Dokumen tersebut membahas tentang sumber-sumber hukum Islam yang terdiri dari Al-Quran, Sunnah, Ijma', dan Qiyas. Sunnah sendiri terbagi menjadi Sunnah berdasarkan perbuatan dan perkataan Nabi Muhammad SAW serta Sunnah berdasarkan periwayatannya.
2. Segala puja dan puji hanyalah bagi ALLAH, Tuhan semesta alam.
Salawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan ALLAH kepada Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta para istri dan keluarga beliau.
Agama Islam mempunyai hukum - hukum atau peraturan atau perundang - undangan yang
mengatur perikehidupan manusia.
Hukum dalam Islam adalah kepunyaan ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala yang disampaikan
melalui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, baik itu berupa perintah suruhan, larangan
atau pembolehan atas sesuatu, syarat atau yang lainnya.
Hukum Islam akan berlaku terhadap setiap manusia yang memenuhi syarat : [1] Memasuki
usia akil baligh (sudah cukup umur), atau sudah menerima perintah agama Islam sejak
berusia 9 tahun, dan [2] Berakal sehat.
Artikel ini memiliki 2 bagian, yaitu Edisi Sumber Hukum Islam dan Edisi Silsilah Ilmu Fiqih.
Kita sajikan berbeda dan tidak disatukan, karena metode penulisannya berdasarkan
pendapat jumhur ulama yang tidak semua mereka memiliki sudut pandang yang sama.
Dan hanya ALLAH saja yang Maha Mengetahui.
Alif_Lam_Mim_1711@yahoo.co.uk
3. Pembagian Hukum IslamPembagian Hukum Islam
Secara garis besar, ulama berpendapat bahwa pembagian hukum
Islam dibagi menjadi 9 macam yaitu :
1. Fardhu atau Wajib
2. Sunat atau Mandud atau Mustahab atau Tathawwu
3. Haram
4. Makruh
5. Mubah atau Halal atau Jaiz
6. Sah atau Shahih
7. Batal
8. Rukhsah
9. Bid’ah
5. Pengertian FardhuPengertian Fardhu
Fardhu atau Wajib, yaitu suatu perbuatan yang harus dilakukan oleh semua
orang Islam, apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala, dan apabila
ditinggalkan akan mendapatkan dosa yang diancamkan dengan siksa neraka.
Hukum Fardhu atau Wajib terbagi menjadi 4 macam :
1. Wajib berdasarkan perbuatan yang ditentukan, terbagi 2 :
1) Fardhu Mu’ayyan
2) Fardhu Mukhayyar
2. Wajib berdasarkan waktu pelaksanaan, terbagi 2 :
1) Fardhu Mudayyaq atau Fardhu Mi’yar (dipersempit)
2) Fardhu Muwassa’ (diperluas)
3. Wajib berdasarkan individu pelaksana, terbagi 2 :
1) Fardhu ‘Ain
2) Fardhu Kifayah
4. Wajib berdasarkan qadar jumlah (kwantitas), terbagi 2 :
1) Fardhu Muhaddad
2) Fardhu Ghairu Muhaddad
6. Pembagian Fardhu:Pembagian Fardhu:
1. Wajib berdasarkan perbuatan yang ditentukan, terbagi 2:
1) Fardhu Mu’ayyan, yaitu suatu perkara wajib yang sudah ditentukan dan tidak
boleh diganti. [misal : membaca Fatihah dalam setiap rakaat shalat]
2) Fardhu Mukhayyar, yaitu suatu perkara wajib yang memiliki alternatif lain,
sehingga boleh memilih salah satu. [misal : hukuman denda atas suami isteri
yang bersetubuh disiang hari Ramadhan, boleh memilih salah satu;
memerdekakan budak atau memberi makan fakir miskin]
2. Wajib berdasarkan waktu pelaksanaan, terbagi 2:
1) Fardhu Mudayyaq atau Fardhu Mi’yar (dipersempit), yaitu suatu perkara
wajib yang waktu pelaksanaannya harus sesuai dengan waktu yang
