SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
BAB X
DETEKSI HAMA &
PENYAKIT TANAMAN
KELAPA SAWIT
Laili Hijri_A43181718
1. Cara Sensus Cara sensus ini meliputi
deteksi dan penghitungan pada pokok
contoh (PC) dan pokok sensus (PS) yang
dibuat secara permanen yang berpola
segi enam dan digunakan untuk
memantau hama utama kelapa sawit,
seperti :
a. Hama daun, contoh ulat api dan ulat
kantong
b. Hama tikus
c. Hama Tirathaba
2. Tim Sensus
Tim sensus harus mampu mengidentifikasi jenis hama
dalam berbagai stadia berikut gejala serangannya, contoh :
a. Jenis ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS seperti
: ulat api dan ulat kantong), Tirathaba, predator,
parasit dan pathogennya (seperti Eocanthecona
furcellata, Sycanus leucomesus, Trichogrammatoide
thoseae, Spina spinator)
b. Stadia dalam siklus hidup hama UPDKS, seperti : telur,
larva, kepompong dan kupu – kupu
c. Gejala kerusakan oleh hama UPDKS, Tirathaba dan
tikus
d. Gejala hama yang sehat dan terserang penyakit atau
parasit
e. Gejala bekas serangan baru dan lama dari hama
maupun penyakit.
3. Prosedur Penghitungan
Dalam melakukan penghitungan hama UPDKS, tim
sensus harus memisahkan tingkat stadia hama, sebagai
berikut:
Hal tersebut di atas berguna untuk pemilihan waktu
pengendalian. Sebagai contoh, penyemprotan insektisida
hanya dilakukan saat sebagian besar pada stadia ulat dan
bukan stadia kepompong
4. Frekuensi Sensus Sensus hama dan penyakit harus
dilakukan secara rutin dengan frekuensi sensus sebagai
berikut :
BAB XI
PENGENDALIAN
HAMA & PENYAKIT
DI TBM DAN TM
Laili Hijri_A43181718
1. Jenis dan Sikus Hama UPDKS Data siklus hidup untuk
setiap jenis hama UPDKS berguna untuk
memperkirakan munculnya serangan hama pada
generasi berikutnya dan memperkirakan waktu serta
cara pengendaliannya. Adapun jenis, ukuran dan siklus
hidup berbagai jenis UPDKS adalah sebagai berikut :
2. Tingkat Populasi Kritis (TPK)
a. Untuk pengambilan keputusan pengendalian hama
b. TPK adalah tingkat populasi rata‐rata larva sehat/pelepah, jika
populasi diatas TPK, harus dilakukan tindakan pengendaliannya
c. TPK dari UPDKS dan kategori serangannya adalah sebagai berikut :
3. Eksaminasi
a. Untuk mendapatkan hasil pengendalian yang optimal,
perlu diterapkan sistim pengendalian hama terpadu
(PHT)
b. Teknik pengendalian UPDKS dapat berupa :
 Pengutipan larva (hand picking)
 Penyemprotan daun dengan pestisida
 Penginjeksian batang dengan pestisida
 Penginfusan akar dengan pestisida
 Pengutipan kepompong - Konservasi & ekploitasi musuh
alami sebagai sumber biopestisida.
 Penanaman tumbuhan berguna seperti : Turnera
subulata dan Antigonon sp. yang merupakan host
predator UPDKS
4. Tindakan Pengendalian Pedoman pengendalian hama
UPDKS yang umum dilakukan, sebagai berikut :
1. Pengendalian Hama Tikus
A.Tanaman Belum Menghasilkan (umur 0 – 12 bulan)
a. Penanaman Umumnya pada areal tanaman baru banyak
dijumpai serangan hama tikus. Kampanye pengumpanan
harus segera dilakukan setelah penanaman bibit
b. Tanah Gambut, Rendahan dan Rawa‐rawa - Pada
umumnya pada tanah gambut, rendahan, dan rawa‐rawa
serta areal banjir rutin berpotensi tingkat serangan tikus
tinggi - Kampanye pengumpanan dilakukan setiap tiga
bulan tanpa harus melakukan sensus
c. Areal Datar Pada umumnya pada areal datar tingkat
serangan tikus rendah. Setelah penanaman, lakukan
kampanye pengumpanan satu rotasi.
B. Tanaman Belum Menghasilkan (umur 13 – 24 bulan)
a. Pengendalian hama tikus dilakukan pada semua jenis
