SlideShare a Scribd company logo
FERTILITAS, DAYA HIDUP EMBRIO DAN DAYA TETAS
TELUR AYAM ARAB (Gallus turcicus)
LAPORAN LENGKAP MANAJEMEN PEMBIBITAN TERNAK
Oleh:
LA ODE SYAWAL SULAEMAN
NIM. L1A1 15 166
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
nilai pada mata kuliah manajemen pembibitan ternak
FAKULTAS PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA LAPORAN INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI LAPORAN ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA
KEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA
LAPORAN INI HASIL JIPLAKAN MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA
SANKSI SESUAI DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari,
LA ODE SYAWAL SULAEMAN
NIM. L1A1 15 166
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Fertilitas, Daya Hidup Embrio dan Daya Tetas Telur Ayam
Arab (Gallus turcicus)
Nama : La Ode Syawal Sulaeman
NIM : L1A1 15 166
Jurusan : Peternakan
Menyetujui:
Kordinator Praktikum Asisiten Pembimbing
Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc
NIP. 19790601 201409 1 003 NIP. 19790601 201409 1 003
Mengetahui:
Kepala Laboratorium Ilmu Ternak Unggas
Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc
NIP. 19790601 201409 1 003
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya dan Salawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum manajemen pembibitan ternak
yang berjudul “Fertilitas, Daya Hidup Embrio dan Daya Tetas Telur Ayam Arab
(Gallus turcicus)”. Yang dibuat untuk salah satu sarat untuk memperoleh nilai
mata kuliah manajemen pembibitan ternak pada fakultas peternakan Universitas
Halu Oleo, Kendari.
Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat, cinta dan kasih penulis
persembahkan kepada Bapak Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc yang telah
membimbing, memberikan masukan dan saran selama proses penulisan laporan
ini hingga selesai yang tidak dapat dibalas dengan apapun.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan laporan
ini. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk memperbaiki penulisan laporan ini.
Kendari, Januari 2018
Penulis,
La Ode Syawal Sulaeman
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR …………………………………….…………… I
DAFTAR ISI …………………………………...……..…………...…… Iii
DAFTAR TABEL …………………….……………………………...… Iii
I. PENDAHULUAN ……...…………………………………………... 1
1.1. Latar Belakang ..………..……………………..………………… 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ..……………..……………….………….… 3
II.TINJAUAN PUSTAKA .…..……………………………………….. 4
2.1. Ayam Arab …………...…………………………………………. 4
2.2. Penetasan Telur ……......………………………….…………….. 6
a. Fertilitas Telur ……………...………………………………… 7
b. Daya Hidup Embrio ..………………………………………… 8
c. Daya Tetas ………..……..…………………………………… 10
d. Bobot Tetas …...…………………………………………….... 12
III. METODE PRAKTIKUM …………...………………..………...... 13
3.1. Waktu dan Tempat ………...………………………………….. 13
3.2. Alat dan Bahan …………………………………………........... 13
3.3. Prosedur Kerja Praktikum .…………………….……….……... 13
3.4. Parameter yang Diamati 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .…………………….……….……. 15
a. Fertilitas Telur ……..……...………………………………… 15
b. Daya Hidup Embrio ………………………………………… 16
c. Daya Tetas …...…..……..…………………………………… 17
V. PENUTUP .…………………….……….…………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA ………………………...……………………..…. 20
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Halaman
1 Rataan fertilitas telur ayam arab .……….……………………… 15
2 Rataan daya hidup embrio telur ayam arab .…………………… 16
3 Rataan daya tetas telur ayam arab .……..……………………… 17
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ayam arab merupakan salah satu jenis ayam petelur ras yang memiliki
prospek pasar yang cukup baik untuk dikembangkan. Produksi telur ayam arab
relatif tinggi hampir menyerupai produktivitas ayam ras petelur yaitu berkisar
antara 190-250 butir per tahun (Natalia dkk., 2005) selain itu, karakteristik telur
ayam arab juga ternyata hampir sama dengan telur ayam kampung, baik itu dari
bentuk, warna, ukuran, maupun kandungan gizinya (Sulandari dkk., 2007).
Bibit ayam arab mempunya kontribusi sebesar 30% dalam menunjang
keberhasilan usaha peternakan yang dapat dilakukan dengan cara membeli DOC
ayam dari pembibit, membeli telur dan menetaskannya sendiri, atau membeli
indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara
alami maupun secara buatan dengan menggunakan mesin tetas.
Untuk menunjang perkembangan peternakan ayam arab, selain pakan
dan tata laksana (manajemen), penyediaan bibit yang baik merupakan hal penting
untuk mendapatkan produksi yang maksimal dan kelangsungan usaha peternakan
ayam arab. Guna memperoleh bibit ayam arab yang baik sebagai langkah awal
dapat dilakukan melalui seleksi telur-telur ayam yang berasal dari induk dan
pejantan yang unggul, untuk kemudian ditetaskan. Pengelolaan penetasan
merupakan faktor penunjang dalam usaha pembibitan ayam, oleh sebab itu
pengetahuan dan keterampilan tentang hal pengelolaan penetasan telur sangat
diperlukan. Telur yang dihasilkan induk ayam yang unggul belum tentu semuanya
berkualitas baik untuk ditetaskan, oleh karenanya, memilih telur yang akan
2
ditetaskan merupakan hal yang sangat penting, karena berpengaruh pada daya
tetas dan anak ayam yang dihasilkan. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap daya tetas dan penampilan anak ayam, salah satunya adalah bobot telur
tetas.
Penerapan teknologi penetasan telur pada usaha peternakan ayam lokal,
termasuk ayam arab diharapkan dapat meningkatkan populasi ayam dalam waktu
yang relatif cepat dan menjamin kontinuitas ketersediaan bibit. Hal ini disebabkan
karena mesin tetas berfungsi sebagai penggati induk dalam penetasan telur untuk
menghasilkan anak-anak ayam.
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur
sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Usaha menetaskan telur ayam
artinya mengeramkan telur supaya telur menetas, sehingga benih berkembang di
dalam telur menjadi anak ayam hidup. Penetasan merupakan proses
perkembangan embrio di dalam telur sampai memetas. Proses penetasan telur
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan penetasan buatan.
Keunggulan penerapan teknologi mesin tetas adalah menghilangkan periode
mengeram pada induk, sehingga induk lebih produktif dan mampu menghasilkan
telur lebih banyak selama hidupnya. Selain itu anak ayam dapat diproduksi dalam
jumlah yang banyak pada waktu yang bersamaan dan kapasitas penetasan dapat
diperbanyak sesuai dengan jumlah telur tetas yang siap ditetaskan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum
manajemen pembibitan ternak mengenai penetasan telur ayam arab.
3
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam praktikum penetasan telur ayam arab adalah untuk
mengetahui seberapa besar fertilitas, daya hidup embrio, dan daya tetas telur ayam
arab yang di tetaskan di dalam mesin tetas.
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui seberapa besar
fertilitas, daya hidup embrio dan daya tetas telur ayam arab yang ditetaskan di
dalam mesin tetas, dan dapat menjadi referensi bagi peternak untuk memperoleh
bibit dari usaha penetasan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Arab
Ayam arab (Gallus turcicus) merupakan ayam lokal Mesir yang
mempunyai nama Fayoumi atau Bigawi. Ayam ini berkembang sejak sebelum
Masehi di sepanjang Sungai Nil tepatnya di Kota Fayoumi. Ayam ini memiliki
ukuran tubuh kecil, sangat aktif suka terbang dan mempunyai kemampuan
beradaptasi yang tinggi. Ciri-ciri tersebut menyebakan ayam ini mampu bertahan
hidup pada lingkungan yang ekstrim di Mesir. Sifat-sifat kualitatif ayam arab
adalah memiliki warna bulu putih seperti perak dengan warna bulu dasar hitam di
sepanjang badan, shank berwana hijau pohon atau biru seperti batu tulis, kepala
berwarna kecoklat-coklatan. Bobot ayam arab jantan bisa mencapai 2,25 kg,
sedangkan betina dapat mencapai berat 1,75 kg (Natalia, dkk., 2005).
Tubuh ayam arab berwarna putih dengan kombinasi totol-totol hitam
yang terdapat pada tubuhnya, bagian kaki memiliki pigmen yang berwarna hitam,
jenger berwarna merah, dan terdapat bercak putih pada bagian telingga. Ayan
berjenger kembang ini ditemukan dan diternakan pertama kali oleh Ulysses
Aldrovandi (1522-1605) di Bologna, Italia dan sejak tahun 1599 ayam bernama
latin Gallus turcicus ini diberi nama braekels. Akhir-akhir ini, ayam braekels
sering disebut dengan camoine serta di Inggris dan Amerika dikenal ayam arab
yang berwarna silver dan gold. Ayam arab terdiri dari dua jenis yaitu ayam arab
silver dan ayam arab gold. Namun masyarakat lebih mengenal ayam arab silver
dan sudah mulai dibudidayakan di Indonesia (Sulandari dkk., 2007).
5
Konon, ayam arab pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh
seseorang yang pulang dari ibadah haji di Arab Saudi, yang membawa pulang
sebanyak delapan butir telur tetas kemudian ditetaskan dan dikembangkan di Kota
Batu, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Ayam ini kemudian dibesarkan
dan diumbar di pekarangan rumah sehingga ada yang kawin dengan ayam lokal.
Perkawinan silang ini memperlihatkan produksi telur dari hasil kawin silang
dengan ayam arab lebih tinggi dibanding dengan produksi telur ayam lokal
lainnya, ayam arab mengalami perkembangan yang sangat cepat di Surabaya, dan
terakhir di Jakarta, tatapi strain aslinya (parent stock) sudah tidak ada. Strain asli
ayam arab yang dikembangkan di Indonesia adalah ayam arab silver (Sulandari
dkk., 2007).
Pambudhi (2003) menyatakan bahwa ayam arab merupakan ayam tipe
petelur dengan sifat-sifat sebagai berikut: memiliki tingkat esistensi pakan dan
kemampuan memproduksi telur yang tinggi, lincah dan agak liar, ayam jantan
memiliki libido yang tinggi. Menurut Sarwono (2001), sifat kualitatif ayam arab
silver adalah: jenger berbentuk tunggal dan berwarna merah, pial berwarna merah,
warna bulu putih dengan sedikit totol-totol hitam dan garis keputihan. Bobot
badan ayam silver jantan dewasa mencapai 1,5-1,8 kg dengan tinggi badan 30 cm,
sedangkan ayam silver betinanya dapat mencapai bobot badan 1,1-1,2 kg dengan
tinggi badan 22-25 cm. Menurut Darmana dan Sitanggang (2002) ayam arab
betina dewasa mampu menghasilkan ± 200 butir telur per tahun dengan berat
telur rata-rata 40 gram.