diperintahkan. [misal : puasa Ramadhan harus genap 30 hari dan harus pada
bulan Ramadhan]
2) Fardhu Muwassa’ (diperluas), yaitu suatu perkara wajib yang waktu
pelaksanaannya lebih banyak daripada waktu yang diperintahkan. [misal : shalat
Fardhu Isya’ dapat dikerjakan sejak jam 07:30 malam hingga jam 01:00 tengah
malam]
7. Pembagian Fardhu :Pembagian Fardhu :
3. Wajib berdasarkan individu pelaksana, terbagi 2 :
1) Fardhu ‘Ain, yaitu suatu perkara wajib yang harus dilakukan oleh setiap
individu manusia, lelaki maupun perempuan. [misal : semua orang Islam wajib
shalat, puasa Ramadhan dan berzakat]
2) Fardhu Kifayah, yaitu suatu perkara wajib yang harus dilakukan oleh
sekelompok orang (masyarakat umum), apabila perbuatan itu dilaksanakan oleh
sebagian orang dari kelompok manusia itu maka gugurlah kewajiban atas
masyarakat lain disekitarnya. [misal : pelaksanaan shalat jenazah]
4. Wajib berdasarkan qadar jumlah (kwantitas), terbagi 2 :
1) Fardhu Muhaddad, yaitu kewajiban yang jumlahnya ditentukan dan tidak
boleh dikurangi atau ditambahi. [misal : shalat Fardhu Subuh berjumlah 2
rakaat, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih ; harta yang wajib dizakati
adalah harta yang mencapai nisab]
2) Fardhu Ghairu Muhaddad, yaitu kewajiban yang tidak ditentukan batasnya,
boleh sedikit, boleh banyak. [misal : perintah memberi makan fakir miskin dan
menyantuni anak yatim]
9. Pengertian SunatPengertian Sunat
Sunat atau Mandud atau Mustahab atau Tathawwu, yaitu suatu
perbuatan yang dianjurkan untuk dilakukan oleh semua orang Islam, apabila
dikerjakan akan mendapatkan pahala, dan boleh ditinggalkan.
Hukum sunat terbagi atas 3 macam yaitu :
1. Sunat Muakkad, yaitu amalan sunat yang sering dikerjakan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam secara kontinyu (terus menerus). [misal : shalat
Hari Raya]
2. Sunat Ghairu Muakkad, yaitu perbuatan sunat yang tidak sering dilakukan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. [misal : shalat sunat 4 rakaat
sebelum Zuhur]
3. Sunat Sunnah, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebiasaan
pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak berhubungan dengan
ibadah, seperti memakai gamis dan sorban, memelihara janggut, mencukur
kumis, naik onta dan berkuda, serta lain sebagainya.
11. Pengertian HaramPengertian Haram
Haram, yaitu suatu perbuatan yang harus ditinggalkan dan dijauhi, apabila
dikerjakan akan menghasilkan dosa dan diancam masuk neraka, dan apabila
ditinggalkan akan mendapat pahala.
Hukum Haram dibagi berdasarkan tingkatan (derajat), terbagi 2 :
1. Haram Lidzatihi, yaitu perbuatan terlarang yang tingkat larangannya dengan
terang dinyatakan oleh agama. [misal : makan bangkai, mabuk, berzina dan
lain-lain]
2. Haram Lighairihi, yaitu perbuatan yang dilarang disebabkan faktor lain,
karena dapat mengakibatkan timbulnya perbuatan yang mencapai derajat
Haram Lidzatihi. [misal : larangan menonton film porno karena dapat
mendorong orang untuk berzina atau memperkosa]
13. Pengertian MakruhPengertian Makruh
Makruh, yaitu suatu perbuatan yang ditinggalkan akan mendapat pahala,
sedangkan apabila dikerjakan tidak berdosa, tetapi lebih baik untuk menjauhi
perbuatan itu.
