Dokumen tersebut membahas berbagai topik terkait tata cara shalat menurut ajaran Islam, di antaranya:
1. Membolehkan menggunakan anggota tubuh sendiri sesuai kebutuhan dalam shalat
2. Larangan berbicara selain untuk kepentingan shalat
3. Membolehkan mengucapkan tasbih dan tahmid untuk laki-laki
4. Membolehkan meninggalkan shalat untuk mengejar barang hilang atau hewan yang lepas
1. Kitab Amalan dalam Shalat
Bab Ke-1: Meminta Pertolongan Tangannya Sendiri dalam Shalat Jika
Yang Dikerjakan Itu Termasuk Urusan Shalat
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Seseorang boleh saja di dalam shalatnya meminta
pertolongan (mempergunakan) salah satu anggota tubuhnya sesuai apa yang
dikehendakinya."[1]
Abu Ishak meletakkan tutup kepala di atas kepalanya ketika melakukan shalat dan
juga melepaskannya.
Ali meletakkan telapak tangan yang kanan di atas pergelangan tangannya yang kiri
kecuali jika ia hendak menggaruk kulit tubuhnya atau membetulkan pakaiannya.[2]
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian
dari hadits Ibnu Abbas yang tercantum pada nomor 93.")
Bab Ke-2: Perkataan yang Dilarang dalam Shalat
618. Abdullah (bin Mas'ud) r.a. berkata, "Kami pernah memberi salam kepada Nabi
ketika beliau sedang shalat, lalu beliau menjawab.[3] Ketika kami pulang dari negeri
Raja Najasyi, kami mengucapkan salam kepada beliau (yang sedang shalat), tetapi
beliau tidak menjawab. Maka, kami bertanya, 'Wahai Rasulullah, dulu kami memberi
salam kepadamu dan engkau menjawabnya?' (Tapi sekarang kok tidak? 4/245).
Beliau menjawab, 'Sesungguhnya di dalam shalat itu ada kesibukan.' (Maka aku
bertanya kepada Ibrahim, "Bagaimana yang Anda lakukan?" Dia menjawab, 'Aku
menjawab dalam hati.')."
2. Bab Ke-3: Diperbolehkan Mengucapkan Tasbih dan Tahmid dalam Shalat
untuk Kaum Lelaki
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Sahl bin Sa'ad yang tercantum pada nomor 276 di muka.")
Bab Ke-4: Orang yang Menyebut Nama Kaum dan Memberi Salam dalam
Shalat Kepada Orang lain dengan Berhadap-hadapan, Padahal Orang yang
Diberi Salam Itu Tidak Mengetahui
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Abdullah bin Mas'ud yang tercantum pada nomor 450 di muka.")
Bab Ke-5: Bertepuk Tangan untuk Kaum Wanita
619. Zaid bin Arqam berkata, "Salah seorang di antara kami biasa bercakap-cakap
dengan temannya di dalam shalat sampai turun ayat, 'Peliharalah segala shalat(mu),
dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan
khusyu.' Lalu kami diperintahkan diam."
620. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Mengucapkan tasbih
untuk kaum lelaki, sedang bertepuk tangan untuk kaum wanita."
Bab Ke-6: Orang yang Mundur Ke Belakang dalam Shalatnya atau Maju
karena Ada Perkara yang Baru Datang Padanya
Hal ini diriwayatkan oleh Sahl bin Sa'ad dari Nabi saw.[4]
3. Bab Ke-7: Apabila Ibu Memanggil Anaknya dalam Shalat
Abu Hurairah r.a berkata, "Rasulullah menceritakan bahwa seorang ibu memanggil
anaknya yang sedang shalat di tempat peribadatannya. Ibu itu berkata, 'Hai Juraij!'
