SlideShare a Scribd company logo
Laporan Praktek KerjaLapangan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam rangka meningkatkan pengalaman, kemampuan dan keterampilan
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan yang
berlangsung didunia kerja maka dicanangkan program kerja praktik yang
dilakukan di istansi-istansi pemerintahan, lembaga penelitian dan juga di
lingkungan industri. Kerja praktik juga dilakukan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan dari mahasiswa.
Salah satu istansi pemerintahan yang dijadikan sebagai lahan tempat
kerja praktik adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
Batubara (PPPTMB) Bandung. Laboratorium yang digunakan sebagai tempat
praktik kerja lapangan adalah laboratorium kimia mineral. Dilaboratorium ini
mahasiswa biasanya melakukan analisis beberapa mineral yang terdapat dalam
sampel-sampel bahan galian/mineral dan lain-lain.
Adapun mahasiswa memilih tempat PKL di puslitbang TekMIRA ini
karena untuk menambah pengetahuan mahasiswa lebih mendalam lagi tentang
mineral /bahan galian dan juga adanya kebutuhan mahasiswa akan lahan tempat
kerja praktik untuk mengasah dan melatih kemampuan analisis serta untuk
melihat realitas dunia kerja setelah lulus nanti. Pada penulisan laporan hasil
praktik kerja lapangan ini, penyusun mengambil judul “ANALISIS KOMPOSISI
MINERAL PADA FLY ASH’’.
Laporan Praktek KerjaLapangan
2
Fly ash batubara adalah material yang memiliki ukuran butiran yang
halus berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara
(Wardani, 2008). Partikel abu yang terbawa gas buang disebut fly ash, sedangkan
abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku disebut bottom ash. Fly
ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari pembakaran
batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik.
1.2 Tujuan Kerja Praktik
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan, memperluas, dan memantapkan keterampilan
mahasiswa sebagai bekal kerja yang sesuai dengan program studi analis
kimia.
2. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesional mahasiswa
dalam rangka memasuki lapangan kerja.
3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam hal penggunaan instrumen
analis kimia unsur yang lebih modern, dibandingkan dengan fasilitas yang
tersedia dikampus.
4. Memperkenalkan mahasiswa pada fungsi dan tugas seorang sarjana kimia
kepada lembaga-lembaga penelitian dan perusahaan industri ditempat
pelaksanaan PKL.
Laporan Praktek KerjaLapangan
3
1.3 Manfaat dari Pelaksanaan Kerja Praktik
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana ilmu yang didapat selama
mengikuti kegiatan perkuliahan yang dapat diterapkan secara langsung
pada dunia kerja saat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam dunia
kerja sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia
kerja sesungguhnya setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah tinggi.
3. Dapat memupuk kedisiplinan mahasiswa pada dunia kerja.
4. Terjadinya hubungan kerja antara program Studi Analis Kimia Sekolah
Tinggi Analis Bakti Asih dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Mineral dan Batubara.
5. Memperkenalkan Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih kepada pihak luar.
1.4 Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktik Kerja
Lokasi Penulis melakukan praktik kerja lapangan adalah di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang-
Tekmira) Jl.Jendral Sudirman no.623 Bandung, Indonesia. Kegiatan kerja praktik
ini dilakukan dari tanggal 9 Maret 2015 sampai 1 Mei 2015.
Laporan Praktek KerjaLapangan
4
1.5 Sistematika Penyusunan
Dalam penyusunan laporan ini mengikuti sistematika penyusunan sebagai
berikut :
(1)Kata Pengantar, (2)Daftar isi, (3) Isi laporan, (4) Daftar Pustaka, (5) Lampiran.
Bagian Daftar isi terdiri atas : (a)Daftar isi, (b) Daftar Gambar, (c) Daftar Tabel,
(d) Daftar Lampiran.
Bagian isi Laporan terdiri atas : (a) Bab I Pendahuluan, (b) Bab II Tinjauan
Umum Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Bandung, (c) Bab III Tinjauan
Pustaka, (d) Bab IV Metode Analisis, (e) Bab V Pengolahan Data Statistik dan
Pembahasan, (f) Bab VI Penutup
Bagian Daftar Pustaka terdiri atas : Daftar Pustaka
Bagian Lampiran terdiri atas : (a) Jurnal Kegiatan Kerja, (b) Hasil Analisis
Laporan Praktek KerjaLapangan
5
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah Berdirinya PPTM
Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.548
tahun 1976, tanggal 11 November 1976 Pusat Pengembangan Teknologi Mineral
Bandung merupakan suatu lembaga gabungan dari Akademi Geologi dan
Pertambangan (AGP) dengan Balai Penelitian Tambang dan Pengolahan Bahan
Galian (BPTPBG) yang telah bekerja sejak tahun 1960.
Bergabungnya kedua balai ini menjadi Pusat pengembangan Teknologi
Mineral (PPTM) diresmikan pada tanggal 11 November 1976 berdasarkan surat
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.548 tahun 1976. Berdasarkan
surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.1092 tahun 1984 yang
merupakan penyempurnaan dari Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
no.132 tahun 1979, Pusat Pengembangan Teknologi Mineral adalah unit
pelaksana teknis dibidang pengembangan teknologi mineral dilingkungan
Departemen Pertambangan dan Energi yang berada dibawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Jendral Pertambangan umum pada waktu itu.
PPTM dipecah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
(PPTM) dan Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan (PPTP) berdasarkan
surat keputusan Menteri Pertambangan Energi no.1748 tahun 1992.
Pada tahun 2001 terjadi restrukturisasi lembaga organisasi dan nama
PPPTM dirubah menjadi PPPTMB (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara)/Puslitbang tek-MIRA.
Laporan Praktek KerjaLapangan
6
2.2 Kedudukan / Lokasi
Pusat penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
adalah pelaksana tugas dibidang geoteknologi tambang, teknologi penambangan
dan eksploitasi air tanah , teknologi pengolahan mineral, teknologi pengolahan
dan pemanfaatan batubara, lingkungan, tekno-ekonomi mineral batubara dan
teknologi informasi pertambangan, serta pelanyanan jasa teknologi yang
bertanggung jawab langsung kepada Badan Litbang Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
terletak di Jalan Jendral Sudirman no.623 Bandung, Lingkungan Warung
Muncang, Kecamatan Bandung Kulon Wilayah Kotamadya Bandung.
Laporan Praktek KerjaLapangan
7
2.3 Organisasi
Gambar 1 Struktur Organisasi PPTM/Puslitbang TekMIRA (Peraturan menteri
ESDM No.18/2010)
KAPUS
BAGIAN TATA USAHA
Subbagian umum dan kepegawaian Subbagian Keuangan
BIDANG
PROGRAM
SUBBIDANG
PENYIAPAN
RENCANA
SUBBIDANG
ANALISIS &
EVALUASI
BIDANG
PENYELENG
GARAAN &
SARANA
SUBBIDANG
PENYELENG
GARAAN
LITBANG
SUBBIDANG
SARANA
LITBANG
BIDANG
AFILIASI &
INFORMASI
SUBBIDANG
AFILIASI
SUBBIDANG
INFORMASI
KOORDINATOR
KPL
Teknologi
Eksploitasi
Tambangdan
Pengelolaan
Sumber Data
KOORDINATOR
KPL
Teknologi
Pengelolaan
KOORDINAT
OR KPL
Teknologi
Pengolahan dan
Pemanfaatan
Batubara
Peneliti
Perekayasa
Peneliti
Perekayasa
Peneliti Penyelidik
Bumi Perekayaan
Peneliti
Perekayasa
Peneliti Penyelidik
Bumi Perekayasa
Peneliti
Penyelidik Bumi
Perekayasa
Peneliti
Perekayasa
Peneliti
Perekayasa
Peneliti
Penyelidik
Bumi
Perekayasa
Teknologi
Penambang
an Mineral
& Batubara
Teknologi
Pengolahan
&Pemanfaa
tan Mineral
Teknologi
Pengolahan
&Pemanfaa
tan batubara
Kebijakan
&Tekno
ekonomi
Minerba
Lingkungan
Pertambang
an Minerba
Laporan Praktek KerjaLapangan
8
2.4 Tata Kerja
Karyawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
Batubara (PPPTMB) Bandung, mempunyai jam kerja sebagai berikut :
Senin sampai Kamis mulai dari Pukul 07.30 WIB sampai pukul 16.00
WIB, istirahat pukul 12.00 WIB sampai pukul 13.30 WIB , sedangkan Sabtu dan
Minggu adalah hari libur, tiap tanggal 17 dan hari besar nasional lainnya wajib
mengikuti upacara bendera.
2.5 Deskripsi Tempat Kerja
Laboratorium Kimia Mineral adalah kelompok fungsional dari salah satu
bagian kelompok Mineral dibawah koordinator Litbang Kelompok Program
Pengolahan dan manfaat Mineral yang ada dipusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara. Kelompok utama tersebut mempunyai tugas
melaksanakan pengujian kimia dan karakterisasi mineral, penelitian dan
pengembangan teknologi pengolahan mineral industri dan mineral logam,
teknologi bahan, serta manfaat buangan pengolahan, sedangkan kelompok
karakterisasi mineral mempunyai tugas melaksanakan analisis kimia mineral,
pengujian kimia fisika mineral, karakterisasi mineral dan analisis kimia
lingkungan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, kelompok Program Litbang
pengolahan dan pemanfaatan Mineral mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana dan program penelitian dan pengembangan dibidang
teknologi pengolahan mineral.
Laporan Praktek KerjaLapangan
9
2. Pengujian kimia dan fisika mineral serta lingkungan, penyusunan prosedur
analis kimia dan fisika mineral, standarisasi, serta pengujian mineralogy
bahan galian.
3. Penelitian dan pengembangan teknologi mineral industri.
4. Penelitian dan pengembangan pengolahan mineral logam.
5. Penelitian pengembangan teknologi bahan.
6. Pengumpulan dan pengolahan data dibidang teknologi pengolahan
mineral.
7. Pembinaan tenaga peneliti/ahli dibidang teknologi pengolahan mineral.
8. Studi perbandingan dilaboratorium dan lapangan mengenai teknik/metoda
teknologi pengolahan mineral.
9. Pengolahan hasil penelitian dan pengembangan dibidang teknologi
pengolahan mineral.
10. Penyusunan rencana dan kegiatan pelayanan jasa.
11. Pemberian petunjuk teknis dan ilmiah dibidang teknologi pengolahan
mineral.
Kelompok Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pengolahan Mineral terdiri atas :
a. Kelompok Teknologi Pengolahan Mineral Industri
Kelompok Teknologi Pengolahan Mineral industri mempunyai tugas
pengujian teknolgi pengolahan dari pemanfaatan mineral industri.
Laporan Praktek KerjaLapangan
10
b. Kelompok Teknologi Mineral Logam
Kelompok Teknologi Mineral Logam mempunyai tugas melakukan
pengujian teknologi pengolahan ekstraksi, pemurnian dan pemanfaatan
mineral logam.
c. Kelompok Teknologi Bahan
Kelompok Teknologi Bahan mempunyai tugas melakukan pengujian
teknologi bahan yang mencakup pembuatan bahan-bahan pembuatan
bahan-bahan paduan logam, keramik dan bahan-bahan lainnya serta
penyusunan standarisasi metode pengujian bahan tersebut.
d. Kelompok Teknologi Pemanfaatan Buangan Pengolahan
Kelompok Teknologi Pemanfaatan Buangan Pengolahan mempunyai
tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan buangan pengolahan.
e. Kelompok Karakterisasi Mineral
Kelompok Karakterisasi Mineral mempunyai tugas melakukan
pengujian kimia dan fisika mineral serta lingkungan, penyusunan metode
pengujian dan analisis kimia dan fisika.
2.6 Tugas dan Fungsi Pokok
Adapun tugas pokok dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Mineral dan Batubara adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan
teknologi bidang mineral dan batubara.
Laporan Praktek KerjaLapangan
11
Sedangkan fungsi pokok dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara adalah :
a. Penelitian dan pengembangan teknologi tambang terbuka, tambang dalam,
geomekanika tambang, keselamatan kerja, reklamasi tambang serta
melakukan pelayanan jasa teknologi pertambangan.
b. Pengujian kimia dan fisika mineral, penelitian dan pengembangan
pengolahan mineral industri, mineral logam, teknologi pengolahan
ekstraksi.
c. Pengujian kimia dan fisika batubara dan gambut, serta penelitian dan
pengembangan teknologi pengolahan konservasi dan pembakaran batubara
dan gambut.
d. Penelitian dan pengembangan rancangan bangun dan simulasi kendali.
Laporan Praktek KerjaLapangan
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Mineral
Mineral merupakan batuan yang terbentuk melalui proses geologis yang
tersusun dari oksida logam maupun garamnya yang terdapat di dalam kerak bumi.
Sumber-sumber mineral mencakup benda padat seperti biji logam dan batubara,
benda cair seperti minyak mentah dan gas seperti gas alam. Dalam ilmu geologi
unsur/senyawa tersebut sangat penting dan dibutuhkan dalam mengidentifikasi
pembentukan batuan, susunan kandungan yang terdapat didalam mineral. Adapun
ilmu yang mempelajarinya adalah mineralogi.
Menurut definisi, mineral adalah padatan homogen yang terjadi karena
proses alamiah yang mempunyai struktur kristal dan komposisi karena proses
alamiah yang mempunyai struktur kristal dan komposisi kimia tertentu (umumnya
tidak tetap ) dan memiliki susunan atom yang teratur, biasanya terbentuk secara
anorganik.
Batasan Mineral itu sendiri dapat dibagi menjadi dua, yang masing-masing
dikemukakan oleh :
1. Escher (1950), bahwa mineral adalah sebagian besar merupakan kristalin
dalam kerak bumi, serta mempunyai sifat-sifat yang sama pada satu
keahlian bila dipandang dari sudut yang sembarang.
Laporan Praktek KerjaLapangan
13
2. Berry dan Manson (1968), bahwa mineral merupakan benda padat
homogen yang dibentuk dialam dengan proses anorganik dan mempunyai
susunan kimia tertentu yang didalamnya terdapat suatu pengaturan atom-
atom atau ion-ion yang teratur.
Berdasarkan kedua batasan tersebut, mineral dapat didefinisikan sebagai
berikut :
“Mineral adalah salah satu zat homogen yang terjadi dialam secara alamiah
dengan suatu komposisi kimia tertentu (umumnya tidak tetap) dan memiliki
susunan atom yang teratur, biasanya terbentuk secara proses anorganik”.
Gabungan dari beberapa mineral adalah batuan, agar lebih mengenal jelas
jenis batuan, perlu ditetapkan terlebih dahulu jenis mineral yang terkandung
didalamnya. Untuk mengenai jenis batuan perlu diketahui :
 Jenis mineral yang terkandung.
 Ukuran dan bentuk kristal serta penyusun ruang antara mineral yang satu
dengan mineral yang lain, sifat ini biasa disebut tekstur batuan.
 Menetapkan secara kuantitatif kandungan mineralnya.
 Komposisi kimia mineral.
Penggolongan mineral-mineral pada umumnya dilakukan berdasarkan
pada kandungan senyawa-senyawa kimia yang terkandung seperti sulfida,
oksida, silika, karbonat, fosfat, dan sebagainya. Akan tetapi penamaan mineral
tidak selalu berdasarkan kandungan senyawa-senyawa kimia yang terkandung,
namun berdasarkan pada :
Laporan Praktek KerjaLapangan
14
1. Sifat fisik atau kimia, diantaranya adalah warna, sifat magnetik, dan unsur
dominan.
2. Nama tempat ditemukan.
3. Nama seorang tokoh atau ahli mineral.
Salah satu buku yang pertama kali memuat tentang mineral adalah “ON
STONES” yang ditulis oleh Theopratus pada tahun 372-287 sebelum masehi. Pada
abad pertama mencatat banyak sekali pengetahuan alam yang sudah dikenal oleh
orang-orang romawi, yang menerangkan sebagai macam mineral dan
kegunaannya. Buku tersebut adalah “DE TE METALICA” dan “DE NATURE
FOSSILIUM”(1546), yang ditulis ilmuwan Jerman bernama Gergius Agrikola.
 Hardness (Kekerasan)
Derajat Kekerasan merupakan salah satu sifat umum yang menjadi
dasar identifikasi, hal ini merupakan ukuran terdapat goresan suatu
mineral. Kekerasan ini diuji berdasarkan skala kekerasan Mohs,
yang menunjukkan kekerasan mineral tertentu pada skala 1-10,
skala itu adalah:
Scale Mineral Gambar Scale
1
GambarMineral
Talc
(Mg3Si4O10(OH)2)
6 Orthoclase
(KalSi3O8)
2 Gypsum
(CaSO4.2H2O)
7 Quartz
(SiO2)
Laporan Praktek KerjaLapangan
15
Tabel 1. Sifat-sifat mineral
 Luster (Kilau)
Merupakan penampakan permukaan mineral didalam cahaya yang
dipantulkan. Uji ini sangat sulit dilakukan jika permukaaan kotor
atau tidak, hasilnya akan menyimpang.
 Color (Warna)
Ketidak murnian dapat dengan mudah mengubah warna suatu
mineral. Kotoran atau zat lain pada permukaan yang menyebabkan
kesalahan pengamatan.
 Streak (Coret)
Streak (coret) merupakan warna residu mineral dalam keadaan
bubuk. Alat yang digunakan adalah pecahan kaca yang putih yang
tidak berglazur. Pecahan ini memiliki kekerasan sekitar 6, alat ini
tidak dapat digunakan pada mineral yang mempunyai kekerasan
lebih dari 6.
3 Calcite
(CaCO3)
8 Topaz
(Al2SiO4(OH-F-)2)
4 Fluorite
(CaF2)
9 Corundum
(Al2O3)
5 Apatite
(Ca5(PO4)3(OH-,Cl-,F-))
10 Diamond
(C)
Laporan Praktek KerjaLapangan
16
Warna coretan pada mineral diantaranya :
Warna Coretan Mineral
Hitam Graphite
Pryte
Magnetite
Chalcopyrite
Abu-abu Galena
Kuning-Coklat Limonite
Merah-Coklat Hematite
Tabel 2. Warna Coretan Mineral
 Cleavage (belahan)
Cleavage (belahan) merupakan suatu kecenderungan mineral untuk
terbagi sepanjang bidang tertentu.
 Fracture (patahan)
Merupakan bentuk mineral pada saat hancur.
 Crystalline shape (bentuk kristal)
Merupakan pola geometris yang dimiliki kristal tunggal suatu
mineral.
 Specific gravity (massa jenis)
Merupakan perbandingan massa jenis mineral terhadap massa jenis
air (1g/cm3).
Laporan Praktek KerjaLapangan
17
3.2 Jenis-jenis Mineral
3.2.1 Fly Ash
Gambar 2. Fly Ash
Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari
pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik. Fly
ash terdiri dari bahan inorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah
mengalami fusi selama pembakarannya. Bahan ini memadat selama berada di
dalam gas-gas buangan dan dikumpulkan menggunakan presipitator elektrostatik.
Karena partikel-partikel ini memadat selama tersuspensi di dalam gas gas
buangan, maka partikel-partikel fly ash umumnya berbentuk bulat. Partikel-
partikel fly ash yang terkumpul pada presipitator elektrostatik biasanya berukuran
(0.074 – 0.005 mm). Bahan ini terutama terdiri dari silikon dioksida (SiO2),
aluminium oksida (Al2O3) dan besi oksida (Fe2O3).
Saat ini umumnya fly ash batubara digunakan dalam pabrik semen sebagai
salah satu bahan campuran pembuat beton. Selain itu, sebenarnya abu terbang
batubara memiliki berbagai kegunaan yang amat beragam:
1. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan.
2. Penimbun lahan bekas pertambangan.
3. Recovery magnetit, cenosphere, dan karbon.
Laporan Praktek KerjaLapangan
18
4. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori.
5. Bahan penggosok (polisher).
6. Filler aspal, plastik, dan kertas.
7. Pengganti dan bahan baku semen.
8. Konversi menjadi zeolit dan adsorben.
Konversi abu terbang batubara menjadi zeolit dan adsorben merupakan
contoh pemanfaatan efektif dari abu terbang batubara. Keuntungan adsorben
berbahan baku fly ash batubara adalah biayanya murah. Selain itu, adsorben ini
dapat digunakan baik untuk pengolahan limbah gas maupun limbah cair.
Fly ash batubara mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO2) alumina
(Al2O3), fero oksida (Fe2O3) dan kalsium oksida (CaO), juga mengandung unsur
tambahan lain yaitu magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TiO2), alkalin
(Na2O dan K2O), sulfur trioksida (SO3), Pospor Oksida (P2O5) dan karbon.
Tabel 3. Komposisi dan Klasifikasi Fly Ash
Laporan Praktek KerjaLapangan
19
3.2.2 Batuan Phospat
Batuan phospat terdiri dari mineral-mineral yang kristalnya tidak terlihat
karena phospatnya terikat dengan kalsium. Phospat adalah unsur dalam suatu
bahan baku (apatit) atau sedimen dengan kandungan pospor ekonomis. Biasanya
kandungan pospor dinyatakan sebagai Bone phospate of lime (BPL) atau Tri
Phospate of lime (TPL) atau berdasarkan kandungan P2O5 .
Phospat apalit termasuk phospat primer karena gugusan oksida phospatnya
terdapat dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6F2) yang terbentuk selama proses
pembekuan magma. Kadang-kadang endapan phospat berasosiasi dengan batuan
beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit.
Di Indonesia batuan phospat terjadi dalam gua-gua gunung kapur sebagai
hasil reaksi antara kotoran, urine, bangkai dari burung, dan kelelawar yang tinggal
didalam gua-gua dengan batuan dasar membentuk batuan phospat.
Batuan phospat dipergunakan sebagaian besar untuk bahan baku
pembuatan pupuk sebagai sumber pospat, bahan kimia, besi pospat, pembuatan
pospor, karena jenis ini lebih mudah larut dalam air tanah, sedangkan pupuk
batuan kalsium phospat lebih sering digunakan sebab tidak memboroskan
pemakaian asam sulfat, untuk bahan baku pembuat phospor dapat digunakan jenis
phospat dengan kadar phospat P2O5 diatas 19%.
Phospat komersil dari mineral adalah kalsium fluo-phospat dan kloro-
phospat dan sebagian kecil wavellite (Phospat aliminium hidros). Sumber lain
dalam jumlah sedikit berasal dari jenis slag guano, crandallite
[CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O] dan millsite (Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O.
Laporan Praktek KerjaLapangan
20
Sifat Fisik mineral phosphat memiliki nilai kekerasan skala 3 (skala
Mohr), BJ 2,71 dan bentuk prismatic, tabular, pejal, berbulir halus sampai kasar,
dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, olitik atau pisolitik.
Phospat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5 antara 4 – 42%.
Sementara itu tingkat uji pupuk phospat ditentukan oleh jumlah kandungan N
(nitrogen), P (phospat atau P2O5), dan K (Potas cair atau K2O).
Phospat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena
tidak tidak larut dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan.
Phospat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan. Di
Indonesia jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan
guano (kadar P2O5 = 0,17 – 43%). Terdapat di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Kalimantan dan Irian Jaya.
Di Indonesia, ekplorasi phospat dimulai sejak tahun 1919. Umumnya,
kondisi endapan phospat guano ada yang berbentuk lensa-lensa, sehingga
digunakan untuk penentuan jumlah cadangan, dibuat sumur uji pada kedalaman
2-5 meter. Selanjutnya, pengambilan contoh dilakukan dengan pemboran apabila
kondisi struktur geologi total diketahui.
3.2.3 Kalsit
Kalsit merupakan kalsium karbonat (CaCO3) dengan kandungan CaO 56%
dan CO2 44% , memiliki sistem kristal heksagonal dan berlahan rhombohedral,
tidak berwarna dan transparan. Endapan kalsit kadang-kadang terdapat dalam
bentuk CaCO3 murni dan dapat pula kalsiumnya diganti dengan Mg, Fe atau Mn.
Endapan kalsit selalu bercampur dengan pengotor seperti silikat, lempung,
limonit, atau hematit.
Laporan Praktek KerjaLapangan
21
Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubsitusi oleh unsur logam sebagai
pengotor dalam persentase membentuk mineral lain. Dengan adanya subsitusi ini
ada perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe(CO3)2 dan MgCO3
(Subsitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe(CO3)4 (subsitusi oleh Mg dan Fe)
dan CaMnCO3 subsitusi oleh Mn).
Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat dengan batu
gamping dan aktifitas magma, namun berdasarkan data hasil penelitian, baru
diketahui di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian Selatan dan Utara
(sebagian kecil). Bentuk endapan datar, bukit cadangan terbesar didaerah
Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta Ton) dan Bagelan di Kabupaten
Purwokerto (0,1 juta ton).
Kalsit terjadi karena penghabluran kembali larutan gamping akibat
pengaruh air tanah. Endapan kalsit ditemukan berupa pengisian rongga, rekahan,
atatu kekar, sehingga jumlahnya tidak banyak karena sifatnya setempat-setempat.
Selain karena proses penghabluran kembali, kalsit juga dapat terbentuk karena
proses metamorfosa sentuh/regional pada batu gamping karena tekanan tanah, dan
pelapukan.
Kegunaan batuan ini diantaranya sebagai : bahan pemutih, pengisi cat
kaleng, karet, penetral asam pada tanah untuk pertanian, bahan pelapis kertas,
bahan pasta gigi, industri keramik, bahan penyerap kotoran-kotoran pada
peleburan gelas dan pasir kwarsa.
Laporan Praktek KerjaLapangan
22
3.2.4 Batu Kapur
Gambar 3. Batu Kapur
Batu kapur dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara
mekanik atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat dialam
terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang
dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang. Batu
kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat, bahkan hitam,
tergantung kepada keberadaan mineral pengotornya.
Apabila dilarutkan dengan asam, batu kapur akan larut dan mengeluarkan
gas yang tidak berbau, yaitu CO2. Kalsinasi batu kapur pada suhu agak tinggi akan
melepaskan gas CO2 yang sisanya terdiri dari CaO, jika CaO diberi air maka akan
terjadi penghidratan yang cepat menjadi kalsium hidroksida.
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur
adalah (CaCO3) . Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu
kapur atau aragonit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum berasosiasi dengan
batu kapur atau dolomit adalah sederit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan
magnesit (MgCO3).
Laporan Praktek KerjaLapangan
23
Kegunaan batu kapur diantaranya : bahan kaptan, bahan campuran
bangunan, industri karet dan ban, kertas, penetral pH tanah yang asam,
pengkoloid dalam industri gula, bahan baku untuk semen pertland. Potensi batu
kapur diindonesia sangat besar dan tersebar hampir merata diseluruh kepulauan
indonesia
3.2.5 Batuan Gypsum
Gambar 4. Batuan Gypsum
Gypsum merupakan mineral hydrous calsium sulfat (CaSO4.2H2O) yang
terjadi dialam. Pada umumnya endapan gypsum berbentuk sedimen mendatar,
terletak pada permukaan bumi dengan penyebaran yang luas, serta sering
berasosiasi dengan batuan kapur, shale, batu pasir, marmer, dan lempeng.
Umumnya gypsum mengandung SiO2, CaO, H2O.
Gypsum mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit
alabaster, satin sper, dan selenit. Gypsum umumnya berwarna putih, namun
terdapat variasi warna lain., seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga dan
hitam. Hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum.
Gypsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal. Kekerasan 1,5-2 (skala mohr),
berat jenis 2,31-2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/L pada 0oC yang meningkat
menjadi 2,1 gr/L pada 40oC tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.
Laporan Praktek KerjaLapangan
24
Endapan gypsum sebagian besar terbentuk dari air laut dan hanya sebagian
kecil berasal dari endapan danau yang mengandung garam. Gypsum terbentuk
dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gypsum
merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut
diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral
evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan diantara batuan-batuan sedimen batu
gamping, serpih merah, batu pasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula
berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen. Gypsum
dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya, yaitu endapan danau garam,
berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol volkanik, efflorescence
pada tanah atau goa-goa kapur, tudung kubah garam, penudung oksida besi
(goosan) pada endapan pirit diaerah batu gamping. Gypsum juga didapat dari hasil
kegiatan vulkanik, dimana gas H2S hasil fumarol bereaksi dengan kapur hasil
pelapukan batuan. Gypsum banyak digunakan disektor industri maupun disektor
konstruksi.
3.2.6 Mangan
Mineral mangan tersebar secara luas dalam banyak bentuk yaitu oksida,
silikat dan karbonat. Penemuan sejumlah besar senyawa di temukan didasar lautan
dengan kandungan 24% mangan dan bersamaan dengan unsur lainnya dengan
kandungan yang lebih sedikit.
Jenis mangan yang paling berharga adalah merupakan oksida-oksida, dan
yang terpenting adalah pirolusit (MnO2) yaitu mineral yang berwarna kebiru-
biruan atau hitam keabu-abuan dan juga coklat kehitam-hitaman. Mudah luntur
dengan warna hitam atau coklat dan rapuh. Biji mangan lainnya yaitu :
Laporan Praktek KerjaLapangan
25
Marganite (MnOOH) 63% Mn, Braunite (3MnO3.MnSi3) 64% Mn. Hausmanit
(Mn3O3), rhodochosite (MnCO3) 48% Mn.
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung kerak bumi. Bijih
