SlideShare a Scribd company logo
1 
PROGRAM NASIONAL 
PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT 
MELALUI REDD+ 
NOTA KONSEP 
I. LATAR BELAKANG 
Pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum adat (MHA) adalah hal hakiki dalam UUD 
1945 serta bagian tak terpisah dari upaya memelihara kelestarian hutan dan meningkatan 
kesejahteraan masyarakat. Putusan Mahkamah Konstitusi No 35/PIU/2012 pada bulan Maret 2013 
yang menetapkan hutan adat tidak lagi sebagai hutan negara adalah tonggak sejarah dalam upaya 
mengembalikan kedaulatan hak atas hutan kepada MHA. Terbitnya UU 6/2014 yang disusul dengan 
PP 43/2014 Tentang Desa mengatur lebih lanjut pengakuan atas kekayaan tradisional dan hak asal 
usul MHA dan akan dituangkan ke dalam bentuk peraturan daerah yang menguatkan secara legal hak 
pengelolaan kekayaan alam milik MHA termasuk hutan adat. Putusan-putusan pemerintah ini 
menandai dimulainya era baru dalam upaya melembagakan partisipasi MHA yang penuh dan efektif 
dalam pengelolaan sumber daya alam menuju Indonesia yang adil dan makmur. 
Bukti empiris menunjukkan hubungan kausalitas yang kuat antara kepemilikan hutan oleh 
masyarakat dengan kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat. Hasil riset terbaru dari World 
Resources Institute, dan Rights and Resources Initiatives (2014) tentang Securing Rights, Combatting 
Climate Change yang melakukan penelitian di 14 negara berhutan di Amerika Latin, Afrika dan Asia 
menarik untuk dicermati. Riset itu menyimpulkan bahwa negara, yang memberikan hak hukum 
kepemilikan hutannya kepada MHA dan masyarakat lokal, dapat mengendalikan deforestasi secara 
jauh lebih baik ketimbang jika hutannya dimiliki negara. 
Teritori hutan adat di Amazon (Brazil), misalnya, terlindungi 11 kali lebih baik ketimbang hutan-hutan 
yang tidak dimiliki dan dikelola oleh masyarakat adat di Amazon. Pemberian hak atas hutan kepada 
MHA dan masyarakat lokal adalah cara efektif untuk memerangi deforestasi, menciptakan mata 
pencaharian yang berkelanjutan, dan memitigasi perubahan iklim. 
Namun di sisi lain terdapat pula beberapa riset yang memperlihatkan bahwa kepastian kepemilikan 
atas lahan baik secara de jure maupun de facto saja tidak cukup untuk menurunkan deforestasi dan 
degradasi hutan dan lahan gambut bahkan dapat berdampak sebaliknya (Liscow, 2012). 
Lebih terkini, Busch (2014) menganalisis penyebab deforestasi utama berdasarkan lebih dari 100 
kajian akademis yang dicetak di jurnal ilmiah sejak 1996 sampai dengan 2013, dengan kesimpulan: 
“Land-tenure security shows no consistent association with either higher or lower deforestation. 
While more secure property rights for indigenous peoples is sometimes associated with lower 
deforestation, more secure land tenure can also increase investment, leading to greater 
deforestation. The converse is sometimes true: insecure property rights can reduce the present value 
of standing forests and encourage owners to convert the land to benefit from more productive uses 
and to reduce the risk of expropriation. (Evidence base: 9 countries on 3 continents).” 
Studi lapangan yang dilakukan CIFOR (2013) di 5 (lima) REDD+ proyek di Sumatera dan Kalimantan 
pada tahun 2010 menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat pada wilayah proyek tersebut 
(mayoritas terdiri dari masyarakat asli namun terdapat pula pendatang), lebih tertarik atas jasa 
hutan/lahan gambut yang berkaitan dengan pendapatan dibandingkan untuk mengkonservasinya.
Walaupun pendapat tentang hubungan kausalitas antara kepemilikan lahan tersebut berbeda-beda, 
semua sepakat bahwa MHA/setempat menjadi pemangku kepentingan kunci dalam hal 
kesinambungan hutan dan tata kelola lahan. 
Dengan demikian, patut diakui bahwa kecenderungan global dan nasional terkait persepsi dan 
penerimaan para pihak terhadap MHA juga terus membaik. 
 Di tingkat global MHA telah diterima sebagai salah satu ‘major group’ dalam isu 
pembangunan dan lingkungan dan partisipasinya dalam berbagai perundingan internasional 
semakin penting dan strategis; 
 Kajian-kajian ilmiah semakin kuat membuktikan bahwa MHA akan menjadi kekuatan baru 
2 
untuk mendorong perubahan global yang mendasar; 
 Fasilitas global untuk partisipasi MHA dalam penanganan masalah-masalah global semakin 
besar dan beragam; 
 Pemerintah Indonesia ikut mendukung pengesahan (adopsi) Deklarasi PBB tentang Hak-Hak 
Masyarakat Adat (UNDRIP) dalam Sidang Umum PBB di New York tanggal 13 September 
20071; 
 Relasi dan intensitas interaksi MHA dengan berbagai instansi Pemerintah juga cenderung 
meningkat selama 15 tahun terakhir, misalnya tercatat ada sekitar 14 kementerian/lembaga 
negara memiliki program terkait MHA; 
 Relasi dan intensitas interaksi MHA dengan lembaga-lembaga internasional, nasional dan sub-nasional 
di Indonesia terus menguat dan sudah mengarah pada kerjasama. 
Sejumlah kemajuan dalam upaya membangun partisipasi dan penguatan MHA telah terjadi pada 
masa Pemerintahan sekarang ini. Berbagai keputusan, kebijakan maupun program kerjasama dengan 
Pemerintah berkembang dengan pesat, antara lain: 
 Perkembangan advokasi kebijakan mengalami kemajuan dengan pembahasan akhir RUU 
PPHMA dan RUU Pertanahan di DPR RI dan adanya kesepakatan antara DPR dan Pemerintah 
RI bulan Desember 2009 lalu untuk memasukkan RUU revisi UU No. 41 Tahun 1999 tentang 
Kehutanan dalam Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS) Tahun 2010-2014. 
 Putusan MK 35/PIU/2012. 
 Implementasi Putusan MK 35 dalam NKB 12 K/L (Inkuiri Nasional Komnas HAM RI tentang 
Pelanggaran HAM di Kawasan Hutan) 
 Untuk kerjasama program, AMAN, sebagai wadah perjuangan hak dan kepentingan 
masyarakat hukum adat di Indonesia, sudah memiliki Nota Kesepakatan/Piagam dan Rencana 
Kerjasama 5 tahun ke depan dengan Komnas HAM RI, Kementerian Negara Lingkungan Hidup 
(KLH) dan BPN 
 UU No. 6 Tahun 2014 dan PP No. 43 Tahun 2014 tentang Desa 
 Protokol Nagoya tentang Akses Pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang 
Adil dan Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman Hayati 
yang telah diratifikasi oleh Indonesia pada 8 Mei 2013 (UU 11/2013). 
 UKP4 dan Satuan Tugas Pembentukan Kelembagaan REDD+: memfailitasi pengakuan dan 
pemetaan kawasan adat kedalam penyusunan “One Map” dan mengakui keberadaan MHA 
dalam Strategi Nasional REDD+. 
 Pembentukan Badan Pengelola REDD+ dipenghujung tahun 2013 sebagai lembaga setingkat 
kementerian dengan empat mandat dan satu diantaranya mencakup kesejahteraan 
masyarakat setempat/masyarakat hukum adat (PP 62/2013, Pasal 2d). 
1Indonesia voted in favour of adoption but noted that the rights in the Declaration accorded exclusively to 
