Dokumen tersebut membahas tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan landasan hukum dan tujuan dari sistem LAKIP, komponen evaluasi LAKIP, dan beberapa tantangan dalam penerapan sistem LAKIP seperti regulasi, kelembagaan, sumber daya manusia, perencanaan, pengukuran data, dan peman
2. INPRES NO. 7 TH. 1999
• Merupakan Landasan
Hukum Operasional
Pertama Penerapan
Sistem AKIP di
Indonesia
• Dikeluarkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Juni
1999
• Ditandatangani oleh
Presiden B.J. Habibie
3. MENIMBANG
• Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan
pemerintahan yang lebih berdaya guna,
berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab,
dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah untuk mengetahui
kemampuannya dalam pencapaian visi, misi dan
tujuan organisasi
• Untuk melaksanakan pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah perlu dikembangkan
sistem pelaporan akuntabilitas kinerja yang
mencakup indikator, metode, mekanisme dan
tata cara pelaporan kinerja instansi
pemerintah
4. AKUNTABILITAS
• Perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan
keberhasilan/ kegagalan
pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai tujuan-tujuan
dan sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan
melalui alat
pertanggungjawaban secara
periodik.
5. TUJUAN SISTEM AKIP
• Untuk mendorong
terciptanya akuntabilitas
kinerja instansi
pemerintah sebagai
salah satu prasyarat
untuk terciptanya
pemerintah yang baik
dan terpercaya.
6. SASARAN SISTEM AKIP
a. Menjadikan instansi pemerintah yang
akuntabel sehingga dapat beroperasi
secara efisien, efektif dan responsif
terhadap aspirasi masyarakat dan
lingkungannya;
b. Terwujudnya transparansi instansi
pemerintah;
c. Terwujudnya partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan
nasional;
d. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat
7. EVALUASI LAKIP
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2013
Tentang
Perubahan Lampiran Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
8. MATERI PENILAIAN
KOMPONEN BOBOT SUB KOMPONEN
1. Perencanaan
Kinerja
35 Renstra, Rencana Kinerja Tahunan,
Penetapan Kinerja
2. Pengukuran
Kinerja
20 Pemenuhan Pengukuran, Kualitas
Pengukuran, Implementasi
Pengukuran
3. Pelaporan
Kinerja
15 Pemenuhan Pelaporan, Penyajian
Informasi Kinerja, Pemanfaatan
Informasi Kinerja
4. Evaluasi Kinerja 10 Pemenuhan Evaluasi, Kualitas
Evaluasi, Pemenfaatan Hasil Evaluasi
5. Pencapaian
Kinerja
20 Kinerja yang dilaporkan (Output dan
Outcome), dan Kinerja lainnya
TOTAL 100
9. SELF ASSESSMENT
• Sistem AKIP diimplementasikan secara “self
assesment” oleh masing-masing instansi
pemerintah, ini berarti instansi pemerintah
secara mandiri merencanakan, melaksanakan,
mengukur dan memantau kinerja serta
melaporkannya kepada instansi yang lebih
tinggi.
• Pelaksanaan sistem dengan mekanisme
semacam itu, memerlukan evaluasi dari pihak
yang lebih independen agar diperoleh umpan
balik yang obyektif untuk meningkatkan
akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah.
10. KOMPONEN EVALUASI-1
NO ASPEK BOBOT KOMPONEN DAN SUB
KOMPONEN
1 PERENCANA
AN
35 % a. Rencana Strategis 12,5%,
meliputi: Pemenuhan
Renstra, Kualitas Renstra,
dan Implementasi Renstra
b. Perencanaan Kinerja
Tahunan 22,5%, meliputi:
Pemenuhan Perencanaan
Kinerja Tahunan (4,5%),
Kualitas Perencanaan
Kinerja Tahunan (11,25%),
dan Implementasi
Perencanaan Kinerja
Tahunan (6,75%)
11. KOMPONEN EVALUASI-2
NO ASPEK BOBO
T
KOMPONEN DAN SUB
KOMPONEN
2 Pengukura
n Kinerja
20 % a. Pemenuhan pengukuran
4%,
b. Kualitas pengukuran 10%
c. Implementasi
pengukuran 6%.
