Bab 1-16 dari kitab Tahajud membahas tentang keutamaan shalat malam, cara Rasulullah melakukan shalat malam, dan beberapa topik terkait. Termasuk dijelaskan bahwa Rasulullah sering melakukan shalat malam hingga 11-13 rakaat dan sujud yang panjang, serta terkadang bangun sampai kakinya bengkak. Aisyah menjelaskan pola shalat malam Rasulullah.
1. Kitab Tahajud
Bab Ke-1: Shalat Tahajud di Waktu Malam dan Firman Allah, "Dan pada
sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu tambahan
ibadah bagimu."
582. Ibnu Abbas berkata, "Apabila Rasulullah bangun pada malam hari, beliau selalu
bertahajud. Beliau berdoa:
'Allaahumma lakalhamdu anta qayyimus (dan dalam riwayat mu'allaq:[1] Qayyamu
8/184) samawaati wal ardhi wa man fiihinna, walakal hamdu, laka mulku (dan dalam
satu riwayat: Anta rabbus) samaawaati wal ardhi wa man fiihinna, walakal hamdu,
2. anta nuurus samaawaati wal ardhi wa man fiihinna, wa lakal hamdu, anta malikus
samaawaati wal ardhi, wa lakal hamdu, antal haqqu, wawa'dukal haqqu, waliqaa uka
haqqun, waqauluka haqqun, wal jannatu haqqun, wan naaru haqqun,
wannabbiyuuna haqqun, wa muhammadun sallaahu 'alaihi wa sallama haqqun,
wassa'atu haqqun. Allaahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa'alaika
tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wabika khaashamtu, wa ilaika haakamtu, faghfir lii
maa qaddamtu wamaa akhrartu, wamaa asrartu wamaa a'lantu, [wamaa anta
a'lamu bihii minnii], antal muqaddimu wa antal muakhkhiru, (anta ilaahii 8/ 198), laa
ilaaha illaa anta, au laa ilaaha (lii 8/167) ghairuka.'
'Ya Allah, bagi Mu segala puji, Engkau penegak langit, bumi dan apa yang ada
padanya. Bagi-Mulah segala puji, kepunyaan Engkaulah kerajaan (dalam satu
riwayat: Engkaulah Tuhan) langit, bumi, dan apa yang ada padanya. Bagi-Mulah
segala puji, Engkaulah Pemberi cahaya langit dan bumi dan apa saja yang ada di
dalamnya. Bagi-Mulah segala puji, Engkaulah Penguasa langit dan bumi. Bagi-Mulah
segala puji, Engkaulah Yang Maha Benar, janji-Mu itu benar, bertemu dengan-Mu
adalah benar, firman-Mu adalah benar, surga itu benar, neraka itu benar, para nabi
itu benar, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu benar, kiamat itu benar. Ya
Allah, hanya kepada-Mulah saya berserah diri, kepada-Mulah saya beriman, kepada-
Mu saya bertawakal. Kepada-Mu saya kembali, kepada-Mu saya mengadu, dan
kepada-Mu saya berhukum. Maka, ampunilah dosaku yang telah lampau dan yang
kemudian, yang saya sembunyikan dan yang terang-terangan, dan yang lebih
Engkau ketahui daripada saya. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang
mengemudiankan. (Engkaulah Tuhanku 8/198), tidak ada tuhan melainkan Engkau,
atau tiada tuhan (bagiku 8/167) selain Engkau'."
Mujahid[2] berkata, "Al-Qayyuum artinya yang mengurusi segala sesuatu." Umar[3]
membaca "Al-Qayyaam", dan keduanya adalah benar.
Bab Ke-2: Keutamaan Melakukan Shalat Malam
3. (Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Ibnu Umar yang tersebut pada '91 -AT-TA'BIR /25 - BAB'.")