indigenous people did not apply in the context of Indonesia. Lihat: 
tp://www.un.org/News/Press/docs/2007/ga10612.doc.htm.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri pada pembukaan Konferensi Internasional Tropical 
Forest Alliance 2020 di Jakarta, 27 Juni 2013, telah menyampaikan komitmennya untuk memulai 
proses pengakuan hak atas lahan dan sumber daya alam bagi MHA dan masyarakat yang 
ketergantungan pada hutan2 masyarakat dan teritori adat di Indonesia. Presiden menyampaikan 
bahwa upaya ini adalah upaya awal yang sangat penting dari implementasi Putusan MK 35 Tahun 
2012. Pengakuan ini akan memungkinkan Indonesia untuk mengarahkan pembangunannya yang 
berorientasi pada pertumbuhan yang berkelanjutan dengan keadilan di sektor hutan dan lahan. 
Komitmen ini akan ditindaklanjuti dalam masa pemerintahan Presiden SBY-Boediono, dimana upaya 
untuk meluncurkan inisiatif nasional untuk pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat 
masuk dalam Rencana Aksi Penuntasan 100 Hari Terakhir Pemerintahan SBY-Boediono. 
Lebih lanjut, komitmen yang kuat telah ditunjukkan juga oleh Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 
terpilih 2014-2019, Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dalam visi dan misi Jokowi dan JK disampaikan 
komitmen untuk melindungi dan memajukan hak-hak MHA dengan penekanan pada 6 (enam) 
prioritasutama:3 
(i) Meninjau ulang dan menyesuaikan seluruh peraturan perundang-undangan terkait dengan 
pengakuan, penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak MHA, khususnya yang 
berkaitan dengan hak-hak atas sumber-sumber agraria, sebagaimana telah diamanatkan oleh 
TAP MPR RI no. IX/MPR/2001, 
(ii) Melanjutkan proses legislasi RUU Pengakuan dan Perlindungan Hak-hak Masyarakat Hukum 
3 
Adat hingga ditetapkan sebagai undang-undang; 
(iii) Memastikan proses-proses legislasi terkait pengelolaan tanah dan sumberdaya alam pada 
umumnya, seperti RUU Pertanahan dan lain-lain, berjalan sesuai dengan norma-norma 
pengakuan hak-hak MHA sebagaimana yang telah diamanatkan dalam MK 35/2012; 
(iv) Mendorong suatu inisiatif berupa penyusunan (rancangan) Undang-undang terkait dengan 
penyelesaian konflik-konflik agraria yang muncul sebagai akibat dari pengingkaran berbagai 
peraturan perundang-undangan sektoral atas hak-hak MHA selama ini; 
(v) Membentuk Komisi Independen yang diberi mandat khusus oleh Presiden untuk bekerja 
secara intens untuk mempersiapkan berbagai kebijakan dan kelembagaan yang akan 
mengurus hal-hal yang berkaitan dengan urusan pengakuan, penghormatan, perlindungan, 
dan pemajuan hak-hak MHA ke depan; dan 
(vi) Memastikan penerapan UU Desa 6/2014 dapat berjalan, khususnya dalam hal 
mempersiapkan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam 
mengoperasionalisasi pengakuan hak-hak MHA untuk dapat ditetapkan menjadi desa adat. 
Sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan diatas, merupakan hal yang mendesak untuk 
segera meluncurkan sebuah prakarsa nasional untuk pengakuan dan perlindungan MHA melalui 
REDD+. 
II. REDD+ DAN MHA 
MHA/setempat adalah pemangku kepentingan kunci dari REDD+ di Indonesia. Peraturan Presiden 62 
tahun 2013 tentang Badan Pengelola REDD+ menegaskan salah satu tujuan penyelenggaraan REDD+ 
adalah “memberikan manfaat terhadap peningkatan jasa lingkungan, keanekaragaman hayati, dan 
2 "This decision marks an important step towards a full recognition of land and resources rights of adat 
community and forest-dependent communities." Lihat: Speech by H.E. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono at the opening of 
the international workshop on "Tropical Forest Alliance 2020: Promoting Sustainability and Productivity in the Palm Oil 
and Pulp and Paper Sectors", Jakarta: 27 June 2013.Tersedia di 
http://www.presidenri.go.id/index.php/eng/pidato/2013/06/27/2136.html. 
3 Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat,Mandiri dan Berkepribadian, VisiMisi,d an ProgramAksi, 
Jokowi/JusufKalla 2014, Jakarta: Mei 2014, No. 9a-f, hlm. 21-22.
kesejahteraan masyarakat setempat/masyarakat hukum adat” (PP 62/2013, Pasal 2d). Pencapaian 
tujuan tersebut dilakukan oleh BP REDD+ yang bertugas untuk membantu Presiden dalam 
melaksanakan tugas koordinasi, sinkronisasi, perencanaan, fasilitasi, pengelolaan, pemantauan, 
pengawasan serta pengendalian REDD+ di Indonesia. Pemerintah melalui BP REDD+ berkewajiban 
untuk melindungi dan mendorong peningkatan kapasitas dan partisipasi MHA melalui mekanisme 
REDD+. 
Sebaliknya, agenda REDD+ berpotensi untuk dapat dilihat sebagai bagian dari kewajiban adat. 
Keberlanjutan ekologis, konservasi keanekaragaman hayati dan mitigasi perubahan iklim adalah hal-hal 
yang sangat relevan sebagai kewajiban adat. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa masih 
4 
banyak kelompok MHA: 
 memiliki motivasi dan insentif kuat untuk melindungi SDA dan LH karena terkait langsung 
dengan keberlanjutan kehidupan MHA sendiri; 
 memiliki pengetahuan adat (tradisional) untuk melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya 
alam secara lestari di wilayah adatnya; 
 memiliki hukum adat agraria/SDA untuk ditegakkan; 
 memiliki kelembagaan adat untuk mengurus dan mengatur interaksi harmonis antara MHA 
dengan alam sekitarnya; 
 memiliki konsep penguasaan lahan/wilayah adat secara kolektif yang di dalamnya menjaga 
keseimbangan yang dinamis antara hak individual (terbatas, tidak absolut) sebagai warga dan 
hak kolektif dan komunal sebagai satu komunitas adat yang otonom/mandiri. 
Namun harus diakui bahwa tidak mudah untuk mendorong implementasi REDD+ secara nasional 
dalam konteks penguatan partisipasi MHA. Tantangan utamanya adalah paradigma pembangunan 
ekonomi yang masih sangat bergantung pada eksploitasi sumber daya alam. Tumpang tindih dan 
disharmonisasi antara berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan: UU Perkebunan, UU 
Pertambangan, UU Pengadaan Tanah, UU Kehutanan, UU Penanaman Modal, RPP Hutan Adat, 
Permenhut REDD, PP Tambang di Hutan Lindung, dan lain-lain (Peta Jalan Pembaruan Hukum, Satgas 
REDD+ 2014). 
Demikian juga terjadi benturan kepentingan antar kementerian dan antar pemerintah pusat dan 
daerah. Hal ini diperumit dengan belum adanya Undang-Undang yang spesifik mengenai hak-hak 
MHA atau upaya pendataan MHA secara terlembaga. Pengesampingan hak-hak kolektif MHA yang 
telah terjadi selama puluhan tahun, mengakibatkan hanya sedikit MHA yang masih kuat dan berdaya, 
sebagian besar sudah melemah dan sebagian kecil sudah sulit diidentifikasi. 
Sementara pada tataran lokal/implementasi, ada kompleksitas lainnya, misalnya: bagaimana 
memastikan Free, Prior and Informed Consent (FPIC atau Padiatapa) berjalan dengan baik; bagaimana 
