1. Nabi Muhammad melakukan shalat sunnah berjamaah di masjid ketika terjadi gerhana matahari untuk mengingatkan umat Islam bahwa gerhana bukan tanda kematian seseorang tetapi tanda kebesaran Allah.
2. Nabi menjelaskan bahwa matahari dan bulan tidak pernah gerhana karena kematian atau kehidupan manusia, dan mengajak umatnya berdoa dan berzikir kepada Allah ketika melihat gerhana.
1. Kitab Kusuf (Gerhana)
Bab Ke-1: Shalat Sunnah pada Waktu Terjadi Gerhana Matahari
547. Abu Bakrah berkata, "Kami berada di sisi Rasulullah lalu terjadi gerhana
matahari. Maka, Nabi berdiri dengan mengenakan selendang beliau (dalam satu
riwayat: pakaian beliau sambil tergesa-gesa 7/34) hingga beliau masuk ke dalam
masjid, (dan orang-orang pun bersegera ke sana 2/31), lalu kami masuk. Kemudian
beliau shalat dua rakaat bersama kami hingga matahari menjadi jelas. Beliau
menghadap kami, lalu bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, dan sesungguhnya keduanya (2/31) bukan gerhana
karena meninggalnya seseorang. Akan tetapi, Allah ta'ala menakut-nakuti hamba-
hamba-Nya dengannya. Oleh karena itu, apabila kamu melihatnya, maka shalatlah
dan berdoalah sehingga terbuka apa (gerhana) yang terjadi padamu.'" (Hal itu
karena putra Nabi saw. yang bernama Ibrahim meninggal dunia, kemudian terjadi
gerhana. Lalu, orang-orang berkomentar bahwa gerhana itu terjadi karena kematian
Ibrahim itu. Hal ini lantas disanggah Rasulullah dengan sabda beliau itu.)
548. Abu Mas'ud berkata, "Nabi bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan tidak
gerhana karena meninggal (dan hidupnya 4/76) seseorang. Tetapi, keduanya adalah
dua dari tanda-tanda dari kebesaran Allah. Apabila kamu melihatnya, maka
berdirilah untuk mengerjakan shalat gerhana.'"
549. Ibnu Umar mengatakan bahwa ia memberi kabar dari Rasulullah, bahwa
matahari dan bulan tidak gerhana karena meninggal dan hidupnya seseorang.
Tetapi, keduanya adalah tanda-tanda kekuasan Allah. Apabila kamu melihatnya,
maka shalat gerhanalah.
550. Al-Mughirah bin Syubah berkata, "Terjadi gerhana matahari pada masa
Rasulullah pada hari meninggalnya Ibrahim. Orang mengatakan, 'Matahari gerhana
karena meninggalnya Ibrahim.' Lalu Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya matahari
2. dan bulan (adalah dua dari tanda tanda kebesaran Allah 2/30). Keduanya tidak
gerhana karena meninggal atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya,
maka shalatlah (gerhana) dan berdoalah kepada Allah sehingga ia menjadi cerah
kembali.'"
Bab Ke-2: Memberikan Sedekah pada Waktu Terjadi Gerhana
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Aisyah yang akan disebutkan pada bab selanjutnya nanti.")
Bab Ke-3: Berseru dengan, "Ashshalaatu jaami'ah"[1] pada Waktu Shalat
Gerhana
551. Abdullah bin Amr berkata, "Ketika terjadi gerhana matahari pada masa
Rasulullah, maka diserukanlah, 'Ashshalaatu jaami'ah' 'shalatlah dengan berjamaah'.
Bab Ke-4: Khotbah Imam pada Waktu Shalat Gerhana
Aisyah dan Asma' berkata, "Nabi berkhotbah."[2]
552. Aisyah istri Nabi saw., berkata, "Terjadi gerhana matahari pada masa hidup
Rasulullah. Beliau keluar ke masjid lalu menyuruh seseorang menyerukan, Ash-
Shalaatu Jaami'ah, kemudian beliau maju (2/31). Lalu, orang-orang berbaris di
belakang beliau. (Dan dalam riwayat lain dari Aisyah: seorang wanita Yahudi datang
mengajukan pertanyaan kepadanya seraya berkata, 'Mudah-mudahan melindungimu
dari azab kubur.' Kemudian Aisyah bertanya kepada Rasulullah, 'Apakah orang-orang
disiksa di dalam kuburnya?' Rasulullah menjawab, 'Aku berlindung kepada Allah dari
hal itu.' Kemudian pada suatu pagi Rasulullah naik kendaraan, lalu terjadi gerhana
matahari. Kemudian beliau kembali pada waktu dhuha.[3] Maka, Rasulullah berjalan
3. di antara dua punggung batu,[4] lalu beliau berdiri menunaikan shalat 2/26-27).
