SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Materi pendidikan biasa juga disebut isi atau kandungan pendidikan dan kurikulum.
Materi pendidikan ialah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian , tujuan pendidikan tidak akan
tercapai mestinya tanpa pembekalan anak didik dengan materi pendidikan. Bila rumusan
pendidikan berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainya, tentu saja materi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu juga berbeda.materi pendidikan yang sekuler pasti
berbeda dengan masyarakat yang relegius,begitu pula, materi pendidikan industri harus
berbeda dari materi pendidikan dalam masyarakat agraris.
Pembicaraan tentang materi pendidikan ditempatkan setelah pembahasan mengenai
fitrah manusia dan tujuan pendidikan. Karena pada hakikatnya,materi pendidikan merupakan
alat yang akan dipakai untuk mengubah anak dari kondisi awal ( fitrah)menjadi manusia ideal
yang dicita citakan.setelah dipahami kondisi awal serta tujuan akhir yang diharapkan. Perlu
dipahami dan diketahui bahan bahan yang perlu diberikan pada anak didik untuk membawa
perubahan yang dimaksud.
Sehubungan dengan itu perlu ditegaskan bahwa materi pendidikan bukan pengetahuan
dibidang bidang ilmu tertentu yang di transfer kepada anak didik. Disinilah terletak
perbedaan yang utama antara pendidikan dan pengajaran. Dalam pengajaran yang ditransfer
yang terfokus hanya pada pengetahuan saja.sedangkan pendidikan hanya sebagian dari materi
yang mesti diberikan kepada anak didik.
Secara garis besar ada 3hal yang menjadi materi atau isi pendidikan : pengetahuan
(knowlwgde) , ketrampilan (skill) , nilai nilai (value). Dalam bahasan ini akan dibicarakan hal
hal yang terkait dengan ketrampilan, dan nilai sebagai materi pendidikan islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Ketrampilan serta Urgensinya?
2. Apakah pengertian Nilai serta macam macamnya ?
3. Bagaimana nilai dan ketrampilan yang harus diberikan kepada anak didik dalam
perspektif islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Keterampilan dan urgensinya
1. Pengertian Keterampilan
Pengertian Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna
sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.1 Pengertian keterampilan
secara sederhana adalah "kecakapan untuk menyelelesaikan tugas"2
Pengertian lain bahwasanya Kata keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti
cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan. Keterampilan berarti kecakapan
untuk menyelesaikan tugas.3 Keterampilan adalah kemampuan teknis untuk melakukan suatu
perbuatan. Ia merupakan aplikasi atau penerapan dari pengetahuan teoritis yang dimilik
seseorang, seperti keterampilan bercocok tanam bagi petani, mengajar bagi guru, membuat
kursi bagi tukang kayu, memotong dan menjahit baju bagi penjahit, dan lain-lain. Dengan
keterampilan, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien.
Keterampilan ada yang bersifat fisik seperti membuat sepatu, memasak makanan tertentu,
mengetik surat, membangun rumah, dan lain-lain. Selain itu, ada pula keterampilan yang
bersifat non fisik seperti mengajar, memimpin rapat, menyusun karya ilmiah, dan lain-lain.
Keterampilan untuk mengerjakan suatu pekerjaan, di samping dipengaruhi oleh bakat juga
ditentukan oleh latihan dan pembiasaan. Seseorang akan terampil mengerjakan sesuatu,
apakah yang bersifat fisik atau psikis, jika ia terlatih dan terbiasa dalam melakukan pekerjaan
itu. Seorang yang terlatih memetik gitar akan terampil dalam bermain gitar atau seorang yang
terlatih dan biasa mengendari mobil akan menjadi sopir yang terampil. Demikian pula untuk
berbagai macam pekerjaan lain yang dapat dikerjakan oleh manusia.
2. Keterampilan Sebagai Materi Pendidikan
Pendidikan, di samping berfungsi untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, juga
berfungsi untuk membina berbagai keterampilan pada anak didik. Untuk itu, beriktu ini, akan
dikemukakan pengertian dan macam-macam keterampilan serta keterampilan yang perlu
dijadikan materi pendidikan menurut ajaran Islam.
1 id.wiktionary.org/wiki/keterampilan
2 kamusbesar.com/40764/keterampilan
3 Departemen Pendidikandan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. Ketiga, hal.
9 35.
3. Urgensi Keterampilan
Efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan sangat ditentukan oleh tingkat keterampilan yang
dimiliki oleh pelakunya. Semakin tinggi tingkat keterampilan, semakin efektif dan efisien
pekerjaan tersebut. Bobot dan kualitas hasil suatu pekerjaan banyak bergantung pada
kemampuan teknis atau kemahiran pelakunya dalam mengerjakan pekerjaan itu. Begitu pula,
penggunaan dana, waktu, dan tenaga untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan juga banyak
ditentukan oleh tingkat keterampilan orang yang melakukannya.
Dalam sebuah hadis dikemukakan bahwa Nabi pernah menyatakan bahwa bila suatu
pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, yaitu orang yang tidak terampil
dalam bidang pekerjaan itu, niscaya kehancuran akan datang, pekerjaan yang dimaksud tidak
akan terlaksana sebagaimana diharapkan. Hadis ini secara tegas menuntut agar setiap
pekerjaan atau profesi harus dikerjakan oleh orang-orang yang terampil dalam bidang
pekerjaan tersebut. Dengan demikian, Islam sangat menekankan pentingnya penguasaan
teknologi dalam berbagai aspek dan bidang kehidupan, yang memungkinkan setiap pekerjaan
dilakukan dengan tingkat keterampilan yang tinggi.
Semakin maju peradaban manusia semakin tinggi pula tingkat kemahiran atau
keterampilan yang dibutuhkan. Dulu, keterampilan membuat pedati dipandang sudah maju
dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Akan tetapi, saat ini, kendaraan
tersebut sudah menjadi masa lalu yang sudah ketinggalan.
B. Pengertian Nilai serta Macam-macamnya
a. Pengertian Nilai
Nilai adalah kualitas atau mutu dari sesuatu. Masing-masing benda atau peristiwa di
jagat raya ini mempunyai kualitas tertentu. Segala sesuatu yang ada mengandung nilai-nilai
tertentu. Nilai masing-masing benda atau peristiwa itu berbeda-beda antara satu dengan
lainnya sehingga setiap sesuatu menempati tingkatan nilai tertentu. Menurut Max Scheler,
nilai-nilai yang ada tidaklah sama luhur dan tingginya. Nilai-nilai itu secara senyatanya, ada
yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibanding nilai lainnya. Hirarki nilai ini bukan
diciptakan oleh dan tidak bergantung pada kemauan manusia. Baik atau tidaknya manusia
ditentukan oleh kebenaran prilakunya sesuai dengan hirarki nilai itu sendiri.4
4 EM. K. Kaswardi (ed.), PendidikanNilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta:PT. Grasindo, 1993), hal.
Seseorang memilih suatu benda atau melakukan suatu tindakan karena benda dan
tindakan itu diyakininya punya nilai. Oleh karena itu, ia akan merasa puas dan senang bila
memperoleh benda atau dapat melakukan sesuatu yang dianggapnya bernilai. Ada orang yang
merasa puas bila memperoleh kedudukan dan peran politik tertentu. Ada pula yang akan
senang jika mendapat keuntungan ekonomis tertentu. Masing-masing akan berusaha untuk
mendapatkan hal-hal yang diyakininya bernilai. Seiring dengan itu, nilai dipahami sebagai
suatu tenaga pendorong bagi seseorang untuk bertindak, sesuatu yang dihargai, dipelihara,
diagungkan, dihormati, serta membuat orang puas, gembira, dan bersyukur, sesuatu yang
menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan dan yang disukai.
Dalam menjalani kehidupannya, manusia selalu dihadapkan pada pilihan yang sangat
beragam. Manusia tidak mungkin bersikap apatis. Misalnya, ketika seseorang memiliki
sejumlah uang ia akan dihadapkan pada pilihan tentang benda apa yang akan dibelinya
dengan uang itu. Begitu pula, ketika ia melihat ada orang yang terjatuh di jalanan, ia juga
dituntut untuk memilih apakah akan menolong orang tersebut atau berlalu begitu saja.
Demikian seterusnya, seseorang selalu dituntut untuk mengambil sikap terhadap berbagai
hal yang dihadapinya. Pilihan tentang benda yang akan dibelinya atau tindakan yang akan
dilakukannya ditentukan oleh tingkatan nilai yang diyakininya ada pada pilihan itu.
Mungkin ia akan membeli barang-barang antik, buku-buku pengetahuan, baju baru, atau
makanan yang enak, bahkan mungkin ia memilih terjun ke dalam kancah peperangan,
karena itulah yang bernilai bagi yang bersangkutan. Seseorang akan siap mengorbankan apa
pun untuk mencapai sesuatu yang diyakininya bernilai bagi dirinya.
Penilaian seseorang terhadap suatu benda atau tindakan mungkin sesuai dengan realitas
