SlideShare a Scribd company logo
Klasifikasi paduan Aluminium
Klasifikasi paduan aluminium di susun oleh the International Alloy Designation
System (IADS) , klasifikasi tersebut didasarkan dari penamaan asosiasi aluminium
di Amerika Serikat.
Klasifikasi yang diterima oleh banyak Negara adalah :
1. Klasifikasi paduan aluminium tempa
2. Klasifikasi paduan aluminum coran
Klasifikasi paduan Aluminium Tempa
Setiap paduan aluminium tempa disusun menggunakan empat digit nomor.
1. Nomor Pertama ; mengindikasikan kelompok paduan berdasarkan
pada unsure paduan utamanya.
1xxx Aluminium murni dengan persentase hampir 99,0%
2xxx
(HT)
Paduan aluminium dengan unsure paduan utamanya
adalah tembaga sebesar 1,9 – 6,8%
3xxx Paduan Aluminium dengan padauan unsure utamanya
Manganese sebesar 0,3 – 1,5 %
4xxx Paduan Aluminum dengan paduan unsure utamanya
silicon sebesar 3,6 – 13,5 %
5xxx Paduan Aluminium dengan paduan unsure utamanya
magnesium sebesar 0,5 – 5,5 %
6xxx
(HT)
Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya
Magnesium 0,4% - 1,5% dan Silikon 0,2-1,7%
7xxx
(HT)
Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Zinc
sebesar 1 – 8,2% dan magnesium
8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya
lithium
2. Nomor Kedua : Mengindikasikan modifikasi paduan dan batasan
persentase impuritiesnya.
Paduan Original (basic) di lambangkan dengan “0” pada nomor keduanya.
Penomoran 1……9 mengindikasikan modifikasi berbagai jenis paduan
aluminiumnya dengan besaran komposisi yang tidak terlalu jauh.
Pada paduan series 1xxx penomoran keduan mengindikasikan besaran
ketidakmurniannya (impuritiesnya), 1…..9 mengindikasinya besaran
ketidakmurniannya
3. Dua Nomor terakhir ; Mengindikasikan persentase kemurnian paduan
aluminiumnya.
Contoh untuk grup 1 :
1070 atau 1170 : Persentase aluminum sebesar 99,70%
1050 atau 1250 : Persentase aluminium sebesar 99,50 %
1100 atau 1200 : persentase aluminium sebesar 99,00 %
Untuk jenis grup paduan aluminium lainnya series 2xxx hingga 8xxx : dua
nomor terakhir menunjukan signifikasi perbedaan paduan dalam kelompok
paduannya.
Klasifikasi paduan aluminium cor.
Setiap paduan aluminium cor di designasi dengan empat digit dengan
titik desimal memisahkan angka ketiga dan ke empatnya.
Angka pertama menunjukkan kelompok paduan sesuai dengan elemen
paduan utama:
1xx.x Aluminium 99,0% minimum
2xx.x Tembaga (4% ... 4,6%);
3xx.x Silicon (5% ... 17%) dengan tembaga dan / atau
magnesium ditambahkan;
4xx.x Silicon (5% ... 12%);
5xxx Magnesium (4% ... 10%);
7xxx Zinc (6,2% ... 7,5%);
8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya
Tin;
9xx.x Lainnya
Dua digit kedua ; mengidentifikasi paduan aluminium atau
menunjukkan kemurnian paduan.
Dalam paduan dari seri 1xx.x kedua dua digit menunjukkan tingkat
kemurnian paduan - sama dengan dua digit ke kanan titik desimal dalam
konsentrasi minimum aluminium (dalam persen): 150.0 berarti minimum
99.50% aluminium dalam paduan, 120,1 berarti minimal 99,20%
aluminium dalam paduan.
Dalam semua kelompok lain dari paduan aluminium (2xx.x melalui
9xx.x) kedua dua digit menandakan paduan yang berbeda dalam
kelompok.
Digit terakhir : menunjukkan bentuk produk: pengecoran (ditunjuk
oleh "0") atau ingot (ditunjuk oleh "1" atau "2" tergantung pada batas
komposisi kimia.)
Sebuah modifikasi dari paduan atau pengotor batas asli ditunjukkan
dengan surat berantai sebelum penunjukan numerik.
DESIGNASI TEMPER
1. Series “F” : “As Fabricated”
• Paduan aluminium tidak ada perlakuan apapun saat di fabrikasi,
hasil coran dibiarkan dingin perlahan hingga temperatur kamar.
• Terdapat dua phase pada kondisi dingin. Contoh kelas 5xxx,
