SlideShare a Scribd company logo
HUKUM TAQLIFI
NAMA KELOMPOK :
Erika Renka Wiandra (13)
Genta Antariksa (18)
Hanifa Rizky Rahmawati (19)
Ilham Yusuf Bachtiar (20)
Miga Hetty Mulia Sari (22)
Ridha Agustina K.N. (25)
Anindia Sanditiara (04)
Yoga Herlambang (34)
Hukum Taklifi
Hukum taklifi adalah khitab (titah) Allah swt.
atau sabda Nabi Muhammad SAW yang
mengandung tuntunan, baik perintah
melakukan atau larangan.
Hukum taklifi terbagi menjadi :
Wajib (Fardlu)
Sunnah (Mandhub)
Haram (Tahrim)
Makruh (Karahah)
Mubah (Al-Ibahah)
A. Wajib
Wajib merupakan suatu hal yang wajib atau harus dilakukan atas diri
setiap muslim mukallaf (akil dan baligh) baik laki- laki atau perempuan.
Wajib atau Fardhu ialah suatu hukum yang apabila dilakukan
mendapat pahala atau balasan baik dari Allah dan jika ditinggalkan maka
akan berdosa dan mendapat ganjaran siksaan di akhirat.
Para ulama’ Ushul Fiqh mengemukakan bahwa hukum wajib itu bisa
dibagi dari berbagai segi, yaitu dilihat dari segi waktunya, wajib dibagi
menjadi dua, yaitu:
 Wajib Muthlaq, yaitu sesuatu yang dituntut syar’i untuk dilaksanakan oleh
mukallaf tanpa ditentukan waktunya. Mislanya, kewajiban membayar
kafarat sebagai hukuman bagi orang yang melanggar sumpahnya.
 Wajib Muwaqqat, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan orang mukallaf
pada waktu-waktu tertentu, seperti shalat dan puasa Ramadhan. Shalat wajib
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Demikian halnya puasa
Ramadhan, sehingga apabila belum masuk waktunya, kewajiban itu belum
ada.
Kemudian wajib Muwaqqat dibagi lagi menjadi tiga macam, yaitu :
 Wajib Muwassa’ (kewajiban yang mempunyai batas waktu lapang), yaitu waktu yang
tersedia untuk melaksanakan perbuatan yang diwajibkan itu lebih luas dari pada
waktu mengerjakan kewajiban itu. Umpamanya, waktu shalat Dzuhur lebih luas dari
pada waktu mengerjakan shalat Dzuhur.
 Wajib Mudhayyaq (kewajiban yang memunyai batas waktu sempit), yaitu kewajiban
yang waktunya secara khusus diperuntukkan bagi suatu amalan, dan waktunya itu
tidak bisa digunakan untuk kewajiban lain yang sejenis. Maksudnya, waktu yang
tersedia persis sama dengan waktu mengerjakan kewajiban itu, seperti puasa bulan
Ramadhan.
 Wajib Dzu Asy-Syibhaini, yaitu kewajiban yang mempunyai
waktu yang lapang, tetapi tidak bisa digunakan untuk melakukan
amalan sejenis secara berulang-ulang. Misalnya, waktu haji itu
cukup lapang dan seseorang bisa melaksankan beberapa amalan
haji pada waktu itu berkali-kali, tetapi yang diperhitungkan syara’
hanya satu saja. Akan tetapi ulama’ syafi’iyyah berpendapat
bahwa untuk ibadah haji, termasuk dalam wajib muthlaq, karena
seseorang boleh melaksanakannya kapanpun ia mau selama
hidupnya. Juga dalam pembahasan wajib Muwaqqat, ulama’
syafi’iyyah mengemukakan tentang persoalan ‘Ada’, I’adah dan
Qadha .
 ‘Ada’ menurut Ibnu Hajib adalah melaksanakan suatu amalan untuk pertama
kalinya pada waktu yang diitentukan syara’. I’adah adalah suautu amalan yang
diekrjakan untuk kedua kalinya untuk waktu yang telah ditentukan, karena
amalan yang dikerjakan pertama kali tidak sah atau mengandung uzur. Qadha’,
adalah suatu amalan yang dikerjakan dluar waktu yang telah ditentukan dan
sifatnya sebagai pengganti. Seperti puasa ramadhan tidak bisa dikerjakan oleh
wanita yang haid pada bulan ramadha itu, tetapi harus menggantinya pada waktu
lainnya.
Chaerul Uman, menjelaskan pembagian wajib dari segi waktunya
menjadi dua, yaitu: wajib alal faur dan wajib alat tarakhir.
 Wajib ‘Alal Faur adalah apabila telah tercapai semua syarat, wajib segera
dilaksanakan tanpa menunda. Seperti, melaksanakan zakat wajib segera
dikueluarkan apabila haul dan nisab sudah terpenuhi.
 Wajib ‘Alat Tarakhi adalah pelaksanaan kewajiabn itu masih dapat
ditunda selama syarat wajibnya tidak akan hilang dari diri orang yang
diwajibkan untuk melakukan perbuatan itu. Seperti haji.
Wajib dilihat dari segi orang yang dibebani kewajiban hukum, dibagi menjadi dua, yaitu :
 Wajib Aini, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang yang sudah baligh berakal
(mukallaf), tanpa kecuali. Misalnya, shalat fardhu lima waktu.
 Ulama’ ushul fiqh membagi hal itu menjadi tiga kategori :
Pertama, yang berhubungan dengan harta, seperti kewajiban membayar zakat atau kewajiban
mengembalikan titipan orang lain kepada pemiliknya. Kewajiban seperti ini disepakati
pelaksanaanya bisa digantikan orang lain.
Kedua, kewajiban dalam bentuk ibadah Mahdhah, seperti Shalat dan Puasa. Kewajiban
seperti ini, disepakati tidak bisa digantikan oleh orang lain.
Ketiga, kewajiban yang mempnyai dua dimensi, yaitu dimensi ibadah fisik dan dimensi
harta. Dalam hal ini ulama’ berbeda pendapat. Ada yang berpendapat tidak sah digantikan orang lain,
dan yang lainnya yaitu mayoritas ulama’ berpendapat Haji sah digantikan orang lain .
 Wajib kifayah yaitu perbuatan yang dapat dilaksanakan secara kolektif.
Ditinjau dari segi kuantitasnya
1. Wajib Muhaddad yaitu kewajiban yang ditentukkan batas kadarnya (jumlahnya).
2. Wajib Qhairu Muhaddad yaitu kewajiban yang tidak ditentukkan batas kadarnya.
Ditinjau dari segi kandungan perintah
1. Wajib Mu’ayyan yaitu suatu kewajiban yang objeknya adalah tertentu tanpa ada
pilihan lain. Seperti membayar zakat.
2. Wajib Mukhayyar yaitu kewajiban yang objeknya dapat dipilih dari alternative
yang ada. Seperti, membayar kafarat, boleh dengan member makan sepuluh orang
miskin, atau memberi pakaian, atau memerdekakan budak.
B. SUNNAH
Sunnah menurut bahasa yaitu “jalan yang dilalui“ ( jalan yang ditempuh )
Sunnah adalah segala yang datang dari Rasulullah SAW, baik perkataan,
perbuatan, maupun ketetapan (testimonial ) yang bisa dijadikan dasar penetapan
hukum syara’
Macam-macamnya yaitu:
 Sunnah dapat dibagi menjadi beberapa macam:
 Sunnah Mu’akkadah yaitu perbuatan tidak wajib yang selalu dikerjakan
oleh Rasul. Seperti, shalat sunnah qobliyah dan ba’diyah yang mengiringi
shalat fardhu lima waktu.
 Sunnah Ghairu Mu’akkadah yaitu segala perbuatan tidak wajib kadang-
