Komunikasi publik atau public communication kini menjadi kajian yang makin hangat dari waktu ke waktu. Menilik pada istilahnya, komunikasi publik merupakan salah satu jenis atau bentuk komunikasi itu sendiri. Perlu dibedakan pengertian antara komunikasi publik dengan komunikasi massa. Dari segi cakupannya, komunikasi publik lebih besar ketimbang komunikasi massa.
Komunikasi publik atau public communication kini menjadi kajian yang makin hangat dari waktu ke waktu. Menilik pada istilahnya, komunikasi publik merupakan salah satu jenis atau bentuk komunikasi itu sendiri. Perlu dibedakan pengertian antara komunikasi publik dengan komunikasi massa. Dari segi cakupannya, komunikasi publik lebih besar ketimbang komunikasi massa.
2. A. Pemilihan Media
Komunikasi
Pemilihan media komunikasi harus didasarkan pada isi pesan yang ingin
disampaikan dan pemilikan media yang dimiliki oleh khalayak.
Pemilihan media komunikasi harus memperhatikan:
1. Sumber daya komunikasi yang tersedia di suatu tempat, dengan
cara:
Kumpulkan data tentang sumber daya komunikasi yang ada
Analisis status sumber daya komunikasi
Membuat analisis krisis yang dibutuhkan masyarakat terhadap media
2. Pemilikan media di kalangan masyarakat sasaran, berapa banyak
penduduk yang memiliki pesawat televisi, tv kabel, radio dan
pelanggan surat kabar.
3. Terjangkau tidaknya pesan yang akan disampaikan, apakah semua
siaran televisi dapat diterima oleh pemirsa di suatu provinsi, apakah
pelanggan surat kabar hanya terbatas di kota atau ada juga di desa-
desa.
3. Bentuk-bentuk media
komunikasi
Media Cetak: adalah saluran komunikasi di mana
pesan-pesan verbalnya (tertulis) maupun dalam
bentuk gambar-gambar seperti karikatur dan komik
dilakukan dalam bentuk tercetak.
Media Elektronik: Media elektronik pesan-pesannya
disampaikan melalui getaran listrik yang diterima
oleh pesawat penerima tertentu, misalnya televisi
dan radio.
Media Luar Ruang (Outdoor Media): Media luar ruang
biasa dikaitkan dengan media estetika dalam bentuk
lukisan , dan ditempatkan pada tempat-tempat yang
ramai dilihat orang banyak.
Media Format Kecil: Biasanya terdiri atas berbagai
macam media, tetapi bentuknya lebih kecil, dan
isinya kadang terfokus pada satu macam informasi.
4. Saluran-saluran komunikasi
Saluran Komunikasi Kelompok: Peranan kelompok dalam konteks politik sangat penting
karena menjadi saluran komunikasi politik untuk berhubungan dengan sesama pengurus
dan anggota maupun dengan masyarakat pemilih.
Saluran Komunikasi Publik: Saluran komunikasi publik biasanya dalam bentuk; rumah ibadah,
kampanye terbuka di alun-alun, rapat akbar, panggung terbuka di pasar swalayan,
pergelaran musik kampus, turnamen olahraga, pasar murah, dan semacamnya.
Saluran Komunikasi Sosial: Komunikasi sosial dilakukan dalam bentuk tatap muka, tetapi
karena isi pesannya adalah hal-hal yang berkaitan hubungan sosial antar sesama warga,
maka disebut komunikasi sosial. biasanya dalam bentuk; kelompok arisan atau pengajian,
khitanan, perkawinan, pesta panen dan semacamnya.
Saluran Komunikasi Antarpribadi: Komunikasi antarpribadi adalah suatu bentuk komunikasi
yang berlangsung secara tatap muka yang pesan-pesannya sangat pribadi (privacy) dan
tidak boleh didengar orang lain, kecuali mereka yang terlibat langsung dalam komunikasi.
Saluran komunikasi Tradisional: Komunikasi tradisional banyak ditemui di kalangan anggota
masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman , tetapi memiliki hak-hak politik yang sama
dengan warga negara lainnya.
Kombinasi Media Massa dan Media Antarpribadi: Dalam teori komunikasi, media massa seperti
televisi, radio dan surat kabar memiliki kekuatan yang sangat besar dalam mengubah
image, wawasan, dan persepsi penerima, sementara komunikasi antarpribadi dan kelompok
memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku khalayak sasaran . Karena itu antara keduanya
tidak bisa dipisahkan satu sama lain, melainkan saling melengkapi dalam mencapai
efektivitas komunikasi.
