Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, gejala, patofisiologi, diagnosis, epidemiologi, klasifikasi, penanganan, dan rencana perawatan untuk penyakit tuberkulosis paru. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai dengan pembentukan granuloma pada paru yang menyebabkan gejala seperti batuk dan demam. Diagnosis didukung dengan hasil tes tuberkulin dan pemeriksaan radiologi. Pengobatan dilakukan den
Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan pembentukan granuloma pada paru-paru dan menurunkan kapasitas pertukaran gas. Gejalanya berupa demam, batuk, dan sesak nafas. Pengobatannya meliputi vaksinasi, pengobatan antibiotik selama berbulan-bulan, serta perawatan untuk menjaga kesehatan paru-paru dan mencegah penularan.
Laporan ini memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan pasien dengan TB paru di ruang Cucakrowo RSUD M. Ashari Pemalang. Dokumen ini menjelaskan definisi TB, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan TB paru."
1. Tuberkulosis paru adalah penyakit radang paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyerang paru-paru dan menyebabkan gejala seperti batuk berdarah dan demam. 2. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, hasil laboratorium seperti tes tuberkulin dan röntgen dada, serta riwayat pasien. 3. Pengobatan meliputi antibiotik anti-TB selama berbulan-bulan untuk membunuh bak
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. Ia menjelaskan epidemiologi TB secara global dan nasional serta patogenesis dan perjalanan klinis TB primer dan post-primer. Juga dibahas adalah biomolekul Mycobacterium tuberculosis dan respon patologis terhadap infeksi TB.
Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan pembentukan granuloma pada paru-paru dan menurunkan kapasitas pertukaran gas. Gejalanya berupa demam, batuk, dan sesak nafas. Pengobatannya meliputi vaksinasi, pengobatan antibiotik selama berbulan-bulan, serta perawatan untuk menjaga kesehatan paru-paru dan mencegah penularan.
Laporan ini memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan pasien dengan TB paru di ruang Cucakrowo RSUD M. Ashari Pemalang. Dokumen ini menjelaskan definisi TB, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan TB paru."
1. Tuberkulosis paru adalah penyakit radang paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyerang paru-paru dan menyebabkan gejala seperti batuk berdarah dan demam. 2. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, hasil laboratorium seperti tes tuberkulin dan röntgen dada, serta riwayat pasien. 3. Pengobatan meliputi antibiotik anti-TB selama berbulan-bulan untuk membunuh bak
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. Ia menjelaskan epidemiologi TB secara global dan nasional serta patogenesis dan perjalanan klinis TB primer dan post-primer. Juga dibahas adalah biomolekul Mycobacterium tuberculosis dan respon patologis terhadap infeksi TB.
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi oleh Mycobacterium selain M. tuberculosis (NTM) yang dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh termasuk paru. NTM lebih sering menginfeksi paru, kelenjar limfe, dan jaringan lunak. Faktor host dan karakteristik organisme berpengaruh terhadap kerentanan terhadap infeksi NTM. Kulturing dan identifikasi spesies NTM diperlukan untuk diagnosis dan penentuan pengobatan.
Dokumen tersebut membahas tentang tuberculosis, penyebabnya oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menginfeksi berbagai organ tubuh terutama paru-paru, gejala dan kategorisasi penyakit tuberculosis, jenis obat yang digunakan untuk mengobatinya, risiko tinggi infeksi tuberculosis kembali, serta intervensi keperawatan untuk beberapa masalah yang mungkin timbul pada pasien tuberculosis.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan saat penderita batuk. Bakteri ini dapat berkembang biak di paru-paru dan menyebar ke organ lain seperti otak, ginjal, dan jaringan lain, meskipun paru-paru adalah organ yang paling sering terinfeksi. Bakteri TBC akan berusaha dihambat oleh pembentukan dinding oleh sel-sel paru,
Makalah ini membahas tentang tuberculosis (TBC) dengan fokus pada definisi, etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi penyakit dan tipe penderita, serta pengobatan TBC. TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer meskipun dapat menyerang organ lain. Diagnosis TBC ditegakkan melalui hasil pemeriksaan dahak, rontgen dada, dan respons terhadap pengobatan
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesiarobimarta19
Kasus tuberculosis paru di Indonesia masih tinggi, terutama di Jawa Barat yang mencatat jumlah kasus tertinggi pada tahun 2016. Penyakit ini disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menular, sehingga pencegahan dengan menjaga kebersihan dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk menekan angka kasusnya.