terdapat dua padauan Al2Mg3 + Al pada suhu kamar.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Diagram fasa biner Al-Mg; (b) TTT diagram
Untuk proses anneling as fabricated
2. Series “O” : “Anneled Wrought Product Only”
• Untuk mendapatkan keseragaman penyebaran butir dan kemerataan
properties material paduan, maka paduan dipanaskan hingga
tempertur melewati garis kesetimbangan sehingga paduan totally
pada phase α lalu didinginkan perlahan hingga temperatur kamar.
Heating until over equilibrium line – then Annealing (without any
heating process)
3. Series “H” : “ Cold working (strain hardening)”
• Deformasi plastis membentuk dislokasi, proses terus berlanjut
sehingga luas material yang terdeformasi meningkat , dislokasi
semakin besar dan saling berhimpit menyebabkan penurunan
mobilitas dari dislokasi sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya
peningkatan ultimate tensile strength.
Series “H” dibagi lagi dalam beberapa sub-series :
3.1. Subseries Pertama : melambangkan secondary treatment
untuk menentukan tingkatan propertinya. Sub series pertama
terdiri dari :
3.1.1. Subseries “1” : “Cold Working Only”
• Material yang dihasilkan hanya melalui proses cold working,
Ultimate strength dan tensile strength tinggi namun
material sangat getas dan keras karena besarnya tegangan
permukaan dan bentuk atom yang pipih hasil rollan
(pekerjaan dingin)
3.1.2. Subseries “2” : “ cold working and partially annealing”
• Material mengalami cold working – kemudian dipanasi
hingga melewati garis kesetimbangan (hingga mencapai
kekerasan yang diinginkan) – di dinginkan perlahan hingga
mencapai suhu kamar
Cold working – recovery – until control recristalization
3.1.3. Subseries “3” : “cold working and stabilized temper”
• Material mengalami cold working – kemudian dipanasi pada
low temperatur tapi tidak sampai melewati garis
kesetimbangan- ditahan hingga mencapai kekerasan yang
diinginkan – di dinginkan perlahan hingga mencapai suhu
kamar
3.2. Subseries kedua : “ Untuk class H hanya melambangkan
tingkatan residual hardening”
Designation Hardening level Yield Strength (Ksi)
2 ¼ Hard 23.0
4 ½ Hard 26.0
6 ¾ Hard 29.0
8 Hard 32.0
9 Extra Hard >32.0
4. Series “T” : “Heat Treated”
• Paduan Aluminium yang bisa dilakukan treatment untuk
mendapatkan property yang diinginkan.
• Bisa melalui solid solution kemudian dilakukan aging, bisa
juga dianneal kemudian di aging, atau bisa juga hanya di
lakukan aging tanpa menjadikannya solid solution.
4.1. Dapat dibagi menjadi 9 subseries :
4.1.1. Subseries “T1” : Partial solution plus natural
aging.
• Paduan dipanasi hingga melewati garis equilibrium dan
ditahan dengan waktu tidak terlalu lama (tidak sepenuhnya
phase β larut seluruhnya di phase α)
• Kemudian di quench untuk mendapatkan kondisi solid
superhated solid solution
• Kemudian di diamkan pada suhu kamar hingga mengalami
penguatan precipitate secara alami.
Contoh : Paduan Al -Mg
4.1.2. Subseries “2” : “ Annealed Cast product only”
• Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase β larut di phase α
• Kemudian di dinginkan perlahan hingga mencapai temperatur
ruang
4.1.3. Subseries “3” : “ Sollution plus cold work”
• Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase β larut di phase α
• Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution
• Setelah itu dilakukan pengerolan dingin untuk meningkatkan
besaran tensile dan ultimate strengthnya.
4.1.4. Subseries “4” : “Sollution plus natural ageing”
• Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase β larut di phase α
• Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution
• Setelah itu dibiarkan hingga munculnya precipitate secara alami
