akad? 3. Apa saja dalil-dalil kebolehan / keharaman dalam multi akad? 4. Bagaimana praktik multi akad dalam lembaga keungan syari’ah? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian akad 2. Untuk mengetahui pengertian hybrid contract / multi akad 3. Untuk mengetahui dalil-dalil kebolehan / keharaman dalam multi akad 4. Untuk mengetahui praktik multi akad dalam Lembaga keuangan syari’ah
  • 6. 6 BAB II Pembahasan 1. Pengertian Akad Hubungan hukum antara nasabah dengan bank syariah adalah hubungan kontraktual. Dalam bahasa Indonesia istilah kontrak sama pengertiannya dengan perjanjian. Kontrak / perjanjian dalam bahasa Arab disebut dengan akad berasal dari Al-aqdun yang berarti ikatan atau simpul tali. Kata ‘akad’ secara terminology fikih adalah perikatan antara ijab (penawaran) dengan Kabul (penerimaan) secara yang dibenarkan syara.1 Dengan adanya suatu akad maka pihak terikat oleh ketentuan hukum islam yang berupa hak-hak dan pemenuhan kewajiban-kewajiban (iltizam) yang harus diwujudkan. Oleh karena itu, akad harus dibentuk oleh hal-hal yang dibenarkan syariah. Sahnya suatu akad menurut hukum islam ditentukan terpenuhinya rukun dan syarat akad. Rukun adalah sesuatu yang harus ada dalam kontrak. Sedangkan syarat adalah hal yang sangat berpengaruh atas keberadaan sesuatu, tetapi bukan merupakan bagian atau unsur pembentuk dari sesuatu tersebut. Ini berarti apabila syarat tidak ada maka sesuatu tersebut juga tidak akan terbentuk.2 2. Pengertian Hybrid Contract / Multi Akad Hybrid contract atau diterjemahkan menjadi multi akad, kata multi akad terdiri dari dua kata yaitu ‘multi’ dan ‘akad’. Multi dalam Bahasa Indonesia berarti (1) banyak; lebih dari satu; lebih dari dua; (2) berlipat ganda. Akad dalam Bahasa Indonesia berarti (1) janji; perjanjian; (2) kontrak.3 Dengan demikian, multi akad dalam Bahasa Indonesia berarti perjanjian berganda atau kontrak yang banyak, lebih dari satu. 1 A. Shomad. 2010. Hukum Islam Penormaan Syariah dalamHukum Indonesia.Jakarta: Prenada Media, hlm. 177 2 Gemala Dewi. Aspek-Aspek Hukumdalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004, hlm. 14 3 Tim penyusun.Op-cit,hlm. 671
  • 7. 7 Sedangkan menurut istilah fikih, kata multi akad merupakan terjemahan dari kata Arab yaitu Al-’uqûd al-murakkabah yang berarti akad ganda (rangkap). Al-’uqûd al-murakkabah terdiri dari dua kata al-’uqûd dan al-murakkabah. Kata ‘aqd secara etimologi artinya mengokohkan, meratifikasi dan mengadakan perjanjian. Sedangkan secara terminologi ‘aqd berarti mengadakan perjanjian atau ikatan yang mengakibatkan munculnya kewajiban. Sedangkan kata Al-murakkabah (murakkab) secara etimologi, yakni mengumpulkan atau menghimpun.4 Jadi Al-’uqûd al-murakkabah yaitu perjanjian yang terkumpul atau akad yang menumpuk. Adapun beberapa definisi tentang multi akad dari beberapa ulama : 1) Nazih Hammad mendefinisikan transaksi multi akad sebagai berikut: “Dua pihak bersepakat untuk melaksanakan akad yang mengandung dua akad atau lebih, seperti jual beli dengan sewa menyewa, hibah, wakalah, qardh, muzara’ah, sharaf, syirkah, mudharabah dsb., sehingga semua akibat hukum akad-akad yang terhimpun tersebut, serta semua hak dan kewajiban yang ditimbulkannya dipandang seba gai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, sebagaimana akibat hukum dari akad yang satu”.5 2) Al-Imrani memberikan definisi yang dekat dengan definisi “Nazih Hammad di atas sebagai berikut: Kumpulan sejumlah akad maliyah yang beragam yang terdapat dalam sebuah transaksi baik secara gabung (al-jam’) ataupun secara timbal balik (al-taqabul) yang mana seluruh hak dan 4 Hasanudin, ”Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia”,Multi Akad padaLembaga KeuanganSyariah, (Mei, 2009), 3. 5 Nazih Hammad, al-‘Uqud al-Murakkabah fi al-Fiqh al-Islami (Damaskus: Dar al-Qalam, 2005), hal. 7.
