SlideShare a Scribd company logo
KAJIAN ESTIMASI STOK KARBON PADANG LAMUN MENGGUNAKAN
CITRA QUICKBIRD DI PULAU KEMUJAN, KEPULAUAN KARIMUNJAWA
Muhammad Hafizt
No. Mhs. 07/253755/GE/6159
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
Muhammad Hafizt
07/253755/GE/6159
Latar Belakang Masalah
• Isu lingkungan paling aktual pada saat ini
– Perubahan iklim global (climate change)
• Terjadinya perubahan pola iklim yang berdampak pada lingkungan
• Salah satu penyebabnya
– Greenhouse Gassess  CO2
• Mengelola climate change  Menjaga dan mengurangi
kadar CO2
• Metode
– Alami  Green dan Blue carbon sink
– Buatan  deep sea tailing, old oil well, old mine,
geological aquifer
• Padang lamun melakukan fotosintesis dan menyerap CO2
• Lamun mengendapkan karbon dalam sedimen dan
dipertahankan dalama jangka waktu yang sangat lama
• Agar dapat optimal  manajemen yang berkelanjutan
• Langkah utama
– Memahami distribusi stok karbon lamun dalam konteks
spatial dan temporal
– Alternatif paling optimal  penginderaan jauh
Perumusan masalah
• Fakta:
Penginderaan jauh merupakan solusi terbaik, untuk
mengamati daerah yang luas, secara temporal namun:
Tidak ada penelitian sebelumnya  input? Metode? Akurasi?
• Masalah:
1. Belum diketahui kemampuan data PJ untuk pemetaan stok
karbon lamun
2. Padang lamun berada di dasar perairan dangkal, menyebabkan
respon spektral objek pada citra menjadi semakin komplek.
3. Stok karbon di pulau kemujan kep. Karimunjawa belum diketahui
Pertanyaan penelitian
1. Apakah teknologi penginderaan jauh melalui citra multispektral
resolusi tinggi dapat digunakan untuk memperoleh informasi luas
dan persentase kerapatan padang lamun yang merupakan
informasi dasar estimasi stok karbon?
2. Metode apa yang paling sesuai digunakan dalam penginderaan
jauh untuk mengetahui stok karbon padang lamun?
3. Berapa besar stok karbon padang lamun di pulau Kemujan
kepulauan Karimunjawa dan bagaimana distibusi spasialnya?
Yang pada intinya:
• Sejauh mana penginderaan jauh mampu memetakan stok karbon
lamun
Tujuan penelitian
1. Mengkaji cara pengolahan citra Quickbird level 2A sebagai
salah satu citra multispektral resolusi tinggi untuk
memperoleh informasi luas dan persentase kerapatan
padang lamun;
2. Mengetahui metode yang paling sesuai digunakan untuk
memperoleh informasi stok karbon padang lamun
menggunakan citra Quickbird level 2A;
3. Mengetahui estimasi stok karbon padang lamun serta
distribusinya secara spasial di Pulau Kemujan, kepulauan
Karimunjawa.
Area penelitian
• Pulau Kemujan
– Tutupan lamun rapat
– Biodiversitas tinggi
– Masih alami  belum terganggu
– Lokasi lamun aman dan mudah
dijangkau
Citra Quickbird level 2A,
Pulau Kemujan, Kepulauan
Karimunjawa
Metode Penelitian
Input Proses Output
Hasil dan Pembahasan
Koreksi geometrik - Metode image to image,
Gambar ploting titik survei pra-lapangan pada citra yang belum terkoreksi geometrik
Jumlah GCP 12 titik
RMS Error : 0,068319
Orde 1, interpolasi nearest neighbour
Koreksi Radiometrik
1. Koreksi at-sensor-reflectance
• LPixel,Band= absCalFactorBand . qPixel,Band
• LλPixel,Band =
𝐿 𝑃𝑖𝑥𝑒𝑙,𝐵𝑎𝑛𝑑
∆𝜆 𝐵𝑎𝑛𝑑
2. Koreksi atmosfer (FLAASH)
3. Koreksi sunglint
4. Koreksi kolom air (lyzenga)
Saluran spektral Persamaan[W-m-2-sr-1-µm-1]
Saluran Biru (0.0160412*Bbiru)/0.068
Saluran Hijau (0.0143847*Bhijau)/0.099
Saluran Merah (0.0126735/Bmerah)/0.071
Saluran Inframerah dekat (0.0154242/BNIR)/0.114
Persamaan koreksi radiometrik at-sensor-radiance
Persamaan koreksi radiometrik at-sensor-reflectance, R= (π×L×d^2)/(ESUN×cos(SZ))
Saluran spektral Persamaan[W-m-2-sr-1-µm-1]
Saluran Biru (3.141593*B1*0.96688)/( 1924.59*0.99996)
Saluran Hijau (3.141593*B2*0.96688)/( 1843.08*0.99996)
Saluran Merah (3.141593*B3*0.96688)/( 1574.77*0.99996)
Saluran Inframerah dekat (3.141593*B4*0.96688)/( 1113.71*0.99996)
Koreksi sunglint
Gambar citra Quickbird level 2A (kiri), dan citra Quickbird hasil koreksi sunglint (kanan)
y = 0.6361x + 304.05
R² = 0.7988
y = 0.7303x + 207.9
R² = 0.8821
y = 0.845x + 92.298
R² = 0.9004
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0 100 200 300 400 500 600 700
W-m-2-sr-1-µm-1
B4 (W-m-2-sr-1-µm-1)
B1 VS B4
B2 VS B4
B3 VS B4
Persamaan koreksi sunglint:
B1 = B1-(0.6361*(B4-0))
B2 = B2-(0.7303*(B4-0))
B3 = B3-(0.845*(B4-0))
Koreksi kolom air I, (lyzenga), menormalisasi pengaruh kolom air
var1 : 0.275066849 cov12 : 0.344851227
var2 : 0.459550154 cov23 : 0.643745461
var3 :1.17285837 cov13 : 0.455230257
koefisien pelemahan rasio koefisien pelemahan
a12 : -0.267482453 k1/k2 : 0.767673025
a13 : -0.986085072 k2/k3 : 0.589188959
a23 : -0.554029706 k1/k3 : 0.418323618
Band 1 (K1/K2) (alog(B1))-(0.76767*(alog(B2)))
Band 2 (K1/K3) (alog(B1))-(0.41832*(alog(B3)))
Band 3 (K2/K3) (alog(B2))-(0.58918*(alog(b3)))
Persamaan water depth invariant
bottom index
Koreksi kolom air II, Analisis citra - Model integrasi
(10((loge(Riw - Ri∞) + 2kiz))+ Ri∞
Persamaan band 1 (10^(alog(B1-271.4381))+(2*0.0184*B0))+271.4381
Persamaan band 2 (10^(alog(B2-203.2925))+(2*0.0717*B0))+ 203.2925
Persamaan band 3 (10^(alog(B3-86.1065))+(2*0.1781*B0))+ 86.1065
y = 62.255x - 58.918
R² = 0.3582
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0.97 0.98 0.99 1 1.01 1.02
rasio vs depth
Klasifikasi multispektral
(supervised dan unsupervised)
1.masking area kajian
2.Pembuatan mapping unit
Masking area (padang lamun)
hasil klasifikasi substrat dasar perairan pada citra
lyzenga menggunakan metode K-Means dan ISO-DATA
Hasil klasifikasi
metode ISO-DATA
Terumbu karang
Pembuatan mapping unit
1. Kelas tutupan padang lamun (supervised – maximum likelihood) - visual
2. Kelas spektral padang lamun (unsupervised – ISO-DATA)
Kegiatan lapangan
• Tujuan: Pengambilan sampel lapangan
(model, akurasi)
• Dilakukan 2 kali
– 1-3 Mei 2011 (17 sampel)
– 1-3 April 2012 (38 sampel)
• Metode pangambilan: stratified random
sampling (mapping unit) dan photo transect
• Data yang diambil :
– Koodinat tiap sampel
– Foto persentase kerapatan tutupan
(quadrat sampel)
– Spesies lamun
– Biomassa lamun
Pasca-lapangan
1. Analisis citra, Principal Component Analysis
(PCA)
1. Mempertajam informasi dengan meningkatkan
variansi tiap komponennya.
2. Diterapkan pada beberapa citra untuk mencari
memperoleh persamaan empiris palling sesuai
dalam pembuatan model estimasi karbon, antara
lain:
1. PCA pada citra terkoreksi sunglint
2. PCA pada citra lyzenga
3. PCA pada citra model integrasi
2.Analisis data – pembuatan model empiris
Analisis citra – PCA – tabel factor loading
citra
Principal
Component
Saluran 1 (Biru) Saluran 2 (Hijau) Saluran 3 (Merah)
PCA_Sunglint PC 1 0.954 0.337 0.077
PC 2 0.827 0.094 -0.102
PC 3 -1.098 0.369 -0.034
PCA_lyzenga PC 1 0.957 0.359 0.010
PC 2 0.796 0.005 -0.013
PC 3 -1.426 0.317 -0.015
PCA_IM PC 1 0.796 0.513 0.139
PC 2 1.048 0.399 -0.074
PC 3 -0.892 0.319 -0.010
Peta spesies (kelas kategori fisik lamun)
dibedakan menjadi spesies Enhalus acoroides (Ea) dan non-Ea (Thalassia hemprichii,
Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, dan Halophila ovalis)
Referensi, ROI ground truth
Ea Non-Ea total User akurasi Error komisi
Citra
terklasifikasi
Ea 6 4 10 60% 40%
Non-Ea 4 3 7 42,86% 57,14