5. Kekuatan, Kelemahan, dan
Ketidaknetralan Media
McGiniss dalam The Selling of the President menyebutkan
media massa utamanya televisi memiliki peran yang
menentukan dalam pembentukan citra kandidat.
Patterson dalam Jeffres Leo (1980) menemukan bahwa
penyebarluasan informasi tentang calon oleh media sangat
erat hubungannya dengan pengetahuan (knowledge)
pemilih tentang calon selama masa kampanye.
Robecca (1979) menemukan bahwa liputan yang dilakukan
secara terus menerus oleh media cukup akurat untuk
meningkatkan pengetahuan pemilih pada calon.
6. Teori Agenda Setting
Merupakan salah satu kekuatan media di mana media
memiliki peran untuk mengagendakan hal-hal apa
yang perlu dipikirkan oleh masyarakat, misalnya
bagaimana membuat pemilu bisa berlangsung secara
jujur tanpa tekanan, bagaimana menghindari money
politics, dan bagaimana membuat program kampanye
damai tanpa konflik.
7. B. Produksi Media
Memproduksi media sangat tergantung tipe atau bentuk media mana
yang akan dibuat.
1. Media Cetak: Untuk memproduksi media cetak biasanya partai-
partai politik berusaha bekerja sama dengan penerbit surat kabar
untuk memberitakan dan mempromosikan kegiatan-kegiatan
partainya.
2. Media Elektronik: Memproduksi media elektronik juga cukup rumit,
sebab memerlukan skenario bagaimana pesan-pesan akan
dibawakan dalam gambar, terutama untuk media televisi.
3. Media Luar Ruang: Media luar ruang seperti spanduk, baliho,
reklame dan sebagainya cukup memberi pengaruh pada orang yang
melihat media tersebut,
4. Media Format Kecil: Memproduksi media format kecil seperti
bulletin, leaflet, selebaran dan semacamnya selain memerlukan
desain yang bagus juga memerlukan dana yang tidak kecil.
8. Pekerjaan untuk menilai atau menguji awal (pretesting)
materi komunikasi yang ingin disebarluaskan, dapat
dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli atau pakar
dalam bidang: komunikasi, psikologi massa, agama,
bahasa, dan seni (estetika).
9. C. Penyebarluasan Media
Komunikasi
Penyebarluasan media sangat menentukan keberhasilan
suatu kampanye, sebab jika tidak selain akan
membuang waktu dan tenaga, juga bisa menjadi
pemborosan dari segi uang.
Penyebaran media pada prinsipnya berbeda satu sama
lain, tergantung dari sifat, karakteristik dan
jangkauan media itu sendiri.
10. D. Pengaruh
Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan, termasuk
kampanye politik mempunyai tujuan, yakni
mempengaruhi target sasaran.
Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima
sebelum dan sesudah menerima pesan (Stuart dan
Jamias)
Pengaruh dapat dikatakan mengena jika perubaha (P)
yang terjadi pada penerima informasi sama dengan
tujuan (T) yang diinginkan oleh komunikator atau
sumber (P=T)
11. Keberhasilan kampanye
politik ditentukan oleh empat
faktor, yakni:
1. Partai Politik
2. Media Massa
3. Kapabilitas Individu
Pengetahuan
Keterampilan komunikasi (Communication Skills)
Kepribadian dan Hubungan Kemanusiaan (Personality and
Human Relations)
Kepemimpinan (Leadership)
4. Kebijakan dan Program
a. Faktor Psikologis
b. Faktor budaya, Etnis, dan Kedaerahan
c. Faktor Agama
d. Faktor Keluarga
12. Memobilisasi Kelompok
Berpengaruh
Untuk memobilisasi massa, dapat digunakan
saluran komunikasi, antara lain:
Organisasi partai
Saluran komunikasi publik
Saluran komunikasi sosial
Saluran komunikasi antarpribadi
13. E. Dana Kampanye
Mengenai besarnya belanja media untuk kampanye pada
prinsipnya tergantung target sasaran.
