SlideShare a Scribd company logo
I
P E N E R B I T :
A K | i I S
5 2012
i .......
Jusuf Wibisono’s.
Islam dan Sosialisme
Penerbit 8. Pustaka-:
jflü u la n - i J'iii:-;
Dj. TeuKH YO
í , : ^ V ’ « '
•' • 1 '
T J E T A K A N KE II
Call Number
’S 6 2012
5^%.Uoi}i9C^tas Indonesia
Perpustakaan
r ?
¿•V
Sambutan pers tentang buku:
DASAR-DASAR EKONOM I DALAM ISLAM
Oleh: Z. A. AHMAD.
Penjedar Djokjakarta th'. 11 Xo. 22 — 8-9-1950.
.......... Apalagi memang setahu kitapun barulah ini satu-satunja
buku jang mengupas soal-soal ekonomi didalam Islam dalam
bahasa kita. Dengan lain perkataan, sekali lihat nama buku ini,
terbajang seolah-olahnja inilah insteliingen ekonomi islam dengan
kupasan wetenschappelijk dan zakelijk.......... bahwa kupasan .iang
objektif itulah iang boleh dimasukkan dalam ilmu pengetahuan
wetenschappe1ijk.
Penulisnja menjebut „mu'amalah maddyah” artinja ekonomi,
sedang ,,,mu‘amalah adabyah” disebutnja „sosial”. Kita pudjikan
tyaku ini sebagai langkah jang perlama bagi penulis2 ekonomi
dari sudut Islam.
Bintang, Medan.
Ruku Dasar- ekonomi dalam Islam oleh Z. A. Ahmad mem­
bawa pengupasan baru dalam soal jang hangat dewasa ini. Buku
ini sebagai mutiara dalam perpustakaan Islam di Indonesia.
Suara Partai Masjuni, Djakarta.
Z. A. Ahmad satu-satu pengarang islam jang besar dimasa
ini. Dasar-das'ar Ekonomi dalam Tslain, suatu pengupasan isti­
mewa, dan memang belum permil 'liku/M nl(‘l) penulis lain-
Sudahkah tuan punjai?
Sctmku f 12,50.
Penerbit, Pendjual :
^USTAKA ISLAM Djakarta
I S I B U K U :
1. Pendahuluan ............................................... .............. hal 3 — 5
2. Bab I.
Asal dan arti kata sosialisme .................................... „ 6 — 9
3 Iiab II.
Pelbagai aliran sosialisme .......................................... „ 10 — 22
4. Bab III.
Sosialisme ’ilmijah ....................................................... „ 23 — 32
5. Bab IV. -
Komunisme ...................... ......................................... „ 33— '45
6.( Bab V.
Gerakan Kristen sosial ............................................. „ 46 — 51
7. Bab VI.
Kesamaan dan perbedaan Islam dan sosialisme Marx „ 52 — 63
, j
8. Bab VII.
Kesamaan dan perbedaan Islam dan Komunisme...... „ 64 — 77
FAiv. HUXU.-1
T a n g g a l f 5 ~ J J — ' S i
....J L M jj , ,
P E N D A H U L U A N .
S
EPERAMPAT abad j.l., H. O. S. Tjokroaminoto telah merasa­
kan perlunja ada karangan tentang sosialisme dibandingkan
dengan Islam. Kemudian ditulislah olehnja sebuah kitab tentang
...Islam dan sosialisme”.
Dia didorong ‘menulis itu, berhubung dengan adanja aliran
politik kuat jang berpendapat bahwa sosialismelah jang akan da­
pat melepaskan bagian ummat manusia jang sengsara didunia ini
dari penderitaannja. Lagi pula untuk membantah tuduhan2 ter­
hadap Islam, bahwa agama Islam hanja menghendaki keselamatan
orang-orang jang memeluknja sadja, dan bukan keselamatan
lain-lain orang djuga dalam masjarakat, dan bahwa agama Islam
itu „tidak tjakap menuntut atau memadjukan keperluan politik,
sosial dan ekonomi”.
Buku serupa itu memang perlu sangat, oleh karena sosialisme
adalah aliran politik jang tidak dapat diabaikan, sehingga partai2
Islam, dengan sendrinja harus menentukan sikap mereka terhadap
gerakan itu, seperti di negeri2 barat kaum Kristen djuga telah
menentukannja.
Tjaranja Tjokroaminoto mengupas masalah ini, tepat seperti
M. H. Kidwai dari India dalam kitabnja „Islam and Socialism”
(1912), jang memang ditjontoh olehnja. Tidak diperbintjangkan
disitu, bagaimanakah pandangan Islam terhadap sosialisme iang
diadjarkan oleh Karl Marx, melainkan diuraikan disitu bahwa
islam tjotjok dengan sosialisme, sosialisme dalam arti jang luas.
Aliran sosialisme, seperti kelak akan diuraikan lebih pandjang,
dapat dibagi atas dua bagian besar, jaitu : sosialisme jg berdasar
atas peladjaran2 Marx dan sosialisme jg berdasar atas peladjaran2
sardjana2 jang lain, jang disebut „niet-Marxistisch socialisme”.
Tang terpenting ialah sosialisme Marx, karena aliran inilah jang
membuka halaman baru dalam sedjarah manusia.
Sesudah perang dunia kedua, aliran sosialisme tambah penting
artinja, karena tidak sadja timbulnja Riisia mendjadi negara besar
jang kedua di dunia, melainkan karena djuga di Eropa tambah
meluas aliran itu sehingga dapat dikatakan bahwa dinegara2 tadi
tidak mungkin pemerintah dibentuk djika tidak dapat bantuan
dari partai-partai jang berhaluan sosialisme.
Pun di Asia, sosialisme Marx mendjadi aliran politik jang pen­
ting pula. Dalam Republik kita, aliran ini mempunjai banjak
pengikut2 diantara kaum terpeladjar, dan partai-partai jang ber­
ideologi aliran itu, mendapat kedudukan jang demikan kuatnja
sehingga mereka selama 2]/2 tahun pada permulaan revolusi kita,
menguasai haluan perdjoangan kita.
Seperti dikatakan diatas, jang terpenting ialah sosialisme Marx.
Menurut W. Banning, k.l. 1/6 dari seluruh ummat manusia me­
meluk paham komunisme, jang asalnja dari teori-teori Marx.
(„Hedendaagse Sociale Bewegingen”, 1948). Dengan kemenangan
Mao Tse Tung di Tiongkok, arti gerakan komunisme di Asia
tambah besar bagi negara2 lain sekitarnja. Orang2 jang dikuasai
ideologi Marxisme, bukan lagi 1/6, melainkan mendjadi k.l. ÿ î
dari seluruh dunia.
Maka bagi kita, ummat Islam Indonesia, adalah suatu kewa-
djiban untuk mengenal lebih dekat Marxisme ini, untuk menje-
lidiki lebih saksama seberapa djauhkah agama Islam berbedaan,
sedjalan atau bertentangan dengan paham ini. Dengan mengenal
lebih dekat aliran ini, kita dapat mengurangi kesalahan paham
jang tidak perlu, jang hanja merugikan perdjoangan kita sadja;
dapat menghargai anasir2 jang memang berguna bagi kita dan
dapat memperkaja pengetahuan para kader politik kita.
Diantara mereka jang menggabungkan diri dalam gerakan2
jang berdasar atas Marxisme, ada djuga jang berkajakinan
agama Islam. Rupa-rupanja mereka itu belum insjaf betul, apakah
dalam isme tersebut jang bertentangan hebat dengan peladjaran2
Islam, dan betapakah ketjakapan Islam untuk menjusun masja-
rakat baru jang adil dan makmur.
Mungkin diantara mereka ada jang bermakud mendjadi „reli-
o-ieus socialist”, akan tetapi antara „religieus socialisme” dan
Marxisme ada perbedaan fundamenteel, sehingga seorang reli­
gieus socialist seharusnja tidak bisa mendjadi nnggauta sesuatu
partai jang berdasar Marxisme tulen.
Menjedihkan sangat ialah, bahwa diantara pengikut2 P.K.I. —
Muso jang" melawan kedjam lain-lain golongan jang mereka ang­
gap sebagai golongan bordjuis, ada pula orang2 jang berkejakinan
Islam betul2. Teranglah bahwa paham mereka tentang Marxisme
dan komunisme itu masih samar2 sekali.
Rupa-rupanja mereka itu berpendapat, bahwa asal sadja orang'
mengedjar tjita-tjita keadilan sosial dan melawan kolonialisme,
maka orang sudah mendjadi Marxis atau komunis.
Sosialisme Marx memang menarik sangat kaum proletar di
negara2 jung berindustri, jang industri2 itu dikuasai oleh kaum
kapitalis; menarik sangat sebagian dari bangsa- djadjahan, karena
dia mcngadjarkan dengan setjara ilmu pengetahuan bahwa kapi-
lisme pada suatu waktu pasti akan rurituh, dan bahwa waktu itu
sudah dekat. Apabila kapitalisme itu sudah runtuh, lalu akan da­
tanglah masjarakat sosialis jang akan membawa kebahagiaan jang
sebesar-besarnja bagi kaum proletar, kaum jang sekarang dihisap
dan ditekan oleh kaum kapitalis. Maka mudah dimengerti, bahwa
teori-teori bapak gerakan kaum buruh itu, dapat memikat hati
sebagian dari bangsa-bangsa djadjahan.
Sebelum perang dunia kedua, hampir semua bangsa2 Islam
didjadjah oleh bangsa- barat. Meskipun demikian, sepandjang
saja tahu, tidak ada seorang sardjana Islam pun jang menaruh
tjukup perhatian kepada pembela besar kaum tertindas ini, se­
hingga dia sudi mengupas teori-teori Marx dari sudut Islam jang
luas dalam seperti sardjana2 barat jang anti-Marx, atau menjusun
sendiri teori2, berdasar atas peladjaran2 Islam tentang bagaima­
nakah tjaranja mcrobah susunan dunia sekarang ini dimana kaum
kapitalis meradjalela, dan jang dapat mejakinkan kaum proletar
dan bangsa2 djadjahan, bahwa tjara ini mungkin dilaksanakan.
Uraian M. Barazi dalam bukunja „islamisme et Sosialisme” (1929),
meskipun agak lebih dalam dari pada Kidwai, masih kurang dalam
mengupas peladjaran2 Marx jang pokok, seperti historisch-material-
isme, perdjoangan kelas, diktatur proletar, dan teori negara.
Dalam negara seperti Indonesia, dimana kebanjakan kaum
terpeladjar masih asing dari pada, agama Islam, tidak meng­
herankan kalau para politikus2 diantara mereka itu, lebih dulu
mentjari pedoman pada teori2 Marx dari pada peladjaran2 agama
Islam, apalagi kalau mereka itu berpendapat bahwa politik tidak
ada sangkut" pautnja dengan agama atau moral, bahwa Islam ifu
penghalang kemadjuan. Mereka tidak mengerti bahwa sebenarnja
•>ntara Islam dan lain2 agama ada perbedaan2 dasar.
' Maksud karangan ini ialah, menjelidiki. apakah jang tjotjok dan
nakah jang bertentangan antara Islam dan sosialisme Marx
terta* komunisme. Mula2 akan ditjeritakan dengan pendek teori-'
latiani2 aliran itu, kemudian akan ditindjau Marxisme dan Le­
n i n i s m e - Stalinisme dari sudut Islam.
Baei kalangan diluar Islam, karangan mi mudah-mudahan da-
- 1 memberi pengetahuan bahwa agama Islam tidak begitu steriel
dan kolot seperti mereka mengira.
BAB I.
ASAL DAN ARTI KATA SOSIALISME.
K
ATA pokok dari pada sosialisme ialah „socius”, kata Latin
jang artinja „teman”. Sosialisme dapat diterdjemahkan de­
ngan „persaudaraan manusia”. (H. van der Mandere, „Politieke
Encyclopédie”, 1949).
Tentang siapakah jang pertama2 memakai kata ini, ada per­
tengkaran diantara para sardjana. L. Reybaud, seorang penulis
Perantjis, menganggap dirinja sendiri sebagai jang mendapatkan
kata itu. Hal ini dilahirkan dalam bukunja „Etudes sur les refor­
mateurs ou socialistes modernes” (1864).
Menurut penjelidikan Griinberg, kata itu dalam tahun 1803
sudah dipakai oleh seorang pendeta Italia, GiulianL lianja dia
memakai kata itu dalam arti „Katholicisme” sebagai lawan dari
paham „Protestantisme”, djadi dalam arti jang lain sekali dari
pada paham sekarang.
Terlepas dari tulisan Giuliani itu, dalam tahun 1827 kata sosialist
di Inggeris dipakai oleh pengikut2 R. Owen, di Perantjis, kata
sosialisme itu pertama2 dipakai oleh Vinet. Kemudian Reybaud
menggunakan istilah itu djuga, tetapi memindjam dari Inggeris.
Demikianlah kesimpulan penjelidikan Griinberg.
Maka kalau Mr. van der Goes van Naters, pemimpin fractie
Partij van de Arbeid dalam Tweede Kamer mengatakan dalam
brochurenja „Het socialisme van nu” (1945), bahwa Lerouxlah
jang pertama2 memakai kata tersebut dalam tahun 1834, itu tidak
benar.
Lebih kusut lagi dari pada masalah asalnja, adalah masalah
artinja kata sosialisme itu. Diepenhorst memberi tjontoh betapakah
bedanja paham2 orang2 sosialis terkemuka.
Proudhon (1809- 1865), salah seorang pelopor sosialis Perantjis
jang pertama2 memakai kata tersebut dalam tahun J834, itu tidak
memperbaiki masjarakat”. Keterangan ini diutjapkan dimuka
hakim jang memeriksa dia. Lalu hakim menjambung, „Kalau
begitu, kita semua adalah orang sosialist”. Djika sosialisme diar­
tikan demikian, sudah terang bahwa Islam mengandung penuh
peladjaran2 sosialisme.
— 7 —
Dalam Madjelis Rendah di Inggeris, dalam tahun 1923 kata ini
sudah pernah mendjadi perdebatan. Ada jang mengatakan bahwa
..sosialisme adalah penglaksanakan peladjaran2 Kristus”. Lain
anggauta berpendapat bahwa „sosialisme itu pengawasan atas
perusahaan2 rakjat, oleh rakjat dan untuk rakjat”.
Karena banjaknja pendapat2 jang berbeda2, maka Madjelis
memutuskan untuk Ynenjusun sebuah buku dimana dikumpulkan
semua pendapat2 itu, dan diberi titel „Apakah sosialisme itu”.
Djuga Kirkup jang bukunja lebih tua dari bukunja Diepenhorst,
sudah mengeluh bahwa kata sosialisme itu sukar ditentukan
artinja, karena perselisihan paham antara sardjana2 jang menulis
tentang masalah itu. Sebagai tjontoh dia memetik pendapat bebe-
tapa penulis2 jang terkemuka.
Janet, penulis Perantjis, berpendapat sebagai berikut: „Jang
kita namakan sosialisme itu, ialah tiap-tiap peladjaran, jang me-
ngadjar bahwa negara berhak membenarkan ketidak-rataan
kekajaan jang ada pada manusia, dan berhak melaksanakan
keseimbangan menurut hukum, dengan mengambil dari mereka
jang mempunjai kebanjakan, untuk dikasihkan kepada mereka
jang kekurangan dan tindakan ini djangan hanja diambilnja kalau
ada kelaparan atau ketjilakaan umum sadja, melainkan harus
diambilnja terus-menerus’'.
Schaffle dan A. Wagner berpendirian bahwa awal dan achir
sosialisme ialah perobahan modal2 perseorangan jang bersaingan,
mendjadi modal bersama jang dipersatukan.
A. Held berpaham bahwa-sosialisme itu menghendaki supaja
kemauan perseorangan ditundukkan kepada kemauan perseku­
tuan (gemeensehap).
Kirkup menjimpulkan bahwa matjam- pendapat itu pokoknja
ialah menghendaki supaja industri2 dikemudikan oleh persekutuan
dan penghasilannja dibagi jang adil.
Dalam „Political Dictionary” (1948), jang ditulis oleh prof.
Wilbur W. White, diterangkan bahwa „Sosialisme adalah namanja
i teori dan gerakan jang bermaksud menjusun persekutuan setjara
I terikat-bersama untuk kepentingan rakjat, dengan djalan raemi-
V Hki dan mengawasi bersama alat-alat produksi, seperti industri,
pengangkutan, bank, d.1.1.” (Socialism is a theory and a movement!
aiming at a collective organization of the community in the
interest of the people, by' means of common onwership and con­
trol of the means of production, e.g. industry, transportation,
banking, etc.).
Kalau sekarang orang menjebut kata sosialisme, memang
pada umumnja jang dimaksudkan ialah sosialisme Mai*> <?an
isinja pokok boleh diterdjemahkan seperti keterangan e ,l V'
Boleh dikatakan bahwa sosialisme itu lawan dari pa am m ivi
dualisme. Sosialisme menaruh kepentingan umum didepan, kepen­
tingan perseorangan dibelakang, sedang individualisme menaruh
kepentingan perseorangan didepan dan kepentingan umum dibe­
lakang.
Sudah njata definisi W hite ini belum meliputi semua matjam
aliran2 sosialisme, karena dia hanja menggambarkan sosialisme
jang ditjita-tjitakan oleh Marx sadja. Jang paling tepat menurut
pendapat saja, ialah definisi Hendrik de Man, seorang sosialis
terkemuka di Belgia. Dia mengatakan bahwa „Semua sosialisme
menghendaki susunan masjarakat jang adil dan coöperatief”.
Coöperatief artinja bahwa kegiatan masjarakat ditudjukan ke­
pada kepentingan umum, sedang masjarakat itu berdasar atas
susunan milik persekutuan (gemeenschapsbezit).
Tentang isinja paham milik persekutuan itu, aliran jang satu
berlainan dengan jang lain. Berlainannja itu mengenai matjamnja
dan banjaknja barang2 jang hendak dimiliki dalam persekutuan.
Jang satu menghendaki milik persekutuan atas industri2 sadja,
lainnja atas tanah sadja, lain lagi menghendaki atas semua ba­
rang-barang.
Sama dalam tudjuannja, tetapi berlainan dalam djalannja aliran2 ■
itu, hingga dapat dikatakan bahwa jang satu bertentangan de­
ngan jang lain.
Bermatjam2 gerakan sosialis sekarang ini ada, maka kalau ada
orang mengatakan bahwa dia seorang sosialis, sebenarnja dia
harus memberi pendjelasan lagi, sosialis manakah jang dipeluknja.
Demikianlah kesimpulan Mr. A. Liihrs dalam bukunja „Burger-
lijk en socialistisch denken” (1946).
Kata sosialisme kurang lebih 1J4; abad umurnja, tetapi tjita'-^r
merobah masjarakat jang lebih adil, lebih sempurna, sudah ada
sedjak failasuf Junani purbakala Plato. Sesudah dia, dalam abad2
jang berikut, timbul banjak pudjangga2 jang menjusun teori2
tentang bagaimanakah tjaranja, masjarakat jang lebih baik itu
dapat dilaksanakan.
Aliran2 sosialisme dapat dibagi sebagai berikut:
1. sosialisme chajali (utopisch socialisme),
2. anarchisme,
— 9 —
3. sosialisme ilmijah (-vetenschappeli_jk socialisme),
4. sosialisme negara,
5. sosialisme tanah..
6. revisionisme,
“. syndicalisme,
S. sosialisme agama,
9. komunisme,
10. sosialisme nasional,
11. sosialisme gilden,
12. sosialisme demokrat,
13. sosialisme rentjana,
14. sosialisme pribadi.
BAB II.
PELBAGAI ALIRAN SOSIALISM E.
T
E N T A N G pembagian sosialisme dalam golongan-golongan ini,
djuga tidak ada kesatuan paham diantara penuhs-penu is. r.
M . van der Goes van Naters umpamanja membaginja aa am g
longan, ja’ni:
1. Utopisch socialisme,
2. Reformatorisch socialisme,
3. Anarchistisch socialisme,
4. Wetenschappelijk socialisme,
5. Religieus socialisme,
6. Conservatief socialisme,
7. Corporatief socialisme,
8. Nationaal socialisme,
9. Democratisch socialisme.
Lebih dulu akan saja terangkan dalam bab ini dengan pendek
apakah isinja masing-masing isme itu, kemudian dalam bab-bab jang
akan datang akan dibitjarakan lebih pandjang beberapa matjam sosia­
lisme jang terpenting.
1. Sosialisme Chajali ialah sosialisme jang ditjita-tjitakan oleh
para sosialis terkemuka pada tengah abad jang ke 19, seperti Saint
Sintion (1760-1825), Fourier (1772-1837) di Prantjis, dan ©wen
(1771-1857) di Inggris. Mereka diedjek oleh M arx sebagai sosialisme-
utopis atau chajali, karena mereka pertjaja, bahwa dunia dapat diper­
baiki dengan undang-undang, dengan keputusan radja atau dengan
bantuan hartawan seperti jang diharap-harapkan oleh Fourier. Mereka
minta bantuan dari masjarakat, dari golongan jang menguasainja
dengan mengingatkan orang-orang itu kepada keadilan dan kesusi­
laan, padahal dipandang dari sudut ilmijah, usaha demikian itu,
sedikitpun tidak akan membawa hasil, kata Marx. Mereka hendak
menjusun masjarakat baru dengan tidak mengetahui filsafat sedjarah,
hanja menurut gambaran jang keluar dari kepala mereka sadja.
Seperti R. Owen mentjoba mentjiptakan masjarakat baru setjara
ketjil-ketjilan menurut tjita-tjitanja, dengan tidak memperhatikan
sifat-sifat manusia. Sudah barang tentu, usaha itu gagal sama sekali.
*>
Maka dari itu, Marx menamakan pelopor-pelopor sosialisme ini,
sosialis chajali, sosialis ngelamun.
2. Anarchisme. Anarchie berarti sebenarnja „tidak berpeme-
rintah” atau „tidak berhukum dan berketertiban”. Dalam pemakaian
sehari-hari, anarchie diartikan kekatjau-balauan. -
Pentjipta teori anarchisme ialah Proudhon (1809-1865). Sem-
bojan jang terkenal dari dia ialah” La propriété c’est le vol” (milik
itu tjurian). Maksudnja bukan mengandjurkan penjerobotan milik
orang-orang kaja untuk dibagi antara kaum buruh, akan tetapi jang
dianggapnja sebagai barang tjurian, ialah milik jang didapatnja dengan
tidak kerdja apa-apa. Umpamanja makan bunga modal dan warisan.
Lain sembojan jang kurang terkenal ialah „L’anarchie c’est l’ordre”
(anarchie itu ketertiban). Djadi dia ingin ketertiban masjarakat jang
tidak berpemerintah, sebab kata dia, pemerintah pada hakekatnja perlu
untuk membela golongan jang punja melawan golongan jang ta’punja.
Jang mengembangkan peladjaran anarchisme ini, jang kenamaan
ialah Bakunin (1814-1876), seorang Rusia. Sembojannja ialah
„Kemerdekaan dengan tidak ada sosialisme, adalah memberi lebih hak
kepada jang satu dari pada kepada jang lain, adalah ketidak adilan;
sosialisme dengan tidak ada kemerdekaan, adalah perhambaan dan
perlakuan kasar” (La liberté sans le socialisme c’est le privilège,
l’injustice; et le socialisme sans liberté c’est l’esclavage et la brutalité).
Dengan tegas dia mengatakan, bahwa anarchisme tidak mau kenal
pembuatan undang-undang atau kekuasaan (wetgeving en gezag),
walaupun itu diadakan oleh pemilihan umum, karena semua itu hanja
menimbulkan segolongan ketjil jang dapat menguasai dan memeras
golongan jang besar sekali ; anarchisme tidak mau kena), agama, sebab
„pertjaja kepada Tuhan berarti melemparkan ’akal dan keadilan ke­
manusiaan, berarti memungkiri kemerdekaan manusia”.
Anarchisme memang menghendaki perkembangan perseorangan
(individu) dengan ta’ terbatas oleh hukum negara atau agama.
Meskipun tidak ada hukum itu, dia berpendapat, bahwa orang-orang
akan dapat hidup bersama dalam persekutuan karena terikat oleh
perasaan tolong-menolong jang didorong oleh „hormat kepada kebe­
saran kemanusiaan” (eerbied voor de menschelijke waardigheid).
Jang mendjadi pedoman bagi persekutuan itu ialah „akal”, menurut
Proudhon, atau ilmu pengetahuan”, menurut Bakunin.
Proudhon hendaly mentjapai maksudnja dengan djalan damai,
tetapi Bakunin dengan djalan revolusi (Mr. F. Vorstman, „Hoofd-
lijnen der Ekonomie”, 1947).
— 12 —
Kaum anarchis kerap kali mempengaruhi kaum syndicats (sarekat
sekerdja kaum buruh) dan memang mereka sering berdampingan.
Kedjadian-kedjadian seperti itulah jang lalu menimbulkan istilah
Anarcho-Syndicalisme (White’s ..Political Dietationary”).
3. Sosialisme ilmijah ialah sosialisme jang diwedjangkan oleh
bapak gerakan kaum buruh, Karl Marx (1818-1883). Dia menama­
kan sosialismenja. sosialisme ilmijah sebagai lawan dari sosialisme
chajali, karena dia hendak membuktikan setjara ilmijah bahwa me­
nurut djalannja hukum-hukum ilmu ekonomie masjarakat kapitalis
sekarang ini dapat diramalkan, bahwa dia tidak boleh tidak, pasti akan
menemui adjalnja. Dan kalau masjarakat itu sudah habis riwajatnja.
maka akan datang dengan sendirinja masjarakat sosialis, masjarakat
jang tidak mengandung kelas kaum modal dan kelas kaum buruh lagi.
Semua akan hidup dalam kemakmuran bersama.
Negara (staat) dan pemerintahnja, jang sebenarnja tjiptaan kaum
modal untuk menindas kaum buruh, tidak akan perlu lagi. Orang2
akan hidup dalam persekutuan2 ketjil dan mengatur sendiri keperluan
hidupnja. Dia dan leman-temannja sepaham, tidak mau menamakan
dirinja kaum „sosialis”, tetapi kaum „komunis”, sebab jang menama­
kan dirinja sebagai kaum sosialis ketika itu, dipandangnja oleh Marx
sebagai orang-orang bordjuis, sedang golongan dia adalah gerakan
kaum buruh.
Djadi komunis ketika itu artinja lain dari pada komunis sekarang.
Sekarang jang dinamakan komunis ialah mereka jang memeluk paham
.Marxisme seperti jang diadjarkan dan dipraktekkan oleh Lenin se-
djak tahun 1917 di Rusia:
YYetenschappelijk atau Marxistisch socialisme ini oleh Werner
Sombart, ekonoom Djerman besar, "dinamakan djuga Proletarisch
Socialisme.
^ 4. Sosialisme Negara, menghendaki supaja tjita-ljita sosialisme
itu dilaksanakan oleh negara. Negara harus diberi kekuasaan sepe-
nuhnja untuk mengatur seluruh kehidupan ekonomi dengan seadil-
adinja. Djadi sosialisme ini dalam soal jang penting sekali, ada
bei tentangan dengan Marxisme, karena Marx berpendapat, bahwa
ncgaia, sebagai alat penindas kaum bordjuis, harus dilenjapkan.
, l ^ ekai,,Pemlekar sosialisme negara adalah Robertus (1805-
lb7o/).Lasalie (1800-1864), dan Wagner (1835-1917). jang mera-
piaktekkan teori ini ialah ahli kenegaraan Djerman besar, Bismarck.
5. Sosialisme tanah menutul supaja semua tanah seisinja di­
miliki oleh negara. Pembela-pembcla aliran ini berpendapat, bahwa
jang membuat kepintjangan-kepintjangan dalam masjarakat. adalah
milik tanah luas itu igroot-grond-bezit). Henri George mengan-
djurkan, supaja perampasan hak milik tanah (onteigening) itu tidak
usah diberi kerugian, karena pemilikan tanah luas itu asalnja dari tipu
muslihat dan mempergunakan kekuasaan jang tidak sah.
Ketjuali George dari Amerika tadi, jang membela aliran ini,
ialah Th. Hertzka dari Austria dan F. Oppenheimer dari Djerman.
„Akker socialisme” ini dinamakan djuga „land nalionalisatie”.
i). Rcrisionisnu' adalah namanja aliran jang dimulai oleh Eduard
Bernstein (1850-1932). Dia berpendapat, bahwa kedjadian-kedjadian
jang berlangsung sedjak Marx, tidak tjotjok dengan ramalannja.
Revolusi proletar dunia, jang katanja Marx hampir terdjadi, kcliha-
tannja masih djauh.
Golongan jang punja (de bezittende klasse), tidak makin kurang,
malahan makin tambah. Teori pemusatan (concentratie-theorie) jang
mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar makin lama makin
sedikit djumlahnja karena mereka menggabungkan diri dalam peru­
sahaan-perusahaan jang lebih besar, tidak pula tjotjok dengan
kenjataan.
Marx selandjutnja meramalkan bahwa kaum buruh makin lama
akan makin mendjadi tambah melarat (verarmingstheorie) ; inipun
djuga tidak benar, sebab nasib kaum buruh ternjata malah tambah baik.
Historisch-materialisme jang mengadjarkan pula, bahwa seakan-
manusia tidak mempunjai kemauan sendiri, sehingga tidak dapat
menentukan nasibnja sendiri, ditolak oleh Bernstein. Maka dari
itu, dia hendak mengadakan revisie (penindjauan kembali) teori-teori
Marx itu.
Dia lidak setudju, untuk melaksanakan sosialisme dengan djalan
revolusi, melainkan hal itu harus dilaksanakan setapak demi setapak.
Dengan djalan evolusi, hasil baik akan lebih terdjamin kekalnja dari
pada dengan djalan kekerasan.
Menurut pendapatnja, tugas para sosialis ialah, ..untuk mengatur
kelas-kelas buruh dalam organisasi-organisasi politik dan mengem­
bangkan mereka sebagai suatu demokrasi, dan berdjoang untuk semua
perobahan-perobahan dalam negara jang tjotjok untuk meninggikan
kelas-kelas buruh dan merobah bentuk negara ke djurusan demokrasi”.
(A. Gray, „The Socialist Tradition” 1947).
— 14 —
Kata Bernstein sendiri, dia berlainan paham dengan Marx tidak
dalam asas (principe), melainkan dalam tjara (tactiek) sadja.
Dalam praktek, gerakan sosialis jang berideologi revisionisme ini,
mengedjar perobahan-perobahan jang segera dapat dilaksanakan, mes­
kipun harus bekerdja sama dengan partai-partai bordjuis dan harus
menundakan sebagian dari programnja.
7. Syndicalisme. Penjusun teori ini, adalah seorang Prantjis
Georges Sore! (1847-1922). Aliran ini bertudjuan menjusun masja­
rakat baru dimana mendjadi tulang punggungnja, sarekat seker-
dja kaum buruh (syndicat), jang menguasai semua alat-alat produksi.
Mereka nantinja bekerdja bersama-sama dalam tempat-tempat beker­
dja dengan tidak usah diatur oleh kepala-kepala.
Mereka seperti kaum anarchis djuga, menolak tiap-tiap kekuasaan
negara. Tudjuan hendak diwudjudkan dengan djalan aksi langsung
(directe actie), dengan paksaan, seperti pemogokan dan sabotage.
Pemilihan setjara demokratis dan mendapat kekuasaan politik me­
lalui djalan-djalan demokratis, mereka tolak.
Di negara Prantjis dan lain-lain negara Eropa Selatan dan Amerika
Selatan (negara-negara Latin), ada dua matjam syndicalisme, jang
revolusioner dan jang reformistis. Di negara-negara jang berbahasa
Inggeris, jang dimaksudkan dengan syndicalisme hanja syndicalisme
revolusioner.
Syndicalisme ini menurut A. Gray dalam bukunja tersebut diatas,
boleh dipandang sebagai protes terhadap Revisionisme dan Inter­
nationale Kedua (konggres partai-partai sosialis seluruh dunia tahun
1889 jang memutuskan hendak melalui djalan evolusi). Aliran ini
djadi hendak mengadjak kembali kepada seiliailgat Marx tulen, ja’ni
semangat revolusioner. Klassenstrijd jang mendjadi dasarnja Mar­
xisme, harus dihidupkan kembali. Sosialisme harus mendjadi gerakan
kaum buruh semata-mata, dan tidak boleh ketjampuran anasir-anasir
bordjuis.
Syndicalisme mentjari kekuatannja dalam sarekat-sarekat sekerdja
karena dia berpendapat bahwa gerakan itulah jang mendjelmakan
paling tegas djiwa kaum proletar, ja’ni kaum revolusioner jang akan
melaksanakan masjarakat baru nanti.
S. Sosialisme Agcuna. Masuk alinin ini ialah orang-orang jang
berpendapat, bahwa tjita-tjita sosialisme tentang keadilan masja­
rakat sebenarnja telah ada dalam agama, Katholiek atau Protestan.
Dari rumah mereka itu sudah beragama, mereka tidak mau keting­
galan gerakan jang menuntut perbaikan masjarakat, tetapi karena
mereka tidak dapat menerima teori historisch-materialisme dan klassen­
strijd, maka mereka membentuk golongan sendiri dan menjusun teori
sendiri.
Djuga mereka jang tidak memeluk sesuatu agama jang tertentu,
tetapi pertjaja akan adanja Tuhan, masuk sosialisme matjam ini.
9. Komunisme. Jang dimaksudkan dengan aliran ini, bukan
komunisme menurut paham Marx ketika dia menjusun Communis-
tisch-Manifestnja, melainkan komunisme seperti pendapat umum se­
karang, jani sosialisme jang diadjarkan dan dipraktekkan oleh Lenin
dan Stalin di Rusia.
Lenin brependapat, bahwa peladjaran-peladjaran Marx tulen
dapat diwudjudkan. Dia tidak setudju dengan pendirian mereka jang
hendak mewudjudkan masjarakat sosialis dengan djalan evolusi seperti
pendirian Internationale II, melainkan hendak mewudjudkannja de­
ngan djalan revolusi.
Dalam beberapa hal Lenin berlainan paham dengan Marx, tetapi
pada umumnja dia mengikuti teori-teorinja.
Sesudah keluar dari Internationale II, Lenin dan Trotsky men­
dirikan Internationale Komunis III dalam tahun 1919 di Moskou
jang terkenal sebagai Comintern (potongan dari Third Communist
International). Kemudian dalam tahun 1943 Comintern ini dibubar­
kan oleh karena dianggap menghalang-halangi perang Rusia melawan
Djerman.
Partai-partai Komunis seluruh dunia dapat petundjuk tentang
„garis-partai” (party-line) dari Moskou.
Dalam bulan Oktober 1947, di Belgrado didirikan kantor penerangan
komunis (Kominform) jang dianggapnja oleh mnum sebagai terusan
Comintern. Berhubung dengan perselisihan paham dengan djendral
Tito, lalu tempat Kominform dipindahkan ke Bukarest.
10. Sosialisme Nasioml. Kalau orang mendengar gerakan Na-
tionaal socialisme ini, pikirannja segera menudju kepada Nazi
Djerman. Tetapi ada djuga gerakan lain jang tidak begitu terkenal,
ja’ni gerakan di Tjekoslowakia jang dipimpin oleh presiden Benesj
dulu. Nationaal Socialisme ini lain sekali dari pada partai Hitler
jang manakai nama nationaal socialisme untuk partainja, dengan
maksud menghantjurkan Partai Sosial Demokrat dan Partai Komunis
Djerman.
Hitler memasukkan tjita-tjita sosialisme dalam program partai­
nja jang didirikan dalam tahun 1920 hanja untuk menarik pengikut-
pengikutnja sadja, tetapi maksudnja membuat Djerman mendjadi
negara militer jang kuat sekali guna mendjadjah negara2 sekitarnja.
— 15 —
_ 16 —
Gerakan Benesj adalah gerakan nasional biasa jang hendak me­
laksanakan ljita-tjila sosialisme dengan djalan damai dalam negavanja
sendiri.
11.' Sosialisme cjilden *). Sosialisme sematjam ini terdapat di
Jngyeris jang dipropagandakan sedjak’ tahun 1906 terutama oleh
Orange dan Hudson. Mereka menghendaki supaja gilden inilah
sebagai badan-badan otonoom jang memimpin pembuatan barang2.
T’adan-badan ini nantinja terdiri atas kepala pekerdja2 dan pekerdja-
tangan, djadi golongan pemimpin dan golongan pekerdja. Pemerintah
tidak- usah ikut tjampur dalam usaha badan2 itu. melainkan hendaknja
menbantu sadja supaja mereka mendjadi badan-badan jang berhukum
negara (mempunjai publiekrechtelijk karakter) dan melindunginja.
Perusahaan-perusahaan partikelir supaja dirampas hak miliknja (ont-
eigend) oleh pemerintah dengan diberi kerugian sedikit, guna diserah­
kan kepada gilden itu.
12. Sosialisme demokrat. Sosialisme ini, menurut Van der Goes
van Naters adalah terkandung dalam ..Sociaal Democratische Arbei-
ders Partij” dulu, sebelum dilebur mendjadi „Partij van den Arbeid’ .
Adapun jang dimaksudkan dengan istilah ini ialah apa jang ter-
/d tjantum dalam tudjuan partai itu sedjak 1937, dimana diadakan pero-
'Zfi bahan-perobahan asasi ..Partai hendak melaksanakan” suatu masja­
rakat dimana alat-alat produksi jang terpenting kepunjaan perseku­
tuan, kehidupan perusahaan-perusahaan diurus oleh persekutuan dan
dimana kemerdekaan roehani serta kenegaraan terdjanjin, agar supaja
kemakmuran dan ketentuan hidup untuk semua orang mungkin, dan
i sjarat-sjarat kemasjarakatan jang sama dapat diwudjudkan guna
! mengembangkan kepribadian”, („een maatschappij op den grondslag
I * van gemeenschapsbezit van. de voornaamste productie-middelen. met
iremeenschapsbeheer van- het bedrijfsleven en met waarborging van
geestelijke en staatskundige vrijheid, opdat voor allen welvaart en
bestaanszekerheid mogelijk worden, en gelijke maatschappelijke voor-
waarden tôt ontplooi'ing der persoonlijkheid gesehapen worden).
Menurut prof. Bannlng, sifat democralisch socialisme ini sudah
tidak Marxistis lagi, karena mengutamakan sebagai tudjuan, nilai
susila (zedelijke waarde), sedang Marxisme tulen tidak kenal ukuran
*) Gildc adalah kongsi pertukangan, sualu bentuk kerdja-sama antara guru
dan murid-murid dalam pertukangan jang umum dilakukan di Eropa dalam
Abad Pertengahan.
— 17 —
susila atau tidak susila jang dianggapnja sebagai paham kaum bor-
djuis, dan tergantung dari pada keadaan ekonomi pada sesuatu masa.
Djuga hilangnja sikap anti-national dan sikap tidak-bertuhan
(atheistisch), menundjukkan bahwa mereka sudah meninggalkan teori
Marxisme jang mengadjarkan, bahwa kaum proletar tidak punja
tanah-air (jang membikin mereka anti-nasional), dan bahwa agama
itu hanja tjiptaan kaum bordjuis sadja guna menipu kaum proletar.
Kata V an der Goes van Naters : „democratisch-socialisme menge-
djar pengakuan Roch, kekuasaan kemanusiaan, kemerdekaan pribadi
dan keadilan inasjarakat” (streeft naar erkenning van den Gcest.
I heerschappij der humanileit, naar persoonlijke vrijheid en sociale
gerechtigheid).
Terangnja socialisme ini hendak melaksanakan keadilan masjarakat
dalam negara jang democratis, djadi anti-dictatuur, dictatuur seperti
komunisme di Rusia ; jang mengakui bahwa dalam hidup ini Rochlah
jang terutama dan bukan Benda, seperti jang diadjarkan oleh histo-
risch-mnterialisme M arx; jang mengutamakan kepentingan kemanu-
, siaan umum dari pada kepentingan kaum buruh sadja ; jang memberi
[ kemerdekaan seluas-luasnja tetapi teratur untuk mengeluarkan pikiran
