Dokumen tersebut membahas gerakan-gerakan sholat sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Terdapat 7 poin utama yang dijelaskan mencakup gerakan tangan dan badan dalam takbir, ruku', sujud, tasyahhud, dan salam. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam melaksanakan sholat seperti membaca Al Quran saat ruku' atau sujud, serta melafadzkan n
Ayuningtyas galuh p, 12613052, tugas ibadah akhlak word
1. AYUNINGTYAS GALUH PURWANDITYO,
12613052 FARMASI A
GERAKAN SHOLAT SESUAI AL QUR’AN
dan AS SUNNAH dan SESUAI DENGAN YANG DICONTOHKAN RASULULLAH SAW
Artinya:
“Dan sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat.”
Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin mengikuti gerakan-gerakan sholat sebagaimana yang
dituntunkan Rosuulullooh karena itu adalah amalannya yang pertama kali akan dihisab
di hari Kiamat.
Berikut ini akan diuraikan tentang Gerakan-Gerakan Sholat beserta dalil-dalilnya dari Al Quran dan As
Sunnah yang sesuai dengan yang dicontohkan rasulullah saw; dimana hal ini berlaku bagi laki-laki
maupun perempuan, sama saja.
1) MENGANGKAT KEDUA TANGAN:
Mengangkat kedua tangan saat Takbiirotul Ihroom dijelaskan dalam Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud
no: 753 dan Imaam At Turmudzy no: 240, dari Shohabat Abu Hurairoh dishohiihkan oleh
Syaikh Nashiruddin Al Albaany:
Artinya:
“Bahwa Rosuulullooh jika memasuki sholat, maka beliau mengangkat
kedua tangannya sembari menjulurkannya.”
2) MELETAKKAN TANGAN KANAN DIATAS TANGAN KIRI, DIATAS DADA
Setelah Takbir “Alloohu Akbar” usai, letakkanlah tangan kanan diatas tangan kiri, diatas dada.
Hal ini sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imaam Ibnu Hudzaimah no: 479, dari Shohabat Waa’il bin
Hujr berikut ini:
Artinya:
2. “Aku sholat bersama Rosuulullooh dan beliau meletakkan tangan kanannya diatas
tangan kirinya DIATAS DADANYA.”
3) 3 POSISI PELETAKAN TANGAN KANAN DIATAS TANGAN KIRI
Hal ini dilakukan dengan 3 pilihan cara, sesuai dengan kondisi kepadatan jama’ah sholat, sebagaimana
dalam Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 727 dan Imaam Ahmad no: 18890, dari Shohabat Waa’il
bin Hujr berikut ini:
Artinya:
“… Kemudian beliau (Rosuulullooh meletakkan tangan kanannyadiatas punggung
telapak tangan kirinya dan atau pada pergelangan tangan kirinya danatau pada punggung tangan
kirinya…”
Bahkan terdapat dalam riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 740 dari Sahl bin Sa’ad bahwa
beliau berkata,
Artinya:
“Adalah orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanannya diatas siku tangan
kirinya dalam sholat…”
Adapun meletakkan kedua tangan dibawah dada (di pusar / di pinggang sebelah kiri), maka semua
itu adalah Haditsnya LEMAH.
4) RUKUU’ :
Adapun ketika rukuu’, maka ikutilah tuntunan gerakan tangan dan tubuh sebagaimana berikut ini:
A) GERAKAN TANGAN KETIKA RUKUU’
Mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua bahu, ketika bertakbir untuk rukuu’ dan ketika
bangun dari rukuu’ adalah dijelaskan di dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 735 dan Imaam
An Nasaa’I no: 1059, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar bahwa:
Artinya:
“Rosuulullooh mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua
bahunya ketika memulai sholat dan ketika bertakbir untuk rukuu’ dan ketika beliau
bangun dari rukuu’.”
3. B) LETAK TANGAN DISAAT RUKUU’
Posisi jari-jari tangan setelahnya adalah berada di lutut (bukan di paha, dan bukan di betis)
Meletakkan kedua tangan tersebut diatas lutut tersebut adalah sesuai dengan Hadits Riwayat Imaam
Abu Daawud no: 747, dan dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari ‘Abdullooh bin ‘Umar
beliau berkata:
Artinya:
“Rosuulullooh mengajari kami sholat, lalu beliau bertakbir dan
mengangkat kedua tangannya, dan ketika rukuu’ beliau meletakkan kedua tangannya
diatas lututnya.”
Dimana yang demikian itu dibenarkan oleh Sa’ad dengan mengatakan, “Kami mengerjakan
ini, kemudian kami diperintahkan dengan ini, yaitu memegang kedua lutut.”
