PPKn adalah mata pelajaran yang terintegrasi dari berbagai ilmu pengetahuan; ilmu politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya , dll. Oleh karena itu PPKn menjadi mata pelajaran yang memiliki karakter tersendiri yang harus dipahami oleh para guru PPKn.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Doger Monyet atau Topeng Monyet adalah bagian dari seni budaya masyarakat Indonesia. Monyet atau kera diberikan latihan yang cukup keras agar bisa melakukan gerak-gerik lucu. Tetapi sekarang sudah sangat ditemukan hiburan doger monyet karena ada pelarangan untuk pertunjukan ini.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, kelas VII semester 2 Bab IV. Keberagaman Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika.
pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah adalah cerminan dari nilai-nilai Pancasila dan seharusnya menjadi bagian proses belajar dan budaya setiap sekolah
1. Permendikbud No 53 th 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah mencabut Permendikbud No 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
Peran kepemimpinan Kyai pada pesantren tradisional tidak dapat dikesampingkan dalam era modern ini. tipe kepemimpinan mereka termasuk kedalam tipe kepemimpinan kharismatik.
Setiap manusia dan masyarakat tidak pernah tidak akan mengalami konflik dalam kehidupannya. Menjadi penting bagi kita untuk memahami bagaimana sebuah konflik terjadi dan bagaimana cara pencarian pemecahan masalahnya
Dengan mengadakan penilaian, guru dapat mengetahui kelemahan siswa dan mengetahui sebab kelemahan tersebut. Dengan mengadakan penilaian maka mempermudah mencari cara untuk mengatasi kelemahan tersebut
Sekolah ,sebagai tempat peserta didik belajar dan guru mengajar harus membiasakan mengangkat issue-issue penting yang terjadi dalam kehidupan yang nyata terjadi pada masyarakat, untuk dianalisa bersama sehingga peserta didik memahami keharusan bersikap kritis , tanggap terhadap situasi terkini, dan mencari cara bagaimana memecahkan permasalahan melalui contoh-contoh yang actual dan memahami bagaimana kehidupan demokrasi menginginkan adanya partisipasi warga negaranya.PKn tidak hanya harus mampu membekali pengetahuan kepada peserta didik, melainkan disertai dengan pembekalan akan kecakapan hidup.
1. R . H E R AWAT I
KARAKTERISTIK MATA
PELAJARAN PPKN
2. LANDASAN HUKUM
1. Uu No 20 th 2003 Pasal 37 tentang Sistem Pendidikan
Nasional “... membentuk siswa menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”.
3. VISI DAN MISI PPKN
- Misi ; mengembangkan keadaban Pancasila, diharapkan mampu
membudayakan dan memberdayakan siswa agar menjadi warganegara
yang cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa dan negara
Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas, dan
bertanggungjawab.;
- Dalam konteks kehidupan global PPKn selain harus meneguhkan
keadaban Pancasila juga harus membekali siswa untuk hidup dalam
kancah global sebagai warga dunia (global citizenship). Oleh karena
itu, substansi dan pembelajaran PPKn perlu diorientasikan untuk
membekali warga negara Indonesia agar mampu hidup dan
berkontribusi secara optimal sesuai dinamika kehidupan abad 21.
Untuk itu, pembelajaran PPKn selain mengembangkan nilai dan moral
Pancasila, juga mengembangkan semua visi dan keterampilan abad ke-
21 sebagaimana telah menjadi komitmen global.
4. • penyempurnaan PKn menjadi PPKn tersebut terkandung
gagasan dan harapan untuk menjadikan PPKn sebagai salah
satu mata pelajaran yang mampu memberikan kontribusi serta
solusi atas berbagai krisis yang melanda Indonesia, terutama
krisis multidimensional.
• PPKn mengembangkan keadaban Pancasila, diharapkan
mampu membudayakan dan memberdayakan siswa agar
menjadi warganegara yang cerdas dan baik serta menjadi
pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan yang
amanah, jujur, cerdas, dan bertanggungjawab.
5. ALASAN PENYEMPURNAAN
• (1) secara substansial, PKn terkesan lebih dominan bermuatan
ketatanegaraan sehingga muatan nilai dan moral Pancasila
kurang mendapat aksentuasi yang proporsional;
• (2) secara metodologis, ada kecenderungan pembelajaran ranah
sikap (afektif), ranah pengetahuan (kognitif), dan
pengembangan ranah keterampilan (psikomotorik) belum
dikembangkan secara optimal dan utuh (koheren).
6. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan
moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhinneka
Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan
Tujuan Umum
Mengembangkan potensi siswa dalam seluruh dimensi
kewarganegaraan, yakni:
7. (1) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan
tanggung jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic
committment, and civic responsibility);
(2) pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) ;
(3) keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi
kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility).
Tujuan Khusus
Secara khusus Tujuan PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi
tersebut, sehingga siswa mampu:
1) menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan,
pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara
personal dan sosial;
8. 2) memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif
dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
3) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat
kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila,
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan
4)berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai
anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial kultural.
•
9. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
• Pendekatan pembelajaran berbasis proses keilmuan (scientific
approach) yang dipersyaratkan dalam kurilukum 2013
memusatkan perhatian pada proses pembangunan pengetahuan
(KI-3, keterampilan (KI – 4), sikap spiritual (KI-1) dan sikap
sosial (KI-2) melalui transformasi pengalaman empirik dan
pemaknaan konseptual. Pendekatan tesebut memiliki langkah
generik sebagai berikut:
a. mengamati (observing);
b. menanya (questioning);
c. mengeksplorasi/mencoba (exploring);
d. mengasosiasi/menalar (assosiating);
e. mengomunikasikan (communicating
10. SCIENTIFIC APPROACH ?
Model pembelajaran yang mengarahkan siswa bersikap dan
berpikir ilmiah (scientific) yaitu pembelajaran yang mendorong
dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
11. RUANG LINGKUP PPKN
1) Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi nasional, dan
pandangan hidup bangsa.
2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi landasan
konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan
final bentuk Negara Republik Indonesia.
4) Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang
melandasi dan mewarnai keberagaman kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
•