total 10 7 17
Produser akurasi 60% 42,86%
Error omisi 40% 57,14 %
Overall accuracy 52.9412%
Kappa coeficient 0.0286
Membuat Peta Persentase Kerapatan Padang Lamun (percent cover)
Standard error of estimate (SE) dan akurasi nilai PC tiap citra (%)
Citra Ea Akurasi Ea (%) Non-Ea Akurasi non-Ea (%)
PCA_IM 19.98 72,13 23.46 66,30
PCA_lyz 14.94 79,16 12.20 82,47
PCA_Sun 14.84 79,31 22.98 66,98
QB_Sun 14.60 79,64 19.64 71,78
QB_Lyz 11.72 83,66 11.25 83,83
QB_IM 21.03 70,67 19.74 71,64
QB_ref 17.03 76,25 19.53 71,95
0
20
40
60
80
100
Ea non-Ea
Nilai koefisien determinasi (R2) setiap citra yang digunakan terhadap
sampel PC
Ea PCA_IM PCA Lyz PCA_Sun Sunglint Lyzenga IM Reflectance
B1 0.2 0.008 0.271 0.081 0.102 0.083 2.10E-02
B2 0 0.36 0.049 0.286 0.008 0.437 0.19
B3 0.464 0.201 0.316 0.285 0.152 0.089 0.158
non_Ea
B1 0.184 0.424 0.673 0.623 0.006 0.599 0.731
B2 0.767 0.796 0.035 0.705 0.426 0.549 0.817
B3 0.604 0.245 0.65 0.492 0.665 0.013 0.673
Ea :(-54.647*B3_lyzenga) + 204.04
nonEa : (-98.486* B3_lyzenga) + 325.65
y : Estimasi percent cover
x : saluran B2/B3 pada citra lyzenga
Membuat Peta Estimasi Stok Karbon Padang Lamun (percent cover)
Species Daun Properties 1 2 3 mean mean/leaf
Enhalus acoroides
(Ea)
Biomass Basah 26.61 20.59 13.77 20.323 6.774
Biomass Kering 4.33 2.83 2.09 3.083 1.027
Berat Arang Aktif 1.81 1.39 0.84 1.346 0.448
Berat Abu 1.02 0.87 0.57 0.82 0.273
Kadar air 83.69 86.22 85.79 85.233 28.411
Kadar arang 6.83 6.77 6.11 6.57 2.19
Kadar abu 3.85 4.23 4.16 4.08 1.36
Kadar Volatile
Matter 9.47 6.99 9.09 8.516 2.838
Kadar Fixed carbon 2.97 2.54 1.94 2.483 0.827
gram carbon 0.790 0.522 0.267 0.526 0.175
Nilai Kalor 404.82 - - - 134.94
Thalassia hemprichii (Th)
Biomass Basah 1.811 2.18 0.55 1.513 0.756
Biomass Kering 0.36 0.38 0.11 0.283 0.141
Berat Arang Aktif 0.097 0.1 0.03 0.075 0.037
Berat Abu 0.07 0.07 0.02 0.053 0.026
Kadar air 79.79 82.15 79.56 80.5 40.25
Kadar arang 5.35 4.84 6.26 5.483 2.741
Kadar abu 3.95 3.58 4.62 4.05 2.025
Kadar Volatile
Matter 14.85 12.99 14.17 14.003 7.001
Kadar Fixed carbon 1.4 1.26 1.63 1.43 0.715
gram carbon 0.025 0.027 0.008 0.022 0.011
Nilai Kalor 273.39 - - - 136.695
Species gr Carbon/sampel daun
Enhalus 0.175
Thalassia 0.01
Mix (Ho, Th, Cr, Si) 0.006
Berat karbon dalam sehelai daun pada setiap spesies lamun
Cymodocea rotundata
(Cr),
Syringodium isoetifolium
(Si),
Halophila ovalis (Ho)
Biomass Basah 0.49 0.65 - 0.57 0.285
Biomass Kering 0.11 0.13 - 0.12 0.06
Berat Arang Aktif 0.04 0.05 - 0.045 0.022
Berat Abu 0.03 0.04 - 0.035 0.017
Kadar air 77.29 79.7 - 78.495 39.247
Kadar arang 9.44 8.5 - 8.97 4.485
Kadar abu 7.02 6.33 - 6.675 3.337
Kadar Volatile
Matter 13.2 11.79 - 12.495 6.247
Kadar Fixed carbon 2.41 2.16 - 2.285 1.142
gram carbon 0.012 0.014 - 0.013 0.006
Nilai Kalor 355.51 - - - 177.6
Analisis Model Stok Karbon Melalui Uji Akurasi
Nilai koefisien determinasi (R2) tiap spesies dominan terhadap beberapa citra yang
digunakan
AGC
Sunglint Lyzenga Model Integrasi
B1_S B2_S B3_S B1B2 B1B3 B2B3 B1_IM B2_IM B3_IM
Ea 0,01 0,11 0,019 0,076 0,009 0,144 0,003 0,003 0,274
Non Ea 0,482 0,543 0,266 0,013 0,013 0,666 0,473 0,493 0,037
All 0,198 0,161 0,088 0,061 0,132 0,121 0,210 0,246 0,138
AGC
PCA Lyzenga PCA Sunglint PCA_IM
PC1 PC2 PC3 PC1 PC2 PC3 PC1 PC2 PC3
Ea 0,01 0,318 0 0,057 0 0,359 0,204 0,255 0,378
Non Ea 0,434 0,772 0,045 0,48 0,109 0,622 0,205 0,525 0,604
All 0,131 0,063 0,014 0,166 0,035 0,038 0,229 0,012 0,063
AGC
Ref
B1_Ref B2_Ref B3_Ref
Ea 0,00005 0,061 0,002
Non Ea 0,62 0,677 0,463
All 0,301 0,249 0,193
Grafik regresi dan nilai
koefisien determinasi
(R2) tiap citra terdapat
pada lampiran 4
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
PC1_IM
PC2_IM
PC3_IM
PC1_lyz
PC2_lyz
PC3_lyz
PC1_sun
PC2_sun
PC3_sun
B1_sun
B2_sun
B3_sun
B1_lyz
B2_lyz
B3_lyz
B1_IM
B2_IM
B3_IM
B1_ref
B2_ref
B3_ref
Ea
non_Ea
Enhalus Non-Enhalus
Persamaan citra R2 Ea SE Ea Akurasi (%) R2 non Ea SE Non Ea Akurasi (%)
Sunglint 0,110 10,09 49,76 0,543 15,33 31,31
Lyzenga 0,144 10,20 49,22 0,666 16,18 27,51
Inverse model (IM) 0,274 10,14 49,49 0,493 14,77 33,82
PCA_lyzenga 0,318 10,67 46,85 0,772 15,69 29,70
PCA_sunglint 0,359 10,38 48,31 0,622 13,18 40,91
PCA_IM 0,378 10,59 47,26 0,604 13,56 39,22
Citra reflectance 0,061 10,64 46,99 0,677 15,31 31,40
Analisis persamaan paling sesuai
Spesies dominan Saluran R2 Persamaan PCA-Sunglint
Ea PC3_sunglint 0,359 = 0,0886x + 12,466
Non Ea PC3_sunglint 0,622 = (-0,1312x) + 9,4845
Nilai SE pada setiap model stok karbon (gC/m2)
0
10
20
30
40
50
60
Sunglint Lyzenga Inverse model (IM) PCA_lyzenga PCA_sunglint PCA_IM Citra reflectance
Ea
non-Ea
Nilai stok karbon padang
lamun pada setiap spesies
Kelas kategori (grC/m2) (ton/ha)
Ea 334.547,1 3.345,471
Non Ea 822.058 8.220,58
Total lamun 1.156.605,1 11.566,05
Kelas kategori (grC) (tonC)
Ea 1.926.991 1,93
Non Ea 4.735.054 4,74
Total lamun 6.662.045 6,66
Kesimpulan
• Citra Quickbird multispektral level 2A dapat digunakan untuk memperoleh informasi luas padang
lamun menggunakan metode maximum likelihood dan informasi persentase tutupan padang lamun
(PC) menggunakan model empiris dari citra hasil koreksi kolom air menggunakan metode lyzenga
dengan nilai standar error of estimate (SE) sebesar 11.72 % pada kelas Ea dan 11.25% pada kelas
non-Ea.
• Metode yang paling sesuai dalam menghitung estimasi stok karbon pada penelitian ini
adalahmelalui model empiris yang dibangun menggunakan citra sunglint hasil transformasi PCA,
dengan nilai SE peta cadangan kerbon sebesar 10,38 grC/m2 pada kelas Ea dan 13,18 grC/m2 pada
kelas non-Ea. Hal ini disebabkan karena padang lamun sebagian besar berada pada perairan yang
sangat dangkal sehingga pengaruh kolom air tidak begitu intensif terhadap nilai pantulan objek
yang terekam pada citra. penggunaan citra hingga tingkat koreksi sunglint sudah cukup untuk
memperoleh infomrasi padang lamun. Selain itu penggunaan transformasi PCA yang diterapkan
pada citra sunglint efektif dalam meningkatkan informasi padang lamun.
• Estimasi stok karbon padang lamun di pulau Kemujan kepulauan Karimunjawa sebesar 6,66 ton,di
mana kandungan karbon yang tinggi terdapat pada daerah yang dekat dengan pantai dan sebagian
besar bearada di sisi barat pulau Kemujan. Hal tersebut sesuai dengan tingginya kerapatan padang
lamun pada sisi barat pulau karena lebih terlindung dari pada sisi timur pulau Kemujan.
Saran
• Sampel lamun berupa percent cover (PC) untuk
membuat model stok karbon dan sebagai sampel
akurasi perlu ditambah di mana sampel tersebut dapat
mewakili variasi lamun berupa perbedaan spesies dan
keberadaan lamun pada kedalaman perairan yang lebih
beragam.
• Data batimetri yang digunakan pada metode model
integrasi perlu diperbaiki agar dapat mempertahankan
informasi nilai piksel lamun yang berada pada perairan
yang lebih dalam, sehingga citra hasil koreksi tersebut
dapat ditransformasi PCA dengan informasi piksel tiap
komponen baru pada area yang lebih dalam tetap
dipertahankan.
SEKIAN, TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Terumbu Karang - Untuk Siswa
Terumbu Karang - Untuk SiswaTerumbu Karang - Untuk Siswa
Terumbu Karang - Untuk SiswaYayasan TERANGI
 
