03. b3. pengembangan pembelajaran berorientasi hots revWahyu Firmansyah
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan pembelajaran berpikir tingkat tinggi melalui program pengembangan keprofesian bagi guru. Dokumen ini menjelaskan definisi berpikir tingkat tinggi, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang terkait dengan proses belajar mengajar, serta kerangka pembelajaran abad ke-21 yang mencakup kreativitas, penalaran, komunikasi, teknologi informasi, dan keterampilan karir.
Model pembelajaran berfokus pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dengan menggunakan pendekatan penemuan, inkuiri, berbasis masalah, dan berbasis proyek untuk memecahkan masalah secara kontekstual dan kolaboratif.
1. Pemahaman konsep HOTS dan analisis KD membantu peserta memahami pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dan mampu menganalisis KD pengetahuan dan keterampilan. 2. Konsep HOTS mencakup keterampilan berpikir kompleks, menganalisis, membangun hubungan, dan menguraikan materi. Keterampilan berpikir mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Analisis KD
03. b3. pengembangan pembelajaran berorientasi hots revWahyu Firmansyah
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan pembelajaran berpikir tingkat tinggi melalui program pengembangan keprofesian bagi guru. Dokumen ini menjelaskan definisi berpikir tingkat tinggi, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang terkait dengan proses belajar mengajar, serta kerangka pembelajaran abad ke-21 yang mencakup kreativitas, penalaran, komunikasi, teknologi informasi, dan keterampilan karir.
Model pembelajaran berfokus pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dengan menggunakan pendekatan penemuan, inkuiri, berbasis masalah, dan berbasis proyek untuk memecahkan masalah secara kontekstual dan kolaboratif.
1. Pemahaman konsep HOTS dan analisis KD membantu peserta memahami pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dan mampu menganalisis KD pengetahuan dan keterampilan. 2. Konsep HOTS mencakup keterampilan berpikir kompleks, menganalisis, membangun hubungan, dan menguraikan materi. Keterampilan berpikir mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Analisis KD
Konsep dan Pendalaman Materi Pembelajaran Berorientasi HOTS membahas tentang analisis visualisasi pembelajaran berorientasi HOTS melalui video, kajian unit pembelajaran, dan lembar kerja serta diskusi tentang konsep HOTS, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, serta penyelesaian masalah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam matematika mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Soal-soal HOTS harus berbasis masalah kontekstual dan mengukur berbagai dimensi berpikir. Langkah penyusunan soal HOTS meliputi menganalisis indikator, menyusun kisi-kisi, membuat stimulus dan butir soal, serta pedoman penilaian.
Higher-Order Thinking Skills (HOTS) merupakan kemampuan berpikir di tingkat tinggi yang mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menekankan pentingnya pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi ini melalui kurikulum pendidikan dan sistem evaluasi nasional.
Dokumen tersebut membahas definisi dan pengertian berpikir kritis. Secara umum, berpikir kritis didefinisikan sebagai proses berpikir yang aktif, reflektif, dan kritis untuk mengevaluasi informasi dan mengambil keputusan. Dokumen tersebut juga membahas keterampilan inti berpikir kritis seperti interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan penjelasan. Selain itu, dibahas pula manfaat dan pentingnya ber
Bahan Tayang Penyusunan instrument berbasis HOTS.pptxsribudika
Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan instrumen penilaian berbasis HOTS untuk mendukung kurikulum 2013, meliputi penjelasan konsep HOTS, proses penyusunan soal HOTS, dan format kisi-kisi serta contoh kartu soal HOTS.
Berfikir adalah proses mental yang melibatkan kemahiran intelek seperti mengingat fakta, memberi penjelasan, dan menyelesaikan masalah. Terdapat dua jenis kemahiran berfikir: aras rendah melibatkan mengingat fakta, manakala aras tinggi melibatkan pemikiran mendalam seperti menganalisis dan membuat keputusan. Guru perlu memberi penekanan kepada kedua-dua jenis kemahiran ini.
Teks tersebut membahas tentang kompetensi kognitif dan ranah kognitif menurut Benjamin Bloom. Ranah kognitif terdiri atas 6 tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Teks ini juga menjelaskan contoh soal untuk masing-masing tingkatan ranah kognitif.