untuk proses penguatan propertinya.
4.1.5. Subseries “5” : Artificial ageing only”
• Setelah produk paduan di cor, paduan dipanasi pada low
temperatur dan tidak melewati garis kesetimbangan
• Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat
terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan.
• kemudian di dinginkan perlahan
4.1.6. Subseries “6” : “ Sollution plus artificial ageing”
• Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase β larut di phase α
• Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution
• paduan dipanasi pada low temperatur dan tidak melewati garis
kesetimbangan
• Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat
terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan.
• kemudian di dinginkan perlahan
4.1.7. Subseries “7” : “Sollution plus stabilizing”
• Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase β larut di phase α
• Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution
• paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama dengan
T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan
• Di holding hingga waktu tertentu hingga over aging atau
ditingkatkan temperatur tempernya dengan waktu yang sama
sehingga penguatan precipitate tidak lagi maksimum hal ini
dimaksudkan untuk :
1. Peningkatan stablitas dimensional
2. Untuk meningkatkan ketahana penggunaan pada temperratur
rendah dan tinggi
3. Peningkatan ketahanan terhadap exfloation corrosion/ korosi
pengelupasan (; bentuk korosi intergranular korosi yang
time
1
2
3
4
5
6
1. Heating at below equibrilium line
2. Holding untill prevalent
3. Quenching untill room temperatur
4. Holding time
5. Temper at temp below equlibrium line
6. holding time
7. cooling down
7
melibatkan serangan korosi selektif pada lokasi yang
berdekatan dengan batas butir, hal ini membuat logam paduan
aluminium seperti mengelupas kelihatan seperti berlapis)
• kemudian di dinginkan perlahan.
4.1.8. Subseries “8” : “ Sollution plus cold work plus artificial aging”
• Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase β larut di phase α
• Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution
• Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working)
• Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama
dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan
• Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property
tensile dan ultimate yang di inginkan.
• kemudian di dinginkan perlahan.
4.1.9. Subseries “9” : “ Sollution plus artificial aging plus cold work”
• Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan
hingga seluruh phase β larut di phase α
• Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution
• Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama
dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan
• Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property
tensile dan ultimate yang di inginkan.
• kemudian di dinginkan perlahan.
• Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working)
time
1
2
3
4
5
6
1. Heating at below equibrilium line
2. Holding untill prevalent
3. Quenching untill room temperatur
4. Cold Working (rolling, forging, extrusion)
5. Temper at temp below equlibrium line
6. holding time
7. cooling down
7
4.2. Subseries kedua : “ Untuk class T”
Designation Hardening level Yield Strength (Ksi)
2 ¼ Hard 23.0
4 ½ Hard 26.0
6 ¾ Hard 29.0
8 Hard 32.0
9 Extra Hard >32.0
time
1
2
3
4
5
6
1. Heating at below equibrilium line
2. Holding untill prevalent
3. Quenching untill room temperatur
4. holding until room temperatur
5. Temper at temp below equlibrium line
6. holding time
7. cooling down
8. Cold working (rolling, forging, extrusion)
7 8

