SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013)
45
SOLIDARITY 2 (1) (2013)
Solidarity: Journal of Education, Society and
Culture
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity
PERANAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI PADA LEMBAGA BIMBINGAN
BELAJAR NEUTRON YOGYAKARTA CABANG BANYUMANIK
SEMARANG DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI DI SEKOLAH
Ririh Binartika
Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
________________
SejarahArtikel:
Diterima November 2012
Disetujui Desember 2012
Dipublikasikan
________________
Keywords:
The Role of Sociology
Learning;
Tutoring Institute;
Learning Outcomes
____________________
Abstrak
___________________________________________________________________
Setiap lembaga bimbingan belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam
pembelajarannya. Dalam mata pelajaran yang tergolong dalam non eksakta, seperti halnya
sosiologi diperlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk memudahkan peserta didik dalam
memahami materi. Lembaga bimbingan belajar tersebut memiliki strategi-strategi khusus yang
menjadi landasan dalam setiap pembelajarannya. Tulisan ini menjelaskan tentang pembelajaran
sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang
yang dilihat dari komponen-komponen pembelajaran. Beberapa komponen pembelajaran
berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar di sekolah. Tulisan ini juga menunjukkan bahwa
peranan pembelajaran sosiologi tersebut dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
sosiologi di sekolah, antara lain 1) memperdalam pemahaman materi, 2) memudahkan menjawab
soal, 3) mengatasi kesulitan, 4) memudahkan mencari contoh, serta 5) memotivasi peserta didik.
Abstract
___________________________________________________________________
Each tutoring institute have different characteristics with their learnings. In subjects belonging to the non exact
sciences, like sociology takes appropriate learning strategies to facilitate students in understanding the material.
Tutoring institute has specific strategies that are foundational in every learning. This article explains that
sociology learning at the Tutoring Institute of Neutron Yogyakarta, Banyumanik Semarang Branch can be
seen from the learning components. Several components contribute to improving learning outcomes in schools.
This article also shows that the role of the sociology learning in improving learning outcomes of sociology in
school, among others 1) to deepen understanding of the material, 2) makes it easy to answer questions, 3) to
overcome difficulties, 4) makes it easy to find examples, and 5) motivating students.
© 2013 UniversitasNegeri Semarang
Alamatkorespondensi:
Gedung C7 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: unnessosant@gmail.com
ISSN 2252-7133
Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013)
46
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dalam Pasal 13 ayat (1)
menjelaskan bahwa jalur pendidikan di
Indonesia terdiri atas pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan nonformal
merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan atau pelengkap pendidikan
formal.
Lembaga bimbingan belajar sebenarnya
bukan merupakan hal yang baru bagi dunia
pendidikan di Indonesia. Namun munculnya
lembaga bimbingan belajar menjadi satu
fenomena yang menarik. Peserta didik dan
didukung peran orang tua ada rasa
ketidakpuasan terhadap proses pembelajaran
yang berlangsung di sekolah. Salah satu faktor
penyebabnya adalah berkaitan dengan
pembelajaran yang berlangsung di sekolah.
Pemilihan strategi pembelajaran yang kurang
tepat membuat peserta didik menjadi kurang
termotivasi dalam menerima materi
pembelajaran. Tentunya hal ini mengakibatkan
peserta didik mengalami kesulitan belajar, yang
pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajar
dan rendahnya prestasi akademik. Terlebih
tuntutan dalam pendidikan semakin tinggi
dalam kaitannya dengan pelaksanaan Ujian
Nasional. Hal tersebut juga mendorong lembaga
bimbingan belajar banyak diminati peserta didik
untuk menunjang persiapan Ujian Nasional.
Masing-masing lembaga bimbingan
belajar menawarkan berbagai trik dalam
pembelajarannya, sehingga setiap lembaga
bimbingan belajar memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Pembelajarannya tentu berbeda
dengan pembelajaran yang berlangsung di
sekolah. Dalam mata pelajaran yang tergolong
dalam noneksakta, seperti halnya sosiologi
diperlukan strategi pembelajaran yang tepat
untuk memudahkan peserta didik dalam
memahami materinya. Menurut Soemardjan
dan Soemardi (dalam Soekanto, 2006: 18),
sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Dengan kata lain,
sosiologi merupakan suatu ilmu sosial yang
bersifat abstrak.
Setelah belajar sosiologi, peserta didik
diharapkan memiliki kompetensi
mengeksplorasi, mengiterpretasi, menyimpulkan
data dan mengkreasi konsep, serta mengkreasi
cara pemecahan atas permasalahan-
permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-
hari. Pada kenyataannya yang terjadi adalah
peserta didik menghafal seluruh materi
sosiologi, di mana ini terjadi juga pada mata
pelajaran noneksakta lainnya. Dengan demikian
tujuan pembelajaran sosiologi belum dapat
tercapai.
Dengan demikian dalam mata pelajaran
semacam ini tentunya dibutuhkan strategi-
strategi yang efektif. Pemilihan strategi
pembelajaran yang tepat juga dilakukan oleh
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta. Lembaga Bimbingan Belajar
Neutron Yogyakarta merupakan salah satu
lembaga bimbingan belajar yang memiliki nama
besar dan cukup diminati oleh peserta didik di
kota-kota besar, terutama di Semarang.
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta memiliki strategi-strategi khusus
yang menjadi landasan dalam setiap proses
pembelajarannya. Bagaimana pembelajaran
sosiologi yang berlangsung dan bagaimana
peranan pembelajaran pada Lembaga
Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta ini
dituntut dalam pencapaian tujuan yaitu mampu
berperan dalam meningkatkan prestasi
akademik peserta didik terlebih dalam mata
pelajaran sosiologi.
Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013)
47
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang Peranan Pembelajaran
Sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar
Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik
Semarang dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Mata Pelajaran Sosiologi di Sekolah dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subyek penelitian secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa (Moleong, 2007:6). Data yang
dikumpulkan harus berbentuk kalimat yang
memiliki arti luas, berasal dari transip
wawancara, catatan, wawancara lapangan, dan
sebagainya. Fokus penelitian ini meliputi
bagaimana pembelajaran sosiologi yang
berlangsung pada Lembaga Bimbingan Belajar
Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik
Semarang, serta peranan pembelajaran tersebut
dalam meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran sosiologi di sekolah.
Lokasi penelitian ini dilakukan di
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang.
Sumber data diperoleh dari sumber data primer
dan sekunder. Sumber data primer dari subjek
penelitian yaitu peserta didik kelas XII IPS.
Selain itu, sumber data primer juga didapat dari
informan yaitu Kepala Cabang dan tentor
sosiologi. Sumber data sekunder berupa
dokumentasi yang mencakup foto-foto, catatan
wawancara, arsip, buku-buku pedoman, buku-
buku literatur dan dokumen lain yang terkait.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi/pengamatan, wawancara dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan
teknik triangulasi. Teknik analisis data dalam
penelitian ini mencakup empat hal yaitu
pengumpulan data (data collected), pengeditan
data (data reduction), penyajian data (display
data) dan menarik kesimpulan (verification).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembelajaran sosiologi yang berlangsung
pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang
Pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu sistem, yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berhubungan satu
dengan yang lain. Menurut Sugandi (2007: 28-
30), komponen dalam pembelajaran meliputi
tujuan, subjek belajar, materi pelajaran, strategi
pembelajaran (metode, model, teknik mengajar),
media pembelajaran, serta penunjang (fasilitas,
buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran).
1. Tujuan
Tujuan pembelajaran pada Lembaga
Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang
Banyumanik Semarang disesuaikan pada
masing-masing program. Program Reguler bagi
kelas XII IPS bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan akademik dan berprestasi di
sekolah, untuk mempersiapkan dengan intensif
dan terprogram agar sukses saat ulangan harian,
ujian tengah semester, dan ujian akhir semester,
serta sukses saat Ujian Nasional. Hal ini sesuai
dengan penjelasan bapak Heru Prasetyo selaku
Kepala Cabang Lembaga Bimbingan Belajar
Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik
Semarang yang menjelaskan:
“Untuk tujuan pembelajaran
sebenarnya disesuaikan dengan program
belajarnya. Contohnya saja Program Reguler
Kelas X-XI SMA memiliki tujuan untuk