Bab Ke-3: Panjangnya Sujud dalam Melakukan Shalat Malam
583. Aisyah berkata, "Rasulullah shalat (malam) sebelas (dan dalam satu riwayat:
tiga belas 2/52) rakaat. Memang begitulah shalat beliau. Beliau sujud dalam shalat
nya itu untuk satu kali sujud selama seseorang dari kamu membaca kira-kira lima
puluh ayat sebelum beliau mengangkat kepalanya. Beliau biasa melakukan shalat
(sesudah mendengar azan subuh) dua rakaat yang ringan dan (sebelum shalat
subuh) sehingga aku bertanya-tanya, 'Apakah beliau membaca al-Faatihah?' (2/53).
Kemudian beliau berbaring di lambungnya yang kanan, hingga datang orang
memberitahukannya untuk shalat (subuh)."
Bab Ke-4: Meninggalkan Shalatullail untuk Orang Sakit
584. Jundub berkata, "Nabi sakit, maka beliau tidak mendirikan shalat satu malam
atau dua malam."
585. Jundub bin Abdullah berkata, "Jibril tidak mendatangi Nabi, kemudian ada
seorang wanita dari kaum Quraisy berkata, 'Setannya Muhammad terlambat datang
kepada Muhammad (yakni agak lama tidak datang kepada beliau).' Kemudian
turunlah ayat, 'Wadhdhuhaa wal-laili idzaa sajaa. Maa wadda'aka Rabbuka wamaa
qalaa.'"
Bab Ke-5: Anjuran Nabi dengan Sangat untuk Mengerjakan Shalatullail
dan Shalat-Shalat Sunnah lain, Tetapi Tidak Mewajibkannya
4. Nabi saw. mengetuk pintu Fatimah dan Ali pada suatu malam untuk shalat.[4]
586. Aisyah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah meninggalkan amal padahal beliau
senang untuk mengamalkannya, karena takut manusia mengamalkannya lalu
difardhukan atas mereka. Saya tidak (pernah melihat Rasulullah 2/54) melakukan
shalat sunnah seperti shalat sunnah dhuha, dan sesungguhnya saya
mengerjakannya."[5]
Bab Ke-6: Berdirinya Nabi dalam Shalat Malam Sehingga Kedua Kakinya
Bengkak
Aisyah berkata, "Nabi biasa melakukan shalat malam hingga bengkak kedua kaki
beliau."[6]
587. Mughirah bin Syu'bah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah bangun untuk shalat
sehingga kedua telapak kaki atau kedua betis beliau bengkak. Lalu dikatakan kepada
beliau, 'Allah mengampuni dosa-dosamu terdahulu dan yang kemudian, mengapa
engkau masih shalat seperti itu?' Lalu, beliau menjawab, 'Apakah tidak sepantasnya
bagiku menjadi hamba yang bersyukur?'"
Bab Ke-7: Orang yang Tidur di Waktu Sahar (Dini Hari Menjelang Subuh)
588. Masruq berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah, 'Apakah amal yang paling
disukai Nabi?' Ia menjawab, 'Amal yang dilakukan secara terus-menerus.' (Dalam
satu riwayat: 'Amal yang paling disukai Rasulullah ialah yang dilakukan oleh
pelakunya secara konstan/ajeg.' 7/181). Lalu aku bertanya lagi, 'Kapan beliau
bangun?' Aisyah menjawab, 'Apabila telah mendengar kokok ayam.'" (Dalam satu
riwayat: 'Apabila mendengar kokok ayam, beliau bangun lalu mengerjakan shalat)
5. 589. Aisyah berkata, "Pada waktu sahar (dini hari menjelang subuh) aku tidak
menjumpai beliau (Nabi) di tempatku kecuali dalam keadaan tidur."
Bab Ke-8: Orang yang Bangun pada Waktu Sahar Tetapi Tidak Tidur
Sehingga Mengerjakan Shalat Subuh
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Anas bin Malik yang tercantum pada nomor 322.")
Bab Ke-9: Lamanya Berdiri dalam Shalatullail
590. Abdullah (bin Mas'ud) r.a. berkata, "Aku shalat bersama Nabi pada suatu
malam, maka beliau senantiasa berdiri sehingga aku bermaksud dengan buruk."
Ditanyakan (kepada Abdullah), "Apakah yang Anda maksudkan?" Ia menjawab, "Aku
bermaksud duduk dan membiarkan Nabi."