sesungguhnya, tetapi mungkin juga tidak. Oleh karena itu, suatu benda atau tindakan ada
yang bernilai dan ada pula yang diberi nilai. Pendidikan nilai bertujuan untuk membina
anak didik agar mampu dan mau memilih suatu benda atau tindakan sesuai dengan nilai-
nilai luhur yang dianut oleh masyarakat tempat ia hidup. Dengan kata lain, agar ia dapat
bersikap dan berprilaku secara tepat sesuai dengan nilai-nilai luhur masyarakatnya.
Nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak. Untuk mengetahui nilai yang dianut oleh
seseorang dapat dilihat dengan memperhatikan usahanya untuk mencapai suatu yang
mengandung nilai tertentu. Seberapa besar daya, dana, waktu, dan perhatian yang digunakan
dan dikorbankannya untuk itu. Semakin besar daya, dana, waktu, dan perhatian yang
dugunakannya berarti semakin tinggi nilai yang ada di balik sesuatu itu baginya. Orang
yang meyakini bahwa berhaji itu adalah sesuatu yang bernilai tinggi akan senantiasa
berusaha dengan segala cara yang mungkin untuk menunaikannya.
b. Nilai Sebagai Materi Pendidikan
Manusia yang ideal adalah pribadi yang setia dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang
berlaku. Sebaliknya, manusia yang tidak baik yaitu mereka yang mengingkari nilai-nilai,
atau sedikitnya kurang loyal dan kurang aktif dalam melaksanakan yang dikehendaki nilai-
nilai.5 Manusia yang baik tidak akan ragu-ragu untuk mengorbankan waktu, dana, tenaga,
bahkan nyawa sekali pun dalam rangka memperjuangkan dan mempertahankan nilai-nilai
yang diyakininya. Manusia demikian tidak akan ada dengan sendirinya, tetapi melalui
proses yang disebut pendidikan.
Tugas utama pendidikan adalah membentuk pribadi yang bermoral, yang memiliki
kemampuan untuk mengelola hidupnya sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Kemampuan seperti ini ada pada hati nurani. Dengan demikian, pendidikan bertujuan untuk
membina hati nurani peserta didik agar mempunyai kepekaan dan penghayatan nilai-nilai
yang luhur. Pembinaan hati nurani seperti inilah yang disebut pendidikan nilai atau
pendidikan budi pekerti.6 Al-Attas menegaskan bahwa ungkapan bahasa Arab yang paling
tepat untuk merumuskan arti kata pendidikan adalah ta`dib karena yang menjadi pusat
masalah pendidikan adalah adab.7 Untuk membentuk pribadi yang bermoral atau yang
beradab, anak didik harus dibantu untuk menghayati dan mengalami nilai-nilai luhur yang
diidealkan. Justru itu, nilai menjadi materi pendidikan yang sangat penting.
c. Macam-macam Nilai
Dalam pembahasan tentang nilai, ada beberapa cara pengelompokan yang biasa
dipakai. Di antaranya pengelompokan nilai ke dalam nilai intrinsik dan nilai instrumental.
Nilai intrinsik atau nilai objektif yaitu nilai yang terdapat secara objektif pada suatu hal atau
objek tertentu. Penetapan bernilai atau tidaknya suatu objek ditentukan oleh kualitas objek itu
sendiri, tidak bergantung pada relasinya dengan faktor lain. Dalam literatur Ushul Fikih, nilai
intrinsik disebut hasan/qubh lidzatih. Sementara itu, nilai instrumen ialah nilai yang
diberikan kepada sesuatu karena fungsi dan hubungannya dengan faktor lain. Nilai
instrumental disebut dalam istilah Ushul Fikih hasan/qubh lighairih. Nilai intrinsik ialah nilai
yang dianggap baik tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam dan dari dirinya
5 Mohammad Noor Syam, Filsafat PendidikandanDasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya: Penerbit Usaha Nasional,
1 986), hal. 129.
6 A. Atmadi danY. Setianingsih(ed.), Transformasi PendidikanMemasuki MilleniumKetiga, (Yogyakarta:Penerbit Kanisius,
2 000),hal. 35.
7 S.M. al-Naquib al-Attas, op. cit., hal. 77.
sendiri. Nilai instrumental ialah nilai yang baik karena bernilai untuk sesuatu yang lain. Nilai
terletak pada konsekuensi-konsekuensi pelaksanaannya dalam usaha mencapai nilai yang
lain.8
Di kalangan ilmuwan terdapat pandangan bahwa nilai sesuatu tidak berada pada objek
itu sendiri, melainkan pada peran dan fungsinya bagi subjek pemberi nilai. Sesuatu dikatakan
bernilai bila ia memberi manfaat dan kepuasan bagi orang yang membutuhkannya. Inilah
pandangan penganut paham pragmatis yang selalu mengukur sesuatu dari segi kegunaan
praktisnya. Di antara tokoh paham ini yang banyak pengaruhnya di dunia pendidikan adalah
John Dewey. Dalam pandangan mereka, nilai bersifat relatif dan subjektif, yaitu bergantung
pada tempat, waktu, dan manusia. Sementara di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa
segala sesuatu memiliki nilai pada dirinya sendiri. Bagi penganut pendapat ini, nilai bersifat
normatif, universal, dan objektif. Pandangan seperti ini dianut oleh para penganut paham
idealisme.
Dari segi fungsinya untuk memenuhi interest manusia, nilai dikelompokkan Edward
Spranger menjadi nilai religi, nilai ilmiah, nilai ekonomi, nilai politik (keku-asaan, negara),
nilai estetika, dan nilai sosial (nilai kemanusiaan).9 Pengelompok-an ini menunjukkan
penggolongan manusia sesuai dengan interestnya. Pada dasarnya, setiap manusia menghargai
keenam nilai ini. Hanya saja, konfigurasinya pada masing-masing orang berbeda. Di antara
manusia, ada yang mengutamakan nilai-nilai agama dalam hidupnya, dan ada pula yang
mementingkan nilai-nilai ekonomi. Demikian seterusnya.
Dilihat dari sumbernya, nilai dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu
nilai agama dan nilai budaya. Nilai agama yaitu nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan yang
ditetapkan melalui wahyu yang disampaikan melalui para Rasul-Nya. Dalam hal ini,
penetapan nilai suatu benda atau perbuatan didasarkan atas ketetapan agama. Di dalam ajaran
agama, terdapat norma-norma yang memuat nilai-nilai luhur yang harus ditegakkan oleh
penganut agama yang bersangkutan. Bagi penganut agama, nilai ini bersifat mutlak dan tidak
mungkin diposisikan di bawah nilai-nilai budaya. Nilai budaya adalah nilai-nilai yang
ditetapkan oleh manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok. Nilai inilah yang
melembaga dalam suatu masyarakat, yang menjadi tradisi yang diwariskan turun temurun.
Dalam Islam, nilai-nilai budaya dapat diterima dan dikembangkan selama tidak bertentangan
dengan nilai-nilai agama.
8 Mohammad Noor Syam, op. cit., hal. 137.
9 Ibid., hal. 138.
Dalam ajaran Islam yang menjadi tolok ukur nilai adalah kehendak Allah swt., bukan
kehendak atau selera manusia. Yang baik dan bernilai dalam pandangan Islam adalah segala
yang dinyatakan baik oleh Allah swt. Oleh karena itu, patokan baik-buruk atau bernilai-
tidaknya sesuatu adalah ketentuan yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah.
C. Ketrampilan dan Nilai yang harus diberikan kepada anak didik dalam
perspektif islam
1. Keterampilan Yang Menjadi Materi Pendidikan dalam Islam
Di atas, telah dijelaskan bahwa tugas yang dibebankan kepada manusia ialah menciptakan
kehidupan yang sejahtera sebagai wujud pengabdian kepada Allah swt. Sebagai makhluk
sosial, manusia dituntut untuk membina kehidupan bersama. Begitu pula, manusia dituntut
untuk mengolah dan memanfaatkan alam. Dengan begitu, banyak pekerjaan yang dapat dan
perlu dilakukan manusia. Masing-masing bidang tugas ini menuntut pembinaan dan
pengembangan keterampilan, baik keterampilan fisik maupun yang non fisik.
Manusia sebagai makhluk sosial dituntut agar mempunyai keahlian yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain. Manusia hidup bukan hanya untuk dirinya
sendiri, tetapi untuk menjadi bagian yang berarti dalam sebuah sistem sosial yang terdiri atas
banyak orang. Masing-masing orang sebagai warga masyarakat dituntut agar mengambil
bagian atau pean sendiri untuk kepentingan bersama. Dalam hal ini, menarik untuk
mengamati pernyataan Nabi sebagaimana diungkapkan hadis yang berbunyi:
‫للناس‬ ‫أنفعهم‬ ‫الناس‬ ‫خير‬
Artinya: Manusia terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Agar dapat bermanfaat bagi manusia lain dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang
perlu memiliki keterampilan tertentu, baik keterampilan fisik maupun non fisik. Seseorang
perlu memiliki keterampilan profesional seperti petani, dokter, guru, ahli bangunan, dan lain-
lain karena semua ini sangat dibutuhkan oleh suatu masyarakat. Makna kehidupan seseorang
ditentukan oleh seberapa besar partisipasinya dalam membina kehidupan masyarakat tempat
ia hidup.
Seiring dengan itu, di dalam al-Quran dinyatakan:
‫فى‬ ‫مكناكم‬ ‫ولقد‬‫(األعراف‬ ‫ماتشكرون‬ ‫قليال‬ ‫معايش‬ ‫فيها‬ ‫وجعلنالكم‬ ‫األرض‬10)
Artinya: Sesungguhnya, Kami telah menempatkan kalian di bumi, dan telah menentukan
berbagai sumber kehidupan untuk kalian di sana. Hanya sedikit di antara kalian yang
