SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Logam Berat
2.1.1. Pengertian Logam Berat
Logam berat sejatinya unsur penting yang dibutuhkan setiap makhluk
hidup.Logam berat yang termasuk elemen mikro merupakan kelompok logam
berat yang non-esensial yang tidak mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh.
Logam tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan
(toksik) pada manusia yaitu timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan cadmium
(Cd) (Agustina, 2010).
2.2. Pencemaran Logam
Menurut Widowati, et al., (2008), penggunaan logam sebagai bahan baku
berbagai jenis industri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi
kesehatan manusia melalui 2 jalur, yaitu :
1. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan udara, air,
tanah, dan makanan.
2. Perubahan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri bisa
mempengaruhi kesehatan manusia.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi
kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman, maupun lingkungan. Terdapat 80
jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat dibagi ke
dalam 2 jenis, yaitu :
1. Logam berat esensial, yaitu : logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut
Universitas Sumatera Utara
9
bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain
sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial, yaitu : logam yang keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Cr,
dan lain-lain.
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia,
tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh
serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi
kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi,
bersifat mutagen, teratogen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan.
Tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia dari yang paling toksik adalah
Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Widowati, et al., 2008).
2.3. Logam Timbal (Pb)
2.3.1. Defenisi Logam Timbal (Pb)
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa
ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan
timbal (Pb). Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV–
A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan
bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan
dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu 550-600°C.
Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal
oksida. Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan
mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam.
Universitas Sumatera Utara
10
Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat
(Palar, 2008).
Menurut Widowati, et al., (2008), timbal pada awalnya adalah logam berat
yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Timbal adalah logam yang
mendapat perhatian karena bersifat toksik melalui makanan, minuman, udara, air,
serta debu yang tercemar timbal. Menurut Sunu dalam Sihite (2015), timbal
merupakan logam yang sangat beracun yang pada dasarnya tidak dapat
dimusnahkan serta tidak terurai menjadi zat lain.
2.3.2.Sifat Logam Timbal (Pb)
Menurut Fardiaz (1992), timbal banyak digunakan untuk berbagai
keperluan karena sifat-sifatnya sebagai berikut :
1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk
cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi
berbagai bentuk.
3. Sifat-sifat kimia timbal menyebabkan logam ini berfungsi sebagai lapisan
pelindung jika kontak dengan udara lembab.
4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya. Alloy yang terbentuk
mempunyai sifat berbeda dengan timbal yang murni.
5. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali
emas dan merkuri.
Universitas Sumatera Utara
11
2.3.3.Penggunaan Logam Timbal (Pb)
Persenyawaan Pb dengan Cr (chromium), Mo (molibdenum) dan Cl (Chlor),
digunakan secara luas sebagai pigmen “chrom”. Senyawa PbCrO4 digunakan
dalam industri cat untuk mendapatkan warna “kuning-chrom”, Pb(OH)2.2PbCO3
untuk mendapatkan warna “timah putih”, sedangkan senyawa yang dibentuk dari
PbO4 digunakan untuk mendapatkan warna “timah merah”. Timbal dan
persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri
baterai, timbal digunakan sebagai grid yang merupakan alloy (suatu
persenyawaan) dengan logam berat (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7 (Palar,
2008).
Timbal oksida (PbO4) dan logam timbal dalam industri baterai digunakan
sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Alloy Pb yang
mengandung 1% stibium (Sb) banyak digunakan sebagai kabel telepon. Alloy Pb
dengan 0,15% As, 0,1% Sn, dan 0,1% Bi banyak digunakan untuk kabel listrik.
Dalam perkembangan industri kimia, dikenal pula zat aditif yang dapat
ditambahkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor. Persenyawaan yang
dibentuk dari logam Pb sebagai zat aditif ini ada dua jenis, yaitu (CH3)4-Pb
(tetrametil-Pb) dan (C2H5)4-Pb (tetraetil-Pb) (Palar, 2008).
Menurut Sunu dalam Sihite (2015), timbal juga digunakan untuk produk-
produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, bahan kimia, pewarna, pipa dan
solder. Timbal dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis
keramik yang disebut-glaze silika dengan okside lainnya-yaitu merupakan lapisan
tipis gelas yang menyerap ke dalam permukaan tanah liat yang digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
12
membuat keramik. Komponen timbal (PbO) ditambahkan ke dalam glaze untuk
membentuk sifat yang mengkilap yang tidak dibentuk okside lainnya.
Penggunaan timbal dalam kehidupan sehari-hari antara lain (Fardiaz, 1992 ) :
1. Dalam bentuk Timbal oksida pada produksi baterai penyimpanan untuk mobil
2. Dalam produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder,
bahan kimia, dan pewarna (cat).
3. Timbal (Pb) digunakan dala.m bentuk alloy, seperti pipa-pipa yang digunakan
untuk mengalirkan bahan kimia yang korosif karena Timbal merupakan logam
yang tahan terhadap peristiwa korosi.
4. Digunakan sebagai campuran dalam pelapis keramik yang disebut glaze, dalam
bentuk PbO untuk membentuk sifat mengkilap pada keramik
5. Digunakan sebagai bahan aditif pada bahan bakar bensin dalam bentuk Tetra
Ethyl Lead (TEL), Pb (C2H5)4 untuk mengurangi letupan pada proses
pembakaran oleh mesin kendaraan.
2.3.4.Keracunan Logam Timbal (Pb)
Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi
karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya
Pb dapat melalui beberapa cara yaitu melaui pernafasan, oral (melalui makanan
dan minuman) dan penetrasi pada lapisan kulit (Palar, 2008). Menurut Henretig
dalam Sembel (2015), timbal merupakan salah satu logam yang pertama-tama
dilebur dan digunakan untuk keperluan industri.
Penyerapan lewat pernafasan akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-
paru. Logam timbal yang masuk ke paru-paru melalui pernafasan akan terserap
dan berikatan dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh
Universitas Sumatera Utara
13
jaringan dan organ tubuh (Palar, 2008). Penyerapan lewat oral akan masuk ke
saluran pencernaan dan masuk ke dalam darah (Fardiaz dalam Naria, 2005).
Penyerapan lewat kulit dapat terjadi karena timbal dapat larut dalam minyak dan
lemak (Palar, 2008).
Menurut Akhadi dalam Sihite (2015), unsur Pb yang terserap masuk ke dalam
tubuh perlu waktu yang cukup lama untuk hilang keluar dari tubuh. Pada jaringan
atau organ tubuh, logam timbal akan terakumulasi pada tulang karena logam ini
dalam membentuk ion (Pb2+
) mampu menggantikan ion Ca2+
(kalsium) yang
terdapat dalam jaringan tulang (Palar, 2008). Sebagian timbal kemudian akan
diekskresikan melalui urin atau feses (Widowati et. al. 2008).
Timbulnya gejala keracunan yang diakibatkan oleh kandungan timbal di
dalam darah untuk orang dewasa pada umumnya sekitar 60-100 mikrogram per
100 ml darah. Semakin tinggi kandungan Pb dalam darah, maka semakin
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Daya racun timbal yang berada di dalam tubuh
antara lain disebabkan oleh penghambatan kerja enzim oleh ion-ion Pb (Sunu
dalam Sihite, 2015).
Menurut BPOM RI (2014), timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit,
tertelan atau kontak dengan mata kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan
terakumulasi dalam jaringan, terutama tulang. Selain itu, timbal juga dapat
terakumulasi di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru. Di dalam tubuh, timbal
merupakan neurotoksin yang terbukti dapat menyebabkan tingkat IQ rendah dan
menimbulkan masalah perilaku seperti meningkatnya agresivitas. Bayi, balita,
anak-anak, janin, dan ibu hamil merupakan kelompok yang paling rentan
Universitas Sumatera Utara
14
mengalami keracunan timbal akibat paparan kronis rendah. Timbal sangat mudah
menembus plasenta dan dapat ditransfer melalui air susu ibu (ASI).
2.3.5.Mekanisme Toksisitas Timbal
Orang dewasa mengabsorpsi Pb sebesar 5-15% dari keseluruhan Pb yang
dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi Pb lebih besar, yaitu 41,5%. Pb dapat
menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb).
Proses masuknya timbal ke dalam tubuh dapat melalui makanan dan minuman,
udara, dan penetrasi pada kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat terjadi
disebabkan karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak (Palar, 2008).
Berikut ini adalah skema akumulasi paparan timbal yang masuk ke dalam
tubuh manusia :
Gambar 2.1. Akumulasi Timbal (Pb) dalam Tubuh Manusia
(Sumber : Depkes RI, 2001 dalam Naria, 2005)
Timbal
(Pb)
1.Pernafasan
2.Oral
3.Kulit
Darah
Sekreta :
1. Urine
2. Faeces
3. Keringat
Jaringan lunak :
1. Hati
2. Ginjal
3. Syaraf
Jaringan
mineral :
1. Tulang
2. Gigi
Universitas Sumatera Utara
15
Menurut Naria (2005), kira-kira 40% dari timbal yang masuk melalui
pernafasan, diabsorbsi sampai ke saluran pernafasan. Sekitar 5-10% dari senyawa
timbal yang masuk diserap oleh saluran gastrointestinal. Menurut Ardyanto
(2005), timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit
sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh Pb
tergantung oleh ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10 µg dapat
tertahan di paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di saluran
nafas bagian atas.
Absorbsi Pb melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu
deposisi, pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di
nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi tergantung pada
ukuran partikel Pb volume pernafasan dan daya larut. Partikel yang lebih besar
banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding partikel yang
lebih kecil (DeRoos dan OSHA dalam Ardyanto, 2005).
Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di
dalam tubuh. Kira-kira 5-10% dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui
saluran pencernaan, dan sekitar 30% dari jumlah yang terisap melalui hidung akan
diabsorbsi melalui saluran pernafasan. Hanya sekitar 5% dari 30% yang
terabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tertinggal di dalam tubuh karena
dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh
sebanyak 95% Pb dalam Timah hitam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian Pb
plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan
Universitas Sumatera Utara
16
dengan pool Pb tubuh lainnya. Yang dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak
(sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku,
rambut, gigi (Palar, 2008).
Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan
saluran cerna. Ekskresi Pb melalui urine sebanyak 75 – 80%, melalui feces 15%
dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi
Pb melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva,
pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi
empedu. Sedangkan Proses eksresi Pb melalui ginjal adalah melalui
filtrasiglomerulus. Kadar Pb dalam urine merupakan cerminan pajanan baru
sehingga pemeriksaan Pb urine dipakai untuk pajanan okupasional (Goldstein dan
Kippen dalam Ardyanto, 2005).
Menurut Nordberg dalam Ardyanto (2005), pada umumnya ekskresi Pb
berjalan sangat lambat. Timah hitam waktu paruh didalam darah kurang lebih 25
hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang
lambat ini menyebabkan Pb mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan
okupasional maupun non okupasional. Sedangkan menurut Fardiaz (1992), waktu
paruh timbal secara biologi dalam tulang manusia diperkirakan 2-3 tahun.
Menurut Naria (2005), timbal dalam darah akan dapat dideteksi dalam waktu
paruh sekitar 20 hari, sedangkan ekskresi timbal dalam tubuh secara keseluruhan
terjadi dalam waktu paruh sekitar 28 hari. Dari darah dan tempat deposit, timbal
kemudian diekskresikan melalui urine, faeces, dan keringat.
Toksisitas Pb bersifat kronis dan akut. Toksisitas kronis sering dijumpai pada
pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecetan),
Universitas Sumatera Utara
17