meningkatkan kemampuan akademik dan
berprestasi di sekolah, untuk mempersiapkan
dengan intensif dan terprogram agar sukses
saat ulangan harian, ujian tengah semester,
dan ujian akhir semester, serta agar sukses
naik kelas dan tentunya meraih prestasi
terbaik. Hal itu beda dengan Program PIKPU,
di mana tujuan pembelajarannya adalah
mempersiapkan dalam SNMPTN dan pada
akhirnya dapat masuk di Perguruan Tinggi
Negeri favorit”. (wawancara dengan Bapak
Heru Prasetya tanggal 9 Mei 2012)
Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013)
48
2. Subjek Belajar
Subjek belajar dalam sistem pembelajaran
merupakan komponen utama karena berperan
sebagai subjek sekaligus objek (Sugandi, 2007:
29). Sebagai subjek karena peserta didik adalah
individu yang melakukan proses belajar
mengajar. Sebagai objek karena kegiatan
pembelajaran diharapkan dapat mencapai
perubahan pada diri subjek belajar. Subjek
belajar dalam pembelajaran sosiologi pada
lembaga bimbingan belajar ini adalah peserta
didik kelas XII IPS yang berasal dari berbagai
sekolah negeri dan swasta yang ada di sekitar
lembaga bimbingan belajar ini.
3. Strategi Pembelajaran
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang
memberikan pembelajaran dengan sistem 15
menit pertama untuk pemberian konsep dasar
dan 75 menit selanjutnya merupakan
pendalaman soal dan analisa. Hal ini juga
berlaku pada mata pelajaran sosiologi. Sistem
pembelajaran yang demikian merupakan
aplikasi dari metode pembelajaran yang
digunakan oleh Lembaga Bimbingan Belajar
Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik
Semarang, yaitu Metode Penalaran. Metode
Penalaran adalah metode belajar yang
menggunakan konsep-konsep dasar, sehingga
dengan dikuasai dasar dan inti permasalahan
tiap bidang studi siswa dapat menganalisa dan
menjawab soal-soal yang diujikan dengan
sistematis, lebih cepat dan lebih efisien. Bapak
Slamet Santosa selaku tentor sosiologi
menuturkan:
“Untuk sekolah favorit biasanya justru
minim konsep, sehingga kami memberikan
pemahaman konsep-konsep dasar. Selanjutnya
pembelajaran difokuskan pada pembahasan
soal. Itu semua sesuai dengan metode
pembelajaran yang digunakan oleh Neutron.
Metode penalaran bermaksud membiasakan
siswa menjawab pertanyaan dengan mencari
jawaban yang logis”. (wawancara pada
tanggal 8 Mei 2012)
Penerapan Metode Penalaran pada
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang
sesuai dengan David Ausubel yang
mengemukakan teori belajar bermakna
(meaningful learning). Dalam pembelajaran
sosiologi, setiap peserta didik harus menguasai
beberapa konsep dan keterampilan dasar
sosiologi terlebih dahulu. Setelah itu, peserta
didik harus mampu mengaitkan antara
pengetahuan yang baru dengan konsep dasar
yang telah diberikan tentor sosiologi.
Konsep dasar diberikan selama 15 menit
secara konvensional, yaitu dengan metode
ceramah. Pembelajaran sosiologi yang
berlangsung cenderung lebih teacher-centered,
dalam hal ini tentor sosiologi yang lebih
berperan penting. Berdasarkan Teori Belajar
Kognitif menurut David Ausubel (dalam
Suprijono, 2011: 25-26), Ausubel
menyampaikan satu alternatif model pengajaran
yang disebut Reception Learning. Peserta didik
tidak selalu mengetahui apa yang penting atau
relevan untuk dirinya sendiri sehingga mereka
memerlukan motivasi eksternal untuk
melakukan kerja kognitif dalam mempelajari
apa yang diajarkan di sekolah. Dalam hal ini,
motivasi eksternal berasal dari tentor sosiologi.
Tentor memiliki kedudukan yang menentukan,
karena tentor memilah dan memilih bahan
pelajaran yang akan disajikan kepada peserta
didik. Tentor sosiologi menjelaskan konsep
dasar secara konvensional dan menuliskan
secara sistematik dalam white board.
Setelah peserta didik paham dengan
konsep dasar yang diberikan, tentor melanjutkan
untuk pembahasan soal yang terdapat pada
modul. Pembelajaran sosiologi pada Lembaga
Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang
Banyumanik Semarang lebih menekankan pada
pembahasan soal, namun tidak melupakan
pentingnya pemahaman konsep dasar sosiologi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cindy
Devina Gaviota Nusantari (2011) tentang
persepsi siswa kelas XII SMA Negeri terhadap
lembaga bimbingan belajar di Kota Semarang
yang menggambarkan pembelajaran biologi
pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013)
49
Yogyakarta lebih mengutamakan pada
pembahasan soal.
Pembahasan soal dilakukan dengan
mengajarkan untuk menerapkan Metode
Penalaran yaitu dengan melihat pilihan jawaban
pada soal jenis multiple choice untuk
selanjutnya dianalisa menurut konsep dasarnya.
Selama pembahasan soal, tentor mengulangi
kembali konsep-konsep dasar yang berkaitan
dengan soal tersebut. Selain itu, tentor
memberikan contoh yang sesuai dengan
fenomena yang ada dalam masyarakat.
Pembahasan soal merupakan upaya
memperkuat organisasi kognitif. Tentor
sosiologi mencoba mengikatkan informasi baru
ke dalam struktur yang telah direncanakan di
dalam permulaan pembelajaran, dengan cara
mengingatkan peserta didik bahwa soal dan
contoh ilustratif yang bersifat spesifik itu
berkaitan dengan konsep dasar yang bersifat
umum.
Dari serangkaian pembelajaran sosiologi
pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang,
tentor sosiologi memiliki peran yang sesuai
dengan pendapat Ausubel yang menyatakan
bahwa guru bertugas mengalihkan seperangkat
pengetahuan yang terorganisasikan sehingga
pengetahuan tersebut menjadi bagian dari sistem
pengetahuan siswa. Menurut Suprijono (2011:
26), pemberian advance organizer oleh tentor
bertujuan memberi arahan bagi individu untuk
mengetahui apa yang terpenting dari materi
yang dipelajarinya, serta memberi penguatan
terhadap pengetahuan yang diperoleh atau
dipelajari.
4. Materi Pelajaran
Materi pelajaran yang diberikan oleh
tentor sosiologi sama dengan materi yang
diberikan oleh sekolah. Hal ini ditegaskan oleh
Havid Dwi Pradita selaku peserta didik kelas
XII IPS yang mennyatakan bahwa materi yang
diberikan tentor sosiologi sesuai dengan materi
yang didapatkan di sekolah, hanya saja lebih
mendalam dan semua materi dikupas tuntas.
Penjelasan dan pendalaman konsep dasar serta
inti permasalahan diberikan berdasarkan
kurikulum terbaru.
Dalam pembelajaran sosiologi, tentor
menjelaskan kembali materi yang telah
didapatkan serta materi yang belum dipahami
peserta didik di sekolah.
5. Media Pembelajaran
Menurut Sugandi (2007:30), media
pembelajaran menjadi salah satu komponen
yang berfungsi meningkatkan peranan strategi
pembelajaran, di samping komponen metode
pembelajaran. Dalam pembelajaran sosiologi
pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang,
tentor menggunakan whiteboard dan spidol
sebagai media pembelajaran. Hal ini
dikarenakan konsep dasar sosiologi dijelaskan
oleh tentor secara konvensional.
6. Penunjang
Komponen penunjang dalam
pembelajaran sosiologi pada Lembaga
Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang
Banyumanik Semarang adalah modul. Modul
berisi beberapa paket soal yang berasal dari soal-
soal ujian nasional, ujian masuk UI, UGM, ITB,
serta ujian SNMPTN. Soal-soal tersebut telah
disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, untuk
modul kelas reguler berisi soal-soal yang
dikelompokkan sesuai materi pelajaran,
sedangkan untuk modul Program PIKPU, soal-
soal dikelompokkan ke dalam beberapa paket
soal yang sudah mencakup berbagai materi.
Soal-soal pada modul bukan hanya
berupa teori, tetapi lebih bersifat aplikatif. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara kepada bapak
Heru Prasetya yang menjelaskan:
“Saat ini untuk modul sosiologi hanya
berisi soal-soal untuk latihan siswa. Kalau
untuk konsep dasarnya belum ada. Isi modul
sudah disesuaikan dan diterapkan pada
kehidupan sehari-hari. Selain itu, soal-soalnya
juga merupakan contoh yang konkret.”
(wawancara pada tanggal 9 Mei 2012)
Berdasarkan komponen-komponen
pembelajaran tersebut, pembelajaran sosiologi
Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013)
50
yang berlangsung pada Lembaga Bimbingan
Belajar Neutron Yogyakarta Cabang
Banyumanik Semarang dapat meningkatkan
hasil belajar di sekolah. Hal ini sesuai dengan
konsep pembelajaran sosiologi yang dapat
meningkatkan hasil belajar (Beryn, 2012).
Pembelajaran sosiologi yang dapat
meningkatkan hasil belajar yaitu pertama,
menanamkan sasaran dasar sosiologi (sasaran
kognitif), dalam hal ini adalah konsep dasar
yang diberikan tentor sosiologi. Kedua,
mengembangkan keterampilan sikap dan
perilaku siswa secara rasional (sasaran praktis),
dalam hal ini pembahasan soal yang mencakup
penerapan konsep dasar sosiologi, serta contoh
yang sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini.
Pembelajaran sosiologi yang berlangsung
pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang
sesuai dengan Teori Belajar Kognitif yang
dikembangkan David Ausubel tentang konsep
belajar penangkapan (reception learning).
Ausubel menyarankan dalam reception learning
terdapat suatu proses yang disebut dengan
diferensiasi progresif, di mana pembelajaran
berlangsung setahap demi setahap. Proses
pembelajaran berlangsung dari umum ke
khusus. Pembelajaran sosiologi pada Lembaga
Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang
Banyumanik Semarang dimulai dari konsep
dasar menuju kepada informasi spesifik, dan