More Related Content

What's hot

cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
syamsul huda
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
ichsan_madya
 
heat treatment
heat treatmentheat treatment
heat treatment
Kornelia Pakiding
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
Rizqiana Yogi Cahyaningtyas
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Ali Hasimi Pane
 
Susunan paduan
Susunan paduanSusunan paduan
Susunan paduan
Mn Hidayat
 
It ctt diagram
It ctt diagramIt ctt diagram
It ctt diagram
Mn Hidayat
 
Diagram fasa
Diagram fasaDiagram fasa
Diagram fasa
Fajar Istu
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
syamsul huda
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
Feliks Sitopu
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Ali Hasimi Pane
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramikAgam Real
 
Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)
Khairul Fadli
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Dewi Izza
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Dewi Izza
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
Dwi Andriyanto
 
Dislokasi slide
Dislokasi slideDislokasi slide
Dislokasi slide
Vendi Supendi
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Delsandy Ramaputra
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
Rumah Belajar
 

What's hot (20)

cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
heat treatment
heat treatmentheat treatment
heat treatment
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
Susunan paduan
Susunan paduanSusunan paduan
Susunan paduan
 
It ctt diagram
It ctt diagramIt ctt diagram
It ctt diagram
 
Diagram fasa
Diagram fasaDiagram fasa
Diagram fasa
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
 
Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Dislokasi slide
Dislokasi slideDislokasi slide
Dislokasi slide
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 

Viewers also liked

Aplikasi alumunium dan paduannya
Aplikasi alumunium dan paduannyaAplikasi alumunium dan paduannya
Aplikasi alumunium dan paduannya
Mechanical Engineering UNPAS
 
makalah-aluminium
makalah-aluminiummakalah-aluminium
makalah-aluminium
Intan Sari
 
jurnal aluminium
jurnal aluminiumjurnal aluminium
jurnal aluminium
Universitas Negeri Padang
 
Mengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaMengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnya
Deden Darmono
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
wizdan ozil
 
Pembuatan aluminium
Pembuatan aluminiumPembuatan aluminium
Pembuatan aluminium
Ayu Soraya
 
Pengolahan Nikel Laterit
Pengolahan Nikel LateritPengolahan Nikel Laterit
Pengolahan Nikel Laterit
Sushinta Feby Astuti
 
Logam nikel
Logam nikelLogam nikel
Logam nikel
Aditya Dwiaji
 
Presentation pbt
Presentation pbtPresentation pbt
Presentation pbt
Bayu Fajri
 
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
Nurmalina Adhiyanti
 
Pyrometallurgy
PyrometallurgyPyrometallurgy
Pyrometallurgy
achmad shofi
 
Nickal and its alloys
Nickal and its alloysNickal and its alloys
Nickal and its alloys
Jim Alex
 
Makalah Logam murni dan logam paduan
Makalah Logam murni dan logam paduan Makalah Logam murni dan logam paduan
Makalah Logam murni dan logam paduan
Yulianis Zella
 
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
085753889956
 
Hasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modernHasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modern
Putri Mawardani
 
Material Teknik Alumunium
Material Teknik AlumuniumMaterial Teknik Alumunium
Material Teknik Alumunium
Zhafran Anas
 
Material Teknik - Nikel
Material Teknik - NikelMaterial Teknik - Nikel
Material Teknik - Nikel
Zhafran Anas
 
Nickel base superalloys
Nickel base superalloysNickel base superalloys
Nickel base superalloys
ECDS Private Limited
 

Viewers also liked (20)

Aplikasi alumunium dan paduannya
Aplikasi alumunium dan paduannyaAplikasi alumunium dan paduannya
Aplikasi alumunium dan paduannya
 
makalah-aluminium
makalah-aluminiummakalah-aluminium
makalah-aluminium
 
jurnal aluminium
jurnal aluminiumjurnal aluminium
jurnal aluminium
 
Alloy 1
Alloy 1Alloy 1
Alloy 1
 
Mengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaMengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnya
 
Presentasi aluminium
Presentasi aluminiumPresentasi aluminium
Presentasi aluminium
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
 
Pembuatan aluminium
Pembuatan aluminiumPembuatan aluminium
Pembuatan aluminium
 
Pengolahan Nikel Laterit
Pengolahan Nikel LateritPengolahan Nikel Laterit
Pengolahan Nikel Laterit
 
Logam nikel
Logam nikelLogam nikel
Logam nikel
 
Presentation pbt
Presentation pbtPresentation pbt
Presentation pbt
 
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
 
Pyrometallurgy
PyrometallurgyPyrometallurgy
Pyrometallurgy
 
Nickal and its alloys
Nickal and its alloysNickal and its alloys
Nickal and its alloys
 