3 Pelaporan
Kinerja
15 % a. Pemenuhan pelaporan
3%,
b. Penyajian informasi
kinerja 8%,
c. Pemanfaatan informasi
kinerja 4%.
12. KOMPONEN EVALUASI-3
NO ASPEK BOBO
T
KOMPONEN DAN SUB
KOMPONEN
2 EVALUASI
KINERJA
10% a. Pemenuhan evaluasi 2%,
b. Kualitas evaluasi 5%
c. Pemanfaatan hasil evaluasi
3%
3 CAPAIAN
KINERJA
20% a. Kinerja yang dilaporkan
(output) 5%;
b. Kinerja yang dilaporkan
(outcome) 5%;
c. Kinerja tahun berjalan
(benchmark) 5%;
d. Kinerja Lainnya 5%
13. PENGKATEGORIAN PERINGKAT
(RATING)
No. Predikat
Nilai
absolut
Interpretasi Karakteristik Instansi
1. AA >85-100 Memuaskan Memimpin perubahan, berbudaya kinerja,
berkinerja tinggi, dan sangat akuntabel
2. A >75-85 Sangat Baik Akuntabel, berkinerja baik, memiliki sistem
manajemen kinerja yang andal.
3. B >65-75 Baik, dan perlu sedikit
perbaikan
Akuntabilitas kinerjanya sudah baik, memiliki
sistem yang dapat digunakan untuk manajemen
kinerja, dan perlu sedikit perbaikan.
4. CC >50-65 Cukup baik
(memadai), perlu
banyak perbaikan yang
tidak mendasar
Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat
kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan
untuk memproduksi informasi kinerja untuk
pertanggung jawaban, perlu beberapa perbaikan
tidak mendasar.
5. C >30-50 Agak kurang, perlu
banyak perbaikan,
termasuk perubahan
yang mendasar
Sistem dan tatanan kurang dapat diandalkan,
memiliki sistem untuk manajemen kinerja tapi
perlu banyak perbaikan minor dan perbaikan
yang mendasar.
6. D 0-30 Kurang, perlu banyak
sekali perbaikan &
perubahan yang
sangat mendasar.
Sistem dan tatanan tidak dapat diandalkan untuk
manajemen kinerja, perlu banyak perbaikan,
sebagian perubahan yang sangat mendasar.
14. PROBLEMATIKA SISTEM
AKIP
1. Regulasi
2. Kelembagaan
(daerah..)
3. SDM
4. Perencanaan
(Indikator Kinerja)
5. Data dan
Pengukuran Kinerja
6. Pemanfaatan
15. TABULASI MASALAH
PROBLEM KETERANGAN
Regulasi - Belum adanya regulasi yang cukup berwibawa, baik dari aspek level
dalam peraturan perundangan maupun substansi “pemaksa” nya
- Banyaknya regulasi yang tidak sinkron dan tidak terkoordinasi
secara sistematis karena di produk oleh “corporate agency” yang
berbeda di pemerintahan pusat (LAN, KEMEN-PAN RB,
KEMENDAGRI, BAPPENAS)
Kelembagaan Belum jelasnya lembaga/unit kerja yang secara spesifik memiliki tupoksi
menyusun LAKIP maupun sistem AKIP secara keseluruhan, baik pada
level pemda maupun level SKPD
SDM Masih rendahnya komitmen, kompetensi dan kerjasama tim dalam
penyusunan LAKIP
Indikator dan
Pengukuran
- Indikator kinerja yang disusun sering tidak terukur secara kuantitatif
dan tidak relevan dengan sasaran atau kegiatannya
- Belum dikuasainya metode pengukuran yang terpercaya secara
akademis
Data Seringkali tidak tersedia data secara lengkap, jelas, valid dan akurat
Pemanfaatan LAKIP disusun hanya untuk menggugurkan kewajiban administratif,