pembuatan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecetan. Paparan Pb
secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan iritabilitas,
gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan
menstruasi serta absorbsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit
berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur (Widowati, et al., 2008).
Besarnya tingkat keracunan timbal menurut WHO dalam Naria (1999)
dipengaruhi oleh :
1. Umur. Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa.
Anakanak juga lebih rentan sehingga dapat terjadi efek keracunan pada
kandungan timbal yang rendah dalam darah.
2. Jenis kelamin. Wanita lebih rentan dibandingkan dengan pria.
3. Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal.
4. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal
5. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal.
2.3.6.Dampak Timbal (Pb) pada Kesehatan
Timbal adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa berasal
dari tindakan yang mengonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi dari
udara, debu yang tercemar timbal, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan
lewat parenteral (Widowati et al., 2008). Keracunan yang disebabkan oleh
keberadaan timbal di dalam tubuh mempengaruhi banyak jaringan di dalam tubuh.
Organ-organ tubuh yang banyak menjadi sasaran peristiwa keracunan yang
disebabkan oleh keberadaan logam timbal adalah sistem syaraf, sistem ginjal,
sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin. Setiap bagian yang diserang
akan memperlihatkan efek yang berbeda-beda (Palar, 2008).
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut Widowati, et al., (2008), timbal bersifat kumulatif. Mekanisme
toksisitas timbal (Pb) berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah :
1. Sistem haemopoietik
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yangdibentuk
oleh logam Fe (besi) dengan gugus haemo dan globin sintesa dari kompleks
tersebut melibatkan 2 enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levulinic Acid
Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase.
Enzim ALAD adalah enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara
aktif pada tahap awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung.
Senyawa Pb yang terdapat dalam tubuh akan mengikat gugus aktif enzim
ALAD. Enzim ALAD berfungsi pada sintesa sel darah merah. Adanya timbal
pada tubuh akan mengganggu kerja enzim tersebut sehingga sintesa sel darah
merah terganggu (Palar, 2008). Penghambatan sintesa sel darah merah
mengakibatkan terjadinya anemia (Widowati et. al.,2008).
2. Sistem saraf
Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang
dibawa oleh logam timbal (Palar, 2008). Timbal mengakibatkan demielinasi
(rusaknya sarung mielin saraf) otak dan otak kecil yang putih sebelah belakang
dan kematian sel-sel syaraf (Robins dalam Naria, 2005). Pb menimbulkan
kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan
delirium (Widowati et. al., 2008).
3. Sistem urinaria
Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah ke seluruh
tubuh dan akan masuk kedalam glomerulus. Disini terjadi pemisahan akhir
Universitas Sumatera Utara
19
semua bahan yang dibawa darah, yaitu yang masih berguna bagi tubuh atau
yang harus dibuang karena sudah tidak diperlukan lagi. Ikut sertanya timbal
yang larut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan
terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan terbentuknya
aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin (Palar, 2008).
4. Sistem gastrointestinal
Efek timbal ini terjadi karena mengonsumsi bahan yang tercemar timbal
(Widowati et. al., 2008).
5. Sistem kardiovaskular
Timbal dapat menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah
(Widowati et. al., 2008).
6. Sistem reproduksi
Pada wanita hamil Pb dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk
dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan
dikeluarkan bersama air susu ibu (Widowati et al., 2008). Jika bayi lahir,
timbal akan dikeluarkan bersama dengan air susu (Palar, 2008). Pada wanita
dengan paparan timbal yang tinggi, timbal akan disimpan dalam tulang. Timbal
yang terserap dan ditimbun dalam tulang dan juga masuk ke peredaran darah,
melalui plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah
janin (Palar, 2008). Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi
berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Pb mempunyai efek racun
terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak-anak sangat
peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar yang rendah
Universitas Sumatera Utara
20
yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ. Ibu hamil yang
terkontaminasi timbal tersebut akan mengalami keguguran, tidak
berkembangnya sel otak embrio, serta kematian janin (Widowati et. al. 2008).
7. Sistem endokrin
Timbal mengakibatkan gangguan fungsi tiroid (Widowati et. al. 2008). Fungsi
tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan I 131
(yodium isotop 131). Pengukuran terhadap steroid dalam urin pada kondisi
paparan timbal yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan
penyerapan timbal pada sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan
dengan paparan timbal yang berbeda terjadi pengurangan pengeluaran steroid
dan terus mengalami peningkatan dalam posisi minus. Kecepatan pengeluaran
aldosteron juga mengalami penurunan selama pengurangan konsumsi garam
pada orang yang keracunan timbal (Palar, 2008).
8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.
2.3.7. Dampak Timbal pada Lingkungan
A. Udara
Pencemaran timbal di udara dapat disebabkan oleh asap yang berasal dari
cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal dan knalpot kendaraan.
Senyawa-senyawa timbal dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara,
sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas dan sebagian akan diserap kulit
ataupun diserap oleh daun tumbuhan (Palar, 2008). Baku mutu udara ambien
untuk timbal berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 2,0 g/Nm3
.
Universitas Sumatera Utara
21
B. Air
Timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di udara
dengan bantuan air hujan. Pencemaran timbal di perairan juga dapat disebabkan
oleh berbagai aktivitas manusia seperti dari air buangan (limbah) dari industri
yang berkaitan dengan timbal. Limbah tersebut akan jatuh pada jalur-jalur
perairan dan akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya. Badan
perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Pb dengan jumlah yang
melebihi konsentrasi semestinya, dapat menyebabkan kematian bagi biota
perairan tersebut. Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/L dapat membunuh
ikan-ikan (Palar,2008). Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20
tahun 1990 adalah 0,1 mg/l.
C. Tanah
Pencemaran timbal di tanah dapat disebabkan oleh buangan sampah sisa
produk konsumen yang mengandung timbal. Keberadaan timbal di dalam tanah
dapat juga berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang mana partikel timbal yang
terlepas ke udara secara alami dengan adanya gaya gravitasi membuat timbal
turun ke tanah. Rata-rata timbal yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5–25
mg/kg (Widowati et. al. 2008).
D. Tanaman
Timbal (Pb) sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman yaitu daun,
batang, akar dan akar umbi-umbian (bawang merah). Perpindahan timbal dari
tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah. Tanaman dapat menyerap
logam Pb pada saat kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah
rendah. Pada keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan
Universitas Sumatera Utara
22
berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu
menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman.
Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara
praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis
(Widaningrum, 2007).
Rekomendasi dari WHO, logam berat Pb dapat ditoleransi dalam seminggu
dengan takaran 50,mg/kg berat badan untuk dewasa dan 25 mg/kg berat badan
untuk bayi dan anak-anak. Mobilitas timbal di tanah dan tumbuhan cenderung
lambat dengan kadar normalnya pada tumbuhan berkisar 0,5-3 ppm
(Widaningrum, 2007).
E. Makanan
Semua bahan pangan alami mengandung timbal (Pb) dalam konsentrasi kecil,
dan selama persiapan makanan mungkin kandungan Timbal (Pb) akan bertambah.
Timbal pada makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat makan, dan
wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy Pb atau keramik yang dilapisi
glaze (Fardiaz, 1992). Sedangkan dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa
timbal bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy
dari logam timbal (Palar, 2008).
2.3.8. Tingkat Timbal (Pb) Normal dalam Tubuh
Untuk mengetahui kandungan timbal di dalam tubuh dapat dilakukan dengan
menganalisis konsentrasi timbal di dalam darah atau urin (Sunu dalam Sihite
2015). Pada manusia dewasa jumlah kandungan atau konsentrasi timbal dalam
darah tidak sama. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan tersebut, maka
konsentrasi timbal dapat digolongkan ke dalam empat kategori. Bila manusia
Universitas Sumatera Utara
23
terpapar oleh timbal dalam batasan normal atau dalam batasan toleransi, maka
daya racun yang dimiliki oleh timbal tidak akan bekerja dan tidak menimbulkan
pengaruh apa-apa. Tetapi bila jumlah yang diserap telah mencapai batas ambang,
maka individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan timbal (Palar,
2008).
Karena analisis Pb di dalam tulang cukup sulit, maka kandungan Pb di dalam
tubuh ditetapkan dengan menganalisis konsentrasi Pb di dalam darah atau urin.
Konsentrasi Pb di dalam darah merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan
dengan konsentrasi Pb di dalam urin. Jumlah Pb minimal di dalam darah yang
dapat mengakibatkan timbulnya gejala keracunan biasanya berkisar antara 60-
10µg/100 ml darah untuk orang dewasa.
Tabel 2.1. Kategori Pencemaran Pb di dalam Darah Orang Dewasa
Kategori
Konsentrasi Pb di
dalam darah
(µg/100ml)
Keterangan
A (Normal) < 40
Populasi normal tanpa
pencemaran Pb pada
konsentrasi abnormal
B (Dapat diterima) 40 -80
Absorpsi meningkat karena
polusi Pb pada tingkat
abnormal, tetapi masih belum
berbahaya
C (Berlebihan) 80 -120
Absorpsi meningkat karena
polusi Pb yang berlebihan,
sering disertai gejala ringan,
kadang-kadang gejala berat
D (Berbahaya) >120
Absorbsi pada tingkat
berbahaya dengan gejala
ringan dan berat, serta efek
sampingan yang lama
(Sumber : Fardiaz, 1992)
Universitas Sumatera Utara
24
2.4. Logam Timbal (Pb) pada Lipstik
Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya merupakan zat
pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan kosmetik. Pada umumnya,
logam berat dapat dijumpai di alam seperti terkandung di dalam tanah, air, dan
batuan. Bahan-bahan alam tersebut digunakan sebagai bahan dasar atau pigmen
dalam industri kosmetik (BPOM RI, 2014).
Menurut Junger dan Greeven (2009), logam berat seperti timbal (Pb) dalam
kosmetik adalah sebagai penstabil dan pelembut tekstur. Menurut Utomo dalam
Sihite (2015), beberapa lipstik ditemukan mengandung timbal. Timbal digunakan
untuk membuat lipstik di bibir tahan dari pengoksidasian udara (oxidation) dan
tahan air (waterproof).
Menurut Sutresna (2007), logam timbal merupakan logam yang kurang
reaktif. Deret Volta yang diurutkan dari kiri ke kanan menunjukkan unsur Pb
berada pada urutan ke-13 dari 19 unsur. Semakin ke kanan, logam semakin
kurang reaktif atau semakin sulit mengalami oksidasi. Menurut Palar
(2008),timbal juga memiliki sifat sulit larut dalam air dingin dan air panas.
Pada kosmetik, timbal sering ditemukan pada lipstik, eye shadow, dan eye
liner. Kandungan timbal dalam kosmetik dapat diakibatkan oleh kontaminasi dari
bahan baku yang digunakan atau penggunaan pigmen yang mengandung timbal
(BPOM RI, 2014). Menurut Rowe, et al., dalam Yatimah (2014), beberapa faktor
yang diduga sebagai penyebab pencemaran timbal pada lipstik adalah bahan dasar
yang digunakan secara alami mengandung timbal seperti pada beewax yang
mengandung Pb ≤ 10 ppm. Pewarna yang digunakan mengandung timbal seperti
iron oxide yang mengandung timbal ≤ 10 ppm. Menurut Nourmoradi et al.,
Universitas Sumatera Utara
25
(2009), lipstik dapat terkontaminasi dengan timbal dapat disebabkan karena
bahan dasar yang digunakan secara alami mengandung logam berat atau tercemar
selama produksi. Menurut Hepp et al., dalam Yatimah (2014), mengatakan
bahwa kontaminasi timbal pada lipstik mungkin berasal dari solder timbal
atau pada peralatan yang digunakan untuk produksi lipstik yang menggunakan
cat yang mengandung timbal. Menurut Wasitaadmadja (1997), kosmetika mudah
teroksidasi oleh udara sehingga terjadi pemecahan bahan yang terkandung di