Bagaimana sebaiknya porsi belanja komunikasi untuk
belanja? Dapat digunakan formulasi persentase, yakni:
55% untuk media televisi
20% untuk saluran komunikasi antarpribadi (personal)
10% untuk media komunikasi
10% untuk media outdoor
5% untuk media radio
Di Indonesia untuk kampanye pemiliihan anggota legislatif,
pemerintah telah mengatur soal dana kampanye menurut
Undang-Undang No. 10 Tahun 2008.
14. F. Jadwal Kampanye
Menetapkan jadwal kegiatan (time schedule) kampanye
harus memakai strategi, terutama untuk menghindari
kegiatan yang memiliki gaung lebih besar pengaruhnya
daripada kampanye.
Kegiatan kampanye harus dilakukan dengan
memperhitungkan waktu yang kondusif, sehingga
sasaran kampanye mengena.
Dalam penetapan waktu harus diperhitungkan waktu-waktu
awal (starting point) dan waktu-waktu akhir (ending point),
karena kampanye yang dilakukan pada waktu-waktu awal
dan akhir biasanya banyak menarik perhatian masyarakat
dibandingkan dengan kampanye yang dilakukan pada
waktu pertengahan.
15. G. Personel Kampanye
Untuk melaksanakan kampanye diperlukan personel yang andal dan memahami
tugas-tugas kampanye. Dalam sebuah tim kampanye diperlukan personel
sebagai berikut:
1. Manajer kampanye
2. Tim konsultan
3. Tim analisis hasil survei dan penetapan tema
4. Tim penyusun agenda (harian, mingguan) kegiatan kandidat
5. Penulis pidato, biografi singkat, dan artikel
6. Hubungan media
7. Urusan Produksi dan Distribusi Media
8. Penggalangan Massa
9. Hubungan dengan Pemerintah dan Bisnis
10. Tim Hubungan Internal Organisasi
11. Urusan Data dan Dokumentasi
12. Urusan Keuangan
13. Urusan Transportasi dan Keuangan
14. Tim Pengamanan
15. Tim Pengamat dan Evaluasi
16. H. Evaluasi Kampanye
1. Evaluasi Program: Evaluasi ini memiliki fokus untuk melihat:
Sejauhmana tujuan akhir yang ingin dicapai (goal) dari suatu
kegiatan, apakah terpenuhi atau tidak.
Untuk melakukan modifikasi tujuan program dan strategi.
2. Evaluasi Manajemen: Evaluasi ini memiliki fokus terhadap
pencapaian operasional kegiatan:
Apakah hal-hal yang dilakukan masih dalam tataran rencana yang
telah ditetapkan semula
Apakah pelaksanaan kegiatan berjalan lancar atau tidak
Apakah usaha yang dilakukan itu mengalami kemajuan atau tidak
Apakah ada hambatan atau kemacetan yang ditemui dalam
operasional atau tidak
Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut, apakah dengan cara
memodifikasi langkah-langkah yang akan diambil, apakah
mengurangi atau menambah komponen yang bisa memperlancar
jalannya kegiatan
17. I. Audit Komunikasi
Audit komunikasi adalah evaluasi yang dilakukan
untuk melihat semua komponen yang mendukung
berlangsungnya proses komunikasi, mulai dari
sumber, pesan, media atau saluran, penerima,
sampai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas
komunikasi tersebut.
18. J. Etika Politik Kampanye
Etika politik adalah upaya untuk memperluas lingkup kebebasan dan
menciptakan institusi-institusi yang lebih adil (Paul Ricoeur)
Pengertian ini mengandung tiga dimensi yang menentukan dinamika politik:
1) Tujuan politik: Dirumuskan dalam mencapai kesejahteraan masyarakat dan
hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan
2) Sarana: penggunaan kelembagaan politik dalam mencapai tujuan
3) Aksi politik: Dimensi yang mengetengahkan rasionalitas para aktor politik
dalam bentuk kualitas moral. Tindakan politik dikatakan rasional bila pelaku
mempunyai orientasi situasi dan paham permasala
Menurut Wallan ada empat moralitas etika yang berakar pada nilai demokrasi:
1) Mengembangkan budaya kritis
2) Menumbuhkan kebiasaan bersikap adil
3) Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
4) Menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan pendapat
Tujuan etika politik ialah mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik,
bersama dan untuk orang lain dalam rangka memperluas lingkup kebebasan
dan membangun institusi-institusi yang adil