Kasus tuberculosis paru di Indonesia masih tinggi, terutama di Jawa Barat yang mencatat jumlah kasus tertinggi pada tahun 2016. Penyakit ini disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menular, sehingga pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sangat penting. Pengobatan tuberculosis paru memerlukan waktu lama dan kepatuhan pasien minum obat.
Dokumen ini membahas tentang tanda dan gejala, patogenesis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan tuberkulosis pada anak. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyebabkan gejala seperti batuk berkepanjangan, demam, dan kelemahan tubuh. Diagnosis didasarkan pada tes kulit tuberkulin dan pemeriksaan radiologi paru. Penatalaksanaannya meliputi pemberian obat anti-tuberkulosis secara kombinasi serta
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi oleh Mycobacterium selain M. tuberculosis (NTM) yang dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh termasuk paru. NTM lebih sering menginfeksi paru, kelenjar limfe, dan jaringan lunak. Faktor host dan karakteristik organisme berpengaruh terhadap kerentanan terhadap infeksi NTM. Kulturing dan identifikasi spesies NTM diperlukan untuk diagnosis dan penentuan pengobatan.
Dokumen tersebut membahas tentang tuberculosis, penyebabnya oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menginfeksi berbagai organ tubuh terutama paru-paru, gejala dan kategorisasi penyakit tuberculosis, jenis obat yang digunakan untuk mengobatinya, risiko tinggi infeksi tuberculosis kembali, serta intervensi keperawatan untuk beberapa masalah yang mungkin timbul pada pasien tuberculosis.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan saat penderita batuk. Bakteri ini dapat berkembang biak di paru-paru dan menyebar ke organ lain seperti otak, ginjal, dan jaringan lain, meskipun paru-paru adalah organ yang paling sering terinfeksi. Bakteri TBC akan berusaha dihambat oleh pembentukan dinding oleh sel-sel paru,
Makalah ini membahas tentang tuberculosis (TBC) dengan fokus pada definisi, etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi penyakit dan tipe penderita, serta pengobatan TBC. TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer meskipun dapat menyerang organ lain. Diagnosis TBC ditegakkan melalui hasil pemeriksaan dahak, rontgen dada, dan respons terhadap pengobatan
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesiarobimarta19
Kasus tuberculosis paru di Indonesia masih tinggi, terutama di Jawa Barat yang mencatat jumlah kasus tertinggi pada tahun 2016. Penyakit ini disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menular, sehingga pencegahan dengan menjaga kebersihan dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk menekan angka kasusnya.
Kasus tuberculosis paru di Indonesia masih tinggi, terutama di Jawa Barat yang mencatat jumlah kasus tertinggi pada tahun 2016. Penyakit ini disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menular, sehingga pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sangat penting. Pengobatan tuberculosis paru memerlukan waktu lama dan kepatuhan pasien minum obat.
Dokumen ini membahas tentang tanda dan gejala, patogenesis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan tuberkulosis pada anak. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyebabkan gejala seperti batuk berkepanjangan, demam, dan kelemahan tubuh. Diagnosis didasarkan pada tes kulit tuberkulin dan pemeriksaan radiologi paru. Penatalaksanaannya meliputi pemberian obat anti-tuberkulosis secara kombinasi serta
Tuberkulosis paru-paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya menginfeksi paru-paru dan menyebabkan gejala batuk berkepanjangan dan produksi sputum. Pengobatan tuberkulosis melibatkan kombinasi obat-obatan antibiotik selama berbulan-bulan untuk memastikan eradikasi bakteri. Pencegahan penyakit ini melibatkan identifikasi dini kasus baru dan pengobatan pencegahan kontak erat
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya agen penyebab penyakit ke dalam tubuh, yang menyebabkan timbulnya respon imun dan gejala klinis. Tuberkulosis paru adalah salah satu contoh penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang menular melalui udara dan menyebabkan gejala batuk dan sesak napas. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan radiologi dan tes laboratorium, sedangkan peng
Teks tersebut membahas tentang pengenalan, penyebab, gejala, diagnosis, dan pencegahan tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menginfeksi paru-paru. Diagnosis didasarkan pada hasil pemeriksaan dahak dan rontgen dada, sementara pencegahannya meliputi terapi dengan pengawasan langsung untuk mendeteksi dan mengobati pasien secara efektif.