mangan pertama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi
oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimen dan residu. Mangan mempunyai
warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai sub metalik, kekerasan 2-6, berat
jenis 4-8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur
fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan
sebagai mineral utama dalam cabakan bijih adalah bauksit, manganit, hausmanit,
dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah rhodokronit, serta
rhodonit yang berkomposisi silika.
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan
hidrotermal, cebakan sedimen, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah
laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit dan akumulas residu. Sekitar 90%
mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi
besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non metalurgi antara lain
untuk produksi baterai kering, keramik, gelas kimia dan lain-lain.
Potensi cadangan bijih mangan di indonesia cukup besar, namun terdapat
diberbagai lokasi yang tersebar di seluruh indonesia. Potensi tersebut terdapat di
pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua.
Laporan Praktek KerjaLapangan
26
3.2.7 Pasir Kwarsa
Gambar 5. Pasir Kwarsa
Pasir Kwarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika
(SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses
pengendapan. Pasir kwarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil
pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kwarsa dan feldspar.
Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang
terendapkan ditepi-tepi sungai, danau atau laut.
Selain mineral silika, pasir kwarsa mengandung mineral-mineral atau zat
lain sebagai unsur pengotor. Unsur pengotor itu umumnya berupa oksida-oksida
besi, kalsium, alkali, aluminium, magnesium, lempung dan zat-zat organik hasil
dari pelapukan sisa-sisa hewan dan tumbuh-tumbuhan. Unsur pengotor diatas
pada dasarnya menentukan warna pasir, sehingga dari warna yang ditunjukkan
diperkirakan derajat kemurnian pasir kwarsa.
Pasir kwarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3,
TiO2, CaO, MgO, dan K2O berwarna putih bening atau warna lain bergantung
pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala mohs),berat jenis 2,65 titik lebur
17,150oC, bentuk kristal hexagonal, panas spesifik 0,185 dan konduktivitas panas
12-1000oC.
Laporan Praktek KerjaLapangan
27
Dalam kegiatan industri, pengunaan pasir kwarsa sudah berkembang
meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun ikutan. Sebagai bahan
baku utama misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mozaik,
keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand
blasting). Sedangkan sebagai bahan tambahan, misalnya dalam industri cor,
industri perminyakan, dan pertambangan, bahan tahan api (refaktor), dan
sebagainya.
Cadangan pasir kwarsa terbesar terdapat di Sumatera, potensi lain terdapat
di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumetera Selatan, Kalimantan Selatan dan
Pulau Bangka dan Belitung.
3.2.8 Bijih Besi Laterit
Laterit adalah endapan residu dari hasil pelapukan batuan yang terjadi di
daerah yang mempunyai iklim tropis hingga subtropis, serta curah hujan yang
relatif tinggi.
Karakteristik biji besi laterit memiliki kandungan besi rendah, kandungan
logam-logam pengotor seperti nikel, krom, kobalt, mangan, dan kandungan air
yang tinggi jenis besi laterit yaitu soli ore, yaitu bijih yang berupa tanah hard one
yaitu bijih yang dalam kondisi keras.
Kegunaan besi laterit sebagai bahan baku pembuat briket dan bahan baku
besi dan baja (baja paduan rendah kelmaks tinggi, baja nikel, kromium, baja
struktur).
Laporan Praktek KerjaLapangan
28
3.2.9 Pasir Besi
Gambar 6. Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral non logam seperti : kwarsa,
kalsit, feldsfar, ampibol, piroksen, biotin, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri
dari magnetit, titanferous magnetit, limenit, limonit, dan hematit. Titanferous
magnetitadala bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetik dan
limenit. Mineral bijih pasir besi utama berasal dari batuan basaltik dan andesitik
volkanik.
Kegunaan pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak
dimanfaatkan pada industri semen. Pasir besi terdapat seperti di Sumatera,
Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores dan Timor.
3.2.10 Kaolin
Kaolin mempunyai komposisi kimia hydrous aluminium silikat
(Al2O3.2SiO2) berwarna putih, kuning, jingga, abu-abu, putih, atau kemereah-
merahan. Proses feologi pembentukan kaolin (kaolinisasi) adalah proses
pelapukan dan proses hydrotermal alterasi pada bakuan beku feldspartik, mineral-
mineral potas aluminium silika dan feldsfar diubah menjadi kaolin.
Mineral yang termasuk kedalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit,
dikrit, dan halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang memiliki kandungan air lebih
besar dan umumnya membentuk endapan sendiri.
Laporan Praktek KerjaLapangan
29
Sifat-sifat Mineral kaolin antara lain, yaitu kekerasan 2-2,5,
berat jenis 2,6-2,63 plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah,
serta pH bervariasi.
Mineral-mineral kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan hallosyit, dengan
kaolinit sebagai hasil utamanya . Kaolin dapat digunakan untuk industri karet dan
tekstil, industri kertas.
Proses pembentukan Kaolin (Kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses
pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan
Kaolin ada dua macam yaitu : endapan residual dan sedimentasi.
Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Pulau Bangka dan Belitung, serta
potensi lainnya tersebar di pulau Sumatera, Pulau Jawa, Suleawesi Utara.
3.2.11 Zirkon
Gambar 7. zirkon
Zirkon merupakan mineral silikat yang terjadi secara luas diseluruh kerak
bumi, meskipun jarang dalam jumlah terkonsentrasi. Mineral utama yang
mengandung unsur Zirkonium adalah Zirkon/zirkonium silika (ZrO2.SiO2) dan
baddeleyit/Zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini dijumpai dalam bentuk
Laporan Praktek KerjaLapangan
30
senyawa dengan hafnium. Pada umumnya zirkon mengndung unsur besi, kalsium
sodium. Mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan warna pada zirkon
bervariasi, seperti putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat kemerahan,
kuning kecoklatan, dan gelap, sistem kristal monokolin, prismatik, dipiramida,
dan tetragonal, kilap lilin saampai logam, belahan sempurna tidak beraturan,
kekerasan 6,5-7,5, berat jenis 4,6-5,8, indeks reflaksi 1,92-2,19, hilang pijar 0,1%
dan titik lembut dari pada topaz.
Zirkon terbentuk sebagai mineral accesories pada batuan yang mengandung
Ne-feldspar (batuan beku asam dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat
berupa endapan primer maupun endapan sekunder. Zirkon mempunyai kekerasan
yang berskala 7,5 dalam skala Mohs, yang berarti sedikit lebih keras
dibandingkan dengan kwarsa dan lebih lembut dari pada topaz.
Kegunaan zirkon adalah untuk bahan baku elektronik, keramik. Potensi
zirkon menyebar di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan
Kalimantan bagian barat. Potensi ini mengikuti penyebaran kasiterit yang dikenal
dengan nama tin belt.
3.3 Metode Gravimetri
Gravimetri merupakan suatu cara analisis jumlah untuk menetapkan unsur-
unsur atau senyawa-senyawa berdasarkan pengendapan atau penimbangan berat.
Dasar dan cara analisis gravimetri meliputi.
Cara Pengendapan
Suatu sampelyang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang
secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali
Laporan Praktek KerjaLapangan
31
dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu
memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat
dianalisis dengan menimbang. Endapan yang terbentuk harus harus berukuran
lebih besar pada pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan
tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion
endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan
endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada
suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius
tergantung suhu dekomposisi dari analit. Pengendapan kation misalnya,
pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan nikel dengan DMG (dimetil
glioksin), pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan
mengatur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk
memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.
Pembentukan endapan dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi,
biasanya berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendapan dapat
berupa anorganik maupun organik.
2. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi
logam sebagai terjadi logam sebagai endapan, dengan kation diendapkan.
Cara Penguapan
Digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang
relatif lebih mudah menguap yaitu dengan cara :
 Pemanasan dalam udara atau gas tertentu.
 Penambahan pereaksi sehingga mudah menguap.
Laporan Praktek KerjaLapangan
32
Zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorben
yang sesuai dan telah diketahui berat tetapnya. Untuk penentuan kadar air
suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan
senyawa pada suhu 105oC -110oC. Berkurangnya berat sebelum pemanasan
menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Asal
senyawa tidak terurai oleh pemanasan, atau bisa juga menggunakan zat
pengering seperti CaCl2 dan Mg(ClO4)2.
Cara pengendapan elektrolis.
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam
terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation
apabila dialiri dengan arus listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu
maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya,
misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan
cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang
diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam
sampel relatif besar sehinggga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar
analit dalam sampel hanya berupa unsur pelarut, maka metode gravimetri
tidak akan mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan
metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair. Prinsipnya
senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisisnya cermat
dapat terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.
Laporan Praktek KerjaLapangan
33
Tahapan kerja dalam analisis gravimetri, yaitu meliputi : Penimbangan,
pelarutan, pemanasan, pengendapan, penyaringan, pencucian, pemijaran,
pendinginan dan penimbangan.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka endapan yang terbentuk harus
mempunyai syarat.
1. Endapannya murni.
2. Kelarutannya kecil.
3. Rumus kimia pasti.
4. Mantap.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar hasil analisis secara gravimetri
mendekati kebenaran diantaranya :
1. Pemilihan pereaksi pengendap yang tepat sehingga endapan yang
didapatkan hanya unsur yang ditetapkan.
2. Memilih pereaksi pengendap yang kelarutannya tinggi.
3. Mengatur situasi dan kondisi lingkungan (pH).
4. Memperhatikan suhu pada waktu pengendapan.
5. Penambahan pereaksi pembantu jika diperlukan, seperti larutan
penyangga.
6. Menambah pereaksi pengendapan berlebih, agar pengendapan
sempurna dan memperkecil kelarutan endapan.
Laporan Praktek KerjaLapangan
34
3.4 Metode Instrumental
Analisis instrumental adalah cara analisis didasarkan pada gabungan alat-
alat pepnglihat. Analisis instrumental yang biasa dilakukan dilaboratorium kimia
Mineral Puslitbang tek-MIRA diantaranya cara spektrofotometri dan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA/AAS).
Kedua cara analisis diatas berdasarkan pada hukum lambert-Beer.
1) Hukum Lambert
Lambert (1760) menyelidiki hubungan antara intensitas cahaya mula-mula
(lo) dengan intensitas cahaya yang dipancarkan (lt) terhadap tebal dan
memberikan suatu hukum yang berbunyi :
“Bila suatu cahaya melalui suatu media yang transparan maka
bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding
dengan bertambah tebalnya media (t).”
Rumus yang diperoleh dari hasil pengintegralan :
log lt = -k.t
lo
log lt = k.t
lo
2) Hukum Beer
Beer (1852) menyelidiki hubungan antara intensitas antara intensitas
cahaya mula-mula dan cahaya yang dipancarkan terhadap kepekatan media
dan memberikan hukum yang berbunyi :
“Bila suatau cahaya suatu bidang/media yang transparan maka
bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan
bertambah turunnya kepekatan media (c).”
Laporan Praktek KerjaLapangan
35
Rumus yang diperoleh dari pengintegralan :
log lt = -k`.t
lo
-log lt = k`.t
lo
3) Hukum Lambert-Beer
Karena adanya kesamaan kedua hukum tersebut, maka keduanya
digabungkan dan berbunyi :
“Bila suatu cahaya melalui suatu media yang transparan maka bertambah
turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambah
turunnya ketebalan dan kepekatan media.”
Rumus yang diperoleh dari hasil pengintegralan :
-log lt =k.k`.c.t
lo
Karena k dan k` merupakan tetapan maka dapat diganti menjadi :
-log lt = ε. c. t
lo
Karena –log T = lt
lo
Maka –log T = log lo
lt
A= -log T = log lt
lo
A= T. C. t
Ket :
k. k` = tetapan
ε = tetapan pengganti k dan k` yang besarnya tergantung pada panjang
gelombang cahaya dan jenis senyawanya.
lo = intensitas cahaya mula-mula
Laporan Praktek KerjaLapangan
36
lt = intensitas cahaya yang dipancarkan
T = transmisi
A = absorban
Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah suatu cara analisis jumlah yang berdasarkan
kenyataan bahwa tua mudanya suatu larutan yang berwarna tergantung kepada
kepekatannya.
Teori kolorimetri didasarkan atas hubungan antara besarnya penyerapan
suatu cahaya dengan tebal media dan kepekatan larutan. Setiap zat akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan dan warna
yang ada.
Bagian-bagian terpenting dari spektrofotometer :
1) Sumber cahaya, sebagai sumber cahaya dapat digunakan lampu wolfram
yang menghasilkan sinar dengan panjang gelombang atas 375 µm. Dengan
salah satu dari kedua sinar tersebut, dapat dilakukan penetapan pada
daerah sinar tampak atau daerah sinar ultraviolet.
2) Monokromator, berfungsi untuk mendapatkan cahaya yang monokromatis,
yaitu prisma dan grating.
3) Kuvet, berfungsi untuk menyimpan sampel yang akan diperiksa, kuvet
yang baik mempunyai syarat-syarat :
a. Tidak berwarna.
b. Permukaan secara optik sejajar.
c. Tidak boleh rapuh.
d. Bentuknya sederhana.
Laporan Praktek KerjaLapangan
37
4) Detektor, berfungsi mengubah cahaya menjadi arus listrik. Sebagai
detektor dapat dipakai photo tube, Photo Multipler Tube, atau Barrier
Layer Cell.
Gambar 8. Bagian alur Analisa Spektrofotometri
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometer :
1) Pembentukan warna
Dalam pembentukan warna dari zat yang dianalisis digunakan pereaksi
pembentuk warna. Pereaksi ini harus mempunyai syarat, yaitu :
a. Harus selektif artinya pereaksi hanya bereaksi dengan unsur yang
dianalisisi serta menghasilkan warna yang spesifik.
b. Reaksinya peka artinya pereaksi dapat membentuk warna dan
bereaksi walaupun zat yang dianalisis dalam konsentrasi kecil
sekali.
2) Pemilihan panjang gelombang yang optimal biasanya dibuat spektrum
absorban, yaitu berupa kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang.
Source Monokromator
Detector
+
Measuring
System
+
Readout
Sample
Compartment
Laporan Praktek KerjaLapangan
38
3) Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan pengukuran absorbansi terhadap
konsentrasi larutan standar pada panjang gelombang yang sama.
4) Penentuan kadar
Setelah absorbansi larutan contoh terukur, kemudian diplotkan pada kurva
kalibrasi seri larutann standar maka konsentrasi contoh dapat diketahui.
Gambar 9. Spektrofotometer UV-Vis Varian 50-Conc
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA/AAS)
Spektrofotometri Serapan Atom biasa dikenal dengan nama AAS (Atomic
Absorbtion Spektrofotometry) adalah suatu teknik yang berdasarkan atas
absorbansi sinar yang spesifik oleh atom bebas pada panjang gelombang tertentu.
Cara lain ini diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Walsh pada tahun 1953.
Sekarang cara ini telah berkembang dengan pesat dan telah menjadi suatu cara
analisis yang dikerjakan secara rutin. AAS menjadi pilihan utama dalam analisis
unsur karena mempunyai kelebihan, antara lain :
1) Dapat mendeteksi kadar logam/unsur dari suatu campuran yang sangat
kompleks dan kepekatan tinggi.
Laporan Praktek KerjaLapangan
39
2) Dapat mendeteksi kadar logam tertentu dalam kepekatan yang relatif
rendah walaupun ada unsur lain yang tingkat kepekatannya lebih tinggi
tanpa dilakukan pemisahan terlebih dahulu.
3) Dapat mendeteksi kadar logam dari kepekatan rendah sampai tinggi.
Dapat diketahui bahwa penetapan dengan cara AAS ini didasarkan atas
penyerapan sinar oleh atom bebas, atom-atom bebas ini setelah dapat menyerap
energi cahaya pada suatu tingkat energi tertentu dan pada panjang gelombang
tertentu. Biasanya cahaya yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi atom
dalam sampel tersebut dan sesuai dengan hukum Lambert-Beer.
Bagian-bagian terpenting dari Spektrofotometer Serapa Atom (SSA)
adalah :
1) Sumber Cahaya
Menggunakan sumber cahaya yang mempunyai panjang gelombang
tertentu dan setiap unsur adalah spesifik. Biasanya digunakan lampu
katoda yang terbuat dari gelas yang membungkus katoda dan sebuah
anoda yang cocok. Kedua elektroda diselubungi gas neon pada tekanan
rendah. Apabila dihubungkan sumber tegangan maka ion gas yang
bermuatan positif yang akan memakan katoda dan mengusir atom dari
unsur pada katoda. Atom ini akan tereksitasi dan dapat menghasilkan sinar
emisi yang mempunyai panjang gelombang yang khas.
2) Bagian atomisasi
Pada bagian ini larutan sampel diubah menjadi bentuk atom-atomnya
setelah melalui spray chamber, dengan bantuan gas pembakar untuk
diatomisasi.
Laporan Praktek KerjaLapangan
40
3) Sistem optik
Dalam AAS maksud utama dari sistem optik adalah mengumpulkan
cahaya dari sumber cahaya, melewatkannya melalui sampel lau
kemonokromator. Sistem optik pada AAS dapat single beam (satu berkas
cahaya) atau double beam (dua berkas cahaya). Pada single beam harga lo
selalu tetap selama pengukuran sinar yang ditransmisikan (lt). Pada sistem
double beam secara periodik disisipkan cermin datar pada jalannya sinar
dari nyala masuk ke dalam monokromator, sehingga lo dapat diukur.
4) Monokromator
Berfungsi mengisolasi sinar yang diperlukan dari sinar yang dihasilkan
oleh lampu katoda. Jadi apabila terdapat beberapa panjang gelombang
cahaya, maka yang dilewatkan ke detektor hanyalah panjang gelombang
tertentu sesuai keinginan.
5) Detektor
Seperti halnya pada spektrofotometer, detektor pada AAS mempunyai
sifat dapat mengubah cahaya menjadi energi listrik yang kemudian
diteruskan keamplifer lalu kesistem pembacaan (Galvanometer).
Gangguan-gangguan yang timbul pada penetapan dengan menggunakan AAS
diantaranya :
1) Gangguan ionisasi
Keberadaan logam-logam lain dapat mengganggu keseimbangan jumlah
atom yang stabil dengan terionisasi. Terbentuknya elektron-elektron dari
logam–logam tersebut akan memperbesar jumlah atom pada nyala
sehingga absorbansi makin tinggi. Gangguan ini dapat diatasi dengan
Laporan Praktek KerjaLapangan
41
penambahan pereaksi, seperti untuk pengukuran kalsium dan magnesium
perlu penambahan stronsium dan litium.
2) Pengaruh anion
Keberadaan anion dapat mempersulit pembentukan atom bebas karena
terbentuknya senyawa yang relatif sulit untuk diatomisasi.
Keadaan ini dapat dihindari dengan beberapa cara, anara lain :
a) Penambahan pereaksi pengkelat yang dapat membentuk senyawa
kompleks.
b) Pemakaian suhu tinggi.
c) Ditambahkan kation, yang dapat mengikat anion (ion pembebas)
3) Gangguan sinar emisi
Di dalam bagian atomisasi disamping terdapat atom yang stabil juga
terjadi eksitasi atom-atom yang menghasilkan sinar emisi dengan panjang
gelombang yang sama dengan sinar katoda, sehingga sulit dibedakan oleh
monokromator. Hal ini dapat menambah sinar yang ditansmisikan
sehingga akan memperkecil kadar. Gangguan semacam ini dapatkan
diatasi dengan pengguanaan sistem modulasi, yaitu :
a) Chopper (mechanically modulation)
b) Voltage (electrical modulation)
4) Gangguan fisika
Gangguan fisika seperti kekentalan dan tegangan permukaan sangat
berpengaruh terhadap kesempurnaan proses atomisasi contoh. Keadaan ini
dapat dikurangi dengan peningkatan suhu pembakar.
Laporan Praktek KerjaLapangan
42
5) Perhitungan kadar dengan AAS
Perhitungan kadar dapat dihitung dengan salah satu cara sebagai berikut :
Kadar Unsur (%) =
𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝑥 𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 100
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ( 𝑚𝑔) 𝑥 1000
Gambar 10. AAS Varian
Laporan Praktek KerjaLapangan
43
BAB IV
METODE ANALISIS
4.1 ALAT DAN BAHAN
4.1.1 ALAT
a) Batang pengaduk
b) Botol semprot
c) Botol timbang
d) Buret
e) Cawan porselen
f) Eksikator
g) Filler
h) Furnace
i) Gelas kimia
j) Hot plate
k) Kaca arloji
l) Kaki tiga
m) Kertas saring
n) Labu erlenmeyer
o) Labu ukur
p) Neraca analitik
q) Oven
r) Pemanas bunsen
s) Pipet volum
t) Platina
u) Spektrofotometer
v) Statif dan klem
w) Tangkrus
x) Teflon
y) Whatman No.40
z) Whatman No.42
4.1.2 BAHAN
a) Aquadest
b) H2O3 3%
c) H2SO4 1:1
d) H3PO4
e) HCl pekat
f) HClO4
g) HF
h) HNO3 pekat
i) HNO3 1:24
j) K2S2O7
k) Molibdat
l) Sampel fly ash
m) Vanadat
Laporan Praktek KerjaLapangan
44
4.2 Analisis Contoh Fly Ash
Senyawa yang dianalisis antara lain: H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, dan PO4
4.2.1 Penentuan H2O-
A. Prinsip
Pada umumnya batuan atau tanah mengandung air lembab, senyawa
organik dan anorganik. Dengan pemanasan didalam oven pengeringan
pada suhu 105oC maka H2O- akan menguap. Bobot air yang menguap
adalah selisih bobot sebelum dipanaskan.
B. Prosedur Kerja
1. Panaskan botol timbang di dalam oven pengeringan pada suhu
105-110oC selama 15 menit.
2. Angkat, dinginkan dan timbang (A gram).
3. Timbang ±1 gram sampel kedalam botol timbang tersebut
(B gram).
4. Panaskan kembali dalam oven pengeringan pada suhu 105-110oC
selama 1-2 jam.
5. Angkat, dinginkan dan timbang (C gram).
C. Perhitungan
% H2O- =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
Keterangan:
A = Berat botol timbang (gram)
B = Berat botol timbang + contoh (gram)
C = Berat botol timbang + contoh setelah pengeringan (gram)
Laporan Praktek KerjaLapangan
45
4.2.2 Penentuan LOI
A. Prinsip
Pada umumnya batuan atau tanah mengandung air lembab, senyawa
organik dan anorganik. Senyawa organik akan mengurangi atau hilang
bila dipijarkan pada suhu 900oC. Selisih bobot sebelum dan sesudah
pemijaran dihitung sebagai kadar zat hilang bakar (LOI).
B. Prosedur Kerja
1. Panaskan cawan porselen kosong dalam furnace pada suhu
900oC selama 15 menit, angkat dan dinginkan. Kemudian
timbang ( A gram).
2. Timbang ±1 gram sampel kedalam cawan porselen tersebut
(B gram).
3. Panaskan dalam furnace pada suhu 900oC selama 1-2 jam,
angkat dan dinginkan. Kemudian timbang (C gram).
C. Perhitungan
% LOI =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
Keterangan:
A = Berat cawan porselen (gram)
B = Berat cawan porselen + contoh (gram)
C = Berat cawan porselen + contoh setelah pemijaran (gram)
Laporan Praktek KerjaLapangan
46
4.2.3 Pelarutan dengan (HCl-HNO3-H2SO4) untuk Penentuan SiO2
A. Prinsip
Contoh dilarutkan dengan asam campur (HCl-HNO3-H2SO4) dimana
asam sulfatnya membantu pengoksidasi kuat untuk memecahkan
senyawa atau ikatan yang komplek. Pelarut menjadi sempurna dengan
penambahan HCl kembali, senyawa yang tidak larut ditetapkan
sebagai SiO2.
B. Persamaan reaksi
SiO2 + 6 HF H2SiF6 + 2 H2O
H2SiF6 SiF4 (g) + 2HF (g)
C. Prosedur kerja
1. Timbang dengan teliti ±0,2 gram sampel dan masukkan ke
dalam gelas kimia 300 ml, basahi dengan sedikit aquadest.
2. Larutkan dengan aquaregia sulfat (15 ml HCl pekat, 5 ml
HNO3 pekat, dan 10 ml H2SO4 1:1), tutup dan panaskan diatas
hot plate. Setelah bereaksi buka tutupnya lalu panaskan sampai
kering.
3. Panaskan diatas bunsen menggunakan tangkrus secara
perlahan sampai keluar asap putih (untuk memastikan bahwa
sulfat sisa pengeringan benar habis).
4. Angkat dan dinginkan.
5. Tambahkan 10 ml HCl pekat dan panaskan kembali sampai
semua garam larut kecuali SiO2.
6. Encerkan dengan aquadest sampai volume 100 ml dan
didihkan. Larutan disaring dengan kertas saring whatman
No.40.
7. Endapan dibilas dengan air panas beberapa kali sampai bersih,
endapan tersebut dimasukan kedalam cawam platina.
Diarangkan dan dipijarkan dalam furnace sampai tidak ada
Laporan Praktek KerjaLapangan
47
arang ±45 menit. Angkat dan dinginkan di dalam eksikator.
Setelah itu timbang (A gram).
8. Basahi residu hasil pemijaran dengan 1-2 tetes H2SO4 1:1 dan
3 ml HF. Setelah kering tambahkan kembali HF sebanyak 3 ml
(penambahan HF 3 ml dilakukan sebanyak 3 kali agar endapan
benar benar larut).
9. Panaskan platina secara perlahan diatas bunsen (untuk
menghilangkan sulfat sisa penguapan).
10. Pijarkan dalam furnace selama 15 menit. Dinginkan dalam
eksikator. Kemudian timbang (B gram).
11. Lebur dengan K2S2O7 dan cuci dengan HCl pencuci sambil
dipanaskan diatas hot plate.
D. Perhitungan
% SiO2 =
𝐴 − 𝐵
𝑊
𝑥 100 %
Keterangan:
A = Berat endapan sebelum ditambah HF (gram)
B = Berat endapan setelah penambahan HF (gram)
W = Berat contoh (gram)
4.2.4 Pelarutan dengan HCl untuk Penentuan SO3
A. Prinsip
Ion SO4
2- diendapkan dengan BaCl2 membentuk endapan yang
berwarna putih, kemudian disaring. Endapan dipijarkan, didinginkan
dan ditimbang sebagai BaSO4 . Kadar SO3 dihitung setelah di koreksi
faktor kimia.
Laporan Praktek KerjaLapangan
48
B. Persamaan Reaksi
SO4
2- + BaCl2 BaSO4 (putih) + 2Cl-
C. Prosedur Kerja
1. Ditimbang dengan teliti 0,2 gram sampel dalam kaca arloji dan
dimasukkan kedalam gelas kimia 300 ml kemudian dibasahkan
dengan sedikit aquadest.
2. Dilarutkan dengan 10 ml HCl pekat kemudian dipanaskan sambil
ditutup diatas hot plate sampai larut. Panaskan sampai macah-
macah.
3. Kemudian tambahkan kembali 10 ml HCl pekat, panaskan kembali
diatas hot plate.
4. Diencerkan dengan aquadest sampai volume ± 100 ml, kemudian
dipanaskan lagi sampai mendidih.
5. Disarin dengan kertas saring whatman No.40, larutan ditampung
dalam gelas kimia 250 ml dan dicuci dengan air panas. Kemudian
filtrat hasil saringan dididihkan kembali.
6. Ditambahkan 10 ml BaCl 10% kemudian panaskan kembali.
Kemudian turunkan dan dibiarkan semalaman agar proses
pengendapan terjadi dengan sempurna.
7. Disaring dengan kertas saring whatman No.42 dan cuci dengan air
panas sampai bebas Cl-.
8. Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan kedalam cawan
porselen kosong yang telah diketahui bobotnya (A gram).
9. Endapan diperarang diatas meker, kemudian dipijarkan didalam
furnace pada suhu 900oC, dinginkan dalam eksikator kemudian
timbang (B gram).
Laporan Praktek KerjaLapangan
49
D. Perhitungan
% SO3 =
𝐵 − 𝐴
𝑊
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
Keterangan:
A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan + abu (gram)
W= Berat sampel (gram)
Fk= Faktor kimia (0,343)
4.2.5 Pelarut dengan asam campuran (HF-HNO3-HClO4) untuk
Penentuan TiO2 Dan PO4
A. Prosedur Kerja
1. Timbang dengan teliti sampel ± 0,2 gram lalu masukkan ke
dalam teflon yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
2. Tambahkan kedalamnya 5 ml HNO3 pekat dan 10 ml HF pekat
kemudian panaskan diatas hot plate sampai kering kerontang
(jika contoh belum larut, penambahan HF dan HNO3 pekat
dilakukan beberapa kali sampai contoh larut atau bebas
silikat).
3. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan 2,5 ml HClO4 kemudian
panaska di hot plate sampai mengeluarkan asap putih dan
macah-macah.
4. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat. Panaskan sampai garam-
garamnya larut kemudian encerkan dengan 10 ml aquadest.
5. Dinginkan larutan, kemudian masukkan kedalam labu ukur
100 ml, tanda batasi lalu kocok hingga homogen (larutan
induk).
Laporan Praktek KerjaLapangan
50
4.2.6 Penentuan TiO2
A. Prinsip
Senyawa titan direaksikan dengan H2O2 membentuk senyawa komplek
berwarna kuning, kemudian diukur absorbanya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. Adanya unsur besi
dengan HCl akan membentuk besi (III) klorida yang berwarna kuning
juga, untuk menghilangkan warna kuning tersebut maka ditambahkan
asam sulfat dan asam phosfat sehingga yang terbentuk besi phosfat
yang tidak berwarna. Kadar TiO2 dapat diketahui setelah dibandingkan
dengan kalibrasi seri larutan standar.
B. Persamaan Reaksi
Fe3+ + 3Cl- FeCl3 (kuning)
2FeCl3 + 3H2SO4 Fe2(SO4)3 + 6HCl
Fe3+ + H3PO4 [Fe(HPO4)]+ + 2H+
Ti2+ + 2H2O2 (TiO2)2+
(kuning) + 2H2O
C. Prosedur Kerja
1. Pipet 10 ml dari larutan induk hasil pelarutan dengan asam campur,
kemudian masukkan kedalam labu ukur 25 ml.
2. Tambahkan 2,5 ml H2SO4 1:1 + 1,5 ml H3PO4 + 2,5 ml H2O2 3%.
3. Tanda batasi dan homogenkan, diamkan selama 15 menit.
4. Ukur absorbanya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 400 nm.
Laporan Praktek KerjaLapangan
51
4.2.7 Penentuan PO4
A. Prinsip
Ion ortofosfat direaksikan dengan Ammonium Molibdat dan
Ammonium Vanadat dalam suasana HNO3 membentuk senyawa
kompleks yang berwarna kuning. Warna yang terbentuk diperiksa
absorbanyya dengan spektrofotometer pada panajang gelombang 460
nm.
B. Persamaan Reaksi
C. PO4
3- + (NH4)6.Mo7O24.24H2O + NH4VO3
(NH4)3PO4.NH4VO3.16MoO3
C. Prosedur Kerja
1. Pipet 10 ml dari larutan induk hasil pelarutan dengan asam
campuran, kemudian masukkan kedalam labu ukur 25 ml.
2. Tambahkan 2,5 ml ammonium vanadat 0,25% dan 2,5 ml
ammonium molibdat 5%. Tanda bataskan dengan HNO3 1:24
kemudian barulah dihomogenkan, diamkan selama 15 menit.
3. Ukur absorbannya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 460 nm.
Laporan Praktek KerjaLapangan
52
4.3 HASIL ANALISA
Sampel Fly Ash dengan No.Sampel 1441-1446.
Senyawa yang dianalisis antara lain: H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, dan PO4
 Hasil Analisis Penentuan H2O- :
No.Sampel A (gram) B (gram) C (gram)
1441 13,6012 14,6013 14,5975
1442 12,6735 13,6735 13,6729
1443 12,7689 13,7689 13,7655
1444 13,4996 14,4997 14,4915
1445 14,1616 15,1612 15,1530
1446 13,9138 14,9120 14,9101
Perhitungan
% H2O- =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
Keterangan:
A = Berat botol timbang (gram)
B = Berat botol timbang + contoh (gram)
C = Berat botol timbang + contoh setelah pengeringan (gram)
 Sampel No.1441
% H2O- =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
14,6013 − 14,5975
14,6013 − 13,6012
𝑥 100 %
= 0,37 %
Laporan Praktek KerjaLapangan
53
 Sampel No.1442
% H2O- =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
13,6735 − 13,6729
13,6735 − 12,6735
𝑥 100 %
= 0,06 %
 Sampel No.1443
% H2O- =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
13,7689 − 13,7655
13,7689 − 12,7689
𝑥 100 %
= 0,34 %
 Sampel No.1444
% H2O- =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
14,4997 − 14,4915
14,4997 − 13,4996
𝑥 100 %
= 0,81 %
 Sampel No.1445
% H2O- =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
15,1612 − 15,1530
15,1612 − 14,1616
𝑥 100 %
= 0,82 %
 Sampel No.1446
% H2O- =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
14,9120 − 14,9101
14,9120 − 13,9138
𝑥 100 %
= 0,19 %
Laporan Praktek KerjaLapangan
54
 Hasil Analisis Penetuan LOI :
No.Sampel A (gram) B (gram) C (gram)
1441 13,6012 14,6013 14,5820
1442 12,6735 13,6735 13,6706
1443 12,7689 13,7689 13,7400
1444 13,4996 14,4997 14,4529
1445 14,1616 15,1612 15,1293
1446 13,9138 14,9120 14,8904
Perhitungan:
% LOI =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
Keterangan:
A = Berat cawan porselen (gram)
B = Berat cawan porselen + contoh (gram)
C = Berat cawan porselen + contoh setelah pemijaran (gram)
 Sampel No.1441
% LOI =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
14,6013 − 14,5820
14,6013 − 13,6012
𝑥 100 %
= 1,5 %
 Sampel No.1442
% LOI =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
13,6735 − 13,6706
13,6735 − 12,6735
𝑥 100 %
= 0,23 %
Laporan Praktek KerjaLapangan
55
 Sampel No.1443
% LOI =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
13,7689 − 13,7400
13,7689 − 12,7689
𝑥 100 %
= 2,55 %
 Sampel No.1444
% LOI =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
14,4997 − 14,4529
14,4997 − 13,4996
𝑥 100 %
= 3,89 %
 Sampel No.1445
% LOI =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
15,1612 − 15,1293
15,1612 − 14,1616
𝑥 100 %
= 2,39 %
 Sampel No.1446
% LOI =
𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴
𝑥 100 %
=
14,9120 − 14,8904
14,9120 − 13,9138
𝑥 100 %
= 1,97%
Laporan Praktek KerjaLapangan
56
 Hasil Analisis Penentuan SiO2 :
No.Sampel Berat Sampel A (gram) B (gram)
1441 0,2000 35,7176 35,5665
1442 0,2000 35,7182 35,5652
1443 0,2000 35,8553 35,7843
1444 0,2000 35,8166 35,7234
1445 0,2000 35,4269 35,3390
1446 0,2000 35,0695 34,9707
Perhitungan
% SiO2 =
𝐴 − 𝐵
𝑊
𝑥 100 %
Keterangan:
A = Berat endapan sebelum ditambah HF (gram)
B = Berat endapan setelah penambahan HF (gram)
W = Berat contoh (gram)
 Sampel No.1441
% SiO2 =
𝐴 − 𝐵
𝑊
𝑥 100 %
=
35,7176 − 35,5665
0,2000
𝑥 100 %
= 75,55 %
 Sampel No.1442
% SiO2 =
𝐴 − 𝐵
𝑊
𝑥 100 %
=
35,7182 − 35,5652
0,2000
𝑥 100 %
= 76,50 %
Laporan Praktek KerjaLapangan
57
 Sampel No.1443
% SiO2 =
𝐴 − 𝐵
𝑊
𝑥 100 %
=
35,8553 − 35,7843
0,2000
𝑥 100 %
= 35,50 %
 Sampel No.1444
% SiO2 =
𝐴 − 𝐵
𝑊
𝑥 100 %
=
35,8166 − 35,7234
0,2000
𝑥 100 %
= 46,60%
 Sampel No.1445
% SiO2 =
𝐴 − 𝐵
𝑊
𝑥 100 %
=
35,4269 − 35,3390
0,2000
𝑥 100 %
= 43,95 %
 Sampel No.1446
% SiO2 =
𝐴 − 𝐵
𝑊
𝑥 100 %
=
35,0695 − 34,9707
0,2000
𝑥 100 %
= 49,45 %
Laporan Praktek KerjaLapangan
58
 Hasil Analisis Penentuan SO3 :
No.Sampel Berat Sampel A (gram) B (gram)
1441 0,5000 12,7678 12,8186
1442 0,5000 14,3385 14,4035
1443 0,5000 12,7824 12,8184
1444 0,5000 13,4990 13,5356
1445 0,5000 12,6725 12,6970
1446 0,5000 13,9129 13,9592
Perhitungan
% SO3 =
𝐵 − 𝐴
𝑊
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
Keterangan:
A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan + abu (gram)
W= Berat sampel (gram)
Fk= Faktor kimia (0,343)
 Sampel No.1441
% SO3 =
𝐵 − 𝐴
𝑊
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
=
12,8186 − 12,7678
0,5000
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
= 3,36 %
 Sampel No.1442
% SO3 =
𝐵 − 𝐴
𝑊
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
=
14,4035 − 14,3385
0,5000
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
= 4,46 %
Laporan Praktek KerjaLapangan
59
 Sampel No.1443
% SO3 =
𝐵 − 𝐴
𝑊
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
=
12,8184 − 12,7824
0,5000
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
= 2,46 %
 Sampel No.1444
% SO3 =
𝐵 − 𝐴
𝑊
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
=
13,5356 − 13,4990
0,5000
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
= 2,51 %
 Sampel No.1445
% SO3 =
𝐵 − 𝐴
𝑊
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
=
12,6970 − 12,6725
0,5000
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
= 1,68 %
 Sampel No.1446
% SO3 =
𝐵 − 𝐴
𝑊
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
=
13,9592 − 13,9129
0,5000
𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100%
= 3,17 %
Laporan Praktek KerjaLapangan
60
BAB V
PENGOLAHAN DATA STATISTIK DAN PEMBAHASAN
5.1 Validai Analisis HP/LOI
Pengulangan %LOI
1 27
2 27
3 26,8
4 26,7
5 26,7
6 26,8
7 26,5
8 27,2
9 27,3
10 27
11 27
12 27
13 27
14 27
Rata-Rata 26,9286
Jumlah 377
Standar Deviasi 0,2091
%RSD 0,0078
c (Konsentrasi/100) 0,2693
CV 2,2849
2/3 CV 1,5233
%True Value 27,2000
% Bias -0,9979
5.1.3 Presisi
RSD =
𝑆𝐷
𝑋
𝑥 100%
= 0,0078 %
Laporan Praktek KerjaLapangan
61
CVH= 2 1 - 0,5 log C
= 21 - 0,5 log 0,2639
= 2,2849
2/3 x 2,2849 = 1,5233
*Catatan : RSD (%) < 2/3 CVH
5.1.5 Akurasi
% Bias =
𝑋−𝜇
𝜇
𝑥 100%
= -0,9979
*Catatan : % Bias < 5%
Laporan Praktek KerjaLapangan
62
5.2 Validasi Analisis SiO2
Pengulangan Kadar SiO2
1 76,1
2 76,7
3 77,4
4 76,2
5 76,8
6 77,6
7 76,4
8 77,4
9 76,3
10 77,8
Rata-Rata 76,87
Jumlah 768,7
Standar Deviasi 0,6308
%RSD 0,0082
c (Konsentrasi/100) 0,7687
CV 2,0571
2/3 CV 1,3714
%Bias 0,35
5.2.1 Presisi
RSD =
𝑆𝐷
𝑋
𝑥 100%
= 0,0082 %
CVH = 2 1 - 0,5 log C
= 21 - 0,5 log 0,7687
= 2,0571
2/3 x 2,0571= 1,3714
*Catatan : RSD (%) < 2/3 CVH
Laporan Praktek KerjaLapangan
63
5.2.2 Akurasi
% Bias =
𝑋−𝜇
𝜇
𝑥 100% = 0,35 %
*Catatan : % Bias < 5%
5.3 Validasi Analisis TiO2
Pengulangan Kadar TiO2
1 0,86
2 0,85
3 0,89
4 0,87
5 0,84
6 0,9
7 0,86
8 0,9
9 0,86
10 0,86
11 0,87
12 0,86
13 0,88
14 0,87
Rata-Rata 0,8693
Jumlah 12,1700
Standar Deviasi 0,0177
%RSD 0,0204
c (Konsentrasi/100) 0,0087
CV 3,0304
2/3 CV 2,0203
%True Value 0,8700
%Bias -0,0821
Laporan Praktek KerjaLapangan
64
5.3.1 Presisi
RSD =
𝑆𝐷
𝑋
𝑥 100%
= 0,0204 %
CVH = 2 1 - 0,5 log C
= 21 - 0,5 log 0,0087
= 3,0304
2/3 x 3,0304 = 2,0203
*Catatan : RSD (%) < 2/3 CVH
5.3.2 Akurasi
% Bias =
𝑋−𝜇
𝜇
𝑥 100% = - 0,0821 %
*Catatan : % Bias < 5%
Laporan Praktek KerjaLapangan
65
5.4 PEMBAHASAN
Mineral tersusun dari oksida-oksida logam dan garamnya, maka untuk
analisisnya dilakukan two stage atau dua langkah pengerjaan, diantaranya adalah :
 Dekomposisis/pelarutan
Dekomposisi adalah merubah mineral dari bentuk solid ke bentuk larutan
dengan cara:
a. Pelarutan langsung dengan asam kuat
Contohnya yaitu:
-HCl untuk batu kapur dan Gypsum
-HCl + HNO3 untuk mineral sulfidecontohnya pirit (FeS2), galena
(PbS), kalkopirit (CuFeS2), (Fly Ash) dan spalerit (ZnS).
-HCl + HNO3 + HClO4 untuk selain mineral.
b. Peleburan
Peleburan menggunakan basa-basa kuat dan garamnya.
Contohnya:
NaOH + Na2O2
Na2CO3 + Na2B4O7
Na2O2
 Penentuan Unsur-unsur
Menggunakan metode instrument seperti AAS dan spektrofotometri, dan
metode konvensional mengggunakan cara volumetri dan gravimetri.
Metode analisis yang selalu digunakan di Laboratorium Kimia Mineral
PUSLITBANG tekMIRA sampai saat ini adalah metoda klasik/konvensional dan
metoda modern/instrument. Metoda klasik yang sering digunakan adalah
gravimetri dan volumetric, meskipun memerlukan waktu yang relatif sama tetapi
masih sering digunakan karena memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, sedangkan
metoda analisis modern/instrument yang sering digunakan adalah
spektrofotometer dan AAS.
Laporan Praktek KerjaLapangan
66
Metoda ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan metoda konvensional
yaitu waktu analisa yang diperlukan lebih sedikit, dapat langsung menentukan
kadar unsur-unsur tanpa ada pemisahan, bisa mendeteksi kadar unsur yang rendah
sampai yang tinggi sehingga kesalahan yang kecil dapat berpengaruh besar pada
hasil analisis.
 Penetapan kadar LOI
LOI (Loss Of Ignition) atau hilang pada pemijaran adalah tes yang
digunakan dalam analisis kimia Anorganik khususnya dalam analisis mineral
dengan jalan memijarkan suatu contoh pada suhu tertentu, sehingga zat yang
mudah terbang akan terlepas sampai pada kondisis yang konstan. Variasi dari
pengujian ini adalah perubahan berat yang diakibatkan oleh suhu, hal ini disebut
thermogravimetri.
Hilang pijar dilaporkan sebagai hilang nya bagian dari suatu material atau
oksida dari suatu mineral. Zat yang mudah terbang pada hilang pijar adalah air
terikat dan karbon dioksida dari karbonat, dan ini dapat digunakan sebagai
pengujian kualitas.
Prinsip :
Pada umumnya batuan atau tanah mengandung air lembab, senyawa
organik. Senyawa organik akan mengurai atau hilang bila dipijarkan. Selisih
bobot sebelum dan sesudah pemijaran, dihitung sebagai kadar zat hilang bakar
(LOI).
Reaksi :
C + O2 CO2
Senyawa karbonat CO2
Penetapan kadar LOI dilakukan dengan pemanasan dimana sejumlah
contoh mineral abu terbang (Fly Ash) ditimbang dalam cawan porselin dan
dipijarkan pada suhu ± 925oC dalam tungku pemanas (furnace). Selisih berat
sebelum dan sesudah pemanasan dihitung.
Laporan Praktek KerjaLapangan
67
 Penetapan kadar H2O-
Penetapan kadar H2O- dengan cara di oven dimana contoh ditimbang
dalam botol timbang dan dipanaskan dalam oven pada suhu 110oC. pemilihan
suhu pada titik 110oC karena air pada titik tersebut menguap. Selisih berat
sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air lembab.
Reaksi :
(Fly Ash).xH2O (Fly Ash) Anhidrat + H2O
 Penetapan kadar SiO2
Silikon dioksida atau silika adalah salah satu senyawaan kimia yang paling
umum. Silika murni terdapat dalam dua bentuk yaitu kuarsa dan kristobalit.
Silikon selalu terikat secara tetrahedral kepada empat atom oksigen, namun
ikatan-ikatannya mempunyai sifat yang cukup ionik. Dalam kristobalit , atom-
atom silikon ditempatkan seperti halnya atom-atom karbon dalam intan dengan
atom-atom oksigen berada ditengah dari setiap pasangan. Dalam kuarsa terbentuk
heliks sehingga terbentuk kristal enansiomorf. Kuarsa dan kristobalit dapat saling
dipertukarkan apabila dipanaskan. Proses ini lambat karena dibutuhkan
pemutusan dan pembentukan kembali ikatan –ikatan dengan dan energi
pengaktifannya tinggi. Silika relatif tidak reaktif terhadap Cl2, H2, asam-asam dan
sebagian besar logam pada suhu 25oC atau pada suhu yang lebih tinggi, tetapi
dapat diserang oleh F2, HF aqua, hidroksida alkali dan leburan-leburan karbonat
(Cotton, 1998).
Mineral silika mempunyai berbagai sifat kimia antara lain sebagai berikut :
 Reaksi Asam
Silika relatif tidak reaktif terhadap asam kecuali terhadap asam
hidrofluorida dan asam phosfat.
SiO2(s) + 4HF (aq) SiF4(aq) + 2H2O(1) (Vogel, 1985:376)
Laporan Praktek KerjaLapangan
68
Dalam asam berlebih reaksinya adalah
SiO2 + 6HF H2[SiF6] (aq) + 2H2O (1) (Vogel, 1985:376)
 Reaksi Basa
Silika dapat bereaksi dengan basa, terutama dengan basa kuat, seperti
dengan hidroksida alkali.
SiO2(s) + 2NaOH (aq) Na2SiO3 + H2O (Vogel, 1985:374)
Secara komersial, silika dibuat dengan mencampur larutan natrium silikat
dengan suatu asam mineral. Reaksi ini menghasilkan suatu dispersi pekat yang
akhirnya memisahkan partikel dari silika terhidrat, yang dikenal sebagai silika
hidrosol atau asam silikat yang kemudian dikeringkan pada suhu 110oC agar
terbentuk silika gel. Reaksi yang terjadi :
Na2SiO3(aq) + 2HCl (aq) H2SiO3(1) + 2NaCl (aq)
H2SiO3(s) SiO2.2H2O(s) (R. Bakri, dkk 2008).
Penetapan kadar SiO2 dari contoh mineral abu terbang (Fly Ash)
menggunakan pereaksi diantaranya H2SO4 untuk mengendapkan silikat menjadi
silikat sulfat, HCl untuk melarutkan endapan silikat sulfat yang telah terbentuk, 2
atau 3 tetes H2SO4 untuk mengeluarkan silikat yang terkurung dalam garam-
garam Al dan Fe yaitu mengubah garam Al dan Fe dalam bentuk oksida mudah
menguap, serta HF untuk mengikat silikat H2SiF6 yang akan menguap saat
dipanaskan. Di alam ada dua bentuk siliakat SiO2 bebas (free Si) dan SiO2 reaktif
(Si dalam bentuk garam-garam silikat). Contoh garam-garam silikat CaSiO3,
MgSiO3, Al2(SiO3)3, FeOSiO2/FeSiO3. SiO2 reaktif itu larut dalam HF encer,
namun SiO2 tidak larut dalam dalam HF encer.
Laporan Praktek KerjaLapangan
69
 Penetapan kadar SO3
Pengujian SO3 dari bahan galian dalam contoh batuan sulfida dilakukan
secara gravimetri yang meliputi standar acuan, prinsip dan peralatan yang
digunakan.
Prinsip :
Contoh dilarutkan dengan asam klorida untuk memisahkan zat terlarut dengan
yang tidak terlarut, larutan yang tidak larut dalam tahap penyaringan pertama
adalah SiO2. SiO2 tidak larut dalam asam-asam kecuali Asam Fluorida (HF),
karena itu penyaringan pertama dilakukan untuk memisahkan SiO2 terlebih
dahulu. Selanjutnya filtrat diendapkan dengan larutan BaCl2 dan SO3 ditetapkan
sebagai kadar BaSO4 dengan menghitung faktor kimia.
 Penetapan kadar PO4
3-
Phospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari
suatu atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa
sebuah 3- muatan formal, dan dinotasikan PO4
3-. Fosfat merupakan satu-satunya
bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam diserap
oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah mati
terurai. Kemudian terakumulasi terendapkan di lautan. Proses terbentunya
endapan fosfat ada tiga :
1. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang bersusunan
nefelin, syenit dan takhit, mengandung mineral fosfat apatit, terutama fluor
apatit {Ca5 (PO4)3F} dalam keadaan murni mengandung 42% P2O5 dan
3,8% F2.
2. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang
terendapkan dilaut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang,
mineral fosfat yang terbentuk terutama frankolit.
3. Fosfat guano, merupakan hasik sekresi burung pemakan ikan dan
kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh
Laporan Praktek KerjaLapangan
70
air hujan dan air tanah. Berdasarkan tempatnya fosfat guano terdiri dari
endapan permukaan, bawah permukaan dan gua.
Penetapan kadar PO4
3- dari contoh Fly Ash secara sepektrofotometri
ditambah pereaksi-pereaksi yaitu asam nitrat (1:24), amonium vanadat dan
amonium molibdat. Amonium vanandat dan asam nitrat sebagai suasana asam dan
menghilangkan warna kuning dari Fe3+ (sebagai FeCl3) yang dapat mengganggu
penetapan, amonium molibdat sebagai pemberi warna dari kompleks ammonium
fosfomolibdat.
Reaksi :
PO4
3- + (NH4)6.Mo7O24.24H2O + NH4VO3
(NH4)3PO4.NH4VO3.16MoO3
 Penetapan kadar TiO2
Prinsip:
Senyawa titan direaksikan dengan H2O2 membentuk senyawa
komplek berwarna kuning, kemudian diukur absorbanya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. Adanya unsur besi
dengan HCl akan membentuk besi (III) klorida yang berwarna kuning
juga, untuk menghilangkan warna kuning tersebut maka ditambahkan
asam sulfat dan asam phosfat sehingga yang terbentuk [Fe(HPO4)]+ yang
tidak berwarna. Kadar TiO2 dapat diketahui setelah dibandingkan dengan
kalibrasi seri larutan standar.
Laporan Praktek KerjaLapangan
71
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan prakerin/PKL di PUSLITBANG tekMIRA kami dapat
mengolah ilmu yang telah di pelajari selama kuliah sehingga dapat lebih dipahami
serta dapat mengaplikasikan metode-metode keterampilan sesuai dengan program
studi analis kimia kinsentrasi analisis kimia.
Disisi lain, kami juga memperoleh pengetahuan dalam hal penggunaan
instrument kimia analisis dan metode-metode baru yang tidak tersedia di kampus
dengan kegiatan prakerin/PKL ini kami dapat mengetahui fungsi dan tugas
seorang analis kimia di dunia industri.
6.2 Saran
Saran untuk lembaga
 Lebih memperhatikan keselamatan para pekerja serta siswa yang prakerin
di pihak lembaga, dimana di lengkapi dengan Alat Pelindung Diri sesuai
standar K3 yang berlaku.
 Lebih dilengkapi lagi alat-alat yang mendukung kegiatan analisa, terutama
dari jumlah alat, agar kgiatan analisa dapat berjalan dengan lancar.
 Semoga pihak lembaga senantiasa bersedia untuk melakukan kerja sama
dengan pihak kampus dalam hal pengadaan tempat prakerin bagi
mahasiswa di tahun-tahun mendatang.
Laporan Praktek KerjaLapangan
72
Saran untuk kampus
Di harapkan kampus Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih dapat melakukan
pengadaan alat-alat instrumen terutama alat-alat instrumen kimia analisis yang
modern dan terbaharukan seperti yang digunakan di industri sehingga saat terjun
ke dunia industri mahasiswa sudah mengetahui prinsip kerja dan cara
mengoprasikan alat yang bersangkutan. Juga harus lebih mengembangkan teori-
teori untuk alat-alat instrument yang terkini dan modern yang ada di perusahaan-
perusahaan besar.
Laporan Praktek KerjaLapangan
73
LAMPIRAN
1. JURNAL KEGIATAN
 NAMA : Dina Junivita
NIM : 1112C1002
PEMBIMBING : Rd.Irwan Dharmansyah
Waktu
Pengerjaan
No.Sampel Jumlah Parameter Uji Keterangan Paraf
10-12 maret
20015
657 1 SiO2, H2O-, LOI Selesai
12-26 maret
2015
542-555 14 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
16 maret-19
april 2015
742-745 4 H2O-, LOI, SiO2, SO3, CaO, MgO, Fe
total, TiO2, PO4
Selesai
20 maret 2015 799-800 2 Cao Selesai
27-31 maret
2015
1008-1009 2 SiO2 langsung, TiO2 Selesai
30 maret-1 april
2015
1111 1 SiO2, Fe total, TiO2 Selesai
1-13 april 2015 1054-1056 4 H2O-, LOI, SiO2, TiO2, PO4 Selesai
9 april 2015 1164-1169 6 S total Selesai
13 april 2015 972 1 Zirkon Selesai
14-23 april
2015
1277-1278 2 SiO2 langsung, SiO2 aquaregia, SiO2
dengan pelebur LiBO2
Selesai
16-27 april
2015
1302-1310 9 SiO2 total, SiO2 bebas, SiO2 reaktif Selesai
23 april 2015 1226-1227 2 SO3 Selesai
29-30 april
2015
1487 1 LOI, SiO2, SiO2 langsung dari LOI Selesai
Laporan Praktek KerjaLapangan
74
2. HASIL ANALISIS
No.Sampel % SiO2 % H2O- % LOI
657 3,05 0,32 10,52
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
542 0,024 0,008 70,35 0,78 0,2934 0,1530
543 0,008 0,65 61,15 0,86 0,4714 0,2546
544 0,029 0,22 61,15 0,35 0,4428 0,1994
545 0,049 0,12 68,10 0,13 0,3322 0,1193
546 0,091 0,091 66,00 0,14 0,3601 0,1436
547 0,048 0,067 68,70 0,19 0,3171 0,1326
548 0,066 0,066 75,80 0,19 0,2352 0,0725
549 0,056 0,009 65,55 0,73 0,4148 0,1634
550 0,11 0,008 64,75 0,32 0,4006 0,1844
551 0,044 0,026 63,85 0,31 0,4036 0,1624
552 0,056 0,016 63,70 0,34 0,3922 0,1629
553 0,028 0,057 61,30 0,29 0,4252 0,1623
554 0,009 0,009 65,65 0,34 0,3970 0,1467
555 0,028 0,047 63,95 0,29 0,4103 0,1680
No.Sampel % H2O- %
LOI
%
SiO2
%
SO3
%CaO %MgO %Fe total % TiO2 % PO4
742 0,55 3,73 2,56 14,27 5,38 7,26 8,38 0,0808 -0,1993
743 0,98 2,61 5,95 14,13 3,81 7,26 6,98 0,1305 0,2456
744 0,62 1,79 2,5 12,93 4,26 9,35 12,01 0,1125 0,3103
745 0,56 1,87 6,8 13,93 4,26 7,58 9,49 0,2213 -0,1718
Laporan Praktek KerjaLapangan
75
No.Sampel %CaO
799 8,61
800 8,52
No.Sampel %SiO2 langsung %TiO2
1008 1,93 0,1724
1009 1,72 0,1179
No.Sampel % SiO2 % Fe total %TiO2
1111 5,7 74,8 0,4432
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 %TiO2 % PO4
1054 0,088 13,96 7,05 0,3234 0,1451
1055 1,01 9,78 3,15 0,2644 0,2410
1056 1,77 13,14 6,75 0,2536 0,1193
No.Sampel % S total
1164 20,53
1165 20,58
1166 18,78
1167 17,82
1168 14,04
1169 6,40
No.Sampel % Zirkon
972 64,10
Laporan Praktek KerjaLapangan
76
No.Sampel % SiO2 langsung % SiO2 aquaregia % SiO2 dengan pelebur
LiBO2
1277 5,62 41,35 5,50
1278 15,98 36,55 16,30
No.Sampel % SiO2 total % SiO2 bebas % SiO2 reaktif
1302 49,25 0,68 48,57
1303 67,90 2,65 65,25
1304 58,30 18,34 39,96
1305 52,95 10,29 42,66
1306 35,10 5,73 29,37
1307 52,40 18,75 33,65
1308 37,55 6,76 30,79
1309 69,60 6,71 62,89
1310 79,95 4,78 75,17
No.Sampel % SO3
1226 4,05
1227 6,35
No.Sampel % LOI % SiO2 %SiO2 langsung
1478 8,18 63,90 67,97
Laporan Praktek KerjaLapangan
77
 NAMA : Martua H. Pandiangan
NIM : 1112C1003
PEMBIMBING : Ernawati
Waktu Pengerjaan No.Sampel Jumlah Parameter Uji Keterangan Paraf
9 – 19 maret 2014 470-485 13 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
23 maret – 1 april 2014 1121-1122 2 LOI, TiO2 Selesai
3 - 9 april 2014 1123-1125 3 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
10 – 16 april 2014 1266-1267 2 H2O-, LOI, SiO2, TiO2, PO4 Selesai
17 april 2014 1272 1 LOI, SiO2 Selesai
20 – 23 april 2014 1353-1355 3 H2O-, LOI, TiO2, PO4 Selesai
27 – 29 april 2014 1441-1446 6 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
Laporan Praktek KerjaLapangan
78
Hasil Kerja:
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
470 0,51 2,19 50,90 3,51 0,0646 -0,4056
471 0,38 1,02 38,00 18,33 0,0934 -0,4010
472 0,37 1,00 39,40 7,20 0,3384 -0,2717
473 0,37 0,62 53,25 2,45 0,2707 0,2643
474 0,35 1,94 38,30 2,81 0,3679 0,9153
475 0,30 3,75 34,25 8,42 0,2835 -0,0462
476 0,13 0,76 62,35 3,65 0,0114 -0,4819
477 0,17 0,69 71,25 8,86 -0,1991 -0,6396
478 0,65 4,18 45,15 8,16 0,3158 -0,6218
479 1,00 4,90 53,80 14,23 -0,0552 -0,5629
480 0,36 2,72 29,20 10,29 0,4317 -0,6867
481 0,28 1,07 59,45 2,14 0,3732 -0,5727
485 0,45 3,94 45,85 8,98 0,3440 -0,5276
No.Sampel % LOI % PO4
1121 0,38 0,1564
1122 0,51 0,1821
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
1123 0,01 0,02 59,75 0,48 0,6785 0,0527
1124 0,03 0,05 61,55 0,42 0,7279 0,0771
1125 0,02 0,16 55,75 1,52 0,6169 0,0248
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % TiO2 % PO4
1266 15,06 4,92 55,60 1,2148 0,5778
1267 22,27 9,75 58,20 1,4617 0,5018
Laporan Praktek KerjaLapangan
79
No.Sampel % H2O- % LOI
1353 50,64 19,91
1354 37,22 13,73
1355 54,05 17,37
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
1441 0,37 1,55 75,55 3,36 0,2855 0,0426
1442 0,06 0,34 76,50 4,46 0,1900 0,3289
1443 0,34 2,55 35,50 2,46 0,6030 0,7823
1444 0,81 3,89 46,60 2,51 0,6019 0,4586
1445 0,82 2,39 43,95 1,68 0,6011 0,9208
1446 0,19 1,97 49,45 3,17 0,4990 0,1684
No.Sampel % LOI % SiO2
1272 0,079 59,75
Laporan Praktek KerjaLapangan
80
 NAMA : Imam Zamachsyari
NIM : 1112C1008
PEMBIMBING : Yani
Waktu Pengerjaan No.Sampel Jumlah Parameter Uji Keterangan Paraf
9 maret 2015 545-548 4 LOI Selesai
11 maret 2015 981 1 LOI Selesai
17 maret 2015 6303-6305 3 TiO2 Selesai
31 maret 2015 927-928 2 SO3, PO4 Selesai
2 april 2015 1008-1009 2 SiO2 Selesai
2 april 2015 1080-1085 5 SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
4 april 2015 1128-1129 2 LOI, SO3, TiO2, PO4 Selesai
16 april 2015 1211 1 SiO2, TiO2 Selesai
27 april 2015 1300-1301 2 SiO2, PO4 Selesai
Laporan Praktek KerjaLapangan
81
Hasil Kerja:
No.Sampel %LOI
545 10,91
546 5,90
547 7,76
548 5,53
No.Sampel %LOI
981 20,53
No.Sampel % TiO2
6303 0,9614
6304 1,3695
6305 0,8344
No.Sampel % SO3 % PO4
927 2,04 0,51
928 0,60 0,46
No.Sampel % SiO2
1008 92,36
1009 93,88
Laporan Praktek KerjaLapangan
82
No.Sampel % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
1080 32,10 14,47 0,4007 -0,0774
1081 63,20 7,68 0,1575 -0,0026
1082 47,60 3,27 0,8505 0,4384
1083 70,55 2,31 -0,0857
1084 37,30 5,40 0,6591
1085 46,25 1,18 0,7322
No.Sampel % LOI % SO3 % TiO2 % PO4
1128 14,11 0,64 0,5823 0,1908
1129 14,29 0,72 0,7965 0,1914
No.Sampel % TiO2 % SiO2
1211 3,1764 44,45
No.Sampel % PO4 % SiO2
1300 -0,4707 0,45
1301 -0,5064 0,42
Laporan Praktek KerjaLapangan
83
3. Gambar Spektrofotometer
4. Gambar AAS
Laporan Praktek KerjaLapangan
84
DAFTAR PUSTAKA
Candra, Eko dan Kukandi. 2004. Tugas Akhir Kadar Fly Ash Optimum pada
Paving Block Mutu Tinggi. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Semarang
Abadi, Taufan Candra, 1998, Studi Pengaruh Campuran Tanah-fly ash terhadap
Kuat Geser Tanah dengan Uji Direct Shear dan Prisma Bebas (Unconfined
Compression Test) pada Tanah Ekspansif Cikampek, Tugas Akhir Institut
Teknologi Nasional,Bandung.
American Society for Testing and Material, 1988, Annual Book Of ASTM
Standard, United State of America.
Ardhyan, 1997, Studi Laboratorium Peningkatan Kekuatan Geser Tanah
Ekspansif Cikampek Dengan Stabilisasi Semen, Tugas Akhir Institut Teknologi
Nasional, Bandung.
D. J. Cook., T.Cao., 1987, Fly ash, Slag and Silica Fume, Longman Chesire,
Australia. Head, K.H., 1986, A Halsted Press Book Manual of Soil Laboratory
Testing, volume 3, ELE International Limited, London.
R. Hausmann, Manfred., 1990, Engineering Principles of Ground Modification,
McGraw-Hill Publishing Company, Sydney. Brunel University
Munir, Misbachul, 2008, “Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) Untuk Hollow
Block Yang Bermutu Dan Aman Bagi Lingkungan”, Universitas Diponegoro,
Semarang
ASTM E 247 – 96 : Standard Test Method for Determination of Silika in
Manganese Ores, Iron Ores and related Materials by Gravimetry.
Laporan Praktek KerjaLapangan
85
Madiadipoera, Tushadi 1999, Bahan Galian Industri di Indonesia. Bandung
Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia.
Michael Purba, Soetopo Hidayat. 1995. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Jilid 1a.
Jakarta : Erlangga.
Tim PPPTM. 2000. Ensiklopedia Pertambangan 2. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara.
VOGEL, A.l., 1972, A Text book of Quantitative Inorganic Analysis, Including
Elementry Instrumental Analysis, Thrid Edition, London, Longman.
Harjadi, w. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.

