Konsep aristoteles yang dikembangkan oleh Seligman, adalah karakter yang mengindikasikan pada moralitas yaitu baik-buruk, benar-salah3 - Forgiveness.pptx
Similar to Konsep aristoteles yang dikembangkan oleh Seligman, adalah karakter yang mengindikasikan pada moralitas yaitu baik-buruk, benar-salah3 - Forgiveness.pptx
Similar to Konsep aristoteles yang dikembangkan oleh Seligman, adalah karakter yang mengindikasikan pada moralitas yaitu baik-buruk, benar-salah3 - Forgiveness.pptx (20)
Konsep aristoteles yang dikembangkan oleh Seligman, adalah karakter yang mengindikasikan pada moralitas yaitu baik-buruk, benar-salah3 - Forgiveness.pptx
2. ● Manusia berangan-angan memegang kendali hidupnya, merencanakan dan
mengantisipasi jalan yang ditempuh, menetapkan tujuan hidup dan meraih apa yang
diinginkan, namun kenyataan hidup tidak seperti yang diinginkan.
● Manusia memulai hidup tanpa pilihan, tidak memilih terlahir sebagai laki-
laki/perempuan, cacat/tidak, sehat/berpenyakit, cerdas/kurang, kaya/miskin. Pada
kenyataannya, hidup itu berisi absurditas, banyak keberadaan manusia dari kondisi-
kondisi terberi, dan selanjutnya mereka harus mempertanggungjawabkan
kehidupannya.
● Kondisi yang saling bertentangan membuat manusia tidak bisa menghindari berbuat
salah; baik kepada dirinya sendiri maupun orang lain, sering menyakiti dan disakiti
dan terjadi silih berganti.
● Salah satu cara menetralisir perilaku saling menyakiti adalah kapasitas untuk
memaafkan (forgiveness) dan meminta maaf (apology), melalui tindakan tersebut
memungkinkan manusia dapat menyembuhkan luka-luka yang ditinggalkan di masa
lalu dan menjadi utuh kembali.
3. Forgiveness terlihat seperti sesuatu yang sangat biasa, tetapi pada
kenyataanya tidak sesederhana itu. Manusia lebih mengedepankan prinsip
keadilan daripada prinsip memaafkan. Salah satu hukum kuno dan berlaku
universal adalah: "nyawa balas nyawa", "mata balas mata" Maka demi
keadilan – orang itu harus mendapatkan hukuman yang setimpal.
Prinsip keadilan merupakan hal yang rasional dan mudah dipahami,
sehingga memuaskan kebutuhan akan keteraturan dalam masyarakat.
Forgiveness dan Keadilan
4. Saat hukum dan keadilan ditegakkan, rasionalisasi sudah selesai; yang
bersalah telah dihukum, yang dirugikan telah mendapatkan ganti rugi.
Namun, orang yang dirugikan tidak otomatis memperoleh rasa damai, tidak
menjadi sembuh ketika melihat si pelaku dihukum. Sedangkan yang
dihukum tidak otomatis merasa diperlakukan dengan adil, dan bukan tidak
mungkin ingin membalas dendam.
Penegakan hukum dan keadilan memang tidak ditujukan untuk menghapus
konflik dengan tuntas dan mengembalikan relasi. Hal yang mampu
menghapus konflik dengan tuntas dan menghasilkan kedamaian adalah
forgiveness.
5. Pengertian Forgiveness
● Menurut Michael McCullough, M.E, forgiveness adalah berkurangnya keinginan
untuk menghindari orang yang pernah menyakiti serta berkurangnya keinginan
melukai atau membalas dendam melalui cara berbelas kasih (compassion) dan
keinginan untuk bertindak secara positif ke arah orang yang menyakiti tersebut.
Orang-orang yang berpotensi menyakiti adalah : orang lain, diri kita sendiri, dan
pihak lain.
● Lawan dari forgiveness adalah unforgiveness (tidak memaafkan) merupakan
pembalasan yang setimpal kepada orang yang menyakiti atau upaya
menghindarinya. Menghindar dari orang yang pernah menyakiti merupakan bentuk
represi, bukan forgiveness yang sungguh-sungguh.
6. ● Semakin membenci seseorang, maka akan semakin terikat secara
emosional. Rasa sakit emosional akan tetap ada, sekalipun tidak
disadari dan lebih berbahaya dibanding yang disadari karena dapat
menyebabkan banyak energi psikologis terbuang, mengurangi vitalitas
dan kreativitas serta mengganggu kesehatan fisik dan mental
seseorang.
● Forgiveness ditandai dengan berkurangnya keinginan membalas
dendam atau menghindar dari pihak yang menyakiti serta membuat
tanda positif bahwa seseorang semakin sembuh dari luka emosional
7. PERAN COMPASSION DALAM
FORGIVENESS
Tanda forgiveness sejati adalah belas kasih (campassion) dan keinginan berbuat baik
(kindness) kepada orang yang pernah menyakiti.
Compassion berfungsi sebagai kemampuan menghentikan keinginan balas dendam
dan menoleransi kehadiran mereka yang menyakiti anda. Berbelas kasih dan berbuat
baik kepada orang yang pernah menyakiti terdengar terlalu ideal untuk dilakukan
manusia.
Compassion yang muncul setelah seseorang disakiti bukanlah reaksi abnormal yang
mendorong pelaku untuk mengulangi kesalahannya. Juga bukan kelebihan kapasitas
yang tak terjangkau.
Compassion itu justru merupakan metode coping terbaik yang memungkinkan korban
melampaui derita yang dialaminya, memaafkan, dan menyembuhkan dirinya sendiri
dengan tuntas.
8. Compassion bukan hasil forgiveness yang tuntas, melainkan sebagai
kapasitas yang memungkinkan forgiveness terjadi, “karena saya berbelas
kasih, maka saya dapat memaafkan si pelaku”, semakin tidak ingin
membalas dendam dan semakin tidak perlu menghindari pelaku.
Compassion adalah respon terbaik manusia yang dapat mengatasi
penderitaan yang disebabkan oleh pelanggaran orang lain. Compassion yang
kuat mendorong seseorang untuk memaafkan sepenuhnya menciptakan
compassion baru yang bahkan lebih kuat.
Seseorang harus mengalami rasanya menerima compassion, sehingga dapat
memberikan compassion kepada orang lain. Kapasitas untuk memberikan
compassion barangkali tidak sepenuhnya bersumber dari kemampuan diri
sendiri, melainkan dari pemberian penuh kasih dari pihak lain.
9. Forgiveness memberikan dampak positif bagi kesehatan, tingkat stres menjadi lebih rendah,
sikap hostility (bermusuhan) juga ikut berkurang. Manfaat kesehatan ini akan lebih terasa
untuk orang lanjut usia.
Ketidakmauan memaafkan dapat mengganggu fungsi hormon tubuh seseorang, menghambat
respons tubuh dalam mengatasi bakteri, infeksi, dan berbagai gangguan kesehatan
Forgiveness sangat baik untuk membangun relasi. Forgiveness berkorelasi erat dengan
relasi yang bahagia, lebih menunjukkan komitmen, khususnya dalam perkawinan.
Forgiveness akan lebih mudah jika pasangan dipersepsi sebagai orang yang bersedia
berkorban bagi pasangannya
Sedangkan, orang yang tidak mau memaafkan akan lebih sering mengalami konflik, emosi
negatif, ketidaksediaan untuk berkompromi. Pasangan yang tidak mau saling memaafkan
menjadi saling bersaing yang sangat buruk bagi sebuah hubungan
Manfaat Forgiveness
10. Langkah-langkah Forgiveness
Memaafkan menjadi penting bagi si korban itu sendiri, karena kalau tidak memaafkan,
selamanya akan menjadi korban dan mengalami derita akibat peristiwa menyakitkan itu;
kehilangan rasa damai, menjadi pribadi yang pahit dan penuh konflik internal.
Dibutuhkan komitmen dan proses berulang kali supaya proses memaafkan menjadi semakin
tuntas.
Langkah-langkah memaafkan adalah :
• Buatlah daftar orang yang pernah menyakiti dan mau dimaafkan.
• Mulailah dengan rasa sakit yang paling ringan dan pikirkan bagaimana anda telah
menderita, kemudian ambilah waktu sampai anda dengan sukarela memutuskan untuk
memaafkan.
11. • Bila telah mengambil keputusan memaafkan, mulailah berpikir berbagai situasi yang
mungkin menjadi sebab pelanggaran itu, termasuk masa kecil si pelaku, berbagai luka
batinnya di masa lalu, dan tekanan-tekanan yang dilami pelaku. Cobalah untuk
memahami si pelaku dengan berpikir objektif, berupayalah untuk menemukan
penjelasan yang empatik dan rasional yang dapat menjelaskan mengapa si pelaku
melakukan perbuatannya.
• Bilamana telah berhasil menjadi lebih paham tentang alasan perbuatan si pelaku,
rasakan apakah anda bisa bersimpati dengan tulus kepadanya, berbuat baik kepadanya.
Kalau seseorang belum dapat bersimpati, tidak perlu dipaksakan.
• Memandang pengalaman dengan cara yang baru, mencoba menemukan makna, hikmah,
dan tujuan yang lebih baik dalam peristiwa tertentu.
• Bilamana sudah selesai, ulangi langkah-langkah yang sama untuk pelanggaran yang
berbeda.
12. Forgiveness selalu terkait dengan apology (meminta maaf). Dalam banyak peristiwa,
tidak hanya korban yang perlu memaafkan si pelaku, tetapi seringkai justru kitalah
yang menjadi pelakunya.
Menyadari kesalahan sendiri, butuh kedewasaan dan kebijaksanaan, karena melihat
kesalahan sendiri-lebih sulit daripada melihat kesalahan orang lain.
Bagi orang yang terbuka pikirannya, akan lebih peka dalam melihat kesalahan diri
sendiri. Kesadaran itu seringkali membuat seseorang menjadi lebih rendah hati dan
makin terbebas dari keberpusatan pada dirinya sendiri.
Apology (Meminta Maaf)
13. Apology dan forgiveness belum terlalu lama dipelajari, beberapa penelitian awal
menunjukkan hasil yang positif.
Penelitian Alyson Byrne dari University Manitoba, (2014) menemukan bahwa
permintaan maaf meningkatkan kesehatan psikologis, menambah emosi positif dalam
diri si korban dan mengurangi emosi negatif.
Bagi orang yang meminta maaf, akan terjadi peningkatan kesehatan psikologis dan
emosi positif. Pemimpin yang bersedia meminta maaf menumbuhkan kebanggaan
(pride) yang autentik.
Meminta maaf pada awalnya hampir selalu membangkitkan emosi negatif, namun
dalam jangka panjang mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis seseorang.
14. Meminta Maaf Yang Efektif
Si pelaku menunjukkan penyesalan yang tulus, rasa malu, ataupun
kerendahan hati, saat ia menyadari betapa si korban telah menderita
akibat perbuatannya.
Si pelaku mengakui perbuatan spesifik yang telah dilakukannya
serta menerima sepenuhnya tanggung jawab atas perbuatan tersebut.
Tidak mencari pembenaran/ rasionalisasi atas apa yang telah
terjadi. Si pelaku mesti menunjukkan bahwa ia menerima fakta-
fakta yang ada tentang peristiwa, siapa yang jadi korban, dan
bagaimana peran sertanya dalam peristiwa tersebut.
15. Si pelaku menunjukkan empati terhadap penderitaan korban.
Kemudian memberikan penjelasan faktual dan tidak defensif tentang
mengapa ia melakukan perbuatan tersebut. Melalui penjelasan itu
terungkap bahwa si pelaku berusaha memastikan bahwa peristiwa
semacam itu tidak akan diulangi lagi.
Si pelaku menawarkan upaya kompensasi atau reparasi, yaitu hal-hal
yang dapat dilakukan yang sekalipun belum tentu dapat
menghilangkan derita atau mengganti kehilangan yang dialami si
korban, tetapi diharapkan dapat sedikit meringankan penderitaan si
korban serta membantu menjalani hidup.