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas BrawijayaLaporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
Doni Dwi Darsana
 
Konservasi laut
Konservasi lautKonservasi laut
Konservasi laut
Yayasan TERANGI
 
Upaya Mitigasi dan Perubahan Iklim dengan Pemanfaatan Mangrove (Climate Chang...
Upaya Mitigasi dan Perubahan Iklim dengan Pemanfaatan Mangrove (Climate Chang...Upaya Mitigasi dan Perubahan Iklim dengan Pemanfaatan Mangrove (Climate Chang...
Upaya Mitigasi dan Perubahan Iklim dengan Pemanfaatan Mangrove (Climate Chang...
CIFOR-ICRAF
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan
Heru Pramono
 
Ikan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karangIkan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karang
Hendra Wiguna
 
Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Aguss Aja
 
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dadang Setiawan
 
Identifikasi phytoplankton copy
Identifikasi phytoplankton   copyIdentifikasi phytoplankton   copy
Identifikasi phytoplankton copyriskialwi
 
EKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUTEKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUT
Febrina Tentaka
 
Sistem perikanan
Sistem perikananSistem perikanan
Sistem perikanan
Shanti Paramita J
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
denny KARWUR
 
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Cahya Panduputra
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karangDeena dep
 
Breeding dan Reproduksi
Breeding dan ReproduksiBreeding dan Reproduksi
Breeding dan Reproduksi
MazAeldyVanHouten
 
Sejarah konservasi sdah indonesia
Sejarah konservasi sdah indonesiaSejarah konservasi sdah indonesia
Sejarah konservasi sdah indonesiaArido Simorangkir
 
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Mujiyanto -
 
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Anjas Asmara, S.Si
 

What's hot (20)

Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
Terumbu Karang - Untuk Siswa
Terumbu Karang - Untuk SiswaTerumbu Karang - Untuk Siswa
Terumbu Karang - Untuk Siswa
 
Pengenalan padang lamun
Pengenalan padang lamunPengenalan padang lamun
Pengenalan padang lamun
 
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas BrawijayaLaporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
 
Konservasi laut
Konservasi lautKonservasi laut
Konservasi laut
 
Upaya Mitigasi dan Perubahan Iklim dengan Pemanfaatan Mangrove (Climate Chang...
Upaya Mitigasi dan Perubahan Iklim dengan Pemanfaatan Mangrove (Climate Chang...Upaya Mitigasi dan Perubahan Iklim dengan Pemanfaatan Mangrove (Climate Chang...
Upaya Mitigasi dan Perubahan Iklim dengan Pemanfaatan Mangrove (Climate Chang...
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan
 
Ikan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karangIkan demersal dan ikan karang
Ikan demersal dan ikan karang
 
Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air
 
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
 
Identifikasi phytoplankton copy
Identifikasi phytoplankton   copyIdentifikasi phytoplankton   copy
Identifikasi phytoplankton copy
 
EKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUTEKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUT
 
Sistem perikanan
Sistem perikananSistem perikanan
Sistem perikanan
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
 
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Breeding dan Reproduksi
Breeding dan ReproduksiBreeding dan Reproduksi
Breeding dan Reproduksi
 
Sejarah konservasi sdah indonesia
Sejarah konservasi sdah indonesiaSejarah konservasi sdah indonesia
Sejarah konservasi sdah indonesia
 
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
 
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
 

Similar to KAJIAN ESTIMASI STOK KARBON PADANG LAMUN MENGGUNAKAN CITRA - pendadaran2

01_PPT Lawe Sikap rev04
01_PPT Lawe Sikap rev0401_PPT Lawe Sikap rev04
01_PPT Lawe Sikap rev04Putri Hidayati
 
Bab iii pgn sicanang
Bab iii pgn sicanangBab iii pgn sicanang
Bab iii pgn sicanang
Eka Regar
 
Pemetaan suhu permukaan laut (spl) menggunakan
Pemetaan suhu permukaan laut (spl) menggunakanPemetaan suhu permukaan laut (spl) menggunakan
Pemetaan suhu permukaan laut (spl) menggunakanIke Candra
 
Laporan akhir praktikum korosi dan perlindungan logam
Laporan akhir praktikum korosi dan perlindungan logamLaporan akhir praktikum korosi dan perlindungan logam
Laporan akhir praktikum korosi dan perlindungan logamtriesatrio
 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2
Gayuh Permadi
 
KSFM 1.ppt
KSFM 1.pptKSFM 1.ppt
KSFM 1.ppt
widimulia
 
geokimia-panas-bumi.ppt
geokimia-panas-bumi.pptgeokimia-panas-bumi.ppt
geokimia-panas-bumi.ppt
ElnaMigo
 