6
2.2 Penetasan Telur
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur
sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Usaha menetaskan telur ayam
artinya mengeramkan telur supaya telur menetas, sehingga benih berkembang di
dalam telur menjadi anak ayam hidup. Penetasan merupakan proses
perkembangan embrio di dalam telur sampai memetas. proses penetasan telur
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan penetasan buatan,
penetasan buatan lebih praktis dan efisien dibanding dengan penetasan alami,
karena kapasitasnya yang lebih besar penetasan dengan mesin tetas juga dapat
meningkatkan daya tetas telur karena temperaturnya dapat diatur lebih stabil tetapi
memerlukan perlakuan dan memerlukan biaya (Jayasamudra dan Cahyono, 2005).
Penetasan telur unggas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan
alami dan penetasan buatan. Penetasan alami yaitu menetaskan telur dengan
menggunakan induknya atau jenis unggas lain dan penetasan buatan yaitu dengan
menggunakan mesin tetas. Penetasan alami kurang efektif dalam menetaskan telur
karena satu induk hanya bisa mengerami sekitar 10 butir telur, sedangkan
penetasan buatan mampu menetaskan jumlah telur dalam jumlah ratusan bahkan
ribuan butir, tergantung kapasitas tampung mesin tetas (Nafiu, dkk., 2014).
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah menyediakan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio (calon anak) pada suhu
sekitar 37,5o
C sampai 38o
C. Suhu selama penetasan berkisar antara 37-39o
C dan
kelembaban udara relatif berkisar 58%-60%, perkembangan embrio yang optimal
7
pada suhu 37.2-39.4o
C dengan kelembaban sekitar 60% dan sebesar 70% selama
3 hari terakhir penetasan (Nafiu, dkk., 2014).
Candling adalah peneropongan dengan menggunakan sinar untuk melihat
perkembangan embrio di dalam telur yang ditetaskan. Kegunaan peneropongan
ini adalah untuk mengeluarkaan telur yang infertil dan embrio yang mati dalam
penetasan setelah dilakukan peneropongan. Frekuensi peneropongan telur selama
penetasan cukup tiga kali yaitu hari ke-5, hari ke-7, dan hari ke- 14 (Suprijatna,
dkk., 2005).
Telur yang telah diseleksi dan memenuhi persyaratan tidak langsung
dimasukan kedalam mesin tetas tetapi harus disimpan terlebih dahulu,
penyimpananya harus benar dan tempat penyimpanannya ditempatkan sesuai
dengan persyaratan. Sebaiknya temperatur ruang penyimpanan telur adalah 18o
C
dan kelembaban ruang penyimpanan sekitar 75-80% (Daulay, dkk., 2008).
a. Fertilitas Telur
Fertilitas telur merupakan jumlah telur yang memiliki tunas atau
pembuluh darah dari sekian banyaknya telur yang dirami atau ditetaskan dan
dihitung dalam bentuk persentase. Fertilitas telur berkaitan erat dengan bobot telur
yaitu semakin berat telur yang ditetaskan maka semakin fertilitas telur akan baik
(Rajab, 2013).
Fertilitas telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
8
Fertilitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain iklim, bangsa
atau verietas ayam, sistem perkawinan, pakan, umur induk, rasio antara pejantan
dengan betina, pengelolaan sebelum masuk mesin tetas, pemilihan bobot telur,
penyimpanan telur tetas, dan kelembangan mesin tetas (Zakaria, 2010).
Telur yang lama disimpan tentunya akan mengakibatkan kematian pada
embrio dan frekuensi pemutaran telur sebaiknya dilakukuan sekurang-kurangnya
dua kali dalam sehari. Proses pemutaran telur yang dilakukan tidak teratur akan
menyebabkan panas yang diterima telur menjadi tidak merata sehingga
menyebabkan embrio akan lengket pada salah satu sisi kerabang dan
menyebabkan embrio akan mati (Daulay, dkk., 2008).
Eki, dkk., (2015), menyatakan bahwa fertilitas telur ayam ras petelur
yang diinseminasi buatan dengan dengan ayam tolaki sebesar 50,54%, menurut
Meliyati, dkk., 2012), fertilitas itik pada lama penyimpanan telur 1 hari, yaitu
91,67%, lama penyimpanan 4 hari 83,33% dan lama penyimpanan 7 hari yaitu
72,29%, sedangkan menurut Nafiu, dkk., (2014) fertilitas telur ayam tolaki yang
ditetaskan menggunakan mesin tetas dengan sumber panas berbeda adalah
52,72%.
b. Daya Hidup Embrio
Daya hidup embrio merupakan persentase telur-telur yang fertile dari
umur 7 hari penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan atau kempuan telur
untuk menjaga embrio tetap hidup selama proses penetasan berlangsung, dan
semakin bertambahnya jumlah dan ukuran akar-akar serabut pada telur (Nafiu,
dkk., 2014).
9
Daya hidup embrio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi daya hidup embrio adalah
proses pembalikan telur yang dilakukan secara hati-hati karena dengan
pembalikan telur yang kasar dapat berpotensi memutuskan kalaza sehingga
menimbulkan kematian embrio di dalam mesin tetas karena kekurangan makanan
serta pembalikan telur yang tidak terlalu lama sehingga suhu dalam sesin tetas
tetap stabil, suhu, kelembaban, frekuensi pemutaran, kebersihan telur dan fentilasi
mesin tetas (Eki, dkk., 2015).
Penanganan suhu yang diukur dengan termometer memegang peranan
yang sangat penting dalam penetasan telur karena hal ini berhubungan dengan
faktorperkembangan embrio di dalam telur. Suhu yang sedikit lebih rendah untuk
periode yang tidak terlau lama tidak mempengaruhi embrio kecuali
memperlambat perkembangannya untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda
jika terjadi pada embrio yang lebih tua karena pengaruhnya akan sedikit lebih
berkurang. Jika suhu terlalu rendah dari kaidah penetasan telur ayam maka akan
mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan oragan-organnya yang
berkembang tidak secara proporsional (Eki, dkk., 2015).
Penelitan Nafiu, dkk., (2015) daya hidup embrio telur ayam tolaki yang
ditetaskan dengan sumber panas berbeda sebesar 93,13%, menurut Eki, dkk.,
(2015) menyatakan daya hidup embrio ayam ras sebasar 92,18%.
10
Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya hidup embrio karena
semakin lama telur disimpan sebelum penetasan, kemungkinan terjadinya infeksi
mikroorganisme melalui pori-pori kerabang telur juga semakin besar. Telur segar
memiliki kerabang dengan pori-pori kecil, tetapi bila disimpan dalam waktu lama
maka pori kerabang akan semakin lebar sehingga memungkinkan penetrasi
bakteri ke dalam telur, dan terputusnya chalaza telur. Chalaza merupakan bagian
yang memisahkan albumen dengan kuning telur. Jika chalaza terputus,
perkembangan embrio yang terdapat di dalam telur akan terganggu dan kemudian
embrio akan melemah dan akhirnya mati sebelum menetas (Astriana dan Hamdan,
2017)
c. Daya Tetas
Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur
yang fertil. Telur yang dihasilkan oleh ayam dengan laju produksi tinggi tidak saja
lebih fertil dari pada telur-telur yang berasal dari ayam yang berprodusi rendah.
Telur yang berukuran sedang lebih baik daya tetasnya dibandingkan dengan telur
yang berukuran kecil, selain itu daya tetas telur juga dipengaruhi oleh tebal
kerabang telur, semakin tebal kerabang telur maka akan menurunkan daya tetas
telur tersebut (Wardiny, 2002).
Daya tetas telur (hatchability) merupakan nilai dari banyaknya anak
ayam (DOC) yang menetas dari jumlah telur tetas yang bertunas (fertile), dihitung
dalam bentuk persentase. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah
berat telur yang digunakan, dimana telur yang sangat ringan dan sangat berat sulit
untuk menetas, hal ini dikarenakan telur yang sangat ringan memiliki komposisi
11
yang kurang, sehingga embrio akan kekurangan nutrisi dan menyababkan embrio
tidak dapat berkembang. Sebaliknya telur yang terlalu berat memiliki pori-pori
yang besar sehingga penguapan akan cepat terjadi yang menyebabkan embrio
akan mati sebelum menetas, penyimpanan telur, selain itu faktor lain yang
menpengaruhi daya tetas telur adalah lama penyimpanan, faktor genetik, suhu,
dan kelembaban, nutrisi, fertilitas telur dan kebersihan telur (Susanto dan
Suliswanto, 2013).
Lama penyimpanan telur merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi daya tetas. Periode penyimpanan telur yang semakin lama, yaitu
lebih dari 6 hari sangat mempengaruhi daya tetas telur. Semakin lama telur
disimpan sebelum penetasan, kemungkinan terjadinya infeksi mikroorganisme
melalui pori-pori kerabang telur juga semakin besar. Telur segar memiliki
kerabang dengan pori-pori kecil, tetapi bila disimpan dalam waktu lama maka pori
kerabang akan semakin lebar sehingga memungkinkan penetrasi bakteri ke dalam
telur (Astriana, dan Hamdan, 2017).
Daya tetas adalah jumlah telur yang menetas dari banyaknya telur yang
fertil. Menurut Rajab (2013), menyatakan bahwa daya tetas telur ayam kampung
adalah sebesar 23%, sedangkan menurut Astriana dan Hamdan (2017) daya tetas
telur ayam kampung persilangan dengan lama penyimpanan telur selama 3 hari
sekitar 79,2% sampai 11,6%.
Daya tetas telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
12
d. Bobot Tetas
Bobot tetas merupakan berat ayam setelah menetas yang dihitung dengan
cara menimbang ayam setelah ayam menetas satu hari dengan bulu yang sudah
kering yang dihitung dalaam bentuk gram (Jayasamudra dan Cahyono, 2005).
Bobot tetas dipengaruhi oleh bobot telur, dimana pada saat penyusutan
telur maka bobot telur juga akan menurun yang disebabkan oleh penguapan gas-
gas dan cairan yang berada dalam telur. Cairan dalam telur berfungsi untuk
melarutkan zat-zat nutrisi untuk pertumbuhan embrio, jika cairan itu tidak ada
maka zat-zat nutrisi tidak dapat terlarut dan perkembangan embrio tidak akan
sempurna sehingga akan mempengaruhi bobot tetas. Semakin berat bobot telur
yang ditetaskan maka akan menghasilkan bobot tetas yang semakin besar
(Septika, dkk., 2016).
Zakaria (2010) melaporkan bobot tetas ayam kampung adalah 31,82
gram. Menurut Eki, dkk., (2015), menyatakan bobot tetas telur ayam ras hasil
inseminasi dengan ayam tolaki sebasar 39,83 gram, sedangkan menurut Rajab
(2013), menyatakan bahwa bobot tetas ayam kampung sebesar 91, 8 gram.
Bobot DOC jantan lebih besar dari pada DOC betina atau embrio ayam
jantan lebih berat dari pada embrio ayam betina karena pada embrio jantan
memiliki otot skletal yang lebih berat dari pada betina. Selama mengalami
perkembangan embrionik, embrio akan mengalami metabolisme yang akan
berdampak pada peningkatan suhu dan tingginya penguapan, sehingga ayam