dalamnya yang akan mengubah warna dan bentuk kosmetika.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan logam
berat timbal pada lipstik. Pemilihan warna lipstik berdasarkan pada penelitian
yang telah dilakukan oleh Ziarati, et al., (2012), bahwa kadar timbal tertinggi
terdapat pada lipstik warna merah muda (± 40 µg/g). Menurut Yatimah (2014),
salah satunya adalah uji kadar logam berat timbal pada 16 sampel lipstik yang
teregistrasi dan tidak teregistrasi di daerah Ciputat. Hasil analisa kadar cemaran
logam berat timbal pada lipstik dengan warna merah muda terang (shocking pink)
yaitu sampel lipstik kode R3 (lipstik teregistrasi BPOM RI) dengan kadar 4,19138
± 0,00089 µg/g dan yang 1 sampel lipstik yang melebihi batas yang ditetapkan
oleh BPOM RI (< 20 µg/g) dengan kadar logam timbal tertinggi terdapat pada
sampel kode TR3 (lipstik tidak teregistrasi BPOM RI) yaitu dengan kadar
55,32685 ± 7,11639 µg/g.
Hasil penelitian Sihite (2015), bahwa ditemukan kandungan timbal pada
lipstik import dan dalam negeri yang dijual di pasar Petisah Kota Medan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada 8 sampel lipstik yang dilakukan di
laboratorium bahwa ditemukan seluruh sampel lipstik yang beredar di pasar
Universitas Sumatera Utara
26
Petisah Kota Medan mengandung timbal pada kisaran 0,121-2,010 mg/kg yang
berarti lipstik tersebut masih berada dibawah batas maksimum yang
diperbolehkan oleh BPOM RI yaitu ≤ 20 mg/kg atau 20 mg/L.
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan
Logam Berat dalam Kosmetika, diubah sebagai berikut :
Tabel 2.2.Persyaratan cemaran mikroba dan logam berat dalam kosmetika
Jenis Cemaran Persyaratan
Merkuri (Hg) Tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/l (1 ppm)
Timbal (Pb) Tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/l (20 ppm)
Arsen (As) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 ppm)
Kadmium (Cd) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 ppm)
(Sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011)
2.5. Kosmetika
2.5.1.Defenisi Kosmetika
Istilah kosmetik, yang dalam bahasa Inggris “cosmetics”, berasal dari kata
“kosmein” (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha
untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat
di lingkungan sekitar. Sekarang kosmetik dibuat tidak hanya dari bahan alami
tetapi juga bahan buatan dengan maksud untuk meningkatkan kecantikan
(Wasitaatmadja, 1997).
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut : “Kosmetik adalah sediaan
Universitas Sumatera Utara
27
atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut,
untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi
supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit”.
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh padakondisi baik (BPOM, 2013).
2.5.2.Penggolongan Kosmetika
Dewasa ini terdapat ribuan kosmetika di pasar bebas. Kosmetika tersebut
adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan di luar negeri yang jumlahnya telah
mencapai angka ribuan. Jumlah yang sedemikian banyak memerlukan usaha
penyederhanaan kosmetika, baik untuk tujuan pengaturan maupun pemakaian.
Usaha tersebut berupa penggolongan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), Penggolongan kosmetik terbagi atas
beberapa golongan, yaitu :
a) Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/SK/1977
tanggal 22 Januari 1977, menurut kegunaannya kosmetika dikelompokkan
dalam 13 golongan yaitu :
1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain-lain.
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
28
4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.
5. Preparat rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.
7. Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan
lain-lain.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.
10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dan lain-lain.
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan
lain-lain.
12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunsreen foundation, dan
lain-lain.
b) Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan sebagai berikut:
a. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.
b. Kosmetik tradisional :
1. Betul-betul tradisional, misalnya mangir lulur, yang dibuat dari bahan
alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun temurun.
2. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar
tahan lama.
3. Hanya nama tradisional saja, tanpa komponen yang benar-benar
tradisional, dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.
c) Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit :
Universitas Sumatera Utara
29
1) Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics) Jenis ini perlu untuk
merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya :
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) : sabun, cleansing cream,
cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizer
cream, night cream, anti wrinkle cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream / lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misalnya
scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengamplas.
2) Kosmetik riasan (dekoratif atau make up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam kosmetik riasan, peran zat
warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi 2 (dua)
golongan, yaitu :
a) Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye-shadow, dan
lain-lain.
b) Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu
lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting
rambut, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
30
Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan
bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak,
misalnya sinar ultraviolet.
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk
kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa
percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan
sinar ultraviolet, polusi dan factor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan
secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup
(Djajadisastra, 2005).
2.5.3.Efek Samping Kosmetik
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), ada berbagai reaksi negatif yang
disebabkan oleh kosmetik yang tidak aman pada kulit maupun system tubuh,
antara lain:
a. Iritasi : reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik karena salah
satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan. Sejumlah deodorant,
kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik impor Pearl Cream yang
mengandung merkuri) dapat langsung menimbulkan reaksi iritasi.
b. Alergi : reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali, kadang-
kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu mengandung bahan yang
bersifat alergenik bagi seseorang meskipun tidak bagi yang lain.
c. Fotosensitisasi : reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik
terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari bahan, zat pewarna, zat
pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu bersifat photosensitizer.
Universitas Sumatera Utara
31
d. Jerawat (acne) : beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat berminyak dan
lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di iklim dingin,
dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang berminyak.
Terutama di negara-negara tropis seperti di Indonesia karena kosmetik
demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri.
e. Intoksikasi : keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik melalui
penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau penyerapan lewat kulit.
Terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetik itu bersifat
toksik.
f. Penyumbatan fisik : penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket
yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar bedak terhadap
pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh yang lain.
Ada 2 efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu efek positif dan efek
negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek positifnya, sedangkan efek
negatifnya tidak diinginkan karena dapat menyebabkan kelainan-kelainan kulit.
2.6. Persyaratan Kosmetik
Tidak setiap orang mampu membuat produk kosmetika yang baik (memenuhi
standar mutu) dan aman. Dengan demikian, seseorang yang ingin membuat
kosmetika harus mempunyai izin produksi dari Departemen Perindustrian RI,
membuat kosmetika dengan baik dan aman (memenuhi Kode Etik Kosmetika
Indonesia, tidak menggunakan zat yang dilarang atau melebihi batas maksimum),
mendaftarkan produk kosmetiknya untuk diteliti, dan bila lulus akan diberi nomor
registrasi (Wasitaatmadja, 1997).
Universitas Sumatera Utara
32
Menurut Yatimah (2014), kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta
persyaratan lain yang ditetapkan.
b. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik.
c. Terdaftar dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOM RI).
Menurut Widana (2014), tanda registrasi sediaan kosmetika adalah kode
registrasi kosmetika terdiri dari 12 digit, yaitu 2 (dua) digit huruf dan 10 digit
berupa angka, contohnya : CD.010360261.
2.7. Lipstik
2.7.1. Defenisi dan Persyaratan Lipstik
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir
dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias
wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk
memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan
ekspresi wajah sehat dan menarik. Lipstik merupakan campuran dari lilin,
minyak, dan pigmen dalam berbagai konsentrasi untuk menghasilkan suatu
produk. Lipstik disimpan dalam wadah logam atau plastik dengan tutup pulir dan
dalam keadaan tertutup (Depkes RI, 1985).
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), lipstik adalah produk kosmetik paling
luas digunakan. Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat antara lain :
1. Melapisi bibir secara mencukupi
2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin
Universitas Sumatera Utara
33
3. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket
4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir
5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya
6. Memberikan warna yang merata pada bibir
7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya
8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau bintik,
atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.
Menurut Mitsui (1977), dari segi kualitas lipstik harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan pada bibir.
2. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan.
3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu.
4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan
perubahan wujud.
5. Tidak lengket.
6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna.
2.7.2.Jenis Lipstik
Menurut Chenny Han (2010), ada beragam jenis lipstik sebagai berikut :
1. Stick
Jenis ini tidak mengkilap, sedikit lembab, dan mudah digunakan.
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 2.2. Lipstik jenis stic
2. Pallet
Dalam satu wadah terdapat beberapa jenis warna. Jenis ini biasanya
berupa krim padat atau balm.
Gambar 2.3. Lipstik jenis pallet
3. Pen Lip Polish
Berbentuk cair, kemasannya seperti pena. Praktis karena ujungnya
dilengkapi dengan kuas dan dapat memberikan efek mengkilap pada bibir.
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 2.4. Lipstik jenis pen lip polish
4. Liquid
Bentuknya cair, mengkilap dan pekat. Biasanya kemasannya
dilengkapi dengan spons atau kuas dibagian ujung untuk memudahkan
pengolesan.
Gambar 2.5. Lipstik jenis liquid
5. Pasta
Bentuknya semacam gel cair, dikemas dalam bentuk tube seperti pasta gigi
dan dapat membuat bibir mengkilap.
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 2.6. Lipstik jenis pasta
2.7.3.Komposisi Lipstik
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik
yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir,
bervariasi antara 36 - 38o
C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan
terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik
dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang
62o
C, biasanya berkisar antara 55 - 75o
C (Ditjen POM, 1985).
Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari sebagai berikut :
1. Lilin, berperan pada kekerasan lipstik. Misalnya: carnauba wax,
parafin waxes, ozokerite, beewax, candelila wax, ceresine. Lilin digunakan
untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap
padat walau dalam keadaan hangat (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Minyak, fase minyak dalam lipstik memiliki kemampuan melarutkan zat-
zat warna eosin. Misalnya : castor oil, tetrahydrofurfuryl alkohol, fatty
acid alkylolamides, dihydroc alkohol beserta monoeter dan mono fatty acid
Universitas Sumatera Utara
37
esternya, isopropyl myristate, isopropyl, butyl stearate, paraffin oil