Kemudian Rasulullah membaca bacaan (dalam satu riwayat: surah 2/62) yang
panjang yang beliau baca dengan keras. Beliau bertakbir, lalu ruku dengan ruku
yang panjang. Setelah itu mengangkat kepalanya seraya (4/76) mengucapkan,
'Sami'allaahu Liman Hamidah.' Lantas berdiri lagi yang lebih pendek daripada
berdirinya yang pertama (2/24) dan tidak sujud. Beliau membaca ayat-ayat yang
panjang tetapi lebih pendek daripada bacaannya yang pertama, (dan dalam satu
riwayat: kemudian beliau membuka bacaannya dengan surah lain). Kemudian
bertakbir dan ruku yang panjang, tetapi lebih pendek dari ruku yang pertama, lalu
mengucapkan, 'Sami'allaahu Liman Hamidah, Rabbana wa Lakal Hamdu.' Lalu, sujud
dengan sujud yang panjang (dua kali sujud 2/30). Kemudian pada rakat yang
terakhir beliau melakukan seperti apa yang beliau lakukan dalam rakaat
sebelumnya. Dengan begitu, beliau telah menyempurnakan empat kali ruku dalam
dua rakaat. Juga telah empat kali sujud (dalam satu riwayat: dengan dua kali sujud
pada rakaat yang pertama, sedang sujud yang pertama lebih panjang). Kemudian
matahari telah jelas sebelum beliau pergi, lalu beliau salam. Kemudian beliau berdiri,
lalu berkhotbah kepada orang banyak dan memuji Allah dengan pujian yang layak
untuk-Nya. Kemudian bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua
tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Allah yang Dia tampakkan kepada hamba-
hambaNya. Keduanya tidak menjadi gerhana karena meninggalnya seseorang dan
tidak pula karena hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka lakukanlah
shalat.' (Dalam satu riwayat: maka, berdoalah kepada Allah, agungkanlah Dia, dan
shalatlah [hingga tersingkap matahari/bulan kepadamu 2/24-25] dan bersedekahlah.
Sesungguhnya saya melihat di tempat berdiriku ini segala sesuatu yang dijanjikan
kepadaku, hingga saya lihat diri saya ingin memetik setandan kurma dari surga
ketika kamu melihat aku maju, dan kulihat neraka Jahannam sebagiannya
meruntuhkan sebagian yang lain ketika kamu lihat aku mundur. Aku lihat di sana
Amr bin Luhaiy [menyeret ususnya 5/1910, dan dialah yang (dan dalam satu
riwayat: orang pertama yang) menelantarkan semua yang telantar 2/62]. Kemudian
beliau bersabda, 'Wahai umat Muhammad! Demi Allah, tidak ada seorang pun yang
lebih pencemburu daripada Allah, melebihi kecemburuan seorang laki-laki atau
wanita yang berzina. Wahai umat Muhammad! Demi Allah, seandainya kamu
4. mengetahui apa yang saya ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak
menangis.' Kemudian beliau memerintahkan mereka berlindung dari azab kubur."
Katsir bin Abbas[5] menceritakan bahwa Abdullah bin Abbas r.a. apabila terjadi
gerhana matahari biasa menceritakan hadits seperti hadits Urwah dari Aisyah. (Az-
Zuhri berkata 2/31), "Aku berkata kepada Urwah, 'Sesungguhnya saudara mu
(Abdullah bin Zubair tidak berbuat begitu). Pada hari terjadinya gerhana matahari di
Madinah, ia tidak lebih dari melakukan shalat dua rakaat seperti shalat subuh.'
Urwah menjawab, "Betul, karena ia menyalahi Sunnah.'"
Bab Ke-5: Apakah Dikatakan, "Kasafat" atau "Khasafat asy-syamsu",
Sedangkan Allah Berfirman, "Wa Khasafal Qamar"
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Aisyah di muka tadi.")