Link asalnya:
http://cmgan-ppc.blogs.smjk.edu.my/files/2015/04/w-Pengenalan-KBAT.pdf
Tokoh-tokoh akademik mempunyai pendapat yang berbeza-beza tentang tafsiran yang sesuai untuk kemahiran berfikir. Sungguhpun begitu, kebanyakan tokoh bersetuju bahawa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses menggunakan minda untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah.
Benjamin Bloom membangunkan taksonomi beliau pada tahun 1950an. Taksonomi ini adalah suatu hierarki enam peringkat perkembangan pemikiran yang menjadi semakin kompleks dan mencabar. Tahap pemikiran boleh digunakan untuk membina soalan yang merentasi semua peringkat persekolahan dan dalam semua bidang pembelajaran. Semasa 1990an, anak murid beliau, Lorin Andersen telah membuat penambahbaikkan pada taksonomi asal. Beikut adalah perbandingan di antara kedua-dua taksonomi:
Dokumen tersebut membahas tentang ketrampilan dasar menurut NCSS dan ketrampilan bertanya lanjut. Ketrampilan dasar menurut NCSS mencakup penelitian, berfikir, berpartisipasi sosial, dan berkomunikasi. Sedangkan ketrampilan bertanya lanjut meliputi penggolongan, tujuan, dan prinsipnya.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis dan kreatif merupakan bentuk berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis adalah proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif untuk membuat keputusan, sedangkan berpikir kreatif adalah proses menghasilkan ide baru melalui beberapa tahapan. Keduanya melibatkan kemampuan seperti mengidentifikasi as
Panduan untuk memilih mata pelajaran pilihan yang akan dilaksanakan di jenjang SMK, yang mana sebagian besar sudah melakasanakan kurikulum merdeka. mata pelajaran pilihan bisa dipilih dari konsentrasi yang ada di sekolah, atau bisa juga memilih matqa pelajaran diluar konsentrasi keahlian yang dimiliki, dengan catatan sarana dan prasarana tersedia untuk melaksanakan pembelajaran.
Konsep dan Pendalaman Materi Pembelajaran Berorientasi HOTS membahas tentang analisis visualisasi pembelajaran berorientasi HOTS melalui video, kajian unit pembelajaran, dan lembar kerja serta diskusi tentang konsep HOTS, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, serta penyelesaian masalah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam matematika mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Soal-soal HOTS harus berbasis masalah kontekstual dan mengukur berbagai dimensi berpikir. Langkah penyusunan soal HOTS meliputi menganalisis indikator, menyusun kisi-kisi, membuat stimulus dan butir soal, serta pedoman penilaian.
Higher-Order Thinking Skills (HOTS) merupakan kemampuan berpikir di tingkat tinggi yang mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menekankan pentingnya pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi ini melalui kurikulum pendidikan dan sistem evaluasi nasional.
Dokumen tersebut membahas definisi dan pengertian berpikir kritis. Secara umum, berpikir kritis didefinisikan sebagai proses berpikir yang aktif, reflektif, dan kritis untuk mengevaluasi informasi dan mengambil keputusan. Dokumen tersebut juga membahas keterampilan inti berpikir kritis seperti interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan penjelasan. Selain itu, dibahas pula manfaat dan pentingnya ber
Bahan Tayang Penyusunan instrument berbasis HOTS.pptxsribudika
Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan instrumen penilaian berbasis HOTS untuk mendukung kurikulum 2013, meliputi penjelasan konsep HOTS, proses penyusunan soal HOTS, dan format kisi-kisi serta contoh kartu soal HOTS.
Berfikir adalah proses mental yang melibatkan kemahiran intelek seperti mengingat fakta, memberi penjelasan, dan menyelesaikan masalah. Terdapat dua jenis kemahiran berfikir: aras rendah melibatkan mengingat fakta, manakala aras tinggi melibatkan pemikiran mendalam seperti menganalisis dan membuat keputusan. Guru perlu memberi penekanan kepada kedua-dua jenis kemahiran ini.
Teks tersebut membahas tentang kompetensi kognitif dan ranah kognitif menurut Benjamin Bloom. Ranah kognitif terdiri atas 6 tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Teks ini juga menjelaskan contoh soal untuk masing-masing tingkatan ranah kognitif.