Lalu Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Allah, ibuku (memanggilku), dan aku (sedang
menunaikan) shalatku. Apakah yang harus aku perbuat?' Ibu itu memanggil lagi,
'Wahai Juraij!' Juraij berkata, 'Ibuku atau shalatku?' Ibunya memanggil lagi, 'Wahai
Juraij!' Juraij berkata, 'Ya Allah, ibuku atau shalatku?' Ibu itu berkata, 'Ya Allah,
semoga Juraij tidak mati sebelum ia melihat muka wanita pelacur terlebih dahulu.'
Pada suatu ketika datang seorang wanita pelacur ke tempat peribadatannya, lalu ia
melahirkan. Ketika ditanya, 'Anak siapa itu?' Wanita itu menjawab, 'Anak si Juraij,
dan dia keluar dari tempat peribadatannya.' Juraij berkata, 'Mana wanita yang
mengatakan anaknya adalah dariku? Juraij berkata, 'Wahai si kecil! Siapakah
bapakmu?' Ia menjawab, 'Seorang penggembala kambing.'"
Bab Ke-8: Mengusap Batu-Batu Kecil dalam Shalat
621. Mu'aiqib mengatakan bahwa Nabi saw bersabda tentang seorang laki-laki yang
meratakan debu di kala sujud, "Jika kamu melakukan, maka sekali saja."
Bab Ke-9: Membeberkan Kain/Pakaian dalam Shalat untuk Digunakan
Sujud
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
yang tertera pada nomor 216 di muka.")
Bab Ke- 10: Apa yang Boleh Dilakukan di Dalam Shalat
4. 622. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. shalat dan setelah selesai
beliau bersabda, "Sesungguhnya tadi ada setan yang menampakkan dirinya
kepadaku (dan dalam satu riwayat: sesungguhnya Ifrit dari golongan jin
menampakkan diri kepadaku tadi malam) dengan maksud supaya aku
mengurungkan shalatku. Tetapi, aku dikaruniai kemampuan oleh Allah lalu
mencekiknya. Sebenarnya aku ingin mengikat setan itu, supaya paginya kamu
semua dapat melihatnya. Tetapi, kemudian aku teringat kepada ucapan (dalam satu
riwayat: doa saudaraku) Nabi Sulaiman, 'Ya Tuhan, berikanlah kepadaku suatu
kerajaan yang tidak Engkau berikan kepada seseorang sesudahku nanti.' Karena itu,
Allah lantas mengusir setan (jin) itu dalam keadaan hina dina."
An-Nadhr bin Syumail berkata, "Lafal fadza'attuhu dengan huruf dzal, berarti aku
mencekiknya; dan fada'attuhu dari firman Allah, 'Yauma yuda'uuna' yakni
yudfa'uuna' 'ditolak'. Tetapi yang benar ialah fada'attuhu hanya saja diberi tasydid
pada 'ain dan ta'. Dan ifrit artinya yang selalu durhaka, baik dari golongan manusia
maupun jin, seperti lafal zibniyyah, kelompok Zabaniyah."
Bab Ke-11: Apabila Binatang Lepas dan Yang Mempunyai Masih
Mengerjakan Shalat
Qatadah berkata, "Jika pakaian seseorang dicuri, ia boleh mengejar pencurinya, dan
meninggalkan shalat."[5]
623. Al-Arzaq bin Qais berkata, "Pada suatu ketika kami berada di Ahwaz untuk
memerangi kaum Khawarij. Pada suatu saat sewaktu kami berada di tempat dekat
sungai (yang deras airnya), tiba-tiba ada seorang laki-laki yang sedang mengerjakan
shalat dan di saat itu pula kendali binatang kendaraannya ada di tangannya.
Binatang itu menariknya dan ia pun mengikutinya. (Dan dalam satu riwayat: lalu ia
mengerjakan shalat, dan melepaskan kudanya, kemudian kuda itu lari. Lantas ia
meninggalkan shalatnya dan mengejarnya hingga dapat menangkapnya, kemudian
ia tunaikan shalatnya)." Syu'bah berkata, "Dia adalah Abu Barzah al-Aslami."
5. Kemudian ada seseorang dari golongan kaum Khawarij berkata, "Ya Allah,
berbuatlah sesuatu terhadap orang tua ini (Abu Barzah)." (Dan dalam satu riwayat:
"Dan di kalangan kami terdapat seseorang yang mengemukakan pikirannya seraya
berkata, 'Lihatlah orang tua ini, dia meninggalkan shalatnya hanya karena seekor
kuda!) Sesudah orang tua itu shalat, ia berkata, 'Sesungguhnya aku telah
mendengar apa yang kamu katakan tadi, (dan dalam satu riwayat: tidak ada
seorang pun yang pernah berlaku kasar kepadaku sejak aku berpisah dari
Rasulullah.), dan aku pernah berperang bersama Nabi enam kali, tujuh kali, atau
delapan kali. Aku menyaksikan beliau memberikan kemudahan. Sesungguhnya aku
lebih senang untuk mengikuti hewanku daripada meninggalkannya lalu hewan itu
kembali ke tempat yang disukainya, hingga menyulitkanku.' (Dan dia berkata,
"Sesungguhnya rumahku jauh, seandainya aku shalat dan aku tinggalkan, maka aku
tidak datang kepada keluargaku hingga malam hari.")
Bab Ke-12: Diperbolehkan Meludah dan Meniup dalam Shalat
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, "Nabi meniup tanah di dalam sujudnya pada
waktu shalat kusuf."[6]
Bab Ke- 13: Orang yang Bertepuk Tangan di Dalam Shalat karena Tidak
Mengerti, Maka Shalatnya Tidak Batal
Dalam hal ini terdapat hadits Sahl bin Sa'ad dari Nabi saw.[7]
Bab Ke-14: Apabila kepada Orang yang Shalat Dikatakan, "Majulah" atau
"Nantikanlah" Lalu Ia Menantikan, Maka Shalatnya Tidak Batal[8]
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Sahl bin Sa'ad yang tersebut pada nomor 203 di muka.")
6. Bab Ke-15: Tidak Boleh Menjawab Salam dalam Shalat
624. Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Rasulullah mengutusku dalam suatu keperluan.
Aku berangkat, kemudian pulang,, dan aku telah menunaikannya. Aku datang
kepada Nabi, lalu aku memberi salam kepada beliau, namun beliau tidak
menjawab.[9] Lalu timbullah sesuatu dalam hatiku yang Allah lebih mengetahui
daripadaku. Aku berkata dalam hati, 'Barangkali Rasulullah mendapatkan aku
(marah kepadaku karena) terlambat. Kemudian aku memberi salam kepada beliau,
namun beliau tidak menjawab. Maka, timbullah di dalam hatiku sesuatu yang lebih
keras daripada yang pertama. Kemudian aku memberi salam kepada beliau, lalu
beliau menjawab seraya bersabda, 'Yang menghalangiku menjawab atas salammu
tadi adalah karena aku sedang shalat.' Beliau di atas kendaraan dengan menghadap
arah bukan kiblat."
Bab Ke-16: Mengangkat Tangan di Dalam Shalat karena Ada Suatu
Perkara yang Sedang Dihadapi
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Sahl yang tercantum pada nomor 376 di muka.")
Bab Ke-17: Meletakkan Tangan di Pinggang (Berkacak Pinggang) dalam
Shalat
625. Abu Hurairah r.a. berkata, "Seseorang dilarang meletakkan tangan dipinggang
(berkacak pinggang) dalam shalat."
Juga pada riwayat lain secara mu'allaq 'tanpa disebutkan sanadnya' dari Nabi saw.
Dan, pada riwayat yang lain lagi dari Abu Hurairah, ia berkata, "Seseorang dilarang
7. shalat dengan berkacak pinggang."[10]
Bab Ke-18: Seseorang yang Memikirkan Sesuatu dalam Shalat
Umar r.a. berkata, "Aku betul-betul pernah mempersiapkan pasukanku sedangkan
ketika itu aku dalam shalat."[11]