Berdasarkan kepastian hukum, terbagi 2 :
1. Makruh Tahrim, yaitu perbuatan yang dianjurkan untuk ditinggalkan karena
adanya dalil yang menganjurkannya. [misal : menjawab salam ketika sedang
buang air ; larangan makan jengkol / petai / bawang mentah]
2. Makruh Tanzih, yaitu perbuatan yang dianjurkan untuk ditinggalkan
meskipun tidak adanya sumber hukum pasti yang mengaturnya. [misal :
melihat gambar manusia dalam keadaan bugil (telanjang), dianjurkan untuk
dijauhi karena dapat membangkitkan syahwat, meski oleh sebagian orang
dijadikan sebagai bahan pelajaran biologi]
15. Pengertian MubahPengertian Mubah
Mubah atau Halal atau Jaiz, yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan
tidak mendapat pahala dan apabila ditinggalkan juga tidak berdosa.
Berdasarkan sumber dalil, terbagi 2 :
1. Halal yang dinyatakan dengan nash (dalil) dari firman ALLAH maupun sabda
Rasulullah.
2. Halal yang tidak dinyatakan dengan nash. [misal : memakan umbi gadung,
meski apabila salah dalam memasaknya dapat berakibat keracunan]
17. Pengertian Sah dan BatalPengertian Sah dan Batal
• Sah atau Shahih, yaitu suatu perbuatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh agama Islam.
• Batal, yaitu suatu perbuatan yang tidak memenuhi syarat sesuai tuntunan
Islam.
Kedua hukum itu saling bersebelahan satu dengan yang lainnya.
Suatu perbuatan dinyatakan SAH (benar) apabila memenuhi persyaratan yang
ditetapkan agama.
Dan suatu perbuatan dinyatakan BATAL (salah) apabila tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan agama.
19. Pengertian Rukhsah dan Bid’ahPengertian Rukhsah dan Bid’ah
Rukhsah, yaitu suatu perbuatan untuk merobah status hukum Islam selama
hukum itu tidak merobah hukum asalnya.
Bid’ah, yaitu suatu perbuatan membuat suatu ritual ibadah baru, maupun
mengubah, menambah atau mengurangi suatu perkara ibadah yang hukumnya
sudah dinyatakan fardhu atau sunat dan sudah ditentukan syarat sahnya.
Kedua hukum ini memiliki persamaan, namun mencakupi bidang yang berbeda.
Rukhsah adalah merubah perkara hukum, dengan maksud mencari kemudahan
karena faktor tertentu, selama hukum asalnya tidak dirubah. Misal: apabila berada
ditengah hutan yang tidak ada makanan, maka boleh memakan daging babi, agar
dapat bertahan hidup. Dan hukum rukhsah pada saat darurat seperti itu adalah
halal. Sedangkan apabila berada ditengah hutan yang banyak makanan atau
binatang yang halal seperti ikan, maka haram hukumnya memakan babi.
Sedangkan Bid’ah adalah membuat ibadah baru atau merubah ritual ibadah yang
tidak dicontohkan Rasulullah. Misal : menyelenggarakan kenduri arwah, perbuatan
ini tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah hingga akhir zaman generasi salaf,
tetapi kemudian diajarkan dan dijadikan ritual yang harus dilakukan oleh setiap
orang yang mendapati kematian.
21. SUMBER HUKUM ISLAMSUMBER HUKUM ISLAM
Dalam menentukan hukum - hukum Islam, seluruh umat ini berpegang kepada :
1. Al-Qur’an, yaitu sumber hukum yang berasal dari ALLAH subhanahu wa
ta’ala.
2. Sunnah atau Hadis, yaitu sumber hukum yang berasal dari perkataan,
perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Ijma’, yaitu sumber hukum yang berasal dari ijtihad - ijtihad para ulama yang
kemudian disepakati bersama dalam masa waktu yang sama pula.
