Dokumen tersebut membahas tentang alat peraga geoboard untuk pembelajaran matematika. Ia menjelaskan definisi geoboard, bahan dan cara pembuatannya, serta penerapannya dalam mengajari konsep-konsep seperti kesebangunan, menghitung luas bangun datar, dan kongruen. Geoboard dapat memudahkan siswa memahami konsep-konsep geometri secara visual dan interaktif.
Modul ini membahas strategi pembelajaran matematika SD dengan menjelaskan pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang efektif seperti pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pendekatan kontekstual, dan PMRI.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan hasil penelitian tentang eksplorasi etnomatematika masyarakat Muna dan penerapannya dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Muna telah menerapkan konsep-konsep matematika seperti hitung-hitungan, pengukuran, dan pola dalam kehidupan sehari-hari meskipun tanpa pembelajaran matematika formal. Hasil penelitian ini diharapkan dap
pelajaran kelas 9 dari pak arif syarifudinAushafiNata
ini adalah salah satu file dari Bapak Arif Syarifudin yang berasal dari Smpn 107 Jakarta,pelajaran Matematika dengan program belajar yang ampuh mengatasi UN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini membahas tentang gerak melingkar dengan laju konstan untuk kelas X semester 1. Pembelajaran akan dilaksanakan selama 3 pertemuan dengan metode diskusi kelompok dan tanya jawab. Tujuannya adalah agar siswa dapat memahami besaran-besaran yang berhubungan dengan gerak melingkar dan menerapkannya dalam teknologi.
Dokumen tersebut membahas tentang alat peraga geoboard untuk pembelajaran matematika. Ia menjelaskan definisi geoboard, bahan dan cara pembuatannya, serta penerapannya dalam mengajari konsep-konsep seperti kesebangunan, menghitung luas bangun datar, dan kongruen. Geoboard dapat memudahkan siswa memahami konsep-konsep geometri secara visual dan interaktif.
Modul ini membahas strategi pembelajaran matematika SD dengan menjelaskan pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang efektif seperti pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pendekatan kontekstual, dan PMRI.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan hasil penelitian tentang eksplorasi etnomatematika masyarakat Muna dan penerapannya dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Muna telah menerapkan konsep-konsep matematika seperti hitung-hitungan, pengukuran, dan pola dalam kehidupan sehari-hari meskipun tanpa pembelajaran matematika formal. Hasil penelitian ini diharapkan dap
pelajaran kelas 9 dari pak arif syarifudinAushafiNata
ini adalah salah satu file dari Bapak Arif Syarifudin yang berasal dari Smpn 107 Jakarta,pelajaran Matematika dengan program belajar yang ampuh mengatasi UN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini membahas tentang gerak melingkar dengan laju konstan untuk kelas X semester 1. Pembelajaran akan dilaksanakan selama 3 pertemuan dengan metode diskusi kelompok dan tanya jawab. Tujuannya adalah agar siswa dapat memahami besaran-besaran yang berhubungan dengan gerak melingkar dan menerapkannya dalam teknologi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran IPA kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta mencakup tujuan pembelajaran tentang struktur bumi, gunung berapi, dan sistem tata surya serta kegiatan pembelajaran melalui diskusi, eksperimen, dan pembuatan model."
Berikut penjelasan untuk petunjuk di buku siswa:
Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membaca pertanyaan yang ada pada buku siswa. Setelah membaca, siswa diminta untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti secara langsung kepada guru. Tujuannya agar siswa dapat memahami petunjuk dengan baik sebelum melaksanakan kegiatan. Guru perlu mendengarkan pertanyaan siswa dan menjelaskannya secara rin
Persegipanjang IJKL dan persegi MNOP tidak sebangun karena
sisi-sisi yang bersesuaian tidak sebanding.
b. Perhatikan persegipanjang IJKL dan persegi QRST.
(i) Perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian adalah
IJ
6 JK 2 KL 6 LI
2
= ;
= ;
= ;
=
QR 2 RS 2 ST 2 TQ 2
Jadi, sisi-sisi yang bersesuaian pada persegipanjang IJKL dan persegi
QRST sebanding.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Geografi kelas XII semester 1 di MAN 22 Jakarta membahas tentang penginderaan jauh untuk tata guna lahan dan transportasi. RPP ini menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam 5 pertemuan, serta kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Dokumen ini merangkum rencana pembelajaran mata kuliah Politik Pertanian yang mencakup 16 pertemuan. Mata kuliah ini membahas tentang konsep-konsep politik pertanian seperti sejarah, kebijakan harga, tarif, pemasaran, input produksi, mekanisasi, pembiayaan, reformasi agraria, penelitian, dan berbagai komoditas pertanian. Mahasiswa diharapkan dapat menganalisis berbagai kebijakan pertanian dan berdiskusi
Program tahunan Bulan Panitia Sains dan Matematik diadakan untuk meningkatkan penguasaan dan minat murid dalam mata pelajaran sains dan matematik melalui aktiviti praktikal dan kreatif sejajar dengan konsep STEM dan PAK21. Program ini dirancang oleh jawatankuasa induk dan pelaksana yang terdiri daripada guru-guru untuk mencapai objektif meningkatkan pencapaian akademik dan kemahiran berfikir murid.
[Ringkuman]
Buku ini membahas materi-materi integral, program linear, matriks, vektor, barisan dan deret, transformasi geometri, serta fungsi eksponen dan logaritma. Buku ini dilengkapi dengan berbagai fitur penunjang pembelajaran seperti tujuan pembelajaran, rangkuman, soal latihan, dan informasi tambahan.
Matematika 2 Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas 2Setiadji Sadewo
Buku teks ini membahas operasi hitung bilangan untuk siswa kelas 2 SD/MI. Materi yang diajarkan mencakup membandingkan bilangan, mengurutkan bilangan, nilai tempat, dan operasi hitung penjumlahan serta pengurangan bilangan hingga 500. Tujuannya agar siswa dapat memahami konsep bilangan dan melakukan operasi hitung sederhana.
Riset ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis android bernama "Lotika" untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika mahasiswa. Media dikembangkan menggunakan model pengembangan Luther yang terdiri atas 6 tahap, yaitu konsep, desain, pengumpulan bahan, pembuatan, pengujian, dan pendistribusian. Instrumen penelitian meliputi dokumentasi, observasi, lembar penilaian, angket, dan tes. Hasilnya menunj
Rencana pelaksanaan pembelajaran IPA kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta mencakup tujuan pembelajaran tentang struktur bumi, gunung berapi, dan sistem tata surya serta kegiatan pembelajaran melalui diskusi, eksperimen, dan pembuatan model."
Berikut penjelasan untuk petunjuk di buku siswa:
Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membaca pertanyaan yang ada pada buku siswa. Setelah membaca, siswa diminta untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti secara langsung kepada guru. Tujuannya agar siswa dapat memahami petunjuk dengan baik sebelum melaksanakan kegiatan. Guru perlu mendengarkan pertanyaan siswa dan menjelaskannya secara rin
Persegipanjang IJKL dan persegi MNOP tidak sebangun karena
sisi-sisi yang bersesuaian tidak sebanding.
b. Perhatikan persegipanjang IJKL dan persegi QRST.
(i) Perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian adalah
IJ
6 JK 2 KL 6 LI
2
= ;
= ;
= ;
=
QR 2 RS 2 ST 2 TQ 2
Jadi, sisi-sisi yang bersesuaian pada persegipanjang IJKL dan persegi
QRST sebanding.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Geografi kelas XII semester 1 di MAN 22 Jakarta membahas tentang penginderaan jauh untuk tata guna lahan dan transportasi. RPP ini menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam 5 pertemuan, serta kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Dokumen ini merangkum rencana pembelajaran mata kuliah Politik Pertanian yang mencakup 16 pertemuan. Mata kuliah ini membahas tentang konsep-konsep politik pertanian seperti sejarah, kebijakan harga, tarif, pemasaran, input produksi, mekanisasi, pembiayaan, reformasi agraria, penelitian, dan berbagai komoditas pertanian. Mahasiswa diharapkan dapat menganalisis berbagai kebijakan pertanian dan berdiskusi
Program tahunan Bulan Panitia Sains dan Matematik diadakan untuk meningkatkan penguasaan dan minat murid dalam mata pelajaran sains dan matematik melalui aktiviti praktikal dan kreatif sejajar dengan konsep STEM dan PAK21. Program ini dirancang oleh jawatankuasa induk dan pelaksana yang terdiri daripada guru-guru untuk mencapai objektif meningkatkan pencapaian akademik dan kemahiran berfikir murid.
[Ringkuman]
Buku ini membahas materi-materi integral, program linear, matriks, vektor, barisan dan deret, transformasi geometri, serta fungsi eksponen dan logaritma. Buku ini dilengkapi dengan berbagai fitur penunjang pembelajaran seperti tujuan pembelajaran, rangkuman, soal latihan, dan informasi tambahan.
Matematika 2 Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas 2Setiadji Sadewo
Buku teks ini membahas operasi hitung bilangan untuk siswa kelas 2 SD/MI. Materi yang diajarkan mencakup membandingkan bilangan, mengurutkan bilangan, nilai tempat, dan operasi hitung penjumlahan serta pengurangan bilangan hingga 500. Tujuannya agar siswa dapat memahami konsep bilangan dan melakukan operasi hitung sederhana.
Riset ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis android bernama "Lotika" untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika mahasiswa. Media dikembangkan menggunakan model pengembangan Luther yang terdiri atas 6 tahap, yaitu konsep, desain, pengumpulan bahan, pembuatan, pengujian, dan pendistribusian. Instrumen penelitian meliputi dokumentasi, observasi, lembar penilaian, angket, dan tes. Hasilnya menunj
Dokumen tersebut merupakan bahan pelatihan supervisi pengajaran matematika SD yang diselenggarakan di PPPG Matematika Yogyakarta. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan fungsi media pembelajaran matematika SD, seperti alat peraga dan sarana pembelajaran berupa LK dan LT beserta contoh-contohnya.
Bab 1 membahas tentang kesebangunan yang meliputi bangun datar yang sebangun dan kongruen, sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen, serta penerapan kesebangunan dalam memecahkan masalah.
SMP-MTs kelas09 pegangan belajar matematika wagiyo sri susantosekolah maya
Bab 1 membahas tentang kesebangunan yang meliputi bangun datar yang sebangun dan kongruen, sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen, serta penerapan kesebangunan dalam memecahkan masalah.
Bahan Ajar Materi Garis Singgung Lingkaran dengan Pendekatan Saintifik untuk ...Sowanto Sanusi
Lembar kerja siswa ini membahas tentang menemukan rumus panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. Siswa diminta menyelesaikan beberapa soal untuk memahami konsep tersebut. Rumus yang didapat adalah panjang garis singgung (d) sama dengan akar kuadrat dari (p^2)-(R-r)^2.
Bahan Ajar Materi Garis Singgung Lingkaran dengan Pendekatan Saintifik untuk ...Sowanto Sanusi
Lembar kerja siswa ini membahas tentang menemukan rumus panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran. Siswa diminta menyelesaikan beberapa soal untuk memahami konsep ini. Berdasarkan soal yang diberikan, siswa menemukan bahwa rumus panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah d = √(R2 - r2).
Bahan Ajar Materi Garis Singgung Lingkaran dengan Pendekatan Saintifik untuk ...Sowanto Sanusi
Lembar kerja siswa memberikan masalah tentang menemukan panjang tali yang menyentuh katrol berbentuk lingkaran dari titik Ihsan di luar lingkaran tersebut. Siswa diminta menentukan unsur-unsur masalah, menggambar sketsa, mencari cara menghitung panjang tali, dan menyimpulkan rumusnya. Rumus yang didapat adalah panjang tali (g) sama dengan akar dari (p^2 - r^2).
Enhancing students’ mathematical representation and selfefficacy through situ...Sowanto Sanusi
This document discusses a study that used situation-based learning assisted by Geometer's Sketchpad program to enhance students' mathematical representation abilities and self-efficacy. The study found that students who learned through this method showed greater improvement in mathematical representation abilities compared to the regular teaching method. Additionally, there was no significant difference in self-efficacy between the two groups. The study implemented situation-based learning in 4 stages: 1) creating mathematical situations, 2) posing mathematical problems, 3) solving problems, and 4) applying mathematics. Students directly interacted with geometric objects using the program to help pose and solve problems.
Bahan ajar baru tentang garis singgung lingkaran dengan pendekatan saintifik untuk siswa SMP dikembangkan. Bahan ajar ini berisi empat tugas yang bertujuan untuk membantu siswa memahami definisi garis singgung lingkaran, rumus panjang garis singgung dari titik di luar lingkaran, dan rumus panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Uji coba menunjukkan bahan ajar ini dapat memfasilitasi pemahaman siswa meskipun
Situation-Based Leraning Assisted by Geometer's Sketchpad to Enhacing Matemat...Sowanto Sanusi
This study examined the effects of situation-based learning assisted by the Geometer's Sketchpad program on the mathematical representation abilities and self-efficacy of junior high school students in Indonesia. The study found that students who received situation-based learning with the Geometer's Sketchpad program showed greater improvement in mathematical representation abilities compared to students who received regular instruction only. However, there was no difference in self-efficacy between the two groups after instruction.
