1. Kinerja Perhutani dalam mengelola hutan jauh lebih rendah dibandingkan koperasi rakyat, hanya Rp. 165,839 per hektar per tahun untuk Perhutani dibandingkan Rp. 3,124,990 per hektar per tahun untuk koperasi rakyat.
2. Perhutani sering menutupi kinerja buruknya dengan mengkriminalisasikan masyarakat seperti kasus Nenek Asyani yang dituduh mencuri kayu padahal b
Newsletter edisi ke 18 ini mengangkat tema besar “Hutan dan Masyarakat” artikel memuat urgensi pengakuan hutan-hutan adat di Papua yang menjadi sasaran ekspansi dan konsesi pada ekosistem hutan. Terdapat juga rekomendasi ke pemerintah dan tawaran syarat-syarat SVLK berbasis adat, transformasi SVLK dari legalitas menuju kelestarian, tulisan mengenai peran pemuda dalam menghadapi krisis iklim dan kerentanan penghidupan masyarakat pedesaan terhadap perubahan iklim.
Newsletter edisi ke 18 ini mengangkat tema besar “Hutan dan Masyarakat” artikel memuat urgensi pengakuan hutan-hutan adat di Papua yang menjadi sasaran ekspansi dan konsesi pada ekosistem hutan. Terdapat juga rekomendasi ke pemerintah dan tawaran syarat-syarat SVLK berbasis adat, transformasi SVLK dari legalitas menuju kelestarian, tulisan mengenai peran pemuda dalam menghadapi krisis iklim dan kerentanan penghidupan masyarakat pedesaan terhadap perubahan iklim.
Newsletter edisi ke 18 ini mengangkat tema besar “Hutan dan Masyarakat” artikel memuat urgensi pengakuan hutan-hutan adat di Papua yang menjadi sasaran ekspansi dan konsesi pada ekosistem hutan. Terdapat juga rekomendasi ke pemerintah dan tawaran syarat-syarat SVLK berbasis adat, transformasi SVLK dari legalitas menuju kelestarian, tulisan mengenai peran pemuda dalam menghadapi krisis iklim dan kerentanan penghidupan masyarakat pedesaan terhadap perubahan iklim.
Tulisan ini bisa di jadikan sumber pustaka dan menambawah wawasan bagi setiap orang untuk mempelajari tentang, lingkungan, hutan dan biodeversity di papua indonesia
Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth) sebagai upaya ...Farid Ma'ruf
Perum Perhutani dengan segala keterbatasannya membutuhkan pihak lain untuk mewujudkan tujuannya yakni memenuhi hajat hidup orang banyak dalam beberapa bidang, misal dalam bidang pemberdayaan dan pengembangan hutan di desa. Untuk merealisasikan tujuannya tersebut, organisasi ini membutuhkan bantuan dalam hal sumber daya manusia (SDM), modal dan manajemen yang profesional.
Newsletter edisi ke 18 ini mengangkat tema besar “Hutan dan Masyarakat” artikel memuat urgensi pengakuan hutan-hutan adat di Papua yang menjadi sasaran ekspansi dan konsesi pada ekosistem hutan. Terdapat juga rekomendasi ke pemerintah dan tawaran syarat-syarat SVLK berbasis adat, transformasi SVLK dari legalitas menuju kelestarian, tulisan mengenai peran pemuda dalam menghadapi krisis iklim dan kerentanan penghidupan masyarakat pedesaan terhadap perubahan iklim.
Newsletter edisi ke 18 ini mengangkat tema besar “Hutan dan Masyarakat” artikel memuat urgensi pengakuan hutan-hutan adat di Papua yang menjadi sasaran ekspansi dan konsesi pada ekosistem hutan. Terdapat juga rekomendasi ke pemerintah dan tawaran syarat-syarat SVLK berbasis adat, transformasi SVLK dari legalitas menuju kelestarian, tulisan mengenai peran pemuda dalam menghadapi krisis iklim dan kerentanan penghidupan masyarakat pedesaan terhadap perubahan iklim.