Dan beliau meratakan punggungnya pada saat rukuu’. Hal ini sebagaimana terdapat
Hadits diriwayatkan oleh Imaam Ibnu Maajah no: 872, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany
dari Waabishoh bin Ma’bad bahwa beliau berkata:
Artinya:
“Aku melihat Rosuulullooh sholat, beliau meratakan punggungnya
sehingga kalau ditumpahkan air niscaya air tersebut tidak tumpah.”
C) POSISI BADAN TEGAK LURUS SAAT I’TIDAAL
Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 498 dari ‘Aa’isyah bahwa:
Artinya:
“Adalah Rosuulullooh apabila mengangkat kepalanya dari rukuu’, tidak
bersujud sehingga berposisi berdiri tegak lurus.”
Bahkan lebih jelas lagi adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Imaam Al Bukhoory dalamShohiih-
nya no: 828, dimana para Shohabat menggambarkan bahwa:
Artinya:
4. “Rosuulullooh apabila rukuu’ maka kedua tangan beliau menggenggam
kedua lutut, kemudian meluruskan punggungnya dan apabila mengangkat kepalanya dari
rukuu’ beliau berdiri tegak sehingga setiap sendi kembali ke tempat semula.”
5) SUJUD :
URUTAN GERAK MENUJU SUJUD
A) MENGANGKAT KEDUA TANGAN, SEBAGAIMANA GERAKAN TAKBIIROTUL IHROOM
Kemudian apabila seorang Muslim hendak bergerak menuju sujud maka ia mengangkat kedua tangan
terlebih dahulu sebagaimana gerakan takbiirotul ihroom yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Imaam
Muslim no: 390, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar berikut ini bahwa beliau berkata:
Artinya:
“Aku melihat Rosuulullooh apabila membuka sholat, maka beliaumengangkat kedua
tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya, dan ketika akan ruku,’ dan ketika bangun dari
ruku’. Tetapi tidak mengangkat kedua tangannya diantara dua sujud.”
B) IMAAM TERLEBIH DAHULU, BARU MA’MUM
Sebagai suatu catatan yang harus diperhatikan terutama ketika seseorang berposisi sebagai makmum
adalah membiarkan Imaam sujud terlebih dahulu baru kemudian setelah itu makmum turun untuk
sujud.
Hal ini sebagaimana terdapat dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 690 dan Al Imaam Muslim
no: 474, dari riwayat Al Baroo’ bin Al ‘Aazib bahwa:
Artinya:
“Apabila beliau (Nabi) mengatakan “Sami Alloohu liman hamidah” maka tidak
seorangpun dari kami mencondongkan punggungnya sehingga Nabi sujud terlebih
dahulu, baru kemudian kami bersujud setelahnya.”
6) TASYAHHUD
Adapun tentang Tasyahhud adalah sebagaimana dijelaskan berikut ini:
A) POSISI DUDUK SAAT TASYAHHUD
Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam An Nasaa’i no: 889, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin
Al Albaany, dari Shohabat Wa’il bin Hujr beliau berkata:
5. Artinya:
“Sungguh aku melihat pada sholat Rosuulullooh bagaimana beliau sholat
lalu beliau berdiri, kemudian bertakbir, kemudian mengangkat kedua tangannya
sehingga sejajar dengan kedua telinganya, kemudian meletakkan tangan kanannya diatas telapak
tangan kirinya dan pergelangan dan punggung lengan bawah tangan kirinya. Dan ketika hendak rukuu’
beliau mengangkat kedua tangannya seperti itu, kemudian meletakkan kedua tangannya
diatas kedua lututnya, kemudian ketika beliau mengangkat kepalanya dari rukuu’
melakukan hal yang sama, kemudian beliau sujud lalu mensejajarkan kedua telapak
tangannya dengan telinganya, kemudian duduk dan ber-iftirosy (menghamparkan kaki kirinya) dan
meletakkan telapak tangan kirinya diatas pahanya dan lututnya yang kiri, dan menjadikan siku
tangan kanannya diatas paha kanannya, kemudian menggenggam dua dari jarinya dan membentuk
lingkaran, kemudian mengangkat jarinya. Aku lihat menggerak-gerakkannya saat berdoa.”
B) DUDUK IFTIROSY SAAT TASYAHHUD AWAL
Dalam Tasyahhud Awal hendaknya seorang yang sedang sholat memposisikan dirinya dalam
sikap Iftirosy, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 498, dari ‘Aa’isyah
bahwa:
Artinya:
“Nabi menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya.”