Seminar Hasil_WP.pptx
Seminar Hasil_WP.pptxSeminar Hasil_WP.pptx
Seminar Hasil_WP.pptx
MahlizaChannel
 
Studi kasus drainase
Studi kasus drainaseStudi kasus drainase
Studi kasus drainase
infosanitasi
 
PLAN OF DEVELOPMENT - OIL
PLAN OF DEVELOPMENT - OILPLAN OF DEVELOPMENT - OIL
PLAN OF DEVELOPMENT - OIL
Andhika Hakiki
 
skema fiz trial trg 2022.docx
skema fiz trial trg 2022.docxskema fiz trial trg 2022.docx
skema fiz trial trg 2022.docx
Nurul Fadhilah
 
Co2 di air laut
Co2 di air lautCo2 di air laut
Co2 di air laut
Eko Efendi
 
Prediksi sbmptn 2014
Prediksi sbmptn 2014Prediksi sbmptn 2014
Prediksi sbmptn 2014dasi anto
 
Ppt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fixPpt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fixIsponi Umayah
 
9
99
Pengaruh sudut datang sinar matahari
Pengaruh sudut datang sinar matahariPengaruh sudut datang sinar matahari
Pengaruh sudut datang sinar matahari
Silfia Juliana
 
analisis gula pasir uji mutu biokimia.pptx
analisis gula pasir uji mutu biokimia.pptxanalisis gula pasir uji mutu biokimia.pptx
analisis gula pasir uji mutu biokimia.pptx
Yusnandar2
 
Tugas khusus
Tugas khususTugas khusus
Tugas khususyudzaku
 
11_pertemuan_11_Hidrogeokimia I_Definisi_Faktor yang Mempengaruhi dan Proses ...
11_pertemuan_11_Hidrogeokimia I_Definisi_Faktor yang Mempengaruhi dan Proses ...11_pertemuan_11_Hidrogeokimia I_Definisi_Faktor yang Mempengaruhi dan Proses ...
11_pertemuan_11_Hidrogeokimia I_Definisi_Faktor yang Mempengaruhi dan Proses ...
AdjiAbuAlif
 

Similar to KAJIAN ESTIMASI STOK KARBON PADANG LAMUN MENGGUNAKAN CITRA - pendadaran2 (20)

01_PPT Lawe Sikap rev04
01_PPT Lawe Sikap rev0401_PPT Lawe Sikap rev04
01_PPT Lawe Sikap rev04
 
Bab iii pgn sicanang
Bab iii pgn sicanangBab iii pgn sicanang
Bab iii pgn sicanang
 
Pemetaan suhu permukaan laut (spl) menggunakan
Pemetaan suhu permukaan laut (spl) menggunakanPemetaan suhu permukaan laut (spl) menggunakan
Pemetaan suhu permukaan laut (spl) menggunakan
 
Laporan akhir praktikum korosi dan perlindungan logam
Laporan akhir praktikum korosi dan perlindungan logamLaporan akhir praktikum korosi dan perlindungan logam
Laporan akhir praktikum korosi dan perlindungan logam
 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2
 
KSFM 1.ppt
KSFM 1.pptKSFM 1.ppt
KSFM 1.ppt
 
geokimia-panas-bumi.ppt
geokimia-panas-bumi.pptgeokimia-panas-bumi.ppt
geokimia-panas-bumi.ppt
 
Seminar Hasil_WP.pptx
Seminar Hasil_WP.pptxSeminar Hasil_WP.pptx
Seminar Hasil_WP.pptx
 
Presentasi Cesium
Presentasi CesiumPresentasi Cesium
Presentasi Cesium
 
Studi kasus drainase
Studi kasus drainaseStudi kasus drainase
Studi kasus drainase
 
PLAN OF DEVELOPMENT - OIL
PLAN OF DEVELOPMENT - OILPLAN OF DEVELOPMENT - OIL
PLAN OF DEVELOPMENT - OIL
 
skema fiz trial trg 2022.docx
skema fiz trial trg 2022.docxskema fiz trial trg 2022.docx
skema fiz trial trg 2022.docx
 
Co2 di air laut
Co2 di air lautCo2 di air laut
Co2 di air laut
 
Prediksi sbmptn 2014
Prediksi sbmptn 2014Prediksi sbmptn 2014
Prediksi sbmptn 2014
 
Ppt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fixPpt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fix
 
9
99
9
 
Pengaruh sudut datang sinar matahari
Pengaruh sudut datang sinar matahariPengaruh sudut datang sinar matahari
Pengaruh sudut datang sinar matahari
 
analisis gula pasir uji mutu biokimia.pptx
analisis gula pasir uji mutu biokimia.pptxanalisis gula pasir uji mutu biokimia.pptx
analisis gula pasir uji mutu biokimia.pptx
 
Tugas khusus
Tugas khususTugas khusus
Tugas khusus
 
11_pertemuan_11_Hidrogeokimia I_Definisi_Faktor yang Mempengaruhi dan Proses ...
11_pertemuan_11_Hidrogeokimia I_Definisi_Faktor yang Mempengaruhi dan Proses ...11_pertemuan_11_Hidrogeokimia I_Definisi_Faktor yang Mempengaruhi dan Proses ...
11_pertemuan_11_Hidrogeokimia I_Definisi_Faktor yang Mempengaruhi dan Proses ...
 