Link asalnya:
http://cmgan-ppc.blogs.smjk.edu.my/files/2015/04/w-Pengenalan-KBAT.pdf
Tokoh-tokoh akademik mempunyai pendapat yang berbeza-beza tentang tafsiran yang sesuai untuk kemahiran berfikir. Sungguhpun begitu, kebanyakan tokoh bersetuju bahawa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses menggunakan minda untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah.
Benjamin Bloom membangunkan taksonomi beliau pada tahun 1950an. Taksonomi ini adalah suatu hierarki enam peringkat perkembangan pemikiran yang menjadi semakin kompleks dan mencabar. Tahap pemikiran boleh digunakan untuk membina soalan yang merentasi semua peringkat persekolahan dan dalam semua bidang pembelajaran. Semasa 1990an, anak murid beliau, Lorin Andersen telah membuat penambahbaikkan pada taksonomi asal. Beikut adalah perbandingan di antara kedua-dua taksonomi:
Dokumen tersebut membahas tentang ketrampilan dasar menurut NCSS dan ketrampilan bertanya lanjut. Ketrampilan dasar menurut NCSS mencakup penelitian, berfikir, berpartisipasi sosial, dan berkomunikasi. Sedangkan ketrampilan bertanya lanjut meliputi penggolongan, tujuan, dan prinsipnya.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis dan kreatif merupakan bentuk berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis adalah proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif untuk membuat keputusan, sedangkan berpikir kreatif adalah proses menghasilkan ide baru melalui beberapa tahapan. Keduanya melibatkan kemampuan seperti mengidentifikasi as
Panduan untuk memilih mata pelajaran pilihan yang akan dilaksanakan di jenjang SMK, yang mana sebagian besar sudah melakasanakan kurikulum merdeka. mata pelajaran pilihan bisa dipilih dari konsentrasi yang ada di sekolah, atau bisa juga memilih matqa pelajaran diluar konsentrasi keahlian yang dimiliki, dengan catatan sarana dan prasarana tersedia untuk melaksanakan pembelajaran.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
2. Tujuan
• Menganalisis visualisasi pembelajaran berorientasi HOTS melalui tayangan
video, melakukan kajian terhadap Unit/Materi Pembelajaran dan Lembar
Kerja pengembangan pembelajaran beroritensi HOTS.
4. Pengertian
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking
Skill (HOTS) adalah proses berfikir kompleks dalam
menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun
representasi, mengnalisis, dan membangun hubungan dengan
melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. (Resnick:987)
5. ASPEK KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Keterampilan berpikir sesuai dengan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor yang menjadi satu
kesatuan dalam proses belajar dan mengajar.
Keterampilan yang dikerahkan dalam memecahkan
persamalahan yang muncul, mengambil keputusan,
menganalisis, menginvestigasi, dan menyimpulkan
Keterampilan yang memiliki keinginan kuat
untuk dapat memecahkan masalah muncul
pada kehidupan sehari-hari
7. Dimensi
Pengetahuan
Defenisi
Faktual pengetahuan tentang eleman-elemen terpisah dan memiliki cirinya tersendiri, meliputi
pengetahuan tentang terminology dan detail dan elemen yang lebih spesifik.
Konseptual pengetahuan tentang bentuk yang lebih kompleks dan terorganisasi, mencakup
klasifikasi dan kategori, prinsip, model, dan struktur
Prosedural pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, mencakup pengetahuan dalam
hal keterampilan dan algoritmik, Teknik dan metode, dan model dan struktur.
Metakoginitif kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai
kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman
dirinya, kemampuan meng- gunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan
kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri.