(Tranggono dan Latifah, 2007).
3. Lemak, berperan untuk melembabkan dan memberikan kesan
mengkilap. Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah
dihidrogenasi (misalnya hydrogenatd castrol oil), cetyl alcohol, oleyil
alkohol, lanolin (Tranggono dan Latifah, 2007).
4. Asetogliserid, berfungsi untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik
sehingga meskipun termperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan
(Tranggono dan Latifah, 2007).
5. Zat-zat pewarna, zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik
adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna
untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam
minyak. Pelarut terbaik untuk eosin adalah castrol oil (Tranggono dan Latifah,
2007). Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk menghaluskan dan
melembutkan kulit serta bersifat melembabkan.
6. Antioksidan, yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja, 1997) :
a) Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika.
b) Tidak berwarna.
c) Tidak toksik.
d) Tidak berubah meskipun disimpan lama.
7. Pengawet, kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam
sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung
air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan
terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi
Universitas Sumatera Utara
38
pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan
pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu
metil paraben dan propil paraben (Poucher dalam Yatimah, 2014).
8. Parfum, bahan pewangi (fragnance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar
(flavoring), harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari
lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang
menyenangkan (Tranggono dan Latifah, 2007).
9. Surfaktan, berfungsi memudahkan pembasahan dan dispersi partikel partikel
pigmen warna yang padat (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.7.4. Tahapan Pembuatan Lipstik
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), pada umumnya pembuatan lipstik
meliputi 3 tahap, yaitu :
a. Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran minyak-minyak, campuran
zat-zat warna, dan campuran wax.
b. Pencampuran semua itu membentuk massa lipstik.
c. Pencetakan massa lipstik menjadi batangan-batangan lipstik.
Menurut Lauffer dalam Lestiana (2014), pembuatan lipstik meliputi proses
sebagai berikut :
1. Color-grinding. Grinding dengan roller mill atau coloid mill membantu proses
pembasahan serbuk pigmen oleh minyak atau lanolin supaya pigmen dapat
terdispersi merata dan tidak menggumpal dalam basis.
2. Mixing. Proses pencampuran dilakukan pada saat masa lipstik berbentuk cair
setelah pelelehan untuk mempermudah homogenisasinya. Pencampuran
dilakukan pada tempat yang inert, seperti aluminium atau stainless steel.
Universitas Sumatera Utara
39
Wadah dapat berupa steamjacketed untuk menjaga masa lipstik tidak mengeras
saat pencampuran.
Dalam proses mixing, pengadukan terlalu cepat harus dihindari untuk
mencegah masuknya udara ke dalam campuran. Setelah masa tercampur,
parfum ditambahkan dan terakhir disaring dengan saringan kawat.
3. Molding atau pencetakan dilakukan selagi campuran masih panas, karena
campuran yang panas memiliki tekstur yang lebih cair sehingga mudah dituang
dalam cetakan dan dapat memenuhi ruang cetakann dengan baik. Jika hasil
mixing sudah tidak terlalu panas, dapat dilakukan pemanasan kembali.
Sebelum dicetak, pastikan udara yang ada di dalam campuran sudah naik ke
permukaan dengan mengaduk masa secara perlahan. Gelembung udara sangat
dihindari dalam proses pencetakan karena dapat menyebabkan permukaan
lipstik berongga. Setelah masa dituang dalam cetakan, dilakukan pendinginan
sampai masa kira- kira dapat diambil dari cetakan.
4. Flamming. Lipstik dilewatkan secara cepat pada nyala gas kecil guna
melelehkan permukaan sehingga bisa menghilangkan goresan atau lubang dan
menjadikan permukaan yang halus dan berkilau.
2.8. Cara Pengendalian Paparan Timbal (Pb) pada Lipstik
Menurut Sihite (2015), cara pengendalian dapat dilakukan sebelum dan
sesudah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh. Berikut ini adalah
beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan sebelum terjadi paparan
timbal pada lipstik di dalam tubuh:
1. Cermat memilih dan membeli lipstik sesuai kebutuhan sehingga tidak
terpengaruh promosi yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
40
2. Cermat dalam menggunakan lipstik.
a. Jika konsumen sedang hamil, konsultasikan pemilihan lipstik yang aman ke
dokter kandungan atau dokter kulit.
b. Tidak sembarangan memakai lipstik milik orang lain.
3. Cermat membaca informasi yang tercantum dalam lipstik.
a. Konsumen memperhatikan informasi yang tersedia pada label seperti cara
penggunaan, kegunaan, komposisi, tanggal kadaluarsa atau peringatan lain
(bila ada).
b. Untuk lipstik yang teregistrasi diwajibkan mencantumkan nomor izin edar.
Sedangkan produk yang ternotifikasi pencantuman nomor notifikasi tidak
diwajibkan, namun nama dan alamat produsen harus tercantum dengan jelas
pada label.
c. Daftar lipstik yang ternotifikasi atauteregistrasi oleh Badan POM dapat
dicek melalui website Badan POM (BPOM RI, 2014).
4. Menurut Utomo dalam Sihite (2015), cek sendiri keberadaan timbal pada
lipstik yaitu dengan cara menggoreskan lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu,
cincin emas 18 karat disapukan di atas lapisan lipstik. Jika warna lipstik
berubah menjadi kusam atau kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik
mengandung timbal berlebihan.
5. Menurut Sembel (2015), pencegahan di tingkat wilayah seperti kecamatan atau
kota/kabupaten dapat dilakukan dengan melarang penggunaan timbal yang
tidak penting dan memperkuat peraturan untuk memperkecil penggunaan
timbal dalam tanah, air dan produk-produk lain.
Universitas Sumatera Utara
41
Menurut Sihite (2015), beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan
setelah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh :
1. Menghentikan penambahan paparan timbal yang memasuki tubuh penderita
(Ardyanto, 2005).
2. Konsumsi suplemen kalsium
Menurut Hasan dalam Sihite (2015), pemberian kalsium dengan dosis 3 kali
500 mg sehari selama 12 minggu dapat menurunkan kadar timbal dalam darah
dari 10,35±3,36 µ g/dL secara bermakna menjadi 3,2±1,58 µ g/dL. Absorbsi
timbal dari saluran pencernaan dapat diganggu oleh kehadiran ion kalsium
karena ion kalsium dan timbal saling berkompetisi. Kalsium mengganggu
ikatan timbal dengan hemoglobin darah dengan adanya kompetisi antara ion Ca
dan Pb sewaktu berikatan dengan hemoglobin darah. Ikatan timbal dalam
tulang sama prosesnya seperti ikatan kalsium dalam tulang.
3. Konsumsi buah Apel.
Pektin (serat larut) dalam apel dapat mengikat logam berat, seperti timbal
dan merkuri, dan mengeluarkannya dari tubuh. Mekanismenya melalui
pencegahan konstipasi (sulit buang air besar) sehingga substansi toksik dapat
segera dikeluarkan melalui feses.
4. Melakukan pengobatan dengan ethylendiaminetetraacetic (EDTA) intravenous.
Ethylendiaminetetraacetic akan mengikat kation Pb dalam tulang dan
jaringan lunak yang kemudian akan dikeluarkan melalui urin (Ardyanto, 2005).
2.9. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Menurut Boybul dan Haryati dalam Yatimah (2014), spektofotometri serapan
atom (SSA) adalah suatu metode analisis untuk menentukan konsentrasi suatu
Universitas Sumatera Utara
42
unsur dalam suatu cuplikam yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi oleh
atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). Proses
penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik
untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom penyerap
tereksitasi, dimana elektron dari kulit atom meloncat ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom
yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi radiasi tersebut.
Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur
logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara
analisis memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak
tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Dalam garis
besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan spektrofotometri
sinar tampak dan ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.10. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan
masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman
orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, radio,
televisi, poster, majalah dan surat kabar (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun).
Universitas Sumatera Utara
43
2. Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal di
dalam suatu lembaga.
3. Sumber informasi merupakan segala sesuatu yang menjadi perantara
penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan.
Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan mempunyai enam tingkatan,
yaitu :
1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari tau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” merupakan tingkat
pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur
dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya..
2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi
harus dapat menejlaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang
telah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai penggunakkan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks
atau situasi lain.
Universitas Sumatera Utara
44
4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formalisasi dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penialain
terhadap suatu materi atau objek. Penialain ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria yang telah ada.
Untuk mengukur tingkat pengetahuan ini dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau
diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas. Tingkat
pengetahuan konsumen merupakan hal yang penting untuk diketahui.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu (Notoadmodjo, 2007). Menurut Sihite
(2015), tingkat pengetahuan konsumen akan membentuk tindakan konsumen
dalam memilih produk lipstik yang akan dipakai.
2.11. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
Universitas Sumatera Utara
45
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, melainkan merupakan pre-disposisi
tindakan suatu perilaku (Notoadmodjo, 2010).
Fungsi sikap dibagi menjadi 4 (empat) golongan (Notoatmodjo, 2007), yaitu :
1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri
Sikap adalah sesuatu yang bersifat comunicable, artinya suatu yang mudah
menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa
menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan
anggota kelompoknya.
2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah
lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi
perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar
untuk menilai perangsang-perangsang itu.
3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak
pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua berasal dari dunia luar tidak
semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang
perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi
penilaian lalu dipilih.
4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini disebabkan karena sikap
tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu dengan
melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui
pribadi orang tersebut. Jadi, sikap merupakan pernyataan pribadi.
Universitas Sumatera Utara
46
Sikap mempunyai 3 komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport
dalam Notoatmodjo (2007), yaitu :
a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan
dan emosi memegang peranan penting. Sikap konsumen dapat mencerminkan
pengetahuan kosumen dan bertindak, maupun berpikir, maka dari itu sikap
konsumen penting untuk diketahui. Terutama dalam memilih kosmetik atau lipstik
yang mereka pakai.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga memiliki berbagai tingkatan
yaitu (Notoadmodjo, 2010) :
1. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan objek.
2. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dan sikap.
3. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
(kecenderungan untuk bertindak).
4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap
yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
47
2.12. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.7. Kerangka Konsep Penelitian
Kandungan
logam timbal
(Pb) pada lipstik
lokal yang :
 Teregistrasi
 Tidak
teregistrasi
Ada
Tidak ada
Tingkat
pengetahuan
konsumen
terhadap lipstik
Sikap
konsumen
terhadap lipstik
Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2014
Memenuhi
syarat :
≤ 20 ppm
Tidak
memenuhi
syarat :
≥ 20 ppm
Pemeriksaan
kandungan timbal
Universitas Sumatera Utara