pembahasan soal yang menyertakan penjelasan
dengan menggunakan contoh-contoh ilustratif.
B. Peranan Pembelajaran Sosiologi pada
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Sosiologi di Sekolah
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta hakikatnya merupakan salah satu
alternatif pemecahan masalah belajar yang
dialami peserta didik di sekolah. Pembelajaran
sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar
Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik
Semarang dapat meningkatkan hasil belajar
sosiologi di sekolah. Peningkatan hasil belajar
dikarenakan pembelajaran sosiologi yang
berlangsung sesuai dengan konsep meaningful
learning dari David Ausubel. Proses maupun
hasil pembelajaran yang bermakna bagi peserta
didik akan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Peserta didik kelas IPS mengalami
peningkatan hasil belajar mata pelajaran
sosiologi di sekolah. Hasil belajar yang
dimaksud merupakan hasil belajar dalam ranah
kognitif. Lembaga bimbingan belajar lebih
menekankan pada pencapaian ranah kognitif.
Hal ini berbeda dengan pembelajaran yang
berlangsung di sekolah yang bertujuan untuk
mencapai ketiga ranah, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Peningkatan hasil belajar mata pelajaran
sosiologi di sekolah tentunya tidak lepas dari
peranan pembelajaran sosiologi pada Lembaga
Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang
Banyumanik Semarang. Dari semua komponen
pembelajaran, antara komponen yang satu
dengan yang lain memiliki hubungan saling
keterkaitan. Hasil penelitian di lapangan
ditemukan bahwa dalam pembelajaran sosiologi
pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang,
terdapat beberapa komponen pembelajaran yang
berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar
di sekolah. Komponen pembelajaran sosiologi
pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang
yang berkontribusi dalam meningkatkan hasil
belajar sosiologi di sekolah antara lain, strategi
pembelajaran yang menggunakan Metode
Penalaran, materi pelajaran, serta modul.
Peranan pembelajaran sosiologi pada
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang
dalam meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran sosiologi di sekolah yaitu:
1. Memperdalam Pemahaman Peserta Didik
tentang Materi Sosiologi yang Didapatkan di
Sekolah
Pembelajaran sosiologi pada Lembaga
Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang
Banyumanik Semarang mampu memperdalam
pemahaman peserta didik tentang materi
sosiologi yang telah didapatkan di sekolah.
Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013)
51
Tentor sosiologi menjelaskan materi pelajaran
secara lebih terperinci dan mendalam daripada
materi yang diberikan guru di sekolah.
2. Memudahkan Peserta Didik dalam
Menjawab Soal-Soal yang Diberikan Guru di
Sekolah ataupun Soal-Soal dalam Ulangan
Semester dan Ujian Nasional
Pembelajaran sosiologi pada Lembaga
Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang
Banyumanik Semarang yang lebih
memfokuskan pada pembahasan soal
merupakan kunci bagi peserta didik dalam
menghadapi berbagai macam ujian, mulai dari
ulangan harian, ulangan semester, ujian
nasional, maupun ujian masuk perguruan tinggi.
Kemampuan peserta didik menganalisa
berdasarkan konsep dasar yang telah dikuasai
menjadikan peserta didik dengan mudah
menjawab soal-soal ulangan, ujian semester,
maupun ujian nasional secara cepat dan efisien.
3. Mengatasi Kesulitan Peserta Didik dalam
Mengerjakan Tugas dari Guru di Sekolah
Dalam pelaksanaan pembelajaran
sosiologi dengan Metode Penalaran, tentor tidak
hanya menjelaskan konsep dasar dan membahas
soal pada modul, tetapi tentor juga menjelaskan
dan membantu peserta didik yang mengalami
kesulitan baik materi maupun tugas dari
sekolah. Konsultasi untuk peserta didik juga
diberikan oleh Lembaga Bimbingan Belajar
Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik
Semarang dalam proses membantu peserta didik
memecahkan masalah yang dihadapi. Masalah
tersebut meliputi kesulitan belajar, kesulitan
meenyelesaikan pekerjaan rumah (PR), dan
materi bahasan sekolah yang belum dipahami.
Konsultasi ini diberikan pada waktu-waktu
khusus di luar jam pembelajaran sosiologi.
4. Memudahkan Peserta Didik dalam
Mengkaitkan Materi dengan Contoh-Contoh
atau Fenomena yang Ada dalam Masyarakat
Pada pembahasan soal, tentor mengulangi
kembali konsep dasar yang berkaitan dengan
soal tersebut, serta memberikan contoh-contoh
yang ada di dalam masyarakat. Contoh yang
diberikan adalah fenomena-fenomena yang
sedang terjadi pada masyarakat. contoh yang
sesuai dengan konsep dasar juga dapat dilihat
pada soal-soal yang terdapat dalam modul. Soal-
soal pada modul bukan hanya berupa teori,
tetapi lebih bersifat aplikatif. Dengan demikian
peserta didik dapat dengan mudah mengaitkan
konsep dasar dengan contoh yang ada dalam
masyarakat.
5.Memotivasi Peserta Didik dalam
Pembelajaran
Tentor dalam suatu pembelajaran tidak
hanya bertugas untuk mengajar, tetapi juga
memberikan motivasi kepada peserta didiknya.
Motivasi yang diberikan tentor sangat dirasakan
manfaatnya oleh peserta didik. Motivasi untuk
terus belajar selalu diberikan tentor sosiologi
setiap pembelajaran. Keberhasilan atau
kegagalan peserta didik seringkali dikaitkan
dengan tinggi rendahnya motivasi belajar.
Peningkatan hasil belajar mata pelajaran
sosiologi di sekolah sesuai dengan fungsi
lembaga bimbingan belajar yaitu memberikan
layanan jasa pendidikan berupa bimbingan
belajar kepada peserta didik dengan harapan
dapat meningkatkan prestasi akademiknya
(Nusantari, 2011:10). Peningkatan hasil belajar
tersebut tentunya tidak lepas dari pembelajaran
yang berlangsung di sekolah. Keberadaan
lembaga bimbingan belajar menjadi pelengkap
bagi sekolah. Sekolah dan lembaga bimbingan
belajar merupakan sinkronisasi antara
pembelajaran yang diberikan untuk
memaksimalkan potensi peserta didik. Lembaga
bimbingan belajar membantu peserta didik
mendalami materi pelajaran sekolah. Materi
yang disajikan sesuai dengan materi di sekolah.
Perbedaannya adalah lembaga bimbingan
belajar menitikberatkan pada trik mengerjakan
soal dengan cepat. Keterbatasan waktu di
sekolah, membuat peserta didik tidak
mempunyai banyak waktu untuk bertanya dan
berdiskusi tentang materi yang belum
dipahaminya. Sementara di lembaga bimbingan
belajar, peserta didik dapat dengan leluasa untuk
bertanya. Dengan demikian, sekolah dan
lembaga bimbingan belajar saling melengkapi.
Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013)
52
Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan
nonformal menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa
pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan atau pelengkap pendidikan
formal.
SIMPULAN
Pembahasan di atas menunjukkan bahwa
pembelajaran sosiologi yang berlangsung pada
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang
dapat dilihat dari komponen-komponen
pembelajaran, antara lain: 1) subjek belajar
merupakan peserta didik kelas XII IPS yang
berasal dari berbagai sekolah negeri dan swasta,
2) strategi pembelajaran menggunakan Metode
Penalaran, 3) materi pelajaran sesuai dengan
materi di sekolah, 4) media pembelajaran yang
digunakan adalah spidol dan whiteboard, dan 5)
penunjang yang berupa modul sebagai buku
sumber.
Berdasarkan Teori Belajar Kognitif
menurut David Ausubel, pembelajaran sosiologi
yang berlangsung pada Lembaga Bimbingan
Belajar Neutron Yogyakarta Cabang
Banyumanik Semarang sesuai dengan konsep
belajar penangkapan (reception learning) yang
terdapat proses diferensiasi progresif.
Pembelajaran dimulai dari konsep dasar menuju
kepada informasi spesifik, dan pembahasan soal
yang menyertakan penjelasan dengan
menggunakan contoh-contoh ilustratif.
Peningkatan hasil belajar mata pelajaran
sosiologi tidak lepas dari pembelajaran yang
berlangsung di sekolah. Keberadaan lembaga
bimbingan belajar menjadi pelengkap bagi
sekolah. Pembelajaran sosiologi yang
berlangsung sesuai dengan konsep meaningful
learning dari David Ausubel. Proses maupun
hasil pembelajaran yang bermakna bagi peserta
didik akan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Peranan pembelajaran sosiologi pada
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Cabang
Banyumanik Semarang dalam meningkatkan
hasil belajar mata pelajaran sosiologi di sekolah,
yaitu: 1) memperdalam pemahaman peserta
didik tentang materi sosiologi yang didapatkan
di sekolah, 2) memudahkan peserta didik dalam
menjawab soal-soal yang diberikan guru di
sekolah ataupun soal-soal dalam ulangan
semester dan ujian nasional, 3) mengatasi
kesulitan peserta didik dalam mengerjakan tugas
dari guru di sekolah, 4) memudahkan peserta
didik dalam mengkaitkan materi dengan contoh-
contoh atau fenomena yang ada dalam
masyarakat, dan 5) memotivasi peserta didik
dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Beryn. 2012. Belajar Sosiologi, Siapa Takut!.
Online at
http://gurumadrasahbelajarsosiologi.blog
spot.com/2012/02/belajar-soiologi-siapa-
takut.html?m=1 [diakses 25 Juni 2012]
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugandi, Achmad, dkk. 2007. Teori
Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES
Press.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning
Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2006. Bandung: Fokusmedia.