More Related Content

What's hot

Ion Exchange
Ion ExchangeIon Exchange
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aasPengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
UIN Alauddin Makassar
 
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
Muhamad Imam Khairy
 
Kinetika adsorpsi 2
Kinetika adsorpsi 2Kinetika adsorpsi 2
Kinetika adsorpsi 2
Zainudin Alamsyah
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
U Lhia Estrada
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Ecko Chicharito
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
qlp
 
Materi ka gravimetri 1
Materi ka gravimetri 1Materi ka gravimetri 1
Materi ka gravimetri 1Indriati Dewi
 
ANALISA UJI XRF (X-ray fluorescence spectrometry) PADA SAMPEL BAHAN AIR METAL...
ANALISA UJI XRF (X-ray fluorescence spectrometry) PADA SAMPEL BAHAN AIR METAL...ANALISA UJI XRF (X-ray fluorescence spectrometry) PADA SAMPEL BAHAN AIR METAL...
ANALISA UJI XRF (X-ray fluorescence spectrometry) PADA SAMPEL BAHAN AIR METAL...
Universitas Gadjah Mada
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
Ahmad Dzikrullah
 
MANGAN - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
MANGAN - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITAMANGAN - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
MANGAN - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
Bonita Susimah
 
Analisis XRD dan XRF
Analisis XRD dan XRFAnalisis XRD dan XRF
Analisis XRD dan XRF
Ahmad Jihad Almuhdhor
 
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
Muhamad Imam Khairy
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
qlp
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Dokter Tekno
 
Icp (inductively couple plasma)
Icp (inductively couple plasma)Icp (inductively couple plasma)
Icp (inductively couple plasma)Henny Erlia
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
Awal Rahmad
 

What's hot (20)

Ion Exchange
Ion ExchangeIon Exchange
Ion Exchange
 
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aasPengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
 
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
 
Kinetika adsorpsi 2
Kinetika adsorpsi 2Kinetika adsorpsi 2
Kinetika adsorpsi 2
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
Materi ka gravimetri 1
Materi ka gravimetri 1Materi ka gravimetri 1
Materi ka gravimetri 1
 
Adsorpsi
AdsorpsiAdsorpsi
Adsorpsi
 
ANALISA UJI XRF (X-ray fluorescence spectrometry) PADA SAMPEL BAHAN AIR METAL...
ANALISA UJI XRF (X-ray fluorescence spectrometry) PADA SAMPEL BAHAN AIR METAL...ANALISA UJI XRF (X-ray fluorescence spectrometry) PADA SAMPEL BAHAN AIR METAL...
ANALISA UJI XRF (X-ray fluorescence spectrometry) PADA SAMPEL BAHAN AIR METAL...
 
