Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogyakarta 4. diskripsi kekar.
Kekar merupakan rekahan yang belum mengalami pergeseran
contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogirezatambang
laporan ini adalah laporan wajib yg akan dibuat oleh setiap mahasiswa yg memprogram mata kuliah "kristalografi dan mineralogi" semoga dapat membantu anda dalam penulisan laporan praktikum ini
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiIndra S Syafaat
berisikan deskripsi mineral pada seri reaksi bowen secara mikroskopis, di peruntukan bagi mahasiswa yang butuh referensi untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai mineral secara lebih detail yaitu dengan pengamatan menggunakan mikroskop. semoga membantu
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogyakarta 4. diskripsi kekar.
Kekar merupakan rekahan yang belum mengalami pergeseran
contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogirezatambang
laporan ini adalah laporan wajib yg akan dibuat oleh setiap mahasiswa yg memprogram mata kuliah "kristalografi dan mineralogi" semoga dapat membantu anda dalam penulisan laporan praktikum ini
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiIndra S Syafaat
berisikan deskripsi mineral pada seri reaksi bowen secara mikroskopis, di peruntukan bagi mahasiswa yang butuh referensi untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai mineral secara lebih detail yaitu dengan pengamatan menggunakan mikroskop. semoga membantu
1. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PALEONTOLOGI
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN FORMASI SAMBIPITU ATAS
BERDASARKAN FOSIL JEJAK
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
2014
3. BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 LOKASI PENELITIAN
I.1.1 KESAMPAIAN LOKASI
Lokasi pengamatan terletak di Kali Ngalang, Nglipar , Gunung Kidul tepatnya
disebelah timur kota Yogyakarta. Lokasi ini dapat dijangkau dengan
menggunakan sepeda motor kurang lebih 40 menit dari Kota Yogyakarta
a. Lokasi Penelitian I (stop site I)
Kali Ngalang I, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya
di sebelah bawah jembatan Kali Ngalang.
b. Lokasi Penelitian II (stop site II)
Kali Ngalang II, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
tepatnya di sebelah utara stop site I.
I.1.2 FORMASI LOKASI PENELITIAN
Lokasi pengamatan terletak pada Formasi Sambipitu.Lokasi tipe formasi ini
terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari kilometer
27,8.Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di sebelah selatan Formasi
Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung, namun menyempit dan
kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi Sambipitu ini
mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari
batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang
berselang-seling dengan serpih, batulanau dan batulempung.Pada bagian bawah
kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat.Namun di bagian atasnya,
terutama batupasir, mengandung bahan karbonat.Formasi Sambipitu mempunyai
kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.
4. Fosil yang ditemukan pada formasi ini diantaranya Lepidocyclina
verbeekiNEWTON dan HOLLAND, Lepidocyclina ferreroi PROVALE,
Lepidocyclina sumatrensis BRADY, Cycloclypeus comunis MARTIN,
Miogypsina polymorphaRUTTEN dan Miogypsina thecideaeformis RUTTEN
yang menunjukkan umur Miosen Tengah (Bothe, 1929). Namun Suyoto dan
Santoso (1986, dalam Bronto dan Hartono, 2001) menentukan umur formasi ini
mulai akhir Miosen Bawah sampai awal Miosen Tengah.Kandungan fosil
bentoniknya menunjukkan adanya percampuran antara endapan lingkungan laut
dangkal dan laut dalam.Dengan hanya tersusun oleh batupasir tuf serta
meningkatnya kandungan karbonat di dalam Formasi Sambipitu ini diperkirakan
sebagai fase penurunan dari kegiatan gunungapi di Pegunungan Selatan pada
waktu itu (Bronto dan Hartono, 2001).
I.1.3. GEOMORFOLOGI
Morfologi daerah penelitian menunjukkan perbukitan dengan sungai berstadia
dewasa.Pada lokasi pengamatan I dan II berada pada daerah sungai.
I.1.4 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari dua penelitian yakni di lokasi I (Kali Ngalang) dan penelitian
di lokasi II (Kali Ngalang) adalah untuk memperkenalkan atau untuk memahami
kenampakan fosil-fosil jejak di daerah pengamatan dengan melihat dan
mendeskripsi secara langsung fosil jejak yang ada pada perlapisan batuan dan
lebih mengenal jenis dari organisme yang telah lama membatu (menjadi fosil).
Tujuan dari penelitian ini adalah praktikan mampu menganalisa
lingkungan pengendapan berdasarkan fosil jejak.
Selain itu, tujuan lain mempelajari fosil adalah :
a. Untuk mempelajari perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka
bumi sepanjang sejarah bumi.
b. Mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat fosil tersebut
hidup.
5. c. Menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan atas
kandungan fosilnya
d. Untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan didasarkan atas
sifat dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut.
e. Untuk korelasi antar batuan-batuan yang terdapat di alam (biostratigrafi)
yaitu dengan dasar kandungan fosil yang sejenis atau seumur.
6. BAB 2
DASAR TEORI
PENGERTIAN DAN JENIS JENIS FOSIL
Fosil adalah bukti-bukti yang didapatkan dari kehidupan pra- sejarah. Batasan
masa pra-sejarah lebih dari enam juta tahun yang lalu. Menurut definisi tersebut,
maka yangdimaksud dengan fosil adalah meliputi segala macam bukti, baik yang
bersifat langsung maupun tak langsung. Contoh bukti langsung dari kehidupan
prasejarah adalah tulang dinosaurus, sedangkan bukti tak langsung adalah jejak
tapak kaki bewail yang terawetkandalam lumpur, dan koprolit (material faeces).
Jenis Fosil:
1. Organisme itu sendiri
Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang terawetkan/tersimpan.
Dapat beruba tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dan hampir semua yang
tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang keras´. Dapat juga berupa
binatangnya yang secara lengkap(utuh) tersipan. Misalnya fosil Mammoth
yang terawetkan karena es, ataupun serangga yangterjebak dalam amber
(getah tumbuhan).Petrified wood atau fosil kayu dan juga mammoths yang
terbekukan, and jugamungkin anda pernah lihat dalam filem berupa binatang
serangga yang tersimpan dalamamber atau getah tumbuhan. Semua ini biasa
saja berupa asli binatang yang tersimpan.
2. Sisa-sisa aktifitasnya
Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan, antara lain
seperti yang terlihat dibawah ini. Fosil sisa aktifitasnya sering juga disebut
dengan Trace Fossil (fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa
aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosilitu bukan bagian dari tubuh binatang
atau tumbuhan itu sendiri.Penyimpanan atau pengawetan fosil cangkang ini
dapat berupa cetakan. Namuncetakan tersebut dapat pula berupa cetakan
7. bagian dalam (Internal mold) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau
External mold dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan
binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau
organisme itu.
ICHNOFOSSIL / TRACE FOSSIL
Ichnofossil atau trace fossil didefinisikan sebagai : Suatu struktur sedimen berupa
track, trail, burrow, tube, boring atau tunnel yang terawetkan (terfosilisasi)
sebagai hasil dari aktifitas kehidupan (selain tumbuh) hewan. Ichnofosil dapat
digunakan sebagai indikator paleontologi dalam sedimentologi dan stratigrafi
untuk membantu indentifikasi dan interpretasi suatu permukaan diskontinuitas
proses pengendapan, karena dapat mengindikasikan lingkungan asal saat jejak
tersebut terbentuk serta tidak mungkin hadir dalam kondisi reworked. Sedangkan
ilmu yang mempelajari ichnofossil disebut ichnology.
Struktur sedimen ini seringkali terawetkan sehingga membentuk tinggian atau
rendahan (a raised or depressed form) pada batuan sedimen.
Tanda/jejak hasil aktifitas atau kebiasaan organisma sebagai trace fossil atau
ichofossil dikenali berupa : tracks, trail, burrow, tube, boring atau tunnel.
a) Track = struktur fosil jejak berupa bekas atau jejak yang tercetak pada
material lunak, terbentuk oleh kaki burung, reptil, mamalia atau hewan
lainnya. Istilah lain untuk track adalah footprint.
b) Trail = struktur fosil jejak berupa jejak atau tanda lintasan satu atau
beberapa hewan yang berbentuk tanda seretan menerus yang ditinggalkan
organisma pada saat bergerak di atas permukaan.
c) Burrow = struktur fosil jejak berupa liang di dalam tanah, biasanya untuk
bersembunyi
d) Tube = struktur fosil jejak berupa pipa
8. e) Borring = struktur fosil jejak berupa (lubang) pemboran, umumnya
berarah vertikal.
f) Tunnel = struktur fosil jejak berupa terowongan sebagai hasil galian
PRINSIP PRINSIP ICHNOLOGI
SAME SPECIES DIFFERENT STRUCTURES
Spesies yg sama dapat menghasilkan struktur yang berbeda tergantung
dari pola-pola tingkah laku (behaviour) yang berbeda.
SAME BURROW DIFFERENT SUBSTRATES
Galian yang sama kemungkinan terawetkan secara berbeda pada substrat
yang berbeda tergantung dari rata-rata ukuran butir, stabilitas sedimen,
kandungan air, dan kondisi kimia dari sedimen.