Pengujian one way anova dengan manual dan spss 19Sowanto Sanusi
Teks tersebut membahas tentang analisis variansi (ANOVA) satu arah untuk menguji perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada lima model pembelajaran yang berbeda. Langkah-langkah ANOVA satu arah dijelaskan beserta contoh penyelesaiannya secara manual dan menggunakan SPSS. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelima model pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang statistika nonparametrik untuk pengujian satu sampel dan dua sampel. Metode-metode yang dijelaskan antara lain uji tanda, uji chi-kuadrat, uji run, uji Kolmogorov-Smirnov, uji tanda pasangan, uji Wilcoxon, uji Q-Cochran, dan analisis ragam Friedman.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula (PDP) 2018
1. LAPORAN TAHUN
TERAKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ETNOMATEMATIKA PADA
KAIN TENUN (TEMBE NGGOLI) MASYARAKAT SUKU MBOJO UNTUK
SISWA SMP
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
TIM PENGUSUL
1.Sowanto, S.Pd., M.Pd NIDN : 0819059101 (Ketua Tim)
2.Edi Mulyadin, S.Pd., M.Pd NIDN : 0818078801 (Anggota Tim)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA
NOVEMBER 2018
3. ii
RINGKASAN
Penelitian ini didasarkan pada tidak adanya bahan ajar tentang konsep geometri
yang mampu memfasilitasi siswa menghubungkan budaya, terutama Tembe
Nggoli yang merupakan salah satu kain tenun mbojo-NTB dengan konsep
matematika. Ethnomatematika adalah jembatan matematika dengan budaya, dan
etnografi mengakui berbagai cara melakukan matematika dalam kegiatan
masyarakat. Produk dari penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar yang dapat
berupa lembar kerja siswa. Metode yang digunakan adalah penelitian desain
(design research) yang meliputi: (1) desain awal (Preliminary First Design), pada
fase ini dibuat hipotesis lintasan belajar atau Hypothetical Learning Trajectory
(HLT); (2) eksperimen (Experiment), pada fase ini desain yang sudah dirancang
kemudian diujicobakan kepada siswa; (3) analisis tinjauan (Retrospective
Analysis) analisis retrospektif, pada fase ini para peneliti membandingkan HLT
dengan proses belajar siswa yang sebenarnya. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tugas yang disajikan dalam bahan ajar dengan mempertimbangkan
hambatan belajar dan studi awal dapat memfasilitasi siswa untuk menentukan
sifat-sifat segitiga berdasarkan sudut mereka. Tugas-tugas lain yang disajikan
dalam bahan ajar dengan mempertimbangkan hambatan belajar dan studi awal
yang mampu memfasilitasi setiap siswa untuk mengidentifikasi sifat-sifat persegi
panjang, persegi, jajarangenjang, belahketupat, dan layang-layang.
4. iv
PRAKATA
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
ridho-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Etnomatematika pada Kain Tenun (Tembe
Nggoli) Masyarakat Suku Mbojo untuk Siswa SMP” yang merupakan salah satu
penelitian dosen pemula (PDP) yang dibiayai oleh kemenristekdikti.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda
Muhammad SAW, keluarga beserta orang-orang yang selalu setia kepada beliau
sampai akhir zaman.
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dibuat dengan memaparkan muatan
penelitian desain (design research) yang dikembangkan dengan basis
etnomatematika kain tenun (Tembe Nggoli) suku Mbojo melalui studi
pendahuluan dengan tahapan analisis pra-lapangan, analisis selama di lapangan,
dan analisis data keseluruhan, selanjutnya dikembangkan desain bahan ajar yang
sesuai dengan studi pendahuluan.
Demikian kata pengantar penelitian ini dibuat, besar harapan bahan ajar
dalam penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penyusun
maupun semua pihak yang telah membantu dalam menyusun sehingga semoga
dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Bima, November 2018
Penyusun
5. v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
RINGKASAN ..................................................................................................... iii
PRAKATA.......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 4
1.3 Target Luaran................................................................................................ 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnomatematika............................................................................................. 6
2.2 Bahan Ajar .................................................................................................... 7
2.3 Peran Etnomatematika dalam Pengembangan Bahan Ajar
Matematika.................................................................................................... 7
2.4 Penelitian Desain........................................................................................... 8
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10
3.2 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 jenis Penelitian .............................................................................................. 12
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................... 12
4.3 Subjek Penelitian........................................................................................... 12
6. vi
4.4 Tehnik Pengumpulan Data............................................................................ 12
4.5 Tehnik Analisis Data..................................................................................... 13
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI
5.1 Preliminary First Design (Desain Permulaan) ............................................ 15
5.2 Retrospective Analysis (Analisis Tinjauan) .................................................. 22
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan .................................................................................................. 24
7.2 Saran ............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7. vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Target Luaran ..................................................................................... 4
8. viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Gambar tangram pada soal studi pendahuluan .................................. 17
Gambar 5.2 Contoh jawaban siswa saat uji coba .............................................. 17
Gambar 5.3 Tembe nggoli dengan motif nggusu tolu (segitiga)....................... 20
Gambar 5.4 Desain segitiga pada tembe nggoli ................................................ 20
9. ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1A. Artikel seminar internasional MSCEIS UPI 2018
Lampiran 1B. Sertifikat Pembicara Seminar Internasional MSCEIS UPI 2018
Lampiran 2. Artikel Jurnal Ilmiah Nasional terakreditasi
Lampiran 3. Draft Buku Ajar
Lampiran 4. Bahan Ajar
10. 1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika dan budaya merupakan dua bagian yang sangat penting
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Keberadaan matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memberikan pengaruh dan dampak
dalam membentuk kepribadian maupun kemampuan siswa. Kemampuan
untuk berpikir kritis, logis, dan kreatif dalam pembelajaran matematika akan
lebih mudah siswa dapatkan, salah satunya dengan mengembangkan
pembelajaran yang menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan
budaya yang melekat dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Sebagai salah satu sumber keilmuan, peranan guru dalam merancang
pembelajaran yang menarik dan mudah diterima siswa menjadi salah satu
kunci dalam proses pembelajaran. Hal ini menjadikan berhasil tidaknya
suatu kegiatan pembelajaran bergantung pada kemampuan kreativitas guru
menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat
merangsang siswa untuk belajar secara aktif (Slameto, 2010:97). Guru
dituntut untuk mampu berinovasi menciptakan perangkat pembelajaran yang
mampu menumbuhkembangkan kemampuan anak dalam pembelajaran
matematika (Sowanto, 2018). Salah satu inovasi yang bisa dilakukan oleh
guru dengan mengembangan bahan ajar yang menghubungkan konsep
matematika dengan kehidupan sehari-hari siswa yang dikenal dengan
etnomatematika, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.
Etnomatematika merupakan jembatan antara matematika dengan
budaya. Etnomatematika mengakui adanya cara-cara berbeda dalam
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan matematika dalam proses
aktivitas masyarakat (Rosa & Orey, 2011). Menerapkan etnomatematika
sebagai salah satu bagian dari bahan ajar dalam pembelajaran akan sangat
memungkinkan suatu materi yang dipelajari terkait dengan budaya siswa,
sehingga pemahaman suatu materi menjadi lebih mudah karena materi
11. 2
tersebut terkait langsung dengan budaya yang merupakan aktivitas sehari-
hari siswa dalam bermasyarakat. Hal ini membantu guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran untuk dapat memfasilitasi siswa secara baik dalam
memahami suatu materi melalui pengembangan suatu bahan ajar.
Melalui etnomatematika, guru dalam menyusun bahan ajar akan
dibantu dengan pengetahuan awal siswa mengenai konsep matematika dari
motif matematika berupa motif segitiga, segiempat, maupun jajar genjang
yang terdapat pada kain tenun (tembe nggoli) masyarakat mbojo yang
merupakan kain tenun yang sehari-hari siswa jumpai. Pemahaman awal
siswa mengenai motif matematika yang terdapat pada kain tenun (tembe
nggoli) ini membantu guru untuk membuat tantangan dan dorongan agar
siswa belajar. Sehingga pengetahuan tidak ditransfer dari satu orang ke
orang lain, tapi individu yang belajar membangun pengetahuan sendiri
(Brousseau, 1997).
Konsep matematika yang terdapat pada tembe nggoli yang
merupakan kain tenun yang telah akrab bahkan digunakan sehari-hari oleh
siswa membuat pembelajaran lebih bermakna dan tidak kaku. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan (Sowanto, 2018) bahwa struktur dan
pengarahan yang kaku dalam belajar matematika akan membuat siswa
memiliki kemampuan konseptualisasi yang terbatas, akibatnya siswa
kesulitan ketika dihadapkan permasalahan yang baru karena konsep-konsep
yang tidak dipahami secara utuh. Hal ini yang nantinya menjadi hambatan
belajar (learning obstacle) bagi siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam
mengembangkan bahan ajar yang akan diterapkan pada siswa berupa tugas
pembelajaran yang dituangkan pada lembar kerja siswa, guru dituntut
hendaknya memiliki pemahaman secara mendalam mengenai konsep
matematika yang akan diajarkan dan sanggup menggambarkannya dalam
bentuk pengetahuan matematika yang fleksibel.
Salah satu konsep matematika yang dipelajari secara terintegrasi dan
kontinu adalah segitiga dan segiempat. Konsep ini dipelajari siswa mulai
dari tingkat Sekolah Dasar (SD atau sederajat) sampai dengan pemahaman
12. 3
lanjutan pada tingkat Sekolah Menengah. Materi segitiga dan segiempat bila
ditinjau dari segi struktur materi, konsep, dan prinsip-prinsipnya, pada
dasarnya telah akrab dikenal oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, apabila dihubungkan dengan motif-motif pada Tembe Nggoli
yang merupakan salah satu budaya dari siswa, maka pembelajaran akan
lebih menarik serta bermakna sehingga materi matematika tidak lagi
dianggap bosan dan sulit oleh siswa.
Berdasarkan hasil observasi mengenai konsep segiempat dan segitiga
yang dilakukan pada salah satu SMP kelas VII di kabupaten Dompu sebagai
responden, diperoleh beberapa hambatan belajar (learning obstacle) yang
dialami oleh responden khususnya siswa SMP ketika mengerjakan soal
mengenai materi segiempat. Learning obstacle yang pertama, siswa
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang,
persegi, trapesium, jajara genjang, belah ketupat, dan layang-layang.
Learning obstacle yang kedua, berdasarkan pada hasil uji coba instrumen
diperoleh bahwa siswa mengalami kesulitan mengidentifikasi sifat-sifat
segitiga berdasarkan sisi sudutnya. Kesulitan ini lebih karena siswa masih
mengalami kesulitan dalam memilih dan menggunakan informasi yang ada
untuk menyelesaikan soal. Learning obstacle yang ketiga, berdasarkan hasil
dokumentasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VII, diperoleh
bahan ajar yang dibuat adalah sangat rutin, dan memakai format yang sama
dalam langkah pembelajarannya untuk setiap sub materi yang akan
diajarkan. Begitu juga dengan LKS yang diberikan. Cenderung hanya
merupakan kumpulan soal-soal dan latihan rutin serta belum pernah
dihubungkan dengan etnomatematika berupa motif-motif matematika yang
terdapat pada kain tenun (tembe nggoli).
Berdasarkan latar belakang di atas, jika disesuaikan dengan learning
obstacle yang hadapi oleh siswa, maka perlu diadakan penelitian tentang
“Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Etnomatematika pada Kain Tenun
(Tembe Nggoli) Masyarakat Suku Mbojo untuk Siswa SMP”.
13. 4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, adapun rumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana bentuk bahan ajar berbasis
etnomatematika pada kain tenun (Tembe Nggoli) masyarakat suku mbojo
pada materi segitiga dan segiempat untuk siswa kelas VII SMP?”. Adapun
bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dapat dijabarkan, berdasarkan
rumusan masalah di atas dijabarkan seperti di bawah ini.
1. Bagaimana bentuk bahan ajar Berbasis Etnomatematika pada kain tenun
(Tembe Nggoli) masyarakat suku mbojo dalam mengidentifikasi sifat-
sifat persegi panjang, persegi, jajar genjang, belah ketupat, dan layang-
layang?
2. Bagaimana bentuk bahan ajar Berbasis etnomatematika pada kain tenun
(Tembe Nggoli) masyarakat suku mbojo dalam mengidentifikasi sifat-
sifat segitiga berdasarkan sisi sudutnya?