bersyukur.
Ayat ini menegaskan bahwa banyak sumber kehidupan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia dalam melaksanakan tugasnya di bumi. Itu berarti bahwa banyak pula keterampilan
yang dibutuhkan untuk mengaktualisasikannya. Manusia perlu menggali dan
mengembangkannya secara profesional.
Dengan demikian, tuntutan agama Islam agar penganutnya selalu berusaha untuk
beramal saleh dalam rangka mewujudkan kemakmuran di bumi berarti tuntutan untuk
membina dan mengembangkan berbagai keterampilan yang memungkinkan terciptanya
kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Di antara keterampilan yang diungkap al-
Quran, dapat dikemukakan seperti bertani, berdagang, beternak, teknik, pengobatan,
administrasi, berdakwah, dan lain-lain. Bentuk keterampilan yang dibutuhkan dalam suatu
masyarakat tentu saja selalu akan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan peradaban
masyarakat yang bersangkutan.
Bertolak dari pemikiran ini, umat Islam seharusnya menjadi pelopor bagi
pengembangan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan hidup moderen yang
semakin maju. Konsep amal saleh menuntut umat Islam untuk menjadi produsen bukan
hanya konsumen. Tidaklah tepat bila umat Islam hanya memiliki perhatian pada
pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan ilmu-ilmu keagamaan
saja, seperti yang terjadi pada Masa Pertengahan. Kelalaian umat Islam dalam
mengembangkan teknologi militer, pertanian, perhubungan, dan lain-lain pada masa ini
adalah sebab utama bagi kemunduran umat Islam.
Untuk mewujudkan masyarakat utama yang memiliki keunggulan dalam berbagai
bidang kehidupan, lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu memberikan perhatian yang
cukup untuk pembinaan dan pengembangan berbagai keterampilan yang dibutuhkan dalam
kehidupan moderen ini.
2. Nilai-nilai yang Menjadi Materi Pendidikan dalam Islam
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada manusia agar menempatkan sesuatu
pada tempatnya masing-masing sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Inti dari ajaran
tauhid adalah pengakuan terhadap Allah sebagai satu-satunya dzat yang berhak dipertuhan.
Selain dari Allah tidak ada yang boleh dipandang sebagai Tuhan karena kenyataannya semua
itu memang bukan Tuhan, tetapi hanyalah makhluk. Hanya Allah yang menjadi khalik dan
penentu segala sesuatu. Oleh karena itu, ketetapan Allah tentang segala hal bersifat mutlak.
Pandangan ini merupakan landasan utama dalam sistem nilai Islam.
Persoalan nilai dalam Islam dibahas oleh para ulama di bawah judul akhlak.
Sehubungan dengan itu, al-Syaibany mengemukakan lima prinsip yang menjadi landasan
filsafat Islam, khususnya di bidang akhlak. Kelima prinsip itu adalah:
a) Percaya bahwa akhlak termasuk di antara makna yang terpenting dalam hidup ini.
Oleh karena itu, terdapat sebanyak 1504 ayat di dalam al-Quran yang berhubungan
dengan akhlak, baik dari segi teori maupun praktek.
b) Percaya bahwa akhlak itu adalah kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa
dari mana timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang. Ia merupakan
suatu faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuannya untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekitar tempat ia hidup.
c) Percaya bahwa akhlak Islam adalah akhlak kemanusiaan yang mulia. Ia sesuai dengan
fitrah dan akal yang sehat, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan perseorangan dan
masyarakat dalam segala waktu dan tempat.
d) Percaya bahwa tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kehidupan
bahagia di dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu, serta menciptakan
kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi masyarakat.
e) Percaya bahwa agama Islam adalah sumber terpenting bagi akhlak Islam. Ia
merupakan sumber terpenting dalam menentukan baik-buruk.10
Bertolak dari pandangan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang mesti
menjadi materi pendidikan dalam pandangan Islam adalah nilai-nilai yang bersumber dan
berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah al-Nabawiyah. Tolok ukur utama dalam penetapan nilai
sesuatu adalah kedua sumber ajaran Islam ini. Nilai-nilai budaya dapat diterima selama tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Agama Islam tidak hanya mengemukakan nilai-nilai
yang perlu dipelihara oleh manusia, tetapi juga memberikan panduan tentang langkah-
langkah yang perlu untuk mencapainya.
Kehadiran Islam bagi manusia adalah sebagai pedoman untuk membenahi akhlak,
dalam pengertian untuk memberikan petunjuk serta bimbingan tentang nilai-nilai luhur yang
mesti diyakini dan dianut oleh setiap manusia. Sehubungan dengan itu, Nabi pernah
menyatakan bahwa beliau diutus oleh Allah swt. sebagai penyempurna akhlak manusia. Hal
ini menunjukkan bahwa ajaran Islam yang termuat di dalam al-Quran dan al-Sunnah itu sarat
10 OmarMohammad al-Toumyal-Syaibany, op. cit., 312-355.
dengan petunjuk tentang nilai yang mesti diketahui, dihayati dan ditegakkan oleh setiap
individu Muslim.
Dilihat dari sifatnya, nilai-nilai tersebut ada yang absolut dan ada pula yang relatif.
Hal itu dimungkinkan karena Islam adalah agama universal yang berlaku bagi seluruh
masyarakat manusia yang sangat beragam. Sedangkan dari sisi kebutuhan manusia, Islam
sebagai agama fitrah mengajak manusia untuk memenuhi dan menyalurkan kebutuhan-
kebutuhan tersebut secara proporsional. Dengan mengacu kepada pendapat Edward Spranger
di atas, Islam mendorong manusia untuk menghargai keenam kategori nilai tersebut secara
harmonis.
Dalam proses pendidikan yang dilaksanakan atas dasar ajaran Islam, prinsip-prinsip
seperti dikemukakan di atas harus ditegakkan. Anak didik harus dibina untuk menerima
bahwa mereka adalah manusia makhluk ciptaan Tuhan yang harus tunduk dan patuh kepada
segala ketentuan-Nya. Di antara nilai-nilai luhur yang perlu ditumbuh-kembangkan pada
anak didik ialah keadilan, disiplin, kejujuran, kesamaan, solidaritas, ekonomis, dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN/PENUTUP
Keterampilan adalah kemampuan teknis untuk melakukan suatu perbuatan.
Urgensinya mengarah pada efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan sesuai sabda nabi
Muhammad SAW. bahwa bila suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya,
yaitu orang yang tidak terampil dalam bidang pekerjaan itu, niscaya kehancuran akan datang,
pekerjaan yang dimaksud tidak akan terlaksana sebagaimana diharapkan.
Keterampilan dalam pandangan islam adalah sebuah keharusan dalam materi
pendidikan sesuai sabda nabi “Manusia terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi
manusia lainnya”. Agar dapat bermanfaat bagi manusia lain dalam kehidupan bermasyarakat,
seseorang perlu memiliki keterampilan tertentu, baik keterampilan fisik maupun non fisik.
Seseorang perlu memiliki keterampilan profesional seperti petani, dokter dan khususnya
guru.
Dari uraian makalah diatas dapat kami simpulkan diantaranya sebagai berikut:
Nilai adalah kualitas atau mutu dari sesuatu. Masing-masing benda atau peristiwa di
jagat raya ini mempunyai kualitas tertentu. Sedangkan macamnya terdiri dari nilai intrinsik
dan nilai instrumental.
nilai-nilai yang mesti menjadi materi pendidikan dalam pandangan Islam adalah nilai-
nilai yang bersumber dan berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah al-Nabawiyah. Tolok ukur
utama dalam penetapan nilai sesuatu adalah kedua sumber ajaran Islam ini. Nilai-nilai budaya
dapat diterima selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
DAFTAR PUSTAKA
John S. Brubacher, Modern Philosophies of Education, (New Delhi: Tata McGraw-
Hill Publishing Company Ltd., 1978)
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1979), Cet. I
S.M. al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Terj. Haidar Bagir,
(Bandung: Penerbit Mizan, 1987)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), Cet. Ketiga
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila, (Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 1986)
A. Atmadi dan Y. Setianingsih (ed.), Transformasi Pendidikan Memasuki Millenium
Ketiga, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000)
EM. K. Kaswardi (ed.), Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: PT.
Grasindo, 1993)
Hasan Langgulung, Menimbang Konsep al-Ghazali: Sebuah Pengantar dalam
Fathiyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan al-Ghazali, Terj. Ahmad Hakim dan M.Imam
Aziz, (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat P3M), 1986)