  • 8. 8 kewajiban yang menjadi konsekuensi dari transaksi itu dianggap seperti akibat dari akad yang satu”.6 Dari definisi di atas dapat diambil beberapa kesimpulan tentang batasan mengenai transaksi multi akad ini, yaitu bahwa: 1) transaksi multi akad terjadi antara dua pihak atau lebih, 2) dalam transaksi ini terjadi dua jenis akad yang beragam atau lebih, 3) beragam akad yang berbeda ini saling terikat menjadi satu kesatuan akad, hingga seluruh akibat dari berbagai akad tersebut seolah menjadi akibat dari akad yang satu, 4) jenis transaksi multi akad dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu akad yang mensyaratkan terjadinya adanya akad lain (mutaqabalah) dan berkumpulnya sejumlah akad sekaligus dalam satu transaksi (mujtama’ah). Terjadinya multi akad dalam transaksi bisa terjadi secara alamiah (thabi’i) ataupun karena adanya modifikasi terhadap akad (ta’dili).7 Transaksi multi akad yang alamiah terjadi antara akad pokok (al-‘aqd al-ashli) dan akad yang mengikutinya (al-‘aqd al-tabi’i). Di sisi lain, transaksi multi akad yang berupa modifikasi terjadi antara berbagai akad yang bersifat mandiri tanpa tergantung dengan akad lainnya. Tujuan adanya modifikasi tersebut di antaranya adalah untuk memudahkan penerapan akad itu pada produk keuangan syariah, dengan harapan agar poin-poin yang termuat pada ayat tersebut bisa diamalkan, sehingga praktik transaksinya bisa sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, atau minimal tidak bertentangan dengannya. 3. Macam-Macam Multi Akad Menurut pendapat Imam Abu Hanifah multi akad dibagi menjadi 5 macam, diantaranya sebagai berikut: 6 Abdullah bin Muhammad al-Imrani, al-‘Uqud al-Maliyyah al-Murakkabah (Riyadh: Dar Kunuz Isybiliya, 2010), hal. 46. 7 Burhanuddin Susamto, “Tingkat Penggunaan Multi Akad dalamFatwa Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)” al-Ahkam vol 11 no. 1, Juni 2016, hal. 209-211. http://dx.doi.org/10.19105/al-ihkam.v11i1.862
  • 9. 9 1) Al-’uqûd al-mutaqâbilah (akad Bergantung/akad Bersyarat) Al-Mutaqâbilah menurut bahasa berarti berhadapan. Sesuatu dikatakan berhadapan jika keduanya saling menghadapkan kepada yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan al-’uqûd al-mutaqâbilah adalah multi akad dalam bentuk akad kedua merespon akad pertama, di mana kesempurnaan akad pertama bergantung pada sempurnanya akad kedua melalui proses timbal balik. Dengan kata lain, akad satu bergantung dengan akad lainnya. 2) Al-’uqûd al–mujtami’ah (akad Terkumpul) Al-’uqûd al-mujtami’ah adalah multi akad yang terhimpun dalam satu akad. Dua atau lebih akad terhimpun menjadi satu akad. Seperti contoh “Saya jual rumah ini kepadamu dan saya sewakan rumah yang lain kepadamu selama satu bulan dengan harga lima ratus ribu”. Multi akad yang mujtami’ah ini dapat terjadi dengan terhimpunnya dua akad yang memiliki akibat hukum berbeda di dalam satu akad terhadap dua objek dengan satu harga, dua akad berbeda akibat hukum dalam satu akad terhadap dua objek dengan dua harga, atau dua akad dalam satu akad yang berbeda hukum atas satu objek dengan satu imbalan, baik dalam waktu yang sama atau waktu yang berbeda. 