betina memiliki bobot tetas yang rendah (Eki, dkk., 2015).
13
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum manajemen pembibitan ternak ayam arab tentang “Fertilitas,
Daya Hidup Embrio dan Daya Tetas Telur Ayam Arab”, dilaksanakan pada
tanggal 8 sampai 22 November 2018, bertempat di Kandang Pembibitan Ayam
Kampung, Laboraatorium Unit Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas
Halu Oleo, Kendari.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mesin tetas, teropong,
alat tulis, spidol, nampan, rak telur, timbangan dan kamera, bahan yang digunakan
adalah telur ayam arab sebanyak 180 butir yang diperoleh dari UPTD konda dan
air.
3.3. Prosedur Kerja Praktikum
Prosedur kerja dalam praktikum manajemen pembibitan ternak ayam
arab tentang “Fertilitas, Daya Hidup Embrio Dan Daya Tetas Telur ayam arab”
adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan mesin teras yang akan digunakan selama proses penetasan,
b. Menyiapkan telur ayam arab yang akan ditetaskan,
c. Menimbang bobot telur,
d. Malakukan Penomoran telur ayam arab,
e. Memasukan telur ayam yang telah diberi nomor kedalam mesin tetas.
14
f. Melakukan peneropongan telur yang fertil pada hari ke empat pasca
penetasan,
g. Memisahkan telur yang fertil dengan telur yang tidak fertil,
h. Melakukan pembalikan telur 3 kali sehari selama 13 hari,
i. Melakukan peneropongan daya hidup embrio (DHE) pada hari ke 14 pasca
penetasan,
j. Melakukan pengamatan daya tetas telur dengan menghitung jumlah telur yang
menetas.
3.4. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam raktikum ini yaitu :
a. Fertilitas adalah persentase telur-telur yang bertunas dari sejumlah telur yang
dieramkan, tanpa memperhatikan apakah telur-telur tersebut menetas atau
tidak. Fertilitas diamati pada umur penetasan 7 hari yang dihitung dengan
rumus:
b. Daya hidup embrio (DHE) adalah persentase telur-telur yang fertil dari umur 7
hari penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan, dihitung dengan rumus:
c. Daya tetas adalah persentase telur-telur yang menetas dari jumlah telur yang
fertil yang dihitung dengan rumus:
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Fertilitas
Persentase fertilitas telur ayam arab yang diperoleh pada praktikum ini
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan fertilitas telur ayam arab
No Kelas Jumlah telur Telur fertil Telur Infertil Fertilitas (%)
1 A 45 38 7 71,11
2 B 45 23 22 51,11
3 C 45 24 21 53,33
4 D 45 38 7 84,44
Rataan 65
Fertilitas telur merupakan jumlah telur yang memiliki tunas atau
pembuluh darah dari sekian banyaknya telur yang dirami atau ditetaskan dan
dihitung dalam bentuk persentase. Persentase fertilitas ayam arab yang diperoleh
pada pratikum ini adalah sebesar 65%. Fertilitas yang diperoleh lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nafiu, dkk (2014), yang
menyatakan fertilitas telur ayam tolaki yang ditetaskan dengan menggunakan
mesin tetas yang berbeda sumber panas berkisar antara 52,72%, sedangkan
menurut Indrawati, dkk (2015) yang menyatakan fertilitas telur ayam ras hasil
inseminasi buatan dengan ayam tolaki diperoleh hasil sebesar 50,54%. Nilai
fertilitas telur yang diperoleh lebih tinggi dipengaruhi oleh rasio pejantan dengan
betina yang digunakan, penyimpanan telur yang sudah sesuai dengan syarat
penyimpanan telur. lebih lanjut dijelaskan oleh Zakaria (2010), menyatakan
bahwa fertilitas telur tergantung dari umur induk yang digunakan, pengelolaan
telur sebelum masuk di dalam mesin tetas termaksuk pemilihan bobot telur.
16
b. Daya Hidup Embrio
DHE diketahui melalui peneropongan telur (candling) pada hari ke-14
umur penetasan, saat telur dibalik pada sore hari. Telur yang masih hidup pada 14
hari umur penetasan ditandai dengan bertambahnya jumlah dan ukuran akar-akar
serabut pada telur, sedangkan telur yang mati ditandai adanya bintik dan benang
darah merah yang mengelilingi telur.
Persentase daya hidup embrio telur ayam arab yang diperoleh pada
praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan daya hidup embrio telur ayam arab
No Kelas Jumlah Telur
Fertil
Jumlah Telur Fertil
hari ke 14
Daya Hidup
Embrio (%)
1 A 38 17 44,73
2 B 23 8 34,78
3 C 24 12 50
4 D 38 24 63,15
Rataan 48,16
Persentase daya hidup embrio yang diperoleh pada praktikum ini sebesar
48,16%, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Nafiu, dkk (2014) yang menyatakan
daya hidup embrio yang diperoleh adalah 93,13 persen, sedangkan menurut
Indrawati, dkk (2015) menyatakan bahwa daya hidup embrio 92,18%. Rendahnya
daya hidup embrio yang diperoleh pada praktikum ini disebabkan oleh
pembalikan telur yang terlalu kasar, lamanya waktu pemutaran telur, dan
kelembaban di dalam mesin tetas yang tidak stabil, hal ini didukung oleh pendapat
Nafiu, dkk (2014) yang menyatakan bahwa kurangnya kehati-hatian yang
dilakukan pada saat melakukan pembalikan telur dapat menyebabkan terputusnya
khalaza sehingga menyebabkan kematian embrio di dalam mesin tetas, serta
17
terlalu lamanya waktu pembalikan telur yang menyebabkan suhu di dalam mesin
tetas tidak stabil, serta kelembaban di dalam mesin tetas tidak terjaga sehingga
kondisi suhu mesin tetas tidak merata menyebabkan kematian pada calon DOC.
c. Daya Tetas
Persentase daya tetas telur ayam arab yang diperoleh pada praktikum ini
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan daya tetas telur ayam arab
No Kelas Jumlah Telur
Fertil
Jumlah Telur yang
menetas
Daya Tetas (%)
1 A 38 7 18,42
2 B 23 5 21,73
3 C 24 5 20,83
4 D 38 8 21,05
Rataan 20,51
Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur
yang fertil Persentase daya tetas yang diperoleh pada praktikum ini sebesar
20,51%, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Siswanto dan Suliswanto (2013)
yang menyatakan bahwa daya tetas ayam kampung sekitar 57,78%, sedangkan
menurut Rajab (2013) menyatakan bahwa daya tetas ayam kampung sebesar
23,0%. Persentase daya tetas yang diperoleh pada praktikum ini rendah, hal ini
disebabkan oleh kelembaban yang terdapat di dalam mesin tetas tidak stabil
sehingga mengakibatkan embrio ayam mengalami dehidrasi kemudian melemah
sehingga ayam mengalami kesulitan keluar dari dalam kerabang walaupun sudah
piping. Menurut Astriana dan Hamdan (2017), menyatakan bahwa daya tetas
ayam kampung dipengaruhi oleh lama penyimpanan telur tetas, dimana semakin
lama penyimpanan telur tetas makan akan menyebabkan rendahnya daya tetas
18
telur yang diakibatkan oleh terjadinya infeksi mikroorganisme melalui pori-pori
kerabang yang semakin membesar dan terputusnya khalaza telur, jika chalaza
terputus, perkembangan embrio yang terdapat di dalam telur akan terganggu dan
kemudian embrio akan melemah dan akhirnya mati sebelum menetas.
19
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan penetasan
merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai memetas. proses
penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan
penetasan buatan. Fertilitas telur ayam arab yang ditetaskan didalam mesin tetas
sebesar 65%, daya hidup embrio telur ayam arab mencapai 48,16%, daya tetas
telur ayam arab sebesar 20,51%.
5.2. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah sebaiknya praktikan
melakukan praktikum dengan baik agar memperoleh hasil yang diiginkan, pada
proses pembalikan telur sebaiknya dilakukan dengan cepat agar memperoleh
fertilitas, daya hidup embrio dan daya tetas yang tinggi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Darmana, W, dan Sitanggang, M. 2002. Meningkatkan Produktifitas Ayam Arab
Petelur. Jakarta: Agromedia Pustaka
Daulay, A.H., Aris, S, Salim, A. 2008. Pengaruh Umur dan Frekuensi Pemutaran
Terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Telur Ayam Arab (Galus turcicus).
Jurnal Agribisnis Peternakan. Vol 1(4): 6-10.
Indrawati, E, T. Saili, S. Rahadi. 2015. Fertilitas, Daya Hidup Embrio, Daya Tetas
dan Bobot Tetas Telur Ayam Ras Hasil Inseminasi Buatan dengan Ayam
Tolaki. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, No.3, Vol.1, 10-18.
Jayasamudra, D. J dan B.Cahyono. 2005. Pembibitan Itik. Penerba Swadaya.
Jakarta
Nafiu, L, M, Rusdin, A. S. Aku. 2014. Daya Tetas Dan Lama Menetas Telur
Ayam Tolaki Pada Mesin Tetas Dengan Sumber Panas Yang Berbeda.
Universitas Halu Oleo. JITRO Vol.1 (1).
Napirah, A, dan H. Has. 2017. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Fertilitas,
dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung Persilangan. Seminar Nasional Riset
Kuantitatif Terapan.
Natalia, H, D Nista, Sunarto, D S Yuni. 2005. Pengembangan Ayam Arab. Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sembawa. Palembang.
Pambudhi. W. 2003. Mengenal Ayam Arab Merah. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rajab. 2013. Hubungan Bobot Telur dengan Fertilitas, Daya Tetas, dan Bobot
Anak Ayam Kampung. Universitas Pattimura. Agrinimal, Vol. 3, No. 2,
Hal. 56-60.
Sarwono, B. 2001. Ayam Arab Petelur Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Septika, E. R, D. Septinova, dan K. Nova. 2012. Pengaruh Umur Telur Tetas
Persilangan Itik Tegal dan Mojosari dengan penetasan kombinasi terhadap
Fertilitas dan Daya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Sulandari, S., M.S.A. Zein, S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T Widjastuti, E.
Sujan, S. Darana, I. Setiawan, D. Garnida. 2007. Sumber Daya Genetik
Ayam Lokal Indonesia. Dalam: Keragaman Sumber Daya Hayati Ayam
Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. LIPI Perss, Bogor. Hal: 45-67.
21
Suprijatna E, Atmomarono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Cetakan ke-2. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Susanto E, dan Suliswanto. 2013. Pengaruh Berat Telur Terhadap Daya Tetas
Telur Ayam Kampung. Jurnal Ternak, Vol.04 (02).
Sutiono, S. Riyadi, S. Kismiati. 2006. Fertilitas dan daya tetas Telur Dari Ayam
Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam Kampung
yang Diencerkan dengan Bahan Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro. Semaraang.
Wardiny, T. M. 2002. Evaluasi Antara Indeks Bentuk Telur dengan Persentase
DOC yang Mentas Pada Ayam Kampung Galur Arab. Skripsi. Universitas
Terbuka.
Zakaria, M.A.S. 2010. Pengaruh lama penyimpanan telur ayam buras terhadap
fertilitas, daya tetas telur dan berat tetas. Jurnal Agrisistem 6: 97-103.