kadang dikerjakan oleh rasul, kadang-kadang saja ditinggalkan. Seperti,
puasa setiap hari senin dan kamis.
 Sunnah al-Zawaid yaitu mengikuti kebiasaan sehari-hari Rasul sebagai
manusia. Seperti, cara makan, cara tidur, dan cara berpakaian rasul .
C. Tahrim (haram), yakni tututan yang pasti untuk meninggalkan sesuatu, apabila
dikerjakan oleh seorang mukallaf maka mendapatkan dosa, namun bila ditinggalkan
mendapatkan pahala. Contohnya seperti minum khamr, berzina dan lain sebagainya.
Istilah haram juga kadang menggunakan istilah Mahdzur (terlarang), Maksiat dan al-danb
(berdosa)
menurut para ulama’ Ushul Fiqh antara lain Abdul Karim Zaidan, membagi haram kepada
beberapa macam, yaitu:
 Haram Li Dzatihi, yaitu sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena esensinya
mengandung kemudharatan bagi kehidupan manusia, dan kemudharatan itu tidak dapat
terpisah dari zatnya. Misalnya, larangan meminum khamr.
 Haram Lighairihi, yaitu sesuatu yang dilarang bukan karena esensinya karena secara
esensial tidak mengandung kemudharaatan, namun dalam kondisi tertentu sesuatu itu
dilarang karena ada pertimbangan eksternal yang membawa pada sesuatu yang dilarang
C. HARAM
arti makruh secara bahasa adalah dibenci.
“Suatu ketentuan larangan yang lebih baik tidak dikerjakan dari pada dilakukan”.
Atau “meninggalkannya lebih baik dari pada melakukannya“. Sebagaimana Imam
Syafi’I jika mengatakan : “ saya menganggap hal ini makruh “ maksudnya adalah
haram . Sikap seperti ini didasarkan kepada kehati-hatian di dalam mengistinbatkan
suatu hukum, karena Allah berfirman :
ََ‫ل‬ َ‫و‬َ‫وا‬ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ت‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ل‬َُ‫ف‬ ِ‫ص‬َ‫ت‬َُ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬َ‫ن‬ِ‫س‬‫ل‬َ‫أ‬ََ‫ِب‬‫ذ‬َ‫ك‬‫ال‬‫ا‬َ‫ذ‬‫َـ‬‫ه‬َ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ح‬‫ا‬َ‫ذ‬‫َـ‬‫ه‬ َ‫و‬ََ‫ح‬َ‫ام‬ َ‫ر‬َ‫وا‬ُ‫ر‬َ‫ت‬‫ف‬َ‫ت‬ِ‫ل‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َِ‫الل‬ََ‫ِب‬‫ذ‬َ‫ك‬‫ال‬َ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ال‬ََ‫ِين‬‫ذ‬ََ‫ون‬ُ‫ر‬َ‫ت‬‫ف‬َ‫ي‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َِ‫الل‬
ََ‫ِب‬‫ذ‬َ‫ك‬‫ال‬ََ‫ل‬ََ‫ون‬ُ‫ح‬ِ‫ل‬‫ف‬ُ‫ي‬
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” ( QS An Nahl : 116
)
D. MAKRUH
macam-macamnya yaitu:
 Makruh Tanzih ialah perbuatan yang terlarang bila ditinggalkan
akan diberi pahala tetapi bila dilakukan tidak berdosa dan tidak
dikenakan siksa. Seperti memakan daging kuda dan meminum
susunya dikala sangat butuh diwaktu peperangan.
 Makruh Tahrim ialah perbuatan yang dilakukan namun dasar
hukukmnya tidak pasti. Seperti, larangan mengkhitbah wanita
yang sedang dalam khitbahan orang lain .
Pembagian mubah menurut Abu Ishaq Asy-Syatibi dalam
kitabnya al-Muwafaqat membagi Mubah kepada tiga
macam, yaitu:
 Mubah yang berfungsi mengantarkan seseorang pada sesuatu hal
yang wajib dilakukan. Misalnya, makan dan minum merupakan
suatu hal yang mubah, namun berfungsi mengantarkan seseorang
sampai ia mampu mengerjakan kewajiban-kewajiban yang telah
dibebankan kepadanya. Seperti, shalat. Demikian Abu Ishaq Asy-
Syatibi dalam menjelaskan, hanya dianggap mubah dalam hal
memilih makanan halal mana yang akan dimakan.
E. IBAHAH
 Akan tetapi seseorang tidak diberi kebebasan untuk memilih antara
makan atau tidak, karena meninggalkan makan samasekali dalam
hal ini akan membahayakan dirinya.
 Sesuatu baru dianggap Mubah hukumnya bilamana dilakukan
sekali-kali, tetapi haram hukumnya bila dilakukan setiap waktu.
Seperti, bermain atau mendengarkan nyanyian hukumnya adalah
mubah bila dilakukan sekali-kali, tetapi haram hukumnya
menghabiskan waktu hanya untuk bermain atau mendengarkan
nyanyian.
 Sesuatu yang mubah yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai
sesuatu yang mubah pula. Mislanya, membeli perabot rumah tangga
hanya untuk kepentingan kesenangan (tersier) .
 Mubah bisa diketahui dengan tiga cara :
 1/ Ada nash dari syara’ yang menyebutkan bahwa hal itu tidak dosa, jika dikerjakan.
Sebagaimana firman Allah :
 ubah bisa diketahui dengan tiga cara :
 1/ Ada nash dari syara’ yang menyebutkan bahwa hal itu tidak dosa, jika dikerjakan.
Sebagaimana firman Allah :
ََ‫ن‬‫ك‬َ‫َأ‬‫و‬َ‫اءَأ‬َ‫س‬ِ‫َالن‬ِ‫ة‬َ‫ب‬‫ط‬ ِ‫َخ‬‫ن‬ِ‫َم‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫م‬ُ‫ت‬‫ض‬‫ر‬َ‫ع‬َ‫ا‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ف‬َ‫م‬ُ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ََ‫ح‬‫َا‬‫ن‬ُ‫ج‬ََ‫ل‬ َ‫و‬َ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬‫ف‬َ‫َأ‬ ِ‫ف‬َ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬
 Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu
menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu ( QS Al Baqarah : 231 ) .
 2/ Tidak disebutkan larangan di dalam syara’. Ini menunjukkan bahwa sesuatu tersebut
mubah, dalilnya adalah kaedah « al- baroah al ashliyah « ( pada asalnya segala sesuatu
itu halal, seperti hukum merekam tilawah Al Qur’an dan pengajian dengan tape, USB,
atau handycam, dakwah lewat internet dsb.
 3/ Ada nash yang menyebutkan bahwa hal tersebut adalah mubah, atau halal.
َِ‫ل‬َ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ئ‬‫آ‬َ‫س‬ِ‫ف‬َ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬َُ‫ث‬َ‫ف‬‫َالر‬ِ‫ام‬َ‫ي‬ ِ‫َالص‬َ‫ة‬َ‫ل‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َ‫ل‬ ِ‫ح‬ُ‫أ‬َ‫ن‬ُ‫ه‬‫َل‬‫اس‬َ‫ب‬ِ‫ل‬َ‫م‬ُ‫ت‬‫ف‬َ‫أ‬ َ‫َو‬‫م‬ُ‫ك‬‫َل‬‫اس‬َ‫ب‬
 “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka.” ( QS Al Baqarah : 187 )
 Yang perlu digaris bahwahi disni bahwa sesuatu yang mubah, jika ditinjau
hakikatnya , bukanlah sesuatu yang dibebankan kepada mukallaf, artinya
mubah bukanlah sesuatu yang harus dikerjakan, atau sesuatu yang wajib.
` Demikian macam-macam hukum Taklifi serta pembagiannya menurut
mayoritas Fuqahah’. Namun demikian, sebagai bandingan saja, kami
sampaikan bentuk-bentuk hukum taklifi menurut ulama’
Hanafiyah sebagai berikut:
 1. Iftiradh.
 2. Ijab.
 3. Ibahah.
 4. Karahah Tanziyyah.
 5. Karahah Tahrimiyyah.
 6. Tahrim.
KESIMPULAN