Sulfida
SulfidaSulfida
Sulfida
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
MANGAN - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
MANGAN - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITAMANGAN - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
MANGAN - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
 
Analisis XRD dan XRF
Analisis XRD dan XRFAnalisis XRD dan XRF
Analisis XRD dan XRF
 
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
Icp (inductively couple plasma)
Icp (inductively couple plasma)Icp (inductively couple plasma)
Icp (inductively couple plasma)
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 

Viewers also liked

Laporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industriLaporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industri
Firda Shabrina
 
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPBLaporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Zoliand Sobilhaqq II
 
Makalah survei puslitbang tekmira
Makalah survei puslitbang tekmiraMakalah survei puslitbang tekmira
Makalah survei puslitbang tekmira
Yoga Hepta Gumilar
 
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
Sutny_Wulan_Sary_Puasa
 
fly ash pada beton mutu tinggi
fly ash pada beton mutu tinggifly ash pada beton mutu tinggi
fly ash pada beton mutu tinggi
dewi shinta
 
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutu
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutuPengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutu
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutu
Genteng Beton Pelita Mas
 
Gost r 8.665 2009
Gost r 8.665 2009Gost r 8.665 2009
Gost r 8.665 2009
Liam Harvey
 
316087550 pembahasan-keramik
316087550 pembahasan-keramik316087550 pembahasan-keramik
316087550 pembahasan-keramik
Mulia M'cullen
 
Brightness Meter by ACMAS Technologies Pvt Ltd.
Brightness Meter by ACMAS Technologies Pvt Ltd.Brightness Meter by ACMAS Technologies Pvt Ltd.
Brightness Meter by ACMAS Technologies Pvt Ltd.
Acmas Technologies Pvt. Ltd.
 
batu Kaolin
batu Kaolinbatu Kaolin
batu Kaolin
085753889956
 
Laporan eskursi gbg kelompok 9
Laporan eskursi gbg kelompok 9Laporan eskursi gbg kelompok 9
Laporan eskursi gbg kelompok 9
Bandung Institute of Technology
 
Presentasi kimia analitik
Presentasi kimia analitikPresentasi kimia analitik
Presentasi kimia analitik
Eko Barka
 
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetriAnalisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
Hesti Radean
 
Laporan PKL SMTI Padang
Laporan PKL SMTI PadangLaporan PKL SMTI Padang
Laporan PKL SMTI Padangqboe Ajja
 
Laporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
Laporan PKL di WLN dan PT.Air ManadoLaporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
Laporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
Margareth Pandaleke
 
Keramik
KeramikKeramik
Keramik
HMTI_FTUMJ
 
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besiMakalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Bandung Institute of Technology
 

Viewers also liked (20)

Laporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industriLaporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industri
 
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPBLaporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
 
Makalah survei puslitbang tekmira
Makalah survei puslitbang tekmiraMakalah survei puslitbang tekmira
Makalah survei puslitbang tekmira
 
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
LAPORAN MAGANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHAR...
 
fly ash pada beton mutu tinggi
fly ash pada beton mutu tinggifly ash pada beton mutu tinggi
fly ash pada beton mutu tinggi
 
Fix laporan klorida
Fix laporan kloridaFix laporan klorida
Fix laporan klorida
 
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutu
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutuPengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutu
Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton mutu
 
Bab i bab iii 2003
Bab i bab iii 2003Bab i bab iii 2003
Bab i bab iii 2003
 
Mangal instrumentation 08
Mangal instrumentation 08Mangal instrumentation 08
Mangal instrumentation 08
 
Gost r 8.665 2009
Gost r 8.665 2009Gost r 8.665 2009
Gost r 8.665 2009
 
316087550 pembahasan-keramik
316087550 pembahasan-keramik316087550 pembahasan-keramik
316087550 pembahasan-keramik
 
Brightness Meter by ACMAS Technologies Pvt Ltd.
Brightness Meter by ACMAS Technologies Pvt Ltd.Brightness Meter by ACMAS Technologies Pvt Ltd.
Brightness Meter by ACMAS Technologies Pvt Ltd.
 
batu Kaolin
batu Kaolinbatu Kaolin
batu Kaolin
 
Laporan eskursi gbg kelompok 9
Laporan eskursi gbg kelompok 9Laporan eskursi gbg kelompok 9
Laporan eskursi gbg kelompok 9
 
Presentasi kimia analitik
Presentasi kimia analitikPresentasi kimia analitik
Presentasi kimia analitik
 
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetriAnalisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
 
Laporan PKL SMTI Padang
Laporan PKL SMTI PadangLaporan PKL SMTI Padang
Laporan PKL SMTI Padang
 
Laporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
Laporan PKL di WLN dan PT.Air ManadoLaporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
Laporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
 
Keramik
KeramikKeramik
Keramik
 
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besiMakalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
Makalah tugas besar kelompok komoditi pasir besi
 

Similar to Laporan PKL di tekmira

Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasioilandgas24
 
Bab 2 organisasi rev4
Bab 2 organisasi rev4Bab 2 organisasi rev4
Bab 2 organisasi rev4fitradhika
 
Skkni 2016 038
Skkni 2016 038Skkni 2016 038
Skkni 2016 038
Wahyu Haryadi
 
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadanganLaporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadanganSylvester Saragih
 
7. bab i pendahuluan
7. bab i pendahuluan7. bab i pendahuluan
7. bab i pendahuluan
vespa
 
Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;
Desliana Hana
 
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakartaselayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
Teknik Pertambangan - UPN Veteran Yogyakarta
 
Isi
IsiIsi
Contoh proposal pli
Contoh proposal pliContoh proposal pli
Contoh proposal pli
Arief TheStronger
 
2020-Kepmenaker nomor 380 Tahun 2020.pdf
2020-Kepmenaker nomor 380 Tahun 2020.pdf2020-Kepmenaker nomor 380 Tahun 2020.pdf
2020-Kepmenaker nomor 380 Tahun 2020.pdf
hadiwiryo2019
 
Skkni 2016 039
Skkni 2016 039Skkni 2016 039
Skkni 2016 039
Wahyu Haryadi
 
Pendahuluan sp36
Pendahuluan sp36Pendahuluan sp36
Pendahuluan sp36karinaayin
 
Point modul-9-evaluasi-kelayakan-investasi-tambang-sri-widayati
Point modul-9-evaluasi-kelayakan-investasi-tambang-sri-widayatiPoint modul-9-evaluasi-kelayakan-investasi-tambang-sri-widayati
Point modul-9-evaluasi-kelayakan-investasi-tambang-sri-widayati
Sri Widayati
 
Bendasifat
BendasifatBendasifat
BendasifatHari Adi
 
Laporan PBT (Fix Penjilidan)
Laporan PBT (Fix Penjilidan)Laporan PBT (Fix Penjilidan)
Laporan PBT (Fix Penjilidan)
Andy Purnawirawan
 

Similar to Laporan PKL di tekmira (20)

Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasi
 
Bab 2 organisasi rev4
Bab 2 organisasi rev4Bab 2 organisasi rev4
Bab 2 organisasi rev4
 
Skkni 2016 038
Skkni 2016 038Skkni 2016 038
Skkni 2016 038
 
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadanganLaporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan
 
Rktm program
Rktm programRktm program
Rktm program
 
7. bab i pendahuluan
7. bab i pendahuluan7. bab i pendahuluan
7. bab i pendahuluan
 
Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;Laporan pkl (hana desliana ;
Laporan pkl (hana desliana ;
 
Kawasan industri bab i
Kawasan industri bab iKawasan industri bab i
Kawasan industri bab i
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakartaselayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
selayang pandang tek.tambang UPN vetyeran yogyakarta
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Contoh proposal pli
Contoh proposal pliContoh proposal pli
Contoh proposal pli
 
2020-Kepmenaker nomor 380 Tahun 2020.pdf
2020-Kepmenaker nomor 380 Tahun 2020.pdf2020-Kepmenaker nomor 380 Tahun 2020.pdf
2020-Kepmenaker nomor 380 Tahun 2020.pdf
 
Skkni 2016 039
Skkni 2016 039Skkni 2016 039
Skkni 2016 039
 
Pendahuluan sp36
Pendahuluan sp36Pendahuluan sp36
Pendahuluan sp36
 
Point modul-9-evaluasi-kelayakan-investasi-tambang-sri-widayati
Point modul-9-evaluasi-kelayakan-investasi-tambang-sri-widayatiPoint modul-9-evaluasi-kelayakan-investasi-tambang-sri-widayati
Point modul-9-evaluasi-kelayakan-investasi-tambang-sri-widayati
 
Benda dan Sifat-Sifatnya
Benda dan Sifat-SifatnyaBenda dan Sifat-Sifatnya
Benda dan Sifat-Sifatnya
 
Bendasifat
BendasifatBendasifat
Bendasifat
 
Rktm lab diseminasi
Rktm lab diseminasiRktm lab diseminasi
Rktm lab diseminasi
 
Laporan PBT (Fix Penjilidan)
Laporan PBT (Fix Penjilidan)Laporan PBT (Fix Penjilidan)
Laporan PBT (Fix Penjilidan)
 

Recently uploaded

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 

Recently uploaded (20)