More Related Content

What's hot

Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
Budidaya jagung
Budidaya jagungBudidaya jagung
Budidaya jagung
Andary Aindåapryl
 
Serealia & kacang kacangan
Serealia & kacang kacanganSerealia & kacang kacangan
Serealia & kacang kacangan
Agnescia Sera
 
Kelompok menyambung
Kelompok menyambungKelompok menyambung
Kelompok menyambung
Izhar Bangsawan
 
Acara iii penanaman
Acara iii penanamanAcara iii penanaman
Acara iii penanamanperdos5 cuy
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
Repository Ipb
 
PAKAN BROILER.pdf
PAKAN BROILER.pdfPAKAN BROILER.pdf
PAKAN BROILER.pdf
ZaynderBuble1
 
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Ankardiansyah Pandu Pradana
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Purwandaru Widyasunu
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
UNESA
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2   kb 3AT Modul 2   kb 3
AT Modul 2 kb 3
PPGhybrid3
 
HAMA PADA BENIH, klasifikasi, jenis hama, dll
HAMA PADA BENIH, klasifikasi, jenis hama, dllHAMA PADA BENIH, klasifikasi, jenis hama, dll
HAMA PADA BENIH, klasifikasi, jenis hama, dll
Nodd Nittong
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
UNESA
 
Peta konsep kul jar
Peta konsep kul jarPeta konsep kul jar
Peta konsep kul jar
Ivho Mamonto
 
Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)f' yagami
 
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhanaBagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
Surya Tangguh
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Andary Aindåapryl
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Sandi Purnama Jaya
 

What's hot (20)

Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Budidaya jagung
Budidaya jagungBudidaya jagung
Budidaya jagung
 
Serealia & kacang kacangan
Serealia & kacang kacanganSerealia & kacang kacangan
Serealia & kacang kacangan
 
Kelompok menyambung
Kelompok menyambungKelompok menyambung
Kelompok menyambung
 
Acara iii penanaman
Acara iii penanamanAcara iii penanaman
Acara iii penanaman
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
PAKAN BROILER.pdf
PAKAN BROILER.pdfPAKAN BROILER.pdf
PAKAN BROILER.pdf
 
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
Pembuatan silase
Pembuatan silasePembuatan silase
Pembuatan silase
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2   kb 3AT Modul 2   kb 3
AT Modul 2 kb 3
 
HAMA PADA BENIH, klasifikasi, jenis hama, dll
HAMA PADA BENIH, klasifikasi, jenis hama, dllHAMA PADA BENIH, klasifikasi, jenis hama, dll
HAMA PADA BENIH, klasifikasi, jenis hama, dll
 
Tabel tukey-hsd bnj
Tabel tukey-hsd bnjTabel tukey-hsd bnj
Tabel tukey-hsd bnj
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
 
Peta konsep kul jar
Peta konsep kul jarPeta konsep kul jar
Peta konsep kul jar
 
Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)
 
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhanaBagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
Bagaimana cara membuat mesin penetas telur sederhana
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
 

Similar to Laporan pembibitan

Budidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdf
Budidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdfBudidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdf
Budidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdf
LuxShyn
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
PPGhybrid3
 