More Related Content

What's hot

Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Okta Yosiana Dewi
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometriFransiska Puteri
 
Powerpoint Aldehid dan keton
Powerpoint Aldehid dan ketonPowerpoint Aldehid dan keton
Powerpoint Aldehid dan ketonHusin Hamzah
 
Hidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu PolisakaridaHidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu PolisakaridaErnalia Rosita
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...UNESA
 
Unsur Radoaktif Astatin
Unsur Radoaktif AstatinUnsur Radoaktif Astatin
Unsur Radoaktif AstatinRo Ana
 
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderFistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderAprizal Tsumaruto
 
ALDEHID (Senyawa Karbon)
ALDEHID (Senyawa Karbon)ALDEHID (Senyawa Karbon)
ALDEHID (Senyawa Karbon)Firda Khaerini
 
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimPengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimSantika Dewi
 
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidratMetabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidratshafhandustur
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 KarbohidratITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 KarbohidratFransiska Puteri
 

What's hot (20)

Biosintesis Karbohidrat
Biosintesis KarbohidratBiosintesis Karbohidrat
Biosintesis Karbohidrat
 
Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Powerpoint Aldehid dan keton
Powerpoint Aldehid dan ketonPowerpoint Aldehid dan keton
Powerpoint Aldehid dan keton
 
LIPID
LIPIDLIPID
LIPID
 
Hidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu PolisakaridaHidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu Polisakarida
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
 
Uji Ninhydrin
Uji NinhydrinUji Ninhydrin
Uji Ninhydrin
 
Senyawa Brom
Senyawa BromSenyawa Brom
Senyawa Brom
 
Karbohidrat i
Karbohidrat iKarbohidrat i
Karbohidrat i
 
Unsur Radoaktif Astatin
Unsur Radoaktif AstatinUnsur Radoaktif Astatin
Unsur Radoaktif Astatin
 
5 protein
5 protein5 protein
5 protein
 
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderFistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
 
ALDEHID (Senyawa Karbon)
ALDEHID (Senyawa Karbon)ALDEHID (Senyawa Karbon)
ALDEHID (Senyawa Karbon)
 
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimPengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
 
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidratMetabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat
 
Etil asetat
Etil asetatEtil asetat
Etil asetat
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 KarbohidratITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
 

Similar to Logam berat.pdf

Laporan bioremediasi
Laporan bioremediasiLaporan bioremediasi
Laporan bioremediasidaeyah
 
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan LingkunganKegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan LingkunganDwi Nirwana_Chemistry
 
Logam berat b3 &amp; dampak kesehatan
Logam berat b3 &amp; dampak kesehatanLogam berat b3 &amp; dampak kesehatan
Logam berat b3 &amp; dampak kesehatansamson supeno
 
111654249 makalah-logam-berat
111654249 makalah-logam-berat111654249 makalah-logam-berat
111654249 makalah-logam-beratEfendy Berkahnya
 
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2sigoeladjawa
 
Keracunan bahan logam metaloid
Keracunan bahan logam metaloidKeracunan bahan logam metaloid
Keracunan bahan logam metaloidAhmad Baihaki
 
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondokNaufal Sang Pencerah
 
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)DevitaAirin
 
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengkAnalisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengkAna Tamia
 
klasifikasi unsur di dalam pelajaran Kimia.pdf
klasifikasi unsur di dalam pelajaran Kimia.pdfklasifikasi unsur di dalam pelajaran Kimia.pdf
klasifikasi unsur di dalam pelajaran Kimia.pdfrizkisarizani
 
Toksikologi timball
Toksikologi timballToksikologi timball
Toksikologi timballJ. Tune Camp
 
KEL 1 PERIODE KETIGA-1-1-1-1-1-1.pptx
KEL 1  PERIODE KETIGA-1-1-1-1-1-1.pptxKEL 1  PERIODE KETIGA-1-1-1-1-1-1.pptx
KEL 1 PERIODE KETIGA-1-1-1-1-1-1.pptxPenyOktamilia
 
Pembuatan dan manfaat unsur senyawa non logam
Pembuatan dan manfaat unsur senyawa non logamPembuatan dan manfaat unsur senyawa non logam
Pembuatan dan manfaat unsur senyawa non logamSadi Yu
 
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XIISEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XIIAmalia Dewi
 
Live ur life makalah polusi air
Live ur life  makalah polusi airLive ur life  makalah polusi air
Live ur life makalah polusi airzidni9
 
tugas kimia periode 3 2013
tugas kimia periode 3 2013tugas kimia periode 3 2013
tugas kimia periode 3 2013reyrhjg
 

Similar to Logam berat.pdf (20)

Laporan bioremediasi
Laporan bioremediasiLaporan bioremediasi
Laporan bioremediasi
 
Timbal
TimbalTimbal
Timbal
 
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan LingkunganKegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
 
Logam berat b3 &amp; dampak kesehatan
Logam berat b3 &amp; dampak kesehatanLogam berat b3 &amp; dampak kesehatan
Logam berat b3 &amp; dampak kesehatan
 
111654249 makalah-logam-berat
111654249 makalah-logam-berat111654249 makalah-logam-berat
111654249 makalah-logam-berat
 
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
 
Keracunan bahan logam metaloid
Keracunan bahan logam metaloidKeracunan bahan logam metaloid
Keracunan bahan logam metaloid
 
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
 
Studi kasus tailing
Studi kasus tailingStudi kasus tailing
Studi kasus tailing
 
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengkAnalisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
 
Pengolahan Logam Berat
Pengolahan Logam BeratPengolahan Logam Berat
Pengolahan Logam Berat
 
KIR Kimia
KIR KimiaKIR Kimia
KIR Kimia
 
klasifikasi unsur di dalam pelajaran Kimia.pdf
klasifikasi unsur di dalam pelajaran Kimia.pdfklasifikasi unsur di dalam pelajaran Kimia.pdf
klasifikasi unsur di dalam pelajaran Kimia.pdf
 
Toksikologi timball
Toksikologi timballToksikologi timball
Toksikologi timball
 
KEL 1 PERIODE KETIGA-1-1-1-1-1-1.pptx
KEL 1  PERIODE KETIGA-1-1-1-1-1-1.pptxKEL 1  PERIODE KETIGA-1-1-1-1-1-1.pptx
KEL 1 PERIODE KETIGA-1-1-1-1-1-1.pptx
 
Pembuatan dan manfaat unsur senyawa non logam
Pembuatan dan manfaat unsur senyawa non logamPembuatan dan manfaat unsur senyawa non logam
Pembuatan dan manfaat unsur senyawa non logam
 
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XIISEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
 
Live ur life makalah polusi air
Live ur life  makalah polusi airLive ur life  makalah polusi air
Live ur life makalah polusi air
 
tugas kimia periode 3 2013
tugas kimia periode 3 2013tugas kimia periode 3 2013
tugas kimia periode 3 2013
 