1.3 Target Luaran
Rencana target luaran yang ingin dicapai pada penelitian ini dan
kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan seperti ditunjukkan pada tabel 1.1
berikut:
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian
No
Jenis Luaran Indikator capaian
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS TS+1 TS+2
1
Artikel ilmiah di
muat di jurnal
Internasional
bereputasi √ Published
Nasional
terakreditasi
Tidak ada
Nasional tidak
terakreditasi √ Published
Artikel ilmiah
Internasional
Terindeks
Tidak ada
14. 5
No
Jenis Luaran Indikator capaian
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS TS+1 TS+2
2
dimuat di
prosiding Nasional Tidak ada
3
Invited speaker
dalam temu
ilmiah
Internasional Tidak ada
Nasional Tidak ada
4 Visiting lecture International Tidak ada
5
Hak
Kekayaan
Intelektual
(HKI)
Paten Tidak ada
Paten sederhana Terdaftar
Hak cipta Tidak ada
Merk dagang Tidak ada
Rahasia dagang Tidak ada
Disain produk
industri
Tidak ada
Indikasi
geografis
Tidak ada
Perlindungan
varietas tanaman
Tidak ada
Perlindungan
topografi sirkuit
terpadu
Tidak ada
6 Teknologi tepat guna Tidak ada
7
Model/purwarupa/desain/karya
seni/rekayasa sosial
Tidak ada
8 Buku ajar (ISBN) √ Draft
9 Tingkat kesiapan teknnologi (TKT) √ 1
15. 6
BAB 2. TINJAUN PUSTAKA
2.1 Etnomatematika
Etnomatematika merupakan salah satu wujub pembelajaran berbasis
budaya, dimana budaya menjadi sebuah metode bagi siswa untuk
mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk dan prinsip
yang kreatif tentang bidang ilmu. Proses penciptaan makna melalui proses
pembelajaran berbasis budaya memiliki beberapa komponen, yaitu tugas
yang bermakna, interaksi aktif, penjelasan dan penerapan ilmu secara
kontekstual, dan pemanfaatan beragam sumber belajar (diadaptasi dari
Brooks & Brooks,1993, dan Krajcik, Czerniak Berger,1999).
Etnomatematika diperkenalkan oleh D'Ambrosio, seorang
matematikawan Brasil pada tahun 1977. Definisi etnomatematika menurut
D'Ambrosio adalah: The prefix ethno is today accepted as a very broad term
that refers to the socialcultural context and therefore includes language,
jargon, and codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of
mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand,
and to do activities such as ciphering, measuring, classifying, inferring,
and modeling. The suffix tics is derived from techné, and has the same root
as technique (Rosa & Orey 2011)
Etnomatematika menggunakan konsep matematika secara luas yang
terkait dengan berbagai aktivitas matematika, meliputi aktivitas
mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat,
bermain, menentukan lokasi, dan lain sebagainya, sebagaiamana yang
dikatakan oleh D'Ambrosio (1985) bahwa tujuan dari adanya
etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam
melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan
matematika yang dikembangkan dalam berbagai sektor masyarakat serta
dengan mempertimbangkan cara yang berbeda dalam aktivitas mayarakat
16. 7
seperti cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang
bangunan atau alat, bermain dan lainnya.
2.2 Bahan Ajar
Badan Nasional Standar Penilaian (BNSP)(Adi, 2010) menyatakan
bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar adalah segala bentuk bahan untuk membantu melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar dengan optimal. Lebih lanjut menurut
Majid (2012: 174), bahan ajar dikelompokkan menjadi empat, yaitu a)
Bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, wallchart, foto/gambar. Berdasarkan uraian ini, salah satu
bahan ajar cetak adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Ada dua kategori LKS,
yaitu LKS tak berstruktur dan LKS berstruktur. LKS tak berstruktur adalah
lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alas bantu
kegiatan siswa yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran. Sedangkan
LKS berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini
dirancang untuk membimbing siswa dalam satu program kerja, atau mata
pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk
mencapai sasaran pembelajaran.
2.3 Peran Etnomatematika dalam Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Pembelajaran matematika membutuhkan suatu pendekatan agar
dalam pelaksanaanya memberikan keefektifan. Sebagaimana dari salah satu
tujuan pembelajaran itu sendiri bahwa pembelajaran dilakukan agar peserta
didik dapat mampu menguasai konten atau materi yang diajarkan dan
menerakannya dalam memecahkan masalah. Untuk mencapai tujuan
pembejaran ini mestinya guru lebih memahami faktor apa saja yang
berpengaruh dalam lingkungan siswa terhadap pembelajaran. Salah satu
faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran adalah budaya yang ada di
17. 8
dalam lingkungan masyarakat yang siswa tempati. Budaya sangat
menentukan bagaimana cara pandang siswa dalam menyikapi sesuatu.
Termasuk dalam memahami suatu materi matematika. Ketika suatu materi
begitu jauh dari skema budaya yang mereka miliki tentunya materi tersebut
sulit untuk dipahami. Untuk itu, diperlukan suatu pendekatan dalam
pembelajaran matematika yang mampu menghubungkan antara
matematika dengan budaya mereka.
Etnomatemtika merupakan jembatan matematika dengan budaya,
sebagiamana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa etnomatematika
mengakui adanya cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dalam
aktivitas masyarakat. Melalui Penerapan etnomatematika sebagai suatu
pendekatan pembelajaran akan sangat memungkinkan suatu materi yang
dipelajari terkait dengan budaya mereka sehingga pemahaman suatu materi
oleh siswa menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait langsung
dengan aktivitas mereka sehari-hari dalam bermasyarakat. Tentunya hal ini
membantu guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran untuk dapat
memfasilitasi siswa secara baik dalam memahami suatu materi.
2.4 Penelitian Desain
Penelitian desain (design research) dalam pendidikan matematika
merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif yang pertama kali
diperkenalkan dengan istilah ‘developmental research’ oleh Hans
Freudenthal di Belanda untuk mengembangkan teori RME (Realistic
Mathematics Education). Barab dan Squire (Lidinillah, t.t.) mengemukakan
salah satu definisi dari penelitian desain (design research), yaitu:
serangkaian pendekatan, dengan maksud untuk menghasilkan teori-teori
baru, artefak, dan model praktis yang menjelaskan dan berpotensi
berdampak pada pembelajaran dengan pengaturan yang alami. Sementara
pengertian penelitian desain menurut Plomp (Lidinillah, t.t.) adalah suatu
kajian sistematis tentang merancang, mengembangkan dan mengevaluasi
intervensi pendidikan (seperti program, strategi dan bahan pembelajaran,
18. 9
produk dan sistem) seperti solusi untuk memecahkan masalah yang
kompleks dalam praktik pendidikan, yang juga bertujuan untuk memajukan
pengetahuan kita tentang karakteristik dari intervensi-intervensi tersebut
serta proses perancangan dan pengembangannya.
19. 10
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada
pendahuluan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi bentuk bahan ajar berbasis etnomatematika pada kain
tenun (Tembe Nggoli) masyarakat suku mbojo dalam mengidentifikasi
sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah
ketupat, dan layang-layang.
2. Mengkaji bentuk tugas-tugas dalam bahan ajar berbasis etnomatematika
pada Kain Tenun (Tembe Nggoli) masyarakat suku mbojo dalam
mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi sudutnya.
3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi
nyata bagi peningkatan kualitas pembelajaran terutama pihak-pihak yang
berhubungan dengan dunia pendidikan yaitu:
1. Bagi peneliti, mengetahui desain didaktis bahan ajar tentang
mengidentifikasi sifat-sifat sifat-sifat persegi panjang, persegi,
trapesium, jajarangenjang, belahketupat, dan layang-layang serta sifat-
sifat segitiga berdasarkan sisi sudutnya.
2. Bagi guru matematika, diharapkan dapat menciptakan pembelajaran
matematika berdasarkan karakteristik siswa melalui penelitian desain
didaktis serta dapat menerapkan dan memilih metode pembelajaran yang
tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika secara
optimal.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih memahami konsep dasar mengenai
sifat-sifat segiempat dan segigitga dalam pembelajaran matematika
tanpa adanya kesalahan konsep yang akan berakibat pada pembelajaran
matematika berikutnya.
20. 11
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian desain (design research) yang dikembangkan dengan basis
etnomatematika kain tenun (Tembe Nggoli) suku Mbojo melalui studi
pendahuluan dengan tahapan analisis pra-lapangan, analisis selama di
lapangan, dan analisis data keseluruhan, selanjutnya dikembangkan desain
bahan ajar yang sesuai dengan studi pendahuluan. Menurut Cobb et al
(Mulyana, 2012) penelitian desain (design research) terdiri dari tiga fase
yang saling membentuk proses siklik baik dalam setiap fase maupun dalam
keseluruhan proses design research. Ketiga fase itu yaitu desain permulaan
(preliminary design), eksperimen (experiment), dan analisis tinjauan
(retrospective analysis). Penjelasan dari ketiga fase tersebut yaitu :
1. Desain Permulaan (Preliminary First Design)
Pada tahap ini peneliti melakukan suatu studi teori agar dapat
memahami masalah lebih menyeluruh, dapat merumuskan pertanyaan
penelitian, serta dapat mengajukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan
masalah tersebut. Pada fase ini, selain dibuat hipotesis lintasan belajar atau
Hypothetical Learning Trajectory (HLT). Dalam hal ini, HLT memuat
tentang antisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi, termasuk proses
berpikir siswa dalam proses pembelajaran.
2. Eksperimen (Experiment)
Pada fase ini, desain yang sudah dirancang kemudian diujicobakan
kepada siswa. Eksperimen pembelajaran pada penelitian desain bertujuan
untuk menyelidiki proses belajar dalam hal ini proses perkembangan cara
berfikir siswa dalam situasi dan suasana belajar yang terbentuk dari HLT
sehingga akan terlihat kesesuaian antara hal-hal yang sudah diantisipasi
dalam fase desain permulaan dengan kenyataan yang terjadi.
21. 12
3. Analisis Tinjauan (Retrospective Analysis)
Pada fase analisis tinjauan, peneliti membandingkan HLT dengan
proses belajar siswa yang sesungguhnya, kemudian melakukan analisis
mengenai beberapa kemungkinan penyebabnya, dan sintesis mengenai
kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki HLT, yang akan
digunakan pada siklus berikutnya (desain permulaan, eksperimen, dan
analisis tinjauan selanjutnya). Setelah diperoleh bahan ajar yang baik
melalui tiga fase, hasilnya dijadikan bahan untuk menyusun bahan ajar
dalam materi lain.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1Kempo yang merupakan
salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kabupaten Dompu-NTB.
Penelitian ini selanjutnya dilaksanakan pada semester genap tahun akademik
2017/2018.
4.3 Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini terdiri dari subjek yang dijadikan tempat
observasi kesulitan belajar siswa dan subjek yang dijadikan tempat ujicoba
bahan ajar yang telah dikembangkan. Subjek yang dijadikan tempat
observasi kesulitan belajar adalah satu kelas VII di salah satu Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di kabupaten Dompu pada semester 2 tahun
ajaran 2017/2018.
Adapun Subjek yang dijadikan tempat ujicoba bahan ajar yang telah
dikembangkan adalah beberapa orang siswa yang memiliki kategori
kemampuan rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan informasi dari guru
matematika kelas VII di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
kabupaten Dompu.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi dan wawancara. Observasi adalah suatu teknik evaluasi
22. 13
nontes yang menginventarisasikan data tentang sikap dan kepribadian siswa
dalam kegiatan belajarnya (Suherman, 1990). Lebih lanjut menurut
Arikunto (2010), observasi merupakan kegiatan yang meliputi pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera
yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap.
Observasi bertujuan untuk mengetahui tugas-tugas dalam bahan ajar yang
sulit diselesaikan siswa dan membutuhkan intervensi (bantuan) dari guru
dalam penyelesaiannya. Observasi ini dilakukan kepada siswa ketika
pembelajaran sedang berlangsung.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2010).
Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi
lebih mendalam dari responden karena dipandang hasil jawaban pertanyaan
belum bisa merepresentasikan kesulitan siswa, melalui wawancara peneliti
dapat : (1) mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematis bentuk-bentuk geometri; (2) mengetahui tanggapan siswa
terhadap bahan ajar yang dikembangkan guru dalam mengajar konsep
bentuk-bentuk geometri yang dihubungkan dengan kain tenun tembe nggoli.
Dengan demikian, akan diketahui tugas-tugas mana yang dirasa sulit oleh
siswa selain dari jawaban tugas-tugas pada bahan ajar yang dikerjakan
siswa, serta kebermanfaatan konsep matematika yang dihubungkan dengan
budaya
4.5 Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul berupa transkrip wawancara siswa, wawancara
guru, hasil pekerjaan siswa pada tes kemampuan awal, dan jawaban siswa
pada bahan ajar. Pengolahan data dilakukan sejak fase pertama sampai fase
ketiga. Pada fase pertama diperoleh data mengenai hasil tes kemampuan
awal siswa pada materi segitiga dan segiempat. Hasil pekerjaan siswa pada
23. 14
tes ini dianalisis dengan memaparkan kesulitan yang dialami dalam
mengerjakan permasalahan. Kemudian dibuat antisipasi untuk mengatasi
kesulitan tersebut berupa Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang
terdiri dari perencanaan pembelajaran dan tugas-tugas. Tugas-tugas tersebut
disusun dalam suatu bahan ajar.
Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa “aktifitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktifitas dalam analisis
data meliputi: data reduction, data display, dan conclusion drawing/
verification. Setelah bahan ajar diselesaikan oleh siswa, maka dilakukan
analisis terhadap jawaban-jawaban siswa sebagai suatu data. Teknik yang
digunakan untuk menganalisis data tersebut berdasarkan Miles and
Huberman (1984), yang menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif berlangsung secara terus menerus sampai tuntas dan dilakukan
secara interaktif. Terdapat tiga aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan
kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification).
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya, serta
membuang yang tidak perlu. Setelah itu, maka dilakukan penyajian data.
Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam
pola hubungan sehingga semakin mudah dipahami. Pada penelitian
kualitatif, penyajian data berbentuk teks yang bersifat naratif. Aktivitas
terakhir yaitu melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan data yang
telah diperoleh untuk menjawab rumusan masalah. Penentuan teknik ini
mempertimbangkan kesesuiannya dengan desain penelitian yang telah
dirancang sehingga dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara
sistematis.