Bab Ke-10: Cara Shalat Nabi dan Berapa Rakaat Shalat Beliau pada Waktu
Malam
591. Masruq berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah tentang shalat malam
Rasulullah.' Aisyah menjawab, 'Adakalanya tujuh, sembilan, dan ada kalanya sebelas
rakaat, selain dua rakaat fajar.'"
592. Aisyah berkata, "Nabi biasa melakukan shalat malam tiga belas rakaat,
termasuk witir dan shalat fajar dua rakaat."
Bab Ke-11: Shalat Malam Nabi, Tidurnya, serta Mengenai Apa yang
6. Dihapuskan dari Shalat Malam Itu, dan Firman Allah, "Hai orang yang
berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali
sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu
sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Bacalah Al-Qur'an itu dengan
perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu
perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah
lebih tepat (untuk khusyu) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.
Sesungguhnya kamu pada waktu siang hari mempunyai urusan yang
panjang (banyak)." (al-Muzzammil: 1-7)
Firman Allah, 'Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu. Karena itu,
bacalaah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada
di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di
jalan Allah. Maka, bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.
Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh
(balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar
pahalanya." (al-Muzzammil: 20)
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Nasya'a berarti berdiri, menggunakan bahasa Habasyah.[7]
Witha'an berarti merasa cocok dengan Al-Qur'an, lebih mengesankan pada
pendengaran, pandangan, dan hati.[8] Dan, liyuwaathi'uu berarti mendapat
kecocokan."[9]
593. Anas berkata, "Rasulullah tidak berpuasa dalam satu bulan sehingga aku
menduga beliau tidak puasa pada bulan itu. Beliau berpuasa dalam bulan lain
sehingga aku menduga bahwa beliau tidak berbuka sedikit pun darinya. Jika kamu
ingin melihatnya shalat tengah malam, kamu akan dapat melihatnya. Dan, jika kamu
ingin melihatnya tidur, kamu juga bisa melihatnya."
7. Bab Ke-12: Ikatan Setan pada Tengkuk (Leher) Jika Seseorang Tidak
Shalat Malam
594. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Setan mengikat
tengkuk salah seorang di antara kamu pada waktu tidur dengan tiga ikatan. Pada
setiap ikatan dikatakan, 'Bagimu malam yang panjang, maka tidurlah.' Apabila ia
bangun dan ingat kepada Allah, maka lepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu, maka
terlepaslah satu ikatan (lagi). Dan, jika ia mengerjakan shalat, maka terlepaslah
seluruh ikatannya. Ia memasuki pagi hari dengan tangkas dan segar jiwanya. Jika
tidak, maka ia masuk pagi dengan jiwa yang buruk dan malas."
Bab Ke-13: Jika Seseorang Tidur dan Tidak Shalat Malam, Maka Setan
Telah Kencing di Telinganya
595. Abdullah berkata, "Disebutkan di sisi Nabi bahwa ada seorang laki-laki yang
selalu tidur sampai pagi tanpa mengerjakan shalat (malam). Lalu beliau bersabda,
'Setan telah kencing di telinganya.'"
Bab Ke-14: Berdoa dan Shalat pada Akhir Malam
Allah berfirman, "Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir
malam mereka memohon ampun kepada Allah." (adz-Dzaariyaat: 17-18)
596. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, 'Tuhan kita Yang
Mahasuci dan Mahatinggi turun ke langit dunia[10] setiap malam ketika tinggal
sepertiga malam yang akhir dengan berfirman, 'Siapakah yang mau berdoa kepada-
Ku lalu Aku kabulkan? Siapakah yang mau meminta kepada-Ku lalu Aku kabulkan?
Siapa yang mau meminta ampun kepada-Ku lalu Aku ampuni?'"