Logam berat.pdf

  • 1. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logam Berat 2.1.1. Pengertian Logam Berat Logam berat sejatinya unsur penting yang dibutuhkan setiap makhluk hidup.Logam berat yang termasuk elemen mikro merupakan kelompok logam berat yang non-esensial yang tidak mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan (toksik) pada manusia yaitu timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan cadmium (Cd) (Agustina, 2010). 2.2. Pencemaran Logam Menurut Widowati, et al., (2008), penggunaan logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi kesehatan manusia melalui 2 jalur, yaitu : 1. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan udara, air, tanah, dan makanan. 2. Perubahan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri bisa mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman, maupun lingkungan. Terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu : 1. Logam berat esensial, yaitu : logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut Universitas Sumatera Utara
  • 2. 9 bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. 2. Logam berat tidak esensial, yaitu : logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Cr, dan lain-lain. Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan. Tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Widowati, et al., 2008). 2.3. Logam Timbal (Pb) 2.3.1. Defenisi Logam Timbal (Pb) Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV– A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Universitas Sumatera Utara
  • 3. 10 Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 2008). Menurut Widowati, et al., (2008), timbal pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Timbal adalah logam yang mendapat perhatian karena bersifat toksik melalui makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar timbal. Menurut Sunu dalam Sihite (2015), timbal merupakan logam yang sangat beracun yang pada dasarnya tidak dapat dimusnahkan serta tidak terurai menjadi zat lain. 2.3.2.Sifat Logam Timbal (Pb) Menurut Fardiaz (1992), timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifat-sifatnya sebagai berikut : 1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal. 2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk. 3. Sifat-sifat kimia timbal menyebabkan logam ini berfungsi sebagai lapisan pelindung jika kontak dengan udara lembab. 4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya. Alloy yang terbentuk mempunyai sifat berbeda dengan timbal yang murni. 5. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan merkuri. Universitas Sumatera Utara
  • 4. 11 2.3.3.Penggunaan Logam Timbal (Pb) Persenyawaan Pb dengan Cr (chromium), Mo (molibdenum) dan Cl (Chlor), digunakan secara luas sebagai pigmen “chrom”. Senyawa PbCrO4 digunakan dalam industri cat untuk mendapatkan warna “kuning-chrom”, Pb(OH)2.2PbCO3 untuk mendapatkan warna “timah putih”, sedangkan senyawa yang dibentuk dari PbO4 digunakan untuk mendapatkan warna “timah merah”. Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri baterai, timbal digunakan sebagai grid yang merupakan alloy (suatu persenyawaan) dengan logam berat (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7 (Palar, 2008). Timbal oksida (PbO4) dan logam timbal dalam industri baterai digunakan sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Alloy Pb yang mengandung 1% stibium (Sb) banyak digunakan sebagai kabel telepon. Alloy Pb dengan 0,15% As, 0,1% Sn, dan 0,1% Bi banyak digunakan untuk kabel listrik. Dalam perkembangan industri kimia, dikenal pula zat aditif yang dapat ditambahkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor. Persenyawaan yang dibentuk dari logam Pb sebagai zat aditif ini ada dua jenis, yaitu (CH3)4-Pb (tetrametil-Pb) dan (C2H5)4-Pb (tetraetil-Pb) (Palar, 2008). Menurut Sunu dalam Sihite (2015), timbal juga digunakan untuk produk- produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, bahan kimia, pewarna, pipa dan solder. Timbal dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut-glaze silika dengan okside lainnya-yaitu merupakan lapisan tipis gelas yang menyerap ke dalam permukaan tanah liat yang digunakan untuk Universitas Sumatera Utara
  • 5. 12 membuat keramik. Komponen timbal (PbO) ditambahkan ke dalam glaze untuk membentuk sifat yang mengkilap yang tidak dibentuk okside lainnya. Penggunaan timbal dalam kehidupan sehari-hari antara lain (Fardiaz, 1992 ) : 1. Dalam bentuk Timbal oksida pada produksi baterai penyimpanan untuk mobil 2. Dalam produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder, bahan kimia, dan pewarna (cat). 3. Timbal (Pb) digunakan dala.m bentuk alloy, seperti pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan bahan kimia yang korosif karena Timbal merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi. 4. Digunakan sebagai campuran dalam pelapis keramik yang disebut glaze, dalam bentuk PbO untuk membentuk sifat mengkilap pada keramik 5. Digunakan sebagai bahan aditif pada bahan bakar bensin dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL), Pb (C2H5)4 untuk mengurangi letupan pada proses pembakaran oleh mesin kendaraan. 2.3.4.Keracunan Logam Timbal (Pb) Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb dapat melalui beberapa cara yaitu melaui pernafasan, oral (melalui makanan dan minuman) dan penetrasi pada lapisan kulit (Palar, 2008). Menurut Henretig dalam Sembel (2015), timbal merupakan salah satu logam yang pertama-tama dilebur dan digunakan untuk keperluan industri. Penyerapan lewat pernafasan akan masuk ke dalam pembuluh darah paru- paru. Logam timbal yang masuk ke paru-paru melalui pernafasan akan terserap dan berikatan dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh Universitas Sumatera Utara
  • 6. 13 jaringan dan organ tubuh (Palar, 2008). Penyerapan lewat oral akan masuk ke saluran pencernaan dan masuk ke dalam darah (Fardiaz dalam Naria, 2005). Penyerapan lewat kulit dapat terjadi karena timbal dapat larut dalam minyak dan lemak (Palar, 2008). Menurut Akhadi dalam Sihite (2015), unsur Pb yang terserap masuk ke dalam tubuh perlu waktu yang cukup lama untuk hilang keluar dari tubuh. Pada jaringan atau organ tubuh, logam timbal akan terakumulasi pada tulang karena logam ini dalam membentuk ion (Pb2+ ) mampu menggantikan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat dalam jaringan tulang (Palar, 2008). Sebagian timbal kemudian akan diekskresikan melalui urin atau feses (Widowati et. al. 2008). Timbulnya gejala keracunan yang diakibatkan oleh kandungan timbal di dalam darah untuk orang dewasa pada umumnya sekitar 60-100 mikrogram per 100 ml darah. Semakin tinggi kandungan Pb dalam darah, maka semakin berbahaya bagi kesehatan tubuh. Daya racun timbal yang berada di dalam tubuh antara lain disebabkan oleh penghambatan kerja enzim oleh ion-ion Pb (Sunu dalam Sihite, 2015). Menurut BPOM RI (2014), timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, tertelan atau kontak dengan mata kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan terakumulasi dalam jaringan, terutama tulang. Selain itu, timbal juga dapat terakumulasi di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru. Di dalam tubuh, timbal merupakan neurotoksin yang terbukti dapat menyebabkan tingkat IQ rendah dan menimbulkan masalah perilaku seperti meningkatnya agresivitas. Bayi, balita, anak-anak, janin, dan ibu hamil merupakan kelompok yang paling rentan Universitas Sumatera Utara
  • 7. 14 mengalami keracunan timbal akibat paparan kronis rendah. Timbal sangat mudah menembus plasenta dan dapat ditransfer melalui air susu ibu (ASI). 2.3.5.Mekanisme Toksisitas Timbal Orang dewasa mengabsorpsi Pb sebesar 5-15% dari keseluruhan Pb yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi Pb lebih besar, yaitu 41,5%. Pb dapat menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb). Proses masuknya timbal ke dalam tubuh dapat melalui makanan dan minuman, udara, dan penetrasi pada kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat terjadi disebabkan karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak (Palar, 2008). Berikut ini adalah skema akumulasi paparan timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia : Gambar 2.1. Akumulasi Timbal (Pb) dalam Tubuh Manusia (Sumber : Depkes RI, 2001 dalam Naria, 2005) Timbal (Pb) 1.Pernafasan 2.Oral 3.Kulit Darah Sekreta : 1. Urine 2. Faeces 3. Keringat Jaringan lunak : 1. Hati 2. Ginjal 3. Syaraf Jaringan mineral : 1. Tulang 2. Gigi Universitas Sumatera Utara
  • 8. 15 Menurut Naria (2005), kira-kira 40% dari timbal yang masuk melalui pernafasan, diabsorbsi sampai ke saluran pernafasan. Sekitar 5-10% dari senyawa timbal yang masuk diserap oleh saluran gastrointestinal. Menurut Ardyanto (2005), timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh Pb tergantung oleh ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10 µg dapat tertahan di paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas. Absorbsi Pb melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi tergantung pada ukuran partikel Pb volume pernafasan dan daya larut. Partikel yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding partikel yang lebih kecil (DeRoos dan OSHA dalam Ardyanto, 2005). Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10% dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan sekitar 30% dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan. Hanya sekitar 5% dari 30% yang terabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tertinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya. Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95% Pb dalam Timah hitam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian Pb plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan Universitas Sumatera Utara
  • 9. 16 dengan pool Pb tubuh lainnya. Yang dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi (Palar, 2008). Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi Pb melalui urine sebanyak 75 – 80%, melalui feces 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi Pb melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi Pb melalui ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus. Kadar Pb dalam urine merupakan cerminan pajanan baru sehingga pemeriksaan Pb urine dipakai untuk pajanan okupasional (Goldstein dan Kippen dalam Ardyanto, 2005). Menurut Nordberg dalam Ardyanto (2005), pada umumnya ekskresi Pb berjalan sangat lambat. Timah hitam waktu paruh didalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Pb mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non okupasional. Sedangkan menurut Fardiaz (1992), waktu paruh timbal secara biologi dalam tulang manusia diperkirakan 2-3 tahun. Menurut Naria (2005), timbal dalam darah akan dapat dideteksi dalam waktu paruh sekitar 20 hari, sedangkan ekskresi timbal dalam tubuh secara keseluruhan terjadi dalam waktu paruh sekitar 28 hari. Dari darah dan tempat deposit, timbal kemudian diekskresikan melalui urine, faeces, dan keringat. Toksisitas Pb bersifat kronis dan akut. Toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecetan), Universitas Sumatera Utara
  • 10. 17 pembuatan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecetan. Paparan Pb secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi serta absorbsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur (Widowati, et al., 2008). Besarnya tingkat keracunan timbal menurut WHO dalam Naria (1999) dipengaruhi oleh : 1. Umur. Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa. Anakanak juga lebih rentan sehingga dapat terjadi efek keracunan pada kandungan timbal yang rendah dalam darah. 2. Jenis kelamin. Wanita lebih rentan dibandingkan dengan pria. 3. Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal. 4. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal 5. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal. 2.3.6.Dampak Timbal (Pb) pada Kesehatan Timbal adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa berasal dari tindakan yang mengonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi dari udara, debu yang tercemar timbal, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan lewat parenteral (Widowati et al., 2008). Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan timbal di dalam tubuh mempengaruhi banyak jaringan di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang banyak menjadi sasaran peristiwa keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal adalah sistem syaraf, sistem ginjal, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin. Setiap bagian yang diserang akan memperlihatkan efek yang berbeda-beda (Palar, 2008). Universitas Sumatera Utara
  • 11. 18 Menurut Widowati, et al., (2008), timbal bersifat kumulatif. Mekanisme toksisitas timbal (Pb) berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah : 1. Sistem haemopoietik Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yangdibentuk oleh logam Fe (besi) dengan gugus haemo dan globin sintesa dari kompleks tersebut melibatkan 2 enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD adalah enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung. Senyawa Pb yang terdapat dalam tubuh akan mengikat gugus aktif enzim ALAD. Enzim ALAD berfungsi pada sintesa sel darah merah. Adanya timbal pada tubuh akan mengganggu kerja enzim tersebut sehingga sintesa sel darah merah terganggu (Palar, 2008). Penghambatan sintesa sel darah merah mengakibatkan terjadinya anemia (Widowati et. al.,2008). 2. Sistem saraf Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam timbal (Palar, 2008). Timbal mengakibatkan demielinasi (rusaknya sarung mielin saraf) otak dan otak kecil yang putih sebelah belakang dan kematian sel-sel syaraf (Robins dalam Naria, 2005). Pb menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium (Widowati et. al., 2008). 3. Sistem urinaria Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh dan akan masuk kedalam glomerulus. Disini terjadi pemisahan akhir Universitas Sumatera Utara
  • 12. 19 semua bahan yang dibawa darah, yaitu yang masih berguna bagi tubuh atau yang harus dibuang karena sudah tidak diperlukan lagi. Ikut sertanya timbal yang larut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan terbentuknya aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin (Palar, 2008). 4. Sistem gastrointestinal Efek timbal ini terjadi karena mengonsumsi bahan yang tercemar timbal (Widowati et. al., 2008). 5. Sistem kardiovaskular Timbal dapat menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah (Widowati et. al., 2008). 6. Sistem reproduksi Pada wanita hamil Pb dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan dikeluarkan bersama air susu ibu (Widowati et al., 2008). Jika bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama dengan air susu (Palar, 2008). Pada wanita dengan paparan timbal yang tinggi, timbal akan disimpan dalam tulang. Timbal yang terserap dan ditimbun dalam tulang dan juga masuk ke peredaran darah, melalui plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin (Palar, 2008). Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak-anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar yang rendah Universitas Sumatera Utara