24. 15
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Penelitian desain merupakan sebuah penelitian yang menempatkan proses
desain (perancangan) sebagai strategi untuk mengembangkan suatu bahan ajar.
Sebelum bahan ajar dikembangkan, dilakukan analisis mengenai etnomatematika
berupa motif segitiga dan segiempat yang terdapat pada kain tenun (tembe
nggoli). Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan tiga fase utama.
Ketiga fase itu yaitu desain permulaan (preliminary design), eksperimen
(experiment), dan analisis tinjauan (retrospective analysis).
5.1 Desain Permulaan (Preliminary First Design)
Pada fase ini, lazimnya sebuah penelitian yang diawali oleh munculnya
suatu masalah, penelitian desain pada fase pertama merupakan tahapan dimana
peneliti melakukan suatu studi teori agar dapat memahami masalah lebih
menyeluruh, dapat merumuskan pertanyaan penelitian, serta dapat mengajukan
solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Hal yang dilakukan
adalah melakukan wawancara dengan siswa dan guru setelah dilakukan studi
pendahuluan, di analisis kesulitan belajarnya, dan dibuat hipotesis lintasan belajar
atau Hypothetical Learning Trajectory (HLT).
1. Deskripsi hasil wawancara dengan siswa
Pada saat studi pendahuluan di salah satu SMP negeri di kabupaten
Dompu, dilakukan wawancara terhadap siswa yang telah melaksanakan uji coba
awal instrumen dengan tujuan untuk mengetahui sumber belajar yang dimiliki
siswa dalam belajar matematika dan kesulitan maupun hambatan yang dihadapi
siswa pada proses pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh hasil bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas,
siswa hanya terpaku pada apa yang diberikan guru berupa catatan dan buku paket
yang berisi latihan-latihan rutin. Siswa tidak tidak berusaha untuk mencari atau
memiliki sumber belajar lain. Lebih lanjut dari hasil studi pendahuluan, siswa
menuturkan bahwa mereka belum pernah terpikirkan mengenai manfaat serta
25. 16
hubungan konsep segitiga dan segiempat dengan motif yang terdapat pada kain
tenun tembe nggoli yang biasa mereka gunakan setiap hari. Selain itu, siswa
masih terbiasa dengan konsep segitiga yang hanya biasa dan rutin yang terdapat
pada buku paket sehingga memberikan anggapan bahwa konsep matematika
sangat sulit dihubungkan dengan budaya.
2. Deskripsi hasil wawancara guru
Berdasarkan hasil dokumentasi dan wawancara dengan guru matematika
kelas VII dengan tujuan untuk mengetahui cara mengajar guru mengenai materi
segitiga dan segiempat, diperoleh hasil dokumentasi berupa bahan ajar yang
dibuat adalah sangat rutin, dan memakai format yang sama dalam langkah
pembelajarannya untuk setiap sub materi yang akan diajarkan. Begitu juga dengan
LKS yang diberikan, cenderung hanya merupakan kumpulan soal-soal dan latihan
rutin. Dengan kata lain, learning trajectory yang merupakan rangkaian kegiatan
yang disiapkan seorang guru untuk menyampaikan suatu konsep materi kepada
siswa yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dan urutan materi
pembelajaran agar tercapai pembelajaran yang optimal, belum sepenuhnya
dilakukan oleh guru serta belum adanya bahan ajar mengenai konsep segitiga dan
segiempat yang coba dihubungkan dengan salah satu budaya siswa yaitu tembe
nggoli.
3. Analisis kesulitan siswa
Ada beberapa hambatan belajar (Learning obstacle) yang dihadapi siswa
dalam pembelajaran matematika khususnya materi segitiga dan segiempat.
Berdasarkan dari salah satu soal yang diberikan berikaitan dengan gambar sebuah
tangram yang merupakan gabungan dari beberapa bangun datar. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan hasil jawaban siswa yang mengerjakan soal ini kebanyakan
masih sangat sulit menentukan jenis dari bangun datar yang dimaksud. Adapun
soal yang diberikan adalah seperti di bawah ini:
26. 17
Analisis kesulitan siswa dalam mengerjakan soal
a)
Pada soal di atas siswa diharapkan dapat mengidentifikasi jenis
bangun datar yang terbentuk dari susunan bangun datar yang terdapat pada
tangram. Dalam pengerjaannya hanya beberapa orang siswa yang mampu
menjawab dengan benar, kebanyakan dari siswa mengalami kesulitan
menentukan jenis bangun datar karena belum mampu melihat bangun datar
baru yang terbentuk dari gabungan dua atau lebih bangun datar disajikan.
Berikut ini disajikan contoh kekeliruan pada jawaban siswa dalam item soal
di atas.
Gambar 5.2 Contoh jawaban siswa saat uji coba
Jawaban di atas adalah contoh dari kebanyakan jawaban yang di
sampaikan oleh siswa. Siswa masih belum memahami secara utuh sifat-sifat
dari bangun datar baik segitiga maupun sifat-sifat bangun datar segiempat. Hal
ini dapat dilihat dengan siswa masih belum mampu menyebutkan berapa jenis
bangun datar yang terdapat pada gambar yang terdapat pada soal. Selain itu
juga, siswa masih belum mampu memaparkan secara tepat berapa jumlah dari
Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar 5.1 Gambar tangram pada soal studi pendahuluan
Gambar di atas adalah sebuah tangram yang terdiri dari beberapa bangun
datar. Selidikilah berapa buah bangunan yang termuat dalam tangram
tersebut!
27. 18
bangun datar yang terbentuk, walaupun untuk bangun datar segitiga sudah ada
siswa yang mampu menyebut jumlahnya secara tepat. Adapun untuk bangun
datar segi empat siswa kebanyak masih kesulitan melihat perbedaan masing-
masing dari jenis segiempat.
Berdasarkan beberapa jawaban di atas, dapat dilihat bahwa siswa tidak
bisa menyelesaikan masalah yang terdapat pada item soal yang diberikan
sebagaimana semestinya. Ketika dilakukan wawancara, siswa menuturkan
bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut karena
mereka belum memahami secara jelas perbedaan dari masing-masing bangun
datar yang didasari oleh kemampuan yang masih kurang dalam memahami
sifat-sifat bangun datar, sehingga ketika dihadapkan soal dengan beberapa
bangun datar yang saling terkait siswa mengalami kesulitan dalam
menentukan hubungan serta perbedaannya.
Berdasarkan hasil wawancara serta analisis instrumen yang digunakan
oleh guru, hambatan belajar siswa ini juga dipengaruhi oleh soal yang biasa
diberikan oleh guru berupa soal latihan rutin yang terdapat pada buku paket
yang kurang variasi. Lebih lanjut, mereka menuturkan hanya terbiasa
mengerjakan soal-soal rutin yang terdapat pada buku paket. Selain itu, siswa
menuturkan siswa jarang dibangun melalui pendekatan dengan apa yang siswa
tahu dan guru belum coba menggali konsep bangun datar yang dekat dengan
kehidupan siswa contohnya melalui motif tembe nggoli.
4. Hypothetical Learning Trajektori (HLT)
Hypothetical Learning Trajectory (HLT) disusun sebagai tindak lanjut
dari hasil analisis learning obstacle yang ditemukan dengan tujuan sebagai
rangkaian perencanaan pembelajaran berdasarkan antisipasi atas kemungkinan
pola pikir siswa dalam belajar untuk mengembangkan tujuan pembelajaran.
Membawakan materi berdasarkan pemahaman dan pengetahuannya tentang
bagaimana siswa dapat memahami konsep, perkiraan tentang pengetahuan
awal siswa, pemilihan tugas yang mampu membuat siswa untuk memiliki
kenginan untuk memahami konsep. Menurut Simon dan Bakker (Mulyana,
28. 19
2012), Hypothetical Learning Trajectory (HLT) terdiri dari tiga komponen
yaitu tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan hipotesis pembelajaran
yang akan terjadi. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, wawancara
dengan guru matematika kelas VII dan analisis jawaban siswa, maka
disusunlah HLT. Berikut adalah penjelasan mengenai hipotesis lintasan belajar
siswa dalam kegiatan pembelajaran materi segitiga dan segiempat.
a) HLT Pembelajaran Mengenai Menemukan Sifat-sifat segitiga
Berikut ini adalah penjelasan mengenai hipotesis lintasan belajar
siswa dalam kegiatan pembelajaran menemukan sifat-sifat segiempat dan
segitiga.
1) Tujuan Pembelajaran
Diberikan beberapa gambar segitiga yang terdapat pada motif kain
tenun (Tembe Nggoli) yang dihubungkan dengan konsep matematika, siswa
dapat menemukan sifat-sifat segitiga melalui kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, menalar, dan mengkomunikasikan berdasarkan pada
karakteristik contoh yang diberikan.
2) Rencana aktifitas Pembelajaran
Rencana aktivitas pembelajaran yang dapat disusun dalam proses
pembelajaran ini dengan memperhatikan learning obstacle dan kajian teori
yang berkaitan dengan pembelajaran. Pertama yaitu guru menyampaikan
apersepsi tentang konsep sudut dengan tujuan untuk mengingatkan kembali
kepada siswa tentang konsep yang berhubungan dengan konsep sifat-sifat
segitiga. Selanjutnya dalam kegiatan inti pembelajaran, guru menampilkan
beberapa gambar segitiga yang terdapat pada motif kain tenun (Tembe Nggoli)
yang dihubungkan dengan konsep matematika
Melalui beberapa gambar segitiga yang terdapat pada motif kain tenun
(Tembe Nggoli) yang kemudian di translasikan berupa gambar segitiga dalam
matematika yang diberikan siswa coba diharapkan mampu menemukan sendiri
berkaitan dengan sifat-sifat segitiga yang didasarkan pada teori Vigotsky
29. 20
bahwa proses pembelajaran harus diawali dari masalah serta teori Bruner
tentang teorema kekontrasan yaitu konsep dalam matematika akan lebih
mudah dipahami apabila dikontraskan dengan konsep-konsep lain. Dalam
LKS yang dibuat pada tugas bagian 1 ini, siswa dituntut untuk menentukan
sifat-sifat segitiga berdasarkan beberapa gambar yang diberikan.
Tugas 1
Gambar di bawah ini merupakan beberapa segitiga yang terdapat pada
motif tembe nggoli.
(a) (b) (c)
Gambar 5.3 Tembe nggoli dengan motif nggusu tolu (segitiga)
(a) (b) (c)
Gambar 5.4 Desain segitiga pada tembe nggoli
Perhatikan gambar 1 dan gambar 2! Adakah kalian melihat kesamaan dari
motif yang ada pada tembe nggoli dengan segitiga?
Pada gambar 2 ukurlah dengan menggunakan penggaris panjang sisi segitiga
(a), (b), dan (c)!
30. 21
Dari ketiga segitiga yang diukur sisi-sisinya, adakah sisi-sisi yang kongruen?
Jika ada, segitiga mana saja dan berapa sisi yang kongruen?
Dengan melihat panjang sisi-sisinya pada gambar 2 segitiga (a), (b), dan (c)
disebut bangun segitiga apakah? Jelaskan!
Berdasarkan tugas di atas,
Tulislah kesimpulan yang kalian dapat!
Segitiga sama sisi adalah.....
Segitiga sama kaki adalah.....
Segitiga sebarang adalah......
3) Hipothesis Thinking (Perkiraan pemikiran siswa)
Pada kegiatan pembelajaran tentang menemukan sifat-sifat segitiga,
siswa kemungkinan akan kesulitan mengenai konsep kongruen dari gambar-
gambar yang telah dikelompokkan.
31. 22
4) Teacher Support (antisipasi solusi dari kesulitan siswa)
Beberapa hal yang dilakukan oleh guru ketika menemukan masalah
seperti pada kasus di atas adalah dengan memberikan scaffolding kepada
siswa dengan mengajukan pertanyaan yang membantu siswa antara lain:
Menanyakan kepada siswa tentang konsep kongruen. Misalnya tahukah
kalian syarat-syarat kongruen apa saja?
Setelah kalian melakukan pengukuran, adakah coro khas dari masing-
masing segitiga?
5.2 Analisis Tinjauan (Retrospective Analysis)
Setelah melakukan penyusunan bahan ajar pada materi menemukan sifat-
sifat segitiga dengan pendekatan saintifik untuk siswa SMP, selanjutnya adalah
mengujicobakannya pada beberapa orang siswa yang memiliki kategori
kemampuan rendah, sedang dan tinggi berdasarkan informasi dari guru
matematika kelas VII di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
kabupaten Dompu. Berikut ini akan diuraikan analisis tinjauan dalam
pembelajaran.
Analisis Tinjauan Terhadap Pembelajaran Mengenai Menemukan Definisi Garis
Singgung Lingkaran
Pada tahap ini, hasil ujicoba yang dilakukan pada tahap eksperimen
dilakukan analisis tinjauan terhadap pembelajaran mengenai mendefinisikan sifat-
sifat segitiga berdasarkan sisi sudutnya. Pada bahan ajar tugas ini, siswa diberikan
contoh-contoh segitiga yang terdapat pada motif tembe nggoli yang biasa disebut
nggusu tolu yang mengandung makna bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan
Allah yang disimbolkan dalam puncak segitiga. Tugas ini diberikan tujuannya
agar siswa mampu mendefinisikan sifat-sifat segitiga yang terdapat pada kain
tenun tembe nggoli. Terlihat bahwa pada awalnya beberapa siswa merasa bingung
saat mengerjakan tugas ini, setelah diberi petunjuk dan melalui tanya jawab
dengan menanyakan berapa ukuran dari masing-masing sisi setiap segitiga siswa
mulai paham sehingga tidak mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas ini.