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 

Laporan PKL di tekmira

  • 1. Laporan Praktek KerjaLapangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam rangka meningkatkan pengalaman, kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan yang berlangsung didunia kerja maka dicanangkan program kerja praktik yang dilakukan di istansi-istansi pemerintahan, lembaga penelitian dan juga di lingkungan industri. Kerja praktik juga dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari mahasiswa. Salah satu istansi pemerintahan yang dijadikan sebagai lahan tempat kerja praktik adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (PPPTMB) Bandung. Laboratorium yang digunakan sebagai tempat praktik kerja lapangan adalah laboratorium kimia mineral. Dilaboratorium ini mahasiswa biasanya melakukan analisis beberapa mineral yang terdapat dalam sampel-sampel bahan galian/mineral dan lain-lain. Adapun mahasiswa memilih tempat PKL di puslitbang TekMIRA ini karena untuk menambah pengetahuan mahasiswa lebih mendalam lagi tentang mineral /bahan galian dan juga adanya kebutuhan mahasiswa akan lahan tempat kerja praktik untuk mengasah dan melatih kemampuan analisis serta untuk melihat realitas dunia kerja setelah lulus nanti. Pada penulisan laporan hasil praktik kerja lapangan ini, penyusun mengambil judul “ANALISIS KOMPOSISI MINERAL PADA FLY ASH’’.
  • 2. Laporan Praktek KerjaLapangan 2 Fly ash batubara adalah material yang memiliki ukuran butiran yang halus berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara (Wardani, 2008). Partikel abu yang terbawa gas buang disebut fly ash, sedangkan abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku disebut bottom ash. Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik. 1.2 Tujuan Kerja Praktik Tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah: 1. Meningkatkan kemampuan, memperluas, dan memantapkan keterampilan mahasiswa sebagai bekal kerja yang sesuai dengan program studi analis kimia. 2. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesional mahasiswa dalam rangka memasuki lapangan kerja. 3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam hal penggunaan instrumen analis kimia unsur yang lebih modern, dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia dikampus. 4. Memperkenalkan mahasiswa pada fungsi dan tugas seorang sarjana kimia kepada lembaga-lembaga penelitian dan perusahaan industri ditempat pelaksanaan PKL.
  • 3. Laporan Praktek KerjaLapangan 3 1.3 Manfaat dari Pelaksanaan Kerja Praktik 1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana ilmu yang didapat selama mengikuti kegiatan perkuliahan yang dapat diterapkan secara langsung pada dunia kerja saat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan. 2. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam dunia kerja sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja sesungguhnya setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah tinggi. 3. Dapat memupuk kedisiplinan mahasiswa pada dunia kerja. 4. Terjadinya hubungan kerja antara program Studi Analis Kimia Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara. 5. Memperkenalkan Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih kepada pihak luar. 1.4 Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktik Kerja Lokasi Penulis melakukan praktik kerja lapangan adalah di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang- Tekmira) Jl.Jendral Sudirman no.623 Bandung, Indonesia. Kegiatan kerja praktik ini dilakukan dari tanggal 9 Maret 2015 sampai 1 Mei 2015.
  • 4. Laporan Praktek KerjaLapangan 4 1.5 Sistematika Penyusunan Dalam penyusunan laporan ini mengikuti sistematika penyusunan sebagai berikut : (1)Kata Pengantar, (2)Daftar isi, (3) Isi laporan, (4) Daftar Pustaka, (5) Lampiran. Bagian Daftar isi terdiri atas : (a)Daftar isi, (b) Daftar Gambar, (c) Daftar Tabel, (d) Daftar Lampiran. Bagian isi Laporan terdiri atas : (a) Bab I Pendahuluan, (b) Bab II Tinjauan Umum Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Bandung, (c) Bab III Tinjauan Pustaka, (d) Bab IV Metode Analisis, (e) Bab V Pengolahan Data Statistik dan Pembahasan, (f) Bab VI Penutup Bagian Daftar Pustaka terdiri atas : Daftar Pustaka Bagian Lampiran terdiri atas : (a) Jurnal Kegiatan Kerja, (b) Hasil Analisis
  • 5. Laporan Praktek KerjaLapangan 5 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Berdirinya PPTM Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.548 tahun 1976, tanggal 11 November 1976 Pusat Pengembangan Teknologi Mineral Bandung merupakan suatu lembaga gabungan dari Akademi Geologi dan Pertambangan (AGP) dengan Balai Penelitian Tambang dan Pengolahan Bahan Galian (BPTPBG) yang telah bekerja sejak tahun 1960. Bergabungnya kedua balai ini menjadi Pusat pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) diresmikan pada tanggal 11 November 1976 berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.548 tahun 1976. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.1092 tahun 1984 yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.132 tahun 1979, Pusat Pengembangan Teknologi Mineral adalah unit pelaksana teknis dibidang pengembangan teknologi mineral dilingkungan Departemen Pertambangan dan Energi yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jendral Pertambangan umum pada waktu itu. PPTM dipecah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) dan Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan (PPTP) berdasarkan surat keputusan Menteri Pertambangan Energi no.1748 tahun 1992. Pada tahun 2001 terjadi restrukturisasi lembaga organisasi dan nama PPPTM dirubah menjadi PPPTMB (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara)/Puslitbang tek-MIRA.
  • 6. Laporan Praktek KerjaLapangan 6 2.2 Kedudukan / Lokasi Pusat penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara adalah pelaksana tugas dibidang geoteknologi tambang, teknologi penambangan dan eksploitasi air tanah , teknologi pengolahan mineral, teknologi pengolahan dan pemanfaatan batubara, lingkungan, tekno-ekonomi mineral batubara dan teknologi informasi pertambangan, serta pelanyanan jasa teknologi yang bertanggung jawab langsung kepada Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara terletak di Jalan Jendral Sudirman no.623 Bandung, Lingkungan Warung Muncang, Kecamatan Bandung Kulon Wilayah Kotamadya Bandung.
  • 7. Laporan Praktek KerjaLapangan 7 2.3 Organisasi Gambar 1 Struktur Organisasi PPTM/Puslitbang TekMIRA (Peraturan menteri ESDM No.18/2010) KAPUS BAGIAN TATA USAHA Subbagian umum dan kepegawaian Subbagian Keuangan BIDANG PROGRAM SUBBIDANG PENYIAPAN RENCANA SUBBIDANG ANALISIS & EVALUASI BIDANG PENYELENG GARAAN & SARANA SUBBIDANG PENYELENG GARAAN LITBANG SUBBIDANG SARANA LITBANG BIDANG AFILIASI & INFORMASI SUBBIDANG AFILIASI SUBBIDANG INFORMASI KOORDINATOR KPL Teknologi Eksploitasi Tambangdan Pengelolaan Sumber Data KOORDINATOR KPL Teknologi Pengelolaan KOORDINAT OR KPL Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara Peneliti Perekayasa Peneliti Perekayasa Peneliti Penyelidik Bumi Perekayaan Peneliti Perekayasa Peneliti Penyelidik Bumi Perekayasa Peneliti Penyelidik Bumi Perekayasa Peneliti Perekayasa Peneliti Perekayasa Peneliti Penyelidik Bumi Perekayasa Teknologi Penambang an Mineral & Batubara Teknologi Pengolahan &Pemanfaa tan Mineral Teknologi Pengolahan &Pemanfaa tan batubara Kebijakan &Tekno ekonomi Minerba Lingkungan Pertambang an Minerba
  • 8. Laporan Praktek KerjaLapangan 8 2.4 Tata Kerja Karyawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (PPPTMB) Bandung, mempunyai jam kerja sebagai berikut : Senin sampai Kamis mulai dari Pukul 07.30 WIB sampai pukul 16.00 WIB, istirahat pukul 12.00 WIB sampai pukul 13.30 WIB , sedangkan Sabtu dan Minggu adalah hari libur, tiap tanggal 17 dan hari besar nasional lainnya wajib mengikuti upacara bendera. 2.5 Deskripsi Tempat Kerja Laboratorium Kimia Mineral adalah kelompok fungsional dari salah satu bagian kelompok Mineral dibawah koordinator Litbang Kelompok Program Pengolahan dan manfaat Mineral yang ada dipusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. Kelompok utama tersebut mempunyai tugas melaksanakan pengujian kimia dan karakterisasi mineral, penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan mineral industri dan mineral logam, teknologi bahan, serta manfaat buangan pengolahan, sedangkan kelompok karakterisasi mineral mempunyai tugas melaksanakan analisis kimia mineral, pengujian kimia fisika mineral, karakterisasi mineral dan analisis kimia lingkungan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, kelompok Program Litbang pengolahan dan pemanfaatan Mineral mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Penyusunan rencana dan program penelitian dan pengembangan dibidang teknologi pengolahan mineral.
  • 9. Laporan Praktek KerjaLapangan 9 2. Pengujian kimia dan fisika mineral serta lingkungan, penyusunan prosedur analis kimia dan fisika mineral, standarisasi, serta pengujian mineralogy bahan galian. 3. Penelitian dan pengembangan teknologi mineral industri. 4. Penelitian dan pengembangan pengolahan mineral logam. 5. Penelitian pengembangan teknologi bahan. 6. Pengumpulan dan pengolahan data dibidang teknologi pengolahan mineral. 7. Pembinaan tenaga peneliti/ahli dibidang teknologi pengolahan mineral. 8. Studi perbandingan dilaboratorium dan lapangan mengenai teknik/metoda teknologi pengolahan mineral. 9. Pengolahan hasil penelitian dan pengembangan dibidang teknologi pengolahan mineral. 10. Penyusunan rencana dan kegiatan pelayanan jasa. 11. Pemberian petunjuk teknis dan ilmiah dibidang teknologi pengolahan mineral. Kelompok Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Mineral terdiri atas : a. Kelompok Teknologi Pengolahan Mineral Industri Kelompok Teknologi Pengolahan Mineral industri mempunyai tugas pengujian teknolgi pengolahan dari pemanfaatan mineral industri.
  • 10. Laporan Praktek KerjaLapangan 10 b. Kelompok Teknologi Mineral Logam Kelompok Teknologi Mineral Logam mempunyai tugas melakukan pengujian teknologi pengolahan ekstraksi, pemurnian dan pemanfaatan mineral logam. c. Kelompok Teknologi Bahan Kelompok Teknologi Bahan mempunyai tugas melakukan pengujian teknologi bahan yang mencakup pembuatan bahan-bahan pembuatan bahan-bahan paduan logam, keramik dan bahan-bahan lainnya serta penyusunan standarisasi metode pengujian bahan tersebut. d. Kelompok Teknologi Pemanfaatan Buangan Pengolahan Kelompok Teknologi Pemanfaatan Buangan Pengolahan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan buangan pengolahan. e. Kelompok Karakterisasi Mineral Kelompok Karakterisasi Mineral mempunyai tugas melakukan pengujian kimia dan fisika mineral serta lingkungan, penyusunan metode pengujian dan analisis kimia dan fisika. 2.6 Tugas dan Fungsi Pokok Adapun tugas pokok dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi bidang mineral dan batubara.
  • 11. Laporan Praktek KerjaLapangan 11 Sedangkan fungsi pokok dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara adalah : a. Penelitian dan pengembangan teknologi tambang terbuka, tambang dalam, geomekanika tambang, keselamatan kerja, reklamasi tambang serta melakukan pelayanan jasa teknologi pertambangan. b. Pengujian kimia dan fisika mineral, penelitian dan pengembangan pengolahan mineral industri, mineral logam, teknologi pengolahan ekstraksi. c. Pengujian kimia dan fisika batubara dan gambut, serta penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan konservasi dan pembakaran batubara dan gambut. d. Penelitian dan pengembangan rancangan bangun dan simulasi kendali.
  • 12. Laporan Praktek KerjaLapangan 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Mineral Mineral merupakan batuan yang terbentuk melalui proses geologis yang tersusun dari oksida logam maupun garamnya yang terdapat di dalam kerak bumi. Sumber-sumber mineral mencakup benda padat seperti biji logam dan batubara, benda cair seperti minyak mentah dan gas seperti gas alam. Dalam ilmu geologi unsur/senyawa tersebut sangat penting dan dibutuhkan dalam mengidentifikasi pembentukan batuan, susunan kandungan yang terdapat didalam mineral. Adapun ilmu yang mempelajarinya adalah mineralogi. Menurut definisi, mineral adalah padatan homogen yang terjadi karena proses alamiah yang mempunyai struktur kristal dan komposisi karena proses alamiah yang mempunyai struktur kristal dan komposisi kimia tertentu (umumnya tidak tetap ) dan memiliki susunan atom yang teratur, biasanya terbentuk secara anorganik. Batasan Mineral itu sendiri dapat dibagi menjadi dua, yang masing-masing dikemukakan oleh : 1. Escher (1950), bahwa mineral adalah sebagian besar merupakan kristalin dalam kerak bumi, serta mempunyai sifat-sifat yang sama pada satu keahlian bila dipandang dari sudut yang sembarang.
  • 13. Laporan Praktek KerjaLapangan 13 2. Berry dan Manson (1968), bahwa mineral merupakan benda padat homogen yang dibentuk dialam dengan proses anorganik dan mempunyai susunan kimia tertentu yang didalamnya terdapat suatu pengaturan atom- atom atau ion-ion yang teratur. Berdasarkan kedua batasan tersebut, mineral dapat didefinisikan sebagai berikut : “Mineral adalah salah satu zat homogen yang terjadi dialam secara alamiah dengan suatu komposisi kimia tertentu (umumnya tidak tetap) dan memiliki susunan atom yang teratur, biasanya terbentuk secara proses anorganik”. Gabungan dari beberapa mineral adalah batuan, agar lebih mengenal jelas jenis batuan, perlu ditetapkan terlebih dahulu jenis mineral yang terkandung didalamnya. Untuk mengenai jenis batuan perlu diketahui :  Jenis mineral yang terkandung.  Ukuran dan bentuk kristal serta penyusun ruang antara mineral yang satu dengan mineral yang lain, sifat ini biasa disebut tekstur batuan.  Menetapkan secara kuantitatif kandungan mineralnya.  Komposisi kimia mineral. Penggolongan mineral-mineral pada umumnya dilakukan berdasarkan pada kandungan senyawa-senyawa kimia yang terkandung seperti sulfida, oksida, silika, karbonat, fosfat, dan sebagainya. Akan tetapi penamaan mineral tidak selalu berdasarkan kandungan senyawa-senyawa kimia yang terkandung, namun berdasarkan pada :
  • 14. Laporan Praktek KerjaLapangan 14 1. Sifat fisik atau kimia, diantaranya adalah warna, sifat magnetik, dan unsur dominan. 2. Nama tempat ditemukan. 3. Nama seorang tokoh atau ahli mineral. Salah satu buku yang pertama kali memuat tentang mineral adalah “ON STONES” yang ditulis oleh Theopratus pada tahun 372-287 sebelum masehi. Pada abad pertama mencatat banyak sekali pengetahuan alam yang sudah dikenal oleh orang-orang romawi, yang menerangkan sebagai macam mineral dan kegunaannya. Buku tersebut adalah “DE TE METALICA” dan “DE NATURE FOSSILIUM”(1546), yang ditulis ilmuwan Jerman bernama Gergius Agrikola.  Hardness (Kekerasan) Derajat Kekerasan merupakan salah satu sifat umum yang menjadi dasar identifikasi, hal ini merupakan ukuran terdapat goresan suatu mineral. Kekerasan ini diuji berdasarkan skala kekerasan Mohs, yang menunjukkan kekerasan mineral tertentu pada skala 1-10, skala itu adalah: Scale Mineral Gambar Scale 1 GambarMineral Talc (Mg3Si4O10(OH)2) 6 Orthoclase (KalSi3O8) 2 Gypsum (CaSO4.2H2O) 7 Quartz (SiO2)
  • 15. Laporan Praktek KerjaLapangan 15 Tabel 1. Sifat-sifat mineral  Luster (Kilau) Merupakan penampakan permukaan mineral didalam cahaya yang dipantulkan. Uji ini sangat sulit dilakukan jika permukaaan kotor atau tidak, hasilnya akan menyimpang.  Color (Warna) Ketidak murnian dapat dengan mudah mengubah warna suatu mineral. Kotoran atau zat lain pada permukaan yang menyebabkan kesalahan pengamatan.  Streak (Coret) Streak (coret) merupakan warna residu mineral dalam keadaan bubuk. Alat yang digunakan adalah pecahan kaca yang putih yang tidak berglazur. Pecahan ini memiliki kekerasan sekitar 6, alat ini tidak dapat digunakan pada mineral yang mempunyai kekerasan lebih dari 6. 3 Calcite (CaCO3) 8 Topaz (Al2SiO4(OH-F-)2) 4 Fluorite (CaF2) 9 Corundum (Al2O3) 5 Apatite (Ca5(PO4)3(OH-,Cl-,F-)) 10 Diamond (C)
  • 16. Laporan Praktek KerjaLapangan 16 Warna coretan pada mineral diantaranya : Warna Coretan Mineral Hitam Graphite Pryte Magnetite Chalcopyrite Abu-abu Galena Kuning-Coklat Limonite Merah-Coklat Hematite Tabel 2. Warna Coretan Mineral  Cleavage (belahan) Cleavage (belahan) merupakan suatu kecenderungan mineral untuk terbagi sepanjang bidang tertentu.  Fracture (patahan) Merupakan bentuk mineral pada saat hancur.  Crystalline shape (bentuk kristal) Merupakan pola geometris yang dimiliki kristal tunggal suatu mineral.  Specific gravity (massa jenis) Merupakan perbandingan massa jenis mineral terhadap massa jenis air (1g/cm3).
  • 17. Laporan Praktek KerjaLapangan 17 3.2 Jenis-jenis Mineral 3.2.1 Fly Ash Gambar 2. Fly Ash Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik. Fly ash terdiri dari bahan inorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah mengalami fusi selama pembakarannya. Bahan ini memadat selama berada di dalam gas-gas buangan dan dikumpulkan menggunakan presipitator elektrostatik. Karena partikel-partikel ini memadat selama tersuspensi di dalam gas gas buangan, maka partikel-partikel fly ash umumnya berbentuk bulat. Partikel- partikel fly ash yang terkumpul pada presipitator elektrostatik biasanya berukuran (0.074 – 0.005 mm). Bahan ini terutama terdiri dari silikon dioksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3) dan besi oksida (Fe2O3). Saat ini umumnya fly ash batubara digunakan dalam pabrik semen sebagai salah satu bahan campuran pembuat beton. Selain itu, sebenarnya abu terbang batubara memiliki berbagai kegunaan yang amat beragam: 1. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan. 2. Penimbun lahan bekas pertambangan. 3. Recovery magnetit, cenosphere, dan karbon.
  • 18. Laporan Praktek KerjaLapangan 18 4. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori. 5. Bahan penggosok (polisher). 6. Filler aspal, plastik, dan kertas. 7. Pengganti dan bahan baku semen. 8. Konversi menjadi zeolit dan adsorben. Konversi abu terbang batubara menjadi zeolit dan adsorben merupakan contoh pemanfaatan efektif dari abu terbang batubara. Keuntungan adsorben berbahan baku fly ash batubara adalah biayanya murah. Selain itu, adsorben ini dapat digunakan baik untuk pengolahan limbah gas maupun limbah cair. Fly ash batubara mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO2) alumina (Al2O3), fero oksida (Fe2O3) dan kalsium oksida (CaO), juga mengandung unsur tambahan lain yaitu magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TiO2), alkalin (Na2O dan K2O), sulfur trioksida (SO3), Pospor Oksida (P2O5) dan karbon. Tabel 3. Komposisi dan Klasifikasi Fly Ash
  • 19. Laporan Praktek KerjaLapangan 19 3.2.2 Batuan Phospat Batuan phospat terdiri dari mineral-mineral yang kristalnya tidak terlihat karena phospatnya terikat dengan kalsium. Phospat adalah unsur dalam suatu bahan baku (apatit) atau sedimen dengan kandungan pospor ekonomis. Biasanya kandungan pospor dinyatakan sebagai Bone phospate of lime (BPL) atau Tri Phospate of lime (TPL) atau berdasarkan kandungan P2O5 . Phospat apalit termasuk phospat primer karena gugusan oksida phospatnya terdapat dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang-kadang endapan phospat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit. Di Indonesia batuan phospat terjadi dalam gua-gua gunung kapur sebagai hasil reaksi antara kotoran, urine, bangkai dari burung, dan kelelawar yang tinggal didalam gua-gua dengan batuan dasar membentuk batuan phospat. Batuan phospat dipergunakan sebagaian besar untuk bahan baku pembuatan pupuk sebagai sumber pospat, bahan kimia, besi pospat, pembuatan pospor, karena jenis ini lebih mudah larut dalam air tanah, sedangkan pupuk batuan kalsium phospat lebih sering digunakan sebab tidak memboroskan pemakaian asam sulfat, untuk bahan baku pembuat phospor dapat digunakan jenis phospat dengan kadar phospat P2O5 diatas 19%. Phospat komersil dari mineral adalah kalsium fluo-phospat dan kloro- phospat dan sebagian kecil wavellite (Phospat aliminium hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit berasal dari jenis slag guano, crandallite [CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O] dan millsite (Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O.
  • 20. Laporan Praktek KerjaLapangan 20 Sifat Fisik mineral phosphat memiliki nilai kekerasan skala 3 (skala Mohr), BJ 2,71 dan bentuk prismatic, tabular, pejal, berbulir halus sampai kasar, dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, olitik atau pisolitik. Phospat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5 antara 4 – 42%. Sementara itu tingkat uji pupuk phospat ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P (phospat atau P2O5), dan K (Potas cair atau K2O). Phospat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak tidak larut dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Phospat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan. Di Indonesia jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan guano (kadar P2O5 = 0,17 – 43%). Terdapat di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Kalimantan dan Irian Jaya. Di Indonesia, ekplorasi phospat dimulai sejak tahun 1919. Umumnya, kondisi endapan phospat guano ada yang berbentuk lensa-lensa, sehingga digunakan untuk penentuan jumlah cadangan, dibuat sumur uji pada kedalaman 2-5 meter. Selanjutnya, pengambilan contoh dilakukan dengan pemboran apabila kondisi struktur geologi total diketahui. 3.2.3 Kalsit Kalsit merupakan kalsium karbonat (CaCO3) dengan kandungan CaO 56% dan CO2 44% , memiliki sistem kristal heksagonal dan berlahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan. Endapan kalsit kadang-kadang terdapat dalam bentuk CaCO3 murni dan dapat pula kalsiumnya diganti dengan Mg, Fe atau Mn. Endapan kalsit selalu bercampur dengan pengotor seperti silikat, lempung, limonit, atau hematit.
  • 21. Laporan Praktek KerjaLapangan 21 Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubsitusi oleh unsur logam sebagai pengotor dalam persentase membentuk mineral lain. Dengan adanya subsitusi ini ada perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe(CO3)2 dan MgCO3 (Subsitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe(CO3)4 (subsitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 subsitusi oleh Mn). Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat dengan batu gamping dan aktifitas magma, namun berdasarkan data hasil penelitian, baru diketahui di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian Selatan dan Utara (sebagian kecil). Bentuk endapan datar, bukit cadangan terbesar didaerah Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta Ton) dan Bagelan di Kabupaten Purwokerto (0,1 juta ton). Kalsit terjadi karena penghabluran kembali larutan gamping akibat pengaruh air tanah. Endapan kalsit ditemukan berupa pengisian rongga, rekahan, atatu kekar, sehingga jumlahnya tidak banyak karena sifatnya setempat-setempat. Selain karena proses penghabluran kembali, kalsit juga dapat terbentuk karena proses metamorfosa sentuh/regional pada batu gamping karena tekanan tanah, dan pelapukan. Kegunaan batuan ini diantaranya sebagai : bahan pemutih, pengisi cat kaleng, karet, penetral asam pada tanah untuk pertanian, bahan pelapis kertas, bahan pasta gigi, industri keramik, bahan penyerap kotoran-kotoran pada peleburan gelas dan pasir kwarsa.
  • 22. Laporan Praktek KerjaLapangan 22 3.2.4 Batu Kapur Gambar 3. Batu Kapur Batu kapur dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat dialam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat, bahkan hitam, tergantung kepada keberadaan mineral pengotornya. Apabila dilarutkan dengan asam, batu kapur akan larut dan mengeluarkan gas yang tidak berbau, yaitu CO2. Kalsinasi batu kapur pada suhu agak tinggi akan melepaskan gas CO2 yang sisanya terdiri dari CaO, jika CaO diberi air maka akan terjadi penghidratan yang cepat menjadi kalsium hidroksida. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah (CaCO3) . Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau aragonit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit adalah sederit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).
  • 23. Laporan Praktek KerjaLapangan 23 Kegunaan batu kapur diantaranya : bahan kaptan, bahan campuran bangunan, industri karet dan ban, kertas, penetral pH tanah yang asam, pengkoloid dalam industri gula, bahan baku untuk semen pertland. Potensi batu kapur diindonesia sangat besar dan tersebar hampir merata diseluruh kepulauan indonesia 3.2.5 Batuan Gypsum Gambar 4. Batuan Gypsum Gypsum merupakan mineral hydrous calsium sulfat (CaSO4.2H2O) yang terjadi dialam. Pada umumnya endapan gypsum berbentuk sedimen mendatar, terletak pada permukaan bumi dengan penyebaran yang luas, serta sering berasosiasi dengan batuan kapur, shale, batu pasir, marmer, dan lempeng. Umumnya gypsum mengandung SiO2, CaO, H2O. Gypsum mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin sper, dan selenit. Gypsum umumnya berwarna putih, namun terdapat variasi warna lain., seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga dan hitam. Hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum. Gypsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal. Kekerasan 1,5-2 (skala mohr), berat jenis 2,31-2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/L pada 0oC yang meningkat menjadi 2,1 gr/L pada 40oC tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.
  • 24. Laporan Praktek KerjaLapangan 24 Endapan gypsum sebagian besar terbentuk dari air laut dan hanya sebagian kecil berasal dari endapan danau yang mengandung garam. Gypsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gypsum merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan diantara batuan-batuan sedimen batu gamping, serpih merah, batu pasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen. Gypsum dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya, yaitu endapan danau garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol volkanik, efflorescence pada tanah atau goa-goa kapur, tudung kubah garam, penudung oksida besi (goosan) pada endapan pirit diaerah batu gamping. Gypsum juga didapat dari hasil kegiatan vulkanik, dimana gas H2S hasil fumarol bereaksi dengan kapur hasil pelapukan batuan. Gypsum banyak digunakan disektor industri maupun disektor konstruksi. 3.2.6 Mangan Mineral mangan tersebar secara luas dalam banyak bentuk yaitu oksida, silikat dan karbonat. Penemuan sejumlah besar senyawa di temukan didasar lautan dengan kandungan 24% mangan dan bersamaan dengan unsur lainnya dengan kandungan yang lebih sedikit. Jenis mangan yang paling berharga adalah merupakan oksida-oksida, dan yang terpenting adalah pirolusit (MnO2) yaitu mineral yang berwarna kebiru- biruan atau hitam keabu-abuan dan juga coklat kehitam-hitaman. Mudah luntur dengan warna hitam atau coklat dan rapuh. Biji mangan lainnya yaitu :