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
univesitas gadjah mada
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
DediKusmana2
 
Proposal bantuan ayam petelur
Proposal bantuan ayam petelurProposal bantuan ayam petelur
Proposal bantuan ayam petelur
Operator Warnet Vast Raha
 
PPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptxPPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptx
farissandi1
 
Proposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayamProposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayam
Arjuna Verta's
 
Morfologi ayam boiler
Morfologi ayam boilerMorfologi ayam boiler
Morfologi ayam boiler
putri kembar
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
fernandasyahputra1
 
01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur
Noor Yusuf
 
laporan observasi home industri telur
 laporan observasi home industri telur laporan observasi home industri telur
laporan observasi home industri telur
arisusilaningtyas03
 
Beternak ayam pedaging
Beternak ayam pedagingBeternak ayam pedaging
Beternak ayam pedaging
Benmart Manalu
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
Aizzah Izziyya
 
Laporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkokLaporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkok
Operator Warnet Vast Raha
 
Wirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayamWirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayam
Muhammad Akmaluddin
 
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulanKajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulanpratiwidm
 
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedagingKewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Selvhiee Rd
 
286060227-Budidaya-Ayam-Kalkun-Kelompok-5.pptx
286060227-Budidaya-Ayam-Kalkun-Kelompok-5.pptx286060227-Budidaya-Ayam-Kalkun-Kelompok-5.pptx
286060227-Budidaya-Ayam-Kalkun-Kelompok-5.pptx
20MTAQIYYUDDINASYSYA
 

Similar to Laporan pembibitan (20)

Budidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdf
Budidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdfBudidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdf
Budidaya Unggas Petelur dengan Pengetahuan Dasar.pdf
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYARMANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
MANAJEMEN PERKAWINAN PADA BABI DI CV. ADHI FARM KARANGANYAR
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
 
Proposal bantuan ayam petelur
Proposal bantuan ayam petelurProposal bantuan ayam petelur
Proposal bantuan ayam petelur
 
PPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptxPPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptx
 
Proposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayamProposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayam
 
Morfologi ayam boiler
Morfologi ayam boilerMorfologi ayam boiler
Morfologi ayam boiler
 
Proposal bantuan ternak ayam
Proposal bantuan ternak ayamProposal bantuan ternak ayam
Proposal bantuan ternak ayam
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
 
01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur01. kegiatan akuakultur
01. kegiatan akuakultur
 
laporan observasi home industri telur
 laporan observasi home industri telur laporan observasi home industri telur
laporan observasi home industri telur
 
Beternak ayam pedaging
Beternak ayam pedagingBeternak ayam pedaging
Beternak ayam pedaging
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
Laporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkokLaporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkok
 
Wirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayamWirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayam
 
Jen 1
Jen 1Jen 1
Jen 1
 
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulanKajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
 
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedagingKewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
 
286060227-Budidaya-Ayam-Kalkun-Kelompok-5.pptx
286060227-Budidaya-Ayam-Kalkun-Kelompok-5.pptx286060227-Budidaya-Ayam-Kalkun-Kelompok-5.pptx
286060227-Budidaya-Ayam-Kalkun-Kelompok-5.pptx
 

More from Laode Syawal Fapet

Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laode Syawal Fapet
 
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laode Syawal Fapet
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
Laode Syawal Fapet
 
Laporan in vitro maturasi
Laporan in vitro maturasiLaporan in vitro maturasi
Laporan in vitro maturasi
Laode Syawal Fapet
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Laode Syawal Fapet
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
Laode Syawal Fapet
 
TOWEA PULAU TERLUPAKAN
TOWEA PULAU TERLUPAKANTOWEA PULAU TERLUPAKAN
TOWEA PULAU TERLUPAKAN
Laode Syawal Fapet
 

More from Laode Syawal Fapet (7)

Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
 
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
Laporan in vitro maturasi
Laporan in vitro maturasiLaporan in vitro maturasi
Laporan in vitro maturasi
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
TOWEA PULAU TERLUPAKAN
TOWEA PULAU TERLUPAKANTOWEA PULAU TERLUPAKAN
TOWEA PULAU TERLUPAKAN
 