32. 23
Berdasarkan uraian pada uji coba bahan ajar ini, dapat disimpulkan tugas 1
sebagai salah satu tugas pada bahan ajar ini sudah dapat memfasilitasi siswa untuk
menemukan defiisi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi sudutnya. Meskipun dalam
pelaksanaannya memang masih ditemukan ada siswa yang masih sangat kurang
dalam menguasai materi prasyarat yang mendukung proses belajar mengajar
seperti konsep dasar mengenai bagian-bagian segitiga maupun konsep kongruenan
yang membutuhkan apersepsi dan scaffolding yang lebih dari guru.
33. 24
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa tugas 1 yang disajikan dalam bahan ajar dengan
mempertimbangkan learning obstacle dan studi pendahuluan, mampu
memfasilitasi siswa untuk mendefinisikan sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi
sudutnya. Meskipun dalam pelaksanaannya memang masih ditemukan ada
siswa yang masih sangat kurang dalam menguasai materi prasyarat yang
mendukung proses belajar mengajar seperti konsep dasar mengenai bagian-
bagian segitga maupun konsep kongruenan yang membutuhkan apersepsi dan
scaffolding yang lebih dari guru.
Adapun tugas 2 yang disajikan dalam bahan ajar dengan
mempertimbangkan learning obstacle dan studi pendahuluan mampu
memfasilitasi siswa masing-masing untuk mengidentifikasi sifat-sifat persegi
panjang, persegi, trapesium, jajarangenjang, belahketupat, dan layang-layang.
Meskipun dalam proses mengerjakan LKS masih ditemukan siswa yang masih
kurang memahami apa yang ditanyakan. Hal ini dapat diatasi dengan guru
memberikan petunjuk yang membantu siswa tersebut.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka
diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Penelitian desain ini dilakukan dalam satu siklus. Oleh karena itu,
disarankan untuk melakukan eksperimen terhadap revisi bahan ajar di
sekolah yang sama ataupun sekolah yang berbeda dengan tingkatan yang
sama.
2. Terdapat beberapa tugas yang belum diselesaikan siswa karena kurangnya
alokasi waktu yang tersedia. Oleh karena itu, disarankan untuk menambah
alokasi waktu jika akan melaksanakan eksperimen terhadap bahan ajar
yang telah direvisi supaya seluruh tugas-tugas dapat diselesaikan.
34. 25
DAFTAR PUSTAKA
Adi. (2010). Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia
http://adikasimbar.wordpress.com/2010/08/31/pedoman-umum-
pengembangan-bahan-ajar/ [23 Oktober 2017]
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Brousseau, G. (1997). Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht:
Kluwe Academic Publishers.
D’Ambrosio, U. (1985). Ethnomathematics and its place in the history and
pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics, 5(1), 44-48.
Lidinillah, D.A.M. (tanpa tahun). Educational Design Research : a Theoretical
Framework for Action. Artikel. Tasikmalaya : tidak diterbitkan.
Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rodakarya.
Suherman,E.(1990).Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan
Matematika. Bandung:Wijayakusumah.
Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1984). Qualitative Data Analysis: A Source
Book or New Methods. Beverly Hills: Sage Publication.
Moleong, J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, D. (2008). Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rosa, M. & Orey, D. C. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of
mathematics. RevistaLatinoamericana de Etnomatemática, 4(2). 32-54
Slameto, (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sowanto, (2018). Bahan Ajar pada Materi Garis Singgung Lingkaran dengan
Pendekatan Saintifik untuk Siswa SMP. Kalamatika Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(1). 63-80
35. Development of Teaching Materials Based on
Ethnomathematics on Woven Fabrics (Tembe Nggoli) Mbojo
Tribe Society for Junior High School Students
Sowanto1
and E Mulyadin1
1
Department of Mathematics Education, STKIP Bima, City of Bima 84111, Indonesia
Corresponding author’s email: sowantos@gmail.com
Abstract. This research is based on the absence of teaching materials about the concept of
geometry that is able to facilitate the students connecting the culture, especially Tembe Nggoli
which is one of the woven cloth of mbojo-NTB with the concept of mathematics.
Ethnomathematics is a mathematical bridge with culture, and ethnography recognizes the
different ways of doing mathematics in community activities. The product of this study is to
produce teaching materials that can be in the form of student worksheets. The method used is
the research design (design research) which includes: (1) preliminary design, in this phase is
made Hypothetical Learning Trajectory (HLT) hypothesis learning; (2) experiments, in this
phase existing designs are tested to students; (3) retrospective analysis, in this phase the
researchers compare the HLT with the actual student learning process. The results of this
research showed that task 1 which was presented in teaching materials by considering learning
obstacle and preliminary study able to facilitate students to define the properties of triangles
based on their angle. The other tasks presented in the teaching material by considering learning
obstacle and preliminary studies were able to facilitate each student to identify the properties of
squares, parallelogram, and rhombus.
1. Introduction
Mathematics and the culture are two very important parts in order to achieve educational goals to
educate the lives of the nation. The existence of mathematics as one of the subjects taught at each level
of education gives influence and impact in shaping the personality and abilities of students. The ability
to think critically, logically, and creatively in mathematics learning will be easier for students to get,
one of them is by developing learning that connects the material to be taught with a culture that is
inherent in students' daily activities.
As one of the sources of science, the role of the teacher in designing learning that is interesting and
easily accepted by students is one of the keys in the learning process. This makes the success or failure
of a learning activity depends on the creative ability of the teacher to create a learning process in such
a way that it can stimulate students to actively learn [1]. Teachers are required to be able to innovate to
create learning tools that are able to develop children's abilities in learning mathematics [2]. One of the
innovations that can be done by the teacher by developing teaching materials that connect
mathematical concepts with students' daily lives is known as ethnatics, so that learning will be more
meaningful for students.
Lampiran 1A. Artikel seminar internasional MSCEIS UPI 2018
36. Ethnomatematics is a bridge between mathematics and culture. Ethnomatematics recognizes the
different ways of doing activities related to mathematics in the process of community [3]. Applying
ethno-mathematics as a part of teaching materials in learning will enable a material that is learned
related to student culture, so that understanding of a material becomes easier because the material is
directly related to culture which is a daily activity of students in the community. This helps the teacher
as a facilitator in learning to be able to facilitate students well in understanding a material through the
development of a teaching material.
Through ethnomathematics, the teacher in compiling teaching materials will be assisted by the
students' prior knowledge of the mathematical concepts of mathematical motives in the form of
triangular, quadrilateral, and parallelogram found in woven fabrics (tembe nggoli) of the mbojo tribe
society which is a woven fabric that students meet daily. Students' initial understanding of the
mathematical motives found in the woven fabric (tembe nggoli) helps the teacher to make challenges
and encouragement so that students learn. So that knowledge is not transferred from one person to
another, but individuals who learn to build their own knowledge [4].
The mathematical concept found in tembe nggoli which is a woven fabric that is familiar and even
used daily by students makes learning more meaningful and not rigid. This is as expressed [1] that the
structure and direction that is rigid in learning mathematics will make students have limited
conceptualization abilities, as a result, the students have difficulty when faced with new problems
because of concepts that are not fully understood. This will later become a learning obstacle for
students. To overcome this, in developing teaching materials that will be applied to students in the
form of learning tasks that are outlined in student worksheets, teachers are required to have a deep
understanding of mathematical concepts that will be taught and able to describe it in the form of
flexible mathematical knowledge.
One of the mathematical concepts studied in an integrated and continuous manner is triangle and
quadrilateral. This concept is studied by students ranging from elementary school level to advanced
understanding at the secondary school level. Triangle and quadrilateral material when viewed in terms
of material structure, concepts, and principles, basically students are familiar to them in their daily
lives. Therefore, if it is related to the motives of Tembe Nggoli which is one of the students' culture,
then learning will be more interesting and meaningful so that mathematics material is no longer
considered bored and difficult by students.
Based on observations regarding the quadrilateral and triangle concepts carried out in one of the
seventh grade junior high schools in Dompu district as respondents, it was found that learning
obstacles were experienced by respondents, especially junior high school students when working on
questions about the quadrilateral material. The first learning obstacle, students have difficulty in
identifying the properties of rectangles, squares, trapezoidal, parallelogram, rhombus, and kites. The
second learning obstacle, based on the results of the instrument trial obtained that students have
difficulty identifying the properties of triangles based on the angle. This difficulty is more because
students still have difficulty in choosing and using the information available to solve the problem. The
third learning obstacle, based on the results of documentation and interviews with seventh-grade math
teachers, obtained the teaching materials made is very routine and uses the same format in the learning
steps for each sub-material to be taught. Likewise with the given Student Worksheet. It tends to only
be a collection of routine questions and exercises and has never been associated with
ethnomathematics in the form of mathematical motifs found on woven fabrics (tembe nggoli).
2. Theori and methods
The research method used in this study is design research which was developed based on the
ethnomathematics of the woven fabric (Tembe Nggoli) Mbojo tribe through preliminary studies with
pre-field analysis stages, an analysis in the field, and overall data analysis, then developed a design.
Teaching materials that are in accordance with preliminary studies. According to Cobb et al [5] design
research consists of three interlocking phases of cyclic processes both in each phase and in the overall
37. design research process. The three phases are preliminary design, experiment and retrospective
analysis. Explanations of the three phases are:
3.1.Preliminary First Design
At this stage the researcher carries out a theoretical study in order to understand the problem more
thoroughly, can formulate research questions, and can propose an appropriate solution in solving the
problem. In this phase, in addition to the hypothetical learning trajectory (HLT). In this case, HLT
contains anticipation of things that might happen, including the thinking process of students in the
learning process.
3.2.Experiment
In this phase, the designs that have been designed are then tested on students. The learning experiment
in design research aims to investigate the learning process. In this case, the development process of
students' way of thinking in the situation and learning atmosphere that is formed from HLT so that
there will be a match between the things that have been anticipated in the initial design phase and the
reality.
3.3.Retrospective Analysis
In the analysis phase of the review, the researcher compared HLT with the actual student learning
process, then analyzed several possible causes and synthesized the possibilities that could be done to
improve HLT, which would be used in the next cycle (initial design, experiment, and analysis of
subsequent reviews). After obtaining good teaching materials through three phases, the results are
used as material to compile teaching materials in other materials.
Subjects in this study consisted of subjects used as a place of observation of students' learning
difficulties and subjects which were used as a place for the testing of instructional materials that had
been developed. The subject used as a place to observe learning difficulties is one class VII in one of
the junior high schools (SMP) in Dompu district in the second semester of the 2017/2018 school year.
The subjects that were used as the place for the testing of teaching materials that have been
developed are some students who have low, medium and high ability categories based on information
from grade VII mathematics teachers in one of the junior high schools in Dompu district.
Data collection techniques used in this study are observation and interviews. Observation is a non-
test evaluation technique that inventory data about students' attitudes and personality in their learning
activities [6]. Observations are made to students when learning is taking place in order to find out the
tasks in teaching materials that are difficult for students to complete and require intervention
(assistance) from the teacher in its completion. According to [7] the interview is a conversation with a
specific purpose, the conversation is carried out by two parties namely the interviewer (interviewer)
who asks the question and the interviewee (interviewe) who provides answers to that question.
This interview was conducted with the aim of obtaining more in-depth information from the
respondents because it was considered that the answers to questions had not been able to represent
students 'difficulties, through interviews of researchers could: (1) identify students' difficulties in
solving mathematical problems of geometric forms; (2) knowing the students' responses to the
teaching materials developed by the teacher in teaching the concepts of geometric shapes connected
with woven fabrics of tembe nggoli . Thus, it will be known which tasks are perceived by students as
difficult apart from the answers to the tasks on the teaching materials that students do, as well as the
usefulness of the mathematical concepts associated with culture.
The data collected in the form of student interview transcripts, teacher interviews, students 'work
results on the initial ability test, and students' answers to teaching materials. Data processing is
performed since the first phase to the third phase. In the first phase, data is obtained about the results
of the students' initial ability tests on triangular and quadrilateral material. The results of students'
work on this test were analyzed by describing the difficulties experienced in working on the problem.
Then anticipation is made to overcome these difficulties in the form of Hypothetical Learning
38. Trajectory (HLT) which consists of planning learning and tasks. The tasks are arranged in a teaching
material.
Teaching materials that have been completed by students, then analyzed the students' answers as a
data. The technique used to analyze the data is based on [8] which states that activities in qualitative
data analysis take place continuously until complete and are done interactively. There are three
activities in data analysis, namely data reduction, data display, and conclusion drawing/verification.
Data reduction means summarizing, choosing key things, focusing on important things, looking for
themes and patterns, and removing unnecessary things. After that, the data is presented. Through the
presentation of data, the data is organized and arranged in a relationship pattern so that it is easier to
understand. In qualitative research, the presentation of data is in the form of narrative text. The last
activity is to draw conclusions based on the data that has been obtained to answer the formulation of
the problem. Determination of this technique considers its suitability with the research design that has
been designed so that in its implementation can be carried out systematically.