i dan kata, untuk memeluk agama, djadi tidak seperti keadaan di Rusia
1 atau Djerman ketika H itler; jang memberi kesempatan jang sama
I kepada semua orang untuk mentjapai kemakmuran.
Meskipun mengakui nilai-nilai susila dan roehani sebagai gaja pen­
dorong bagi kemadjuan perkembangan ummat manusia, tetapi sosia- ,
lisme ini tidak memakai peladjaran-peladjaran salah satu agama se­
bagai dasarnja seperti sosialisme agama.
13. Sosialisme Rentjana. Plan-socialisme ini jang timbul pada
tahun 1930 adalah buah pikiran H . de M an. isinja bukan sadja
hanja mau mendjadikan suatu rentjana saksama (plan) tentang
perobahan-perobahan masjarakat jang dapat dilaksanakan dalam waktu
singkat sebagai langkah permulaan menudju ke masjarakat sosialis,
melainkan lebih dari pada itu. B anning mengatakan bahwa sosialisme
ini meskipun banjak persamaannja dengan sosialisme2 jang lain,
mengandung pikiran dan bentuk demokrasi dan sosialisme jang baru.
Boleh dikatakan bahwa sosialisme rentjana ini lebih lengkap-dari pada
sosialisme demokrat, karena tidak sadja mempunjai teori-teori peman­
dangan hidup seperti aliran jang achir itu, tetapi memadjukan pula
rentjana njala (concreet).
Plan-socialisme sebagai diuraikan oleh de M an adalah anti-Mar-
xisme pula, oleh karena berpendapat bahwa gaja pendorong ke-
madjuan kemanusiaan, ialah nilai-nilai rochani dan susila jang ber­
akar dalam agama. Walaupun dia sendiri seorang beragama, dia tidak
mendorongkan peladjaran-peladjaran agama dalam sosialismenja.
Teori klassenstrijd dipertahankannja, tetapi dasar pcrdjuangan itu
bukan perebutan kekuasaan jang timbul karena pertentangan kepen­
tingan antara kaum modal dan kaum buruh, melainkan perasaan
keadilan jang diadjarkan oleh agama. Menurut paham de Man
orang beragama, dengan sendirinja mempunjai pemandangan hidup
sosialistis (Air. Liihrs).
Van der Goes van Naters mengatakan bahwa plan-socialisme
ini dapat dianggap sebagai werkprogram di lapangan sosial dan
ekonomi dari sosialisme demokrat, djadi hanja sebagai bagian dari
padanja. Menurut pendapat saja, sebaliknja. Plan-socialisme seperti
diadjarkan oleh de Man meliputi sosialisme demokrat.
„Socialisme”, kata de Man, „is de sociale concretisering van een
religieus gefudeerd humanisme”. Sosialisme adalah perwudjudan hu­
manisme jang berdasar agama dalam masjarakat, demikianlah paham-
nja tentang sosialisme Humanisme (ja’ni aliran ilmijah pang meng­
anggap penjelidikan ilmu-pengetahuan Junani dan Roma purbakala
sebagai dasar semua peradaban) jang berpondamen agama, mengam-
dung arti bahwa rochlah jang utama dalam hidup, dan bahwa kemer­
dekaan rochani dan kenegaraan harus mendjadi tiang bangunan
negara, seperti djuga tjita-tjita sosialisme demokrat. Disamping dasar
rochani jang demikian itu plan-sosialisme memberi rentjana jang
njata. Maka dari itu, sosialisme ini adalah lebih lengkap dari pada,
democratisch socialisme.
Rentjana jang disadjikan oleh de Man bagi Belgia ialah sebagai
berikut.
1. Melaksanakan ekonomi tjampuran (gemengde volkshuis-
houding), artinja bahwa sebagian dari perusahaan2 atau
lembaga-lembaga ekonomi jang terpenting didjadikan milik
negara, dan sebagian dibiarkan dimiliki orang2 partikelir
2. Diatur demikian, berarti bahwa ekonomi nasional disesuai­
kan dengan kepentingan umum, jang meluaskan pasar dalam
negeri dan membrantas pengangguran;
3. Di lapangan politik, mengadakan perobahan negara dan
susunan parlemen jang mendjamin demokrasi ekonomi dan
demokrasi sosial sedjati (Batming).
14. Somlisme Pribadi. Personalistisch socialisme, aliran jang
mendjadi pembitjaraan sesudah perang dunia kedua, bermaksud
— 18 —
i
m entjari bentuk sosialisme jang lebih lengkap dan lebih luas dalam
pemandangan hidup dari pada sosialisme agama, sosialisme rentjana
atau sosialisme demokrat.
Personalisme bertudjuan mengembalikan pribadi manusia (de per-
soon van de mens) kepada tempat dalam masjarakat dimana dia dapat
imengembangkan bakatnja, kepribadiannja dengan bebas.
Dalam masjarakat kapitalis, manusia jang berupa orang buruh di­
anggap sebagai barang dagangan sadja, jang kerdjanja dapat dibeli
dan kerdja itu dihargai menurut perhitungan untung-rugi. Pribadi
manusia tidak dapat berkembang menurut pembawaannja karena ter­
tekan oleh halangan-halangan jang dibuat oleh kaum modal.
Baik M arxistis sosialisme maupun sosialisme2 kemudian, berdjoang
pula untuk mengembalikan sifat kemanusiaan kepada kaum buruh.
Tetapi pendirian dan usaha mereka terlalu sempit untuk merobah
masjarakat sekarang ini mendjadi masjarakat sosialisme sedjati. Ter­
lalu sempit pendiriannja, karena mereka mengutamakan kepentingan
kaum buruh sadja, sedang jang menderita dalam masjarakat kapitalis
itu bukan golongan itu sadja, melainkan djuga golongan pekerdja jang
lebih tinggi dan para pegawai negeri. Golongan ini pula, tidak bebas
dari antjam an bahaja pengangguran. Terlalu sempit usahanja karena
sosialisme2 itu mengutamakan perobahan politik, perobahan susunan
negara, padahal sosialisme sedjati tidak akan tertjapai dengan usaha
itu sadja.
D jiw a m asjarakat kapitalis adalah individualistis, materialistis dan
mechanis. Mechanis tidak sadja karena segala-segalanja dikerdjakan
dengan mesin, tetapi karena di pabrik-pabrik dan diperusahaan2 rak-
sara, para kaum buruh dan pekerdja tengahan tidak diberi turut tang­
gung djawab tentang keselamatan pabrik-pabrik dan perusahaan2 itu;
mereka diperlakukan sebagai mesin jang harus bekerdja m enurut
rentjana jang telah dipastikan oleh direksi, dan tidak usah turut
memikirkan.
Merobah djiw a jang demikian itu m endjadi djiw a jang sesuai de­
ngan masjarakat sosialis, tidak tjukup dengan perobahan politik sadja.
Itu harus diusahakan oleh bagian kebudajaan.
Kebudajaan dalam arti jang luas meliputi pendidikan dan agama,
djadi bersangkut-paut dengan djiwa, dengan roch manusia. Bagian
kebudajaan ini harus berusaha supaja djiw a masjarakat dididik me­
ninggalkan sifat-sifat m asjarakat kapitalis dan meresapkan sifa t-sifa t
jan g perlu bagi masjarakat sosialis seperti perasaan tanggung djawab
untuk keselamatan um um , perasaan kesatuan dalam masjarakat, meng-
— 19 —
— 20 —
hargai, tinggi nilai-nilai susila dan rochani (zedelijke cn geestelykc
waarden). Tnilah jang penting sekali untuk memberantas djnva
kebendaan.
Supaja pribadi dapat berkembang sebaik-baiknja, dia harus «Uberi
tanggung djawab atau turut tanggung djawab dalam pabrik-pabrik,
perusahaan2 atau lain-lain tempat dimanapun orang bekenija ala*
keselamatan perusahaan2 itu semua. Kalau orang merasa menipunjai
tanggung djawab, sudah barang tentu dia akan bekerdja sebaik2n ja ;
kemauan memulai sesuatu pekerdjaan (initiatief) dan bekerdja untuk
kesenangan diri sendiri (zelfwerkzaamheid) akan timbul dari padanja.
Dengan pemandangan hidup dan dasar jang demikian itu luasnja,
sosialisme pribadi ini dapat menarik orang-orang tidak sadja jang
sudah berpartai, letapi djuga orang-orang jang belum berpartai bahkan
orang-orang jang beragama, baik Katholik maupun Protestan. Di
Negara Belanda orang2 jang mengikuti sosialisme ini, umumnja meng­
gabungkan diri dalam gerakan politik Partij van den Arbeid-
Dalam bukunja jang telah disebut lebih dulu, (,,P>urgerlijk cn socia-
listisch denken”), Liihrs menguraikan bentuk sosialisme baru jang
dianggapnja sebagai sosialisme jang sempurna untuk waktu jang akan
datang dan dinamakannja constructief atau synthese socialisme.
Menurut pendapalnja sendiri, socialismc ini banjak persamaannja
dengan sosialisme pribadi dan berpendapat bahwa nama ini kurang
tepat karena tidak tergambar didalamnnja, banjaknja masalah2 jang
terkandung dalam sosialisme pribadi itu.
PERHUBUNGAN ANTARA KOM UNISM E DAN
SOSIALISME.
Tentang perhubungan antara dua kata ini dalam dunia ilmijah, ada
tiga matjam pendapat. Perbedaan paham ini tidak menambah terang,
melainkan sebaliknja menan^bah kusut tentang paham sosialisme. Jang
pertama mengatakan bahwa antara dua kata itu tidak ada bedanja;
komunisme dan sosialisme sama sadja (George Adler).
Pendapat jang kedua mengatakan bahwa sosialisme lebih luas dari
pada komunisme; sosialisme sebagai nama kumpulan (verzamelnaam)
meliputi komunisme sebagai nama djenis (soortnaan-0.
Pendapat jang ketiga adalah jang sebaliknja dari pada jang kedua.
Komunismelah jang nama kumpulan d.an sosialisme nama djenis. Prof.
Diepenhorst menjetudjui pendapat ini.
— 21. —
D itindjau dari sudut ilmu bahasa dan sedjarah, memang komunisme
paham iang lebih luas. Ivata bahasa Datin „communis” berarti cljug'a
..algemeen” . Tjita-tjita milik bersama sedjak dulu kala selalu diga­
bungkan dengan kata komunisme. ^
Jang dinamakan komunisme ialah suatu peraturan ekonomi jang
hendak menghapuskan milik perseorangan (particulière eigendom t
dan hendak menggantinja dengan peraturan m ilik bersama. Matjam-
nja barang-barang iang hendak dimiliki bersama itu berbeda-beda.
jang satu minta lebih banjak dari pada iang lain.
Sosialisme adalah bagian dari pada komunisme, karena jang hendak
dimiliki bersama itu hanja beberapa matjam barang sadja, meskipun
.iang penting sekali ialah alat:alat produksi.. Dan milik bersama ini
supaja dilakukan oleh negara jang diserahi pula mengatur produksi *).
Boleh dikatakan bahwa komunisme itxi langkah jang lebih djauh atau
tingkat lebih tinggi dari pada sosialisme. Demikianlah perbedaan2
jang dibuat dalam teori-teori ilmijah.
Di negara iang m em fi’ilkan peladjaran-peladjaran K arl M arx,
ja ’ni Rusia, perbedaan paham ini djuga digunakan. M enurut kata
S talin ketika dia memberi pendjelasan pada undang-undang-dasar
Sovjel baru pada tahun 1936, masjarakat Sovjet sekarang sudah
melaksanakan sebagian besar sosialisme, jang oleh kaum M arxis di­
namakan fase jang pertama atau jang paling bawah dari pada komu­
nisme. Dalam fase ini iang mendjadi asas (grondbeginsel) ialah.
..tiap-tiap warga negara harus bekerdja menurut kepandaiannja, dan
tiap-tiap warga negara harus diberi pembagian menurut k erdjanja”.
M asjarakat Sovjet belum m enljapai penglaksanaan fase komunisme
jang lebih tinggi dimana jang mendjadi asas ,,tiap-tiap warga negara
harus bekerdja menurut kepandaiannja dan tiap-tiap warga negara
harus diberi pembagian menurut keperluannja”.
Djadi djelasnja ialah bahwa menurut paham Stalin, sosialisme itu
komunisme dalam tingkat pertama dan tingkat ini akan naik ketingkat
komunisme apabila produksi negara sudah demikian besarnja sehingga
dapat, memenuhi keinginan semua warga negara menurut keperluannja.
Rusia dinamakan negara komunis bukan karena tjita-tjita komu-
*) Definisi komunisme dan sosialisme seperti ini, memang suatu definisi
jang untuk mudalinja biasanja diberikan, tetapi kita sudah talni dari uraian-
uraian dimuka, bahwa sebenarnja tidak gampang untuk menentukan apakah
artinja sosialisme itu.
— 22 —
nisme sudah terlaksana disana, akan tetapi oleh sebab negara itu
dikuasai oleh Partai Komunis jang dewasa ini lagi dapat mewudjud-
kan sosialisme. Kalau kita melihat peta dunia sekarang dan nampak
kepada kita bahwa Rusia dan Eropa timur dikuasai oleh ideologi
Marx, sedang Rusia adalah kekuasaan dunia jang kedua, dan sekarang
Tiongkok pula dikuasai oleh ideologi tersebut, maka teranglah bahwa
diantara 14 matjam sosialisme itu jang terpenting ialah Marxistis
atau wetenschappelijk sosialisme jang kemudian mendjadi djiwanja
komunisme Rusia.
BAB m .
S O S IA L IS M E IL M IJA H .
SE B A G A I telah diberitahukan dalam Pendahuluan, aliran-aliran
sosialisme dapat dibagi dalam dua bagian besar, ja ’ni sosia­
lism e M arx dan sosialisme bukan M arx. Sosialism e M arx dewasa
ini m endjelm a dalam kom unism e. K om unism e pada hakekatnja
tidak lain dari pada M arxism e ditam bah dengan teori-teori dan
praktek Lenin dan Stalin. Benteng dari pada kom unism e ialah
Sovjet Rusia. D ilu a r Rusia, partai-partai kom unis m enguasai
negara-negara E ropa tim u r dan T iongkok. S elandjutnja ham pir
di tiap-tiap negara lain nja diseluruh dunia ada partai-partai k o ­
m unis ja n g sekarang m asih m erupakan golongan ja n g belum
berkuasa. D engan m enangnja M ao Tse T ung di T iongkok,
bukan lagi 1/6 dari seluruh u m m at m anusia dikuasai oleh ideo­
logi ini, seperti dikatakan oleh Prof. B anning atau H e w le tt Jo h n ­
son („Socialism e in het zesde deel der w ereld”, 1946), m elainkan
m un g k in sekali atau lebih.
M elihat keadaan dem ikian itu, m aka njatalah bahw a diantara
m atjam - m atjam sosialisme, ja n g m aha penting ialah sosialisme,
ilm ijah atau M arxism e. P entjipta sosialisme ini ialah K a ri
M arx , dibantu oleh sahabat karibnja, Friedrich Engels. Maka-
n ia M arxism e itu dinam akan w etenschappelijk socialisme, karena
M arx m enganggap sosialisme Saint-Sim on, Fourier, O w en dan
F roudhon sebagai sosialisme ja n g berdasar atas angan-angan
kosong, atas utopie sadja. Sekarang ia hendak m enjusun teori2
sosialisme baru ja n g berdasar atas penjelidikan dan kupasan
w etenschappelijk. D ia hendak m em buktikan, bahw a m enurut pe­
njelidikan ilm ijah, sosialisme, tidak boleh tidak pasti akan datang
sesudah kapitalism e m ati.
Peladjaran M arx mem punjai dua bagian: filsafat dan ekonomi.
Filsafatnja m engadjarkan tiga soal :
1. historische m aterialism e,
2. perdjoangan kelas,
3. negara.
D alam bagian ekonom i dibentangkan lim a soal :
1. teori nilai lebih (m eerw aarde theorie),
— 24 —
2. teori pemusatan (concentratie theorie),
3. teori penumpukan (accumulatie theorie),
4. teori mcndjadi-miskin (verarmingstheorie),
5. teori krisis.
HISTORISCH-MATERIALISME.
Apakah jang dinamakan historisch-materialisme atau „materia­
listische geschiedenis-beschouwing” itu. Nama ini jang memberi­
kan Engets dan mengadjarkan bahwa dalam sedjarah manusia,
jang menentukan segala-galanja dalam hidup ialah tjara pem­
buatan barang-barang keperluan hidup, atau lebih terang, keadaan
keadaan ekonomi, dan bahwa hasil-hasil rochani seperti politik,
hukum, filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, adalah ketumbuhan
(uitvloeisel) dari pada keadaan itu. Dalam kata Marx jang
masjhur: „Tjara pembuatan barang-barang untuk keperluan hi­
dup, itulah jang pada halceliatnja selalu menentukan kebullTpan .
sosial, politik dan rochani. Bukan kesadaran dari manusia jang
menentukan keadaan mereka, melainkan sebaliknja, keadaan
masjarakatlah jang menentukan kesadaran mereka itu”. (Do
productiewijze van het materiele leven bepaalt het sociale, poli-
tieke en geestelijke levensproces in wezen altijd. Het is nict het
beustzijn der mensen dat hun zijn. rnaar omgekeerd, hun maat-
schappelijk zijn. dat hun bewustzijn bepaalt).
Keadaan ekonomi itu oleh Mavx dinamakan lapisan bawab_
(onderbouw) dan hasil-hasil rochani. lapisan atas (bovenbouw)
dari masjarakat. _
Keadaan ekonomi pada suatu masa menentukan tjorak politik,
ilmu pengetahuan dan setentsnja untuk masa itu. Apabila keadaan
ekonomi berobah, berobahlah pula pendapat umum tentang po­
litik, ilmu pengetahuan dan seterusnja. Djadi menurut peladjaran
ini, keadaan benda menentukan keadaan rochani, atau dengan
perkataan lain, di dunia ini benda (materie) lebih utama darTpaHä
roch (gecsl)
TTTbawah ini beberapa tjonto jang diambilnja dari buku prof.
Diepenhorst. Peraturan monogamie, bukan berasal dari agama
Kristen, melainkan dari keinginan manusia untuk mendjaga su­
paja keamanannja djangan kutjar-katjir habis terbagi diantara
alili warisnja. Orang jang beristeri seorang, sudah barang tentu
lebih sedikit turunannja dari pada orang jang berpolygamie.
Peraturan jang mula-mula terdjadi oleh karena urusan ekonomi,
lama kelamaan mendjadi peraturan kebiasaan jang lupa hubung-
annja dengan soal ekonomi.
— 25 —
Peladjaran-peladjaran agam a asal m ulanja djuga dari keadaan
ekonom i, seperti peladjaran takdir (voorbeschikking) dalam Cal-
vinisme. K etika Calvijn m enjiar-njiarkan agam anja, terdjadi di
Eropa barat perobahan hebat tentang tjara pembuatan barang-
barang (productiew ijze). .Productiew ijze baru ini, bersama-sama
dengan kedjadian-kedjadian lain, menjebabkan tim bulnja krisis-
krisis ja n g m em buat segolongan orang dari kaja selconjong-
konjong m endjadi m iskin, atau sebaliknja. K arena sardjana2
ekonom i ketika itu, belum dapat m engetahui seluk beluknja m a­
salah krisis, m aka untuk m enenteram kan pikiran orang- dimasa
itu, Calvijn m engadjarkan bahwa Tuhan jang M aha K uasa dapat
m em astikan sekehendak hatiN ja orang2 m ana jan g harus m en­
djadi kaja dan m ana jan g harus m endjadi m iskin.
Pun agam a seluruhnja, asalnja dari kebodohan m anusia ten­
tan g hukum -hukum alam dan ekonomi. D ahulu kala, ketika
penghidupan m anusia masih tergantung sekali pada pertanian,
m aka njatalah bahwa penghasilan usahanja dipengaruhi sangat
oleh kekuatan-kekuatan alam , jan g m anusia tidak dapat berbuat
apa-apa terhadapnja. Supaja manusia djangan terlalu banjalc da­
pat gangguan-gangguan dari kekuatan-kekuatan gaib itu, lalu
m ereka dipudja-pudja sebagai dewa-dewa. K em udian, sesudah
m anusia m entjapai tingkat jang lebih tinggi dalam tjara pro-
duksinja, tim bul lagi lain-lain m atjam m alapetaka seperti krisis^
dan akibat-akibat dari padanja, jan g orang tidak tahu asal m u ­
lanja. Terpaksa m anusia mengam bil kesim pulan lagi bahw a sudah
barang tentu ada suatu Tuhan jang m enguasai seluruh hidupnja.
M em bunuh orang sekarang dipandang sebagai kedjahatan jang
berat. Tetapi ada suatu masa dim ana perbuatan dem ikian diang­
gap bukan apa-apa. Zam an dahulu ketika m anusia m asih hidup
dalam suku-suku jan g m engembara, orang-orang tua jan g sudah
tidak dapat berdjalan lagi, dibunuh dan dim akan sadja supaja
djangan m endjadi beban. K em udian, sesudah m anusia m entjapai
tin g k a t tjara produksi jan g lebih tin ggi sehingga mereka tidak
usah m engem bara untuk m entjari rezeki, m aka orang- orang
tua tidak m endjadi beban lagi. M alahan ada m anfa’atnja kalau
m ereka itu dipelihara supaja dapat m em bantu dalam produksi
dengan pengalam annja jang sudah banjak. D ari tjontoh ini ter-
njatalah bahw a ukuran susila atau tidak susila, tergantung dari
pada keadaan ekonom i pada suatu zam an, dem ikianlah kata
teori ini.
Marx sendiri menggunakan istilah „dialectisch materialisme^,
sebagai lawan dari pada teori Hegel, „dialectisch idealisme”.
Dalam salah satu tulisan jang ditudjukan kepada Hegel, Marx
berkata: „Terima kasih, tu a n 'telah berbuat lebih dari pada para
tilosoof sebelum tuan. Tuan telah memberikan kuntji kepada
kami — ja’ni dialectiek — tetapi tuan mentjoba terbalik untuk
memasukkannja kedalam ibu kuntji. Kasihkanlah kepada kami
kuntji itu.......... tjepat! Lihatlah, balikkanlah dialectisch idealisme
tuan mendjadi dialectisch materialisme dan terbukalah ibu kuntji”.
(A. Miller, „De Christelijke betekenis van Karl Marx”, 1946).
Marx seperti Hegel, berpendapat djuga bahwa dunia berkem­
bang menurut hukum dialectiek, tetapi jang mendjadi tenaga
pendorong perkembangan itu bukan roch dunia (wereldgeest),
melainkan benda (stof, materie). Tetapi paham Marx tentang
materialisme ini lain dari pada materialisme dalam metafysika.
Materialisme metafysika mengadjarkan bahwa semua keadaan
dan kedjadian dalam dunia ini, asalnja dar.i benda (materie) jang
senantiasa bergerak dan memungkiri adanja hidup, roch dan akal
tersendiri. Bagi Marx barang-barang gaib ini ada, walaupun di­
bawakan oleh benda. Dan maksudnja dengan istilah materialisme
itu, sebenarnja tidak lain dari pada „ekonomi” (Bertrand Rassel,
Geschiedenis der Westerse Filosofie , 1948).
Maka dari tiu, materialisme Marx tidak begitu luas dan kasar
seperti metafysis.ch materialisme.
Apakah hubungannja paham historisch materialisme dan <Jia-
lectisch materialisme ?
Menurut keterangan Stalin, historisch materialisme adalah
pemakaian asas-asas dialectisch materialisme dalanj mempela-
djari masjarakat dan sedjarahnja (Historical materialism is
application of the principles of dialectical materialism to the studv
of society and its history. „Problems on Lcninism”, 1943)
Teori dialectiek, Marx memindjamnja dari Hegel. Asalnja dari
kata dialego dan artinja, bertjakap-tjakap, berdebat, dengan
maksud mentjari kebenaran. Seorang mengemukakan pendapatnja
(these), jang menimbulkan pendapat orang, lain jang berlawanan
(antithese). Dari bentrokan antara dua pendapat ini, lahir pen­
dapat ketiga (synthese) jang lebih sempurna. Hegel mengadjar­
kan bahwa baik dalam alam, maupun dalam sedjarah manusia,
perkembangan terdjadi menurut hukum dialectiek ini. Sedjarah
berdjalan madju terus melalui rangkaian bentrokan dan peria-
— 27 —
w anan antara satu bangsa dengan lain bangsa, .iang tiap-tiap kali
m enim bulkan tin gk at ja n g lebih tinggi.
Teori dialectiek ini dipakai oleh M arx untuk m enerangkan
setjara wetenschappelijk, bahw a m asjarakat sosialis pasti akan
datang. D alam teori H egel, anasir-anasir ja n g berbentrok dalam
sedjarah m anusia ialah suatu bangsa m elaw an lain bangsa. Oleh
M arx anasir „bangsa” diganti dengan anasir „kelas”. Kelas k a ­
pitalis (these) dengan sendirinja m enim bulkan law annja, ja ’ni
kelas proletar (antithese). D ari bentrokan antara dua tenaga ini
akan tim bul susunan m asjarakat baru jan g lebih sempurna
(synthese), ialah m asjarakat sosialis. B arang jan g baru hanja
dapat lahir, kalau ja n g lam a sudah hantjur. M aka dari itu, sjarat
datangnja m asjarakat sosialis, ialah hantjurnja m asjarakat ka­
pitalis.
T entang sifatnja historisch m aterialism e ini ada perselisihan
paham .
A pakah ini harus dianggap sebagai peladjaran filsafat atau
sosiologi. K alau dia m engadjarkan bahw a roch (geest) adalah
hasil (product) dari pada keadaan ekonom i, atau dengan lain
perkataan, bahw a benda m enghasilkan, m en tjiptakan roch, m aka
historisch m aterialism e itu tidak lain dari pada m etafysisch ma
terialism e ja n g m engadjarkan itu djuga. K alau dia m engadjarkan
bahw a keadaan m asjarakat atau keadaan ekonom i m em pengaruhi
roch, m em pengaruhi pem andangan hidup, m aka historisch m ate­
rialism e dapat diterim a sebagai peladjaran sosiologi, karena ilm u
pengetahuan ini m em peladjari tjara-tjaranja m anusia hidup dalam
m asjarakat, dan hal apakah ja n g dapat m em pengaruhi perbuatan
dan p ikiran m anusia.
B erh ub un g dengan serangan-serangan dari pihak lawan-lawan
M arxism e, ja n g m engatakan bahw a historisch m aterialism e itu
pada hakekatn ja sama sadja dengan m etafysisch m aterialism e,
sedang filsafat ini sekarang sudah tidak berlaku lagi, m aka d i­
antara pem eluk-pem eluk M arxism e sudah barang tentu ada jan g
m em bela peladjaran ini, antara lain D r. H . G orter. D ia hendak
m entjoba m em beri pendjelasan bahw a antara „historisch m ate­
rialism e” dan „w ijsgerig atau m etaphysisch m aterialism e” ada
perbedaan besar, akan tetapi m enurut kupasan L ührs, dia tidak
berhasil m em buktikan tudjuan nja, karena G orter dengan tidak
sadar djuga rnasih m engatakan bahw a keadaan kebendaan m asja­
rak at (het stoffelijk m aatschappelijk zijn) m enentukan roc^i,
bahw a roch adalah telor dari pada benda.
— 28 —
Kebanjakan sardjana berpendapat bahwa, meskipun historisch
materialisme dan metafysisch materialisme tidak sama, tetapi
djaraknjapun diantara dua itu tidak djauli. Walaupun paham
Marx tentang materialisme tidak sama dengan Feuerbach, tetapi
Marx dan Engels dipengaruhi sangat oleh filsafatnja. Akan
(etapi, sekalipun, tidak dapat menerima teori historisch materia­
lisme, dunia ilmu pengetahuan sekarang mengakui penuh bahwa
keadaan ekonomi memang dapat mempengaruhi keadaan rocli,
keadaan djiwa manusia.
Dewasa ini jang masih pertjaja penuh akan kebenaran dia-
lectisch materialisme ialah partai-partai komunis di seluruh dunia.
Di Rusia dimana partai komunis menguasai negara, doctorine ini
mendjadi kepertjajaan resmi jang tidak boleh dibantah orang.
Dari uraian isinja peladjaran historisch materialisme diatas,
lernjata bahwa dia îvTgrrrprmjaT dua tanda djelas. Pertama~,~cfia
mengutamakan kebendaan, ciàn mënjangfcaT'àdanja hais rochani
sebagai perwudjudan sendiri. K edua, dia menjangkal adanja ke­
benaran-kebenaran abadi, menjangkal adanja ukuran-ukuran su­
sila jang sepandjang masa tidak berobah-robah.
Historisch materialisme adalah tulang punggung Marxisme.
Seperti dikatakan oleh Bernstein. Dengan dia djatuh dan
berdirilah peladjaran Marxisme” (Met haar staat en valt het
Marxistisch beginsel).
*
PERDJOANGANKELAS.
Jang dinamakan kelas ialah suatu golongan dalam masjarakat
jang dalam djalannja produksi mempunjai kepentingan jang sama,
seperti kaum modal, kaum pemilik tanah dan kaum buruh. Teori
ini rapat sekali hubungannja dengan teori historisch materialis­
me. Dasar dari pada dua-dua teori ini tertjantum dalam „Com-
munistisch Manifest”.
Marx mengadjarkan bahwa sedjak dahulu kala, dalam ma­
sjarakat selalu ada perdjoangan kelas, perdjoangan antara go­
longan jang menindas dan golongan jang tertindas. Zaman seka­
rang kedua golongan itu terdiri dari kaum modal dan kaum buruh.
Perdjoangan kelas ini, tidak akan berlangsung terus menerus,
melainkan akan habis sesudah revolusi jang alcan terdjadi, ja’ni
revolusi proletar, jang akan menghapuskan kelas kaum modal,
— 29 —
sehingga terw udiudlali nanti m asjarakat jang tidak berkelas, ia­
lah m asjarakat sosialis. M enurut perhitungan berdasar atas
hukum -hukum ekonom i, m asjarakat itu pasti akan datang, dan
kedatangan ini dapat dipertjepat apabila kaum proletar m enjusun
diri dalam susunan politik. M akin tadjam pertentangan kelas2
ini, m akin lekas petjahnja revolusi dan m akin lekas pula da-
tangnja sorga dunia itu.
B anning m eniim pulkan peladjaran perdjoangan kelas M arx
ini seUagai berikut :~~1. perdjoangan kelas pasti akan lneTaTuflvan
produksi sosialistis, artinja produksi dim ana alat-alat produksi
dim iliki oleh m asjarakat dan 'didjalankannja untuk kepentingan
m a sja ra k a t; 2. pertentangan kepentingan antara kelas bordjuis
dan kelas proletar adalah urusan jang djauh lebih berarti dari
pada semua urusan jan g ada dalam m a sja ra k a t: 3. paham tentang
kesusilaan dan hukum , tergantung dari pada kelas: m asksudnja.
orang-orang jan g sekarang kebetulan term asuk golongan bor­
djuis, m enganggap barang sesuatu sebagai susila (zedelijk), atau
adil sedang nanti kalau mereka itu djatuh dalam kalangan prole­
tar, paham nja tentang barang jan g sama itu, mencljadi sebalikuja ;
4. perdjoangan kelas adalah m otor kem adjuan sedjarah.
N E G A R A .
D alam karangan „Staat en revolutie” (1917), dari Lenin,
kita bisa m engetahui teori M arx tentang negara jang' didjelas-
kan oleh Engel3. ^egai~a~(adalah hasil dari m asjarakat pada
suatu tin gkat p erk em bangan. Hasil dari pada pertentangan antara
kelas ekonom i jan g satu m elawan kelas ekonom i jan g lain.
Kelas ja n g m enang, ja ’ni kelas jan g bermodal lalu m entjiptakan
suatu kekuasaan diatas m asjarakat, untuk menindas terus kelas
ja n g kalah. Pertentangan kelas ini tidak m ungkin didam aikan,
sebab kalau itu m ungkin sudah barang tentu tidak perlu ada
negara jang sampai sekarang m asih hidup terus. M aka dari itu,
nanti kalau pertentangan kelas sudah tidak ada lagi, sesudah
bordjuis dibinasakan oleh kaum proletar, negara djuga tidak perlu
lagi.
A pabila sesudah revolusi nanti kaum proletar m enguasai ne­
gara, m ereka akan m engganti negara bordjuis dengan negara
proletar. M enggantinja itu akan m akan tempo. D alam peralihan
itu perlu diadakan „diktatur proletar”, un tu k m endjaga supaja
kaum bordjuis djangan bisa berkuasa lagi. S elandjutnja tugas
dik tatur ini, m enjita alat-alat produksi partikelir un tu k didjadi-
kan m ilik negara dan berusaha m enghilangkan pertentangan
— 30 —
kelas. Makin hilang pertentangan kelas ini, makin kurang negara
terpaksa bertindak. Pemerintah untuk memerintah orang-orang,
berobah mendjadi pengurus untuk mengurus barang-barang dan
memimpin produksi. Negara meninggal (de Staat sterft af) De­
ngan meninggalnja negara itu, tidak berarti bahwa kemudian
tidak perlu ada badan berkuasa (overheid) jang mempunjai ke­
kuasaan membuat undang-undang dan memerintah. Itu masih
perlu, hanja sifatnja lain dari pada negara sekarang.
Dari lima teori ekonomi tersebut diatas, jang ampat dapat di-
djadikan satu mendjadi „ineenstortingstheorie” (Zusamcnbruchs-
theorie), ja’ni concentratie-, accumulatie-, verarmings- dan crisis-
theorie. Dengan teori-teori ini Marx hendak membuktikan bahwa
kedatangan masjarakat sosialis tidak dapat dielakkan.
Meerwaardetheorie, teori nilai-lebih, mempunjai arti jang ter­
sendiri. bersama-sama dengan teori historisch-materialisme, dia
tiang dasar Marxisme. Maksud jang pertama-tama dari teori ini,
ialah mendjelaskan bahwa~aalam masjarakat /kapitalis] kaum
buruh diperas oleh kaum kapitalis (uitbuitingstheorieX Teori ini
mengatakan bahwa tenaga kerdja si buruh jang dibeli oleh si ma-
djikan dengan uang jang namanja upah, menghasilkan lebih ba-
njak nilai dari pada upah tadi. Kalau seorang buruh dapat
menghasilkan barang seharga f S.— sehari dan madjikan memba-
jarnja upah f 10.— . maka nilai lebih jang dihasilkan oleh si buruh
ialah f 5.— sehari. Makin lama si madjikan dapat mempeker-
diakan si buruh dengan upah jang tetap, makin besarlah nilai
lebih jang didapatnja oleh si madjikan. „Dalam nilai lebih inilah
ietaknja segala keuntungan modal, tetapi djuga. segala keseng­
saraan dan kedjahatan”, kata Marx. Karena kapital itu oleh
kapitalis hanja dipergunakan untuk produksi kalau menghasilkan
nilai lebih, maka sifat kapital itu ialah memeras, seperti binatang
buas jang tidak mempunjai perasaan. Inilah „rahasianja masja­
rakat kapitalis".
Teori pemusatan mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan
jang besar-besar memusatkan diri dalam gabungan-gabungan
jang lebih besar (concerns). Perusahaan-perusahaan tengahan
dan perusahaan-perusahaan ketjil makin lama akan hilang, mati
terdjepit oleh perusahaan-perusahaan raksasa itu, dan achirnja
jang punja djuga mendjadi kaum buruh.
Teori penumpukan mengadjarkan bahwa kapital makin lama
makin menumpuk dalam tangan orang sedikit, tetapi jang mem-
— 31 —
punjai kekuasaan besar. K aum kapitalis ketjil m akin lama m akin
hilang- djugfa dan achirnja mendjadi kaum proletar ¡^ula.
D engan kedjadian-kedjadian jang- demikian itu, kaum kapitalis
m endjadi kaja terus-menerus, sedang- kaum buruh mendjadi seng­
sara, m endjadi melarat. Inilah jang dinamakan „teori mendiadi-
m iskin” atau ,,verarmingstheorie” atau biasanja disebut dengan
perkataan D jerm an : Verelendungstheorie. Kaum buruh mendjadi
,,proletariaal” artinja begitu miskin sehingga mereka tidak mem-
punjai apa-apa lagi, ketjuali „proles” mereka (kata bahasa Datin,.
iang artinja : turunan).
D alam m asjarakat kapitalis, orang membuat barang semau-
m aunja, tidak teratur, sehingga katjau-balau, anarchistisch.
Persaingan meradjalela. Supaja mendapat untung sebaniak-
banjaknja, kaum pengusaha berusaha terus untuk menjempurna-
kan dan memperbesar produksinja. Tahu-tahu disemua pasar
sudah kebanjakan barang-barang, sehingga tidak dapat didjual.
Terdjadilah krisis, sebab pabrik-pabrik terpaksa mengurangi pe-
kerdjaan, dan memberentikan buruhnja. Perusahaan-perusahaan
iang tidak kuat, djatuh failliet. Pemberentian kerdja pabrik2 itu
berlangsung terus, sampai barang-barang jang kebanjakan tadi
terdjual habis. Baru hidup ekonomi dapat mulai biasa lagi, te­
tapi kedjadian-kedjadian seperti sebelum krisis diulangi, sehingga
lam a kelam aan timbul lagi krisis dan begitu seterusnja.
D alam pada itu, barisan kaum proletar makin lama makin me­
luas, m akin kuat dalam organisasinja, sehingga akan sampailah
sa’atnja jan g mereka sudah tjukup kuat untuk merebut kekuasaan
dari kaum kapital : revolusi proletar petjah.
Tidak dapat dim ungkiri, bahwa K arl M arx adalah salah satu
djiw a jang- terbesar dalam sedjarah. Usaha-usaha lawan M arx
untuk m em perketjil arti dan djasanja, tidak dapat menghapuskan
pengaruhnja dalam djalan sedjarah manusia. Bertrand R us­
sell, seorangf failasuf Inggris terkemuka dewrasa ini, berkata
bahw a dia „meer dan iemand anders heeft gedaan om de krach-
tige bew eging in het leven te roepen, die door haar aantrekkings-
kracht en haar afstotende kracht de jongste gesehiedenis van
Europa heeft beheerst”.
D ia meng-akui, bahwa teori historisch-materialisme, meskipun
dia tidak dapat m enerim anja seperti jang diadjarkan oleh M arx,
mempeng-aruhi djuga pandangannja terhadap djalannja perkem ­
bangan filsafat.
— 32 —
Memang benar bahwa tidak semua teori-teori Marx itu betul,
tetapi a d a bagian-bagian jang tepat sekali seperti teori jang me­
ngatakan bahwa krisis itu tidak dapat terlepas dari pada tjara
produksi kapitalisitis dan teori bahwa kapitalisme itu menimbul­
kan kolonialisme. Maka mudah dimeng]^ti_bahw.a. teori-teori ini
dapat mengetarkan djiwtrternj^k^sekali kaum buruh dan sebagian
bangsa-'Bângaâ^jâS^âfiân.
'— Marxisme mempunjai gaja jang sangat menarik, kata Ban-
ning, karena dia adalah peladjaran bahagia (heilsleer), pela-
djaran iang mendjadikan kepada kaum tertindas kebebasan dari
penindasan kaum kapitalis, dan jang diwedjangkannja setjara
ilmijah. Mudah dimengerti pula, bahwa gambaran masjarakat
sosialis dapat membangunkan semangat berdjoang dan berkorban
pada kaum buruh. Masjarakat itu „klassenloos, democratisch en