C) DUDUK TAWARRUK SAAT TASYAHHUD AKHIR
Dalam Tasyahud Akhir ini, seorang yang sedang sholat hendaknya memposisikan dirinya dalam
sikap Tawarruk, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 579, dari Shohabat
‘Abdullooh bin Az Zubair beliau berkata:
Artinya:
“Bahwa Rosuulullooh apabila duduk dalam sholat (Tasyahhud Akhir), beliau
mengedepankan kaki kirinya (mengeluarkan kaki kirinya) diantara pahanya dan betisnya, dan
menghamparkan kaki kanannya dan meletakkan tangan kirinya diatas lutur kirinya. Dan meletakkan
tangan kanannya diatas paha kanannya, sembari memberi isyarat dengan telunjuknya.”
6. D) KEADAAN JARI-JEMARI TANGAN KANAN SAAT TASYAHHUD
Adapun keadaan jari jemari tangan kanan saat tasyahhud tersebut adalah membentuk angka 53,
sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Ahmad no: 6153, menurut Syaikh Syu’aib Al
Arnaa’uth sanadnya Shohiih memenuhi syarat Al Imaam Muslim, para perowinya terpercaya, termasuk
para perowi Al Imaam Al Bukhoory dan Al Imaam Muslim kecuali Hammad bin Salamah, beliau termasuk
perowi Shohiih Muslim; dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar
Artinya:
“Bahwa Nabi apabila duduk bertasyahhud beliau meletakkan tangan kirinya diatas
lutut kirinya dan meletakkan tangan kanannya diatas lutut kanannya dan membentuk angka 53
kemudian berdoa.”
Atau menggenggamkan seluruh jemari tangan kanan dan menunjuk dengan telunjuknya, dan
meletakkannya diatas paha kanannya; lalu meletakkan telapak tangan kirinya diatas paha kirinya.
Sebagaimana hal tersebut dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 580, dari ‘Abdullooh
bin ‘Umar dimana didalam riwayat itu dijelaskan bahwa:
Artinya:
“Rosuulullooh apabila duduk dalam sholat maka beliau meletakkan
telapak tangan kanannya diatas paha kanannya dengan menggenggam seluruh jarinya dan
menunjuk dengan telunjuknya, dan meletakkan telapak tangan kirinya diatas paha kirinya.”
7) SALAM
Adapun ketika Salam, hendaknya seseorang memalingkan kepalanya ke kanan hingga putih pipinya
terlihat, kemudian memalingkan kepalanya ke kiri hingga putih pipinya terlihat oleh orang
dibelakangnya.
Hal tersebut adalah sebagaimana dijelaskan dalam dalil berikut ini:
Hadits Riwayat Al Imaam An Nasaa’i dalam As Sunnan Al Kubro no: 1248, dan dishohiihkan oleh Syaikh
Nashiruddin Al Albaany dalam Shohiih Sunnan An Nasaa’i no: 1324, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar
Artinya:
7. “Bahwa Nabi bersalam ke kanan dan ke kiri dengan mengatakan “Assalamu’alaikum
Warohmatullooh”, “Assalamu’alaikum Warohmatullooh” sehingga terlihat putih pipinya dari sini dan
putih pipinya dari sini.”
Beberapa Kesalahan dalam Sholat yang Sering Terjadi
[1] Membaca Al-Qur'an dalam ruku' atau selama sujud.
Hal ini dilarang, berdasarkan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas bahwa Nabi
bersabda, "saya telah dilarang untuk membaca Al-Qur'an selama ruku' atau dalam sujud." (HR. Muslim)
[2]. Melafadzkan niat dalam sholat, seperti ucapan sebagian orang ketika hendak mengangkat tabirotul
ihrom
Aku berniat mengerjakan sholat dzuhur empat roka’at secara berjama’ah karena mengharapkan (ridho)
Allah Ta’ala”.
Koreksi :
Sesungguhnya niat sebuah amalan letaknya di hati dan tidak boleh dilafadzkan. Syaikhul Islam Ahmad
bin Taimiyah rohimahullah memiliki pembahasan yang bagus seputar masalah ini. Diantara pembahasan
beliau, beliau mengatakan, “Sesungguhnya melafadzkan niat merupakan salah satu bentuk lemahnya
cara berfikir dan lemahnya pengetahuan agama seseorang. Hal ini juga termasuk bid’ah yang buruk”.
*Majmu’ Fatawa hal. 227-258/XXII].
AsSuyuthi berkata, ´Yang termasuk perbuatan bid·ahadalah was-was (selalu ragu) sewaktu berniat
sholat. Halitu tidak pernah diperbuat oleh Nabi shallallahu alaihiwasallam maupun para shahabat beliau.
Mereka dulu tidak pernah melafadzkan niat sholat sedikitpun selainhanya lafadz takbir.
• Takbirotul ihrom tersebutharus diucapkan dengan lisan(bukan diucapkan di dalamhati).