8. Bab Ke-15: Orang yang Tidur di Permulaan Malam dan Menghidupkan
(Yakni Bangun untuk Shalatullail) pada Akhir Malam Itu
Salman berkata kepada Abud Darda' r.a., "Tidurlah." Kemudian pada akhir malam,
Salman berkata, "Bangunlah." Nabi saw bersabda, "Salman benar."[11]
597. Al-Aswad berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah, 'Bagaimanakah shalat
Rasulullah di malam hari?' Ia menjawab, 'Beliau tidur pada permulaan malam, dan
bangun di akhir malam, lalu shalat. Kemudian kembali ke tempat tidur beliau.
Apabila muadzin mengumandangkan azan, maka beliau melompat. Jika beliau
mempunyai keperluan, maka beliau mandi. Jika tidak, maka beliau berwudhu dan
keluar.'"
Bab Ke-16: Berdirinya Nabi di Waktu Malam dalam Bulan Ramadhan dan
Bulan Iainnya
598. Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan bahwa ia bertanya kepada Aisyah,
"Bagaimanakah shalat Nabi di bulan Ramadhan?" Aisyah menjawab, "Rasulullah baik
di bulan Ramadhan maupun di bulan lain tidak pernah menambah atas sebelas
rakaat, yaitu beliau shalat empat rakaat. Namun, jangan kamu tanyakan lagi tentang
baik dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat (lagi), dan jangan kamu
tanyakan lagi tentang baik dan panjangnya. Lalu, beliau shalat tiga rakaat. Aku
bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum witir?' Beliau menjawab,
'Wahai Aisyah, kedua mataku tidur, tetapi hatiku tidak tidur.'"
Bab Ke-17: Keutamaan Bersuci dan Shalat Sesudah Wudhu di Waktu
Malam dan Siang
9. 599. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi pernah bersabda kepada Bilal pada
waktu subuh,[12] "Hai Bilal, coba ceritakan kepadaku amal yang paling kamu sukai
dalam Islam. Karena aku mendengar bunyi terompahmu di hadapanku di surga."
Bilal berkata, 'Tidak ada amal yang paling kusukai melainkan apabila aku selesai
berwudhu pada waktu siang ataupun malam, melainkan aku shalat dengan wudhu
itu, seberapa dapat aku kerjakan."
Bab Ke-18: Tidak Disukai Memberatkan Diri Sendiri dalam Beribadah
600. Anas bin Malik r.a. berkata, "Nabi masuk, tiba-tiba ada tali membentang antara
dua tiang masjid. Beliau bertanya, 'Tali apakah ini?' Mereka menjawab, 'Ini adalah
tali Zainab. Apabila ia letih, maka ia bergantung (bersandar) padanya.' Lalu Nabi
bersabda, 'Tidak, lepaskan tali itu. Hendaklah salah seorang di antaramu shalat
secara tangkas. Apabila letih, maka duduklah.'"
Bab Ke-19: Makruh Meninggalkan Shalat di Waktu Malam bagi Orang yang
Sudah Biasa Mengerjakannya
601. Abdullah bin Amru ibnul Ash berkata, "Rasulullah berkata kepadaku, 'Wahai
Abdullah, janganlah kamu menjadi seperti Fulan. Ia dahulu biasa mengerjakan
shalat malam, lalu meninggalkan shalat malam itu.'"
Bab Ke-20: Keutamaan Orang yang Bangun Malam Lantas Mengucapkan
Istighfar, Tasbih, atau Lainnya, Kemudian Mengerjakan Shalatullail
602. Ubadah bin Shamit mengatakan bahwa Nabi bersabda, "Barangsiapa yang
bangun[13] di malam hari dan mengucapkan:
10. 'Tiada tuhan melainkan Allah Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala
kerajaan dan segala pujian, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi
Allah, Mahasuci Allah, tidak ada tuhan melainkan Allah, Allah Mahabesar, tidak ada
daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah', kemudian ia mengucapkan,
'Ya Allah, ampunilah aku', atau ia berdoa, maka dikabulkanlah doanya. Jika ia
berwudhu dan shalat, maka diterima (shalatnya)."
603. Al-Haitsam bin Abu Sinan mengatakan bahwa ia mendengar Abu Hurairah r.a.
menceritakan kisah-kisahnya.[14] Ia menuturkan bahwa Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya saudaramu tidak berkata jelek." Maksud beliau adaIah Abdullah bin
Rawahah, ketika ia berkata, "Di sisi kami ada Rasulullah yang membaca kitab Allah.