a. Dimensi Pengetahuan
1. Ranah Kognitif
8. b. Proses Kognitif
PROSES KOGNITIF DEFINISI
C1
L
O
T
S
Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan
C2 Memahami
Membangun arti dari proses pembelajaran, termasuk
komunikasi lisan, tertulis, dan gambar
C3
Menerapkan /
Mengaplikasikan
Melakukan atau menggunakan prosedur di dalam situasi yang
tidak biasa
C4
H
O
T
S
Menganalisis
Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan menentukan
bagaimana bagian-bagian itu terhubungkan antarbagian dan ke
struktur atau tujuan keseluruhan
C5
Menilai /
Mengevaluasi
Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria atau standar
C6
Mengkreasi /
Mencipta
Menempatkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk
membentuk keseluruhan secara koheren atau fungsional;
menyusun kembali unsur-unsur ke dalam pola atau struktur
baru
9. Mengingat
(C1)
Memahami
(C2)
Mengaplikasikan
(C3)
Menganalisis
(C4)
Mengevaluasi
(C5)
Mencipta/
Membuat
(C6)
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mengidentifikasi
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi indeks
Memasagkan
Membaca
Menamai
Menandai
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Mentabulasi
Memberi kode
Menulis
Menyatakan
Menelusuri
Memperkirakan
Menjelaskan
Menceritakan
Mengkatagorikan
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Menjalin
Mendiskusikan
Mencontohkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
Menggali
Mengubah
Mempertahankan
Mengartikan
Menerangkan
Menafsirkan
Memprediksi
Melaporkan
Membedakan
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Menghitung
Membangun
Mencegah
Menentukan
Menggambarkan
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Memecahkan
Melakukan
Mensimulasikan
Mentabulasi
Memproses
Membiasakan
Mengklasifikasi
Menyesuaikan
Mengoperasikan
Meramalkan
Mengaudit
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulkan
Memecahkan
Menegaskan
Menganalisis
Menyeleksi
Merinci
Menominasikan
Mendiagramkan
Mengkorelasikan
Menguji
Mencerahkan
Membagankan
Menyimpulkan
Menjelajah
Memaksimalkan
Memerintahkan
Mengaitkan
Mentransfer
Melatih
Mengedit
Menemukan
Menyeleksi
Mengoreksi
Mendeteksi
Menelaah
Mengukur
Membangunkan
Merasionalkan
Mendiagnosis
Memfokuskan
Memadukan
Membandingkan
Menyimpulkan
Menilai
Mengarahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahankan
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksikan
Mengkritik
Mengarahkan
Memutuskan
Memisahkan
menimbang
Mengumpulkan
Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengkatagorikan
Membangun
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merencanakan
Memadukan
Mendikte
Membentuk
Meningkatkan
Menanggulangi
Menggeneralisasi
Menggabungkan
Merancang
Membatas
Mereparasi
Membuat
Menyiapkan
Memproduksi
Memperjelas
Merangkum
Merekonstruksi
Mengarang
Menyusun
Mengkode
Mengkombinasikan
Memfasilitasi
Mengkonstruksi
Merumuskan
Menghubungkan
Menciptakan
Menampilkan
10. 2. Ranah Afektif
Proses Afektif Definisi
A1 Penerimaan
Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsanagn atau
stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta didik
A2 Menanggapi
suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan
dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan
salah satu cara.
A3 Penilaian
memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap suatu gejala atau
stimulus tertentu.
A4 Mengelola
konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan dan prioritas
nilai yang telah dimiliki.
A5 Karakterisasi
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
12. 3. Proses Psikomotor
Proses Berfikir Makna
P1 Imitasi Imitasi berarti meniru tindakan seseorang
P2 Manipulasi Kategori manipulasi berarti melakukan keterampilan atau menghasilkan produk dengan
cara dengan mengikuti petunjuk umum, bukan berdasarkan observasi. Pada kategori ini,
siswa dipandu melalui instruksi untuk melakukan keterampilan tertentu.
P3 Persisi Kategori presisi berarti secara independen melakukan keterampilan atau menghasilkan
produk dengan akurasi, proporsi, dan ketepatan. Dalam bahasa sehari-hari, kategori ini
dinyatakan sebagai “tingkat mahir
P4 Artikulasi Kategori artikulasi artinya memodifikasi keterampilan atau produk agar sesuai dengan
situasi baru, atau menggabungkan lebih dari satu keterampilan dalam urutan harmonis
dan konsisten.
P5 Naturalisasi Kategori naturalisasi artinya menyelesaikan satu atau lebih keterampilan dengan mudah
dan membuat keterampilan otomatis dengan tenaga fisik atau mental yang ada. Pada
kategori ini, sifat aktivitas telah otomatis, sadar penguasaan aktivitas, dan penguasaan
keterampilan terkait sudah pada tingkat strategis (misalnya dapat menentukan langkah
yang lebih efisien).