tetapi pemanfaatannya untuk kepentingan manajemen pemerintahan
yang lain belum optimal
16. REGULASI (Pokok)
1. TAP MPR No.XI/MPR/1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme
2. Undang-Undang No. 28 Th. 1999
tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme
17. REGULASI (langsung-teknis)
1. Instruksi Presiden RI No. 7 Th. 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
2. Keputusan Kepala LAN RI No. 589/IX/6/Y/1999
tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
3. Keputusan Kepala LAN RI No. 239/IX/6/8/2003
tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29
Th. 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
18. REGULASI (Terkait)
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
2. PP No. 8 Th. 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah
3. PP No.8 Th. 2008 Tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
4. Inpres No. 5 Th. 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi
5. Permendagri No. 54 th 2010 tentang
Pelaksanaan PP No.8 Th. 2008
20. KELEMBAGAAN
• Koordinasi – Integrasi -Sinkronisasi
• Pada level Pemerintah Daerah maupun
pada level SKPD – Pada level
Kementerian/ Lembaga maupun pada
level Unit Kerja K/L
• Pemda : Bappeda – Biro/Bagian –
Pengelola Keuangan
• SKPD : Program – Data – Keuangan
• Alternatif : Gugus Tugas/Tim
25. WUJUD AKUNTABILITAS
KINERJA
1. Pernyataan pejabat
atau pimpinan lembaga
2. Pidato
pertanggungjawaban
pimpinan lembaga
3. Laporan akuntabilitas
kinerja lembaga
4. Perilaku individu
anggota dan pimpinan
lembaga
27. AKUNTABILITAS
• Akuntabilitas
PELAKSANAAN TUGAS
DAN FUNGSI lembaga
berikut PRESTASI
KERJA yang telah dicapai
dalam periode tertentu
• Diungkapkan berdasarkan
FAKTA YANG
SESUNGGUHNYA
secara JUJUR DAN
OBJEKTIF
28. LAPORAN AKUNTABILITAS
• Pengungkapan hasil
capaian kinerja atau
prestasi kerja
• Penjelasan dan analisis
tentang pencapaian kinerja
dan prestasi kerja tersebut
beserta argumen-argumennya
• Pengungkapan data dan
informasi lainnya sebagai
pendukung kinerja yang
telah dicapai
31. Muatan RENSTRA SKPD
Permendagri 54/2010 -Pasal 85
VISI
MISI-1 MISI-2 (dst)
TUJUAN 1.1 TUJUAN 1.2 (dst)
SASARAN 1.1.1
STRATEGI-STRATEGI
SASARAN 1.1.2 (dst)
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
PROGRAM 1
KEGIATAN 1.1
KEGIATAN 1.2. (dst)
PROGRAM 2 (dst)
33. PERENCANAAN KINERJA
PROSES PENETAPAN
KEGIATAN TAHUNAN
DISERTAI INDIKATOR KINERJA
DAN TINGKAT CAPAIANNYA
BERDASARKAN PROGRAM,
KEBIJAKAN DAN SASARAN
YANG TELAH DITETAPKAN
DALAM RENCANA STRATEGIS
ANNUAL
PERFORMANCE
PLAN (RENCANA
KINERJA TAHUNAN-RKT)/
RENJA
HASILNYA
34. PERENCANAAN KINERJA
PERENCANAAN KINERJA
ADALAH AKTIVITAS
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DI DEPAN TENTANG
TINGKAT CAPAIAN KINERJA
YANG DIINGINKAN DAN
DIHUBUNGKAN DENGAN
TINGKAT PELAKSANAAN
PROGRAM/ KEGIATAN