Dokumen tersebut membahas tentang tuberkulosis (TBC), penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Dokumen menjelaskan gejala, diagnosis, pencegahan, dan pengobatan TBC. Terapi TBC yang direkomendasikan WHO adalah strategi pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung atau DOTS, yang meliputi deteksi dini pasien, pengobatan yang tepat, dan pengawasan untuk memastikan kepatuhan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tuberkulosis (TBC), meliputi definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, gejala, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pencegahan TBC. TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan organ tubuh lain, menular melalui udara yang terhirup, dan dapat menyebabkan komplikasi seperti batuk darah. Diagnosis dan pengobatan TBC dilakukan dengan ber
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tuberkulosis (TBC), meliputi definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, gejala, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pencegahan TBC. TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan organ tubuh lain, menular melalui udara yang terhirup, dan dapat menyebabkan komplikasi seperti batuk darah. Diagnosis dan pengobatan TBC dilakukan dengan ber
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. TUBERKULOSIS PARU
A. Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang
dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial
tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke
hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal
biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
B. Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang
aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV.
Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M.
Avium.
C. Tanda Dan Gejala
1. Tanda
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
2. Gejala
a. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
b. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan
2. sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
c.Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah setengah bagian paru.
d. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
e.Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam.
D. Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang
aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag,
pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang
disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot
pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital,
berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan
kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam
paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.
3. Web Caution (Pathway)
Individu dengan
penyakit TBC
Resiko
infeksi
Paru-paru
terinfeksi
Jaringan paru
di invasi makrofag
Membentuk jaringan
fibrosa
Metabolisme
meningkat
Batuk dan nyeri dada
Pola nafas tidak efektif
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Berkurangnya luas total
permukaan membran
Penurunan kapasitas
difusi paru
Berkurangnya
oksigenasi darah
Gangguan keseimbangan cairan
kurang dari kebutuhan
Iritasi jaringan paru
cemas
malasie
Kurang perawatan diri
Intoleransi
aktivitas
Batuk darah
Peningkatan sekresi
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
E. Pemeriksaan Penunjang
Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 48 – 72 jam; dengan hasil positif
bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberkulin
bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah mendapt BCG, diameter indurasi
15 mm ke atas baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak kontrak erat dengan
penderita TBC aktif, diameter indurasi ≥ 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan
oleh keadaan infeksi berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia),
dapat pula oleh gizi buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.
Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus,
paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas dan gambaran
milier. Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari bilasan lambung, namun
memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa diantaranya dengan cara ELISA
4. (enzyime linked immunoabserben assay) untuk mendeteksi antibody atau uji peroxidase –
anti – peroxidase (PAP) untuk menentukan Ig G spesifik. Teknik bromolekuler,
merupakan pemeriksaan sensitif dengan mendeteksi DNA spesifik yang dilakukan
dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Uji serodiagnosis maupun
biomolekular belum dapat membedakan TB aktif atau tidak.
Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :
1. Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit.
2. Menderita tuberkulosis yang masih aktif
3. Menderita TBC yang sudah sembuh
4. Pernah mendapatkan vaksinasi BCG
5. Adanya reaksi silang (“cross reaction”) karena infeksi mikobakterium atipik.
F. Epidemiologi Dan Penularan TBC
Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah :
1. Reservour, sumber dan penularan
Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang
dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.
2. Masa inkubasi
Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu
empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa
beberapa tahun.