areal
b. Pada tanaman berumur ≥ 12 bulan lakukan “deteksi dan
aplikasi” (lihat butir 11.2.2.1 untuk areal datar)
c. Untuk tanaman sisipan berumur < 1 tahun, letakkan 3
butir racun tikus.
C. Tanaman Menghasilkan (> 24 Bulan)
a. Burung hantu Tyto alba merupakan predator hama tikus
yang potensial
b. Pemberian racun tikus digunakan, apabila populasi
burung hantu < 1 pasang burung hantu/ha
c. Sistem pengendalian hama tikus pada TM dapat berupa
Response Baiting dan Routine Baiting
Hama Rayap Coptotermes curvignathus
Beberapa pestisida yang digunakan untuk pengendalian
hama rayap dapat dilihat pada Tabel
Hama Apogonia dan Adoretus
Pengendalian
a. Kimia
- Pestisida kontak disemprotkan pada waktu menjelang malam hari
(pukul 17.00 – 19.00 WIB)
- Pestisida kontak yang dapat digunakan adalah Sipermetrin,
Deltametrin dan Lambda sihalotrin dengan cara sebagai berikut : (a)
dengan Knapsack Sprayer : konsentrasi pestisida 0,3 % setara
dengan 1.050 cc pestisida dalam 350 liter air per ha, dan (b)
dengan Mistblower : konsentrasi pestisida 0,6 % setara dengan
1.050 cc pestisida dalam 175 liter air per ha.
b. Fisik Dengan menggunakan light trap, berupa lampu petromak
yang dipasang dari pukul 18.00 – 23.00 WIB.
BAB XIV
PANEN KELAPA
SAWIT
Laili Hijri_A43181718
Persiapan Panen
1. Ancak Besar Panen
a. Jumlah ancak besar panen disusun menjadi 6 (enam)
ancak besar, yaitu A, B, C, D, E, F, sehingga rotasi panen
per bulan bervariasi antara 3,5 – 4,5 kali.
b. Ancak besar panen disusun agar :
- Pemanenan pada satu ancak besar sudah dapat
diselesaikan dalam satu hari
- Perpindahan ancak dari satu blok ke blok lainnya mudah
- Pengawasan panen mudah
- Pengangkutan TBS lebih mudah
- Produktivitas pemanen lebih tinggi.
2. Pemasangan Jaring di TPH
a. Jaring ini diperlukan untuk mengurangi kandungan pasir
dan sampah pada brondolan dengan cara memasang
net yang ke‐empat ujungnya diikat pada empat patok
yang dipancang dengan jarak 135 cm x 105 m, dengan
tinggi patok 40 cm dari permukaan tanah, sehingga net
tersebut tidak menyentuh permukaan tanah
b. Jika tidak ada jaringan dapat digunakan bekas kantong
pupuk yang telah dicuci bersih dan diberi lubang yang
ukuran lubangnya tidak dapat dilalui brondolan.
3. Peralatan Panen Jenis dan spesifikasi alat panen pada
perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel
4. Kebutuhan Tenaga Panen
Perhitungan jumlah tenaga panen ini harus didasarkan
pada kebutuhan tenaga di panen puncak.
Jumlah Pemanen = total luas TM (ha)
6 x (1,5 s/d 2) ha
Rata‐rata satu pemanen bekerja di areal seluas 9 – 12 ha
TM atau untuk areal 5.000 ha diperlukan 417 – 556
pemanen.
5. Kriteria Matang Panen
a. Standar kematangan minimum yang ditetapkan adalah
paling sedikit 5 (lima) brondolan segar per janjang yang
jatuh secara alami ditemukan di piringan dan atau di
bawah tandan buah sebelum dipanen. Brondolan
tersebut bukan brondolan parthenocarpy atau
berondolan muda yang jatuh karena serangan tikus atau
penyakit
b. Dengan standar kematangan minimum maka diperoleh
5 – 7 % berondolan dari total bobot TBS di TPH dan
setelah buah diangkut ke PKS akan menjadi 10 – 12 %
berondolan dari total bobot TBS di loading ramp PKS.
6. Pengawasan Panen
a. Pemeriksaan terhadap panen meliputi :
1) Kualitas buah
- Kematangan buah (matang, kelewat matang atau busuk,
dan mentah)
- Kualitas brondolan (ada atau tidak yang busuk) -
Panjang tangkai buah (≤ 2 cm atau ≥ 2 cm)
- Pemakaian jaring (ada atau tidak jaring)