internationaal”. Klassenloos, tidak akan ada kelas lagi jang me­
miliki alat-alat produksi, jang memeras kaum buruh : democra­
tisch tidak sadja dalam soal politik, melainkan djuga dalam soal
sosial dan ekonomi. Negara, artinja kekuasaan jang dengan
menggunakan polisi, tentara dan pendjara untuk mempertahan­
kan kedudukan kaum bordjuis, tidak akan perlu lagi.
Bagi kaum Marxis, masjarakat sosialis iang tidak berkelas itu,
adalah „chiliasme”nja, kata Dr. L. J. Zimmerman („Geschie-
denis van het economisch denken” 1947). Chiliasme, ialah keper-
tjajaan orang-orang barat', bahwa Nabi Isa pada suatu ketika
akan turun didunia untuk mendirikan negara bahagia selama
seribu tahun, dan chiliasme inilah jang tiap-tiap kali mendorong
orang-orang bertindak apabila dalam masjarakat timbul pikiran-
pikiran revolusioner politik maupun sosial. Oleh Marx chiliasme
ini diramalkan setjara wetenschappelijk. Itulah sebabnja Marxis­
me dapat menarik kuat bagian masjarakat jang sengsara.
Tetapi sebaliknja, teori perdjoangan kelas jang membakar rasa
kebentjian kaum proletar terhadap kaum bordjuis, teori tentang
âgâtna dâti kesusilaan (moraliteit) jang dapat merusakkan ke­
susilaan manusia, menimbalkan perasaan menolak.
B A B IV
K O M U N I S M E .
lU ffE N D JE L A N G achir abad ke 19, Partai Buruh Sosial Demokrat
l ” Rusia, retak mendjadi dua ‘aliran, jaitu aliran revisionis jang
hendak mewudjudkan tjita-tjita sosialis dengan pelan-pelan, dan aliran
radikal jang hendak mentjapai maksud itu dengan djalan kekerasan,
cljalan revolusi. A liran ini dipimpin oleh Lenin.
D i konggres Partai ini di Londen dalam tahun 1903, dua aliran
tadi bentrokan hebat; Lenin ternjata mempunjai pengikut jang ter-
banjak. Sedjak itu timbul partai Bolsjew iki jang artinja partai jang
terbanjak, dan partai M ensjew iki jang artinja partai jang tersedikit.
Partai ini kemudian dipimpin oleh Kerensky.
Ketegangan antara dua partai ini makin lama makin keras' dan
mentjapai puntjaknja ketika perang dunia pertama petjah. Partai
Mensjewiki menghendaki melawan Djerman jang katanja hendak
m endjadjah bangsa Rusia, tetapi partai Bolsjewiki menolak ikut
perang, karena berpendapat bahwa peperangan itu sebetulnja pepe­
rangan untuk kepentingan imperialis. Dari pada membantu pemerintah
dalam peperangan ini, lebih baik kesempatan ini dipergunakan untuk
memulai revolusi proletar. Memang ini salah satu peladjaran Lenin
jang penting, ialah bahwa ,,peperangan imperialis ini oleh kaum
sosialis di tiap2 negara harus dibalikkan mendjadi peperangan saudara’7
melawan kaum bordjuis, supaja dapat terdjadi revolusi dunia proletar.
Dalam bulan Maret 1917, revolusi di Rusia petjah; pemerintah Tsar
dihapuskan dan diganti oleh pemerintah rakjat jang dipimpin oleh
Kerensky. Lenin tidak puas dengan politik Kerensky ini, karena
masih m au meneruskan peperangan melawan Djerman, dan karena
itu dianggapnja sebagai kaki tangan kaum bordjuis. Maka dari itu,
dia lalu menjusun siasat baru dimana antara lain diputuskan bahwa
semua kekuasaan harus berada dalam tangan madjelis2 buruh dan
pradjurit (Sovjet) dan bahwa Partai Sosial Demokrat jg sudah ber­
noda itu harus diganti dengan partai baru, jaitu Partai Komunis, dan
Partai Komunis ini tidak lain dari pada Partai Bolsjewiki, Partainja
Lenin.
Kalau dulu M arx menamakan gerakannja, gerakan komunis, untuk
.membedakan dari pada gerakan kaum sosialis chajali jang dianggap-
— 34 —
nja sebagai gerakan kaum bordjuis, sedang gèrakan dia adalah gerakan ,
kaum buruh, maka sekarang Lenin menamakan partainja, Partai
Komunis, untuk membedakan dari pada Partai Buruh Sosial Demokrat '
jang Marxistis pula, tetapi jang dianggapnja sudah berchianat kepada !
peladjaran2 Marx tulen.
Oleh para penulis tentang sosialisme, Marxisme dimasukkan golo- j
ngan sosialisme, sedang mereka menamakan komunisme, ialah gerakan
jang ditjiptakan oleh Lenin- Memang benar dia berdiri atas dasar '
Marxisme tulen, tetapi ditambah, diperdalam dengan teori-teorinja
sendiri, teori-teori jang dipraktekkan pula. Dalam beberapa hal dia |
menjimpang dari teori Marx.
* '
Lenin jakin bahwa peladjaran-peladjaran Marx jkng tulen dapat
dilaksanakan. Maka dari itu dia bersembojan, „balik kepada djiwa
revolusioner Marx”. Anasir-anasir jang pokok dalam Marxisme di­
pertahankan, seperti historisch materialisme dan dialectisch materia­
lisme, perdjoangan kelas, teori negara, diktatur proletar, masjarakat
sosialis jang tidak berkelas, paham agama dan kesusilaan.
Menjimpang dari peladjaran Marx ialah, bahwa dia berpendapat
bahwa sosialisme dapat djuga dilaksanakan di Rusia, meskipun masih
negara pertanian, sedang menurut Marx, saat pergantian mendjadi
masjarakat sosialis itu baru sampai, kalau sesuatu negara sudah men-
tjapai tingkat perindustrian tinggi, dimana pertentangan antara kaum
bordjuis dan proletar sudah tegang sekali. Tetapi Lenin kata, bahwa
sjarat itu tidak mutlak ; asal keadaan politik revolusioner, (politiek-
revolutionaire situatie), dalam negara itu dipergunakan dengan tepat,
maka dalam negara itu dapat djuga dilaksanakan sosialisme, walaupun
keadaan industri masih terbelakang. Dan lagi revolusi untuk meroboh­
kan masjarakat bordjuis itu harus dipimpin oleh „kohorte besi’ .
Tjzeren cohorte ini ialah barisan „beroepsrevolutionairen”, jaitu
orang-orang jang sengadja bekerdja, berdjoang untuk kepentingan •
revolusi. Mereka itu orang-orang berani, tangkas, tjerdik dan ahli
d;dam menjelundupi peraturan-peraturan negara. Djumlahnja tidak ]
usah banjak2, tetapi mereka bertugas untuk membawa sebanjak2nja
pelbag'ai golongan masjarakat dalam revolusi, dengan djalan bekerdja
diantara organisasi2 kaum buruh, sarekat2 sekerdja, tentara darat dan
tentara laut, dll. Stalin adalah salah satu anggauta dari pada kohorte
besi ini ketika masih mudanja. Dalam sebuah buku ketjil jang ditulis-
nja dalam tahun 1902 bertitel „Apakah jang sekarang harus di per­
buat”, Lenin berkata, „Kasihlah kami suatu organisasi orang2 revo­
lusioner, nanti kami akan robohkan Rusia”.
— 35 —
Terhadap soal diktatur proletar, Lenin djuga menjimpang dari pe­
ladjaran M arx. M enurut teori M arx, diktatur proletar ini, diktatur
jang terdiri dari golongan jang terbanjak, jaitu kaum proletar, atas
nama golongan jang terbanjak, jaitu kaum proletar. Sebab revolusi
dapat dimulai, karena kaum proletar sudah merupakan golongan jang
paling terbanjak dalam masjarakat, djadi golongan jang sangat kuat.
Ini.m enurut dugaan (hypothese M arx. Tetapi diktatur proletar jang
dibentuk oleh L enin adalah lain sekali; ini terdiri dari golongan jang
terketjil, jaitu Partai Komunis, bukan atas nama golongan jang ter­
banjak sekali, melainkan atas nama golongan ketjil itu. djuga dan
menguasai golongan jang sangat besar. Dan Partai ^itu tidak terdiri
dari kaum proletar, melainkan dari elite beroepsrevolutionairen tadi.
Selandjutnja jang berkuasa itu bukan seluruh Partai, tetapi hanja 10
orang dari Politbüro, dan inipun masih lebih dikuasai oleh satu orang
jaitu Stalin.
M enurut Lenin, diktatur ialah suatu pemerintah jang tidak dibatasi
oleh undang2, tidak dirintangi oleh sesuatu peraturan, dan hanja ber­
dasar atas kekerasan.
Paham B ucharin tentang diktatur, ialah dem ikian: Diktatur ber­
arti kekuasaan jang tidak kenal belas kasihan terhadap musuh. D ik­
tatur kaum buruh berarti, kekuasaan-negara kaum buruh jang mcn-
tjekik leher kaum bordjuis dan para pemilik barang2. D i lain tempat
dia berkata, bahwa maksud dari diktatur kaum buruh ialah, mentjekik
leher kaum bordjuis dengan sempurna; menghapuskan dari padanja,
tiap2 keinginan untuk mentjoba mengembalikan kekuasaan bordjuis.
Kalau demikian peladjaran kaum komunis tentang pemakaian ke­
kuasaan terhadap mereka jang dianggap sebagai musuhnja, maka keke
djam an2 para pengikut P .K .I. M uso jang tempo hari dilakukan ter­
hadap lawannja, sesuai benar dengan peladjaran itu.
Teori imperialisme diperdalam oleh Lenin. Dalam bukunja jang
dikeluarkan dalam tahun 1914, dia menamakan imperialisme, tingkat
kapitalisme jang tertinggi, dalam mana negara2 kapitalis berlomba2
memperkuat tentaranja guna peperangan berebutan tanah djadjahan.
Mereka perlu djadjahan, untuk, m endjam in pasar pendjualan (afzet-
gebied) bagi hasil2 industri. Peperangan imperialisme ini demikian
beratnja, sehingga kesengsaraan jang ditimpakan pada kaum buruh,
kaum tengahan dan rakjat tidak tertahan lagi. Satu-satunja djalan
untuk melepaskan diri dari pada kesengsaraan itu ialah, revolusi. K e­
adaan politik revolusioner jang demikian itulah jang harus diperguna­
kan untuk m enjiap2kan revolusi.
Berdasar atas djalan pikiran inilah, maka sebelum mulai revolusi,
Lenin dalam tahun 1915 menjusun sebelas dalil2, dimana antara lain
dia mengemukakan:
a. bahwa kaum buruh harus menuntut terbentuknja republik
demokrasi, penghapusan milik tanah luas dan kerdja 8 djam
sehari;
b. propaganda revolutioner harus didjalankan diantara kaum tam,
tentara dan kaum proletar di desa2, sedang pemogokan2 harus
diandjurkan dengan tuntutan supaja peperangan dihentikan
segera;
c. apabila di Rusia terdjadi revolusi, maka pemerintah baru
harus menawarkan damai l<9pada negara2 lawan dengan sjarat
bahwa mereka harus memerdekakan semua bangsa2 djadja-
han; kaum buruh di lain2 negara harus diadjak berrevolusi
melawan pemerintah mereka sendiri.
Dengan programa demikian itu, tidak mengherankan bahwa seba­
gian dari bangsa2 djadjalian merasa tertarik oleh komunisme, sehingga
mereka tidak pikir lebih pandjang lagi apakah isinja peladjaran ko- ^
munisme itu seterusnja.
Dalam bukunja „Staat en Revolutie” jang sudah disebut dalam
bab II, berhubung dengan teori Marx tentang negara, Lenin mem­
buat teori baru pula tentang komunisme. Dia mengatakan bahwa
komunisme mempunjai dua tingkat. Tingkat jang' pertama ialah masia-
rakat jang lahir dari masjarakat kapitalis, segera sesudah revolusi.
Dalam masa ini alat2 produksi sudah dimiliki negara, akan tetapi
keadilan jang sempurna dan kesama rataan belum dapat diwudjudkan.
Orang2 harus dibiasakan dulu hidup setjara masjarakat sosialis, se­
dang sementara itu, produksi industri harus diperhebat sampai hasilnja
memenuhi keperluan semua warga negara. Sebelum tingkat jang kedua
ini tertjapai, maka penilikan (kontrole) jang sekeras2nja harus ‘di­
djalankan oleh kaum buruh bersendjata, atas tjaranja orang bekerdja
dan pemakaian barang2 oleh masjarakat. Sebagai telah diuraikan pada
achir bab 1 dalam soal perhubungan antara sosialisme dan komunisme,
maka menurut uraian Stalin, komunisme pada tingkat pertama, di­
katakan djuga tingkat sosialis.
Telah dikatakan bahwa pemandangan hidup Partai Komunis Rusia
berdasar atas doctrine dialectisch materialisme. Dialectisch materia­
lisme, artu.ja bahwa dasar dari pada segala keadaan (kemanusiaan dan
alam agung), ialah benda. Segala keadaan itu, tidak sadja semua
barang2 melainkan djuga perhubungan antara manusia2 dalam masja­
rakat, serta pikiran2 manusia, selalu bergerak, selalu binasa dan tum-
— 36 —
— 37 —
buh berganti2. Gerak segala keadaan itu menudju kepada perkembang­
an jang senantiasa lebih tinggi, dan perkembangan ini tidak terdjadi
dengan djalan tingkat meningkat (geleidelijk), melainkan dengan
djalan lawan melawan, dengan djalan bentrokan (dialectisch). D jadi
sjarat untuk berkembang ialah perdjoangan dalam mana jang lama
harus dibinasakan supaja lahir jang baru.
Pendo-rong gerak itu bukan suatu barang diluar benda, seperti roch
dunia atau Tuhan, melainkan tenaga jang menggerakkan itu ada di-
dalam benda sendiri. Dalam masjarakat manusia jang mendjadi gaja
pendorong perkembangan ialah perdjoangan kelas, jang timbulnja
karena pertentangan dalam lapangan perekonomian antara golongan
jang punja dan jang tidak punja. Asas2 (principes) dialcctisch mate­
rialisme, dipakai dalam mempeladjari masjarakat dan sedjarahnja,
itulah historisch materialisme.
M enurut teori ini agama adalah tjermin dari pada susunan masja­
rakat kapitalis. Dia ditjiptakan oleh kaum modal untuk mempertahan­
kan kedudukannja sebagai kelas jang berkuasa, dengan mengadjarkan
kepada rakjat bahwa memang sudah mendjadi kehendak Tuhan jang
maha kuasa bahwa dalam dunia ini harus ada orang kaja dan orang
miskin.
M arx sebagai pembela kaum tertindas, bentji sekali kepada agama
jang dianggapnja sebagai alat penipu kaum bordjuis. Dalam bukunja
„Inleiding tot de kritiek der Hegelsche Rechtsfilisophie” di kat?.-
kannja: „Agama adalah gambar impian jang ditjiptakan oleh manusia,
supaja dapat tahan hidup jang sebenarnja tidak tertahan itu. Agama
adalah tjandu bagi rakjat. Menghapuskan itu sebagai bahagia bajang-
an, berarti mendapat bahagia jang njata”.
Sesuai dengan peladjaran M arx ini. Lenin berkata sebagai berikut
Beban agama jang menekan kemanusiaan, adalah 'hasil dan tjermi-
nan dari tekanan ekonomi dari kehidupan masjarakat. Perdjandjian
akan mendapat sorga di langit, menjimpangkan orang2 dari per­
djoangan revolusioner kelas tertindas untuk membuat sorga didunia.
M aka dari itu, agama harus dipandang sebagai djenewer buruk bagi
roch, dimana para hamba kapital menenggelamkan muka kemanusiaan
mereka” (Godsdienst moet daarom beschouwd worden als een soort
geestelijke foezel, waarin de slaven van het kapitaal hun menselijk
gelaat verdrinken F. Lieb, Rusland onderweg”, 1947). Dalam surat-
nja kepada G orki, Lenin menulis: „Tiap2 orang jang berpikir2
bagaimanakah kiranja w udjudnja sesuatu Tuhan, meludahi sendiri
dengan tjara jang keterlaluan” (B ann ing ).
— 38 —
Apabila demikian pendapat pentjipta Partai Komunis tentang
agama, maka tidak mengherankan kalau pemerintah negara Sovjet,
berusaha sekaras2nja untuk membinasakan sampai ke akar2nja semua
matjam agama. Karena agama itu bualan masjarakat bordjuis, maka
dengan sendirinja agama akan hilang, kalau susunan masjarakat dan
pendidikan sama sekali diperbaharui menurut dasar2 sosialis, demikian
peladjaran Lenin.
„Perdjoangan jang pertama ialah perdjoangan melawan agama”,
inilah sembojan j&ng didengung2kan oleh pendiri besar negara Sovjet
itu. Perdjoangan kaum komunis di Rusia melawan agama, bukan
karena kaum geredja di djaman Tsar membantu pemerintahnja menin­
das rakjat, seperti kata orang jang hendak membela perbuatan2 Partai
itu terhadap kaum geredja, melainkan perdjoangan ini berdasar atas
kejakinan dialectisch materialisme. Sifat filsafat ini ialah menolak
adanja Tuhan, sedang menurut peladjaran historisch materialisme,
agama adalah hasil -susunan ekonomi dalam masjarakat kapitalis.
Maka dari itu, perdjoangan kaum komunis ini adalah perdjoangan
asasi (principieel). Kata Fritz Lieb, „Dan jang paling baru dalam
sedjarah manusia jang belum pernah terdjadi ialah bahwa tiap2
agama, tiap2 tjara penghormatan kepada Tuhan, ditolak pada asasnja”
(principieel afgewezen).
Tindakan pemerintah bolsjewik jang pertama mengenai soal agama
ialah, decreet dalam bulan Djanuari 1918 jang menentukan bahwa
geredja harus dipisahkan dari negara, dan sekolahan dari geredja, dan
bahwa peladjaran agama dilarang disekolahan2 gopermen dan seko­
lahan2 partikulir jang memberi didikan umum. Peladjaran agama
partikulir dibolehkan, tetapi dalam bulan Djuni 1921 ditentukan bahwa
agama tidak boleh diadjarkan kepada anak2 dibawah umur 18 tahun,
dan semua sekolahan2 agama harus ditutup.
Disamping aturan2 itu, didirikan „Perserikatan perdjoang2 tidak
beragama (Bond van strijdende goddelozen) jang membuat anti-pro-
paganda agama di seluruh negara. Dalam programa partai ditentukan,
bahwa semua anggauta2 Partai Komunis harus tidak beragama dan
harus mengambil bagian dalam anti-propaganda agama. Tetapi pem-
brantasan agama ini, bagaimanapun djuga dahsjat dan kedjamnja di­
lakukan, tidak memberi hasil seperti jang diharapkan, sehingga Ko­
misaris Rakjat bagian Pendidikan ketika itu, Lunattsjarsky, terpaksa
mengakui: „Agama adalah seperti paku. Makin keras kita pukul,
makin dalam dia masuk di kaju. „(B. H. Sumner”, Rusjand, heden
en verleden”, 1948).
— 39 —
M em ang kegiatan membrantas agama, makin lama makin kendur,
sehingga dalam tahun 1936 ketika di Rusia mau diadakan undang2
dasar baru. Stalin melahirkan kata2 jang menundjukkan bahwa dia
sudah tidak begitu keras lagi anti agama. Dia mengusulkan dalam
pasal 135 supaja kaum geredja diberi liak untuk memilih dan dipilih
dengan memberi alasan bahwa tidak semua bapak geredja (Paus)
memusuhi Sovjet Rusia.
Sedjak perang dunia kedua petjah, nampak sekali perobahan sikap
pemerintah Sovjet terhadap agama. Pertama2 karena ternjata bahwa
ketika perang dengan Djerman petjah, kaum geredja serentak berdiri
dibelakang pemerintah dan membantu dengan bantuan jang njata.
Dalam bulan September 1941, „Perserikatan pedjoang- tidak ber­
agama” dibubarkan, dan madjallah „De Goddeloze” diberentikan;
begitu djuga madjallah ilmijah „De Atheist”.
Sedjak tahun 1942, geredja2 dibuka kembali dan pendeta2 jang
diasingkan dibebaskan. H ari minggu mendjadi hari istirahat umum
lagi. O ian g mulai insjaf, kata LieJO, bahwa orang2 beragama masuk
golongan tiang negara jang baik, jang paling setia dan paling terper-
tjaja, karena mereka mempunja achlak (karakter) dan dapat menolak
godaan korupsi.
Karena pemerintah merasa pentingnja untuk kerdja sama dengan
kaum geredja orthodox, maka dalam bulan Oktober 1943, didirikan
„K antor untuk urusan geredja orthodox”. Oleh sebab golongan2 aga­
ma lain tidak mau ketinggalan dalam menjumbangkan kebaktiannja
kepada negara, maka pemerintah dalam bulan D j uni 1944 membuka
„K antor untuk urusan agama2” jang merundingkan dan memetjahkan
segala soal2 jang mengenai keagamaan.
D ua pertiga atau 150 djuta rakj at Rusia masih memegang teguh
agamanja, dan bantuan susila dari mereka itu tidak ketjil artinja dalam
peperangan matian2 melawan Djerman.
Dengan golongan Rooms-Katholiek, pemerintah belum dapat ber-
damai, karena menurut Lieb, dia masih tjuriga terhadapnja, meng­
ingat cliwaktu jang lampau bahwa Paus bersahabat baik dengan M us­
solini, H itler dan golongan kontra-revolusioner di Spanjol. D juga sifat
kerkelijk imperialisme dari agama itu, menimbulkan pertentangan
antara Moskow dan Vaticaan.
Sikap sabar dari pemerintah Sovjet terhadap agama, terlihat pula
dari hal2 jang lain, seperti mengizinkan penjiaran tulisan2 jang berisi
propaganda agama, pembukaan kembali akademi agama di Moskow
dalam bulan Nopember 1945.
— 40 —
Ketumbuhan kembali semangat agama ini, menggelisahkan golongan
jang masih setia kepada Marxisme tulen. Mereka protes dengan
mengingatkan kepada amanat almarhum presiden Kalinin jang menga- •
takan bahwa „tidak akan ada orang lagi jang dituntut karena agama-
nja, tetapi Partai Komunis tetap berpendirian, bahwa kepertjajaan
agama itu adalah kesesatan jang harus dibenarkan dengan djalan pen­
didikan kepada anak2”.
Bagaimana djuga sudah madjunja sikap Sovjet Rusia mengenai
soal agama, tetapi menghapuskan decreet Djuni 1921 belum sanggup,
jaitu larangan pemberian peladjaran agama kepada anak2 dibawah
umur 18 tahun. Dan golongan „integrale Marxisten”, seperti filosoof
bangsa Rusia terkenal Berdjajew mengatakan: „Masih senantiasa ada,
golongan jang menerima Marxisten tulen selcngkap2nja, jang tetap
berpendapat bahwa agama pasti akan hilang apabila ilmu pengetahuan
makin berkembang dan masjarakat komunis makin terlaksana” („Be-
teekenis en oorsprong van het Rusische Communisme” 1948).
Kepertjajaan resmi, dialectisch materialisme, dan geredja sekarang
mau bekerdja bersama-sama di Rusia dan tidak lagi dikatakan disana
bahwa „agama adalah tjandu bagi rakjat”. Artinja, untuk sementara
waktu !
*
Timbulnja komunisme sebagai kekuasaan politik dan sosial jang
hebat, jang membawa ideologi tentang agama jang berbahaja bagi
kedudukannja dalam masjarakat, membangunkan reaksi dari golongan
beragama di dunia barat. Partai Sosial Demokrat di pelbagai negara
barat, sedjak tahun 1875, sesuai dengan programa Gotha, .berpendirian
bahwa „agama adalah urusan orang sendiri2” (godsdienst is een pri­
vate aangelegenheid) . Ini adalah taktik untuk memikat kaum buruh
dan lain2 golongan masjarakat jang beragama. Pendirian ini diper­
tahankan dalam kongres di Erfurt dalam tahun 1891.
Tetapi Lenin menganggap pendirian itu opportunistis, malahan
berchianat kepada Marxisme tulen. Kemudian dikemukakan oleh go­
longan2 beragama masalah, „apakah mungkin bagi seorang Kristen
untuk mendjadi anggauta Partai Komunis; apakah mungkin untuk
menerima program sosialnja sadja, tetapi menolak dialectisch mate-
rialismenja?”
Menurut Berdjajew, tidak mungkin seorang komunis tulen sambil
djuga seorang Kristen sedjati, karena seperti telah dikatakan, pasal
13 dari programa Partai Komunis menentukan bahwa tiap2 anggauta
Partai Komunis harus tidak beragama dan harus mengambil bagian
giat (aetief) memberantas agama. Peraturan ini tidak sadja bagi Partai
K om unis di Rusia, melainkan djuga bagi tiap2 Partai Kom unis dise-
luruh dunia. Tidak tjukup kalau orang menerima programma sosialnja
sadja. Seluruh perpustakaan komunis membuktikap bahwa Partai
K om unis melawan langsung peladjaran2 agama Kristen, kata Ber-
d jaje w . Adalah omong kosong, kalau orang komunis mengatakan
bahwa kaum bolsjewik tidak menindas kaum geredja, melainkan ha­
nja „anasir2 kontra-revolusioner” dalam kalangan kaum geredja sadja.
Sebagai taktik, komunis pusat mengizinkan bahw’a kaum buruh
boleh diketjualikan dalam soal agama; mereka tidak usah menerima
dialectisch materialismenja. Pengetjualian ini, saja rasa, berdasar atas
hal, bahwa teori ini terlalu sulit untuk dimengerti kaum buruh dengan
djelas. Tetapi bagi kaum in te llig e n tsia, tidak ada ketjualian. H edlund,
seorang komunis Swedia, jang berusaha menjiarkan pendapat bahw-a
seorang Kristen sedjati dapat sekalian mendjadi komunis tulen, di-
petjat dari Derde Internationale, organisasi international komunis.
M aka adalah teka-teki besar, bahwa seorang ptm im pin Indonesia
terkemuka sekali, jang terkenal sebagai seorang Kristen setia, pada
suatu ketika di D jokja mengumumkan, bahwa dia sedjak tahun 1936
anggauta komunis illegaal. Seperti diterangkan oleh B erd jajew tadi
bagi seorang tjerdik pandai adalah sjarat mutlak untuk menerima di­
alectisch materialisme, kalau dia hendak m endjadi anggauta Partai
Kom unis.
Satu diantara dua hanja mungkin menurut pikiran sehat. A tau dia
itu seorang Kristen sedjati, tetapi komunis palsu, atau dia seorang
komunis tulen, tetapi Kristen palsu. Kata orang, jang mendekati ke­
benaran ialah kemungkinan jang pertama. Apakah gerangan sebabnja
demikian itu?
A da jan g mengatakan bahwa dia berbalik haluan ke djurusan M os­
kow itu, karena dia sudah putus asa tentang sikap Belanda, jang kata-
n ja tidak mau menjelesaikan permusuhan Indonesia-Belanda dengan
djalan damai. Mengingat keterangannja sendiri bahwa dia sedjak se­
belum perang sudah menggabungkan diri dalam barisan M arx-L enin,
maka keterangan itu sukar masuk akal.
Soal pemimpin tsb. saja bitjarakan disini, karena saja anggap bah­
wa permainan komidi politiknja tidak dapat dipertangung-djawabkan
dalam masjarakat Islam kita. Tidak dapat dipertanggung-djawabkan,
karena perbuatan itu dapat menjesatkan orang2 kita jang tidak tahu
seluk-beluknja M arxisme dan komunisme. Mereka lalu gampang dapat
disesatkan bahwa Islam dan komunisme, djuga dapat bersatu-padu,
oleh sebab pem im pin terkemuka tadi jang seorang K risten setia, dapat
memeluk komunisme pula. O rang2 Islam jang masuk perangkap tipu
— 42 —
muslihat Partai Komunis, achirnja diperkuda olehnja untuk memusuhi
golongannja sendiri jang dipandangnja sebagai golongan bordjuis,
seperti terdjadi dalam pemberontakan P.K,I.-Muso.
*
Pendapat Lenin tentang kesusilaan, tidak berbeda dari pada pen-
dapatnja tentang agama. Kesusilaan adalah tjiptaan kaum bordjuis
pula, jang hanja merintangi terdjadinja revolusi sadja. Bagi Lenin
paham susila atau tidak susila itu dihubungkan rapat dengan tjita2
revolusi. Apa jang manfaat bagi terdjadinja revolusi, adalah susila.
Lain2 timbangan tidak berguna. Untuk melaksanakan maksud itu, tidak
ada barang haram, tipu, dusta, kekedjeman, semua boleh digunakan.
Dalam bukunja jang kenamaan. „De linkse stroming, een kinder-
ziekte van het Communisme”. (1920), dia mengadjarkan bahwa „Kita
harus menggunakan tiap2 muslihat perang, tiap2 akal buruk, tiap2
tipu,, tiap2 kelitjinan, tiap2 tjara tidak sah, tiap2 pemegangan rahasia,
dan selimutan kebenaran” (We moeten elke krijgslist, elk foefje, elke
kunstgreep, elke sluwheid, elke omvettige methode, elke gehcimhou-
ding en bemanteling van de waarheid gebruiken).
Apabila dia (Lenin) melawan musuhnja, dia sengadja memilih
kata2 dan tjara2 berkata (uitdrukkingen) jang dapat menimbulkan
bentji dan djidjik kepada mereka, meskipun mereka itu orang2 dju-
djur. Tjara2 berkata itu harus menimbulkan dakwaan2 jang seberat-
beratnja. Dengan demikian organisasi lawan dapat dimusnahkan. Asas
tjara perdjoangan dari Lenin ini, lebih sempurna lagi dilakukan oleh
murid besarnja, jaitu Stalin. (David J. Dalin, „Verschoven wereld-
macht”, 1947).
Selandjutnja penjipta Partai Komunisme mengadjarkan bahwa jang
harus diperhatikan oleh manusia ialah, hukum alam dan sedjarah. Dia
jakin sejakin-jakinnja, melihat keadaan politik dan ekonomi dunia
dewasa ini, bahwa djalan sedjarah menudju kepada perwudjudan
masjarakat sosialis. Karena ummat manusia itu sebetulnja dapat di­
bagi dalam dua golongan besar, jaitu golongan pekerdjaan jang ditindas
dan golongan kapitalis jang menindas, maka adalah kewadjiban tiap2
orang untuk menjadari benar2 masuk golongan manakah dia itu.
Bilamana dia masuk golongan pekerdja, maka dia harus setia kepada
kelasnja, artinja dia harus menjediakan raga dan djiwanja untuk
membantu melaksanakan tudjuan sedjarah kelas tadi, jaitu revolusi
sosialis, dengan djalan apapun djuga. Kalau dia masuk golongan
kapitalis, maka untuk kepentingannja sendiri, dia harus bersekutu
dengan kelas pekerdja jang memegang nasib dunia dikemudian hari.
— 43 —
t'ard pengikut kaum imperialis barat dalam anti-propagandanja
terhadap komunisme, biasanja mengemukakan paham komunis tentang
kesusilaan ini, untuk membuktikan betapa djahat dan rendahnj^. ko­
m unisme itu, seakan? imperialisme sendiri bersih dari alat perdjoangan
„het doel heiligt de middelen”. Kalau komunisme berpaham demikian
tentang kesusilaan, sudah sesuai dengan dasar pemandangan hidupnja,
jaitu dialectisch materialisme, jang tidak kenal T uhan sama sekali.
Tetapi diantara para djago2 imperialis, banjak sekali jang beragama,
jang tertib tiap2 minggu masuk geredja. Inilah jang sangat aneh.
Mengenai moral imperialisme ini, H e w le tt Johnson, Dean of Can
terbui-3^ jang menulis buku jang telah saja sebut lebih dulu, jaitu
,,Socialisme in het zesde deel der wereld”, berka’ta sebagai berikut:
„V öör de laatste W ereldoorlog (m aksudnja perang dunia pertama),
waren wij getuigen van het schouwspel van de grote imperialistische
machten, die een politiek voerden, waarvan de hoofdzaak het geloof
was, dat het geweld — met zijn attributen van list, verraad, bedrog,
leugens en verbroken beloften -—■de enige en beslissende scheidsrech­
ter was tussen de landen. Machtspolitiek sluit in het ontbreken van
een goede moraliteit. O p het terrein van de machtspolitiek en in het
belang van het land’ zijn staatslieden bereid om handelingen te ver­
richten, een politiek te voeren en methode te gebruiken, waarvoor zij
in hun dagelijks leven terug zouden schrikken”.
Maka dari itu, dalam tjara mentjapai maksudnja, antara imperia­
lisme dan komunisme sebenamja tidak banjak bedanja.
*
D an bagaimanakah hasilnja usaha Partai Kom unis untuk melaksa­
nakan m asjarakat baru jang tidak berkelas, jang akan membawa
kesama rataan sosial dan ekonomi.
M enurut paKam S ta lin , Sovjet Rusia sekarang sudah melaksanakan •
klassenloze maatschappij, dan jang dimaksudkan ialah bahwa tidak
ada .kelas lagi jang memiliki alat2 produksi sendiri; semua alat2 sudah
m endjadi kepunjaan negara.- K alau itu jang dimaksudkan dengan
klassenloze maatschappij, memang itu sudah terlaksana di Rusia.
Tetapi demokrasi sosial dan ekonomi kesamarataan sosial dan
ekonomi, seperti jang dibajangkan oleh L e nin dan lain pem im pin2
besar pada permulaan revolusi, tidak tertjapai. A taukah belum ter-
tjapai, sebab kita mesti ingat teori Lenin, jang mengatakan bahwa
m asjarakat komunis dim ana ada kesamarataan sempurna, tidak dapat
diw udjudkan sekaligus melainkan dalam dua tingkat. M enurut kata
S ta lin , tingkat jang pertama, jaitu tingkat sosialis, sudah selesai de-
ngan berlakunja undang2 dasar baru dari tahun 1936, dan sekarang
mulai tingkat jang kedua, tingkat komunis.
Rupa-rupanja kesamarataan sempurna sosial dan ekonomi, tidak
mungkin di wudjudkan di dunia ini. Penulis Amerika Em ery Reves,
dalam bukunja jang sangat menarik perhatian dunia, „Anatomie van
de vrede” (1948), berkata: „Beberapa tahun sesudah revolusi, men­
djadi djelaslah bagi para pemimpin Sovjet, bahwa kesamaan sempurna
ekonomi dan sosial tidak dapat, dipersatukan dengan tabiat manusia,
bahwa initiatiei orang seorang adalah sangat penting bagi kemadjuan,
dan bahwa beberapa milik adalah akibat jang tidak dapat dielakkan
dari pada kemerdekaan manusia. Satu rentetan perobahan2 jang di­
adakan untuk membeda-bedakan penghasilan dan kedudukan masja­
rakat dan dalam beberapa tahun ini, menimbulkan tingkat2 kekajaan.
kikuasaan dan pc.igaruh, jang sama terang nampaknja seperti dalam
negara kapitalis”.
„Tidak mengurangi sedikitpun hasil2 besar bangsa Rusia”, kata dia
■, -selandjutnja, „kalau orang menentukan bahwa dari tjita2 sosial Marx
dan Lenin, hampir tidak ada jang terlaksana oleh diktatur proletar”.
Barangkali kritik Reves ini, kurang memperhatikan -teori Lenin,
bahwa dalam tingkat jang pertama sekarang, memang belum dapat
diwudjudkan kesamaan sempurna sosial dan ekonomi. Meskipun de­
mikian, menurut kejakinan saja, tingkat komunisme seperti jang di­
angan-angankan oleh Lenin itu, tidak akan dapat diwudjudkan oleh
sebab dasar pemandangan hidupnja, jaitu dialectisch materialisme,
kurang menaruh perhatian kepada tabiat manusia, kepribadian manu­
sia, jang sangat besar pengaruhnja dalam sedjarah, sedang M arx dan
Lenin mau memulangkan segala2nja kepada urusan ekonomi sadja.
Bagaimana djuga tjela2 dan kekurangari-kekurangannja susunan
negara Sovjet dan dasar pemandangan hihupnja menurut pendirian
kita, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa Partai Komunis disana ber­
hasil membuat Rusia mendjadi negara jang dapat menjaingi Amerika-
Pun tidak dapat dimungkiri djuga, djasanja dalam sedjarah, bahjva
kekuatan negara Sovjet' memaksa negara2 imperialis untuk merobah
sikapnja terhadap bangsa2 jang berpuluh-puluh tahun mereka djadjah.
*
Satu soal lagi hendak saja bitjarakan, karena sangat pentingnja
bagi perdjoangan nasional kita, chususnja bagi perdjoangan umat
Islam Indonesia, ialah soal taktik komunisme baru jang dinamakan
taktik „front kesatuan” (eenheidsfront). Soal ini, oleh sebab penting-
— 44 —
— 45 —
nja, dibitjarakan djuga. oleh Jam e s B u rn h a m dalam bukunja „De
strijd om de wereldmacht” (1948).
M enurut dia, taktik ini didjalankan di pelbagai m atjam 2 organi­
sasi, seperti organisasi ekonomi, kebudajaan, politik dan ilm u penge­
tahuan di semua tingkat2 susunan, m ulai organisasi jang ketjil sampai
ke pemerintah, sampai jang paling tinggi dalam Persatuan Bangsa2.
Pem erintah koalisi dim ana duduk djuga orang2 komunis di Perantjis,
Italia dan negara2 Eropa T im ur, adalah tjontoh dari taktik itu.
M aksud dari taktik ini tidak lain daripada hendak melemahkan
lawan dari dalam dan merebut kekuasaan monopoli komunis. Front2
kesatuan itu hanja dipakai sebagai „ mantel organisatie” sadja. K ata
B u rn h a m : ,,D alam politik modern, ham pir tidak ada ketjualinja
bahwa dalam tiap2 front kesatuan dengan orang2 komunis, untuk
m entjapai . m aksud apa sadja, orang2 jang bukan komunis selalu
kalah” . K alau mereka lihat bahwa rupa-rupanja mereka tidak akan
m endapat hasil, mereka keluar. B u rn h am memberi tjontoh jang agak
baru tentang taktik ini. D alam tahun 1946, ketika dia menulis bukunja,
di D jerm an T im u r m ula2 ada Partai Sosialis dan Partai Kom unis.
K em udian atas usaha Tentara M erah, dua Partai dilebur m endjadi
Kesatuan Partai Sosialis. M enurut ram alan dia, orang sosialis dalam
front itu, akan dibunuh, atau harus m endjadi komunis, dan Kesatuan
Partai Sosialis tadi akan m endjadi Partai K om unis D jerm an.
D alam R epuhlik tempo hari, M uso djuga hendak mentjoba melaku­
kan taktik itu. Jang diadjak partama-tama masuk Front Nasional
(model F .D .R .) ialah partai M asjum i, partai jang berdasar agama
dan jang dianggapnja bo rdjuis!! Tetapi Dewan Politik M asjum i tidak
begitu bodoh untuk tidak mengetahui siasat M uso, maka ditolaklah
adjakan itu.. Penolakan M asjum i ini oleh mereka jang sedjiwa dengan
M u so dikatakan, adalah sebabnja maka dia mengadakan pemberonta­
kan. Mereka m engira bahwa pim pinan M asjum i tidak tahu apa2 ten­
tang siasat dan •tudjuan P .K .I. M asjum ipun tidak begitu mengambil
pusing akan tuduhan itu.
Penerangan B u rn h a m ini memperkuat kejakinan kita bahwa kita
harus senantiasa tjuriga terhadap gerak-gerik Partai Komunis.
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme
Islam dan sosialisme

More Related Content

What's hot

Ppt alvin marxisme
Ppt alvin marxismePpt alvin marxisme
Ppt alvin marxisme
alviin123
 
Ajaran Karl Marx
Ajaran Karl Marx Ajaran Karl Marx
Ajaran Karl Marx
Destiana Dwi Pratiwi
 
Konsep marxisme
Konsep marxismeKonsep marxisme
Konsep marxisme
AFIQAH
 
Teori ketergantungan lanjutan
Teori ketergantungan lanjutan Teori ketergantungan lanjutan
Teori ketergantungan lanjutan
Frans Dione
 
Filsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marxFilsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marxLa Meza
 
PPT Evolusi Teori Manajemen Aliran Post Modern
PPT Evolusi Teori Manajemen Aliran Post ModernPPT Evolusi Teori Manajemen Aliran Post Modern
PPT Evolusi Teori Manajemen Aliran Post Modern
Marlinda
 
Komunisme
KomunismeKomunisme
Komunisme
Muhammad Iqbal
 
Tugas kwn-komunisme
Tugas kwn-komunismeTugas kwn-komunisme
Tugas kwn-komunismezetza
 
Karl marx ppt
Karl marx pptKarl marx ppt
Karl marx ppt
Dwiky Oktavrianto
 
Makalah karl mark tsk
Makalah karl mark   tskMakalah karl mark   tsk
Makalah karl mark tsk
Trisna Nurdiaman
 
Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1rizki indah
 
Ideologi politik komunis.
Ideologi politik komunis.Ideologi politik komunis.
Ideologi politik komunis.
R. Herawati Suryanegara
 
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis   sosialisme dan komunismeMakalah bisnis   sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
Erwin Sugito
 
Komunisme..
Komunisme..Komunisme..
Komunisme..
Dewi Annisa
 
manifestasi politik dalam undang – undang koperasi
manifestasi politik dalam undang – undang koperasimanifestasi politik dalam undang – undang koperasi
manifestasi politik dalam undang – undang koperasi
schweetz offee
 
Karl Max Sociology Presentation
Karl Max Sociology Presentation Karl Max Sociology Presentation
Karl Max Sociology Presentation
Maria Ovelia
 
Serangan Amerika Untuk Menghancurkan Islam
Serangan Amerika Untuk Menghancurkan IslamSerangan Amerika Untuk Menghancurkan Islam
Serangan Amerika Untuk Menghancurkan Islam
Anas Wibowo
 

What's hot (20)

Ppt alvin marxisme
Ppt alvin marxismePpt alvin marxisme
Ppt alvin marxisme
 
Buku komunis-musuh-islam
Buku komunis-musuh-islamBuku komunis-musuh-islam
Buku komunis-musuh-islam
 
Ajaran Karl Marx
Ajaran Karl Marx Ajaran Karl Marx
Ajaran Karl Marx
 
Konsep marxisme
Konsep marxismeKonsep marxisme
Konsep marxisme
 
Teori ketergantungan lanjutan
Teori ketergantungan lanjutan Teori ketergantungan lanjutan
Teori ketergantungan lanjutan
 
Filsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marxFilsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marx
 
PPT Evolusi Teori Manajemen Aliran Post Modern
PPT Evolusi Teori Manajemen Aliran Post ModernPPT Evolusi Teori Manajemen Aliran Post Modern
PPT Evolusi Teori Manajemen Aliran Post Modern
 
Komunisme
KomunismeKomunisme
Komunisme
 
Tugas kwn-komunisme
Tugas kwn-komunismeTugas kwn-komunisme
Tugas kwn-komunisme
 
Karl marx ppt
Karl marx pptKarl marx ppt
Karl marx ppt
 
Makalah karl mark tsk
Makalah karl mark   tskMakalah karl mark   tsk
Makalah karl mark tsk
 
Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1
 
Ideologi politik komunis.
Ideologi politik komunis.Ideologi politik komunis.
Ideologi politik komunis.
 
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis   sosialisme dan komunismeMakalah bisnis   sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
 
Komunisme..
Komunisme..Komunisme..
Komunisme..
 
manifestasi politik dalam undang – undang koperasi
manifestasi politik dalam undang – undang koperasimanifestasi politik dalam undang – undang koperasi
manifestasi politik dalam undang – undang koperasi
 
Karl marx
Karl marxKarl marx
Karl marx
 
Karl Max Sociology Presentation
Karl Max Sociology Presentation Karl Max Sociology Presentation
Karl Max Sociology Presentation
 
Serangan Amerika Untuk Menghancurkan Islam
Serangan Amerika Untuk Menghancurkan IslamSerangan Amerika Untuk Menghancurkan Islam
Serangan Amerika Untuk Menghancurkan Islam
 
Mengenal mabda kapitalisme
Mengenal  mabda kapitalismeMengenal  mabda kapitalisme
Mengenal mabda kapitalisme
 

Similar to Islam dan sosialisme

8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial
Rusnaini Soleh
 
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Agnes Yodo
 
04-FUNGSI dan KEDUDUKAN PANCASILA.pptx
04-FUNGSI dan  KEDUDUKAN PANCASILA.pptx04-FUNGSI dan  KEDUDUKAN PANCASILA.pptx
04-FUNGSI dan KEDUDUKAN PANCASILA.pptx
ViraPradita
 
Resensi Buku
Resensi BukuResensi Buku
Resensi Buku
Irmadela N.
 
materi poin 3.docx
materi poin 3.docxmateri poin 3.docx
materi poin 3.docx
AmaliaPutriMalia
 
Sejarah sosiologi
Sejarah sosiologiSejarah sosiologi
Sejarah sosiologi
Multazam Ramadani
 
Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi NegaraPancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi Negara
Riska Yuliatiningsih
 
Diktatur demokrasi rakyat - Mao Zedong
Diktatur demokrasi rakyat - Mao ZedongDiktatur demokrasi rakyat - Mao Zedong
Diktatur demokrasi rakyat - Mao Zedong
DutaAlMursyid
 
Pancasilaisme dekat komunisme, lawan kapitalisme. tapi faktanya
Pancasilaisme dekat komunisme, lawan kapitalisme. tapi faktanya Pancasilaisme dekat komunisme, lawan kapitalisme. tapi faktanya
Pancasilaisme dekat komunisme, lawan kapitalisme. tapi faktanya Rizky Faisal
 
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
aureliagao
 
Sosialisme demokrat sutan syahrir
Sosialisme demokrat sutan syahrirSosialisme demokrat sutan syahrir
Sosialisme demokrat sutan syahrir
Chamid S Nur
 
Karl marx
Karl marxKarl marx
Karl marx
Eka Lasmawati
 
politik
politikpolitik
politik
ekieki
 
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunisDemokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
David Jones
 
Perlunya reorientasi sosiologi di indonesi ax
Perlunya reorientasi sosiologi di indonesi axPerlunya reorientasi sosiologi di indonesi ax
Perlunya reorientasi sosiologi di indonesi ax
rhyzkey
 
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
Episteme IAIN Tulungagung
 
5e6a9e119c2fedec04b90d50fcb7700901916.pdf
5e6a9e119c2fedec04b90d50fcb7700901916.pdf5e6a9e119c2fedec04b90d50fcb7700901916.pdf
5e6a9e119c2fedec04b90d50fcb7700901916.pdf
FendryGustianVandell
 
Pak ujang
Pak ujangPak ujang
Pak ujang
musriyani89
 
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
Ideologi  pancasila__dan_konstitusiIdeologi  pancasila__dan_konstitusi
Ideologi pancasila__dan_konstitusiBayu Prasetyo
 

Similar to Islam dan sosialisme (20)

Demokrasi dalam sosialisme modern
Demokrasi dalam sosialisme modernDemokrasi dalam sosialisme modern
Demokrasi dalam sosialisme modern
 
8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial8sejarah n-ilmu-sosial
8sejarah n-ilmu-sosial
 
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
 
04-FUNGSI dan KEDUDUKAN PANCASILA.pptx
04-FUNGSI dan  KEDUDUKAN PANCASILA.pptx04-FUNGSI dan  KEDUDUKAN PANCASILA.pptx
04-FUNGSI dan KEDUDUKAN PANCASILA.pptx
 
Resensi Buku
Resensi BukuResensi Buku
Resensi Buku
 
materi poin 3.docx
materi poin 3.docxmateri poin 3.docx
materi poin 3.docx
 
Sejarah sosiologi
Sejarah sosiologiSejarah sosiologi
Sejarah sosiologi
 
Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi NegaraPancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi Negara
 
Diktatur demokrasi rakyat - Mao Zedong
Diktatur demokrasi rakyat - Mao ZedongDiktatur demokrasi rakyat - Mao Zedong
Diktatur demokrasi rakyat - Mao Zedong
 
Pancasilaisme dekat komunisme, lawan kapitalisme. tapi faktanya
Pancasilaisme dekat komunisme, lawan kapitalisme. tapi faktanya Pancasilaisme dekat komunisme, lawan kapitalisme. tapi faktanya
Pancasilaisme dekat komunisme, lawan kapitalisme. tapi faktanya
 
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
 
Sosialisme demokrat sutan syahrir
Sosialisme demokrat sutan syahrirSosialisme demokrat sutan syahrir
Sosialisme demokrat sutan syahrir
 
Karl marx
Karl marxKarl marx
Karl marx
 
politik
politikpolitik
politik
 
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunisDemokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
 
Perlunya reorientasi sosiologi di indonesi ax
Perlunya reorientasi sosiologi di indonesi axPerlunya reorientasi sosiologi di indonesi ax
Perlunya reorientasi sosiologi di indonesi ax
 
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
 
5e6a9e119c2fedec04b90d50fcb7700901916.pdf
5e6a9e119c2fedec04b90d50fcb7700901916.pdf5e6a9e119c2fedec04b90d50fcb7700901916.pdf
5e6a9e119c2fedec04b90d50fcb7700901916.pdf
 
Pak ujang
Pak ujangPak ujang
Pak ujang
 
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
Ideologi  pancasila__dan_konstitusiIdeologi  pancasila__dan_konstitusi
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
 

More from nyampling.com

Tutorial 9 cara menggunakan domain - Niaga Hoster
Tutorial 9 cara  menggunakan domain - Niaga HosterTutorial 9 cara  menggunakan domain - Niaga Hoster
Tutorial 9 cara menggunakan domain - Niaga Hoster
nyampling.com
 
Dinas Kesehatan Surabaya Open recruit mei 2019
Dinas Kesehatan Surabaya Open recruit mei 2019Dinas Kesehatan Surabaya Open recruit mei 2019
Dinas Kesehatan Surabaya Open recruit mei 2019
nyampling.com
 
Kepmenkes no 1405_tahun_2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja, Perkantora...
Kepmenkes no 1405_tahun_2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja, Perkantora...Kepmenkes no 1405_tahun_2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja, Perkantora...
Kepmenkes no 1405_tahun_2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja, Perkantora...
nyampling.com
 
PerMenKes 24 th 2016 tentang Persayaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah...
PerMenKes 24 th 2016 tentang Persayaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah...PerMenKes 24 th 2016 tentang Persayaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah...
PerMenKes 24 th 2016 tentang Persayaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah...
nyampling.com
 
Contoh Soal Tes Penalaran Logis Terbaru
Contoh Soal Tes Penalaran Logis TerbaruContoh Soal Tes Penalaran Logis Terbaru
Contoh Soal Tes Penalaran Logis Terbaru
nyampling.com
 
Flue Gas Analyzer Testo 350 instruction manual
Flue Gas Analyzer Testo 350 instruction manualFlue Gas Analyzer Testo 350 instruction manual
Flue Gas Analyzer Testo 350 instruction manual
nyampling.com
 
SNI 6989.59.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Limbah
SNI 6989.59.2008 Metode Pengambilan Contoh Air LimbahSNI 6989.59.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Limbah
SNI 6989.59.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Limbah
nyampling.com
 
SNI 6989.58.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Tanah
SNI 6989.58.2008 Metode Pengambilan Contoh Air TanahSNI 6989.58.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Tanah
SNI 6989.58.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Tanah
nyampling.com
 
SNI 6989.57.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan
SNI 6989.57.2008 Metode Pengambilan Contoh Air PermukaanSNI 6989.57.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan
SNI 6989.57.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan
nyampling.com
 

More from nyampling.com (9)

Tutorial 9 cara menggunakan domain - Niaga Hoster
Tutorial 9 cara  menggunakan domain - Niaga HosterTutorial 9 cara  menggunakan domain - Niaga Hoster
Tutorial 9 cara menggunakan domain - Niaga Hoster
 
Dinas Kesehatan Surabaya Open recruit mei 2019
Dinas Kesehatan Surabaya Open recruit mei 2019Dinas Kesehatan Surabaya Open recruit mei 2019
Dinas Kesehatan Surabaya Open recruit mei 2019
 
Kepmenkes no 1405_tahun_2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja, Perkantora...
Kepmenkes no 1405_tahun_2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja, Perkantora...Kepmenkes no 1405_tahun_2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja, Perkantora...
Kepmenkes no 1405_tahun_2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja, Perkantora...
 
PerMenKes 24 th 2016 tentang Persayaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah...
PerMenKes 24 th 2016 tentang Persayaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah...PerMenKes 24 th 2016 tentang Persayaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah...
PerMenKes 24 th 2016 tentang Persayaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah...
 
Contoh Soal Tes Penalaran Logis Terbaru
Contoh Soal Tes Penalaran Logis TerbaruContoh Soal Tes Penalaran Logis Terbaru
Contoh Soal Tes Penalaran Logis Terbaru
 
Flue Gas Analyzer Testo 350 instruction manual
Flue Gas Analyzer Testo 350 instruction manualFlue Gas Analyzer Testo 350 instruction manual
Flue Gas Analyzer Testo 350 instruction manual
 
SNI 6989.59.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Limbah
SNI 6989.59.2008 Metode Pengambilan Contoh Air LimbahSNI 6989.59.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Limbah
SNI 6989.59.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Limbah
 
SNI 6989.58.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Tanah
SNI 6989.58.2008 Metode Pengambilan Contoh Air TanahSNI 6989.58.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Tanah
SNI 6989.58.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Tanah
 
SNI 6989.57.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan
SNI 6989.57.2008 Metode Pengambilan Contoh Air PermukaanSNI 6989.57.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan
SNI 6989.57.2008 Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan
 

Islam dan sosialisme

  • 1. I P E N E R B I T : A K | i I S 5 2012 i .......
  • 2. Jusuf Wibisono’s. Islam dan Sosialisme Penerbit 8. Pustaka-: jflü u la n - i J'iii:-; Dj. TeuKH YO í , : ^ V ’ « ' •' • 1 ' T J E T A K A N KE II Call Number ’S 6 2012 5^%.Uoi}i9C^tas Indonesia Perpustakaan r ? ¿•V
  • 3. Sambutan pers tentang buku: DASAR-DASAR EKONOM I DALAM ISLAM Oleh: Z. A. AHMAD. Penjedar Djokjakarta th'. 11 Xo. 22 — 8-9-1950. .......... Apalagi memang setahu kitapun barulah ini satu-satunja buku jang mengupas soal-soal ekonomi didalam Islam dalam bahasa kita. Dengan lain perkataan, sekali lihat nama buku ini, terbajang seolah-olahnja inilah insteliingen ekonomi islam dengan kupasan wetenschappelijk dan zakelijk.......... bahwa kupasan .iang objektif itulah iang boleh dimasukkan dalam ilmu pengetahuan wetenschappe1ijk. Penulisnja menjebut „mu'amalah maddyah” artinja ekonomi, sedang ,,,mu‘amalah adabyah” disebutnja „sosial”. Kita pudjikan tyaku ini sebagai langkah jang perlama bagi penulis2 ekonomi dari sudut Islam. Bintang, Medan. Ruku Dasar- ekonomi dalam Islam oleh Z. A. Ahmad mem­ bawa pengupasan baru dalam soal jang hangat dewasa ini. Buku ini sebagai mutiara dalam perpustakaan Islam di Indonesia. Suara Partai Masjuni, Djakarta. Z. A. Ahmad satu-satu pengarang islam jang besar dimasa ini. Dasar-das'ar Ekonomi dalam Tslain, suatu pengupasan isti­ mewa, dan memang belum permil 'liku/M nl(‘l) penulis lain- Sudahkah tuan punjai? Sctmku f 12,50. Penerbit, Pendjual : ^USTAKA ISLAM Djakarta
  • 4. I S I B U K U : 1. Pendahuluan ............................................... .............. hal 3 — 5 2. Bab I. Asal dan arti kata sosialisme .................................... „ 6 — 9 3 Iiab II. Pelbagai aliran sosialisme .......................................... „ 10 — 22 4. Bab III. Sosialisme ’ilmijah ....................................................... „ 23 — 32 5. Bab IV. - Komunisme ...................... ......................................... „ 33— '45 6.( Bab V. Gerakan Kristen sosial ............................................. „ 46 — 51 7. Bab VI. Kesamaan dan perbedaan Islam dan sosialisme Marx „ 52 — 63 , j 8. Bab VII. Kesamaan dan perbedaan Islam dan Komunisme...... „ 64 — 77 FAiv. HUXU.-1 T a n g g a l f 5 ~ J J — ' S i ....J L M jj , ,
  • 5. P E N D A H U L U A N . S EPERAMPAT abad j.l., H. O. S. Tjokroaminoto telah merasa­ kan perlunja ada karangan tentang sosialisme dibandingkan dengan Islam. Kemudian ditulislah olehnja sebuah kitab tentang ...Islam dan sosialisme”. Dia didorong ‘menulis itu, berhubung dengan adanja aliran politik kuat jang berpendapat bahwa sosialismelah jang akan da­ pat melepaskan bagian ummat manusia jang sengsara didunia ini dari penderitaannja. Lagi pula untuk membantah tuduhan2 ter­ hadap Islam, bahwa agama Islam hanja menghendaki keselamatan orang-orang jang memeluknja sadja, dan bukan keselamatan lain-lain orang djuga dalam masjarakat, dan bahwa agama Islam itu „tidak tjakap menuntut atau memadjukan keperluan politik, sosial dan ekonomi”. Buku serupa itu memang perlu sangat, oleh karena sosialisme adalah aliran politik jang tidak dapat diabaikan, sehingga partai2 Islam, dengan sendrinja harus menentukan sikap mereka terhadap gerakan itu, seperti di negeri2 barat kaum Kristen djuga telah menentukannja. Tjaranja Tjokroaminoto mengupas masalah ini, tepat seperti M. H. Kidwai dari India dalam kitabnja „Islam and Socialism” (1912), jang memang ditjontoh olehnja. Tidak diperbintjangkan disitu, bagaimanakah pandangan Islam terhadap sosialisme iang diadjarkan oleh Karl Marx, melainkan diuraikan disitu bahwa islam tjotjok dengan sosialisme, sosialisme dalam arti jang luas. Aliran sosialisme, seperti kelak akan diuraikan lebih pandjang, dapat dibagi atas dua bagian besar, jaitu : sosialisme jg berdasar atas peladjaran2 Marx dan sosialisme jg berdasar atas peladjaran2 sardjana2 jang lain, jang disebut „niet-Marxistisch socialisme”. Tang terpenting ialah sosialisme Marx, karena aliran inilah jang membuka halaman baru dalam sedjarah manusia. Sesudah perang dunia kedua, aliran sosialisme tambah penting artinja, karena tidak sadja timbulnja Riisia mendjadi negara besar jang kedua di dunia, melainkan karena djuga di Eropa tambah meluas aliran itu sehingga dapat dikatakan bahwa dinegara2 tadi tidak mungkin pemerintah dibentuk djika tidak dapat bantuan dari partai-partai jang berhaluan sosialisme. Pun di Asia, sosialisme Marx mendjadi aliran politik jang pen­
  • 6. ting pula. Dalam Republik kita, aliran ini mempunjai banjak pengikut2 diantara kaum terpeladjar, dan partai-partai jang ber­ ideologi aliran itu, mendapat kedudukan jang demikan kuatnja sehingga mereka selama 2]/2 tahun pada permulaan revolusi kita, menguasai haluan perdjoangan kita. Seperti dikatakan diatas, jang terpenting ialah sosialisme Marx. Menurut W. Banning, k.l. 1/6 dari seluruh ummat manusia me­ meluk paham komunisme, jang asalnja dari teori-teori Marx. („Hedendaagse Sociale Bewegingen”, 1948). Dengan kemenangan Mao Tse Tung di Tiongkok, arti gerakan komunisme di Asia tambah besar bagi negara2 lain sekitarnja. Orang2 jang dikuasai ideologi Marxisme, bukan lagi 1/6, melainkan mendjadi k.l. ÿ î dari seluruh dunia. Maka bagi kita, ummat Islam Indonesia, adalah suatu kewa- djiban untuk mengenal lebih dekat Marxisme ini, untuk menje- lidiki lebih saksama seberapa djauhkah agama Islam berbedaan, sedjalan atau bertentangan dengan paham ini. Dengan mengenal lebih dekat aliran ini, kita dapat mengurangi kesalahan paham jang tidak perlu, jang hanja merugikan perdjoangan kita sadja; dapat menghargai anasir2 jang memang berguna bagi kita dan dapat memperkaja pengetahuan para kader politik kita. Diantara mereka jang menggabungkan diri dalam gerakan2 jang berdasar atas Marxisme, ada djuga jang berkajakinan agama Islam. Rupa-rupanja mereka itu belum insjaf betul, apakah dalam isme tersebut jang bertentangan hebat dengan peladjaran2 Islam, dan betapakah ketjakapan Islam untuk menjusun masja- rakat baru jang adil dan makmur. Mungkin diantara mereka ada jang bermakud mendjadi „reli- o-ieus socialist”, akan tetapi antara „religieus socialisme” dan Marxisme ada perbedaan fundamenteel, sehingga seorang reli­ gieus socialist seharusnja tidak bisa mendjadi nnggauta sesuatu partai jang berdasar Marxisme tulen. Menjedihkan sangat ialah, bahwa diantara pengikut2 P.K.I. — Muso jang" melawan kedjam lain-lain golongan jang mereka ang­ gap sebagai golongan bordjuis, ada pula orang2 jang berkejakinan Islam betul2. Teranglah bahwa paham mereka tentang Marxisme dan komunisme itu masih samar2 sekali. Rupa-rupanja mereka itu berpendapat, bahwa asal sadja orang' mengedjar tjita-tjita keadilan sosial dan melawan kolonialisme, maka orang sudah mendjadi Marxis atau komunis. Sosialisme Marx memang menarik sangat kaum proletar di
  • 7. negara2 jung berindustri, jang industri2 itu dikuasai oleh kaum kapitalis; menarik sangat sebagian dari bangsa- djadjahan, karena dia mcngadjarkan dengan setjara ilmu pengetahuan bahwa kapi- lisme pada suatu waktu pasti akan rurituh, dan bahwa waktu itu sudah dekat. Apabila kapitalisme itu sudah runtuh, lalu akan da­ tanglah masjarakat sosialis jang akan membawa kebahagiaan jang sebesar-besarnja bagi kaum proletar, kaum jang sekarang dihisap dan ditekan oleh kaum kapitalis. Maka mudah dimengerti, bahwa teori-teori bapak gerakan kaum buruh itu, dapat memikat hati sebagian dari bangsa-bangsa djadjahan. Sebelum perang dunia kedua, hampir semua bangsa2 Islam didjadjah oleh bangsa- barat. Meskipun demikian, sepandjang saja tahu, tidak ada seorang sardjana Islam pun jang menaruh tjukup perhatian kepada pembela besar kaum tertindas ini, se­ hingga dia sudi mengupas teori-teori Marx dari sudut Islam jang luas dalam seperti sardjana2 barat jang anti-Marx, atau menjusun sendiri teori2, berdasar atas peladjaran2 Islam tentang bagaima­ nakah tjaranja mcrobah susunan dunia sekarang ini dimana kaum kapitalis meradjalela, dan jang dapat mejakinkan kaum proletar dan bangsa2 djadjahan, bahwa tjara ini mungkin dilaksanakan. Uraian M. Barazi dalam bukunja „islamisme et Sosialisme” (1929), meskipun agak lebih dalam dari pada Kidwai, masih kurang dalam mengupas peladjaran2 Marx jang pokok, seperti historisch-material- isme, perdjoangan kelas, diktatur proletar, dan teori negara. Dalam negara seperti Indonesia, dimana kebanjakan kaum terpeladjar masih asing dari pada, agama Islam, tidak meng­ herankan kalau para politikus2 diantara mereka itu, lebih dulu mentjari pedoman pada teori2 Marx dari pada peladjaran2 agama Islam, apalagi kalau mereka itu berpendapat bahwa politik tidak ada sangkut" pautnja dengan agama atau moral, bahwa Islam ifu penghalang kemadjuan. Mereka tidak mengerti bahwa sebenarnja •>ntara Islam dan lain2 agama ada perbedaan2 dasar. ' Maksud karangan ini ialah, menjelidiki. apakah jang tjotjok dan nakah jang bertentangan antara Islam dan sosialisme Marx terta* komunisme. Mula2 akan ditjeritakan dengan pendek teori-' latiani2 aliran itu, kemudian akan ditindjau Marxisme dan Le­ n i n i s m e - Stalinisme dari sudut Islam. Baei kalangan diluar Islam, karangan mi mudah-mudahan da- - 1 memberi pengetahuan bahwa agama Islam tidak begitu steriel dan kolot seperti mereka mengira.
  • 8. BAB I. ASAL DAN ARTI KATA SOSIALISME. K ATA pokok dari pada sosialisme ialah „socius”, kata Latin jang artinja „teman”. Sosialisme dapat diterdjemahkan de­ ngan „persaudaraan manusia”. (H. van der Mandere, „Politieke Encyclopédie”, 1949). Tentang siapakah jang pertama2 memakai kata ini, ada per­ tengkaran diantara para sardjana. L. Reybaud, seorang penulis Perantjis, menganggap dirinja sendiri sebagai jang mendapatkan kata itu. Hal ini dilahirkan dalam bukunja „Etudes sur les refor­ mateurs ou socialistes modernes” (1864). Menurut penjelidikan Griinberg, kata itu dalam tahun 1803 sudah dipakai oleh seorang pendeta Italia, GiulianL lianja dia memakai kata itu dalam arti „Katholicisme” sebagai lawan dari paham „Protestantisme”, djadi dalam arti jang lain sekali dari pada paham sekarang. Terlepas dari tulisan Giuliani itu, dalam tahun 1827 kata sosialist di Inggeris dipakai oleh pengikut2 R. Owen, di Perantjis, kata sosialisme itu pertama2 dipakai oleh Vinet. Kemudian Reybaud menggunakan istilah itu djuga, tetapi memindjam dari Inggeris. Demikianlah kesimpulan penjelidikan Griinberg. Maka kalau Mr. van der Goes van Naters, pemimpin fractie Partij van de Arbeid dalam Tweede Kamer mengatakan dalam brochurenja „Het socialisme van nu” (1945), bahwa Lerouxlah jang pertama2 memakai kata tersebut dalam tahun 1834, itu tidak benar. Lebih kusut lagi dari pada masalah asalnja, adalah masalah artinja kata sosialisme itu. Diepenhorst memberi tjontoh betapakah bedanja paham2 orang2 sosialis terkemuka. Proudhon (1809- 1865), salah seorang pelopor sosialis Perantjis jang pertama2 memakai kata tersebut dalam tahun J834, itu tidak memperbaiki masjarakat”. Keterangan ini diutjapkan dimuka hakim jang memeriksa dia. Lalu hakim menjambung, „Kalau begitu, kita semua adalah orang sosialist”. Djika sosialisme diar­ tikan demikian, sudah terang bahwa Islam mengandung penuh peladjaran2 sosialisme.
  • 9. — 7 — Dalam Madjelis Rendah di Inggeris, dalam tahun 1923 kata ini sudah pernah mendjadi perdebatan. Ada jang mengatakan bahwa ..sosialisme adalah penglaksanakan peladjaran2 Kristus”. Lain anggauta berpendapat bahwa „sosialisme itu pengawasan atas perusahaan2 rakjat, oleh rakjat dan untuk rakjat”. Karena banjaknja pendapat2 jang berbeda2, maka Madjelis memutuskan untuk Ynenjusun sebuah buku dimana dikumpulkan semua pendapat2 itu, dan diberi titel „Apakah sosialisme itu”. Djuga Kirkup jang bukunja lebih tua dari bukunja Diepenhorst, sudah mengeluh bahwa kata sosialisme itu sukar ditentukan artinja, karena perselisihan paham antara sardjana2 jang menulis tentang masalah itu. Sebagai tjontoh dia memetik pendapat bebe- tapa penulis2 jang terkemuka. Janet, penulis Perantjis, berpendapat sebagai berikut: „Jang kita namakan sosialisme itu, ialah tiap-tiap peladjaran, jang me- ngadjar bahwa negara berhak membenarkan ketidak-rataan kekajaan jang ada pada manusia, dan berhak melaksanakan keseimbangan menurut hukum, dengan mengambil dari mereka jang mempunjai kebanjakan, untuk dikasihkan kepada mereka jang kekurangan dan tindakan ini djangan hanja diambilnja kalau ada kelaparan atau ketjilakaan umum sadja, melainkan harus diambilnja terus-menerus’'. Schaffle dan A. Wagner berpendirian bahwa awal dan achir sosialisme ialah perobahan modal2 perseorangan jang bersaingan, mendjadi modal bersama jang dipersatukan. A. Held berpaham bahwa-sosialisme itu menghendaki supaja kemauan perseorangan ditundukkan kepada kemauan perseku­ tuan (gemeensehap). Kirkup menjimpulkan bahwa matjam- pendapat itu pokoknja ialah menghendaki supaja industri2 dikemudikan oleh persekutuan dan penghasilannja dibagi jang adil. Dalam „Political Dictionary” (1948), jang ditulis oleh prof. Wilbur W. White, diterangkan bahwa „Sosialisme adalah namanja i teori dan gerakan jang bermaksud menjusun persekutuan setjara I terikat-bersama untuk kepentingan rakjat, dengan djalan raemi- V Hki dan mengawasi bersama alat-alat produksi, seperti industri, pengangkutan, bank, d.1.1.” (Socialism is a theory and a movement! aiming at a collective organization of the community in the interest of the people, by' means of common onwership and con­ trol of the means of production, e.g. industry, transportation, banking, etc.).
  • 10. Kalau sekarang orang menjebut kata sosialisme, memang pada umumnja jang dimaksudkan ialah sosialisme Mai*> <?an isinja pokok boleh diterdjemahkan seperti keterangan e ,l V' Boleh dikatakan bahwa sosialisme itu lawan dari pa am m ivi dualisme. Sosialisme menaruh kepentingan umum didepan, kepen­ tingan perseorangan dibelakang, sedang individualisme menaruh kepentingan perseorangan didepan dan kepentingan umum dibe­ lakang. Sudah njata definisi W hite ini belum meliputi semua matjam aliran2 sosialisme, karena dia hanja menggambarkan sosialisme jang ditjita-tjitakan oleh Marx sadja. Jang paling tepat menurut pendapat saja, ialah definisi Hendrik de Man, seorang sosialis terkemuka di Belgia. Dia mengatakan bahwa „Semua sosialisme menghendaki susunan masjarakat jang adil dan coöperatief”. Coöperatief artinja bahwa kegiatan masjarakat ditudjukan ke­ pada kepentingan umum, sedang masjarakat itu berdasar atas susunan milik persekutuan (gemeenschapsbezit). Tentang isinja paham milik persekutuan itu, aliran jang satu berlainan dengan jang lain. Berlainannja itu mengenai matjamnja dan banjaknja barang2 jang hendak dimiliki dalam persekutuan. Jang satu menghendaki milik persekutuan atas industri2 sadja, lainnja atas tanah sadja, lain lagi menghendaki atas semua ba­ rang-barang. Sama dalam tudjuannja, tetapi berlainan dalam djalannja aliran2 ■ itu, hingga dapat dikatakan bahwa jang satu bertentangan de­ ngan jang lain. Bermatjam2 gerakan sosialis sekarang ini ada, maka kalau ada orang mengatakan bahwa dia seorang sosialis, sebenarnja dia harus memberi pendjelasan lagi, sosialis manakah jang dipeluknja. Demikianlah kesimpulan Mr. A. Liihrs dalam bukunja „Burger- lijk en socialistisch denken” (1946). Kata sosialisme kurang lebih 1J4; abad umurnja, tetapi tjita'-^r merobah masjarakat jang lebih adil, lebih sempurna, sudah ada sedjak failasuf Junani purbakala Plato. Sesudah dia, dalam abad2 jang berikut, timbul banjak pudjangga2 jang menjusun teori2 tentang bagaimanakah tjaranja, masjarakat jang lebih baik itu dapat dilaksanakan. Aliran2 sosialisme dapat dibagi sebagai berikut: 1. sosialisme chajali (utopisch socialisme), 2. anarchisme,
  • 11. — 9 — 3. sosialisme ilmijah (-vetenschappeli_jk socialisme), 4. sosialisme negara, 5. sosialisme tanah.. 6. revisionisme, “. syndicalisme, S. sosialisme agama, 9. komunisme, 10. sosialisme nasional, 11. sosialisme gilden, 12. sosialisme demokrat, 13. sosialisme rentjana, 14. sosialisme pribadi.
  • 12. BAB II. PELBAGAI ALIRAN SOSIALISM E. T E N T A N G pembagian sosialisme dalam golongan-golongan ini, djuga tidak ada kesatuan paham diantara penuhs-penu is. r. M . van der Goes van Naters umpamanja membaginja aa am g longan, ja’ni: 1. Utopisch socialisme, 2. Reformatorisch socialisme, 3. Anarchistisch socialisme, 4. Wetenschappelijk socialisme, 5. Religieus socialisme, 6. Conservatief socialisme, 7. Corporatief socialisme, 8. Nationaal socialisme, 9. Democratisch socialisme. Lebih dulu akan saja terangkan dalam bab ini dengan pendek apakah isinja masing-masing isme itu, kemudian dalam bab-bab jang akan datang akan dibitjarakan lebih pandjang beberapa matjam sosia­ lisme jang terpenting. 1. Sosialisme Chajali ialah sosialisme jang ditjita-tjitakan oleh para sosialis terkemuka pada tengah abad jang ke 19, seperti Saint Sintion (1760-1825), Fourier (1772-1837) di Prantjis, dan ©wen (1771-1857) di Inggris. Mereka diedjek oleh M arx sebagai sosialisme- utopis atau chajali, karena mereka pertjaja, bahwa dunia dapat diper­ baiki dengan undang-undang, dengan keputusan radja atau dengan bantuan hartawan seperti jang diharap-harapkan oleh Fourier. Mereka minta bantuan dari masjarakat, dari golongan jang menguasainja dengan mengingatkan orang-orang itu kepada keadilan dan kesusi­ laan, padahal dipandang dari sudut ilmijah, usaha demikian itu, sedikitpun tidak akan membawa hasil, kata Marx. Mereka hendak menjusun masjarakat baru dengan tidak mengetahui filsafat sedjarah, hanja menurut gambaran jang keluar dari kepala mereka sadja. Seperti R. Owen mentjoba mentjiptakan masjarakat baru setjara ketjil-ketjilan menurut tjita-tjitanja, dengan tidak memperhatikan sifat-sifat manusia. Sudah barang tentu, usaha itu gagal sama sekali. *>
  • 13. Maka dari itu, Marx menamakan pelopor-pelopor sosialisme ini, sosialis chajali, sosialis ngelamun. 2. Anarchisme. Anarchie berarti sebenarnja „tidak berpeme- rintah” atau „tidak berhukum dan berketertiban”. Dalam pemakaian sehari-hari, anarchie diartikan kekatjau-balauan. - Pentjipta teori anarchisme ialah Proudhon (1809-1865). Sem- bojan jang terkenal dari dia ialah” La propriété c’est le vol” (milik itu tjurian). Maksudnja bukan mengandjurkan penjerobotan milik orang-orang kaja untuk dibagi antara kaum buruh, akan tetapi jang dianggapnja sebagai barang tjurian, ialah milik jang didapatnja dengan tidak kerdja apa-apa. Umpamanja makan bunga modal dan warisan. Lain sembojan jang kurang terkenal ialah „L’anarchie c’est l’ordre” (anarchie itu ketertiban). Djadi dia ingin ketertiban masjarakat jang tidak berpemerintah, sebab kata dia, pemerintah pada hakekatnja perlu untuk membela golongan jang punja melawan golongan jang ta’punja. Jang mengembangkan peladjaran anarchisme ini, jang kenamaan ialah Bakunin (1814-1876), seorang Rusia. Sembojannja ialah „Kemerdekaan dengan tidak ada sosialisme, adalah memberi lebih hak kepada jang satu dari pada kepada jang lain, adalah ketidak adilan; sosialisme dengan tidak ada kemerdekaan, adalah perhambaan dan perlakuan kasar” (La liberté sans le socialisme c’est le privilège, l’injustice; et le socialisme sans liberté c’est l’esclavage et la brutalité). Dengan tegas dia mengatakan, bahwa anarchisme tidak mau kenal pembuatan undang-undang atau kekuasaan (wetgeving en gezag), walaupun itu diadakan oleh pemilihan umum, karena semua itu hanja menimbulkan segolongan ketjil jang dapat menguasai dan memeras golongan jang besar sekali ; anarchisme tidak mau kena), agama, sebab „pertjaja kepada Tuhan berarti melemparkan ’akal dan keadilan ke­ manusiaan, berarti memungkiri kemerdekaan manusia”. Anarchisme memang menghendaki perkembangan perseorangan (individu) dengan ta’ terbatas oleh hukum negara atau agama. Meskipun tidak ada hukum itu, dia berpendapat, bahwa orang-orang akan dapat hidup bersama dalam persekutuan karena terikat oleh perasaan tolong-menolong jang didorong oleh „hormat kepada kebe­ saran kemanusiaan” (eerbied voor de menschelijke waardigheid). Jang mendjadi pedoman bagi persekutuan itu ialah „akal”, menurut Proudhon, atau ilmu pengetahuan”, menurut Bakunin. Proudhon hendaly mentjapai maksudnja dengan djalan damai, tetapi Bakunin dengan djalan revolusi (Mr. F. Vorstman, „Hoofd- lijnen der Ekonomie”, 1947).
  • 14. — 12 — Kaum anarchis kerap kali mempengaruhi kaum syndicats (sarekat sekerdja kaum buruh) dan memang mereka sering berdampingan. Kedjadian-kedjadian seperti itulah jang lalu menimbulkan istilah Anarcho-Syndicalisme (White’s ..Political Dietationary”). 3. Sosialisme ilmijah ialah sosialisme jang diwedjangkan oleh bapak gerakan kaum buruh, Karl Marx (1818-1883). Dia menama­ kan sosialismenja. sosialisme ilmijah sebagai lawan dari sosialisme chajali, karena dia hendak membuktikan setjara ilmijah bahwa me­ nurut djalannja hukum-hukum ilmu ekonomie masjarakat kapitalis sekarang ini dapat diramalkan, bahwa dia tidak boleh tidak, pasti akan menemui adjalnja. Dan kalau masjarakat itu sudah habis riwajatnja. maka akan datang dengan sendirinja masjarakat sosialis, masjarakat jang tidak mengandung kelas kaum modal dan kelas kaum buruh lagi. Semua akan hidup dalam kemakmuran bersama. Negara (staat) dan pemerintahnja, jang sebenarnja tjiptaan kaum modal untuk menindas kaum buruh, tidak akan perlu lagi. Orang2 akan hidup dalam persekutuan2 ketjil dan mengatur sendiri keperluan hidupnja. Dia dan leman-temannja sepaham, tidak mau menamakan dirinja kaum „sosialis”, tetapi kaum „komunis”, sebab jang menama­ kan dirinja sebagai kaum sosialis ketika itu, dipandangnja oleh Marx sebagai orang-orang bordjuis, sedang golongan dia adalah gerakan kaum buruh. Djadi komunis ketika itu artinja lain dari pada komunis sekarang. Sekarang jang dinamakan komunis ialah mereka jang memeluk paham .Marxisme seperti jang diadjarkan dan dipraktekkan oleh Lenin se- djak tahun 1917 di Rusia: YYetenschappelijk atau Marxistisch socialisme ini oleh Werner Sombart, ekonoom Djerman besar, "dinamakan djuga Proletarisch Socialisme. ^ 4. Sosialisme Negara, menghendaki supaja tjita-ljita sosialisme itu dilaksanakan oleh negara. Negara harus diberi kekuasaan sepe- nuhnja untuk mengatur seluruh kehidupan ekonomi dengan seadil- adinja. Djadi sosialisme ini dalam soal jang penting sekali, ada bei tentangan dengan Marxisme, karena Marx berpendapat, bahwa ncgaia, sebagai alat penindas kaum bordjuis, harus dilenjapkan. , l ^ ekai,,Pemlekar sosialisme negara adalah Robertus (1805- lb7o/).Lasalie (1800-1864), dan Wagner (1835-1917). jang mera- piaktekkan teori ini ialah ahli kenegaraan Djerman besar, Bismarck.
  • 15. 5. Sosialisme tanah menutul supaja semua tanah seisinja di­ miliki oleh negara. Pembela-pembcla aliran ini berpendapat, bahwa jang membuat kepintjangan-kepintjangan dalam masjarakat. adalah milik tanah luas itu igroot-grond-bezit). Henri George mengan- djurkan, supaja perampasan hak milik tanah (onteigening) itu tidak usah diberi kerugian, karena pemilikan tanah luas itu asalnja dari tipu muslihat dan mempergunakan kekuasaan jang tidak sah. Ketjuali George dari Amerika tadi, jang membela aliran ini, ialah Th. Hertzka dari Austria dan F. Oppenheimer dari Djerman. „Akker socialisme” ini dinamakan djuga „land nalionalisatie”. i). Rcrisionisnu' adalah namanja aliran jang dimulai oleh Eduard Bernstein (1850-1932). Dia berpendapat, bahwa kedjadian-kedjadian jang berlangsung sedjak Marx, tidak tjotjok dengan ramalannja. Revolusi proletar dunia, jang katanja Marx hampir terdjadi, kcliha- tannja masih djauh. Golongan jang punja (de bezittende klasse), tidak makin kurang, malahan makin tambah. Teori pemusatan (concentratie-theorie) jang mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar makin lama makin sedikit djumlahnja karena mereka menggabungkan diri dalam peru­ sahaan-perusahaan jang lebih besar, tidak pula tjotjok dengan kenjataan. Marx selandjutnja meramalkan bahwa kaum buruh makin lama akan makin mendjadi tambah melarat (verarmingstheorie) ; inipun djuga tidak benar, sebab nasib kaum buruh ternjata malah tambah baik. Historisch-materialisme jang mengadjarkan pula, bahwa seakan- manusia tidak mempunjai kemauan sendiri, sehingga tidak dapat menentukan nasibnja sendiri, ditolak oleh Bernstein. Maka dari itu, dia hendak mengadakan revisie (penindjauan kembali) teori-teori Marx itu. Dia lidak setudju, untuk melaksanakan sosialisme dengan djalan revolusi, melainkan hal itu harus dilaksanakan setapak demi setapak. Dengan djalan evolusi, hasil baik akan lebih terdjamin kekalnja dari pada dengan djalan kekerasan. Menurut pendapatnja, tugas para sosialis ialah, ..untuk mengatur kelas-kelas buruh dalam organisasi-organisasi politik dan mengem­ bangkan mereka sebagai suatu demokrasi, dan berdjoang untuk semua perobahan-perobahan dalam negara jang tjotjok untuk meninggikan kelas-kelas buruh dan merobah bentuk negara ke djurusan demokrasi”. (A. Gray, „The Socialist Tradition” 1947).
  • 16. — 14 — Kata Bernstein sendiri, dia berlainan paham dengan Marx tidak dalam asas (principe), melainkan dalam tjara (tactiek) sadja. Dalam praktek, gerakan sosialis jang berideologi revisionisme ini, mengedjar perobahan-perobahan jang segera dapat dilaksanakan, mes­ kipun harus bekerdja sama dengan partai-partai bordjuis dan harus menundakan sebagian dari programnja. 7. Syndicalisme. Penjusun teori ini, adalah seorang Prantjis Georges Sore! (1847-1922). Aliran ini bertudjuan menjusun masja­ rakat baru dimana mendjadi tulang punggungnja, sarekat seker- dja kaum buruh (syndicat), jang menguasai semua alat-alat produksi. Mereka nantinja bekerdja bersama-sama dalam tempat-tempat beker­ dja dengan tidak usah diatur oleh kepala-kepala. Mereka seperti kaum anarchis djuga, menolak tiap-tiap kekuasaan negara. Tudjuan hendak diwudjudkan dengan djalan aksi langsung (directe actie), dengan paksaan, seperti pemogokan dan sabotage. Pemilihan setjara demokratis dan mendapat kekuasaan politik me­ lalui djalan-djalan demokratis, mereka tolak. Di negara Prantjis dan lain-lain negara Eropa Selatan dan Amerika Selatan (negara-negara Latin), ada dua matjam syndicalisme, jang revolusioner dan jang reformistis. Di negara-negara jang berbahasa Inggeris, jang dimaksudkan dengan syndicalisme hanja syndicalisme revolusioner. Syndicalisme ini menurut A. Gray dalam bukunja tersebut diatas, boleh dipandang sebagai protes terhadap Revisionisme dan Inter­ nationale Kedua (konggres partai-partai sosialis seluruh dunia tahun 1889 jang memutuskan hendak melalui djalan evolusi). Aliran ini djadi hendak mengadjak kembali kepada seiliailgat Marx tulen, ja’ni semangat revolusioner. Klassenstrijd jang mendjadi dasarnja Mar­ xisme, harus dihidupkan kembali. Sosialisme harus mendjadi gerakan kaum buruh semata-mata, dan tidak boleh ketjampuran anasir-anasir bordjuis. Syndicalisme mentjari kekuatannja dalam sarekat-sarekat sekerdja karena dia berpendapat bahwa gerakan itulah jang mendjelmakan paling tegas djiwa kaum proletar, ja’ni kaum revolusioner jang akan melaksanakan masjarakat baru nanti. S. Sosialisme Agcuna. Masuk alinin ini ialah orang-orang jang berpendapat, bahwa tjita-tjita sosialisme tentang keadilan masja­ rakat sebenarnja telah ada dalam agama, Katholiek atau Protestan. Dari rumah mereka itu sudah beragama, mereka tidak mau keting­ galan gerakan jang menuntut perbaikan masjarakat, tetapi karena
  • 17. mereka tidak dapat menerima teori historisch-materialisme dan klassen­ strijd, maka mereka membentuk golongan sendiri dan menjusun teori sendiri. Djuga mereka jang tidak memeluk sesuatu agama jang tertentu, tetapi pertjaja akan adanja Tuhan, masuk sosialisme matjam ini. 9. Komunisme. Jang dimaksudkan dengan aliran ini, bukan komunisme menurut paham Marx ketika dia menjusun Communis- tisch-Manifestnja, melainkan komunisme seperti pendapat umum se­ karang, jani sosialisme jang diadjarkan dan dipraktekkan oleh Lenin dan Stalin di Rusia. Lenin brependapat, bahwa peladjaran-peladjaran Marx tulen dapat diwudjudkan. Dia tidak setudju dengan pendirian mereka jang hendak mewudjudkan masjarakat sosialis dengan djalan evolusi seperti pendirian Internationale II, melainkan hendak mewudjudkannja de­ ngan djalan revolusi. Dalam beberapa hal Lenin berlainan paham dengan Marx, tetapi pada umumnja dia mengikuti teori-teorinja. Sesudah keluar dari Internationale II, Lenin dan Trotsky men­ dirikan Internationale Komunis III dalam tahun 1919 di Moskou jang terkenal sebagai Comintern (potongan dari Third Communist International). Kemudian dalam tahun 1943 Comintern ini dibubar­ kan oleh karena dianggap menghalang-halangi perang Rusia melawan Djerman. Partai-partai Komunis seluruh dunia dapat petundjuk tentang „garis-partai” (party-line) dari Moskou. Dalam bulan Oktober 1947, di Belgrado didirikan kantor penerangan komunis (Kominform) jang dianggapnja oleh mnum sebagai terusan Comintern. Berhubung dengan perselisihan paham dengan djendral Tito, lalu tempat Kominform dipindahkan ke Bukarest. 10. Sosialisme Nasioml. Kalau orang mendengar gerakan Na- tionaal socialisme ini, pikirannja segera menudju kepada Nazi Djerman. Tetapi ada djuga gerakan lain jang tidak begitu terkenal, ja’ni gerakan di Tjekoslowakia jang dipimpin oleh presiden Benesj dulu. Nationaal Socialisme ini lain sekali dari pada partai Hitler jang manakai nama nationaal socialisme untuk partainja, dengan maksud menghantjurkan Partai Sosial Demokrat dan Partai Komunis Djerman. Hitler memasukkan tjita-tjita sosialisme dalam program partai­ nja jang didirikan dalam tahun 1920 hanja untuk menarik pengikut- pengikutnja sadja, tetapi maksudnja membuat Djerman mendjadi negara militer jang kuat sekali guna mendjadjah negara2 sekitarnja. — 15 —
  • 18. _ 16 — Gerakan Benesj adalah gerakan nasional biasa jang hendak me­ laksanakan ljita-tjila sosialisme dengan djalan damai dalam negavanja sendiri. 11.' Sosialisme cjilden *). Sosialisme sematjam ini terdapat di Jngyeris jang dipropagandakan sedjak’ tahun 1906 terutama oleh Orange dan Hudson. Mereka menghendaki supaja gilden inilah sebagai badan-badan otonoom jang memimpin pembuatan barang2. T’adan-badan ini nantinja terdiri atas kepala pekerdja2 dan pekerdja- tangan, djadi golongan pemimpin dan golongan pekerdja. Pemerintah tidak- usah ikut tjampur dalam usaha badan2 itu. melainkan hendaknja menbantu sadja supaja mereka mendjadi badan-badan jang berhukum negara (mempunjai publiekrechtelijk karakter) dan melindunginja. Perusahaan-perusahaan partikelir supaja dirampas hak miliknja (ont- eigend) oleh pemerintah dengan diberi kerugian sedikit, guna diserah­ kan kepada gilden itu. 12. Sosialisme demokrat. Sosialisme ini, menurut Van der Goes van Naters adalah terkandung dalam ..Sociaal Democratische Arbei- ders Partij” dulu, sebelum dilebur mendjadi „Partij van den Arbeid’ . Adapun jang dimaksudkan dengan istilah ini ialah apa jang ter- /d tjantum dalam tudjuan partai itu sedjak 1937, dimana diadakan pero- 'Zfi bahan-perobahan asasi ..Partai hendak melaksanakan” suatu masja­ rakat dimana alat-alat produksi jang terpenting kepunjaan perseku­ tuan, kehidupan perusahaan-perusahaan diurus oleh persekutuan dan dimana kemerdekaan roehani serta kenegaraan terdjanjin, agar supaja kemakmuran dan ketentuan hidup untuk semua orang mungkin, dan i sjarat-sjarat kemasjarakatan jang sama dapat diwudjudkan guna ! mengembangkan kepribadian”, („een maatschappij op den grondslag I * van gemeenschapsbezit van. de voornaamste productie-middelen. met iremeenschapsbeheer van- het bedrijfsleven en met waarborging van geestelijke en staatskundige vrijheid, opdat voor allen welvaart en bestaanszekerheid mogelijk worden, en gelijke maatschappelijke voor- waarden tôt ontplooi'ing der persoonlijkheid gesehapen worden). Menurut prof. Bannlng, sifat democralisch socialisme ini sudah tidak Marxistis lagi, karena mengutamakan sebagai tudjuan, nilai susila (zedelijke waarde), sedang Marxisme tulen tidak kenal ukuran *) Gildc adalah kongsi pertukangan, sualu bentuk kerdja-sama antara guru dan murid-murid dalam pertukangan jang umum dilakukan di Eropa dalam Abad Pertengahan.
  • 19. — 17 — susila atau tidak susila jang dianggapnja sebagai paham kaum bor- djuis, dan tergantung dari pada keadaan ekonomi pada sesuatu masa. Djuga hilangnja sikap anti-national dan sikap tidak-bertuhan (atheistisch), menundjukkan bahwa mereka sudah meninggalkan teori Marxisme jang mengadjarkan, bahwa kaum proletar tidak punja tanah-air (jang membikin mereka anti-nasional), dan bahwa agama itu hanja tjiptaan kaum bordjuis sadja guna menipu kaum proletar. Kata V an der Goes van Naters : „democratisch-socialisme menge- djar pengakuan Roch, kekuasaan kemanusiaan, kemerdekaan pribadi dan keadilan inasjarakat” (streeft naar erkenning van den Gcest. I heerschappij der humanileit, naar persoonlijke vrijheid en sociale gerechtigheid). Terangnja socialisme ini hendak melaksanakan keadilan masjarakat dalam negara jang democratis, djadi anti-dictatuur, dictatuur seperti komunisme di Rusia ; jang mengakui bahwa dalam hidup ini Rochlah jang terutama dan bukan Benda, seperti jang diadjarkan oleh histo- risch-mnterialisme M arx; jang mengutamakan kepentingan kemanu- , siaan umum dari pada kepentingan kaum buruh sadja ; jang memberi [ kemerdekaan seluas-luasnja tetapi teratur untuk mengeluarkan pikiran i dan kata, untuk memeluk agama, djadi tidak seperti keadaan di Rusia 1 atau Djerman ketika H itler; jang memberi kesempatan jang sama I kepada semua orang untuk mentjapai kemakmuran. Meskipun mengakui nilai-nilai susila dan roehani sebagai gaja pen­ dorong bagi kemadjuan perkembangan ummat manusia, tetapi sosia- , lisme ini tidak memakai peladjaran-peladjaran salah satu agama se­ bagai dasarnja seperti sosialisme agama. 13. Sosialisme Rentjana. Plan-socialisme ini jang timbul pada tahun 1930 adalah buah pikiran H . de M an. isinja bukan sadja hanja mau mendjadikan suatu rentjana saksama (plan) tentang perobahan-perobahan masjarakat jang dapat dilaksanakan dalam waktu singkat sebagai langkah permulaan menudju ke masjarakat sosialis, melainkan lebih dari pada itu. B anning mengatakan bahwa sosialisme ini meskipun banjak persamaannja dengan sosialisme2 jang lain, mengandung pikiran dan bentuk demokrasi dan sosialisme jang baru. Boleh dikatakan bahwa sosialisme rentjana ini lebih lengkap-dari pada sosialisme demokrat, karena tidak sadja mempunjai teori-teori peman­ dangan hidup seperti aliran jang achir itu, tetapi memadjukan pula rentjana njala (concreet). Plan-socialisme sebagai diuraikan oleh de M an adalah anti-Mar- xisme pula, oleh karena berpendapat bahwa gaja pendorong ke-
  • 20. madjuan kemanusiaan, ialah nilai-nilai rochani dan susila jang ber­ akar dalam agama. Walaupun dia sendiri seorang beragama, dia tidak mendorongkan peladjaran-peladjaran agama dalam sosialismenja. Teori klassenstrijd dipertahankannja, tetapi dasar pcrdjuangan itu bukan perebutan kekuasaan jang timbul karena pertentangan kepen­ tingan antara kaum modal dan kaum buruh, melainkan perasaan keadilan jang diadjarkan oleh agama. Menurut paham de Man orang beragama, dengan sendirinja mempunjai pemandangan hidup sosialistis (Air. Liihrs). Van der Goes van Naters mengatakan bahwa plan-socialisme ini dapat dianggap sebagai werkprogram di lapangan sosial dan ekonomi dari sosialisme demokrat, djadi hanja sebagai bagian dari padanja. Menurut pendapat saja, sebaliknja. Plan-socialisme seperti diadjarkan oleh de Man meliputi sosialisme demokrat. „Socialisme”, kata de Man, „is de sociale concretisering van een religieus gefudeerd humanisme”. Sosialisme adalah perwudjudan hu­ manisme jang berdasar agama dalam masjarakat, demikianlah paham- nja tentang sosialisme Humanisme (ja’ni aliran ilmijah pang meng­ anggap penjelidikan ilmu-pengetahuan Junani dan Roma purbakala sebagai dasar semua peradaban) jang berpondamen agama, mengam- dung arti bahwa rochlah jang utama dalam hidup, dan bahwa kemer­ dekaan rochani dan kenegaraan harus mendjadi tiang bangunan negara, seperti djuga tjita-tjita sosialisme demokrat. Disamping dasar rochani jang demikian itu plan-sosialisme memberi rentjana jang njata. Maka dari itu, sosialisme ini adalah lebih lengkap dari pada, democratisch socialisme. Rentjana jang disadjikan oleh de Man bagi Belgia ialah sebagai berikut. 1. Melaksanakan ekonomi tjampuran (gemengde volkshuis- houding), artinja bahwa sebagian dari perusahaan2 atau lembaga-lembaga ekonomi jang terpenting didjadikan milik negara, dan sebagian dibiarkan dimiliki orang2 partikelir 2. Diatur demikian, berarti bahwa ekonomi nasional disesuai­ kan dengan kepentingan umum, jang meluaskan pasar dalam negeri dan membrantas pengangguran; 3. Di lapangan politik, mengadakan perobahan negara dan susunan parlemen jang mendjamin demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial sedjati (Batming). 14. Somlisme Pribadi. Personalistisch socialisme, aliran jang mendjadi pembitjaraan sesudah perang dunia kedua, bermaksud — 18 — i
  • 21. m entjari bentuk sosialisme jang lebih lengkap dan lebih luas dalam pemandangan hidup dari pada sosialisme agama, sosialisme rentjana atau sosialisme demokrat. Personalisme bertudjuan mengembalikan pribadi manusia (de per- soon van de mens) kepada tempat dalam masjarakat dimana dia dapat imengembangkan bakatnja, kepribadiannja dengan bebas. Dalam masjarakat kapitalis, manusia jang berupa orang buruh di­ anggap sebagai barang dagangan sadja, jang kerdjanja dapat dibeli dan kerdja itu dihargai menurut perhitungan untung-rugi. Pribadi manusia tidak dapat berkembang menurut pembawaannja karena ter­ tekan oleh halangan-halangan jang dibuat oleh kaum modal. Baik M arxistis sosialisme maupun sosialisme2 kemudian, berdjoang pula untuk mengembalikan sifat kemanusiaan kepada kaum buruh. Tetapi pendirian dan usaha mereka terlalu sempit untuk merobah masjarakat sekarang ini mendjadi masjarakat sosialisme sedjati. Ter­ lalu sempit pendiriannja, karena mereka mengutamakan kepentingan kaum buruh sadja, sedang jang menderita dalam masjarakat kapitalis itu bukan golongan itu sadja, melainkan djuga golongan pekerdja jang lebih tinggi dan para pegawai negeri. Golongan ini pula, tidak bebas dari antjam an bahaja pengangguran. Terlalu sempit usahanja karena sosialisme2 itu mengutamakan perobahan politik, perobahan susunan negara, padahal sosialisme sedjati tidak akan tertjapai dengan usaha itu sadja. D jiw a m asjarakat kapitalis adalah individualistis, materialistis dan mechanis. Mechanis tidak sadja karena segala-segalanja dikerdjakan dengan mesin, tetapi karena di pabrik-pabrik dan diperusahaan2 rak- sara, para kaum buruh dan pekerdja tengahan tidak diberi turut tang­ gung djawab tentang keselamatan pabrik-pabrik dan perusahaan2 itu; mereka diperlakukan sebagai mesin jang harus bekerdja m enurut rentjana jang telah dipastikan oleh direksi, dan tidak usah turut memikirkan. Merobah djiw a jang demikian itu m endjadi djiw a jang sesuai de­ ngan masjarakat sosialis, tidak tjukup dengan perobahan politik sadja. Itu harus diusahakan oleh bagian kebudajaan. Kebudajaan dalam arti jang luas meliputi pendidikan dan agama, djadi bersangkut-paut dengan djiwa, dengan roch manusia. Bagian kebudajaan ini harus berusaha supaja djiw a masjarakat dididik me­ ninggalkan sifat-sifat m asjarakat kapitalis dan meresapkan sifa t-sifa t jan g perlu bagi masjarakat sosialis seperti perasaan tanggung djawab untuk keselamatan um um , perasaan kesatuan dalam masjarakat, meng- — 19 —
  • 22. — 20 — hargai, tinggi nilai-nilai susila dan rochani (zedelijke cn geestelykc waarden). Tnilah jang penting sekali untuk memberantas djnva kebendaan. Supaja pribadi dapat berkembang sebaik-baiknja, dia harus «Uberi tanggung djawab atau turut tanggung djawab dalam pabrik-pabrik, perusahaan2 atau lain-lain tempat dimanapun orang bekenija ala* keselamatan perusahaan2 itu semua. Kalau orang merasa menipunjai tanggung djawab, sudah barang tentu dia akan bekerdja sebaik2n ja ; kemauan memulai sesuatu pekerdjaan (initiatief) dan bekerdja untuk kesenangan diri sendiri (zelfwerkzaamheid) akan timbul dari padanja. Dengan pemandangan hidup dan dasar jang demikian itu luasnja, sosialisme pribadi ini dapat menarik orang-orang tidak sadja jang sudah berpartai, letapi djuga orang-orang jang belum berpartai bahkan orang-orang jang beragama, baik Katholik maupun Protestan. Di Negara Belanda orang2 jang mengikuti sosialisme ini, umumnja meng­ gabungkan diri dalam gerakan politik Partij van den Arbeid- Dalam bukunja jang telah disebut lebih dulu, (,,P>urgerlijk cn socia- listisch denken”), Liihrs menguraikan bentuk sosialisme baru jang dianggapnja sebagai sosialisme jang sempurna untuk waktu jang akan datang dan dinamakannja constructief atau synthese socialisme. Menurut pendapalnja sendiri, socialismc ini banjak persamaannja dengan sosialisme pribadi dan berpendapat bahwa nama ini kurang tepat karena tidak tergambar didalamnnja, banjaknja masalah2 jang terkandung dalam sosialisme pribadi itu. PERHUBUNGAN ANTARA KOM UNISM E DAN SOSIALISME. Tentang perhubungan antara dua kata ini dalam dunia ilmijah, ada tiga matjam pendapat. Perbedaan paham ini tidak menambah terang, melainkan sebaliknja menan^bah kusut tentang paham sosialisme. Jang pertama mengatakan bahwa antara dua kata itu tidak ada bedanja; komunisme dan sosialisme sama sadja (George Adler). Pendapat jang kedua mengatakan bahwa sosialisme lebih luas dari pada komunisme; sosialisme sebagai nama kumpulan (verzamelnaam) meliputi komunisme sebagai nama djenis (soortnaan-0. Pendapat jang ketiga adalah jang sebaliknja dari pada jang kedua. Komunismelah jang nama kumpulan d.an sosialisme nama djenis. Prof. Diepenhorst menjetudjui pendapat ini.
  • 23. — 21. — D itindjau dari sudut ilmu bahasa dan sedjarah, memang komunisme paham iang lebih luas. Ivata bahasa Datin „communis” berarti cljug'a ..algemeen” . Tjita-tjita milik bersama sedjak dulu kala selalu diga­ bungkan dengan kata komunisme. ^ Jang dinamakan komunisme ialah suatu peraturan ekonomi jang hendak menghapuskan milik perseorangan (particulière eigendom t dan hendak menggantinja dengan peraturan m ilik bersama. Matjam- nja barang-barang iang hendak dimiliki bersama itu berbeda-beda. jang satu minta lebih banjak dari pada iang lain. Sosialisme adalah bagian dari pada komunisme, karena jang hendak dimiliki bersama itu hanja beberapa matjam barang sadja, meskipun .iang penting sekali ialah alat:alat produksi.. Dan milik bersama ini supaja dilakukan oleh negara jang diserahi pula mengatur produksi *). Boleh dikatakan bahwa komunisme itxi langkah jang lebih djauh atau tingkat lebih tinggi dari pada sosialisme. Demikianlah perbedaan2 jang dibuat dalam teori-teori ilmijah. Di negara iang m em fi’ilkan peladjaran-peladjaran K arl M arx, ja ’ni Rusia, perbedaan paham ini djuga digunakan. M enurut kata S talin ketika dia memberi pendjelasan pada undang-undang-dasar Sovjel baru pada tahun 1936, masjarakat Sovjet sekarang sudah melaksanakan sebagian besar sosialisme, jang oleh kaum M arxis di­ namakan fase jang pertama atau jang paling bawah dari pada komu­ nisme. Dalam fase ini iang mendjadi asas (grondbeginsel) ialah. ..tiap-tiap warga negara harus bekerdja menurut kepandaiannja, dan tiap-tiap warga negara harus diberi pembagian menurut k erdjanja”. M asjarakat Sovjet belum m enljapai penglaksanaan fase komunisme jang lebih tinggi dimana jang mendjadi asas ,,tiap-tiap warga negara harus bekerdja menurut kepandaiannja dan tiap-tiap warga negara harus diberi pembagian menurut keperluannja”. Djadi djelasnja ialah bahwa menurut paham Stalin, sosialisme itu komunisme dalam tingkat pertama dan tingkat ini akan naik ketingkat komunisme apabila produksi negara sudah demikian besarnja sehingga dapat, memenuhi keinginan semua warga negara menurut keperluannja. Rusia dinamakan negara komunis bukan karena tjita-tjita komu- *) Definisi komunisme dan sosialisme seperti ini, memang suatu definisi jang untuk mudalinja biasanja diberikan, tetapi kita sudah talni dari uraian- uraian dimuka, bahwa sebenarnja tidak gampang untuk menentukan apakah artinja sosialisme itu.
  • 24. — 22 — nisme sudah terlaksana disana, akan tetapi oleh sebab negara itu dikuasai oleh Partai Komunis jang dewasa ini lagi dapat mewudjud- kan sosialisme. Kalau kita melihat peta dunia sekarang dan nampak kepada kita bahwa Rusia dan Eropa timur dikuasai oleh ideologi Marx, sedang Rusia adalah kekuasaan dunia jang kedua, dan sekarang Tiongkok pula dikuasai oleh ideologi tersebut, maka teranglah bahwa diantara 14 matjam sosialisme itu jang terpenting ialah Marxistis atau wetenschappelijk sosialisme jang kemudian mendjadi djiwanja komunisme Rusia.
  • 25. BAB m . S O S IA L IS M E IL M IJA H . SE B A G A I telah diberitahukan dalam Pendahuluan, aliran-aliran sosialisme dapat dibagi dalam dua bagian besar, ja ’ni sosia­ lism e M arx dan sosialisme bukan M arx. Sosialism e M arx dewasa ini m endjelm a dalam kom unism e. K om unism e pada hakekatnja tidak lain dari pada M arxism e ditam bah dengan teori-teori dan praktek Lenin dan Stalin. Benteng dari pada kom unism e ialah Sovjet Rusia. D ilu a r Rusia, partai-partai kom unis m enguasai negara-negara E ropa tim u r dan T iongkok. S elandjutnja ham pir di tiap-tiap negara lain nja diseluruh dunia ada partai-partai k o ­ m unis ja n g sekarang m asih m erupakan golongan ja n g belum berkuasa. D engan m enangnja M ao Tse T ung di T iongkok, bukan lagi 1/6 dari seluruh u m m at m anusia dikuasai oleh ideo­ logi ini, seperti dikatakan oleh Prof. B anning atau H e w le tt Jo h n ­ son („Socialism e in het zesde deel der w ereld”, 1946), m elainkan m un g k in sekali atau lebih. M elihat keadaan dem ikian itu, m aka njatalah bahw a diantara m atjam - m atjam sosialisme, ja n g m aha penting ialah sosialisme, ilm ijah atau M arxism e. P entjipta sosialisme ini ialah K a ri M arx , dibantu oleh sahabat karibnja, Friedrich Engels. Maka- n ia M arxism e itu dinam akan w etenschappelijk socialisme, karena M arx m enganggap sosialisme Saint-Sim on, Fourier, O w en dan F roudhon sebagai sosialisme ja n g berdasar atas angan-angan kosong, atas utopie sadja. Sekarang ia hendak m enjusun teori2 sosialisme baru ja n g berdasar atas penjelidikan dan kupasan w etenschappelijk. D ia hendak m em buktikan, bahw a m enurut pe­ njelidikan ilm ijah, sosialisme, tidak boleh tidak pasti akan datang sesudah kapitalism e m ati. Peladjaran M arx mem punjai dua bagian: filsafat dan ekonomi. Filsafatnja m engadjarkan tiga soal : 1. historische m aterialism e, 2. perdjoangan kelas, 3. negara. D alam bagian ekonom i dibentangkan lim a soal : 1. teori nilai lebih (m eerw aarde theorie),
  • 26. — 24 — 2. teori pemusatan (concentratie theorie), 3. teori penumpukan (accumulatie theorie), 4. teori mcndjadi-miskin (verarmingstheorie), 5. teori krisis. HISTORISCH-MATERIALISME. Apakah jang dinamakan historisch-materialisme atau „materia­ listische geschiedenis-beschouwing” itu. Nama ini jang memberi­ kan Engets dan mengadjarkan bahwa dalam sedjarah manusia, jang menentukan segala-galanja dalam hidup ialah tjara pem­ buatan barang-barang keperluan hidup, atau lebih terang, keadaan keadaan ekonomi, dan bahwa hasil-hasil rochani seperti politik, hukum, filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, adalah ketumbuhan (uitvloeisel) dari pada keadaan itu. Dalam kata Marx jang masjhur: „Tjara pembuatan barang-barang untuk keperluan hi­ dup, itulah jang pada halceliatnja selalu menentukan kebullTpan . sosial, politik dan rochani. Bukan kesadaran dari manusia jang menentukan keadaan mereka, melainkan sebaliknja, keadaan masjarakatlah jang menentukan kesadaran mereka itu”. (Do productiewijze van het materiele leven bepaalt het sociale, poli- tieke en geestelijke levensproces in wezen altijd. Het is nict het beustzijn der mensen dat hun zijn. rnaar omgekeerd, hun maat- schappelijk zijn. dat hun bewustzijn bepaalt). Keadaan ekonomi itu oleh Mavx dinamakan lapisan bawab_ (onderbouw) dan hasil-hasil rochani. lapisan atas (bovenbouw) dari masjarakat. _ Keadaan ekonomi pada suatu masa menentukan tjorak politik, ilmu pengetahuan dan setentsnja untuk masa itu. Apabila keadaan ekonomi berobah, berobahlah pula pendapat umum tentang po­ litik, ilmu pengetahuan dan seterusnja. Djadi menurut peladjaran ini, keadaan benda menentukan keadaan rochani, atau dengan perkataan lain, di dunia ini benda (materie) lebih utama darTpaHä roch (gecsl) TTTbawah ini beberapa tjonto jang diambilnja dari buku prof. Diepenhorst. Peraturan monogamie, bukan berasal dari agama Kristen, melainkan dari keinginan manusia untuk mendjaga su­ paja keamanannja djangan kutjar-katjir habis terbagi diantara alili warisnja. Orang jang beristeri seorang, sudah barang tentu lebih sedikit turunannja dari pada orang jang berpolygamie. Peraturan jang mula-mula terdjadi oleh karena urusan ekonomi, lama kelamaan mendjadi peraturan kebiasaan jang lupa hubung- annja dengan soal ekonomi.
  • 27. — 25 — Peladjaran-peladjaran agam a asal m ulanja djuga dari keadaan ekonom i, seperti peladjaran takdir (voorbeschikking) dalam Cal- vinisme. K etika Calvijn m enjiar-njiarkan agam anja, terdjadi di Eropa barat perobahan hebat tentang tjara pembuatan barang- barang (productiew ijze). .Productiew ijze baru ini, bersama-sama dengan kedjadian-kedjadian lain, menjebabkan tim bulnja krisis- krisis ja n g m em buat segolongan orang dari kaja selconjong- konjong m endjadi m iskin, atau sebaliknja. K arena sardjana2 ekonom i ketika itu, belum dapat m engetahui seluk beluknja m a­ salah krisis, m aka untuk m enenteram kan pikiran orang- dimasa itu, Calvijn m engadjarkan bahwa Tuhan jang M aha K uasa dapat m em astikan sekehendak hatiN ja orang2 m ana jan g harus m en­ djadi kaja dan m ana jan g harus m endjadi m iskin. Pun agam a seluruhnja, asalnja dari kebodohan m anusia ten­ tan g hukum -hukum alam dan ekonomi. D ahulu kala, ketika penghidupan m anusia masih tergantung sekali pada pertanian, m aka njatalah bahwa penghasilan usahanja dipengaruhi sangat oleh kekuatan-kekuatan alam , jan g m anusia tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnja. Supaja manusia djangan terlalu banjalc da­ pat gangguan-gangguan dari kekuatan-kekuatan gaib itu, lalu m ereka dipudja-pudja sebagai dewa-dewa. K em udian, sesudah m anusia m entjapai tingkat jang lebih tinggi dalam tjara pro- duksinja, tim bul lagi lain-lain m atjam m alapetaka seperti krisis^ dan akibat-akibat dari padanja, jan g orang tidak tahu asal m u ­ lanja. Terpaksa m anusia mengam bil kesim pulan lagi bahw a sudah barang tentu ada suatu Tuhan jang m enguasai seluruh hidupnja. M em bunuh orang sekarang dipandang sebagai kedjahatan jang berat. Tetapi ada suatu masa dim ana perbuatan dem ikian diang­ gap bukan apa-apa. Zam an dahulu ketika m anusia m asih hidup dalam suku-suku jan g m engembara, orang-orang tua jan g sudah tidak dapat berdjalan lagi, dibunuh dan dim akan sadja supaja djangan m endjadi beban. K em udian, sesudah m anusia m entjapai tin g k a t tjara produksi jan g lebih tin ggi sehingga mereka tidak usah m engem bara untuk m entjari rezeki, m aka orang- orang tua tidak m endjadi beban lagi. M alahan ada m anfa’atnja kalau m ereka itu dipelihara supaja dapat m em bantu dalam produksi dengan pengalam annja jang sudah banjak. D ari tjontoh ini ter- njatalah bahw a ukuran susila atau tidak susila, tergantung dari pada keadaan ekonom i pada suatu zam an, dem ikianlah kata teori ini.
  • 28. Marx sendiri menggunakan istilah „dialectisch materialisme^, sebagai lawan dari pada teori Hegel, „dialectisch idealisme”. Dalam salah satu tulisan jang ditudjukan kepada Hegel, Marx berkata: „Terima kasih, tu a n 'telah berbuat lebih dari pada para tilosoof sebelum tuan. Tuan telah memberikan kuntji kepada kami — ja’ni dialectiek — tetapi tuan mentjoba terbalik untuk memasukkannja kedalam ibu kuntji. Kasihkanlah kepada kami kuntji itu.......... tjepat! Lihatlah, balikkanlah dialectisch idealisme tuan mendjadi dialectisch materialisme dan terbukalah ibu kuntji”. (A. Miller, „De Christelijke betekenis van Karl Marx”, 1946). Marx seperti Hegel, berpendapat djuga bahwa dunia berkem­ bang menurut hukum dialectiek, tetapi jang mendjadi tenaga pendorong perkembangan itu bukan roch dunia (wereldgeest), melainkan benda (stof, materie). Tetapi paham Marx tentang materialisme ini lain dari pada materialisme dalam metafysika. Materialisme metafysika mengadjarkan bahwa semua keadaan dan kedjadian dalam dunia ini, asalnja dar.i benda (materie) jang senantiasa bergerak dan memungkiri adanja hidup, roch dan akal tersendiri. Bagi Marx barang-barang gaib ini ada, walaupun di­ bawakan oleh benda. Dan maksudnja dengan istilah materialisme itu, sebenarnja tidak lain dari pada „ekonomi” (Bertrand Rassel, Geschiedenis der Westerse Filosofie , 1948). Maka dari tiu, materialisme Marx tidak begitu luas dan kasar seperti metafysis.ch materialisme. Apakah hubungannja paham historisch materialisme dan <Jia- lectisch materialisme ? Menurut keterangan Stalin, historisch materialisme adalah pemakaian asas-asas dialectisch materialisme dalanj mempela- djari masjarakat dan sedjarahnja (Historical materialism is application of the principles of dialectical materialism to the studv of society and its history. „Problems on Lcninism”, 1943) Teori dialectiek, Marx memindjamnja dari Hegel. Asalnja dari kata dialego dan artinja, bertjakap-tjakap, berdebat, dengan maksud mentjari kebenaran. Seorang mengemukakan pendapatnja (these), jang menimbulkan pendapat orang, lain jang berlawanan (antithese). Dari bentrokan antara dua pendapat ini, lahir pen­ dapat ketiga (synthese) jang lebih sempurna. Hegel mengadjar­ kan bahwa baik dalam alam, maupun dalam sedjarah manusia, perkembangan terdjadi menurut hukum dialectiek ini. Sedjarah berdjalan madju terus melalui rangkaian bentrokan dan peria-
  • 29. — 27 — w anan antara satu bangsa dengan lain bangsa, .iang tiap-tiap kali m enim bulkan tin gk at ja n g lebih tinggi. Teori dialectiek ini dipakai oleh M arx untuk m enerangkan setjara wetenschappelijk, bahw a m asjarakat sosialis pasti akan datang. D alam teori H egel, anasir-anasir ja n g berbentrok dalam sedjarah m anusia ialah suatu bangsa m elaw an lain bangsa. Oleh M arx anasir „bangsa” diganti dengan anasir „kelas”. Kelas k a ­ pitalis (these) dengan sendirinja m enim bulkan law annja, ja ’ni kelas proletar (antithese). D ari bentrokan antara dua tenaga ini akan tim bul susunan m asjarakat baru jan g lebih sempurna (synthese), ialah m asjarakat sosialis. B arang jan g baru hanja dapat lahir, kalau ja n g lam a sudah hantjur. M aka dari itu, sjarat datangnja m asjarakat sosialis, ialah hantjurnja m asjarakat ka­ pitalis. T entang sifatnja historisch m aterialism e ini ada perselisihan paham . A pakah ini harus dianggap sebagai peladjaran filsafat atau sosiologi. K alau dia m engadjarkan bahw a roch (geest) adalah hasil (product) dari pada keadaan ekonom i, atau dengan lain perkataan, bahw a benda m enghasilkan, m en tjiptakan roch, m aka historisch m aterialism e itu tidak lain dari pada m etafysisch ma terialism e ja n g m engadjarkan itu djuga. K alau dia m engadjarkan bahw a keadaan m asjarakat atau keadaan ekonom i m em pengaruhi roch, m em pengaruhi pem andangan hidup, m aka historisch m ate­ rialism e dapat diterim a sebagai peladjaran sosiologi, karena ilm u pengetahuan ini m em peladjari tjara-tjaranja m anusia hidup dalam m asjarakat, dan hal apakah ja n g dapat m em pengaruhi perbuatan dan p ikiran m anusia. B erh ub un g dengan serangan-serangan dari pihak lawan-lawan M arxism e, ja n g m engatakan bahw a historisch m aterialism e itu pada hakekatn ja sama sadja dengan m etafysisch m aterialism e, sedang filsafat ini sekarang sudah tidak berlaku lagi, m aka d i­ antara pem eluk-pem eluk M arxism e sudah barang tentu ada jan g m em bela peladjaran ini, antara lain D r. H . G orter. D ia hendak m entjoba m em beri pendjelasan bahw a antara „historisch m ate­ rialism e” dan „w ijsgerig atau m etaphysisch m aterialism e” ada perbedaan besar, akan tetapi m enurut kupasan L ührs, dia tidak berhasil m em buktikan tudjuan nja, karena G orter dengan tidak sadar djuga rnasih m engatakan bahw a keadaan kebendaan m asja­ rak at (het stoffelijk m aatschappelijk zijn) m enentukan roc^i, bahw a roch adalah telor dari pada benda.
  • 30. — 28 — Kebanjakan sardjana berpendapat bahwa, meskipun historisch materialisme dan metafysisch materialisme tidak sama, tetapi djaraknjapun diantara dua itu tidak djauli. Walaupun paham Marx tentang materialisme tidak sama dengan Feuerbach, tetapi Marx dan Engels dipengaruhi sangat oleh filsafatnja. Akan (etapi, sekalipun, tidak dapat menerima teori historisch materia­ lisme, dunia ilmu pengetahuan sekarang mengakui penuh bahwa keadaan ekonomi memang dapat mempengaruhi keadaan rocli, keadaan djiwa manusia. Dewasa ini jang masih pertjaja penuh akan kebenaran dia- lectisch materialisme ialah partai-partai komunis di seluruh dunia. Di Rusia dimana partai komunis menguasai negara, doctorine ini mendjadi kepertjajaan resmi jang tidak boleh dibantah orang. Dari uraian isinja peladjaran historisch materialisme diatas, lernjata bahwa dia îvTgrrrprmjaT dua tanda djelas. Pertama~,~cfia mengutamakan kebendaan, ciàn mënjangfcaT'àdanja hais rochani sebagai perwudjudan sendiri. K edua, dia menjangkal adanja ke­ benaran-kebenaran abadi, menjangkal adanja ukuran-ukuran su­ sila jang sepandjang masa tidak berobah-robah. Historisch materialisme adalah tulang punggung Marxisme. Seperti dikatakan oleh Bernstein. Dengan dia djatuh dan berdirilah peladjaran Marxisme” (Met haar staat en valt het Marxistisch beginsel). * PERDJOANGANKELAS. Jang dinamakan kelas ialah suatu golongan dalam masjarakat jang dalam djalannja produksi mempunjai kepentingan jang sama, seperti kaum modal, kaum pemilik tanah dan kaum buruh. Teori ini rapat sekali hubungannja dengan teori historisch materialis­ me. Dasar dari pada dua-dua teori ini tertjantum dalam „Com- munistisch Manifest”. Marx mengadjarkan bahwa sedjak dahulu kala, dalam ma­ sjarakat selalu ada perdjoangan kelas, perdjoangan antara go­ longan jang menindas dan golongan jang tertindas. Zaman seka­ rang kedua golongan itu terdiri dari kaum modal dan kaum buruh. Perdjoangan kelas ini, tidak akan berlangsung terus menerus, melainkan akan habis sesudah revolusi jang alcan terdjadi, ja’ni revolusi proletar, jang akan menghapuskan kelas kaum modal,
  • 31. — 29 — sehingga terw udiudlali nanti m asjarakat jang tidak berkelas, ia­ lah m asjarakat sosialis. M enurut perhitungan berdasar atas hukum -hukum ekonom i, m asjarakat itu pasti akan datang, dan kedatangan ini dapat dipertjepat apabila kaum proletar m enjusun diri dalam susunan politik. M akin tadjam pertentangan kelas2 ini, m akin lekas petjahnja revolusi dan m akin lekas pula da- tangnja sorga dunia itu. B anning m eniim pulkan peladjaran perdjoangan kelas M arx ini seUagai berikut :~~1. perdjoangan kelas pasti akan lneTaTuflvan produksi sosialistis, artinja produksi dim ana alat-alat produksi dim iliki oleh m asjarakat dan 'didjalankannja untuk kepentingan m a sja ra k a t; 2. pertentangan kepentingan antara kelas bordjuis dan kelas proletar adalah urusan jang djauh lebih berarti dari pada semua urusan jan g ada dalam m a sja ra k a t: 3. paham tentang kesusilaan dan hukum , tergantung dari pada kelas: m asksudnja. orang-orang jan g sekarang kebetulan term asuk golongan bor­ djuis, m enganggap barang sesuatu sebagai susila (zedelijk), atau adil sedang nanti kalau mereka itu djatuh dalam kalangan prole­ tar, paham nja tentang barang jan g sama itu, mencljadi sebalikuja ; 4. perdjoangan kelas adalah m otor kem adjuan sedjarah. N E G A R A . D alam karangan „Staat en revolutie” (1917), dari Lenin, kita bisa m engetahui teori M arx tentang negara jang' didjelas- kan oleh Engel3. ^egai~a~(adalah hasil dari m asjarakat pada suatu tin gkat p erk em bangan. Hasil dari pada pertentangan antara kelas ekonom i jan g satu m elawan kelas ekonom i jan g lain. Kelas ja n g m enang, ja ’ni kelas jan g bermodal lalu m entjiptakan suatu kekuasaan diatas m asjarakat, untuk menindas terus kelas ja n g kalah. Pertentangan kelas ini tidak m ungkin didam aikan, sebab kalau itu m ungkin sudah barang tentu tidak perlu ada negara jang sampai sekarang m asih hidup terus. M aka dari itu, nanti kalau pertentangan kelas sudah tidak ada lagi, sesudah bordjuis dibinasakan oleh kaum proletar, negara djuga tidak perlu lagi. A pabila sesudah revolusi nanti kaum proletar m enguasai ne­ gara, m ereka akan m engganti negara bordjuis dengan negara proletar. M enggantinja itu akan m akan tempo. D alam peralihan itu perlu diadakan „diktatur proletar”, un tu k m endjaga supaja kaum bordjuis djangan bisa berkuasa lagi. S elandjutnja tugas dik tatur ini, m enjita alat-alat produksi partikelir un tu k didjadi- kan m ilik negara dan berusaha m enghilangkan pertentangan
  • 32. — 30 — kelas. Makin hilang pertentangan kelas ini, makin kurang negara terpaksa bertindak. Pemerintah untuk memerintah orang-orang, berobah mendjadi pengurus untuk mengurus barang-barang dan memimpin produksi. Negara meninggal (de Staat sterft af) De­ ngan meninggalnja negara itu, tidak berarti bahwa kemudian tidak perlu ada badan berkuasa (overheid) jang mempunjai ke­ kuasaan membuat undang-undang dan memerintah. Itu masih perlu, hanja sifatnja lain dari pada negara sekarang. Dari lima teori ekonomi tersebut diatas, jang ampat dapat di- djadikan satu mendjadi „ineenstortingstheorie” (Zusamcnbruchs- theorie), ja’ni concentratie-, accumulatie-, verarmings- dan crisis- theorie. Dengan teori-teori ini Marx hendak membuktikan bahwa kedatangan masjarakat sosialis tidak dapat dielakkan. Meerwaardetheorie, teori nilai-lebih, mempunjai arti jang ter­ sendiri. bersama-sama dengan teori historisch-materialisme, dia tiang dasar Marxisme. Maksud jang pertama-tama dari teori ini, ialah mendjelaskan bahwa~aalam masjarakat /kapitalis] kaum buruh diperas oleh kaum kapitalis (uitbuitingstheorieX Teori ini mengatakan bahwa tenaga kerdja si buruh jang dibeli oleh si ma- djikan dengan uang jang namanja upah, menghasilkan lebih ba- njak nilai dari pada upah tadi. Kalau seorang buruh dapat menghasilkan barang seharga f S.— sehari dan madjikan memba- jarnja upah f 10.— . maka nilai lebih jang dihasilkan oleh si buruh ialah f 5.— sehari. Makin lama si madjikan dapat mempeker- diakan si buruh dengan upah jang tetap, makin besarlah nilai lebih jang didapatnja oleh si madjikan. „Dalam nilai lebih inilah ietaknja segala keuntungan modal, tetapi djuga. segala keseng­ saraan dan kedjahatan”, kata Marx. Karena kapital itu oleh kapitalis hanja dipergunakan untuk produksi kalau menghasilkan nilai lebih, maka sifat kapital itu ialah memeras, seperti binatang buas jang tidak mempunjai perasaan. Inilah „rahasianja masja­ rakat kapitalis". Teori pemusatan mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan jang besar-besar memusatkan diri dalam gabungan-gabungan jang lebih besar (concerns). Perusahaan-perusahaan tengahan dan perusahaan-perusahaan ketjil makin lama akan hilang, mati terdjepit oleh perusahaan-perusahaan raksasa itu, dan achirnja jang punja djuga mendjadi kaum buruh. Teori penumpukan mengadjarkan bahwa kapital makin lama makin menumpuk dalam tangan orang sedikit, tetapi jang mem-
  • 33. — 31 — punjai kekuasaan besar. K aum kapitalis ketjil m akin lama m akin hilang- djugfa dan achirnja mendjadi kaum proletar ¡^ula. D engan kedjadian-kedjadian jang- demikian itu, kaum kapitalis m endjadi kaja terus-menerus, sedang- kaum buruh mendjadi seng­ sara, m endjadi melarat. Inilah jang dinamakan „teori mendiadi- m iskin” atau ,,verarmingstheorie” atau biasanja disebut dengan perkataan D jerm an : Verelendungstheorie. Kaum buruh mendjadi ,,proletariaal” artinja begitu miskin sehingga mereka tidak mem- punjai apa-apa lagi, ketjuali „proles” mereka (kata bahasa Datin,. iang artinja : turunan). D alam m asjarakat kapitalis, orang membuat barang semau- m aunja, tidak teratur, sehingga katjau-balau, anarchistisch. Persaingan meradjalela. Supaja mendapat untung sebaniak- banjaknja, kaum pengusaha berusaha terus untuk menjempurna- kan dan memperbesar produksinja. Tahu-tahu disemua pasar sudah kebanjakan barang-barang, sehingga tidak dapat didjual. Terdjadilah krisis, sebab pabrik-pabrik terpaksa mengurangi pe- kerdjaan, dan memberentikan buruhnja. Perusahaan-perusahaan iang tidak kuat, djatuh failliet. Pemberentian kerdja pabrik2 itu berlangsung terus, sampai barang-barang jang kebanjakan tadi terdjual habis. Baru hidup ekonomi dapat mulai biasa lagi, te­ tapi kedjadian-kedjadian seperti sebelum krisis diulangi, sehingga lam a kelam aan timbul lagi krisis dan begitu seterusnja. D alam pada itu, barisan kaum proletar makin lama makin me­ luas, m akin kuat dalam organisasinja, sehingga akan sampailah sa’atnja jan g mereka sudah tjukup kuat untuk merebut kekuasaan dari kaum kapital : revolusi proletar petjah. Tidak dapat dim ungkiri, bahwa K arl M arx adalah salah satu djiw a jang- terbesar dalam sedjarah. Usaha-usaha lawan M arx untuk m em perketjil arti dan djasanja, tidak dapat menghapuskan pengaruhnja dalam djalan sedjarah manusia. Bertrand R us­ sell, seorangf failasuf Inggris terkemuka dewrasa ini, berkata bahw a dia „meer dan iemand anders heeft gedaan om de krach- tige bew eging in het leven te roepen, die door haar aantrekkings- kracht en haar afstotende kracht de jongste gesehiedenis van Europa heeft beheerst”. D ia meng-akui, bahwa teori historisch-materialisme, meskipun dia tidak dapat m enerim anja seperti jang diadjarkan oleh M arx, mempeng-aruhi djuga pandangannja terhadap djalannja perkem ­ bangan filsafat.
  • 34. — 32 — Memang benar bahwa tidak semua teori-teori Marx itu betul, tetapi a d a bagian-bagian jang tepat sekali seperti teori jang me­ ngatakan bahwa krisis itu tidak dapat terlepas dari pada tjara produksi kapitalisitis dan teori bahwa kapitalisme itu menimbul­ kan kolonialisme. Maka mudah dimeng]^ti_bahw.a. teori-teori ini dapat mengetarkan djiwtrternj^k^sekali kaum buruh dan sebagian bangsa-'Bângaâ^jâS^âfiân. '— Marxisme mempunjai gaja jang sangat menarik, kata Ban- ning, karena dia adalah peladjaran bahagia (heilsleer), pela- djaran iang mendjadikan kepada kaum tertindas kebebasan dari penindasan kaum kapitalis, dan jang diwedjangkannja setjara ilmijah. Mudah dimengerti pula, bahwa gambaran masjarakat sosialis dapat membangunkan semangat berdjoang dan berkorban pada kaum buruh. Masjarakat itu „klassenloos, democratisch en internationaal”. Klassenloos, tidak akan ada kelas lagi jang me­ miliki alat-alat produksi, jang memeras kaum buruh : democra­ tisch tidak sadja dalam soal politik, melainkan djuga dalam soal sosial dan ekonomi. Negara, artinja kekuasaan jang dengan menggunakan polisi, tentara dan pendjara untuk mempertahan­ kan kedudukan kaum bordjuis, tidak akan perlu lagi. Bagi kaum Marxis, masjarakat sosialis iang tidak berkelas itu, adalah „chiliasme”nja, kata Dr. L. J. Zimmerman („Geschie- denis van het economisch denken” 1947). Chiliasme, ialah keper- tjajaan orang-orang barat', bahwa Nabi Isa pada suatu ketika akan turun didunia untuk mendirikan negara bahagia selama seribu tahun, dan chiliasme inilah jang tiap-tiap kali mendorong orang-orang bertindak apabila dalam masjarakat timbul pikiran- pikiran revolusioner politik maupun sosial. Oleh Marx chiliasme ini diramalkan setjara wetenschappelijk. Itulah sebabnja Marxis­ me dapat menarik kuat bagian masjarakat jang sengsara. Tetapi sebaliknja, teori perdjoangan kelas jang membakar rasa kebentjian kaum proletar terhadap kaum bordjuis, teori tentang âgâtna dâti kesusilaan (moraliteit) jang dapat merusakkan ke­ susilaan manusia, menimbalkan perasaan menolak.
  • 35. B A B IV K O M U N I S M E . lU ffE N D JE L A N G achir abad ke 19, Partai Buruh Sosial Demokrat l ” Rusia, retak mendjadi dua ‘aliran, jaitu aliran revisionis jang hendak mewudjudkan tjita-tjita sosialis dengan pelan-pelan, dan aliran radikal jang hendak mentjapai maksud itu dengan djalan kekerasan, cljalan revolusi. A liran ini dipimpin oleh Lenin. D i konggres Partai ini di Londen dalam tahun 1903, dua aliran tadi bentrokan hebat; Lenin ternjata mempunjai pengikut jang ter- banjak. Sedjak itu timbul partai Bolsjew iki jang artinja partai jang terbanjak, dan partai M ensjew iki jang artinja partai jang tersedikit. Partai ini kemudian dipimpin oleh Kerensky. Ketegangan antara dua partai ini makin lama makin keras' dan mentjapai puntjaknja ketika perang dunia pertama petjah. Partai Mensjewiki menghendaki melawan Djerman jang katanja hendak m endjadjah bangsa Rusia, tetapi partai Bolsjewiki menolak ikut perang, karena berpendapat bahwa peperangan itu sebetulnja pepe­ rangan untuk kepentingan imperialis. Dari pada membantu pemerintah dalam peperangan ini, lebih baik kesempatan ini dipergunakan untuk memulai revolusi proletar. Memang ini salah satu peladjaran Lenin jang penting, ialah bahwa ,,peperangan imperialis ini oleh kaum sosialis di tiap2 negara harus dibalikkan mendjadi peperangan saudara’7 melawan kaum bordjuis, supaja dapat terdjadi revolusi dunia proletar. Dalam bulan Maret 1917, revolusi di Rusia petjah; pemerintah Tsar dihapuskan dan diganti oleh pemerintah rakjat jang dipimpin oleh Kerensky. Lenin tidak puas dengan politik Kerensky ini, karena masih m au meneruskan peperangan melawan Djerman, dan karena itu dianggapnja sebagai kaki tangan kaum bordjuis. Maka dari itu, dia lalu menjusun siasat baru dimana antara lain diputuskan bahwa semua kekuasaan harus berada dalam tangan madjelis2 buruh dan pradjurit (Sovjet) dan bahwa Partai Sosial Demokrat jg sudah ber­ noda itu harus diganti dengan partai baru, jaitu Partai Komunis, dan Partai Komunis ini tidak lain dari pada Partai Bolsjewiki, Partainja Lenin. Kalau dulu M arx menamakan gerakannja, gerakan komunis, untuk .membedakan dari pada gerakan kaum sosialis chajali jang dianggap-
  • 36. — 34 — nja sebagai gerakan kaum bordjuis, sedang gèrakan dia adalah gerakan , kaum buruh, maka sekarang Lenin menamakan partainja, Partai Komunis, untuk membedakan dari pada Partai Buruh Sosial Demokrat ' jang Marxistis pula, tetapi jang dianggapnja sudah berchianat kepada ! peladjaran2 Marx tulen. Oleh para penulis tentang sosialisme, Marxisme dimasukkan golo- j ngan sosialisme, sedang mereka menamakan komunisme, ialah gerakan jang ditjiptakan oleh Lenin- Memang benar dia berdiri atas dasar ' Marxisme tulen, tetapi ditambah, diperdalam dengan teori-teorinja sendiri, teori-teori jang dipraktekkan pula. Dalam beberapa hal dia | menjimpang dari teori Marx. * ' Lenin jakin bahwa peladjaran-peladjaran Marx jkng tulen dapat dilaksanakan. Maka dari itu dia bersembojan, „balik kepada djiwa revolusioner Marx”. Anasir-anasir jang pokok dalam Marxisme di­ pertahankan, seperti historisch materialisme dan dialectisch materia­ lisme, perdjoangan kelas, teori negara, diktatur proletar, masjarakat sosialis jang tidak berkelas, paham agama dan kesusilaan. Menjimpang dari peladjaran Marx ialah, bahwa dia berpendapat bahwa sosialisme dapat djuga dilaksanakan di Rusia, meskipun masih negara pertanian, sedang menurut Marx, saat pergantian mendjadi masjarakat sosialis itu baru sampai, kalau sesuatu negara sudah men- tjapai tingkat perindustrian tinggi, dimana pertentangan antara kaum bordjuis dan proletar sudah tegang sekali. Tetapi Lenin kata, bahwa sjarat itu tidak mutlak ; asal keadaan politik revolusioner, (politiek- revolutionaire situatie), dalam negara itu dipergunakan dengan tepat, maka dalam negara itu dapat djuga dilaksanakan sosialisme, walaupun keadaan industri masih terbelakang. Dan lagi revolusi untuk meroboh­ kan masjarakat bordjuis itu harus dipimpin oleh „kohorte besi’ . Tjzeren cohorte ini ialah barisan „beroepsrevolutionairen”, jaitu orang-orang jang sengadja bekerdja, berdjoang untuk kepentingan • revolusi. Mereka itu orang-orang berani, tangkas, tjerdik dan ahli d;dam menjelundupi peraturan-peraturan negara. Djumlahnja tidak ] usah banjak2, tetapi mereka bertugas untuk membawa sebanjak2nja pelbag'ai golongan masjarakat dalam revolusi, dengan djalan bekerdja diantara organisasi2 kaum buruh, sarekat2 sekerdja, tentara darat dan tentara laut, dll. Stalin adalah salah satu anggauta dari pada kohorte besi ini ketika masih mudanja. Dalam sebuah buku ketjil jang ditulis- nja dalam tahun 1902 bertitel „Apakah jang sekarang harus di per­ buat”, Lenin berkata, „Kasihlah kami suatu organisasi orang2 revo­ lusioner, nanti kami akan robohkan Rusia”.
  • 37. — 35 — Terhadap soal diktatur proletar, Lenin djuga menjimpang dari pe­ ladjaran M arx. M enurut teori M arx, diktatur proletar ini, diktatur jang terdiri dari golongan jang terbanjak, jaitu kaum proletar, atas nama golongan jang terbanjak, jaitu kaum proletar. Sebab revolusi dapat dimulai, karena kaum proletar sudah merupakan golongan jang paling terbanjak dalam masjarakat, djadi golongan jang sangat kuat. Ini.m enurut dugaan (hypothese M arx. Tetapi diktatur proletar jang dibentuk oleh L enin adalah lain sekali; ini terdiri dari golongan jang terketjil, jaitu Partai Komunis, bukan atas nama golongan jang ter­ banjak sekali, melainkan atas nama golongan ketjil itu. djuga dan menguasai golongan jang sangat besar. Dan Partai ^itu tidak terdiri dari kaum proletar, melainkan dari elite beroepsrevolutionairen tadi. Selandjutnja jang berkuasa itu bukan seluruh Partai, tetapi hanja 10 orang dari Politbüro, dan inipun masih lebih dikuasai oleh satu orang jaitu Stalin. M enurut Lenin, diktatur ialah suatu pemerintah jang tidak dibatasi oleh undang2, tidak dirintangi oleh sesuatu peraturan, dan hanja ber­ dasar atas kekerasan. Paham B ucharin tentang diktatur, ialah dem ikian: Diktatur ber­ arti kekuasaan jang tidak kenal belas kasihan terhadap musuh. D ik­ tatur kaum buruh berarti, kekuasaan-negara kaum buruh jang mcn- tjekik leher kaum bordjuis dan para pemilik barang2. D i lain tempat dia berkata, bahwa maksud dari diktatur kaum buruh ialah, mentjekik leher kaum bordjuis dengan sempurna; menghapuskan dari padanja, tiap2 keinginan untuk mentjoba mengembalikan kekuasaan bordjuis. Kalau demikian peladjaran kaum komunis tentang pemakaian ke­ kuasaan terhadap mereka jang dianggap sebagai musuhnja, maka keke djam an2 para pengikut P .K .I. M uso jang tempo hari dilakukan ter­ hadap lawannja, sesuai benar dengan peladjaran itu. Teori imperialisme diperdalam oleh Lenin. Dalam bukunja jang dikeluarkan dalam tahun 1914, dia menamakan imperialisme, tingkat kapitalisme jang tertinggi, dalam mana negara2 kapitalis berlomba2 memperkuat tentaranja guna peperangan berebutan tanah djadjahan. Mereka perlu djadjahan, untuk, m endjam in pasar pendjualan (afzet- gebied) bagi hasil2 industri. Peperangan imperialisme ini demikian beratnja, sehingga kesengsaraan jang ditimpakan pada kaum buruh, kaum tengahan dan rakjat tidak tertahan lagi. Satu-satunja djalan untuk melepaskan diri dari pada kesengsaraan itu ialah, revolusi. K e­ adaan politik revolusioner jang demikian itulah jang harus diperguna­ kan untuk m enjiap2kan revolusi.
  • 38. Berdasar atas djalan pikiran inilah, maka sebelum mulai revolusi, Lenin dalam tahun 1915 menjusun sebelas dalil2, dimana antara lain dia mengemukakan: a. bahwa kaum buruh harus menuntut terbentuknja republik demokrasi, penghapusan milik tanah luas dan kerdja 8 djam sehari; b. propaganda revolutioner harus didjalankan diantara kaum tam, tentara dan kaum proletar di desa2, sedang pemogokan2 harus diandjurkan dengan tuntutan supaja peperangan dihentikan segera; c. apabila di Rusia terdjadi revolusi, maka pemerintah baru harus menawarkan damai l<9pada negara2 lawan dengan sjarat bahwa mereka harus memerdekakan semua bangsa2 djadja- han; kaum buruh di lain2 negara harus diadjak berrevolusi melawan pemerintah mereka sendiri. Dengan programa demikian itu, tidak mengherankan bahwa seba­ gian dari bangsa2 djadjalian merasa tertarik oleh komunisme, sehingga mereka tidak pikir lebih pandjang lagi apakah isinja peladjaran ko- ^ munisme itu seterusnja. Dalam bukunja „Staat en Revolutie” jang sudah disebut dalam bab II, berhubung dengan teori Marx tentang negara, Lenin mem­ buat teori baru pula tentang komunisme. Dia mengatakan bahwa komunisme mempunjai dua tingkat. Tingkat jang' pertama ialah masia- rakat jang lahir dari masjarakat kapitalis, segera sesudah revolusi. Dalam masa ini alat2 produksi sudah dimiliki negara, akan tetapi keadilan jang sempurna dan kesama rataan belum dapat diwudjudkan. Orang2 harus dibiasakan dulu hidup setjara masjarakat sosialis, se­ dang sementara itu, produksi industri harus diperhebat sampai hasilnja memenuhi keperluan semua warga negara. Sebelum tingkat jang kedua ini tertjapai, maka penilikan (kontrole) jang sekeras2nja harus ‘di­ djalankan oleh kaum buruh bersendjata, atas tjaranja orang bekerdja dan pemakaian barang2 oleh masjarakat. Sebagai telah diuraikan pada achir bab 1 dalam soal perhubungan antara sosialisme dan komunisme, maka menurut uraian Stalin, komunisme pada tingkat pertama, di­ katakan djuga tingkat sosialis. Telah dikatakan bahwa pemandangan hidup Partai Komunis Rusia berdasar atas doctrine dialectisch materialisme. Dialectisch materia­ lisme, artu.ja bahwa dasar dari pada segala keadaan (kemanusiaan dan alam agung), ialah benda. Segala keadaan itu, tidak sadja semua barang2 melainkan djuga perhubungan antara manusia2 dalam masja­ rakat, serta pikiran2 manusia, selalu bergerak, selalu binasa dan tum- — 36 —
  • 39. — 37 — buh berganti2. Gerak segala keadaan itu menudju kepada perkembang­ an jang senantiasa lebih tinggi, dan perkembangan ini tidak terdjadi dengan djalan tingkat meningkat (geleidelijk), melainkan dengan djalan lawan melawan, dengan djalan bentrokan (dialectisch). D jadi sjarat untuk berkembang ialah perdjoangan dalam mana jang lama harus dibinasakan supaja lahir jang baru. Pendo-rong gerak itu bukan suatu barang diluar benda, seperti roch dunia atau Tuhan, melainkan tenaga jang menggerakkan itu ada di- dalam benda sendiri. Dalam masjarakat manusia jang mendjadi gaja pendorong perkembangan ialah perdjoangan kelas, jang timbulnja karena pertentangan dalam lapangan perekonomian antara golongan jang punja dan jang tidak punja. Asas2 (principes) dialcctisch mate­ rialisme, dipakai dalam mempeladjari masjarakat dan sedjarahnja, itulah historisch materialisme. M enurut teori ini agama adalah tjermin dari pada susunan masja­ rakat kapitalis. Dia ditjiptakan oleh kaum modal untuk mempertahan­ kan kedudukannja sebagai kelas jang berkuasa, dengan mengadjarkan kepada rakjat bahwa memang sudah mendjadi kehendak Tuhan jang maha kuasa bahwa dalam dunia ini harus ada orang kaja dan orang miskin. M arx sebagai pembela kaum tertindas, bentji sekali kepada agama jang dianggapnja sebagai alat penipu kaum bordjuis. Dalam bukunja „Inleiding tot de kritiek der Hegelsche Rechtsfilisophie” di kat?.- kannja: „Agama adalah gambar impian jang ditjiptakan oleh manusia, supaja dapat tahan hidup jang sebenarnja tidak tertahan itu. Agama adalah tjandu bagi rakjat. Menghapuskan itu sebagai bahagia bajang- an, berarti mendapat bahagia jang njata”. Sesuai dengan peladjaran M arx ini. Lenin berkata sebagai berikut Beban agama jang menekan kemanusiaan, adalah 'hasil dan tjermi- nan dari tekanan ekonomi dari kehidupan masjarakat. Perdjandjian akan mendapat sorga di langit, menjimpangkan orang2 dari per­ djoangan revolusioner kelas tertindas untuk membuat sorga didunia. M aka dari itu, agama harus dipandang sebagai djenewer buruk bagi roch, dimana para hamba kapital menenggelamkan muka kemanusiaan mereka” (Godsdienst moet daarom beschouwd worden als een soort geestelijke foezel, waarin de slaven van het kapitaal hun menselijk gelaat verdrinken F. Lieb, Rusland onderweg”, 1947). Dalam surat- nja kepada G orki, Lenin menulis: „Tiap2 orang jang berpikir2 bagaimanakah kiranja w udjudnja sesuatu Tuhan, meludahi sendiri dengan tjara jang keterlaluan” (B ann ing ).
  • 40. — 38 — Apabila demikian pendapat pentjipta Partai Komunis tentang agama, maka tidak mengherankan kalau pemerintah negara Sovjet, berusaha sekaras2nja untuk membinasakan sampai ke akar2nja semua matjam agama. Karena agama itu bualan masjarakat bordjuis, maka dengan sendirinja agama akan hilang, kalau susunan masjarakat dan pendidikan sama sekali diperbaharui menurut dasar2 sosialis, demikian peladjaran Lenin. „Perdjoangan jang pertama ialah perdjoangan melawan agama”, inilah sembojan j&ng didengung2kan oleh pendiri besar negara Sovjet itu. Perdjoangan kaum komunis di Rusia melawan agama, bukan karena kaum geredja di djaman Tsar membantu pemerintahnja menin­ das rakjat, seperti kata orang jang hendak membela perbuatan2 Partai itu terhadap kaum geredja, melainkan perdjoangan ini berdasar atas kejakinan dialectisch materialisme. Sifat filsafat ini ialah menolak adanja Tuhan, sedang menurut peladjaran historisch materialisme, agama adalah hasil -susunan ekonomi dalam masjarakat kapitalis. Maka dari itu, perdjoangan kaum komunis ini adalah perdjoangan asasi (principieel). Kata Fritz Lieb, „Dan jang paling baru dalam sedjarah manusia jang belum pernah terdjadi ialah bahwa tiap2 agama, tiap2 tjara penghormatan kepada Tuhan, ditolak pada asasnja” (principieel afgewezen). Tindakan pemerintah bolsjewik jang pertama mengenai soal agama ialah, decreet dalam bulan Djanuari 1918 jang menentukan bahwa geredja harus dipisahkan dari negara, dan sekolahan dari geredja, dan bahwa peladjaran agama dilarang disekolahan2 gopermen dan seko­ lahan2 partikulir jang memberi didikan umum. Peladjaran agama partikulir dibolehkan, tetapi dalam bulan Djuni 1921 ditentukan bahwa agama tidak boleh diadjarkan kepada anak2 dibawah umur 18 tahun, dan semua sekolahan2 agama harus ditutup. Disamping aturan2 itu, didirikan „Perserikatan perdjoang2 tidak beragama (Bond van strijdende goddelozen) jang membuat anti-pro- paganda agama di seluruh negara. Dalam programa partai ditentukan, bahwa semua anggauta2 Partai Komunis harus tidak beragama dan harus mengambil bagian dalam anti-propaganda agama. Tetapi pem- brantasan agama ini, bagaimanapun djuga dahsjat dan kedjamnja di­ lakukan, tidak memberi hasil seperti jang diharapkan, sehingga Ko­ misaris Rakjat bagian Pendidikan ketika itu, Lunattsjarsky, terpaksa mengakui: „Agama adalah seperti paku. Makin keras kita pukul, makin dalam dia masuk di kaju. „(B. H. Sumner”, Rusjand, heden en verleden”, 1948).
  • 41. — 39 — M em ang kegiatan membrantas agama, makin lama makin kendur, sehingga dalam tahun 1936 ketika di Rusia mau diadakan undang2 dasar baru. Stalin melahirkan kata2 jang menundjukkan bahwa dia sudah tidak begitu keras lagi anti agama. Dia mengusulkan dalam pasal 135 supaja kaum geredja diberi liak untuk memilih dan dipilih dengan memberi alasan bahwa tidak semua bapak geredja (Paus) memusuhi Sovjet Rusia. Sedjak perang dunia kedua petjah, nampak sekali perobahan sikap pemerintah Sovjet terhadap agama. Pertama2 karena ternjata bahwa ketika perang dengan Djerman petjah, kaum geredja serentak berdiri dibelakang pemerintah dan membantu dengan bantuan jang njata. Dalam bulan September 1941, „Perserikatan pedjoang- tidak ber­ agama” dibubarkan, dan madjallah „De Goddeloze” diberentikan; begitu djuga madjallah ilmijah „De Atheist”. Sedjak tahun 1942, geredja2 dibuka kembali dan pendeta2 jang diasingkan dibebaskan. H ari minggu mendjadi hari istirahat umum lagi. O ian g mulai insjaf, kata LieJO, bahwa orang2 beragama masuk golongan tiang negara jang baik, jang paling setia dan paling terper- tjaja, karena mereka mempunja achlak (karakter) dan dapat menolak godaan korupsi. Karena pemerintah merasa pentingnja untuk kerdja sama dengan kaum geredja orthodox, maka dalam bulan Oktober 1943, didirikan „K antor untuk urusan geredja orthodox”. Oleh sebab golongan2 aga­ ma lain tidak mau ketinggalan dalam menjumbangkan kebaktiannja kepada negara, maka pemerintah dalam bulan D j uni 1944 membuka „K antor untuk urusan agama2” jang merundingkan dan memetjahkan segala soal2 jang mengenai keagamaan. D ua pertiga atau 150 djuta rakj at Rusia masih memegang teguh agamanja, dan bantuan susila dari mereka itu tidak ketjil artinja dalam peperangan matian2 melawan Djerman. Dengan golongan Rooms-Katholiek, pemerintah belum dapat ber- damai, karena menurut Lieb, dia masih tjuriga terhadapnja, meng­ ingat cliwaktu jang lampau bahwa Paus bersahabat baik dengan M us­ solini, H itler dan golongan kontra-revolusioner di Spanjol. D juga sifat kerkelijk imperialisme dari agama itu, menimbulkan pertentangan antara Moskow dan Vaticaan. Sikap sabar dari pemerintah Sovjet terhadap agama, terlihat pula dari hal2 jang lain, seperti mengizinkan penjiaran tulisan2 jang berisi propaganda agama, pembukaan kembali akademi agama di Moskow dalam bulan Nopember 1945.
  • 42. — 40 — Ketumbuhan kembali semangat agama ini, menggelisahkan golongan jang masih setia kepada Marxisme tulen. Mereka protes dengan mengingatkan kepada amanat almarhum presiden Kalinin jang menga- • takan bahwa „tidak akan ada orang lagi jang dituntut karena agama- nja, tetapi Partai Komunis tetap berpendirian, bahwa kepertjajaan agama itu adalah kesesatan jang harus dibenarkan dengan djalan pen­ didikan kepada anak2”. Bagaimana djuga sudah madjunja sikap Sovjet Rusia mengenai soal agama, tetapi menghapuskan decreet Djuni 1921 belum sanggup, jaitu larangan pemberian peladjaran agama kepada anak2 dibawah umur 18 tahun. Dan golongan „integrale Marxisten”, seperti filosoof bangsa Rusia terkenal Berdjajew mengatakan: „Masih senantiasa ada, golongan jang menerima Marxisten tulen selcngkap2nja, jang tetap berpendapat bahwa agama pasti akan hilang apabila ilmu pengetahuan makin berkembang dan masjarakat komunis makin terlaksana” („Be- teekenis en oorsprong van het Rusische Communisme” 1948). Kepertjajaan resmi, dialectisch materialisme, dan geredja sekarang mau bekerdja bersama-sama di Rusia dan tidak lagi dikatakan disana bahwa „agama adalah tjandu bagi rakjat”. Artinja, untuk sementara waktu ! * Timbulnja komunisme sebagai kekuasaan politik dan sosial jang hebat, jang membawa ideologi tentang agama jang berbahaja bagi kedudukannja dalam masjarakat, membangunkan reaksi dari golongan beragama di dunia barat. Partai Sosial Demokrat di pelbagai negara barat, sedjak tahun 1875, sesuai dengan programa Gotha, .berpendirian bahwa „agama adalah urusan orang sendiri2” (godsdienst is een pri­ vate aangelegenheid) . Ini adalah taktik untuk memikat kaum buruh dan lain2 golongan masjarakat jang beragama. Pendirian ini diper­ tahankan dalam kongres di Erfurt dalam tahun 1891. Tetapi Lenin menganggap pendirian itu opportunistis, malahan berchianat kepada Marxisme tulen. Kemudian dikemukakan oleh go­ longan2 beragama masalah, „apakah mungkin bagi seorang Kristen untuk mendjadi anggauta Partai Komunis; apakah mungkin untuk menerima program sosialnja sadja, tetapi menolak dialectisch mate- rialismenja?” Menurut Berdjajew, tidak mungkin seorang komunis tulen sambil djuga seorang Kristen sedjati, karena seperti telah dikatakan, pasal 13 dari programa Partai Komunis menentukan bahwa tiap2 anggauta Partai Komunis harus tidak beragama dan harus mengambil bagian giat (aetief) memberantas agama. Peraturan ini tidak sadja bagi Partai
  • 43. K om unis di Rusia, melainkan djuga bagi tiap2 Partai Kom unis dise- luruh dunia. Tidak tjukup kalau orang menerima programma sosialnja sadja. Seluruh perpustakaan komunis membuktikap bahwa Partai K om unis melawan langsung peladjaran2 agama Kristen, kata Ber- d jaje w . Adalah omong kosong, kalau orang komunis mengatakan bahwa kaum bolsjewik tidak menindas kaum geredja, melainkan ha­ nja „anasir2 kontra-revolusioner” dalam kalangan kaum geredja sadja. Sebagai taktik, komunis pusat mengizinkan bahw’a kaum buruh boleh diketjualikan dalam soal agama; mereka tidak usah menerima dialectisch materialismenja. Pengetjualian ini, saja rasa, berdasar atas hal, bahwa teori ini terlalu sulit untuk dimengerti kaum buruh dengan djelas. Tetapi bagi kaum in te llig e n tsia, tidak ada ketjualian. H edlund, seorang komunis Swedia, jang berusaha menjiarkan pendapat bahw-a seorang Kristen sedjati dapat sekalian mendjadi komunis tulen, di- petjat dari Derde Internationale, organisasi international komunis. M aka adalah teka-teki besar, bahwa seorang ptm im pin Indonesia terkemuka sekali, jang terkenal sebagai seorang Kristen setia, pada suatu ketika di D jokja mengumumkan, bahwa dia sedjak tahun 1936 anggauta komunis illegaal. Seperti diterangkan oleh B erd jajew tadi bagi seorang tjerdik pandai adalah sjarat mutlak untuk menerima di­ alectisch materialisme, kalau dia hendak m endjadi anggauta Partai Kom unis. Satu diantara dua hanja mungkin menurut pikiran sehat. A tau dia itu seorang Kristen sedjati, tetapi komunis palsu, atau dia seorang komunis tulen, tetapi Kristen palsu. Kata orang, jang mendekati ke­ benaran ialah kemungkinan jang pertama. Apakah gerangan sebabnja demikian itu? A da jan g mengatakan bahwa dia berbalik haluan ke djurusan M os­ kow itu, karena dia sudah putus asa tentang sikap Belanda, jang kata- n ja tidak mau menjelesaikan permusuhan Indonesia-Belanda dengan djalan damai. Mengingat keterangannja sendiri bahwa dia sedjak se­ belum perang sudah menggabungkan diri dalam barisan M arx-L enin, maka keterangan itu sukar masuk akal. Soal pemimpin tsb. saja bitjarakan disini, karena saja anggap bah­ wa permainan komidi politiknja tidak dapat dipertangung-djawabkan dalam masjarakat Islam kita. Tidak dapat dipertanggung-djawabkan, karena perbuatan itu dapat menjesatkan orang2 kita jang tidak tahu seluk-beluknja M arxisme dan komunisme. Mereka lalu gampang dapat disesatkan bahwa Islam dan komunisme, djuga dapat bersatu-padu, oleh sebab pem im pin terkemuka tadi jang seorang K risten setia, dapat memeluk komunisme pula. O rang2 Islam jang masuk perangkap tipu
  • 44. — 42 — muslihat Partai Komunis, achirnja diperkuda olehnja untuk memusuhi golongannja sendiri jang dipandangnja sebagai golongan bordjuis, seperti terdjadi dalam pemberontakan P.K,I.-Muso. * Pendapat Lenin tentang kesusilaan, tidak berbeda dari pada pen- dapatnja tentang agama. Kesusilaan adalah tjiptaan kaum bordjuis pula, jang hanja merintangi terdjadinja revolusi sadja. Bagi Lenin paham susila atau tidak susila itu dihubungkan rapat dengan tjita2 revolusi. Apa jang manfaat bagi terdjadinja revolusi, adalah susila. Lain2 timbangan tidak berguna. Untuk melaksanakan maksud itu, tidak ada barang haram, tipu, dusta, kekedjeman, semua boleh digunakan. Dalam bukunja jang kenamaan. „De linkse stroming, een kinder- ziekte van het Communisme”. (1920), dia mengadjarkan bahwa „Kita harus menggunakan tiap2 muslihat perang, tiap2 akal buruk, tiap2 tipu,, tiap2 kelitjinan, tiap2 tjara tidak sah, tiap2 pemegangan rahasia, dan selimutan kebenaran” (We moeten elke krijgslist, elk foefje, elke kunstgreep, elke sluwheid, elke omvettige methode, elke gehcimhou- ding en bemanteling van de waarheid gebruiken). Apabila dia (Lenin) melawan musuhnja, dia sengadja memilih kata2 dan tjara2 berkata (uitdrukkingen) jang dapat menimbulkan bentji dan djidjik kepada mereka, meskipun mereka itu orang2 dju- djur. Tjara2 berkata itu harus menimbulkan dakwaan2 jang seberat- beratnja. Dengan demikian organisasi lawan dapat dimusnahkan. Asas tjara perdjoangan dari Lenin ini, lebih sempurna lagi dilakukan oleh murid besarnja, jaitu Stalin. (David J. Dalin, „Verschoven wereld- macht”, 1947). Selandjutnja penjipta Partai Komunisme mengadjarkan bahwa jang harus diperhatikan oleh manusia ialah, hukum alam dan sedjarah. Dia jakin sejakin-jakinnja, melihat keadaan politik dan ekonomi dunia dewasa ini, bahwa djalan sedjarah menudju kepada perwudjudan masjarakat sosialis. Karena ummat manusia itu sebetulnja dapat di­ bagi dalam dua golongan besar, jaitu golongan pekerdjaan jang ditindas dan golongan kapitalis jang menindas, maka adalah kewadjiban tiap2 orang untuk menjadari benar2 masuk golongan manakah dia itu. Bilamana dia masuk golongan pekerdja, maka dia harus setia kepada kelasnja, artinja dia harus menjediakan raga dan djiwanja untuk membantu melaksanakan tudjuan sedjarah kelas tadi, jaitu revolusi sosialis, dengan djalan apapun djuga. Kalau dia masuk golongan kapitalis, maka untuk kepentingannja sendiri, dia harus bersekutu dengan kelas pekerdja jang memegang nasib dunia dikemudian hari.
  • 45. — 43 — t'ard pengikut kaum imperialis barat dalam anti-propagandanja terhadap komunisme, biasanja mengemukakan paham komunis tentang kesusilaan ini, untuk membuktikan betapa djahat dan rendahnj^. ko­ m unisme itu, seakan? imperialisme sendiri bersih dari alat perdjoangan „het doel heiligt de middelen”. Kalau komunisme berpaham demikian tentang kesusilaan, sudah sesuai dengan dasar pemandangan hidupnja, jaitu dialectisch materialisme, jang tidak kenal T uhan sama sekali. Tetapi diantara para djago2 imperialis, banjak sekali jang beragama, jang tertib tiap2 minggu masuk geredja. Inilah jang sangat aneh. Mengenai moral imperialisme ini, H e w le tt Johnson, Dean of Can terbui-3^ jang menulis buku jang telah saja sebut lebih dulu, jaitu ,,Socialisme in het zesde deel der wereld”, berka’ta sebagai berikut: „V öör de laatste W ereldoorlog (m aksudnja perang dunia pertama), waren wij getuigen van het schouwspel van de grote imperialistische machten, die een politiek voerden, waarvan de hoofdzaak het geloof was, dat het geweld — met zijn attributen van list, verraad, bedrog, leugens en verbroken beloften -—■de enige en beslissende scheidsrech­ ter was tussen de landen. Machtspolitiek sluit in het ontbreken van een goede moraliteit. O p het terrein van de machtspolitiek en in het belang van het land’ zijn staatslieden bereid om handelingen te ver­ richten, een politiek te voeren en methode te gebruiken, waarvoor zij in hun dagelijks leven terug zouden schrikken”. Maka dari itu, dalam tjara mentjapai maksudnja, antara imperia­ lisme dan komunisme sebenamja tidak banjak bedanja. * D an bagaimanakah hasilnja usaha Partai Kom unis untuk melaksa­ nakan m asjarakat baru jang tidak berkelas, jang akan membawa kesama rataan sosial dan ekonomi. M enurut paKam S ta lin , Sovjet Rusia sekarang sudah melaksanakan • klassenloze maatschappij, dan jang dimaksudkan ialah bahwa tidak ada .kelas lagi jang memiliki alat2 produksi sendiri; semua alat2 sudah m endjadi kepunjaan negara.- K alau itu jang dimaksudkan dengan klassenloze maatschappij, memang itu sudah terlaksana di Rusia. Tetapi demokrasi sosial dan ekonomi kesamarataan sosial dan ekonomi, seperti jang dibajangkan oleh L e nin dan lain pem im pin2 besar pada permulaan revolusi, tidak tertjapai. A taukah belum ter- tjapai, sebab kita mesti ingat teori Lenin, jang mengatakan bahwa m asjarakat komunis dim ana ada kesamarataan sempurna, tidak dapat diw udjudkan sekaligus melainkan dalam dua tingkat. M enurut kata S ta lin , tingkat jang pertama, jaitu tingkat sosialis, sudah selesai de-
  • 46. ngan berlakunja undang2 dasar baru dari tahun 1936, dan sekarang mulai tingkat jang kedua, tingkat komunis. Rupa-rupanja kesamarataan sempurna sosial dan ekonomi, tidak mungkin di wudjudkan di dunia ini. Penulis Amerika Em ery Reves, dalam bukunja jang sangat menarik perhatian dunia, „Anatomie van de vrede” (1948), berkata: „Beberapa tahun sesudah revolusi, men­ djadi djelaslah bagi para pemimpin Sovjet, bahwa kesamaan sempurna ekonomi dan sosial tidak dapat, dipersatukan dengan tabiat manusia, bahwa initiatiei orang seorang adalah sangat penting bagi kemadjuan, dan bahwa beberapa milik adalah akibat jang tidak dapat dielakkan dari pada kemerdekaan manusia. Satu rentetan perobahan2 jang di­ adakan untuk membeda-bedakan penghasilan dan kedudukan masja­ rakat dan dalam beberapa tahun ini, menimbulkan tingkat2 kekajaan. kikuasaan dan pc.igaruh, jang sama terang nampaknja seperti dalam negara kapitalis”. „Tidak mengurangi sedikitpun hasil2 besar bangsa Rusia”, kata dia ■, -selandjutnja, „kalau orang menentukan bahwa dari tjita2 sosial Marx dan Lenin, hampir tidak ada jang terlaksana oleh diktatur proletar”. Barangkali kritik Reves ini, kurang memperhatikan -teori Lenin, bahwa dalam tingkat jang pertama sekarang, memang belum dapat diwudjudkan kesamaan sempurna sosial dan ekonomi. Meskipun de­ mikian, menurut kejakinan saja, tingkat komunisme seperti jang di­ angan-angankan oleh Lenin itu, tidak akan dapat diwudjudkan oleh sebab dasar pemandangan hidupnja, jaitu dialectisch materialisme, kurang menaruh perhatian kepada tabiat manusia, kepribadian manu­ sia, jang sangat besar pengaruhnja dalam sedjarah, sedang M arx dan Lenin mau memulangkan segala2nja kepada urusan ekonomi sadja. Bagaimana djuga tjela2 dan kekurangari-kekurangannja susunan negara Sovjet dan dasar pemandangan hihupnja menurut pendirian kita, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa Partai Komunis disana ber­ hasil membuat Rusia mendjadi negara jang dapat menjaingi Amerika- Pun tidak dapat dimungkiri djuga, djasanja dalam sedjarah, bahjva kekuatan negara Sovjet' memaksa negara2 imperialis untuk merobah sikapnja terhadap bangsa2 jang berpuluh-puluh tahun mereka djadjah. * Satu soal lagi hendak saja bitjarakan, karena sangat pentingnja bagi perdjoangan nasional kita, chususnja bagi perdjoangan umat Islam Indonesia, ialah soal taktik komunisme baru jang dinamakan taktik „front kesatuan” (eenheidsfront). Soal ini, oleh sebab penting- — 44 —
  • 47. — 45 — nja, dibitjarakan djuga. oleh Jam e s B u rn h a m dalam bukunja „De strijd om de wereldmacht” (1948). M enurut dia, taktik ini didjalankan di pelbagai m atjam 2 organi­ sasi, seperti organisasi ekonomi, kebudajaan, politik dan ilm u penge­ tahuan di semua tingkat2 susunan, m ulai organisasi jang ketjil sampai ke pemerintah, sampai jang paling tinggi dalam Persatuan Bangsa2. Pem erintah koalisi dim ana duduk djuga orang2 komunis di Perantjis, Italia dan negara2 Eropa T im ur, adalah tjontoh dari taktik itu. M aksud dari taktik ini tidak lain daripada hendak melemahkan lawan dari dalam dan merebut kekuasaan monopoli komunis. Front2 kesatuan itu hanja dipakai sebagai „ mantel organisatie” sadja. K ata B u rn h a m : ,,D alam politik modern, ham pir tidak ada ketjualinja bahwa dalam tiap2 front kesatuan dengan orang2 komunis, untuk m entjapai . m aksud apa sadja, orang2 jang bukan komunis selalu kalah” . K alau mereka lihat bahwa rupa-rupanja mereka tidak akan m endapat hasil, mereka keluar. B u rn h am memberi tjontoh jang agak baru tentang taktik ini. D alam tahun 1946, ketika dia menulis bukunja, di D jerm an T im u r m ula2 ada Partai Sosialis dan Partai Kom unis. K em udian atas usaha Tentara M erah, dua Partai dilebur m endjadi Kesatuan Partai Sosialis. M enurut ram alan dia, orang sosialis dalam front itu, akan dibunuh, atau harus m endjadi komunis, dan Kesatuan Partai Sosialis tadi akan m endjadi Partai K om unis D jerm an. D alam R epuhlik tempo hari, M uso djuga hendak mentjoba melaku­ kan taktik itu. Jang diadjak partama-tama masuk Front Nasional (model F .D .R .) ialah partai M asjum i, partai jang berdasar agama dan jang dianggapnja bo rdjuis!! Tetapi Dewan Politik M asjum i tidak begitu bodoh untuk tidak mengetahui siasat M uso, maka ditolaklah adjakan itu.. Penolakan M asjum i ini oleh mereka jang sedjiwa dengan M u so dikatakan, adalah sebabnja maka dia mengadakan pemberonta­ kan. Mereka m engira bahwa pim pinan M asjum i tidak tahu apa2 ten­ tang siasat dan •tudjuan P .K .I. M asjum ipun tidak begitu mengambil pusing akan tuduhan itu. Penerangan B u rn h a m ini memperkuat kejakinan kita bahwa kita harus senantiasa tjuriga terhadap gerak-gerik Partai Komunis.