PERENCANAAN KINERJA
JUGA MEMBERIKAN TARGET
(QUANTITATIVE
OBJECTIVES) TENTANG APA
YANG HARUS DICAPAI
DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM/KEGIATAN
36. RENCANA KINERJA SEBAGAI
BENTUK KOMITMEN PENCAPAIAN KINERJA
PROSES
PERENCANAAN
KINERJA
RENCANA
KINERJA
MENJABARKAN
RENCANA KEGIATAN
DAN TARGET KINERJA
TAHUNAN YANG
DIKOMITMENKAN
OLEH ORGANISASI
UNTUK DICAPAI
DALAM TAHUN YANG
BERSANGKUTAN
37. POSISI RENCANA KINERJA DALAM
MANAJEMEN STRATEGIS SEKTOR PUBLIK
STRATEGIC
PLAN
MULTI-YEARS
PLANNING
ANNUAL
PERFORMANCE
PLANS
Annual
Budget
Request
PERFORMANCE
AGREEMENT
Annual
Operating
Plan
Annual
Appropriation
ACTUAL
PERFORMANCE
FINANCIAL
PERFORMANCE
REPORTS
PERFORMANCE
REPORTS
38. MANFAAT PERENCANAAN
KINERJA
1. Menghubungkan perencanaan strategis,
action plan dan perencanaan operasional
terinci
2. Membantu “memastikan” pencapaian
hasil pelaksanaan program/kegiatan
3. Memudahkan proses pengukuran kinerja
4. Membantu monitoring dan evaluasi
kinerja
5. Membantu menetapkan tujuan kinerja
pada periode yang akan datang
6. Memudahkan penetapan spesifikasi
kontrak pekerjaan atas dasar capaian
39. PRASYARAT PERENCANAAN
KINERJA
Sudah ada dokumen rencana strategis
(renstra) atau perencanaan jangka
menengah
Sudah ada kejelasan mengenai
perumusan tujuan dan sasaran yang
jelas, spesifik, dan dapat diukur (asas
smart)
Sudah ada perumusan strategi yang jelas
dan dapat ditentukan waktu
pelaksanaannya
Terdapat hubungan yg rasional antara
40. DARI MANA HARUS DIMULAI
?
• Perencanaan kinerja dapat dimulai
dengan merencanakan tingkat
capaian output yang diinginkan
• Perencanaan kinerja dimulai juga dari
immediate outcome yg diharapkan
dapat dicek dalam waktu tidak lama
sesudah pelaksanaan program
berjalan
• Menentukan indikator kinerja yg
“mudah” pengumpulan datanya
41. BAGAIMANA MERENCANAKAN
KINERJA
Melihat pengalaman masa lalu
Melihat kemampuan pengerahan sumber
daya yang ada
Menentukan dan memprediksi tahap-tahap
pelaksanaan program/ kegiatan
Mengecek/menguji keterkaitan antara
strategi dan sasaran yang hendak dicapai
Menentukan perkiraan capaian dengan
memperkirakan kemajuan
program/kegiatan
42. TAHAPAN MENETAPKAN TARGET
KINERJA
TUJUAN
STRATEGIS
SASARAN
STRATEGIS
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR
KINERJA
KEGIATAN
INDIKATOR
KINERJA
TARGET
KINERJA
TARGET
KINERJA
RENCANA
KINERJA
43. SASARAN
Spesifik / khusus / khas
Dapat dinilai dan terukur
Menantang namun dapat
di capai
Disepakati oleh jajaran
organisasi
Berorientasi pada hasil
dan realistis
Ada rentang/kurun
waktu yang pasti dan
ada
SMART Kepastian sumberdaya
44. INDIKATOR SASARAN
Ukuran tingkat
keberhasilan pencapaian
sasaran untuk
diwujudkan pada tahun
tertentu
Setiap indikator sasaran
disertai dengan rencana
tingkat capaiannya
Dapat berupa output atau
outcome
Setiap sasaran dapat
memiliki lebih dari satu
indikator
45.