More Related Content

What's hot

Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, SanjosePendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, SanjoseAbel Petrus
 
1. kepentingan pendidikan dalam penbentukan kualiti hidup
1. kepentingan pendidikan dalam penbentukan kualiti hidup1. kepentingan pendidikan dalam penbentukan kualiti hidup
1. kepentingan pendidikan dalam penbentukan kualiti hidupBoss
 
Guru sejati berkepribadian islami
Guru sejati berkepribadian islamiGuru sejati berkepribadian islami
Guru sejati berkepribadian islamisandri irmawan
 
Falsafah pendidikan
Falsafah pendidikanFalsafah pendidikan
Falsafah pendidikanJasmine Loo
 
Kata pengantar jadi
Kata pengantar jadiKata pengantar jadi
Kata pengantar jadifauziah2812
 
Makalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan KarakterMakalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan KarakterMutiaraJelita1
 
Taklimat umum kssr
Taklimat umum kssrTaklimat umum kssr
Taklimat umum kssrTing Elaine
 
Revolusi Pembelajaran Ppt
Revolusi Pembelajaran PptRevolusi Pembelajaran Ppt
Revolusi Pembelajaran PptWARGA SALAPAN
 
7 pendidikan-karakter-di-smp-mll-pbm-mbs-ekskul
7 pendidikan-karakter-di-smp-mll-pbm-mbs-ekskul7 pendidikan-karakter-di-smp-mll-pbm-mbs-ekskul
7 pendidikan-karakter-di-smp-mll-pbm-mbs-ekskulArief Singkirangin
 
Taklimat KSSR
Taklimat KSSRTaklimat KSSR
Taklimat KSSRAsniem CA
 
Moral wajib notes
Moral wajib notesMoral wajib notes
Moral wajib notesElayne Khaw
 
Psikologi.1
Psikologi.1Psikologi.1
Psikologi.1Shan Cyu
 
Konsep guru islam, timur dan barat
Konsep guru  islam, timur dan baratKonsep guru  islam, timur dan barat
Konsep guru islam, timur dan baratNieyfa Risya
 
Taklimat umum kssr160610 2
Taklimat umum kssr160610 2Taklimat umum kssr160610 2
Taklimat umum kssr160610 2Azima Azmi
 

What's hot (20)

Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, SanjosePendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
Pendidikan karakter di pendidikan dasar dan menengah, Sanjose
 
Kuliah 1
Kuliah 1Kuliah 1
Kuliah 1
 
1. kepentingan pendidikan dalam penbentukan kualiti hidup
1. kepentingan pendidikan dalam penbentukan kualiti hidup1. kepentingan pendidikan dalam penbentukan kualiti hidup
1. kepentingan pendidikan dalam penbentukan kualiti hidup
 
Guru sejati berkepribadian islami
Guru sejati berkepribadian islamiGuru sejati berkepribadian islami
Guru sejati berkepribadian islami
 
Falsafah pendidikan
Falsafah pendidikanFalsafah pendidikan
Falsafah pendidikan
 
Kata pengantar jadi
Kata pengantar jadiKata pengantar jadi
Kata pengantar jadi
 
Hakekat Belajar Mengajar
Hakekat Belajar MengajarHakekat Belajar Mengajar
Hakekat Belajar Mengajar
 
Rio ktii
Rio ktiiRio ktii
Rio ktii
 
Makalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan KarakterMakalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan Karakter
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Taklimat umum kssr
Taklimat umum kssrTaklimat umum kssr
Taklimat umum kssr
 
Revolusi Pembelajaran Ppt
Revolusi Pembelajaran PptRevolusi Pembelajaran Ppt
Revolusi Pembelajaran Ppt
 
7 pendidikan-karakter-di-smp-mll-pbm-mbs-ekskul
7 pendidikan-karakter-di-smp-mll-pbm-mbs-ekskul7 pendidikan-karakter-di-smp-mll-pbm-mbs-ekskul
7 pendidikan-karakter-di-smp-mll-pbm-mbs-ekskul
 
Taklimat KSSR
Taklimat KSSRTaklimat KSSR
Taklimat KSSR
 
Bab 4 pd
Bab 4 pdBab 4 pd
Bab 4 pd
 
Moral wajib notes
Moral wajib notesMoral wajib notes
Moral wajib notes
 
Psikologi.1
Psikologi.1Psikologi.1
Psikologi.1
 
Konsep guru islam, timur dan barat
Konsep guru  islam, timur dan baratKonsep guru  islam, timur dan barat
Konsep guru islam, timur dan barat
 
Pendidikan Yang Humanis
Pendidikan Yang HumanisPendidikan Yang Humanis
Pendidikan Yang Humanis
 
Taklimat umum kssr160610 2
Taklimat umum kssr160610 2Taklimat umum kssr160610 2
Taklimat umum kssr160610 2
 

Similar to ilmu pendidikan

Makalah keterampilan dan nilai sebagai materi pendidikan perspektif islam
Makalah keterampilan dan nilai sebagai materi pendidikan perspektif islamMakalah keterampilan dan nilai sebagai materi pendidikan perspektif islam
Makalah keterampilan dan nilai sebagai materi pendidikan perspektif islamimammuttaqin58
 
hakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxhakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxTIRASBALYO
 
Hakikat manusia dan pengembangan
Hakikat manusia dan pengembanganHakikat manusia dan pengembangan
Hakikat manusia dan pengembanganDhea Pratiwi
 
peranan sekolah bagi fpk
peranan sekolah bagi fpkperanan sekolah bagi fpk
peranan sekolah bagi fpkMusaDiq YaaCob
 
Pengantar umum silabus pai 2013
Pengantar umum silabus pai  2013Pengantar umum silabus pai  2013
Pengantar umum silabus pai 2013Abdul Ghufron
 
Teori belajar dan pembelajaran
Teori belajar dan pembelajaranTeori belajar dan pembelajaran
Teori belajar dan pembelajaranDei Al-faroby
 
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfPENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfFatimah988108
 
Post test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docxPost test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docxRINAWARASTUTI
 
Septia karakter pendidikan
Septia karakter pendidikanSeptia karakter pendidikan
Septia karakter pendidikanseptiaherda
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeMuhammadLatif68
 
DASAR-DASAR PENDIDIKAN.docx
DASAR-DASAR PENDIDIKAN.docxDASAR-DASAR PENDIDIKAN.docx
DASAR-DASAR PENDIDIKAN.docxwardatussaniah2
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMara Sutan Siregar
 

Similar to ilmu pendidikan (20)

filsafat pendidikan
filsafat pendidikanfilsafat pendidikan
filsafat pendidikan
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Merdeka Belajar.pdf
 
Makalah keterampilan dan nilai sebagai materi pendidikan perspektif islam
Makalah keterampilan dan nilai sebagai materi pendidikan perspektif islamMakalah keterampilan dan nilai sebagai materi pendidikan perspektif islam
Makalah keterampilan dan nilai sebagai materi pendidikan perspektif islam
 
hakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxhakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docx
 
Hakikat manusia dan pengembangan
Hakikat manusia dan pengembanganHakikat manusia dan pengembangan
Hakikat manusia dan pengembangan
 
AKSI NYATA.docx
AKSI NYATA.docxAKSI NYATA.docx
AKSI NYATA.docx
 
TOPIK 1.pptx
TOPIK 1.pptxTOPIK 1.pptx
TOPIK 1.pptx
 
peranan sekolah bagi fpk
peranan sekolah bagi fpkperanan sekolah bagi fpk
peranan sekolah bagi fpk
 
Pengantar umum silabus pai 2013
Pengantar umum silabus pai  2013Pengantar umum silabus pai  2013
Pengantar umum silabus pai 2013
 
Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
Teori belajar dan pembelajaran
Teori belajar dan pembelajaranTeori belajar dan pembelajaran
Teori belajar dan pembelajaran
 
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfPENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
 
Post test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docxPost test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docx
 
Pertemuan 6
Pertemuan 6Pertemuan 6
Pertemuan 6
 
Teori
TeoriTeori
Teori
 
Septia karakter pendidikan
Septia karakter pendidikanSeptia karakter pendidikan
Septia karakter pendidikan
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban ManusiaHakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
 
DASAR-DASAR PENDIDIKAN.docx
DASAR-DASAR PENDIDIKAN.docxDASAR-DASAR PENDIDIKAN.docx
DASAR-DASAR PENDIDIKAN.docx
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
 