4. Qiyas, yaitu sumber hukum yang berasal dari membandingkan dengan
hukum terhadap perbuatan yang lain, kemudian dianggap sama.
23. Pengertian SunnahPengertian Sunnah
Sunnah atau Hadist, yaitu sumber hukum yang berasal dari perkataan,
perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sunnah dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Sunnah berdasarkan perikehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
terbagi 4 :
1) Sunnah Qauliyah
2) Sunnah Fi’liyah
3) Sunnah Taqririyah
4) Sunnah Hammiyah
2. Sunnah berdasarkan periwayatannya atau kabar (dalam bahasa Arab =
khabar), terbagi 2 :
1) Khabar Mutawwatir
2) Khabar Ahad
24. SUNNAHSUNNAH
1. Sunnah berdasarkan perikehidupan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
terbagi 4 :
1. Sunnah Qauliyah, yaitu perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
yang dengan jelas menerangkan hukum - hukum agama, penjelasan Al-
Qur’an, dan lain - lain.
2. Sunnah Fi’liyah, yaitu perbuatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
yang menerangkan cara beribadah dan lain sebagainya.
3. Sunnah Taqririyah, yaitu apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
mendengar sahabat beliau mengatakan atau mengerjakan sesuatu,
kemudian perbuatan sahabat itu dibiarkan oleh Rasulullah (tidak ditegur
dan tidak pula dilarang).
4. Sunnah Hammiyah, yaitu perbuatan yang tidak jadi dikerjakan oleh
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Atau perbuatan yang direncanakan
oleh Rasulullah, tetapi ternyata tidak jadi dikerjakan.
25. 1. Sunnah berdasarkan periwayatannya (kabar, dalam bahasa Arab = khabar),
terbagi 2 :
1. Khabar Mutawwatir, yaitu kabar berita yang diriwayatkan oleh banyak
orang, sehingga tidak mungkin berita itu dusta. Status hukum khabar
mutawatir ini berada dibawah Al-Qur’an.
1) Mutawatir Lafdhi (sama lafaz)
2) Mutawatir Ma’nawi (sama makna)
2. Khabar Ahad, yaitu kabar berita yang diriwayatkan oleh beberapa orang,
atau dari beberapa jalan sanad (isnad), dan tidak sampai mencapai
derajat mutawatir.
1) Dari segi kualitas (mutu) isnad, terbagi 3 :
1. Hadist Shahih
2. Hadist Hasan
3. Hadist Dha’if
1) Dari segi kuantitas (jumlah) isnad, terbagi 3 :
1. Hadist Masyhur
2. Hadist ‘Aziz
3. Hadist Gharib
26. 1. Khabar Mutawwatir1. Khabar Mutawwatir
1. Mutawatir Lafdhi, yaitu hadist - hadist yang memiliki lafadh yang sama atau
hampir sama susunan kalimatnya.
2. Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadist - hadist yang memiliki lafadh (susunan
kalimat) yang berbeda - beda, tetapi secara keseluruhan memiliki kesamaan
makna (pengertian).
27. 2. Khabar Ahad2. Khabar Ahad
1. Dari segi kualitas isnad, terbagi 3 :
1. Hadist Shahih, yaitu hadist yang diriwayatkan secara bersambung oleh orang -
orang (rijalul hadist) yang memenuhi syarat :
• Jalur sanadnya tidak terputus.
• Orang yang meriwayatkannya bersifat cerdas, adil, sempurna ingatannya dan
teliti catatan penulisannya (dlabith).
• Tidak cacat orangnya baik fisik maupun bathiniahnya, terpercaya tidak pernah
berdusta dan tidak terdapat keganjilan (syudzudz).
2. Hadist Hasan, yaitu hadist yang diriwayatkan secara bersambung, kepribadian
para rijal itu dianggap adil dan baik, tetapi karena kurang cerdas atau kurang kuat
hafalannya, sehingga riwayat orang - orang itu tidak mencukupi syarat hadist
Shahih.