menentukan batas wilayah MHA dalam hubungannya dengan batas administrasi negara; bagaimana 
pembagian dan pengelolaan manfaat dari REDD+; bagaimana memastikan kepemilikan MHA; pihak 
mana yang akan bernegosiasi dengan MHA, apakah pemerintah langsung atau pihak ketiga; siapa 
yang dapat mewakili MHA dan bagaimana memastikan seluruh kepentingan di dalam unsur-usur 
MHA terakomodasi dengan baik oleh wakil dari masyarakat hukum adat; serta sejauh mana 
wacana/kebijakan internasional akan mempengaruhi pasar bebas yang bergerak lebih cepat 
dibandingkan UNFCCC. 
Semua ini memerlukan sebuah dukungan penyelesaian yang menyeluruh yang melibatkan berbagai 
pemangku kepentingan. Dalam kaitan dengan ini, BP REDD+ telah menetapkan dukungan terhadap 
penguatan dan pengakuan MHA menjadisalah satu program imperatif BP REDD+ untuk tahun 2014, 
yang akan terus mewarnai pelaksanaan Fase Transformasi (Fase II) yang direncanakan selesai
padatahun 2016. BP REDD+ menginisiasi Program Nasional untuk Pengakuan dan Perlindungan MHA 
melalui REDD+. 
III. PROGRAM NASIONAL 
Program Nasional ini berjudul: Pengembangan Partisipasi MHA yang Penuh dan Efektif melalui 
REDD+ (Program Nasional). 
Program ini bertujuan untuk mendorong peningkatan kapasitas MHA di Indonesia untuk 
memulihkan, menjaga dan mengelola wilayah adat dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya 
secara demokratis, berkeadilan dan berkelanjutan melalui mekanisme REDD+, untuk berkontribusi 
nyata kepada pembangunan berkelanjutan pada aras tapak, daerah, nasional dan global. 
Untuk mewujudkan tujuan ini, Program Nasional mentargetkan sejumlah sasaran: 
1. Terwujudnya peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum bagi 
5 
perlindungan dan pengakuan masyarakat hukum adat; 
2. Terwujudnya reformasi hukum dan kelembagaan negara/pemerintah terkait hak-hak MHA 
atas tanah, wilayah dan sumberdaya alam, seperti: bentuk pengakuan hukum hak kolektif 
atas tanah, hak teritorial dan pemerintahan adat/otonomi asli komunitas adat, revitalisasi 
dan pembaruan tradisi dan pranata adat terkait tanah dan sumberdaya alam, negosiasi 
berbasis FPIC/Padiatapa dengan pemerintah dan pihak swasta, dll; 
3. Terwujudnya perangkat administrasi yang akan menggerakkan pengembangan berbagai 
kerangka peraturan dan kebijakan yang mendukung upaya untuk perlindungan dan 
pengakuan MHA; 
4. Terwujudnya pemulihan, penguatan kelembagaan MHA dan pelaksanaan 
programpengelolaan hutan berkelanjutan berbasis MHA; 
5. Terwujudnya dukungan kepada Pemerintah Daerah dalam penyiapan Peraturan Daerah yang 
mendukung penguatan dan pengakuan masyarakat hukum adat; dan 
6. Terwujudnya pelaksanaan program REDD+ sebagai salah satu pedekatan untuk 
menjembatani kesenjangan antara pertanian tradisi dan tipe pertanian yang dibutuhkan 
dewasa ini baik dari sisi komoditi maupun cara penghasilan komoditi tesebut dan, khususnya, 
dari kepentingan perubahan iklam. 
Adapun kerangka program yang akan dikembangkan dalam rangka mendukung perwujudan tujuan 
dan sasaran diatas, digambarkan dalam skema dan alur dibawah ini (Gambar 1). Skema ini 
menunjukkan hubungan dan interaksi yang perlu dikembangkan antara profil MHA pada tingkat 
tapak dengan agenda global perubahan iklim. Pada tingkat tapak, kebutuhan mendasar MHA adalah 
dukungan untuk pemetaan spasial dan sosial yang merupakan langkah awal dalam upaya 
memperkuat kelembagaan dan organisasi MHA. 
Dari titik ini kemudian dilakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas lembaga MHA (perencanaan 
partisipatif, pengorganisasian, pelibatan dalam mitigasi perubahan iklim). Pusat Informasi MHA perlu 
dikembangkan untuk mengelola seluruh data dan pemetaan yang dikerjakan oleh MHA yang 
kemudian akan dikaitkan dengan agenda global perubahan iklim maupun berbagai aksi mitigasi dan 
adaptasinya. Dari Pusat Informasi ini kemudian akan dikembangkan mekanisme dan tata cara untuk 
pengakuan dan perlindungan wilayah MHA. Advokasi dan kampanye dan program informasi pada 
berbagai tingkatan perlu didorong untuk memastikan terjadinya pengakuan negara terhadap hak-hak 
hukum dan wilayah dari MHA.
Gambar 1. Kerangka program bagi Program Nasional untuk Pengakuan dan Perlindungan MHA melalui REDD+ 
Untuk menjalankan program kerja tersebut, sejumlah fasilitas akan disiapkan melalui Prakarsa ini, 
yaitu: 
1. Dana Perwalian Nasional (National Trust Fund) sebagai bagian dari Funds for REDD+ Indonesia 
(FREDDI), yang merupakan wadah pengelolaan dana dan mekanisme pendanaan bagi 
pelaksanaan Prakarsa ini; 
2. Pusat Informasi Masyarakat Hukum Adat sebagai pusat analisis dan pengolahan data dan 
6 
perencanaan spasial wilayah MHA; 
3. Dukungan Peningkatan Kapasitas berbagai upaya pengembangan partisipasi masyarakat 
hukum adat melalui REDD+ (Delivery Service Support), yang akan memfasilitasi kegiatan 
seperti seperti pemetaan wilayah adat, perencanaan partisipatif, penguatan kelembagaan 
adat, monitoring dan dukungan teknis, dan pelatihan bagi upaya peningkatan kapasitas MHA; 
dan 
4. Dukungan untuk Pelibatan Pemangku Kepentingan dan Komunikasi (Communication and 
Stakeholders Engagement Support) bagi upaya pelembagaan partisipasi MHA pada aras lokal, 
nasional dan internasional, termasuk dukungan untuk penyusunan dan pemberlakuan Perda 
tentang Pengakuan Masyarakat Hukum Adat di masing-masing daerah. 
Pendekatan REDD+ akan diintegrasikan dalam program nasional ini supaya dapat secara paralel 
menfasilitasi persiapan MHA/setempat untuk program nasional pembangunan kesinambungan 
yang adil dan sesuai dengan prinisip pembangunan berkelanjutan dengan pemerataan. 
IV. PELUNCURAN PROGRAM NASIONAL
Untuk menandai dimulainya Program Nasional, BP REDD+ akan mengkoordinasikan sebuah kegiatan 
Peluncuran pada 1 September 2014 di Jakarta, bertepatan dengan penyelenggaraan Hari Masyarakat 
Adat Sedunia di Jakarta. 
Prakarsa Nasional ini diharapkan diluncurkan bersama dengan sejumlah Kementerian dan Lembaga 
Pemerintah yang terkait, yaitu: 
7 
 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; 
 Kementerian Dalam Negeri; 
 Kementerian Kehutanan; 
 Kementerian Lingkungan Hidup; 
 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 
 Badan Pertanahan Nasional; 
 Badan Informasi Geospatial 
 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia; dan 
 BP REDD+. 
 UKP4 
Pada Peluncuran Program Nasional ini, akan ditandatangani Deklarasi Bersama para Kementerian 
dan Lembaga terkait untuk mendukung dan ikut memfasilitasi implementasi dari Program Nasional. 
Peluncuran dan penandatanganan deklarasi akan dilakukan dihadapan Bapak Wakil Presiden dengan 
disaksikan oleh perwakilan MHA dan pemangku kepentingan terkait lainnya.

More Related Content

What's hot

Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Penataan Ruang
 
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Hayyu Safitri
 
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan HidupUU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Penataan Ruang
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Hbl 15, mei ika,hapzi ali, hukum lingkungan,mercubuana
Hbl 15, mei ika,hapzi ali, hukum lingkungan,mercubuanaHbl 15, mei ika,hapzi ali, hukum lingkungan,mercubuana
Hbl 15, mei ika,hapzi ali, hukum lingkungan,mercubuana
MeikaSihombimg
 
Makalaha
MakalahaMakalaha
Makalaha
Hasiati Sinta
 
Bab2
Bab2Bab2
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 201915, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
riskiariyani2976
 
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang  Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang  Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
Penataan Ruang
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Biotani & Bahari Indonesia
 
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan RuangJalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Adriansyah Rustandi
 
Hukum Lingkungan
Hukum LingkunganHukum Lingkungan
Hukum Lingkungan
Satria
 
UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (versi Present...
UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (versi Present...UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (versi Present...
UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (versi Present...
Oswar Mungkasa
 
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Penataan Ruang
 
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan EkosistemnyaUU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
Penataan Ruang
 
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLHUU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
Wahyu Ojan
 
Hukum lingkungan PPT
Hukum lingkungan PPTHukum lingkungan PPT
Hukum lingkungan PPT
Nakano
 

What's hot (17)

Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
 
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
 
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan HidupUU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Hbl 15, mei ika,hapzi ali, hukum lingkungan,mercubuana
Hbl 15, mei ika,hapzi ali, hukum lingkungan,mercubuanaHbl 15, mei ika,hapzi ali, hukum lingkungan,mercubuana
Hbl 15, mei ika,hapzi ali, hukum lingkungan,mercubuana
 
Makalaha
MakalahaMakalaha
Makalaha
 
Bab2
Bab2Bab2
Bab2
 
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 201915, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
 
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang  Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang  Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan ...
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
 
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan RuangJalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
 
Hukum Lingkungan
Hukum LingkunganHukum Lingkungan
Hukum Lingkungan
 
UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (versi Present...
UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (versi Present...UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (versi Present...
UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (versi Present...
 
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
 
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan EkosistemnyaUU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
 
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLHUU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
 
Hukum lingkungan PPT
Hukum lingkungan PPTHukum lingkungan PPT
Hukum lingkungan PPT
 

Similar to Konsep deklarasi 1 september 2014

PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUMPERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUMWahyudinata Halim
 
Hbl, dimas triadi, hapzi ali,hukum lingkungan dari perspektif hukum dan hubun...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali,hukum lingkungan dari perspektif hukum dan hubun...Hbl, dimas triadi, hapzi ali,hukum lingkungan dari perspektif hukum dan hubun...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali,hukum lingkungan dari perspektif hukum dan hubun...
Dimas Triadi
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Biotani & Bahari Indonesia
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Biotani & Bahari Indonesia
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Biotani & Bahari Indonesia
 
Tenure conferene siaran pers penutupan mts
Tenure conferene   siaran pers penutupan mtsTenure conferene   siaran pers penutupan mts
Tenure conferene siaran pers penutupan mts
Panji Kharisma Jaya
 
Perlindungan biodiversitas pangan Indonesia
Perlindungan biodiversitas pangan IndonesiaPerlindungan biodiversitas pangan Indonesia
Perlindungan biodiversitas pangan IndonesiaWahyu Yuns
 
Sambutan sekjen aman himas 2017 final
Sambutan sekjen aman himas 2017 finalSambutan sekjen aman himas 2017 final
Sambutan sekjen aman himas 2017 final
Rahayu Wulansari
 
Siaran pers prakarsa nasional ppmha melalui redd+ - final
Siaran pers   prakarsa nasional ppmha melalui redd+ - finalSiaran pers   prakarsa nasional ppmha melalui redd+ - final
Siaran pers prakarsa nasional ppmha melalui redd+ - final
septianm
 
Ht dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskonHt dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskonYayasan CAPPA
 
Release media aman 17 maret 2016
Release media aman 17 maret 2016Release media aman 17 maret 2016
Release media aman 17 maret 2016
Panji Kharisma Jaya
 
PPT MPH.pptx
PPT MPH.pptxPPT MPH.pptx
PPT MPH.pptx
yulan20
 
42-59 (1).pdf
42-59 (1).pdf42-59 (1).pdf
42-59 (1).pdf
GTLink
 
Booklet 241017 rev 1
Booklet 241017 rev 1Booklet 241017 rev 1
Booklet 241017 rev 1
Panji Kharisma Jaya
 
KEL 1 ANPEL.pptx
KEL 1 ANPEL.pptxKEL 1 ANPEL.pptx
KEL 1 ANPEL.pptx
se3lvidarara
 
Siaran pers seminar nasional juni 2014 ypb
Siaran pers seminar nasional juni 2014   ypbSiaran pers seminar nasional juni 2014   ypb
Siaran pers seminar nasional juni 2014 ypbseptianm
 
Peraturan Menteri LHK Tentang Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
Peraturan Menteri LHK Tentang  Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...Peraturan Menteri LHK Tentang  Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
Peraturan Menteri LHK Tentang Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Supersemar kehutanan by Usep Setiawan (dimuat kompas 3 april 13)
Supersemar kehutanan by Usep Setiawan (dimuat kompas 3 april 13)Supersemar kehutanan by Usep Setiawan (dimuat kompas 3 april 13)
Supersemar kehutanan by Usep Setiawan (dimuat kompas 3 april 13)
Aji Sahdi Sutisna
 

Similar to Konsep deklarasi 1 september 2014 (20)

Kabar jkpp 16
Kabar jkpp 16Kabar jkpp 16
Kabar jkpp 16
 
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUMPERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
 
Hbl, dimas triadi, hapzi ali,hukum lingkungan dari perspektif hukum dan hubun...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali,hukum lingkungan dari perspektif hukum dan hubun...Hbl, dimas triadi, hapzi ali,hukum lingkungan dari perspektif hukum dan hubun...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali,hukum lingkungan dari perspektif hukum dan hubun...
 
Warta tenure 04e
Warta tenure 04eWarta tenure 04e
Warta tenure 04e
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
 
Tenure conferene siaran pers penutupan mts
Tenure conferene   siaran pers penutupan mtsTenure conferene   siaran pers penutupan mts
Tenure conferene siaran pers penutupan mts
 
Perlindungan biodiversitas pangan Indonesia
Perlindungan biodiversitas pangan IndonesiaPerlindungan biodiversitas pangan Indonesia
Perlindungan biodiversitas pangan Indonesia
 
Sambutan sekjen aman himas 2017 final
Sambutan sekjen aman himas 2017 finalSambutan sekjen aman himas 2017 final
Sambutan sekjen aman himas 2017 final
 
Siaran pers prakarsa nasional ppmha melalui redd+ - final
Siaran pers   prakarsa nasional ppmha melalui redd+ - finalSiaran pers   prakarsa nasional ppmha melalui redd+ - final
Siaran pers prakarsa nasional ppmha melalui redd+ - final
 
Ht dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskonHt dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskon
 
Release media aman 17 maret 2016
Release media aman 17 maret 2016Release media aman 17 maret 2016
Release media aman 17 maret 2016
 
PPT MPH.pptx
PPT MPH.pptxPPT MPH.pptx
PPT MPH.pptx
 
42-59 (1).pdf
42-59 (1).pdf42-59 (1).pdf
42-59 (1).pdf
 
Booklet 241017 rev 1
Booklet 241017 rev 1Booklet 241017 rev 1
Booklet 241017 rev 1
 
KEL 1 ANPEL.pptx
KEL 1 ANPEL.pptxKEL 1 ANPEL.pptx
KEL 1 ANPEL.pptx
 
Siaran pers seminar nasional juni 2014 ypb
Siaran pers seminar nasional juni 2014   ypbSiaran pers seminar nasional juni 2014   ypb
Siaran pers seminar nasional juni 2014 ypb
 
Peraturan Menteri LHK Tentang Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
Peraturan Menteri LHK Tentang  Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...Peraturan Menteri LHK Tentang  Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
Peraturan Menteri LHK Tentang Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
 
Supersemar kehutanan by Usep Setiawan (dimuat kompas 3 april 13)
Supersemar kehutanan by Usep Setiawan (dimuat kompas 3 april 13)Supersemar kehutanan by Usep Setiawan (dimuat kompas 3 april 13)
Supersemar kehutanan by Usep Setiawan (dimuat kompas 3 april 13)
 

More from septianm

God meets you where you are
God meets you where you areGod meets you where you are
God meets you where you are
septianm
 
Presentasi walhi riau moratorium
Presentasi walhi riau moratoriumPresentasi walhi riau moratorium
Presentasi walhi riau moratorium
septianm
 
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
septianm
 
Maratorium pansus
Maratorium pansusMaratorium pansus
Maratorium pansus
septianm
 
MORATORIUM: SUDAHKAH MELINDUNGI HUTAN DAN GAMBUT TERSISA DI RIAU “URGENSI PE...
MORATORIUM:  SUDAHKAH MELINDUNGI HUTAN DAN GAMBUT TERSISA DI RIAU “URGENSI PE...MORATORIUM:  SUDAHKAH MELINDUNGI HUTAN DAN GAMBUT TERSISA DI RIAU “URGENSI PE...
MORATORIUM: SUDAHKAH MELINDUNGI HUTAN DAN GAMBUT TERSISA DI RIAU “URGENSI PE...
septianm
 
Bahan gubri 5 5-2015
Bahan gubri 5 5-2015Bahan gubri 5 5-2015
Bahan gubri 5 5-2015
septianm
 
Presentasi Gita Syahrani, SH, LL.M - PB Roadshow Medan
Presentasi Gita Syahrani, SH, LL.M - PB Roadshow MedanPresentasi Gita Syahrani, SH, LL.M - PB Roadshow Medan
Presentasi Gita Syahrani, SH, LL.M - PB Roadshow Medan
septianm
 
Chalid Muhammad : Arah Kebijakan Lingkungan Hidup Pemerintahan Jokowi-JK
Chalid Muhammad : Arah Kebijakan Lingkungan Hidup Pemerintahan Jokowi-JKChalid Muhammad : Arah Kebijakan Lingkungan Hidup Pemerintahan Jokowi-JK
Chalid Muhammad : Arah Kebijakan Lingkungan Hidup Pemerintahan Jokowi-JK
septianm
 
Siaran Pers Perspektif Baru Roadshow Medan
Siaran Pers Perspektif Baru Roadshow MedanSiaran Pers Perspektif Baru Roadshow Medan
Siaran Pers Perspektif Baru Roadshow Medan
septianm
 
Siaran Pers TELAPAK : Cara Perhutani Menyembunyikan Kinerjanya Yang Buruk
Siaran Pers TELAPAK : Cara Perhutani Menyembunyikan Kinerjanya Yang BurukSiaran Pers TELAPAK : Cara Perhutani Menyembunyikan Kinerjanya Yang Buruk
Siaran Pers TELAPAK : Cara Perhutani Menyembunyikan Kinerjanya Yang Buruk
septianm
 
Telapak siaran pers
Telapak    siaran pers Telapak    siaran pers
Telapak siaran pers
septianm
 
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...
septianm
 
PERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBAL
PERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBALPERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBAL
PERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBAL
septianm
 
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adat
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat AdatMengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adat
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adat
septianm
 
Permitting Crime :How palm oil expansion drives illegal logging in Indonesia
Permitting Crime :How palm oil expansion drives illegal logging in IndonesiaPermitting Crime :How palm oil expansion drives illegal logging in Indonesia
Permitting Crime :How palm oil expansion drives illegal logging in Indonesia
septianm
 
SOP PENYELENGGARAAN PEMETAAN PARTISIPATIF DAN PENGENDALIAN KUALITAS PETA PART...
SOP PENYELENGGARAAN PEMETAAN PARTISIPATIF DAN PENGENDALIAN KUALITAS PETA PART...SOP PENYELENGGARAAN PEMETAAN PARTISIPATIF DAN PENGENDALIAN KUALITAS PETA PART...
SOP PENYELENGGARAAN PEMETAAN PARTISIPATIF DAN PENGENDALIAN KUALITAS PETA PART...
septianm
 
Sambutan kuntoro mangkusubroto (ukp4) program nasional ppmha
Sambutan kuntoro mangkusubroto (ukp4)   program nasional ppmhaSambutan kuntoro mangkusubroto (ukp4)   program nasional ppmha
Sambutan kuntoro mangkusubroto (ukp4) program nasional ppmha
septianm
 
Faq bp redd+
Faq bp redd+Faq bp redd+
Faq bp redd+
septianm
 
Deklarasi 1 september 2014
Deklarasi 1 september 2014Deklarasi 1 september 2014
Deklarasi 1 september 2014
septianm
 
Declaration text english
Declaration text englishDeclaration text english
Declaration text englishseptianm
 

More from septianm (20)

God meets you where you are
God meets you where you areGod meets you where you are
God meets you where you are
 
Presentasi walhi riau moratorium
Presentasi walhi riau moratoriumPresentasi walhi riau moratorium
Presentasi walhi riau moratorium
 
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
 
Maratorium pansus
Maratorium pansusMaratorium pansus
Maratorium pansus
 
MORATORIUM: SUDAHKAH MELINDUNGI HUTAN DAN GAMBUT TERSISA DI RIAU “URGENSI PE...
MORATORIUM:  SUDAHKAH MELINDUNGI HUTAN DAN GAMBUT TERSISA DI RIAU “URGENSI PE...MORATORIUM:  SUDAHKAH MELINDUNGI HUTAN DAN GAMBUT TERSISA DI RIAU “URGENSI PE...
MORATORIUM: SUDAHKAH MELINDUNGI HUTAN DAN GAMBUT TERSISA DI RIAU “URGENSI PE...
 
Bahan gubri 5 5-2015
Bahan gubri 5 5-2015Bahan gubri 5 5-2015
Bahan gubri 5 5-2015
 
Presentasi Gita Syahrani, SH, LL.M - PB Roadshow Medan
Presentasi Gita Syahrani, SH, LL.M - PB Roadshow MedanPresentasi Gita Syahrani, SH, LL.M - PB Roadshow Medan
Presentasi Gita Syahrani, SH, LL.M - PB Roadshow Medan
 
Chalid Muhammad : Arah Kebijakan Lingkungan Hidup Pemerintahan Jokowi-JK
Chalid Muhammad : Arah Kebijakan Lingkungan Hidup Pemerintahan Jokowi-JKChalid Muhammad : Arah Kebijakan Lingkungan Hidup Pemerintahan Jokowi-JK
Chalid Muhammad : Arah Kebijakan Lingkungan Hidup Pemerintahan Jokowi-JK
 
Siaran Pers Perspektif Baru Roadshow Medan
Siaran Pers Perspektif Baru Roadshow MedanSiaran Pers Perspektif Baru Roadshow Medan
Siaran Pers Perspektif Baru Roadshow Medan
 
Siaran Pers TELAPAK : Cara Perhutani Menyembunyikan Kinerjanya Yang Buruk
Siaran Pers TELAPAK : Cara Perhutani Menyembunyikan Kinerjanya Yang BurukSiaran Pers TELAPAK : Cara Perhutani Menyembunyikan Kinerjanya Yang Buruk
Siaran Pers TELAPAK : Cara Perhutani Menyembunyikan Kinerjanya Yang Buruk
 
Telapak siaran pers
Telapak    siaran pers Telapak    siaran pers
Telapak siaran pers
 
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...
 
PERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBAL
PERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBALPERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBAL
PERAN HUTAN INDONESIA DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM NASIONAL DAN GLOBAL
 
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adat
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat AdatMengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adat
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adat
 
Permitting Crime :How palm oil expansion drives illegal logging in Indonesia
Permitting Crime :How palm oil expansion drives illegal logging in IndonesiaPermitting Crime :How palm oil expansion drives illegal logging in Indonesia
Permitting Crime :How palm oil expansion drives illegal logging in Indonesia
 
SOP PENYELENGGARAAN PEMETAAN PARTISIPATIF DAN PENGENDALIAN KUALITAS PETA PART...
SOP PENYELENGGARAAN PEMETAAN PARTISIPATIF DAN PENGENDALIAN KUALITAS PETA PART...SOP PENYELENGGARAAN PEMETAAN PARTISIPATIF DAN PENGENDALIAN KUALITAS PETA PART...
SOP PENYELENGGARAAN PEMETAAN PARTISIPATIF DAN PENGENDALIAN KUALITAS PETA PART...
 
Sambutan kuntoro mangkusubroto (ukp4) program nasional ppmha
Sambutan kuntoro mangkusubroto (ukp4)   program nasional ppmhaSambutan kuntoro mangkusubroto (ukp4)   program nasional ppmha
Sambutan kuntoro mangkusubroto (ukp4) program nasional ppmha
 
Faq bp redd+
Faq bp redd+Faq bp redd+
Faq bp redd+
 
Deklarasi 1 september 2014
Deklarasi 1 september 2014Deklarasi 1 september 2014
Deklarasi 1 september 2014
 
Declaration text english
Declaration text englishDeclaration text english
Declaration text english
 

Recently uploaded

MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptxMATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
rtkwbc
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
PemerintahanNagariKu1
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
teraspky798
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 

Recently uploaded (12)

MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptxMATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 