Recently uploaded

LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

ilmu pendidikan

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Materi pendidikan biasa juga disebut isi atau kandungan pendidikan dan kurikulum. Materi pendidikan ialah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian , tujuan pendidikan tidak akan tercapai mestinya tanpa pembekalan anak didik dengan materi pendidikan. Bila rumusan pendidikan berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainya, tentu saja materi yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu juga berbeda.materi pendidikan yang sekuler pasti berbeda dengan masyarakat yang relegius,begitu pula, materi pendidikan industri harus berbeda dari materi pendidikan dalam masyarakat agraris. Pembicaraan tentang materi pendidikan ditempatkan setelah pembahasan mengenai fitrah manusia dan tujuan pendidikan. Karena pada hakikatnya,materi pendidikan merupakan alat yang akan dipakai untuk mengubah anak dari kondisi awal ( fitrah)menjadi manusia ideal yang dicita citakan.setelah dipahami kondisi awal serta tujuan akhir yang diharapkan. Perlu dipahami dan diketahui bahan bahan yang perlu diberikan pada anak didik untuk membawa perubahan yang dimaksud. Sehubungan dengan itu perlu ditegaskan bahwa materi pendidikan bukan pengetahuan dibidang bidang ilmu tertentu yang di transfer kepada anak didik. Disinilah terletak perbedaan yang utama antara pendidikan dan pengajaran. Dalam pengajaran yang ditransfer yang terfokus hanya pada pengetahuan saja.sedangkan pendidikan hanya sebagian dari materi yang mesti diberikan kepada anak didik. Secara garis besar ada 3hal yang menjadi materi atau isi pendidikan : pengetahuan (knowlwgde) , ketrampilan (skill) , nilai nilai (value). Dalam bahasan ini akan dibicarakan hal hal yang terkait dengan ketrampilan, dan nilai sebagai materi pendidikan islam. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian Ketrampilan serta Urgensinya? 2. Apakah pengertian Nilai serta macam macamnya ? 3. Bagaimana nilai dan ketrampilan yang harus diberikan kepada anak didik dalam perspektif islam?
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Keterampilan dan urgensinya 1. Pengertian Keterampilan Pengertian Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.1 Pengertian keterampilan secara sederhana adalah "kecakapan untuk menyelelesaikan tugas"2 Pengertian lain bahwasanya Kata keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan. Keterampilan berarti kecakapan untuk menyelesaikan tugas.3 Keterampilan adalah kemampuan teknis untuk melakukan suatu perbuatan. Ia merupakan aplikasi atau penerapan dari pengetahuan teoritis yang dimilik seseorang, seperti keterampilan bercocok tanam bagi petani, mengajar bagi guru, membuat kursi bagi tukang kayu, memotong dan menjahit baju bagi penjahit, dan lain-lain. Dengan keterampilan, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien. Keterampilan ada yang bersifat fisik seperti membuat sepatu, memasak makanan tertentu, mengetik surat, membangun rumah, dan lain-lain. Selain itu, ada pula keterampilan yang bersifat non fisik seperti mengajar, memimpin rapat, menyusun karya ilmiah, dan lain-lain. Keterampilan untuk mengerjakan suatu pekerjaan, di samping dipengaruhi oleh bakat juga ditentukan oleh latihan dan pembiasaan. Seseorang akan terampil mengerjakan sesuatu, apakah yang bersifat fisik atau psikis, jika ia terlatih dan terbiasa dalam melakukan pekerjaan itu. Seorang yang terlatih memetik gitar akan terampil dalam bermain gitar atau seorang yang terlatih dan biasa mengendari mobil akan menjadi sopir yang terampil. Demikian pula untuk berbagai macam pekerjaan lain yang dapat dikerjakan oleh manusia. 2. Keterampilan Sebagai Materi Pendidikan Pendidikan, di samping berfungsi untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, juga berfungsi untuk membina berbagai keterampilan pada anak didik. Untuk itu, beriktu ini, akan dikemukakan pengertian dan macam-macam keterampilan serta keterampilan yang perlu dijadikan materi pendidikan menurut ajaran Islam. 1 id.wiktionary.org/wiki/keterampilan 2 kamusbesar.com/40764/keterampilan 3 Departemen Pendidikandan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. Ketiga, hal. 9 35.
  • 3. 3. Urgensi Keterampilan Efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan sangat ditentukan oleh tingkat keterampilan yang dimiliki oleh pelakunya. Semakin tinggi tingkat keterampilan, semakin efektif dan efisien pekerjaan tersebut. Bobot dan kualitas hasil suatu pekerjaan banyak bergantung pada kemampuan teknis atau kemahiran pelakunya dalam mengerjakan pekerjaan itu. Begitu pula, penggunaan dana, waktu, dan tenaga untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan juga banyak ditentukan oleh tingkat keterampilan orang yang melakukannya. Dalam sebuah hadis dikemukakan bahwa Nabi pernah menyatakan bahwa bila suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, yaitu orang yang tidak terampil dalam bidang pekerjaan itu, niscaya kehancuran akan datang, pekerjaan yang dimaksud tidak akan terlaksana sebagaimana diharapkan. Hadis ini secara tegas menuntut agar setiap pekerjaan atau profesi harus dikerjakan oleh orang-orang yang terampil dalam bidang pekerjaan tersebut. Dengan demikian, Islam sangat menekankan pentingnya penguasaan teknologi dalam berbagai aspek dan bidang kehidupan, yang memungkinkan setiap pekerjaan dilakukan dengan tingkat keterampilan yang tinggi. Semakin maju peradaban manusia semakin tinggi pula tingkat kemahiran atau keterampilan yang dibutuhkan. Dulu, keterampilan membuat pedati dipandang sudah maju dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Akan tetapi, saat ini, kendaraan tersebut sudah menjadi masa lalu yang sudah ketinggalan. B. Pengertian Nilai serta Macam-macamnya a. Pengertian Nilai Nilai adalah kualitas atau mutu dari sesuatu. Masing-masing benda atau peristiwa di jagat raya ini mempunyai kualitas tertentu. Segala sesuatu yang ada mengandung nilai-nilai tertentu. Nilai masing-masing benda atau peristiwa itu berbeda-beda antara satu dengan lainnya sehingga setiap sesuatu menempati tingkatan nilai tertentu. Menurut Max Scheler, nilai-nilai yang ada tidaklah sama luhur dan tingginya. Nilai-nilai itu secara senyatanya, ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibanding nilai lainnya. Hirarki nilai ini bukan diciptakan oleh dan tidak bergantung pada kemauan manusia. Baik atau tidaknya manusia ditentukan oleh kebenaran prilakunya sesuai dengan hirarki nilai itu sendiri.4 4 EM. K. Kaswardi (ed.), PendidikanNilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta:PT. Grasindo, 1993), hal.
  • 4. Seseorang memilih suatu benda atau melakukan suatu tindakan karena benda dan tindakan itu diyakininya punya nilai. Oleh karena itu, ia akan merasa puas dan senang bila memperoleh benda atau dapat melakukan sesuatu yang dianggapnya bernilai. Ada orang yang merasa puas bila memperoleh kedudukan dan peran politik tertentu. Ada pula yang akan senang jika mendapat keuntungan ekonomis tertentu. Masing-masing akan berusaha untuk mendapatkan hal-hal yang diyakininya bernilai. Seiring dengan itu, nilai dipahami sebagai suatu tenaga pendorong bagi seseorang untuk bertindak, sesuatu yang dihargai, dipelihara, diagungkan, dihormati, serta membuat orang puas, gembira, dan bersyukur, sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan dan yang disukai. Dalam menjalani kehidupannya, manusia selalu dihadapkan pada pilihan yang sangat beragam. Manusia tidak mungkin bersikap apatis. Misalnya, ketika seseorang memiliki sejumlah uang ia akan dihadapkan pada pilihan tentang benda apa yang akan dibelinya dengan uang itu. Begitu pula, ketika ia melihat ada orang yang terjatuh di jalanan, ia juga dituntut untuk memilih apakah akan menolong orang tersebut atau berlalu begitu saja. Demikian seterusnya, seseorang selalu dituntut untuk mengambil sikap terhadap berbagai hal yang dihadapinya. Pilihan tentang benda yang akan dibelinya atau tindakan yang akan dilakukannya ditentukan oleh tingkatan nilai yang diyakininya ada pada pilihan itu. Mungkin ia akan membeli barang-barang antik, buku-buku pengetahuan, baju baru, atau makanan yang enak, bahkan mungkin ia memilih terjun ke dalam kancah peperangan, karena itulah yang bernilai bagi yang bersangkutan. Seseorang akan siap mengorbankan apa pun untuk mencapai sesuatu yang diyakininya bernilai bagi dirinya. Penilaian seseorang terhadap suatu benda atau tindakan mungkin sesuai dengan realitas sesungguhnya, tetapi mungkin juga tidak. Oleh karena itu, suatu benda atau tindakan ada yang bernilai dan ada pula yang diberi nilai. Pendidikan nilai bertujuan untuk membina anak didik agar mampu dan mau memilih suatu benda atau tindakan sesuai dengan nilai- nilai luhur yang dianut oleh masyarakat tempat ia hidup. Dengan kata lain, agar ia dapat bersikap dan berprilaku secara tepat sesuai dengan nilai-nilai luhur masyarakatnya. Nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak. Untuk mengetahui nilai yang dianut oleh seseorang dapat dilihat dengan memperhatikan usahanya untuk mencapai suatu yang mengandung nilai tertentu. Seberapa besar daya, dana, waktu, dan perhatian yang digunakan dan dikorbankannya untuk itu. Semakin besar daya, dana, waktu, dan perhatian yang dugunakannya berarti semakin tinggi nilai yang ada di balik sesuatu itu baginya. Orang yang meyakini bahwa berhaji itu adalah sesuatu yang bernilai tinggi akan senantiasa berusaha dengan segala cara yang mungkin untuk menunaikannya.