KAJIAN ESTIMASI STOK KARBON PADANG LAMUN MENGGUNAKAN CITRA - pendadaran2

  • 1. KAJIAN ESTIMASI STOK KARBON PADANG LAMUN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DI PULAU KEMUJAN, KEPULAUAN KARIMUNJAWA Muhammad Hafizt No. Mhs. 07/253755/GE/6159 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013 Muhammad Hafizt 07/253755/GE/6159
  • 2. Latar Belakang Masalah • Isu lingkungan paling aktual pada saat ini – Perubahan iklim global (climate change) • Terjadinya perubahan pola iklim yang berdampak pada lingkungan • Salah satu penyebabnya – Greenhouse Gassess  CO2 • Mengelola climate change  Menjaga dan mengurangi kadar CO2 • Metode – Alami  Green dan Blue carbon sink – Buatan  deep sea tailing, old oil well, old mine, geological aquifer
  • 3. • Padang lamun melakukan fotosintesis dan menyerap CO2 • Lamun mengendapkan karbon dalam sedimen dan dipertahankan dalama jangka waktu yang sangat lama • Agar dapat optimal  manajemen yang berkelanjutan • Langkah utama – Memahami distribusi stok karbon lamun dalam konteks spatial dan temporal – Alternatif paling optimal  penginderaan jauh
  • 4. Perumusan masalah • Fakta: Penginderaan jauh merupakan solusi terbaik, untuk mengamati daerah yang luas, secara temporal namun: Tidak ada penelitian sebelumnya  input? Metode? Akurasi? • Masalah: 1. Belum diketahui kemampuan data PJ untuk pemetaan stok karbon lamun 2. Padang lamun berada di dasar perairan dangkal, menyebabkan respon spektral objek pada citra menjadi semakin komplek. 3. Stok karbon di pulau kemujan kep. Karimunjawa belum diketahui
  • 5. Pertanyaan penelitian 1. Apakah teknologi penginderaan jauh melalui citra multispektral resolusi tinggi dapat digunakan untuk memperoleh informasi luas dan persentase kerapatan padang lamun yang merupakan informasi dasar estimasi stok karbon? 2. Metode apa yang paling sesuai digunakan dalam penginderaan jauh untuk mengetahui stok karbon padang lamun? 3. Berapa besar stok karbon padang lamun di pulau Kemujan kepulauan Karimunjawa dan bagaimana distibusi spasialnya? Yang pada intinya: • Sejauh mana penginderaan jauh mampu memetakan stok karbon lamun
  • 6. Tujuan penelitian 1. Mengkaji cara pengolahan citra Quickbird level 2A sebagai salah satu citra multispektral resolusi tinggi untuk memperoleh informasi luas dan persentase kerapatan padang lamun; 2. Mengetahui metode yang paling sesuai digunakan untuk memperoleh informasi stok karbon padang lamun menggunakan citra Quickbird level 2A; 3. Mengetahui estimasi stok karbon padang lamun serta distribusinya secara spasial di Pulau Kemujan, kepulauan Karimunjawa.
  • 7. Area penelitian • Pulau Kemujan – Tutupan lamun rapat – Biodiversitas tinggi – Masih alami  belum terganggu – Lokasi lamun aman dan mudah dijangkau Citra Quickbird level 2A, Pulau Kemujan, Kepulauan Karimunjawa
  • 10. Koreksi geometrik - Metode image to image, Gambar ploting titik survei pra-lapangan pada citra yang belum terkoreksi geometrik Jumlah GCP 12 titik RMS Error : 0,068319 Orde 1, interpolasi nearest neighbour
  • 11. Koreksi Radiometrik 1. Koreksi at-sensor-reflectance • LPixel,Band= absCalFactorBand . qPixel,Band • LλPixel,Band = 𝐿 𝑃𝑖𝑥𝑒𝑙,𝐵𝑎𝑛𝑑 ∆𝜆 𝐵𝑎𝑛𝑑 2. Koreksi atmosfer (FLAASH) 3. Koreksi sunglint 4. Koreksi kolom air (lyzenga) Saluran spektral Persamaan[W-m-2-sr-1-µm-1] Saluran Biru (0.0160412*Bbiru)/0.068 Saluran Hijau (0.0143847*Bhijau)/0.099 Saluran Merah (0.0126735/Bmerah)/0.071 Saluran Inframerah dekat (0.0154242/BNIR)/0.114 Persamaan koreksi radiometrik at-sensor-radiance Persamaan koreksi radiometrik at-sensor-reflectance, R= (π×L×d^2)/(ESUN×cos(SZ)) Saluran spektral Persamaan[W-m-2-sr-1-µm-1] Saluran Biru (3.141593*B1*0.96688)/( 1924.59*0.99996) Saluran Hijau (3.141593*B2*0.96688)/( 1843.08*0.99996) Saluran Merah (3.141593*B3*0.96688)/( 1574.77*0.99996) Saluran Inframerah dekat (3.141593*B4*0.96688)/( 1113.71*0.99996)
  • 12. Koreksi sunglint Gambar citra Quickbird level 2A (kiri), dan citra Quickbird hasil koreksi sunglint (kanan) y = 0.6361x + 304.05 R² = 0.7988 y = 0.7303x + 207.9 R² = 0.8821 y = 0.845x + 92.298 R² = 0.9004 0 100 200 300 400 500 600 700 800 0 100 200 300 400 500 600 700 W-m-2-sr-1-µm-1 B4 (W-m-2-sr-1-µm-1) B1 VS B4 B2 VS B4 B3 VS B4 Persamaan koreksi sunglint: B1 = B1-(0.6361*(B4-0)) B2 = B2-(0.7303*(B4-0)) B3 = B3-(0.845*(B4-0))
  • 13. Koreksi kolom air I, (lyzenga), menormalisasi pengaruh kolom air var1 : 0.275066849 cov12 : 0.344851227 var2 : 0.459550154 cov23 : 0.643745461 var3 :1.17285837 cov13 : 0.455230257 koefisien pelemahan rasio koefisien pelemahan a12 : -0.267482453 k1/k2 : 0.767673025 a13 : -0.986085072 k2/k3 : 0.589188959 a23 : -0.554029706 k1/k3 : 0.418323618 Band 1 (K1/K2) (alog(B1))-(0.76767*(alog(B2))) Band 2 (K1/K3) (alog(B1))-(0.41832*(alog(B3))) Band 3 (K2/K3) (alog(B2))-(0.58918*(alog(b3))) Persamaan water depth invariant bottom index
  • 14. Koreksi kolom air II, Analisis citra - Model integrasi (10((loge(Riw - Ri∞) + 2kiz))+ Ri∞ Persamaan band 1 (10^(alog(B1-271.4381))+(2*0.0184*B0))+271.4381 Persamaan band 2 (10^(alog(B2-203.2925))+(2*0.0717*B0))+ 203.2925 Persamaan band 3 (10^(alog(B3-86.1065))+(2*0.1781*B0))+ 86.1065 y = 62.255x - 58.918 R² = 0.3582 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 0.97 0.98 0.99 1 1.01 1.02 rasio vs depth
  • 15. Klasifikasi multispektral (supervised dan unsupervised) 1.masking area kajian 2.Pembuatan mapping unit
  • 16. Masking area (padang lamun) hasil klasifikasi substrat dasar perairan pada citra lyzenga menggunakan metode K-Means dan ISO-DATA Hasil klasifikasi metode ISO-DATA Terumbu karang
  • 17. Pembuatan mapping unit 1. Kelas tutupan padang lamun (supervised – maximum likelihood) - visual 2. Kelas spektral padang lamun (unsupervised – ISO-DATA)
  • 18. Kegiatan lapangan • Tujuan: Pengambilan sampel lapangan (model, akurasi) • Dilakukan 2 kali – 1-3 Mei 2011 (17 sampel) – 1-3 April 2012 (38 sampel) • Metode pangambilan: stratified random sampling (mapping unit) dan photo transect • Data yang diambil : – Koodinat tiap sampel – Foto persentase kerapatan tutupan (quadrat sampel) – Spesies lamun – Biomassa lamun
  • 19. Pasca-lapangan 1. Analisis citra, Principal Component Analysis (PCA) 1. Mempertajam informasi dengan meningkatkan variansi tiap komponennya. 2. Diterapkan pada beberapa citra untuk mencari memperoleh persamaan empiris palling sesuai dalam pembuatan model estimasi karbon, antara lain: 1. PCA pada citra terkoreksi sunglint 2. PCA pada citra lyzenga 3. PCA pada citra model integrasi 2.Analisis data – pembuatan model empiris
  • 20. Analisis citra – PCA – tabel factor loading citra Principal Component Saluran 1 (Biru) Saluran 2 (Hijau) Saluran 3 (Merah) PCA_Sunglint PC 1 0.954 0.337 0.077 PC 2 0.827 0.094 -0.102 PC 3 -1.098 0.369 -0.034 PCA_lyzenga PC 1 0.957 0.359 0.010 PC 2 0.796 0.005 -0.013 PC 3 -1.426 0.317 -0.015 PCA_IM PC 1 0.796 0.513 0.139 PC 2 1.048 0.399 -0.074 PC 3 -0.892 0.319 -0.010