More Related Content

What's hot

Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumudSejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Zafirah Abdullah
 
Kaedah pendidikan islam (al quran)
Kaedah pendidikan islam (al quran)Kaedah pendidikan islam (al quran)
Kaedah pendidikan islam (al quran)Hairul Nizam Muzahar
 
Nuzulul Quran
Nuzulul QuranNuzulul Quran
Nuzulul Quran
Sri Wiji Lestari
 
Nasikh wal mansukh
Nasikh wal mansukhNasikh wal mansukh
Nasikh wal mansukh
Danialkmal
 
TAJWID - Topik 2 : Makhraj-makhraj Huruf
TAJWID - Topik 2 : Makhraj-makhraj HurufTAJWID - Topik 2 : Makhraj-makhraj Huruf
TAJWID - Topik 2 : Makhraj-makhraj Huruf
Taqwa Hunter
 
14. Metode dakwah rasul Nabi Muhammad SAW
14. Metode  dakwah rasul Nabi Muhammad SAW 14. Metode  dakwah rasul Nabi Muhammad SAW
14. Metode dakwah rasul Nabi Muhammad SAW
Ahmad Harmoko
 
Hadis nabawi & hadis Qudsi
Hadis nabawi & hadis QudsiHadis nabawi & hadis Qudsi
Hadis nabawi & hadis Qudsi
AimiRasyidaJunedi
 
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhanMeraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
Umi Sa'adah
 
mukjizat al quran
mukjizat al quranmukjizat al quran
mukjizat al quran
Hananul Zakaria
 