  • 5. b. Nilai Sebagai Materi Pendidikan Manusia yang ideal adalah pribadi yang setia dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang berlaku. Sebaliknya, manusia yang tidak baik yaitu mereka yang mengingkari nilai-nilai, atau sedikitnya kurang loyal dan kurang aktif dalam melaksanakan yang dikehendaki nilai- nilai.5 Manusia yang baik tidak akan ragu-ragu untuk mengorbankan waktu, dana, tenaga, bahkan nyawa sekali pun dalam rangka memperjuangkan dan mempertahankan nilai-nilai yang diyakininya. Manusia demikian tidak akan ada dengan sendirinya, tetapi melalui proses yang disebut pendidikan. Tugas utama pendidikan adalah membentuk pribadi yang bermoral, yang memiliki kemampuan untuk mengelola hidupnya sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Kemampuan seperti ini ada pada hati nurani. Dengan demikian, pendidikan bertujuan untuk membina hati nurani peserta didik agar mempunyai kepekaan dan penghayatan nilai-nilai yang luhur. Pembinaan hati nurani seperti inilah yang disebut pendidikan nilai atau pendidikan budi pekerti.6 Al-Attas menegaskan bahwa ungkapan bahasa Arab yang paling tepat untuk merumuskan arti kata pendidikan adalah ta`dib karena yang menjadi pusat masalah pendidikan adalah adab.7 Untuk membentuk pribadi yang bermoral atau yang beradab, anak didik harus dibantu untuk menghayati dan mengalami nilai-nilai luhur yang diidealkan. Justru itu, nilai menjadi materi pendidikan yang sangat penting. c. Macam-macam Nilai Dalam pembahasan tentang nilai, ada beberapa cara pengelompokan yang biasa dipakai. Di antaranya pengelompokan nilai ke dalam nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik atau nilai objektif yaitu nilai yang terdapat secara objektif pada suatu hal atau objek tertentu. Penetapan bernilai atau tidaknya suatu objek ditentukan oleh kualitas objek itu sendiri, tidak bergantung pada relasinya dengan faktor lain. Dalam literatur Ushul Fikih, nilai intrinsik disebut hasan/qubh lidzatih. Sementara itu, nilai instrumen ialah nilai yang diberikan kepada sesuatu karena fungsi dan hubungannya dengan faktor lain. Nilai instrumental disebut dalam istilah Ushul Fikih hasan/qubh lighairih. Nilai intrinsik ialah nilai yang dianggap baik tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam dan dari dirinya 5 Mohammad Noor Syam, Filsafat PendidikandanDasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 1 986), hal. 129. 6 A. Atmadi danY. Setianingsih(ed.), Transformasi PendidikanMemasuki MilleniumKetiga, (Yogyakarta:Penerbit Kanisius, 2 000),hal. 35. 7 S.M. al-Naquib al-Attas, op. cit., hal. 77.
  • 6. sendiri. Nilai instrumental ialah nilai yang baik karena bernilai untuk sesuatu yang lain. Nilai terletak pada konsekuensi-konsekuensi pelaksanaannya dalam usaha mencapai nilai yang lain.8 Di kalangan ilmuwan terdapat pandangan bahwa nilai sesuatu tidak berada pada objek itu sendiri, melainkan pada peran dan fungsinya bagi subjek pemberi nilai. Sesuatu dikatakan bernilai bila ia memberi manfaat dan kepuasan bagi orang yang membutuhkannya. Inilah pandangan penganut paham pragmatis yang selalu mengukur sesuatu dari segi kegunaan praktisnya. Di antara tokoh paham ini yang banyak pengaruhnya di dunia pendidikan adalah John Dewey. Dalam pandangan mereka, nilai bersifat relatif dan subjektif, yaitu bergantung pada tempat, waktu, dan manusia. Sementara di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa segala sesuatu memiliki nilai pada dirinya sendiri. Bagi penganut pendapat ini, nilai bersifat normatif, universal, dan objektif. Pandangan seperti ini dianut oleh para penganut paham idealisme. Dari segi fungsinya untuk memenuhi interest manusia, nilai dikelompokkan Edward Spranger menjadi nilai religi, nilai ilmiah, nilai ekonomi, nilai politik (keku-asaan, negara), nilai estetika, dan nilai sosial (nilai kemanusiaan).9 Pengelompok-an ini menunjukkan penggolongan manusia sesuai dengan interestnya. Pada dasarnya, setiap manusia menghargai keenam nilai ini. Hanya saja, konfigurasinya pada masing-masing orang berbeda. Di antara manusia, ada yang mengutamakan nilai-nilai agama dalam hidupnya, dan ada pula yang mementingkan nilai-nilai ekonomi. Demikian seterusnya. Dilihat dari sumbernya, nilai dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu nilai agama dan nilai budaya. Nilai agama yaitu nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan yang ditetapkan melalui wahyu yang disampaikan melalui para Rasul-Nya. Dalam hal ini, penetapan nilai suatu benda atau perbuatan didasarkan atas ketetapan agama. Di dalam ajaran agama, terdapat norma-norma yang memuat nilai-nilai luhur yang harus ditegakkan oleh penganut agama yang bersangkutan. Bagi penganut agama, nilai ini bersifat mutlak dan tidak mungkin diposisikan di bawah nilai-nilai budaya. Nilai budaya adalah nilai-nilai yang ditetapkan oleh manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok. Nilai inilah yang melembaga dalam suatu masyarakat, yang menjadi tradisi yang diwariskan turun temurun. Dalam Islam, nilai-nilai budaya dapat diterima dan dikembangkan selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. 8 Mohammad Noor Syam, op. cit., hal. 137. 9 Ibid., hal. 138.
  • 7. Dalam ajaran Islam yang menjadi tolok ukur nilai adalah kehendak Allah swt., bukan kehendak atau selera manusia. Yang baik dan bernilai dalam pandangan Islam adalah segala yang dinyatakan baik oleh Allah swt. Oleh karena itu, patokan baik-buruk atau bernilai- tidaknya sesuatu adalah ketentuan yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah. C. Ketrampilan dan Nilai yang harus diberikan kepada anak didik dalam perspektif islam 1. Keterampilan Yang Menjadi Materi Pendidikan dalam Islam Di atas, telah dijelaskan bahwa tugas yang dibebankan kepada manusia ialah menciptakan kehidupan yang sejahtera sebagai wujud pengabdian kepada Allah swt. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk membina kehidupan bersama. Begitu pula, manusia dituntut untuk mengolah dan memanfaatkan alam. Dengan begitu, banyak pekerjaan yang dapat dan perlu dilakukan manusia. Masing-masing bidang tugas ini menuntut pembinaan dan pengembangan keterampilan, baik keterampilan fisik maupun yang non fisik. Manusia sebagai makhluk sosial dituntut agar mempunyai keahlian yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain. Manusia hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk menjadi bagian yang berarti dalam sebuah sistem sosial yang terdiri atas banyak orang. Masing-masing orang sebagai warga masyarakat dituntut agar mengambil bagian atau pean sendiri untuk kepentingan bersama. Dalam hal ini, menarik untuk mengamati pernyataan Nabi sebagaimana diungkapkan hadis yang berbunyi: ‫للناس‬ ‫أنفعهم‬ ‫الناس‬ ‫خير‬ Artinya: Manusia terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Agar dapat bermanfaat bagi manusia lain dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang perlu memiliki keterampilan tertentu, baik keterampilan fisik maupun non fisik. Seseorang perlu memiliki keterampilan profesional seperti petani, dokter, guru, ahli bangunan, dan lain- lain karena semua ini sangat dibutuhkan oleh suatu masyarakat. Makna kehidupan seseorang ditentukan oleh seberapa besar partisipasinya dalam membina kehidupan masyarakat tempat ia hidup. Seiring dengan itu, di dalam al-Quran dinyatakan: ‫فى‬ ‫مكناكم‬ ‫ولقد‬‫(األعراف‬ ‫ماتشكرون‬ ‫قليال‬ ‫معايش‬ ‫فيها‬ ‫وجعلنالكم‬ ‫األرض‬10) Artinya: Sesungguhnya, Kami telah menempatkan kalian di bumi, dan telah menentukan berbagai sumber kehidupan untuk kalian di sana. Hanya sedikit di antara kalian yang bersyukur.
