SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
BAB II

                            TINJAUAN PUSTAKA



A. Persepsi

   1. Pengertian Persepsi

              Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

      mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsang dari luar lingkungan, dan

      proses tersebut mempengaruhi perilaku seseorang (Mulyana, 2004).

      Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan

      menunjukkan bagaimana seseorang melihat, mendengar, merasakan,

      memberi, serta meraba (kerja indra) disekitar kita (Widayatun, 1999).

      Persepsi juga diartikan sebagai daya mengenal sesuatu yang hadir dalam

      sifatnya yang kongkrit jasmaniah, bukan yang sifatnya batiniah, seperti

      benda, barang, kualitas, atau perbedaan antara dua hal atau lebih yang

      diperoleh melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah

      panca inderanya mendapat rangsang (Baihaqi, dkk, 2005).

              Untuk lebih memahami persepsi, berikut adalah beberapa definisi

      persepsi.   Menurut   Brian   Fellows   persepsi   adalah   proses   yang

      memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi

      (Andrea, 1974 yang dikutip Mulyana, 2004). Menurut Kenneth A. Sereno

      dan Edward M. Bodaken persepsi adalah sarana yang memungkinkan

      seseorang yang memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungannya

      (Sereno & Bodaken, 1975 yang dikutip Mulyana 2004). Menurut Philip




                                                                             7
Goodarce dan Jennifer Follers persepsi adalah proses mental yang

digunakan untuk mengenali rangsang (Goodarce & Follers,1987 yang

dikutip Mulyana, 2004). Willian James mengatakan persepsi adalah suatu

pengalaman yang terbentuk berupa tanda-tanda yang didapat melalui

indra, hasil pengolahan otak dan ingatan (James, 1987 yang dikutip

Widayatun 1999).

       Persepsi meliputi sensasi (pengindraan), atensi (perhatian), dan

interpretasi. sensasi mengacu pada pesan yang dikirim ke otak melalui

panca indra, yang merupakan penghubung antara otak manusia dan

lingkungan sekitar (Mulyana, 2004). Melalui alat indra, manusia dapat

memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi

dengan dunianya (Rakhmat, 2005). Namun tidak semua rangsang yang

masuk dapat dipahami dan dimengerti seseorang (Baihaqi, dkk, 2005).

       Atensi adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian

stimulus menjadi menonjol dalam kasadaran pada saat stimulus lain

melemah, perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan diri pada

salah satu alat indra, dan mengesampingkan stimuli yang masuk melalui

alat indra yang lain (Rakhmat, 2005). Perhatian juga berhubungan erat

dengan kesadaran jiwa terhadap sesuatu objek yang direaksi pada suatu

waktu (Ahmadi, 2003).

       Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi

yang diperoleh seseorang melalui salah satu atau lebih indra, namun

seseorang tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara




                                                                       8
langsung melainkan menginterpretasikan makna informasi yang dipercayai

   mewakili objek tersebut (Mulyana, 2004).

2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

   Saleh dan Wahab (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

   mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

   a. Perhatian yang selektif

      Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

      rangsangan dari lingkungannya, meskipun demikian seseorang tidak

      harus menghadapi semua rangsangan yang diterimanya, untuk itu

      individu harus memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang

      tertentu saja (Saleh & Wahab, 2004).

   b. Ciri-ciri rangsang

      Rangsang yang bergerak diantara yang diam akan lebih menarik

      perhatian, demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang

      kecil, yang latar belakangnya kontras dan intensitas rangsangnya

      paling kuat yang akan menarik perhatian (Saleh & Wahab, 2004).

   c. Pengalaman dahulu

      Pengalaman-pengalaman terdahulu merupakan hal yang sangat

      mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu (Saleh

      & Wahab, 2004).

   d. Sikap

      Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, berfikir dan

      merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai (Rakhmat,




                                                                         9
2000). Sikap akan menentukan apakah seseorang akan pro atau kontra

   terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan

   diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang

   harus dihindari (Sherif & Sherif, 1956 yang dikutip dari Rahmat,

   2000). Sikap dan perilaku petugas kasehatan, keluarga, dan tokoh

   masyarakat tentang     perilaku seksual yang tidak sehat akan

   mempengaruhi persepsi dan perilaku remaja (Notoatmodjo, 2007).

e. Pendidikan (Pengetahuan)

   Pengetahuan dapat membentuk kepercayaan (Rakhmat, 2000).

   Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki

   seseorang, dalam hal ini informasi tentang perilaku seksul yang sehat,

   dengan minimnya pengetahuan tentang seksual yang sehat maka tidak

   sedikit remaja melakukan sekssul pranikah, dimana dengan adanya

   sarana dan prasarana seperti puskesmas, poliklinik, dan Rumah Sakit

   akan mempermudah remaja mendapatkan informasi tentang perilaku

   seksual yang sehat (Notoatmodjo, 2007).

f. Kepercayaan (keyakinan)

   Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio psikologis,

   kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal ghoib tetapi

   hanya keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah, atas dasar bukti

   sugasti otoritas, pengalaman atau intuisi (Notoatmodjo, 2005).




                                                                      10
g. Lingkungan

        Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau

        mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam

        lingkungan itu (Rakhmat, 2000). Lingkungan yang kondusif dan

        diwarnai oleh kehidupan keagamaan dapat membantu meminimalkan

        masalah seksual pada remaja (Fadilah, 2008).



B. Remaja

  1. Pengertian Remaja

            Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescene

     (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh

     menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Masa remaja merupakan suatu periode

     dalam lingkaran kehidupan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa

     (Rudolph, 2006).

            Adolescence artinya berasngsur-angsur menuju kematangan secara

     fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. hal ini mengisyaratkan

     kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu

     fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung

     setahap demi setahap (Al-mighwar, 2006).

            Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan

     masa remaja, yang sering kali remaja dihadapkan pada situasi yang

     membingungkan, disatu pihak dia harus bertingkah laku seperti orang

     dewasa dan disisi lain dia belum bisa dikatakan dewasa (Purwanto, 1999).




                                                                           11
2. Ciri-ciri Masa Remaja

          Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan

   dengan periode sebelum dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut antara lain :

   a. Masa remaja sebagai masa yang penting

      Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta

      akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih

      penting daripada periode lainya (Al-mighwar, 2006). Selain itu

      perkembang fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya

      perkembangan mental, terutama pada awal remaja, yang semua

      perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan

      membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock,1980).

   b. Masa remaja sebagai masa peralihan

      Peralihan tidak berarti terputus dengan apa yang terjadi sebelumnya,

      melainkan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap

      berikutnya. Artinya yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan

      bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang

      (Hurlock, 1980). Pada setiap periode peralihan, nampak ketidakjelasan

      status individu dan munculnya keraguan terhadap perananannya dalam

      masyarakat (Al-mighwan, 2006).

   c. Masa remaja sebagai masa perubahan

      Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan

      sikap juga berlangsung pesat, kalau perubahan fisik menurun maka

      perubahan perilaku dan sikap menurun juga (Hurlock, 1980).




                                                                             12
d. Masa remaja sebagai masa pencari identitas

         Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting

         bagi remaja daripada individualitas, dan apabila tidak menyesuaikan

         kelompok maka remaja tersebut akan terusir dari kelompoknya (Al-

         mighwar, 2006). Tetapi lambat laun mereka mulai mencari identitas

         diri dan tidak puas lagi sama dengan teman-temannya dalam segala

         hal, seperti sebelumnya (Hurlock, 1980).

      e. Masa remaja sebagai usia bermasalah

         Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi

         baik oleh remaja laki-laki maupun remaja perempuan (Hurlock, 1980).

         Dan banyak remaja yang menyadari bahwa penyelesaian yang

         ditempuhnya sendiri tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Al-

         mighwar, 2006).



C. Perilaku Seksual Pranikah

   1. Pengertian

             Hubungan seksual adalah persenggamaan atau bersatunya alat

      kelamin laki-laki dan perempuan (Gunarsa, 1995). Hubungan seksual

      pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang

      tidak ingin hidup bersama dalam perkawinan atau keluarga (Tukan, 1990).

      Selain itu hubungan seksual pranikah juga diartikan sebagai hubungan

      seksual sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan

      seksual yang penetratif (penis dimasukkan kedalam vagina) maupun yang




                                                                          13
non penetratif (penis tidak dimasukkan kedalam vagina) (Indriyani, 2007).

   Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik

   dari anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap

   hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri

   (Hidayatul, 2008). Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan

   perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang

   resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-

   masing individu (dhe-de, 2009).

          Dengan matangnya fungsi-fungsi organ seksual pada remaja, maka

   timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan untuk memuaskan seksual

   yaitu dengan khayalan, membaca buku atau memutar film porno

   (Purwanto, 1999).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seksual Pranikah

   Faktor-faktor yang mempengaruhi seksual pranikah adalah sebagai

   berikut:

   a. Faktor ekternal

              Pergaulan bebas tanpa kendali orang tua yang menyebabkan

      remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja (Astini, 2009).

      Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih,

      memungkinkan remaja dapat mengakses informasi apa saja termasuk

      hal-hal yang negatif (Kompas, 2004). Kurangnya pengetahuan remaja

      tentang seksual (Astini, 2009). Seksualitas dianggap masih tabu untuk

      dibicarakan bagi kalangan orang tua kepada anaknya, sehingga remaja




                                                                         14
mencari informasi dari tempat lain misalnya dari VCD ataupun buku-

      buku yang dikategorikan porno, termasuk berbagai tayangan TV yang

      semakin vulgar dan juga teman yang tidak memiliki pemahaman yang

      benar tentang seksual (Kompas, 2004).

   b. Faktor Internal

               Terjadinya perubahan-perubahan hormonal seperti peningkatan

      hormon testoteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan, padat

      meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja (Kompas,

      2004). Peningkatan hasrat ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk

      tingkah laku (Ginting, 2008).

3. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja

   a. Berpegangan tangan

      Perilaku seksual ini biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk

      mencoba aktivitas seksual lainnya, sehingga kepuasan seksual lainnya

      tercapai (Irawati,1999).

   b. Berpelukan

      Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih

      cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu (Irawati,

      1999).

   c. Cium kering

      Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan

      pipi dengan bibir (Ginting, 2008). Dampak dari cium pipi bisa

      mengakibatkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang




                                                                       15
disamping juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke

   bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati (Irawati,

   1999).

d. Cium basah

   Aktifitas   cium   basah     berupa   sentuhan   bibir   dengan   bibir

   (Irawati,1999). Dampak dari cium bibir dapat menimbulkan sensasi

   seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual hingga tidak

   terkendali, dan apabila dilakukan terus menerus akan menimbulkan

   perasaan ingin mengulanginya lagi (Ginting, 2008).

e. Meraba bagian tubuh yang sensitif

   Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang

   sensitif seperti payudara, vagina dan penis (Ginting, 2008). Dampak

   dari tersentuhnya bagian yang paling sensitif tersebut akan

   menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri

   dan akal sehat, akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya

   seperti intercourse (Irawati,1999).

f. Petting

   Merupakan keseluruhan aktifitas seksual non intercourse (hingga

   menempelkan alat kelamin), dampak dari petting yaitu timbulnya

   ketagihan (Ginting, 2008).

g. Oral seksual

   Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang menggunakan

   bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada




                                                                       16
wanita melibatkan bagian di sekitar vulva yaitu labia, klitoris, dan

            bagian dalam vagina (Ginting,2008).

      h. Intercource atau bersenggama

            Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki

            ke dalam alat kelamin perempuan, dampak dari hubungan seksual

            pranikah adalah perasaan bersalah, dan berdosa terutama pada saat

            pertama kali, ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa menikah dan

            aborsi, kematian dan kemandulan akibat aborsi, resiko terkena PMS

            atau HIV, sangsi sosial, agama serta norma, hilangnya keperawanan

            dan perjakaan, merusak masa depan (terpaksa drop out sekolah)

            (Ginting, 1999).



D. Persepsi Remaja tentang Perilaku Seksual Pranikah

            Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak

   menuju dewasa (Purwanto, 1998). Suatu tugas penting yang harus dijalani

   oleh setiap remaja ialah mengembangkan pengetahuan sehingga memiliki

   kemampuan untuk mengambil keputusan (Bobak, 2004). Pengambilan

   keputusan dalam hal ini adalah masalah seksual pada remaja yang akan

   mempengaruhi persepsi remaja tersebut (Bariroh, 2008). Persepsi remaja

   tentang perilaku seksual pranikah adalah suatu mental yang terjadi pada diri

   manusia yang ditunjukkan dengan bagaimana melihat, mendengar, merasakan,

   meraba serta membiri tanggapan tentang perilaku seksual pranikah (Hidayatul,

   2008).




                                                                             17
Persepsi remaja tentang seksual pranikah dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu :

1. Faktor internal yang dapat mempengaruhi persepsi remaja adalah yang

    datangnya dari diri remaja itu sendiri yaitu faktor usia, jenis kelamin,

    tingkat pengetahuan yang dimiliki remaja itu sendiri baik pengetahuan

    umum maupun pengetahuan tentang seksual, pengalaman, kepribadian

    serta pekerjaan (Astini, 2009).