More Related Content

What's hot

JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAJURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAmanginova
 
Artikel hubungan pemberian_reward_terhadap_minat_belajar_siswa_kelas_iv_pada_...
Artikel hubungan pemberian_reward_terhadap_minat_belajar_siswa_kelas_iv_pada_...Artikel hubungan pemberian_reward_terhadap_minat_belajar_siswa_kelas_iv_pada_...
Artikel hubungan pemberian_reward_terhadap_minat_belajar_siswa_kelas_iv_pada_...okyana dewi gendari
 
Artikel analisis strategi_pembelajaran_materi_pecahan_kelas_v__sdi_assalam_ma...
Artikel analisis strategi_pembelajaran_materi_pecahan_kelas_v__sdi_assalam_ma...Artikel analisis strategi_pembelajaran_materi_pecahan_kelas_v__sdi_assalam_ma...
Artikel analisis strategi_pembelajaran_materi_pecahan_kelas_v__sdi_assalam_ma...okyana dewi gendari
 
Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6
Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6
Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6Yanwar Sudartono
 
Tesis Made Martin Rusmaja
Tesis Made Martin RusmajaTesis Made Martin Rusmaja
Tesis Made Martin Rusmajamartinrusmaja
 
Permasalahan pembelajaran sejarah di indonesia
Permasalahan pembelajaran sejarah di indonesiaPermasalahan pembelajaran sejarah di indonesia
Permasalahan pembelajaran sejarah di indonesiaSejarah Akademika
 
KESIAPAN LEMBAGA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMA N...
KESIAPAN LEMBAGA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMA N...KESIAPAN LEMBAGA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMA N...
KESIAPAN LEMBAGA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMA N...afiat19
 
Implementasi Kurikulum K13 Dengan Pendekatan Saintifik Pada Pelajaran Pai Di ...
Implementasi Kurikulum K13 Dengan Pendekatan Saintifik Pada Pelajaran Pai Di ...Implementasi Kurikulum K13 Dengan Pendekatan Saintifik Pada Pelajaran Pai Di ...
Implementasi Kurikulum K13 Dengan Pendekatan Saintifik Pada Pelajaran Pai Di ...SubmissionResearchpa
 
Proposal kualitatif
Proposal kualitatifProposal kualitatif
Proposal kualitatifDewi
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learningguestf6b63af
 
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...Muhammad Idris
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMENARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMENDina Adilah
 
72 article text-213-3-10-20200711
72 article text-213-3-10-2020071172 article text-213-3-10-20200711
72 article text-213-3-10-20200711thamil arasi
 
MAKALAH MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN
MAKALAH MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN MAKALAH MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN
MAKALAH MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN Rahmatullah Muhammad
 
MAKALAH KEDUDUKAN IPA DI KURIKULUM 2013
MAKALAH KEDUDUKAN IPA DI KURIKULUM 2013MAKALAH KEDUDUKAN IPA DI KURIKULUM 2013
MAKALAH KEDUDUKAN IPA DI KURIKULUM 2013arieffige
 
3968 1920-1-pb (stad & mot-berprestasi thd prestasi belajar fisika sma)
3968 1920-1-pb (stad & mot-berprestasi thd prestasi belajar fisika sma)3968 1920-1-pb (stad & mot-berprestasi thd prestasi belajar fisika sma)
3968 1920-1-pb (stad & mot-berprestasi thd prestasi belajar fisika sma)Mulyatno Aja
 

What's hot (20)

JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAJURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
 
Artikel hubungan pemberian_reward_terhadap_minat_belajar_siswa_kelas_iv_pada_...
Artikel hubungan pemberian_reward_terhadap_minat_belajar_siswa_kelas_iv_pada_...Artikel hubungan pemberian_reward_terhadap_minat_belajar_siswa_kelas_iv_pada_...
Artikel hubungan pemberian_reward_terhadap_minat_belajar_siswa_kelas_iv_pada_...
 
Artikel analisis strategi_pembelajaran_materi_pecahan_kelas_v__sdi_assalam_ma...
Artikel analisis strategi_pembelajaran_materi_pecahan_kelas_v__sdi_assalam_ma...Artikel analisis strategi_pembelajaran_materi_pecahan_kelas_v__sdi_assalam_ma...
Artikel analisis strategi_pembelajaran_materi_pecahan_kelas_v__sdi_assalam_ma...
 
Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6
Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6
Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6
 
Tesis Made Martin Rusmaja
Tesis Made Martin RusmajaTesis Made Martin Rusmaja
Tesis Made Martin Rusmaja
 
Permasalahan pembelajaran sejarah di indonesia
Permasalahan pembelajaran sejarah di indonesiaPermasalahan pembelajaran sejarah di indonesia
Permasalahan pembelajaran sejarah di indonesia
 
38 3336-1-sm
38 3336-1-sm38 3336-1-sm
38 3336-1-sm
 
KESIAPAN LEMBAGA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMA N...
KESIAPAN LEMBAGA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMA N...KESIAPAN LEMBAGA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMA N...
KESIAPAN LEMBAGA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMA N...
 
Implementasi Kurikulum K13 Dengan Pendekatan Saintifik Pada Pelajaran Pai Di ...
Implementasi Kurikulum K13 Dengan Pendekatan Saintifik Pada Pelajaran Pai Di ...Implementasi Kurikulum K13 Dengan Pendekatan Saintifik Pada Pelajaran Pai Di ...
Implementasi Kurikulum K13 Dengan Pendekatan Saintifik Pada Pelajaran Pai Di ...
 
Proposal kualitatif
Proposal kualitatifProposal kualitatif
Proposal kualitatif
 
makalah psikologi
makalah psikologimakalah psikologi
makalah psikologi
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learning
 
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMENARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
 
72 article text-213-3-10-20200711
72 article text-213-3-10-2020071172 article text-213-3-10-20200711
72 article text-213-3-10-20200711
 
bab 2 proposal kuantitatif
bab 2 proposal kuantitatifbab 2 proposal kuantitatif
bab 2 proposal kuantitatif
 
MAKALAH MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN
MAKALAH MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN MAKALAH MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN
MAKALAH MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN
 
MAKALAH KEDUDUKAN IPA DI KURIKULUM 2013
MAKALAH KEDUDUKAN IPA DI KURIKULUM 2013MAKALAH KEDUDUKAN IPA DI KURIKULUM 2013
MAKALAH KEDUDUKAN IPA DI KURIKULUM 2013
 
3968 1920-1-pb (stad & mot-berprestasi thd prestasi belajar fisika sma)
3968 1920-1-pb (stad & mot-berprestasi thd prestasi belajar fisika sma)3968 1920-1-pb (stad & mot-berprestasi thd prestasi belajar fisika sma)
3968 1920-1-pb (stad & mot-berprestasi thd prestasi belajar fisika sma)
 

Viewers also liked

EVALUACION DEL TERCR PARCIAL
EVALUACION DEL TERCR PARCIALEVALUACION DEL TERCR PARCIAL
EVALUACION DEL TERCR PARCIALnatalysandra
 
Profile (July 2015)
Profile (July 2015)Profile (July 2015)
Profile (July 2015)Guy Rich
 
Sandra VanderToolen Resume 7 20 16
Sandra VanderToolen Resume 7 20 16Sandra VanderToolen Resume 7 20 16
Sandra VanderToolen Resume 7 20 16Sandra VanderToolen
 
La corte di cassazione sez. ii penale - Sentenza del 25 marzo 2014
La corte di cassazione sez. ii penale - Sentenza del 25 marzo 2014La corte di cassazione sez. ii penale - Sentenza del 25 marzo 2014
La corte di cassazione sez. ii penale - Sentenza del 25 marzo 2014Olga Veremeenko
 
Host a screening of Dear Albert
Host a screening of Dear AlbertHost a screening of Dear Albert
Host a screening of Dear AlbertAlistair Sinclair
 
1.01 Typography
1.01 Typography1.01 Typography
1.01 TypographyMsGilbert
 
Copy of group 4 presentation
Copy of group 4 presentationCopy of group 4 presentation
Copy of group 4 presentationMez1987
 
Copy of group 4 presentation 17 01-2015
Copy of group 4 presentation 17 01-2015Copy of group 4 presentation 17 01-2015
Copy of group 4 presentation 17 01-2015Mez1987
 
Patient engagement-is-all-about-accessibility-accountability-and-assurance
Patient engagement-is-all-about-accessibility-accountability-and-assurancePatient engagement-is-all-about-accessibility-accountability-and-assurance
Patient engagement-is-all-about-accessibility-accountability-and-assuranceOptimize Medical Practice
 
Ple benito
Ple benitoPle benito
Ple benitobenitolv
 
How the film poster was made
How the film poster was madeHow the film poster was made
How the film poster was madeshivanimohann
 
Rotary 2015 final 2
Rotary 2015 final 2Rotary 2015 final 2
Rotary 2015 final 2Gordon James
 
CMY's Portfolio-Graphic
CMY's Portfolio-GraphicCMY's Portfolio-Graphic
CMY's Portfolio-GraphicMinyan Chen
 

Viewers also liked (18)

EVALUACION DEL TERCR PARCIAL
EVALUACION DEL TERCR PARCIALEVALUACION DEL TERCR PARCIAL
EVALUACION DEL TERCR PARCIAL
 
Profile (July 2015)
Profile (July 2015)Profile (July 2015)
Profile (July 2015)
 
Sandra VanderToolen Resume 7 20 16
Sandra VanderToolen Resume 7 20 16Sandra VanderToolen Resume 7 20 16
Sandra VanderToolen Resume 7 20 16
 
La corte di cassazione sez. ii penale - Sentenza del 25 marzo 2014
La corte di cassazione sez. ii penale - Sentenza del 25 marzo 2014La corte di cassazione sez. ii penale - Sentenza del 25 marzo 2014
La corte di cassazione sez. ii penale - Sentenza del 25 marzo 2014
 
Turnover reduction
Turnover reductionTurnover reduction
Turnover reduction
 
Php curl
Php curlPhp curl
Php curl
 
veterinaria
veterinariaveterinaria
veterinaria
 
Host a screening of Dear Albert
Host a screening of Dear AlbertHost a screening of Dear Albert
Host a screening of Dear Albert
 
Jurnal.
Jurnal.Jurnal.
Jurnal.
 
1.01 Typography
1.01 Typography1.01 Typography
1.01 Typography
 
Copy of group 4 presentation
Copy of group 4 presentationCopy of group 4 presentation
Copy of group 4 presentation
 
Copy of group 4 presentation 17 01-2015
Copy of group 4 presentation 17 01-2015Copy of group 4 presentation 17 01-2015
Copy of group 4 presentation 17 01-2015
 
Patient engagement-is-all-about-accessibility-accountability-and-assurance
Patient engagement-is-all-about-accessibility-accountability-and-assurancePatient engagement-is-all-about-accessibility-accountability-and-assurance
Patient engagement-is-all-about-accessibility-accountability-and-assurance
 
Ple benito
Ple benitoPle benito
Ple benito
 
NEWResume
NEWResumeNEWResume
NEWResume
 
How the film poster was made
How the film poster was madeHow the film poster was made
How the film poster was made
 
Rotary 2015 final 2
Rotary 2015 final 2Rotary 2015 final 2
Rotary 2015 final 2
 
CMY's Portfolio-Graphic
CMY's Portfolio-GraphicCMY's Portfolio-Graphic
CMY's Portfolio-Graphic
 

Similar to OPTIMASI SOSIOLOGI

PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN Septia Nur'aini
 
Publikasi karya_ilmiah
Publikasi  karya_ilmiahPublikasi  karya_ilmiah
Publikasi karya_ilmiahMas Mujoko
 
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Maruttha Puspita
 
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikanDevia Titania
 
Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)
Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)
Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)NurulNajihah51
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitianIrman Maxi
 
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematisIlmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematisSitiNgaisahSPdMPd
 
Rpp revisi 2017 sosiologi kelas 10 sma
Rpp revisi 2017 sosiologi kelas 10 smaRpp revisi 2017 sosiologi kelas 10 sma
Rpp revisi 2017 sosiologi kelas 10 smaDiva Pendidikan
 
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi Kurnia
 
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Vina Dwi Purnamasari
 
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Lusi Kurnia
 
Ptk pend savi
Ptk pend saviPtk pend savi
Ptk pend saviMarna_Nna
 
Skripx grace
Skripx graceSkripx grace
Skripx graceMarna_Nna
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Dadang DjokoKaryanto
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Woro Handayani
 