- Penyusunan buah di TPH (didalam atau diluar)
2) Kualitas ancak
- Pokok yang dipanen (tuntas atau tidak tuntas)
- Pengutipan brondolan (semua dikutip atau tidak)
- Pemotongan pelepah (ada atau tidak yang sengkleh)
- Penyusunan pelepah (model L atau tidak)
BAB XV
PENGANGKUTAN
BUAH
Laili Hijri_A43181718
1. Rotasi dan Pengangkutan TBS ke TPH
a. Rotasi panen dipertahankan antara 6 – 8 hari agar persentase
brondolan terhadap janjang maksimum 5 – 7 %
b. TBS harus diletakkan oleh pemanen di TPH yang telah ditentukan
(bernomor)
c. Arah majunya dari satu ancak besar ke ancak besar berikutnya
diupayakan menurut atau melawan putaran jarum jam
d. Sesudah memotong TBS pada setengah ancak, pemanen harus
langsung mengeluarkannya ke TPH. Pengangkutan buah sudah
dapat dimulai selambat‐lambatnya pukul 08.30. Oleh karena itu,
kerani panen harus secepatnya memeriksa dan menerima buah.
Tidak dibenarkan kendaraan pengangkut TBS yang menunggu
kerani panen, tetapi kerani panen yang harus menunggu kendaraan
e. Taksasi tonase buah yang dibuat kemarin sorenya, sebaiknya
mendekati dengan realisasi tonase buah dipotong. Hal ini perlu
untuk penentuan jumlah kendaraan yang akan disediakan.
2. Perawatan Collection Road
a. Faktor utama kelancaran transport ialah kondisi collection road
yang baik. Oleh karena itu perawatan collection road mutlak
dilakukan
b. Umumnya road greader yang disediakan perusahaan banyak
waktunya digunakan untuk menarik kendaraan karena kerusakan
jalan. Sebaiknya pemanfaatan road greader yang demikian harus
dihindari atau ditiadakan. Fungsi road greader sebaiknya hanya
untuk membentuk dan merawat jalan
c. Perawatan jalan dengan batu terutama dengan batu padas
sebaiknya diminimalkan, karena batu padas yang menonjol di
tengah jalan sering merusakkan gardan kendaraan. Selain itu road
grader kurang efektif dan sering mengalami kerusakan jika
digunakan untuk merawat jalan yang telah diberi batu padas.
3. Jenis Kendaraan Untuk Pengangkutan TBS
Jenis kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan TBS di
perkebunan berdasarkan jarak antar blok dengan PKS, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel
4. Ketentuan Penggunaan Kendaraan Pengangkut TBS
a. Umumnya distribusi penggunaan kendaraan jenis truck
di kebun kelapa sawit adalah sebagai berikut :
- angkutan buah (TBS) = 75 – 80%
- angkutan pupuk, karyawan, bibit dan lain‐lain = 20 –
25%
b. Pada perkebunan kelapa sawit jumlah kendaraan per
afdeling terutama ditentukan oleh jumlah produksi TBS
per hari
c. Untuk memperoleh efisiensi pengoperasian kendaraan
yang maksimal sebaiknya dilakukan hal‐hal berikut di
bawah ini:
- Setiap sore hari taksasi tonase produksi dan
angkutan lain‐lain untuk keesokan harinya harus
sudah ada
- Sebaiknya taksasi produksi berkisar 2 % dari realisasi
produksi
- Sebaiknya taksasi produksi berkisar 2 % dari realisasi
produksi
- Angkutan pupuk dan angkutan lain‐lain sudah harus
selesai paling lambat pukul 08.30, agar buah sudah
dapat mulai diangkut pada pukul 08.30
- Supir dan kernet tidak dibenarkan untuk pulang
makan dan minum tetapi harus membawa bekal
makanan dan minumnya
- Jadwal harus benar‐benar dilaksanakan. Untuk hal
ini perlu tersedia cadangan 1‐2 unit kendaraan untuk
menggantikan kendaraan yang sedang direparasi.
Supir harus mencatat dan melaporkan jenis
kerusakan yang harus diperbaiki
- Tidak diperkenankan buah restan tinggal di TPH -
TBS yang diangkut harus setara dengan kapasitas
angkut kendaraannya.

More Related Content

Similar to Kelapa Sawit.ppt

Minyak Organik
Minyak OrganikMinyak Organik
Minyak Organik
alicnono
 
komposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakurakomposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakura
Wila Dantika
 
Teknis budidaya karet
Teknis budidaya karetTeknis budidaya karet
Teknis budidaya karet
sujononasa
 
penanaman bibit kelapa sawit
penanaman bibit kelapa sawitpenanaman bibit kelapa sawit
penanaman bibit kelapa sawit
jonberlinson
 
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptxLAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
KhilalAdit
 
Tentang kedelai
Tentang kedelaiTentang kedelai
Tentang kedelai
afifauliya
 
EFEKTIVITAS IPA-GLYPHOSATE DALAM PENGENDALIAN GULMA PADA AREAL T ANAMAN KELAP...
EFEKTIVITAS IPA-GLYPHOSATE DALAM PENGENDALIAN GULMA PADA AREAL T ANAMAN KELAP...EFEKTIVITAS IPA-GLYPHOSATE DALAM PENGENDALIAN GULMA PADA AREAL T ANAMAN KELAP...
EFEKTIVITAS IPA-GLYPHOSATE DALAM PENGENDALIAN GULMA PADA AREAL T ANAMAN KELAP...
Repository Ipb
 
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan iAgroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Febrina Tentaka
 
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan iAgroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Febrina Tentaka
 

Similar to Kelapa Sawit.ppt (20)

Modul siri 2
Modul siri 2Modul siri 2
Modul siri 2
 
Tanaman sayur merambat diploma
Tanaman sayur merambat diplomaTanaman sayur merambat diploma
Tanaman sayur merambat diploma
 
Kertas kerja-fertigasi
Kertas kerja-fertigasiKertas kerja-fertigasi
Kertas kerja-fertigasi
 
Minyak Organik
Minyak OrganikMinyak Organik
Minyak Organik
 
komposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakurakomposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakura
 
Penanaman Padi Methode S.R.I
Penanaman Padi Methode S.R.IPenanaman Padi Methode S.R.I
Penanaman Padi Methode S.R.I
 
Teknis budidaya karet
Teknis budidaya karetTeknis budidaya karet
Teknis budidaya karet
 
penanaman bibit kelapa sawit
penanaman bibit kelapa sawitpenanaman bibit kelapa sawit
penanaman bibit kelapa sawit
 
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptxLAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
 
Tentang kedelai
Tentang kedelaiTentang kedelai
Tentang kedelai
 
Biosecurity breeding
Biosecurity breedingBiosecurity breeding
Biosecurity breeding
 
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optI1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
 
Budidaya tanaman hias
Budidaya tanaman hiasBudidaya tanaman hias
Budidaya tanaman hias
 
EFEKTIVITAS IPA-GLYPHOSATE DALAM PENGENDALIAN GULMA PADA AREAL T ANAMAN KELAP...
EFEKTIVITAS IPA-GLYPHOSATE DALAM PENGENDALIAN GULMA PADA AREAL T ANAMAN KELAP...EFEKTIVITAS IPA-GLYPHOSATE DALAM PENGENDALIAN GULMA PADA AREAL T ANAMAN KELAP...
EFEKTIVITAS IPA-GLYPHOSATE DALAM PENGENDALIAN GULMA PADA AREAL T ANAMAN KELAP...
 
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan iAgroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan i
 
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan iAgroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan i
 
Teknik penanaman melon
Teknik penanaman melonTeknik penanaman melon
Teknik penanaman melon
 
Kelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunungKelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunung
 
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman Pisang
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman PisangOPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman Pisang
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman Pisang
 
PENGURUSAN PENANAMAN KOBIS
PENGURUSAN PENANAMAN KOBISPENGURUSAN PENANAMAN KOBIS
PENGURUSAN PENANAMAN KOBIS
 

Recently uploaded (9)

MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 

Kelapa Sawit.ppt

  • 1. BAB X DETEKSI HAMA & PENYAKIT TANAMAN KELAPA SAWIT Laili Hijri_A43181718
  • 2. 1. Cara Sensus Cara sensus ini meliputi deteksi dan penghitungan pada pokok contoh (PC) dan pokok sensus (PS) yang dibuat secara permanen yang berpola segi enam dan digunakan untuk memantau hama utama kelapa sawit, seperti : a. Hama daun, contoh ulat api dan ulat kantong b. Hama tikus c. Hama Tirathaba
  • 3. 2. Tim Sensus Tim sensus harus mampu mengidentifikasi jenis hama dalam berbagai stadia berikut gejala serangannya, contoh : a. Jenis ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS seperti : ulat api dan ulat kantong), Tirathaba, predator, parasit dan pathogennya (seperti Eocanthecona furcellata, Sycanus leucomesus, Trichogrammatoide thoseae, Spina spinator) b. Stadia dalam siklus hidup hama UPDKS, seperti : telur, larva, kepompong dan kupu – kupu c. Gejala kerusakan oleh hama UPDKS, Tirathaba dan tikus d. Gejala hama yang sehat dan terserang penyakit atau parasit e. Gejala bekas serangan baru dan lama dari hama maupun penyakit.
  • 4. 3. Prosedur Penghitungan Dalam melakukan penghitungan hama UPDKS, tim sensus harus memisahkan tingkat stadia hama, sebagai berikut: Hal tersebut di atas berguna untuk pemilihan waktu pengendalian. Sebagai contoh, penyemprotan insektisida hanya dilakukan saat sebagian besar pada stadia ulat dan bukan stadia kepompong
  • 5. 4. Frekuensi Sensus Sensus hama dan penyakit harus dilakukan secara rutin dengan frekuensi sensus sebagai berikut :
  • 6. BAB XI PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT DI TBM DAN TM Laili Hijri_A43181718
  • 7. 1. Jenis dan Sikus Hama UPDKS Data siklus hidup untuk setiap jenis hama UPDKS berguna untuk memperkirakan munculnya serangan hama pada generasi berikutnya dan memperkirakan waktu serta cara pengendaliannya. Adapun jenis, ukuran dan siklus hidup berbagai jenis UPDKS adalah sebagai berikut :
  • 8. 2. Tingkat Populasi Kritis (TPK) a. Untuk pengambilan keputusan pengendalian hama b. TPK adalah tingkat populasi rata‐rata larva sehat/pelepah, jika populasi diatas TPK, harus dilakukan tindakan pengendaliannya c. TPK dari UPDKS dan kategori serangannya adalah sebagai berikut :
  • 9. 3. Eksaminasi a. Untuk mendapatkan hasil pengendalian yang optimal, perlu diterapkan sistim pengendalian hama terpadu (PHT) b. Teknik pengendalian UPDKS dapat berupa :  Pengutipan larva (hand picking)  Penyemprotan daun dengan pestisida  Penginjeksian batang dengan pestisida  Penginfusan akar dengan pestisida  Pengutipan kepompong - Konservasi & ekploitasi musuh alami sebagai sumber biopestisida.  Penanaman tumbuhan berguna seperti : Turnera subulata dan Antigonon sp. yang merupakan host predator UPDKS
  • 10. 4. Tindakan Pengendalian Pedoman pengendalian hama UPDKS yang umum dilakukan, sebagai berikut :
  • 11. 1. Pengendalian Hama Tikus A.Tanaman Belum Menghasilkan (umur 0 – 12 bulan) a. Penanaman Umumnya pada areal tanaman baru banyak dijumpai serangan hama tikus. Kampanye pengumpanan harus segera dilakukan setelah penanaman bibit b. Tanah Gambut, Rendahan dan Rawa‐rawa - Pada umumnya pada tanah gambut, rendahan, dan rawa‐rawa serta areal banjir rutin berpotensi tingkat serangan tikus tinggi - Kampanye pengumpanan dilakukan setiap tiga bulan tanpa harus melakukan sensus c. Areal Datar Pada umumnya pada areal datar tingkat serangan tikus rendah. Setelah penanaman, lakukan kampanye pengumpanan satu rotasi.
  • 12. B. Tanaman Belum Menghasilkan (umur 13 – 24 bulan) a. Pengendalian hama tikus dilakukan pada semua jenis areal b. Pada tanaman berumur ≥ 12 bulan lakukan “deteksi dan aplikasi” (lihat butir 11.2.2.1 untuk areal datar) c. Untuk tanaman sisipan berumur < 1 tahun, letakkan 3 butir racun tikus. C. Tanaman Menghasilkan (> 24 Bulan) a. Burung hantu Tyto alba merupakan predator hama tikus yang potensial b. Pemberian racun tikus digunakan, apabila populasi burung hantu < 1 pasang burung hantu/ha c. Sistem pengendalian hama tikus pada TM dapat berupa Response Baiting dan Routine Baiting
  • 13. Hama Rayap Coptotermes curvignathus Beberapa pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama rayap dapat dilihat pada Tabel
  • 14. Hama Apogonia dan Adoretus Pengendalian a. Kimia - Pestisida kontak disemprotkan pada waktu menjelang malam hari (pukul 17.00 – 19.00 WIB) - Pestisida kontak yang dapat digunakan adalah Sipermetrin, Deltametrin dan Lambda sihalotrin dengan cara sebagai berikut : (a) dengan Knapsack Sprayer : konsentrasi pestisida 0,3 % setara dengan 1.050 cc pestisida dalam 350 liter air per ha, dan (b) dengan Mistblower : konsentrasi pestisida 0,6 % setara dengan 1.050 cc pestisida dalam 175 liter air per ha. b. Fisik Dengan menggunakan light trap, berupa lampu petromak yang dipasang dari pukul 18.00 – 23.00 WIB.
  • 16. Persiapan Panen 1. Ancak Besar Panen a. Jumlah ancak besar panen disusun menjadi 6 (enam) ancak besar, yaitu A, B, C, D, E, F, sehingga rotasi panen per bulan bervariasi antara 3,5 – 4,5 kali. b. Ancak besar panen disusun agar : - Pemanenan pada satu ancak besar sudah dapat diselesaikan dalam satu hari - Perpindahan ancak dari satu blok ke blok lainnya mudah - Pengawasan panen mudah - Pengangkutan TBS lebih mudah - Produktivitas pemanen lebih tinggi.
  • 17. 2. Pemasangan Jaring di TPH a. Jaring ini diperlukan untuk mengurangi kandungan pasir dan sampah pada brondolan dengan cara memasang net yang ke‐empat ujungnya diikat pada empat patok yang dipancang dengan jarak 135 cm x 105 m, dengan tinggi patok 40 cm dari permukaan tanah, sehingga net tersebut tidak menyentuh permukaan tanah b. Jika tidak ada jaringan dapat digunakan bekas kantong pupuk yang telah dicuci bersih dan diberi lubang yang ukuran lubangnya tidak dapat dilalui brondolan.
  • 18. 3. Peralatan Panen Jenis dan spesifikasi alat panen pada perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel
  • 19. 4. Kebutuhan Tenaga Panen Perhitungan jumlah tenaga panen ini harus didasarkan pada kebutuhan tenaga di panen puncak. Jumlah Pemanen = total luas TM (ha) 6 x (1,5 s/d 2) ha Rata‐rata satu pemanen bekerja di areal seluas 9 – 12 ha TM atau untuk areal 5.000 ha diperlukan 417 – 556 pemanen.
  • 20. 5. Kriteria Matang Panen a. Standar kematangan minimum yang ditetapkan adalah paling sedikit 5 (lima) brondolan segar per janjang yang jatuh secara alami ditemukan di piringan dan atau di bawah tandan buah sebelum dipanen. Brondolan tersebut bukan brondolan parthenocarpy atau berondolan muda yang jatuh karena serangan tikus atau penyakit b. Dengan standar kematangan minimum maka diperoleh 5 – 7 % berondolan dari total bobot TBS di TPH dan setelah buah diangkut ke PKS akan menjadi 10 – 12 % berondolan dari total bobot TBS di loading ramp PKS.