2. Faktor eksternal adalah yang datangnya dari luar diri remaja itu sendiri

    yang berupa agama, lingkungan tempat tinggal baik lingkungan keluarga

    maupun di luar keluarga, budaya yang dianut, faktor sosial ekonomi serta

    faktor informasi yang mereka dapatkan (Arida, 2005).

          Dari penelitian Rokhmawati pada tahun 1999 di 20 kabupaten pada

empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung)

terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja perempuan usia 15-24 tahun

menemukan 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan

hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks, kesalahan persepsi ini

sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dan pada remaja putri

(42,3%) (Yudhim, 2009). Dari penelitian yang sama juga didapatkan bahwa

hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk tertular PMS

(Penyakit Menular Seksual) bila memiliki pasangan seksual lebih dari satu,

dan 15% mengira bahwa mereka akan beresiko tertular HIV bila berhubungan

seks dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) (Yudhim, 2009).




                                                                           18
E. Kerangka Teori

      Faktor Internal                              Faktor Eksterna
      1. Usia                                      1. Agama
      2. Jenis kelamin                             2. Lingkungan
      3. Tingkat Pengetahuan                       3. Budaya
                                                   4. Sosial ekonomi
                                                   5. Informasi




                               Persepsi Perilaku
                               Seksual Pranikah



    Gambar I : Kerangka Teori Jenis kelamin terhadap persepsi perilaku seksual pranikah

                                 (Astini, 2009; Arida 2005).



F. Kerangka Konsep


       Variabel Independen                              Variabel Dependen


    Jenis Kelamin laki-laki

                                                         Persepsi Perilaku
                                                         Seksual Pranikah
    Jenis Kelamin Perempuan




                                Gambar 2 : Kerangka Konsep




                                                                                          19
G. Variabel Penelitian

          Pada penelitian ini ada dua variabel yang dikaji yaitu variabel

   independen dan variabel dependen.

   1. Variabel independen

      Variabel independen adalah variabel yang akan menentukan atau

      berpengruh terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005). Variabel

      independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin.

   2. Variabel dependen

      Variabel dependen adalah variabel yang kondisi atau nilainya dipengaruhi

      oleh variabel lain (Sugiyono, 2005). Variabel dependen dalam penelitian

      ini adalah persepsi remaja terhadap perilaku seksual pranikah.



H. Hipotesis

          Ada hubungan jenis kelamin dengan persepsi perilaku seksual

   pranikah pada remaja.




                                                                           20

More Related Content

What's hot

Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikTohir Haliwaza
 
6 juliani pras psikologi perkembangan anak
6 juliani pras psikologi perkembangan anak6 juliani pras psikologi perkembangan anak
6 juliani pras psikologi perkembangan anakIwan Kurniarasa
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docNofrida Atika
 
Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta DidikPerkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta Didikyuliartiramli
 
Psikologi modul 1 kb 2
Psikologi modul 1 kb 2Psikologi modul 1 kb 2
Psikologi modul 1 kb 2Uwes Chaeruman
 
Makalah pertumbuhan dan perkembangan
Makalah pertumbuhan dan perkembanganMakalah pertumbuhan dan perkembangan
Makalah pertumbuhan dan perkembanganErik Kuswanto
 
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remajaMakalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remajaSeptian Muna Barakati
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikUlanJegeg
 
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasiMuhammad Marhaban
 
Makalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembanganMakalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembanganAinul Mukarrob
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial tyaadhietz
 

What's hot (18)

Tugas iad
Tugas iadTugas iad
Tugas iad
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik
 
6 juliani pras psikologi perkembangan anak
6 juliani pras psikologi perkembangan anak6 juliani pras psikologi perkembangan anak
6 juliani pras psikologi perkembangan anak
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - doc
 
Persepsi novi catur muspita
Persepsi novi catur muspitaPersepsi novi catur muspita
Persepsi novi catur muspita
 
Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta DidikPerkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta Didik
 
Psikologi modul 1 kb 2
Psikologi modul 1 kb 2Psikologi modul 1 kb 2
Psikologi modul 1 kb 2
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah pertumbuhan dan perkembangan
Makalah pertumbuhan dan perkembanganMakalah pertumbuhan dan perkembangan
Makalah pertumbuhan dan perkembangan
 
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadian
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadianMakalah perkembangan perilaku dan kepribadian
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadian
 
Teori psikologi perkembangan
Teori psikologi perkembanganTeori psikologi perkembangan
Teori psikologi perkembangan
 
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remajaMakalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
 
Hakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi PerkembanganHakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi Perkembangan
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didik
 
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
 
Makalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembanganMakalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembangan
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial
 

Viewers also liked

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...Elvia Malbeni HarLen
 
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)Amalia Senja
 
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2Dinka Rosely
 
Dokumentasi asuhan keperawatan keluarga
Dokumentasi asuhan keperawatan keluargaDokumentasi asuhan keperawatan keluarga
Dokumentasi asuhan keperawatan keluargaWarung Bidan
 
(KPSP) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN
(KPSP) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN(KPSP) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN
(KPSP) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGANNenggar Sesanti
 

Viewers also liked (6)

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
 
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
 
Format DDST
Format DDSTFormat DDST
Format DDST
 
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
 
Dokumentasi asuhan keperawatan keluarga
Dokumentasi asuhan keperawatan keluargaDokumentasi asuhan keperawatan keluarga
Dokumentasi asuhan keperawatan keluarga
 
(KPSP) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN
(KPSP) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN(KPSP) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN
(KPSP) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN
 

Similar to Tinjauan Perilaku Seksual Remaja

MAKALAH Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
MAKALAH Perkembangan masa dewasa  dan lanjut usiaMAKALAH Perkembangan masa dewasa  dan lanjut usia
MAKALAH Perkembangan masa dewasa dan lanjut usiaSukmawijaya15
 
psikologi perkembangan
psikologi perkembanganpsikologi perkembangan
psikologi perkembanganEneng Susanti
 
PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR
PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN  SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJARPROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN  SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR
PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJARLutfi Koto
 
Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptNofrida Atika
 
ILMU PENDIDIKAN : Peserta didik
ILMU PENDIDIKAN : Peserta didikILMU PENDIDIKAN : Peserta didik
ILMU PENDIDIKAN : Peserta didikAulia Safitri
 
2 teori teori-perkembangan
2 teori teori-perkembangan2 teori teori-perkembangan
2 teori teori-perkembanganalaminyanto
 
2 teori teori-perkembangan
2 teori teori-perkembangan2 teori teori-perkembangan
2 teori teori-perkembanganalaminyanto
 
remaja_dan_permasalahannya.pdf
remaja_dan_permasalahannya.pdfremaja_dan_permasalahannya.pdf
remaja_dan_permasalahannya.pdfLiaDjanbie
 
Remaja dan permasalahannya (2)
Remaja dan permasalahannya (2)Remaja dan permasalahannya (2)
Remaja dan permasalahannya (2)syarifah irmadani
 
Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta DidikProses Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta DidikLutfi Koto
 
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan lia wantika
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan   lia wantikaPerbedaan pertumbuhan dan perkembangan   lia wantika
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan lia wantikaIr. Zakaria, M.M
 
Psikologi Perkembangan (Desmita)
Psikologi Perkembangan (Desmita)Psikologi Perkembangan (Desmita)
Psikologi Perkembangan (Desmita)Hariyatunnisa Ahmad
 
Pertumbuhan dan perkembangan hewan
Pertumbuhan dan perkembangan hewanPertumbuhan dan perkembangan hewan
Pertumbuhan dan perkembangan hewanIr. Zakaria, M.M
 
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu)
 Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu)
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu)PuputPamela
 
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaBab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 

Similar to Tinjauan Perilaku Seksual Remaja (20)

MAKALAH Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
MAKALAH Perkembangan masa dewasa  dan lanjut usiaMAKALAH Perkembangan masa dewasa  dan lanjut usia
MAKALAH Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
 
Presentasi ppd kelompok 7
Presentasi ppd kelompok 7Presentasi ppd kelompok 7
Presentasi ppd kelompok 7
 
psikologi perkembangan
psikologi perkembanganpsikologi perkembangan
psikologi perkembangan
 
PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR
PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN  SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJARPROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN  SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR
PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR
 
Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - ppt
 
ILMU PENDIDIKAN : Peserta didik
ILMU PENDIDIKAN : Peserta didikILMU PENDIDIKAN : Peserta didik
ILMU PENDIDIKAN : Peserta didik
 
Sikap
SikapSikap
Sikap
 
2 teori teori-perkembangan
2 teori teori-perkembangan2 teori teori-perkembangan
2 teori teori-perkembangan
 
2 teori teori-perkembangan
2 teori teori-perkembangan2 teori teori-perkembangan
2 teori teori-perkembangan
 
remaja_dan_permasalahannya.pdf
remaja_dan_permasalahannya.pdfremaja_dan_permasalahannya.pdf
remaja_dan_permasalahannya.pdf
 