Qada' dan qadar
Qada' dan qadarQada' dan qadar
materi tahsin
materi tahsinmateri tahsin
materi tahsin
Eneng Susanti
 
Ashabul Kahfi
Ashabul KahfiAshabul Kahfi
Ashabul Kahfi
Risa Andini
 
Ulum al quran lengkap pt 4
Ulum al quran lengkap pt 4Ulum al quran lengkap pt 4
Ulum al quran lengkap pt 4
Amiruddin Ahmad
 
Hukum nun mati
Hukum nun matiHukum nun mati
Hukum nun mati
Farra Shahirra
 
Maksud Taqlid, Hukum dan Isu-isu Berkaitan Dengannya
Maksud Taqlid, Hukum dan Isu-isu Berkaitan DengannyaMaksud Taqlid, Hukum dan Isu-isu Berkaitan Dengannya
Maksud Taqlid, Hukum dan Isu-isu Berkaitan DengannyaMuhammad Fahmi
 
Nasikh dan mansukh
Nasikh dan mansukhNasikh dan mansukh
Nasikh dan mansukh
Nadya Honeyfa
 
Muqaddimah ilmu usul fiqh
Muqaddimah ilmu usul fiqhMuqaddimah ilmu usul fiqh
Muqaddimah ilmu usul fiqh
Zafirah Abdullah
 
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islamTarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islamYu Diey
 

What's hot (20)

Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumudSejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
 
Kaedah pendidikan islam (al quran)
Kaedah pendidikan islam (al quran)Kaedah pendidikan islam (al quran)
Kaedah pendidikan islam (al quran)
 
Nuzulul Quran
Nuzulul QuranNuzulul Quran
Nuzulul Quran
 
Nasikh wal mansukh
Nasikh wal mansukhNasikh wal mansukh
Nasikh wal mansukh
 
TAJWID - Topik 2 : Makhraj-makhraj Huruf
TAJWID - Topik 2 : Makhraj-makhraj HurufTAJWID - Topik 2 : Makhraj-makhraj Huruf
TAJWID - Topik 2 : Makhraj-makhraj Huruf
 
14. Metode dakwah rasul Nabi Muhammad SAW
14. Metode  dakwah rasul Nabi Muhammad SAW 14. Metode  dakwah rasul Nabi Muhammad SAW
14. Metode dakwah rasul Nabi Muhammad SAW
 
Hadis nabawi & hadis Qudsi
Hadis nabawi & hadis QudsiHadis nabawi & hadis Qudsi
Hadis nabawi & hadis Qudsi
 
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhanMeraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
 
mukjizat al quran
mukjizat al quranmukjizat al quran
mukjizat al quran
 
Qada' dan qadar
Qada' dan qadarQada' dan qadar
Qada' dan qadar
 
materi tahsin
materi tahsinmateri tahsin
materi tahsin
 
Ashabul Kahfi
Ashabul KahfiAshabul Kahfi
Ashabul Kahfi
 
Asbabun nuzul
Asbabun nuzulAsbabun nuzul
Asbabun nuzul
 
Ulum al quran lengkap pt 4
Ulum al quran lengkap pt 4Ulum al quran lengkap pt 4
Ulum al quran lengkap pt 4
 
Hukum nun mati
Hukum nun matiHukum nun mati
Hukum nun mati
 
Maksud Taqlid, Hukum dan Isu-isu Berkaitan Dengannya
Maksud Taqlid, Hukum dan Isu-isu Berkaitan DengannyaMaksud Taqlid, Hukum dan Isu-isu Berkaitan Dengannya
Maksud Taqlid, Hukum dan Isu-isu Berkaitan Dengannya
 
Nasikh dan mansukh
Nasikh dan mansukhNasikh dan mansukh
Nasikh dan mansukh
 
Muqaddimah ilmu usul fiqh
Muqaddimah ilmu usul fiqhMuqaddimah ilmu usul fiqh
Muqaddimah ilmu usul fiqh
 
Sebab nuzul
Sebab nuzulSebab nuzul
Sebab nuzul
 
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islamTarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
 

Viewers also liked

Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutanKegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Hanifa's
 
Islamic guidance to create great generation [autosaved]
Islamic guidance to create great generation [autosaved]Islamic guidance to create great generation [autosaved]
Islamic guidance to create great generation [autosaved]
mila anisa
 
A.Elakkad Portfolio2017
A.Elakkad Portfolio2017A.Elakkad Portfolio2017
A.Elakkad Portfolio2017
ahmed elakkad
 
Maqasid Syari'ah for the Rest of Us
Maqasid Syari'ah for the Rest of UsMaqasid Syari'ah for the Rest of Us
Maqasid Syari'ah for the Rest of Us
Ustaz Rodzi Hj Harun
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
yuniaistiqomah
 
Kumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standarKumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standar
Fitri Indra Wardhono
 
geografi Industri.ppt
geografi Industri.pptgeografi Industri.ppt
geografi Industri.ppt
Lee Eun Hee
 
INDUSTRI BERKELANJUTAN
INDUSTRI BERKELANJUTANINDUSTRI BERKELANJUTAN
INDUSTRI BERKELANJUTAN
MagdaNae
 
Kaak 2 jam 30 mac 2016- susu ibu je
Kaak 2 jam  30 mac 2016- susu ibu jeKaak 2 jam  30 mac 2016- susu ibu je
Kaak 2 jam 30 mac 2016- susu ibu je
JessWongHuiJuan1
 
Takwim panitia agama islam 2015
Takwim panitia agama islam 2015Takwim panitia agama islam 2015
Takwim panitia agama islam 2015Kamarudin Jaafar
 
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutanKegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Nandaprita
 
Sistem ekskresi paru paru
Sistem ekskresi paru paru Sistem ekskresi paru paru
Sistem ekskresi paru paru ayu larissa
 
2014 CARTA GANTT PERSATUAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB
2014 CARTA GANTT PERSATUAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB2014 CARTA GANTT PERSATUAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB
2014 CARTA GANTT PERSATUAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB
Wahab Osman
 
Rancangan tahunan persatuan p.islam 2014
Rancangan tahunan persatuan p.islam 2014Rancangan tahunan persatuan p.islam 2014
Rancangan tahunan persatuan p.islam 2014
NORAINI1010
 
بناء روح الاستجابة Membangun Jiwa Responsif
بناء روح الاستجابة Membangun Jiwa Responsifبناء روح الاستجابة Membangun Jiwa Responsif
بناء روح الاستجابة Membangun Jiwa Responsif
Muhammad Jamhuri
 
Ini Dia 10 Ciri Hubungan Moms dengan Si Kecil yang Goals Banget!
Ini Dia 10 Ciri Hubungan Moms dengan Si Kecil yang Goals Banget!Ini Dia 10 Ciri Hubungan Moms dengan Si Kecil yang Goals Banget!
Ini Dia 10 Ciri Hubungan Moms dengan Si Kecil yang Goals Banget!
Caroline Winata
 
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
ikbar ghifari
 
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuanSosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
ayu larissa
 

Viewers also liked (18)

Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutanKegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
 
Islamic guidance to create great generation [autosaved]
Islamic guidance to create great generation [autosaved]Islamic guidance to create great generation [autosaved]
Islamic guidance to create great generation [autosaved]
 
A.Elakkad Portfolio2017
A.Elakkad Portfolio2017A.Elakkad Portfolio2017
A.Elakkad Portfolio2017
 
Maqasid Syari'ah for the Rest of Us
Maqasid Syari'ah for the Rest of UsMaqasid Syari'ah for the Rest of Us
Maqasid Syari'ah for the Rest of Us
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
Kumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standarKumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standar
 
geografi Industri.ppt
geografi Industri.pptgeografi Industri.ppt
geografi Industri.ppt
 
INDUSTRI BERKELANJUTAN
INDUSTRI BERKELANJUTANINDUSTRI BERKELANJUTAN
INDUSTRI BERKELANJUTAN
 
Kaak 2 jam 30 mac 2016- susu ibu je
Kaak 2 jam  30 mac 2016- susu ibu jeKaak 2 jam  30 mac 2016- susu ibu je
Kaak 2 jam 30 mac 2016- susu ibu je
 
Takwim panitia agama islam 2015
Takwim panitia agama islam 2015Takwim panitia agama islam 2015
Takwim panitia agama islam 2015
 
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutanKegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
Kegiatan industri dan jasa yang berkelanjutan
 
Sistem ekskresi paru paru
Sistem ekskresi paru paru Sistem ekskresi paru paru
Sistem ekskresi paru paru
 
2014 CARTA GANTT PERSATUAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB
2014 CARTA GANTT PERSATUAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB2014 CARTA GANTT PERSATUAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB
2014 CARTA GANTT PERSATUAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB
 
Rancangan tahunan persatuan p.islam 2014
Rancangan tahunan persatuan p.islam 2014Rancangan tahunan persatuan p.islam 2014
Rancangan tahunan persatuan p.islam 2014
 
بناء روح الاستجابة Membangun Jiwa Responsif
بناء روح الاستجابة Membangun Jiwa Responsifبناء روح الاستجابة Membangun Jiwa Responsif
بناء روح الاستجابة Membangun Jiwa Responsif
 
Ini Dia 10 Ciri Hubungan Moms dengan Si Kecil yang Goals Banget!
Ini Dia 10 Ciri Hubungan Moms dengan Si Kecil yang Goals Banget!Ini Dia 10 Ciri Hubungan Moms dengan Si Kecil yang Goals Banget!
Ini Dia 10 Ciri Hubungan Moms dengan Si Kecil yang Goals Banget!
 
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
 
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuanSosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
 

Similar to Hukum taqlifi

Agama taklifi
Agama taklifiAgama taklifi
Agama taklififarezzz
 
6 istilah dalam fiqih
6 istilah dalam fiqih6 istilah dalam fiqih
6 istilah dalam fiqih
dwi agus qomarul hadi
 
Hukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'iHukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'i
Marhamah Saleh
 
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptxSumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
TaeArra
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Marhamah Saleh
 
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imamTasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
Marhamah Saleh
 
Hukum-Shalat
Hukum-ShalatHukum-Shalat
Hukum-Shalat
addinsalapha
 
Syarat Sah dan syarat wajib shalat
Syarat Sah dan syarat wajib shalatSyarat Sah dan syarat wajib shalat
Syarat Sah dan syarat wajib shalat
Alfian Ramli
 
Cr seri 001 penetapan fatwa
Cr seri 001 penetapan fatwaCr seri 001 penetapan fatwa
Cr seri 001 penetapan fatwa
Ridas Zabbarae
 
3. taklifi.ppt
3. taklifi.ppt3. taklifi.ppt
3. taklifi.ppt
ellyrahmawati9
 
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptxMedia ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
AsrulWahid1
 
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptxMedia ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
AsrulWahid1
 
Muamalah 1.pptx
Muamalah 1.pptxMuamalah 1.pptx
Muamalah 1.pptx
MuhammadIbnuHasani
 
Hubungan tahara dengan shalat 2
Hubungan tahara dengan shalat 2Hubungan tahara dengan shalat 2
Hubungan tahara dengan shalat 2
Operator Warnet Vast Raha
 
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan ShaumImplementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan ShaumMarhamah Saleh
 
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahTerminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Marhamah Saleh
 
Mahfud
MahfudMahfud
Mahfud
Rachman Bei
 
Sholat
SholatSholat
Sholat
falahnurul96
 
Tugas pai
Tugas paiTugas pai
Tugas pai
Assep Suherman
 

Similar to Hukum taqlifi (20)

Agama taklifi
Agama taklifiAgama taklifi
Agama taklifi
 
6 istilah dalam fiqih
6 istilah dalam fiqih6 istilah dalam fiqih
6 istilah dalam fiqih
 
Hukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'iHukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'i
 
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptxSumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
 
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imamTasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
 
Hukum-Shalat
Hukum-ShalatHukum-Shalat
Hukum-Shalat
 
Syarat Sah dan syarat wajib shalat
Syarat Sah dan syarat wajib shalatSyarat Sah dan syarat wajib shalat
Syarat Sah dan syarat wajib shalat
 
Cr seri 001 penetapan fatwa
Cr seri 001 penetapan fatwaCr seri 001 penetapan fatwa
Cr seri 001 penetapan fatwa
 
3. taklifi.ppt
3. taklifi.ppt3. taklifi.ppt
3. taklifi.ppt
 
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptxMedia ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
 
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptxMedia ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
 
Muamalah 1.pptx
Muamalah 1.pptxMuamalah 1.pptx
Muamalah 1.pptx
 
Hubungan tahara dengan shalat 2
Hubungan tahara dengan shalat 2Hubungan tahara dengan shalat 2
Hubungan tahara dengan shalat 2
 
Hubungan tahara dengan shalat 2
Hubungan tahara dengan shalat 2Hubungan tahara dengan shalat 2
Hubungan tahara dengan shalat 2
 
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan ShaumImplementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
 
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahTerminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
 
Mahfud
MahfudMahfud
Mahfud
 
Sholat
SholatSholat
Sholat
 
Tugas pai
Tugas paiTugas pai
Tugas pai
 

Hukum taqlifi

  • 2. NAMA KELOMPOK : Erika Renka Wiandra (13) Genta Antariksa (18) Hanifa Rizky Rahmawati (19) Ilham Yusuf Bachtiar (20) Miga Hetty Mulia Sari (22) Ridha Agustina K.N. (25) Anindia Sanditiara (04) Yoga Herlambang (34)
  • 3. Hukum Taklifi Hukum taklifi adalah khitab (titah) Allah swt. atau sabda Nabi Muhammad SAW yang mengandung tuntunan, baik perintah melakukan atau larangan.
  • 4. Hukum taklifi terbagi menjadi : Wajib (Fardlu) Sunnah (Mandhub) Haram (Tahrim) Makruh (Karahah) Mubah (Al-Ibahah)
  • 5. A. Wajib Wajib merupakan suatu hal yang wajib atau harus dilakukan atas diri setiap muslim mukallaf (akil dan baligh) baik laki- laki atau perempuan. Wajib atau Fardhu ialah suatu hukum yang apabila dilakukan mendapat pahala atau balasan baik dari Allah dan jika ditinggalkan maka akan berdosa dan mendapat ganjaran siksaan di akhirat. Para ulama’ Ushul Fiqh mengemukakan bahwa hukum wajib itu bisa dibagi dari berbagai segi, yaitu dilihat dari segi waktunya, wajib dibagi menjadi dua, yaitu:
  • 6.  Wajib Muthlaq, yaitu sesuatu yang dituntut syar’i untuk dilaksanakan oleh mukallaf tanpa ditentukan waktunya. Mislanya, kewajiban membayar kafarat sebagai hukuman bagi orang yang melanggar sumpahnya.  Wajib Muwaqqat, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan orang mukallaf pada waktu-waktu tertentu, seperti shalat dan puasa Ramadhan. Shalat wajib dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Demikian halnya puasa Ramadhan, sehingga apabila belum masuk waktunya, kewajiban itu belum ada.
  • 7. Kemudian wajib Muwaqqat dibagi lagi menjadi tiga macam, yaitu :  Wajib Muwassa’ (kewajiban yang mempunyai batas waktu lapang), yaitu waktu yang tersedia untuk melaksanakan perbuatan yang diwajibkan itu lebih luas dari pada waktu mengerjakan kewajiban itu. Umpamanya, waktu shalat Dzuhur lebih luas dari pada waktu mengerjakan shalat Dzuhur.  Wajib Mudhayyaq (kewajiban yang memunyai batas waktu sempit), yaitu kewajiban yang waktunya secara khusus diperuntukkan bagi suatu amalan, dan waktunya itu tidak bisa digunakan untuk kewajiban lain yang sejenis. Maksudnya, waktu yang tersedia persis sama dengan waktu mengerjakan kewajiban itu, seperti puasa bulan Ramadhan.
  • 8.  Wajib Dzu Asy-Syibhaini, yaitu kewajiban yang mempunyai waktu yang lapang, tetapi tidak bisa digunakan untuk melakukan amalan sejenis secara berulang-ulang. Misalnya, waktu haji itu cukup lapang dan seseorang bisa melaksankan beberapa amalan haji pada waktu itu berkali-kali, tetapi yang diperhitungkan syara’ hanya satu saja. Akan tetapi ulama’ syafi’iyyah berpendapat bahwa untuk ibadah haji, termasuk dalam wajib muthlaq, karena seseorang boleh melaksanakannya kapanpun ia mau selama hidupnya. Juga dalam pembahasan wajib Muwaqqat, ulama’ syafi’iyyah mengemukakan tentang persoalan ‘Ada’, I’adah dan Qadha .
  • 9.  ‘Ada’ menurut Ibnu Hajib adalah melaksanakan suatu amalan untuk pertama kalinya pada waktu yang diitentukan syara’. I’adah adalah suautu amalan yang diekrjakan untuk kedua kalinya untuk waktu yang telah ditentukan, karena amalan yang dikerjakan pertama kali tidak sah atau mengandung uzur. Qadha’, adalah suatu amalan yang dikerjakan dluar waktu yang telah ditentukan dan sifatnya sebagai pengganti. Seperti puasa ramadhan tidak bisa dikerjakan oleh wanita yang haid pada bulan ramadha itu, tetapi harus menggantinya pada waktu lainnya.
  • 10. Chaerul Uman, menjelaskan pembagian wajib dari segi waktunya menjadi dua, yaitu: wajib alal faur dan wajib alat tarakhir.  Wajib ‘Alal Faur adalah apabila telah tercapai semua syarat, wajib segera dilaksanakan tanpa menunda. Seperti, melaksanakan zakat wajib segera dikueluarkan apabila haul dan nisab sudah terpenuhi.  Wajib ‘Alat Tarakhi adalah pelaksanaan kewajiabn itu masih dapat ditunda selama syarat wajibnya tidak akan hilang dari diri orang yang diwajibkan untuk melakukan perbuatan itu. Seperti haji.
  • 11. Wajib dilihat dari segi orang yang dibebani kewajiban hukum, dibagi menjadi dua, yaitu :  Wajib Aini, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang yang sudah baligh berakal (mukallaf), tanpa kecuali. Misalnya, shalat fardhu lima waktu.  Ulama’ ushul fiqh membagi hal itu menjadi tiga kategori : Pertama, yang berhubungan dengan harta, seperti kewajiban membayar zakat atau kewajiban mengembalikan titipan orang lain kepada pemiliknya. Kewajiban seperti ini disepakati pelaksanaanya bisa digantikan orang lain. Kedua, kewajiban dalam bentuk ibadah Mahdhah, seperti Shalat dan Puasa. Kewajiban seperti ini, disepakati tidak bisa digantikan oleh orang lain. Ketiga, kewajiban yang mempnyai dua dimensi, yaitu dimensi ibadah fisik dan dimensi harta. Dalam hal ini ulama’ berbeda pendapat. Ada yang berpendapat tidak sah digantikan orang lain, dan yang lainnya yaitu mayoritas ulama’ berpendapat Haji sah digantikan orang lain .
  • 12.  Wajib kifayah yaitu perbuatan yang dapat dilaksanakan secara kolektif. Ditinjau dari segi kuantitasnya 1. Wajib Muhaddad yaitu kewajiban yang ditentukkan batas kadarnya (jumlahnya). 2. Wajib Qhairu Muhaddad yaitu kewajiban yang tidak ditentukkan batas kadarnya. Ditinjau dari segi kandungan perintah 1. Wajib Mu’ayyan yaitu suatu kewajiban yang objeknya adalah tertentu tanpa ada pilihan lain. Seperti membayar zakat. 2. Wajib Mukhayyar yaitu kewajiban yang objeknya dapat dipilih dari alternative yang ada. Seperti, membayar kafarat, boleh dengan member makan sepuluh orang miskin, atau memberi pakaian, atau memerdekakan budak.
  • 13. B. SUNNAH Sunnah menurut bahasa yaitu “jalan yang dilalui“ ( jalan yang ditempuh ) Sunnah adalah segala yang datang dari Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (testimonial ) yang bisa dijadikan dasar penetapan hukum syara’ Macam-macamnya yaitu:  Sunnah dapat dibagi menjadi beberapa macam:  Sunnah Mu’akkadah yaitu perbuatan tidak wajib yang selalu dikerjakan oleh Rasul. Seperti, shalat sunnah qobliyah dan ba’diyah yang mengiringi shalat fardhu lima waktu.  Sunnah Ghairu Mu’akkadah yaitu segala perbuatan tidak wajib kadang- kadang dikerjakan oleh rasul, kadang-kadang saja ditinggalkan. Seperti, puasa setiap hari senin dan kamis.  Sunnah al-Zawaid yaitu mengikuti kebiasaan sehari-hari Rasul sebagai manusia. Seperti, cara makan, cara tidur, dan cara berpakaian rasul .