  • 21. 6. Pengawasan Panen a. Pemeriksaan terhadap panen meliputi : 1) Kualitas buah - Kematangan buah (matang, kelewat matang atau busuk, dan mentah) - Kualitas brondolan (ada atau tidak yang busuk) - Panjang tangkai buah (≤ 2 cm atau ≥ 2 cm) - Pemakaian jaring (ada atau tidak jaring) - Penyusunan buah di TPH (didalam atau diluar) 2) Kualitas ancak - Pokok yang dipanen (tuntas atau tidak tuntas) - Pengutipan brondolan (semua dikutip atau tidak) - Pemotongan pelepah (ada atau tidak yang sengkleh) - Penyusunan pelepah (model L atau tidak)
  • 23. 1. Rotasi dan Pengangkutan TBS ke TPH a. Rotasi panen dipertahankan antara 6 – 8 hari agar persentase brondolan terhadap janjang maksimum 5 – 7 % b. TBS harus diletakkan oleh pemanen di TPH yang telah ditentukan (bernomor) c. Arah majunya dari satu ancak besar ke ancak besar berikutnya diupayakan menurut atau melawan putaran jarum jam d. Sesudah memotong TBS pada setengah ancak, pemanen harus langsung mengeluarkannya ke TPH. Pengangkutan buah sudah dapat dimulai selambat‐lambatnya pukul 08.30. Oleh karena itu, kerani panen harus secepatnya memeriksa dan menerima buah. Tidak dibenarkan kendaraan pengangkut TBS yang menunggu kerani panen, tetapi kerani panen yang harus menunggu kendaraan e. Taksasi tonase buah yang dibuat kemarin sorenya, sebaiknya mendekati dengan realisasi tonase buah dipotong. Hal ini perlu untuk penentuan jumlah kendaraan yang akan disediakan.
  • 24. 2. Perawatan Collection Road a. Faktor utama kelancaran transport ialah kondisi collection road yang baik. Oleh karena itu perawatan collection road mutlak dilakukan b. Umumnya road greader yang disediakan perusahaan banyak waktunya digunakan untuk menarik kendaraan karena kerusakan jalan. Sebaiknya pemanfaatan road greader yang demikian harus dihindari atau ditiadakan. Fungsi road greader sebaiknya hanya untuk membentuk dan merawat jalan c. Perawatan jalan dengan batu terutama dengan batu padas sebaiknya diminimalkan, karena batu padas yang menonjol di tengah jalan sering merusakkan gardan kendaraan. Selain itu road grader kurang efektif dan sering mengalami kerusakan jika digunakan untuk merawat jalan yang telah diberi batu padas.
  • 25. 3. Jenis Kendaraan Untuk Pengangkutan TBS Jenis kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan TBS di perkebunan berdasarkan jarak antar blok dengan PKS, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
  • 26. 4. Ketentuan Penggunaan Kendaraan Pengangkut TBS a. Umumnya distribusi penggunaan kendaraan jenis truck di kebun kelapa sawit adalah sebagai berikut : - angkutan buah (TBS) = 75 – 80% - angkutan pupuk, karyawan, bibit dan lain‐lain = 20 – 25% b. Pada perkebunan kelapa sawit jumlah kendaraan per afdeling terutama ditentukan oleh jumlah produksi TBS per hari c. Untuk memperoleh efisiensi pengoperasian kendaraan yang maksimal sebaiknya dilakukan hal‐hal berikut di bawah ini: - Setiap sore hari taksasi tonase produksi dan angkutan lain‐lain untuk keesokan harinya harus sudah ada - Sebaiknya taksasi produksi berkisar 2 % dari realisasi produksi
  • 27. - Sebaiknya taksasi produksi berkisar 2 % dari realisasi produksi - Angkutan pupuk dan angkutan lain‐lain sudah harus selesai paling lambat pukul 08.30, agar buah sudah dapat mulai diangkut pada pukul 08.30 - Supir dan kernet tidak dibenarkan untuk pulang makan dan minum tetapi harus membawa bekal makanan dan minumnya - Jadwal harus benar‐benar dilaksanakan. Untuk hal ini perlu tersedia cadangan 1‐2 unit kendaraan untuk menggantikan kendaraan yang sedang direparasi. Supir harus mencatat dan melaporkan jenis kerusakan yang harus diperbaiki - Tidak diperkenankan buah restan tinggal di TPH - TBS yang diangkut harus setara dengan kapasitas angkut kendaraannya.