Newsletter edisi ke 18 ini mengangkat tema besar “Hutan dan Masyarakat” artikel memuat urgensi pengakuan hutan-hutan adat di Papua yang menjadi sasaran ekspansi dan konsesi pada ekosistem hutan. Terdapat juga rekomendasi ke pemerintah dan tawaran syarat-syarat SVLK berbasis adat, transformasi SVLK dari legalitas menuju kelestarian, tulisan mengenai peran pemuda dalam menghadapi krisis iklim dan kerentanan penghidupan masyarakat pedesaan terhadap perubahan iklim.
Tulisan ini bisa di jadikan sumber pustaka dan menambawah wawasan bagi setiap orang untuk mempelajari tentang, lingkungan, hutan dan biodeversity di papua indonesia
Model kerjasama Triple Tracks (Pro Job, Pro Poor, Pro Growth) sebagai upaya ...Farid Ma'ruf
Perum Perhutani dengan segala keterbatasannya membutuhkan pihak lain untuk mewujudkan tujuannya yakni memenuhi hajat hidup orang banyak dalam beberapa bidang, misal dalam bidang pemberdayaan dan pengembangan hutan di desa. Untuk merealisasikan tujuannya tersebut, organisasi ini membutuhkan bantuan dalam hal sumber daya manusia (SDM), modal dan manajemen yang profesional.
Miskinnya Rakyat dan Kayanya Hutan.
Hanya 8% dari Kawasan Hutan di Bengkulu, Lampung, dan Banten yang memiliki kepastian hukum. Kertas posisi ini disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan, dipersiapkan dalam Rapat Koordinasi dan Supervisi KPK sektor Kehutanan dan Perkebunan untuk wilayah Bengkulu, Lampung, Banten, 22 April 2015.
Koalisi Anti Mafia Huta mengapresiasi inisiatif yang dikembangkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melakukan pengawasan dan pencegahan korupsi di sektor kehutanan dan perkebunan melalui skema kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup). Koalisi menilai pentingnya kegiatan tersebut untuk menjadi ruang bagi masyarakat sipil untuk berpartisipasi dalam implementasi korsup Kehutanan ini melalui kegiatan pengawasan dan pengumpulan data-data di lapangan untuk disampaikan kepada KPK. Dukungan masyarakat sipil ini bertujuan untuk memperkuat kerja pengawasan
dan penegakan hukum yang masih lemah di internal pemerintah daerah dan pusat. Kertas posisi ini disusun sebagai hasil pengawasan koalisi masyarakat sipil di 3 (tiga) provinsi, terutama yang menyangkut aspek ketaatan ijin, penerimaan negara, serta aspek sosial dan lingkungan.
Komitmen pemberantasan korupsi pemerintah Indonesia tercantum dalam Inpres No. 7/2015 dan Inpres no. 10/2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Sudah sejauh manakah kinerja pemberantasan korupsi ini?
Di sisi lain, adanya Gerakan Nasional Penyelamatan SDA yang mendorong perbaikan tata kelola SDA khususnya hutan dan kebun menjadi momentum perbaikan sektor ini.
Kertas posisi ini disusun oleh koalisi masyarakat sipil di Sumatera yang fokus pada tata kelola sektor kehutanan dan perkebunan dalam rangkaian kegiatan Indonesia Anti Corruption Forum ke 5 di Riau (22-23 Nov 2016). Sejumlah rekomendasi bagi pemerintah pusat dan daerah yang dihasilkan semoga menjadi masukan dalam perbaikan sektor ini.
Bahan Doa dan Percakapan Rohani "God Meets You Where You Are" yang diselenggarakan oleh Rumah Retret Panti Semedi - Klaten tanggal 17 & 19 April 2020.
Untuk mengetahui kegiatan daring terbaru RR Panti Semedi dapat dilihat di akun Instagram @pantisemediklaten
POKOK - POKOK PIKIRAN INISIATOR PANSUS MONITORING DAN EVALUASI PERIZINAN HGU, IU-PERKEBUNAN, HTI, HPHTI, IUPHTI, HPH, HTR, IZIN USAHA PERTAMBANGAN IZIN INDUSTRI, IZININ LINGKUNGAN ( AMDAL, UPL-UKL ) DALAM UPAYA MEMAKSIMALKAN PENERIMAAN PAJAK SERTA PENERTIBAN PERIZINAN DAN WAJIB PAJAK. SE-PROVINSI RIAU DALAM RANGKA MENDUKUNG MARATORIUM LAHAN, HUTAN DAN PERIZINAN.
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adatseptianm
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adat : Kiat praktis bagi pendamping hukum rakyat, masyarakat sipil, dan pemimpin masyarakat adat.
Miskinnya Rakyat dan Kayanya Hutan.
Hanya 8% dari Kawasan Hutan di Bengkulu, Lampung, dan Banten yang memiliki kepastian hukum. Kertas posisi ini disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan, dipersiapkan dalam Rapat Koordinasi dan Supervisi KPK sektor Kehutanan dan Perkebunan untuk wilayah Bengkulu, Lampung, Banten, 22 April 2015.
Koalisi Anti Mafia Huta mengapresiasi inisiatif yang dikembangkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melakukan pengawasan dan pencegahan korupsi di sektor kehutanan dan perkebunan melalui skema kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup). Koalisi menilai pentingnya kegiatan tersebut untuk menjadi ruang bagi masyarakat sipil untuk berpartisipasi dalam implementasi korsup Kehutanan ini melalui kegiatan pengawasan dan pengumpulan data-data di lapangan untuk disampaikan kepada KPK. Dukungan masyarakat sipil ini bertujuan untuk memperkuat kerja pengawasan
dan penegakan hukum yang masih lemah di internal pemerintah daerah dan pusat. Kertas posisi ini disusun sebagai hasil pengawasan koalisi masyarakat sipil di 3 (tiga) provinsi, terutama yang menyangkut aspek ketaatan ijin, penerimaan negara, serta aspek sosial dan lingkungan.
Komitmen pemberantasan korupsi pemerintah Indonesia tercantum dalam Inpres No. 7/2015 dan Inpres no. 10/2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Sudah sejauh manakah kinerja pemberantasan korupsi ini?
Di sisi lain, adanya Gerakan Nasional Penyelamatan SDA yang mendorong perbaikan tata kelola SDA khususnya hutan dan kebun menjadi momentum perbaikan sektor ini.
Kertas posisi ini disusun oleh koalisi masyarakat sipil di Sumatera yang fokus pada tata kelola sektor kehutanan dan perkebunan dalam rangkaian kegiatan Indonesia Anti Corruption Forum ke 5 di Riau (22-23 Nov 2016). Sejumlah rekomendasi bagi pemerintah pusat dan daerah yang dihasilkan semoga menjadi masukan dalam perbaikan sektor ini.
Bahan Doa dan Percakapan Rohani "God Meets You Where You Are" yang diselenggarakan oleh Rumah Retret Panti Semedi - Klaten tanggal 17 & 19 April 2020.
Untuk mengetahui kegiatan daring terbaru RR Panti Semedi dapat dilihat di akun Instagram @pantisemediklaten
POKOK - POKOK PIKIRAN INISIATOR PANSUS MONITORING DAN EVALUASI PERIZINAN HGU, IU-PERKEBUNAN, HTI, HPHTI, IUPHTI, HPH, HTR, IZIN USAHA PERTAMBANGAN IZIN INDUSTRI, IZININ LINGKUNGAN ( AMDAL, UPL-UKL ) DALAM UPAYA MEMAKSIMALKAN PENERIMAAN PAJAK SERTA PENERTIBAN PERIZINAN DAN WAJIB PAJAK. SE-PROVINSI RIAU DALAM RANGKA MENDUKUNG MARATORIUM LAHAN, HUTAN DAN PERIZINAN.
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adatseptianm
Mengenal Pilihan hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Adat : Kiat praktis bagi pendamping hukum rakyat, masyarakat sipil, dan pemimpin masyarakat adat.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
1. Untuk disiarkan segera
Kasus Nenek Asyani : Cara Perhutani Menyembunyikan Kinerjanya yang Buruk
Bogor, 23 February 2015 - Keuntungan usaha Perum Perhutani hanyalah Rp. 165,839,- untuk setiap
hektar lahan yang dikelolanya per tahun. Jumlah ini jauh lebih kecil atau hanya 5% dari Koperasi Wana
Lestari Menoreh (KWLM) di Kulonprogo, Yogjakarta, yang mampu menghasilkan nilai ekonomi Rp.
3.124.990 / hektar / tahun dengan pengelolaan kawasan hutan secara lestari.
Perbandingan sederhana diatas menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan hutan secara lestari oleh
koperasi rakyat lebih menghasilkan dalam hal ekonomi (profit dan pajak) dan kerakyatan dibandingkan
Perum Perhutani.
Perum Perhutani, BUMN sering menggunakan cara lain untuk menutupi rendahnya kinerja mereka
dengan mengkriminalisasi masyarakat sekitar. Kasus nenek Asyani, misalnya, bermula ketika petugas
Perhutani yang sedang berpatroli menemukan dua tunggak kayu yang dinyatakan hilang oleh mereka.
Penyidik kemudian menangkap nenek Asyani, menantunya Ruslan dan tukang kayu bernama Cipto
dengan didakwa mencuri kayu perhutani. Nenek Asyani, bersikeras bahwa kayunya berasal dari tanah
sendiri, yang ditebang oleh almarhum suaminya tujuh tahun yang lalu. Tetapi Perhutani berkeras
menyatakan bahwa dua tunggak kayu itu adalah milik mereka.
Kasus yang menimpa nenek Asyani adalah modus lama yang selama ini sering digunakan oleh Perum
Perhutani untuk menimpahkan buruknya kinerja mereka dalam mengelola kawasan hutan Negara yang
luasnya mencapai 2.442.101 hektar. LSM Arupa dan LBH Semarang mencatat dalam kurun waktu 1998
– 2011, Perhutani telah menganiaya, mencederai, dan menembak setidak-tidaknya 108 warga desa
sekitar hutan yang dianggap/diduga mencuri kayu atau merusak hutan. 34 diantaranya tewas tertembak
atau dianiaya petugas keamanan hutan. (Mongabay, 28 Januari 2013).
Kinerja buruk dibidang hubungan masyarakat oleh Perhutani tersebut menegaskan ketidakmampuan
mereka mengemban amanat Peraturan Pemerintah no.72 tahun 2010 yang menjadi dasar hukum
pendiriannya. Dalam pasal 7 PP.72, Perhutani antara lain diamanatkan untuk mengelola kawasan hutan
untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari segi ekologi, sosial, dan ekonomi, bagi Perusahaan
dan masyarakat.
Kenyataannya, tidak hanya segi hubungan masyarakat yang bermasalah, kinerja segi ekonomi Perhutani
juga tidak sebaik dengan hutan yang dikelola masyarakat. Tahun 2014, induk Perum Perhutani
menghasilkan laba sekitar Rp. 312,3 milyar atau hanya menghasilkan laba sebesar Rp. 165.839
perhektar. “Kamihanya membagi laba bersih tahunan dengan total hutan produksi dan produksi terbatas
saja” ujar Silverius Oscar Unggul, Kordinator comlog Telapak.
Sebagai perbandingan, Koperasi Wana Lestari Menoreh (KWLM) di Kulonprogo, Yogjakarta, mampu
menghasilkan nilai ekonomi Rp. 3.124.990 untuk setiap hektar yang dikelolanya. “Itupun baru dari hasil
kayu saja, bila ditambah dengan tanaman lain selain kayu, penghasilan perhektar bisa dua kali lipat,”
tegas Windriatmo, ketua KWLM.
Pengelolaan oleh KWLM adalah salah satu model pengelolaan hutan berbasis masyarakat secara
berkelanjutan yang sekarang sedang digerakkan oleh Telapak. KWLM adalah salah satu koperasi
2. pemegang sertifikat Forest Stewardship Council (FSC), yang telah membuktikan bahwa pengelolaan
kawasan hutan oleh masyarakat jauh lebih efektif dan efisien. “Kalau hanya untung Rp. 165.839 rupiah
perhektar pertahun, lebih baik Perhutani memberikan kesempatan kepada kami untuk mengelola
kawasan hutannya dengan sistem sewa, kami bersedia membayar Rp.1.000.000/ha/pertahun,” tantang
Windriatmo, yang juga merupakan gubernur Telapak untuk daerah Jawa Bagian Tengah.
Bagi Windriatmo, memberikan hak pengelolaan hutan kepada rakyat adalah salah satu cara yang paling
efektif untuk mencegah konflik dengan masyarakat, mempertahankan kelestarian kawasan hutan, tetapi
dipihak lain juga memberikan kesempatan kerja yang lebih luas kepada rakyat untuk peningkatan
kesejahteraan.
“Hal ini sangat sejalan dengan tekad President Jokowi, yang ingin memperluas kawasan pengelolaan
hutan oleh rakyat, yang nota kesepahamannya baru ditandatangani hari Kamis,tanggal 19 Februari yang
lalu, bersama KPK,” tutup Windriatmo.
--- S e l e s a i ---
Tentang Telapak: Telapak adalah sebuah perkumpulan aktivis LSM, praktisi bisnis, akademisi, afiliasi media, serta
masyarakat adat. Telapak bekerja bersama dengan masyarakat adat, petani, dan nelayan di Indonesia hingga
terwujudnya kedaulatan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan. Salah satu misi utama Telapak
adalah memimpin perubahan menuju kerakyatan dan kelestarian. Informasi mengenai Telapak dapat dijumpai
pada website www.telapak.org.
Telapak berkedudukan di Bogor, tetapi memiliki badan teritori yang tersebar di 23 propinsi di Indonesia. Telapak
sejak tahun 1999 aktif dalam kampanye melawan illegal logging, dan sejak tahun 2003, Telapak juga
mengembangkan community-based and sustainable logging (comlog), sebagai salah satu solusi bagi penanganan
illegal logging. Hingga kini, lokasi comlog Telapak terdapat pada 29 lokasi dengan total lahan seluas 224.303
hektar.
Tentang Koperasi Hutan Jaya Lestari: Koperasi Hutan Jaya Lestari (KWLM) adalah koperasi pengelola hutan
rakyat yang berkedudukan di Kulonprogo, Jogjakarta. KWLM adalah salah satu bagian dari gerakan Telapak dan
merupakan pemegang sertifikat pengelolaan hutan yang lestari dengan standar FSC (Forest Stewardship Council).
Kini KWLM memiliki, 1.205 orang anggota dengan luas kawasan hutan yang dikelola hanya 900 hektar.
KONTAK Media:
Silverius Oscar Unggul
Kordinator Comlog Telapak
Telepon: 0811 407 888 | Email: onte@telapak.org
Windriatmo
Ketua KWLM dan Gubernur Telapak Jawa Bagian Tengah
Telepon: 0852 928 127 99 | Email: bernadus_ad@telapak.org
Bergas Chahyo Baskoro
Media Officer Telapak
Telepon: 0812 939 324 39 I Email : bergas@telapak.org