Ketika itulah kebaikan gemerlap memancar dari fajar. Beliau memperlihatkan
petunjuk setelah kita buta. Dan hati kita percaya apa yang disabdakan bakal terjadi.
Beliau bermalam dengan menjauhkan lambung dari hamparan di kala pembaringan-
pembaringan merasa berat oleh orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."
Bab Ke-21: Mengekalkan Shalat Sunnah Dua Rakaat Sebelum Subuh
604. Aisyah r.a. berkata, "Nabi melakukan shalat isya. Sesudah itu beliau shalat
delapan rakaat. Kemudian shalat dua rakaat sambil duduk. Lalu, beliau shalat lagi
dua rakaat antara azan dan iqamah. Beliau tidak pernah meninggalkan yang dua
11. rakaat (antara azan dan iqamah subuh) itu."
Bab Ke-22: Tidur Berbaring pada Sisi Badan Sebelah Kanan Sesudah
Mengerjakan Dua Rakaat Fajar
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian
dari hadits Aisyah yang tercantum pada nomor 528 dan 581 di muka.")
Bab Ke-23: Orang yang Bercakap-cakap Sesudah Mengerjakan Dua Rakaat
Sunnah Fajar dan Tidak Berbaring
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian
dari hadits Aisyah yang tertera pada nomor 581 tadi.")
Bab Ke-24: Keterangan Mengenai Shalat Sunnah Dikerjakan Dua Rakaat
Dua Rakaat
Hal itu diriwayatkan dari Abu Ammar, Abu Dzar, Anas, Jabir bin Zaid, Ikrimah, dan
az-Zuhri radhiyallahu 'anhum.[15]
Yahya bin Sa'id al-Anshari berkata, "Aku tidak melihat fuqaha-fuqaha negeri kami
melainkan mereka memberi salam pada setiap dua rakaat dari shalat sunnah siang
hari."
605. Jabir bin Abdullah berkata, "Rasulullah mengajarkan kepada kami untuk
istikharah (minta dipilihkan Allah) dalam seluruh urusan sebagaimana beliau
mengajarkan surah Al-Qur'an kepada kami. Beliau bersabda, 'Apabila salah seorang
di antara kamu sekalian bermaksud akan sesuatu, maka hendaklah ia shalat dua
rakaat selain fardhu. Kemudian hendaklah ia mengucapkan:
12. 'Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada Mu dari anugerah Mu yang
agung. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa dan aku tidak berkuasa. Engkau
mengetahui dan aku tidak mengetahui, dan Engkaulah Zat Yang Maha Mengetahui
perkara-perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini
(kemudian ia sebutkan hal itu 8/168) baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan
akibat urusanku, (atau beliau bersabda: kesegeraan/keduniaan urusan aku dan
keakhirannya/keakhiratannya) maka kuasakanlah bagiku, mudahkanlah bagiku,
kemudian berkahilah bagiku padanya. Jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini
(kemudian ia sebutkan hal itu) buruk bagiku dalam hal agama, kehidupan, dan
kesudahan urusanku (atau beliau bersabda: kesegaraan/keduniaan urusan aku dan
keakhirannya/keakhiratannya), maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku
darinya. Dapatkanlah bagiku kebaikan di mana saja ia berada, kemudian ridhailah
aku dengannya.' Kemudian ia sebutkan keperluannya.'"
Abu Abdillah (Imam Bukhari) berkata, "Abu Hurairah berkata, 'Nabi berpesan
kepadaku supaya melakukan shalat dhuha dua rakaat."[16]
13. Itban berkata, "Pada suatu hari ketika, sudah agak siang, Rasulullah datang
kepadaku bersama Abu Bakar. Lalu, kami berbaris di belakang beliau, dan beliau
shalat dua rakaat."[17]
Bab Ke-25: Bercakap-cakap Setelah Mengerjakan Shalat Fajar Sebanyak
Dua Rakaat
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian
dari hadits Aisyah yang tercantum pada nomor 581 di muka.")