46. PENETAPAN KINERJA
• Suatu dokumen
pernyataan kinerja/
kesepakatan
kinerja/ perjanjian
kinerja antara
atasan dan
bawahan untuk
mewujudkan target
kinerja tertentu
berdasarkan pada
sumber daya yang
dimiliki oleh instansi
47. PERFORMANCE AGREEMENT
• A performance
agreement is a
method of :
establishing
expectations,
accountability and
consequences for
not meeting a set
standard of execution
excellence
• Performance
agreements should be
negotiated before
48. MEKANISME -1
• Kementerian/lembaga menyusun penetapan kinerja
tingkat kementerian/lembaga dan ditandatangani oleh
Menteri/Pimpinan lembaga
• Unit organisasi eselon I menyusun penetapan kinerja
tingkat unit organisasi setelah menerima dokumen
pelaksanaan anggaran dan ditandatangani oleh
menteri/pimpinan lembaga dan pimpinan unit
organisasi
• Satuan kerja dan unit kerja eselon II menyusun
penetapan kinerja setelah menerima dokumen
pelaksanaan anggaran dan ditandatangani oleh
pimpinan unit organisasi dan pimpinan satuan kerja
• Menteri/ Pimpinan Lembaga menyampaikan dokumen
penetapan kinerja kepada Presiden melalui Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
setelah tahun anggaran berjalan
49. MEKANISME-2
• Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota menyusun
dokumen penetapan kinerja tingkat Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota ditandatangani oleh
Gubernur/ Bupati/Walikota
• Satuan Kerja Pemerintah Daerah dan unit kerja
mandiri Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
menyusun penetapan kinerja setelah menerima
dokumen pelaksanaan anggaran dan
ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota
dan pimpinan SKPD/unit kerja
• Gubernur/ Bupati/Walikota menyampaikan
dokumen penetapan kinerja kepada Presiden
melalui Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
dokumen anggaran disahkan
50. MEMPERHATIKAN
• Kontrak kinerja antara
Presiden dengan Menteri;
• Dokumen perencanaan
jangka menengah;
• Dokumen perencanaan
kinerja tahunan;
• Dokumen penganggaran
dan atau pelaksanaan
anggaran.
• SPM (Standar Pelayanan
Minimum)
51. PEMANFAATAN
• Memantau dan
mengendalikan
pencapaian kinerja
organisasi;
• Melaporkan capaian
realisasi kinerja dalam
Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah;
• Menilai
keberhasilan/kegagalan
organisasi
54. PENGUKURAN KINERJA
Dasar untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan dalam
rangka mewujudkan visi dan
misi instansi pemerintah
Hasil dari suatu penilaian yang
sistematik dan didasarkan pada
indikator kinerja
55. YANG DIUKUR :
PERFORMANCE GAP
(Kesenjangan Kinerja)
YANG
DIRENCANAKAN
YANG SENYATANYA
56. MANFAAT (yang seharusnya diperoleh dari) PENGUKURAN
KINERJA
1. Menunjukkan kinerja yg telah
dicapai melalui UPAYA-UPAYA
(Kebijakan,Program, Kegiatan)
yang telah dilakukan
2. DASAR peningkatan kinerja
yang direncanakan untuk tahun
berikutnya
3. Menjadi (salah satu) dasar
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
4. Alat KOMUNIKASI baik internal
maupun eksternal
5. Identifikasi KEPUASAN
pemanfaat pelayanan dan stake
holders’
58. Lanjutan
8. KEUNIKAN (Uniqueness)
9. KETEPATAN WAKTU
(Timelines)
10.KEWENANGAN
(Controlability)
11.BIAYA (Cost)
12.KELENGKAPAN
(Completeness)
13.DAPAT DIBANDINGKAN
(Comparability)
59. SISTEM PENGUKURAN KINERJA
1. Penetapan