  • 8. Ayat ini menegaskan bahwa banyak sumber kehidupan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam melaksanakan tugasnya di bumi. Itu berarti bahwa banyak pula keterampilan yang dibutuhkan untuk mengaktualisasikannya. Manusia perlu menggali dan mengembangkannya secara profesional. Dengan demikian, tuntutan agama Islam agar penganutnya selalu berusaha untuk beramal saleh dalam rangka mewujudkan kemakmuran di bumi berarti tuntutan untuk membina dan mengembangkan berbagai keterampilan yang memungkinkan terciptanya kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Di antara keterampilan yang diungkap al- Quran, dapat dikemukakan seperti bertani, berdagang, beternak, teknik, pengobatan, administrasi, berdakwah, dan lain-lain. Bentuk keterampilan yang dibutuhkan dalam suatu masyarakat tentu saja selalu akan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan peradaban masyarakat yang bersangkutan. Bertolak dari pemikiran ini, umat Islam seharusnya menjadi pelopor bagi pengembangan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan hidup moderen yang semakin maju. Konsep amal saleh menuntut umat Islam untuk menjadi produsen bukan hanya konsumen. Tidaklah tepat bila umat Islam hanya memiliki perhatian pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan ilmu-ilmu keagamaan saja, seperti yang terjadi pada Masa Pertengahan. Kelalaian umat Islam dalam mengembangkan teknologi militer, pertanian, perhubungan, dan lain-lain pada masa ini adalah sebab utama bagi kemunduran umat Islam. Untuk mewujudkan masyarakat utama yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang kehidupan, lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu memberikan perhatian yang cukup untuk pembinaan dan pengembangan berbagai keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan moderen ini. 2. Nilai-nilai yang Menjadi Materi Pendidikan dalam Islam Islam adalah agama yang mengajarkan kepada manusia agar menempatkan sesuatu pada tempatnya masing-masing sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Inti dari ajaran tauhid adalah pengakuan terhadap Allah sebagai satu-satunya dzat yang berhak dipertuhan. Selain dari Allah tidak ada yang boleh dipandang sebagai Tuhan karena kenyataannya semua itu memang bukan Tuhan, tetapi hanyalah makhluk. Hanya Allah yang menjadi khalik dan penentu segala sesuatu. Oleh karena itu, ketetapan Allah tentang segala hal bersifat mutlak. Pandangan ini merupakan landasan utama dalam sistem nilai Islam.
  • 9. Persoalan nilai dalam Islam dibahas oleh para ulama di bawah judul akhlak. Sehubungan dengan itu, al-Syaibany mengemukakan lima prinsip yang menjadi landasan filsafat Islam, khususnya di bidang akhlak. Kelima prinsip itu adalah: a) Percaya bahwa akhlak termasuk di antara makna yang terpenting dalam hidup ini. Oleh karena itu, terdapat sebanyak 1504 ayat di dalam al-Quran yang berhubungan dengan akhlak, baik dari segi teori maupun praktek. b) Percaya bahwa akhlak itu adalah kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa dari mana timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang. Ia merupakan suatu faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan alam sekitar tempat ia hidup. c) Percaya bahwa akhlak Islam adalah akhlak kemanusiaan yang mulia. Ia sesuai dengan fitrah dan akal yang sehat, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan perseorangan dan masyarakat dalam segala waktu dan tempat. d) Percaya bahwa tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kehidupan bahagia di dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu, serta menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi masyarakat. e) Percaya bahwa agama Islam adalah sumber terpenting bagi akhlak Islam. Ia merupakan sumber terpenting dalam menentukan baik-buruk.10 Bertolak dari pandangan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang mesti menjadi materi pendidikan dalam pandangan Islam adalah nilai-nilai yang bersumber dan berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah al-Nabawiyah. Tolok ukur utama dalam penetapan nilai sesuatu adalah kedua sumber ajaran Islam ini. Nilai-nilai budaya dapat diterima selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Agama Islam tidak hanya mengemukakan nilai-nilai yang perlu dipelihara oleh manusia, tetapi juga memberikan panduan tentang langkah- langkah yang perlu untuk mencapainya. Kehadiran Islam bagi manusia adalah sebagai pedoman untuk membenahi akhlak, dalam pengertian untuk memberikan petunjuk serta bimbingan tentang nilai-nilai luhur yang mesti diyakini dan dianut oleh setiap manusia. Sehubungan dengan itu, Nabi pernah menyatakan bahwa beliau diutus oleh Allah swt. sebagai penyempurna akhlak manusia. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Islam yang termuat di dalam al-Quran dan al-Sunnah itu sarat 10 OmarMohammad al-Toumyal-Syaibany, op. cit., 312-355.
  • 10. dengan petunjuk tentang nilai yang mesti diketahui, dihayati dan ditegakkan oleh setiap individu Muslim. Dilihat dari sifatnya, nilai-nilai tersebut ada yang absolut dan ada pula yang relatif. Hal itu dimungkinkan karena Islam adalah agama universal yang berlaku bagi seluruh masyarakat manusia yang sangat beragam. Sedangkan dari sisi kebutuhan manusia, Islam sebagai agama fitrah mengajak manusia untuk memenuhi dan menyalurkan kebutuhan- kebutuhan tersebut secara proporsional. Dengan mengacu kepada pendapat Edward Spranger di atas, Islam mendorong manusia untuk menghargai keenam kategori nilai tersebut secara harmonis. Dalam proses pendidikan yang dilaksanakan atas dasar ajaran Islam, prinsip-prinsip seperti dikemukakan di atas harus ditegakkan. Anak didik harus dibina untuk menerima bahwa mereka adalah manusia makhluk ciptaan Tuhan yang harus tunduk dan patuh kepada segala ketentuan-Nya. Di antara nilai-nilai luhur yang perlu ditumbuh-kembangkan pada anak didik ialah keadilan, disiplin, kejujuran, kesamaan, solidaritas, ekonomis, dan lain-lain.
  • 11. BAB III KESIMPULAN/PENUTUP Keterampilan adalah kemampuan teknis untuk melakukan suatu perbuatan. Urgensinya mengarah pada efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan sesuai sabda nabi Muhammad SAW. bahwa bila suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, yaitu orang yang tidak terampil dalam bidang pekerjaan itu, niscaya kehancuran akan datang, pekerjaan yang dimaksud tidak akan terlaksana sebagaimana diharapkan. Keterampilan dalam pandangan islam adalah sebuah keharusan dalam materi pendidikan sesuai sabda nabi “Manusia terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”. Agar dapat bermanfaat bagi manusia lain dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang perlu memiliki keterampilan tertentu, baik keterampilan fisik maupun non fisik. Seseorang perlu memiliki keterampilan profesional seperti petani, dokter dan khususnya guru. Dari uraian makalah diatas dapat kami simpulkan diantaranya sebagai berikut: Nilai adalah kualitas atau mutu dari sesuatu. Masing-masing benda atau peristiwa di jagat raya ini mempunyai kualitas tertentu. Sedangkan macamnya terdiri dari nilai intrinsik dan nilai instrumental. nilai-nilai yang mesti menjadi materi pendidikan dalam pandangan Islam adalah nilai- nilai yang bersumber dan berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah al-Nabawiyah. Tolok ukur utama dalam penetapan nilai sesuatu adalah kedua sumber ajaran Islam ini. Nilai-nilai budaya dapat diterima selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA John S. Brubacher, Modern Philosophies of Education, (New Delhi: Tata McGraw- Hill Publishing Company Ltd., 1978) Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1979), Cet. I S.M. al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Penerbit Mizan, 1987) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. Ketiga Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 1986) A. Atmadi dan Y. Setianingsih (ed.), Transformasi Pendidikan Memasuki Millenium Ketiga, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000) EM. K. Kaswardi (ed.), Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993) Hasan Langgulung, Menimbang Konsep al-Ghazali: Sebuah Pengantar dalam Fathiyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan al-Ghazali, Terj. Ahmad Hakim dan M.Imam Aziz, (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat P3M), 1986)