  • 25. Laporan Praktek KerjaLapangan 25 Marganite (MnOOH) 63% Mn, Braunite (3MnO3.MnSi3) 64% Mn. Hausmanit (Mn3O3), rhodochosite (MnCO3) 48% Mn. Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung kerak bumi. Bijih mangan pertama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimen dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai sub metalik, kekerasan 2-6, berat jenis 4-8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam cabakan bijih adalah bauksit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah rhodokronit, serta rhodonit yang berkomposisi silika. Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan sedimen, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit dan akumulas residu. Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering, keramik, gelas kimia dan lain-lain. Potensi cadangan bijih mangan di indonesia cukup besar, namun terdapat diberbagai lokasi yang tersebar di seluruh indonesia. Potensi tersebut terdapat di pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
  • 26. Laporan Praktek KerjaLapangan 26 3.2.7 Pasir Kwarsa Gambar 5. Pasir Kwarsa Pasir Kwarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pasir kwarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kwarsa dan feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan ditepi-tepi sungai, danau atau laut. Selain mineral silika, pasir kwarsa mengandung mineral-mineral atau zat lain sebagai unsur pengotor. Unsur pengotor itu umumnya berupa oksida-oksida besi, kalsium, alkali, aluminium, magnesium, lempung dan zat-zat organik hasil dari pelapukan sisa-sisa hewan dan tumbuh-tumbuhan. Unsur pengotor diatas pada dasarnya menentukan warna pasir, sehingga dari warna yang ditunjukkan diperkirakan derajat kemurnian pasir kwarsa. Pasir kwarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala mohs),berat jenis 2,65 titik lebur 17,150oC, bentuk kristal hexagonal, panas spesifik 0,185 dan konduktivitas panas 12-1000oC.
  • 27. Laporan Praktek KerjaLapangan 27 Dalam kegiatan industri, pengunaan pasir kwarsa sudah berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun ikutan. Sebagai bahan baku utama misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mozaik, keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai bahan tambahan, misalnya dalam industri cor, industri perminyakan, dan pertambangan, bahan tahan api (refaktor), dan sebagainya. Cadangan pasir kwarsa terbesar terdapat di Sumatera, potensi lain terdapat di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumetera Selatan, Kalimantan Selatan dan Pulau Bangka dan Belitung. 3.2.8 Bijih Besi Laterit Laterit adalah endapan residu dari hasil pelapukan batuan yang terjadi di daerah yang mempunyai iklim tropis hingga subtropis, serta curah hujan yang relatif tinggi. Karakteristik biji besi laterit memiliki kandungan besi rendah, kandungan logam-logam pengotor seperti nikel, krom, kobalt, mangan, dan kandungan air yang tinggi jenis besi laterit yaitu soli ore, yaitu bijih yang berupa tanah hard one yaitu bijih yang dalam kondisi keras. Kegunaan besi laterit sebagai bahan baku pembuat briket dan bahan baku besi dan baja (baja paduan rendah kelmaks tinggi, baja nikel, kromium, baja struktur).
  • 28. Laporan Praktek KerjaLapangan 28 3.2.9 Pasir Besi Gambar 6. Pasir Besi Secara umum pasir besi terdiri dari mineral non logam seperti : kwarsa, kalsit, feldsfar, ampibol, piroksen, biotin, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari magnetit, titanferous magnetit, limenit, limonit, dan hematit. Titanferous magnetitadala bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetik dan limenit. Mineral bijih pasir besi utama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Kegunaan pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen. Pasir besi terdapat seperti di Sumatera, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores dan Timor. 3.2.10 Kaolin Kaolin mempunyai komposisi kimia hydrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2) berwarna putih, kuning, jingga, abu-abu, putih, atau kemereah- merahan. Proses feologi pembentukan kaolin (kaolinisasi) adalah proses pelapukan dan proses hydrotermal alterasi pada bakuan beku feldspartik, mineral- mineral potas aluminium silika dan feldsfar diubah menjadi kaolin. Mineral yang termasuk kedalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang memiliki kandungan air lebih besar dan umumnya membentuk endapan sendiri.
  • 29. Laporan Praktek KerjaLapangan 29 Sifat-sifat Mineral kaolin antara lain, yaitu kekerasan 2-2,5, berat jenis 2,6-2,63 plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi. Mineral-mineral kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan hallosyit, dengan kaolinit sebagai hasil utamanya . Kaolin dapat digunakan untuk industri karet dan tekstil, industri kertas. Proses pembentukan Kaolin (Kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan Kaolin ada dua macam yaitu : endapan residual dan sedimentasi. Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Pulau Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di pulau Sumatera, Pulau Jawa, Suleawesi Utara. 3.2.11 Zirkon Gambar 7. zirkon Zirkon merupakan mineral silikat yang terjadi secara luas diseluruh kerak bumi, meskipun jarang dalam jumlah terkonsentrasi. Mineral utama yang mengandung unsur Zirkonium adalah Zirkon/zirkonium silika (ZrO2.SiO2) dan baddeleyit/Zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini dijumpai dalam bentuk
  • 30. Laporan Praktek KerjaLapangan 30 senyawa dengan hafnium. Pada umumnya zirkon mengndung unsur besi, kalsium sodium. Mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan warna pada zirkon bervariasi, seperti putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat kemerahan, kuning kecoklatan, dan gelap, sistem kristal monokolin, prismatik, dipiramida, dan tetragonal, kilap lilin saampai logam, belahan sempurna tidak beraturan, kekerasan 6,5-7,5, berat jenis 4,6-5,8, indeks reflaksi 1,92-2,19, hilang pijar 0,1% dan titik lembut dari pada topaz. Zirkon terbentuk sebagai mineral accesories pada batuan yang mengandung Ne-feldspar (batuan beku asam dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat berupa endapan primer maupun endapan sekunder. Zirkon mempunyai kekerasan yang berskala 7,5 dalam skala Mohs, yang berarti sedikit lebih keras dibandingkan dengan kwarsa dan lebih lembut dari pada topaz. Kegunaan zirkon adalah untuk bahan baku elektronik, keramik. Potensi zirkon menyebar di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan bagian barat. Potensi ini mengikuti penyebaran kasiterit yang dikenal dengan nama tin belt. 3.3 Metode Gravimetri Gravimetri merupakan suatu cara analisis jumlah untuk menetapkan unsur- unsur atau senyawa-senyawa berdasarkan pengendapan atau penimbangan berat. Dasar dan cara analisis gravimetri meliputi. Cara Pengendapan Suatu sampelyang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali
  • 31. Laporan Praktek KerjaLapangan 31 dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan menimbang. Endapan yang terbentuk harus harus berukuran lebih besar pada pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius tergantung suhu dekomposisi dari analit. Pengendapan kation misalnya, pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan nikel dengan DMG (dimetil glioksin), pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan mengatur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan. Pembentukan endapan dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi, biasanya berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendapan dapat berupa anorganik maupun organik. 2. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi logam sebagai terjadi logam sebagai endapan, dengan kation diendapkan. Cara Penguapan Digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relatif lebih mudah menguap yaitu dengan cara :  Pemanasan dalam udara atau gas tertentu.  Penambahan pereaksi sehingga mudah menguap.
  • 32. Laporan Praktek KerjaLapangan 32 Zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorben yang sesuai dan telah diketahui berat tetapnya. Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa pada suhu 105oC -110oC. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Asal senyawa tidak terurai oleh pemanasan, atau bisa juga menggunakan zat pengering seperti CaCl2 dan Mg(ClO4)2. Cara pengendapan elektrolis. Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0. Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah. Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif besar sehinggga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsur pelarut, maka metode gravimetri tidak akan mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair. Prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisisnya cermat dapat terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.
  • 33. Laporan Praktek KerjaLapangan 33 Tahapan kerja dalam analisis gravimetri, yaitu meliputi : Penimbangan, pelarutan, pemanasan, pengendapan, penyaringan, pencucian, pemijaran, pendinginan dan penimbangan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka endapan yang terbentuk harus mempunyai syarat. 1. Endapannya murni. 2. Kelarutannya kecil. 3. Rumus kimia pasti. 4. Mantap. Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar hasil analisis secara gravimetri mendekati kebenaran diantaranya : 1. Pemilihan pereaksi pengendap yang tepat sehingga endapan yang didapatkan hanya unsur yang ditetapkan. 2. Memilih pereaksi pengendap yang kelarutannya tinggi. 3. Mengatur situasi dan kondisi lingkungan (pH). 4. Memperhatikan suhu pada waktu pengendapan. 5. Penambahan pereaksi pembantu jika diperlukan, seperti larutan penyangga. 6. Menambah pereaksi pengendapan berlebih, agar pengendapan sempurna dan memperkecil kelarutan endapan.
  • 34. Laporan Praktek KerjaLapangan 34 3.4 Metode Instrumental Analisis instrumental adalah cara analisis didasarkan pada gabungan alat- alat pepnglihat. Analisis instrumental yang biasa dilakukan dilaboratorium kimia Mineral Puslitbang tek-MIRA diantaranya cara spektrofotometri dan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA/AAS). Kedua cara analisis diatas berdasarkan pada hukum lambert-Beer. 1) Hukum Lambert Lambert (1760) menyelidiki hubungan antara intensitas cahaya mula-mula (lo) dengan intensitas cahaya yang dipancarkan (lt) terhadap tebal dan memberikan suatu hukum yang berbunyi : “Bila suatu cahaya melalui suatu media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambah tebalnya media (t).” Rumus yang diperoleh dari hasil pengintegralan : log lt = -k.t lo log lt = k.t lo 2) Hukum Beer Beer (1852) menyelidiki hubungan antara intensitas antara intensitas cahaya mula-mula dan cahaya yang dipancarkan terhadap kepekatan media dan memberikan hukum yang berbunyi : “Bila suatau cahaya suatu bidang/media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambah turunnya kepekatan media (c).”
  • 35. Laporan Praktek KerjaLapangan 35 Rumus yang diperoleh dari pengintegralan : log lt = -k`.t lo -log lt = k`.t lo 3) Hukum Lambert-Beer Karena adanya kesamaan kedua hukum tersebut, maka keduanya digabungkan dan berbunyi : “Bila suatu cahaya melalui suatu media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambah turunnya ketebalan dan kepekatan media.” Rumus yang diperoleh dari hasil pengintegralan : -log lt =k.k`.c.t lo Karena k dan k` merupakan tetapan maka dapat diganti menjadi : -log lt = ε. c. t lo Karena –log T = lt lo Maka –log T = log lo lt A= -log T = log lt lo A= T. C. t Ket : k. k` = tetapan ε = tetapan pengganti k dan k` yang besarnya tergantung pada panjang gelombang cahaya dan jenis senyawanya. lo = intensitas cahaya mula-mula
  • 36. Laporan Praktek KerjaLapangan 36 lt = intensitas cahaya yang dipancarkan T = transmisi A = absorban Spektrofotometri Spektrofotometri adalah suatu cara analisis jumlah yang berdasarkan kenyataan bahwa tua mudanya suatu larutan yang berwarna tergantung kepada kepekatannya. Teori kolorimetri didasarkan atas hubungan antara besarnya penyerapan suatu cahaya dengan tebal media dan kepekatan larutan. Setiap zat akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan dan warna yang ada. Bagian-bagian terpenting dari spektrofotometer : 1) Sumber cahaya, sebagai sumber cahaya dapat digunakan lampu wolfram yang menghasilkan sinar dengan panjang gelombang atas 375 µm. Dengan salah satu dari kedua sinar tersebut, dapat dilakukan penetapan pada daerah sinar tampak atau daerah sinar ultraviolet. 2) Monokromator, berfungsi untuk mendapatkan cahaya yang monokromatis, yaitu prisma dan grating. 3) Kuvet, berfungsi untuk menyimpan sampel yang akan diperiksa, kuvet yang baik mempunyai syarat-syarat : a. Tidak berwarna. b. Permukaan secara optik sejajar. c. Tidak boleh rapuh. d. Bentuknya sederhana.
  • 37. Laporan Praktek KerjaLapangan 37 4) Detektor, berfungsi mengubah cahaya menjadi arus listrik. Sebagai detektor dapat dipakai photo tube, Photo Multipler Tube, atau Barrier Layer Cell. Gambar 8. Bagian alur Analisa Spektrofotometri Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometer : 1) Pembentukan warna Dalam pembentukan warna dari zat yang dianalisis digunakan pereaksi pembentuk warna. Pereaksi ini harus mempunyai syarat, yaitu : a. Harus selektif artinya pereaksi hanya bereaksi dengan unsur yang dianalisisi serta menghasilkan warna yang spesifik. b. Reaksinya peka artinya pereaksi dapat membentuk warna dan bereaksi walaupun zat yang dianalisis dalam konsentrasi kecil sekali. 2) Pemilihan panjang gelombang yang optimal biasanya dibuat spektrum absorban, yaitu berupa kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang. Source Monokromator Detector + Measuring System + Readout Sample Compartment
  • 38. Laporan Praktek KerjaLapangan 38 3) Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan pengukuran absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar pada panjang gelombang yang sama. 4) Penentuan kadar Setelah absorbansi larutan contoh terukur, kemudian diplotkan pada kurva kalibrasi seri larutann standar maka konsentrasi contoh dapat diketahui. Gambar 9. Spektrofotometer UV-Vis Varian 50-Conc Spektrofotometri Serapan Atom (SSA/AAS) Spektrofotometri Serapan Atom biasa dikenal dengan nama AAS (Atomic Absorbtion Spektrofotometry) adalah suatu teknik yang berdasarkan atas absorbansi sinar yang spesifik oleh atom bebas pada panjang gelombang tertentu. Cara lain ini diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Walsh pada tahun 1953. Sekarang cara ini telah berkembang dengan pesat dan telah menjadi suatu cara analisis yang dikerjakan secara rutin. AAS menjadi pilihan utama dalam analisis unsur karena mempunyai kelebihan, antara lain : 1) Dapat mendeteksi kadar logam/unsur dari suatu campuran yang sangat kompleks dan kepekatan tinggi.
  • 39. Laporan Praktek KerjaLapangan 39 2) Dapat mendeteksi kadar logam tertentu dalam kepekatan yang relatif rendah walaupun ada unsur lain yang tingkat kepekatannya lebih tinggi tanpa dilakukan pemisahan terlebih dahulu. 3) Dapat mendeteksi kadar logam dari kepekatan rendah sampai tinggi. Dapat diketahui bahwa penetapan dengan cara AAS ini didasarkan atas penyerapan sinar oleh atom bebas, atom-atom bebas ini setelah dapat menyerap energi cahaya pada suatu tingkat energi tertentu dan pada panjang gelombang tertentu. Biasanya cahaya yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi atom dalam sampel tersebut dan sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Bagian-bagian terpenting dari Spektrofotometer Serapa Atom (SSA) adalah : 1) Sumber Cahaya Menggunakan sumber cahaya yang mempunyai panjang gelombang tertentu dan setiap unsur adalah spesifik. Biasanya digunakan lampu katoda yang terbuat dari gelas yang membungkus katoda dan sebuah anoda yang cocok. Kedua elektroda diselubungi gas neon pada tekanan rendah. Apabila dihubungkan sumber tegangan maka ion gas yang bermuatan positif yang akan memakan katoda dan mengusir atom dari unsur pada katoda. Atom ini akan tereksitasi dan dapat menghasilkan sinar emisi yang mempunyai panjang gelombang yang khas. 2) Bagian atomisasi Pada bagian ini larutan sampel diubah menjadi bentuk atom-atomnya setelah melalui spray chamber, dengan bantuan gas pembakar untuk diatomisasi.
  • 40. Laporan Praktek KerjaLapangan 40 3) Sistem optik Dalam AAS maksud utama dari sistem optik adalah mengumpulkan cahaya dari sumber cahaya, melewatkannya melalui sampel lau kemonokromator. Sistem optik pada AAS dapat single beam (satu berkas cahaya) atau double beam (dua berkas cahaya). Pada single beam harga lo selalu tetap selama pengukuran sinar yang ditransmisikan (lt). Pada sistem double beam secara periodik disisipkan cermin datar pada jalannya sinar dari nyala masuk ke dalam monokromator, sehingga lo dapat diukur. 4) Monokromator Berfungsi mengisolasi sinar yang diperlukan dari sinar yang dihasilkan oleh lampu katoda. Jadi apabila terdapat beberapa panjang gelombang cahaya, maka yang dilewatkan ke detektor hanyalah panjang gelombang tertentu sesuai keinginan. 5) Detektor Seperti halnya pada spektrofotometer, detektor pada AAS mempunyai sifat dapat mengubah cahaya menjadi energi listrik yang kemudian diteruskan keamplifer lalu kesistem pembacaan (Galvanometer). Gangguan-gangguan yang timbul pada penetapan dengan menggunakan AAS diantaranya : 1) Gangguan ionisasi Keberadaan logam-logam lain dapat mengganggu keseimbangan jumlah atom yang stabil dengan terionisasi. Terbentuknya elektron-elektron dari logam–logam tersebut akan memperbesar jumlah atom pada nyala sehingga absorbansi makin tinggi. Gangguan ini dapat diatasi dengan
  • 41. Laporan Praktek KerjaLapangan 41 penambahan pereaksi, seperti untuk pengukuran kalsium dan magnesium perlu penambahan stronsium dan litium. 2) Pengaruh anion Keberadaan anion dapat mempersulit pembentukan atom bebas karena terbentuknya senyawa yang relatif sulit untuk diatomisasi. Keadaan ini dapat dihindari dengan beberapa cara, anara lain : a) Penambahan pereaksi pengkelat yang dapat membentuk senyawa kompleks. b) Pemakaian suhu tinggi. c) Ditambahkan kation, yang dapat mengikat anion (ion pembebas) 3) Gangguan sinar emisi Di dalam bagian atomisasi disamping terdapat atom yang stabil juga terjadi eksitasi atom-atom yang menghasilkan sinar emisi dengan panjang gelombang yang sama dengan sinar katoda, sehingga sulit dibedakan oleh monokromator. Hal ini dapat menambah sinar yang ditansmisikan sehingga akan memperkecil kadar. Gangguan semacam ini dapatkan diatasi dengan pengguanaan sistem modulasi, yaitu : a) Chopper (mechanically modulation) b) Voltage (electrical modulation) 4) Gangguan fisika Gangguan fisika seperti kekentalan dan tegangan permukaan sangat berpengaruh terhadap kesempurnaan proses atomisasi contoh. Keadaan ini dapat dikurangi dengan peningkatan suhu pembakar.
  • 42. Laporan Praktek KerjaLapangan 42 5) Perhitungan kadar dengan AAS Perhitungan kadar dapat dihitung dengan salah satu cara sebagai berikut : Kadar Unsur (%) = 𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 100 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ( 𝑚𝑔) 𝑥 1000 Gambar 10. AAS Varian
  • 43. Laporan Praktek KerjaLapangan 43 BAB IV METODE ANALISIS 4.1 ALAT DAN BAHAN 4.1.1 ALAT a) Batang pengaduk b) Botol semprot c) Botol timbang d) Buret e) Cawan porselen f) Eksikator g) Filler h) Furnace i) Gelas kimia j) Hot plate k) Kaca arloji l) Kaki tiga m) Kertas saring n) Labu erlenmeyer o) Labu ukur p) Neraca analitik q) Oven r) Pemanas bunsen s) Pipet volum t) Platina u) Spektrofotometer v) Statif dan klem w) Tangkrus x) Teflon y) Whatman No.40 z) Whatman No.42 4.1.2 BAHAN a) Aquadest b) H2O3 3% c) H2SO4 1:1 d) H3PO4 e) HCl pekat f) HClO4 g) HF h) HNO3 pekat i) HNO3 1:24 j) K2S2O7 k) Molibdat l) Sampel fly ash m) Vanadat
  • 44. Laporan Praktek KerjaLapangan 44 4.2 Analisis Contoh Fly Ash Senyawa yang dianalisis antara lain: H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, dan PO4 4.2.1 Penentuan H2O- A. Prinsip Pada umumnya batuan atau tanah mengandung air lembab, senyawa organik dan anorganik. Dengan pemanasan didalam oven pengeringan pada suhu 105oC maka H2O- akan menguap. Bobot air yang menguap adalah selisih bobot sebelum dipanaskan. B. Prosedur Kerja 1. Panaskan botol timbang di dalam oven pengeringan pada suhu 105-110oC selama 15 menit. 2. Angkat, dinginkan dan timbang (A gram). 3. Timbang ±1 gram sampel kedalam botol timbang tersebut (B gram). 4. Panaskan kembali dalam oven pengeringan pada suhu 105-110oC selama 1-2 jam. 5. Angkat, dinginkan dan timbang (C gram). C. Perhitungan % H2O- = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % Keterangan: A = Berat botol timbang (gram) B = Berat botol timbang + contoh (gram) C = Berat botol timbang + contoh setelah pengeringan (gram)
  • 45. Laporan Praktek KerjaLapangan 45 4.2.2 Penentuan LOI A. Prinsip Pada umumnya batuan atau tanah mengandung air lembab, senyawa organik dan anorganik. Senyawa organik akan mengurangi atau hilang bila dipijarkan pada suhu 900oC. Selisih bobot sebelum dan sesudah pemijaran dihitung sebagai kadar zat hilang bakar (LOI). B. Prosedur Kerja 1. Panaskan cawan porselen kosong dalam furnace pada suhu 900oC selama 15 menit, angkat dan dinginkan. Kemudian timbang ( A gram). 2. Timbang ±1 gram sampel kedalam cawan porselen tersebut (B gram). 3. Panaskan dalam furnace pada suhu 900oC selama 1-2 jam, angkat dan dinginkan. Kemudian timbang (C gram). C. Perhitungan % LOI = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % Keterangan: A = Berat cawan porselen (gram) B = Berat cawan porselen + contoh (gram) C = Berat cawan porselen + contoh setelah pemijaran (gram)
  • 46. Laporan Praktek KerjaLapangan 46 4.2.3 Pelarutan dengan (HCl-HNO3-H2SO4) untuk Penentuan SiO2 A. Prinsip Contoh dilarutkan dengan asam campur (HCl-HNO3-H2SO4) dimana asam sulfatnya membantu pengoksidasi kuat untuk memecahkan senyawa atau ikatan yang komplek. Pelarut menjadi sempurna dengan penambahan HCl kembali, senyawa yang tidak larut ditetapkan sebagai SiO2. B. Persamaan reaksi SiO2 + 6 HF H2SiF6 + 2 H2O H2SiF6 SiF4 (g) + 2HF (g) C. Prosedur kerja 1. Timbang dengan teliti ±0,2 gram sampel dan masukkan ke dalam gelas kimia 300 ml, basahi dengan sedikit aquadest. 2. Larutkan dengan aquaregia sulfat (15 ml HCl pekat, 5 ml HNO3 pekat, dan 10 ml H2SO4 1:1), tutup dan panaskan diatas hot plate. Setelah bereaksi buka tutupnya lalu panaskan sampai kering. 3. Panaskan diatas bunsen menggunakan tangkrus secara perlahan sampai keluar asap putih (untuk memastikan bahwa sulfat sisa pengeringan benar habis). 4. Angkat dan dinginkan. 5. Tambahkan 10 ml HCl pekat dan panaskan kembali sampai semua garam larut kecuali SiO2. 6. Encerkan dengan aquadest sampai volume 100 ml dan didihkan. Larutan disaring dengan kertas saring whatman No.40. 7. Endapan dibilas dengan air panas beberapa kali sampai bersih, endapan tersebut dimasukan kedalam cawam platina. Diarangkan dan dipijarkan dalam furnace sampai tidak ada
  • 47. Laporan Praktek KerjaLapangan 47 arang ±45 menit. Angkat dan dinginkan di dalam eksikator. Setelah itu timbang (A gram). 8. Basahi residu hasil pemijaran dengan 1-2 tetes H2SO4 1:1 dan 3 ml HF. Setelah kering tambahkan kembali HF sebanyak 3 ml (penambahan HF 3 ml dilakukan sebanyak 3 kali agar endapan benar benar larut). 9. Panaskan platina secara perlahan diatas bunsen (untuk menghilangkan sulfat sisa penguapan). 10. Pijarkan dalam furnace selama 15 menit. Dinginkan dalam eksikator. Kemudian timbang (B gram). 11. Lebur dengan K2S2O7 dan cuci dengan HCl pencuci sambil dipanaskan diatas hot plate. D. Perhitungan % SiO2 = 𝐴 − 𝐵 𝑊 𝑥 100 % Keterangan: A = Berat endapan sebelum ditambah HF (gram) B = Berat endapan setelah penambahan HF (gram) W = Berat contoh (gram) 4.2.4 Pelarutan dengan HCl untuk Penentuan SO3 A. Prinsip Ion SO4 2- diendapkan dengan BaCl2 membentuk endapan yang berwarna putih, kemudian disaring. Endapan dipijarkan, didinginkan dan ditimbang sebagai BaSO4 . Kadar SO3 dihitung setelah di koreksi faktor kimia.
  • 48. Laporan Praktek KerjaLapangan 48 B. Persamaan Reaksi SO4 2- + BaCl2 BaSO4 (putih) + 2Cl- C. Prosedur Kerja 1. Ditimbang dengan teliti 0,2 gram sampel dalam kaca arloji dan dimasukkan kedalam gelas kimia 300 ml kemudian dibasahkan dengan sedikit aquadest. 2. Dilarutkan dengan 10 ml HCl pekat kemudian dipanaskan sambil ditutup diatas hot plate sampai larut. Panaskan sampai macah- macah. 3. Kemudian tambahkan kembali 10 ml HCl pekat, panaskan kembali diatas hot plate. 4. Diencerkan dengan aquadest sampai volume ± 100 ml, kemudian dipanaskan lagi sampai mendidih. 5. Disarin dengan kertas saring whatman No.40, larutan ditampung dalam gelas kimia 250 ml dan dicuci dengan air panas. Kemudian filtrat hasil saringan dididihkan kembali. 6. Ditambahkan 10 ml BaCl 10% kemudian panaskan kembali. Kemudian turunkan dan dibiarkan semalaman agar proses pengendapan terjadi dengan sempurna. 7. Disaring dengan kertas saring whatman No.42 dan cuci dengan air panas sampai bebas Cl-. 8. Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan kedalam cawan porselen kosong yang telah diketahui bobotnya (A gram). 9. Endapan diperarang diatas meker, kemudian dipijarkan didalam furnace pada suhu 900oC, dinginkan dalam eksikator kemudian timbang (B gram).
  • 49. Laporan Praktek KerjaLapangan 49 D. Perhitungan % SO3 = 𝐵 − 𝐴 𝑊 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% Keterangan: A = Berat cawan kosong (gram) B = Berat cawan + abu (gram) W= Berat sampel (gram) Fk= Faktor kimia (0,343) 4.2.5 Pelarut dengan asam campuran (HF-HNO3-HClO4) untuk Penentuan TiO2 Dan PO4 A. Prosedur Kerja 1. Timbang dengan teliti sampel ± 0,2 gram lalu masukkan ke dalam teflon yang sudah dipersiapkan sebelumnya. 2. Tambahkan kedalamnya 5 ml HNO3 pekat dan 10 ml HF pekat kemudian panaskan diatas hot plate sampai kering kerontang (jika contoh belum larut, penambahan HF dan HNO3 pekat dilakukan beberapa kali sampai contoh larut atau bebas silikat). 3. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan 2,5 ml HClO4 kemudian panaska di hot plate sampai mengeluarkan asap putih dan macah-macah. 4. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat. Panaskan sampai garam- garamnya larut kemudian encerkan dengan 10 ml aquadest. 5. Dinginkan larutan, kemudian masukkan kedalam labu ukur 100 ml, tanda batasi lalu kocok hingga homogen (larutan induk).
  • 50. Laporan Praktek KerjaLapangan 50 4.2.6 Penentuan TiO2 A. Prinsip Senyawa titan direaksikan dengan H2O2 membentuk senyawa komplek berwarna kuning, kemudian diukur absorbanya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. Adanya unsur besi dengan HCl akan membentuk besi (III) klorida yang berwarna kuning juga, untuk menghilangkan warna kuning tersebut maka ditambahkan asam sulfat dan asam phosfat sehingga yang terbentuk besi phosfat yang tidak berwarna. Kadar TiO2 dapat diketahui setelah dibandingkan dengan kalibrasi seri larutan standar. B. Persamaan Reaksi Fe3+ + 3Cl- FeCl3 (kuning) 2FeCl3 + 3H2SO4 Fe2(SO4)3 + 6HCl Fe3+ + H3PO4 [Fe(HPO4)]+ + 2H+ Ti2+ + 2H2O2 (TiO2)2+ (kuning) + 2H2O C. Prosedur Kerja 1. Pipet 10 ml dari larutan induk hasil pelarutan dengan asam campur, kemudian masukkan kedalam labu ukur 25 ml. 2. Tambahkan 2,5 ml H2SO4 1:1 + 1,5 ml H3PO4 + 2,5 ml H2O2 3%. 3. Tanda batasi dan homogenkan, diamkan selama 15 menit. 4. Ukur absorbanya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm.