Bab Ke-6: Sabda Nabi, "Allah Menakut-nakuti Hamba-Hambanya dengan
Gerhana"
Demikian dikatakan oleh Abu Musa dari Nabi saw.[6]
Bab Ke-7: Memohon Perlindungan kepada Allah dari Siksa Kubur dalam
Shalat Gerhana
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Aisyah yang tertera pada nomor 552 di muka.")
Bab Ke-8: Lamanya Sujud dalam Shalat Gerhana
5. 553. Abdullah bin Amr berkata, "Ketika terjadi gerhana matahari pada zaman
Rasulullah, diserukanlah, 'Ashshalaatu jaami'ah.' Kemudian Nabi shalat dua rakaat,
dengan melakukan dua kali ruku dalam satu rakaat; kemudian berdiri lagi untuk
rakaat kedua. Lalu, melakukan dua kali ruku dalam satu raka'at. Kemudian beliau
duduk, lalu matahari terang." Abdullah berkata, "Aisyah berkata, 'Aku sama sekali
tidak pernah melakukan sujud yang lebih daripada itu.'"
Bab Ke-9: Shalat Gerhana dengan Berjamaah
Ibnu Abbas shalat berjamaah dengan mereka di pelataran Zamzam.[7] Ali bin
Abdullah bin Abbas melakukannya dengan berjamaah.[8] Ibnu Umar juga shalat
gerhana (dengan berjamaah).[9]
554. Abdullah bin Abbas berkata, "Terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah,
lalu beliau shalat (bersama orang banyak 6/151). Beliau berdiri lama yaitu kira-kira
cukup untuk membaca surah al-Baqarah. Lalu, ruku dengan ruku yang lama,
kemudian mengangkat kepala. Lalu, berdiri lagi agak lama, tetapi tidak selama
berdirinya yang pertama. Kemudian ruku lagi agak lama, tetapi rukunya tidak
selama yang pertama, lalu sujud. Kemudian beliau berdiri (untuk mengerjakan
rakaat yang kedua). Berdirinya lama tetapi tidak selama berdiri yang pertama. Lalu,
ruku dengan ruku yang lama. Tetapi, tidak selama ruku yang pertama. Kemudian
mengangkat kepala lalu berdiri agak lama, tetapi tidak selama berdirinya yang
pertama. Lalu ruku agak lama, tetapi tidak selama ruku yang pertama. Kemudian
mengangkat kepala, lalu beliau sujud. Lalu selesailah shalat beliau, sedangkan
matahari sudah tampak jelas. Kemudian beliau bersabda, 'Sesungguhnya matahari
dan bulan adalah dua tanda-tanda kebesaran Allah. Tidak terjadi gerhana matahari
atau bulan karena meninggalnya seseorang atau karena hidupnya seseorang.
Apabila kamu melihatnya, maka ingatlah kepada Allah.' Para sahabat berkata,
'Wahai Rasulullah, kami melihat engkau memperoleh sesuatu di tempat engkau,
kemudian kami melihat engkau menahan (napas)?'[10] Beliau bersabda,
'Sesungguhnya saya melihat (dan dalam satu riwayat: diperlihatkan 1/182) surga,
6. dan saya memperoleh seuntai. Seandainya saya mengambilnya, niscaya kamu
memakan daripadanya selama dunia masih ada. Dan, saya melihat neraka, maka
saya tidak pernah melihat pemandangan yang lebih ngeri seperti hari ini. Saya lihat
sebagian besar penghuninya adalah wanita.' Mereka bertanya, 'Karena apakah wahai
Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Karena kekafiran mereka.' Ditanyakan, 'Mereka kafir
kepada Allah?' Beliau bersabda, 'Mereka kufur terhadap suami dan kufur terhadap
kebaikan. Seandainya kamu berbuat kebaikan kepada salah seorang dari mereka
selama setahun penuh, kemudian ia melihat sesuatu (yang tidak menyenangkan)
sedikit saja darimu, ia mengatakan, 'Saya tidak pernah melihat kebaikan darimu
sama sekali.'"
Bab Ke-10: Shalatnya Kaum Wanita Bersama Kaum Lelaki dalam
Mengerjakan Shalat Gerhana
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Asma' di muka.")
Bab Ke- 11: Orang yang Suka Memerdekakan Hamba Sahaya Ketika Ada
Gerhana Matahari
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya hadits
Asma' di muka.")
Bab Ke-12: Shalat Gerhana di Dalam Masjid
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya hadits
Aisyah yang tercantum pada nomor 552 di muka.")