  • 21. Peta spesies (kelas kategori fisik lamun) dibedakan menjadi spesies Enhalus acoroides (Ea) dan non-Ea (Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, dan Halophila ovalis) Referensi, ROI ground truth Ea Non-Ea total User akurasi Error komisi Citra terklasifikasi Ea 6 4 10 60% 40% Non-Ea 4 3 7 42,86% 57,14 total 10 7 17 Produser akurasi 60% 42,86% Error omisi 40% 57,14 % Overall accuracy 52.9412% Kappa coeficient 0.0286
  • 22.
  • 23. Membuat Peta Persentase Kerapatan Padang Lamun (percent cover) Standard error of estimate (SE) dan akurasi nilai PC tiap citra (%) Citra Ea Akurasi Ea (%) Non-Ea Akurasi non-Ea (%) PCA_IM 19.98 72,13 23.46 66,30 PCA_lyz 14.94 79,16 12.20 82,47 PCA_Sun 14.84 79,31 22.98 66,98 QB_Sun 14.60 79,64 19.64 71,78 QB_Lyz 11.72 83,66 11.25 83,83 QB_IM 21.03 70,67 19.74 71,64 QB_ref 17.03 76,25 19.53 71,95 0 20 40 60 80 100 Ea non-Ea Nilai koefisien determinasi (R2) setiap citra yang digunakan terhadap sampel PC Ea PCA_IM PCA Lyz PCA_Sun Sunglint Lyzenga IM Reflectance B1 0.2 0.008 0.271 0.081 0.102 0.083 2.10E-02 B2 0 0.36 0.049 0.286 0.008 0.437 0.19 B3 0.464 0.201 0.316 0.285 0.152 0.089 0.158 non_Ea B1 0.184 0.424 0.673 0.623 0.006 0.599 0.731 B2 0.767 0.796 0.035 0.705 0.426 0.549 0.817 B3 0.604 0.245 0.65 0.492 0.665 0.013 0.673 Ea :(-54.647*B3_lyzenga) + 204.04 nonEa : (-98.486* B3_lyzenga) + 325.65 y : Estimasi percent cover x : saluran B2/B3 pada citra lyzenga
  • 24.
  • 25. Membuat Peta Estimasi Stok Karbon Padang Lamun (percent cover) Species Daun Properties 1 2 3 mean mean/leaf Enhalus acoroides (Ea) Biomass Basah 26.61 20.59 13.77 20.323 6.774 Biomass Kering 4.33 2.83 2.09 3.083 1.027 Berat Arang Aktif 1.81 1.39 0.84 1.346 0.448 Berat Abu 1.02 0.87 0.57 0.82 0.273 Kadar air 83.69 86.22 85.79 85.233 28.411 Kadar arang 6.83 6.77 6.11 6.57 2.19 Kadar abu 3.85 4.23 4.16 4.08 1.36 Kadar Volatile Matter 9.47 6.99 9.09 8.516 2.838 Kadar Fixed carbon 2.97 2.54 1.94 2.483 0.827 gram carbon 0.790 0.522 0.267 0.526 0.175 Nilai Kalor 404.82 - - - 134.94 Thalassia hemprichii (Th) Biomass Basah 1.811 2.18 0.55 1.513 0.756 Biomass Kering 0.36 0.38 0.11 0.283 0.141 Berat Arang Aktif 0.097 0.1 0.03 0.075 0.037 Berat Abu 0.07 0.07 0.02 0.053 0.026 Kadar air 79.79 82.15 79.56 80.5 40.25 Kadar arang 5.35 4.84 6.26 5.483 2.741 Kadar abu 3.95 3.58 4.62 4.05 2.025 Kadar Volatile Matter 14.85 12.99 14.17 14.003 7.001 Kadar Fixed carbon 1.4 1.26 1.63 1.43 0.715 gram carbon 0.025 0.027 0.008 0.022 0.011 Nilai Kalor 273.39 - - - 136.695 Species gr Carbon/sampel daun Enhalus 0.175 Thalassia 0.01 Mix (Ho, Th, Cr, Si) 0.006 Berat karbon dalam sehelai daun pada setiap spesies lamun Cymodocea rotundata (Cr), Syringodium isoetifolium (Si), Halophila ovalis (Ho) Biomass Basah 0.49 0.65 - 0.57 0.285 Biomass Kering 0.11 0.13 - 0.12 0.06 Berat Arang Aktif 0.04 0.05 - 0.045 0.022 Berat Abu 0.03 0.04 - 0.035 0.017 Kadar air 77.29 79.7 - 78.495 39.247 Kadar arang 9.44 8.5 - 8.97 4.485 Kadar abu 7.02 6.33 - 6.675 3.337 Kadar Volatile Matter 13.2 11.79 - 12.495 6.247 Kadar Fixed carbon 2.41 2.16 - 2.285 1.142 gram carbon 0.012 0.014 - 0.013 0.006 Nilai Kalor 355.51 - - - 177.6
  • 26. Analisis Model Stok Karbon Melalui Uji Akurasi Nilai koefisien determinasi (R2) tiap spesies dominan terhadap beberapa citra yang digunakan AGC Sunglint Lyzenga Model Integrasi B1_S B2_S B3_S B1B2 B1B3 B2B3 B1_IM B2_IM B3_IM Ea 0,01 0,11 0,019 0,076 0,009 0,144 0,003 0,003 0,274 Non Ea 0,482 0,543 0,266 0,013 0,013 0,666 0,473 0,493 0,037 All 0,198 0,161 0,088 0,061 0,132 0,121 0,210 0,246 0,138 AGC PCA Lyzenga PCA Sunglint PCA_IM PC1 PC2 PC3 PC1 PC2 PC3 PC1 PC2 PC3 Ea 0,01 0,318 0 0,057 0 0,359 0,204 0,255 0,378 Non Ea 0,434 0,772 0,045 0,48 0,109 0,622 0,205 0,525 0,604 All 0,131 0,063 0,014 0,166 0,035 0,038 0,229 0,012 0,063 AGC Ref B1_Ref B2_Ref B3_Ref Ea 0,00005 0,061 0,002 Non Ea 0,62 0,677 0,463 All 0,301 0,249 0,193 Grafik regresi dan nilai koefisien determinasi (R2) tiap citra terdapat pada lampiran 4 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 PC1_IM PC2_IM PC3_IM PC1_lyz PC2_lyz PC3_lyz PC1_sun PC2_sun PC3_sun B1_sun B2_sun B3_sun B1_lyz B2_lyz B3_lyz B1_IM B2_IM B3_IM B1_ref B2_ref B3_ref Ea non_Ea
  • 27. Enhalus Non-Enhalus Persamaan citra R2 Ea SE Ea Akurasi (%) R2 non Ea SE Non Ea Akurasi (%) Sunglint 0,110 10,09 49,76 0,543 15,33 31,31 Lyzenga 0,144 10,20 49,22 0,666 16,18 27,51 Inverse model (IM) 0,274 10,14 49,49 0,493 14,77 33,82 PCA_lyzenga 0,318 10,67 46,85 0,772 15,69 29,70 PCA_sunglint 0,359 10,38 48,31 0,622 13,18 40,91 PCA_IM 0,378 10,59 47,26 0,604 13,56 39,22 Citra reflectance 0,061 10,64 46,99 0,677 15,31 31,40 Analisis persamaan paling sesuai Spesies dominan Saluran R2 Persamaan PCA-Sunglint Ea PC3_sunglint 0,359 = 0,0886x + 12,466 Non Ea PC3_sunglint 0,622 = (-0,1312x) + 9,4845 Nilai SE pada setiap model stok karbon (gC/m2) 0 10 20 30 40 50 60 Sunglint Lyzenga Inverse model (IM) PCA_lyzenga PCA_sunglint PCA_IM Citra reflectance Ea non-Ea
  • 28. Nilai stok karbon padang lamun pada setiap spesies Kelas kategori (grC/m2) (ton/ha) Ea 334.547,1 3.345,471 Non Ea 822.058 8.220,58 Total lamun 1.156.605,1 11.566,05 Kelas kategori (grC) (tonC) Ea 1.926.991 1,93 Non Ea 4.735.054 4,74 Total lamun 6.662.045 6,66
  • 29. Kesimpulan • Citra Quickbird multispektral level 2A dapat digunakan untuk memperoleh informasi luas padang lamun menggunakan metode maximum likelihood dan informasi persentase tutupan padang lamun (PC) menggunakan model empiris dari citra hasil koreksi kolom air menggunakan metode lyzenga dengan nilai standar error of estimate (SE) sebesar 11.72 % pada kelas Ea dan 11.25% pada kelas non-Ea. • Metode yang paling sesuai dalam menghitung estimasi stok karbon pada penelitian ini adalahmelalui model empiris yang dibangun menggunakan citra sunglint hasil transformasi PCA, dengan nilai SE peta cadangan kerbon sebesar 10,38 grC/m2 pada kelas Ea dan 13,18 grC/m2 pada kelas non-Ea. Hal ini disebabkan karena padang lamun sebagian besar berada pada perairan yang sangat dangkal sehingga pengaruh kolom air tidak begitu intensif terhadap nilai pantulan objek yang terekam pada citra. penggunaan citra hingga tingkat koreksi sunglint sudah cukup untuk memperoleh infomrasi padang lamun. Selain itu penggunaan transformasi PCA yang diterapkan pada citra sunglint efektif dalam meningkatkan informasi padang lamun. • Estimasi stok karbon padang lamun di pulau Kemujan kepulauan Karimunjawa sebesar 6,66 ton,di mana kandungan karbon yang tinggi terdapat pada daerah yang dekat dengan pantai dan sebagian besar bearada di sisi barat pulau Kemujan. Hal tersebut sesuai dengan tingginya kerapatan padang lamun pada sisi barat pulau karena lebih terlindung dari pada sisi timur pulau Kemujan.
  • 30. Saran • Sampel lamun berupa percent cover (PC) untuk membuat model stok karbon dan sebagai sampel akurasi perlu ditambah di mana sampel tersebut dapat mewakili variasi lamun berupa perbedaan spesies dan keberadaan lamun pada kedalaman perairan yang lebih beragam. • Data batimetri yang digunakan pada metode model integrasi perlu diperbaiki agar dapat mempertahankan informasi nilai piksel lamun yang berada pada perairan yang lebih dalam, sehingga citra hasil koreksi tersebut dapat ditransformasi PCA dengan informasi piksel tiap komponen baru pada area yang lebih dalam tetap dipertahankan.