Makalah Logam murni dan logam paduan
Makalah Logam murni dan logam paduan Makalah Logam murni dan logam paduan
Makalah Logam murni dan logam paduan
 
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
 
Hasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modernHasil rekayasa paduan logam modern
Hasil rekayasa paduan logam modern
 
Material Teknik Alumunium
Material Teknik AlumuniumMaterial Teknik Alumunium
Material Teknik Alumunium
 
Material Teknik - Nikel
Material Teknik - NikelMaterial Teknik - Nikel
Material Teknik - Nikel
 
Nickel base superalloys
Nickel base superalloysNickel base superalloys
Nickel base superalloys
 

Recently uploaded

ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
narayafiryal8
 
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLNPROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
tejakusuma17
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
afifsalim12
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
ymikhael4
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
ssuser0b6eb8
 
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
MarvinPatrick1
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
RifkiAbrar2
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
ssuser5e48eb
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
benediktusmaksy
 

Recently uploaded (9)

ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
 
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLNPROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
 
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 

Klasifikasi paduan aluminium

  • 1. Klasifikasi paduan Aluminium Klasifikasi paduan aluminium di susun oleh the International Alloy Designation System (IADS) , klasifikasi tersebut didasarkan dari penamaan asosiasi aluminium di Amerika Serikat. Klasifikasi yang diterima oleh banyak Negara adalah : 1. Klasifikasi paduan aluminium tempa 2. Klasifikasi paduan aluminum coran Klasifikasi paduan Aluminium Tempa Setiap paduan aluminium tempa disusun menggunakan empat digit nomor. 1. Nomor Pertama ; mengindikasikan kelompok paduan berdasarkan pada unsure paduan utamanya. 1xxx Aluminium murni dengan persentase hampir 99,0% 2xxx (HT) Paduan aluminium dengan unsure paduan utamanya adalah tembaga sebesar 1,9 – 6,8% 3xxx Paduan Aluminium dengan padauan unsure utamanya Manganese sebesar 0,3 – 1,5 % 4xxx Paduan Aluminum dengan paduan unsure utamanya silicon sebesar 3,6 – 13,5 % 5xxx Paduan Aluminium dengan paduan unsure utamanya magnesium sebesar 0,5 – 5,5 % 6xxx (HT) Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Magnesium 0,4% - 1,5% dan Silikon 0,2-1,7% 7xxx (HT) Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Zinc sebesar 1 – 8,2% dan magnesium 8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya lithium
  • 2. 2. Nomor Kedua : Mengindikasikan modifikasi paduan dan batasan persentase impuritiesnya. Paduan Original (basic) di lambangkan dengan “0” pada nomor keduanya. Penomoran 1……9 mengindikasikan modifikasi berbagai jenis paduan aluminiumnya dengan besaran komposisi yang tidak terlalu jauh. Pada paduan series 1xxx penomoran keduan mengindikasikan besaran ketidakmurniannya (impuritiesnya), 1…..9 mengindikasinya besaran ketidakmurniannya 3. Dua Nomor terakhir ; Mengindikasikan persentase kemurnian paduan aluminiumnya. Contoh untuk grup 1 : 1070 atau 1170 : Persentase aluminum sebesar 99,70% 1050 atau 1250 : Persentase aluminium sebesar 99,50 % 1100 atau 1200 : persentase aluminium sebesar 99,00 % Untuk jenis grup paduan aluminium lainnya series 2xxx hingga 8xxx : dua nomor terakhir menunjukan signifikasi perbedaan paduan dalam kelompok paduannya. Klasifikasi paduan aluminium cor. Setiap paduan aluminium cor di designasi dengan empat digit dengan titik desimal memisahkan angka ketiga dan ke empatnya. Angka pertama menunjukkan kelompok paduan sesuai dengan elemen paduan utama:
  • 3. 1xx.x Aluminium 99,0% minimum 2xx.x Tembaga (4% ... 4,6%); 3xx.x Silicon (5% ... 17%) dengan tembaga dan / atau magnesium ditambahkan; 4xx.x Silicon (5% ... 12%); 5xxx Magnesium (4% ... 10%); 7xxx Zinc (6,2% ... 7,5%); 8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Tin; 9xx.x Lainnya Dua digit kedua ; mengidentifikasi paduan aluminium atau menunjukkan kemurnian paduan. Dalam paduan dari seri 1xx.x kedua dua digit menunjukkan tingkat kemurnian paduan - sama dengan dua digit ke kanan titik desimal dalam konsentrasi minimum aluminium (dalam persen): 150.0 berarti minimum 99.50% aluminium dalam paduan, 120,1 berarti minimal 99,20% aluminium dalam paduan. Dalam semua kelompok lain dari paduan aluminium (2xx.x melalui 9xx.x) kedua dua digit menandakan paduan yang berbeda dalam kelompok. Digit terakhir : menunjukkan bentuk produk: pengecoran (ditunjuk oleh "0") atau ingot (ditunjuk oleh "1" atau "2" tergantung pada batas komposisi kimia.) Sebuah modifikasi dari paduan atau pengotor batas asli ditunjukkan dengan surat berantai sebelum penunjukan numerik.
  • 4.
  • 5. DESIGNASI TEMPER 1. Series “F” : “As Fabricated” • Paduan aluminium tidak ada perlakuan apapun saat di fabrikasi, hasil coran dibiarkan dingin perlahan hingga temperatur kamar. • Terdapat dua phase pada kondisi dingin. Contoh kelas 5xxx, terdapat dua padauan Al2Mg3 + Al pada suhu kamar. (a) (b) Gambar 1. (a) Diagram fasa biner Al-Mg; (b) TTT diagram Untuk proses anneling as fabricated
  • 6. 2. Series “O” : “Anneled Wrought Product Only” • Untuk mendapatkan keseragaman penyebaran butir dan kemerataan properties material paduan, maka paduan dipanaskan hingga tempertur melewati garis kesetimbangan sehingga paduan totally pada phase α lalu didinginkan perlahan hingga temperatur kamar. Heating until over equilibrium line – then Annealing (without any heating process) 3. Series “H” : “ Cold working (strain hardening)” • Deformasi plastis membentuk dislokasi, proses terus berlanjut sehingga luas material yang terdeformasi meningkat , dislokasi
  • 7. semakin besar dan saling berhimpit menyebabkan penurunan mobilitas dari dislokasi sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan ultimate tensile strength. Series “H” dibagi lagi dalam beberapa sub-series : 3.1. Subseries Pertama : melambangkan secondary treatment untuk menentukan tingkatan propertinya. Sub series pertama terdiri dari : 3.1.1. Subseries “1” : “Cold Working Only” • Material yang dihasilkan hanya melalui proses cold working, Ultimate strength dan tensile strength tinggi namun material sangat getas dan keras karena besarnya tegangan permukaan dan bentuk atom yang pipih hasil rollan (pekerjaan dingin) 3.1.2. Subseries “2” : “ cold working and partially annealing” • Material mengalami cold working – kemudian dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan (hingga mencapai kekerasan yang diinginkan) – di dinginkan perlahan hingga mencapai suhu kamar Cold working – recovery – until control recristalization 3.1.3. Subseries “3” : “cold working and stabilized temper” • Material mengalami cold working – kemudian dipanasi pada low temperatur tapi tidak sampai melewati garis
  • 8. kesetimbangan- ditahan hingga mencapai kekerasan yang diinginkan – di dinginkan perlahan hingga mencapai suhu kamar 3.2. Subseries kedua : “ Untuk class H hanya melambangkan tingkatan residual hardening” Designation Hardening level Yield Strength (Ksi) 2 ¼ Hard 23.0 4 ½ Hard 26.0 6 ¾ Hard 29.0 8 Hard 32.0 9 Extra Hard >32.0 4. Series “T” : “Heat Treated”
  • 9. • Paduan Aluminium yang bisa dilakukan treatment untuk mendapatkan property yang diinginkan. • Bisa melalui solid solution kemudian dilakukan aging, bisa juga dianneal kemudian di aging, atau bisa juga hanya di lakukan aging tanpa menjadikannya solid solution. 4.1. Dapat dibagi menjadi 9 subseries : 4.1.1. Subseries “T1” : Partial solution plus natural aging. • Paduan dipanasi hingga melewati garis equilibrium dan ditahan dengan waktu tidak terlalu lama (tidak sepenuhnya phase β larut seluruhnya di phase α) • Kemudian di quench untuk mendapatkan kondisi solid superhated solid solution • Kemudian di diamkan pada suhu kamar hingga mengalami penguatan precipitate secara alami. Contoh : Paduan Al -Mg