7. Bab Ke-13: Matahari (dan Juga Bulan) Tidak Gerhana karena Kematian
atau Kehidupan Seseorang
Diriwayatkan oleh Abu Bakrah, Mughirah, Abu Musa, Ibnu Abbas, dan Umar
radhiyallahu 'anhum.[11]
Bab Ke-14: Berzikir pada Waktu Terjadi Gerhana
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas.[12]
555. Abu Musa berkata, "Terjadi gerhana matahari, lalu Nabi berdiri dengan terkejut,
takut kiamat terjadi. Kemudian beliau datang ke masjid, lalu melakukan shalat
dengan berdiri lama, ruku dan sujud yang pernah saya lihat yang beliau lakukan.
Beliau bersabda, 'Tanda-tanda yang dikirimkan oleh Allah ini bukan karena
meninggalnya seseorang. Tetapi, Allah menakut-nakuti hamba-Nya dengannya.
Apabila kamu melihat sedikit saja darinya, maka berlindunglah dengan berzikir
(ingat) kepada Allah, berdoa dan memohon ampunan-Nya.'"
Bab Ke-15: Berdoa pada Waktu Terjadi Gerhana
Dikatakan oleh Abu Musa dan Aisyah dari Nabi saw.[13]
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan hadits Mughirah yang
tersebut pada nomor 550 di muka.")
Bab Ke-16: Ucapan Imam dalam Khutbah Gerhana dengan Mengatakan,
"Amma Ba'du"
8. (Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan secara mu'allaq sebagian
dari hadits Asma' yang maushul yang tersebut pada nomor 118.")
Bab Ke-17: Shalat pada Waktu Terjadi Gerhana Bulan
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Abu Bakrah yang tersebut pada nomor 547 di muka.")
Bab Ke-18: Rakaat Pertama dalam Shalat Gerhana Itu Lebih Panjang
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
sebagian dari hadits Aisyah yang tercantum pada nomor 552.")
Bab Ke-19: Mengeraskan Suara Ketika Membaca dalam Shalat Gerhana.
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Aisyah tadi.")
Catatan Kaki:
[1] Yakni laksanakanlah shalat dengan berjamaah.
[2] Hadits Aisyah di-maushul-kan pada bab sebelumnya, dan teks khotbahnya akan
disebutkan di dalam hadits Aisyah di sini. Sedangkan, hadits Asma' telah disebutkan
pada nomor 161 di muka.
9. [3] Yakni, dari mengantar jenazah. Dan yang menyebabkan beliau naik kendaraan
itu ialah kematian putra beliau Ibrahim.
[4] Yakni, di rumah-rumah istri beliau saw., dan rumah-rumah itu menempel di
masjid.
[5] Di-maushul-kan oleh Muslim di dalam Shahih-nya dari Katsir, dan Imam Bukhari
me-maushul-kan hadits ini secara marfu darinya dari beberapa jalan lain dari Ibnu
Abbas, dan akan disebutkan pada nomor 672.
[6] Di-maushul-kan oleh Imam Bukhari pada BAB-14.
[7] Di-maushul-kan oleh asy-Syafi'i dengan sanad sahih dari Ibnu Abbas.
[8] Al-Hafizh berkata, "Saya tidak menjumpainya yang maushul."
[9] AI-Hafizh berkata, "Boleh jadi ini merupakan kelanjutan dari riwayat Ali tersebut.
Ibnu Abi Syaibah telah meriwayatkan yang semakna dengannya dari lbnu Umar."
[10] Dalam riwayat Muslim, "Kami melihat engkau menahan napas."
[11] Di-maushul-kan oleh Imam Bukhari. Hadits Abu Bakrah disebutkan pada nomor
547, hadits Mughirah pada nomor 550, hadits Abu Musa pada bab yang akan
datang, hadits Ibnu Abbas pada nomor 554, dan hadits Ibnu Umar pada nomor 549.
Dalam bab ini juga dibawakan hadits Abu Mas'ud yang tercantum pada nomor 548
dan hadits Aisyah yang tertera pada nomor 552, yang diriwayatkan juga di sini
dengan isnadnya.
[12] Di-maushul-kan oleh Imam Bukhari pada hadits nomor 554 di muka dengan
lafal, "Maka ingatlah kepada Allah."
10. [13] Hadits Abu Musa di-maushul-kan pada bab sebelumnya, dan hadits Aisyah
disebutkan pada nomor 552 di muka.