Editor's Notes

  1. Salam Nama M.Hafizt. Mempertanggung jawabkan hasil penelitan mengenai “kajian estimasi stok karbon padang lamun menggunakan citra quickbird di pulau kemujan, kepulauan karimunjawa”
  2. Pola iklim tersebut berubah dimana musim kemarau dapat terjadi lebih panjang daripada musim hujan atau sebaliknya (menurut siapa?)
  3. Level koreksi 2A artinya: Sudah terkoreksi radiometrik dan sudah diberikan sistem koordinat sesuai dengan daerah perekaman.
  4. Biodiversitas : keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologis yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, di antara spesies, dan ekosistem.
  5. Input: Citra Quickbird (efektif 1:25.000 – 1:5.000) Data lapangan Hasil ploting GPS  GCP koreksi geometrik citra Tutupan lamun  model empiris estimasi stok karbon lamun Pembuatan model Uji akurasi/perhitungan standard error (SE) Batimetri  kedalaman tiap piksel  Inverse model Proses Koreksi geometrik Koreksi radiometrik  konversi DN ke surface reflectance Koreksi sunglint  Hedley et al. (2005) Koreksi kolom air Water invariant bottom index, Lyzenga (1978) Inverse model, Wicaksono (2010) Model empiris Citra terkoreksi kolom air Principle Component Analysis (PCA) Output Peta sebaran stok karbon lamun skala 1:10.000 beserta besarnya akurasi dan kesalahan estimasinya (SE)
  6. Berdasarkan (Kudola, 2004), akurasi absolut citra Quickbird sebelum dilakukan koreksi geometrik memiliki RMS error sebesar 13,3 meter yang merupakan kesalahan pergeseran rata – rata piksel dalam satu scene citra Citra Quickbird yang digunakan pada penelitian ini merupakan citra Quickbird level standard yang merupakan produk yang telah di georeferensi dan memiliki sistem koordinat. pada citra yang ditampalkan dengan titik survei lapangan, posisi piksel pada citra tidak sesuai dengan lokasi dilapangan selain itu terdapat beberapa titik yang berada didarat (gambar diatas) metode image-to-map pada penelitian sebelumnya dalam Wicaksono(2010), RMS error 0,149265
  7. Metode FLAASH merupakan metode koreksi atmosfer absolut di mana mempertimbangkan lebih detail kondisi atmosfer seperti aerosol pada saat perekaman Perbaiki persoaan koreksi radiometrik
  8. Koreksi sunglint dilakukan setelah tahapan koreksi atmosfer Metode yang digunakan untuk koreksi sunglint berdasarkan formula (Hedley et al. 2005) Persamaan Hedley membutuhkan sampel area untuk mengetahui nilai spektral perairan pada tiap saluran Hadley menggunakan saluran inframerah dekat (Band 4) Sampel area yang digunakan dibedakan menjadi sampel perairan terpengaruh sunglint rendah, sunglint sedang, sunglint tinggi dan laut dalam bebas sunglint. Jumlah total sampel yang digunakan untuk membuat persamaan regresi pada koreksi sunglint sebanyak 902 titik nilai spektral dari objek daratan akan menjadi invalid atau tidak memiliki nilai, karena pada proses koreksi ini hanya mempertimbangkan nilai pantulan dari objek air.
  9. rasio koefisien pelemahan kolom air untuk memperoleh nilai water depth invariant bottom index Besarnya rasio koefisien pelemahan kolom air diperoleh berdasarkan nilai varian dan kovarian objek yang sama pada kedalaman yang berbeda pada setiap saluran tampak. Objek yang digunakan untuk membangun model atenuasi air adalah tutupan pasir putih pada perairan dangkal ROI (region of interest) objek pasir diperoleh 7 objek pasir pada kedalaman yang berbeda dengan masing – masing kelas sebanyak 27 piksel Citra hasil koreksi kolom air secara visual tidak dipengaruhi oleh warna biru pada kedalaman yang masih dapat ditembus oleh saluran biru
  10. Citra hasil persamaan model integrasi merupakan citra dengan nilai piksel berupa nilai pantulan objek dasar perairan Kelebihan dari citra hasil model integrasi dapat memberikan batasan yang jelas antar objek yang merupakan substrat dasar perairan dangkal dengan nilai piksel yang merupakan nilai pantulan objek yang telah dinormalisasi pengaruh kolom air Tetapi citra ini juga memiliki kelemahan dalam memberikan informasi reflektan pada piksel yang berada pada kedalaman lebih dari 3,65 meter (wicaksono, 2010) Hal ini disebabkan karena kualitas dari citra batimetri yang digunakan hanya baik dalam memberikan informasi pada kedalaman diatas 3.65 m objek padang lamun berada pada kedalaman kurang dari 3,65 meter, sehingga nilai reflektan yang dihasilkan dari persamaan model integrasi dapat digunakan untuk membuat model empiris stok karbon
  11. Citra lyzenga selanjutnya digunakan untuk menentukan area padang lamun melalui klasifikasi multispektral unsupervised. Metode yang digunakan adalah K-Mean, hal ini karena K-Mean memberikan hasil berupa batas antar objek yang lebih baik dari pada metode ISO-DATA (gambar atas) Hasil dari klasifikasi ini diperoleh 9 kelas spektral yang selanjutnya diberi label sebagai objek dasar perairan berdasarkan pengetahuan lapangan yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil klasifikasi K-Mean memiliki kekurangan di mana hasil klasifikasi ini tidak dapat membedakan dengan baik antara objek padang lamun dengan terumbu karang. metode K-means kurang cocok apabila diterapkan secara langsung untuk memebedakan tutupan substrat dasar perairan dangkal. Tetapi pada penelitian ini, informasi tutupan dasar perairan dangkal pada daerah kajian didukung oleh pengetahuan lapangan yang telah dilakukan sebelumnya
  12. mapping unit padang lamun yang dibangun dari peta tentatif persentase tutupan padang lamun dan peta tentatif kelas spektral lamun Hasil klasifikasi maximum likelihood berupa peta persentase tutupan padang lamun yang dikelompokkan menjadi 3 kelas (kerapatan tinggi, kerapatan sedang dan kerapatan rendah), klasfikasi ISO-DATA menghasilkan 5 kelas spektral kelas mapping unit sebanyak 11 (gambar diatas). Parameter kedalaman perairan dan landskap pantai tidak digunakan pada pembuatan mapping unit ini dikarenakan jumlah kelas mapping unit akan semakin banyak dan tidak memungkinkan diambil selama batas waktu kegiatan lapangan Selain itu padang lamun berada pada kedalaman 1 hingga 2 meter dengan spesies yang tidak jauh berbeda, sehingga dapat diasumsikan bahwa kedalaman perairan pada daerah penelitian tidak berpengaruh besar terhadap variasi padang lamun.
  13. Kegiatan lapangan pertama dilakukan pengambilan sampel lamun untuk membangun model stok karbon lamun sedangkan kegiatan lapangan kedua dilakukan pengambilan sampel untuk membuat peta stok karbon dan sampel untuk uji akurasi Kegiatan lapangan 1 = 17 sampel model Kegiatan lapangan 2 = 9 transek yang melalui 38 titik sampel
  14. Metode ini menggunakan beberapa data masukan yang terkait dengan informasi daerah perairan antara lain citra batimetri, nilai rerata perairan dalam, citra hasil koreksi atmosferik yang telah dikoreksi sunglint sebelumnya, dan nilai koefisien kolom air Kualitas citra model integrasi yang dihasilkan sangat tergantung dari kualitas data masukan tersebut informasi lainnya seperti nilai koefisien kolom air (k) dan data lapangan untuk membuat peta batimetri diperoleh dalam wicaksono (2010)