Laporan pembibitan

  • 1. FERTILITAS, DAYA HIDUP EMBRIO DAN DAYA TETAS TELUR AYAM ARAB (Gallus turcicus) LAPORAN LENGKAP MANAJEMEN PEMBIBITAN TERNAK Oleh: LA ODE SYAWAL SULAEMAN NIM. L1A1 15 166 Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh nilai pada mata kuliah manajemen pembibitan ternak FAKULTAS PETERNAKAN JURUSAN PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018
  • 2. PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA LAPORAN INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI LAPORAN ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA KEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA LAPORAN INI HASIL JIPLAKAN MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU. Kendari, LA ODE SYAWAL SULAEMAN NIM. L1A1 15 166
  • 3.
  • 4. HALAMAN PENGESAHAN Judul : Fertilitas, Daya Hidup Embrio dan Daya Tetas Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) Nama : La Ode Syawal Sulaeman NIM : L1A1 15 166 Jurusan : Peternakan Menyetujui: Kordinator Praktikum Asisiten Pembimbing Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc NIP. 19790601 201409 1 003 NIP. 19790601 201409 1 003 Mengetahui: Kepala Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc NIP. 19790601 201409 1 003
  • 5. ii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dan Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum manajemen pembibitan ternak yang berjudul “Fertilitas, Daya Hidup Embrio dan Daya Tetas Telur Ayam Arab (Gallus turcicus)”. Yang dibuat untuk salah satu sarat untuk memperoleh nilai mata kuliah manajemen pembibitan ternak pada fakultas peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari. Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat, cinta dan kasih penulis persembahkan kepada Bapak Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc yang telah membimbing, memberikan masukan dan saran selama proses penulisan laporan ini hingga selesai yang tidak dapat dibalas dengan apapun. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan laporan ini. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki penulisan laporan ini. Kendari, Januari 2018 Penulis, La Ode Syawal Sulaeman
  • 6. iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SURAT PERNYATAAN HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR …………………………………….…………… I DAFTAR ISI …………………………………...……..…………...…… Iii DAFTAR TABEL …………………….……………………………...… Iii I. PENDAHULUAN ……...…………………………………………... 1 1.1. Latar Belakang ..………..……………………..………………… 1 1.2. Tujuan dan Manfaat ..……………..……………….………….… 3 II.TINJAUAN PUSTAKA .…..……………………………………….. 4 2.1. Ayam Arab …………...…………………………………………. 4 2.2. Penetasan Telur ……......………………………….…………….. 6 a. Fertilitas Telur ……………...………………………………… 7 b. Daya Hidup Embrio ..………………………………………… 8 c. Daya Tetas ………..……..…………………………………… 10 d. Bobot Tetas …...…………………………………………….... 12 III. METODE PRAKTIKUM …………...………………..………...... 13 3.1. Waktu dan Tempat ………...………………………………….. 13 3.2. Alat dan Bahan …………………………………………........... 13 3.3. Prosedur Kerja Praktikum .…………………….……….……... 13 3.4. Parameter yang Diamati 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .…………………….……….……. 15 a. Fertilitas Telur ……..……...………………………………… 15 b. Daya Hidup Embrio ………………………………………… 16 c. Daya Tetas …...…..……..…………………………………… 17 V. PENUTUP .…………………….……….…………………………. 19 DAFTAR PUSTAKA ………………………...……………………..…. 20
  • 7. iv DAFTAR TABEL Tabel Uraian Halaman 1 Rataan fertilitas telur ayam arab .……….……………………… 15 2 Rataan daya hidup embrio telur ayam arab .…………………… 16 3 Rataan daya tetas telur ayam arab .……..……………………… 17
  • 8. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam arab merupakan salah satu jenis ayam petelur ras yang memiliki prospek pasar yang cukup baik untuk dikembangkan. Produksi telur ayam arab relatif tinggi hampir menyerupai produktivitas ayam ras petelur yaitu berkisar antara 190-250 butir per tahun (Natalia dkk., 2005) selain itu, karakteristik telur ayam arab juga ternyata hampir sama dengan telur ayam kampung, baik itu dari bentuk, warna, ukuran, maupun kandungan gizinya (Sulandari dkk., 2007). Bibit ayam arab mempunya kontribusi sebesar 30% dalam menunjang keberhasilan usaha peternakan yang dapat dilakukan dengan cara membeli DOC ayam dari pembibit, membeli telur dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami maupun secara buatan dengan menggunakan mesin tetas. Untuk menunjang perkembangan peternakan ayam arab, selain pakan dan tata laksana (manajemen), penyediaan bibit yang baik merupakan hal penting untuk mendapatkan produksi yang maksimal dan kelangsungan usaha peternakan ayam arab. Guna memperoleh bibit ayam arab yang baik sebagai langkah awal dapat dilakukan melalui seleksi telur-telur ayam yang berasal dari induk dan pejantan yang unggul, untuk kemudian ditetaskan. Pengelolaan penetasan merupakan faktor penunjang dalam usaha pembibitan ayam, oleh sebab itu pengetahuan dan keterampilan tentang hal pengelolaan penetasan telur sangat diperlukan. Telur yang dihasilkan induk ayam yang unggul belum tentu semuanya berkualitas baik untuk ditetaskan, oleh karenanya, memilih telur yang akan
  • 9. 2 ditetaskan merupakan hal yang sangat penting, karena berpengaruh pada daya tetas dan anak ayam yang dihasilkan. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya tetas dan penampilan anak ayam, salah satunya adalah bobot telur tetas. Penerapan teknologi penetasan telur pada usaha peternakan ayam lokal, termasuk ayam arab diharapkan dapat meningkatkan populasi ayam dalam waktu yang relatif cepat dan menjamin kontinuitas ketersediaan bibit. Hal ini disebabkan karena mesin tetas berfungsi sebagai penggati induk dalam penetasan telur untuk menghasilkan anak-anak ayam. Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Usaha menetaskan telur ayam artinya mengeramkan telur supaya telur menetas, sehingga benih berkembang di dalam telur menjadi anak ayam hidup. Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai memetas. Proses penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan penetasan buatan. Keunggulan penerapan teknologi mesin tetas adalah menghilangkan periode mengeram pada induk, sehingga induk lebih produktif dan mampu menghasilkan telur lebih banyak selama hidupnya. Selain itu anak ayam dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak pada waktu yang bersamaan dan kapasitas penetasan dapat diperbanyak sesuai dengan jumlah telur tetas yang siap ditetaskan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum manajemen pembibitan ternak mengenai penetasan telur ayam arab.
  • 10. 3 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dalam praktikum penetasan telur ayam arab adalah untuk mengetahui seberapa besar fertilitas, daya hidup embrio, dan daya tetas telur ayam arab yang di tetaskan di dalam mesin tetas. Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui seberapa besar fertilitas, daya hidup embrio dan daya tetas telur ayam arab yang ditetaskan di dalam mesin tetas, dan dapat menjadi referensi bagi peternak untuk memperoleh bibit dari usaha penetasan.
  • 11. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Arab Ayam arab (Gallus turcicus) merupakan ayam lokal Mesir yang mempunyai nama Fayoumi atau Bigawi. Ayam ini berkembang sejak sebelum Masehi di sepanjang Sungai Nil tepatnya di Kota Fayoumi. Ayam ini memiliki ukuran tubuh kecil, sangat aktif suka terbang dan mempunyai kemampuan beradaptasi yang tinggi. Ciri-ciri tersebut menyebakan ayam ini mampu bertahan hidup pada lingkungan yang ekstrim di Mesir. Sifat-sifat kualitatif ayam arab adalah memiliki warna bulu putih seperti perak dengan warna bulu dasar hitam di sepanjang badan, shank berwana hijau pohon atau biru seperti batu tulis, kepala berwarna kecoklat-coklatan. Bobot ayam arab jantan bisa mencapai 2,25 kg, sedangkan betina dapat mencapai berat 1,75 kg (Natalia, dkk., 2005). Tubuh ayam arab berwarna putih dengan kombinasi totol-totol hitam yang terdapat pada tubuhnya, bagian kaki memiliki pigmen yang berwarna hitam, jenger berwarna merah, dan terdapat bercak putih pada bagian telingga. Ayan berjenger kembang ini ditemukan dan diternakan pertama kali oleh Ulysses Aldrovandi (1522-1605) di Bologna, Italia dan sejak tahun 1599 ayam bernama latin Gallus turcicus ini diberi nama braekels. Akhir-akhir ini, ayam braekels sering disebut dengan camoine serta di Inggris dan Amerika dikenal ayam arab yang berwarna silver dan gold. Ayam arab terdiri dari dua jenis yaitu ayam arab silver dan ayam arab gold. Namun masyarakat lebih mengenal ayam arab silver dan sudah mulai dibudidayakan di Indonesia (Sulandari dkk., 2007).
  • 12. 5 Konon, ayam arab pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh seseorang yang pulang dari ibadah haji di Arab Saudi, yang membawa pulang sebanyak delapan butir telur tetas kemudian ditetaskan dan dikembangkan di Kota Batu, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Ayam ini kemudian dibesarkan dan diumbar di pekarangan rumah sehingga ada yang kawin dengan ayam lokal. Perkawinan silang ini memperlihatkan produksi telur dari hasil kawin silang dengan ayam arab lebih tinggi dibanding dengan produksi telur ayam lokal lainnya, ayam arab mengalami perkembangan yang sangat cepat di Surabaya, dan terakhir di Jakarta, tatapi strain aslinya (parent stock) sudah tidak ada. Strain asli ayam arab yang dikembangkan di Indonesia adalah ayam arab silver (Sulandari dkk., 2007). Pambudhi (2003) menyatakan bahwa ayam arab merupakan ayam tipe petelur dengan sifat-sifat sebagai berikut: memiliki tingkat esistensi pakan dan kemampuan memproduksi telur yang tinggi, lincah dan agak liar, ayam jantan memiliki libido yang tinggi. Menurut Sarwono (2001), sifat kualitatif ayam arab silver adalah: jenger berbentuk tunggal dan berwarna merah, pial berwarna merah, warna bulu putih dengan sedikit totol-totol hitam dan garis keputihan. Bobot badan ayam silver jantan dewasa mencapai 1,5-1,8 kg dengan tinggi badan 30 cm, sedangkan ayam silver betinanya dapat mencapai bobot badan 1,1-1,2 kg dengan tinggi badan 22-25 cm. Menurut Darmana dan Sitanggang (2002) ayam arab betina dewasa mampu menghasilkan ± 200 butir telur per tahun dengan berat telur rata-rata 40 gram.
  • 13. 6 2.2 Penetasan Telur Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Usaha menetaskan telur ayam artinya mengeramkan telur supaya telur menetas, sehingga benih berkembang di dalam telur menjadi anak ayam hidup. Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai memetas. proses penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan penetasan buatan, penetasan buatan lebih praktis dan efisien dibanding dengan penetasan alami, karena kapasitasnya yang lebih besar penetasan dengan mesin tetas juga dapat meningkatkan daya tetas telur karena temperaturnya dapat diatur lebih stabil tetapi memerlukan perlakuan dan memerlukan biaya (Jayasamudra dan Cahyono, 2005). Penetasan telur unggas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan penetasan buatan. Penetasan alami yaitu menetaskan telur dengan menggunakan induknya atau jenis unggas lain dan penetasan buatan yaitu dengan menggunakan mesin tetas. Penetasan alami kurang efektif dalam menetaskan telur karena satu induk hanya bisa mengerami sekitar 10 butir telur, sedangkan penetasan buatan mampu menetaskan jumlah telur dalam jumlah ratusan bahkan ribuan butir, tergantung kapasitas tampung mesin tetas (Nafiu, dkk., 2014). Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio (calon anak) pada suhu sekitar 37,5o C sampai 38o C. Suhu selama penetasan berkisar antara 37-39o C dan kelembaban udara relatif berkisar 58%-60%, perkembangan embrio yang optimal
  • 14. 7 pada suhu 37.2-39.4o C dengan kelembaban sekitar 60% dan sebesar 70% selama 3 hari terakhir penetasan (Nafiu, dkk., 2014). Candling adalah peneropongan dengan menggunakan sinar untuk melihat perkembangan embrio di dalam telur yang ditetaskan. Kegunaan peneropongan ini adalah untuk mengeluarkaan telur yang infertil dan embrio yang mati dalam penetasan setelah dilakukan peneropongan. Frekuensi peneropongan telur selama penetasan cukup tiga kali yaitu hari ke-5, hari ke-7, dan hari ke- 14 (Suprijatna, dkk., 2005). Telur yang telah diseleksi dan memenuhi persyaratan tidak langsung dimasukan kedalam mesin tetas tetapi harus disimpan terlebih dahulu, penyimpananya harus benar dan tempat penyimpanannya ditempatkan sesuai dengan persyaratan. Sebaiknya temperatur ruang penyimpanan telur adalah 18o C dan kelembaban ruang penyimpanan sekitar 75-80% (Daulay, dkk., 2008). a. Fertilitas Telur Fertilitas telur merupakan jumlah telur yang memiliki tunas atau pembuluh darah dari sekian banyaknya telur yang dirami atau ditetaskan dan dihitung dalam bentuk persentase. Fertilitas telur berkaitan erat dengan bobot telur yaitu semakin berat telur yang ditetaskan maka semakin fertilitas telur akan baik (Rajab, 2013). Fertilitas telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
  • 15. 8 Fertilitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain iklim, bangsa atau verietas ayam, sistem perkawinan, pakan, umur induk, rasio antara pejantan dengan betina, pengelolaan sebelum masuk mesin tetas, pemilihan bobot telur, penyimpanan telur tetas, dan kelembangan mesin tetas (Zakaria, 2010). Telur yang lama disimpan tentunya akan mengakibatkan kematian pada embrio dan frekuensi pemutaran telur sebaiknya dilakukuan sekurang-kurangnya dua kali dalam sehari. Proses pemutaran telur yang dilakukan tidak teratur akan menyebabkan panas yang diterima telur menjadi tidak merata sehingga menyebabkan embrio akan lengket pada salah satu sisi kerabang dan menyebabkan embrio akan mati (Daulay, dkk., 2008). Eki, dkk., (2015), menyatakan bahwa fertilitas telur ayam ras petelur yang diinseminasi buatan dengan dengan ayam tolaki sebesar 50,54%, menurut Meliyati, dkk., 2012), fertilitas itik pada lama penyimpanan telur 1 hari, yaitu 91,67%, lama penyimpanan 4 hari 83,33% dan lama penyimpanan 7 hari yaitu 72,29%, sedangkan menurut Nafiu, dkk., (2014) fertilitas telur ayam tolaki yang ditetaskan menggunakan mesin tetas dengan sumber panas berbeda adalah 52,72%. b. Daya Hidup Embrio Daya hidup embrio merupakan persentase telur-telur yang fertile dari umur 7 hari penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan atau kempuan telur untuk menjaga embrio tetap hidup selama proses penetasan berlangsung, dan semakin bertambahnya jumlah dan ukuran akar-akar serabut pada telur (Nafiu, dkk., 2014).
  • 16. 9 Daya hidup embrio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi daya hidup embrio adalah proses pembalikan telur yang dilakukan secara hati-hati karena dengan pembalikan telur yang kasar dapat berpotensi memutuskan kalaza sehingga menimbulkan kematian embrio di dalam mesin tetas karena kekurangan makanan serta pembalikan telur yang tidak terlalu lama sehingga suhu dalam sesin tetas tetap stabil, suhu, kelembaban, frekuensi pemutaran, kebersihan telur dan fentilasi mesin tetas (Eki, dkk., 2015). Penanganan suhu yang diukur dengan termometer memegang peranan yang sangat penting dalam penetasan telur karena hal ini berhubungan dengan faktorperkembangan embrio di dalam telur. Suhu yang sedikit lebih rendah untuk periode yang tidak terlau lama tidak mempengaruhi embrio kecuali memperlambat perkembangannya untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda jika terjadi pada embrio yang lebih tua karena pengaruhnya akan sedikit lebih berkurang. Jika suhu terlalu rendah dari kaidah penetasan telur ayam maka akan mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan oragan-organnya yang berkembang tidak secara proporsional (Eki, dkk., 2015). Penelitan Nafiu, dkk., (2015) daya hidup embrio telur ayam tolaki yang ditetaskan dengan sumber panas berbeda sebesar 93,13%, menurut Eki, dkk., (2015) menyatakan daya hidup embrio ayam ras sebasar 92,18%.
  • 17. 10 Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya hidup embrio karena semakin lama telur disimpan sebelum penetasan, kemungkinan terjadinya infeksi mikroorganisme melalui pori-pori kerabang telur juga semakin besar. Telur segar memiliki kerabang dengan pori-pori kecil, tetapi bila disimpan dalam waktu lama maka pori kerabang akan semakin lebar sehingga memungkinkan penetrasi bakteri ke dalam telur, dan terputusnya chalaza telur. Chalaza merupakan bagian yang memisahkan albumen dengan kuning telur. Jika chalaza terputus, perkembangan embrio yang terdapat di dalam telur akan terganggu dan kemudian embrio akan melemah dan akhirnya mati sebelum menetas (Astriana dan Hamdan, 2017) c. Daya Tetas Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertil. Telur yang dihasilkan oleh ayam dengan laju produksi tinggi tidak saja lebih fertil dari pada telur-telur yang berasal dari ayam yang berprodusi rendah. Telur yang berukuran sedang lebih baik daya tetasnya dibandingkan dengan telur yang berukuran kecil, selain itu daya tetas telur juga dipengaruhi oleh tebal kerabang telur, semakin tebal kerabang telur maka akan menurunkan daya tetas telur tersebut (Wardiny, 2002). Daya tetas telur (hatchability) merupakan nilai dari banyaknya anak ayam (DOC) yang menetas dari jumlah telur tetas yang bertunas (fertile), dihitung dalam bentuk persentase. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah berat telur yang digunakan, dimana telur yang sangat ringan dan sangat berat sulit untuk menetas, hal ini dikarenakan telur yang sangat ringan memiliki komposisi
  • 18. 11 yang kurang, sehingga embrio akan kekurangan nutrisi dan menyababkan embrio tidak dapat berkembang. Sebaliknya telur yang terlalu berat memiliki pori-pori yang besar sehingga penguapan akan cepat terjadi yang menyebabkan embrio akan mati sebelum menetas, penyimpanan telur, selain itu faktor lain yang menpengaruhi daya tetas telur adalah lama penyimpanan, faktor genetik, suhu, dan kelembaban, nutrisi, fertilitas telur dan kebersihan telur (Susanto dan Suliswanto, 2013). Lama penyimpanan telur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tetas. Periode penyimpanan telur yang semakin lama, yaitu lebih dari 6 hari sangat mempengaruhi daya tetas telur. Semakin lama telur disimpan sebelum penetasan, kemungkinan terjadinya infeksi mikroorganisme melalui pori-pori kerabang telur juga semakin besar. Telur segar memiliki kerabang dengan pori-pori kecil, tetapi bila disimpan dalam waktu lama maka pori kerabang akan semakin lebar sehingga memungkinkan penetrasi bakteri ke dalam telur (Astriana, dan Hamdan, 2017). Daya tetas adalah jumlah telur yang menetas dari banyaknya telur yang fertil. Menurut Rajab (2013), menyatakan bahwa daya tetas telur ayam kampung adalah sebesar 23%, sedangkan menurut Astriana dan Hamdan (2017) daya tetas telur ayam kampung persilangan dengan lama penyimpanan telur selama 3 hari sekitar 79,2% sampai 11,6%. Daya tetas telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
  • 19. 12 d. Bobot Tetas Bobot tetas merupakan berat ayam setelah menetas yang dihitung dengan cara menimbang ayam setelah ayam menetas satu hari dengan bulu yang sudah kering yang dihitung dalaam bentuk gram (Jayasamudra dan Cahyono, 2005). Bobot tetas dipengaruhi oleh bobot telur, dimana pada saat penyusutan telur maka bobot telur juga akan menurun yang disebabkan oleh penguapan gas- gas dan cairan yang berada dalam telur. Cairan dalam telur berfungsi untuk melarutkan zat-zat nutrisi untuk pertumbuhan embrio, jika cairan itu tidak ada maka zat-zat nutrisi tidak dapat terlarut dan perkembangan embrio tidak akan sempurna sehingga akan mempengaruhi bobot tetas. Semakin berat bobot telur yang ditetaskan maka akan menghasilkan bobot tetas yang semakin besar (Septika, dkk., 2016). Zakaria (2010) melaporkan bobot tetas ayam kampung adalah 31,82 gram. Menurut Eki, dkk., (2015), menyatakan bobot tetas telur ayam ras hasil inseminasi dengan ayam tolaki sebasar 39,83 gram, sedangkan menurut Rajab (2013), menyatakan bahwa bobot tetas ayam kampung sebesar 91, 8 gram. Bobot DOC jantan lebih besar dari pada DOC betina atau embrio ayam jantan lebih berat dari pada embrio ayam betina karena pada embrio jantan memiliki otot skletal yang lebih berat dari pada betina. Selama mengalami perkembangan embrionik, embrio akan mengalami metabolisme yang akan berdampak pada peningkatan suhu dan tingginya penguapan, sehingga ayam betina memiliki bobot tetas yang rendah (Eki, dkk., 2015).