  • 10. 4.1.2. Subseries “2” : “ Annealed Cast product only” • Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase β larut di phase α • Kemudian di dinginkan perlahan hingga mencapai temperatur ruang 4.1.3. Subseries “3” : “ Sollution plus cold work” • Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase β larut di phase α • Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution • Setelah itu dilakukan pengerolan dingin untuk meningkatkan besaran tensile dan ultimate strengthnya. 4.1.4. Subseries “4” : “Sollution plus natural ageing” • Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase β larut di phase α
  • 11. • Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution • Setelah itu dibiarkan hingga munculnya precipitate secara alami untuk proses penguatan propertinya. 4.1.5. Subseries “5” : Artificial ageing only” • Setelah produk paduan di cor, paduan dipanasi pada low temperatur dan tidak melewati garis kesetimbangan • Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan. • kemudian di dinginkan perlahan 4.1.6. Subseries “6” : “ Sollution plus artificial ageing” • Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase β larut di phase α • Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution • paduan dipanasi pada low temperatur dan tidak melewati garis kesetimbangan
  • 12. • Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan. • kemudian di dinginkan perlahan 4.1.7. Subseries “7” : “Sollution plus stabilizing” • Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase β larut di phase α • Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution • paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan • Di holding hingga waktu tertentu hingga over aging atau ditingkatkan temperatur tempernya dengan waktu yang sama sehingga penguatan precipitate tidak lagi maksimum hal ini dimaksudkan untuk : 1. Peningkatan stablitas dimensional 2. Untuk meningkatkan ketahana penggunaan pada temperratur rendah dan tinggi 3. Peningkatan ketahanan terhadap exfloation corrosion/ korosi pengelupasan (; bentuk korosi intergranular korosi yang time 1 2 3 4 5 6 1. Heating at below equibrilium line 2. Holding untill prevalent 3. Quenching untill room temperatur 4. Holding time 5. Temper at temp below equlibrium line 6. holding time 7. cooling down 7
  • 13. melibatkan serangan korosi selektif pada lokasi yang berdekatan dengan batas butir, hal ini membuat logam paduan aluminium seperti mengelupas kelihatan seperti berlapis) • kemudian di dinginkan perlahan. 4.1.8. Subseries “8” : “ Sollution plus cold work plus artificial aging” • Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase β larut di phase α • Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution • Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working) • Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan • Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property tensile dan ultimate yang di inginkan. • kemudian di dinginkan perlahan.
  • 14. 4.1.9. Subseries “9” : “ Sollution plus artificial aging plus cold work” • Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan hingga seluruh phase β larut di phase α • Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution • Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan • Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property tensile dan ultimate yang di inginkan. • kemudian di dinginkan perlahan. • Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working) time 1 2 3 4 5 6 1. Heating at below equibrilium line 2. Holding untill prevalent 3. Quenching untill room temperatur 4. Cold Working (rolling, forging, extrusion) 5. Temper at temp below equlibrium line 6. holding time 7. cooling down 7
  • 15. 4.2. Subseries kedua : “ Untuk class T” Designation Hardening level Yield Strength (Ksi) 2 ¼ Hard 23.0 4 ½ Hard 26.0 6 ¾ Hard 29.0 8 Hard 32.0 9 Extra Hard >32.0 time 1 2 3 4 5 6 1. Heating at below equibrilium line 2. Holding untill prevalent 3. Quenching untill room temperatur 4. holding until room temperatur 5. Temper at temp below equlibrium line 6. holding time 7. cooling down 8. Cold working (rolling, forging, extrusion) 7 8