Iis listiani iryanti (037108095)
Iis listiani iryanti  (037108095)Iis listiani iryanti  (037108095)
Iis listiani iryanti (037108095)Ajir d'Kuvagaa
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianantiantika
 

Similar to OPTIMASI SOSIOLOGI (20)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN & SOSIOLOGI PENDIDIKAN
 
Publikasi karya_ilmiah
Publikasi  karya_ilmiahPublikasi  karya_ilmiah
Publikasi karya_ilmiah
 
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
 
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
 
Among
AmongAmong
Among
 
Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)
Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)
Tugasan Individu Folio Pengurusan Pembelajaran (KPS3014)
 
Metode Penelitian Kependidikan
Metode Penelitian KependidikanMetode Penelitian Kependidikan
Metode Penelitian Kependidikan
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitian
 
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematisIlmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
 
Rpp revisi 2017 sosiologi kelas 10 sma
Rpp revisi 2017 sosiologi kelas 10 smaRpp revisi 2017 sosiologi kelas 10 sma
Rpp revisi 2017 sosiologi kelas 10 sma
 
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
 
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
 
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)
 
Ptk pend savi
Ptk pend saviPtk pend savi
Ptk pend savi
 
Skripx grace
Skripx graceSkripx grace
Skripx grace
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
 
Iis listiani iryanti (037108095)
Iis listiani iryanti  (037108095)Iis listiani iryanti  (037108095)
Iis listiani iryanti (037108095)
 
document (1).pdf
document (1).pdfdocument (1).pdf
document (1).pdf
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 