3. Results and discussion
Design research is a research that develops teaching materials by placing the design process (design)
as a strategy. In practice, this study was conducted in three main phases. The three phases are
preliminary design, experiment and retrospective analysis.
3.1.Preliminary First Design
In this phase, researchers conducted a study of the theory in order to understand the issue more
thoroughly, to formulate research questions and to propose appropriate solutions to resolve the issue
which is then connected to etnomatematika contained in Tembe nggoli woven fabric. The thing that
was done after the preliminary study was to analyze student learning difficulties and make HLT from
the results of interviews with students and teachers.
3.2.Analysis of student difficulties
Learning obstacle based on the results of the instrument trial obtained that students have difficulty in
identifying the properties of triangles based on the angle. This difficulty is more because students still
have difficulty in choosing and using the information available to solve the problem. Furthermore,
based on the results of documentation and interviews with seventh-grade math teachers, the
instructional materials obtained were very routine and using the same format in the learning steps for
each sub-material to be taught. Likewise with the worksheet that was given. It tends to only be a
collection of routine questions and exercises and has never been associated with ethnomathematics in
the form of mathematical motifs found on woven fabrics (tembe nggoli).
3.3.Hypothetical Learning Trajektori (HLT)
HLT consists of three components, namely learning objectives, learning activities, and learning
hypotheses that will occur [9]. Based on the results of interviews with seventh grade students and
mathematics teachers and analysis of student answers, HLT was compiled. The following is an
explanation of one of the student learning path hypotheses in the tangent learning material.
The purpose of learning in one of the tasks contained in the worksheets in this study were given a
few examples in the form of triangle which is a motif found on a woven fabric Tembe nggoli, students
can define the properties of triangles based on the angle through observe, ask, explore, reason , and
communicate based on the characteristics of the examples given.
Learning activity plans can be prepared by paying attention to learning obstacle and theoretical
studies related to learning. First the teacher conveys an apperception about rectangles with the aim of
reminding students of concepts related to the concept of the properties of triangles. In the core learning
activities, the teacher presents examples of motifs found in tembe nggoli in the form of a triangle. This
is so that students feel that the learning carried out is related and that there is an application on woven
cloth that is commonly used everyday. In one of the worksheets created in this part assignment,
39. students are required to be able to conclude the definition of the properties of triangles based on their
angular side from several images given as in the presentation of one of the tasks in this study as
follows.
The picture below is some of the triangles found in the tembe nggoli motif.
(a) (b) (c)
Figure 1. Tembe nggoli with nggusu tolu motif (triangle)
(a) (b) (c)
Figure 2. Triangle design on tembe nggoli
Consider the image 1 and image 2! Do you see the similarity of the motives that exist in the cup
with triangles?
In figure 2 measure it by using a ruler of the side length of the triangle (a), (b), and (c)!
Of the three triangles measured on their sides, are there congruent sides? If there are any, which
triangles and which sides are congruent?
By looking at the lengths of the sides in figure 2 the triangle (a), (b), and (c) is called the triangle
building? Explain!
Based on the task above,
Write the conclusions you got!
Equilateral triangles are .....
Feet triangles are .....
Any triangle is ......
3.4.Experiment
After doing the preparation of teaching materials in the rectangular and triangular material, the next is
to test it on some students who have low, medium and high ability categories based on information
from grade VII mathematics teachers in one of the junior high schools in Dompu district.
3.5.Retrospective Analysis
At this stage, the results of the experiments carried out at the experimental stage were analyzed by a
review of learning about defining the properties of triangles based on their angle. In this task teaching
material, students are given examples of triangles contained in the tembe nggoli motif commonly
40. called nggusu tolu which means that the highest power is in the hand of Allah symbolized in the peak
of the triangle. This task is given the goal so that students are able to define the triangular properties
found in the tembe nggoli woven fabric. It was seen that at first some students felt confused when
doing this task, after being given instructions and through question and answer by asking how the size
of each side of each triangle students began to understand so that they did not have difficulty
completing this task.
Based on the description on the trial of this teaching material, it can be concluded that task 1 as one
of the tasks in this teaching material can facilitate students to find definitions of the properties of
triangles based on their angle. Although in practice it was found that there were still students who
were still lacking in mastering the prerequisite material that supports the teaching and learning process
such as the basic concepts about the whole parts and the concept of congruenan that requires more
apperception and scaffolding than the teacher.
4. Conclusion
Based on the results of the research and discussion in this study, it can be concluded that task 1 which
is presented in teaching materials by considering learning obstacle and preliminary study, is able to
facilitate students to define the properties of triangles based on their angle. Although in practice it is
still found that there are students who are still very lacking in mastering the prerequisite material that
supports the teaching and learning process such as the basic concepts of segregated parts and
congruent concepts that require more apperception and scaffolding than the teacher.
The other tasks presented in the teaching material by considering learning obstacle and preliminary
studies are able to facilitate each student to identify the properties of rectangles, squares, trapezoidal,
parallelogram, rhombus, and kites. Although in the process of working on student worksheets there are
still students who still do not understand what is being asked. This can be overcome by the teacher
providing instructions that help the student.
5. References
[1] Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta: Rineka Cipta.
[2] Sowanto 2018 Bahan Ajar pada Materi Garis Singgung Lingkaran dengan Pendekatan Saintifik
untuk Siswa SMP Kalamatika Jurnal Pendidikan Matematika 3 1 63-80
[3] Rosa M and Orey D C 2011 Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics
RevistaLatinoamericana de Etnomatemática 4 2 32-54
[4] Brousseau G 1997 Theory of Didactical Situation in Mathematics Dordrecht: Kluwe Academic
Publishers.
[5] Mulyana D 2008 Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya Bandung: Remaja Rosdakarya.
[6] Suherman E 1990 Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika
Bandung: Wijayakusumah.
[7] Moleong J 2010 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[8] Miles M B and Huberman A M 1984 Qualitative Data Analysis: A Source Book or New
Methods Beverly Hills: Sage Publication.
[9] Simon M A 2014 Hypothetical Learning Trajectories in Mathematics Education. In S. Lerman
(Ed.), Encyclopedia of Mathematics Education (pp. 272-275). Springer Netherlands.
42. P-ISSN 2527-5615
E-ISSN 2527-5607
SUPERMAT Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, No. 2, November 2018, hal. 1-8
1
ETNOMATEMATIKA PADA KAIN TENUN (TEMBE NGGOLI)
MASYARAKAT SUKU MBOJO
Sowanto1
dan Edi Mulyadin2
1
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima
sowantos@gmail.com
2
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima
edy.mulyadin@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan matematika dengan budaya yang
telah dianggap tidak berhubungan. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Suku Mbojo di kabupaten
Bima dan Dompu. Fokus dari penelitian ini adalah tentang kegiatan menenun masyarakat suku mbojo
yang menghasilkan pola geometri pada kain tenun mereka (Tembe Nggoli). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode etnografi dengan teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi,
wawancara kepada komunitas penenun Tembe Nggoli masyarakat suku Mbojo, dokumentasi bentuk-
bentuk geometri yang terdapat pada Tembe Nggoli, hingga pembuatan catatan lapangan diikuti dengan
studi pustaka. tentang geometri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada konsep goemetri pada
kain tenun (Tembe Nggoli) masyarakat suku mbojo yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dan
membuat siswa dan masyarakat lebih memahami hubungan antara budaya mereka dengan konsep
matematika.
Kata Kunci : Tembe Nggoli, Ethnomatematika
ABSTRACT
This study aims to reveal the relationship of mathematics with a culture that has been
considered to be unrelated. This research was conducted on Mbojo Tribe society in Bima and Dompu
districts. The focus of this research was about the weaving activities of the mbojo tribe society that
produces the geometry pattern on their woven fabrics (Tembe Nggoli). The method used in this
research was ethnography method with data collection technique that was through observation,
interview to the weaver community of Tembe Nggoli of Mbojo tribe society, documentation of
geometry forms contained on Tembe Nggoli, to the making of field notes followed by literature study
about geometry. The results of this study indicate that there was a concept of goemetry at woven fabric
(Tembe Nggoli) of mbojo tribe society that can be used as a source of learning and make students and
the community better understand the relationship between their culture with the concept of
mathematics.
Keywords : Tembe Nggoli, Etnomathematics
Format Sitasi: Sowanto, Mulyadin E., Aminy, M.Z. (2018). Etnomatematika pada Kain Tenun
(Tembe Nggoli) Masyarakat Suku Mbojo: SUPERMAT Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 1-8.
/$03$57,.(/-851$/1$6,21$/683(50$7
43.
44. 3 SUPERMAT, Volume 02, No. 02, November 2018, hal. 1-8
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ratu dari semua ilmu yang dipelajari oleh siswa di setiap jenjang
pendidikan. Sebagai bidang ilmu, matematika telah lama dikenal dan menjadi bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kajian dalam sekala kecil
maupun besar mencangkup pengembangan matematika telah lama dibicarakan baik dari
tingkat konsep sampai pada aplikasi atau penerapan dalam pemanfaatannya.
Merujuk dalam beberapa literatur yang ada, matematika menyentuh berbagai aspek
kehidupan sosial masyarakat, tidak hanya dikaji dan ditelaah serta diajarkan pada budaya
akademisi, melainkan juga masuk dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat secara luas.
Hal ini mengindikasikan bahwa matematika dan budaya merupakan bagian yang harus
berharmonisasi satu dengan lainnya. Akibatnya bila dilihat dalam cakupan yang luas,
Indonesia sebagai negara yang di dalamnya terhimpun berjuta manusia yang di dalamnya
terdapat suku-suku bangsa dengan keanekaragaman budaya dan adat istiadatnya menjadi
bagian yang penting dan sangat membantu dalam mempelajari dan memahami konsep
matematika melalui pendekatan budaya.
Kekayaan budaya melalui banyaknya suku bangsa yang ada di Indonesia, hendaknya betul-
betul dimanfaatkan secara maksimal dalam merancang dan membuat kurikulum pembelajaran
yang dapat membantu siswa memahami pelajaran yang diterima, sehingga berdampak pada
peningkatan prestasi belajar siswa. Lebih lanjut bila dilihat dari prestasi belajr siswa, dapat
dilihat masih antipatinya siswa terhadap pelajaran matematika. Hal ini juga sesuai dengan
hasil penelitian yang dikeluarkan oleh TIMSS mengenai hasil pembelajaran matematika siswa
Indonesia, kemampuan siswa indonesia masih berada di bawah rata-rata. Hal ini menjadi
perkejaan rumah yang hendaknya segera dicari solusi terbaiknya. Salah satu penyebab yang
perlu dipahami bila dilihat dalam muatan konten pembelajaran yang ada di sekolah, masih
sangat jarangnya mengaitkan budaya dari siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang
ada.
Banyak konsep dalam matematika yang bisa dihubungkan dengan budaya, bila
dihubungkan dengan budaya pembelajaran akan lebih bermakna sebab siswa secara tidak
langsung mengalami dan menjadi bagian dari apa yang mereka pelajari. Selain itu, dengan
belajar melalui budayanya siswa akan lebih mudah memahami konsep matemamatika yang
dipelajari. Sehingga tujuan dari pembelajaran selain dari aspek kognitif, aspek afektif juga bisa
dikembangkan melalui proses cinta budaya dan berdampak pada cinta tanah air yang
merupakan wujud pendidikan karakter.
Sebagai bangsa yang majemuk dengan banyaknya suku bangsa yang ada, tidak heran
banyaknya penelitian dengan latar belakang budaya berkaitan dengan matematika yang pernah
dilakukan [1], [2], dan [3]. Tidak hanya di Indonesia penelitian yang menggambarkan
hubungan antara matematika dengan budaya juga pernah dilakukan di beberapa negara lain
[4], [5]. Penelitian tentang hubungan antara budaya dengan matematika ini mencakup aktivitas
sosial masyarakat baik dalam bentuk kerajinan, bahasa, maupun adat istiadat. Hal ini
menguatkan bahwa matematika bukanlah mata pelajaran yang tidak ada sama sekali
hubungannya dengan budaya. Lebih lanjut hal ini sesuai dengan yang diungkapkan [6] bahwa
terdapat tiga sifat utama dari matematika. Pertama, matematika sebagai objek yang
ditemukan dan diciptakan manusia. Kedua, matematika itu diciptakan bukan jatuh dengan
sendirinya, namun muncul dari aktivitas yang objeknya telah tersedia, serta dari keperluan
45. Sowanto Mulyadin, Etnomatematika pada Kain Tenun… 4
sains dan kehidupan keseharian. Ketiga, sekali diciptakan objek matematika memiliki sifat-
sifat yang ditentukan secara baik.
Untuk mengatasi masalah keterkaitan antara matematika dengan budaya, keberadaan
etnomatematika merupakan salah satu alternatif ranah kajian yang peneliti ambil dalam
penelitian ini untuk menunjukkan bahwa matematika dan budaya memiliki keterkaitan dan
saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh [7] bahwa “Ethnomathematics is
a field of study which examines the way people from other cultures understand, articulate and
use concepts and practices which are from their culture and which the researcher describes as
mathematical”. Dengan demikian dapat dipahami alasan penelitian ini dengan melihat
pandangan siswa mengenai matematika yang tidak dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari
yang berdampak pada anggapan siswa sulit mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka,
lebih lanjut hal ini akan berdampak pada anggapan masyarakat bahwa tidak terdapatnya
keterkaitan antara matematika dan budaya.
Budaya sebagai salah satu unsur yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Keberadaan budaya sekitar yang sangat akrab dengan siswa menjadi kunci tersendiri dalam
mengungkap keterkaitan matematika dengan budaya dalam penelitian ini. Berdasarkan
pengamatan pendahuluan terhadap masyarakat suku Mbojo yang hasilnya bahwa
dimungkinkan untuk dilakukannya pencatatan, pendokumentasian, dan pembukuan nilai-nilai
matematis pada aktivitas penenunan tembe nggoli (kain tenun) masyarakat suku Mbojo yang
motif pada kain tenunnya banyak berupa bentuk goemetris. Hasil pengamatan tersebut,
menjadi modal awal untuk dilakukannya penelitian lanjutan guna mengungkap keterikatan
atau hubungan timbal balik antara matematika dan budaya pada Masyarakat Suku Mbojo.
Berdasarkan kajian di atas, peneliti tertarik mengangkat aktivitas penenun tembe nggoli
(kain tenun) masyarakat suku mbojo yang banyak mengandung unsur geometris pada motif
kain yang mereka hasilkan. Kegiatan menenun merupakan kegiatan sehari-hari yang sebagian
masyarakat suku mbojo lakukan, selain sebagai penunjang ekonomi dimana kain yang
dihasilkan dengan dijual, kain tenunan tembe nggoli ini juga dijadikan sebagai kain yang akan
selalu dipakai dalam kegiatan kemasyarakatan suku mbojo baik pada acara resmi maupun
dalam kegiatan sehari-hari masyarakat suku mbojo. Tembe nggoli (kain tenun) yang memiliki
motif geometri pada kain yang masyarakat suku mbojo hasilkan, dalam artikel ini akan
dieksplorasi, diidentifikasi, dan dideskripsikan tentang etnomatematikanya. Dari bentuk-
bentuk geometri tersebut dapat bermanfaat sebagai bahan ajar dalam pembelajaran geometri di
sekolah–sekolah yang ada di daerah masyarakat suku mbojo.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi dengan teknik
pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara kepada komunitas penenung Tembe
Nggoli masyarakat suku mbojo, dokumentasi bentuk geometri yang terdapat padaTembe
Nggoli, hingga pembuatan catatan lapangan yang dilanjutkan dengan studi pustaka tentang
geometri.
Prosedur pelakasanaan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengacu pada
desain penelitian ethnomathematics yang memfokuskan kepada praktik budaya,
dibangun dengan empat pertanyaan umum sebagai intisari pemanfaatan dari prinsip
ethnography [8], yaitu sebagai berikut:
1. Where to start looking?
46. 5 SUPERMAT, Volume 02, No. 02, November 2018, hal. 1-8
2. How to look?
3. How to recognize that you have found something significant?
4. How to understand what it is?
Berdasarkan empat pertanyaan umum di atas, desain penelitian yang dibuat dalam
penelitian ini disusun sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
TABLE 1. Kerangka penelitian etnomatematika pada kain tenun (tembe nggoli)
masyarakat suku Mbojo
Generic
Question
(Pertanyaan
Umum)
Initial
Answer
(Jawaban Awal)
Critical
Constru
ct (Poin
Kritis)
Specific Activity (Aktivitas Spesifik)
Where to look?
(Dimana
memulai
pengamatan?)
Pada aktivitas
menenun tembe
nggoli (kain
tenun) di Uma
(rumah)
Masyarakat suku
Mbojo.
Budaya Melakukan dialog dan wawancara
kepada
penenun tembe nggoli (kain tenun)
masyarakat suku Mbojo.
Menggambarkan bagaimana tembe
nggoli (kain tenun) yang dihasilkan
sehari-hari dari penenun masyarakat
suku mbojo terdapat banyak motif yang
berbentuk geometri.
How to look?
(Bagaimana
cara
mengamatinya?
)
Investigasi
aspek-
aspek
QRS
(quantitative,
relational, and
spatial) pada
aktivitas
menenun tembe
nggoli (kain
tenun) di Uma
(rumah)
Masyarakat suku
Mbojo.
Berpikir
alternatif
Menentukan ide-ide QRS apa saja
yang
terdapat pada aktivitas menenun tembe
nggoli (kain tenun) di Uma (rumah)
Masyarakat suku Mbojo.
What it is?
(Apa
yang
ditemukan?)
Bukti
(hasil)
berpikir alternatif
di proses
sebelumnya.
Filosofis
matematika
Mengidentifikasi karakteristik-
karakteristik
matematika yang terkait dengan QRS
pada aktivitas menenun tembe nggoli
(kain tenun) di Uma (rumah)
Masyarakat suku Mbojo ketika
menggunakan konsep geometri.
Menunjukkan bahwa motif pada tembe
nggoli (kain tenun) di Uma (rumah)
Masyarakat suku Mbojo memang
bersifat matematis setelah dikaitkan
dan dikaji tentang karakteristik
matematika.
47. Sowanto Mulyadin, Etnomatematika pada Kain Tenun… 6
What It means?
(Apa makna
dari temuan itu?)
Bernilai
penting
untuk budaya dan
bernilai penting
pula untuk
matematika.
Metodologi
antropologi
Menggambarkan keterhubungan yang
terjadi
antara dua sistem pengetahuan
(matematika dan budaya).
Menggambarkan konsepi-konsepsi baru
matematika pada geometri dengan
menggunakan aktivitas menenun tembe
nggoli (kain tenun) Masyarakat suku
Mbojo sebagai konteksnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tenunan tembe nggoli (kain tenun) Masyarakat
Suku Mbojo dengan motif yang terdapat pada kain tenunnya banyak berbentuk geometri.
Tembe nggoli merupakan kain tenun yang ditenun dengan cara tradisional dari benang kapas
dengan cara ditumpuk hingga ketebalan tertentu. Kain tenun tembe nggoli yang biasanya
dihasilkan oleh penenun dari masyarakat mbojo memiliki motif antara lain motif bunga dan
motif geometri. Motif bunga yang ada pada kain tenun tembe nggoli biasanya adalah motif
bunga samojo (bunga sekuntum), bunga satako (bunga setangkai), dan bunga kakando
(rebung). Adapun motif geometri yaitu motif gari (garis), motif nggusu tolu (segi tiga), motif
nggusu upa (segi empat), motif pado waji (jajar genjang), dan motif nggusu waru (segi
delapan).
Setiap motif yang ada pada kain tenun tembe nggoli suku mbojo memiliki makna
tersendiri. Motif gari (garis) mengandung makna bahwa manusia harus bersikap jujur dan
tegas dalam melaksanakan tugas. Motif dengan Nggusu tolu (segitiga) mengandung makna
bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan Allah yang disimbolkan dalam puncak segitiga.
Nggusu Upa (segi empat) merupakan simbol kebersamaan dengan tetangga dan kerabat.
Selanjutnya motif pado waji (jajar genjang) yang maknanya dengan nggusu tolu (segitiga)
hampir sama, namun mengakui kekuasaan Allah sebagai tuhan yang maha esa, juga harus
mengakui kekuasaan pemimpin yang dilukiskan dengan dua sudut tumpul bagian kiri
kanannya. Adapun nggusu waru (segi delapan) bermakna idealnya seorang pemimpin harus
memenuhi delapan persyaratan yaitu Beriman dan bertaqwa, na mboto ilmu ro bae ade
(memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas), loa ra tingi (cerdas dan terampil), taho nggahi ra
eli (bertutur kata yang halus dan sopan), taho ruku ro rawi (bertingkah laku yang sopan), londo
ro dou mataho (berasal dari keturunan yang baik), hidi ro tahona (sehat jasmani dan rohani),
mori ra woko (mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari).
Dalam penelitian ini, dari dua motif umum yang terdapat pada kain tenun tembe nggoli
masyarakat suku mbojo yang menjadi fokus pembahasan kajian etnomatematikanya adalah
kain tenun tembe nggoli yang motifnya berbentuk geometri. Adapun motif tembe nggoli yang
motifnya nggusu tolu (segitiga) dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
48. 7 SUPERMAT, Volume 02, No. 02, November 2018, hal. 1-8
(a) (b)
FIGURE 1. Gambar (a) dan (b) merupakan contoh kaint tenun tembe nggoli motif nggusu
tolu (segitiga)
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa dari hasil tenunan tembe nggoli masyarakat suku
mbojo terlihat bentuk segitiga yang merupakan salah satu motifnya. Adapun bila dipaparkan
secara jelas bentuk geometri yang dimaksud adalah seperti gambar berikut.
Figure 2. Tembe nggoli dengan motif nggusu
tolu (segitiga)
Figure 3. Desain segitiga pada tembe nggoli
Berdasarkan gambar di atas jika dilaah dalam konsep geometri, pembuatan segitiga pertama
akan memudahkan desain segitiga yang selanjutnya dengan memanfaatkan garis tinggi sebagai
cermin seperti pada gambar di bawah ini.
Figure 4. Desain segitiga pada tembe nggoli.
perpendicular line 2 as mark mirror
perpendicular line 1 as mark mirror
G
F
D
E
A C
B
49. Sowanto Mulyadin, Etnomatematika pada Kain Tenun… 8
Dengan demikian dapat dilihat berdasarkan gambar di atas, motif segita yang dibentuk serta
pola pembentuka segitiga pada motif tembe nggoli menggunakan pola geometri dengan
memanfaatkan konsep translasi dan refleksi. Hal ini memberikan kenyataan kapada kita bahwa
motif yang ada pada kain tenun tembe nggoli masyarakat suku mbojo memiliki keterkaitan
dengan konsep geometri dalam matematika.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada motif kain
tenun tembe nggoli dari masayarakat suku mbojo terdapat konsep geometri seperti konsep
translasi, refleksi, dan konsep dilatasi serta konsep rotasi pada pembuatan pola nggusu tolu
(segitiga), pola nggusu upa (segi empat), pola pado waji (jajar genjang), dan pola nggusu waru
(segi delapan). Hal ini menyebabkan secara tidak sadar masyarakat suku mbojo dalam
pembuatan motif pada kain tenun yang mereka buat telah menerapkan konsep matematika.
Hal ini memperkuat keterkaitan matematika dengan budaya, khususnya budaya masyarakat
suku mbojo.
Etnomatematika pada tembe nggoli (kain tenun) masyarakat suku mbojo dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran matematika, dapat menambah
wawasan siswa mengenai keberadaan matematika yang ada pada salah satu unsur budaya yang
mereka miliki khususnya tembe nggoli, serta memfasilitasi siswa dalam mengaitkan konsep
geometri yang dipelajari dengan situasi dunia nyata.
Sehingga hal ini akan berdampak pada semangat menjadi Selain kain tenun tembe nggoli,
masih banyak lagi budaya dari masyarakat suku mbojo yang bisa digali seperti dari konsep
bahasa yang digunakan ketika proses jual beli di pasar, maupun konsep geometri dari uma
lengge (rumah tinggi) masyarakat suku mbojo.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua puhak yang telah memabantu dalam
penelitian ini, mulai dari proses observasi, dokumentasi, sampai dengan analisis pustaka yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
REFERENSI
1. Muzangwa J. (2014), In-service teachers’ views and conceptions on culture and mathematics education in
rural schools. Journal: International Journal Of Research In Education Methodology Vol .6, No.2.
2. Fyhn , A.B. (2009), Sámi culture and algebra in the curriculum, Proceedings of CERME 6, , Lyon France
3. Achor E.E. (2009), Effect of ethnomathematics teaching approach on senior secondary students’
achievement and retention in locus Educational Research and Review Vol. 4, No. 8, pp. 385-390.
4. Seaquist C. R., Seshaiyer P., dan Crowley D.(2005), Calculation across cultures and history. Texas College
Mathematics Journal Vol. 1 (1), pp 15–31.
5. Marchis, I. (2009), Symmetry and interculturality, Acta Didactica Napocensia Vol. 2.
6. Turmudi. (2012), Teacher’s Perception Toward Mathematics Teaching Innovation in Indonesian Junior High
School: An Exploratory Factor Analysis. Journal of Mathematics Education. Augus 2012. Vol 5, No1, pp.
77-120.
7. Barton, W.D. (1996), Ethnomathematics: Exploring Cultural Diversity in Mathematics. A Thesis for
Doctor of Philosophy in Mathematics Education University of Auckland: Unpublished.
8. Alangui, W.V. (2010), Stone Walls and Water Flows: Interrogating Cultural Practice and Mathematics.
Doctoral Dissertation, University of Auckland, Auckland, New Zealand: Unpublished.
52. SOAL STUDI PENDAHULUAN
Mata Pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VII / I
Pokok Bahasan : Sifat-sifat Segitiga dan Segi empat
Petunjuk:
1. Bacalah do’a terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal.
2. Tulis nama, hari dan tanggal pada lembar jawaban yang telah disediakan.
3. Jawablah semua soal, karena bila jawaban kamu salah tidak akan mengurangi nilai.
4. Berikan penjelasan secara lengkap setiap kamu menyelesaikan soal.
Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar di atas adalah sebuah tangram yang terdiri dari beberapa bangun datar.
Selidikilah berapa buah bangunan yang termuat dalam tangram tersebut!
Nama : ………………………..
Kelas : ………………………..
NIlai :
53. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Matematika
Nama Sekolah : SMP
Kelas : VII
Semester : 1
Materi Pokok : Segitiga dan Segiempat
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
A. Kompetensi Inti :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator:
KI No. Kompetensi Dasar
1. 1.1 Menghayati dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. 1.2 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti,
bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam
memecahkan masalah.
1.3 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada
matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan
matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.
1.4 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan
karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.
3. 3.6 Memahami sifat-sifat bangun datar dan menggunakannya untuk
menentukan luas dan keliling
54. KI No. Kompetensi Dasar
4. 4.7 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait dengan penerapan
sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajrgenjang, belah
ketupat, dan layang-layang
C. Tujuan Pembelajaran
Diberikan contoh berupa gambar motif pada tembe nggoli yang memiliki motif
segitiga, siswa dapat mendefinisikan sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi-sudutnya
melalui kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, menalar, dan
mengkomunikasikan berdasarkan pada karakteristik contoh yang diberikan.
D. Materi Pembelajaran
Pertemuan ke-1
definisi sifat-sifat segitga berdasarkan sisi-sudutnya.
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode pembelajaran: Diskusi, Tanya jawab, Penugasan, dan Presentasi
F. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Media
Infocus, Laptop
2. Alat/Bahan
Penggaris,
3. Sumber
Buku: Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Matematika
SMP/MTs. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lermbar Kerja Siswa (LKS)
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
a. Berdoa
b. Pembelajaran diawali dengan ucapan salam (religi) dan mengecek kehadiran
siswa
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Apersepsi/Motivasi
Guru memberikan motivasi kepada siswa Siswa dan guru bertanya jawab
seputar contoh yang diberikan guru tentang garis singgung lingkaran.
2. Kegiatan Inti
55. Guru mengajukan permasalahan 1, permasalahan 2, permasalahan 3, dan
permasalahan 4, serta meminta siswa untuk mempelajari masalah tersebut.
Peserta didik Membuka dan mempelajari buku dan permasalahan 1,
permasalahan 2, permasalahan 3, dan permasalahan 4 yang ada
di LAS.(Mengamati)
Guru membagi Peserta didik ke dalam kelompok dimana satu kelompok
terdiri dari 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan heterogen.
Meminta Peserta didik mengemukakan ide kelompoknya sendiri
tentang menyelesaikan masalah tersebut.
Guru bertanya kepada peserta didik tentang beberapa kondisi yang diberikan,
apakah ada diantara siswa yang pernah mengalami/melakukannya dalam
kehidupan masing-masing.(Menanya)
Peserta didik memberi ide tentang cara penyelesaian masalah tersebut.
Peserta didik merespon dengan menyebutkan kondisi-kondisi yang pernah
dialami/dilakukan dalam kehidupan masing-masing berkaitan dengan beberapa
kondisi yang diberikan guru.
Guru memberikan informasi yang mungkin dibutuhkan oleh siswa dalam
mengisi LKS .
Peserta didik mengumpulkan informasi tentang masalah yang ada di LKS
.(Eksperimen/Explore)
Guru memotivasi siswa untuk melakukan dialog atau diskusi antar teman
dalam satu kelompok.
Peserta didik mendengarkan motivasi guru untuk berdiskusi
dengan teman kelompoknya.
Guru membimbing atau mengamati siswa dalam menyimpulkan hasil
pemecahan masalah yang ada atau dalam pengisian LKS .
Peserta didik mengisi LKS
Guru mendorong siswa untuk menyajikan hasil pemecahan masalah
LAS dengan cara menunjuk satu kelompok secara acak untuk
mempersentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.(Komunikasi)
Masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusi kelompok.
Guru membantu siswa mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan
masalah yang telah dipersentasikan di depan kelas.(Evaluasi)
Peserta didik Menanggapi hasil diskusi kelompok lain dan mendengarkan
hasil analisa dan evaluasi.(Asosiasi)
56. 3. Kegiatan Penutup
Peserta didik bersama dengan guru membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Guru meminta umpan balik pada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang
telah berlangsung. Apakah pembelajaran menarik, menyenangkan, dan memberi
wawasan lebih pada siswa.
Guru memberikan tugas PR beberapa soal tentang menentukan kesetaraan nilai
pecahan uang.
Peserta didik mendengarkan informasi mengenai tugas pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru.
Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap
belajar.
Berdoa dan atau salam untuk menutup kegiatan pembelajaran.
57. H. Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Jenis Penilaian
No Kompetensi Jenis Penilaian Bentuk
1. Sikap Spiritual dan Sosial Observasi -
Penilaian Diri
Penilaian antar teman, Jurnal
2. Pengetahuan Tes
Observasi
Uraian
-
3. Keterampilan Tes
Observasi
Uraian
-
2. Instrumen Penilaian (Terlampir)
Bandung, Desember 2014
Guru Mata Pelajaran,
Sowanto, S.Pd.
58. Lampiran Kompetensi Spiritual dan Sosial
LEMBAR OBSERVASI
Indikator :
1. Mampu menyelesaikan tugas garis singgung lingkaran dan memberikan
alasan denan benar dan tepat. (logis)
2. Melakukan tanya jawab konsep atau soal garis singgung lingkaran dengan
guru jika ada materi yang tidak dipahami dengan baik. (kritis)
3. Mengikuti pembelajaran garis singgung lingkaran dengan penuh
keingin tahuan. (konsisten)
4. Tidak berputus asa ketika mendapatkan soal yang belum ditemukan
solusinya. (tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah)
5. Membaca sumber lain untuk bisa memahami garis singgung lingkaran.
(rasa ingin tahu)
6. Mengkomunikasikan ide hasil tugas garis singgung lingkaran tanpa ragu.
(rasa percaya diri)
7. Tidak menyela pembicaraan orang lain pada waktu yang tidak tepat.
(santun)
8. Mengerjakan tugas garis singgung lingkaran sesuai dengan
kemampuan sendiri. (objektif)
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran, nilailah sikap setiap
peserta didik Anda dengan memberi skor 5, 4, 3, 2, atau 1 pada Lembar
Observasi dengan ketentuan sebagai berikut:
skor 5 apabila sangat sering melakukan perilaku yang diamati
skor 4 apabila sering melakukan perilaku yang diamati
skor 3 apabila kadang-kadang melakukan perilaku yang diamati
skor 2 apabila jarang melakukan perilaku yang diamati
skor 1 apabila sangat jarang melakukan perilaku yang diamati
Rentang Skor = 1 – 5, skor minimal = 8, skor maksimal = 40.
Skor 0 - 10 = Sangat Kurang
11 - 20 = Kurang
21 – 30 = Cukup
31 – 40 = Baik
41 – 50 = Sangat Baik
59. No. Nama Siswa
Skor Indikator Sikap Spiritual dan
Sosial
Jumlah
Skor
Nilai
Akhir
(NA)
atau
Skor
Rerata
Logis
Kritis
Konsisten
Tidak
mudah
menyerah
Ingin
tahu
Percaya
Diri
Santun
Objektif
1
2
3
4
5
dst
JURNAL
No.
Nama
Peserta didik
Hari/ Tanggal Kejadian Tindak Lanjut
60. LEMBAR PENILAIAN DIRI
Nama Peserta didik : ...
Kelas/Semester :…
Hari/Tanggal Pengisian :…
Tahun Pelajaran : …
Indikator Sikap :
1. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan tidak menyakitkan.
2. Tidak menyela pembicaraan orang lain pada waktu yang tidak tepat
3. Mengucapkan terima kasih kepada orang yang membantunya
No. Pernyataan
Skor
4 3 2 1
1. Saya tidak berkata-kata kotor, kasar, dan tidak
menyakitkan.
2. Saya tidak menyela pembicaraan orang lain pada
waktu yang tidak tepat
3. Saya mengucapkan terima kasih kepada orang
yang membantu saya
Jumlah Skor
Nilai
61. LEMBAR PENILAIAN ANTARPESERTA DIDIK
Nama Peserta didik yang dinilai : ...
Kelas/Semester :…
Hari/Tanggal Pengisian :…
Tahun Pelajaran :…
Indikator Sikap :
1. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan tidak menyakitkan.
2. Tidak menyela pembicaraan orang lain pada waktu yang tidak tepat
3. Mengucapkan terima kasih kepada orang yang membantunya
Sikap Pernyataan
Skor
4 3 2 1
Santun
atau
Sopan
Temanku tidak berkata-kata kotor,
kasar, dan tidak menyakitkan.
Temanku tidak menyela pembicaraan
orang lain pada waktu yang tidak tepat
Temanku mengucapkan terima kasih
kepada orang yang membantunya
Jumlah Skor
Nilai
62. Lampiran Kompetensi Pengetahuan
Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar di atas adalah sebuah tangram yang terdiri dari beberapa bangun datar.
Selidikilah berapa buah bangunan yang termuat dalam tangram tersebut!
63. Lampiran Kompetensi Keterampilan
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran :
Nama dan Nomor :
Kelompok :
LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN
No. Aspek Penilaian Skor Catatan
A Observasi/Mengamati
1. Relevansi
2. Kelengkapan
3. Pembahasaan
B Diskusi
4. Keterampilan mengkomunikasikan
5. Keterampilan mendengarkan
6. Keterampilan berargumentasi
7. Keterampilan berkontribusi
C Presentasi
8. Keterampilan menjelaskan
9. Keterampilan memvisualisasikan
10. Keterampilan merespon
Jumlah Skor
Rentang Skor = 1 - 5 Skor 0 – 10 = Sangat Kurang
Skor minimal = 10 11 – 20 = Kurang
Skor maksimal = 50 21 – 30 = Cukup
31 – 40 = Baik
64. LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS
ETNOMATEMATIKA PADA KAIN TENUN (TEMBE NGGOLI) MASYARAKAR
SUKU MBOJO UNTUK SISWA SMP
Nama Sekolah :
Kelas/Semester :
Materi :
Alokasi Waktu :
Pertemuan Ke :
Pentunjuk:
1. Cermati pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, apakah sudah sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran yang tertuang di dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), kemudian berikan tanda centak (√) mengenai keterlaksanaannya
pada kolom yang tersedia.
2. Pengisian secara objektif hasil observasi ini akan sangat membantu untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dari guru yang diobservasi.
No. Kegiatan Pembelajaran
Keterlaksanaan
keterangan
Ya Tidak
Guru
1. Guru mengkondisikan siswa untuk belajar
2. Guru mengomunikasikan pokok-pokok materi yang
akan dipelajari
3. Guru memberikan apersepsi
4. Guru mengelompokkan siswa dan membagi bahan ajar
kepada siswa
5. Guru memonitor siswa ketika mengerjakan bahan ajar
6. Guru memberikan Scaffolding kepada siswa jika
diperlukan
7. Guru meluruskan miskonsepsi yang terjadi
8. Guru melakukan refleksi dan mengarahkan siswa
untuk membuat kesimpulan
9. Guru memberikan pekerjaan rumah
10. Guru menugaskan siswa untuk mempelajari materi
untuk pertemuan berikutnya
Siswa
1. Siswa aktif memberikan pendapat mengenai materi
prasyarat dan materi yang akan dipelajari pada
kegiatan apersepsi
2. Siswa berdiskusi dalam kelompok
3. Siswa melakukan presentase
65. 4. Siswa menampilkan pekerjaan kelompok lain
5. Siswa menanggapi hasil presentasi kelompok lain
6. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
Presentase
Catatan:
Kempo, April 2018
Observer
............................................
66. TRANSKRIP WAWANCARA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ETNOMATEMATIKA PADA KAIN
TENUN (TEMBE NGGOLI) MASYARAKAR SUKU MBOJO UNTUK SISWA SMP
1. Wawancara dengan Siswa
Waktu Pelaksanaan : Senin, 6 Februari 2018
Responden : Siswa kelas VII C
Tujuan Wawancara : Mengetahui sumber belajar yang dimiliki siswa dan
hambatan yang dialaminya saat belajar matematika.
Transkrip Wawancara :
Pewawancara : Assalamu’alaykum dek, gimana kabarnya?
Responden : Waalaykummussalam, alhamdulillah baik Pak.
Pewawancara : dek, bapak ingin berbincang-bincang dengan adek tentang
pembelajaran matematika di kelas adek
Responden : oh iya pak, baik bisa-bisa hehe.
Pewawancara : selama proses pembelajaran dalam mata pelajaran Matematika
selama ini, apa saja sumber belajar yang kamu miliki?
Responden : Tidak punya, Pak. Hanya buku catatan saya sendiri.
Pewawancara : Apakah adek tidak meminjam buku yang ada di perpusatakaan?
Responden : Iya kemarin, cuman beberapa hari saja saya pinjam dan bukunya
juga terbatas”.
Pewawancara : Apakah kamu tidak berusaha untuk mencari sumber belajar yang
lain?
Responden : Susah pak, paling cuma catatan yang diberikan oleh guru di kelas
saja.
Pewawancara : Bagaimana pembelajaran matematika yang selama ini kamu alami?
Apakah kamu pernah mencoba untuk menemukan rumus sendiri?
Responden : hehehe, ya biasa guru menjelaskan di depan kelas, Belum pernah,
Biasanya rumusnya langsung diberikan oleh guru.
Pewawancara : Apakah kamu tertarik untuk belajar menemukan rumus sendiri?
Responden : Iya sih pak, penasaran juga untuk bisa menemukan rumus sendiri
dan itu menantang bagi saya.