Konsep deklarasi 1 september 2014

  • 1. 1 PROGRAM NASIONAL PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT MELALUI REDD+ NOTA KONSEP I. LATAR BELAKANG Pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum adat (MHA) adalah hal hakiki dalam UUD 1945 serta bagian tak terpisah dari upaya memelihara kelestarian hutan dan meningkatan kesejahteraan masyarakat. Putusan Mahkamah Konstitusi No 35/PIU/2012 pada bulan Maret 2013 yang menetapkan hutan adat tidak lagi sebagai hutan negara adalah tonggak sejarah dalam upaya mengembalikan kedaulatan hak atas hutan kepada MHA. Terbitnya UU 6/2014 yang disusul dengan PP 43/2014 Tentang Desa mengatur lebih lanjut pengakuan atas kekayaan tradisional dan hak asal usul MHA dan akan dituangkan ke dalam bentuk peraturan daerah yang menguatkan secara legal hak pengelolaan kekayaan alam milik MHA termasuk hutan adat. Putusan-putusan pemerintah ini menandai dimulainya era baru dalam upaya melembagakan partisipasi MHA yang penuh dan efektif dalam pengelolaan sumber daya alam menuju Indonesia yang adil dan makmur. Bukti empiris menunjukkan hubungan kausalitas yang kuat antara kepemilikan hutan oleh masyarakat dengan kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat. Hasil riset terbaru dari World Resources Institute, dan Rights and Resources Initiatives (2014) tentang Securing Rights, Combatting Climate Change yang melakukan penelitian di 14 negara berhutan di Amerika Latin, Afrika dan Asia menarik untuk dicermati. Riset itu menyimpulkan bahwa negara, yang memberikan hak hukum kepemilikan hutannya kepada MHA dan masyarakat lokal, dapat mengendalikan deforestasi secara jauh lebih baik ketimbang jika hutannya dimiliki negara. Teritori hutan adat di Amazon (Brazil), misalnya, terlindungi 11 kali lebih baik ketimbang hutan-hutan yang tidak dimiliki dan dikelola oleh masyarakat adat di Amazon. Pemberian hak atas hutan kepada MHA dan masyarakat lokal adalah cara efektif untuk memerangi deforestasi, menciptakan mata pencaharian yang berkelanjutan, dan memitigasi perubahan iklim. Namun di sisi lain terdapat pula beberapa riset yang memperlihatkan bahwa kepastian kepemilikan atas lahan baik secara de jure maupun de facto saja tidak cukup untuk menurunkan deforestasi dan degradasi hutan dan lahan gambut bahkan dapat berdampak sebaliknya (Liscow, 2012). Lebih terkini, Busch (2014) menganalisis penyebab deforestasi utama berdasarkan lebih dari 100 kajian akademis yang dicetak di jurnal ilmiah sejak 1996 sampai dengan 2013, dengan kesimpulan: “Land-tenure security shows no consistent association with either higher or lower deforestation. While more secure property rights for indigenous peoples is sometimes associated with lower deforestation, more secure land tenure can also increase investment, leading to greater deforestation. The converse is sometimes true: insecure property rights can reduce the present value of standing forests and encourage owners to convert the land to benefit from more productive uses and to reduce the risk of expropriation. (Evidence base: 9 countries on 3 continents).” Studi lapangan yang dilakukan CIFOR (2013) di 5 (lima) REDD+ proyek di Sumatera dan Kalimantan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat pada wilayah proyek tersebut (mayoritas terdiri dari masyarakat asli namun terdapat pula pendatang), lebih tertarik atas jasa hutan/lahan gambut yang berkaitan dengan pendapatan dibandingkan untuk mengkonservasinya.
  • 2. Walaupun pendapat tentang hubungan kausalitas antara kepemilikan lahan tersebut berbeda-beda, semua sepakat bahwa MHA/setempat menjadi pemangku kepentingan kunci dalam hal kesinambungan hutan dan tata kelola lahan. Dengan demikian, patut diakui bahwa kecenderungan global dan nasional terkait persepsi dan penerimaan para pihak terhadap MHA juga terus membaik.  Di tingkat global MHA telah diterima sebagai salah satu ‘major group’ dalam isu pembangunan dan lingkungan dan partisipasinya dalam berbagai perundingan internasional semakin penting dan strategis;  Kajian-kajian ilmiah semakin kuat membuktikan bahwa MHA akan menjadi kekuatan baru 2 untuk mendorong perubahan global yang mendasar;  Fasilitas global untuk partisipasi MHA dalam penanganan masalah-masalah global semakin besar dan beragam;  Pemerintah Indonesia ikut mendukung pengesahan (adopsi) Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (UNDRIP) dalam Sidang Umum PBB di New York tanggal 13 September 20071;  Relasi dan intensitas interaksi MHA dengan berbagai instansi Pemerintah juga cenderung meningkat selama 15 tahun terakhir, misalnya tercatat ada sekitar 14 kementerian/lembaga negara memiliki program terkait MHA;  Relasi dan intensitas interaksi MHA dengan lembaga-lembaga internasional, nasional dan sub-nasional di Indonesia terus menguat dan sudah mengarah pada kerjasama. Sejumlah kemajuan dalam upaya membangun partisipasi dan penguatan MHA telah terjadi pada masa Pemerintahan sekarang ini. Berbagai keputusan, kebijakan maupun program kerjasama dengan Pemerintah berkembang dengan pesat, antara lain:  Perkembangan advokasi kebijakan mengalami kemajuan dengan pembahasan akhir RUU PPHMA dan RUU Pertanahan di DPR RI dan adanya kesepakatan antara DPR dan Pemerintah RI bulan Desember 2009 lalu untuk memasukkan RUU revisi UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dalam Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS) Tahun 2010-2014.  Putusan MK 35/PIU/2012.  Implementasi Putusan MK 35 dalam NKB 12 K/L (Inkuiri Nasional Komnas HAM RI tentang Pelanggaran HAM di Kawasan Hutan)  Untuk kerjasama program, AMAN, sebagai wadah perjuangan hak dan kepentingan masyarakat hukum adat di Indonesia, sudah memiliki Nota Kesepakatan/Piagam dan Rencana Kerjasama 5 tahun ke depan dengan Komnas HAM RI, Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) dan BPN  UU No. 6 Tahun 2014 dan PP No. 43 Tahun 2014 tentang Desa  Protokol Nagoya tentang Akses Pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman Hayati yang telah diratifikasi oleh Indonesia pada 8 Mei 2013 (UU 11/2013).  UKP4 dan Satuan Tugas Pembentukan Kelembagaan REDD+: memfailitasi pengakuan dan pemetaan kawasan adat kedalam penyusunan “One Map” dan mengakui keberadaan MHA dalam Strategi Nasional REDD+.  Pembentukan Badan Pengelola REDD+ dipenghujung tahun 2013 sebagai lembaga setingkat kementerian dengan empat mandat dan satu diantaranya mencakup kesejahteraan masyarakat setempat/masyarakat hukum adat (PP 62/2013, Pasal 2d). 1Indonesia voted in favour of adoption but noted that the rights in the Declaration accorded exclusively to indigenous people did not apply in the context of Indonesia. Lihat: tp://www.un.org/News/Press/docs/2007/ga10612.doc.htm.
  • 3. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri pada pembukaan Konferensi Internasional Tropical Forest Alliance 2020 di Jakarta, 27 Juni 2013, telah menyampaikan komitmennya untuk memulai proses pengakuan hak atas lahan dan sumber daya alam bagi MHA dan masyarakat yang ketergantungan pada hutan2 masyarakat dan teritori adat di Indonesia. Presiden menyampaikan bahwa upaya ini adalah upaya awal yang sangat penting dari implementasi Putusan MK 35 Tahun 2012. Pengakuan ini akan memungkinkan Indonesia untuk mengarahkan pembangunannya yang berorientasi pada pertumbuhan yang berkelanjutan dengan keadilan di sektor hutan dan lahan. Komitmen ini akan ditindaklanjuti dalam masa pemerintahan Presiden SBY-Boediono, dimana upaya untuk meluncurkan inisiatif nasional untuk pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat masuk dalam Rencana Aksi Penuntasan 100 Hari Terakhir Pemerintahan SBY-Boediono. Lebih lanjut, komitmen yang kuat telah ditunjukkan juga oleh Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih 2014-2019, Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dalam visi dan misi Jokowi dan JK disampaikan komitmen untuk melindungi dan memajukan hak-hak MHA dengan penekanan pada 6 (enam) prioritasutama:3 (i) Meninjau ulang dan menyesuaikan seluruh peraturan perundang-undangan terkait dengan pengakuan, penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak MHA, khususnya yang berkaitan dengan hak-hak atas sumber-sumber agraria, sebagaimana telah diamanatkan oleh TAP MPR RI no. IX/MPR/2001, (ii) Melanjutkan proses legislasi RUU Pengakuan dan Perlindungan Hak-hak Masyarakat Hukum 3 Adat hingga ditetapkan sebagai undang-undang; (iii) Memastikan proses-proses legislasi terkait pengelolaan tanah dan sumberdaya alam pada umumnya, seperti RUU Pertanahan dan lain-lain, berjalan sesuai dengan norma-norma pengakuan hak-hak MHA sebagaimana yang telah diamanatkan dalam MK 35/2012; (iv) Mendorong suatu inisiatif berupa penyusunan (rancangan) Undang-undang terkait dengan penyelesaian konflik-konflik agraria yang muncul sebagai akibat dari pengingkaran berbagai peraturan perundang-undangan sektoral atas hak-hak MHA selama ini; (v) Membentuk Komisi Independen yang diberi mandat khusus oleh Presiden untuk bekerja secara intens untuk mempersiapkan berbagai kebijakan dan kelembagaan yang akan mengurus hal-hal yang berkaitan dengan urusan pengakuan, penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak MHA ke depan; dan (vi) Memastikan penerapan UU Desa 6/2014 dapat berjalan, khususnya dalam hal mempersiapkan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengoperasionalisasi pengakuan hak-hak MHA untuk dapat ditetapkan menjadi desa adat. Sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan diatas, merupakan hal yang mendesak untuk segera meluncurkan sebuah prakarsa nasional untuk pengakuan dan perlindungan MHA melalui REDD+. II. REDD+ DAN MHA MHA/setempat adalah pemangku kepentingan kunci dari REDD+ di Indonesia. Peraturan Presiden 62 tahun 2013 tentang Badan Pengelola REDD+ menegaskan salah satu tujuan penyelenggaraan REDD+ adalah “memberikan manfaat terhadap peningkatan jasa lingkungan, keanekaragaman hayati, dan 2 "This decision marks an important step towards a full recognition of land and resources rights of adat community and forest-dependent communities." Lihat: Speech by H.E. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono at the opening of the international workshop on "Tropical Forest Alliance 2020: Promoting Sustainability and Productivity in the Palm Oil and Pulp and Paper Sectors", Jakarta: 27 June 2013.Tersedia di http://www.presidenri.go.id/index.php/eng/pidato/2013/06/27/2136.html. 3 Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat,Mandiri dan Berkepribadian, VisiMisi,d an ProgramAksi, Jokowi/JusufKalla 2014, Jakarta: Mei 2014, No. 9a-f, hlm. 21-22.