Bab Ke-26: Kesungguhan Memperhatikan Dua Rakaat Sunnah Fajar dan
Orang Yang Menamakannya Shalat Tathawwu'
606. Aisyah r.a. berkata, "Nabi tidak memelihara shalat-shalat sunnah melebihi
perhatiannya terhadap dua rakaat fajar."
Bab Ke-27: Apa yang Dibaca dalam Shalat Sunnah Dua Rakaat Fajar
Bab-Bab Shalat Tathawwu'
Bab Ke-28: Mengerjakan Shalat Sunnah Sesudah Shalat Wajib
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Ibnu Umar dan Hafshah yang tercantum pada nomor 501 dan 502 di muka.")
14. Bab Ke-29: Orang yang Tidak Mengerjakan Shalat Sunnah Sesudah
Mengerjakan Shalat Fardhu
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Ibnu Abbas yang tertera pada nomor 303 di muka.")
Bab Ke-30: Shalat Dhuha di dalam Bepergian
607. Muwarriq berkata, "Aku bertanya kepada Ibnu Umar, 'Apakah Anda shalat
dhuha?' Ia menjawab, 'Tidak.' Aku bertanya lagi, 'Kalau Umar, bagaimana?' Ia
menjawab, 'Tidak.' Aku bertanya lagi, 'Kalau Abu Bakar?' Ia menjawab, 'Tidak.' Aku
bertanya, 'Nabi?' Ia menjawab, 'Aku kira tidak.'"[18]
Bab Ke-31: Orang yang Tidak Mengerjakan Shalat Dhuha dan Berpendapat
bahwa Meninggalkannya Itu Mubah
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian
dari hadits Aisyah yang tercantum pada nomor 586 di muka.")
Bab Ke-32: Mengerjakan Shalat Dhuha di Waktu Hadhar (di Waktu Sedang
Tidak Bepergian)
Demikian dikatakan oleh Itban bin Malik dari Nabi.[19]
608. Abu Hurairah berkata, "Kekasih (baca: Rasulullah) aku berpesan kepadaku
dengan tiga hal yang tidak aku tinggalkan sampai mati. Yaitu, puasa tiga hari setiap
bulan, shalat (dua rakaat, 2/274) dhuha, dan tidur di atas witir (sebelum tidur shalat
15. witir dulu)."[20]
Bab Ke-33: Dua Rakaat Sebelum Zhuhur
609. Aisyah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. tidak pernah meninggalkan empat
rakaat sebelum zuhur dan dua rakaat sebelum subuh.
Bab Ke-34: Shalat Sebelum Magrib
610. Abdullah al-Muzanni mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Shalat lah
sebelum shalat magrib." Pada ketiga kalinya beliau bersabda, "Bagi siapa yang
mau."[21] Karena, beliau tidak senang orang-orang menjadikannya sebagai kebiasaan
yang tetap (sunnah).
611. Yazid bin Abu Habib berkata, "Aku mendengar Martsad bin Abdullah al-Yazani
berkata, 'Aku mendatangi 'Uqbah bin 'Amir al-Juhani, lalu aku bertanya, 'Tidak
patutkah aku menunjukkan keherananku kepadamu perihal Abu Tamim yang
mengerjakan shalat dua rakaat sebelum shalat magrib?' Uqbah lalu menjawab, 'Kami
juga mengerjakan hal itu pada zaman hidup Rasulullah.' Aku bertanya, 'Apa yang
menghalang-halangi kamu untuk mengerjakan shalat itu sekarang?' Ia menjawab,
'Kesibukan.'"
Bab Ke-35: Shalat Shalat Sunnah dengan Berjamaah
Hal ini dikemukakan oleh Anas dan Aisyah r.a. dari Nabi.[22]
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Itban bin Malik yang tercantum pada nomor 227 di muka.")
16. Bab Ke-36: Shalat Sunnah di Rumah
612. Ibnu Umar r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Kerjakanlah beberapa di antara
shalatmu di rumahmu, dan jangan kamu jadikan rumahmu itu seperti kuburan (tidak
kamu tempati shalat sunnah).'"