DIFFERENT TRACEMAKERS IDENTICAL STRUCTURES
9. Terminology of trace fossil preservation depending on the relationship to
sediment horizons (after Benton & Harper, 1997)
KLASIFIKASI TRACE FOSSIL
Klasifikasi dalam fosil jejak dapat didasrkan pada 4 hal yaitu, takson
1. Klasifikasi Taksonomi
Klasifikasi taksonomi fosil jejak sejajar dengan klasifikasi organisme di bawah
international code of zoological nomenclature. Dalam jejak fosil tata-nama
binomial bahasa latin digunakan, seperti pada hewan dan tumbuhan taksonomi
dengan julukan genus dan spesies. Ketika berbicara tentang fosil genus disebut
ichnogenus dan spesies adalah ichnospesies. Ichno prefix yang berasal dari bahasa
yunani yang berarti “jejak”. Nama ini juga dicetak miring dan referensi lengkap
penulis ditambah tahun publikasi harus dikutip “ichnogenus” dan “ichnospecies”
yang biasanya disingkat sebagai “igen” dan ”isp”
10. 2. Model pengawetan
Beberpa peneliti telah memberikan berbagai usulan mengenai kategori
dan pengertian dari aspek-aspek model pengawetan. Salah satunya adalah
Seilacher (1964 ) membedakan bentukan-bentukan fosil-fosil jejak berdasarkan
posisi stratum. Dalam klasifikasi ini dihasilkan kelompok-kelompok full relief,
semirelief danhyporelief.
3. pola hidup / klasifikasi ethologi
Sejak diketemukan hubungan antara fosil jejak dengan perilaku organism, maka
salah satu tujuan mempelajari fosil jejak adalah mengenali perilaku dari organism
yang sudah mati. Perilaku-perilaku tersebut dapat tercermin pada struktur sedimen
dandapat dibedakan dalam beberapa jenis perilaku. Seilacher mengelompokan
jenis-jenis perilaku menjadi :
Domichnia, merupakan jejak-jejak tempat tinggal dari suatu
organism.
Repichnia, merupakan jejak yang dibentuk oleh pergerakan
organismtermasuk berlari, merayap, berjalan. Bentuk dapat
memotong perlapisan, sejajar, berkelok atau berpola tidak
beraturan.
Cubichnia, merupakan jejak yang dibentuk pada saat organism
istirahat selama beberapa waktu. Contok bintang laut, tetapi
mungkin juga bukti tempat persembunyian mangsa atau bahkan
posisi penyergapan mangsa
Fodinichnia, jejak yang terbentuk pada infaunal deposit feeders.
Merupakan kombinasi tempat tinggal sementara dengan pencarian
makanan.
Pascichnia, jejak yang terbentuk dari kombinasi antara mencari
makan dan berpindah tempat.
11. Fugichnia, merupakan jejak yang terbentuk dari aktivitas
melepaskan diri darikejaran organism pemangsa.
Agrichnia, jejak yang berbentuk tidak teratur, belum dapat
ditentukan jenis aktivitasnya
4. Lingkungan Masa Lampau atau Pengendapan
Kegunaan utama dari studi fosil jejak adalah sebagai penentu lingkungan masa
lampau. Seilacher (1967) memperkenalkan konsep Ichnofasies yaitu hubungan
antara lingkungan pengendapan dengan kemunculan fosil-fosil atau kumpulan
dari ichnofossil yang mencirikan lingkungan tertentu. penggolongan ichnofosil
melalui ichnofasiesnya, suatu lingkungan pengendapan dapat ditemukan dengan
secara mendetail melalui dari lapisan batuan mana fosil tersebut ditemukan.
Konsep ini kemudian lebih dikembangkan lagi oleh Pemberton, dkk (1984)
Berdasarkan lingkungannya,
Fosil jejak dikelompokkan ke dalam lima Ichnofasies. Kelima fasies tersebut
pembentukannya bukan hanya dikontrol oleh batimetri dan salinitas saja, namun
juga dikontrol oleh bentuk permukaan dan jenis lapisan batuannya. Pada
umumnya Ichnofasies terbentuk pada substrat yang lunak, namun ada beberapa
yang terbentuk pada substrat yang keras. Kelima fasies tersebut adalah :
1. Scoyenia Ichnofasies,
terbentuk pada lingkungan darat ataupun air tawar. Beberapa genus yang
masuk dalam fasies ini antara lain :Scoyenia, Planolites, Isopdhichnus
dan beberapa yang lainnya.