Remaja dan permasalahannya (2)
Remaja dan permasalahannya (2)Remaja dan permasalahannya (2)
Remaja dan permasalahannya (2)
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
 
Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta DidikProses Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
 
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan lia wantika
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan   lia wantikaPerbedaan pertumbuhan dan perkembangan   lia wantika
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan lia wantika
 
Psikologi Perkembangan (Desmita)
Psikologi Perkembangan (Desmita)Psikologi Perkembangan (Desmita)
Psikologi Perkembangan (Desmita)
 
Pertumbuhan dan perkembangan hewan
Pertumbuhan dan perkembangan hewanPertumbuhan dan perkembangan hewan
Pertumbuhan dan perkembangan hewan
 
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu)
 Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu)
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu)
 
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaBab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
 
Makalah Psikologi Pendidikan
Makalah Psikologi PendidikanMakalah Psikologi Pendidikan
Makalah Psikologi Pendidikan
 

Tinjauan Perilaku Seksual Remaja

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsang dari luar lingkungan, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku seseorang (Mulyana, 2004). Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana seseorang melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja indra) disekitar kita (Widayatun, 1999). Persepsi juga diartikan sebagai daya mengenal sesuatu yang hadir dalam sifatnya yang kongkrit jasmaniah, bukan yang sifatnya batiniah, seperti benda, barang, kualitas, atau perbedaan antara dua hal atau lebih yang diperoleh melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsang (Baihaqi, dkk, 2005). Untuk lebih memahami persepsi, berikut adalah beberapa definisi persepsi. Menurut Brian Fellows persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi (Andrea, 1974 yang dikutip Mulyana, 2004). Menurut Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken persepsi adalah sarana yang memungkinkan seseorang yang memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungannya (Sereno & Bodaken, 1975 yang dikutip Mulyana 2004). Menurut Philip 7
  • 2. Goodarce dan Jennifer Follers persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsang (Goodarce & Follers,1987 yang dikutip Mulyana, 2004). Willian James mengatakan persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa tanda-tanda yang didapat melalui indra, hasil pengolahan otak dan ingatan (James, 1987 yang dikutip Widayatun 1999). Persepsi meliputi sensasi (pengindraan), atensi (perhatian), dan interpretasi. sensasi mengacu pada pesan yang dikirim ke otak melalui panca indra, yang merupakan penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar (Mulyana, 2004). Melalui alat indra, manusia dapat memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya (Rakhmat, 2005). Namun tidak semua rangsang yang masuk dapat dipahami dan dimengerti seseorang (Baihaqi, dkk, 2005). Atensi adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kasadaran pada saat stimulus lain melemah, perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra, dan mengesampingkan stimuli yang masuk melalui alat indra yang lain (Rakhmat, 2005). Perhatian juga berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap sesuatu objek yang direaksi pada suatu waktu (Ahmadi, 2003). Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang diperoleh seseorang melalui salah satu atau lebih indra, namun seseorang tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara 8
  • 3. langsung melainkan menginterpretasikan makna informasi yang dipercayai mewakili objek tersebut (Mulyana, 2004). 2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Saleh dan Wahab (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut : a. Perhatian yang selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya, meskipun demikian seseorang tidak harus menghadapi semua rangsangan yang diterimanya, untuk itu individu harus memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja (Saleh & Wahab, 2004). b. Ciri-ciri rangsang Rangsang yang bergerak diantara yang diam akan lebih menarik perhatian, demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil, yang latar belakangnya kontras dan intensitas rangsangnya paling kuat yang akan menarik perhatian (Saleh & Wahab, 2004). c. Pengalaman dahulu Pengalaman-pengalaman terdahulu merupakan hal yang sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu (Saleh & Wahab, 2004). d. Sikap Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai (Rakhmat, 9
  • 4. 2000). Sikap akan menentukan apakah seseorang akan pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif & Sherif, 1956 yang dikutip dari Rahmat, 2000). Sikap dan perilaku petugas kasehatan, keluarga, dan tokoh masyarakat tentang perilaku seksual yang tidak sehat akan mempengaruhi persepsi dan perilaku remaja (Notoatmodjo, 2007). e. Pendidikan (Pengetahuan) Pengetahuan dapat membentuk kepercayaan (Rakhmat, 2000). Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang, dalam hal ini informasi tentang perilaku seksul yang sehat, dengan minimnya pengetahuan tentang seksual yang sehat maka tidak sedikit remaja melakukan sekssul pranikah, dimana dengan adanya sarana dan prasarana seperti puskesmas, poliklinik, dan Rumah Sakit akan mempermudah remaja mendapatkan informasi tentang perilaku seksual yang sehat (Notoatmodjo, 2007). f. Kepercayaan (keyakinan) Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio psikologis, kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal ghoib tetapi hanya keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah, atas dasar bukti sugasti otoritas, pengalaman atau intuisi (Notoatmodjo, 2005). 10
  • 5. g. Lingkungan Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu (Rakhmat, 2000). Lingkungan yang kondusif dan diwarnai oleh kehidupan keagamaan dapat membantu meminimalkan masalah seksual pada remaja (Fadilah, 2008). B. Remaja 1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescene (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Masa remaja merupakan suatu periode dalam lingkaran kehidupan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Rudolph, 2006). Adolescence artinya berasngsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-mighwar, 2006). Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa remaja, yang sering kali remaja dihadapkan pada situasi yang membingungkan, disatu pihak dia harus bertingkah laku seperti orang dewasa dan disisi lain dia belum bisa dikatakan dewasa (Purwanto, 1999). 11
  • 6. 2. Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut antara lain : a. Masa remaja sebagai masa yang penting Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode lainya (Al-mighwar, 2006). Selain itu perkembang fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal remaja, yang semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock,1980). b. Masa remaja sebagai masa peralihan Peralihan tidak berarti terputus dengan apa yang terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang (Hurlock, 1980). Pada setiap periode peralihan, nampak ketidakjelasan status individu dan munculnya keraguan terhadap perananannya dalam masyarakat (Al-mighwan, 2006). c. Masa remaja sebagai masa perubahan Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat, kalau perubahan fisik menurun maka perubahan perilaku dan sikap menurun juga (Hurlock, 1980). 12
  • 7. d. Masa remaja sebagai masa pencari identitas Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi remaja daripada individualitas, dan apabila tidak menyesuaikan kelompok maka remaja tersebut akan terusir dari kelompoknya (Al- mighwar, 2006). Tetapi lambat laun mereka mulai mencari identitas diri dan tidak puas lagi sama dengan teman-temannya dalam segala hal, seperti sebelumnya (Hurlock, 1980). e. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki maupun remaja perempuan (Hurlock, 1980). Dan banyak remaja yang menyadari bahwa penyelesaian yang ditempuhnya sendiri tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Al- mighwar, 2006). C. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Hubungan seksual adalah persenggamaan atau bersatunya alat kelamin laki-laki dan perempuan (Gunarsa, 1995). Hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang tidak ingin hidup bersama dalam perkawinan atau keluarga (Tukan, 1990). Selain itu hubungan seksual pranikah juga diartikan sebagai hubungan seksual sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan seksual yang penetratif (penis dimasukkan kedalam vagina) maupun yang 13
  • 8. non penetratif (penis tidak dimasukkan kedalam vagina) (Indriyani, 2007). Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik dari anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri (Hidayatul, 2008). Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing- masing individu (dhe-de, 2009). Dengan matangnya fungsi-fungsi organ seksual pada remaja, maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan untuk memuaskan seksual yaitu dengan khayalan, membaca buku atau memutar film porno (Purwanto, 1999). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seksual Pranikah Faktor-faktor yang mempengaruhi seksual pranikah adalah sebagai berikut: a. Faktor ekternal Pergaulan bebas tanpa kendali orang tua yang menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja (Astini, 2009). Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih, memungkinkan remaja dapat mengakses informasi apa saja termasuk hal-hal yang negatif (Kompas, 2004). Kurangnya pengetahuan remaja tentang seksual (Astini, 2009). Seksualitas dianggap masih tabu untuk dibicarakan bagi kalangan orang tua kepada anaknya, sehingga remaja 14
  • 9. mencari informasi dari tempat lain misalnya dari VCD ataupun buku- buku yang dikategorikan porno, termasuk berbagai tayangan TV yang semakin vulgar dan juga teman yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang seksual (Kompas, 2004). b. Faktor Internal Terjadinya perubahan-perubahan hormonal seperti peningkatan hormon testoteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan, padat meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja (Kompas, 2004). Peningkatan hasrat ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku (Ginting, 2008). 3. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja a. Berpegangan tangan Perilaku seksual ini biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya, sehingga kepuasan seksual lainnya tercapai (Irawati,1999). b. Berpelukan Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu (Irawati, 1999). c. Cium kering Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir (Ginting, 2008). Dampak dari cium pipi bisa mengakibatkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang 15