Indikator Kinerja
2. Metode
Pengukuran
Kinerja
3. Mekanisme
Pengumpulan Data
Kinerja
60. INDIKATOR KINERJA
1. SASARAN
2. KEGIATAN
a. INPUT (MASUKAN)
b. OUTPUT (KELUARAN)
c. OUTCOME (HASIL)
d. BENEFIT (MANFAAT)
e. IMPACT (DAMPAK)
61. METODE PENGUKURAN KINERJA
Data Internal
(Sistem Informasi
Instansi)
Data Eksternal
(Primer Dan
Skunder)
62. MEKANISME PENGUMPULAN DATA
KINERJA
1. Tentukan jenis data
2. Tentukan siapa yang bertanggung
jawab terhadap pengumpulan data
3. Tentukan sumber data (populasi
atau sample)
4. Tentukan kapan data bisa diakses
5. Tentukan media dan metode
pencatatan data
6. Tentukan cara pengolahan data
67. BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Berisi tentang perlunya penyusunan
LAKIP serta urgensi bagi upaya-upaya
peningkatan kinerja SKPD
1.2 LANDASAN HUKUM Memuat tentang undang-undang,
peraturan pemerintah, Peraturan Daerah,
dan ketentuan peraturan lainnya yang
mengatur tentang struktur organisasi,
tugas dan fungsi, kewenangan SKPD,
serta pedoman yang dijadikan acuan
dalam penyusunan LAKIP.
1.3. TUJUAN
PENYUSUNAN
Berisi tentang tujuan penyusunan LAKIP
serta pemanfaatannya
1.4 GAMBARAN UMUM
SKPD
Berisi tentang uraian singkat TUPOKSI,
sumber daya yang dimiliki serta
gambaran singkat kinerja tahun
sebelumnya
68. BAB II PERENCANAAN DAN
PERJANJIAN KINERJA
2.1
.
RENCANA
STRATEGIS DAN
DAN RENCANA
KINERJA
TAHUNAN
Berisi Uraian Singkat tentang Visi,
Misi, Tujuan, Sasaran, Indikator
Kinerja Sasaran serta Target
Kinerja
2.2
.
PERJANJIAN
KINERJA
Memuat tentang Penetapan
Kinerja tahun berkenaan. Berisi
tentang Sasaran Strategis,
Indikator Kinerja,
Program/Kegiatan dan Anggaran
yang ditetapkan dalam Penetapan
Kinerja
69. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. PENGUKURAN
KINERJA
Berisi tentang hasil pengukukuran kinerja
SKPD yang menunjukkan tentang
capaian-capaian yang diraih dalam satu
tahun
3.2. ANALISIS DAN
EVALUASI KINERJA
Berisi narasi yang merupakan penjelasan
dan argumentasi terkait dengan capaian-capaian
yang telah diraih berdasarkan
data-data hasil pengukuran kinerja. Dapat
menggunakan informasi dari hasil
evaluasi indikator kinerja kegiatan,
evaluasi efisiensi dan evaluasi efektifitas.
3.3. AKUNTABILITAS
KEUANGAN
Berisi tentang Ringkasan Anggaran yang
dikelola oleh SKPD serta realisasinya.
70. BAB IV PENUTUP
• Berisi tentang :
–Kesimpulan kinerja yang telah
dicapai oleh SKPD
–Berisi tentang rencana tindak
lanjut untuk meningkatkan
kinerja agar lebih baik dari
kinerja saat ini
71. Waktu Penyampaian LAKIP
• Kementerian/Lembaga menyampaikan kepada Presiden
melalui Menteri Negara PAN dan RB selambat-lambatnya
2,5 (dua setengah) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
• Unit organisasi eselon I dan unit kerja mandiri pada
Kementerian/Lembaga disampaikan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga diatur tersendiri oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga;
• Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota menyampaikan kepada
Presiden melalui Menteri Negara PAN dan RB selambat-lambatnya
3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
• SKPD dan unit kerja mandiri pada Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota disampaikan kepada Gubernur/
Bupati/ Walikota diatur tersendiri oleh
Gubernur/Bupati/Walikota.