15. ELEMEN DEFINISI
F Focus Mengidentifikasi masalah dengan baik
R Reason
Alasan-alasan yang diberikan bersifat logis atau tidak untuk
disimpulkan seperti yang telah ditentukan dalam permasalahan
I Inference
Jika alasan yang dikembangkan adalah tepat, maka alasan
tersebut harus cukup sampai pada kesimpulan yang sebenarnya
S Situation Membandingkan dengan situasi yang sebenarnya
C Clarity
Harus ada kejelasan istilah maupun penjelasan yang digunakan
pada argumen sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengambil
kesimpulan
O Overview
Pengecekan terhadap sesuatu yang telah ditemukan, diputuskan,
diperhatikan, dipelajari, dan disimpulkan.
1. Elemen dasar tahapan keterampilan berpikir kritis, yaitu FRISCO.
2. Berpikir kreatif dapat berupa pemikiran imajinatif, menghasilkan banyak
kemungkinan solusi, berbeda, dan bersifat lateral.
17. 1. Menentukan masalah, dengan mendefinisikan masalah, menjelaskan permasalahan,
menentukan kebutuhan data dan informasi yang harus diketahui sebelum digunakan untuk
mendefinisikan masalah sehingga menjadi lebih detail, dan mempersiapkan kriteria untuk
menentukan hasil pembahasan dari masalah yang dihadapi.
2. Mengeksplorasi masalah, dengan menentukan objek yang berhubungan dengan masalah,
memeriksa masalah yang terkait dengan asumsi dan menyatakan hipotesis yang terkait
dengan masalah.
3. Merencanakan solusi dimana peserta didik mengembangkan rencana untuk memecahkan
masalah, memetakan sub-materi yang terkait dengan masalah, memilih teori prinsip dan
pendekatan yang sesuai dengan masalah, dan menentukan informasi untuk menemukan
solusi.
4. Melaksanakan rencana, pada tahap ini peserta didik menerapkan rencana yang telah
ditetapkan.
5. Memeriksa solusi, mengevaluasi solusi yang digunakan untuk memecahkan masalah.
6. Mengevaluasi, dalam langkah ini, solusi diperiksa, asumsi yang terkait dengan solusi dibuat,
memperkirakan hasil yang diperoleh ketika mengimplementasikan solusi dan
mengkomunikasikan solusi yang telah dibuat.
19. 1. Penentuan Target KD
1. Tidak merubah deskripsi pada KD
2. Memisahkan setiap kompetensi/kata kerja yang ada pada
KD
3. Memisahkan setiap materi pada KD (jika bukan satu
kesatuan)
4. Memisahkan setiap proses pencapaian (jika tidak satu
kesatuan)
5. Menuliskan target jika ada kata “dan/atau” menjadi target
yang terpisah
20. Contoh menentukan target KD:
KOMPETENSI DASAR TARGET KOMPETENSI DASAR
3.2 Menghubungkan ciri
pubertas pada laki-laki dan
perempuan dengan kesehatan
reproduksi
1. Menghubungkan ciri pubertas pada
laki-laki dengan kesehatan
reproduksi
2. Menghubungkan ciri pubertas pada
perempuan dengan kesehatan
reproduksi
4.2 Menyajikan karya tentang
cara menyikapi ciri-ciri pubertas
yang dialami
Menyajikan karya tentang
cara menyikapi ciri-ciri
pubertas yang dialami
kata kerja KD
materi Variabel
Dua target
KD dan
tidak
mengubah
narasi KD
Satu
target KD
dan tidak
mengubah
narasi KD
21. 2. Penentuan Tingkat Kompetesi KD
1. Tidak berpatokan hanya pada kata kerja yang ada pada KD
2. Membaca secara keseluruhan deskripsi pada KD
3. Jika ada dua kata kerja pada KD, maka tingkat kompetensi pada KD
tersebut ada dua.