OPTIMASI SOSIOLOGI

  • 1. Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013) 45 SOLIDARITY 2 (1) (2013) Solidarity: Journal of Education, Society and Culture http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity PERANAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR NEUTRON YOGYAKARTA CABANG BANYUMANIK SEMARANG DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SEKOLAH Ririh Binartika Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel ________________ SejarahArtikel: Diterima November 2012 Disetujui Desember 2012 Dipublikasikan ________________ Keywords: The Role of Sociology Learning; Tutoring Institute; Learning Outcomes ____________________ Abstrak ___________________________________________________________________ Setiap lembaga bimbingan belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam pembelajarannya. Dalam mata pelajaran yang tergolong dalam non eksakta, seperti halnya sosiologi diperlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi. Lembaga bimbingan belajar tersebut memiliki strategi-strategi khusus yang menjadi landasan dalam setiap pembelajarannya. Tulisan ini menjelaskan tentang pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang yang dilihat dari komponen-komponen pembelajaran. Beberapa komponen pembelajaran berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar di sekolah. Tulisan ini juga menunjukkan bahwa peranan pembelajaran sosiologi tersebut dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran sosiologi di sekolah, antara lain 1) memperdalam pemahaman materi, 2) memudahkan menjawab soal, 3) mengatasi kesulitan, 4) memudahkan mencari contoh, serta 5) memotivasi peserta didik. Abstract ___________________________________________________________________ Each tutoring institute have different characteristics with their learnings. In subjects belonging to the non exact sciences, like sociology takes appropriate learning strategies to facilitate students in understanding the material. Tutoring institute has specific strategies that are foundational in every learning. This article explains that sociology learning at the Tutoring Institute of Neutron Yogyakarta, Banyumanik Semarang Branch can be seen from the learning components. Several components contribute to improving learning outcomes in schools. This article also shows that the role of the sociology learning in improving learning outcomes of sociology in school, among others 1) to deepen understanding of the material, 2) makes it easy to answer questions, 3) to overcome difficulties, 4) makes it easy to find examples, and 5) motivating students. © 2013 UniversitasNegeri Semarang Alamatkorespondensi: Gedung C7 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: unnessosant@gmail.com ISSN 2252-7133
  • 2. Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013) 46 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Pasal 13 ayat (1) menjelaskan bahwa jalur pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal. Lembaga bimbingan belajar sebenarnya bukan merupakan hal yang baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Namun munculnya lembaga bimbingan belajar menjadi satu fenomena yang menarik. Peserta didik dan didukung peran orang tua ada rasa ketidakpuasan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Salah satu faktor penyebabnya adalah berkaitan dengan pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Pemilihan strategi pembelajaran yang kurang tepat membuat peserta didik menjadi kurang termotivasi dalam menerima materi pembelajaran. Tentunya hal ini mengakibatkan peserta didik mengalami kesulitan belajar, yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajar dan rendahnya prestasi akademik. Terlebih tuntutan dalam pendidikan semakin tinggi dalam kaitannya dengan pelaksanaan Ujian Nasional. Hal tersebut juga mendorong lembaga bimbingan belajar banyak diminati peserta didik untuk menunjang persiapan Ujian Nasional. Masing-masing lembaga bimbingan belajar menawarkan berbagai trik dalam pembelajarannya, sehingga setiap lembaga bimbingan belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pembelajarannya tentu berbeda dengan pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Dalam mata pelajaran yang tergolong dalam noneksakta, seperti halnya sosiologi diperlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materinya. Menurut Soemardjan dan Soemardi (dalam Soekanto, 2006: 18), sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Dengan kata lain, sosiologi merupakan suatu ilmu sosial yang bersifat abstrak. Setelah belajar sosiologi, peserta didik diharapkan memiliki kompetensi mengeksplorasi, mengiterpretasi, menyimpulkan data dan mengkreasi konsep, serta mengkreasi cara pemecahan atas permasalahan- permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari- hari. Pada kenyataannya yang terjadi adalah peserta didik menghafal seluruh materi sosiologi, di mana ini terjadi juga pada mata pelajaran noneksakta lainnya. Dengan demikian tujuan pembelajaran sosiologi belum dapat tercapai. Dengan demikian dalam mata pelajaran semacam ini tentunya dibutuhkan strategi- strategi yang efektif. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat juga dilakukan oleh Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta. Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta merupakan salah satu lembaga bimbingan belajar yang memiliki nama besar dan cukup diminati oleh peserta didik di kota-kota besar, terutama di Semarang. Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta memiliki strategi-strategi khusus yang menjadi landasan dalam setiap proses pembelajarannya. Bagaimana pembelajaran sosiologi yang berlangsung dan bagaimana peranan pembelajaran pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta ini dituntut dalam pencapaian tujuan yaitu mampu berperan dalam meningkatkan prestasi akademik peserta didik terlebih dalam mata pelajaran sosiologi.
  • 3. Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013) 47 METODE PENELITIAN Penelitian tentang Peranan Pembelajaran Sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sosiologi di Sekolah dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2007:6). Data yang dikumpulkan harus berbentuk kalimat yang memiliki arti luas, berasal dari transip wawancara, catatan, wawancara lapangan, dan sebagainya. Fokus penelitian ini meliputi bagaimana pembelajaran sosiologi yang berlangsung pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang, serta peranan pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran sosiologi di sekolah. Lokasi penelitian ini dilakukan di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang. Sumber data diperoleh dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer dari subjek penelitian yaitu peserta didik kelas XII IPS. Selain itu, sumber data primer juga didapat dari informan yaitu Kepala Cabang dan tentor sosiologi. Sumber data sekunder berupa dokumentasi yang mencakup foto-foto, catatan wawancara, arsip, buku-buku pedoman, buku- buku literatur dan dokumen lain yang terkait. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi/pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini mencakup empat hal yaitu pengumpulan data (data collected), pengeditan data (data reduction), penyajian data (display data) dan menarik kesimpulan (verification). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran sosiologi yang berlangsung pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Menurut Sugandi (2007: 28- 30), komponen dalam pembelajaran meliputi tujuan, subjek belajar, materi pelajaran, strategi pembelajaran (metode, model, teknik mengajar), media pembelajaran, serta penunjang (fasilitas, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran). 1. Tujuan Tujuan pembelajaran pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang disesuaikan pada masing-masing program. Program Reguler bagi kelas XII IPS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik dan berprestasi di sekolah, untuk mempersiapkan dengan intensif dan terprogram agar sukses saat ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester, serta sukses saat Ujian Nasional. Hal ini sesuai dengan penjelasan bapak Heru Prasetyo selaku Kepala Cabang Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang yang menjelaskan: “Untuk tujuan pembelajaran sebenarnya disesuaikan dengan program belajarnya. Contohnya saja Program Reguler Kelas X-XI SMA memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik dan berprestasi di sekolah, untuk mempersiapkan dengan intensif dan terprogram agar sukses saat ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester, serta agar sukses naik kelas dan tentunya meraih prestasi terbaik. Hal itu beda dengan Program PIKPU, di mana tujuan pembelajarannya adalah mempersiapkan dalam SNMPTN dan pada akhirnya dapat masuk di Perguruan Tinggi Negeri favorit”. (wawancara dengan Bapak Heru Prasetya tanggal 9 Mei 2012)
  • 4. Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013) 48 2. Subjek Belajar Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek (Sugandi, 2007: 29). Sebagai subjek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan pada diri subjek belajar. Subjek belajar dalam pembelajaran sosiologi pada lembaga bimbingan belajar ini adalah peserta didik kelas XII IPS yang berasal dari berbagai sekolah negeri dan swasta yang ada di sekitar lembaga bimbingan belajar ini. 3. Strategi Pembelajaran Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang memberikan pembelajaran dengan sistem 15 menit pertama untuk pemberian konsep dasar dan 75 menit selanjutnya merupakan pendalaman soal dan analisa. Hal ini juga berlaku pada mata pelajaran sosiologi. Sistem pembelajaran yang demikian merupakan aplikasi dari metode pembelajaran yang digunakan oleh Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang, yaitu Metode Penalaran. Metode Penalaran adalah metode belajar yang menggunakan konsep-konsep dasar, sehingga dengan dikuasai dasar dan inti permasalahan tiap bidang studi siswa dapat menganalisa dan menjawab soal-soal yang diujikan dengan sistematis, lebih cepat dan lebih efisien. Bapak Slamet Santosa selaku tentor sosiologi menuturkan: “Untuk sekolah favorit biasanya justru minim konsep, sehingga kami memberikan pemahaman konsep-konsep dasar. Selanjutnya pembelajaran difokuskan pada pembahasan soal. Itu semua sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh Neutron. Metode penalaran bermaksud membiasakan siswa menjawab pertanyaan dengan mencari jawaban yang logis”. (wawancara pada tanggal 8 Mei 2012) Penerapan Metode Penalaran pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang sesuai dengan David Ausubel yang mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful learning). Dalam pembelajaran sosiologi, setiap peserta didik harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan dasar sosiologi terlebih dahulu. Setelah itu, peserta didik harus mampu mengaitkan antara pengetahuan yang baru dengan konsep dasar yang telah diberikan tentor sosiologi. Konsep dasar diberikan selama 15 menit secara konvensional, yaitu dengan metode ceramah. Pembelajaran sosiologi yang berlangsung cenderung lebih teacher-centered, dalam hal ini tentor sosiologi yang lebih berperan penting. Berdasarkan Teori Belajar Kognitif menurut David Ausubel (dalam Suprijono, 2011: 25-26), Ausubel menyampaikan satu alternatif model pengajaran yang disebut Reception Learning. Peserta didik tidak selalu mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri sehingga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang diajarkan di sekolah. Dalam hal ini, motivasi eksternal berasal dari tentor sosiologi. Tentor memiliki kedudukan yang menentukan, karena tentor memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Tentor sosiologi menjelaskan konsep dasar secara konvensional dan menuliskan secara sistematik dalam white board. Setelah peserta didik paham dengan konsep dasar yang diberikan, tentor melanjutkan untuk pembahasan soal yang terdapat pada modul. Pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang lebih menekankan pada pembahasan soal, namun tidak melupakan pentingnya pemahaman konsep dasar sosiologi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cindy Devina Gaviota Nusantari (2011) tentang persepsi siswa kelas XII SMA Negeri terhadap lembaga bimbingan belajar di Kota Semarang yang menggambarkan pembelajaran biologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron
  • 5. Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013) 49 Yogyakarta lebih mengutamakan pada pembahasan soal. Pembahasan soal dilakukan dengan mengajarkan untuk menerapkan Metode Penalaran yaitu dengan melihat pilihan jawaban pada soal jenis multiple choice untuk selanjutnya dianalisa menurut konsep dasarnya. Selama pembahasan soal, tentor mengulangi kembali konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan soal tersebut. Selain itu, tentor memberikan contoh yang sesuai dengan fenomena yang ada dalam masyarakat. Pembahasan soal merupakan upaya memperkuat organisasi kognitif. Tentor sosiologi mencoba mengikatkan informasi baru ke dalam struktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pembelajaran, dengan cara mengingatkan peserta didik bahwa soal dan contoh ilustratif yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan konsep dasar yang bersifat umum. Dari serangkaian pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang, tentor sosiologi memiliki peran yang sesuai dengan pendapat Ausubel yang menyatakan bahwa guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisasikan sehingga pengetahuan tersebut menjadi bagian dari sistem pengetahuan siswa. Menurut Suprijono (2011: 26), pemberian advance organizer oleh tentor bertujuan memberi arahan bagi individu untuk mengetahui apa yang terpenting dari materi yang dipelajarinya, serta memberi penguatan terhadap pengetahuan yang diperoleh atau dipelajari. 4. Materi Pelajaran Materi pelajaran yang diberikan oleh tentor sosiologi sama dengan materi yang diberikan oleh sekolah. Hal ini ditegaskan oleh Havid Dwi Pradita selaku peserta didik kelas XII IPS yang mennyatakan bahwa materi yang diberikan tentor sosiologi sesuai dengan materi yang didapatkan di sekolah, hanya saja lebih mendalam dan semua materi dikupas tuntas. Penjelasan dan pendalaman konsep dasar serta inti permasalahan diberikan berdasarkan kurikulum terbaru. Dalam pembelajaran sosiologi, tentor menjelaskan kembali materi yang telah didapatkan serta materi yang belum dipahami peserta didik di sekolah. 5. Media Pembelajaran Menurut Sugandi (2007:30), media pembelajaran menjadi salah satu komponen yang berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran, di samping komponen metode pembelajaran. Dalam pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang, tentor menggunakan whiteboard dan spidol sebagai media pembelajaran. Hal ini dikarenakan konsep dasar sosiologi dijelaskan oleh tentor secara konvensional. 6. Penunjang Komponen penunjang dalam pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang adalah modul. Modul berisi beberapa paket soal yang berasal dari soal- soal ujian nasional, ujian masuk UI, UGM, ITB, serta ujian SNMPTN. Soal-soal tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, untuk modul kelas reguler berisi soal-soal yang dikelompokkan sesuai materi pelajaran, sedangkan untuk modul Program PIKPU, soal- soal dikelompokkan ke dalam beberapa paket soal yang sudah mencakup berbagai materi. Soal-soal pada modul bukan hanya berupa teori, tetapi lebih bersifat aplikatif. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kepada bapak Heru Prasetya yang menjelaskan: “Saat ini untuk modul sosiologi hanya berisi soal-soal untuk latihan siswa. Kalau untuk konsep dasarnya belum ada. Isi modul sudah disesuaikan dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, soal-soalnya juga merupakan contoh yang konkret.” (wawancara pada tanggal 9 Mei 2012) Berdasarkan komponen-komponen pembelajaran tersebut, pembelajaran sosiologi
  • 6. Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013) 50 yang berlangsung pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang dapat meningkatkan hasil belajar di sekolah. Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran sosiologi yang dapat meningkatkan hasil belajar (Beryn, 2012). Pembelajaran sosiologi yang dapat meningkatkan hasil belajar yaitu pertama, menanamkan sasaran dasar sosiologi (sasaran kognitif), dalam hal ini adalah konsep dasar yang diberikan tentor sosiologi. Kedua, mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa secara rasional (sasaran praktis), dalam hal ini pembahasan soal yang mencakup penerapan konsep dasar sosiologi, serta contoh yang sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. Pembelajaran sosiologi yang berlangsung pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang sesuai dengan Teori Belajar Kognitif yang dikembangkan David Ausubel tentang konsep belajar penangkapan (reception learning). Ausubel menyarankan dalam reception learning terdapat suatu proses yang disebut dengan diferensiasi progresif, di mana pembelajaran berlangsung setahap demi setahap. Proses pembelajaran berlangsung dari umum ke khusus. Pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang dimulai dari konsep dasar menuju kepada informasi spesifik, dan pembahasan soal yang menyertakan penjelasan dengan menggunakan contoh-contoh ilustratif. B. Peranan Pembelajaran Sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sosiologi di Sekolah Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta hakikatnya merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah belajar yang dialami peserta didik di sekolah. Pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi di sekolah. Peningkatan hasil belajar dikarenakan pembelajaran sosiologi yang berlangsung sesuai dengan konsep meaningful learning dari David Ausubel. Proses maupun hasil pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Peserta didik kelas IPS mengalami peningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi di sekolah. Hasil belajar yang dimaksud merupakan hasil belajar dalam ranah kognitif. Lembaga bimbingan belajar lebih menekankan pada pencapaian ranah kognitif. Hal ini berbeda dengan pembelajaran yang berlangsung di sekolah yang bertujuan untuk mencapai ketiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Peningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi di sekolah tentunya tidak lepas dari peranan pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang. Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa dalam pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang, terdapat beberapa komponen pembelajaran yang berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar di sekolah. Komponen pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang yang berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar sosiologi di sekolah antara lain, strategi pembelajaran yang menggunakan Metode Penalaran, materi pelajaran, serta modul. Peranan pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran sosiologi di sekolah yaitu: 1. Memperdalam Pemahaman Peserta Didik tentang Materi Sosiologi yang Didapatkan di Sekolah Pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang mampu memperdalam pemahaman peserta didik tentang materi sosiologi yang telah didapatkan di sekolah.
  • 7. Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013) 51 Tentor sosiologi menjelaskan materi pelajaran secara lebih terperinci dan mendalam daripada materi yang diberikan guru di sekolah. 2. Memudahkan Peserta Didik dalam Menjawab Soal-Soal yang Diberikan Guru di Sekolah ataupun Soal-Soal dalam Ulangan Semester dan Ujian Nasional Pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang yang lebih memfokuskan pada pembahasan soal merupakan kunci bagi peserta didik dalam menghadapi berbagai macam ujian, mulai dari ulangan harian, ulangan semester, ujian nasional, maupun ujian masuk perguruan tinggi. Kemampuan peserta didik menganalisa berdasarkan konsep dasar yang telah dikuasai menjadikan peserta didik dengan mudah menjawab soal-soal ulangan, ujian semester, maupun ujian nasional secara cepat dan efisien. 3. Mengatasi Kesulitan Peserta Didik dalam Mengerjakan Tugas dari Guru di Sekolah Dalam pelaksanaan pembelajaran sosiologi dengan Metode Penalaran, tentor tidak hanya menjelaskan konsep dasar dan membahas soal pada modul, tetapi tentor juga menjelaskan dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan baik materi maupun tugas dari sekolah. Konsultasi untuk peserta didik juga diberikan oleh Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang dalam proses membantu peserta didik memecahkan masalah yang dihadapi. Masalah tersebut meliputi kesulitan belajar, kesulitan meenyelesaikan pekerjaan rumah (PR), dan materi bahasan sekolah yang belum dipahami. Konsultasi ini diberikan pada waktu-waktu khusus di luar jam pembelajaran sosiologi. 4. Memudahkan Peserta Didik dalam Mengkaitkan Materi dengan Contoh-Contoh atau Fenomena yang Ada dalam Masyarakat Pada pembahasan soal, tentor mengulangi kembali konsep dasar yang berkaitan dengan soal tersebut, serta memberikan contoh-contoh yang ada di dalam masyarakat. Contoh yang diberikan adalah fenomena-fenomena yang sedang terjadi pada masyarakat. contoh yang sesuai dengan konsep dasar juga dapat dilihat pada soal-soal yang terdapat dalam modul. Soal- soal pada modul bukan hanya berupa teori, tetapi lebih bersifat aplikatif. Dengan demikian peserta didik dapat dengan mudah mengaitkan konsep dasar dengan contoh yang ada dalam masyarakat. 5.Memotivasi Peserta Didik dalam Pembelajaran Tentor dalam suatu pembelajaran tidak hanya bertugas untuk mengajar, tetapi juga memberikan motivasi kepada peserta didiknya. Motivasi yang diberikan tentor sangat dirasakan manfaatnya oleh peserta didik. Motivasi untuk terus belajar selalu diberikan tentor sosiologi setiap pembelajaran. Keberhasilan atau kegagalan peserta didik seringkali dikaitkan dengan tinggi rendahnya motivasi belajar. Peningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi di sekolah sesuai dengan fungsi lembaga bimbingan belajar yaitu memberikan layanan jasa pendidikan berupa bimbingan belajar kepada peserta didik dengan harapan dapat meningkatkan prestasi akademiknya (Nusantari, 2011:10). Peningkatan hasil belajar tersebut tentunya tidak lepas dari pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Keberadaan lembaga bimbingan belajar menjadi pelengkap bagi sekolah. Sekolah dan lembaga bimbingan belajar merupakan sinkronisasi antara pembelajaran yang diberikan untuk memaksimalkan potensi peserta didik. Lembaga bimbingan belajar membantu peserta didik mendalami materi pelajaran sekolah. Materi yang disajikan sesuai dengan materi di sekolah. Perbedaannya adalah lembaga bimbingan belajar menitikberatkan pada trik mengerjakan soal dengan cepat. Keterbatasan waktu di sekolah, membuat peserta didik tidak mempunyai banyak waktu untuk bertanya dan berdiskusi tentang materi yang belum dipahaminya. Sementara di lembaga bimbingan belajar, peserta didik dapat dengan leluasa untuk bertanya. Dengan demikian, sekolah dan lembaga bimbingan belajar saling melengkapi.
  • 8. Ririh Binartika/ Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 (1) (2013) 52 Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan nonformal menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal. SIMPULAN Pembahasan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran sosiologi yang berlangsung pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang dapat dilihat dari komponen-komponen pembelajaran, antara lain: 1) subjek belajar merupakan peserta didik kelas XII IPS yang berasal dari berbagai sekolah negeri dan swasta, 2) strategi pembelajaran menggunakan Metode Penalaran, 3) materi pelajaran sesuai dengan materi di sekolah, 4) media pembelajaran yang digunakan adalah spidol dan whiteboard, dan 5) penunjang yang berupa modul sebagai buku sumber. Berdasarkan Teori Belajar Kognitif menurut David Ausubel, pembelajaran sosiologi yang berlangsung pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Cabang Banyumanik Semarang sesuai dengan konsep belajar penangkapan (reception learning) yang terdapat proses diferensiasi progresif. Pembelajaran dimulai dari konsep dasar menuju kepada informasi spesifik, dan pembahasan soal yang menyertakan penjelasan dengan menggunakan contoh-contoh ilustratif. Peningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi tidak lepas dari pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Keberadaan lembaga bimbingan belajar menjadi pelengkap bagi sekolah. Pembelajaran sosiologi yang berlangsung sesuai dengan konsep meaningful learning dari David Ausubel. Proses maupun hasil pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Peranan pembelajaran sosiologi pada Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Cabang Banyumanik Semarang dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran sosiologi di sekolah, yaitu: 1) memperdalam pemahaman peserta didik tentang materi sosiologi yang didapatkan di sekolah, 2) memudahkan peserta didik dalam menjawab soal-soal yang diberikan guru di sekolah ataupun soal-soal dalam ulangan semester dan ujian nasional, 3) mengatasi kesulitan peserta didik dalam mengerjakan tugas dari guru di sekolah, 4) memudahkan peserta didik dalam mengkaitkan materi dengan contoh- contoh atau fenomena yang ada dalam masyarakat, dan 5) memotivasi peserta didik dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Beryn. 2012. Belajar Sosiologi, Siapa Takut!. Online at http://gurumadrasahbelajarsosiologi.blog spot.com/2012/02/belajar-soiologi-siapa- takut.html?m=1 [diakses 25 Juni 2012] Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugandi, Achmad, dkk. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES Press. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2006. Bandung: Fokusmedia.