  • 4. kesejahteraan masyarakat setempat/masyarakat hukum adat” (PP 62/2013, Pasal 2d). Pencapaian tujuan tersebut dilakukan oleh BP REDD+ yang bertugas untuk membantu Presiden dalam melaksanakan tugas koordinasi, sinkronisasi, perencanaan, fasilitasi, pengelolaan, pemantauan, pengawasan serta pengendalian REDD+ di Indonesia. Pemerintah melalui BP REDD+ berkewajiban untuk melindungi dan mendorong peningkatan kapasitas dan partisipasi MHA melalui mekanisme REDD+. Sebaliknya, agenda REDD+ berpotensi untuk dapat dilihat sebagai bagian dari kewajiban adat. Keberlanjutan ekologis, konservasi keanekaragaman hayati dan mitigasi perubahan iklim adalah hal-hal yang sangat relevan sebagai kewajiban adat. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa masih 4 banyak kelompok MHA:  memiliki motivasi dan insentif kuat untuk melindungi SDA dan LH karena terkait langsung dengan keberlanjutan kehidupan MHA sendiri;  memiliki pengetahuan adat (tradisional) untuk melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya alam secara lestari di wilayah adatnya;  memiliki hukum adat agraria/SDA untuk ditegakkan;  memiliki kelembagaan adat untuk mengurus dan mengatur interaksi harmonis antara MHA dengan alam sekitarnya;  memiliki konsep penguasaan lahan/wilayah adat secara kolektif yang di dalamnya menjaga keseimbangan yang dinamis antara hak individual (terbatas, tidak absolut) sebagai warga dan hak kolektif dan komunal sebagai satu komunitas adat yang otonom/mandiri. Namun harus diakui bahwa tidak mudah untuk mendorong implementasi REDD+ secara nasional dalam konteks penguatan partisipasi MHA. Tantangan utamanya adalah paradigma pembangunan ekonomi yang masih sangat bergantung pada eksploitasi sumber daya alam. Tumpang tindih dan disharmonisasi antara berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan: UU Perkebunan, UU Pertambangan, UU Pengadaan Tanah, UU Kehutanan, UU Penanaman Modal, RPP Hutan Adat, Permenhut REDD, PP Tambang di Hutan Lindung, dan lain-lain (Peta Jalan Pembaruan Hukum, Satgas REDD+ 2014). Demikian juga terjadi benturan kepentingan antar kementerian dan antar pemerintah pusat dan daerah. Hal ini diperumit dengan belum adanya Undang-Undang yang spesifik mengenai hak-hak MHA atau upaya pendataan MHA secara terlembaga. Pengesampingan hak-hak kolektif MHA yang telah terjadi selama puluhan tahun, mengakibatkan hanya sedikit MHA yang masih kuat dan berdaya, sebagian besar sudah melemah dan sebagian kecil sudah sulit diidentifikasi. Sementara pada tataran lokal/implementasi, ada kompleksitas lainnya, misalnya: bagaimana memastikan Free, Prior and Informed Consent (FPIC atau Padiatapa) berjalan dengan baik; bagaimana menentukan batas wilayah MHA dalam hubungannya dengan batas administrasi negara; bagaimana pembagian dan pengelolaan manfaat dari REDD+; bagaimana memastikan kepemilikan MHA; pihak mana yang akan bernegosiasi dengan MHA, apakah pemerintah langsung atau pihak ketiga; siapa yang dapat mewakili MHA dan bagaimana memastikan seluruh kepentingan di dalam unsur-usur MHA terakomodasi dengan baik oleh wakil dari masyarakat hukum adat; serta sejauh mana wacana/kebijakan internasional akan mempengaruhi pasar bebas yang bergerak lebih cepat dibandingkan UNFCCC. Semua ini memerlukan sebuah dukungan penyelesaian yang menyeluruh yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Dalam kaitan dengan ini, BP REDD+ telah menetapkan dukungan terhadap penguatan dan pengakuan MHA menjadisalah satu program imperatif BP REDD+ untuk tahun 2014, yang akan terus mewarnai pelaksanaan Fase Transformasi (Fase II) yang direncanakan selesai
  • 5. padatahun 2016. BP REDD+ menginisiasi Program Nasional untuk Pengakuan dan Perlindungan MHA melalui REDD+. III. PROGRAM NASIONAL Program Nasional ini berjudul: Pengembangan Partisipasi MHA yang Penuh dan Efektif melalui REDD+ (Program Nasional). Program ini bertujuan untuk mendorong peningkatan kapasitas MHA di Indonesia untuk memulihkan, menjaga dan mengelola wilayah adat dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya secara demokratis, berkeadilan dan berkelanjutan melalui mekanisme REDD+, untuk berkontribusi nyata kepada pembangunan berkelanjutan pada aras tapak, daerah, nasional dan global. Untuk mewujudkan tujuan ini, Program Nasional mentargetkan sejumlah sasaran: 1. Terwujudnya peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum bagi 5 perlindungan dan pengakuan masyarakat hukum adat; 2. Terwujudnya reformasi hukum dan kelembagaan negara/pemerintah terkait hak-hak MHA atas tanah, wilayah dan sumberdaya alam, seperti: bentuk pengakuan hukum hak kolektif atas tanah, hak teritorial dan pemerintahan adat/otonomi asli komunitas adat, revitalisasi dan pembaruan tradisi dan pranata adat terkait tanah dan sumberdaya alam, negosiasi berbasis FPIC/Padiatapa dengan pemerintah dan pihak swasta, dll; 3. Terwujudnya perangkat administrasi yang akan menggerakkan pengembangan berbagai kerangka peraturan dan kebijakan yang mendukung upaya untuk perlindungan dan pengakuan MHA; 4. Terwujudnya pemulihan, penguatan kelembagaan MHA dan pelaksanaan programpengelolaan hutan berkelanjutan berbasis MHA; 5. Terwujudnya dukungan kepada Pemerintah Daerah dalam penyiapan Peraturan Daerah yang mendukung penguatan dan pengakuan masyarakat hukum adat; dan 6. Terwujudnya pelaksanaan program REDD+ sebagai salah satu pedekatan untuk menjembatani kesenjangan antara pertanian tradisi dan tipe pertanian yang dibutuhkan dewasa ini baik dari sisi komoditi maupun cara penghasilan komoditi tesebut dan, khususnya, dari kepentingan perubahan iklam. Adapun kerangka program yang akan dikembangkan dalam rangka mendukung perwujudan tujuan dan sasaran diatas, digambarkan dalam skema dan alur dibawah ini (Gambar 1). Skema ini menunjukkan hubungan dan interaksi yang perlu dikembangkan antara profil MHA pada tingkat tapak dengan agenda global perubahan iklim. Pada tingkat tapak, kebutuhan mendasar MHA adalah dukungan untuk pemetaan spasial dan sosial yang merupakan langkah awal dalam upaya memperkuat kelembagaan dan organisasi MHA. Dari titik ini kemudian dilakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas lembaga MHA (perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pelibatan dalam mitigasi perubahan iklim). Pusat Informasi MHA perlu dikembangkan untuk mengelola seluruh data dan pemetaan yang dikerjakan oleh MHA yang kemudian akan dikaitkan dengan agenda global perubahan iklim maupun berbagai aksi mitigasi dan adaptasinya. Dari Pusat Informasi ini kemudian akan dikembangkan mekanisme dan tata cara untuk pengakuan dan perlindungan wilayah MHA. Advokasi dan kampanye dan program informasi pada berbagai tingkatan perlu didorong untuk memastikan terjadinya pengakuan negara terhadap hak-hak hukum dan wilayah dari MHA.
  • 6. Gambar 1. Kerangka program bagi Program Nasional untuk Pengakuan dan Perlindungan MHA melalui REDD+ Untuk menjalankan program kerja tersebut, sejumlah fasilitas akan disiapkan melalui Prakarsa ini, yaitu: 1. Dana Perwalian Nasional (National Trust Fund) sebagai bagian dari Funds for REDD+ Indonesia (FREDDI), yang merupakan wadah pengelolaan dana dan mekanisme pendanaan bagi pelaksanaan Prakarsa ini; 2. Pusat Informasi Masyarakat Hukum Adat sebagai pusat analisis dan pengolahan data dan 6 perencanaan spasial wilayah MHA; 3. Dukungan Peningkatan Kapasitas berbagai upaya pengembangan partisipasi masyarakat hukum adat melalui REDD+ (Delivery Service Support), yang akan memfasilitasi kegiatan seperti seperti pemetaan wilayah adat, perencanaan partisipatif, penguatan kelembagaan adat, monitoring dan dukungan teknis, dan pelatihan bagi upaya peningkatan kapasitas MHA; dan 4. Dukungan untuk Pelibatan Pemangku Kepentingan dan Komunikasi (Communication and Stakeholders Engagement Support) bagi upaya pelembagaan partisipasi MHA pada aras lokal, nasional dan internasional, termasuk dukungan untuk penyusunan dan pemberlakuan Perda tentang Pengakuan Masyarakat Hukum Adat di masing-masing daerah. Pendekatan REDD+ akan diintegrasikan dalam program nasional ini supaya dapat secara paralel menfasilitasi persiapan MHA/setempat untuk program nasional pembangunan kesinambungan yang adil dan sesuai dengan prinisip pembangunan berkelanjutan dengan pemerataan. IV. PELUNCURAN PROGRAM NASIONAL
  • 7. Untuk menandai dimulainya Program Nasional, BP REDD+ akan mengkoordinasikan sebuah kegiatan Peluncuran pada 1 September 2014 di Jakarta, bertepatan dengan penyelenggaraan Hari Masyarakat Adat Sedunia di Jakarta. Prakarsa Nasional ini diharapkan diluncurkan bersama dengan sejumlah Kementerian dan Lembaga Pemerintah yang terkait, yaitu: 7  Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;  Kementerian Dalam Negeri;  Kementerian Kehutanan;  Kementerian Lingkungan Hidup;  Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia  Badan Pertanahan Nasional;  Badan Informasi Geospatial  Komisi Nasional Hak Asasi Manusia; dan  BP REDD+.  UKP4 Pada Peluncuran Program Nasional ini, akan ditandatangani Deklarasi Bersama para Kementerian dan Lembaga terkait untuk mendukung dan ikut memfasilitasi implementasi dari Program Nasional. Peluncuran dan penandatanganan deklarasi akan dilakukan dihadapan Bapak Wakil Presiden dengan disaksikan oleh perwakilan MHA dan pemangku kepentingan terkait lainnya.