3) Al-’uqûd al-mutanâqidhah wa al-mutadhâdah wa al-mutanâfiyah (akad berlawanan) Ketiga istilah al-mutanâqidhah, al-mutadhâdah, al-mutanâfiyah memiliki kesamaan bahwa ketiganya mengandung maksud adanya perbedaan. Tetapi ketiga istilah ini mengandung implikasi yang berbeda. Mutanâqidhah mengandung arti berlawanan, seperti pada contoh seseorang berkata sesuatu lalu berkata sesuatu lagi yang berlawanan dengan yang pertama. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu benar, lalu berkata lagi sesuatu itu salah. Perkataan orang ini disebut mutanâqidhah, saling berlawanan. Dikatakan mutanâqidhah
  • 10. 10 karena antara satu dengan yang lainnya tidak saling mendukung, melainkan mematahkan. 4) Al-’uqûd al-mukhtalifah (akad berbeda) Multi akad yang mukhtalifah adalah terhimpunnya dua akad atau lebih yang memiliki perbedaan semua akibat hukum di antara kedua akad itu atau sebagiannya. Seperti perbedaan akibat hukum dalam akad jual beli dan sewa, dalam akad sewa diharuskan ada ketentuan waktu, sedangkan dalam jual beli sebaliknya. Contoh lain, akad ijârah dan salam. Dalam salam, harga salam harus diserahkan pada saat akad berlangsung (fi al-majlis), sedangkan dalam ijârah, harga sewa tidak harus diserahkan pada saat akad berlangsung. Perbedaan antara multi akad yang mukhtalifah dengan yang mutanâqidhah, mutadhâdah, dan mutanâfiyah terletak pada keberadaan akad masing-masing tersebut. Meskipun kata mukhtalifah lebih umum dan dapat meliputi ketiga jenis yang lainnya, namun dalam mukhtalifah meskipun berbeda tetapi tetap dapat ditemukan menurut syariat. Sedangkan untuk kategori berbeda yang ketiga mengandung adanya saling meniadakan di antara akad-akad yang membangunnya. Dari pendapat Imam Abu Hanifah tersebut dapat disimpulkan bahwa multi akad yang mutanâqidhah, mutadhâdah, dan mutanâfiyah adalah akad-akad yang tidak boleh dihimpun menjadi satu akad. Meski demikian, pandangan ulama terhadap tiga bentuk multi akad tersebut tidak seragam. 5) Al-’uqûd al-mutajânisah (akad sejenis) Al-’uqûd al-murakkabah al-mutajânisah adalah akad-akad yang mungkin dihimpun dalam satu akad, dengan tidak memengaruhi di dalam hukum dan akibat hukumnya. Multi akad jenis ini dapat terdiri dari satu jenis akad seperti akad jual beli dan akad jual beli, atau dari beberapa jenis seperti akad jual beli dan sewa menyewa. Multi akad