  • 20. 13 III. METODE PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum manajemen pembibitan ternak ayam arab tentang “Fertilitas, Daya Hidup Embrio dan Daya Tetas Telur Ayam Arab”, dilaksanakan pada tanggal 8 sampai 22 November 2018, bertempat di Kandang Pembibitan Ayam Kampung, Laboraatorium Unit Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mesin tetas, teropong, alat tulis, spidol, nampan, rak telur, timbangan dan kamera, bahan yang digunakan adalah telur ayam arab sebanyak 180 butir yang diperoleh dari UPTD konda dan air. 3.3. Prosedur Kerja Praktikum Prosedur kerja dalam praktikum manajemen pembibitan ternak ayam arab tentang “Fertilitas, Daya Hidup Embrio Dan Daya Tetas Telur ayam arab” adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan mesin teras yang akan digunakan selama proses penetasan, b. Menyiapkan telur ayam arab yang akan ditetaskan, c. Menimbang bobot telur, d. Malakukan Penomoran telur ayam arab, e. Memasukan telur ayam yang telah diberi nomor kedalam mesin tetas.
  • 21. 14 f. Melakukan peneropongan telur yang fertil pada hari ke empat pasca penetasan, g. Memisahkan telur yang fertil dengan telur yang tidak fertil, h. Melakukan pembalikan telur 3 kali sehari selama 13 hari, i. Melakukan peneropongan daya hidup embrio (DHE) pada hari ke 14 pasca penetasan, j. Melakukan pengamatan daya tetas telur dengan menghitung jumlah telur yang menetas. 3.4. Parameter yang Diamati Parameter yang diamati dalam raktikum ini yaitu : a. Fertilitas adalah persentase telur-telur yang bertunas dari sejumlah telur yang dieramkan, tanpa memperhatikan apakah telur-telur tersebut menetas atau tidak. Fertilitas diamati pada umur penetasan 7 hari yang dihitung dengan rumus: b. Daya hidup embrio (DHE) adalah persentase telur-telur yang fertil dari umur 7 hari penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan, dihitung dengan rumus: c. Daya tetas adalah persentase telur-telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil yang dihitung dengan rumus:
  • 22. 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Fertilitas Persentase fertilitas telur ayam arab yang diperoleh pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan fertilitas telur ayam arab No Kelas Jumlah telur Telur fertil Telur Infertil Fertilitas (%) 1 A 45 38 7 71,11 2 B 45 23 22 51,11 3 C 45 24 21 53,33 4 D 45 38 7 84,44 Rataan 65 Fertilitas telur merupakan jumlah telur yang memiliki tunas atau pembuluh darah dari sekian banyaknya telur yang dirami atau ditetaskan dan dihitung dalam bentuk persentase. Persentase fertilitas ayam arab yang diperoleh pada pratikum ini adalah sebesar 65%. Fertilitas yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nafiu, dkk (2014), yang menyatakan fertilitas telur ayam tolaki yang ditetaskan dengan menggunakan mesin tetas yang berbeda sumber panas berkisar antara 52,72%, sedangkan menurut Indrawati, dkk (2015) yang menyatakan fertilitas telur ayam ras hasil inseminasi buatan dengan ayam tolaki diperoleh hasil sebesar 50,54%. Nilai fertilitas telur yang diperoleh lebih tinggi dipengaruhi oleh rasio pejantan dengan betina yang digunakan, penyimpanan telur yang sudah sesuai dengan syarat penyimpanan telur. lebih lanjut dijelaskan oleh Zakaria (2010), menyatakan bahwa fertilitas telur tergantung dari umur induk yang digunakan, pengelolaan telur sebelum masuk di dalam mesin tetas termaksuk pemilihan bobot telur.
  • 23. 16 b. Daya Hidup Embrio DHE diketahui melalui peneropongan telur (candling) pada hari ke-14 umur penetasan, saat telur dibalik pada sore hari. Telur yang masih hidup pada 14 hari umur penetasan ditandai dengan bertambahnya jumlah dan ukuran akar-akar serabut pada telur, sedangkan telur yang mati ditandai adanya bintik dan benang darah merah yang mengelilingi telur. Persentase daya hidup embrio telur ayam arab yang diperoleh pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan daya hidup embrio telur ayam arab No Kelas Jumlah Telur Fertil Jumlah Telur Fertil hari ke 14 Daya Hidup Embrio (%) 1 A 38 17 44,73 2 B 23 8 34,78 3 C 24 12 50 4 D 38 24 63,15 Rataan 48,16 Persentase daya hidup embrio yang diperoleh pada praktikum ini sebesar 48,16%, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Nafiu, dkk (2014) yang menyatakan daya hidup embrio yang diperoleh adalah 93,13 persen, sedangkan menurut Indrawati, dkk (2015) menyatakan bahwa daya hidup embrio 92,18%. Rendahnya daya hidup embrio yang diperoleh pada praktikum ini disebabkan oleh pembalikan telur yang terlalu kasar, lamanya waktu pemutaran telur, dan kelembaban di dalam mesin tetas yang tidak stabil, hal ini didukung oleh pendapat Nafiu, dkk (2014) yang menyatakan bahwa kurangnya kehati-hatian yang dilakukan pada saat melakukan pembalikan telur dapat menyebabkan terputusnya khalaza sehingga menyebabkan kematian embrio di dalam mesin tetas, serta
  • 24. 17 terlalu lamanya waktu pembalikan telur yang menyebabkan suhu di dalam mesin tetas tidak stabil, serta kelembaban di dalam mesin tetas tidak terjaga sehingga kondisi suhu mesin tetas tidak merata menyebabkan kematian pada calon DOC. c. Daya Tetas Persentase daya tetas telur ayam arab yang diperoleh pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan daya tetas telur ayam arab No Kelas Jumlah Telur Fertil Jumlah Telur yang menetas Daya Tetas (%) 1 A 38 7 18,42 2 B 23 5 21,73 3 C 24 5 20,83 4 D 38 8 21,05 Rataan 20,51 Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertil Persentase daya tetas yang diperoleh pada praktikum ini sebesar 20,51%, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Siswanto dan Suliswanto (2013) yang menyatakan bahwa daya tetas ayam kampung sekitar 57,78%, sedangkan menurut Rajab (2013) menyatakan bahwa daya tetas ayam kampung sebesar 23,0%. Persentase daya tetas yang diperoleh pada praktikum ini rendah, hal ini disebabkan oleh kelembaban yang terdapat di dalam mesin tetas tidak stabil sehingga mengakibatkan embrio ayam mengalami dehidrasi kemudian melemah sehingga ayam mengalami kesulitan keluar dari dalam kerabang walaupun sudah piping. Menurut Astriana dan Hamdan (2017), menyatakan bahwa daya tetas ayam kampung dipengaruhi oleh lama penyimpanan telur tetas, dimana semakin lama penyimpanan telur tetas makan akan menyebabkan rendahnya daya tetas
  • 25. 18 telur yang diakibatkan oleh terjadinya infeksi mikroorganisme melalui pori-pori kerabang yang semakin membesar dan terputusnya khalaza telur, jika chalaza terputus, perkembangan embrio yang terdapat di dalam telur akan terganggu dan kemudian embrio akan melemah dan akhirnya mati sebelum menetas.
  • 26. 19 V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai memetas. proses penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan penetasan buatan. Fertilitas telur ayam arab yang ditetaskan didalam mesin tetas sebesar 65%, daya hidup embrio telur ayam arab mencapai 48,16%, daya tetas telur ayam arab sebesar 20,51%. 5.2. Saran Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan baik agar memperoleh hasil yang diiginkan, pada proses pembalikan telur sebaiknya dilakukan dengan cepat agar memperoleh fertilitas, daya hidup embrio dan daya tetas yang tinggi.
  • 27. 20 DAFTAR PUSTAKA Darmana, W, dan Sitanggang, M. 2002. Meningkatkan Produktifitas Ayam Arab Petelur. Jakarta: Agromedia Pustaka Daulay, A.H., Aris, S, Salim, A. 2008. Pengaruh Umur dan Frekuensi Pemutaran Terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Telur Ayam Arab (Galus turcicus). Jurnal Agribisnis Peternakan. Vol 1(4): 6-10. Indrawati, E, T. Saili, S. Rahadi. 2015. Fertilitas, Daya Hidup Embrio, Daya Tetas dan Bobot Tetas Telur Ayam Ras Hasil Inseminasi Buatan dengan Ayam Tolaki. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, No.3, Vol.1, 10-18. Jayasamudra, D. J dan B.Cahyono. 2005. Pembibitan Itik. Penerba Swadaya. Jakarta Nafiu, L, M, Rusdin, A. S. Aku. 2014. Daya Tetas Dan Lama Menetas Telur Ayam Tolaki Pada Mesin Tetas Dengan Sumber Panas Yang Berbeda. Universitas Halu Oleo. JITRO Vol.1 (1). Napirah, A, dan H. Has. 2017. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Fertilitas, dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung Persilangan. Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan. Natalia, H, D Nista, Sunarto, D S Yuni. 2005. Pengembangan Ayam Arab. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa. Palembang. Pambudhi. W. 2003. Mengenal Ayam Arab Merah. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rajab. 2013. Hubungan Bobot Telur dengan Fertilitas, Daya Tetas, dan Bobot Anak Ayam Kampung. Universitas Pattimura. Agrinimal, Vol. 3, No. 2, Hal. 56-60. Sarwono, B. 2001. Ayam Arab Petelur Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Septika, E. R, D. Septinova, dan K. Nova. 2012. Pengaruh Umur Telur Tetas Persilangan Itik Tegal dan Mojosari dengan penetasan kombinasi terhadap Fertilitas dan Daya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Sulandari, S., M.S.A. Zein, S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T Widjastuti, E. Sujan, S. Darana, I. Setiawan, D. Garnida. 2007. Sumber Daya Genetik Ayam Lokal Indonesia. Dalam: Keragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. LIPI Perss, Bogor. Hal: 45-67.
  • 28. 21 Suprijatna E, Atmomarono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke-2. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Susanto E, dan Suliswanto. 2013. Pengaruh Berat Telur Terhadap Daya Tetas Telur Ayam Kampung. Jurnal Ternak, Vol.04 (02). Sutiono, S. Riyadi, S. Kismiati. 2006. Fertilitas dan daya tetas Telur Dari Ayam Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam Kampung yang Diencerkan dengan Bahan Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semaraang. Wardiny, T. M. 2002. Evaluasi Antara Indeks Bentuk Telur dengan Persentase DOC yang Mentas Pada Ayam Kampung Galur Arab. Skripsi. Universitas Terbuka. Zakaria, M.A.S. 2010. Pengaruh lama penyimpanan telur ayam buras terhadap fertilitas, daya tetas telur dan berat tetas. Jurnal Agrisistem 6: 97-103.