  15. Untuk meningkatkan informasi pada daerah kajian maka dilakukan transformasi PCA pada beberapa citra multispektral Transformasi ini diterapkan hanya pada daerah padang lamun Transformasi ini dilakukan pada beberapa citra dengan tingkat koreksi yang berbeda yaitu : Transformasi PCA ada citra terkoreksi sunglint (PCA_Sun) Transformasi PCA pada citra terkoreksi kolom air menggunakan metode lyzenga (PCA_Lyz) Transformasi PCA pada citra terkoreksi kolom air menggunakan metode model integrasi (PCA_IM) Informasi mengenai faktor loadings dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi tiap saluran pada tiap komponen hasil transformasi PCA Semakin tinggi nilainya maka akan semakin besar kontribusi saluran tersebut dalam membentuk komponen. Nilai 0 menunjukkan tidak adanya kontribusi saluran dalam komponen, sedangkan nilai negatif (-) menunjukkan saluran tersebut sebagai noise Saluran yang memiliki kontribusi paling besar pada komponen utama (PC1) pada semua citra yang digunakan adalah saluran satu atau saluran biru principal component 2 di mana informasi dari saluran biru juga mendominasi. Besarnya informasi saluran biru, baik pada PC1 maupun PC2 dikarenakan kemampuan penetrasi saluran biru terhadap prerairan dangkal dan jernih lebih baik daripada saluran tampak lainnya sehingga variasi pantulan objek dasar perairan lebih banyak diterima sensor
  16. dibedakan menjadi spesies Enhalus acoroides (Ea) dan non-Ea (Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, dan Halophila ovalis) peta spesies lamun = supervised - maximum likelihood ROI = 21 titik Penyederhanaan menjadi 2 kelas kategori ini dilakukan karena jumlah sampel yang terbatas. Selain itu jumlah sampel yang terlalu sedikit dapat mempengaruhi besarnya nilai koefisien determinasi (R2). Hasil klasifikasi dengan nilai akurasi paling baik akan digunakan sebagai peta spesies lamun. Akurasi mengunakan confusion matrix citra Quickbird hasil koreksi reflectance-at-sensor memberikan nilai akurasi dan koefisien kappa paling tinggi sebesar 52,94% dan 0,0286, Sehingga peta tersebut digunakan sebagai peta kelas spesies padang lamun Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa citra yang dikoreksi hingga kolom air dengan metode lyzenga (QB_LYZENGA) dan model integrasi (QB_IM) memberikan hasil yang lebih rendah. Hal ini dikarena sensitifnya proses koreksi kolom air yang dilakukan pada citra dengan menggunakan kedua metode tersebut, terutama dalam pemilihan ROI untuk pembuatan koefisien atenuasi
  17. luasan setiap kelas kategori akan dihitung berdasarkan jumlah piksel citra yang berukuran 5.76 m2. Besarnya luasan pada setiap kelas dapat dilihat pada tabel tabel diatas. 0,67 km2 = 67 hektar
  18. Peta percent cover (PC) padang lamun dibuat menggunakan persamaan empiris yang dibangun dari data lapangan Sampel model berjumlah 21, Model empiris peta kerapatan padang lamun pada setiap citra akan menghasilkan persamaan regresi Setiap persamaan regresi dengan nilai paling baik dari setiap citra digunakan untuk menghitung besarnya error of estimate (SE) Pada tabel 4.20 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi terbaik terdapat pada citra model integrasi yang telah di transformasi PCA sebesar 0,464 untuk kelas Ea dan 0,767 pada kelas non Ea Nilai SE terendah pada setiap kelas diperoleh dari persamaan pada citra quickbird hasil transformasi lyzenga yaitu sebesar 11,72% untuk kelas Ea dan 11,25% untuk kelas non Ea. pembuatan peta spesies lamun dilakukan menggunakan citra Quickbird hasil koreksi kolom air menggunakan metode lyzenga Akurasi peta persentase padang lamun yang dibangun dari persamaan citra lyzenga dihitung melalui persamaan confident level of mean dengan besar batas 95%. akurasi estimasi kerapatan padang lamun yang dihasilkan melalui persamaan citra lyzenga sebesar 83,66 % pada spesies Ea (enhalus) dan 83,83% pada spesies non-Ea (bukan enhalus)
  19. kelas Ea banyak terdapat pada bagian barat disepanjang pantai dengan luasan yang tidak begitu besar Persentase kerapatan yang tinggi terdapat dekat pantai dengan kedalaman yang relatif dangkal Persentase kerapatan ini akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman dan menjauhi pantai. Sedangkan kelas nonEa yang didominasi oleh spesies berdaun pendek yang banyak terdapat pada pesisir pantai yang mengarah kebagian utara daerah kajian hingga bagian timur. Persentase kerapatan kelas lamun nonEa tidak terlalu tinggi tetapi memiliki luasan yang cukup besar terutama pada bagian utara. Pada bagian timur ke arah selatan, keberadaan lamun semakin berkurang karena lebih banyak didominasi oleh pasir dan batu.
  20. Model stok karbon dibuat dari pemodelan empiris antara data persentase kerapatan (PC) padang lamun dengan nilai stok karbon Informasi besar kandungan karbon dalam sehelai daun pada setiap spesies selanjutnya digunakan untuk menghitung jumlah stok karbon pada setiap sampel yang diambil di lapangan dengan cara mengalikan kandungan karbon dalam sehelai daunnya dengan jumlah daun pada setiap spesies lamun. Model stok karbon padang lamun dihasilkan dari regresi antara persentase kerapatan (PC) sampel dengan nilai AGC yang merupakan nilai stok karbon pada daun (lampiran 5) Persamaan yang dihasilkan dibedakan menjadi tiga persamaan berdasarkan komposisi spesiesnya yaitu Ea, Th, dan Cr mix Model empiris dibangun dari persamaan regresi antara nilai stok karbon dengan nilai piksel pada setiap koordinat sampel yang telah diambil.
  21. diketahui bahwa persamaan yang paling sesuai digunakan untu membuat peta cadangan karbon adalah citra hasil koreksi sunglint yang telah ditransformasi PCA. Walaupun nilai SE pada persamaan citra ini bukan yang terendah tetapi penerapan persamaan ini pada kedua kelas spesies yang digunakan menunjukkan nilai konstan, dimana nilai SE yang cukup bagus pada kelas Ea diikuti dengan nilai yang cukup bagus pada kelas non-Ea. Walupun citra PCA_IM memiliki nilai koefisien korelasi yang paling tinggi untuk kelas spesies Ea, tetapi pada citra hasil koreksi ini menghilangkan informasi lamun dengan kerapatan tinggi pada perairan yang sangat dangkal. Sedangkan pada persamaan citra PCA_lyzenga dengan nilai koefisien yang relatif tinggi tetapi nilai SE nya juga besar pada setiap kelas spesies, sehingga persamaan ini juga tidak digunakan utuk membuat peta stok karbon. akurasi peta yang dihasilkan melalui persamaan citra PCA_sunglint sebesar 48,31% pada spesies Ea dan 40,91% pada spesies non_Ea
  22. Persamaan yang diperoleh hasil dari analisis regresi selanjutnya digunakan untuk mengetahui stok karbon padang lamun di pulau kemujan kepulauan karimunjawa. Penggunaan setiap persamaan ini dibedakan berdasarkan kelas kategori (Ea dan non-Ea) dan hanya diterapkan pada citra hasil koreksi sunglint yang telah ditransformasi PCA stok karbon terbesar terdapat pada kelas non-Ea yang merupakan spesies lamun berdaun pendek dengan stok karbon pada daun yang lebih sedikit dibandingkan spesies Ea. Tetapi luas kelas spesies non Ea lebih besar dari kelas spesies Ea dengan persentase luas sebesar 76,12 % sedangkan spesies Ea hanya 23,88% luasnya dari keseluruhan padang lamun pada daerah kajian. kelas non-Ea pada daerah kajian memiliki kandungan karbon sebesar 822.058 grC/m2, sedangkan kandungan karbon Ea pada daerah kajian hanya sebesar 334.547,1 grC/m2. kandungan karbon kelas non-Ea pada daerah kajian sebesar 4,74 ton karbon dan kandungan karbon Ea sebesar 1,93 ton karbon. total seluruh stok karbon atas (AGC) padang lamun pada daerah kajian sebesar 6.66 ton karbon