  • 13. 20 yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ. Ibu hamil yang terkontaminasi timbal tersebut akan mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, serta kematian janin (Widowati et. al. 2008). 7. Sistem endokrin Timbal mengakibatkan gangguan fungsi tiroid (Widowati et. al. 2008). Fungsi tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan I 131 (yodium isotop 131). Pengukuran terhadap steroid dalam urin pada kondisi paparan timbal yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan penyerapan timbal pada sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan dengan paparan timbal yang berbeda terjadi pengurangan pengeluaran steroid dan terus mengalami peningkatan dalam posisi minus. Kecepatan pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan timbal (Palar, 2008). 8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi. 2.3.7. Dampak Timbal pada Lingkungan A. Udara Pencemaran timbal di udara dapat disebabkan oleh asap yang berasal dari cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal dan knalpot kendaraan. Senyawa-senyawa timbal dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara, sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas dan sebagian akan diserap kulit ataupun diserap oleh daun tumbuhan (Palar, 2008). Baku mutu udara ambien untuk timbal berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 2,0 g/Nm3 . Universitas Sumatera Utara
  • 14. 21 B. Air Timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di udara dengan bantuan air hujan. Pencemaran timbal di perairan juga dapat disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti dari air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan timbal. Limbah tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan dan akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya. Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Pb dengan jumlah yang melebihi konsentrasi semestinya, dapat menyebabkan kematian bagi biota perairan tersebut. Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/L dapat membunuh ikan-ikan (Palar,2008). Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20 tahun 1990 adalah 0,1 mg/l. C. Tanah Pencemaran timbal di tanah dapat disebabkan oleh buangan sampah sisa produk konsumen yang mengandung timbal. Keberadaan timbal di dalam tanah dapat juga berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang mana partikel timbal yang terlepas ke udara secara alami dengan adanya gaya gravitasi membuat timbal turun ke tanah. Rata-rata timbal yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5–25 mg/kg (Widowati et. al. 2008). D. Tanaman Timbal (Pb) sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman yaitu daun, batang, akar dan akar umbi-umbian (bawang merah). Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah. Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah rendah. Pada keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan Universitas Sumatera Utara
  • 15. 22 berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman. Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis (Widaningrum, 2007). Rekomendasi dari WHO, logam berat Pb dapat ditoleransi dalam seminggu dengan takaran 50,mg/kg berat badan untuk dewasa dan 25 mg/kg berat badan untuk bayi dan anak-anak. Mobilitas timbal di tanah dan tumbuhan cenderung lambat dengan kadar normalnya pada tumbuhan berkisar 0,5-3 ppm (Widaningrum, 2007). E. Makanan Semua bahan pangan alami mengandung timbal (Pb) dalam konsentrasi kecil, dan selama persiapan makanan mungkin kandungan Timbal (Pb) akan bertambah. Timbal pada makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat makan, dan wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy Pb atau keramik yang dilapisi glaze (Fardiaz, 1992). Sedangkan dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa timbal bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam timbal (Palar, 2008). 2.3.8. Tingkat Timbal (Pb) Normal dalam Tubuh Untuk mengetahui kandungan timbal di dalam tubuh dapat dilakukan dengan menganalisis konsentrasi timbal di dalam darah atau urin (Sunu dalam Sihite 2015). Pada manusia dewasa jumlah kandungan atau konsentrasi timbal dalam darah tidak sama. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan tersebut, maka konsentrasi timbal dapat digolongkan ke dalam empat kategori. Bila manusia Universitas Sumatera Utara
  • 16. 23 terpapar oleh timbal dalam batasan normal atau dalam batasan toleransi, maka daya racun yang dimiliki oleh timbal tidak akan bekerja dan tidak menimbulkan pengaruh apa-apa. Tetapi bila jumlah yang diserap telah mencapai batas ambang, maka individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan timbal (Palar, 2008). Karena analisis Pb di dalam tulang cukup sulit, maka kandungan Pb di dalam tubuh ditetapkan dengan menganalisis konsentrasi Pb di dalam darah atau urin. Konsentrasi Pb di dalam darah merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi Pb di dalam urin. Jumlah Pb minimal di dalam darah yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala keracunan biasanya berkisar antara 60- 10µg/100 ml darah untuk orang dewasa. Tabel 2.1. Kategori Pencemaran Pb di dalam Darah Orang Dewasa Kategori Konsentrasi Pb di dalam darah (µg/100ml) Keterangan A (Normal) < 40 Populasi normal tanpa pencemaran Pb pada konsentrasi abnormal B (Dapat diterima) 40 -80 Absorpsi meningkat karena polusi Pb pada tingkat abnormal, tetapi masih belum berbahaya C (Berlebihan) 80 -120 Absorpsi meningkat karena polusi Pb yang berlebihan, sering disertai gejala ringan, kadang-kadang gejala berat D (Berbahaya) >120 Absorbsi pada tingkat berbahaya dengan gejala ringan dan berat, serta efek sampingan yang lama (Sumber : Fardiaz, 1992) Universitas Sumatera Utara
  • 17. 24 2.4. Logam Timbal (Pb) pada Lipstik Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya merupakan zat pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan kosmetik. Pada umumnya, logam berat dapat dijumpai di alam seperti terkandung di dalam tanah, air, dan batuan. Bahan-bahan alam tersebut digunakan sebagai bahan dasar atau pigmen dalam industri kosmetik (BPOM RI, 2014). Menurut Junger dan Greeven (2009), logam berat seperti timbal (Pb) dalam kosmetik adalah sebagai penstabil dan pelembut tekstur. Menurut Utomo dalam Sihite (2015), beberapa lipstik ditemukan mengandung timbal. Timbal digunakan untuk membuat lipstik di bibir tahan dari pengoksidasian udara (oxidation) dan tahan air (waterproof). Menurut Sutresna (2007), logam timbal merupakan logam yang kurang reaktif. Deret Volta yang diurutkan dari kiri ke kanan menunjukkan unsur Pb berada pada urutan ke-13 dari 19 unsur. Semakin ke kanan, logam semakin kurang reaktif atau semakin sulit mengalami oksidasi. Menurut Palar (2008),timbal juga memiliki sifat sulit larut dalam air dingin dan air panas. Pada kosmetik, timbal sering ditemukan pada lipstik, eye shadow, dan eye liner. Kandungan timbal dalam kosmetik dapat diakibatkan oleh kontaminasi dari bahan baku yang digunakan atau penggunaan pigmen yang mengandung timbal (BPOM RI, 2014). Menurut Rowe, et al., dalam Yatimah (2014), beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab pencemaran timbal pada lipstik adalah bahan dasar yang digunakan secara alami mengandung timbal seperti pada beewax yang mengandung Pb ≤ 10 ppm. Pewarna yang digunakan mengandung timbal seperti iron oxide yang mengandung timbal ≤ 10 ppm. Menurut Nourmoradi et al., Universitas Sumatera Utara
  • 18. 25 (2009), lipstik dapat terkontaminasi dengan timbal dapat disebabkan karena bahan dasar yang digunakan secara alami mengandung logam berat atau tercemar selama produksi. Menurut Hepp et al., dalam Yatimah (2014), mengatakan bahwa kontaminasi timbal pada lipstik mungkin berasal dari solder timbal atau pada peralatan yang digunakan untuk produksi lipstik yang menggunakan cat yang mengandung timbal. Menurut Wasitaadmadja (1997), kosmetika mudah teroksidasi oleh udara sehingga terjadi pemecahan bahan yang terkandung di dalamnya yang akan mengubah warna dan bentuk kosmetika. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat timbal pada lipstik. Pemilihan warna lipstik berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ziarati, et al., (2012), bahwa kadar timbal tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda (± 40 µg/g). Menurut Yatimah (2014), salah satunya adalah uji kadar logam berat timbal pada 16 sampel lipstik yang teregistrasi dan tidak teregistrasi di daerah Ciputat. Hasil analisa kadar cemaran logam berat timbal pada lipstik dengan warna merah muda terang (shocking pink) yaitu sampel lipstik kode R3 (lipstik teregistrasi BPOM RI) dengan kadar 4,19138 ± 0,00089 µg/g dan yang 1 sampel lipstik yang melebihi batas yang ditetapkan oleh BPOM RI (< 20 µg/g) dengan kadar logam timbal tertinggi terdapat pada sampel kode TR3 (lipstik tidak teregistrasi BPOM RI) yaitu dengan kadar 55,32685 ± 7,11639 µg/g. Hasil penelitian Sihite (2015), bahwa ditemukan kandungan timbal pada lipstik import dan dalam negeri yang dijual di pasar Petisah Kota Medan. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada 8 sampel lipstik yang dilakukan di laboratorium bahwa ditemukan seluruh sampel lipstik yang beredar di pasar Universitas Sumatera Utara
  • 19. 26 Petisah Kota Medan mengandung timbal pada kisaran 0,121-2,010 mg/kg yang berarti lipstik tersebut masih berada dibawah batas maksimum yang diperbolehkan oleh BPOM RI yaitu ≤ 20 mg/kg atau 20 mg/L. Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika, diubah sebagai berikut : Tabel 2.2.Persyaratan cemaran mikroba dan logam berat dalam kosmetika Jenis Cemaran Persyaratan Merkuri (Hg) Tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/l (1 ppm) Timbal (Pb) Tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/l (20 ppm) Arsen (As) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 ppm) Kadmium (Cd) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 ppm) (Sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011) 2.5. Kosmetika 2.5.1.Defenisi Kosmetika Istilah kosmetik, yang dalam bahasa Inggris “cosmetics”, berasal dari kata “kosmein” (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di lingkungan sekitar. Sekarang kosmetik dibuat tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan dengan maksud untuk meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut : “Kosmetik adalah sediaan Universitas Sumatera Utara
  • 20. 27 atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit”. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh padakondisi baik (BPOM, 2013). 2.5.2.Penggolongan Kosmetika Dewasa ini terdapat ribuan kosmetika di pasar bebas. Kosmetika tersebut adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan di luar negeri yang jumlahnya telah mencapai angka ribuan. Jumlah yang sedemikian banyak memerlukan usaha penyederhanaan kosmetika, baik untuk tujuan pengaturan maupun pemakaian. Usaha tersebut berupa penggolongan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997). Menurut Tranggono dan Latifah (2007), Penggolongan kosmetik terbagi atas beberapa golongan, yaitu : a) Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/SK/1977 tanggal 22 Januari 1977, menurut kegunaannya kosmetika dikelompokkan dalam 13 golongan yaitu : 1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain. 2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain-lain. 3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara
  • 21. 28 4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain. 5. Preparat rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain. 6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain. 7. Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain. 8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan lain-lain. 9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain. 10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dan lain-lain. 11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan lain-lain. 12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain. 13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunsreen foundation, dan lain-lain. b) Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan sebagai berikut: a. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern. b. Kosmetik tradisional : 1. Betul-betul tradisional, misalnya mangir lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun temurun. 2. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama. 3. Hanya nama tradisional saja, tanpa komponen yang benar-benar tradisional, dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional. c) Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit : Universitas Sumatera Utara
  • 22. 29 1) Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics) Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya : a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) : sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener). b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizer cream, night cream, anti wrinkle cream. c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream / lotion. d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas. 2) Kosmetik riasan (dekoratif atau make up) Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu : a) Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye-shadow, dan lain-lain. b) Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara
  • 23. 30 Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya sinar ultraviolet. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultraviolet, polusi dan factor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Djajadisastra, 2005). 2.5.3.Efek Samping Kosmetik Menurut Tranggono dan Latifah (2007), ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang tidak aman pada kulit maupun system tubuh, antara lain: a. Iritasi : reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik karena salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan. Sejumlah deodorant, kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik impor Pearl Cream yang mengandung merkuri) dapat langsung menimbulkan reaksi iritasi. b. Alergi : reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali, kadang- kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun tidak bagi yang lain. c. Fotosensitisasi : reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari bahan, zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu bersifat photosensitizer. Universitas Sumatera Utara
  • 24. 31 d. Jerawat (acne) : beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang berminyak. Terutama di negara-negara tropis seperti di Indonesia karena kosmetik demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri. e. Intoksikasi : keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik melalui penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau penyerapan lewat kulit. Terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetik itu bersifat toksik. f. Penyumbatan fisik : penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh yang lain. Ada 2 efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat menyebabkan kelainan-kelainan kulit. 2.6. Persyaratan Kosmetik Tidak setiap orang mampu membuat produk kosmetika yang baik (memenuhi standar mutu) dan aman. Dengan demikian, seseorang yang ingin membuat kosmetika harus mempunyai izin produksi dari Departemen Perindustrian RI, membuat kosmetika dengan baik dan aman (memenuhi Kode Etik Kosmetika Indonesia, tidak menggunakan zat yang dilarang atau melebihi batas maksimum), mendaftarkan produk kosmetiknya untuk diteliti, dan bila lulus akan diberi nomor registrasi (Wasitaatmadja, 1997). Universitas Sumatera Utara
  • 25. 32 Menurut Yatimah (2014), kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan. b. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik. c. Terdaftar dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Menurut Widana (2014), tanda registrasi sediaan kosmetika adalah kode registrasi kosmetika terdiri dari 12 digit, yaitu 2 (dua) digit huruf dan 10 digit berupa angka, contohnya : CD.010360261. 2.7. Lipstik 2.7.1. Defenisi dan Persyaratan Lipstik Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik. Lipstik merupakan campuran dari lilin, minyak, dan pigmen dalam berbagai konsentrasi untuk menghasilkan suatu produk. Lipstik disimpan dalam wadah logam atau plastik dengan tutup pulir dan dalam keadaan tertutup (Depkes RI, 1985). Menurut Tranggono dan Latifah (2007), lipstik adalah produk kosmetik paling luas digunakan. Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat antara lain : 1. Melapisi bibir secara mencukupi 2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin Universitas Sumatera Utara
  • 26. 33 3. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket 4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir 5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya 6. Memberikan warna yang merata pada bibir 7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya 8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik. Menurut Mitsui (1977), dari segi kualitas lipstik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : 1. Tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan pada bibir. 2. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan. 3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu. 4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan perubahan wujud. 5. Tidak lengket. 6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna. 2.7.2.Jenis Lipstik Menurut Chenny Han (2010), ada beragam jenis lipstik sebagai berikut : 1. Stick Jenis ini tidak mengkilap, sedikit lembab, dan mudah digunakan. Universitas Sumatera Utara
  • 27. 34 Gambar 2.2. Lipstik jenis stic 2. Pallet Dalam satu wadah terdapat beberapa jenis warna. Jenis ini biasanya berupa krim padat atau balm. Gambar 2.3. Lipstik jenis pallet 3. Pen Lip Polish Berbentuk cair, kemasannya seperti pena. Praktis karena ujungnya dilengkapi dengan kuas dan dapat memberikan efek mengkilap pada bibir. Universitas Sumatera Utara
  • 28. 35 Gambar 2.4. Lipstik jenis pen lip polish 4. Liquid Bentuknya cair, mengkilap dan pekat. Biasanya kemasannya dilengkapi dengan spons atau kuas dibagian ujung untuk memudahkan pengolesan. Gambar 2.5. Lipstik jenis liquid 5. Pasta Bentuknya semacam gel cair, dikemas dalam bentuk tube seperti pasta gigi dan dapat membuat bibir mengkilap. Universitas Sumatera Utara
  • 29. 36 Gambar 2.6. Lipstik jenis pasta 2.7.3.Komposisi Lipstik Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36 - 38o C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62o C, biasanya berkisar antara 55 - 75o C (Ditjen POM, 1985). Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari sebagai berikut : 1. Lilin, berperan pada kekerasan lipstik. Misalnya: carnauba wax, parafin waxes, ozokerite, beewax, candelila wax, ceresine. Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat (Tranggono dan Latifah, 2007). 2. Minyak, fase minyak dalam lipstik memiliki kemampuan melarutkan zat- zat warna eosin. Misalnya : castor oil, tetrahydrofurfuryl alkohol, fatty acid alkylolamides, dihydroc alkohol beserta monoeter dan mono fatty acid Universitas Sumatera Utara
  • 30. 37 esternya, isopropyl myristate, isopropyl, butyl stearate, paraffin oil (Tranggono dan Latifah, 2007). 3. Lemak, berperan untuk melembabkan dan memberikan kesan mengkilap. Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya hydrogenatd castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alkohol, lanolin (Tranggono dan Latifah, 2007). 4. Asetogliserid, berfungsi untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik sehingga meskipun termperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan (Tranggono dan Latifah, 2007). 5. Zat-zat pewarna, zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam minyak. Pelarut terbaik untuk eosin adalah castrol oil (Tranggono dan Latifah, 2007). Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk menghaluskan dan melembutkan kulit serta bersifat melembabkan. 6. Antioksidan, yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja, 1997) : a) Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika. b) Tidak berwarna. c) Tidak toksik. d) Tidak berubah meskipun disimpan lama. 7. Pengawet, kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi Universitas Sumatera Utara
  • 31. 38 pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben (Poucher dalam Yatimah, 2014). 8. Parfum, bahan pewangi (fragnance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring), harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan (Tranggono dan Latifah, 2007). 9. Surfaktan, berfungsi memudahkan pembasahan dan dispersi partikel partikel pigmen warna yang padat (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.7.4. Tahapan Pembuatan Lipstik Menurut Tranggono dan Latifah (2007), pada umumnya pembuatan lipstik meliputi 3 tahap, yaitu : a. Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran minyak-minyak, campuran zat-zat warna, dan campuran wax. b. Pencampuran semua itu membentuk massa lipstik. c. Pencetakan massa lipstik menjadi batangan-batangan lipstik. Menurut Lauffer dalam Lestiana (2014), pembuatan lipstik meliputi proses sebagai berikut : 1. Color-grinding. Grinding dengan roller mill atau coloid mill membantu proses pembasahan serbuk pigmen oleh minyak atau lanolin supaya pigmen dapat terdispersi merata dan tidak menggumpal dalam basis. 2. Mixing. Proses pencampuran dilakukan pada saat masa lipstik berbentuk cair setelah pelelehan untuk mempermudah homogenisasinya. Pencampuran dilakukan pada tempat yang inert, seperti aluminium atau stainless steel. Universitas Sumatera Utara
  • 32. 39 Wadah dapat berupa steamjacketed untuk menjaga masa lipstik tidak mengeras saat pencampuran. Dalam proses mixing, pengadukan terlalu cepat harus dihindari untuk mencegah masuknya udara ke dalam campuran. Setelah masa tercampur, parfum ditambahkan dan terakhir disaring dengan saringan kawat. 3. Molding atau pencetakan dilakukan selagi campuran masih panas, karena campuran yang panas memiliki tekstur yang lebih cair sehingga mudah dituang dalam cetakan dan dapat memenuhi ruang cetakann dengan baik. Jika hasil mixing sudah tidak terlalu panas, dapat dilakukan pemanasan kembali. Sebelum dicetak, pastikan udara yang ada di dalam campuran sudah naik ke permukaan dengan mengaduk masa secara perlahan. Gelembung udara sangat dihindari dalam proses pencetakan karena dapat menyebabkan permukaan lipstik berongga. Setelah masa dituang dalam cetakan, dilakukan pendinginan sampai masa kira- kira dapat diambil dari cetakan. 4. Flamming. Lipstik dilewatkan secara cepat pada nyala gas kecil guna melelehkan permukaan sehingga bisa menghilangkan goresan atau lubang dan menjadikan permukaan yang halus dan berkilau. 2.8. Cara Pengendalian Paparan Timbal (Pb) pada Lipstik Menurut Sihite (2015), cara pengendalian dapat dilakukan sebelum dan sesudah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh. Berikut ini adalah beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan sebelum terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh: 1. Cermat memilih dan membeli lipstik sesuai kebutuhan sehingga tidak terpengaruh promosi yang berlebihan. Universitas Sumatera Utara
  • 33. 40 2. Cermat dalam menggunakan lipstik. a. Jika konsumen sedang hamil, konsultasikan pemilihan lipstik yang aman ke dokter kandungan atau dokter kulit. b. Tidak sembarangan memakai lipstik milik orang lain. 3. Cermat membaca informasi yang tercantum dalam lipstik. a. Konsumen memperhatikan informasi yang tersedia pada label seperti cara penggunaan, kegunaan, komposisi, tanggal kadaluarsa atau peringatan lain (bila ada). b. Untuk lipstik yang teregistrasi diwajibkan mencantumkan nomor izin edar. Sedangkan produk yang ternotifikasi pencantuman nomor notifikasi tidak diwajibkan, namun nama dan alamat produsen harus tercantum dengan jelas pada label. c. Daftar lipstik yang ternotifikasi atauteregistrasi oleh Badan POM dapat dicek melalui website Badan POM (BPOM RI, 2014). 4. Menurut Utomo dalam Sihite (2015), cek sendiri keberadaan timbal pada lipstik yaitu dengan cara menggoreskan lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu, cincin emas 18 karat disapukan di atas lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik mengandung timbal berlebihan. 5. Menurut Sembel (2015), pencegahan di tingkat wilayah seperti kecamatan atau kota/kabupaten dapat dilakukan dengan melarang penggunaan timbal yang tidak penting dan memperkuat peraturan untuk memperkecil penggunaan timbal dalam tanah, air dan produk-produk lain. Universitas Sumatera Utara
  • 34. 41 Menurut Sihite (2015), beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan setelah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh : 1. Menghentikan penambahan paparan timbal yang memasuki tubuh penderita (Ardyanto, 2005). 2. Konsumsi suplemen kalsium Menurut Hasan dalam Sihite (2015), pemberian kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg sehari selama 12 minggu dapat menurunkan kadar timbal dalam darah dari 10,35±3,36 µ g/dL secara bermakna menjadi 3,2±1,58 µ g/dL. Absorbsi timbal dari saluran pencernaan dapat diganggu oleh kehadiran ion kalsium karena ion kalsium dan timbal saling berkompetisi. Kalsium mengganggu ikatan timbal dengan hemoglobin darah dengan adanya kompetisi antara ion Ca dan Pb sewaktu berikatan dengan hemoglobin darah. Ikatan timbal dalam tulang sama prosesnya seperti ikatan kalsium dalam tulang. 3. Konsumsi buah Apel. Pektin (serat larut) dalam apel dapat mengikat logam berat, seperti timbal dan merkuri, dan mengeluarkannya dari tubuh. Mekanismenya melalui pencegahan konstipasi (sulit buang air besar) sehingga substansi toksik dapat segera dikeluarkan melalui feses. 4. Melakukan pengobatan dengan ethylendiaminetetraacetic (EDTA) intravenous. Ethylendiaminetetraacetic akan mengikat kation Pb dalam tulang dan jaringan lunak yang kemudian akan dikeluarkan melalui urin (Ardyanto, 2005). 2.9. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Menurut Boybul dan Haryati dalam Yatimah (2014), spektofotometri serapan atom (SSA) adalah suatu metode analisis untuk menentukan konsentrasi suatu Universitas Sumatera Utara
  • 35. 42 unsur dalam suatu cuplikam yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom penyerap tereksitasi, dimana elektron dari kulit atom meloncat ke tingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Dalam garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007). 2.10. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, poster, majalah dan surat kabar (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). Universitas Sumatera Utara
  • 36. 43 2. Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal di dalam suatu lembaga. 3. Sumber informasi merupakan segala sesuatu yang menjadi perantara penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari tau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.. 2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menejlaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunakkan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain. Universitas Sumatera Utara
  • 37. 44 4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada. 6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penialain terhadap suatu materi atau objek. Penialain ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria yang telah ada. Untuk mengukur tingkat pengetahuan ini dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas. Tingkat pengetahuan konsumen merupakan hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu (Notoadmodjo, 2007). Menurut Sihite (2015), tingkat pengetahuan konsumen akan membentuk tindakan konsumen dalam memilih produk lipstik yang akan dipakai. 2.11. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum Universitas Sumatera Utara
  • 38. 45 merupakan suatu tindakan atau aktivitas, melainkan merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku (Notoadmodjo, 2010). Fungsi sikap dibagi menjadi 4 (empat) golongan (Notoatmodjo, 2007), yaitu : 1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri Sikap adalah sesuatu yang bersifat comunicable, artinya suatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya. 2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. 3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi, sikap merupakan pernyataan pribadi. Universitas Sumatera Utara
  • 39. 46 Sikap mempunyai 3 komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport dalam Notoatmodjo (2007), yaitu : a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap konsumen dapat mencerminkan pengetahuan kosumen dan bertindak, maupun berpikir, maka dari itu sikap konsumen penting untuk diketahui. Terutama dalam memilih kosmetik atau lipstik yang mereka pakai. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga memiliki berbagai tingkatan yaitu (Notoadmodjo, 2010) : 1. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. 3. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk bertindak). 4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Universitas Sumatera Utara
  • 40. 47 2.12. Kerangka Konsep Penelitian Gambar 2.7. Kerangka Konsep Penelitian Kandungan logam timbal (Pb) pada lipstik lokal yang :  Teregistrasi  Tidak teregistrasi Ada Tidak ada Tingkat pengetahuan konsumen terhadap lipstik Sikap konsumen terhadap lipstik Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Memenuhi syarat : ≤ 20 ppm Tidak memenuhi syarat : ≥ 20 ppm Pemeriksaan kandungan timbal Universitas Sumatera Utara