  • 51. Laporan Praktek KerjaLapangan 51 4.2.7 Penentuan PO4 A. Prinsip Ion ortofosfat direaksikan dengan Ammonium Molibdat dan Ammonium Vanadat dalam suasana HNO3 membentuk senyawa kompleks yang berwarna kuning. Warna yang terbentuk diperiksa absorbanyya dengan spektrofotometer pada panajang gelombang 460 nm. B. Persamaan Reaksi C. PO4 3- + (NH4)6.Mo7O24.24H2O + NH4VO3 (NH4)3PO4.NH4VO3.16MoO3 C. Prosedur Kerja 1. Pipet 10 ml dari larutan induk hasil pelarutan dengan asam campuran, kemudian masukkan kedalam labu ukur 25 ml. 2. Tambahkan 2,5 ml ammonium vanadat 0,25% dan 2,5 ml ammonium molibdat 5%. Tanda bataskan dengan HNO3 1:24 kemudian barulah dihomogenkan, diamkan selama 15 menit. 3. Ukur absorbannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 460 nm.
  • 52. Laporan Praktek KerjaLapangan 52 4.3 HASIL ANALISA Sampel Fly Ash dengan No.Sampel 1441-1446. Senyawa yang dianalisis antara lain: H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, dan PO4  Hasil Analisis Penentuan H2O- : No.Sampel A (gram) B (gram) C (gram) 1441 13,6012 14,6013 14,5975 1442 12,6735 13,6735 13,6729 1443 12,7689 13,7689 13,7655 1444 13,4996 14,4997 14,4915 1445 14,1616 15,1612 15,1530 1446 13,9138 14,9120 14,9101 Perhitungan % H2O- = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % Keterangan: A = Berat botol timbang (gram) B = Berat botol timbang + contoh (gram) C = Berat botol timbang + contoh setelah pengeringan (gram)  Sampel No.1441 % H2O- = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 14,6013 − 14,5975 14,6013 − 13,6012 𝑥 100 % = 0,37 %
  • 53. Laporan Praktek KerjaLapangan 53  Sampel No.1442 % H2O- = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 13,6735 − 13,6729 13,6735 − 12,6735 𝑥 100 % = 0,06 %  Sampel No.1443 % H2O- = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 13,7689 − 13,7655 13,7689 − 12,7689 𝑥 100 % = 0,34 %  Sampel No.1444 % H2O- = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 14,4997 − 14,4915 14,4997 − 13,4996 𝑥 100 % = 0,81 %  Sampel No.1445 % H2O- = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 15,1612 − 15,1530 15,1612 − 14,1616 𝑥 100 % = 0,82 %  Sampel No.1446 % H2O- = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 14,9120 − 14,9101 14,9120 − 13,9138 𝑥 100 % = 0,19 %
  • 54. Laporan Praktek KerjaLapangan 54  Hasil Analisis Penetuan LOI : No.Sampel A (gram) B (gram) C (gram) 1441 13,6012 14,6013 14,5820 1442 12,6735 13,6735 13,6706 1443 12,7689 13,7689 13,7400 1444 13,4996 14,4997 14,4529 1445 14,1616 15,1612 15,1293 1446 13,9138 14,9120 14,8904 Perhitungan: % LOI = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % Keterangan: A = Berat cawan porselen (gram) B = Berat cawan porselen + contoh (gram) C = Berat cawan porselen + contoh setelah pemijaran (gram)  Sampel No.1441 % LOI = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 14,6013 − 14,5820 14,6013 − 13,6012 𝑥 100 % = 1,5 %  Sampel No.1442 % LOI = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 13,6735 − 13,6706 13,6735 − 12,6735 𝑥 100 % = 0,23 %
  • 55. Laporan Praktek KerjaLapangan 55  Sampel No.1443 % LOI = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 13,7689 − 13,7400 13,7689 − 12,7689 𝑥 100 % = 2,55 %  Sampel No.1444 % LOI = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 14,4997 − 14,4529 14,4997 − 13,4996 𝑥 100 % = 3,89 %  Sampel No.1445 % LOI = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 15,1612 − 15,1293 15,1612 − 14,1616 𝑥 100 % = 2,39 %  Sampel No.1446 % LOI = 𝐵 − 𝐶 𝐵 − 𝐴 𝑥 100 % = 14,9120 − 14,8904 14,9120 − 13,9138 𝑥 100 % = 1,97%
  • 56. Laporan Praktek KerjaLapangan 56  Hasil Analisis Penentuan SiO2 : No.Sampel Berat Sampel A (gram) B (gram) 1441 0,2000 35,7176 35,5665 1442 0,2000 35,7182 35,5652 1443 0,2000 35,8553 35,7843 1444 0,2000 35,8166 35,7234 1445 0,2000 35,4269 35,3390 1446 0,2000 35,0695 34,9707 Perhitungan % SiO2 = 𝐴 − 𝐵 𝑊 𝑥 100 % Keterangan: A = Berat endapan sebelum ditambah HF (gram) B = Berat endapan setelah penambahan HF (gram) W = Berat contoh (gram)  Sampel No.1441 % SiO2 = 𝐴 − 𝐵 𝑊 𝑥 100 % = 35,7176 − 35,5665 0,2000 𝑥 100 % = 75,55 %  Sampel No.1442 % SiO2 = 𝐴 − 𝐵 𝑊 𝑥 100 % = 35,7182 − 35,5652 0,2000 𝑥 100 % = 76,50 %
  • 57. Laporan Praktek KerjaLapangan 57  Sampel No.1443 % SiO2 = 𝐴 − 𝐵 𝑊 𝑥 100 % = 35,8553 − 35,7843 0,2000 𝑥 100 % = 35,50 %  Sampel No.1444 % SiO2 = 𝐴 − 𝐵 𝑊 𝑥 100 % = 35,8166 − 35,7234 0,2000 𝑥 100 % = 46,60%  Sampel No.1445 % SiO2 = 𝐴 − 𝐵 𝑊 𝑥 100 % = 35,4269 − 35,3390 0,2000 𝑥 100 % = 43,95 %  Sampel No.1446 % SiO2 = 𝐴 − 𝐵 𝑊 𝑥 100 % = 35,0695 − 34,9707 0,2000 𝑥 100 % = 49,45 %
  • 58. Laporan Praktek KerjaLapangan 58  Hasil Analisis Penentuan SO3 : No.Sampel Berat Sampel A (gram) B (gram) 1441 0,5000 12,7678 12,8186 1442 0,5000 14,3385 14,4035 1443 0,5000 12,7824 12,8184 1444 0,5000 13,4990 13,5356 1445 0,5000 12,6725 12,6970 1446 0,5000 13,9129 13,9592 Perhitungan % SO3 = 𝐵 − 𝐴 𝑊 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% Keterangan: A = Berat cawan kosong (gram) B = Berat cawan + abu (gram) W= Berat sampel (gram) Fk= Faktor kimia (0,343)  Sampel No.1441 % SO3 = 𝐵 − 𝐴 𝑊 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 12,8186 − 12,7678 0,5000 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 3,36 %  Sampel No.1442 % SO3 = 𝐵 − 𝐴 𝑊 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 14,4035 − 14,3385 0,5000 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 4,46 %
  • 59. Laporan Praktek KerjaLapangan 59  Sampel No.1443 % SO3 = 𝐵 − 𝐴 𝑊 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 12,8184 − 12,7824 0,5000 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 2,46 %  Sampel No.1444 % SO3 = 𝐵 − 𝐴 𝑊 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 13,5356 − 13,4990 0,5000 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 2,51 %  Sampel No.1445 % SO3 = 𝐵 − 𝐴 𝑊 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 12,6970 − 12,6725 0,5000 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 1,68 %  Sampel No.1446 % SO3 = 𝐵 − 𝐴 𝑊 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 13,9592 − 13,9129 0,5000 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 100% = 3,17 %
  • 60. Laporan Praktek KerjaLapangan 60 BAB V PENGOLAHAN DATA STATISTIK DAN PEMBAHASAN 5.1 Validai Analisis HP/LOI Pengulangan %LOI 1 27 2 27 3 26,8 4 26,7 5 26,7 6 26,8 7 26,5 8 27,2 9 27,3 10 27 11 27 12 27 13 27 14 27 Rata-Rata 26,9286 Jumlah 377 Standar Deviasi 0,2091 %RSD 0,0078 c (Konsentrasi/100) 0,2693 CV 2,2849 2/3 CV 1,5233 %True Value 27,2000 % Bias -0,9979 5.1.3 Presisi RSD = 𝑆𝐷 𝑋 𝑥 100% = 0,0078 %
  • 61. Laporan Praktek KerjaLapangan 61 CVH= 2 1 - 0,5 log C = 21 - 0,5 log 0,2639 = 2,2849 2/3 x 2,2849 = 1,5233 *Catatan : RSD (%) < 2/3 CVH 5.1.5 Akurasi % Bias = 𝑋−𝜇 𝜇 𝑥 100% = -0,9979 *Catatan : % Bias < 5%
  • 62. Laporan Praktek KerjaLapangan 62 5.2 Validasi Analisis SiO2 Pengulangan Kadar SiO2 1 76,1 2 76,7 3 77,4 4 76,2 5 76,8 6 77,6 7 76,4 8 77,4 9 76,3 10 77,8 Rata-Rata 76,87 Jumlah 768,7 Standar Deviasi 0,6308 %RSD 0,0082 c (Konsentrasi/100) 0,7687 CV 2,0571 2/3 CV 1,3714 %Bias 0,35 5.2.1 Presisi RSD = 𝑆𝐷 𝑋 𝑥 100% = 0,0082 % CVH = 2 1 - 0,5 log C = 21 - 0,5 log 0,7687 = 2,0571 2/3 x 2,0571= 1,3714 *Catatan : RSD (%) < 2/3 CVH
  • 63. Laporan Praktek KerjaLapangan 63 5.2.2 Akurasi % Bias = 𝑋−𝜇 𝜇 𝑥 100% = 0,35 % *Catatan : % Bias < 5% 5.3 Validasi Analisis TiO2 Pengulangan Kadar TiO2 1 0,86 2 0,85 3 0,89 4 0,87 5 0,84 6 0,9 7 0,86 8 0,9 9 0,86 10 0,86 11 0,87 12 0,86 13 0,88 14 0,87 Rata-Rata 0,8693 Jumlah 12,1700 Standar Deviasi 0,0177 %RSD 0,0204 c (Konsentrasi/100) 0,0087 CV 3,0304 2/3 CV 2,0203 %True Value 0,8700 %Bias -0,0821
  • 64. Laporan Praktek KerjaLapangan 64 5.3.1 Presisi RSD = 𝑆𝐷 𝑋 𝑥 100% = 0,0204 % CVH = 2 1 - 0,5 log C = 21 - 0,5 log 0,0087 = 3,0304 2/3 x 3,0304 = 2,0203 *Catatan : RSD (%) < 2/3 CVH 5.3.2 Akurasi % Bias = 𝑋−𝜇 𝜇 𝑥 100% = - 0,0821 % *Catatan : % Bias < 5%
  • 65. Laporan Praktek KerjaLapangan 65 5.4 PEMBAHASAN Mineral tersusun dari oksida-oksida logam dan garamnya, maka untuk analisisnya dilakukan two stage atau dua langkah pengerjaan, diantaranya adalah :  Dekomposisis/pelarutan Dekomposisi adalah merubah mineral dari bentuk solid ke bentuk larutan dengan cara: a. Pelarutan langsung dengan asam kuat Contohnya yaitu: -HCl untuk batu kapur dan Gypsum -HCl + HNO3 untuk mineral sulfidecontohnya pirit (FeS2), galena (PbS), kalkopirit (CuFeS2), (Fly Ash) dan spalerit (ZnS). -HCl + HNO3 + HClO4 untuk selain mineral. b. Peleburan Peleburan menggunakan basa-basa kuat dan garamnya. Contohnya: NaOH + Na2O2 Na2CO3 + Na2B4O7 Na2O2  Penentuan Unsur-unsur Menggunakan metode instrument seperti AAS dan spektrofotometri, dan metode konvensional mengggunakan cara volumetri dan gravimetri. Metode analisis yang selalu digunakan di Laboratorium Kimia Mineral PUSLITBANG tekMIRA sampai saat ini adalah metoda klasik/konvensional dan metoda modern/instrument. Metoda klasik yang sering digunakan adalah gravimetri dan volumetric, meskipun memerlukan waktu yang relatif sama tetapi masih sering digunakan karena memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, sedangkan metoda analisis modern/instrument yang sering digunakan adalah spektrofotometer dan AAS.
  • 66. Laporan Praktek KerjaLapangan 66 Metoda ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan metoda konvensional yaitu waktu analisa yang diperlukan lebih sedikit, dapat langsung menentukan kadar unsur-unsur tanpa ada pemisahan, bisa mendeteksi kadar unsur yang rendah sampai yang tinggi sehingga kesalahan yang kecil dapat berpengaruh besar pada hasil analisis.  Penetapan kadar LOI LOI (Loss Of Ignition) atau hilang pada pemijaran adalah tes yang digunakan dalam analisis kimia Anorganik khususnya dalam analisis mineral dengan jalan memijarkan suatu contoh pada suhu tertentu, sehingga zat yang mudah terbang akan terlepas sampai pada kondisis yang konstan. Variasi dari pengujian ini adalah perubahan berat yang diakibatkan oleh suhu, hal ini disebut thermogravimetri. Hilang pijar dilaporkan sebagai hilang nya bagian dari suatu material atau oksida dari suatu mineral. Zat yang mudah terbang pada hilang pijar adalah air terikat dan karbon dioksida dari karbonat, dan ini dapat digunakan sebagai pengujian kualitas. Prinsip : Pada umumnya batuan atau tanah mengandung air lembab, senyawa organik. Senyawa organik akan mengurai atau hilang bila dipijarkan. Selisih bobot sebelum dan sesudah pemijaran, dihitung sebagai kadar zat hilang bakar (LOI). Reaksi : C + O2 CO2 Senyawa karbonat CO2 Penetapan kadar LOI dilakukan dengan pemanasan dimana sejumlah contoh mineral abu terbang (Fly Ash) ditimbang dalam cawan porselin dan dipijarkan pada suhu ± 925oC dalam tungku pemanas (furnace). Selisih berat sebelum dan sesudah pemanasan dihitung.
  • 67. Laporan Praktek KerjaLapangan 67  Penetapan kadar H2O- Penetapan kadar H2O- dengan cara di oven dimana contoh ditimbang dalam botol timbang dan dipanaskan dalam oven pada suhu 110oC. pemilihan suhu pada titik 110oC karena air pada titik tersebut menguap. Selisih berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air lembab. Reaksi : (Fly Ash).xH2O (Fly Ash) Anhidrat + H2O  Penetapan kadar SiO2 Silikon dioksida atau silika adalah salah satu senyawaan kimia yang paling umum. Silika murni terdapat dalam dua bentuk yaitu kuarsa dan kristobalit. Silikon selalu terikat secara tetrahedral kepada empat atom oksigen, namun ikatan-ikatannya mempunyai sifat yang cukup ionik. Dalam kristobalit , atom- atom silikon ditempatkan seperti halnya atom-atom karbon dalam intan dengan atom-atom oksigen berada ditengah dari setiap pasangan. Dalam kuarsa terbentuk heliks sehingga terbentuk kristal enansiomorf. Kuarsa dan kristobalit dapat saling dipertukarkan apabila dipanaskan. Proses ini lambat karena dibutuhkan pemutusan dan pembentukan kembali ikatan –ikatan dengan dan energi pengaktifannya tinggi. Silika relatif tidak reaktif terhadap Cl2, H2, asam-asam dan sebagian besar logam pada suhu 25oC atau pada suhu yang lebih tinggi, tetapi dapat diserang oleh F2, HF aqua, hidroksida alkali dan leburan-leburan karbonat (Cotton, 1998). Mineral silika mempunyai berbagai sifat kimia antara lain sebagai berikut :  Reaksi Asam Silika relatif tidak reaktif terhadap asam kecuali terhadap asam hidrofluorida dan asam phosfat. SiO2(s) + 4HF (aq) SiF4(aq) + 2H2O(1) (Vogel, 1985:376)
  • 68. Laporan Praktek KerjaLapangan 68 Dalam asam berlebih reaksinya adalah SiO2 + 6HF H2[SiF6] (aq) + 2H2O (1) (Vogel, 1985:376)  Reaksi Basa Silika dapat bereaksi dengan basa, terutama dengan basa kuat, seperti dengan hidroksida alkali. SiO2(s) + 2NaOH (aq) Na2SiO3 + H2O (Vogel, 1985:374) Secara komersial, silika dibuat dengan mencampur larutan natrium silikat dengan suatu asam mineral. Reaksi ini menghasilkan suatu dispersi pekat yang akhirnya memisahkan partikel dari silika terhidrat, yang dikenal sebagai silika hidrosol atau asam silikat yang kemudian dikeringkan pada suhu 110oC agar terbentuk silika gel. Reaksi yang terjadi : Na2SiO3(aq) + 2HCl (aq) H2SiO3(1) + 2NaCl (aq) H2SiO3(s) SiO2.2H2O(s) (R. Bakri, dkk 2008). Penetapan kadar SiO2 dari contoh mineral abu terbang (Fly Ash) menggunakan pereaksi diantaranya H2SO4 untuk mengendapkan silikat menjadi silikat sulfat, HCl untuk melarutkan endapan silikat sulfat yang telah terbentuk, 2 atau 3 tetes H2SO4 untuk mengeluarkan silikat yang terkurung dalam garam- garam Al dan Fe yaitu mengubah garam Al dan Fe dalam bentuk oksida mudah menguap, serta HF untuk mengikat silikat H2SiF6 yang akan menguap saat dipanaskan. Di alam ada dua bentuk siliakat SiO2 bebas (free Si) dan SiO2 reaktif (Si dalam bentuk garam-garam silikat). Contoh garam-garam silikat CaSiO3, MgSiO3, Al2(SiO3)3, FeOSiO2/FeSiO3. SiO2 reaktif itu larut dalam HF encer, namun SiO2 tidak larut dalam dalam HF encer.
  • 69. Laporan Praktek KerjaLapangan 69  Penetapan kadar SO3 Pengujian SO3 dari bahan galian dalam contoh batuan sulfida dilakukan secara gravimetri yang meliputi standar acuan, prinsip dan peralatan yang digunakan. Prinsip : Contoh dilarutkan dengan asam klorida untuk memisahkan zat terlarut dengan yang tidak terlarut, larutan yang tidak larut dalam tahap penyaringan pertama adalah SiO2. SiO2 tidak larut dalam asam-asam kecuali Asam Fluorida (HF), karena itu penyaringan pertama dilakukan untuk memisahkan SiO2 terlebih dahulu. Selanjutnya filtrat diendapkan dengan larutan BaCl2 dan SO3 ditetapkan sebagai kadar BaSO4 dengan menghitung faktor kimia.  Penetapan kadar PO4 3- Phospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari suatu atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa sebuah 3- muatan formal, dan dinotasikan PO4 3-. Fosfat merupakan satu-satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah mati terurai. Kemudian terakumulasi terendapkan di lautan. Proses terbentunya endapan fosfat ada tiga : 1. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang bersusunan nefelin, syenit dan takhit, mengandung mineral fosfat apatit, terutama fluor apatit {Ca5 (PO4)3F} dalam keadaan murni mengandung 42% P2O5 dan 3,8% F2. 2. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan dilaut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang, mineral fosfat yang terbentuk terutama frankolit. 3. Fosfat guano, merupakan hasik sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh
  • 70. Laporan Praktek KerjaLapangan 70 air hujan dan air tanah. Berdasarkan tempatnya fosfat guano terdiri dari endapan permukaan, bawah permukaan dan gua. Penetapan kadar PO4 3- dari contoh Fly Ash secara sepektrofotometri ditambah pereaksi-pereaksi yaitu asam nitrat (1:24), amonium vanadat dan amonium molibdat. Amonium vanandat dan asam nitrat sebagai suasana asam dan menghilangkan warna kuning dari Fe3+ (sebagai FeCl3) yang dapat mengganggu penetapan, amonium molibdat sebagai pemberi warna dari kompleks ammonium fosfomolibdat. Reaksi : PO4 3- + (NH4)6.Mo7O24.24H2O + NH4VO3 (NH4)3PO4.NH4VO3.16MoO3  Penetapan kadar TiO2 Prinsip: Senyawa titan direaksikan dengan H2O2 membentuk senyawa komplek berwarna kuning, kemudian diukur absorbanya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. Adanya unsur besi dengan HCl akan membentuk besi (III) klorida yang berwarna kuning juga, untuk menghilangkan warna kuning tersebut maka ditambahkan asam sulfat dan asam phosfat sehingga yang terbentuk [Fe(HPO4)]+ yang tidak berwarna. Kadar TiO2 dapat diketahui setelah dibandingkan dengan kalibrasi seri larutan standar.
  • 71. Laporan Praktek KerjaLapangan 71 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari hasil kegiatan prakerin/PKL di PUSLITBANG tekMIRA kami dapat mengolah ilmu yang telah di pelajari selama kuliah sehingga dapat lebih dipahami serta dapat mengaplikasikan metode-metode keterampilan sesuai dengan program studi analis kimia kinsentrasi analisis kimia. Disisi lain, kami juga memperoleh pengetahuan dalam hal penggunaan instrument kimia analisis dan metode-metode baru yang tidak tersedia di kampus dengan kegiatan prakerin/PKL ini kami dapat mengetahui fungsi dan tugas seorang analis kimia di dunia industri. 6.2 Saran Saran untuk lembaga  Lebih memperhatikan keselamatan para pekerja serta siswa yang prakerin di pihak lembaga, dimana di lengkapi dengan Alat Pelindung Diri sesuai standar K3 yang berlaku.  Lebih dilengkapi lagi alat-alat yang mendukung kegiatan analisa, terutama dari jumlah alat, agar kgiatan analisa dapat berjalan dengan lancar.  Semoga pihak lembaga senantiasa bersedia untuk melakukan kerja sama dengan pihak kampus dalam hal pengadaan tempat prakerin bagi mahasiswa di tahun-tahun mendatang.
  • 72. Laporan Praktek KerjaLapangan 72 Saran untuk kampus Di harapkan kampus Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih dapat melakukan pengadaan alat-alat instrumen terutama alat-alat instrumen kimia analisis yang modern dan terbaharukan seperti yang digunakan di industri sehingga saat terjun ke dunia industri mahasiswa sudah mengetahui prinsip kerja dan cara mengoprasikan alat yang bersangkutan. Juga harus lebih mengembangkan teori- teori untuk alat-alat instrument yang terkini dan modern yang ada di perusahaan- perusahaan besar.
  • 73. Laporan Praktek KerjaLapangan 73 LAMPIRAN 1. JURNAL KEGIATAN  NAMA : Dina Junivita NIM : 1112C1002 PEMBIMBING : Rd.Irwan Dharmansyah Waktu Pengerjaan No.Sampel Jumlah Parameter Uji Keterangan Paraf 10-12 maret 20015 657 1 SiO2, H2O-, LOI Selesai 12-26 maret 2015 542-555 14 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai 16 maret-19 april 2015 742-745 4 H2O-, LOI, SiO2, SO3, CaO, MgO, Fe total, TiO2, PO4 Selesai 20 maret 2015 799-800 2 Cao Selesai 27-31 maret 2015 1008-1009 2 SiO2 langsung, TiO2 Selesai 30 maret-1 april 2015 1111 1 SiO2, Fe total, TiO2 Selesai 1-13 april 2015 1054-1056 4 H2O-, LOI, SiO2, TiO2, PO4 Selesai 9 april 2015 1164-1169 6 S total Selesai 13 april 2015 972 1 Zirkon Selesai 14-23 april 2015 1277-1278 2 SiO2 langsung, SiO2 aquaregia, SiO2 dengan pelebur LiBO2 Selesai 16-27 april 2015 1302-1310 9 SiO2 total, SiO2 bebas, SiO2 reaktif Selesai 23 april 2015 1226-1227 2 SO3 Selesai 29-30 april 2015 1487 1 LOI, SiO2, SiO2 langsung dari LOI Selesai
  • 74. Laporan Praktek KerjaLapangan 74 2. HASIL ANALISIS No.Sampel % SiO2 % H2O- % LOI 657 3,05 0,32 10,52 No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4 542 0,024 0,008 70,35 0,78 0,2934 0,1530 543 0,008 0,65 61,15 0,86 0,4714 0,2546 544 0,029 0,22 61,15 0,35 0,4428 0,1994 545 0,049 0,12 68,10 0,13 0,3322 0,1193 546 0,091 0,091 66,00 0,14 0,3601 0,1436 547 0,048 0,067 68,70 0,19 0,3171 0,1326 548 0,066 0,066 75,80 0,19 0,2352 0,0725 549 0,056 0,009 65,55 0,73 0,4148 0,1634 550 0,11 0,008 64,75 0,32 0,4006 0,1844 551 0,044 0,026 63,85 0,31 0,4036 0,1624 552 0,056 0,016 63,70 0,34 0,3922 0,1629 553 0,028 0,057 61,30 0,29 0,4252 0,1623 554 0,009 0,009 65,65 0,34 0,3970 0,1467 555 0,028 0,047 63,95 0,29 0,4103 0,1680 No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 %CaO %MgO %Fe total % TiO2 % PO4 742 0,55 3,73 2,56 14,27 5,38 7,26 8,38 0,0808 -0,1993 743 0,98 2,61 5,95 14,13 3,81 7,26 6,98 0,1305 0,2456 744 0,62 1,79 2,5 12,93 4,26 9,35 12,01 0,1125 0,3103 745 0,56 1,87 6,8 13,93 4,26 7,58 9,49 0,2213 -0,1718
  • 75. Laporan Praktek KerjaLapangan 75 No.Sampel %CaO 799 8,61 800 8,52 No.Sampel %SiO2 langsung %TiO2 1008 1,93 0,1724 1009 1,72 0,1179 No.Sampel % SiO2 % Fe total %TiO2 1111 5,7 74,8 0,4432 No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 %TiO2 % PO4 1054 0,088 13,96 7,05 0,3234 0,1451 1055 1,01 9,78 3,15 0,2644 0,2410 1056 1,77 13,14 6,75 0,2536 0,1193 No.Sampel % S total 1164 20,53 1165 20,58 1166 18,78 1167 17,82 1168 14,04 1169 6,40 No.Sampel % Zirkon 972 64,10
  • 76. Laporan Praktek KerjaLapangan 76 No.Sampel % SiO2 langsung % SiO2 aquaregia % SiO2 dengan pelebur LiBO2 1277 5,62 41,35 5,50 1278 15,98 36,55 16,30 No.Sampel % SiO2 total % SiO2 bebas % SiO2 reaktif 1302 49,25 0,68 48,57 1303 67,90 2,65 65,25 1304 58,30 18,34 39,96 1305 52,95 10,29 42,66 1306 35,10 5,73 29,37 1307 52,40 18,75 33,65 1308 37,55 6,76 30,79 1309 69,60 6,71 62,89 1310 79,95 4,78 75,17 No.Sampel % SO3 1226 4,05 1227 6,35 No.Sampel % LOI % SiO2 %SiO2 langsung 1478 8,18 63,90 67,97
  • 77. Laporan Praktek KerjaLapangan 77  NAMA : Martua H. Pandiangan NIM : 1112C1003 PEMBIMBING : Ernawati Waktu Pengerjaan No.Sampel Jumlah Parameter Uji Keterangan Paraf 9 – 19 maret 2014 470-485 13 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai 23 maret – 1 april 2014 1121-1122 2 LOI, TiO2 Selesai 3 - 9 april 2014 1123-1125 3 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai 10 – 16 april 2014 1266-1267 2 H2O-, LOI, SiO2, TiO2, PO4 Selesai 17 april 2014 1272 1 LOI, SiO2 Selesai 20 – 23 april 2014 1353-1355 3 H2O-, LOI, TiO2, PO4 Selesai 27 – 29 april 2014 1441-1446 6 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
  • 78. Laporan Praktek KerjaLapangan 78 Hasil Kerja: No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4 470 0,51 2,19 50,90 3,51 0,0646 -0,4056 471 0,38 1,02 38,00 18,33 0,0934 -0,4010 472 0,37 1,00 39,40 7,20 0,3384 -0,2717 473 0,37 0,62 53,25 2,45 0,2707 0,2643 474 0,35 1,94 38,30 2,81 0,3679 0,9153 475 0,30 3,75 34,25 8,42 0,2835 -0,0462 476 0,13 0,76 62,35 3,65 0,0114 -0,4819 477 0,17 0,69 71,25 8,86 -0,1991 -0,6396 478 0,65 4,18 45,15 8,16 0,3158 -0,6218 479 1,00 4,90 53,80 14,23 -0,0552 -0,5629 480 0,36 2,72 29,20 10,29 0,4317 -0,6867 481 0,28 1,07 59,45 2,14 0,3732 -0,5727 485 0,45 3,94 45,85 8,98 0,3440 -0,5276 No.Sampel % LOI % PO4 1121 0,38 0,1564 1122 0,51 0,1821 No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4 1123 0,01 0,02 59,75 0,48 0,6785 0,0527 1124 0,03 0,05 61,55 0,42 0,7279 0,0771 1125 0,02 0,16 55,75 1,52 0,6169 0,0248 No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % TiO2 % PO4 1266 15,06 4,92 55,60 1,2148 0,5778 1267 22,27 9,75 58,20 1,4617 0,5018
  • 79. Laporan Praktek KerjaLapangan 79 No.Sampel % H2O- % LOI 1353 50,64 19,91 1354 37,22 13,73 1355 54,05 17,37 No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4 1441 0,37 1,55 75,55 3,36 0,2855 0,0426 1442 0,06 0,34 76,50 4,46 0,1900 0,3289 1443 0,34 2,55 35,50 2,46 0,6030 0,7823 1444 0,81 3,89 46,60 2,51 0,6019 0,4586 1445 0,82 2,39 43,95 1,68 0,6011 0,9208 1446 0,19 1,97 49,45 3,17 0,4990 0,1684 No.Sampel % LOI % SiO2 1272 0,079 59,75
  • 80. Laporan Praktek KerjaLapangan 80  NAMA : Imam Zamachsyari NIM : 1112C1008 PEMBIMBING : Yani Waktu Pengerjaan No.Sampel Jumlah Parameter Uji Keterangan Paraf 9 maret 2015 545-548 4 LOI Selesai 11 maret 2015 981 1 LOI Selesai 17 maret 2015 6303-6305 3 TiO2 Selesai 31 maret 2015 927-928 2 SO3, PO4 Selesai 2 april 2015 1008-1009 2 SiO2 Selesai 2 april 2015 1080-1085 5 SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai 4 april 2015 1128-1129 2 LOI, SO3, TiO2, PO4 Selesai 16 april 2015 1211 1 SiO2, TiO2 Selesai 27 april 2015 1300-1301 2 SiO2, PO4 Selesai
  • 81. Laporan Praktek KerjaLapangan 81 Hasil Kerja: No.Sampel %LOI 545 10,91 546 5,90 547 7,76 548 5,53 No.Sampel %LOI 981 20,53 No.Sampel % TiO2 6303 0,9614 6304 1,3695 6305 0,8344 No.Sampel % SO3 % PO4 927 2,04 0,51 928 0,60 0,46 No.Sampel % SiO2 1008 92,36 1009 93,88
  • 82. Laporan Praktek KerjaLapangan 82 No.Sampel % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4 1080 32,10 14,47 0,4007 -0,0774 1081 63,20 7,68 0,1575 -0,0026 1082 47,60 3,27 0,8505 0,4384 1083 70,55 2,31 -0,0857 1084 37,30 5,40 0,6591 1085 46,25 1,18 0,7322 No.Sampel % LOI % SO3 % TiO2 % PO4 1128 14,11 0,64 0,5823 0,1908 1129 14,29 0,72 0,7965 0,1914 No.Sampel % TiO2 % SiO2 1211 3,1764 44,45 No.Sampel % PO4 % SiO2 1300 -0,4707 0,45 1301 -0,5064 0,42
  • 83. Laporan Praktek KerjaLapangan 83 3. Gambar Spektrofotometer 4. Gambar AAS
  • 84. Laporan Praktek KerjaLapangan 84 DAFTAR PUSTAKA Candra, Eko dan Kukandi. 2004. Tugas Akhir Kadar Fly Ash Optimum pada Paving Block Mutu Tinggi. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang Abadi, Taufan Candra, 1998, Studi Pengaruh Campuran Tanah-fly ash terhadap Kuat Geser Tanah dengan Uji Direct Shear dan Prisma Bebas (Unconfined Compression Test) pada Tanah Ekspansif Cikampek, Tugas Akhir Institut Teknologi Nasional,Bandung. American Society for Testing and Material, 1988, Annual Book Of ASTM Standard, United State of America. Ardhyan, 1997, Studi Laboratorium Peningkatan Kekuatan Geser Tanah Ekspansif Cikampek Dengan Stabilisasi Semen, Tugas Akhir Institut Teknologi Nasional, Bandung. D. J. Cook., T.Cao., 1987, Fly ash, Slag and Silica Fume, Longman Chesire, Australia. Head, K.H., 1986, A Halsted Press Book Manual of Soil Laboratory Testing, volume 3, ELE International Limited, London. R. Hausmann, Manfred., 1990, Engineering Principles of Ground Modification, McGraw-Hill Publishing Company, Sydney. Brunel University Munir, Misbachul, 2008, “Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) Untuk Hollow Block Yang Bermutu Dan Aman Bagi Lingkungan”, Universitas Diponegoro, Semarang ASTM E 247 – 96 : Standard Test Method for Determination of Silika in Manganese Ores, Iron Ores and related Materials by Gravimetry.
  • 85. Laporan Praktek KerjaLapangan 85 Madiadipoera, Tushadi 1999, Bahan Galian Industri di Indonesia. Bandung Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia. Michael Purba, Soetopo Hidayat. 1995. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Jilid 1a. Jakarta : Erlangga. Tim PPPTM. 2000. Ensiklopedia Pertambangan 2. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. VOGEL, A.l., 1972, A Text book of Quantitative Inorganic Analysis, Including Elementry Instrumental Analysis, Thrid Edition, London, Longman. Harjadi, w. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.