3. Hadist Dha’if, yaitu hadist lemah yang tidak memenuhi persyaratan hadist Shahih
dan hadist Hasan.
2. Dari segi kuantitas (jumlah perawi), terbagi 3 :
1. Hadis Masyhur, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh 3 orang atau lebih, tetapi
tidak mencapai derajat mutawatir.
2. Hadis Aziz, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh 2 hingga 3 orang.
3. Hadis Gharib, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh 1 orang.
29. PENGERTIAN IJMA’PENGERTIAN IJMA’
Ijma adalah kesepakatan ulama para mustahid pada masa yang sama dalam
menentukan hukum sesudah wafat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dimana
hukum itu tidak terdapat penjelasannya di dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Syarat Ijma’ adalah kesepakatan bersama dan pada waktu yang sama pula.
Jadi apabila dalam menentukan suatu hukum tidak disepekati bersama, melainkan
oleh orang perorangan saja, maka itu bukanlah Ijma’ melainkan ijtihad
(pendapat). Dan apabila zaman berubah sedangkan hukum itu tidak dapat
dipertahankan lagi, maka dengan sendirinya ijma’ ulama terdahulu diabaikan.
Ijma’dibagi 2 macam yaitu :
1. Ijma Qauli atau Bayani atau Qath’i, yaitu kesepakatan hukum yang
dikeluarkan dengan terang dan nyata melalui lisan maupun tulisan oleh para
ulama ahli ijtihad pada masa waktu yang sama.
2. Ijma Sukuti, yaitu kesepakatan hukum yang dikeluarkan oleh seorang ahli
ijtihad yang faqih (ahli fiqih) dan didiamkan oleh para ulama lainnya (tidak
disetujui dan tidak pula ditolak). Bersikap diam dianggap menyetujui, meski
sikap diamnya para ulama ini bukan berarti malu atau takut, melainkan karena
mereka tidak memiliki pendapat lain.
31. PENGERTIAN QIYASPENGERTIAN QIYAS
Qiyas yaitu mengukur sesuatu hukum dengan cara membandingkan atau
mempersamakannya.
Qiyas dapat pula berarti menetapkan suatu hukum yang tidak disebut dalam
lafadh, kemudian disamakan dengan lafadh itu karena ada illat (sebab) yang
mengumpulkan keduanya.
33. PERIODE PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN HUKUMPERIODE PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN HUKUM
ISLAMISLAM
1. Periode Ke-rasul-an Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, yaitu
selama 22 tahun lebih.
2. Periode Salaf (generasi penerus sesudah Rasulullah), terbagi 3 :
1. Periode Sahabat / zaman para sahabat, kurang lebih selama 90 tahun
lebih.
2. Periode Tadwin / zaman para tabi’in, kurang lebih selama 250 tahun.
3. Periode Taqlid / zaman para tabi’ut tabi’in, yaitu sejak Mazhab - mazhab
sudah inqiradl (habis masa berlakunya) tertinggal 4 Mazhab besar.
3. Periode Ahlus Sunnah Wal Jamaah, yaitu zaman dimana kitab - kitab hadist
sudah dianggap sempurna ditulis dan dibukukan. Dimulai sejak para ulama
muhaddits wafat dan berakhir hingga akhir zaman yang hanya ALLAH saja
yang mengetahuinya.
34. 1. Periode Rasulullah1. Periode Rasulullah
Periode ini dihitung sejak Muhammad diangkat sebagai Nabi dan Rasul terakhir
yaitu pada wahyu pertama tanggal 17 Ramadhan (hari Kamis, tanggal 6 Agustus
610 Masehi) dan berakhir ketika wafat beliau pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul
Awal 11 Hijriah (8 Juni 632 Masehi).
Pada masa ini hanya baginda Nabi yang menentukan seluruh hukum. Semua
permasalahan kehidupan dikembalikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam. Sehingga pada zaman ini tidak ada perselisihan tentang perkara hukum
Islam.
35. 2. Periode Sahabat (Shahabi)2. Periode Sahabat (Shahabi)
Generasi I sesudah wafatnya Rasulullah adalah generasi para sahabat.
Yang dimaksud sahabat adalah orang - orang yang semasa hidupnya bergaul dan
bersahabat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Artinya orang -
orang ini melihat Rasulullah dengan langsung baik lama maupun hanya sesaat.
Pada zaman ini Al-Qur’an mulai dibukukan, sedangkan hadist masih berupa
ajaran - ajaran yang disebarkan dan belum dibukukan.
Para mufti terkenal dari kalangan shahabi ini antara lain :
Abu Bakar Ash Shidiq (wafat 13 H), Umar bin Khattab (wafat 23 H), Utsman bin
Affan (wafat 35 H), Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H), Zaid bin Tsabit (wafat 45 H),
Ubay bin Ka’ab (wafat 21 H), Abdullah bin Umar bin Khattab (Ibnu Umar) wafat 73
H, Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib (Ibnu Abbas) wafat 68 H, Abdullah bin
Mas’ud (Ibnu Mas’ud) wafat 32 H, Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq (isteri
Rasulullah), Abu Musa Al-Asy’ari (wafat 44 H), Muadz bin Jabal (wafat 18 H),
Ubadah bin Shamut (wafat 34 H), Abdullah bin Amr bin Ash (wafat 65 H), Anas bin
Malik (wafat 93 H).
Periode sahabat ini diakhiri dengan wafatnya Anas bin Malik pada tahun 93
Hijriah. Dengan wafatnya berarti berakhir generasi Shahabi digantikan dengan
generasi anak cucu para sahabat, atau yang lebih kita kenal dengan nama
generasi Tabi’in.
36. 3. Periode Tadwin3. Periode Tadwin
Yang dimaksud Tabi’in adalah orang - orang yang semasa hidupnya bertemu,
bersahabat atau belajar kepada para sahabat Rasulullah.
Pada Periode ini sudah dimulai usaha pembukuan Sunnah (hadist). Riwayat
-riwayat tentang sunnah Rasulullah yang diambil dari para sahabat kemudian
dijadikan kitab dan menjadi perundang - undangan di zaman tabi’in.
Ulama - ulama mujtahid yang berpengaruh di periode tadwin ini antara lain :
Imam Abu Hanifah
Imam Maliki
Imam Syafi’i
Imam Ahmad bin Hanbal
Imam Sufyan Ats Tsaury
Imam Sufyan bin Uyainah
Imam Ishaq bin Rahawih
Imam Ibnu Jarir
Imam Dawud Adh Dhahiry
Imam Al Auza’i
37. 4. Periode Taqlid4. Periode Taqlid
Yang dimaksud Tabi’ut Tabi’in adalah orang - orang yang semasa hidupnya
bergaul, bersahabat atau belajar dengan orang - orang Tabi’in.
Pada periode ini yang dimulai pada pertengahan abad ke IV (sekitar 351 H) terjadi
kebekuan ijtihad dari para ulama. Dan manusia pada saat itu cenderung untuk
bertaqlid (fanatik) kepada ajaran - ajaran mujtahid terdahulu dari generasi tabi’in,
terutama kepada Mazhab 4. Kemunduran ijtihad ini berakibat sunnah Rasulullah
menjadi bercabang - cabang dan terjadinya banyak perpecahan hukum - hukum
Islam. Dan juga terjadinya perpecahan umat.
Kemudian muncullah generasi - generasi tabi’ut tabi’in yang membukukan kembali
hadist - hadist yang berserakan itu dan merapikannya dengan membatasi hadist
-hadist dengan persyaratan yang mereka tentukan. Oleh karena itu kemudian
dalam menentukan hukum dalam Islam kita hanya menemui hadist yang terbagi
dalam kategori SHAHIH, HASAN dan DHA’IF.
38. 4. Periode Taqlid4. Periode Taqlid
Sederet nama - nama ini menjadi populer dan hasil karya mereka diakui sebagai
sumber hukum Islam dalam penetapan fatwa satu tingkat dibawah Al-Qur’an,
antara lain :
1. Imam Bukhari
2. Imam Muslim
3. Imam Turmuzi
4. Imam Abu Dawud
5. Imam Nasa’i
6. Imam Ibnu Majah
Enam orang imam ini kemudian kita kenal dengan istilah KUTUBUSH SHITTAH.
Ditambah dengan puluhan nama - nama ahli hadist lainnya seperti Tabrani, Al-
Hakim, Daruqquthni dan lain sebagainya.
39. 5. Periode Sunny5. Periode Sunny
Sesudah wafatnya semua ulama ahli hadist terutama para imam Kutubush Shittah
itu, kemudian orang - orang beranggapan bahwa generasi sesudah mereka
adalah generasi yang menamakan diri sebagai generasi Ahlus Sunnah Wal-
Jamaah. Yaitu generasi dimana kita berada dan termasuk di dalamnya. Saat ini
kita berada di tahun 2006 dan periode ini akan terus berlanjut hingga akhir zaman
nanti (menjelang kiamat).
Ahlus Sunnah Wal Jamaah diartikan sebagai generasi pengikut sunnah Rasulullah
dan jamaah (orang banyak). Jamaah disini berarti perbuatan para sahabat, para
tabi’in dan para tabi’ut tabi’in.
Pada generasi Sunny ini kita sudah mengetahui kitab suci Al-Qur’an yang sudah
dibukukan, dan juga kitab - kitab hadist yang sudah dibukukan. Oleh karena itu,
maka dianggap bahwa sumber hukum Islam dalam penetapan fatwa pada
generasi kita adalah Al-Qur’an dan kitab hadist yang derajatnya diakui seperti
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Seandainya ada yang bertanya apakah kita di tahun 2006 ini masih boleh
mengikuti fatwa Imam Syafi’i dari generasi salaf tabi’in ?
Maka jawabnya adalah TIDAK PERLU, apabila fatwa Imam Syafi’i itu tidak sesuai
dengan hadist Shahih. Fatwa Imam Syafi’i dianggap benar hanya pada zaman
beliau saja.
40. 5. Periode Sunny5. Periode Sunny
Jika pengertian Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah generasi pengikut sunnah
Rasulullah dan jamaah (orang banyak) perbuatan para sahabat, para tabi’in dan
para tabi’ut tabi’in. Sedangkan 3 generasi itu kita sebut dengan istilah generasi
salaf. Maka sesungguhnya kita semua umat Islam di seluruh dunia ini adalah
pengikut salaf.
Para sahabat mungkin terbatas jumlahnya, tetapi para tabi’in dan tabi’ut tabi’in
berjumlah ribuan orang.Tidak semua ulama tabi’in dan tabi’ut tabi’in itu membuat
kitab. Kebanyakan mereka menyebarkan ajaran agama dari mulut ke mulut
melalui pengajian atau majelis.
Sehingga apabila dimasa sekarang ini kita saling bertentangan pendapat satu
sama lain, kemudian saling mencemooh dan menjelekkan orang lain, maka
sesungguhnya perkara itu tidak sepantasnya kita lakukan. Mungkin saja nenek
moyang Islam bangsa kita belajar kepada salah satu dari ribuan ulama salaf yang
tidak menulis satu kitabpun. Dari ribuan ulama salaf itu tidaklah dapat kita
mengetahui apa yang mereka kerjakan dan amalkan sehari - hari. Pendapat antar
ulama salaf sendiri banyak yang saling bersebelahan dan berbantah
(bertentangan satu sama lain).
Boleh saja bertentangan pendapat, selama perbedaan itu memiliki sumber dalil
yang dapat dipertanggungjawabkan dan bukan mengajak kepada bid’ah.