• Muhammad Ibnu Rusyd berkata, ´Adapun seseorangyang membaca dalam hati,tanpa
menggerakkanlidahnya, maka hal itu tidakdisebut dengan membaca.Karena yang disebut
denganmembaca adalah denganmelafadzkannya di mulut.µ
• [3] Kesalahan Terkait Bacaan Sholat Saat Membaca Al Fatihah
• 1. Mengulang-ngulang bacaan Al Fatihah. Umumnya kesalahan ini dialami oleh orang yang
terkena penyakit was-was.
• 2. Mengeraskan bacaan basmalah ketika menjadi imam. Dari Anas bin Malik shallallahu ‘alaihi
wa sallam, beliau mengatakan,
• “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar radliallahu ‘anhuma
mereka semua mengawali bacaan shalat mereka dengan bacaan
8. • “ (HR. Bukhari dan Muslim).
• Kemudian dalam riwayat yang lain disebutkan: “mereka tidak mengeraskan bacaan basmalah.”
(HR. Ahmad, An Nasa’i, Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban). Riwayat ini menunjukkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa’ur rasyidin membaca basmalah dengan suara lirih.
• Adapun adanya beberapa riwayat yang mensyariatkan membaca basmalah dengan keras adalah
riwayat yang lemah dan bahkan palsu.
Syaikhul Islam ditanya tentang hadis yang menyebutkan membaca basmalah dengan suara
keras, beliau menjawab: “Para ahli hadis sepakat bahwasanya tidak ada satu hadis shahih-pun
yang secara tegas menyebutkan membaca basmalah dengan suara keras. Riwayat yang secara
tegas menyebutkan membaca basmalah dengan keras hanya ada pada hadis palsu.” (Taudlihul
Ahkam, 2/195).
• 3. Membaca Al Fatihah dengan tidak putus-putus pada setiap ayat, namun dibaca dengan
bersambung. Perbuatan ini menyelisihi sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
• Arah Kiblat
• Arah Kiblat : Arah yang dihadapi seseorang pada saat melaksanakan ibadah shalat
(Ka’bah/Baitullah)
• Dalil arah Kiblat :
..Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah ke
arahnya.. (Al-Baqarah (2):150)
Baitullah adalah kiblat bagi orang-orang di Masjidil Haram. Masjidil Haram adalah kiblat bagi
penduduk Tanah Haram (Mekah), dan Tanah Haram adalah kiblat bagi semua umatku di muka
bumi, baik di Barat maupun di Timur. (HR Baihaqi dari Amer bin Hafs. r.a )
Ilmu Ukur Segitiga Bola
Ilmu ukur segitiga bola atau disebut juga dengan istilah trigonometri bola (spherical
trigonometri) adalah ilmu ukur sudut bidang datar yang diaplikasikan pada permukaan
berbentuk bola yaitu bumi yang kita tempati.
Sebagaimana sudah disepakati secara umum bahwa yang disebut arah adalah “jarak terpendek”
berupa garis lurus ke suatu tempat sehingga Kiblat juga menunjukkan arah terpendek ke Ka’bah.
Karena bentuk bumi yang bulat, garis ini membentuk busur besar sepanjang permukaan bumi.
Untuk perhitungan arah kiblat, ada 3 buah titik yang harus dibuat, yaitu :
• 1. Titik A, diletakkan di Ka’bah (Mekah)
• 2. Titik B, diletakkan di lokasi yang akan ditentukan arah kiblatnya.
9. • 3. Titik C, diletakkan di titik kutub utara.
Titik A dan titik C adalah dua titik yang tetap, karena titik A tepat di Ka’bah dan titik C tepat di kutub
Utara sedangkan titik B senantiasa berubah tergantung lokasi mana yang akan dihitung arah
Kiblatnya.
Bila ketiga titik tersebut dihubungkan dengan garis lengkung permukaan bumi, maka terjadilah
segitiga bola ABC, seperti pada gambar.
Ketiga sisi segitiga ABC di samping ini diberi nama dengan huruf kecil dengan nama sudut
didepannya masing-masing sisi a, sisi b dan sisi c.
• Untuk perhitungan arah kiblat, hanya diperlukan dua data :
• 1). Koordinat Ka’bah φ = 21o 25’ LU dan λ = 39o 50’ BT.
• 2). Koordinat lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya.
• Sedangkan data lintang dan bujur tempat lokasi kota yang akan dihitung arah kiblatnya dapat
diambil dari berbagai sumber diantaranya : Atlas Indonesia dan Dunia, Taqwim Standar
Indonesia, Tabel Geografis Kota-kota Dunia, situs Internet maupun lewat pengukuran langsung
menggunakan piranti Global Positioning System (GPS).