2. Skolithos Ichnofasies,
terbentuk pada daerah intertidal dengan substrat berupa pasir dengan
fluktuasi air tinggi. Lingkungan khas dari skolithos adalah garis pantai
berpasir, tapi mungkin ke arah laut dalam dan dangkal. Didominasi oleh
fosil jejak jenis vertical/liang vertical, dan berbentuk U dengan sedikit
bentuk horizontal. oraganisme dalam lingkungan ini membangun liang
yang dalam untuk melindungi diri terhadap pengeringan atau suhu yang
tidak menguntungkan dan perubahan salinitas pasa saat air surut, sebagai
12. sarana untuk ,melarikan diri dari pergeseran permukaan. Beberapa genus
yang masuk kelompok ini antara lain : Skolthos, Diplocraterion,
Thallasinoides danOphiomorpha.
3. Cruziana Ichnofasies,
terbentuk pada laut dangkal dengan permukaan air laut surut dan lebih
dalam dari skolithos ichofesies. Sangat dipengaruhi oleh gelombang.
Hampir semua bentuk baik vertical maupun horizontal dapat terbentuk.
Beberapa genus yang termasuk kelompok ini antara lain :Rusophycus,
Cruziana dan Rhizocorallium
4. Zoophycos Ichnofasies,
terbentuk pada lingkungan laut bathyal, tidak dipengaruh oleh pengaruh
gelombang. Terdapat di lingkungan air tenang dengan kadar oksigen cukup
rendah dan dasar berlumpur tetapi dapat terjadi di substrat lain. Hal ini
ditandai dari jejak yang sederhana hingga kompleks. Biasanya didominasi
oleh jenis horizontal. Genus yang masuk dalam fasies ini antara lain :
Zoophycos.
5. Nereites Ichnofasies,
terbentuk pada lingkungan laut abyssal. Biasanya terbentuk padas ubstrat
lempung daripada distal turbidity beds. Tingkat keragaman jumlah jejaknya
tinggi, tapi kelimpahan jejak individunya rendah. Genus yang masuk dalam
kelompok ini antara lain : Nereites dan Scalarituba.
6. Psilonichnus Ichnofasies
Jenis ichnofasies yang terbentuk di daerah non marine dan di daerah yang
sangat dangkal. Jejak ini sering ditandai dengan dengan jejak yang
berbentuk Y atau U, berporos vertical dengan terowongan horizontal.
Contohnya trek dan jejak serangga, reptile, mamalia, dan burung
13. BAB 3
PEMBAHASAN
III.1 Fosil Jejak Daerah Penelitian
Keterdapatan fosil jejak di lokasi penelitian boleh dikata sangat banyak
sekali. Akan tetapi karena kondisi singkapan tergenang air akibat arus yang cukup
deras,mengakibatkan hanya beberapa fossil yang dapat di amati.
III.1.1 Fosil Jejak Lokasi Penelitian I
Secara umum keterdapatan fosil jejak di daerah ini, baik kualitas maupun
kuantitasnya cukup representatif untuk dianalisis dalam menentukan
lingkungan pengendapan purba. Fosil jejak ditemukan hampir di setiap
lapisan batuan yang sebagian besar sejajar perlapisan dan berelief semi relief
dengan kenampakan negative dan positif epirelief. Fosil jejak dengan
kedudukan full relief jarang dijumpai. Berdasarkan klasifikasi ethologi atau
tingkah laku, fosil jejak di daerah penelitian terdiri dari grazing traces
(Pascichnia) dan crawling traces (Repichnia)
14. Lokasi pengamatan 1
a. Stopsite 1
Lokasi pengamatan : kali ngalang / gendang sari
Jam : 10.15
Cuaca : cerah
Vegetasi : pohon jati
Model Pengawetan :
-seilacher : semi relief
-martinsson : epichnia
Pola Hidup : repichnia
Taksonomi :
15. B.stopsite 2
Lokasi pengamatan : kali ngalang
Jam : 11.25
Cuaca : cerah
Vegetasi : pohon jati
Model Pengawetan :
Seilacher : full relief
Martinsson : exichnia
Pola Hidup : Domichnia
Taksonomi :
16. Lokasi pengamatan 2
A. stopsite 1
Lokasi pengamatan : kali ngalang
Jam : 13.10
Cuaca : mendung
Vegetasi : pohon jati
Model Pengawetan :
Seilcher : semi relief
Martinsson : epichnia
Pola Hidup : repichnia
Taksonomi :
17. B. stopsite 2
Lokasi pengamatan: kali ngalang
Jam : 13.30
Cuaca : mendung
Vegetasi :pohonjati
Model pengawetan
Seilacher:semi relief
Martinsson: epichnia
Polahidup: domicnia
Taksonomi :