  • 14. C. Tahrim (haram), yakni tututan yang pasti untuk meninggalkan sesuatu, apabila dikerjakan oleh seorang mukallaf maka mendapatkan dosa, namun bila ditinggalkan mendapatkan pahala. Contohnya seperti minum khamr, berzina dan lain sebagainya. Istilah haram juga kadang menggunakan istilah Mahdzur (terlarang), Maksiat dan al-danb (berdosa) menurut para ulama’ Ushul Fiqh antara lain Abdul Karim Zaidan, membagi haram kepada beberapa macam, yaitu:  Haram Li Dzatihi, yaitu sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena esensinya mengandung kemudharatan bagi kehidupan manusia, dan kemudharatan itu tidak dapat terpisah dari zatnya. Misalnya, larangan meminum khamr.  Haram Lighairihi, yaitu sesuatu yang dilarang bukan karena esensinya karena secara esensial tidak mengandung kemudharaatan, namun dalam kondisi tertentu sesuatu itu dilarang karena ada pertimbangan eksternal yang membawa pada sesuatu yang dilarang C. HARAM
  • 15. arti makruh secara bahasa adalah dibenci. “Suatu ketentuan larangan yang lebih baik tidak dikerjakan dari pada dilakukan”. Atau “meninggalkannya lebih baik dari pada melakukannya“. Sebagaimana Imam Syafi’I jika mengatakan : “ saya menganggap hal ini makruh “ maksudnya adalah haram . Sikap seperti ini didasarkan kepada kehati-hatian di dalam mengistinbatkan suatu hukum, karena Allah berfirman : ََ‫ل‬ َ‫و‬َ‫وا‬ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ت‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ل‬َُ‫ف‬ ِ‫ص‬َ‫ت‬َُ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬َ‫ن‬ِ‫س‬‫ل‬َ‫أ‬ََ‫ِب‬‫ذ‬َ‫ك‬‫ال‬‫ا‬َ‫ذ‬‫َـ‬‫ه‬َ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ح‬‫ا‬َ‫ذ‬‫َـ‬‫ه‬ َ‫و‬ََ‫ح‬َ‫ام‬ َ‫ر‬َ‫وا‬ُ‫ر‬َ‫ت‬‫ف‬َ‫ت‬ِ‫ل‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َِ‫الل‬ََ‫ِب‬‫ذ‬َ‫ك‬‫ال‬َ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ال‬ََ‫ِين‬‫ذ‬ََ‫ون‬ُ‫ر‬َ‫ت‬‫ف‬َ‫ي‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َِ‫الل‬ ََ‫ِب‬‫ذ‬َ‫ك‬‫ال‬ََ‫ل‬ََ‫ون‬ُ‫ح‬ِ‫ل‬‫ف‬ُ‫ي‬ “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada- adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” ( QS An Nahl : 116 ) D. MAKRUH
  • 16. macam-macamnya yaitu:  Makruh Tanzih ialah perbuatan yang terlarang bila ditinggalkan akan diberi pahala tetapi bila dilakukan tidak berdosa dan tidak dikenakan siksa. Seperti memakan daging kuda dan meminum susunya dikala sangat butuh diwaktu peperangan.  Makruh Tahrim ialah perbuatan yang dilakukan namun dasar hukukmnya tidak pasti. Seperti, larangan mengkhitbah wanita yang sedang dalam khitbahan orang lain .
  • 17. Pembagian mubah menurut Abu Ishaq Asy-Syatibi dalam kitabnya al-Muwafaqat membagi Mubah kepada tiga macam, yaitu:  Mubah yang berfungsi mengantarkan seseorang pada sesuatu hal yang wajib dilakukan. Misalnya, makan dan minum merupakan suatu hal yang mubah, namun berfungsi mengantarkan seseorang sampai ia mampu mengerjakan kewajiban-kewajiban yang telah dibebankan kepadanya. Seperti, shalat. Demikian Abu Ishaq Asy- Syatibi dalam menjelaskan, hanya dianggap mubah dalam hal memilih makanan halal mana yang akan dimakan. E. IBAHAH
  • 18.  Akan tetapi seseorang tidak diberi kebebasan untuk memilih antara makan atau tidak, karena meninggalkan makan samasekali dalam hal ini akan membahayakan dirinya.  Sesuatu baru dianggap Mubah hukumnya bilamana dilakukan sekali-kali, tetapi haram hukumnya bila dilakukan setiap waktu. Seperti, bermain atau mendengarkan nyanyian hukumnya adalah mubah bila dilakukan sekali-kali, tetapi haram hukumnya menghabiskan waktu hanya untuk bermain atau mendengarkan nyanyian.  Sesuatu yang mubah yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai sesuatu yang mubah pula. Mislanya, membeli perabot rumah tangga hanya untuk kepentingan kesenangan (tersier) .
  • 19.  Mubah bisa diketahui dengan tiga cara :  1/ Ada nash dari syara’ yang menyebutkan bahwa hal itu tidak dosa, jika dikerjakan. Sebagaimana firman Allah :  ubah bisa diketahui dengan tiga cara :  1/ Ada nash dari syara’ yang menyebutkan bahwa hal itu tidak dosa, jika dikerjakan. Sebagaimana firman Allah : ََ‫ن‬‫ك‬َ‫َأ‬‫و‬َ‫اءَأ‬َ‫س‬ِ‫َالن‬ِ‫ة‬َ‫ب‬‫ط‬ ِ‫َخ‬‫ن‬ِ‫َم‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫م‬ُ‫ت‬‫ض‬‫ر‬َ‫ع‬َ‫ا‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ف‬َ‫م‬ُ‫ك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ََ‫ح‬‫َا‬‫ن‬ُ‫ج‬ََ‫ل‬ َ‫و‬َ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬‫ف‬َ‫َأ‬ ِ‫ف‬َ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬  Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu ( QS Al Baqarah : 231 ) .  2/ Tidak disebutkan larangan di dalam syara’. Ini menunjukkan bahwa sesuatu tersebut mubah, dalilnya adalah kaedah « al- baroah al ashliyah « ( pada asalnya segala sesuatu itu halal, seperti hukum merekam tilawah Al Qur’an dan pengajian dengan tape, USB, atau handycam, dakwah lewat internet dsb.
  • 20.  3/ Ada nash yang menyebutkan bahwa hal tersebut adalah mubah, atau halal. َِ‫ل‬َ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ئ‬‫آ‬َ‫س‬ِ‫ف‬َ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬َُ‫ث‬َ‫ف‬‫َالر‬ِ‫ام‬َ‫ي‬ ِ‫َالص‬َ‫ة‬َ‫ل‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َ‫ل‬ ِ‫ح‬ُ‫أ‬َ‫ن‬ُ‫ه‬‫َل‬‫اس‬َ‫ب‬ِ‫ل‬َ‫م‬ُ‫ت‬‫ف‬َ‫أ‬ َ‫َو‬‫م‬ُ‫ك‬‫َل‬‫اس‬َ‫ب‬  “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” ( QS Al Baqarah : 187 )  Yang perlu digaris bahwahi disni bahwa sesuatu yang mubah, jika ditinjau hakikatnya , bukanlah sesuatu yang dibebankan kepada mukallaf, artinya mubah bukanlah sesuatu yang harus dikerjakan, atau sesuatu yang wajib.
  • 21. ` Demikian macam-macam hukum Taklifi serta pembagiannya menurut mayoritas Fuqahah’. Namun demikian, sebagai bandingan saja, kami sampaikan bentuk-bentuk hukum taklifi menurut ulama’ Hanafiyah sebagai berikut:  1. Iftiradh.  2. Ijab.  3. Ibahah.  4. Karahah Tanziyyah.  5. Karahah Tahrimiyyah.  6. Tahrim. KESIMPULAN