  • 10. disamping juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati (Irawati, 1999). d. Cium basah Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir dengan bibir (Irawati,1999). Dampak dari cium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual hingga tidak terkendali, dan apabila dilakukan terus menerus akan menimbulkan perasaan ingin mengulanginya lagi (Ginting, 2008). e. Meraba bagian tubuh yang sensitif Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina dan penis (Ginting, 2008). Dampak dari tersentuhnya bagian yang paling sensitif tersebut akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat, akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya seperti intercourse (Irawati,1999). f. Petting Merupakan keseluruhan aktifitas seksual non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin), dampak dari petting yaitu timbulnya ketagihan (Ginting, 2008). g. Oral seksual Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang menggunakan bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada 16
  • 11. wanita melibatkan bagian di sekitar vulva yaitu labia, klitoris, dan bagian dalam vagina (Ginting,2008). h. Intercource atau bersenggama Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan, dampak dari hubungan seksual pranikah adalah perasaan bersalah, dan berdosa terutama pada saat pertama kali, ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa menikah dan aborsi, kematian dan kemandulan akibat aborsi, resiko terkena PMS atau HIV, sangsi sosial, agama serta norma, hilangnya keperawanan dan perjakaan, merusak masa depan (terpaksa drop out sekolah) (Ginting, 1999). D. Persepsi Remaja tentang Perilaku Seksual Pranikah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa (Purwanto, 1998). Suatu tugas penting yang harus dijalani oleh setiap remaja ialah mengembangkan pengetahuan sehingga memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan (Bobak, 2004). Pengambilan keputusan dalam hal ini adalah masalah seksual pada remaja yang akan mempengaruhi persepsi remaja tersebut (Bariroh, 2008). Persepsi remaja tentang perilaku seksual pranikah adalah suatu mental yang terjadi pada diri manusia yang ditunjukkan dengan bagaimana melihat, mendengar, merasakan, meraba serta membiri tanggapan tentang perilaku seksual pranikah (Hidayatul, 2008). 17
  • 12. Persepsi remaja tentang seksual pranikah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : 1. Faktor internal yang dapat mempengaruhi persepsi remaja adalah yang datangnya dari diri remaja itu sendiri yaitu faktor usia, jenis kelamin, tingkat pengetahuan yang dimiliki remaja itu sendiri baik pengetahuan umum maupun pengetahuan tentang seksual, pengalaman, kepribadian serta pekerjaan (Astini, 2009). 2. Faktor eksternal adalah yang datangnya dari luar diri remaja itu sendiri yang berupa agama, lingkungan tempat tinggal baik lingkungan keluarga maupun di luar keluarga, budaya yang dianut, faktor sosial ekonomi serta faktor informasi yang mereka dapatkan (Arida, 2005). Dari penelitian Rokhmawati pada tahun 1999 di 20 kabupaten pada empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung) terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja perempuan usia 15-24 tahun menemukan 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks, kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dan pada remaja putri (42,3%) (Yudhim, 2009). Dari penelitian yang sama juga didapatkan bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk tertular PMS (Penyakit Menular Seksual) bila memiliki pasangan seksual lebih dari satu, dan 15% mengira bahwa mereka akan beresiko tertular HIV bila berhubungan seks dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) (Yudhim, 2009). 18
  • 13. E. Kerangka Teori Faktor Internal Faktor Eksterna 1. Usia 1. Agama 2. Jenis kelamin 2. Lingkungan 3. Tingkat Pengetahuan 3. Budaya 4. Sosial ekonomi 5. Informasi Persepsi Perilaku Seksual Pranikah Gambar I : Kerangka Teori Jenis kelamin terhadap persepsi perilaku seksual pranikah (Astini, 2009; Arida 2005). F. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Jenis Kelamin laki-laki Persepsi Perilaku Seksual Pranikah Jenis Kelamin Perempuan Gambar 2 : Kerangka Konsep 19
  • 14. G. Variabel Penelitian Pada penelitian ini ada dua variabel yang dikaji yaitu variabel independen dan variabel dependen. 1. Variabel independen Variabel independen adalah variabel yang akan menentukan atau berpengruh terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005). Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin. 2. Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang kondisi atau nilainya dipengaruhi oleh variabel lain (Sugiyono, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah persepsi remaja terhadap perilaku seksual pranikah. H. Hipotesis Ada hubungan jenis kelamin dengan persepsi perilaku seksual pranikah pada remaja. 20