  • 11. 11 jenis ini dapat pula terbentuk dari dua akad yang memiliki hukum yang sama atau berbeda. Dari lima macam itu, menurutnya, dua macam yang pertama; al-’uqûd al-mutaqâbilah, al-’uqûd al–mujtami’ah, adalah multi akad yang diperbolehkan8 4. Dalil-dalil kebolehan / keharaman dalam multi akad Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa terdapat dua jenis transaksi multi akad yang biasa digunakan, yaitu transaksi multi akad bergantung/bersyarat (al-‘uqud al-mutaqabilah) dan multi akad tergabung (al- ‘uqud al-mujtami’ah). Maka pembahasan dalam bagian ini akan dibagi menjadi dua pembahasan, yaitu transaksi bersyarat akad dan multi akad dalam satu transaksi. A. Dalil Transaksi Dengan Syarat Akad di Dalamnya (syarth ‘aqd fi ‘aqd) Pembahasan mengenai akad bersyarat di dalam transaksi akan berkisar pada beberapa hadis yang saling bertentangan mengenai syarat. Beberapa hadis tersebut adalah: a) Dalil yang Menunjukkan Kebolehan Syarat Akad 1) Dalil dari Jabir bin ‘Abdillah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah membeli unta darinya dengan syarat ditunggangi oleh Jabir sampai Madinah.9 Dalil ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan al-Nasa’i. 8 Hasanudin. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.Makalah Ekonomi Islam Edisi 28 Mei 2009. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009, Hlm. 3 – 4 9 Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Kairo: Makniz, tt.), hal. 747-748.; Muslim bin Hajjaj al-Naisaburi, Shahih Muslim (Kairo: Makniz, tt.), hal. 821-823.
  • 12. 12 2) Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ahmad, dan Abu Dawud bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: َ‫ين‬ِ‫م‬ِ‫ل‬ ْ‫س‬ ُ ْ ‫اْل‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ٌ‫ز‬ِ‫ائ‬ َ‫ج‬ ُ‫ح‬ ْ ‫ل‬ُّ‫الص‬‫ى‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ن‬‫و‬ ُ‫م‬ِ‫ل‬ ْ‫س‬ ُ ْ ‫اْل‬َ‫و‬ ‫ا‬ ً‫ام‬َ‫ر‬ َ‫ح‬ َّ‫ل‬ َ‫ح‬ َ ‫أ‬ ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ً ‫ال‬ َ ‫ال‬ َ‫ح‬ َ‫م‬َّ‫ر‬ َ‫ح‬‫ا‬ ً‫ح‬ ْ ‫ل‬ُ‫ص‬ َّ ‫ال‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ ً‫ام‬َ‫ر‬ َ‫ح‬ َّ‫ل‬ َ‫ح‬ َ ‫أ‬ ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ً ‫ال‬ َ ‫ال‬ َ‫ح‬ َ‫م‬َّ‫ر‬ َ‫ح‬‫ا‬ ً ‫ط‬ْ‫ر‬ َ ‫ش‬ َّ ‫ال‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫وط‬ُ‫ر‬ ُ ‫ش‬ Janji perdamaian itu diperbolehkan di antara sesama muslim, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, sesama muslim itu konsisten dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. b) Dalil yang Melarang Adanya Syarat Akad. 1) Hadis yang dikenal dengan istilah hadis Barirah, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: ِ‫اب‬ َ‫ت‬ ِ‫ك‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ َ‫س‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬ ً ‫ط‬ْ‫ر‬ َ ‫ش‬ َ ‫ط‬َ‫ر‬ َ ‫ت‬ ْ ‫اش‬ ِ‫ن‬ َ‫م‬ ِ َّ ‫اَّلل‬ ِ‫اب‬ َ‫ت‬ ِ‫ك‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ْ‫ت‬ َ‫س‬ ْ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ا‬ ً ‫وط‬ُ‫ر‬ ُ ‫ش‬ َ‫ن‬‫و‬ ُ ‫ط‬ِ‫ر‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ش‬ َ‫ي‬ ٍ‫اس‬ َ ‫ن‬ ُ ‫أ‬ ُ‫ال‬ َ‫ب‬‫ا‬ َ‫م‬ُُ َ ‫ل‬ َ‫س‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ َ ِ َّ ‫اَّلل‬ ِ َّ ‫اَّلل‬ ُ ‫ط‬ْ‫ر‬ َ ‫ش‬ ٍ‫ة‬َّ‫ر‬ َ‫م‬ َ ‫ة‬ َ ‫ائ‬ ِ‫م‬ َ ‫ط‬َ‫ر‬ َ ‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ُ‫ق‬ َ ‫ث‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ ُّ‫ق‬ َ‫ح‬ َ ‫أ‬ Kenapa manusia membuat syarat-syarat yang tak ada di dalam Kitabullah, siapa yang membuat syarat-syarat yang tak ada di dalam Kitabullah maka syarat itu tidak berlaku baginya, meski ia menegaskannya seratus kali. Syaratnya Allah itu lebih berhak dan lebih kuat. 2) Hadis dari Abdullah bin Amru bin al-‘Ash yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi dan Nasa’I bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: َ‫س‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬ ُ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ ْ‫ن‬ َ‫م‬ْ‫ض‬ َ ‫ت‬ ْ‫م‬ َ ‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬ ُ‫ح‬ْ‫ب‬ِ‫ر‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ان‬ َ ‫ط‬ْ‫ر‬ َ ‫ش‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ ٌ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬َ‫و‬ ٌ ‫ف‬ َ ‫ل‬ َ‫س‬ ُّ‫ل‬ ِ‫ح‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ََِْْ‫ع‬
  • 13. 13 Tidak halal akad salaf (qardh) bersama akad bai’, dan juga dua syarat dalam satu akad bai’, dan keuntungan yang tidak kamu jamin, dan menjual apa yang tidak kamu miliki. Dalam hadis-hadis di atas, dan baik dari hadis yang membolehkan ataupun yang melarang terdapat hadis yang bersifat umum dan bersifat khusus. Hadis kebolehan syarat akad. Hadis pertama bersifat khusus, secara jelas menyatakan terjadinya syarat di dalam akad bai’ di masa Rasulullah. Hadis kedua bersifat umum, mencakup berbagai syarat yang bisa dilakukan, dengan syarat tidak mengganggu gugat konsep halal dan haram. Perpaduan antara dua hadis umum dan khusus ini dapat menjadi landasan adanya syarat di dalam akad, tak hanya terbatas pada akad bai’ saja namun juga berbagai akad lain selama sesuai dengan petunjuk keumuman hadis yang kedua. Hadis larangan syarat akad. Hadis pertama juga bersifat umum, menyatakan batilnya segala syarat apapun yang tak ada di dalam Kitabullah, baik syarat di dalam suatu akad ataupun syarat yang berada di luar akad. Dan hadis kedua bersifat khusus, hadis itu jelas menyatakan bahwa tak boleh ada dua syarat di dalam akad bai’. Bahkan terdapat riwayat lain yang menyatakan bahwa Rasulullah melarang akad bai’ yang bersyarat.10 B. Dalil larangan multi akad dalam satu transaksi Pembahasan mengenai hukum transaksi multi akad dalam fikih akan selalu berkaitan dengan beberapa hadis Rasulullah yang 10 Hadis itu diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam Mu’jam al-Awsath, al-Ashbahani dalamMusnad Abi Hanifah, al-Hakim dalam Ma’rifat Ulum al-Hadits, dan Ibnu Hazm dalam al-Muhalla, seluruhnya berasal dari Abdullah bin Ayyub al-Qirabi dengan sanadnya dari Abu Hanifah. Namun sanad dari hadis ini lemah, dan matannya jelas bertentangan dengan hadis dalam bab ini yang lebih kuat (hadis no. 1).
  • 14. 14 melarang mengenai adanya dua akad dalam satu transaksi, beberapa hadis itu adalah: 1) Hadis larangan melakukan dua jual beli dalam satu jual beli Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda: ٍ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ع‬ِ‫ب‬ َ ‫ت‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ ُُ ْ‫ع‬َ‫ب‬ ْ ‫ات‬ َ َ ٍ‫ىء‬ ِ‫ل‬ َ‫م‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ت‬ ْ ‫ل‬ ِ‫ح‬ ُ ‫أ‬‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ٌ‫م‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ظ‬ ِ‫ى‬ ِ‫ن‬ َ ‫غ‬ ْ ‫ال‬ ُ‫ل‬ ْ ‫ط‬ َ‫م‬ “Mengulur waktu pemayaran hutang padahal ia mampu adalah sebuah bentuk kezaliman, dan jika hutangmu dialihkan kepada orang lain maka ikutilah, dan janganlah melakukan dua jual beli dalam satu jual beli”.11 Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan sanadnya dari Abu Hurairah bahwa ia berkata: ِ َّ ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫ى‬ َ‫ه‬ َ ‫ن‬‫ﷺ‬ٍ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ “Rasulullah saw. melarang dua jual beli dalam satu jual beli”.12 Abu Dawud juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: ‫ا‬ َ‫ب‬ِ‫الر‬ ِ‫و‬ َ ‫أ‬‫ا‬ َ‫م‬ُ‫ه‬ ُ‫س‬ َ ‫ك‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ُُ َ ‫ل‬ َ َ ٍ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫اع‬ َ‫ب‬ ْ‫ن‬ َ‫م‬ “Siapa yang melakukan dua akad jual beli dalam satu akad maka hendaklah ia mengambil yang paling kecil dari keduanya atau (ia akan mendapatkan) riba”.13 11 Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi (Kairo: Makniz, tt.) hal. 407. 12 Ibid, 384.
  • 15. 15 2) Hadis larangan melakukan dua akad dalam satu akad Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari ‘Abdullah bin Mas’ud bahwa ia berkata: ِ َّ ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫ى‬ َ‫ه‬ َ ‫ن‬‫ﷺ‬ٍ‫ة‬ ََ ِ‫اح‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ف‬َ‫ص‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ف‬َ‫ص‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ “Rasulullah saw. melarang dua akad di dalam satu akad”.14 3) Hadis larangan menyatukan akad bai’ dan salaf Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash bahwa ia berkata: ِ َّ ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫ى‬ َ‫ه‬ َ ‫ن‬‫ﷺ‬َ‫م‬ ِ‫ح‬ْ‫ب‬ِ‫ر‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ ٍ‫ف‬ َ ‫ل‬ َ‫س‬َ‫و‬ ٍ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫م‬ َ ‫ل‬‫ا‬ ْ‫ن‬ِ‫ع‬ َ ‫ك‬َ‫د‬ َ‫س‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬ ِ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ ْ‫ن‬ َ‫م‬ْ‫ض‬ُ‫ي‬ “Rasulullah saw. melarang dua jual beli dalam satu jual beli, juga melarang keuntungan dari sesuatu yang tidak terjamin, dan melarang menjual barang yang bukan milikmu”.15 Kata ‘naha’ dalam tiga hadis di atas jelas menunjukkan sebuah pelarangan, dan hukum asal dari larangan adalah menunjukkan keharaman perkara tersebut, dan selama tidak ada qarinah yang memalingkan pelarangan ini kepada hal lain 13 Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abi Dawud (Kairo: Makniz, tt.), hal. 682. 14 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad (Beirut: Muassasah al-Risalah, tt.), jil. 6, hal. 324. 15 Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, jil. 11, hal. 203.
  • 16. 16 maka ia akan kembali kepada hukum asalnya yaitu keharaman perkara tersebut. Mengenai hadis yang ketiga, yang menyatakan bahwa Rasulullah melarang adanya akad bai’ dan akad salaf atau qardh dalam satu transaksi, ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah menyatakan bahwa larangan tesebut untuk menghindari dari terjerumus ke dalam riba yang diharamkan. Sebagai contohnya, hal itu terjadi karena seseorang meminjamkan uang sejumlah seribu (qardh) lalu ia menjual barang yang bernilai 800 kepada orang itu dengan harga 1000 dengan niatan agar ia bisa mendapatkan uang dua ribu darinya.16 Meski secara tekstual hadis-hadis di atas seolah menyatakan pelarangan terhadap transaksi multi akad, namun hadis-hadis tersebut tidak menunjukkan pengharaman terhadap transaksi multi akad secara umum namun terkhusus kepada beberapa bentuk multi akad saja, seperti terkumpulnya bai’ dan salaf (qardh) dalam satu transaksi seperti yang ditunjukkan pada hadis ketiga, atau tiga jenis penafsiran terhadap hadis pertama dan kedua di atas. Jika kembali pada kaidah tentang hukum asal pada urusan muamalah maka dapat diketahui bahwa hukum asal pada urusan muamalah adalah boleh kecuali jika ada dalil yang menyatakan pengharaman atau pembatalannya.17 16 Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin (Dammam: Dar Ibn al- Jauzi, 1423 H), jil 5, hal. 17-18. 17 Abdullah bin Muhammad al-Imrani, al-‘Uqud al-Maliyyah al-Murakkabah,hal.69-75.
  • 17. 17 5. Praktik Multi Akad dalam Lembaga Keuangan Syari’ah Diantara banyak produk Bank Syariah yang mengandung multi akad dan yang sudah lazim dipraktikan, diantaranya adalah pembiayaan murabahah, ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) dan musyarakah mutanaqishah (MMq). Murabahah18 yang diterapkan di Bank Syariah adalah perpaduan dua jual beli dan janji. Dapat dilihat pada produk Murabahah KPP (Kepada Pemesan Pembeli) - al-Murabahah li al-Amir bi al-Syirā, yang melibatkan tiga pihak, yaitu pembeli (nasabah), lembaga keuangan (Bank Syariah) dan penjual (pemilik barang). Jual beli pertama antara Bank Syariah dengan penyedia barang dan jual beli kedua antara nasabah dengan pihak bank. Nasabah memesan suatu barang tertentu kepada Bank Syariah, kemudian Bank Syariah membeli barang tersebut dari penyedia barang, baik secara langsung atau wakalah kepada nasabah19. Tahap selanjutnya Bank Syariah menjual barang itu kepada nasabah dengan harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati. Baik Bank Syariah maupun nasabah saling berjanji untuk membeli barang sesuai dengan pesanan. Bank Syariah dapat menjual barang tersebut setelah barang dimiliki bank. Dua akad jual beli dan janji tersebut dilaksanakan dalam satu transaksi dan tidak terpisah. Dampak hukum dari transaksi itu, yaitu beralihnya objek jual beli dari Bank Syariah kepada nasabah. Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT)20 adalah kontrak sewa menyewa yang diakhiri dengan kepemilikan atas objek sewa. Praktik ijarah muntahiya bittamlik di Bank Syariah adalah Bank Syariah menyewakan suatu objek sewa 18 Lihat Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Ps.116-124 KHES. Ps. 9 PBI No. 7/46/PBI/2005/PBI No. 9/19/PBI/2007. Fatwa DSN-MUI No. 111/DSN-MUI/IX/2017. 19 Akad muarabahah biasanya digabung dengan akad wadi’ah atau akad wakalah,sehingga melahirkan model akad baru muarabahah wa wadi’ah dan murabahah wa wakalah. 20 Lihat Fatwa DSN-MUI No. 27/DSN-MUI/III/2002. Ps.322-329 KHES. PS.16 PBI No. 7/46/PBI/2005. Butir III.7.d/PBI No. 9/19/PBI/2007. SEBI Nomor 10/14/DPbs tanggal 17 Maret 2008, Fatwa DSN-MUI NO. 102/DSN-MUI/X/2016.
  • 18. 18 kepada nasabah untuk waktu tertentu dengan harga sewa yang disepakati. Setelah masa sewa selesai dan semua cicilan dibayar, objek sewa tersebut beralih kepemilikannya kepada nasabah dengan menggunakan akad baru, yakni hibah atau jual beli sesuai wa’ad. Implementasi musyarakah mutanaqishah (MMq)21 dalam operasional Bank Syariah adalah merupakan kerjasama antara Bank Syariah dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang atau benda, dimana asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besarnya kepemilikan dapat ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya nasabah akan membayar (mengangsur) sejumlah modal/dana yang dimiliki Bank Syariah. Perpindahan kepemilikan dari porsi Bank Syariah kepada nasabah seiring dengan bertambahnya jumlah modal/dana nasabah dari pertambahan angsuran yang dilakukan nasabah. Hingga angsuran berakhir berarti kepemilikan suatu barang tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi kepemilikan Bank Syariah terhadap barang berkurang secara proporsional sesuai dengan besarnya angsuran. 21 Lihat Fatwa DSN-MUI No. 73/DSN-MUI/XI/2008 dan Lampiran IV SEOJK No. 36/SEOJK.03/2015 Bagian II.1.2.
  • 19. 19 BAB III Penutup A. Kesimpulan Terjadinya multi akad dalam transaksi bisa terjadi secara alamiah (thabi’i) ataupun karena adanya modifikasi terhadap akad (ta’dili). Transaksi multi akad yang alamiah terjadi antara akad pokok (al-‘aqd al- ashli) dan akad yang mengikutinya (al-‘aqd al-tabi’i). Menurut pendapat Imam Abu Hanifah multi akad dibagi menjadi 5 macam, diantaranya sebagai berikut: 1) Al-’uqûd al-mutaqâbilah (akad Bergantung/akad Bersyarat) 2) Al-’uqûd al–mujtami’ah (akad Terkumpul) 3) Al-’uqûd al-mutanâqidhah wa al-mutadhâdah wa al-mutanâfiyah (akad berlawanan) 4) Al-’uqûd al-mukhtalifah (akad berbeda) 5) Al-’uqûd al-mutajânisah (akad sejenis) Terdapat dua jenis transaksi multi akad yang biasa digunakan, yaitu transaksi multi akad bergantung/bersyarat (al-‘uqud al-mutaqabilah) dan multi akad tergabung (al-‘uqud al-mujtami’ah). Murabahah yang diterapkan di Bank Syariah adalah perpaduan dua jual beli dan janji. Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) adalah kontrak sewa menyewa yang diakhiri dengan kepemilikan atas objek sewa. Implementasi musyarakah mutanaqishah (MMq) dalam operasional Bank Syariah adalah merupakan kerjasama antara Bank Syariah dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang atau benda, dimana asset barang tersebut jadi milik bersama.
  • 20. 20 DAFTAR PUSTAKA A. Shomad. 2010. Hukum Islam Penormaan Syariah dalam Hukum Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi (Kairo: Makniz, tt.). 2013. Ensiklopedia hadits jami' at-Tirmidzi. Jakarta: Almahira. Fu'ad Abdul Baqi, Muhammad. 2016. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim (Al- Lu’lu Wal Marjan). Aqwam Medika. Gemala Dewi. 2004. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana. Huda, Nurul. Heykal, Mohamad. 2010. Lembaga Keuangan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis). Jakarta: Kencana. Hasanudin. 2009. Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Jakarta. Mujahidin, Akhmad. 2017. Hukum Perbankan Syariah. Depok: PT Raja Grafindo Persada. Nazih Hammad. 2005. al-‘Uqud al-Murakkabah fi al-Fiqh al-Islami. Damaskus: Dar al-Qalam. Umam, Khotibul. 2016. Perbankan Syariah (Dasar-dasar dan Dinamika Perkembangannya di Indonesia). Jakarta: Rajawali Pers. Usanti, Trisadini P. dkk. 2013. Transaksi Bank Syariah. Jakarta: Bumi Aksara.