Dokumen tersebut membahas temuan survei mengenai intoleransi dan radikalisme siswa di Indonesia. Survei menemukan dukungan tinggi terhadap penerapan syariat Islam dan khilafah, serta peran penting guru agama Islam dan akses internet untuk pengetahuan keagamaan. Dokumen ini merekomendasikan reformasi kurikulum pendidikan agama Islam, rekrutmen guru agama, serta pendidikan keagamaan yang lebih terbuka dan inklusif.

2. Intoleransi dan Radikalisme Siswa
Mengapa Menjadi Intoleran dan Radikal
“Sekam” pada Intoleransi dan Radikalisme
Gen-Z Tidak Anti NKRI
Tantangan dan Peluang

8. 8415
47 9
7112
16928
30 5
9616
12 2
48 8
30 5
24 4
131 22
130 22
8314
6010 12
5
21
32 6
6611 11 2
24 5
30 5
36 6
53 9
12 2
41 7
37 729 6
8819
35 6
12 2
24 4
36 6
18 2
16 4
Keterangan:
Jumlah sampel
Siswa/Mahasiswa
Jumlah sampel Guru/Dosen
Sebaran Jumlah Sampel Siswa/Mahasiswa (1859) dan
Guru/Dosen (322) menurut Provinsi

12. Guru Menjadi Faktor Penting
Akses Internet untuk Pengetahuan Agama
Persepsi tentang Kinerja Pemerintahan

13. GURU MENJADI FAKTOR
PENTING

20. AKSES INTERNET UNTUK
PENGETAHUAN
KEAGAMAAN

23. PERSEPSI TENTANG
KINERJA PEMERINTAHAN

34. • Dukungan pada Penetapan Syariat Islam masih tinggi
• Dukungan pada khilafah masih tinggi
• Peran ormas keagamaan moderat harus ditingkatkan
• Kurikulum Pendidikan Agama Islam yang meningkatkan toleransi dan
pemikiran Islam moderat diperlukan

35. Pengenalan berbagai
agama dan
kepercayaan dalam
PAI
Terkait materi:
Religious Literacy dan
interfaith education
Perlu memberikan banyak praktik
pengalaman keberagaman, dan
pengalaman mengatasi masalah bersama
Reformasi rekrutmen,
pendidikan dan
pelatihan Guru
Agama Islam.
Negara berkewajiban
mengembangkan
pendidikan keagamaan
yang terbuka, toleran dan
inklusif.
Pemerintah membuka peluang
lebih besar pada guru-guru untuk
mengikuti pelatihan tentang
wawasan kebangsaan, keislaman
dan keindonesiaan.