22. Contoh analisis KD
KD Pengetahuan
3.2 Menghubungkan ciri pubertas
pada laki-laki dan perempuan
dengan kesehatan
reproduksi
Syaratnya:
1. Pahami dimensi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakogitif
2. Pahami makna dari setiap tingkat kognitif
pada taksonomi bloom (C1-C6)
3. Tidak berpatokan hanya pada Kata Kerja
KD tetapi baca utuh deskripsi KD
Kata Kerja KD Materi Cara
Dimensi pengetahuan KD adalah KONSEPTUAL =
pengetahuan tentang bentuk yang lebih kompleks dan
terorganisasi, mencakup klasifikasi dan kategori, prinsip,
model, dan struktur
Tingkat kompetensi KD adalah Menganalisis (C4) =
Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan
menentukan bagaimana bagian-bagian itu terhubungkan
antarbagian dan ke struktur atau tujuan keseluruhan
23. KD Keterampilan
4.2 Menyajikan karya tentang
cara menyikapi ciri-ciri pubertas
yang dialami
Syaratnya:
1. Pahami makna dari setiap tingkat
keterampilan pada ranah psikomotor jika
keterampilan konkrit (P1—P5) dan ranh
kognitif jika keterampilan abstrak (C1-C6)
2. Tidak berpatokan hanya pada Kata Kerja
KD tetapi baca utuh deskripsi KD
Kata Kerja KD Materi Cara
Tingkat kompetensi KD adalah Presisi (P3)=
Kategori presisi berarti secara independen melakukan keterampilan atau
menghasilkan produk dengan akurasi, proporsi, dan ketepatan. Dalam
bahasa sehari-hari, kategori ini dinyatakan sebagai “tingkat mahir”
24. 3. Matrik Sumbu Simetri
1. Memindahkan kata kerja operasional KD pada kolom yang sejajar
DIMENSI PENGETAHUAN dan DIMENSI PROSES BERFIKIR sesuai dengan
tingkat kompetensi KD
2. Mencari KKO PADANAN kata kerja KD jika TIDAK OPERASIONAL
3. Menentukan KKO untuk IPK PENDUKUNG dan PENGAYAAN dan
diletakkan sejajar dengan Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses
Berfikir
25. Contoh Matrik Sumbu Simetri Kombinasi
DIMENSI
PENGETAHUAN
(Permendikbud
No.
20
Tahun
2016
Tentang
SKL
Pendidikan
Dasar
dan
Menangah)
METAKOGNITIF
PROSEDURAL
KONSEPTUAL Menjelaskan Mengelompokkan Menelaah Menyimpulkan
FAKTUAL Mengidentifikasi
C1
MENGINGAT
C2
MEMAHAMI
C3
MENGAPLIKASIKAN
C4
MENGANALISIS
C5
MENGEVALUASI
C6
MENCIPTA
DIMENSI PROSES BERFIKIR
Ranah Kognitif (C1 – C6) Taksonomi Bloom
KKO IPK Pendukung KKO IPK Kunci KKO IPK Pengayaan
26. Ketentuan Perumusan Indikator
1. Indikator dirumuskan dari KD
2. Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur
3. Dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan mudah dipahami.
4. Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda
5. Hanya mengandung satu tindakan.
6. Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi & kebutuhan
peserta didik, sekolah, masyarakat dan lingkungan/daerah;
4. Perumusan IPK
27. Perumusan Indikator
A. Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD
Menganalisis KKO
B. Menganalisis Indikator berdasarkan tingkat UKRK kompetensi
pada KD
28. Klasifikasi Indikator
1. Indikator Kunci
a. Indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK.
b. Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi minimal yang terdapat pada KD.
c. Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari KD.
d. dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan harus teraktualisasi
dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga kompetensi minimal yang
harus dikuasai siswa tercapai berdasarkan tuntutan KD mata pelajaran.
29. 2. Indikator Pendukung
a.Membantu peserta didik memahami indikator kunci.
b.Dinamakan juga indikator prasyarat yang berarti kompetensi yang
sebelumnya telah dipelajarai siswa, berkaitan dengan indicator kunci
yang dipelajari.
3. Indikator Pengayaan
a. mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari tuntutan
kompetensi dari standar minimal KD.
b.tidak selalu harus ada.
c. dirumuskan oleh pendidik apabila potensi peserta didik memiliki
kompetensi yang lebih tinggi dari dan perlu peningkatan yang baik
dari standar minimal KD.