3. Masa dapat menular
Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang
dibatukkan atau dibersinkan.
4. Immunitas
Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi
diberi vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.
5. G. Stadium TBC
1. Kelas 0
Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar,
reaksi terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna).
2. Kelas 1
Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (riwayat pemaparan, reaksi tes
tuberkulosis tidak bermakna)
3. Kelas 2
Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin
bermakna, pemeriksa bakteri negatif, tidak bukti klinik maupun radiografik).
Status kemoterapi (pencegahan) :
•
Tidak ada
•
Dalam pengobatan kemoterapi
•
Komplit (seri pengobatan dalam memakai resep dokter)
•
Tidak komplit
4. Kelas 3
Tuberkuosis saat ini sedang sakit (Mycobacterium tuberkulosis ada dalam biakan,
selain itu reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau bukti radiografik tentang
adanya penyakit). Lokasi penyakit : paru, pleura, limfatik, tulang dan/atau sendi,
kemih kelamin, diseminata (milier), menigeal, peritoneal dan lain-lain.
Status bakteriologis :
a. Positif dengan :
•
Mikroskop saja
•
Biakan saja
•
Mikroskop dan biakan
b. Negatif dengan :
•
Tidak dikerjakan
Status kemoterapi :
Dalam pengobatan kemoterapi sejak kemoterapi diakhiri, tidak lengkap reaksi tes
kulit tuberkulin :
6. a. Bermakna
b. Tidak bermakna
5. Kelas 4
Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat mendapat
pengobatan pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang stabil
pada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya bermakna, pemeriksaan
bakteriologis, bila dilakukan negatif. Tidak ada bukti klinik tentang adanya
penyakit pada saat ini).
Status kemoterapi :
a. Tidak mendapat kemoterapi
b. Dalam pengobatan kemoterapi
c. Komplit
d. Tidak komplit
6. Kelas 5
Orang dicurigai mendapatkan tuberkulosis (diagnosis ditunda)
Kasus kemoterapi :
a. Tidak ada kemoterapi
b. Sedang dalam pengobatan kemoterapi.
H. Penanganan
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui
secara dini.
7. c. Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam
jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita
tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk
mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat
pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol
(EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10
mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15
mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah Neuritis
retrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan
dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH
yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko
hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai
puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti terbukti dengan
peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada 10-20% yang
mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konversi
biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi dengan
INH saja selama satu tahun.
Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan
pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita
tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru pengobatan 6 atau 9 bulan
berkaitan dengan resimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obatobat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa
komplikasi, misalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau
kanker didiagnosis TBC setelah batuk darah, padahal mengalami batu dan
mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu.
8. I. Nursing Care Plan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan penderita
b. Manifestasi klinis seperti demam, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat
malam, keletihan, batuk dan pembentukan sputum, fungsi pernafasan, nyeri dada,
bunyi nafas, kesiapan emosional, persepsi dan pengertian tuberkulosis dan
pengobatannya, evaluasi fisik dan laboratorium.
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan parenkim
paru
Intervensi
1. Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi nafas, peningkatan
upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan
2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat perubahan pada warna kulit,
termasuk membran mukosa dan kuku.
3. Dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk pasien dengan
fibrosis atau kerusakan parenkim.
4. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan.
5. Kolaborasi periksaan AGD dan pemberian oksigen tambahan yang sesuai.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman dan
penggunaan otot aksesori.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus/batuk efektif, catat karakter,
jumlah sputum, adanya hemoptisis.
3. Berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk
batuk dan latihan nafas dalam.
4. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
9. 5. Kolaborasi
pemberian
obat-obatan
sesuai
indikasi
(agen
mukolitik,
bronkodilator, kortikosteroid).
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan,
integritas mukosa oral, riwayat mual/muntah atau diare.
2. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai/tidak disukai.
3. Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.
4. Dorong dan berikan periode istirahat sering.
5. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
6. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.
7. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan komposisi diit.
DAFTAR PUSTAKA
- Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses
keperawatan), Bandung
- Smeltzer and Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta
- Doengoes, M.E, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta.